analisis konsumsi tuak pada peminum tuak di desa …...petugas kesehatan hanya melakukan...
TRANSCRIPT
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK
DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA
KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh:
Sukma Mardiyah Panggabean
1111101000139
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1436 H
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
Skripsi, Mei 2015
Nama : Sukma Mardiyah Panggabean, NIM : 1111101000139
Analisis Konsumsi Tuak Pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun
2015
xx + 152 halaman, 15 grafik, 4 tabel, 4 bagan, 6 gambar, 9 lampiran
Abstrak
Desa Lumban Siagian Jae merupakan daerah dimana sebagian besar
penduduknya adalah peminum tuak dengan pola konsumsi yang berlebihan, padahal
konsumsi tuak berlebihan dapat mengakibatkan banyak keluhan kesehatan. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang
mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang terjadi pada peminum tuak
di Desa Lumban Siagian Jae. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional
dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Sampel yang diteliti sebanyak 76 orang
yang diperoleh melalui metode simple random sampling. Analisis yang digunakan
adalah analisis univariat dan content analysis untuk mendeskripsikan seluruh variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar merupakan peminum
berat dengan jumlah konsumsi tuak lebih dari 500 ml (89,5%) dan meminum tuak
selama lebih dari delapan tahun (82,9%). Munculnya perilaku konsumsi tuak didorong
oleh faktor pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan, kebiasaan keluarga dan peran
petugas kesehatan.
Sebagian besar peminum tuak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
tuak (64,5%) dan lebih banyak memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak (69,7%).
Faktor tradisi dan kepercayaan menjadi faktor pendorong munculnya perilaku
konsumsi tuak karena diketahui bahwa kebiasaan minum tuak telah dilakukan turun
temurun sejak peradaban raja-raja Batak dan hingga saat ini sebagian besar (76,2%)
keluarga peminum tuak masih memiliki kebiasaan mengonsumsi tuak, peminum tuak
juga mempercayai khasiat tuak dapat meringankan keletihan mereka setelah bekerja.
Petugas kesehatan hanya melakukan penanggulangan secara holistik, namun lebih
cenderung kepada individu. Keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum
tuak antara lain hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit saluran
pencernaan (19,7%). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pemerintah dalam merumuskan kebijakan penanggulangan konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae, dan bagi peminum tuak agar lebih mampu mengendalikan pola
konsumsi tuak.
Kata Kunci: Konsumsi Tuak, Pengetahuan, Sikap, Tradisi, Kepercayaan, Kebiasaan
Keluarga, Peran Petugas Kesehatan, Keluhan Kesehatan
Daftar bacaan: 115 (1972-2015)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH
EPIDEMIOLOGY CONCENTRATION
Undergraduate Thesis, Mei 2015
Name : Sukma Mardiyah Panggabean, ID Number : 1111101000139
Tuak Consumption Analysis of Tuak Drinkers in Lumban Siagian Jae Siatas
Barita District of North Tapanuli, North Sumatra 2015
xx + 152 pages, 15 graphics, 4 tables, 4 schemes, 6 pictures, 9 attachments
Abstract Lumban Siagian Jae is the region which most of its inhabitans are tuak
drinkers, whereas many health complaints are caused by tuak consumption. Recent
research was to determine the patterns and the triggering factors and health
complaints caused by tuak consumption. The research uses a cross-sectional study
with quantitative and qualitative approaches. Samples were examined as many as 76
tuak drinkers that were obtained through a simple random sampling method. Data
analysis used was univariate analysis and content analysis to describe all of variables.
Results of this research show that tuak drinkers most widely are heavy drinkers
that consume tuak above 500 mL (89.5%) and had been drinking tuak for more than
eight years (82.9%). The factors triggering tuak consumption are knowledge, attitude,
tradition and culture, belief, family habit and roles of health worker.
Drinkers’ knowledge about tuak is commonly at sufficient levels (64.5%) and
the proportion of drinkers whose negative attitude toward tuak consumption was
bigger (69.7%) than they whose the positive attitude. Traditions, cultural and belief
become the dominant factors because it is known that tuak consumption had been
made since the days of the Batak kingdom and until today most (76,2%) of tuak
drinkers’ families, still have the habit of tuak consuming, drinkers also believe that
tuak can relieve their fatigue after working in the morning until noon. Local health
authorities did not do a holistic intervention, they are more likely to do individual
intervention by providing counseling when the drinkers come for treatment. Some of
the health complaints that felt by many tuak drinkers are hypertension (25%), tooth
loss (23.7%) and diseases of the digestive tract (19.7%). Thus, the results of recent
research can be used as a reference for the goverment to establish the policy to solve
the behavior of tuak comsumption, the drinkers also should control their behavior in
tuak comsuming.
Keywords: Tuak Consumption, Knowledge, Attitude, Tradition and Culture, Belief,
Family Habits, Role of Health Worker, Health Complaint
References: 115 (1972-2015)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK
DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA
KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Juli 2015
Disusun Oleh:
Sukma Mardiyah Panggabean
NIM. 1111101000139
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1436 H
iv
PANITIA SIDANG SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, Juli 2015
v
RIWAYAT HIDUP
Identitas Personal
Nama : Sukma Mardiyah Panggabean
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Tarutung, 28 November 1993
Alamat Asal : Jalan Marhusa no 25 A, Desa Lumban Siagian
Jae, Kec. Siatas Barita Kab. Tapanuli Utara-
Sumatera Utara
No. Handphone : 085763099815
Alamat Email : [email protected]
Program Studi : Kesehatan Masyarakat (Epidemiologi)
Pendidikan Formal
TK : TK Al Falah Tarutung-Sumatera Utara
SD : SDN 173105 Tarutung- Sumatera Utara
SMP : MTs Darul Mursyid, Tapanuli Selatan –
Sumatera Utara
SMA : MA Darul Mursyid, Tapanuli Selata- Sumatera
Utara
Prestasi
- Peringkat I English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren
Daerah Sumatera Utara tahun 2008
- Peringkat I (Regu) Lomba Tingkat 3 Kwartir Cabang Tapanuli Selatan
- Peringkat II English Speech Putri Pekan Olahraga dan Seni Anar Pesantren
Daerah Sumatera Utara tahun 2010
- Peringkat V Semifinal Science Competition Expo se- Sumatera Bagian Utara
cabang Ilmu Kimia tahun 2011
vi
- Peringkat XIV Final Science Competition Expo se- Sumatera Bagian Utara
cabang Ilmu Kimia tahun 2011
- Peserta Pesta Sains Nasional 2011
- Penerima Beasiswa Santri Berprestasi Kementerian Agama RI 2011-
sekarang
Pengalaman Organisasi
- Koordinator I Asrama Putri 3 Pesantren Darul Mursyid
- Sekretaris Angkatan XIII Vanfeinzure Pesantren Darul Mursyid
- Staff Ahli Pengembangan Masyarakat Persatuan Aksi Mahasiswa IAKMI
(PAMI) Jakarta Raya
- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
- Ketua Biro Event Organizer BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi CSS MoRA (Community of Santri
Scholar Ministry of Religious Affair) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Staff Ahli Informasi dan Komunikasi ESA (Epidemiology Students Association)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Plt. Ketua BEM FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji bagi Allah SWT yang selalu
memberikan rahmat dan ridho sehingga melancarkan proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan studi strata 1 Kesehatan Masyarakat dengan
judul Analisis Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara Tahun
2015.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada:
1. Keluarga besar, khususnya Ibunda Hj. L. G. Harahap yang tidak lelah
memberikan semangat dan dukungan kepada penyusun;
2. Bu Yuli Amran dan Bu Minsarnawati selaku dosen pembimbing, dimana
keduanya telah bersedia membimbing dan mengarahkan penyusun hingga
tersusunnya skripsi ini;
3. Ibu Hoirun Nisa selaku penanggung jawab Peminatan Epidemiologi;
4. Puskesmas Siatas Barita, Bidan Desa dan warga Desa Lumban Siagian Jae yang
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini;
5. Keluarga besar BEM FKIK periode 2012-2013 dan periode 2013-2014;
6. Keluarga besar CSS MoRA di Indonesia, khususnya CSS MoRA UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta;
7. Keluarga besar Ikatan Alumni Darul Mursyid se-Jabodetabek;
viii
8. Teman seperjuangan di Program Studi Kesehatan Masyarakat, khususnya di
Peminatan Epidemiologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;
9. Para sahabat yang selalu memberikan dukungan, khususnya kepada Ikna Qonita,
Niekha Zoelienna, Faizatul Islamiyah, Feela Zaki Safitri, Ika Nur Atikoh, Hatan
Fahledi dan Lailatul Maghfiroh;
10. My sisters from another mother: Kak Surotul Ilmiyah, Astuti Akin, Sri Purwanti
dan Sri Nur Shadrina.
11. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyusunan skrispi ini yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu per satu.
Permohonan maaf penyusun sampaikan jika terdapat kesalahan, baik pada tata
bahasa dan penulisan pada skripsi ini. Saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan agar kemudian penelitian ini dilanjutkan kepada tingkat yang lebih
sempurna. Semoga Allah SWT selalu memberikan petunjuk kepada kita semua. Amin.
Ciputat, Mei 2015
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN .......................................................................iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. xix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................xviii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xix
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10
F. Ruang Lingkup ............................................................................................ 10
x
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12
A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol ............................................................... 12
1. Distribusi Peminum Alkohol .................................................................. 14
2. Determinan Konsumsi Alkohol .............................................................. 18
C. Tuak ............................................................................................................ 20
1.Definisi ...................................................................................................... 20
2. Kandungan Tuak....................................................................................... 20
D. Dampak Konsumsi Tuak .............................................................................. 23
1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah .................................................... 24
2. Diabetes Melitus ....................................................................................... 26
3. Penyakit Mulut dan Gigi........................................................................... 28
4. Penyakit Ginjal ......................................................................................... 29
5. Penyakit Hati ............................................................................................ 30
6. Penyakit Pencernaan ................................................................................. 32
7. Gangguan Psikologi .................................................................................. 33
E. Konsumsi Tuak ............................................................................................. 34
1. Definisi Konsumsi Tuak ........................................................................... 34
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak .............................. 34
F. Kerangka Teori ............................................................................................. 57
xi
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .......................... 53
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 53
B. Definisi Operasional ..................................................................................... 56
C. Definisi Istilah ............................................................................................. 62
BAB IV
METODE PENELITIAN .................................................................................. 63
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 63
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 63
C. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian ................................................... 63
1 Populasi ..................................................................................................... 63
2. Sampel ...................................................................................................... 64
3. Informan ................................................................................................... 65
D. Pengumpulan Data ....................................................................................... 66
E. Manajemen Data ........................................................................................... 68
F. Triangulasi .................................................................................................... 70
G. Analisis Data ................................................................................................ 70
xii
BAB V
HASIL ................................................................................................................. 72
A. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian
Jae ................................................................................................................ 72
B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae ................................................................................... 75
C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi
Tuak............................................................................................................. 76
D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ................................ 77
E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi
Tuak............................................................................................................ 80
F. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian
Jae ................................................................................................................ 84
G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae .................................................................................... 88
H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae ................................................................................... 92
BAB VI
PEMBAHASAN ................................................................................................. 94
A. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 94
B. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae... 94
C. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae .................................................................................. 104
xiii
D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi
Tuak ............................................................................................................ 107
E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae ................................ 111
F. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi
Tuak ........................................................................................................... 118
G. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian
Jae .............................................................................................................. 121
H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae .................................................................................... 125
I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae ................................................................................... 128
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 136
A. Simpulan .................................................................................................... 136
B. Saran ........................................................................................................... 137
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 139
Lampiran .......................................................................................................... 152
xiv
DAFTAR GRAFIK
5.1 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Berdasarkan Jumlah Tuak Yang Dikonsumsi 72
5.2 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Berdasarkan Lama Mengonsumsi Tuak 73
5.3 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Berdasarkan Usia Mulai Mengonsumsi Tuak 73
5.4 Orang yang Mengajak Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 74
5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak 75
5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di
Desa Lumban Siagian Jae 76
5.7 Sikap Peminum Tuak terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae 77
5.8 Alasan Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae 80
5.9 Dampak Positif Konsumsi Tuak Yang Dipercaya oleh Peminum
Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 81
5.10 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak Berdasarkan Jenis Pekerjaan 83
5.11 Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga Peminum Tuak di
Desa Lumban Siagian Jae 84
xv
5.12 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Dukungan Keluarga Terhadap
Konsumsi Tuak 85
5.13 Tanggapan Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait
Konsumsi Tuak pada Keturunan Mereka 86
5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan
dalam Mengatasi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae 89
5.15 Keluhan Kesehatan Yang Dirasakan oleh Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae 92
xvi
DAFTAR TABEL
3.1 Definisi Operasional 56
3.2 Definisi Istilah 62
4.1 Informan Penelitian 66
5.1 Daftar Penyakit di Puskesmas Siatas Barita Periode Januari-Februari
2015 93
xvii
DAFTAR BAGAN
1 Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955) 43
2 Kerangka Teori Green (2005) 52
3 Kerangka Konsep 55
4 Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae
(MacMahon & Pugh, 1970) 134
xviii
DAFTAR GAMBAR
1 Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan
kesehatan populasi (Kaplan dalam Murti, 2009) 13
2 Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014) 16
3 Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati 31
4 The Health Belief Model (Strecther dalam Hayden, 2014) 45
5 Piramida Kebuthuhan Dasar Maslow (1954) 47
6 Plak pada Pembuluh Darah 130
xix
DAFTAR ISTILAH
Lapo tuak
: Warung yang dijadikan sebagai tempat jual beli tuak.
Warung ini juga dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul
sambil meminum tuak bersama.
Sopo partungkoan : Rumah atau gubuk yang digunakan oleh para raja-raja Batak
untuk berdiskusi atau rapat.
Dalihan Na Tolu : Kerangka atau sistem kekerabatan masyarakat Batak yang
meliputi hubungan-hubungan kerabat darah dan
hubungan perkawinan yang mempertalikan satu kelompok.
Terdiri dari 3 kekerabatan, yaitu keluarga pihak Istri (hula-
hula), anak perempuan (boru) dan teman semarga (Dongan
Tubu)
Pisang sitanduk : Pisang tanduk
Manuan ompu-ompu : Upacara menanam tanaman sejenis bunga bakung di atas
kuburan orang yang meninggal oleh cucu dari orang yang
meninggal tersebut. upacara ini bertujuan agar keturunan
orang yang meninggak hidup sejahtera.
Manulangi : Upacara menyuapi orang tua yang lanjut usia dengan
makanan kesukaan atau makanan yang terbaik oleh anak
dan cucunya.
Tuak tangkasan /
tuak na tonggi
: Tuak asli yang diambil langsung dari pohon enau pada pagi
hari tanpa bercampur dengan ramuan lain sehingga rasanya
masih manis, karena rasa manisnya.
xx
Raru : Sebutan untuk kelompok jenis kulit kayu yang ditambahkan
pada nira aren dan bertujuan untuk mempertahankan
kandungan dan kadar alkohol pada proses fermentasi
menjadi tuak.
Subang : Haram, terlarang atau tidak boleh dikonsumsi.
Awak : Bahasa Melayu yang artinya saya/aku.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minuman keras sudah lama dikenal di kalangan masyarakat dan telah
menjadi masalah umum di seluruh dunia. WHO (2014) menyebutkan bahwa
sebanyak 61,7% populasi di seluruh dunia telah meminum alkohol selama lebih
dari 12 bulan yang menyebabkan sekitar 3,3 juta kematian atau 5,9% dari seluruh
kematian di seluruh dunia (WHO, 2014).
Konsumsi alkohol juga telah menjadi kebiasaan di Indonesia. WHO tahun
2011 mencatat paling tidak sebesar 4,3% siswa dan 0,8% siswi pernah
mengonsumsi alkohol (Adnyana, 2012). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2007,
diketahui bahwa di Indonesia, prevalensi peminum alkohol mencapai 4,6%.
Pengguna alkohol meningkat mulai pada umur antara 15-24 tahun, yaitu sebesar
5,5% yang selanjutnya meningkat menjadi 6,7% pada umur 25-34 tahun, namun
kemudian turun seiring dengan bertambahnya umur (Kemenkes RI, 2007). Hasil
Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012 juga
memberikan informasi bahwa persentase peminum alkohol pada pria berusia 15-
19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%, sementara
persentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-24 tahun
sebesar 7,1% (SDKI, 2012).
2
Minuman beralkohol tradisional merupakan salah satu jenis minuman
yang marak di beberapa wilayah Indonesia. Minuman beralkohol tradisional
dibuat dan dikemas secara sederhana serta sering dijadikan sebagai jamuan di
acara adat, misalnya Minuman Cap Tikus dari Manado dan Minahasa, Ballo dari
Makassar, Sopi dari Maluku dan sekitarnya, Lapen dari Yogyakarta, Arak Bali
dan lain sebagainya (BPOM, 2014). Tuak juga merupakan salah satu minuman
beralkohol tradisional yang berasal dari daerah Sumatera Utara terutama di daerah
Tapanuli Utara dan sekitarnya. Tuak terbuat dari batang kelapa atau batang aren
dan diambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru. Nira aren yang
merupakan bahan dasar pembuatan tuak mengandung alkohol dengan kadar 4%
(Ilyas, 2013).
Suku Batak sebagai suku utama Provinsi Sumatera Utara menjadikan tuak
sebagai tradisi yang sulit untuk dilepaskan. Tuak sering digunakan sebagai jamuan
dan sajian utama pada acara adat atau upacara. Riskesdas tahun 2007
menyebutkan bahwa Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi urutan ke-12
dengan peminum alkohol terbanyak, dimana prevalensi peminum alkohol selama
12 bulan terakhir di Provinsi Sumatera Utara sebesar 6,1%, sedangkan peminum
yang masih minum dalam satu bulan terakhir sebesar 4,4% (Kemenkes RI, 2007).
Salah satu desa di Sumatera Utara, yaitu Desa Lumban Siagian Jae,
Kabupaten Tapanuli Utara, memilki proporsi peminum tuak yang cukup tinggi.
Sekretaris Desa, Pak Horas Panggabean, yang juga menjadi salah satu tokoh
masyarakat di desa, mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Lumban
3
Siagian Jae telah mengonsumsi tuak sejak mereka remaja. Hal tersebut disebabkan
karena tradisi minum tuak yang kental di masyarakat Suku Batak Toba. Selain itu,
hampir semua masyarakat desa tersebut menganut Agama Kristen, sehingga tidak
ada batasan dan larangan untuk mengonsumsi minuman keras.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 45 orang peminum
tuak di Desa Lumban Siagian Jae, diperoleh hasil bahwa 22,7% dari mereka
meminum tuak sebanyak 600 mL per harinya, 52,3% sebanyak 800 mL per
harinya, 20% sebanyak 1000 mL dan 5% sebanyak 1200 mL per harinya. Selain
itu, banyak peminum tuak (45%) yang tidak ingin menghentikan kebiasaannya
untuk konsumsi tuak, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh faktor sosial dan
budaya masyarakat batak. Maka dari itu, promosi dan edukasi kesehatan sangat
penting diberikan kepada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, terutama bagi
peminum tuak, untuk bisa meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki sikap
terkait konsumsi tuak agar perilaku konsumsi tuak dapat dikendalikan dan tidak
menimbulkan masalah kesehatan bagi peminumnya.
Minuman beralkohol, termasuk tuak, dapat mempengaruhi psikologis
seseorang yang mengonsumsinya. Penelitian Khairiyah tahun 2013 menyebutkan
bahwa remaja yang mengonsumsi minuman keras akan merasakan emosi negatif
sehingga akan semakin mudah marah ketika tujuan yang diinginkan tidak tercapai.
Selain itu, remaja akan sering membangkang pada orang tua, sering bertengkar
dengan teman, sering ugal-ugalan dan terkadang menjadi pendiam dan tidak
banyak bicara (Khairiyah, 2013).
4
Penyakit yang paling sering diakibatkan oleh konsumsi minuman
beralkohol secara berlebihan adalah hipertensi. Hasil penelitian Suanders di
Sidney menunjukkan bahwa lebih dari 50% peminum alkohol memiliki tekanan
darah di atas 140/90mmHg (Saunders, 1987). Sesso juga menyebutkan terdapat
hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan munculnya penyakit hipertensi
baik pada pria maupun wanita (Sesso, 2008).
Konsumsi alkohol juga dapat mengganggu fungsi dari semua bagian
saluran pencernaan. Alkohol konsumsi akut menyebabkan perubahan dalam
motilitas esophagus dan perut yang mendukung terjadinya reflux
gastroesophageal dan refluks esfofagitis sehingga dapat menyebabkan kerusakan
mukosa lambung (Bode & Bode., 1997).
Dental Health Australia menyebutkan bahwa hal-hal yang dapat terjadi
akibat konsumsi alkohol antara lain adalah kerusakan atau erosi gigi, mulut kering,
buruknya kebersihan mulut, hingga terjadinya kanker mulut (Dental Health
Australia). Selain itu, minuman keras juga akan mengganggu fungsi dan proses
sistem reproduksi. Hasil penelitian eksperimen dari Ilyas membuktikan bahwa
pemberian tuak pada mencit jantan dengan dosis yang lebih tinggi dan waktu yang
lebih lama cenderung menurunkan kualitas spermatozoa dan menekan jumlah
anak hasil perkawinannya (Ilyas, 2013).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa banyak penyakit yang
diakibatkan oleh konsumsi tuak yang berlebihan. Hal ini menunjukkan besarnya
pengaruh perilaku konsumsi tuak pada status kesehatan. Perilaku konsumsi tuak
5
muncul tentu karena adanya faktor-faktor pencetus, penguat dan pendukung. Hal
ini sesuai dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa komponen yang
mempengaruhi perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, reinforcing dan
enabling.
Setiawan dalam penelitian kualitatif di Kabupaten Maluku Tengah
membuktikan bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat akan membentuk
persepsi dan kontrol yang salah terhadap minuman keras sehingga peluang
munculnya perilaku konsumsi minuman keras akan semakin besar (Setiawan,
2013). Harju dalam Ruslan (2013) menyatakan bahwa sikap memainkan peran
kunci dalam memutuskan munculnya sebuah tindakan atau perilaku.
Tradisi dan kepercayaan juga memberikan pengaruh kuat pada perilaku
seseorang. Mengingat tuak dijadikan sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki
Batak Toba dan wajib menjadi jamuan pada saat upacara atau ibadah (Ikegami,
1997). Di sisi lain, Bapak Haposan Panggabean, sesepuh desa, masyarakat Batak
Toba juga pada umumnya mempercayai adanya kebahagiaan dan persaudaraan
ketika mengonsumsi tuak, dengan kebahagiaan tersebut maka penyakit tidak akan
muncul.
Penelitian Imelda (2010) membuktikan bahwa perilaku kesehatan pada
masyarakat dapat terbentuk karena adanya budaya dan tradisi yang telah mendarah
daging dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam keluarga sebagai unit
terkecil yang dijadikan sebagai contoh dalam berperilaku. Petugas kesehatan juga
seyogyanya mampu memperbaiki pengetahuan dan sikap masyarakat sebagai
6
langkah awal untuk mengendalikan perilaku konsumsi minuman keras.
Rendahnya pengetahuan mengenai masalah kesehatan, kurangnya kesadaran
untuk sehat, tradisi dan kepercayaan, dan peran keluarga serta keluarga serta
petugas kesehatan terhadap pola konsumsi tuak semakin menguatkan mereka pada
perilaku tersebut dan sebenarnya merugikan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2012
memberikan informasi bahwa persentase peminum alkohol pada pria berusia 15-
19 tahun sebesar 30,2% dan berusia 20-24 tahun sebesar 52,9%, sementara
persentase wanita berusia 15-19 tahun sebesar 3,5% dan berusia 20-14 tahun
sebesar 7,1%. Hal ini menunjukkan prevalensi peminum minuman beralkohol
masih tinggi.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, banyak penyakit yang
diakibatkan oleh konsumsi tuak yang berlebihan. Hal ini menunjukkan besarnya
pengaruh pola konsumsi tuak pada status kesehatan. Maka dari itu, penelitian ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana pola dan faktor-faktor yang
mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan peminum tuak
di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
pada tahun 2015.
7
C. Pertanyaan Penelitian
Adapun pertanyaan- pertanyaan yang akan dijawab pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian
Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun
2015?
2. Bagaimana tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015?
3. Bagaimana sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera
Utara tahun 2015?
4. Bagaimana tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae
Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun
2015?
5. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban Siagian
Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun
2015?
6. Bagaimana kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban Siagian
Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun
2015?
8
7. Bagaimana peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi tuak di
Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015?
8. Bagaimana keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun
2015?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan faktor-faktor yang
mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan
peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita
Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Diketahuinya pola konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015
b. Diketahuinya tingkat pengetahuan mengenai tuak pada peminum tuak
di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten
Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015
9
c. Diketahuinya sikap peminum tuak terkait konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli
Utara Sumatera Utara tahun 2015
d. Diketahuinya tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015
e. Diketahuinya kepercayaan masyarakat terhadap tuak di Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015
f. Diketahuinya kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak di Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015
g. Diketahuinya peran petugas kesehatan dalam mengatasi pola konsumsi
tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten
Tapanuli Utara Sumatera Utara tahun 2015
h. Diketahuinya keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban
Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara tahun 2015.
10
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan acuan untuk
melakukan penelitian sejenis yang lebih kompleks, seperti penelitian bivariat
atau multivariat.
2. Manfaat Bagi Pemerintah dan Instansi Kesehatan
Melalui penelitian ini, pemerintah dapat mengetahui faktor penyebab dominan
masalah konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga
pemerintah dapat memberikan penanggulangan yang tepat sasaran dan tepat
guna dalam mengendalikan pola konsumsi tuak tersebut.
3. Manfaat Bagi Peminum Tuak
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai dampak
konsumsi tuak sehingga para peminum tuak memiliki kemauan untuk
mengendalikan perilaku mengonsumsi tuak.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas
Barita Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara pada bulan Desember
2014 sampai Mei 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan
faktor-faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang
11
dirasakan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita
Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang diteliti adalah
pria berusia 17 tahun ke atas yang telah mengonsumsi tuak sekurang-kurangnya
selama satu tahun. Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang
menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif serta metode simple random sampling untuk pengambilan sampel
penelitian.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Epidemiologi Konsumsi Alkohol
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai distribusi,
determinan dan perkembangan dari status atau kejadian kesehatan (WHO, 2015).
Konsumsi alkohol termasuk dalam cabang epidemiologi sosial, yaitu ilmu yang
mempelajari status atau kejadian masalah kesehatan dengan mengintegrasikan
aspek perilaku, struktur sosial, budaya, kepercayaan, agama, politik, ekonomi,
demografi, biologi dan fisiologi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap
munculnya masalah kesehatan tersebut (Hasanbasri, 2012). Berikut ini adalah
model pendekatan epidemiologi sosial untuk menunjukkan hirarki faktor sosial
yang mempengaruhi disparitas kesehatan (Kaplan dalam Murti, 2009):
13
Gambar 1. Model determinan sosial hilir dan hulu bagi kesehatan individu dan kesehatan
populasi (Kaplan dalam Murti, 2009)
Gambar di atas menunjukkan bahwa status kesehatan seseorang atau
populasi bergantung kepada keadaan patofisiologi, dan patofisiologi tentunya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial, seperti tradisi, kebijakan dan sebagainya.
Engel dalam Cwikel (2006) menyebutkan bahwa terapan epidemiologi yang
hanya menggunakan model biomedis tidak sesuai untuk mengidentifikasi
beberapa penyakit, seperti alkoholisme dan skizofrenia. Maka dari itu,
epidemiologi sebaiknya mampu berbaur dengan aspek sosial sehingga tenaga
14
kesehatan tidak hanya mengetahui bakteri, jamur atau virus sebagai faktor
penyebab penyakit, namun juga faktor-faktor sosial.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu tentang
distribusi dan determinan masalah kesehatan, maka berikut ini adalah penjabaran
mengenai distribusi peminum alkohol dan determinan konsumsi alkohol.
1. Distribusi Peminum Alkohol
Distribusi peminum alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama, yakni
orang, tempat dan waktu.
a. Menurut Orang
Murray dan Lopez dalam Jernigan (2001) menyatakan bahwa
sebesar 5% dari semua kematian di seluruh dunia yang terjadi pada usia 5
sampai 29 tahun disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol. The Global
Burden of Disease Study mendukung pernyataan tersebut dengan
membuktikan bahwa penyalahgunaan alkohol jauh lebih umum terjadi di
antara orang-orang muda (Jernigan, 2001).
Di seluruh dunia, peminum alkohol berat lebih sering ditemukan
pada kelompok usia 15 sampai 19 tahun (11,7%), dibandingkan dengan
kelompok usia 15 tahun ke atas (7,5%). Menurut jenis kelamin, proporsi
peminum alkohol pada laki-laki lebih besar (21,5%) dari pada perempuan
(5,7%) (WHO, 2014).
15
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi
peminum alkohol di Indonesia sebesar 4,6% dimana laki-laki
menyumbang persentase paling besar (4,9%) dari pada perempuan (0,3%).
prevalensi peminum alkohol paling tinggi pada kelompok usia 25-34
tahun, yaitu 6,7% dan disusul oleh kelompok usia 15-24 tahun dan 35-44
tahun, yaitu sebesar 5,5%. SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa
berdasarkan jenis kelamin, prevalensi laki-laki jauh lebih besar (38,8%)
dari pada perempuan (4,6%) dan berdasarkan usia, prevalensi kelompok
usia 20-24 tahun lebih besar (60%) dibandingkan dengan kelompok usia
15-19 tahun (33,7%).
Peminum alkohol, secara nasional maupun global, lebih banyak dari
kalangan laki-laki dari pada perempuan. Namun, terdapat perbedaan
menurut usia dimana peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari
kelompok usia remaja (15-19 tahun), sementara di Indonesia lebih banyak
dari kelompok usia dewasa (25-34 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa
kesadaran untuk mengendalikan faktor risiko penyakit degeneratif pada
usia dewasa di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan seluruh
dunia.
16
b. Menurut Tempat
Secara global, konsumsi alkohol paling tinggi berada di wilayah
Eropa dan Amerika. Konsumsi alkohol menengah berada di wilayah
Pasifik Barat dan Afrika. Selanjutnya konsumsi alkohol terendah
ditemukan di Asia Tenggara dan Mediterania Timur (WHO, 2014)
Gambar 2. Distribusi peminum minuman keras di dunia (Sumber: WHO, 2014)
Menurut WHO (2014), perbedaan jumlah peminum alkohol
berbeda-beda di setiap wilayah. Hal tersebut disebabkan karena interaksi
berbagai faktor, baik dari faktor sosial, ekonomi, kepercayaan dan budaya.
Misalnya adanya daerah yang didominasi oleh agama Islam sehingga
larangan mengonsumsi alkohol sangat ditekankan.
Menurut SDKI tahun 2012, di Indonesia, prevalensi peminum
alkohol lebih besar berada di perkotaan (45,7%) dari pada pedesaan
(40,1%). Sedangkan menurut Riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa
17
peminum alkohol lebih banyak berada di pedesaan (5,1%) dari pada di
perkotaan (3,9%). Hal ini juga dipengaruhi oleh adanya interaksi faktor
baik internal maupun eksternal, misalnya pengetahuan atau budaya.
