analisis masalah dalam program bantuan langsung tunai (blt) dalam upaya pemberantasan kemiskinan

7
TUGAS 4 ANALISIS SUMBERDAYA MANUSIA DAN EKONOMI ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN Disusun Oleh Khairina Septianti 12/34115/GE/07398 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Upload: khairina-septianti

Post on 15-Apr-2016

14 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

TUGAS 4

ANALISIS SUMBERDAYA MANUSIA DAN EKONOMI

ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG

TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

Disusun Oleh

Khairina Septianti

12/34115/GE/07398

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

Page 2: ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

Kekuatan ekonomi Negara bergantung dari seberapa tingginya daya beli masyarakat,

sehingga roda perekonomian terus berputar. Indonesia merupakan Negara kaya sumberdaya

alam, dan didominasi oleh wilayah pedesaan. Warga desa yang berangkat dari aktivitas

pencaharian agricultural terbiasa untuk menyediakan kebutuhan pangan sendiri. Warga desa

pada umumnya tidak banyak melakukan jual beli pada barang-barang yang masih tersedia

bentuk subtitusinya di tempat mereka. Salah satu contohnya adalah kesulitan pemerintah saat

memulai sosialisasi dan bantuan pengalihan penggunakan kayu bakar dan minyak tanah

kepada penggunaan gas elpiji. Tabung gas versi kecil dengan harga lebih murah pun

disediakan oleh pemerintah agar dapat dijangkau oleh masyarakat, kemudian minyak tanah

ditarik dari peredaran. Namun karena faktor kebiasaan, masyarakat tetap menggunakan atau

mencari subtitusi berupa kayu bakar sampai akhirnya pemerintah memberikan kompor dan

tabung gas secara Cuma-Cuma. Kejadian tersebut menunjukkan bahwa sangat sulit untuk

meningkatkan daya beli masyarakat, apalagi mereka yang sudah terbiasa hidup sederhana.

Keluarga dengan pengeluaran pangan dan non-pangan rendah, dikategorikan sebagai

keluarga miskin. Padahal,kesederhanaan hidup yang telah biasa dijalaninya sebagian ada

yang menganggap bahwa kehidupannya baik-baik saja. Namun, ada pula keluarga yang tidak

mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan kesederhanannya. Oleh karena itu, pemerintah

melakukan gerakan langsung guna mengatasi kemiskinan. Selain pemberian kebutuhan

pokok, seperti raskin, pemerintah juga memberikan uang tunai sebesar Rp.400.000 kepada

setiap kepala keluarga miskin. Syarat untuk mendapatkan BLT yaitu memiliki Kartu

Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Perlindungan Sosial (KPS). Program ini ditangani oleh

Kementrian Sosial sebagai upaya peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat dan

pemberantasan kemiskinan.

Program BLT telah dilakukan di Indonesia dalam masa kepemerintahan Presiden

SBY dan Jokowi. Kesinambungan program ini berjalan cukup baik dan ditanggapi serius oleh

pemerintah dengan adanya pewarisan anggaran BLT dari kepemerintahan SBY ke Jokowi

dan adanya perbaikan sistem. Pada mulanya penyerahan BLT dilakukan di kantor kelurahan,

namun saat ini pemerintah menugaskan kantor pos Indonesia. hal ini merupakan perbaikan

sistem di mana sering terdapat keluhan pemotongan biaya administrasi sebesar 10.000-20.000

rupiah. Pembagian BLT dilakukan dengan menunjukkan kartu KKS atau KPS. Pengambilan

BLT harus dilakukan langsung oleh pemegang kartu dan tidak boleh diwakilkan. Hal ini

dilakukan untuk mencegah penyelewengan dana ataupun pemindahan kekuasaan kartu. Pihak

kantor pos menyatakan bahwa tidak semua pemegang kartu mengambil haknya. Alasannya

Page 3: ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

antara lain adalah karena orang bersangkutan sedang bepergian, sedang sakit, sedang bekerja,

atau tidak mau mengambil karena merasa sudah tidak miskin lagi.

Uang sebesar Rp400.000 ditujukan untuk penggunaan selama 2 bulan per keluarga

miskin. Pada awalnya BLT yang tidak diambil hingga tenggang waktu tertentu , kemudian

akan hangus. Sekarang, terobosan baru dari pemerintah bahwa dana BLT dapat ditabung

ataupun diangsur pengambilannya sesuai kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk menghindari

penggunaan uang yang tidak seharusnya dan melatih masyarakat untuk mengenal sistem

perbankan. BLT yang belum diambil kini tidak akan hilang, melainkan akan disimpan oleh

Negara dengan status tertabung. Kemudian, orang tersebut dapat mengambil BLT bagiannya

di periode yang akan datang.

