analisis pengaruh financing to deposit ratio...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR),
NON PERFORMING FINANCING (NPF), SUKU BUNGA DAN BANK SIZE TERHADAP
PEMBIAYAAN KPR SYARIAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia
Periode 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
NISA NURJANAH
NIM: 11140810000143
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ANALISIS PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NON
PERFORMING FINANCING (NPF), SUKU BUNGA DAN BANK SIZE TERHADAP
PEMBIAYAAN KPR SYARIAH
(Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia
Periode 2010-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
NISA NURJANAH
NIM: 11140810000143
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Hj. Pudji Astuty, MM Deny Pandu Nugraha, SE., MSc.
NIP. 0311065804 NIP.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPERHENSIF
Hari ini Rabu 8 Bulan November 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
Mahasiswa :
1. Nama : Nisa NurJanah
2. NIM : 11140810000143
3. Jurusan : Manajemen/MIPS
4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga, dan Bank Size Terhadap
Pembiayaan KPR Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
dan Malaysia Periode 2010-2016)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat ntuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 November 2017
1. Ade Ananto Terminanto, SE, MM (________________________)
NIP. 19681125 201411 1 002 Penguji I
2. Lili Supriyadi, SE, MM (________________________)
NIP. 19600505 198903 1 005 Penguji II
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang Bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Nisa Nur Janah
Nomor Induk Mahasiswa : 11140810000143
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa menyebutkan pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 7 Desember 2018
Nisa Nur Janah
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Nisa Nur Janah
Tempat, Tanggal Lahir : Wonogiri, 12 November 1996
Alamat Rumah : Kebon Manggis Terace Blok D no 24 Rt04.02
kec. Pondok Aren kel. Pondok Kacang Timur,
Tangerang Selatan
Ayah : Sugimo Egi P
Ibu : Turyati
Telepon/HP : 087786771197
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2000-2007 MI Ar-raudhah di Jakarta dan berijazah
2007-2010 SMP Negeri 189 di Jakarta dan berijazah
2010-2013 SMA Negeri 57 di Jakarta dan berijazah
2013-2015 CEP-CCIT Faculty of Engineering University of Indonesia
2014-2018 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
2016 Pelatihan Ekspor Impor
2016 Pelatihan Pelayanan Prima dari Sahira Butik Hotel
2016 Bedah Buku Statisktika Ekonomi Bisnis dari Penerbit
Salemba
2016 Asuransi Jiwa Konvensional dan Syariah Produk Unit
Link dari AJB Bumiputera
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Club Taekwondo Rosstar Jakarta Barat 2008-2012
Anggota PMR SMA Negeri 57 Jakarta periode 2010-2012
vii
Anggota Beksi Peninggilan Ciledug 2015-2018
ABSTRACT
This study aims to determine the Influence Analysis of Financing to Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Interest Rate and Bank Size
Against Sharia Loan Financing partially or simultaneously in Bank Syariah period
2010-2016. Population in this research use purposive sampling method with
variable of FDR, NPF, Interest Rate, and Bank Size on KPR Financing. After the
selection, the target population used amounted to 15 banks covering 7 Bank Syariah
Indonesia and 8 Bank Syariah Malaysia. The method of analysis used is panel data
regression. The selected model is the Random Effect Model, then tested with a
significance level of 5%. The result of f test shows that in this research, the variable
of FDR, NPF, Interest Rate and Bank Size simultaneously have an effect on to KPR
Syariah Financing. Adjust R2 shows that in this study all independent variables
contribute 69% to the dependent variable, whereas 31% is influenced from other
independent variables not described in this model.
Keywords: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF),
Interest Rate, Bank Size, Financing of KPR Syariah.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Pengaruh Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga dan Bank
Size Terhadap Pembiayaan KPR Syariah secara parsial maupun simultan pada Bank
Syariah periode 2010-2016. Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dengan variabel FDR, NPF, Suku Bunga, dan Bank Size pada
Pembiayaan KPR. Setelah diseleksi, populasi sasaran yang digunakan berjumlah
15 bank meliputi 7 Bank Syariah Indonesia dan 8 Bank Syariah Malaysia. Metode
analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Model yang terpilih adalah
Random Effect Model, kemudian di uji dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji f
menunjukkan bahwa dalam penelitian ini variabel FDR, NPF, Suku Bunga dan
Bank Size secara simultan berpengaruh terhadap Pembiayaan KPR Syariah. Adjust
R2 menunjukkan bahwa dalam penelitian ini seluruh variabel independen
memberikan kontribusi sebesar 69% terhadap variabel dependen, sedangkan 31%
dipengaruhi dari variabel bebas lainnya yang tidak di jelaskan dalam model ini.
Kata kunci: Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF),
Suku Bunga, Bank Size, Pembiayaan KPR Syariah
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), Suku Bunga dan Bank Size Terhadap Pembiayaan KPR
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia
Periode 2010-2016)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW, Sang Teladan yang telah membawa kita ke
zaman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan atas kekuasaan Allah
SWT yang telah memberikan ridha dan rahmat-Nya kepada penulis. Selain itu,
penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Sugimo Egi dan Ibu Turyati yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun materi serta doa yang tidak ada
hentinya yang kalian panjatkan untuk kemudahan dan keberhasilan penulis.
Kalian adalah alasan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini lebih cepat.
2. Adik-adik tersayang Avril dan Syifa yang selalu menghibur, memberikan
semangat dan doa kepada penulis dan seluruh keluarga besar yang mendoakan
untuk kelancaran skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,
SE.Ak., M.Si selaku Wadek I FEB, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH selaku
Wadek II FEB, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku Wadek III
FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
4. Ibu Dr. Hj. Pudji Astuty, MM selaku dosen pembimbing I dan Bapak Deny
Pandu, SE, M.Sc selaku dosen pembimbing ke II terima kasih banyak telah
x
meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membimbing dan
memberikan arahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasi
yang begitu besar untuk penulis.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi
Manajemen dan Ibu Ela Patriana, MM selaku Sekertaris Jurusan Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Leiz Susanawaty, SE., M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah
mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
8. Seluruh Staf Tata Usaha dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus
kebutuhan administrasi, keuangan dan lain-lainnya.
9. Sahabat tersayang Lidya Febrianti yang selalu memberikan semangat dan
motivasi serta dengan senang hati mendengarkan keluh kesah penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman tersayang Yahdiyani, Annisaul Khoeriyah, Chairu Ummah, dan
Meilia Putri yang selalu menyemangati satu sama lain untuk dapat
menyelesaikan skripsi sesegera mungkin, dan sebagai tempat saling bertukar
ilmu dan keluh kesah yang dialami selama membuat skripsi ini.
11. Teman-teman CCIT terutama Adit, Galih dan Tiffany yang membantu
menyelesaikan projek akhir BIS tanpa kalian penulis tidak mampu
menyelesaikan sendiri dan lulus dengan nilai yang memuaskan.
12. Keluarga besar KKN Swing 2016 Ummi, Abah, Wahid, Nita, Affan, Ayu, Ela,
Yudhis, Iman, Adelpho yang telah bersama-sama satu bulan dan dapat
menyelesaian laporan dengan tepat waktu, terimakasih atas pengalaman,
kenangan dan suka-duka yang dilewati bersama satu bulan.