Suhardi (2011) menyatakan bahwa daerah perkotaan dengan
prevalensi peminum alkohol yang tinggi berada di Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo,
Papua Barat dan Papua. Daerah pedesaan dengan prevalensi peminum
alkohol yang tinggi berada di Provinsi Sumatera Utara, Bali, Kalimantan
Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku,
Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Gorontalo dan Sulawesi Utara .
c. Menurut Waktu
Alkohol pada dasarnya dapat diminum kapan saja, tetapi
terdapat beberapa waktu yang dapat meningkatkan jumlah peminum
alkohol. National Single Window Indonesia (2012) menyatakan bahwa
alkohol sering disajikan pada saat pesta dan perayaan, sehingga risiko
meningkatnya jumlah peminum alkohol dapat terjadi pada saat seseorang
mengadakan atau menghadiri pesta. Selain itu, musim liburan juga dapat
meningkatkan jumlah peminum alkohol, karena sebagian orang membuat
keputusan untuk berlibur dan bepergian jauh dari rumah untuk kemudian
18
membuat pesta dan menyajikan alkohol sebagai jamuan (National Single
Window Indonesia, 2012).
2. Determinan Konsumsi Alkohol
Determinan konsumsi alkohol dapat ditinjau melalui tiga variabel utama,
yakni agent, host dan environment.
a. Agent
Agent adalah penyebab masalah kesehatan yang dapat berupa unsur
hidup, unsur mati atau keadaan hidup seseorang (Budiarto, 2002). Agent
yang berperan dalam pembentukan perilaku mengonsumsi alkohol adalah
keadaan hidup, misalnya adanya masalah keluarga, perasaan tidak
dihargai, terasing dari kelompok sosial atau stress (Cwikel dalam Cwikel,
2006).
b. Host
Host atau pejamu merupakan keadaan manusia yang dapat menjadi
inang (media) agent untuk menimbulkan masalah kesehatan. Interaksi host
dan agent dapat dianalogikan sebagai tanah dan benih dimana tumbuhnya
benih, atau agent, tergantung pada keadaan tanah, atau host. Semakin
rentan keadaan host maka agent akan semakin mudah menimbulkan
masalah kesehatan (Budiarto, 2002).
19
Berdasarkan distribusi peminum alkohol, dapat diketahui bahwa
secara nasional maupun global, peminum lebih banyak dari kalangan laki-
laki dari pada perempuan. Menurut Kurniawati dkk (2011) hal ini
disebabkan karena pria cenderung lebih tertutup daripada wanita sehingga
masalah lebih sering diselesaikan dengan cara yang menyenangkan dirinya
sendiri. Selain itu, pria juga lebih berani dalam melakukan hal-hal yang
mengandung risiko tinggi.
Peminum alkohol di dunia lebih banyak berasal dari kelompok
usia remaja (15-19 tahun), sementara di Indonesia lebih banyak dari
kelompok usia dewasa (25-34 tahun). Hal ini disebabkan karena penduduk
Indonesia mayoritas beragama Islam dan dilarang mengonsumsi alkohol
sehingga penduduk Indonesia memiliki batasan, terutama remaja, juga
dibatasi oleh adanya pemantauan orang tua, sementara orang dewasa pada
umumnya tidak lagi dipantau oleh orang tua karena telah dianggap mampu
mengendalikan jalan hidup sendiri. Selain itu, orang dewasa juga
cenderung memiliki masalah lebih banyak dari pada usia remaja sehingga
orang dewasa lebih banyak mengonsumsi alkohol untuk melepaskan
bebannya.
c. Environment
Environment atau lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di
luar kehidupan suatu organisme, lingkungan tersebut dapat berupa
20
lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial (Efendi & Makhfudli, 2009).
Faktor lingkungan yang paling berperan dalam membentuk perilaku
mengonsumsi alkohol adalah lingkungan sosial.
Lingkungan sosial tersebut dapat berupa tradisi, budaya, adat
istiadat, norma, kebijakan, kepercayaan, agama, sikap, standar dan gaya
hidup, pekerjaan, ekonomi, organisasi dan politik. Masyarakat terpapar
oleh lingkungan sosial karena adanya interaksi dan dukungan media
komunikasi yang telah berkembang (Chandra, 2006).
B. Tuak
1. Definisi
Alkohol adalah cairan transparan yang dapat diperoleh dari
fermentasi karbohidrat dan ragi, mudah menguap, dapat bercampur dengan
air, eter atau kloroform (Iskandar, 2012). Peraturan Presiden nomor 74
tahun 2013 menyatakan bahwa minuman beralkohol merupakan minuman
yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) yang diproses
dengan cara fermentasi dengan atau tanpa destilasi dari bahan hasil
pertanian. Minuman beralkohol tradisional merupakan minuman
beralkohol yang diproduksi secara tradisional dan dikemas sederhana serta
dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan.
Berdasakan kadar alkoholnya, minuman Beralkohol
diklasifikasikan ke dalam tiga golongan, yaitu:
21
a. Golongan A adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) sampai dengan 5% (lima persen);
b. Golongan B adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) 6% (enam persen) sampai dengan 20% (dua puluh persen);
dan
c. Golongan C adalah minuman dengan kadar etil alkohol atau etanol
(C2H5OH) 21% (dua puluh satu persen) sampai dengan 55% (lima
puluh lima persen).
Tuak adalah minuman beralkohol tradisional di daerah Sumatera
Utara, terutama pada Suku Batak Toba, yang mengandung alkohol dengan
kadar 4% (Ilyas, 2013). Berdasarkan keputusan dan peraturan yang telah
ditetapkan, maka tuak dapat digolongkan sebagai salah satu jenis minuman
keras. Dengan demikian, tuak dapat digolongkan sebagai minuman keras
golongan A. Jika dibandingkan dengan minuman alkohol import, seperti
whisky atau brandy yang mengandung kadar alkohol sebesar 20% - 50%
(golongan C) (Mahkamah Agung, 2012), kadar alkohol tuak jauh lebih
rendah.
Tuak terbuat batang pohon aren (Arenga pinnata) dan diambil
airnya, yaitu air nira, kemudian dicampurkan dengan kayu raru. Menurut
Sunanto, pohon aren dapat tumbuh dengan baik dan mampu berproduksi
pada daerah dengan tanah subur pada ketinggian 500 m – 800 m di atas
22
permukaan laut, termasuk di Indonesia. Maka dari itu tuak dapat dengan
mudah diproduksi di wilayah Indonesia (Ikegami, 1997).
Tuak memiliki posisi sebagai minuman sehari-hari bagi laki-laki
Suku Batak Toba. Tuak juga berperan penting sebagai tradisi dalam adat
Batak Toba, misalnya dalam adat manulangi, yaitu upacara penjamuan
orang tua yang telah bercucu oleh keturunan-keturunannya, tuak menjadi
menu utama dalam jamuan tersebut (Ikegami, 1997). Tuak juga berperan
penting dalam acara manuan ompu-ompu, dimana tuak digunakan untuk
menyiram tanaman yang dinamakan ompu-ompu yang ditanam pada
sawah atau kebun orang yang sudah meninggal. Tuak merupakan sarana
perwujudan silaturahmi dengan adanya jamuan kehormatan bagi Dalihan
Na Tolu, yaitu nama lain yang diberikan bagi tiga garis hubungan yang
dihormati oleh suatu keluarga (Lumban Gaol & Husin, 2013).
2. Kandungan Tuak
Tuak yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Batak Toba dapat
dibuat dari air nira dari batang aren, biasanya resep ini akan turun-temurun
kepada anak-anak pembuat tuak tersebut. Eka pada penelitiannya tahun
2008 menjelaskan bahwa komponen yang dikandung oleh nira antara lain
air 88,40%, gula 27%, protein 0,41%, lemak 0,17% dan asam-asam
organik seperti asam sitrat, asam tartarat, asam malat, asam suksinat, asam
laktat, asam fumarat dan asam piroglutamat (Haryanti & dkk, 2012).
23
Fermentasi yang terjadi pada nira dibantu oleh adanya bakteri
Saccharomyces sp, nira sangat mudah mengalami fermentasi karena
memiliki ragi liar (Muku & Sukadana, 2009). Fermentasi yang terjadi
mengakibatkan adanya perombakan terhadap senyawa-senyawa
penyusunnya. Perombakan salah satunya terjadi pada gula yang akan
berubah menjadi alkohol dan selanjutnya berubah menjadi asam cuka.
Pada pembuatan tuak, biasanya ditambahkan kulit batang Sonneratia sp.
(kayu raru), penambahan kulit batang tersebut berguna untuk menghambat
proses fermentasi nira khususnya pada proses oksidasi alkohol menjadi
asam cuka (Sinda & Len, 2003).
Setelah melalui proses fermentasi, air nira akan memproduksi tuak
yang mengandung air 88%; karbohidrat 11,8%; protein 0,23%; lemak 0,02%;
mineral 0,03% dan alkohol 4%-5% (Noviyanti, 2014). Noviyanti (2014)
menjelaskan bahwa air nira yang baru diambil dari pohonnya memiliki rasa
manis dengan pH netral sekitar 7, akan tetapi karena adanya pengaruh
lingkungan dan fermentasi menyebabkan air nira tersebut terkontaminasi
sehingga pH menurun menjadi 5,34 dan rasa manis pada nira berubah menjadi
asam.
C. Dampak Konsumsi Tuak
WHO dalam Putusan Mahkamah Agung (2012) menyebutkan bahwa
terdapat dampak negatif bagi konsumen minuman keras, dampak tersebut
24
dikelompokkan berdasarkan jangka waktu. Dampak konsumsi minuman keras
berdasarkan jangka waktu konsumsi terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Jangka Pendek
Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu
pendek antara lain mulut akan terasa kering, pupil mata membesar, detak
jantung lebih kencang, rasa mual dan kesulitan bernafas. Dampak psikis yang
terjadi adalah perasaan merasa hebat, tidak ada rasa malu dan merasa santai
(relax).
b. Jangka Panjang
Dampak yang dirasakan jika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu
panjang adalah konsumen akan terancam masalah kesehatan yang serius seperti
kerusakan hati, ginjal, paru-paru, jantung, radang usus, penyakit liver,
kerusakan otak bahkan hingga gangguan jiwa.
Berikut ini adalah beberapa penyakit yang dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol
secara berlebihan.
1. Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Konsumsi tuak dan minuman lain yang mengandng alkohol dapat
merusak beberapa sistem organ, salah satunya adalah sistem kardiovaskular.
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan
tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh, terdiri dari jantung,
25
komponen darah dan pembuluh darah. Menurut ICD (International
Classification of Disease) menyebutkan bahwa penyakit jantung dan
pembuluh darah terdiri dari rematik akut, jantung rematik kronik, hipertensi,
penyakit hati iskemik, penyakit paru dan sirkulasi, penyakit serebrovaskular,
penyakit pada arteri, arteriola dan kapiler, penyakit pada vena dan sistem limfa
dan lain-lain (Bustan, 2007).
Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa alkohol dengan kadar
sedang dan ringan akan memberikan efek protektif terhadap penyakit
kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan kadar HDL. Namun, jika
berlebihan, alkohol akan meningkatkan trigliserida dalam darah (Artanti,
2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan adanya gangguan kadar
lemak di dalam darah. Kadar lemak akan meningkat dan menumpuk dalam
pembuluh darah sehingga membentuk plak. Hasil penelitian menunjukan
bahwa gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor
penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah (Teo dkk, 2011).
Britton menyatakan pada hasil review bahwa hubungan antara
konsumsi minuman keras dan kematian akibat penyakit jantung merupakan
hubungan kausalitas yang memiliki implikasi lebih luas (Britton & McKee,
2000). Penelitian Chenet menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara peningkatan kematian akibat penyakit kardiovaskular dengan
konsumsi alkohol (Chenet & dkk, 1998). Keil menjelaskan bahwa konsumsi
alkohol dalam jumlah yang banyak akan meningkatkan prevalensi penyakit
26
hipertensi dan stroke hemoragik serta penyakit kardiovaskular (Keil & dkk,
1997).
Salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling sering mendapat
perhatian dari semua kalangan masyarakat adalah hipertensi. Hipertensi
merupakan gerbang awal yang memicu munculnya penyakit degeneratif
lainnya, seperti penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal.
Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140 mmHg
ke atas. Diagnosis hipertensi secara umum mengacu kepada klasifikasi
tekanan darah oleh JNC 7 untuk pasien dewasa (umur ≥18 tahun) yang diukur
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau
lebih kunjungan klinis (Direktorat Bina Farmasi dan Klinis, 2006).
Sesso menyebutkan terdapat hubungan positif antara konsumsi alkohol
dengan munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso,
2008). Beilin juga mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan
bahwa konsumsi alkohol yang rendah akan menurunkan risiko terjadinya
hipertensi (Beilin & dkk, 1996). Selain hipertensi, penyakit lain yang
disebabkan konsumsi alkohol adalah penyakit jantung koroner. Beberapa studi
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara konsumsi alkohol
dengan munculnya penyakit jantung koroner (Rimm, 2000).
27
2. Diabetes Melitus
Konsumsi alkohol secara berlebihan akan mengubah sistem
metabolisme. Tuak sebagai salah satu minuman yang mengandung alkohol
akan memicu risiko munculnya diabetes melitus pada seseorang. Diabetes
melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang muncul karena turunan
keluarga, karena kekurangan produksi insulin oleh pankreas atau karena tidak
efektifnya insulin yang dihasilkan (WHO, 2015).
Beberapa penelitian menyatakan bahwa mengonsumsi alkohol
memiliki asosiasi terbalik terhadap risiko penyakit diabetes melitus. Salah
satunya adalah penelitian Ajani yang menunjukkan bahwa peminum alkohol
dengan kadar menengah memiliki risiko diabetes lebih rendah dari pada
dengan kadar tinggi (Ajani, 2000). Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa hal
tersebut karena alkohol memberikan efek hipoglikemi pada peminumnya,
maka peminum dengan riwayat diabetes melitus berisiko lebih rendah terkena
diabetes yang lebih parah. Namun jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan
maka kadar glukosa dalam tubuh akan semakin menurun sehingga seseorang
akan lebih sering mengonsumsi glukosa. Hal ini malah semakin meningkatkan
risiko munculnya diabetes melitus (Hassan & dkk, 2002).
Penelitian Sampfer dan rekan-rekannya menemukan bahwa wanita
yang mengonsumsi alkohol sebanyak 15 gram setiap hari lebih berisiko
menderita diabetes melitus dibandingkan dengan yang tidak meminum alkohol
(Rimm & dkk, 1994). Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian
28
Hassan dan kawan-kawan yang menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara konsumsi alkohol secara berlebihan dengan munculnya
diabetes melitus pada seseorang (Hassan & dkk, 2002). Penelitian Kao juga
membuktikan bahwa konsumsi alkohol secara berlebihan akan meningkatkan
risiko diabetes melitus namun jika dikonsumsi hanya dengan kadar sedang
maka tidak akan meningkatkan risiko diabetes melitus (Kao & dkk, 2002).
3. Penyakit Mulut dan Gigi
Penyakit mulut dan gigi juga dapat diakibatkan oleh konsumsi alkohol. Touyz
menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi,
kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme (Touyz, 2010).
Berdasarkan penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa
konsumsi tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi
gigi pada peminumnya. Erosi gigi disebabkan oleh kontak langsung
berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat asam. Demineralisasi
email gigi akan terjadi apabila pH lingkungan mulut mencapai tingkat
keasaman 5,5 (Noviyanti, 2014). Diketahui dari penelitian Fadhilah (2012)
menunjukkan bahwa tingkat keasaman tuak adalah 5,34 yang berarti minuman
tuak tersebut bersifat asam dan sangat berpeluang besar menyebabkan erosi
gigi.
Menurut Isidora dkk (2003), seseorang yang mengonsumsi tuak
cenderung memiliki gizi yang buruk. Gizi buruk yang dialami akan
29
menyebabkan mukosa dari selaput lendir rongga mulut menjadi lemah
sehingga mukosa rongga mulut sangat mudah mengalami mikro lesi baik
akibat trauma mekanis. Mikro lesi dapat berupa sariawan atau bahkan dapat
berdampak lebih besar seperti kanker mulut.
Boyle dalam sebuah review menyebutkan bahwa dalam masa
pengamatan selama 10 (sepuluh) tahun ditemukan adanya hubungan antara
munculnya kanker mulut dengan kebiasaan konsumsi alkohol (Boyle & dkk,
1990). Rothman dan Keller mendukung penelitian tersebut dengan
menyatakan bahwa paparan gabungan antara mengonsumsi alkohol dan
merokok dapat menyebabkan kanker oral (mulut), maka dari itu kedua paparan
tersebut perlu ditiadakan untuk mencegah terjadinya kanker mulut (Rothman
& Keller, 1972).
4. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal kronis atau sering disebut sebagai Chronic Kidney
Disease (CKD) merupakan penyakit yang terjadi akibat adanya abnormalitas
struktur atau fungsi ginjal selama tiga bulan atau lebih. Penyakit ginjal
dimanisfetasikan oleh salah satu dari beberapa gejala sebagai berikut
(Rahmadi, 2010):
a. Abnormalitas pada komposisi darah atau urin
b. Abnormalitas pada pemeriksaan pencitraan
c. Abnormalitas pada biopsi ginjal.
30
Mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan mengganggu
mekanisme kerja ginjal, sehingga memunculkan gangguan-gangguan baru
pada sistem perkemihan. Sifat alkohol sebagai diuretik dapat mempengaruhi
keseimbangan elektolit dalam darah. Alkohol akan menekan produksi ADH
(Antidiuretik Hormone) dari kelenjar hipofisis. Selanjutnya tubuh akan
mengeluarkan air terus menerus sehingga tubuh akan kekurangan air dan
proses ekskresi urin dalam ginjal akan terganggu (Dasgupta dalam Adnyana,
2012).
Studi kohort yang dilakukan oleh Shankar dan rekannya membuktikan
bahwa konsumsi alkohol sebanyak empat porsi atau lebih per hari
berhubungan dengan munculnya penyakit ginjal kronik (Shankar & dkk,
2006). Penelitian Yamagata menunjukkan bahwa konsumsi alkohol kurang
dari 20 gram per hari akan mengurangi risiko albuminuria pada pria, namun
efek proteksi tersebut akan hilang jika seseorang mengonsumsi minuman
sebanyak 20 gram atau lebih per harinya (Yamagata & dkk, 2007).
5. Penyakit Hati
Penyakit hati yang paling banyak terjadi akibat penyalahgunaan
alkohol antara lain adalah perlemakan hati, alkoholik hepatitis dan sirosis hati
(Maher, 1997). Pada penelitian Saskara dan Suryadarma (2013) sirosis hati
terjadi karena apanya perkembangan dari penyakit hati kronis yang
disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan. Hal tersebut dikuatkan
31
oleh pengakuan dari para responden bahwa mereka gemar mengonsumsi arak
tradisional sejak muda. Arak yang diminum sebanyak 1-2 gelas selama 2-3
kali tiap minggu.
Gambar 3. Mekanisme alkohol menyebabkan penyakit hati
Timbulnya penyakit hati akibat alkohol dapat dijelaskan secara
biokimia. Alkohol yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dalam hati
dan berubah menjadi asetaldehida (Adnyana, 2012). Alsetaldehida yang
diperoleh dari interaksi alkohol dengan enzim alkohol dehidrogenase (ALD)
dapat meningkatkan jumah radikal bebas dalam tubuh. Semakin banyak
asetaldehida yang diproduksi maka akan semakin meningkat jumlah radikal
bebas dalam tubuh. Stres oksidatif kemungkinan besar dapat terjadi jika
peningkatan jumlah radikal bebas tersebut melebihi kapasitas tubuh untuk
menetralkannya (Gramenzi dkk, 2006).
32
Stress oksidatif yang telah terjadi selanjutnya dapat mengakibatkan
rendahnya sistem antioksidan dalam tubuh sehingga dapat meningkatkan
kepekaan terhadap reaksi senyawa oksigen reaktif (SOR). Peroksidasi lipid
merupakan kerusakan pada proses oksidasi lemak akibat reaktivitas SOR
(Setiawan dan Suhartono, 2007). Gangguan pada proses oksidasi lemak dapat
memicu terjadinya penimbunan lemak dalam hati. Peroksidasi lipid akan
menyebabkan timbulnya inflamasi pada hati karena adanya reaksi pertahanan
tubuh. Inflamasi ini selanjutnya akan berkembang ke arah sirosis hati jika
konsumsi alkohol tetap belanjut (Gramenzi dkk, 2006).
6. Penyakit pada Saluran Pencernaan
Penyakit pada saluran pencernaan sering disebut sebagai
gastrointestinal. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan
penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus
(intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris)
dan pankreas (Hadi, 2002).
Penelitian Kaufman dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada gastrointestinal,
misalnya gastritis besar dan perdarahan pada duodenum (Kaufman & dkk,
1995). Pronko menjelaskan mengenai dampak konsumsi alkohol terhadap
terjadinya kerusakan mukosa kolon atau rektum, dampak lain yang dapat
33
terjadi adalah hiper regenatif sehingga terjadi penumpukan pada lokasi
tertentu dan menyebabkan tumor (Pronko & dkk, 2002).
Penyakit gastrointestnal yang sering muncul pada masyarakat adalah
maag. Maag terjadi karena sekresi asam klorida (HCl) yang berlebihan dalam
lambung. Pada dasarnya HCl diperlukan untuk membantu menghancurkan
makanan dalam lambung, akan tetapi akan menjadi masalah ketika produksi
HCl berlebihan atau ketika perut dalam keadaan kosong sementara HCl tetap
bekerja. Hal ini yang dapat menyebabkan terjadinya maag pada seseorang.
Minuman keras, termasuk tuak, dapat memicu munculnya penyakit
maag, hal tersebut karena adanya kandungan alkohol. Menurut Avinash dkk
(2011) dan Andyana (2012), minuman dengan jumah alkohol rendah dapat
dengan cepat merangsang sekresi asam lambung dan mempercepat
pengosongan lambung.
7. Gangguan Psikologi
Dampak umum yang disebabkan oleh konsumsi alkohol adalah
dampak secara psikologis. Menurut Utina, beberapa dampak psikologis akibat
konsumsi alkohol secara berlebihan adalah mudah tersinggung, mudah marah,
gelisah, menghindar dari kegiatan yang tidak memberikan kesempatan untuk
minum seperti belajar atau bekerja, sulit membuat keputusan, tidur terlalu
banyak, hiperbola yaitu berlebihan dalam mengekspresikan suatu perasaan
(Utina, 2011). Wiers dalam penelitiannya membuktikan bahwa alkohol akan
34
memberikan kepekaan pada peminum berat, sehingga peminum tersebut akan
memberikan respon cepat apabila mendapatkan penawaran hal-hal baru seperti
narkoba (Wiers & dkk, 2002).
Pengaruh alkohol terhadap psikologis berhubungan dengan efeknya
terhadap sistem saraf pusat. Terdapart neurotransmitter yang berperan dalam
menyampaikan rasa senang, yaitu dopamin, yang berpusat pada ventral
tergmental area (VTA) di daerah otak tengah. Alkohol, dengan sifat kimianya,
mampu mengaktivasi pengeluaran dopamin secara langsung sehingga orang
yang meminum alkohol cenderung merasa senang dan lupa akan masalahnya
(Adnyana, 2012).
D. Konsumsi Tuak
1. Definisi Konsumsi Tuak
Konsumsi tuak merupakan salah satu bentuk dari perilaku. Perilaku
adalah segala bentuk kegiatan atau tindakan manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar sebagai respon terhadap
stimulus yang didapatkan untuk mencapai suatu tujuan (Sudarma, 2008).
Berdasarkan definisi tersebut, maka konsumsi tuak adalah tindakan seseorang
menghabiskan tuak untuk memenuhi kepuasan sebagai respon terhadap
stimulus yang diperoleh, baik dari dalam diri sendiri maupun dari
lingkungannya.
35
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Tuak
Konsumsi tuak dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun
dari luar subyek. Menurut Lawrence Green, perilaku secara umum terbagi tiga
yang meliputi (Noorkasiani & dkk, 2007):
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor yang mempermudah
terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor yang termasuk sebagai
predisposisi antara lain:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses
penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan berperan sebagai
landasan dan dasar dalam membuat keputusan termasuk keputusan
untuk berperilaku (Pickett & Hanlon, 2008). Dinata (2013)
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi munculnya perilaku mengonsumsi minuman keras
adalah pengetahuan, baik pengetahuan seputar minuman keras
maupun pengetahuan keagamaan yang melarang konsumsi minuman
keras.
Pengetahuan dalam domain kognitif terdiri dari 6 (enam)
tingkatan, yaitu (Efendi & Makhfudli, 2009):
36
a) Tahu
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tingkatan
ini sama dengan mengingat kembali suatu yang spesifik dari
seluruh bagian yang dipelajari sebelumnya.
b) Memahami
Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan menginterpretasikan
objek tersebut dengan benar.
c) Penerapan
Penerapan merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan
informasi yang telah diterima dan dipelajari sbelumnya pada
situasi atau kondisi sebenarnya.
d) Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan suatu
materi kepada beberapa komponen yang masih terdapat pada
suatu struktur atau lingkup yang sama dan saling berkaitan.
e) Sintesis
Sintesis merupakan kebalikan dari analisis, yaitu kemampuan
untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola atau
bentuk yang baru.
37
f) Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek, dimana penilaian yang dilakukan
didasarkan pada kriteria yang telah ada dan telah dipelajari.
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Efendi
& Makhfudli, 2009):
a) Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya pemberian ilmu dan
pengetahuan dari pendidik kepada didik. Penelitian Asiah
membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan
dengan pengetahuan kesehatan seseorang (Asiah, 2010).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan
cenderung semakin baik.
b) Informasi
Akses terhadap informasi yang baik juga akan
menambah pengetahuan seseorang. Sumber informasi yang
lebih banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih luas.
c) Pengalaman
Hal-hal yang pernah dialami seseorang secara tidak
langsung akan menambah pengetahuan yang bersifat informal.
38
Semakin banyak pengalaman seseorang maka akan semakin
banyak hal yang dapat dipelajari.
d) Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk bersosialisasi,
bermasyarakat dan memenuhi kebutuhan hidup dapat
menambah tingkat pengetahuan.
2) Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu
rangsangan atau objek. Ekspresi sikap tidak dapat dilihat secara
nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung penilaian secara
emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif. Sikap dapat
terbentuk dengan adanya interaksi sosial, baik secara fisik maupun
psikis (Maulana, 2007).
Sikap berperan penting dalam kehidupan dan keseharian
seseorang. Terdapat 4 (empat) fungsi sikap pada seseorang, antara
lain sebagai penyesuaian, pertahanan ego, ekspresi nilai dan sebagai
pengetahuan (Simamora, 2008). Fungsi-fungsi tersebut secara
keseluruhan akan mendorong seseorang melakukan tindakan
berdasarkan sikap yang diyakininya.
39
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan,
antara lain (Simamora, 2008):
a) Receiving, yakni jika seseorang menerima dan memperhatikan
stimulus yang diberikan. Misalnya, sikap seseorang terhadap
konsumsi tuak dapat diketahui dengan kehadiran orang tersebut
di warung tuak setiap hari.
b) Responding, yakni jika seseorang memberikan tanggapan
terhadap stimulus. Misalnya, sikap seseorang menjawab
pertanyaan mengenai perasaan yang dirasakan saat telah
meminum tuak.
c) Valuing, yakni jika seseorang telah merepon suatu stimulus
kemudian membahasnya dengan orang lain atau bahkan
mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk merespon.
Misalnya, ketika seseorang mendapatkan berita mengenai
peraturan penutupan jual beli minuman keras kemudian
mengajak teman-temannya untuk berembuk dan menolak
peraturan tersebut.
d) Responsible, merupakan tingkatan yang paling tinggi dalam
sikap, yaitu jika seseorang mau bertanggung jawab atas jalan
yang dipilihnya dengan risiko yang ada.
40
Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam diri
seseorang, sikap muncul karena dibentuk oleh pengaruh dan
intervensi yang terjadi selama perkembangan hidup seseorang.
Pengaruh tersebut dapat muncul dari lingkungan (eksternal) maupun
dari disi seseorang tersebut (internal). Kedua faktor tersebut yang
mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang (Maulana, 2007).
a) Faktor Internal
i. Fisiologis
Faktor penting terkait fisiologis adalah umur dan kesehatan,
misalnya orang muda pada umumnya lebih ceroboh dalam
menentukan tindakan dibandingkan dengan orang tua yang
lebih berhati-hati.
ii. Psikologis
Psikologi seseorang dapat terbentuk melalui interaksi
sosial dan lingkungan. Psikologi secara sosial dapat
mempengaruhi perubahan sikap pada seseorang (Haugtvedt
& dkk, 2004).
41
b) Faktor Eksternal
i. Pengalaman
Pengalaman terhadap suatu objek akan membentuk
sikap terhadap objek tersebut. Misalnya seseorang yang
biasanya meminum tuak setiap hari akan berhenti jika
mengalami gangguan kesehatan setelah meminum tuak.
ii. Situasi
Situasi atau keadaan seseorang akan membentuk atau
mengubah suatu sikap pada seseorang tersebut. Faktor
situasi mencakup faktor lingkungan dimana manusia
tinggal, baik lingkungan sosial, ekonomi, tradisi atau
budaya. Lindsay menyebutkan dalam artikelnya bahwa
tradisi berperan dalam mempengaruhi sikap dan perilaku,
karena tradisi setiap negara berbeda, maka akan membentuk
sikap yang berbeda-beda pula (Lindsay, 2005).
iii. Peraturan dan Norma
Peraturan dan norma yang berlaku dan ditetapkan
akan membiasakan sikap seseorang. Peraturan dan norma
diberlakukan pada masing-masing aspek dalam kehidupan
seseorang, dapat berupa peraturan dalam beragama,
peraturan di instansi pendidikan, peraturan dalam wilayah,
42
dan lain sebagainya. Peraturan baik yang selalu diikuti
masyarakat akan membentuk sikap positif pada masyarakat.
iv. Hambatan dan Pendorong
Hambatan dan dukungan juga penting diperhitungkan
dalam pembentukan sikap seseorang. Dukungan sosial akan
memberikan pengaruh terhadap peraturan, kepatuhan
tersebut akan berdampak pada terbentuknya sikap positif
pada masyarakat (Kusumadewi & dkk, 2011).
3) Tradisi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, tradisi
merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang
masih dijalankan oleh masyarakat sebagai keturunannya (Setiawan,
2015). Tuak mempunyai arti yang khusus bagi masyarakat Batak
Toba karena tuak merupakan kebiasaaan yang diturunkan oleh nenek
moyang dan dapat digunakan sebagai sarana keakraban serta sebagai
pengungkapan rasa terima kasih. Hal ini menjadi salah satu dasar
pemikiran mengapa tuak dijadikan sebagai tradisi masyarakat Batak
Toba.
Marzuki (2011) menyebutkan bahwa tradisi dan budaya
merupakan dua aspek yang menjadi acuan masyarakat untuk
43
menampilkan perilaku atau tindakan. Suryoputro dkk (2006)
menyebutkan dalam penelitiannya bahwa karakter tradisi dalam
suatu wilayah berpengaruh terhadap perilaku masyarakat setempat,
misalnya perilaku seksual atau perilaku kesehatan.
Menurut Edberg (1955) dalam Edberg (2013), berikut ini adalah alur
tradisi membentuk perilaku mengonsumsi tuak pada masyarakat.
Bagan 1. Social/Culture Factors Affecting Perceived Risk (Edberg, 1955)
Bagan di atas menunjukkan bahwa tradisi memegang peran penting
dalam membentuk perilaku masyarakat, karena pada dasanya
manusia ingin diterima oleh masyarakat sekitar sehingga akan
mengikuti apa yang menjadi tradisi masyarakat tersebut.