Terobosan ini berawal dari keluhan warga miskin yang kebingungan diberikan uang

dalam jumlah banyak. Padahal untuk menggerakkan perekonomiannya sehari-hari tidak

dibutuhkan uang sebanyak itu. Sebagian warga ada yang tetap hidup sederhana, namun

membeli perhiasan emas sebagai aset, adapula yang membeli alat komunikasi elektronik, dan

sebagainya. Hal yang dihindari adalah pemanfaatan dana BLT untuk judi, minuman keras,

dan kegiatan tidak baik lainnya. Oleh karena itu, pemerintah memfasilitasi pengambilan dana

dengan mencicil apabila berminat, untuk mencegah peruntukkan uang yang sia-sia.

Masyarakat miskin memiliki respon yang amat positif terhadap program ini. Bantuan

yang diperolehnya dengan instan membuat mereka dapat membeli aset yang mereka

butuhkan atau inginkan. Cara seperti ini membuat daya beli masyarakat meningkat dan

kesejahteraannya diharapkan dapat bertambah. Hal ini tentu memberikan dampak positif bagi

pemerintah. Namun, masyarakat lain yang hidup di atas garis kemiskinan merasa terganggu

dengan adanya BLT. Alasannya bahwa BLT memberikan uang tanpa adanya kerja keras,

dapat menimbulkan kemalasan dan ketergantungan. Cara ini dilakukan pemerintah sebagai

cara cepat untuk menggerakkan roda ekonomi Negara. Alih-alih membuat lapangan

pekerjaan dan memberdayakan keluarga miskin yang tersebar di banyak lokasi. Oleh karena

itu, di antara segala cara cepat yang dilakukan, sebenarnya pemerintah menginginkan adanya

kaderisasi UMKM bersamaan dengan adanya program BLT. Dana BLT yang didapat warga

tidak hanya diperuntukkan untuk membeli barang dan menjadi konsumtif, namun juga untuk

memulai suatu usaha supaya menjadi mandiri. Jadi, pabila suatu saat program BLT

ditiadakan, maka masyarakat dapat berdaya tanpa harus berharap pada bantuan BLT.

Page 4: ANALISIS MASALAH DALAM PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DALAM UPAYA PEMBERANTASAN KEMISKINAN

Demi menambah nilai jual-beli ekonomi, ada rencana pemerintah untuk

menghapuskan program raskin. Hal ini dilakukan agar masyarakat juga menggunakan dana

BLT untuk membeli kebutuhan primer, seperti beras. Namun, kesiapannya perlu

diperhatikan, seperti pendataan ulang keluarga miskinyang dilaksanakan pada tingkat

kecamatan. Hal yang sering dikeluhkan oleh masyarakat adalah isu ketidaktepatan

penyerahan BLT. Warga miskin terkadang tidak mendapat BLT, sedangkan warga yang

sudah mampu masih mendapat BLT. Kejadian ini berawal dari tidak adanya perbaruan data

keluarga miskin. Boleh jadi bahwa keluarga yang dahulu miskin, sekarang taraf ekonomi

sudah terangkat. Sebaliknya, mungkin ada keluarga miskin baru atau keluarga miskin yang

belum terdata. Pendataan ulang seharusnya rutin dilakukan tiap tahun agar tidak membuang

uang Negara pada sesuatu yang tidak dibutuhkan. Selain itu, BLT yang tidak tepat sasaran

akan menimbulkan efek yang lambat terhadap kemajuan ekonomi karena dana BLT yang

didapat keluarga mampu akan disimpan dan tidak dibelanjakan.

Saran saya bahwa dana BLT juga harus mempertimbangkan umur dari keluarga

miskin. Umur yang terlalu tua tidak efektif untuk memanfaatkan dana BLT. Jadi, harus

dicarikan solusi lain bagi keluarga miskin yang sudah lansia. Penyerahan dana BLT pada

keluarga yang cukup muda, yaitu kepala keluarga di bawah umur 30 tahun juga kurang tepat.

Hal ini disebabkan tipe keluarga ini masih mendapatkan banyak kesempatan berdaya dalam

segi ekonomi apapun karena masih relative sehat dan tidak terhhalang faktor umur. Jadi,

penyerahan BLT yang sesuai yaitu pada keluarga miskin di mana kepala keluarga berkisar

antara umur 30-60 tahun. Keluarga miskin dalam rentang umur ini memiliki kebutuhan dan

tanggung jawab yang besar seiiring dengan bertumbuhnya anak dan kebutuhan pendidikan,

serta kesehatan. Jadi, selain kategori miskin, namun pengelompokkan keluarga miskin

berdasarkan umur kepala keluarga juga penting dilakukan.

Sumber:

www.borneonews.co.id. “Warga Kobar Terima Bantuan Gas Elpiji 3 Kilogram”, 25 September 2015.

www.nasional.kompas.com. “Jokowi Gelontorkan Bantuan Tunai Rp 400.000 Per Keluarga untuk Dua Bulan”, 17 November 2014.

www. nasional.kompas.com. “Pembagian BLT Dibayangi Banyak Masalah”, 28 Maret 2008.

www.news.detik.com. “SBY Sarankan Jokowi Beri Bantuan Langsung Tunai ke Masyarakat”, 28 Agustus 2015.

www.republika.co.id. “BLT Belum Tersalurkan Secara Optimal”, 25 November 2015.