13. Teman-teman MIPS 2014 terima kasih atas segala bentuk dukungan, bantuan,
motivasi dan berbagai arahan yang menjadi sumber semangat peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
xi
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah ikut
berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, suatu kebahagiaan dapat
dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih atas
motivasi yang telah diberikan selama ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk dapat
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, sangat besar harapan peneliti semoga
skripsi ini memberikan manfaat yang besar, khususnya bagi peneliti dan umumnya
bagi siapa saja yang membaca dan berkeinginan untuk mengeksplorasinya lebih
lanjut.
Jakarta, 7 Desember 2017
Nisa Nur Janah
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 15
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 13
A. Sejarah Bank Umum Syariah Indonesia dan Malaysia .............................. 13
B. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah ....................................................... 15
C. Pembiayaan KPR ....................................................................................... 22
D. Akad Pembiayaan KPR Syariah ................................................................ 28
E. Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................................. 46
F. Non Performing Financing ........................................................................ 47
G. Suku Bunga ................................................................................................ 49
H. Bank Size ................................................................................................... 50
I. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 52
J. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 61
K. Keterkaitan Antar Variabel ........................................................................ 62
1. Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan ........................ 62
2. Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan ........................ 62
3. Suku Bunga dengan Pembiayaan ........................................................... 63
4. Bank Size dengan Pembiayaan ............................................................... 64
L. Uji Hipotesis .............................................................................................. 65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 67
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 67
B. Teknik Penentuan Sampel .......................................................................... 68
xiii
C. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 71
D. Teknik Analisis Data .................................................................................. 72
1. Estimasi (Membuat Persamaan) Regresi Data Panel ............................. 73
2. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel ...................................... 74
3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 75
4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 79
5. Adjusted (R2) .......................................................................................... 81
E. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 82
1. Variabel Dependen (Y) .......................................................................... 82
2. Variabel Independen (X) ........................................................................ 83
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 86
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................... 86
1. Sejarah Singkat Bank Syariah di Indonesia ........................................... 86
2. Sejarah Singkat Bank Syariah di Malaysia ............................................ 92
B. Analisis Deskriptif ..................................................................................... 99
C. Analisis dan Pembahasan ......................................................................... 100
1. Estimasi Model Data Panel .................................................................. 100
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................ 102
3. Analisis Regresi Data Panel ................................................................. 106
4. Uji Hipotesis ......................................................................................... 108
D. Interpretasi Data ....................................................................................... 110
1. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan KPR
Syariah ......................................................................................................... 110
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan KPR
Syariah ......................................................................................................... 111
3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Pembiayaan KPR Syariah ................. 112
4. Pengaruh Bank Size terhadap Pembiayaan KPR Syariah ..................... 113
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 115
A. Kesimpulan .............................................................................................. 115
B. Saran ........................................................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 118
LAMPIRAN ........................................................................................................ 126
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Sumber Pembiayaan Konsumen ......................................................... 8
Gambar 1.2 KPR & KPA dan Total Kredit ............................................................ 9
Gambar 2.2 Skema Pembiayaan KPR Syari’ah dengan Skim Istishna ................ 34
Gambar 2.3 Skema KPR dengan Skim Al-Ijarah Muntahiya Bi Tamlik .............. 36
Gambar 2.4 Diagram Jumlah Modal pada Pembiayaan Akad Musyarakah
Mutanaqisah .......................................................................................................... 38
Gambar 4.1Tabel Chi Square .............................................................................. 103
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia pada Tahun
2016 ......................................................................................................................... 3
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 69
Tabel 3.2 Sampel Penelitian.................................................................................. 70
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 99
Tabel 4.2 Hasil Uji Chow .................................................................................... 101
Tabel 4.3 Hasil Uji Hausman .............................................................................. 101
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................. 104
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedasitas .................................................................. 105
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 106
Tabel 4.7 Tabel Analisis Regresi Data Panel ...................................................... 107
Tabel 4.8 Hasil Koefisien Determinasi ............................................................... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang memegang teguh hukum-hukum Islam
sebagai pedomannya sesuai Al-Qur’an dan Hadist. Begitu pula dalam hal
bermuamalat, Islam melarang transaksi keuangan yang mengandung gharar
(penipuan), maisir (spekulasi), haram, riba dan juga batil (UU No. 21 tahun
2008). Islam melarang pengikutnya dari urusan yang melibatkan riba. Namun
umat Muslim membutuhkan layanan perbankan sama seperti siapapun dan
untuk banyak tujuan: membiayai usaha bisnis baru, membeli rumah, membeli
mobil, untuk memfasilitasi investasi modal, melakukan aktivitas perdagangan,
dan menawarkan tempat yang aman untuk penghematan.
Maka hadirlah Perbankan Syariah yang menempatkan penekanan nya
pada dimensi etis, moral, sosial dan keagamaan, untuk meningkatkan
kesetaraan dan keadilan demi kebaikan masyarakat secara keseluruhan.
peraturan syariah, pada dasarnya menjalankan fungsi yang sama dengan sistem
konvensional, mereka bertindak sebagai administrator sistem pembayaran
ekonomi dan sebagai perantara keuangan (Ahmad dan Hassan, 2000).
Perkembangan sistem perbankan dan keuangan syariah di negara-
negara ASEAN memiliki variasi masing-masing. Malaysia dan Indonesia
adalah negara yang memiliki umat Islam dengan Indonesia yang mencapai 250
juta jiwa dan Malaysia sekitar 27 juta jiwa dan sebagian besar warganya adalah
muslim.
2
Malaysia menjadi negara yang paling cepat dalam mengembangkan
industri tersebut dengan total pangsa pasar perbankan syariah yang sudah
mencapai sekitar 26% dari keseluruhan aset perbankan nasional. Indonesia juga
termasuk negara di ASEAN yang saat ini sedang gencar mengembangkan
sistem perbankan dan keuangan syariah. Berbeda dengan negara Malaysia yang
menggunakan pendekatan state driven, industri perbankan syariah di Indonesia
lebih banyak digerakkan oleh masyarakat (market driven) (Rama, 2015).
Perkembangan industri keuangan syariah di Malaysia, perlu dicatat
bahwa Malaysia menerapkan pendekatan holistik terhadap pelaksanaan
keuangan Islam, karena kontribusi dari setiap pelaku industri, termasuk Bank
Negara Malaysia, badan pemerintah penasihat independen, lembaga keuangan,
akuntan, auditor dan praktisi hukum dan yang terakhir namun tidak kalah
pentingnya, konsumen (Billah,2016)
Di Indonesia sendiri perkembangan perbankan syariah pada era
reformasi semakin meningkat seiring dengan disetujuinya Undang-Undang
No.10 tahun 1998. Dalam UU tersebut, diatur dengan terperinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh banyak bank syariah di Indonesia. Perkembangan perbankan di Indonesia
pada 2008 merupakan tonggak sejarah yang penting seiring lahirnya UU nomor
21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Riyanto, 2013). Di Indonesia sendiri
perbankan syariah pertama Bank Muamalat memulai perjalanan bisnisnya
sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia pada 1 November 1991.