Tuak adalah minuman beralkohol yang dapat
meningkatkan risiko penyakit
Konsumsi tuak adalah kebiasaan yang diturunkan oleh
nenek moyang. Masyarakat Batak Toba yakin bahwa
segala sesuatu yang diturunkan oleh nenek moyang
adalah hal yang baik.
Kekhawatiran tidak memperoleh teman dan
kehilangan status sosial dalam masyarakat jika tidak
ikut mengonsumsi tuak
Risk Behavior on Public Health
Perspective
Mediating Social/Cultural Factor
Primary Perceived Risk (by spesific
individual)
44
4) Kepercayaan
Tradisi tidak hanya memberikan warna pada perilaku
masyarakat, tetapi juga berpengaruh dalam keyakinan dan
kepercayaan (Marzuki, 2011). Menurut Johannes dan Diya (2012),
keyakinan atau kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut
seseorang mengenai suatu hal. Seseorang yang telah memiliki
kepercayaan terhadap sesuatu akan merasakan efek berupa kepuasan
psikologis jika dia melakukan tindakan berdasarkan kepercayaan
tersebut.
Kepercayaan berperan dalam membentuk suatu perilaku
atau tindakan. Retor (2014) dalam penelitiannya membuktikan
bahwa kepercayaan seseorang terhadap suatu produk akan
mempengaruhi tindakan untuk menolak atau menerima. Maas (2004)
mendukung pernyataan tersebut dengan penelitiannya yang
menemukan bahwa selain tradisi, kepercayaan dan keyakinan
masyarakat juga dapat mempengaruhi perilaku kesehatan ibu dan
anak. Berikut adalah bagaimana kepercayaan berperan dalam
pembentukan perilaku seseorang yang digambarkan oleh Hayden
(2014).
45
Gambar 4. The Health Belief Model (Stretcher dalam Hayden, 2014)
Gambar di atas menggambarkan bahwa usia, jenis kelamin,
tradisi, sosial dan ekonomi, pengetahuan seseorang, yang disebut
sebagai faktor predisposisi, akan mempengaruhi persepsi mengenai
perbandingan manfaat dan kerugian suatu objek. Komponen
predisposisi tersebut bersama dengan faktor pendukung akan
membentuk persepsi terhadap ancaman dari suatu objek. Persepsi
ancaman, manfaat dan kerugian ini yang kemudian akan membentuk
perilaku seseorang.
46
b. Faktor Pendukung (Enabling)
Faktor pendukung merupakan faktor yang memungkinkan atau
memfasilitasi perilaku atau tindakan seperti warung jual beli tuak.
Misalnya, seorang pemuda sudah mengetahui bahaya dari mengonsumsi
tuak, namun karena warung penjual tuak masih banyak dan tersebar
merata di desanya, pemuda tersebut akan semakin mudah terpengaruh
untuk ikut meminum tuak.
c. Faktor Penguat (Reinforcing)
Faktor penguat adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat
terjadinya perilaku antara lain:
1) Kebiasaan keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari kepala dan anggota keluarga yang berkumpul dan tinggal
dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (UU RI dalam
BKKBN, 2011). Pola pengasuhan keluarga dan enkulturasi
merupakan faktor penting dalam pembentukan watak individu,
sehingga masing-masing individu berperilaku sesuai dengan aturan
dan norma budaya yang ada dalam masyarakat.
47
Berbicara mengenai peranan keluarga dalam membentuk
perilaku anggota keluarga, maka teori yang dapat menjelaskan hal
tersebut adalah teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (1954)
(Rahmah, 2013). Berikut ini adalah piramida Maslow yang
menunjukkan tingkatan kebutuhan dasar manusia.
Gambar 5. Piramida Kebutuhan Dasar Maslow (1954)
Menurut Maslow terdapat 5 (lima) kebutuhan dasar manusia.
Lima kebutuhan dasar manusia adalah sebagai berikut 1) kebutuhan
fisiologis dan biologis seperti pangan dan rekreasi; 2) kebutuhan
keamanan dan keselamatan seperti aman dari ancaman; 3) kebutuhan
sosial seperti cinta dan kasih sayang; 4) kebutuhan penghargaan diri
dan 5) kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan untuk
bertindak sesuai keinginan (Rahmah, 2013).
48
Kebutuhan pertama adalah kebutuhan fisiologis yang
merupakan kebutuhan primer yang wajib untuk dipenuhi seperti
pangan, sandang dan papan, kebutuhan ini diperlukan pada saat masa
pertumbuhan (Rahmah, 2013). Selain asupan kebutuhan fisiologis,
kebutuhan biologis juga seyogyanya diperhatikan oleh keluarga untuk
memaksimalkan manfaat dari keberadaan kebutuhan fisiologi,
misalnya dengan menyediakan waktu untuk tidur atau rekreasi.
Kebutuhan keamanan dan keselamatan juga penting
diperhatikan oleh keluarga, salah satunya dengan memperhatikan
ancaman penyakit akibat konsumsi minuman keras (Rahmah, 2013).
Setiap anggota keluarga pada dasarnya menginginkan kebebasan,
namun peran orang tua adalah membatasi kebebasan tersebut dengan
berbagi pengetahuan mengenai bahaya minuman keras.
Keluarga selanjutnya memperhatikan kebutuhan sosial anggota
keluarga. Setiap orang memiliki keinginan untuk berhubungan dengan
orang lain agar dapat diterima dan berbagi pada saat kesulitan
(Rahmah, 2013). Dewasa ini, banyak orang tua yang telah memahami
adanya kebutuhan tersebut, akan tetapi mereka terkadang keliru dalam
bergaul, misalnya terpengaruh untuk mengonsumsi tuak.
Salah satu ciri manusia adalah mempunyai harga diri, karena
itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya
oleh orang lain (Mendari, 2010). Memberikan tantangan kepada
49
seseorang dan kemudian memberikan feedback yang mendukung
mengenai hasil kerjanya terbukti efektif untuk memotivasi kinerja dan
performa seseorang menjadi lebih baik (Lianto, 2013). Keluarga dalam
hal ini berperan untuk memberikan pengakuan yang baik terhadap
hasil kerja yang diperoleh oleh anggota. Pengakuan tersebut
dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan
sehingga kemungkinan besar anggota keluarga tidak lagi
membutuhkan tuak sebagai sarana untuk meningkatkan semangat
kerja.
Kebutuhan yang terakhir adanya kebutuhan untuk aktualisasi
diri atau melakukan tindakan sesuai dengan keinginan (Rahmah,
2013). Terpenuhinya kebutuhan fisiologi, biologi, perhatian dan rasa
memiliki, cinta dan kasih sayang serta saling menghargai akan
membentuk perilaku yang baik. Semakin baik peran keluarga dalam
memenuhi kebutuhan dasar anggota keluarganya, maka semakin baik
pula aktualisasi diri yang akan terbentuk.
Kebiasaan konsumsi tuak keluarga maupun keluarga terdekat
menjadi contoh yang buruk bagi anak nantinya. Keluarga seharusnya
membiasakan diri untuk melakukan perilaku bersih dan sehat,
sehingga keturunan akan mengikuti kebiasaan tersebut dan terhidar
dari kebiasaan buruk seperti konsumsi tuak dan minuman keras
lainnya.
50
2) Dukungan Petugas Kesehatan
Undang-undang nomor 36 tahun 2014 menyebutkan bahwa
petugas kesehatan, yang sering disebut sebagai tenaga kesehatan,
adalah setiap orang yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan untuk melakukan upaya kesehatan.
Berdasarkan peran dan fungsi pokok Puskesmas, maka peran
tenaga kesehatan secara umum adalah (Purwatiningsih, 2008):
a) Sebagai role model di masyarakat dalam menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat sebagai perwujudan
pembangunan kesehatan
b) Membina peran serta masyarakat sebagai perwujudan dari
pemberdayaan masyarakat
c) Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat.
Dukungan dan peran petugas kesehatan merupakan salah satu
faktor penguat yang mempengaruhi timbulnya perilaku kesehatan.
Penelitian Supiyah dkk (2012) membuktikan bahwa peran petugas
kesehatan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku
seseorang. Maka dari itu, petugas kesehatan seharusnya mampu
mengemban peran dan tugas yang telah dipercayakan dalam
51
mengubah perilaku seseorang yang membahayakan kesehatannya,
contohnya konsumsi tuak.
E. Kerangka Teori
Teori yang digunakan sebagai acuan untuk melakukan analisis konsumsi
tuak adalah Teori Lawrence Green (2005). Teori Green dijadikan sebagai acuan
karena teori ini membahas perilaku tidak hanya dari aspek internal individu namun
juga mempertimbangkan faktor eksternal.
Green (2005) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku seseorang terdiri dari faktor predisposisi, pemungkin dan
penguat. Faktor predisposisi perilaku konsumsi tuak terdiri dari pengetahuan,
sikap, kepercayaan, tradisi, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Faktor
pemungkin terdiri dari ketersediaan saran pelayanan kesehatan dan warung tuak.
Faktor penguat terdiri dari dukungan petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga.
Konsumsi tuak dinilai melalui lama konsumsi dan jumlah tuak yang
dikonsumsi. Semakin lama konsumsi dan semakin banyak jumlah tuak yang
dikonsumsi tentu akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan. Dampak
tersebut yaitu munculnya penyakit-penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,
erosi gigi, sariawan, gangguan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan psikologis
dan penyakit lainnya:
52
Bagan 2. Kerangka Teori Green (2005)
Konsumsi Tuak
1. Lama
konsumsi tuak
2. Jumlah tuak
yang diminum
Faktor pemungkin:
1. Sarana dan prasarana
kesehatan
2. Keberadaan warung tuak
Faktor predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4.Tradisi
6. Umur
7. Jenis kelamin
8. Pendidikan
9. Pekerjaan
Faktor penguat:
1. Kebiasaan keluarga
2. Peran petugas kesehatan
Keluhan Kesehatan:
1. Tidak ada keluhan
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus
4. Erosi gigi/Gigi keropos
5. Sariawan
6. Gangguan Ginjal
7. Gangguan Saluran
Pencernaan
8. Gangguan pada Hati
9. Gangguan Psikologi
10. Penyakit lainnya
53
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola perilaku dan faktor-
faktor yang mendorong konsumsi tuak serta keluhan kesehatan yang dirasakan
peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae tahun 2015. Faktor yang tidak diteliti
dalam penelitian ini adalah keberadaan warung tuak dan sarana pelayanan
kesehatan. Kedua faktor tersebut tidak dijadikan sebagai variabel karena
penelitian ini hanya dilakukan di satu area dan sempit sehingga tidak terdapat
variasi pada kedua faktor tersebut.
Adapun variabel-variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan,
sikap, keluhan kesehatan, kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan. Tradisi
serta kepercayaan juga akan dibahas secara kualitatif sebagai faktor yang
mempengaruhi perubahan pengetahuan dan sikap pada masyarakat Desa Lumban
Siagian Jae. Variabel umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan yang
termasuk dalam faktor predisposisi sudah termasuk faktor demografi yang juga
akan dibahas pada penelitian ini.
Pengetahuan diteliti karena pengetahuan merupakan salah satu aspek
kognitif yang mempengaruhi baik buruknya perilaku seseorang. Semakin baik
pengetahuan seseorang tentang tuak, maka akan seseorang tersebut akan semakin
mampu untuk mengendalikan perilakunya untuk mengonsumsi tuak.
54
Sikap menjadi salah satu variabel yang diteliti sebagai pembentuk
perilaku pada seseorang. Sikap seseorang terhadap suatu objek dinilai sebagai
penentu tindakan seseorang terhadap objek tersebut. Apabila seseorang
menunjukkan sikap mendukung terhadap konsumsi tuak maka hal tersebut akan
mendorongnya untuk mengonsumsi tuak.
Tradisi dan kepercayaan juga merupakan salah satu variabel yang
membentuk perilaku seseorang. Tradisi minum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
akan membiasakan masyarakat tersebut untuk mengonsumsi tuak. Selain itu,
kepercayaan juga akan tertanam seiring dianutnya tradisi tersebut. Sehingga
masyarakat Desa Lumban Siagian Jae semakin terdorong untuk mengonsumsi
tuak.
Kebiasaan keluarga juga akan membentuk perilaku seseorang.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam kelompok masyarakat yang sangat
berpengaruh karena akan memberikan contoh yang baik atau buruk kepada
seseorang yang menjadi anggota keluarganya. Semakin baik contoh yang
diberikan maka akan semakin baik pula perilaku anggota keluarga yang terbentuk.
Petugas kesehatan berperan dalam mengatasi perilaku kesehatan
masyarakat di wilayah kerjanya. Pada masalah konsumsi tuak, petugas kesehatan
seharusnya dapat mengatasi maraknya perilaku konsumsi tuak karena akan
membahayakan kesehatan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Jika petugas
kesehatan dapat memberikan intervensi yang baik, maka masyarakat juga akan
dapat mengendalikan konsumsi tuak dengan baik.
55
Perilaku konsumsi tuak dengan jumlah dan lama konsumsi di atas batas
standar akan menyebabkan munculnya penyakit, terutama penyakit degeneratif.
Penyakit akibat konsumsi tuak sangat penting untuk diulas dalam penelitian ini
sebagai gambaran bagi masyarakat, sehingga masyarakat Desa Lumban Siagian
Jae dengan kebiasaan konsumsi tuak dapat mengevaluasi dan mengendalikan
kebiasaan buruk tersebut.
Bagan 3. Kerangka Konsep
Predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4.Tradisi
Penguat:
1. Kebiasaan keluarga
2. Peran petugas kesehatan
3.
Konsumsi Tuak
1. Lama
konsumsi tuak
2. Jumlah tuak
yang diminum
Keluhan Kesehatan:
1. Tidak ada keluhan
2. Hipertensi
3. Diabetes melitus
4. Erosi gigi/Gigi keropos
5. Sariawan
6. Gangguan Ginjal
7. Gangguan Saluran
Pencernaan
8. Gangguan pada Hati
9. Penyakit lainnya
56
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Ko
nsu
msi
Tuak
Jumlah tuak
yang
dikonsumsi
Banyaknya tuak yang dikonsumsi
dalam sehari yang diukur
berdasarkan satuan mL sesuai
dengan jenis gelas yang digunakan.
Kuesioner
dan gelas
peraga
1. Pertanyaan terstruktur
2. Jumlah tuak diukur
dengan gelas dalam satuan
mL.
1. Ringan, jika meminum < 210
mL tuak
2. Sedang, jika meminum 210-
500 mL tuak
3. Berat, jika meminum >500
mL tuak.
Sumber: Institute of Alcohol
Studies (2013)
Ordinal
Lama
konsumsi tuak
Selisih antara usia pertama kali
mengonsumsi tuak dengan usia saat
penelitian dilakukan dalam
hitungan tahun.
Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur
2. Lama konsumsi dihitung
dalam tahun dan
dikategortikan
berdasarkan interval kelas
(kuartil).
1. Baru, jika responden telah
mengonsumsi tuak selama 1-
4 tahun.
2. Sedang, jika responden telah
mengonsumsi tuak selama 5-
8 tahun.
3. Lama, jika responden telah
mengonsumsi tuak lebih dari
8 tahun.
Ordinal
57
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Pengetahuan Jawaban benar responden atas
pertanyaan peneliti yang diberikan.
Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur
2. Perhitungan skor dari
pertanyaan yang dijawab
dengan benar.
1. Baik, jika responden meraih
skor ≥80 dari pertanyaan
yang diberikan.
2. Cukup, jika responden
meraih skor 40-79 dari
pertanyaan yang diberikan.
3. Kurang, jika responden
meraih skor <40 dari
pertanyaan yang diberikan.
Sumber: Khomsan dkk (2009)
Ordinal
Sikap Tanggapan responden terhadap
pernyataan yang diberikan oleh
peneliti.
Kuesioner 1. Pertanyaan terstruktur
2. Sikap dihitung dengan
skala likert yang dihitung
berdasarkan skor yang
telah ditentukan oleh
peneliti pada setiap
jawaban.
1. Positif, jika skor responden
>20 dari pernyataan yang
diberikan.
2. Negatif, jika skor responden
≤ 20 dari pernyataan yang
diberikan.
Ordinal
58
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Tradisi Tanggapan masyarakat bahwa
konsumsi tuak merupakan
kebiasaan yang diturunkan oleh
nenek moyang dan menjadi adat
istiadat hingga saat ini.
Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika rensponden
tidak menganggap tuak
sebagai tradisi.
1. Ada, jika responden
menganggap tuak sebagai
tradisi.
Ordinal
Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa
Lumban Siagian Jae bahwa tuak
membawa dampak positif baik
secara fisik maupun psikis.
Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden
meyakini tuak tidak memiliki
dampak positif.
1. Ada, jika responden
meyakini minuman tuak
memiliki dampak positif.
Ordinal
Kebiasaaan
Keluarga
Pengakuan responden terkait
kebiasaan mengonsumsi tuak yang
dimiliki oleh keluarganya.
Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden
tidak memiliki anggota
keluarga dengan kebiasaan
meminum tuak
1. Ada, jika responden memiliki
anggota keluarga dengan
kebiasaan meminum tuak
Ordinal
59
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Peran Petugas
Kesehatan.
Pengakuan responden terkait peran
dan penanggulangan dari petugas
kesehatan dalam mengatasi
perilaku konsumsi tuak.
Kuesioner Pertanyaan terstruktur 0. Tidak ada, jika responden
tidak merasa ada peran
petugas kesehatan dalam
mengatasi perilaku konsumsi
tuak
1. Ada, jika responden merasa
ada peran petugas kesehatan
dalam mengatasi perilaku
konsumsi tuak
2. Tidak ada respon, jika
responden menganggap
bahwa petugas kesehatan
tidak memperhatikan
masalah perilaku konsumsi
tuak.
Ordinal
Keluhan Kesehatan Gangguan atau keluhan kesehatan
yang dirasakan oleh responden
setelah mengonsumsi tuak.
Kuesioner Pertanyaan terstruktur
1. Tidak ada keluhan, jika
peminum tidak mengalami
gangguan kesehatan.
Nominal
60
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
2. Hipertensi, atas hasil
diagnosis dokter setelah
mengonsumsi tuak.
3. Erosi gigi/Gigi Keropos, jika
terdapat struktur gigi yang
tidak kuat.
4. Gangguan Saluran
Pencernaan, jika responden
merasa sakit pada
gastrointestinal, misalnya
maag.
5. Gangguan Ginjal, atas hasil
diagnosis dokter setelah
mengonsumsi tuak.
6. Sariawan, jika responden
menderita sariawan secara
terus menerus.
61
Variabel/Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
7. Diabetes Melitus, atas hasil
diagnosis dokter setelah
mengonsumsi tuak.
8. Penyakit lain, keluhan
lainnya yang dirasakan oleh
responden selain pilihan yang
diberikan, misalnya TBC
atau flu yang berkelanjutan.
62
C. Definisi Istilah
Tabel 3.2
Definisi Istilah
Istilah Definisi Alat Ukur Cara Ukur Sumber Informasi
Tradisi Sejarah, adat istiadat dan kebiasaaan konsumsi tuak pada
masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.
Panduan
wawancara
Wawancara
mendalam
1. H. Panggabean, sesepuh
Desa Lumban Siagian Jae
2. Masyarakat, dari salah satu
responden terpilih.
Kepercayaan Keyakinan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae bahwa
tuak membawa dampak positif baik secara fisik maupun
psikis.
Panduan
wawancara
Wawancara
mendalam
1. H. Panggabean, sesepuh
Desa Lumban Siagian Jae
2. Masyarakat, dari salah satu
responden terpilih.
Kebiasaaan
Keluarga
Kebiasaan mengonsumsi tuak dalam keluarga di Desa
Lumban Siagian Jae
Panduan
wawancara
Wawancara
mendalam
1. Ibu Rumah Tangga dari
keluarga yang memiliki
kebiasaan konsumsi tuak
2. Anggota keluarga (suami
atau anak laki-laki di atas 17
tahun) dari ibu rumah
tangga.
Peran Petugas
Kesehatan
Peran dan penanggulangan dari petugas kesehatan dalam
mengatasi perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Desa
Lumban Siagian Jae dalam mengonsumsi tuak.
Panduan
Wawancara
Wawancara
mendalam
Petugas Puskemas Kecamatan
Siatas Barita
63
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi deskriptif yang menggunakan
desain cross sectional study dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif digunakan pada distribusi pengetahuan, sikap, keluhan
kesehatan, peran petugas kesehatan dan kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak.
Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk menggali lebih dalam peran petugas
kesehatan dan kebiasaan keluarga, selain itu digunakan juga untuk memperoleh
informasi mengenai tradisi dan kepercayaan masyarakat.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lumban Siagian Jae Kabupaten Tapanuli Utara
Sumatera Utara pada bulan Desember 2014 - Mei 2015.
C. Populasi, Sampel dan Informan Penelitian
1. Populasi
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Populasi studi penelitian yaitu pada peminum tuak laki-laki
berusia 17 tahun ke atas yang berdomisili dan telah mengonsumsi tuak sekurang-
kurangnya selama dua belas bulan.
64
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini sama dengan populasi studi yang telah
disebutkan, yaitu peminum tuak yang berusia 17 tahun ke atas yang telah
mengonsumsi tuak sekurang-kurangnya selama 12 bulan. Pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling melalui
kerangka sampel yang tersedia. Sampel yang terpilih secara acak harus
memenuhi kriteria untuk dapat menjadi responden, apabila sampel terpilih tidak
memenuhi kriteria maka sampel tersebut tidak dapat menjadi responden.
Berikut ini adalah perhitungan besar sampel untuk penelitian ini.
𝑛 =𝑍1−𝛼
2⁄2 𝑃(1 − 𝑃)𝑁
𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍1−𝛼2⁄
2 𝑃(1 − 𝑃)
Keterangan:
n = jumlah sampel minimal
𝑍1−𝛼2⁄
2 = nilai Z pada derajat
kepercayaan 1 − 𝛼2⁄ =
1,96
α = derajat kemaknaan = 5%
P = proporsi = 6% (0,06)*)
N = jumlah populasi studi
d = presisi mutlak = 5%
*) P ditentukan dari proporsi konsumen minuman beralkohol di Sumatera Utara
selama 12 bulan terakhir (6,1%) yang diperoleh dari data Riskesdas 2007.
65
𝑛 = 1,962. 0,06 (0,94). 192
0,052. (191) + 1,962. 0,06 (0,94)
𝑛 = 41,6
0,69
𝑛 = 60, 04 = 61 orang
Berdasarkan hasil perhitungan besar sampel diperoleh jumlah sampel
minimal adalah sebanyak 61 responden. Namun, peneliti mempertimbangkan
faktor non-respon sebesar 25%, sehingga jumlah sampel menjadi 77 orang dan
dibulatkan menjadi 80 orang. Faktor non-respon bertujuan untuk
mengantisipasi adanya sampel yang tidak dapat menjadi responden atau tidak
memenuhi kriteria sebagai responden.
3. Informan
Informan, sebagai sumber informasi dalam penelitian kualitatif,
berjumlah 8 (delapan) orang. Pemilihan informan ini disesuaikan dengan
prinsip penelitian kualitatif yaitu kesesuaian (appropriateness) dan
kecukupan (adequacy). Prinsip kesesuaian merupakan prinsip dimana
informan penelitian dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki yang berkaitan dengan topik penelitian. Prinsip kecukupan
merupakan prinsip dimana informasi yang didapatkan harus bervariasi dan
memenuhi kriteria yang berkaitan dengan penelitian.
Pada penelitian ini ada beberapa kategori informan penelitian yang harus
terpenuhi agar informasi didapatkan bervariasi yaitu:
66
1. Kelompok Informan Utama dalam penelitian ini adalah Tokoh
Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, Kepala Puskesmas Kecamatan
Siatas Barita dan Ibu Rumah Tangga dari keluarga yang memiliki
kebiasaan mengonsumsi tuak.
2. Kelompok Informan Pendukung dalam penelitian ini adalah
masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan Bidan Desa Lumban Siagian
Jae.
Tabel 4.1
Informan Penelitian
No. Istilah Informan Utama Informan Pendukung
1. Tradisi Tokoh Masyarakat:
Sesepuh Desa Lumban
Siagian Jae
(H. Panggabean)
Masyarakat: salah satu
responden terpilih
(D. Pasaribu)
2. Kepercayaan Tokoh Masyarakat:
Sesepuh Desa Lumban
Siagian Jae
(H. Panggabean)
Masyarakat: salah satu
responden terpilih
(D. Pasaribu)
3 Kebiasaan keluarga Ibu Rumah Tangga:
(L. Sitompul)
Ibu Rumah Tangga:
(M. Sinaga)
4. Peran petugas kesehatan Kepala Puskesmas Bidan Desa Lumban
Siagian Jae
D. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data primer yang diperoleh
melalui kuesioner dan wawancara mendalam.
67
2. Cara Pengumpulan Data
Pada pendekatan kuantitatif, responden yang terpilih diminta
kesediaannya untuk diwawancara secara terstruktur dengan kuesioner.
Pertanyaan dalam kuesioner berupa pertanyaan semi tertutup dengan
bahasa yang disesuaikan dan dipahami oleh masyarakat Desa Lumban
Siagian Jae. Kemudian pada pendekatan kualitatif, peneltiti melakukan
wawancara secara mendalam mengenai tradisi, kepercayaan, kebiasaan
keluarga mengonsumsi tuak dan peran petugas kesehatan kepada para
informan yang telah disebutkan sebelumnya.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian yang akan digunakan pada
penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai
pengetahuan, sikap, keluhan kesehatan, tradisi, kepercayaan, peran petugas
kesehatan dan kebiasaan keluarga responden mengonsumsi tuak. Sebelum
digunakan, kuesioner tersebut dilakukan uji coba terlebih dahulu pada
populasi lain yang memiliki karakteristik sama dengan responden. Hal ini
dilakukan untuk melihat apakah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepada responden dapat dimengerti atau tidak.
Selain itu, instrumen penelitian lainnya adalah panduan wawancara
yang digunakan untuk mengetahui tradisi, kepercayaan, peran petugas
kesehatan dan kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak. Peneliti akan
68
melakukan probing pada poin-poin pertanyaan saat mewawancarai
informan untuk memperoleh informasi mengenai istilah-istilah tersebut
secara mendalam.
E. Manajemen Data
Kuesioner yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan melalui tahapan-
tahapan berikut ini sehingga siap untuk dianalisis:
a. Mengkode data (data coding), yaitu membuat klasifikasi data dan
member kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner
b. Menyunting data (data editing), yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat
kelengkapan jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke
dalam computer
c. Membuat struktur data (data structure) dan file data (data file), yaitu
membuat template sesuai dengan format kuesioner yang digunakan
d. Memasukan data (entry data), yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam
template yang telah dibuat
e. Membersihkan data (data cleaning), yaitu data yang telah di entry dicek
kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan,
baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode.
Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-benar siap untuk
dianalisis.
f. Skoring data, yaitu memberikan skor terhadap jawaban yang
menyangkut variabel pengetahuan dan sikap. Penentuan tingkat
69
pengetahuan responden dibagi berdasarkan jumlah benar jawaban
responden atas pertanyaan yang diberikan. Nilai 1 diberikan kepada
jawaban yang benar dan nilai 0 diberikan kepada jawaban yang salah.
Skala pengukuran untuk sikap disesuaikan dengan pernyataan yang
diberikan semakin setuju terhadap pernyataan positif maka skor akan
semakin besar, demikian sebaliknya.
Pada pendekatan kualitatif, tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Reduksi
Perolehan informasi akan ditulis dan dilaporkan dalam bentuk
transkrip. Transkrip merupakan uraian dalam bentuk tulisan yang rinci
dan lengkap mengenai apa yang dilihat dan didengar baik secara
langsung maupun dari hasil rekaman. Laporan disusun berdasarkan data
yang diperoleh kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang
pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting.
2. Display
Data yang telah dikategorisasikan menurut pokok permasalahan
dan dibuat dalam bentuk matriks sehingga memudahkan peneliti untuk
melihat pola-pola hubungan satu data dengan data lainnya.
3. Verifikasi
Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan
makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang
singkat, padat dan mudah dipahami. Dilakukan dengan meninjau
kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi
70
dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang
ada.
F. Triangulasi
Penilaian validitas informasi pada penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi yang dilakukan terdiri dari
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan melakukan cross check
informasi dan fakta dari sumber lainnya untuk menggali topik yang
sama. Triangulasi sumber yang dilakukan yaitu dengan melakukan
wawancara mendalam kepada informan lainnya yang dapat
mendukung informasi dari informan utama.
2. Triangulasi metode
Triangulasi metode dilakukan dengan cross check metode dalam
melakukan pengumpulan informasi, yaitu melalui pertanyaan
terstruktur kepada responden untuk mendukung hasil wawancara
mendalam mengenai tradisi, kepercayaan, kebiasaan keluarga
mengonsumsi tuak dan peran petugas kesehatan.
G. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisa secara univariat untuk mendeskripsikan
seluruh variabel.
71
Data kuantitatif yang diperoleh akan diolah dengan software pengolah
data tabular dan disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data kualitatif akan
dianalisa dengan model content analysis, yang mencakup kegiatan klarifikasi
lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi dan menggunakan teknik
analisis dalam memprediksikan.
Analisis univariat pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan
informasi mengenai:
a. Jumlah tuak yang dikonsumsi pada peminum tuak di Desa Lumban
Siagian Jae;
b. Lama konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae;
c. Pengetahuan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae mengenai
tuak;
d. Sikap peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait konsumsi tuak;
e. Tradisi konsumsi tuak pada masyarakat di Desa Lumban Siagian Jae;
f. Kepercayaan masyarakat terhadap konsumsi tuak di Desa Lumban
Siagian Jae;
g. Kebiasaan keluarga terhadap konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian
Jae;
h. Peran petugas kesehatan dalam mengatasi konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae;
i. Keluhan kesehatan peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae setelah
mengonsumsi tuak.
72
BAB V
HASIL
Responden pada penelitian ini merupakan warga Desa Lumban Siagian Jae
yang berjenis kelamin laki-laki dan berusia 17 tahun ke atas. Jumlah seluruh
responden sebanyak 76 orang. Informan untuk penelitian kualitatif sebanyak
delapan orang untuk memberikan penjelasan secara mendalam mengenai beberapa
variabel yang diteliti. Berikut ini adalah hasil penelitian yang diperoleh.
A. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Pola konsumsi tuak pada peminum secara umum dapat digambarkan melalui
jumlah tuak yang dikonsumsi dan lama konsumsi tuak.
Grafik 5.1 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan
Jumlah Tuak Yang Dikonsumsi Per Hari
010.5
89.5
0102030405060708090
100
Ringan (<210 mL) Sedang (210-500 mL) Berat (>500 mL)
Per
senta
si
Jumlah Tuak
73
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (89,5%) peminum tuak di
Desa Lumban Siagian Jae merupakan peminum berat, yaitu mengonsumsi tuak
dalam jumlah yang banyak (lebih dari 500 mL).
Grafik 5.2 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan
Lama Mengonsumsi Tuak
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar
(82,9%) peminum tuak paling banyak telah mengonsumsi tuak selama lebih
dari 8 tahun. Berikut ini adalah grafik yang memberikan informasi mengenai
usia peminum tuak memulai konsumsi tuak.
*) Kategori usia berdasarkan Depkes RI (2009)
Grafik 5.3 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Berdasarkan
Usia Mulai Mengonsumsi Tuak
3.911.8
77.6
5.3 1.30
102030405060708090
100
<13 tahun 13-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun
Per
sen
tasi
Usia Mulai Mengonsumsi Tuak*)
7.9 9.2
82.9
0102030405060708090
100
1-4 tahun 5-8 tahun >8 tahun
Per
sen
tasi
Lama Konsumsi
74
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar (77,6%)
peminum tuak memulai untuk mengonsumsi tuak pada saat remaja akhir (17-
25 tahun).
Grafik 5.4 Orang yang Mengajak Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak
Sejak remaja, para peminum tuak memutuskan untuk
mengonsumsi tuak karena adanya ajakan dan dorongan baik dari diri sendiri
maupun orang lain. Berdasarkan grafik di atas, proporsi peminum yang
mengonsumsi tuak karena kemauan sendiri lebih besar (71,1%) dari pada
karena ajakan teman (28,9%).
Para peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae biasanya meminum tuak
pada sore sampai malam hari. Ny. Martha Sinaga menyebutkan bahwa:
“Kebiasaannya ya tiap sore sudah ke lapo tuak mereka kan, disitulah
sampai malam”
Penyataan dari Ny. Martha juga didukung oleh data yang diperoleh dari
responden, yaitu sebagai berikut:
28.9
71.1
0102030405060708090
100
Teman Diri Sendiri
Per
sen
tasi
Orang Yang Mengajak
75
Grafik 5.5 Waktu Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak
Grafik di atas menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak
(65,8%) memilih untuk mengonsumsi tuak pada malam hari Peminum tuak
lebih memilih waktu malam karena pada pagi hingga siang hari mereka lebih
memilih untuk bekerja dan malam dijadikan sebagai waktu untuk bersantai dan
melepaskan keletihan.
B. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
munculnya perilaku mengonsumsi tuak. Adapun hal-hal yang ditanyakan
dalam menentukan pengetahuan adalah mengenai pengertian, kandungan,
dampak dan manfaat tuak.
13.221.1
65.8
0102030405060708090
100
Sore Sore-Malam Malam
Per
sen
tasi
Waktu
76
Grafik 5.6 Tingkat Pengetahuan Peminum Tuak Mengenai Konsumsi Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai tuak (64,5%) dan hanya 7,9% dari peminum tuak yang memiliki
pengetahuan yang baik.
C. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi
Tuak
Sikap juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola konsumsi
tuak di Desa Lumban Siagian Jae. Sikap masyarakat terhadap tuak diukur
dengan tanggapan terhadap pernyataan seputar tuak.
27.6
64.5
7.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kurang Cukup Baik
Per
senta
si
Tingkat Pengetahuan
77
Grafik 5.7 Sikap Peminum Tuak Terkait Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Grafik di atas menggambarkan bahwa proporsi peminum tuak yang memiliki
sikap negatif terkait konsumsi tuak lebih besar (69,7%) dari pada proporsi
peminum dengan sikap positif (30,3%).
D. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Faktor lain yang mendorong konsumsi tuak yaitu tradisi. Hampir semua
masyarakat Desa Lumban Siagian Jae menganggap bahwa tuak sudah menjadi
tradisi di desa tersebut. Hal tersebut diungkapkan oleh informan utama dan
informan pendukung.
Informan 1: “Minum tuak itu ya sudah jadi kebiasaan disini”.
Informan 2: “Tuak itu minuman tradisional orang Batak. Sejak zaman
dulu, tuak ini sudah dijadikan sebagai minuman untuk menjamu
tamu”.
69.7
30.3
0102030405060708090
100
Negatif Positif
Per
sen
tasi
Sikap
78
Data yang diperoleh membuktikan bahwa 96,1% peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae menganggap bahwa minum tuak merupakan tradisi
Masyarakat Suku Batak Toba.
Jika ditanyakan mengenai kaitan tradisi dengan konsumsi tuak yang
marak di Desa Lumban Siagian Jae, kedua informan menyebutkan bahwa
konsumsi tuak pasti dipengaruhi oleh tradisi.
Informan 1: “Jelas ada, dari dulu sudah dilakukan itu minum tuak
oleh oppung kita. Tidak mungkin kita melakukan hal-hal yang sudah
jadi kebiasaan sampai sekarang tanpa ada dorongan dari masa lalu,
iya kan”.
Informan 2: “Tradisi ya, ada kaitannya pasti. Kalau disini, tuak itu
memang rada-rada sudah mendarah daging. Dari dulu itu sudah jadi
minuman yang diistimewakan, seperti itu”.
Konsumsi tuak sudah menjadi kebiasaan yang telah diturunkan oleh
nenek moyang masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga menjadi tradisi
hingga saat ini. Menurut Bapak Haposan Panggabean, selaku informan
pertama, dahulu para raja selalu mengonsumsi tuak jika sedang berkumpul dan
melakukan musyawarah di Sopo Partungkoan, tuak tersebut juga sering
diminum sambil menikmati Buah Pisang Sitanduk.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dahulu tuak juga disajikan
sebagai jamuan untuk tamu, namun sekarang tuak hanya dapat diminum di
lapo tuak karena menurut Bapak Dohar Pasaribu, selaku informan kedua,
79
sekarang tamu lebih menikmati kopi atau teh sebagai jamuan. Pada
penyelenggaraan upacara adat, seperti pesta pernikahan, para undangan,
terutama Dalihan Na Tolu, juga sebenarnya dijamu dengan tuak, akan tetapi
sekarang tuak sudah tidak dipakai untuk jamuan, maka tuak tersebut diganti
dengan uang.
Menurut Bapak Haposan Panggabean, tuak memiliki cerita yang
dipercaya oleh masyarakat sebagai asal usul munculnya tuak di Tanah Batak,
meskipun cerita tersebut tidak diketahui kebenarannya.
Informan 1: “Dulu ada cerita begini, tapi ini cuma mitos ya. Dulu ada
perempuan Boru Sitompul yang dijodohkan dengan laki-laki, tapi si
Boru Sitompul ini enggak suka dia. Nah, karena itu, dia kabur dari
rumah terus nangis dan berdiam diri dia di suatu tempat dan jadi pohon
enau. Air dari pohon enau ini, itulah air nira itu, disebut dari air mata
si Boru Sitompul itu tadi, makanya orang-orang banyak yang
meminumnya”.
Berdasarkan cerita tersebut, dapat diketahui bahwa tuak berasal dari air mata
seorang wanita yang menangis karena tidak ingin dijodohkan dengan laki-laki
yang tidak dicintainya.
Kesimpulan yang diperoleh dari pemaparan dan informasi responden
dan informan penelitian adalah bahwa konsumsi tuak merupakan tradisi
masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kebiasaan minum tuak sudah dilakukan
sejak peradaban kerajaan Batak dan masih menjadi kebiasaan hingga saat ini.
80
Faktor tradisi konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae menjadi salah satu
faktor yang mendorong konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
E. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi
Tuak
Para peminum tuak menyebutkan bahwa konsumsi tuak untuk
melepaskan beban atau masalah. Hasil penelitian yang diperoleh mengenai
kepercayaan terhadap tuak menunjukkan bahwa 73,7% peminum tuak
mempercayai adanya dampak positif terhadap tuak.
Selain untuk mempererat persaudaraan, alasan masyarakat
mengonsumsi tuak juga untuk melepaskan beban/masalah dan untuk
melestarikan konsumsi tuak sebagai kebiasaan. Berikut ini merupakan alasan
peminum tuak mengapa konsumsi tuak diperlukan.
Grafik 5.8 Alasan Peminum Tuak untuk Mengonsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian
Jae
55.361.8
55.3
6.6 9.2
0102030405060708090
100
Melepaskan
beban/masalah
Mempererat
persaudaraan
Budaya Coba-coba Ingin terlihat
jantan
Pro
pors
i
Alasan
81
Peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae mempercayai tuak
memiliki khasiat. Khasiat yang dipercaya oleh para peminum jika mereka
mengonsumsi tuak adalah sebagai berikut:
Grafik 5.9 Dampak Positif Konsumsi Tuak Yang Dipercaya oleh Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Khasiat tuak yang banyak dipercayai adalah sebagai minuman yang
meningkatkan semangat, menyegarkan dan menyehatkan badan.
Informan 1: “Memang kan tuak ini dianggap sebagai obat. Karena
dari dulu nenek-nenek kita sudah meminum ini dan badannya semakin
sehat, jadi orang-orang sekarang jadi terikut”.
Informan 2: “Kalau saya memang menganggap tuak ini sebagai
minuman pelengkap, sama seperti yang saya bilang tadi. Kalau tak ada
tuak, rasanya kurang lengkap gitu ya. Badan kurang enak”.
23.7
1.3
19.826.3
2.6
0102030405060708090
100
Badan terasa
segar
memperlancar
pikiran
Badan terasa
sehat
meningkatkan
semangat
Menyenyakkan
tidur
Per
senta
si
Dampak Positif
82
Masyarakat Lumban Siagian Jae meyakini bahwa tuak adalah obat yang
memiliki efek yang dapat meringankan beban dan merasa tidak lengkap jika
tidak meminum tuak dalam sehari.
Informan 1: “Orang-orang disini kan kerjanya berat-berat, jadi
setelah minum itu kan memang badan jadi terasa ringan, makin
semangat. Orang-orang jadi senang minum tuak itu. Tapi kan mereka
tidak minum banyak-banyak jadi cukup untuk menghangatkan badan
saja itu”.
Informan 2: “Nah, kita tahu sendiri kan, masyarakat disini memang
selain bertani ya jadi kuli bangunan, yang lebih banyak mata
pencahariannya ya yang dua itu tadi. Setelah minum tuak itu badan
itu terasa ringan gitu. Beban itu terasa ringan semua. Yang pikiran
suntuk, badan capek, udah lepas itu sama tuak itu. Makanya kalau
enggak ada tuak, orang-orang sini merasa ada yang kurang, badan
pun terasa tidak enak”.
Menurut pemaparan dari para informan, para peminum tuak
mengonsumsi tuak karena sebagian besar dari mereka memiliki pekerjaan
yang membutuhkan tenaga yang besar, sehingga mereka membutuhkan tuak
yang dapat melepaskan keletihan mereka. Sebagian besar pekerjaan para
peminum tuak adalah petani dan kuli bangunan. Hal tersebut didukung dari
data penelitian sebagai berikut:
83
Grafik 5.10 Distribusi Frekuensi Peminum Tuak Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa dua pekerjaan paling banyak
yang dimiliki oleh peminum tuak adalah petani (61,8%) dan kuli bangunan
(15,8%).
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pemaparan dan informasi dari
responden dan informan penelitian adalah bahwa para peminum tuak
mempercayai khasiat tuak untuk meringankan keletihan mereka setelah
bekerja sebagai petani dan kuli bangunan pada pagi hingga siang hari. Selain
itu, tuak juga dipercaya untuk meningkatkan semangat dan menyehatkan
badan sehingga akan menambah tenaga untuk bekerja keesokan harinya.
Berdasarkan informasi tersebut, dapat diketahui bahwa faktor kepercayaan
terhadap khasiat tuak merupakan faktor yang mendorong konsumsi tuak pada
peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
6.6 7.9
61.8
15.87.9
0102030405060708090
100
Pegawai
Negeri
Pegawai
Swasta
Petani Kuli Bangunan Lainnya
Per
sen
tasi
Pekerjaan
84
F. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian
Jae
Kebiasaan keluarga juga menjadi salah satu faktor yang mendorong konsumsi
tuak.
Grafik 5.11 Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga Peminum Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae
Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar (76,2%) peminum
tuak, sebagai anak dalam keluarga, menyatakan bahwa keluarganya memiliki
kebiasaan mengonsumsi tuak karena melihat ayahnya mengonsumsi tuak.
Beberapa keluarga yang memiliki kebiasaan meminum tuak tentu memiliki
alasan masing-masing mengenai kebiasaan tersebut.
Informan 1: “Tuak ini kan katanya obat, ya tapi jangan ditambahi
minuman yang beralkohol. Kalau cuma tuak aja memang obat, untuk
penyakit gula katanya, tapi jangan terlalu banyak diminum”.
Menurut informan pertama, alasan keluarganya mengonsumsi tuak
karena minuman tersebut telah dianggap sebagai obat jika tidak dicampur
dengan minuman beralkohol. Berdasarkan pemaparan tersebut, asumsi yang
76.2
23.8
0102030405060708090
100
Ya Tidak
Per
sen
tasi
Kebiasaan Keluarga
85
diperoleh adalah bahwa informan pertama menganggap bahwa tuak tidak
beralkohol dan dapat menjadi obat untuk penyakit diabetes melitus.
Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan tanggapan peminum tuak
mengenai dukungan keluarganya terhadap konsumsi tuak.
Grafik 5.12 Tanggapan Peminum Mengenai Dukungan Keluarga terhadap Konsumsi Tuak
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak paling
banyak (59,2%) merasa tidak didukung oleh keluarganya untuk mengonsumsi
tuak.
Konsumsi tuak telah menjadi kebiasaan sejak dulu dalam keluarga para
informan, yaitu sejak para suami menginjak usia remaja. Anak-anak mereka
juga memulai kebiasaan tersebut ketika menginjak usia remaja. Pada dasarnya,
sebagian besar dari mereka tidak mendukung keturunan mereka untuk ikut
mengonsumsi tuak. Hal tersebut diketahui melalui data yang diperoleh dari
responden sebagai berikut.
17.1
59.2
23.7
0102030405060708090
100
Ya Tidak Tidak ada respon
Per
sen
tasi
Dukungan Keluarga
86
Grafik 5.13 Tanggapan Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi Tuak
pada Keturunan Mereka
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa peminum tuak paling
banyak tidak setuju jika keturunannya mengonsumsi tuak. Hal tersebut juga
didukung dengan data pada Grafik 5.4 yang menyebutkan bahwa peminum
tuak mengonsumsi tuak bukan atas ajakan keluarganya melainkan atas
kemauan sendiri atau ajakan teman. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga
sebenarnya tidak memberikan dukungan kepada keturunannya untuk
meminum tuak, namun karena konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat
Desa Lumban Siagian Jae dan dipercaya dapat menyehatkan badan, maka para
keluarga membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi
tuak.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peminum tuak
mengonsumsi tuak karena ingin melepaskan keletihan dan masalah. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh informan, dimana informan akan mendukung
kebiasaan tersebut selama tidak membahayakan kesehatan.
6.6 7.9
57.9
27.6
0102030405060708090
100
setuju sedikit setuju tidak setuju sangat tidak setuju
Per
sen
tasi
Tanggapan
87
Informan 1: “Ya kita mendukung. Kita pun enggak kasih contoh yang
enggak baik buat keluarga. Kan tuak ini kan bagus buat kesehatan.
Keluarga kan kerja berat, ya mesti masuk itu tuak untuk meringankan
badan, biar badan tetap fit. Tetap kita dukung keluarga minum tuak”.
Informan 2: “Keluarga harusnya bisa memberikan yang terbaik buat
keluarga. Kasih contoh yang baiklah gitu. Kalau untuk minum tuak,
dikasih contoh yang baik kalau minum tuak itu tidak boleh berlebihan,
tidak boleh membuat kerusuhan. Tuak itu sudah jadi obat orang itu kan.
Kalau kita larang makin sakit orang itu kita juga yang repot. Kecuali
kalau udah larangan dari dokter, kan biasanya dikasih tahu itu
subangnya kalau sakit.”
Pemaparan informan di atas menunjukkan bahwa mereka mendukung
keluarganya mengonsumsi tuak agar keletihan yang dirasakan saat bekerja
dapat terasa lebih ringan. Mereka tidak dapat melarang perilaku tersebut
karena menurut mereka perilaku tersebut akan bermanfaat bagi mereka asal
tidak berlebihan dan tidak menimbulkan dampak negatif.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
keluarga tidak secara keseluruhan dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga.
Keluarga di satu sisi tidak memberikan dukungan kepada anggota keluarganya
untuk meminum tuak karena mereka mengkhawatirkan dampak negatif tuak
jika dikonsumsi berlebihan, namun di sisi lain mereka mendukung karena
konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan
88
dipercaya dapat menyehatkan badan, maka dari itu para keluarga memilih
untuk membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi
tuak.
G. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Petugas kesehatan memegang peran penting dalam mengatasi perilaku
konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae. Kedua informan
menyatakan bahwa petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam mengatasi
perilaku konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
Informan 1: “Kita enggak berperan banyak ya, karena memang ini
sudah jadi kebiasaan di masyarakat. Jadi kami cuma berperan saat
konsumsi itu mendatangkan penyakit, jadi secara individual, kalau
masyarakat belum”.
Informan 2: “Ya, enggak ada lah. Tapi kalau memang ada orang disini
yang sakit, pasti dinasehati biar enggak banyak-banyak minum lagi
kan”.
Pernyataan kedua informan tersebut didukung dengan data yang diperoleh dari
responden.
89
Grafik 5.14 Tanggapan Peminum Tuak Mengenai Peran Petugas Kesehatan dalam
Mengatasi Perilaku Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa tidak ada responden
yang merasakan peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi
tuak. Proporsi peminum tuak yang menyatakan bahwa tidak ada respon dari
petugas kesehatan lebih besar (76,3%) dari pada proporsi yang menyatakan
bahwa petugas kesehatan tidak berperan dalam mengatasi perilaku konsumsi
tuak (23,7%).
Petugas kesehatan tidak berperan banyak dalam melakukan
pengendalian terhadap perilaku konsumsi tuak. Petugas kesehatan tidak
melakukan penanggulangan kepada masyarakat (holistik), namun lebih
cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan konseling saat para
peminum datang untuk berobat.
Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae mengonsumsi tuak karena
pekerjaan berat yang telah dilakukan pada siang hari sehingga tuak diperlukan
sebagai pelepas letih. Petugas kesehatan setempat juga memaklumi perilaku
23.7
76.3
0102030405060708090
100
Tidak Tidak ada respon
Per
sen
tasi
Tanggapan
90
konsumsi tuak pada masyarakat karena beban kerja yang berat. Hal tersebut
dipaparkan oleh informan kedua sebagai berikut.
Informan 2: “Ya wajar ajalah ya, kan orang ini kan sering ke sawah,
kerja pula. Namanya udah capek siangnya, dari pada dengar suara
anaknya cengeng kan mending keluar dulu bentar, entah ketawa, entah
nyanyi-nyanyi”.
Penanggulangan secara khusus dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak
pada masyarakat belum diadakan. Anggapan masyarakat bahwa tuak
merupakan minuman tradisional menjadi salah satu hambatan untuk
melakukan penanggulangan terhadap perilaku konsumsi tuak, namun menurut
beliau, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara telah merencanakan peraturan
terkait pengendalian konsumsi tuak pada masyarakat. Peraturan tersebut masih
dalam bentuk arahan, informasi dan belum dalam bentuk instruksi. Peraturan
tersebut sedang dalam proses untuk menjadi kebijakan baku dan tertulis.
Informan 1: “Jadi pemerintah sekarang, Bupati, sedang membuat
kebijakan baru mengenai pembatasan waktu untuk lapo tuak, jadi lapo
tuak nanti buka hanya sampai jam 8 malam”.
Solusi yang ditawarkan oleh informan kedua untuk mengatasi perilaku
konsumsi tuak adalah dengan melakukan musyawarah desa dengan melibatkan
semua pihak di Desa Lumban Siagian Jae, misalnya sesepuh desa, petugas
kesehatan dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Musyawarah tersebut
91
diharapkan dapat membantu untuk memperoleh sebuah mufakat yang dapat
membantu petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Hal tersebut dipaparkan oleh informan kedua, yaitu
sebagai berikut.
Informan 2: “Ya memang seharusnya melibatkan semua pihak di desa
ini ya. Sesepuh desa, Bidan Desa juga kan. Tapi awak juga jarang
dipanggil. Harusnya disini sering dibuat musyawarah desa, biar
dibahas disitu semuanya. Walaupun sekali setahun kan, setidaknya
ada usaha pasti ada perubahan walaupun dikit. Tapi kan, sedikit demi
sedikit lama-lama jadi berubah 360 derajat kan”.
H. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Konsumsi tuak secara berlebihan akan menimbulkan masalah
kesehatan pada konsumennya. Menurut Kepala Puskesmas Siatas Barita,
masalah kesehatan yang sering dialami oleh para peminum tuak dalam lingkup
wilayah Kecamatan Siatas Barita adalah hipertensi, diabetes melitus dan
gastritis. Sementara menurut Bidan Desa Lumban Siagian Jae, masalah
kesehatan yang dialami oleh peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
adalah penyakit di saluran pencernaan, namun sangat jarang terjadi.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa proporsi peminum tuak yang
memiliki keluhan kesehatan setelah mengonsumsi tuak lebih besar (52,6%)
dari pada peminum tuak yang tidak memiliki keluhan kesehatan. Berikut ini
92
merupakan keluhan-keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum
tuak.
Grafik 5.15 Keluhan Kesehatan Yang Dirasakan oleh Peminum Tuak di Desa Lumban
Siagian Jae
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa 3 (tiga) besar
keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh peminum tuak adalah
hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit pada saluran pencernaan
(19,7%). Data penyakit dari Puskesmas Siatas Barita juga mendukung data di
atas. Berikut adalah data penyakit yang diperoleh:
25
1.3
23.7
7.91.3 3.9
19.7
0102030405060708090
100
Hipertensi Diabetes
Melitus
Gigi Keropos Sering
sariawan
Penyakit
ginjal
Infeksi
pernafasan
Peny. Sal.
Pencernaan
Pro
po
rsi
Keluhan Kesehatan
93
Tabel 5.1
Daftar Penyakit di Puskesmas Siatas Barita Periode Januari-Februari 2015
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa 5 (lima) besar
penyakit paling banyak pada bulan Januari-Februari 2015 di Puskesmas Siatas
Barita adalah hipertensi, ISPA, tukak lambung (maag), karies gigi dan TB
paru. Ketiga penyakit yang menjadi keluhan kesehatan pada peminum tuak
termasuk ke dalam lima besar penyakit di Puskesmas Siatas Barita.
No Penyakit Januari Februari
1 ISPA 75 66
2 Tukak Lambung 46 60
3 Hipertensi 75 74
4 Karies Gigi 27 11
5 Penyakit kulit alergi 1 -
6 Penyakit tulang, reumatik 1 -
7 Diare 9 10
8 Penyakit kulit infeksi 8 6
9 Peny. Pulpa & Jaringan periodental 7 4
10 TB Paru 19 16
11 Dispepsia 5 1
12 Penyakit mata 1 -
13 Diabetes Melitus 8 10
14 Cacar air 1 4
15 Penyakit lainnya 114 166
94
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak dapat
dihindari ketika penelitian dilakukan. Beberapa keterbatasan penelitian
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya keakuratan alat ukur untuk mengukur jumlah tuak yang
dikonsumsi, karena alat yang digunakan adalah gelas ukur dengan batas
pengukuran terendah ± 5 mL;
2. Adanya bias informasi yang kemungkinan terjadi pada saat responden
menentukan usia mulai mengonsumsi tuak.
B. Pola Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Konsumsi tuak adalah tindakan seseorang menghabiskan tuak untuk
memenuhi kepuasan seseorang tersebut sebagai respon dari stimulus, baik dari
diri sendiri maupun lingkungannya. Pola konsumsi tuak dapat diukur
berdasarkan jumlah tuak yang dikonsumsi dan lama waktu mengonsumsi tuak.
Pola konsumsi juga dianalisis secara mendalam mengenai orang yang
mengajak untuk mengonsumsi tuak dan waktu mengonsumsi tuak. Selanjutnya
pola konsumsi tuak akan dijabarkan dan dijelaskan sebagai berikut:
95
1. Jumlah Tuak yang Dikonsumsi
Berdasarkan data penelitian, diperoleh informasi bahwa sebagian
besar (89,5%) peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae meminum
tuak dengan jumlah yang banyak, yaitu lebih dari 500 mL Besarnya
jumlah tuak yang dikonsumsi diduga karena para peminum merasa betah
duduk di lapo tuak bersama teman-temannya sambil berdiskusi dan
bermain kartu atau domino, sehingga tuak yang diminum semakin
banyak.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Anggraeny (2013) di
Pattingalloang Kota Makassar yang menunjukkan bahwa responden
yang meminum alkohol sebanyak ≥ 3 (tiga) gelas (kurang lebih >500 ml)
lebih banyak (52,8%) dari pada responden yang meminum alkohol < 3
(tiga) gelas (47,2%). Pola konsumsi responden pada penelitian
Anggraeny sama dengan responden pada penelitian ini, dimana minuman
alkohol yang dikonsumsi sebanyak kurang lebih 3-5 gelas per hari.
Kesamaan pola perilaku tersebut diduga karena adanya tradisi dan
kebiasaan konsumsi minuman keras di kedua lokasi tersebut. Seperti
halnya masyarakat Batak Toba, masyarakat Bugis juga memiliki
kebiasaan meminum tuak, yang sering disebut sebagai ballo. Ballo
adalah minuman yang selalu ada dalam pelaksanaan ritual tradisional dan
sering digunakan sebagai minuman pelengkap pesta adat di Sulawesi
Selatan (BPOM, 2014). Sejak peradaban Kerajaan Gowa, pohon lontar
disebut sebagai simbol maskulinitas bagi pria, maka ballo juga diyakini
96
sebagai minuman tradisional yang dapat memaksimalkan energi untuk
bekerja dan memunculkan keberanian untuk menghadapi lawan (Mae,
2012).
Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa peminum tuak
mengonsumsi tuak dalam jumlah yang berlebihan, hasil tersebut berbeda
dengan penelitian Handayani dkk (2009) yang menyebutkan bahwa
kebanyakan penduduk Indonesia yang berdomisili di pedesaan
meminum minuman berlakohol pada batas standar dan tidak berlebihan
karena status ekonomi marginal. Perbedaan ini kemungkinan terjadi
karena menurut Handayani, kata ‘berlebihan’ diukur berdasarkan
dampak psikologis yang ditimbulkan minuman keras, sementara
penelitian ini mengukur kata ‘berlebihan’ secara kuantitatif, yaitu
berdasarkan jumlah tuak yang dikonsumsi dalam satuan mL.
Mengonsumsi tuak dengan jumlah yang berlebihan akan memicu
munculnya penyakit-penyakit degeneratif. Menurut NHS United
Kingdom (2008), masalah kesehatan akibat minuman beralkohol,
termasuk tuak, didasarkan kepada jumlah yang diminum per hari. WHO
(2014) mendukung pernyataan tersebut dengan menyatakan adanya
hubungan dose-response antara jumlah konsumsi dan penyakit atau
cidera yang diakibatkan oleh minuman beralkohol seperti tuak. Hal ini
didukung oleh konsep Biology Gradient dalam Teori Kausalitas Hills
yang menyatakan bahwa peningkatan level, intensitas, durasi atau total
97
paparan agen akan meningkatkan risiko masalah kesehatan secara
progresif (Gertsman, 2003).
Beberapa zat yang terkandung dalam tuak akan memberikan
dampak yang semakin besar jika zat tersebut semakin banyak
dikonsumsi. Misalnya adalah protein yang terkandung sebesar 0,23%
(Noviyanti, 2014), dalam jumlah yang sesuai, protein dapat berperan
sebagai bahan dasar untuk membangun tubuh. Namun apabila tuak
dikonsumsi secara berlebihan, maka protein yang masuk ke dalam tubuh
juga akan melebihi batas dan menimbulkan efek negatif dalam tubuh.
Menurut Shinya (2008), protein yang berlebihan pada awalnya
akan merusak DNA dalam sel, kemudian jika dikonsumsi semakin
banyak, maka protein tersebut akan merusak seluruh bagian sel, sehingga
sel-sel yang normal berubah menjadi abnormal, termasuk sel darah putih.
Sel darah putih yang berfungsi sebagai komponen pertahanan terhadap
virus dan bakteri menjadi tidak berfungsi, sehingga tubuh menjadi sangat
rentan mengalami infeksi dan kemudian infeksi tersebut pada akhirnya
memunculkan sel-sel kanker. Sel-sel kanker tersebut berkembang biak
dengan sendirinya, hal ini menyebabkan penyakit kanker pada peminum
tuak.
2. Lama Mengonsumsi Tuak
Selain jumlah tuak yang dikonsumsi, perilaku konsumsi tuak juga
diukur berdasarkan lama konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan
98
bahwa responden paling banyak telah mengonsumsi tuak dalam jangka
waktu lebih dari delapan tahun. Hal ini diduga karena tradisi dan
kebiasaan yang dianut oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae
sehingga masyarakat telah mengonsumsi tuak sejak remaja bahkan sejak
anak-anak. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang menunjukkan
bahwa peminum tuak paling banyak memulai mengonsumsi tuak pada
saat remaja akhir, 77,5% peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
telah mengonsumsi tuak sejak usia 17 sampai 25 tahun.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Setiawan (2013)
di Maluku Tengah yang menyebutkan bahwa responden yang meminum
sopi (minuman tradisional beralkohol khas Maluku Tengah) selama 5
sampai 10 tahun lebih banyak dari pada responden yang meminum sopi
selama kurang dari 5 tahun. Menurut Setiawan (2013), penduduk Maluku
Tengah telah memiliki kebiasaan mengonsumsi sopi sejak lama karena
letak lokasi berada dibawa kaki gunung sehingga suhu terasa sangat
dingin, konsumsi sopi menjadi salah satu upaya untuk menghangatkan
tubuh. Sama halnya dengan masyarakat Desa Lumban Siagian Jae,
masyarakat Maluku Tengah juga menganggap konsumsi sopi sebagai
kebiasaan adat masyarakat sejak dulu. Sopi dikonsumsi sebagai obat,
rempah-rempah makanan dan dapat dijual sebagai salah satu sumber
ekonomi masyarakat.
Hasil yang berbeda diperoleh oleh Kurniawati dkk (2010) melalui
penelitiannya pada mahasiswa D3 Fakultas Teknik Universitas Gadjah
99
Mada. Hasil penelitian Kurniawati dkk (2010) menunjukkan bahwa
responden paling banyak telah mengonsumsi alkohol dalam jangka
waktu ≤ 1 tahun, sementara hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak telah mengonsumsi
tuak dalam jangka waktu >8 tahun. Perbedaan tersebut menunjukkan
bahwa jangka waktu konsumsi minuman beralkohol pada penelitian
Kurniawati dkk lebih singkat dari pada durasi konsumsi tuak pada
penelitian ini. Jangka waktu konsumsi alkohol yang singkat disebabkan
oleh karakteristik responden penelitian, dimana responden merupakan
mahasiswa D3 yang sebagian besar masih berusia 19 hingga 20 tahun.
Jangka waktu konsumsi alkohol akan berpengaruh terhadap masalah
kesehatan yang terjadi pada peminumnya.
Konsumsi alkohol dalam jangka waktu yang semakin lama akan
semakin meningkatkan risiko dan menimbulkan masalah kesehatan.
Halim dkk (2006) menyebutkan bahwa gangguan dalam tubuh yang
sering timbul akibat penggunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama
antara lain ulserasi traktus gastrointestinal, pankreatitis, neuropati
perifer, hepatitis alkoholik, fatty liver, hipertensi dan gangguan pada
serebrovaskular.