3
Sedangkan perkembangan perbankan syariah di Malaysia dimulai
dengan strategi pengembangan yang komprehensif bank syariah berkembang
dengan baik di Malaysia karena infrastruktur pendukung yang diperlukan oleh
bank syariah semuanya tersedia. Pengembangan dimulai dengan
dikeluarkannya Undang-undang Perbankan Islam (Islamic Banking Act atau
IBA) pada tujuh April 1983. Dengan diundangkannya IBA, Bank Negara
Malaysia (BNM) diberi wewenang untuk mengatur dan mengawasi bank Islam,
seperti juga dalam hal bank konvensional. Bank Islam pertama adalah Bank
Islam Malaysia Berhad (BIMB) yang mulai beroperasi pada satu Juli 1983
dengan total aset RM 369,8 juta atau setara Rp. 1,035 triliun (Ascarya, 2006).
Tabel 1.1
Jumlah Bank Umum Syariah di Indonesia dan Malaysia pada Tahun 2016
No Nama Bank
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Syariah Mandiri
3 PT. Bank Mega Syariah
4 PT. Bank BRISyariah
5 PT. Bank Syariah Bukopin
6 PT. Bank BNI Syariah
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah
8 PT. BCA Syariah
9 PT. Bank Victoria Syariah
10 PT. Maybank Syariah Indonesia
11 PT. Bank Panin Syariah
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
1 Affin Islamic Bank Berhad
2 Al Rajhi Bank
3 Alliance Islamic Bank
4 AmBAnk Group
5 Asian Finance Bank
4
6 Bank Islam Malaysia Berhad
7 Bank Muamalat Malaysia Berhad
8 CIMB Islamic Bank Berhad
9 HSBC Amanah Malaysia Berhad
10 Hong Leong Islamic Bank Berhad
11 Kuwait Finance House
12 MayBank Islamic Berhad
13 OCBC Al-Amin Bank Berhad
14 Public Islamic Bank
15 RHB Islamic Bank Berhad
16 Standard Chartered Saadiq Berhad
Sumber: OJK dan BNM
Lembaga perbankan memiliki tugas sebagai lembaga intermediasi
dimana bertugas untuk menampung uang dari seseorang yang kelebihan dana
dalam bentuk tabungan, dan menyalurkannya kepada orang yang membutuhkan
dana dalam bentuk pembiayaan. Dalam menjalankan fungsi intermediasinya
Bank Syariah Malaysia menawarkan berbagai macam produk perbankan dan
keuangan Islam, baik retail maupun komersial, hingga spektrum penuh
pelanggan terlepas dari wilayah, ras, agama, warna kulit, pola pikir politik atau
jenis kelamin mereka. Produk membuktikan telah berhasil menarik pelanggan
dari semua lapisan masyarakat, baik lokal maupun asing. Mereka termasuk
produk deposito dan pembiayaan berdasarkan konsep Islam termasuk
mudarabah, musyarakah, Bay Bithaman Ajil dan istisna (Mohamad dan mohd,
2016)
Sesuai dengan kegiatan bank, produk bank syariah juga terdiri dari tiga
bagian utama yaitu produk penghimpunan dana (funding), produk penyaluran
dana (financing), serta produk jasa (services) (Rosmanita dkk, 2011). Berbicara
tentang pembiayaan, pembiayaan mampu mendorong dan menkonsilidasi serta
5
memperkuat kestabilan moneter. Pembiayaan juga mampu meningkatkan
pertumbuhan sektor riil dengan pembiayaan investasinya. Dengan demikian
dapatlah dikatakan bahwa, bank mempunyai peranan dalam kelangsungan
pembangunan bangsa. Dengan pemberian pembiayaan, bank umum
memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda perekonomian
negara. Salah satunya adalah pembiayaan kepemilikan rumah dengan
menggunakan sistem syariah atau yang biasa dikenal dengan Pembiayaan
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah merupakan salah satu jenis
pembiayaan yang cukup banyak diminati oleh masyarakat.
Peminat pembiayaan KPR syariah dengan margin tetap didominasi
masyarakat ekonomi menengah ke bawah, margin pembiayaan KPR syariah
dinilai masih menarik nasabah meski tidak turun untuk mengikuti langkah
perbankan konvensional. Daya Tarik terhadap pembiayaan KPR syariah berasal
dari margin tetap selama masa pembiayaan untuk akad murabahah (Rachman,
2012). Dalam praktik nya perbankan syariah masih bisa mengandalkan bisnis
pembiayaan KPR Syariah dalam perkembangannya ke depan. Meski begitu,
untuk menghadapi tantangan perekonomian ke depan, bank umum syariah juga
harus memperhatikan rasio-rasio keuangan lainnya (Apriyani, 2016).
Di Malaysia religiusitas dianggap sebagai faktor utama yang
mempengaruhi niat untuk menggunakan pembiayaan rumah syariah di bidang
ini. Studi telah dilakukan untuk menentukan peran religiusitas dalam
membentuk preferensi individu, selain faktor religiusitas faktor lain yang
6
mempengaruhi konsumen dalam memilih pembiayaan rumah adalah lokasi
(Alam dkk, 2012)
Pembiayaan rumah syariah di Malaysia selama periode sepuluh tahun
menunjukkan tingkat kenaikan dari RM6,8 miliar menjadi RM23,3 miliar.
Adapun faktor-faktor apa yang akan menentukan konsumen Muslim dan non-
Muslim terhadap pembiayaan rumah Islam. Hasil dari penelitan menunjukkan
bahwa reputasi, kualitas layanan, agama, media iklan dan pengaruh sosial
menjadi faktor penting yang mempengaruhi pemilihan pembiayaan rumah
syariah (Ismail dkk, 2014). Sedangkan faktor pembiayaan rumah syariah di
Indonesia yang membuat masyarakat sadar tentang pembiayaan rumah syariah
adalah prioritasisasi bank syariah dalam pembiayaan rumah syariah, ciri
pembiayaan rumah syariah, dan skema pembiayaan rumah syariah (Siswantoro,
2014). Dari beberapa faktor maka dapat di simpulkan bahwa baik di Malaysia
dan di Indonesia masyarakat nya sadar akan produk dari perbankan syariah yang
memberikan salah satu bentuk pembiayaan yaitu pembiayaan rumah.
Produk-produk pembiayaan perumahan secara Islam di Malaysia
ditawarkan melalui berbagai kontrak. Pada asasnya terdapat dua kategori
rumah yang dijual beli di negara ini yaitu rumah yang telah siap dibina
(completed construction house/property) dan rumah yang belum dibina atau
masih dalam pembinaan (under construction property). Kontrak syariah yang
digunakan untuk membiayai pembelian rumah pula terbahagi kepada kontrak
berasaskan pembiayaan hutang dan kontrak berasaskan pembiayaan ekuiti.
Kontrak-Kontrak berasaskan pembiayaan hutang adalah seperti Murabahah,
7
Bay Bithaman Ajil (BBA), BBA komoditi, Ijarah Thumma Bay` dan Istisna‘.
Sementara kontrak berasaskan pembiayaan ekuiti adalah seperti Musyarakah
Mutanaqisah, Mudarabah dan Musyarakah itu sendiri (Sollehudin Shuib dkk,
2014).
Di Indonesia sendiri KPR iB atau yang dikenal juga dengan KPR
Syariah tersedia beragam jenis yang bisa dipilih sesuai kebutuhan: KPR iB jual
beli, KPR iB sewa, KPR iB sewa beli dan KPR iB kepemilikan bertahap.