Atrofi cerebellum (penyusutan otak kecil) merupakan salah satu
contoh gangguan pada serebrovaskular yang berhubungan dengan
penggunaan tuak dalam jangka waktu yang lama. Halim dkk (2006)
menyebutkan bahwa paparan alkohol sebesar 4-5% (Noviyanti, 2014),
100
sebagai salah satu komponen dalam tuak, dapat menyebabkan lesi pada
pada pembuluh darah dari jantung ke otak. Semakin lama tuak
dikonsumsi maka akan semakin banyak lesi yang terbentuk pada
pembuluh darah, dengan demikian suplai darah dari jantung hanya
digunakan untuk regenerasi pembuluh darah tersebut. Hal tersebut secara
otomatis akan mengurangi suplai darah ke otak sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan volume lapisan granular dan molekular serta
penipisan korteks pada otak kecil.
3. Orang yang Mengajak Peminum untuk Mengonsumsi Tuak
Perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Lumban Siagian Jae
terbentuk karena adanya baik dari diri sendiri maupun orang lain. Data
penelitian menyebutkan bahwa sebesar 71,1% peminum tuak
mengonsumsi tuak atas kemauan sendiri dan 28,9% diajak oleh teman.
Kemauan dari diri sendiri untuk mengonsumsi bisa saja terjadi karena
adanya persepsi dan kepercayaan yang telah terbentuk (Stacy dkk, 1994).
Emqi (2013) menyebutkan bahwa keinginan dari dalam diri seseorang
untuk melakukan penyalahgunaan alkohol disebabkan oleh adanya
kepercayaan terhadap manfaat yang akan dimiliki dari alkohol tersebut.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian Siswendi (2014) yaitu
responden paling banyak (66,6%) memulai minuman keras dari pengaruh
temannya. Penelitian Kurniawati dkk (2013) juga memberikan hasil yang
berbeda yaitu sebesar 73,3% responden mengonsumsi alkohol karena
101
ajakan teman. Bremner dkk (2011) mendukung kedua penelitian tersebut
dengan menyatakan bahwa salah satu faktor utama yang mendorong
munculnya perilaku konsumsi alkohol adalah bagaimana mereka
memandang perilaku teman-teman mereka.
Perbedaan tersebut diduga terjadi karena perbedaan lingkungan
sosial dan budaya. Masyarakat di lokasi penelitian Siswendi (2014) di
Riau, dan Kurniawati dkk (2013) di Yogyakarta, sebagian besar tidak
menganut tradisi dan kebiasaan konsumsi minuman beralkohol. Oleh
karena tidak adanya paparan tradisi, maka persepsi dan kepercayaan
terhadap alkohol tentu tidak terbentuk sehingga tidak ada dorongan dari
diri sendiri untuk mengonsumsi alkohol dan cenderung karena ajakan
teman sepergaulan.
Aspek kepribadian akan memberikan respon yang berbeda
terhadap ajakan sehingga membentuk perilaku yang berbeda pula.
Menurut Sigelman dan Shaffer dalam Sumarlin (2009), terdapat dua
aspek kepribadian seseorang yang kemudian membentuk perilakunya.
Pertama, social cognition yaitu keinginan yang berpengaruh kuat
terhadap minatnya untuk memperoleh manfaat atau membentuk
persahabatan. Kedua adalah conformity yaitu keinginan untuk sama
dengan kebiasaan, hobi atau budaya teman sebayanya.
Social cognition dapat dikaitkan dengan hasil penelitian ini,
dimana perilaku konsumsi tuak berasal dari diri sendiri, sebab keinginan
untuk memperoleh manfaat dan membentuk persahabatan berasal dari
102
diri sendiri. Sementara conformity dikaitkan dengan hasil penelitian yang
menyebutkan bahwa perilaku konsumsi alkohol dipengaruhi oleh teman.
Remaja yang berada di lingkungan peminum akan mengikuti ajakan
meminum alkohol dari temannya dengan tujuan agar bisa diterima oleh
teman-temannya meskipun sebenarnya bertentangan dengan hati nurani
(Sumarlin, 2009).
4. Waktu Mengonsumsi Tuak
Peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae memiliki waktu
khusus untuk mengonsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae paling banyak dilakukan
pada malam hari. Menurut Indraprasti dan Rachmawati (2008), konsumsi
minuman keras dapat dilakukan di segala waktu, baik di pagi hari, siang,
sore maupun malam hari, akan tetapi masyarakat lebih memilih sore
hingga malam hari, karena pada pagi hingga siang hari, para peminum
lebih memilih untuk bekerja dan malam hari merupakan waktu untuk
beristirahat sehingga dimanfaatkan untuk meringankan rasa lelah setelah
bekerja.
Penelitian ini didukung oleh penelitian Ikegami (1997) yang
menyatakan bahwa biasanya laki-laki di Tapanuli Utara mengonsumsi
tuak pada sore hingga malam hari setelah menyelesaikan pekerjaannya.
Lumban Gaol (2013) juga menyebutkan bahwa masyarakat Batak Toba
lebih sering mengonsumsi tuak pada saat santai, yaitu pada sore hari
103
setelah pulang dari sawah. Hal tersebut berhubungan dengan
kepercayaan masyarakat tentang pengaruh tuak yang dapat
meningkatkan semangat dan melepaskan keletihan setelah bekerja.
Berdasarkan pembahasan mengenai pola konsumsi tuak, dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae dapat menjadi faktor yang memicu munculnya masalah
kesehatan karena sebagian besar peminum telah mengonsumsi tuak dalam
jangka waktu yang lama dengan jumlah yang banyak. Peminum tuak biasanya
mengonsumsi tuak pada malam hari sebagai upaya untuk menghilangkan
keletihan bekerja. Instansi kesehatan bersama dengan tokoh masyarakat perlu
memperbaiki persepsi masyarakat terhadap konsumsi tuak, sebab faktor yang
paling berpengaruh terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak adalah faktor
internal dimana keinginan untuk mengonsumsi berasal dari diri sendiri.
C. Pengetahuan Mengenai Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi melalui proses
penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan berperan dalam membuat
keputusan untuk berperilaku (Pickett & Hanlon, 2008). Pengetahuan para
peminum tuak mengenai tuak merupakan salah satu faktor predisposisi yang
mendorong perilaku mengonsumsi tuak. Pengetahuan mengenai tuak yang
diperoleh melalui informasi yang berkembang tentu akan mempengaruhi
104
persepsi masyarakat, yang mana hal ini secara perlahan dapat mengubah
perilaku masyarakat.
Pengetahuan pada penelitian ini merupakan hasil tahu para peminum
tuak seputar pengertian, dampak dan manfaat konsumsi tuak yang diperoleh
dari berbagai informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminum tuak
di Desa Lumban Siagian Jae paling banyak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai tuak (64,5%) dan hanya 7,9% dari peminum tuak yang memiliki
pengetahuan yang baik. Secara umum, pengetahuan masyarakat Desa Lumban
Siagian Jae mengenai tuak berada pada tingkat ‘tahu’, dimana masyarakat
hanya mengingat sesuatu yang spesifik mengenai tuak, yaitu bahwa tuak
merupakan minuman tradisional yang memiliki khasiat tertentu. Tingkat
pengetahuan masyarakat yang masih berada pada tingkat cukup diduga terjadi
karena minimnya peran instansi kesehatan setempat dalam memberikan
informasi dan edukasi mengenai tuak. Akses dan sumber informasi yang baik
dan memadai akan menambah pengetahuan seseorang.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Siswendi (2014)
yang menyebutkan bahwa pengetahuan remaja di Kelurahan Sungai Salak
Kecamatan Tempuling, Riau, tentang minuman keras sudah baik dan para
remaja sudah mengetahui seluk beluk tentang minuman keras. Hal tersebut
disebabkan karena para remaja tersebut pernah mendapatkan sosialisasi
tentang bahaya minuman keras, akan tetapi mereka tidak memperdulikanya.
Penelitian Faot dkk (2010) juga memberikan hasil yang berbeda, yaitu
105
masyarakat Desa Oelpuah paling banyak memiliki tingkat pengetahuan yang
rendah mengenai konsumsi minuman keras.
Perbedaan tingkat pengetahuan terjadi karena keterlibatan instansi
kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai minuman keras kepada
masyarakat. Beberapa instansi kesehatan sangat jarang bahkan tidak pernah
menyelenggarakan informasi dan edukasi mengenai minuman keras, terutama
di wilayah yang memegang erat tradisi konsumsi minuman keras, misalnya di
Desa Lumban Siagian Jae.
Selain keterlibatan instansi kesehatan dalam memberikan informasi
dan edukasi, faktor pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan responden.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden paling banyak
menempuh pendidikan sampai SMA (53,9%) dan disusul dengan pendidikan
sampai SMP (28,9%), ada pula beberapa responden yang hanya menempuh
pendidikan sampai SD bahkan tidak sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan yang ditempuh oleh para peminum tuak masih pada belum
memadai. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), faktor utama yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah tingkat pendidikan. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pengetahuan cenderung semakin
baik. Pratama (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tingkat
pendidikan mempunyai peranan penting dalam menunjang pengetahuan
masyarakat mengenai perilaku konsumsi minuman keras. Penelitian Asiah
membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan
pengetahuan kesehatan seseorang (Asiah, 2010).
106
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan cenderung tidak
memberikan pengaruh yang kuat terhadap munculnya perilaku mengonsumsi
tuak. Hal tersebut dapat dilihat dari proporsi peminum yang meminum tuak
dalam jumlah >500 mL dan dalam jangka waktu > 8 tahun paling banyak
dibandingkan dengan proporsi lainnya, sementara pengetahuan mereka
mengenai tuak paling banyak pada tingkat cukup. Penelitian Salakory (2013)
mendukung hal tersebut dengan menyebutkan bahwa konsumsi minuman
beralkohol pada nelayan di Kelurahan Bitung Kota Manado tidak berhubungan
dengan pengetahuan yang dimiliki oleh para nelayan tersebut. Hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh adanya faktor kepercayaan dan tradisi
konsumsi tuak yang dipegang erat oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.
Kepercayaan terhadap khasiat tuak dan kebiasaan yang telah turun temurun
menjadi faktor yang sangat kuat mendorong munculnya perilaku mengonsumsi
tuak.
Pengendalian konsumsi tuak dapat dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan mengenai dampak dan manfaat tuak. Pendekatan dan bina
suasana kepada masyarakat sangat penting dilakukan sehingga penyuluhan dan
pengendalian konsumsi tuak, yang berkaitan dengan tradisi Batak Toba dan
kemungkinan sulit diterima oleh masyarakat, dapat dilakukan secara optimal.
D. Sikap Peminum Tuak di Desa Lumban Siagian Jae terkait Konsumsi
Tuak
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu rangsangan yang
tidak dapat dilihat secara nyata, namun dapat ditafsirkan. Sikap mengandung
107
penilaian secara emosional, baik secara afektif, kognitif dan konatif (Maulana,
2007). Menurut Simamora (2008), terdapat 4 (empat) fungsi sikap pada
seseorang, yaitu sebagai penyesuaian, pertahanan ego, ekspresi nilai dan
sebagai pengetahuan, dimana keempat fungsi tersebut secara keseluruhan akan
mendorong seseorang melakukan tindakan berdasarkan sikap yang
diyakininya.
Sikap merupakan faktor predisposisi yang mempengaruhi pola
konsumsi tuak. Sikap terkait konsumsi tuak merupakan respon para responden
terhadap rangsangan yang diberikan, rangsangan tersebut berupa pertanyaan
mengenai konsumsi tuak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peminum tuak
lebih banyak (69,7%) memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak, dengan
kata lain para peminum mendukung dan menyetujui konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh responden
terhadap pernyataan yang diberikan, maka dapat disimpulkan bahwa sikap
masyarakat Lumban Siagian Jae terdapat pada tingkat valuing, dimana mereka
sering membahas mengenai konsumsi tuak dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi orang lain untuk ikut mengkonsumsi tuak
(Simamora, 2008).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faot dkk (2010) yang
menyebutkan bahwa 65% masyarakat Kelurahan Oelpuah Kota Kupan
memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak. Menurut Faot, sikap negatif
masyarakat berkaitan dengan kecenderungan mereka yang berpendapat bahwa
konsumsi minuman keras sudah menjadi kebiasaan yang sangat sulit
108
dihilangkan karena sudah merupakan adat turun temurun dari para leluhur
mereka.
Berbeda dengan hasil penelitian Pratama (2013) yang menyebutkan
bahwa kebanyakan remaja Desa Jatigono Kabupaten Lumajang memiliki sikap
positif terkait konsumsi minuman keras, dengan kata lain masyarakat remaja
tidak mendukung dan tidak menyetujui konsumsi minuman keras. Sikap positif
dari remaja kemungkinan dipengaruhi oleh adanya penyelenggaraan pengajian
bagi para remaja yang diadakan oleh tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan
untuk mensosialisasikan gaya hidup sehat, salah satunya mengenai dampak
dan bahaya minuman keras.
Sosialisasi gaya hidup sehat sebenarnya telah dilakukan oleh
Masyarakat Batak, dimana mereka memiliki Lima Kiat Sehat yang tersurat
pada slogan Poda Na Lima (Lima Nasehat) dan kelimanya menyerukan
masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan, baik kebersihan fisik maupun
non-fisik. Berikut ini adalah isi dari nasehat tersebut Boangmanalu (2008):
1) Paias rohamu (bersihkan hatimu)
2) Paias pamatangmu (bersihkan badanmu)
3) Paias paheanmu (bersihkan pakaianmu)
4) Paias bagasmu (bersihkan rumahmu)
5) Paias alamanmu (bersihkan pekaranganmu).
Nasehat tersebut, salah satunya, menyebutkan agar masyarakat selalu
membersihkan badan. Menurut Aritonang (2007), badan yang bersih tidak
hanya dinilai dari organ luar, namun juga organ dalam. Seluruh sistem organ
109
manusia juga sebaiknya bersih dari zat-zat berbahaya dan memicu munculnya
penyakit, termasuk tuak dan minuman beralkohol lainnya.
Adanya Poda Na Lima tersebut seharusnya dapat menjadi stimulus
bagi masyarakat untuk membentuk sikap positif terkait konsumsi tuak, akan
tetapi Faot dkk (2010) menyebutkan bahwa sikap negatif terkait suatu objek
dapat terbentuk karena adanya pemahaman dan persepsi masyarakat mengenai
objek tersebut. Sikap negatif masyarakat Batak terbentuk karena adanya faktor
tradisi dan kebiasaan konsumsi tuak yang diturunkan dari nenek moyang
sehingga masyarakat menganggap bahwa konsumsi tuak adalah kebiasaan baik
karena segala sesuatu yang diturunkan oleh para nenek moyang adalah hal-hal
yang baik dan tidak mungkin mendatangkan bahaya.
Selain itu, Poda Na Lima merupakan slogan yang paling banyak dianut
oleh masyarakat Batak Mandailing (Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan,
Padang Lawas, Padang Lawas Utara dan Mandailing Natal) dan hanya
sebagian kecil masyarakat Batak Toba yang mengetahui slogan tersebut
(Simbolon, 1999) (Boangmanalu, 2008). Maka dari itu, kelima nasehat
tersebut tidak memberikan pengaruh besar atau bahkan tidak berpengaruh
sama sekali terhadap sikap masyarakat Batak Toba karena adanya dominasi
faktor pemahaman dan persepsi yang positif terhadap konsumsi tuak.
Selain tradisi, sikap negatif peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
juga dipengaruhi oleh faktor agama, dimana hampir semua masyarakat Desa
Lumban Siagian Jae memeluk agama Kristen Protestan. Alkitab, kitab suci
agama Kristen, melarang untuk mabuk-mabukan dan mengonsumsi alkohol
110
secara berlebihan (Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania,
2013). Sebagaimana disebutkan alkitab pada Efesus pasal 5 ayat 18
disebutkan, “Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur
menimbulkan hawa nafsu”.
Pendapat lainnya menyebutkan bahwa umat Kristen masih
diperkenankan untuk mengonsumsi alkohol dalam batas wajar karena
meyakini bahwa sejak dulu, hamba-hamba Tuhan sudah terbiasa meminum
anggur (Christian Educational, 2009). Hal tersebut dijelaskan dalam alkitab
pada Kejadian pasal 27 ayat 25 yang menyebutkan, “Lalu berkatalah Ishak:
‘Dekatkanlah makanan itu kepadaku, supaya kumakan daging buruan
masakan anakku, agar aku memberkati engkau’. Jadi didekatkanlah makanan
itu kepada ayahnya, lalu ia makan, dibawanya juga anggur kepadanya, lalu
ia minum”. Berdasarkan informasi yang diperoleh mengenai pandangan
Kristen mengenai minuman keras, dapat diketahui bahwa masyakat Desa
Lumban Siagian Jae tidak memiliki batasan keras terhadap konsumsi tuak
selama tidak memabukkan sehingga mereka masih tetap mendukung dan
menyetujui adanya tuak.
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa sikap negatif peminum tuak
terhadap konsumsi tuak didasari oleh adanya faktor tradisi dan agama yang
dianut. Pembaharuan sikap masyarakat terhadap konsumsi tuak penting
dilakukan dengan adanya penyuluhan atau penjelasan mengenai dampak,
manfaat dan bagaimana hakikat konsumsi tuak dalam adat istiadat dan agama.
Petugas kesehatan sebaiknya mampu melakukan pendekatan kepada sesepuh
111
desa, pendeta atau pemuka agama di Desa Lumban Siagian Jae sehingga
penjelasan yang diberikan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik
karena adanya sesepuh desa dan pemuka agama sebagai key person dalam
kegiatan penyuluhan tersebut.
E. Tradisi Konsumsi Tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Tradisi merupakan adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang
yang masih dijalankan oleh masyarakat sebagai keturunannya (Setiawan,
2015). Tradisi konsumsi tuak merupakan aspek yang menjadi acuan
masyarakat untuk menampilkan perilaku mengonsumsi tuak. Konsumsi tuak
merupakan salah satu bentuk tradisi yang masih dianut oleh masyarakat Desa
Lumban Siagian Jae. Tradisi minum tuak sudah diakui oleh sebagian besar
masyarakat Batak Toba. Landasan konsumsi tuak berada pada 2 (dua) poin
dari 7 (tujuh) falsafah yang dianut oleh masyarakat Batak dalam menjalankan
kehidupannya, yaitu maradat (punya adat istiadat) dan martutur (punya
kekerabatan) (Tinambunan, 2010). Tuak memiliki arti yang khusus bagi
masyarakat Batak Toba karena tuak dapat digunakan sebagai sarana
keakraban, sebagai pengungkapan rasa terima kasih dan juga sebagai minuman
persahabatan.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 96,1% peminum tuak di Desa
Lumban Siagian Jae mengakui bahwa minum tuak merupakan tradisi
Masyarakat Suku Batak Toba. Lumban Gaol (2013) dalam penelitiannya juga
menyebutkan bahwa masyarakat Batak Toba menganggap tuak sebagai
112
minuman tradisional yang sejak dahulu telah ada dan masih dilestarikan hingga
saat ini, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai upacara
perayaan adat.
Berdasarkan pemaparan kedua informan penelitian, dapat diketahui
bahwa tradisi memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku konsumsi
tuak yang marak di Desa Lumban Siagian Jae. Menurut Bapak Haposan
Panggabean, selaku informan pertama, dahulu para raja selalu mengonsumsi
tuak jika sedang berkumpul dan melakukan musyawarah di Sopo Partungkoan,
tuak tersebut juga sering diminum sambil menikmati Buah Pisang Sitanduk.
Oleh karena itu, masyarakat Desa Lumban Siagian Jae meyakini bahwa
konsumsi tuak sudah menjadi kebiasaan yang telah diturunkan oleh nenek
moyang sehingga menjadi tradisi hingga saat ini.
Sebagai minuman tradisi Batak Toba, tuak juga disajikan sebagai
jamuan untuk tamu, jamuan pada upacara adat dan jamuan untuk para
undangan, terutama untuk Dalihan Na Tolu. Menurut Ikegami (1997), tuak
juga digunakan pada upacara-upacara tertentu seperti manuan ompu-ompu dan
manulangi. Bapak Haposan Panggabean menyebutkan bahwa adat manuan
ompu-ompu tidak pernah ada di Desa Lumban Siagian Jae, penggunaan tuak
pada awalnya hanya digunakan saat manulangi pada upacara pernikahan.
Hingga saat ini tuak sudah tidak dipakai untuk jamuan dan upacara, maka tuak
tersebut dapat diganti dengan uang.
Jenis tuak yang digunakan sebagai minuman adat adalah tuak tangkasan
yaitu tuak yang tidak bercampur dengan raru (Ikegami, 1997). Tuak tangkasan
113
sering pula disebut sebagai tuak na tonggi. Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa dalam penyelenggaraan upacara dan adat istiadat
seharusnya menggunakan tuak sebagai jamuan. Tetapi ternyata adat tersebut
tidak dianut lagi karena tuak na tonggi semakin sulit untuk diperoleh dan
diproduksi. Menurut P. Panggabean, selaku pengolah tuak, kesulitan tersebut
disebabkan karena masyarakat pada umumnya sudah tidak ingin mengonsumsi
tuak tanpa raru karena tidak adanya rasa nikmat dan efek psikologis pada tuak
tersebut. Meskipun tuak tidak lagi digunakan dalam adat dan upacara Batak
Toba, namun tuak tetap dijadikan sebagai kebiasaan sehari-hari.
Konsumsi tuak telah mendarah daging pada masyarakat Batak Toba,
termasuk masyarakat Lumban Siagian Jae. Banyak cerita yang
menggambarkan gaya hidup masyarakat Batak Toba dan selalu dikaitkan
dengan tuak. Salah satunya adalah cerita pendek karangan Guibertus Marbun
dalam buku Geni (1999) yang menceritakan seorang lelaki, dengan panggilan
ama ni Kess (Ayah Kess), yang meminum tuak dan meminta tambahan porsi
saat tuaknya telah habis. Dalam cerita tersebut, lelaki ini meminum tuak sambil
bermain togel, kemudian dipanggil oleh istrinya karena anaknya, Kess,
menangis terus menerus. Terdapat pula lagu yang menggambarkan kebiasaan
masyarakat Batak Toba, lagu tersebut berjudul Lisoi, diciptakan oleh Nahum
Situmorang saat beliau pindah ke Tarutung, Tapanuli Utara. Berikut adalah
lirik lagu tersebut beserta pengertiannya (Situmorang, 2008):
Dongan sa partinaonan, oh parmitu
Teman satu perjuangan, oh peminum tuak
Dongan sa pangkilalaan, oh parmitu
114
Teman satu perasaaan, oh peminum tuak
Arsak rap mangalupahon, oh parmitu
Kesedihan sama-sama dilupakan, oh peminum tuak
Tolema rap mangandehon, oh parmitu
Maka mari kita sama-sama kita nyanyikan, oh peminum tuak
Lisoi lisoi lisoi lisoi lisoi
Oh parmitu lisoi
Oh peminum tuak, mari bersulang
Lisoi lisoi lisoi lisoi
Inum ma tuak mi
Minumlah tuakmu
Sirup ma sirup ma
Minumlah, minumlah
Dorguk ma dorguk ma
Teguklah, teguklah
Handit ma galasmi
Habiskan isi gelasmu
Sirup ma sirup ma
Minumlah, minumlah
Dorguk ma dorguk ma
Teguklah, teguklah
Ikkon rumar do i
Semua beban akan lepas
Lisoi adalah ungkapan kebahagiaan saat bersulang, sama dengan
ungkapan cheers dalam Bahasa Inggris. Parmitu adalah sebutan masyarakat
Batak Toba bagi peminum tuak. Lagu tersebut menggambarkan kebiasaan
masyarakat Batak Toba yang gemar meminum tuak bersama teman-temannya
untuk melepaskan beban bersama. Melalui lagu tersebut, dapat digambarkan
bahwa masyarakat Batak Toba menjadikan tuak sebagai media untuk
115
mempererat kekerabatan mereka. Hal ini didukung oleh data penelitian yang
menyebutkan bahwa alasan peminum mengonsumsi tuak paling banyak adalah
untuk mempererat persaudaraan (Grafik 5.8).
Tradisi konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba memiliki latar
belakang yang dipercaya melalui sebuah dongeng. Bapak Haposan
Panggabean menyebutkan bahwa tuak bermula dari cerita seorang perempuan,
Boru Sitompul, yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki yang tidak
dia cintai. Kemudian dia pergi dari keluarganya dan berdiam diri di suatu
tempat, lama kelamaan perempuan tersebut berubah menjadi pohon aren
(bagot). Masyarakat Batak Toba menganggap bahwa air pohon aren (nira)
tersebut adalah air mata Boru Sitompul sehingga banyak masyarakat yang
meminumnya.
Hasil penelitian Ikegami (1997) juga menyatakan alur cerita yang sama,
namun dengan tokoh yang berbeda. Berikut adalah penjelasan dari Ikegami
(1997) mengenai asal usul tuak pada masyarakat Batak Toba:
“Seorang putri yang disebut sebagai Putri Si Boru Sorbajati dipaksa
menikah oleh orang tuanya dengan seorang lelaki cacat yang tidak
disukainya. Orang tua Boru Sorbajati menerima upah yang banyak dari
lelaki tersebut sehingga orang tuanya selalu memaksa Boru Soebajati
untuk menerima perjodohannya. Oleh karena tekanan tersebut, Boru
Sorbajati meminta untuk menari dengan alunan gendang agar dia dapat
menentukan sikap yang benar. Saat menari, dia kemudian melompat ke
halaman rumah dan terbenam ke dalam tanah. Setelah kejadian
116
tersebut, Boru Sorbajati menjelma tumbuh sebagai pohon bagot,
sehingga tuak itu disebut aek (air) Sorbajati.”
Cerita tersebut sesuai dengan cerita dari Siagian (1990) dalam bukunya
Turi-turian Ni Halak Batak. Siagian menyebutkan bahwa air yang berasal dari
pohon aren tersebut adalah air mata Boru Sorbajati yang menangis karena
perjodohan dengan lelaki yang tidak dicintainya. Masyarakat Batak Toba pada
saat itu mempercayai bahwa air nira tersebut dapat menghindarkan seseorang
yang meminumnya dari kesedihan dan tangisan. Mitos tersebut membentuk
sebuah persepsi yang kemudian memicu adanya dorongan dari diri sendiri
untuk mengonsumsi tuak.
Faktor dominan yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak
adalah faktor internal dimana keinginan untuk mengonsumsi berasal dari diri
sendiri. Keinginan dari diri sendiri berasal dari aspek kognitif, perspektif dan
keyakinan terhadap tuak. Aspek perspektif dan keyakinan merupakan aspek
yang memberikan pengaruh terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak,
sementara kognitif, yakni pengetahuan dan sikap peminum tuak, tidak
memberikan pengaruh. Perspektif dan keyakinan dapat muncul karena adanya
tradisi minum tuak yang dianut. Kesimpulan sementara yang diperoleh adalah
bahwa tradisi diyakini sebagai faktor dominan yang mendorong munculnya
perilaku konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba.
Berdasarkan pembahasan mengenai tradisi konsumsi tuak, kesimpulan
yang dapat ditarik adalah bahwa jamuan tuak sudah jarang bahkan tidak pernah
lagi diterapkan dalam upacara adat istiadat Batak Toba, hingga saat ini
117
penggunaan tuak dalam masyarakat Batak Toba sebagai minuman sehari-hari
lebih menonjol daripada penggunaan dalam upacara adat. Pengaruh tradisi
menjadi faktor utama yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak
pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae.
F. Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae terhadap Konsumsi
Tuak
Kepercayaan atau keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dianut
seseorang mengenai suatu hal. Seseorang yang telah memiliki kepercayaan
terhadap sesuatu akan merasakan efek berupa kepuasan psikologis jika dia
melakukan tindakan berdasarkan kepercayaan tersebut (Johannes dan Diya,
2012). Maka secara tidak langsung, kepercayaan memiliki peranan dalam
membentuk suatu perilaku atau tindakan seseorang. Kepercayaan terhadap
tuak merupakan suatu keyakinan seseorang terhadap khasiat tuak tersebut
sehingga mendorong seseorang tersebut untuk mengonsumsi tuak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,7% peminum tuak
mempercayai adanya dampak positif dari konsumsi tuak. Khasiat tuak yang
banyak dipercayai oleh para peminum tuak adalah sebagai minuman yang
meningkatkan semangat, menyegarkan dan menyehatkan badan. Hal ini
didukung dengan data yang menunjukkan bahwa selain untuk mempererat
kekerabatan, para peminum tuak juga menyebutkan bahwa alasan mereka
mengonsumsi tuak adalah untuk melepaskan beban atau masalah.
Mengingat bahwa sebagian besar penduduk Desa Lumban Siagian Jae
bekerja sebagai petani dan kuli bangunan, maka menurut pemaparan informan,
118
tuak dibutukan untuk melepaskan keletihan mereka pada malam hari. Adnyana
(2012) menyebutkan bahwa alkohol, dengan sifat kimianya, mampu
mengaktivasi pengeluaran dopamin secara langsung sehingga orang yang
meminum alkohol cenderung merasa senang dan lupa akan keletihan dan
masalahnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
perilaku konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae didorong oleh adanya
kepercayaan peminum tuak terhadap khasiat tuak tersebut.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Emqi (2013), dimana hasil
penelitian tersebut menyebutkan bahwa kepercayaan subjek bahwa alkohol
mampu menghilangkan stres dan diterima oleh lingkungan berpengaruh
terhadap munculnya perilaku penyalahgunaan alkohol. Menurut Emqi,
kepercayaan tersebut juga akan menyebabkan perilaku penyalahgunaan
alkohol terus menerus.
Kepercayaan seseorang terhadap suatu objek akan mengontrol
perilakunya terhadap objek tersebut. Berdasarkan pemaparan Radwan (2015)
tersebut, kepercayaan yang membentuk perilaku konsumsi tuak termasuk
sebagai beliefs shape reality, sebagai contoh jika seseorang telah meyakini
bahwa tubuhnya akan merasa tidak sehat jika tidak mengonsumsi tuak maka
ia akan terus menerus mengonsumsi tuak, dan ketika dia tidak mengonsumsi
tuak maka dia akan merasa sakit dan tidak semangat.
Teori Health Belief Model menunjukkan bahwa seseorang dengan
pengetahuan mengenai konsumsi tuak tentu telah mengetahui manfaat dan
kerugian konsumsi tuak (Hayden, 2014). Efek semangat dan sehat yang
119
diberikan oleh tuak, terlebih setelah seseorang tersebut melakukan pekerjaan
berat, menjadi stimulus sehingga seseorang cenderung menyatakan bahwa
manfaat tuak lebih banyak dari pada kerugiannya. Selain itu, adanya tradisi
minum tuak dan tidak adanya contoh kasus atau penyakit dari para sesepuh
yang mengonsumsi tuak, menyebabkan persepsi seseorang terhadap ancaman
penyakit tidak terbentuk dan tidak memberikan pengaruh besar pada
pembentukan perilaku konsumsi tuak. Persepsi akan manfaat tuak yang begitu
besar menyebabkan persepsi akan kerugian dan ancaman semakin tertutupi.
Semakin kuat persepsi tersebut akan membentuk kepercayaan atau keyakinan
akan manfaat dan khasiat dari tuak. Kepercayaan ini yang kemudian
membentuk perilaku konsumsi tuak.
Faktor kepercayaan terhadap khasiat konsumsi tuak perlu diperhatikan
oleh para pemangku kebijakan. Petugas kesehatan bersama pemerintah
sebaiknya dapat melakukan pemaparan mengenai perbandingan dampak dan
manfaat konsumsi tuak, agar masyarakat dapat mengendalikan perilaku
konsumsi tuak sehingga kemudian mereka memperoleh manfaat bukan
dampak. Bentuk penanggulangan lain yang perlu dilakukan pemerintah adalah
penanggulangan yang bertujuan untuk mengubah kepercayaan yang irasional
menjadi kepercayaan yang rasional. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
tidak tergantung pada tuak ketika sedang menghadapi masalah atau untuk
melepaskan beban, misalnya dengan membangun fasilitas rekreasi keluarga
dengan harga terjangkau, mengingat keadaan ekonomi masyarakat yang
minim.
120
G. Kebiasaan Mengonsumsi Tuak pada Keluarga di Desa Lumban Siagian
Jae
BKKBN (2011) menyebutkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil
dalam masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan. Keluarga sebagai role model utama dalam membentuk
perilaku anggota keluarganya.
Data penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (76,2%) peminum
tuak, sebagai anak dalam keluarga, menyatakan bahwa keluarganya memiliki
kebiasaan mengonsumsi tuak karena melihat ayahnya mengonsumsi tuak. Hal
ini mendukung pernyataan bahwa konsumsi tuak merupakan kebiasaan turun
temurun, yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya karena adanya
contoh tindakan konsumsi tuak yang diperoleh anak dari para orang tua.
Keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk
perilaku pada anak-anak mereka melalui perilaku yang mereka tunjukkan.
Kebiasaan keluarga mengonsumsi tuak akan sangat berpengaruh pada
terbentuknya perilaku konsumsi tuak pada anggota keluarganya. Bremner
(2011) menyebutkan bahwa faktor yang mendorong orang-orang untuk
mengonsumsi minuman keras salah satunya adalah karena adanya keluarga
terdekat, terutama orang tua, yang mengonsumsi minuman keras.
Selain kebiasaan keluarga, konsumsi tuak juga dapat muncul karena
adanya dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga merupakan cara keluarga
mendorong anggota keluarganya, baik secara materi maupun moral, untuk
melakukan suatu tindakan sebagai tindak lanjut dari adanya persetujuan.
121
Teori Maslow (1954) menyebutkan bahwa aktualisasi diri atau perilaku
seseorang bergantung kepada pemenuhan kebutuhannya dalam suatu
lingkungan, terutama keluarga sebagai lingkungan terdekat. Anak-anak dalam
suatu keluarga yang telah mengonsumsi tuak sejak usia muda mungkin
disebabkan karena terdapat kebutuhan yang tidak terpenuhi, misalnya
kebutuhan berbagi pengetahuan mengenai bahaya minuman keras, perhatian
dan cinta kasih. Selain penanaman nilai dan pengetahuan, keluarga juga harus
memelihara cinta kasih dalam keluarga sehingga. Cinta dan kasih sayang akan
membantu anggota keluarga untuk lebih memilih keluarga dari pada teman-
temannya, sehingga pengaruh-pengaruh yang muncul dari pergaulan akan
difilter dan anggota keluarga tetap berada pada jalan hidup yang baik sesuai
dengan yang diajarkan oleh keluarganya (Rahmah, 2013).
Dua orang ibu rumah tangga, sebagai informan, menyebutkan bahwa
mereka mendukung perilaku konsumsi tuak pada keluarganya, karena tuak
dapat menghilangkan keletihan yang dirasakan oleh suami dan anaknya setelah
seharian bekerja. Salah satu dari keduanya menyatakan bahwa dia mendukung
konsumsi tuak jika tuak yang diminum tidak dicampur dengan minuman
beralkohol. Hal ini memunculkan dugaan bahwa ibu rumah tangga mendukung
perilaku konsumsi tuak karena tidak mengetahui bahwa tuak mengandung
alkohol.
Adanya dukungan dari keluarga karena mereka mempercayai khasiat
tuak. Para informan menyebutkan bahwa tuak dapat dijadikan sebagai obat
untuk beberapa penyakit, misalnya diabetes melitus. Penelitian Ajani
122
mendukung pernyataan tersebut dengan hasil yang menunjukkan bahwa
peminum alkohol dengan kadar menengah memiliki risiko diabetes lebih
rendah dari pada dengan kadar tinggi (Ajani, 2000). Namun pada
kenyataannya peminum tuak meminum tuak dengan jumlah yang banyak.
Menurut Hassan dkk (2002), jika alkohol dikonsumsi secara berlebihan maka
kadar glukosa dalam tubuh akan semakin menurun sehingga seseorang akan
lebih sering mengonsumsi glukosa dan semakin meningkatkan risiko
munculnya diabetes melitus. Maka sebaiknya keluarga memberikan batasan
bagi anggota keluarganya untuk tidak mengonsumsi tuak secara berlebihan.
Menurut pemaparan para informan, selain memberikan dukungan,
mereka juga memberikan peringatan kepada suami atau anaknya untuk
mengonsumsi tuak secukupnya dan tidak sampai menimbulkan kerusuhan.
Akan tetapi, para informan mengaku tidak dapat melarang suami atau anaknya
agar tidak mengonsumsi tuak, karena perilaku tersebut sudah menjadi
kebiasaan sejak lama, yaitu sejak para suami menginjak usia remaja, kecuali
jika nantinya suami atau anaknya telah menderita sakit keras.
Berbeda dengan pemaparan kedua informan, data penelitian
menunjukkan bahwa pada dasarnya sebagian besar dari peminum tuak tidak
mendukung keturunan mereka untuk ikut mengonsumsi tuak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak tidak didukung oleh
keluarganya untuk mengonsumsi tuak (59,2%). Hasil tersebut juga didukung
dengan data yang menunjukkan bahwa peminum tuak paling banyak (57,9%)
menyatakan tidak setuju jika keturunannya mengonsumsi tuak.
123
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Kurniawati dkk (2010)
yang menunjukkan bahwa mahasiswa D3 Fakultas Teknik Universitas Gadjah
Mada yang mengonsumsi alkohol paling banyak tidak mendapat dukungan
dari keluarga. Hasil yang sama juga diperoleh oleh Samiasih dan Putra (2010)
yang menunjukkan bahwa proporsi keluarga paling banyak memberikan
dukungan yang rendah terhadap perilaku meminum minuman keras pada
remaja di Sragen. Hal ini diduga dapat terjadi karena setiap keluarga di
Indonesia telah mengetahui bahaya dan dampak yang ditimbulkan oleh
minuman keras. Selain sebagai role model, keluarga juga berperan sebagai
pelindung terhadap anggota keluarganya, termasuk melindungi dari bahaya-
bahaya yang mungkin terjadi akibat perilaku yang salah.
Berdasarkan informasi di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
keluarga tidak secara keseluruhan dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga.
Keluarga di satu sisi tidak memberikan dukungan kepada anggota keluarganya
untuk meminum tuak karena mereka mengkhawatirkan dampak negatif tuak
jika dikonsumsi berlebihan, namun di sisi lain mereka mendukung karena
konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae dan
dipercaya dapat menyehatkan badan, maka dari itu para keluarga memilih
untuk membiarkan keturunan mereka untuk mengikuti kebiasaan konsumsi
tuak.
Komunikasi yang baik diharapkan dapat terbangun dalam keluarga.
Penelitian Filus dkk (2012) menunjukkan bahwa remaja yang mengonsumsi
alkohol kemungkinan disebabkan karena adanya hubungan antara orangtua
124
dan anak yang bersifat searah, sering menimbulkan kesalahpahaman dan
ketidak jelasan, sehingga muncul prasangka yang tidak baik. Buruknya
komunikasi pada keluarga berdampak pada beberapa hal salah satunya yaitu
anggota keluarga cenderung akan lebih mudah mencari pelarian dengan
penyalahgunaan minum-minuman beralkohol. Adanya komunikasi yang baik
antar anggota keluarga akan menjaga keharmonisan keluarga dan hal ini dapat
membantu suami atau anak untuk tidak menjadikan tuak sebagai pelarian
untuk melepaskan keletihan atau masalah.
H. Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Pola Konsumsi Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Undang-undang nomor 36 tahun 2014 menyebutkan bahwa petugas
kesehatan, yang sering disebut sebagai tenaga kesehatan, adalah setiap orang
yang mengabdikan diri di bidang kesehatan yang memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan untuk
melakukan upaya kesehatan. Petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku
konsumsi tuak juga sangat berperan mengingat bahwa perilaku tersebut dapat
meningkatkan risiko munculnya penyakit, baik menular maupun tidak
menular.
Berdasarkan pemaparan dari kedua informan bahwa petugas kesehatan
tidak banyak berperan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak di Desa
Lumban Siagian Jae. Hasil penelitian mendukung pemaparan tersebut dimana
responden menyatakan tidak merasakan adanya peran petugas kesehatan, 58%
peminum tuak menyatakan petugas kesehatan tidak memberikan respon
125
terhadap konsumsi tuak dan 18% peminum tuak menyebutkan petugas
kesehatan tidak berperan.
Petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae tidak berperan dalam
melakukan pengendalian terhadap perilaku konsumsi tuak secara holistik.
Peran petugas kesehatan dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak lebih
cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan pengobatan dan
konseling saat para peminum yang sakit datang untuk berobat. Berdasarkan
peran dan fungsi pokok Puskesmas (Purwatiningsih, 2008), maka peran
petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae belum memberikan pelayanan
kesehatan secara terpadu kepada masyarakat karena penanggulangan
konsumsi tuak hanya dilakukan melalui upaya kuratif saat peminum tuak telah
menderita sakit. Hal ini berkaitan dengan adanya faktor tradisi minum tuak
yang dianut oleh masyarakat Desa Lumban Siagian Jae sehingga
penanggulangan yang akan dilakukan menjadi dilema besar bagi petugas
kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lumban Gaol (2013) di
Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyebutkan bahwa pemerintah dan
tenaga kesehatan tidak dapat memberikan intervensi atau penanggulangan
terhadap kebiasaan konsumsi tuak pada masyarakat. Sama halnya dengan
alasan petugas kesehatan di Desa Lumban Siagian Jae, alasan di Humbang
Hasundutan juga menyatakan bahwa mereka sulit melakukan penanggulangan
karena adanya faktor tradisi konsumsi tuak yang telah dianut oleh masyarakat
setempat.
126
Hasil yang berbeda diperoleh oleh Siswendi (2013) di Kecamatan
Tempuling, Riau yang menyebutkan bahwa tenaga kesehatan di daerah
tersebut telah melakukan penyuluhan mengenai minuman keras. Penyuluhan
tersebut berdampak pada perubahan tingkat pengetahuan masyarakat
Tempuling. Hasil yang berbeda juga diperoleh oleh Pratama (2014) di
Lumajang yang menyebutkan bahwa petugas kesehatan bersama tokoh
masyarakat pernah melakukan sosialisasi tentang dampak dan bahaya
minuman keras sehingga sikap masyarakat setempat terkait konsumsi
minuman keras semakin baik.
Dukungan dan peran petugas kesehatan merupakan salah satu faktor
penguat yang mempengaruhi timbulnya perilaku kesehatan. Penelitian
Supiyah dkk (2012) membuktikan bahwa peran petugas kesehatan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku seseorang. Nuryanti
(2013) juga mendukung dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa
keaktifan peran petugas kesehatan berpengaruh secara signifikan terhadap
terbentuknya perilaku kesehatan masyarakat.
Kepala Puskesmas Siatas Barita, selaku informan pertama, menyatakan
bahwa penanggulangan khusus dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak pada
masyarakat belum diadakan, akan tetapi menurut beliau, Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara telah merencanakan peraturan terkait pengendalian
konsumsi tuak pada masyarakat. Peraturan tersebut mengenai pembatasan
waktu jual beli tuak hingga pukul 20.00 WIB. Peraturan tersebut masih dalam
bentuk arahan, informasi dan belum dalam bentuk instruksi. Peraturan tersebut
127
sedang dalam proses untuk menjadi kebijakan baku dan tertulis. Meskipun
telah direncanakan, namun masih terdapat beberapa hal yang menjadi
pertimbangan dan kekhawatiran pemerintah ketika akan mengeluarkan
kebijakan pengendalian konsumsi tuak tersebut.
Selain telah menjadi tradisi, kepercayaan masyarakat terhadap khasiat
tuak juga menjadi faktor yang memunculkan pertimbangan dan dilema saat
akan melakukan intervensi kepada masyarakat. Masyarakat akan menentang
kebijakan yang akan dikeluarkan sehingga akan memunculkan masalah-
masalah baru dalam sistem pemerintahan. Hal tersebut dibenarkan oleh
penelitian Lumban Gaol (2013) yang menunjukkan bahwa sebagian besar
masyarakat menentang keras kebijakan pemerintah untuk memberantas tuak.
Menurut mereka, tuak merupakan minuman khas yang mencirikan tradisi yang
sangat melekat pada masyarakat Batak Toba dan tuak telah diwariskan secara
turun-temurun sebagai warisan dari nenek moyang sebagai minuman pelepas
keletihan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka pemerintah sebaiknya dapat
melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mengoptimalkan peran
tokoh masyarakat sebelum mengeluarkan kebijakan baru mengenai
pembatasan waktu. Hal tersebut ditujukan agar masyarakat secara perlahan
dapat menerima kebijakan baru tersebut. Selain itu, peran petugas kesehatan
juga tentu sangat diperlukan dalam memberikan informasi mengenai manfaat
dan dampak konsumsi tuak agar masyarakat semakin mampu mengendalikan
diri mereka untuk mengurangi jumlah tuak yang dikonsumsi.
128
I. Keluhan Kesehatan Akibat Konsumsi Tuak pada Peminum Tuak di Desa
Lumban Siagian Jae
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan (BPS, 2012). Keluhan kesehatan akibat
konsumsi tuak didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan setelah mengonsumsi tuak. WHO dalam Mahkamah
Agung (2012) menyatakan bahwa keluhan yang dirasakan jika konsumsi
minuman keras dalam jangka waktu panjang adalah konsumen akan terancam
masalah kesehatan yang serius seperti kerusakan hati, ginjal, paru-paru,
jantung, radang usus, penyakit liver, kerusakan otak bahkan hingga gangguan
jiwa.
Menurut Kepala Puskesmas Siatas Barita, masalah kesehatan yang
sering dialami oleh para peminum tuak dalam lingkup wilayah Kecamatan
Siatas Barita adalah hipertensi, diabetes melitus dan gastritis. Sementara
menurut Bidan Desa Lumban Siagian Jae, masalah kesehatan yang dialami
oleh peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae adalah penyakit di saluran
pencernaan, namun sangat jarang terjadi.
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa proporsi peminum tuak yang
memiliki keluhan kesehatan setelah mengonsumsi tuak lebih besar (52,6%)
dari pada peminum tuak yang tidak memiliki keluhan kesehatan. Data tersebut
juga menunjukkan bahwa 3 (tiga) besar keluhan kesehatan yang paling banyak
dirasakan oleh peminum tuak adalah hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%)
dan penyakit pada saluran pencernaan (19,7%).
129
Data tersebut didukung dengan data mengenai daftar penyakit
terbanyak di Puskesmas Siatas Barita tahun 2015 yang menunjukkan bahwa 5
(lima) besar penyakit paling banyak pada bulan Januari-Februari 2015 di
Puskesmas Siatas Barita adalah hipertensi, ISPA, tukak lambung (maag),
karies gigi dan TB paru. Ketiga penyakit yang menjadi keluhan kesehatan pada
peminum tuak termasuk ke dalam lima besar penyakit di Puskesmas Siatas
Barita.
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari
semua kalangan masyarakat, mengingat hipertensi sebagai penyebab utama
meningkatnya risiko penyakit stroke, jantung, diabetes melitus dan ginjal.
Seseorang dikatakan hipertensi jika darahnya mencapai tekanan 140
mmHg ke atas.
Tuak dapat memicu munculnya hipertensi karena adanya
kandungan alkohol sebesar 4%-%% di dalamnya (Noviyanti, 2014).
Alkohol dengan kadar sedang dan ringan akan memberikan efek protektif
terhadap penyakit kardiovaskular karena alkohol dapat meningkatkan
kadar HDL, namun jika berlebihan alkohol akan meningkatkan trigliserida
dalam darah (Artanti, 2008). Tingginya kadar trigliserida mengakibatkan
adanya gangguan kadar lemak di dalam darah. Kadar lemak akan
meningkat dan menumpuk dalam pembuluh darah sehingga membentuk
plak. Gangguan kadar lemak dalam darah dapat menjadi salah satu faktor
130
penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah, salah satunya adalah
hipertensi (Teo dkk, 2011).
Kadar lemak dalam darah akan menumpuk dan membentuk plak
pada sisi pembuluh darah. Plak tersebut tentu akan menghambat aliran
darah dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Darah yang terus menerus
mengalir tentu akan memberikan tekanan yang semakin tinggi karena
adanya plak yang mempersempit saluran pembuluh darah.
Beberapa penelitian membuktikan adanya pengaruh konsumsi tuak
dengan munculnya penyakit hipertensi, salah satunya penelitian Oroh dkk
(2013) yang membuktikan adanya hubungan antara konsumsi alkohol
dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Tumaratas Kecamatan langowan
Barat Kabupaten Minahasa, dimana masyarakat yang mengonsumsi
alkohol mempunyai peluang menderita hipertensi 4,3 kali lebih besar dari
pada yang tidak mengonsumsi alkohol. Sesso dalam penelitiannya juga
menunjukkan adanya hubungan positif antara konsumsi alkohol dengan
munculnya penyakit hipertensi baik pada pria maupun wanita (Sesso,
2008). Beilin juga mendukung pernyataan tersebut dengan menyebutkan
Plak
Gambar 6. Plak pada pembuluh darah
131
bahwa konsumsi alkohol yang rendah akan menurunkan risiko terjadinya
hipertensi (Beilin & dkk, 1996).
Hasil yang berbeda diperoleh oleh penelitian Anggraeny dkk
(2013) yang menyebutkan bahwa konsumsi alkohol bukan merupakan faktor
risiko terhadap kejadian hipertensi pada lansia. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Irza (2009) yang menyatakan bahwa konsumsi alkohol tidak
berpengaruh terhadap timbulnya penyakit hipertensi. Perbedaan tersebut
diduga terjadi karena responden yang diteliti pada kedua penelitian tersebut
bukan termasuk kepada peminum berat, yaitu peminum yang tidak
mengonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak.
2. Gigi Keropos
Selain penyakit hipertensi, penyakit yang dapat diakibatkan oleh
konsumsi tuak adalah gigi keropos. Konsumsi alkohol dapat merusak
struktur gigi, hal tersebut sesuai dengan penelitian Touyz (2010) yang
menyebutkan bahwa alkohol akan menyebabkan kerusakan pada gigi,
kerusakan tersebut berupa erosi gigi, oklusal dan bruksisme.
Gigi keropos, yang biasa disebut sebagai erosi gigi merupakan
suatu proses hilangnya jaringan keras gigi yang bersifat irreversible
sebagai akibat dari proses kimiawi tanpa ada campur tangan bakteri atau
karena sebab yang belum diketahui (Pranani, 2008). Erosi gigi disebabkan
oleh kontak langsung berkelanjutan antara permukaan gigi dengan zat-zat
asam.
132
Penelitian Noviyanti (2014) membuktikan bahwa mengonsumsi
tuak dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya erosi gigi pada
peminumnya. Hal tersebut terjadi karena tuak memiliki pH 5,34 yang
berarti minuman tuak bersifat asam sehingga gigi mengalami
demineralisasi sebagai akibat dari suasana lingkungan mulut yang asam,
demineralisasi ini yang kemudian menyebabkan erosi gigi (Noviyanti,
2014).
3. Gangguan Pencernaan
Gangguan pada saluran pencernaan (gastrointestinal) juga dapat
disebabkan oleh konsumsi tuak. Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau
penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Gangguan pencernaan yang
paling sering terjadi pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae adalah
maag.
Maag dapat terjadi karena meningkatnya kadar asam klorida (HCl)
dalam lambung sehingga menyebabkan iritasi pada selaput lendir pada sisi-
sisi lambung. Menurut Avinash dkk (2011), minuman yang mengandung
alkohol, termasuk tuak, dapat dengan cepat merangsang sekresi asam
lambung dan mempercepat pengosongan lambung. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari Andyana (2012) yang menyatakan bahwa konsumsi
alkohol dapat meningkatkan sekresi asam lambung.
Penelitian Kaufman dan rekannya membuktikan bahwa konsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada
133
gastrointestinal, misalnya gastritis besar dan perdarahan pada duodenum
(Kaufman & dkk, 1995). Penelitian Rahma dkk (2013) menyatakan bahwa
konsumsi alkohol merupakan faktor risiko kejadian gastritis dimana
responden yang mengonsumsi alkohol berisiko 1,86 kali menderita
gastritis dibandingkan dengan yang tidak mengonsumsi alkohol.
Epilog
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsumsi
tuak secara berlebihan merupakan perilaku yang dapat meningkatkan risiko
masalah kesehatan. Berikut ini adalah jaring-jaring penyebab (web causation)
yang mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae:
134
Pengetahuan
Sikap Kebiasaan
Keluarga
Peran Petugas
Kesehatan
Tradisi
Nilai-Nilai dan
Kepercayaan
Masyarakat
Konsumsi Tuak
Bagan 4. Web Causation Konsumsi Tuak Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae (MacMahon & Pugh, 1970)
135
Berdasarkan bagan di atas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mendorong konsumsi tuak pada masyarakat Desa Lumban Siagian Jae secara
berurutan berdasarkan besarnya pengaruh adalah nilai dan kepercayaan
masyarakat, tradisi konsumsi tuak, peran petugas kesehatan, sikap,
pengetahuan dan kebiasaan keluarga.
Faktor yang memberikan pengaruh paling besar adalah nilai dan
kepercayaan, sehingga intervensi yang dilakukan terhadap kepercayaan
masyarakat kemungkinan besar akan lebih efektif untuk mengubah pola
konsumsi masyarakat Desa Lumban Siagian Jae, sebab kepercayaan
masyarakat terhadap konsumsi tuak memberikan pengaruh tehadap faktor
lainnya, seperti sikap, pengetahuan, peran petugas kesehatan dan kebiasaan
keluarga.
Setiap orang berhak untuk sehat, maka setiap orang sebaiknya juga
memelihara kesehatan dan faktor-faktor risiko agar terhindar dari penyakit,
salah satunya dengan mengurangi atau mengendalikan diri terhadap pola
konsumsi tuak atau minuman beralkohol lainnya. Tokoh masyarakat bersama
dengan petugas kesehatan sebaiknya mengadakan diskusi umum untuk
membahas konsumsi tuak pada masyarakat Batak Toba dari aspek agama,
tradisi dan dampaknya terhadap status kesehatan peminum.
136
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis perilaku
konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sebagian besar peminum tuak mengonsumsi tuak dengan jumlah yang
banyak yaitu lebih dari 500 mL (89,5%) dan telah meminum tuak selama
lebih dari 8 (delapan) tahun (82,9%).
2. Sebagian besar peminum tuak memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai tuak (64,5%).
3. Peminum tuak yang memiliki sikap negatif terkait konsumsi tuak lebih
banyak (69,7%) dari pada yang memiliki sikap positif.
4. Faktor tradisi konsumsi tuak menjadi salah satu faktor yang mendorong
munculnya perilaku konsumsi tuak. Sebesar 96,1% dari peminum tuak
menyatakan bahwa konsumsi tuak merupakan tradisi Masyarakat Suku
Batak Toba.
5. Faktor kepercayaan terhadap khasiat tuak merupakan faktor pendorong
dominan terhadap munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak
karena sebagian besar peminum mempercayai khasiat tuak untuk
meringankan keletihan setelah bekerja.
6. Sebagian besar (76,2%) menyatakan bahwa keluarganya memiliki
kebiasaan mengonsumsi tuak. Pada dasarnya keluarga tidak memberikan
137
dukungan kepada keturunannya untuk meminum tuak, akan tetapi karena
konsumsi tuak telah menjadi tradisi masyarakat dan dipercaya dapat
menyehatkan badan, maka para keluarga membiarkan keturunan mereka
untuk mengikuti kebiasaan mengonsumsi tuak.
7. Petugas kesehatan tidak melakukan penanggulangan secara holistik,
namun lebih cenderung kepada individu, yaitu dengan memberikan
konseling saat para peminum datang untuk berobat.
8. Tiga besar jenis keluhan kesehatan yang dirasakan oleh para peminum tuak
antara lain hipertensi (25%), gigi keropos (23,7%) dan penyakit pada
saluran pencernaan (19,7%).
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut seputar tuak
dan dampaknya, misalnya penelitan untuk mengetahui hubungan
konsumsi tuak dengan hipertensi, gigi keropos dan gangguan saluran
cerna, atau penelitian untuk mengetahui faktor dominan yang mendorong
munculnya perilaku konsumsi tuak.
2. Bupati Tapanuli Utara sebaiknya lebih sering melakukan pertemuan
bersama masyarakat dan tokoh masyarakat sebagai salah satu upaya
pendekatan agar masyarakat lebih mudah menerima kebijakan mengenai
pengendalian perilaku konsumsi tuak yang akan dikeluarkan.
138
3. Puskesmas bersama dengan bidan desa setempat secara aktif memberikan
informasi mengenai masalah kesehatan akibat mengonsumsi tuak kepada
kepala desa agar kemudian kepala desa dan jajarannya dapat mengadakan
musyawarah desa secara berkala, dengan tujuan untuk mempererat
komunikasi antara masyarakat dengan tokoh-tokoh masyarakat desa dan
membahas masalah konsumsi tuak di Desa Lumban Siagian Jae.
4. Petugas kesehatan sebaiknya menjalin kerjasama yang lebih baik dengan
tokoh agama dan para sesepuh di Desa Lumban Siagian Jae dalam
melakukan edukasi dan informasi mengenai dampak dan manfaat
konsumsi tuak secara komprehensif, dari sisi tradisi, agama dan
kesehatan.
5. Peminum tuak dapat lebih mawas diri dan mengendalikan perilaku
konsumsi tuak dengan adanya informasi penyakit-penyakit yang muncul
sebagai akibat dari konsumsi tuak secara berlebihan.
139
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, P. 2012. Pengaruh Alkohol terhadap Kesehatan. Singaraja hal 19-23
Ajani, Umed A. 2000. Alcohol Consumption and Risk of Type 2 Diabetes Mellitus
Among US Male Physicians. Arch Intern Med Volume 160 April 2000 hal.
1025-1030
Anggraeny, Rini, dkk. 2013. Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Merokok, dan
Konsumsi Alkohol Terhadap Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Pattingalloang Kota Makassar
Aritonang, Baharuddin. 2007. Orang Batak Berpuasa. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia
Artanti, Devi. 2008. Pengaruh Pemberian Jus Buah Pare (Momordica charantia)
Terhadap Kadar Trigliserida Serum Tikus Wistar Jantan Yang Diberi Diet
Tinggi Lemak. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Asiah, M. 2010. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi Ibu Rumah Tangga di Desa Rukoh Kecamatan Syiah Kuala
Banda Aceh.
Avinash, Kaushik, dkk. 2011. Peptic Ulcer: A Review With Emphasis on Plants
from Cucurbetaceae Family With Antiulcer Potential. IJRAP Volume 2
Nomor 6 Hal. 1714-1716
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Sistem Informasi Rujukan Statistik: Keluhan
Kesehatan. diakses dari
http://sirusa.bps.go.id/sirusa2012/index.php?r=variabel/view&id=314
tanggal 8 Mei 2015 pukul 09.17 WIB
Beilin, L. J. & dkk. 1996. Alcohol and Hypertension: Kill or Cure. Journal of
Human Hypertension, Volume 10 hal 1-5
140
BKKBN. 2011. Data Pemutakhiran Keluarga Batasan dan Pengertian MDK.
Diakses dari http://aplikasi.bkkbn.go.id/mdk/BatasanMDK.aspx tanggal 7
Mei 2015 pukul 09.06 WIB
Boangmanalu, J. 2008. Praeses Pdt. Cyrellus Simanjuntak: Pendidik, Misionaris
dan Motivator. Jakarta: Gunung Mulia
Bode, C. & Bode., C. J. 1997. Alcohol’s Role In Gastrointestinal Tract Disorders.
Alcohol Health and Research World, Volume 21.
Boyle, P. & dkk. 1990. Epidemiology of Mouth Cancer in 1989: a review. Journal
of the Royal Society of Medicine, November.Volume 83 hal. 724-730
BPOM RI. 2014. Topik Sajian Utama: Menilik Regulasi Minuman Beralkohol di
Indonesia. InfoPOM - Vol. 15 No. 3 Mei - Juni 2014
Bremner, Pamela, dkk. 2011. Young people, Alcohol and Influences. Joseph
Rowntree Foundation United Kingdom
Britton, A. & McKee, M. 2000. The relation between alcohol and cardiovascular
disease in Eastern Europe: explaining the paradox. Epidemiology
Community Health, Volume 54 hal. 328-332
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC
Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC
Chenet, L. & dkk. 1998. Alcohol and cardiovascular mortality in Moscow; new
evidence of a causal association. British Medical Journal hal. 772–774
Christian Educational. 2009. Apa kata Alkitab tentang narkoba dan minuman
keras?. Diakses pada:
http://www.truthortradition.com/bahasa/modules.php?name=News&file=ar
ticle&sid=7 tanggal 11 April 2015 pukul 13.30
141
Cwikel, Julie G. 2006. Social Epidemiology: Strategies for Public Health
Activism. NewYork: Columbia University Press
Dental Health Australia. Tobacco, alcohol &recreational drugs– how do they
affect oral health?
Depkes RI. 2009. Data Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan
2007-2011
Dinata, G. S. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Remaja Mengonsumsi
Minuman Keras. Sosiologique Jurnal Ilmu Sosiologi, Agustus.Volume 1.
Direktorat Jendral Bina Farmasi dan Klinis. 2006. Pharmaceutical Care. Untuk
Penyakit Hipertensi. Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Departemen Kesehatan, Bakti Husada.
Edberg, Mark. 2013. Esential of Health, Culture and Diversity: Understanding
People, Reducing Disparities 1st Edition. USA: Jones and Bartlett Learning
Efendi, F. & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Emqi, Zahrah Humaidah. 2013. Belief pada Remaja Penyalahguna Alkohol. Jurnal
Online Psikologi Vol. 01 No. 02, Thn. 2013
Faot, Nusin, dkk. 2010. Kajian Faktor Predisposisi Perilaku Mengonsumsi
Minuman Keras pada Masyarakat Desa Oelpuah Kabupaten Kupang Tahun
2010. MKM Volume 05 Nomor 01
Filus, Meyra, dkk. 2012. Gambaran Komunikasi dalam Keluarga Pada Remaja
Mengonsumsi Minuman Alkohol
Fadhilah, Dwi. 2012. Efek Minuman Tuak Terhadap Kekerasan Mikro Email Gigi
Manusia (Penelitian In Vitro). Universitas Hasanuddin Makassar
Geni, Wulan Sedhuwuring. 1999. Antologi Cerpen dan Puisi Daerah. Bogor:
PMB-LIPI
142
Gerstman, B. B. 2003. Epidemiology Kept Smile: in Introduction to Classic and
Modern. Willey Liss. New Jersey
Green, Lawrence dan Marshall W. Kreuter. 2005. Health Program Planning: An
Educational and Ecological Approach 4th Edition. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc
Gramenzi, A, dkk. 2006. Review Article: Alcoholic Liver Disease -
Pathophysiological Aspects and Risk Factors. Alimentary Pharmchology and
Therapeutic Volume 24 pp. 1151–1161
Hadi, Sujono. 2002. Ulkus Peptikum (Tukak Peptik). Gastroenterology Edisi 7 hal.