Namun yang banyak ditawarkan oleh bank syariah adalah skema jual beli dan
skema sewa beli (bi.go.id). Adapun skim yang banyak digunakan oleh
perbankan syari’ah di Indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan KPR
adalah skim murabahah, istisna’ dan ijarah, khususnya ijarah muntahiya bi
tamlik (IMBT) (Haris, 2007).
Dari segi penggunaan produk akad baik bank syariah Malaysia dan
bank syariah Indonesia memiliki banyak kesamaan seperti penggunaan akad
dalam pembiayaan KPR dengan akad Istishna, Ijarah, Murabahah dan
Musyarakah.
Dilihat dari hasil survei triwulan IV-2016, masyarakat di Indonesia
mengindikasikan bahwa sebagian besar konsumen (77,22%) masih memilih
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai fasilitas utama dalam melakukan
transaksi pembelian properti residensial, meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (74,77%). Sementara itu, proporsi konsumen yang memilih skema
8
pembayaran tunai bertahap sebesar 15,91%, turun dibanding triwulan
sebelumnya (17,62%) (bi.go.id)
Gambar 1.1
Sumber Pembiayaan Konsumen
Sumber: Data BI
Dilihat dari pertumbuhan penyaluran Kredit Pembiayaan Rumah dan
Kredit Pemilikan Apartemen pada triwulan IV-2016 (data s.d November 2016)
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan III-2016, sejalan dengan
kenaikan penjualan property residensal.
9
Gambar 1.2
KPR & KPA dan Total Kredit
Sumber: Data BI
Sedangkan di Malaysia, pembiayaan rumah merupakan sumber utama
pendanaan untuk rumah tangga. Menurut Bank Negara Malaysia (BNM)
(2014), banyak orang Malaysia percaya bahwa memiliki atau berinvestasi di
properti merupakan tujuan keuangan yang penting. Per Desember 2013, rumah
tangga Malaysia memperoleh sekitar 80,9% dari total kredit mereka dari sektor
perbankan (BNM, 2014). Apalagi pada tahun yang sama, pembelian properti
residensial sebesar 47,1% dari total hutang rumah tangga dari sistem perbankan
di Malaysia (BNM, 2014). Pembiayaan rumah di Malaysia juga menyumbang
28,1% dari total pinjaman sistem perbankan pada akhir 2013. Jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan pinjaman bank untuk pembelian
properti residensial mencapai 13,4% (Yusof dan Usman, 2015).
10
Pembiayaan oleh industri perbankan syariah tumbuh sebesar 11%
menjadi RM549,5 miliar atau setara dengan Rp. 1.914 triliun sepanjang tahun
2016, didukung oleh permintaan yang terus berlanjut untuk solusi keuangan
Syariah dari sektor rumah tangga. Hampir 61% dari total pembiayaan yang
disalurkan oleh industri perbankan syariah disalurkan ke rumah tangga (2015:
61,6%). Permintaan pembiayaan Syariah dari segmen ritel diperkirakan akan
terus mendorong pertumbuhan industri perbankan syariah, mengingat semakin
meningkatnya preferensi konsumen terhadap produk dan layanan keuangan
Islam yang semakin kompetitif (bnm.gov.my).
Menurut data Bank Malaysia tingkat penolakan pinjaman perumahan
berada pada titik setinggi 60% adapun tingkat persetujuan pinjaman perumahan
secara keseluruhan tetap tinggi yaitu 74,2% (rata-rata dari tahun 2012-2016
sebesar 74,1%). Tingkat persetujuan adalah rasio jumlah aplikasi pinjaman
perumahan yang disetujui oleh semua bank di Malaysia terhadap jumlah
aplikasi pinjaman perumahan yang diterima oleh bank selama periode yang
sama. Pada 1 Quarter 2017, bank menyetujui total RM22.3 miliar (Rp
±73,040,000,000,000) pembiayaan rumah untuk 90.137 peminjam. Dari jumlah
tersebut, lebih dari setengahnya adalah untuk pembeli unit perumahan yang
dapat diandalkan dengan harga di bawah RM500.000 (Rp ±1,638,000,000)
(bnm.gov.my).
Menurut Julius (2014:96) Financing to Deposit Ratio (FDR) rasio ini
menggambarkan sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman.
Apabila rasio tinggi menunjukkan bahwa suatu bank memberikan pinjaman
11
seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Sebaliknya yang rasio yang rendah
menunjukkan bank yang liquid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap
untuk dipinjamkan.
Menurut Odeduntan, dkk (2016) Non Performing Financing, NPF
(dikenal dengan kredit macet, NPL dalam sistem konvensional) mengacu pada
pinjaman yang telah berhenti menghasilkan pendapatan (pembayaran) bagi
bank yang memilikinya. Ini termasuk prinsipal dan margin karena
pembiayaannya. Pembiayaan pada umumnya dianggap tidak bermasalah
setelah default selama tiga bulan berturut-turut (biasanya 90 hari) atau
sebagaimana ditetapkan oleh masing-masing bank. Untuk mengukur kualitas
outstanding pinjaman, adalah hal yang biasa bagi bank untuk melaporkan rasio
pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan. Oleh karena itu, rasio NPF
yang lebih kecil menunjukkan kerugian yang lebih kecil untuk bank sementara
rasio NPF yang lebih besar (atau meningkat) menyiratkan kerugian yang lebih
besar bagi bank.
Dalam hal penyaluran kredit perbankan juga ditentukan oleh ukuran
bank atau bank size. Bank Size diperoleh dari total aset yang dimiliki bank
yang bersangkutan jika dibandingkan dengan total aset dari bank-bank lain
(Ranjan dan Dhal, 2003).
Bank konvensional dalam penyaluran pembiayaannya menggunakan
floating rate sedangkan bank syariah menggunakan flatrate. Suku bunga
memainkan peran penting dalam ekonomi pasar. Keseimbangan antara
12
permintaan dana oleh peminjam dan pasokan dana dari penabung dengan
tingkat suku bunga yang senantiasa menyesuaikan. Perubahan dalam jumlah
dana yang tersedia untuk membiayai rencana pengeluaran peminjam serta
perubahan permintaan peminjam untuk dana mengubah tingkat suku bunga
yang pada gilirannya, mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumen dan bisnis,
pendapatan, Produk Nasional Bruto, pekerjaan sumber daya dan tingkat harga.
Jelas, suku bunga memiliki dampak yang luar biasa pada perekonomian kita.
(Trainer, 1984)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ulyana, dkk (2016)
menunjukkan bahwa pembiayaan pemilikan rumah pada perbankan syariah dan
konvensional dalam jangka panjang memberikan respon negatif akan Suku
Bunga acuan. Penurunan suku bunga acuan akan mendorong permintaan rumah
baik untuk tujuan konsumsi (ditempati) maupun investasi yang pada akhirnya
akan meningkatkan permintaan akan pembiayaan pemilikan rumah di kedua
perbankan. Penelitian lain oleh Miller dan Smith (2002) menunjukkan bahwa
dalam penelitian nya menguji pengaruh jenis layanan akuntansi (audit, review,
kompilasi, dan tidak ada laporan), firma akuntansi yang menyediakan layanan,
struktur permodalan peminjam, dan ukuran bank atas keputusan pemberian
pinjaman. Hasil yang didapat menyatakan bahwa ukuran pinjaman dan tingkat
suku bunga dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran bank yang memberikan
pinjaman.