204-247
Halim, Hendry dkk. 2006. Pemberian Alkohol Peroral Secara Kronis Menurunkan
Kepadatan Sel Granula Cerebellum pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus)
Jantan Dewasa. Jurnal Anatomi Indonesia Volume 01 Agustus hal. 19-24
Handayani, Rini Sasanti, dkk. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Perilaku Anak dan Remaja dengan Status Ekonomi Marginal yang
Mengonsumsi Minuman Keras. Puslitbang Sistem dan Kebijakan Kesehatan
Haryanti, P. & dkk. 2012. Aplikasi Pengawet Alami Nira Kelapa Bentuk Serbuk
Berbahan Sirih Hijau terhadap Sifat Fisik dan Kimia Gula Kelapa. Jurnal
Pembangunan Pedesaan, Desember.Volume 12.
Hasanbasri, Mubasysyir. 2012. Pengajaran Epidemiologi Sosial dan Social
Determinant of Diseases di Program MPH Universitas Gadjah Mada. Konas
JEN Solo 6-8 November 2012
Hassan, M. M. & dkk. 2002. Risk Factors for Hepatocellular Carcinoma:
Synergism of Alcohol With Viral Hepatitis and Diabetes Mellitus.
Hepatology, Volume XX hal. 1206-1213
Haugtvedt, C. P. & dkk. 2004. Resistance and Persuasion. London: Lawrence
Erlbaum Associates, Inc..
143
Hayden, Joanna. 2014. Introduction to Health Behavior Theory: 2nd Edition.
USA: Jones and Bartlett Learning
Ikegami, S. 1997. Tuak dalam Masyarakat Batak Toba: Laporan Singkat tentang
Aspek Sosial-budaya Penggunaan Nira. Annual Report of the University of
Shizuoka, Hamamatsu College.
Ilyas, S. 2013. Evaluasi Kualitas Spermatozoa Dan Jumlah Turunan Mencit (Mus
musculus L.) (F1) Setelah Pemberian Tuak. Prosiding Semirata FMIPA
Universitas Lampung.
Imelda, Sandra. 2010. Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku
Kesehatan Masyarakat Menuju Paradigma Sehat: Suatu Studi di Kota
Padang. Tesis: Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Indraprasti, Devinthia dan Mira Aliza Rachmawati. 2008. Hubungan Antara
Kontrol Diri dengan Perilaku Minum-Minuman Keras pada Remaja Laki-
Laki. Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta
Institute of Alcohol Studies. 2013. Alcohol consumption Factsheet
Irza, Syukraini. 2009. Analisis Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat Bungo
Tanjung Sumatera Barat. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Isidora KS, dkk. 2003. Hubungan antara BBR dengan SGOT Peminum Tuak yang
Menderita SAR (Penelitian Pendahuluan). Dentofasial
Iskandar, Y. 2012. Penentuan Konsentrasi Alkohol dalam Tapai Ketan Hitam
Secara Piknometri Berdasarkan Lama Waktu Fermentasi
Jernigan, David. 2001. Global Status Report: Alcohol and Young People. Geneva:
WHO
Johannes dan Taufik Diya. 2012. Peran Faktor Psikologis Terhadap Keputusan
Investasi Produk Mulia Pada PT.Pegadaian (Persero) di Kota Jambi. Digest
Marketing Vol.1 No.3 Juli-September 2012 hal. 210-219
144
Kao, W. L. & dkk. 2002. Alcohol Consumption and the Risk of Type 2 Diabetes
Mellitus. American Journal of Epidemiology, Volume 154 hal. 748-757
Kaufman, K. & dkk. 1995. Alcohol consumption and the risk of major upper
gastrointestinal bleeding. The American Journal of Gastroenterology.
Keil, U. & dkk. 1997. The Relation of Alcohol Intake to Coronary Heart Disease
and All-Cause Mortality in a Beer Drinking Population. Epidemiology
Resources Volume 8 nomor 2 hal. 150-156
Kementerian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Daerah
Khairiyah, N. 2013. Dampak Psikologis Minuman Keras pada Remaja (Suatu
Kajian di Dusun Talung Pemesun Kec. Jujuhan Kab. Bungo Prov. Jambi).
Khomsan, Ali dkk. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi Ibu Peserta
Posyandu. Jurnal Gizi Pangan Maret 2009 Volume 4 Nomor 1 Hal. 33 – 41
Kurniawati, Dyah Esti, dkk. 2010. Gambaran Skrining Keterlibatan Penggunaan
Alkohol, Rokok dan Zat Adiktif pada Mahasiswa D3 Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26, No. 2, Juni
2010 Hal. 90 - 99
Kusumadewi, S. & dkk. 2011. Hubungan antara Dukungan Social Peer Group
dan Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Peraturan pada Remaja Putri
di Pondok Modern Islam Assalam Sukoharjo.
Lianto. 2013. Aktualisasi Teori Hierarki Kebutuhan Abraham H. Maslow Bagi
Peningkatan Kinerja Individu dalam Organisasi
Lindsay, N. J. 2005. Toward a Culture Model of Indigenous Entrepreneurial
Attitude. Academy of Marketing Science Review, Volume 05.
Lumban Gaol, N. & Husin, D. 2013. Dilema Pemberantasan Minuman Keras
Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Batak Toba (Studi Kasus di Desa
145
Ria-Ria Kecamatan Pollung Kabupaten Humbang Hasundutan). Jurnal
Citizenship hal 101-121
Maas, Linda T. 2004. Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi Budaya dan Dampak
Kesehatannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
MacMahon, B dan Pugh TF. 1970. Epidemiology: Principles and Methods.
Boston: Little Brown
Mae, Indra J. 2012. Minuman Alkohol Tradisional Sulawesi Selatan. Diakses dari
http://www.kabarkami.com/minuman-alkohol-tradisional-sulawesi-
selatan.html tanggal 3 Juni 2015 pukul 12.25 WIB
Maher, Jacquelyn. 1997. Exploring Alcohol’s Effects on Liver Function. Alcohol
Health & Research World Vol. 21, No. 1, 1997 pp. 5-12
Mahkamah Agung. 2012. Putusan 42 P/HUM/2012
Marzuki. 2011. Tradisi Dan Budaya Masyarakat Jawa dalam Perspektif Islam.
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta
Maulana, H. D. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Mendari, Anastasia Sri. 2010. Aplikasi Teori Hierarki Kebutuhan Maslow dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa. Widya Warta No. 01 Tahun
XXXIV / Januari 2010 ISSN 0854-1981 Hal. 82-91
Muku, I. D. M. K. & Sukadana, I. G. K. 2009. Pengaruh Rasio Kompresi terhadap
Unjuk Kerja Mesin Empat Langkah Menggunakan Arak Bali sebagai Bahan
Bakar. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Cakra M, April.Volume 3 hal. 26-32
Murti, Bisma. 2009. Determinan Sosio-Ekonomi, Modal Sosial dan Implikasinya
Bagi Kesehatan Masyarakat. Universitas Sebelas Maret
National Single Window (NSW), Department of Education and Communities.
2012. Alcohol: Celebrations and Supply, Information for Parents
146
NHS United Kingdom. 2008. Alcohol Units: A Brief Guide
Noorkasiani & dkk, 2007. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Noviyanti, Rizki. 2014. Pengaruh Konsumsi Minuman Tuak Terhadap Erosi Gigi
di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar
Nuryanti, Erni. 2013. Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk di Masyarakat.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 9 No 1 Hal. 15-23
Oroh, Diyan N, dkk. 2013. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dan Konsumsi
Alkohol dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien Poliklinik Umum di
Puskesmas Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Tentang
Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol
Pickett, G. & Hanlon, J. J. 2008. Kesehatan Masyarakat: Administrasi dan
Praktik. 9 ed. Jakarta: EGC.
Pranani, Dyah. 2008. Pengaruh Paparan Uap Belerang Terhadap Kejadian Erosi
Gigi: Studi pada Pekerja Tambang Belerang di Gunung Ijen Kabupaten
Banyuwangi Jawa Timur. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Pratama, Verdian Nendra Dimas. 2013. Perilaku Remaja Penguna Minuman
Keras di Desa Jatigono Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Jurnal
Promkes Volume 1 Nomor 2 Hal. 145-152
Pronko, P. & dkk. 2002. Effect of Chronic Alcohol Consumption on The Ethanol
and Acetaldehyde-Metabolzing System in The Rat Gastrointestinal Tract.
Alcohol and Alcoholism Volume 37 no. 3 hal. 159–166
Purwatiningsih, Rahayu. 2008. Persepsi Masyarakat terhadap Peranan
Puskesmas. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret
Surakarta hal. 3-4
147
Radwan, M. Farouk. 2015. Belief and the System Belief: How beliefs affect
behavior. diakses dari
http://www.2knowmyself.com/how_beliefs_affect_behavior tanggal 4 Mei
2015 pukul 21:11 WIB
Rahma, Mawaddah dkk. 2013. Faktor Risiko Kejadian Gastritis di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa
Rahmadi, Dedi. 2010. Penyakit Ginjal Kronik. Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung
Rahmah, Firstyana Ulya. 2013. Peranan Keluarga dalam Pembentukan Perilaku
dan Perkembangan Emosi Anak Serta Relevansinya Terhadap Nilai-Nilai
Pendidikan Islam. Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Retor, Sisilya Truly. 2014. Analisis Motivasi, Persepsi, Pembelajaran, Keyakinan
Dan Sikap Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Conbloc Indonesia
Surya Manado. Jurnal EMBA Vol.2 No.3 September 2014, Hal. 664-675
Rimm, E. 2000. Alcohol and Cardiovasculasr Disease. Department of Nutrition.
Harvard School of Public Health.
Rimm, E. B. & dkk. 1994. Prospective study of cigarette smoking, alcohol use,
and the risk of diabetes in men. British Medical Journal
http://www.bmj.com/content/310/6979/555
Rothman, K. & Keller, A. 1972. The Effect of Joint Exposure to Alcohol and
Tobacco on Risk of Cancer of The Mouth and Pharynx. Journal of Chronic
Disease, March.Volume 25 hal. 711-716
Ruslan. 2013. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Persepsi Terhadap Perilaku
Pencarian Pengobatan Penderita Kusta Pada Fasilitas Kesehatan di
Kabupaten Bima. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat.
148
Salakory, Natalsya M. 2013. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Tentang
Mengonsumsi Alkohol dengan Tindakan Konsumsi Minuman Beralkohol
Pada Nelayan di Kelurahan Bitung Karangria Kecamatan Tuminting Kota
Manado
Samiasih, Asih dan Nanad Triyunadi Putra. 2010. Dukungan Keluarga Terhadap
Perilaku Miras Remaja Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Sragen
Saskara, Pande Made Aditya dan Suryadarma. 2013. Laporan Kasus: Sirosis
Hepatis. Bagian/Smf Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana Denpasar
Saunders, J. 1987. Alcohol: an Important cause of Hypertension. British Medical
Journal, April hal. 1045-1046
SDKI. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja
Sesso, H. D. 2008. Alcohol Consumption and the Risk of Hypertension in Women
and Men. American Heart Association, Inc. hal. 1080-1087
Setiawan, Bambang dan Eko Suhartono. 2007. Peroksidasi Lipid dan Penyakit
Terkait Stres Oksidatif pada Bayi Prematur. Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume 57 Nomor 1
Setiawan, Ebta. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Online. Diakses dari
http://kbbi.web.id/tradisi tanggal 15 Februari 2015 pukul 16.58 WIB
Setiawan, H. K. 2013. Aspek Persepsi Masyarakat Mengonsumsi Minuman Lokal
“Sopi” Di Kabupaten Maluku Tengah Kecamatan Kota Masohi Kelurahan
Namaelo Maluku Tengah.
Shankar, A. & dkk. 2006. The Association among Smoking, Heavy Drinking, and
Chronic Kidney Disease. American Journal of Epidemiology, Volume 164
hal. 263–271
149
Shinya, Hiromi. 2008. The Miracle of Enzyme: Self-Heal Program. Bandung: PT
Mizan Pustaka
Siagian, L.D. 1990. Turi-turian Ni Halak Batak. Medan: Linggom
Simamora, B. 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia.
Simbolon, Parakitri T. 1999. Pesona Bahasa Nusantara Menjelang Abad Ke-21.
Jakarta: LIPI, Kepustakaan Populer Gramedia dan The Ford Foundation
Sinda, F. & Len. 2003. Peranan Kulit Kayu Buli Sonneratia sp. dalam Fermentasi
Nira Aren Menjadi Minuman Beralkohol. Marina Chimica Acta,
April.Volume 1.
Siswendi, Agnes. 2014. Perilaku Meminum-Minuman Keras di Kalangan Remaja
di Kelurahan Sungai Salak Kecamatan Tempuling Kabupaten Indragiri Hilir.
Jom Fisip Volume 1 No.2 Oktober 2014
Situmorang, Junihar. 2008. Youtube: Lisoi. Sumber:
https://www.youtube.com/watch?v=wKdDqpnmq6o diakses tanggal 26 april
2015 pukul 21.00 WIB
Stacy, Alan W, dkk. 1994. Attitudes and Health Behavior in Diverse Populations:
Drunk Driving, Alcohol Use, Binge Eating, Marijuana Use, and Cigarette
Use. The American Psychological Association, Inc. and the Division of
Health Psychology Vol. 13, No. 1 p. 73-85
Sudarma, M., 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta:Salemba Medika.
Suhardi. 2011. Preferensi Peminum Alkohol di Indonesia Berdasarkan Riskesdas
Tahun 2007. Buletin Penelitian Kesehatan Volume 39 nomor 4 hal. 154 – 164
Sumarlin, Rahayu. 2009. Perilaku Konformitas Pada Remaja Yang Berada di
Lingkungan Peminum Alkohol
150
Supiyah, dkk. 2012. Pengaruh Pengetahuan Ibu, Paparan Media, Peran Petugas
Kesehatan dan Dukungan Keluarga Terdekat Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif di Wilayah Kecamatan Metro Selatan Kota Metro Tahun 2012.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Malahayati Lampung
Suryoputro, Antono. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Seksualremaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan
Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Makara, Kesehatan, Vol. 10,
No. 1, Juni 2006 hal. 29-40
Teo, Albert S. T., dkk. 2011. Pengaruh Pemberian Virgin Coconut Oil (VCO)
Terhadap Kadar Trigliserida Penderita Diabetes Melitus di BLU RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado
Tinambunan, Djapiter dan Rayendra Lumban Toruan. 2010. Orang Batak Kasar?:
Membangun Citra dan karakter. Elex Media Komputindo: Jakarta
Touyz, L. Z. G. 2010. Dental Erosion and GORD-Gastro Esophageal Reflux
Disorder. International Dentistry, Volume 12 hal. 18-26
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan
Utina, S. S. 2011. Alkohol dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Mental.
WHO. 2014. Global Status Report on Alcohol and Health. Switzerland: L’IV Com
Sàrl, Villars-sous-Yens
WHO. 2015. Diabetes mellitus. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/ pada tanggal 14
Februari 2015 pukul 23.01 WIB
WHO. 2015. Health Topic: Epidemiology. diakses dari:
http://www.who.int/topics/epidemiology/en/ tanggal 26 Juni 2015 pukul
11.16 WIB
151
Wiers, R. & dkk. 2002. Implicit and Explicit Alcohol-Related Cognitions in Heavy
and Light Drinkers. Journal of Abnormal Psychology 2002, Vol. 111, No. 4
p. 648–658
Watch Tower Bible and Tract Society of Pennsylvania. 2013. Pandangan Alkitab:
Alkohol- Salahkah minum minuman beralkohol?. Diakses dari:
http://www.jw.org/id/publikasi/majalah/g201308/salahkah-minum-
minuman-beralkohol/ tanggal 11 April 2015 pukul 13.45
Yamagata, K. & dkk. 2007. Risk factors for chronic kidney disease in a
community-based population: a 10-year follow-up study. International
Society of Nephrology hal. 159–166
152
LAMPIRAN
153
Lampiran 2
PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM
TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA
KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA
Saya, Sukma Mardiyah Panggabean, selaku mahasiswi semester VII (tujuh) Program
Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian
dengan judul sebagaimana yang tertera di atas. Penelititan ini bertujuan untuk mengetahui pola
dan faktor-faktor yang mendukung munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum tuak di
Desa Lumban Siagian Jae. Kuesioner ini dibagikan agar diisi untuk menyelesaikan studi strata-
1 Kesehatan Masyarakat.
Saya memohon kesediaan Saudara menjadi responden dalam penelitian ini.
Adapun pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat privasi sehingga mungkin dapat
mengganggu kenyamanan saudara, untuk itu saya memohon maaf sebesar-besarnya.
Semua informasi yang Saudara berikan terjamin kerahasiannya. Kejujuran Saudara dalam
menjawab setiap pertanyaan sangat diharapkan demi kevalidan dan kebenaran data. Jika
hendak mememberikan komplain atau mengundurkan diri dari proses penelitian ini,
silahkan hubungi ke nomor 085763099815 (Sukma Mardiyah).
Setelah saudara membaca maksud dan tahapan penelitian di atas, maka saya
mohon untuk mengisi nama dan tanda tangan dibawah ini sebagai persetujuan. Demikian
lembar persetujuan ini, atas perhatian dan kerjasama saudara, saya ucapkan terimakasih.
No Responden
(Diisi oleh Peneliti)
Dengan ini saya bersedia mengikuti penelitian dan bersedia mengisi lembar kuesioner yang telah
disediakan dibawah ini dengan sadar tanpa paksaan.
Lumban Siagian, ............................ 2015
Peneliti Responden
( Sukma Mardiyah Panggabean) ( .......................................)
154
A. Identitas
No Pertanyaan Skor (diisi oleh peneliti)
A1 Nama
A2 Alamat
A3 Tanggal Lahir
A4 Pekerjaan 1. Tidak bekerja
2. Pegawai negeri
3. Pegawai swasta
4. Petani
5. Buruh/Kuli Bangunan
6. Lainnya..........
A5 Pendidikan 1. Tidak sekolah
2. SD
3. SLTP
4. SMA
5. Diploma (D1/D2/D3)
6. Sarjana (S1/S2/S3)
A6 Status Pernikahan 1. Menikah
2. Belum Menikah
3. Cerai hidup
4. Cerai mati
A7 Jika sudah menikah, berapa
jumlah anak anda?
................ orang
A. Pengetahuan
No. Pertanyaan Skor (diisi
oleh peneliti)
B1.
Apa yang bapak ketahui tentang minuman keras?
a. Minuman yang memiliki zat-zat kimia yang keras
b. Minuman yang memberikan efek kesenangan pada peminumnya
c. Minuman yang memabukkan dan akan membahayakan kesehatan jika
dikonsumsi secara berlebihan
d. Minuman yang meningkatkan semangat bagi peminumnya
B2. Apa yang bapak ketahui tentang tuak?
155
a. Salah satu minuman keras
b. Minuman yang menyebabkan kecanduan
c. Minuman yang diproses oleh bakteri
d. Semua benar
B3.
Apakah minuman tuak mengandung alkohol?
a. Iya
b. Tidak
B4.
Apa dampak kejiwaan dari minum tuak? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Hilang kesadaran
2. Lupa ingatan
3. Kecanduan
4. Perubahan emosi
B5.
Apa manfaat meminum tuak?
a. Untuk meningkatkan semangat dan tidak mengantuk saat bekerja
b. Untuk menurunkan tekanan darah
c. Untuk mencegah munculnya penyakit diabetes melitus (kencing manis)
d. Manfaat tidak tertera pada ketiga pilihan di atas
B6.
Penyakit apa yang dapat disebabkan oleh konsumsi tuak secara berlebihan dan
jangka waktu lama? (jawaban boleh lebih dari satu)
1. Darah tinggi
2. Demam Berdarah
3. Gigi Keropos
4. Maag
B. Sikap
No. Pernyataan Sikap Skor (diisi
oleh peneliti)
C1. Konsumsi tuak dilarang
0. Sangat tidak
setuju
1. Tidak setuju
2. Setuju
3. Sedikit setuju
4. Sangat Setuju
C2. Jual beli tuak dilarang 0. Sangat tidak
setuju
156
1. Tidak setuju
2. Setuju
3. Sedikit setuju
4. Sangat Setuju
C3. Harga tuak semakin naik
0. Sangat tidak
setuju
1. Tidak setuju
2. Setuju
3. Sedikit setuju
4. Sangat Setuju
C4. Bapak A mengajak temannya untuk meminum tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C5.
Hasil pemeriksaan dokter, Tuan B menderita penyakit
hipertensi yang muncul sejak meminum tuak. Meskipun dia
telah mengidap penyakit hipertensi, dia tetap meminum tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C6.
Hasil pemeriksaan dokter, Tuan B menderita penyakit
hipertensi yang muncul sejak meminum tuak. Meskipun
mengetahui hal itu, bapak masih tetap mengonsumsi tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C7. Bapak akan tetap mengonsumsi tuak walaupun harganya
mahal
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
157
C8 Bapak akan mengajak teman bapak untuk mengonsumsi
tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C9 Keturunan (anak/cucu) bapak mengonsumsi tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C10
Bapak akan tetap mencari warung untuk
membeli/mengonsumsi tuak jika di sekitar bapak tidak ada
warung tuak
0. Sangat setuju
1. Setuju
2. Sedikit Setuju
3. Tidak setuju
4. Sangat tidak
setuju
C. Perilaku
No. Pertanyaan
Skor (diisi
oleh
peneliti)
D1. Pada usia berapa bapak mulai mengonsumsi tuak?
.............................. tahun
D2.
Berapa gelas tuak bapak minum per harinya? (rata-rata)*
1. Gelas A=............. gelas
2. Gelas B=............. gelas
3. Gelas C=............. gelas
4. Gelas D=............. gelas
5. Gelas E=..............gelas
D3.
Kapan saja bapak meminum tuak? (Jawaban boleh lebih dari satu)
1. Pagi
2. Siang
3. Sore
4. Malam
158
D4.
Apa alasan bapak mengonsumsi tuak? (boleh menjawab lebih dari satu)
1. Melepaskan beban/masalah
2. Mempererat persaudaraan dan pergaulan
3. Sudah menjadi budaya
4. Coba-coba
5. Ingin terlihat jantan
6. Lainnya.....
D5.
Menurut bapak, apakah meminum tuak merupakan tradisi kental Masyarakat
Batak Toba?
1. Ya
2. Tidak
D6.
Apakah bapak yakin bahwa tuak akan memberikan dampak positif bagi bapak?
1. Ya
2. Tidak
Jika ya, dampak positif apa yang bapak yakini?
D7.
Siapa yang mengajak bapak untuk mengonsumsi tuak? (pilih yang paling
berpengaruh)
1. Teman sepergaulan
2. Keluarga, sebutkan (ayah/ibu/adik/kakak/kakek/nenek/lainnya)
3. Kemauan sendiri
D8.
Apakah bapak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengonsumsi tuak?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak ada respon keluarga
D9
Apakah keluarga bapak memiliki kebiasaan meminum tuak?
1. Ya
2. Tidak
D10.
Apakah bapak merasa didukung oleh petugas kesehatan untuk mengonsumsi
tuak?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak ada respon
D11.
Apakah terdapat dampak (penyakit) yang bapak rasakan selama menjadi
peminum tuak?
1. Ya
2. Tidak (lanjut ke D6)
D11-
1
Penyakit apa yang muncul? (Jawaban boleh lebih dari satu)
1. Darah Tinggi
2. Kencing manis
3. Gigi keropos
4. Sering sariawan/panas dalam
5. Penyakit ginjal
6. Infeksi saluran nafas (seperti batuk-batuk dalam waktu yang lama)
7. Infeksi saluran cerna (seperti maag, kram perut)
159
8. Penyakit pada paru
9. Lainnya...
D12 Berapa uang yang bapak keluarkan setiap hari untuk meminum mengonsumsi
tuak? Rp ...................
*Gelas ditunjukkan kepada responden:
Gelas A Gelas B Gelas D Gelas C Gelas E
160
Lampiran 3
PANDUAN WAWANCARA
ANALISIS PERILAKU KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK
DI DESA LUMBAN SIAGIAN JAE KECAMATAN SIATAS BARITA
KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA UTARA TAHUN 2015
Tradisi dan Budaya Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi
Tuak
No. Pertanyaan
Tokoh Masyarakat (Haposan Panggabean)
1. Bagaimana pendapat abang mengenai konsumsi tuak?
2. Coba abang ceritakan mengenai asal usul tuak di Tanah Batak.
Probing:
a. Benarkah budaya manuan ompu-ompu itu menggunakan air tuak untuk
menyiram tanamannya?
b. Benarkah tuak digunakan untuk menjamu tamu-tamu?
c. Jadi menurut abang, apakah kebiasaan raja-raja terdahulu menjadi
contoh bagi masyarakat sekarang?
3. Bagaimana kaitan tradisi dan budaya masyarakat Batak Toba dengan minum tuak.
Masyarakat (Dohar Pasaribu)
1. Bagaimana pendapat abang mengenai konsumsi tuak?
2. Coba abang ceritakan mengenai asal usul tuak di Tanah Batak.
Probing:
a. Mengapa sekarang jamuan bagi tamu tidak dengan tuak?
3. Bagaimana kaitan tradisi dan budaya masyarakat Batak Toba dengan minum tuak.
161
Kepercayaan Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Terkait Konsumsi Tuak
No. Pertanyaan
Tokoh Masyarakat (Haposan Panggabean)
1 Bagaimana menurut abang sudut pandang masyarakat Batak Toba terhadap
minum tuak?
2 Bagaimana pendapat abang mengenai kepercayaan terhadap khasiat tuak?
3 Coba abang jelaskan mengapa masyarakat yakin dan percaya terhadap khasiat
tuak tersebut
Probing:
Bagaimana jika mereka tidak minum tuak dalam sehari? Apakah ada perbedaan atau
biasa saja?
Masyarakat (Dohar Pasaribu)
1. Bagaimana menurut abang sudut pandang masyarakat Batak Toba terhadap
minum tuak?
2. Bagaimana pendapat abang mengenai kepercayaan terhadap khasiat tuak?
3. Coba abang jelaskan mengapa masyarakat yakin dan percaya terhadap khasiat
tuak tersebut
Probing:
Mengapa masyarakat harus minum tuak?
162
Peran Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Perilaku Konsumsi Tuak
No. Pertanyaan
Kepala Puskesmas (Betty A. Sihombing)
1 Bagaimana pendapat ibu mengenai banyaknya masyarakat Desa Lumban Siagian
Jae mengonsumsi tuak?
2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran petugas kesehatan terkait konsumsi tuak
di masyarakat Desa Lumban Siagian Jae?
Probing:
a. Bagaimana dukungan dari Pemerintah Kabupaten dalam mengatasi
konsumsi tuak?
b. Sejak kapan peraturan tersebut akan diterapkan?
c. Adakah dukungan dari petugas kesehatan untuk mengatasi perilaku
konsumsi tuak?
d. Apakah promosi tersebut bersifat melarang?
3 Coba ceritakan mengenai tindakan intervensi apa saja yang telah dilakukan dalam
mengatasi perilaku konsumsi tuak.
4 Coba anda ceritakan mengenai penyakit yang sering muncul di Desa Lumban
Siagian Jae dan diasumsikan sebagai penyakit akibat konsumsi tuak.
Bidan Desa Lumban Siagian Jae (Oktarina Tampubolon)
1 Bagaimana pendapat ibu mengenai banyaknya masyarakat Desa Lumban Siagian
Jae mengonsumsi tuak?
2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran petugas kesehatan terkait konsumsi tuak
di masyarakat Desa Lumban Siagian Jae?
3 Coba ceritakan mengenai tindakan intervensi apa saja yang telah dilakukan
dalam mengatasi perilaku konsumsi tuak.
Probing:
Apakah pernah dilakukan penyuluhan ke masyarakat?
Bagaimana solusi yang tepat menangani perilaku ini, menurut kakak?
4 Coba anda ceritakan mengenai penyakit yang sering muncul di Desa Lumban
Siagian Jae dan diasumsikan sebagai penyakit akibat konsumsi tuak.
163
Kebiasaan Keluarga Masyarakat Desa Lumban Siagian Jae Mengonsumsi Tuak
No. Pertanyaan
Ibu Rumah Tangga (Lorita Sitompul)
1 Coba inang ceritakan bagaimana kebiasaan keluarga inang minum tuak.
Probing:
Siapa saja yang minum tuak di keluarga inang?
Apakah jumlah tuak yang diminum banyak?
Kapan saja minum tuak tersebut?
2 Sudah berapa lama keluarga inang terbiasa minum tuak.
Probing:
Saat itu, apakah inang sudah menikah?
3 Bagaimana pendapat inang tentang peran keluarga dalam mengendalikan perilaku
kesehatan seseorang?
Probing:
Apakah pernah menekankan pola konsumsi, misalnya menekan jumlah konsumsi tuak
kepada keluarga?
4 Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi di keluarga inang akibat konsumsi tuak.
Ibu Rumah Tangga (Martha Sinaga)
1. Coba inang ceritakan bagaimana kebiasaan keluarga inang minum tuak.
Probing:
Apakah jumlah tuak yang diminum banyak?
Siapa saja yang minum tuak di keluarga kakak?
2. Sudah berapa lama keluarga inang terbiasa minum tuak.
Probing:
Anak kakak yang paling kecil umur berapa kak?
Jadi menurut kakak, kalau anak yang masih di bawah umur masih belum boleh minum
tuak?
3. Bagaimana pendapat inang tentang peran keluarga dalam mengendalikan perilaku
kesehatan seseorang?
Probing:
Apakah kakak pernah melarang keluarga kakak minum tuak?
4. Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi di keluarga inang akibat konsumsi tuak.
164
Lampiran 4
PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN
Kegiatan ini merupakan penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa
Peminatan Epidemiologi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan
faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku konsumsi tuak pada peminum
tuak di Desa Lumban Siagian Jae Kecamatan Siatas Barita Kabupaten Tapanuli
Utara Sumatera Utara tahun 2015.
Kegiatan pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan
menggunakan panduan wawancara kepada informasi mengenai faktor-faktor yang
mendorong perilaku konsumsi tuak, antara lain tradisi dan budaya, kepercayaan,
kebiasaan keluarga dan peran petugas kesehatan. Oleh karena itu, kami berharap
Bapak/Ibu bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.
165
Saya mengerti sepenuhnya risiko dan manfaat dari keikutsertaan saya pada
penelitian ini dan menyatakan setuju untuk ikut serta sebagai peserta penelitian.
Nama Informan :
Usia :
Tanda Tangan : ______________ Tanggal: ......................................
Jam :
Nama Peneliti : Sukma Mardiyah Panggabean
Tanda Tangan : ______________ Tanggal: …………………………
Jam :
CP: Sukma Mardiyah Panggabean
Handphone: 0857 6309 9815
166
Lampiran 5
TRANSKRIP HASIL WAWANCARA
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Tradisi dan Budaya Masyarakat
1 Bagaimana pendapat bapak mengenai
minum tuak?
Minum tuak itu ya sudah jadi kebiasaan disini,
cuma enggak tahu ya, kalau tumbuhannya kan
bisa tunbuh di seluruh Indonesia. Bukan hanya
disini mungkin di Sulawesi juga ada kan.
Tuak itu minuman tradisional orang Batak.
Jadi ya sewajarnya orang Batak minum
kan. Kalau menurut aku ya setuju aja,
karena memang tuak ini kan bisa
menyembuhkan penyakit.
2 Coba Bapak ceritakan mengenai asal usul
tuak di Tanah Batak.
Dulu ada cerita begini, tapi ini cuma mitos ya.