Hasil penelitian Semadiasri, dkk (2015) menunjukkan bahwa NPL
berpengaruh signifikan terhadap penyaluran Kredit Pemilikan Rumah BPD
13
Bali. NPL meningkat mengartikan bahwa resiko tingkat pengembalian kredit
nasabah meningkat, atau kredit bermasalah meningkat yang berdampak pada
peningkatan resiko kerugian akibat kredit yang bermasalah untuk itu bank akan
membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar untuk menanggulangi
resiko yang akan terjadi, hal ini membuat modal akan terkikis sehingga dana
yang disalurkan melalui kredit akan mengalami penurunan terhadap penyaluran
kredit kepemilikan rumah Bank Pembangunan Daerah Bali. NPL yang tinggi
akan membuat bank meningkatkan dana untuk cadangan penghapusan sehingga
akan mengurangi jumlah penyaluran kredit. Hasil dari penelitian lain yang
dilakukan oleh Ranjan dan Dhal (2003) di India menyatakan bahwa NPF, Bank
Size dan Guncangan Macroekonomi berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran kredit.
Alasan peneliti mengambil obyek penelitian pada Bank Umum Syariah
Indonesia dan Malaysia adalah karena seperti yang dijelaskan sebelumnya baik
Malaysia dan Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk Muslim
dalam jumlah yang besar, Malaysia yang lebih dulu memiliki perbankan syariah
menjadi acuan bagi negara lain seperti Indonesia dalam praktek bank syariah.
Dilihat dari praktek nya bahwa baik Malaysia dan Indonesia mempunyai
beberapa kesamaan dalam praktek penerapan yaitu penggunakan sistem Akad
yang digunakan sebagai pengikat antara nasabah dengan pihak bank terutama
kesamaan dalam Akad Pembiayaan Rumah Syariah. Serta dilihat dari
konsumtif nya masyarakat Malaysia dan Indonesia dalam pembiaayan rumah
14
dapat terlihat bahwa dari data yang diperoleh pembiayaan KPR Syariah
mengalami peningkatan yang cukup baik.
Maka dari itu penulis ingin menggabungkan penelitian antara bank
negara Malaysia dan Indonesia untuk dijadikan suatu penelitian untuk
melakukan penelitian dan menganalisa tentang seberapa besar jumlah rasio
likuiditas, resiko kredit, suku bunga, dan besar nya total aset yang disalurkan
untuk pembiayaan kredit rumah. Penulis disini ingin menganalisis apakah
terdapat hubungan antara Financing to Deposit Ratio, Non Performing Loan,
Suku Bunga, dan Bank Size terhadap Pembiayaan KPR Syariah.
Dengan menggunakan variabel independen, peneliti akan menguji
empat variabel yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), Suku Bunga, dan Bank Size dengan melakukan uji parsial dan
simultan demi mengetahui apakah ada pengaruh dari empat variabel
independen terhadap Pembiayaan KPR Syariah, dan menunjuk variabel
independen mana yang paling mempengaruhi Pembiayaan KPR Syariah. Oleh
sebab itu, peneliti mengambil judul penelitian “Analisis Pengaruh Financing
to Deposit Ratio, Non Performing Financing, Suku Bunga, dan Bank Size
terhadap Pembiayaan KPR Syariah (Study Kasus Pada Bank Umum
Syariah di Indonesia dan Malaysia)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
15
1. Apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Suku Bunga dan Bank Size secara bersama-
sama (simultan) terhadap pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum
Syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap
pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah?
3. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah?
4. Apakah terdapat pengaruh tingkat Suku Bunga terhadap pembiayaan KPR
Syariah pada Bank Umum Syariah?
5. Apakah terdapat pengaruh Bank Size terhadap pembiayaan KPR Syariah
pada Bank Umum Syariah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio
(FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga dan Bank Size
secara bersama-sama (simultan) terhadap pembiayaan KPR Syariah pada
Bank Umum Syariah.
2. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Financing Deposit Ratio
(FDR) terhadap pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah.
3. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing
(NPF) terhadap pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah.
16
4. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh tingkat Suku Bunga terhadap
pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah.
5. Untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh Bank Size terhadap
pembiayaan KPR Syariah pada Bank Umum Syariah.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini menjadi salah satu sarana untuk memperluas dan
menambah wawasan ilmu pengetahuan yang terkait dengan financing
deposit ratio, non performing financing, suku bunga, dan bank size
terhadap pembiayaan KPR syariah pada bank umum syariah.
b. Memberikan hasil mengenai apa yang dapat mempengaruhi
pembiayaan KPR syariah serta dapat dijadikan referensi bagi para
peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
masalah ini.
c. Memberikan informasi dan gambaran mengenai pengaruh financing
deposit ratio, non performing financing, suku bunga, dan bank size
terhadap pembiayaan KPR syariah
2. Manfaat Praktis
a. Menganalisis pengaruh financing deposit ratio, non performing
financing, suku bunga, dan bank size terhadap pembiayaan KPR syariah
17
pada bank umum syariah, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
masukan bagi perkembangan sector bank syariah
b. Sebagai bahan pemikiran untuk para pengambil keputusan atau
kebijakan perekonomian agar lebih tepat untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan perbankan syariah
c. Sebagai bahan untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai pembiayaan
KPR syariah yang telah di buat oleh bank untuk disalurkan kembali
kepada masyarakat.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sejarah Bank Umum Syariah Indonesia dan Malaysia
Sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami
perkembangan bank syariah atau bank islam di luar negeri yang diawali dengan
berdirinya Bank Mit Ghamr pada 1963 di Mesir. Bank tersebut tidak berumur
panjang dan terpaksa ditutup pada 1967 karena alassan politik. Namun
demikian, semangatnya melahirkan Nasser Social Bank pada 1972 di Mesir
yang lebih berorentasi sosial dari pada komersial. Selanjutnya, muncul pada
1975 di Dubai, Islamic Development Bank pada 1975 di Jeddah, Saudi Arabia,
Faysal Islamic Bank pada 1977 di Mesir dan Sudan, Kuwait Finance House
pada 1997 di Kuwait, dan Bank Islam Malaysian Berhad (BIMB) pada 1983 di
Malaysia (Ikatan Bankir Indonesia, 2014:2).
Di Indonesia kehadiran bank yang berdasarkan syariah relatif baru,
yaitu pada awal 1990-an, meskipun masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat Muslim terbesar di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah
di Indonesia dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20
Agustus 1990. Namun, diskusi tentang bank syariah sebagai basis ekonomi
islam sudah mulai pada awal 1980. Bank Syariah pertama di Indonesia
merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan dibentuknya PT Bank
Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani pada 1
november 1991 (Abdullah dan Tantri, 2013:213).
14
Hingga pada tahun 1998, bank syariah di Indonesia tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Pasca krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1998,
bank syariah yang ternyata terbukti relatif tahan terhadap krisis dibandingkan
dengan bank konvensional mulai mendapatkan perhatian berbagai kalangan.
Puncaknya adalah ketika pemerintah merevisi UU Perbankan dan mengesahkan
Perbankan No 10/1998 yang mengakui eksistensi bank syariah sehingga
perbankan Indonesia menganut dual banking system (Antonio, 2009:21-27).
Sedangkan menurut Rama (2015), Malaysia sudah mengembangkan
konsep keuangan syariah semenjak tahun 1963 melalui pendirian Tabung Haji
Malaysia. Kehadiran undang-undang bank syariah (IBA 1983) menjadi dasar
berdirinya Bank Islam Malaysia tahun 1983. Sistem perbankan syariah
kemudian berkembang secara pesat melalui kebijakan liberalisasi sektor
keuangan syariah dengan mengundang pihak asing untuk membuka bank
syariah di Malaysia. Kebijakan selanjutnya adalah memberikan peluang bagi
bank konvensional untuk menawarkan produk perbankan dan keuangan syariah
melalui skema subsidairi dan Islamic Window, kebijakan ini didasarkan UU
Banking and Financial Institutions Act (BAFIA) 1989. UU Islamic Financial
Services Act (IFSA) 2013 merupakan UU terbaru yang mengatur tentang
lembaga keuangan syariah di Malaysia.
Bank Islam Malaysia Berhard (BIMB) merupakan bank syariah
pertama yang didirikan pada tahun 1983, bank syariah pertama ini berdiri atas
dasar Undang-Undang Perbankan Syariah Tahun 1983, pada tahun 1999 bank
Islam kedua berdiri dengan nama Bank Muamalat Malaysia Berhard (BMMB).
15
Bank ini adalah hasil spin-off atas mergernya Bank Bumiputra Malaysia
Berhard (BBMB) dan Bank of Commerce (Malaysia) Berhard (Thani, 2000).
B. Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah
Pada dasarnya kegiatan utama bank syariah adalah bagaimana
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke
masyarakat. Selain itu, untuk melengkapi pelayanannya, bank syariah juga
menyediakan layanan jasa untuk mempermudah transaksi baik penghimpunan
dana maupun penyalurannya. Sesuai dengan kegiatan bank, maka produk bank
syariah juga terdiri dari tiga bagian utama yaitu produk penghimpunan dana
(funding), produk penyaluran dana (financing), serta produk jasa (services)
(Rosmanita dkk, 2011:42).
1. Penyaluran Dana
Dalam penyaluran dananya nasabah, secara garis besar produk pembiayaan
terbagi kedalam empat kategori:
a. Pembiayaan dengan Prinsip Jual-Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda. Tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Transaksi jual
beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan waktu
penyerahannya, yakni sebagai berikut:
16
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah
transaksi jual-beli dimana bank menyebutkan jumlah
keuntungannya dan bank bertindak sebagai penjual, sementara
nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari
pemasok ditambah keuntungan (margin).
Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran, harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan
jika setelah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan, dalam transaksi ini barang diserahkan segera
setelah akad, sementara pembiayaan dilakukan dengan cara dicicil
(Karim, 2006:97).
2) Pembiayaan Salam
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau
kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga
jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari nasabah
ditambah keuntungan. Sedangkan dalam hal bank menjualnya
secara cicilan, kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan
jangka waktu pembayaran (Karim, 2009:99).
17
3) Pembiayaan Istishna’
Istishna’ hampir sama dengan salam namun dalam skim
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali
pembayaran. Skim istishna’ dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi (Karim,
2009:100).
Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk
menyediakan barang pesanan sesuai spesifikasi yang disyaratkan
pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati. Cara
pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau
tangguhan sampai jangka waktu tertentu. Ketentuan harga tidak
dapat berubah selama jangka waktu akad (Wiyono dan Taufan,
2013:161).
b. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat, jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang pada ijarah objek transaksi adalah jasa.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang
disewakan kepada nasabah, karena itu dalam perbankan syariah dikenal
ijarah muntahiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan berpindahnya
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati diawal perjanjian
(Karim, 2009:101).
18
c. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
1) Pembiayaan Musyarakah
Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari
keuntungan (Wiyono dan Taufan, 2013:203).
Secara fisik bentuk konstribusi dari pihak yang bekerja sama
dapat berupa dana, barang perdagangan, kewiraswastaan,
kepandaian, kepemilikan, peralatan, atau hak paten, kepercayaan
dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan
merangkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-
masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk
ini sangat fleksibel (Karim, 2009:102).
2) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih
pihak dimana pemilik modal (shabi al-maal) mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja
sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal
dan keahlian dari mudharib (Karim, 2009:103).
Mudharabah akad kerja sama usaha dengan nisbah bagi hasil
menurut kesepakatan di muka, jika usaha mengalami kerugian
19
maka seluruh kerugian di tanggung oleh pemilik dana, kecuali
ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dana,
seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan data
(Wiyono dan Taufan, 2013:185)
2. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan
dan deposito, prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip wadiah dan mudharabah.
a. Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda
dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya
harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu,
dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang titipi (bank) betanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga boleh memanfaatkan harta
titipan tersebut (Karim, 2009:107).
b. Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank
sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan murabahah atau ijarah, dapat pula dana tersebut digunakan
20
bank untuk melakukan mudharabah kedua, hasil usaha ini akan dibagi
hasilnya berdasarkan nisbah yang disepakati (Karim, 2009:108).
3. Produk Jasa
Selain menjalankan transaksi untuk mencari keuntungan, bank islam
juga melakukan transaksi yang tidak untuk mencari keuntungan, transaksi
ini mencakup dalam jasa pelayanan (fee based income). Beberapa bentuk
layanan jasa yang disediakan oleh bank islam untuk nasabah nya, antara lain
jasa keuangan, agen dan jasa nonkeuangan (Rosmanita dkk, 2011:47). Yang
termasuk kedalam jasa keuangan, antara lain:
a. Wadi’ah yad dhamanah atau titipan, dimana pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta yang dititipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut biasanya dalam bentuk giro dan
tabungan (Karim, 2005:108).
b. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan dari bank umum yang bertindak
mewakili nasabah, dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah
memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melalui
pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan Letter/Credit, inkaso, dan
transfer uang (Karim, 2005:107).
c. Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
d. Hiwalah pemberian pinjaman yang disertai dengan jaminan untuk
dijadikan objek anjak piutang. Untuk mengantisipasi risiko kerugian
21
yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan
pihak yang berhutang dan kebenaran transaksi antara yang
memindahkan piutang dengan yang berhutang (Karim, 2005:105).
e. Ijarah jasa adalah berdasarkan jenis investasi ini, pemilik atau lessor
aset (kendaraan bermotor atau rumah) akan menyewakan asetnya
kepada pengguna atau penyewa dengan jumlah uang atau rental
tertentu; dan pada saat bersamaan, kepemilikan aset tetap sama dengan
lessor. Tujuan dari jenis investasi ini adalah bagi investor atau pemilik
aset untuk mengembalikan biaya modal untuk membeli aset, ditambah
marjin keuntungan, yang diperoleh dari pembayaran sewa (Ahmed,
312)
f. Rahn adalah berhutang atau meminjamkan sesuatu yang disertai
penyerahan jaminan tertentu (Ikatan Bankir Indonesia, 2016:10).
g. Menurut PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, sharf adalah
akad jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya transaksi valuta asing
pada bank syariah hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai
(hedging) dan tidak dibenarkan untuk tujuan spekulatif.
h. Qardh peminjaman tanpa mensyaratkan suatu apapun dalan jangka
waktu tertentu (Ikatan Bankir Indonesia, 2016:10). Dalam perbankan
biasanya dalam 4 hal yaitu pembiayaan talangan haji, pinjaman tunai,
dan pinjaman usaha kecil (Karim, 2005:106).