Dulu ada perempuan Boru Sitompul yang
dijdohkan dengan laki-laki, tapi si Boru
Sitompul ini enggak suka dia. Nah, karena itu,
dia kabur dari rumah terus nangis dan berdiam
diri dia di suatu tempat dan jadi pohon enau. Air
dari pohon enau ini, itulah air nira itu, disebut
Enggak tahu banyak. Yang penting dari
zaman dulu, tuak ini sudah dijadikan
sebagai minuman untuk menjamu tamu.
Kalau orang datang, minumnya dikasih
tuak, iya karena memang katanya tuak ini
minuman yang membuat badan sehat, jadi
obrolan-obrolan kita itu makin enak.
167
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
dari air mata si Boru Sitompul itu tadi, makanya
orang-orang banyak yang meminumnya.
Kalau sekarang, kenapa tidak pakai tuak?
Oh, enggak. Karena sekarang kan zaman
sudah berganti, dari yang tradisional
kepada yang modern. Orang-orang
sekarang lebih menikmati yang namanya
teh dan kopi. Makanya tuak sekarang cuma
diminum di lapo-lapo saja.
3 Bagaimana kaitan tradisi dan budaya
masyarakat Batak Toba dengan konsumsi
tuak.
Jelas ada, dari dulu sudah dilakukan itu minum
tuak oleh oppung kita. Tidak mungkin kita
melakukan hal-hal yang sudah jadi kebiasaan
sampai sekarang tanpa ada dorongan dari masa
lalu, iya kan.
Tradisi ya, ada kaitannya pasti. Kalau
disini, tuak itu memang rada-rada sudah
mendarah daging. Dari dulu itu sudah jadi
minuman yang diistimewakan seperti itu.
Pernah dengar tuak natonggi? Tuak
natonggi itu artinya tuak yang manis, yang
langsung diambil dari Pohon Bagot itu, itu
dulu dijadikan jadi minuman untuk tamu.
Kalau sekarang karena udah musnah
tradisi seperti itu, ya selalu diuangkanlah,
diganti jadi uang kan.
Tuak natonggi itu sekarang bahkan sampai
jadi istilah dalam masyarakat. Istilahnya
Benarkah budaya manuan ompu-ompu itu
menggunakan air tuak untuk menyiram
tanamannya?
Oh enggak, itu pakai air biasa, bukan pakai
tuak.
Kalau untuk menjamu tamu-tamu?
Iya, itu pakai tuak. Kalau upacara adat, kayak
pesta pernikahan, itu juga sebenarnya menjamu
168
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
undangan itu pakai tuak, tapi karena nggak bisa
jadinya dibayar pakai uang saja.
Dulu para raja juga kalau sedang kumpul atau
musyawarah di Sopo Partungkoan selalu sambil
minum tuak, makan Pisang Sitanduk juga.
begini, kalau anak saudara datang ke
rumah kita, saat dia akan pulang kan pasti
kita kasih uang kantongnya, apa kita
bilang, “Inilah, nak, untuk beli rokok.
Inilah, nak, sedikit, untuk beli bedak”, kan
gitu. Kalau tuak natonggi juga begitu,
“Inilah, inang, untuk beli tuak natonggi di
perjalanan”, walaupun sebenarnnya uang
itu bukan untuk beli tuak natonggi. Jadi
sudah seperti istilah baku, untuk sekedar
basa basi.
Jadi menurut Bapak, apakah kebiasaan itu
yang menjadi contoh bagi masyarakat
sekarang?
Menurut saya iya, tapi kalau sekarang orang-
orang meminum tuak bukan waktu musyawarah
saja, tapi waktu santai sama kawan-kawan juga
dengan tuak kan.
Kepercayaan Masyarakat
1 Bagaimana sudut pandang masyarakat
Batak Toba terhadap tuak?
Orang-orang sini melihat tuak itu sebagai
minuman sehari-hari. Tapi diminum bukan tiap
saat, biasanya minum pas waktu sore sampai
malam.
Gimana ya aku bilang ya, kalau disini tuak
itu seperti pelengkaplah. Kalau buah kan
makannya habis makan. Tuak ini pun gitu,
diminum jadi seperti pelengkap makannya
aja gitu.
2 Bagaimana pendapat Bapak mengenai
kepercayaan terhadap khasiat tuak?
Memang kan tuak ini dianggap sebagai obat.
Karena dari dulu nenek-nenek kita sudah
Kalau saya memang menganggap tuak ini
sebagai minuman pelengkap, sama seperti
169
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
meminum ini dan badannya semakin sehat, jadi
orang-orang sekarang jadi terikut.
yang saya bilang tadi. Kalau tak ada tuak,
rasanya kurang lengkap gitu ya. Badan
kurang enak.
3
Coba bapak jelaskan mengapa masyarakat
yakin dan percaya terhadap khasiat tuak
tersebut.
Orang-orang disini kan kerjanya berat-berat,
jadi setelah minum itu kan memang badan jadi
terasa ringan, makin semangat. Orang-orang
jadi senang minum tuak itu. Tapi kan mereka
tidak minum banyak-banyak jadi cukup untuk
menghangatkan badan saja itu.
Nah, kita tahu sendiri kan, masyarakat
disini memang selain bertani ya jadi kuli
bangunan, yang lebih banyak mata
pencahariannya ya yang dua itu tadi. Kalau
siang, kerja terus-terusan banting tulang,
waktu bersama kawan pun kadang tak ada
begitu kan. Kalau sore, kan sudah tak ada
kerja lagi, jadi disempatkanlah ke lapo
untuk kumpul-kumpul gitu kan. Kan orang
batak suka kalau berkumpul, membahas
sesuatu, bernyanyi bersama, itu
kesenangan orang batak disitu. Nah,
sambil minum tuak ya kan.
Bagaimana jika mereka tidak minum tuak
dalam sehari? Apakah ada perbedaan atau
biasa saja?
Kenapa harus minum tuak?
Iya kembali lagi, memang setelah minum
tuak itu badan itu terasa ringan gitu. Beban
itu terasa ringan semua. Yang pikiran
170
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Kalau perseorangan aku juga tak tahu itu,
tergantung mereka. Tapi kalau saya pribadi,
kalau tidak minum tuak itu seperti ada yang
kurang begitu, mungkin badan lebih capek,
terasa lebih berat.
suntuk, badan capek, udah lepas itu sama
tuak itu. Makanya kalau enggak ada tuak,
orang-orang sini merasa ada yang kurang,
badan pun terasa tidak enak.
Kebiasaan Keluarga
1 Coba Ibu ceritakan bagaimana kebiasaan
keluarga Ibu minum tuak.
Gimanalah aku jelaskan ya. Ya karena memang
tuak ini kan katanya obat, ya tapi jangan
ditambahi minuman yang beralkohol. Kalau
cuma tuak aja memang obat, untuk penyakit
gula katanya, tapi jangan terlalu banyak
diminum.
Aku juga suka minum tuak dulu, tapi setelah
asam uratku ada, jadi enggak pernah lagi.
Karena setiap minum tuak, kakiku langsung
panas, sakit, kayak ada yang tarik-tarik dari
dalam.
Kita kan sebenarnya ibu rumah tangga ini
hanya mendukung ya, aku enggak
pernahlah minum tuak. Cuma memang
suamiku udah lama sekali jadi peminum
tuak, anakku juga gitulah, ikut-ikut sama
bapaknya.
Kebiasaannya ya tiap sore sudah ke lapo
tuak mereka kan, disitulah sampai malam.
Apakah jumlah tuak yang diminum banyak? Apakah jumlah tuak yang diminum
banyak?
171
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Enggaklah, paling dua gelas satu hari, satu
malamlah bisa dibilang. Enggak sampai mabuk
dia.
Enggak tahu ya, tapi kayaknya tidak.
Karena setiap pulang masih belum
tenggen, belum mabuk. Pokonya saya
yang penting jangan sampai tuak ini
membuat kerusuhan, itu aja.
Kapan saja minum tuak tersebut?
Tiap malam orang ini selalu minum tuak Siapa saja yang minum tuak di keluarga
kakak?
Suamiku, anakku itu aja. Kalau anak
perempuanku enggak minum dia. Yang
laki-laki ajanya.
Siapa saja yang minum tuak di keluarga inang?
Suami, anakku juga. Tapi enggak tahulah,
enggak pernah tahu aku kalau anakku, setahuku
dia minum tuak.
2 Sudah berapa lama keluarga Ibu terbiasa
minum tuak.
Kalau suamiku, sudah dari umur 28 tahun.
Berapa lama, aku kurang tahu, setelah
kami menikah pun suamiku sudah minum
tuak. Tapi kalau anakku mungkin udah 5
tahun lebihlah, dia kan sekarang umurnya
32 tahun, mungkin dari umur 25 tahun
udah mulai dia itu. Yang paling kecil ini
belumlah, masih kecil kan.
Saat itu, apakah inang sudah menikah?
Iya, udah, makanya kami sama-sama tahu.
Anak kakak yang paling kecil umur
berapa kak?
172
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Umur 15 tahun, udah kelas satu SMA lah
dia sekarang.
Jadi menurut kakak, kalau anak yang
masih di bawah umur masih belum boleh
minum tuak?
Seharusnya gitulah, kalau bisa ya
janganlah, tahu kan kita tuak itu pun pasti
ada beratnya juga. Kalau dia keadaan
tubuhnya sekarang kan masih bagus,
belum ada pikiran, gitulah. Kalau
bapaknya, abangnya kan mungkin udah
capek kerja, capek pikiran, makanya kita
dukung-dukung saja begitu.
3 Bagaimana pendapat Ibu tentang peran
keluarga dalam mengendalikan perilaku
kesehatan seseorang?
Ya mendukung. Kita pun enggak kasih contoh
yang enggak baik buat keluarga. Kan tuak ini
kan bagus buat kesehatan. Keluarga kan kerja
berat, ya mesti masuk itu tuak untuk
meringankan badan, biar badan tetap fit. Tetap
kita dukung keluarga minum tuak.
Perannya ya, harusnya bisa memberikan
yang terbaik buat keluarga. Kasih contoh
yang baiklah gitu. Kalau untuk minum
tuak, dikasih contoh yang baik kalau
minum tuak itu tidak boleh berlebihan,
tidak boleh membuat kerusuhan.
173
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Apakah pernah menekankan pola konsumsi,
misalnya menekan jumlah konsumsi tuak
kepada keluarga?
Iyalah, selalu dibilang jangan banyak-banyak,
jangan sampai bikin mabuk.
Apakah kakak pernah melarang keluarga
kakak minum tuak?
Enggaklah, masa kita larang. Itu sudah jadi
obat orang itu kan. Kalau kita larang makin
sakit orang itu kita juga yang repot kan.
Kecuali kalau udah larangan dari dokter,
kan biasanya dikasih tahu itu subangnya
kalau sakit. Enggak boleh makan ini, itu.
Kalau udah begitu, jangan lagi dikasih.
4 Coba ceritakan dampak yang pernah terjadi
di keluarga Ibu akibat konsumsi tuak.
Enggak pernah. Kalau sakit karena tuak aja
enggaklah, masih sehat semua.
Belum pernah ya, masih sehat semua
keluarga. Semoga enggak terjadi apa-apa.
Peran Petugas Kesehatan
1
Bagaimana pendapat ibu mengenai
banyaknya masyarakat Desa Lumban
Siagian Jae mengonsumsi tuak?
Kebiasaan disana harusnya kamu tanya dengan
Bidan yang ada disana, ada kan? Saya enggak
tahu bagaimana kebiasaan masyarakat disana.
Tapi sejauh yang saya tahu, selama ini status
kesehatan masyarakat masih stabil, tapi untuk
memastikan coba kamu tanya ke Bidan
setempat, dia lebih tahu kan kebiasaan dan
keadaan kesehatan disana.
Ya wajar ajalah ya, kan orang ini kan
sering ke sawah, kerja pula. Namanya udah
capek siangnya, dari pada dengar suara
anaknya cengeng kan mending keluar dulu
bentar, entah ketawa, entah nyanyi-nyanyi.
174
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
2 Menurut ibu, bagaimana selama ini peran
pertugas kesehatan terkait konsumsi tuak
pada masyarakat Desa Lumban Siagian
Jae?
Kita enggak berperan banyak ya, karena
memang ini sudah jadi kebiasaan di masyarakat.
Jadi kami Cuma berperan saat konsumsi itu
mendatangkan penyakit, jadi secara individual,
kalau masyarakat belum. Tapi untuk tuak ini
kan sebenarnya ada program dari Pemkab kan.
Ya, enggak ada lah. Tapi kalau memang
ada orang disini yang sakit, pasti
dinasehati biar enggak banyak-banyak
minum lagi kan.
Bagaimana bentuk dukungan dari Pemerintah
Kabupaten dalam mengatasi konsumsi tuak?
Jadi pemerintah sekarang, Bupati, sedang
membuat kebijakan baru mengenai pembatasan
waktu untuk lapo tuak, jadi lapo tuak nanti buka
hanya sampai jam 8 malam.
Sejak kapan peraturan tersebut akan
diterapkan?
Ini masih dalam bentuk arahan dan informasi,
belum instruksi. Ini belum jadi kebijakan baku
dan tertulis.
Adakah dukungan dari petugas kesehatan untuk
mengatasi perilaku konsumsi tuak?
175
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Kalau mendukung kayaknya enggak lah ya.
Kecuali kalau sudah menjadi penyakit, otomatis
dokter yang menangani juga bilang biar
konsumsinya dikurangi. Jangan sampai menjadi
masalah untuk kesehatan, jadi harus benar-
benar menjaga pola konsumsinya.
3 Intervensi apa saja yang telah dilakukan
untuk mengatasi perilaku konsumsi tuak?
Intervensi kita dalam mengatasi itu dalam hal
penyuluhan ya berarti. Sebenarnya ada, secara
umum tapi, kan kalau penyuluhan biasanya
untuk perilaku hidup bersih dan sehat, tapi kalau
program khusus untuk tuak ini tidak ada.
Enggak ada. Ya paling itu lah, kasih
nasehat perseorangan.
Apakah promosi kesehatan tentang tuak ini
bersifat melarang?
Pastinya tidak, karena kita enggak boleh
langsung menghentikan, kan prinsip promosi
seperti itu ya. Kecuali kalau memang nantinya
konsumsi tuak itu sudah menjadi larangan pada
kebijakan pemerintah, disitu berarti kita punya
andil penuh untuk melarang mereka.
Apakah pernah dilakukan penyuluhan ke
masyarakat?
Enggak, kalau ke masyarakat itu enggak
ada. Bisanya individual, itu pun kalau
peminumnya datang berobat. Kan kalau
disini enggak gampang ngasih penyuluhan
begitu, kan udah jadi adat istiadat kan,
bahkan di pesta aja pun tuak jadi
minumnya kan. Makanya kita agak susah.
176
No. Pertanyaan Informan Utama Informan Pendukung
Pokoknya, inti dari promosi kesehatan itu
adalah anjuran bukan larangan, gitu.
Bagaimana solusi yang tepat menangani
perilaku ini, menurut kakak?
Ya memang seharusnya melibatkan semua
pihak di desa ini ya. Sesepuh desa, Bidan
Desa juga kan. Tapi awak juga jarang
dipanggil. Harusnya disini sering dibuat
musyawarah desa, biar dibahas disitu
semuanya. Walaupun sekali setahun kan,
setidaknya ada usaha pasti ada perubahan
walaupun dikit. Tapi kan, sedikit demi
sedikit lama-lama jadi berubah 360 derajat
kan.
4 Menurut ibu, penyakit apa yang sering
muncul di Desa Lumban Siagian Jae dan
diasumsikan sebagai penyakit akibat
konsumsi tuak?
Penyakit yang timbul karena tuak, ya biasanya
ya hipertensi, penyakit gula, gastritis.
Enggak ada ya, paling sakit di saluran
pencernaan. Kalau di sini jarang sakit
orang, apalagi cuma gara-gara tuak.
Karena kan orang ini malam minum tuak,
besoknya udah banting tulang ke sawah,
jadi lemak-lemak di tuak itu kan enggak
bertumpuk di badannnya itu.
177
Lampiran 6
Para peminum tuak di Desa Lumban Siagian Jae
Suasana masyarakat Desa Lumban Siagian Jae saat berkumpul sambil mengonsumsi tuak di
lapo tuak
DOKUMENTASI
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
178
No
Urut NAMA Umur Dusun
1 KERECIA SIMORANGKIR 91 LUMBAN TORUAN
2 JISMAN PANGGABEAN 58 PANCUR SIMIN
3 UNJUR HASIHOLAN SIMATUPANG 38 LUMBAN TORUAN
4 GUSTAF PANGGABEAN 53 LUMBAN TORUAN
5 HARRIMAN PANGGABEAN 33 PANCUR SIMIN
6 SABAR PANGGABEAN 48 LUMBAN TONGATONGA
7 WILSON MANAHAN PANGGABEAN 17 LUMBAN TONGATONGA
8 RONSEN PANGGABEAN 72 LUMBAN TONGATONGA
9 DAVID SOPIAN PANGGABEAN 39 LUMBAN TONGATONGA
10 RINTHO PANGGABEAN 34 LUMBAN TONGATONGA
11 JANTI PANGGABEAN 56 LUMBAN TONGATONGA
12 MARINGAN PANGGABEAN 31 LUMBAN TONGATONGA
13 RAMLI ROBBY PANGGABEAN 23 LUMBAN TONGATONGA
14 NIMROT SIMANGUNSONG 51 LUMBAN TONGATONGA
15 ROBIN SIMANGUNSONG 30 LUMBAN TONGATONGA
16 DORIS SIMANGUNSONG 17 LUMBAN TONGATONGA
17 EVENDI SITANGGANG 60 LUMBAN TONGATONGA
18 BERTON JESEN SIADARI 17 LUMBAN TONGATONGA
19 SANGGUP PANGGABEAN 56 LUMBAN TONGATONGA
20 NOBEL FREDDY PANGGABEAN 25 LUMBAN TONGATONGA
21 PARSAORAN PANGGABEAN 46 LUMBAN TONGATONGA
22 LINTAS SIADARI 62 LUMBAN TONGATONGA
23 MAULIM PANGGABEAN 66 LUMBAN TONGATONGA
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
24 IRFAN PANGGABEAN 23 TOPI DALAN
25 SAUT PANGGABEAN 67 TOPI DALAN TORUAN
26 FRENGKY PANGGABEAN 34 TOPI DALAN TORUAN
27 NICO LEONARDO PANGGABEAN 32 TOPI DALAN TORUAN
28 HEINCE TULUS AGUSTINUS PANGGABEAN 38 LUMBAN TONGA TONGA NO 19
29 DOMICIUS PANGGABEAN 63 LUMBAN TONGA TONGA NO 19
30 RIKO ERIKSON PANGGABEAN 31 LUMBAN TONGA TONGA NO 19
31 LIUSUSTEN PANGGABEAN 27 LUMBAN TONGA TONGA NO 19
32 PREDDY PARLUHUTAN SIREGAR 47 TOPI DALAN
33 ANDREA RAJA HADIJANTO SIREGAR 18 TOPI DALAN
34 ROBIN PARAPAT 52 TOPI DALAN
35 RAJES NOVIANTO PARDAMEAN PARAPAT 24 TOPI DALAN
36 AMOS ELKANA PARAPAT 21 TOPI DALAN
37 ZULKIFLI PANGGABEAN 52 TOPI DALAN
38 RAJA IMAN PANGGABEAN 20 TOPI DALAN
39 ANGGIAT MANGOLOI PASARIBU 27 TOPI DALAN
40 JOSUA PASARIBU 20 TOPI DALAN JULU
41 DOHAR PASARIBU 48 TOPI DALAN
42 METODIS TAMBUNAN 56 PANCUR SIMIN
43 ISAK TAMBUNAN 24 PANCUR SIMIN
44 MANGASA PANGGABEAN 75 PANCUR SIMIN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
45 ROBERT PANGGABEAN 56 PANCUR SIMIN
46 MAJU PANGGABEAN 72 PANSUR SIMIN
47 NIMROD SIMANJUNTAK 55 LUMBAN SIAGIAN
48 ERWIN TRINOBEL SIMANJUTAK 20 LUMBAN SIAGIAN
49 JULES SIHOMBING 46 LUMBAN SIAGIAN
50 APPEN SIMANJUNTAK 52 SIPINGGAN DOLOK I
51 HENDRA SIMANJUNTAK 22 SIPINGGAN DOLOK I
52 TONI HORAS PANGGABEAN 39 SIPINGGAN DOLOK
53 BERNAD POLTAK PANGGABEAN 31 LUMBAN SIAGIAN
54 JEPRI ADI PANGGABEAN 21 LUMBAN SIAGIAN
55 SUDUNG PANGGABEAN 40 SIPINGGAN DOLOK
56 HARIS HUTAPEA 48 SIPINGGAN DOLOK I
57 DAULAD PANGGABEAN 82 SIPINGGAN DOLOK I
58 TRAVEL PANGGABEAN 23 SIPINGGAN DOLOK I
59 SWARDI SAHAT MAROLOP NAINGGOLAN 25 PANOMBURAN
60 SUPARJO NAINGGOLAN 21 PANOMBURAN
61 SUMURUNG PANGGABEAN 60 LUMBAN SIAGIAN
62 ANTO SIANIPAR 31 LUMBAN TORUAN
63 BOBBY SIANIPAR 29 LUMBAN TORUAN
64 CHANDRA SIANIPAR 24 LUMBAN TORUAN
65 BERRY SIANIPAR 20 LUMBAN TORUAN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
66 ALBOIN SIMANJUNTAK 64 LUMBAN SIAGIAN
67 ALFREDO SAMUEL ANDERSON PANGGABE 22 LUMBAN TORUAN
68 AUDON ARIANTO PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN
69 RONNI ERWIN PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN
70 SAHAT SIMATUPANG 69 LUMBAN TORUAN
71 JUNGJUNG SIMATUPANG 30 LUMBAN TORUAN
72 HERBIN PANGGABEAN 78 LUMBAN TORUAN
73 LINDUNG PANGABEAN 47 LUMBAN SIAGIAN PEA NADAO
74 HARRY JADIMART PANGGABEAN 35 LUMBAN SIAGIAN PEA NADAO
75 BETMAN LUMBAN TORUAN 62 PANSUR SIMIN
76 LAMHOT LUMBANTORUAN 31 PANSUR SIMIN
77 GOKLAS LUMBANTORUAN 22 PANSUR SIMIN
78 SWARJON LUMBANTORUAN 20 PANSUR SIMIN
79 RUSTAM SIBARANI 40 LUMBAN SIAGIAN
80 RONAL PANGGABEAN 38 LUMBAN SIANTAR
81 JULIANUS PANGGABEAN 38 LUMBAN TONGA-TONGA
82 CATLAN SITUMORANG 48 LUMBAN SIAGIAN
83 ARON SIADARI 33 LUMBAN TONGA-TONGA
84 SARTONO MANALU 46 LUMBAN SIAGIAN
85 ARMAN PARIZON PANGGABEAN 35 LUMBAN SIANTAR
86 MANUMPAK NAINGGOLAN 38 LUMBAN SIAGIAN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
87 SYAHRIR PANGGABEAN 35 LUMBAN SIAGIAN
88 ANGGIAT TULUS PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN
89 DARWIN ARIANTO SIANIPAR 32 LUMBAN SIAGIAN
90 BENJAMIN PANGGABEAN 32 LUMBAN SIAGIAN
91 LAMBAS MANAEK PANGGABEAN 28 LUMBAN SIAGIAN
92 AZAN SUBUHI PRATAMA SIREGAR 27 LUMBAN SIAGIAN
93 JOSUA GABE PUTRA 17 LUMBAN SIAGIAN
94 FREDDIN PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN
95 JOEL PANGGABEAN 38 JLN MARHUSA NO 30
96 RUTGULLIT PANGGABEAN 25 JLN.MARHUSA
97 YOPILATUL PANGGABEAN 20 JLN.MARHUSA
98 RIKKY PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA
99 RICARDO PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA
100 SAHAT TAMPUBOLON 45 LUMBAN SIAGIAN
101 JUJUR PANGGABEAN 42 LUMBAN SIAGIAN
102 MANATAP MARULAK NAINGGOLAN 23 JL.MARHUSA PANGGABEAN
103 SARWAN SIADARI 28 LUMBAN SIAGIAN
104 DONALD PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN
105 RUSMAN PANGGABEAN 56 LUMBAN SIAGIAN
106 ROIN PANGGABEAN 36 LUMBAN SIAGIAN
107 FERYWAN RICARDO SIMANJUNTAK 26 LUMBAN SIAGIAN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
108 ANTONI PANGGABEAN 38 LUMBAN SIAGIAN
109 JAMES HUTABARAT 66 JL. RAJA MARHUSA PANGGABEAN
110 RIO ROGERS LUMBANTOBING 30 JL. RAJA MARHUSA PANGGABEAN
111 AISEN HOBER MANURUNG 34 LUMBAN SIAGIAN
112 SOTARDUGA PANGGABEAN 45 JLN MARHUSA NO 39
113 BARISMAN PANGGABEAN 43 JLN MARHUSA NO 39
114 HARIANTO PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN
115 ANDRI SAMUEL PANGGABEAN 26 JLN MARHUSA NO 14
116 SAOR TUA PURBA 40 LUMBAN SIAGIAN
117 PARLAUNGAN PANGGABEAN 53 LUMBAN SIAGIAN
118 HARI YANTO PANGGABEAN 26 LUMBAN SIAGIAN
119 CHARLES PANGGABEAN 25 LUMBAN SIAGIAN
120 FERY PANGGABEAN 22 LUMBAN SIAGIAN
121 SANGKOT PANGGABEAN 43 LUMBAN PEA NADAO
122 MANAHAN PANGGABEAN 41 LUMBAN SIAGIAN
123 PARLINDUNGAN PANGGABEAN 53 LUMBAN PEA NADAO
124 EBEN EZER PANGGABEAN 23 LUMBAN PEA NADAO
125 ALBERTUS TAMBUNAN 59 LUMBAN PEA
126 HOTMANGAPUL PANGGABEAN 50 LUMBAN PEA
127 BUTTY PANGGABEAN 63 LUMBAN PEA
128 TAHI PANGGABEAN 59 LUMBAN PEA
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
129 RUDI PANGGABEAN 21 LUMBAN PEA
130 RAMLI TUA PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA
131 MARTUNAS PANGGABEAN 40 LUMBAN PEA
132 PANTAS PANGGABEAN 63 LUMBAN PEA
133 HOT BARINGIN PANGGABEAN 37 LUMBAN PEA
134 EDISON HERIANTO PANGGABEAN 36 LUMBAN PEA
135 LIBER TONCOAN PANGGABEAN 55 LUMBAN PEA
136 HERMAN PANGGABEAN 26 LUMBAN PEA
137 PUKKA PANGGABEAN 24 LUMBAN PEA
138 ERIKSON JONATHAN PANGGABEAN 22 LUMBAN PEA
139 RIKKY BOY PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA
140 RIKARDO PANGGABEAN 20 LUMBAN PEA
141 JEFRIN PANGGABEAN 18 LUMBAN PEA
142 AGUS PANGGABEAN 43 LUMBAN SIAGIAN
143 MANANTI SIMAJUNTAK 62 JLN MARHUSA NO 57
144 MANUKKOL SIMATUPANG 62 JLN MARHUSA NO 59
145 ARWAN HEBRIN SIHOL P. SIMATUPANG 23 JLN MARHUSA NO 59
146 JEKSON SIMATUPANG 19 JLN MARHUSA NO 59
147 HAPOSAN PANGGABEAN 63 JLN MARHUSA NO 35
148 MARUBA ERIKSON PANGGABEAN 30 LUMBAN SIAGIAN
149 ROBERT SIMANJUNTAK 47 LUMBAN SIAGIAN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
150 TONGAM PANGGABEAN 57 JLN.MARHUSA
151 BINTANG JUNIOR PANGGABEAN 19 JLN MARHUSA NO
152 ADNAN SYAHMADAN PANGGABEAN 42 JLN MARHUSA PANGGABEAN
153 KHAIRUL SYAFI'I P 17 JLN MARHUSA PANGGABEAN
154 GUNAWAN PANGGABEAN 62 JLN MARHUSA NO 30
155 CHRISTOFEL SAHAT PANGIDOAN PANGG 29 JLN MARHUSA NO 30
156 RIYAN SALOMO PARAPAT 17 JIN MARHUSA NC 23
157 SOMBU PANGGABEAN 34 JLN MARHUSA NO 21
158 HORAS PANGGABEAN 57 JLN MARHUSA N024
159 SONI AMRI PANGGABEAN 25 JLN MARHUSA N024
160 DARWIS PANGGABEAN 23 JLN MARHUSA N024
161 TARDAS ANISTAN PANGGABEAN 52 LUMBAN SIAGIAN
162 IRPAN PREDDY PANGGABEAN 23 LUMBAN SIAGIAN
163 HORAS PANGGABEAN 42 LUMBAN SIAGIAN
164 WIWIN OBED PERDANA PANGGABEAN 20 LUMBAN SIAGIAN
165 MARUDUT PANGGABEAN 54 JLN MARHUSA NO 14
166 MARGANDA PANGGABEAN 61 JLN MARHUSA NO
167 ADI PUTRA PANGGANEAN 26 JLN MARHUSA NO
168 JONA PANGGABEAN 24 JLN MARHUSA NO
169 MARUAP PANGGABEAN 72 JLN MARHUSA NO 09
170 PERNANDO HENRY PANGGABEAN 46 JLN MARHUSA NO 06
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
171 HOTMAN PANGGABEAN 50 LUMBAN SIAGIAN
172 HISAR PANGGABEAN 31 LUMBAN SIAGIAN
173 ERIKSON PANGGABEAN 29 LUMBAN SIAGIAN
174 JOSUA PANGGABEAN 43 1UMBAN SIAGIAN
175 EDISON PANGGABEAN 55 LBN TORUAN
176 ALBERT PRASETIA PANGGABEAN 22 LBN TORUAN
177 SAUDARA LUMBANTOBING 46 LUMBAN PEA
178 CASPAR PANGGABEAN 27 JL MARHUSA PBGN
179 RIN RONA EVENDI TAMPUBOLON 49 LBN SIAGIAN
180 A. LAOMOR SWANDI S 38 LBN SIAGIAN
181 POSMAN PANGGABEAN 62 LBN SIAGIAN
182 ANGGIAT SIMATUPANG 40 LUMBAN SIAGIAN
183 DIMPOS PANGGABEAN 49 LBN SIAGIAN
184 DIMAS RIZANO PANGGABEAN 21 LBN SIAGIAN
185 DANIEL PANGGABEAN 18 LBN SIAGIAN
186 MARUDUT SIANIPAR 60 LBN SIAGIAN
187 TOHAP SIANIPAR 29 LBN SIAGIAN
188 RAMSES SIANIPAR 23 LBN SIAGIAN
189 CELEWANTO PANGGABEAN 31 LBN TORUAN
190 MANAGAM RAHMAD PANGGABEAN 32 JL MARHUSA NO 41
191 JON DEY RASMAN SARAGIH 44 LUMBAN SIAGIAN
KERANGKA SAMPEL PENELITIAN
ANALISIS KONSUMSI TUAK PADA PEMINUM TUAK DI DESA LUMBAN SIAGIAN
JAE KECAMATAN SIATAS BARITA KABUPATEN TAPANULI UTARA SUMATERA
UTARA TAHUN 2015
Sumber:
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263419.html (DPT
TPS 1)
http://pdf.kpu.go.id/pdf/tapanuliutarakab_siatasbarita_lumbansiagian _1_10263414.html (DPT
TPS 2)
No
Urut NAMA Umur Dusun
192 ARSIGANA SARAGIH 20 LUMBAN SIAGIAN