22
C. Pembiayaan KPR
1. Pembiayaan KPR di Indonesia
Menurut UU No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah dijelaskan
bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa; transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi
jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’, transaksi
pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-
menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah atau UUS dan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai atau diberi fasilitas dana untuk
mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Menurut Ibrahim (2004:229) KPR sebagai salah bentuk dari kredit
consumer yang dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk
konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi,
keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak
memiliki pertambahan nilai barang dan jasa di masyarakat.
Bank Indonesia (BI) menjelaskan dengan rinci mengenai KPR mulai
dari pengertian, jenis, persyaratan, biaya proses, metode perhitungan bunga
dan keuntungan yang disebarkan sebagai bagian dari Program Edukasi
Masyarakat dalam rangka implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia. BI
23
menjelaskan bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu fasilitas
kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang
akan membeli atau memperbaiki rumah.
Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR:
a. KPR Subsidi, yaitu suatu kredit yang diperuntukan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi
kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk
subsidi yang diberikan berupa subsidi meringankan kredit dan subsidi
menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini
diatur tersendiri oleh Pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang
mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan
yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam memberikan subsidi adalah
penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
b. KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh
masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan
besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank
yang bersangkutan.
Persyaratan KPR Secara umum persyaratan dan ketentuan yang
diperlakukan oleh bank untuk nasabah yang akan mengambil KPR relatif
sama. Baik dari sisi administrasi maupun dari sisi penentuan kreditnya.
Untuk mengajukan KPR, pemohon harus melampirkan:
a) KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah)
b) Kartu Keluarga
24
c) Keterangan penghasilan atau slip gaji.
d) Laporan keuangan (untuk wiraswasta)
e) NPWP Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 100 juta)
f) SPT PPh Pribadi (untuk kredit di atas Rp. 50 juta).
g) Foto kopi sertifikat induk dan atau pecahan (bila membelinya dari
developer)
h) Foto kopi sertifikat (bila jual beli perorangan)
i) Foto kopi IMB
Biaya Proses KPR:
Pada umumnya fasilitas KPR pemohon akan dikenakan beberapa biaya,
diantaranya: biaya appraisal, biaya notaris, provisi bank, biaya asuransi
kebakaran dan biaya premi asuransi jiwa selama masa kredit.
Metode Perhitungan Bunga KPR Secara umum dikenal 3 metode
perhitungan bunga yaitu:
a) Flat
b) Efektif
c) Annuitas Tahunan dan Bulanan
Dalam prakteknya metode suku bunga yang digunakan adalah suku
bunga efektif atau annuitas. Kredit perbankan terdapat tiga macam sistem
suku bunga yang berlaku, yakni sistem flat (fixed), anuitas dan efektif. Pada
sistem flat selama jangka waktu (tenor) suku bunganya tetap, tanpa
terpengaruh fluktuasi suku bunga pasar. Dalam sistem ini, angsuran mesti
di tuntaskan hingga habis masa pinjaman. Pada sistem anuitas, sepanjang
25
suku bunga pasar tidak berubah, besarnya nominal cicilan/angsuran setiap
bulan juga tetap sama. Sistem suku bunga efektif hampir sama dengan
sistem anuitas. Bedanya, angsuran bunga dihitung dari saldo kredit bulanan,
sehingga tiap bulan bunga yang dibayar berubah sesuai saldo kredit nya.
(Santoso, 2015:109)
Keuntungan pembiayaan KPR nasabah tidak harus menyediakan dana
secara tunai untuk membeli rumah. Nasabah cukup menyediakan uang
muka. Karena KPR memiliki jangka waktu yang panjang, angsuran yang
dibayar dapat diiringi dengan ekspektasi peningkatan penghasilan.
2. Pembiayaan KPR di Malaysia
Menurut Sollehudin Shuib, dkk (2014:68) penerapan produk-produk
pembiayaan perumahan di Malaysia secara Islam ditawarkan melalui berbagai
kontrak. Pada asasnya terdapat dua kategori rumah yang dijual-belikan di
negara ini yaitu rumah yang telah siap dibina (completed construction
house/property) dan rumah yang belum dibina atau masih dalam pembinaan
(under construction property). Kontrak syariah yang digunakan untuk
membiayai pembelian rumah pula terbagi kepada kntrak berasaskan
pembiayaan ekuiti. Kontrak-Kontrak berasaskan pembiayaan hutang adalah
seperti Murabahah, Bai‘ Bithaman Ajil (BBA), BBA komoditi, Ijarah Thumma
Bay` dan Istisna‘. Sementara kontrak berasaskan pembiayaan ekuiti adalah
seperti Musharakah Mutanaqisah, Mudarabah dan Musharakah itu sendiri.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika memilih pinjaman pembiayaan
rumah di Malaysia adalah:
26
a. Margin Pembiayaan: margin pembiayaan juga dikenal sebagai loan to value
ratio. Margin pembiayaan adalah jumlah pinjaman calon nasabah yang
dinyatakan sebagai persentase dari nilai properti. Semakin rendah margin
pembiayaan, semakin 'ekuitas' ada di properti. Margin pembiayaan bisa
mencapai 95% (dari nilai rumah), dan dinilai berdasarkan faktor-faktor
seperti:
a) Jenis properti
b) Lokasi properti
c) Usia peminjam
d) Penghasilan peminjam
b. Penalti Pemberhentian Dini: Beberapa pemberi pinjaman hipotek dapat
menerapkan hukuman penghentian segera jika pinjaman tersebut dilunasi
sebagian atau seluruhnya dalam jangka waktu tertentu, termasuk jika calon
nasabah membiayai kembali pinjaman dengan pemberi pinjaman lain.
Periode waktu yang ditentukan ini dimana nasabah bertanggung jawab
untuk membayar denda penghentian awal disebut 'lock-in period'.
Bergantung pada istilah dan ukuran pinjaman nasabah, tagihan ini bisa
sangat signifikan.
c. Biaya-biaya: Ada sejumlah biaya terkait (seperti biaya profesional dan
biaya pemerintah) yang harus nasabah bayar saat nasabah mengambil
hipotek.
Beberapa biaya yang masuk kedalam perhitungan nasabah diantaranya :
27
1) Bea materai: Perjanjian Jual Beli (0.5% sampai 1.0%), Perjanjian Pinjaman
(0,5%) dan Transfer Judul (1,0% sampai 2,0%).
2) Biaya Pencairan: bervariasi menurut negara, kantor pertanahan dan jenis
property.
3) Biaya Pengolahan: satu kali tagihan oleh pemberi pinjaman (sampai
beberapa ratus ringgit) (i.money.bnm).
Adapun perhitungan cicilan KPR syariah yang dilakukan dengan bank syariah
di Indonesia dan di Malaysia:
Berbeda dengan KPR Konvensional yang jika masa bunga tetap (fixed
rate) habis akan mengikuti suku bunga di pasaran tiap bulan, KPR syariah
memiliki margin flat. Tidak sedikit konsumen menggunakan sistem
pembayaran perumahan dengan menggunakan KPR syariah. Margin KPR
sudah ditentukan sejak awal akad, jadi nasabah bisa menghitung pengeluaran
tiap bulan nya dengan pasti (Anwar, 2017:41).
3. Perhitungan Pembiayaan KPR di Indonesia dan Malaysia
Perhitungan harga rumah dengan flat margin di Indonesia harga
penawaran rumah Rp 329.200.000 saat cicilannya ke bank lunas 15 tahun
kemudian, harga rumah itu kurang lebih menjadi Rp 630.434.479.
Term Pembayaran Keterangan Jumlah
Hari ke-1 Booking Fee Rp 3.000.000
Hari ke-14 DP 20% (dari harga rumah tanpa
diskon, kemudian dikurangi booking
fee)
Rp 62.840.000
28
Hari ke-30 sampai
lunas
Setelah melakukan akad kredit
dengan asumsi margin 12% selama
15 tahun atau 180 bulan.
80% harga rumah (tanpa diskon)
Rp 263.360.000
Tenor
(bulan)
180 Margin
(ERR)
12,00% Angsuran Jumlah
Tenor 180 Margin 12,00% Angsuran Rp 3.160.762
Sumber: Hasil data diolah
Cicilan perbulannya: Rp 3.160.762 (total 180 bulan) = Rp 567.594.479
Harga real rumah : (Rp 567.594.479 + Rp 62.840.000) = Rp 630.434.479
Perhitungan harga rumah dengan flat margin di Malaysia masa kerja
pinjaman maksimum 35 tahun lebih dari cukup bagi peminjam untuk melunasi
pinjaman mereka dengan pensiun. Peningkatan kepemilikan pinjaman
perumahan akan menambah total biaya pendanaan dan juga tidak akan
meningkatkan rasio layanan hutang secara signifikan. Untuk menggambarkan
hal ini, dengan mengasumsikan masa pinjaman perumahan sebesar RM500.000
yang dibayar dalam waktu 35 tahun atau 420 bulan. Total biaya pembiayaan
(RM) 559,844
Pembiayaan Rumah RM 500.000
Margin 5%
Angsuran Perbulan RM 2.523 selama 35 Tahun
Total jumlah pembiayaan diakhir RM 559.844
Sumber: Bank Negara Malaysia
D. Akad Pembiayaan KPR Syariah
1. Akad Pembiayaan KPR Syariah di Indonesia
29
Berdasarkan Surat Edaran BI No. 14/ 33/DPbS bahwa Pembiayaan
Kepemilikan Rumah yang selanjutnya disebut KPR iB adalah pemberian
pembiayaan kepada nasabah dalam rangka kepemilikan rumah dengan
menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah. Ruang lingkup pengaturan
KPR iB meliputi pembiayaan KPR iB yang diberikan oleh BUS dan UUS
kepada nasabah perorangan dalam rangka kepemilikan rumah tinggal,
termasuk rumah susun atau apartemen dengan tipe bangunan lebih dari 70
m2 (tujuh puluh meter persegi), namun tidak termasuk rumah kantor dan
rumah toko. Dalam Surat Edaran BI No. 14/ 33/DPbS menjelaskan
pengaturan penyertaan (sharing) dan juga jaminan (deposit) pada KPR iB:
a. Penyertaan (sharing) BUS atau UUS dalam rangka kepemilikan rumah
diberlakukan terhadap KPR iB dengan skema Musyarakah
Mutanaqisah (MMQ).
b. Penyertaan (sharing) BUS atau UUS sebagaimana dimaksud pada huruf
A ditetapkan paling tinggi sebesar 80% (delapan puluh persen) dari
harga perolehan rumah.
c. Uang Jaminan (deposit) dalam rangka kepemilikan rumah diberlakukan
terhadap KPR iB dengan akad IMBT.
d. Uang Jaminan (deposit) sebagaimana dimaksud pada huruf C ditetapkan
paling rendah sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga perolehan
rumah yang disewakan kepada nasabah.
e. Uang Jaminan (deposit) sebagaimana dimaksud pada huruf D akan
diperhitungkan sebagai uang muka pembelian rumah pada saat akad
30
IMBT jatuh tempo. Dalam hal nasabah tidak mengambil opsi untuk
membeli rumah, maka Uang Jaminan (deposit) tersebut dikembalikan
kepada nasabah.
Di bank syariah, tersedia beragam KPR iB yang bisa dipilih sesuai
kebutuhan: KPR iB jual beli, KPR iB sewa, KPR iB sewa beli dan KPR iB
kepemilikan bertahap. Namun yang banyak ditawarkan oleh bank syariah
adalah skema jual beli dan skema sewa beli (bi.go.id).
KPR iB dengan skema jual beli memberi kepastian jumlah angsuran yang
harus dibayar oleh nasabah setiap bulan. Nasabah tidak akan dipusingkan
dengan masalah naiknya angsuran apabila terjadi kenaikan suku bunga pasar
karena besarnya nilai angsuran tetap sampai masa angsuran selesai. Harga
jual rumah ditetapkan di awal ketika nasabah menandatangani perjanjian
pembiayaan jual beli rumah. Misalnya harga beli rumah sebesar Rp.100
juta. Untuk jangka waktu 5 tahun, bank syariah misalnya mengambil
keuntungan/margin sebesar Rp.50 juta. Maka harga jual rumah kepada
nasabah untuk masa angsuran 5 tahun adalah sebesar Rp.150 juta. Angsuran
yang harus dibayar nasabah setiap bulan adalah Rp.150 juta dibagi 60 bulan
= Rp 2,5 juta (bi.go.id).
KPR iB dengan skema sewa beli memberi opsi kepada nasabah untuk
menyewa rumah yang diinginkannya dan akhirnya dapat ia miliki di akhir
masa sewa. Dalam skema ini, harga sewa ditentukan secara berkala
berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. Umumnya
digunakan untuk pembiayaan KPR iB berjangka waktu panjang,
31
misalnya 15 tahun. Dalam 2 tahun pertama biaya sewa rumah misalnya
ditetapkan sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Untuk 2 tahun kedua disepakati
sebesar Rp 2 juta per bulan, begitu juga untuk tahun-tahun selanjutnya
harga akan direview dan ditetapkan biaya sewa per bulannya. Pada akhir
tahun ke-15 nasabah dapat membeli rumah yang disewa, misalnya
dengan harga Rp.20 juta (bi.go.id).
Untuk kedua jenis KPR iB tersebut maupun jenis lainnya, nasabah
juga diuntungkan ketika ingin melunasi angsuran sebelum masa kontrak
berakhir, karena bank syariah tidak akan mengenakan pinalti. Jadi, bagi
anda yang membutuhkan rumah idaman, jangan ragu ke bank syariah
terdekat untuk memperoleh KPR iB beragam pilihan, semua
menguntungkan.
Adapun skim yang banyak digunakan oleh perbankan syari’ah di
Indonesia dalam menjalankan produk pembiayaan KPR adalah skim
murabahah, istisna’ dan ijarah, khususnya ijarah muntahiyah bittamlik
(IMBT) (Haris, 2007).
a) KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Murabahah
Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati penjual dan
pembeli (Wiyono dan Taufan, 2013:129).
Prinsip jual-beli murabahah dan disebut sebagai pembiayaan KPR
Murabahah yaitu, dengan cara jual-beli dimana penjual (bank)
32
menyebutkan harga jual yang terdiri atas harga pokok barang dang
tingkat keuntungan tertentu atas barang kepada pembeli (nasabah) dan
telah disepakati oleh nasabah. Pembeli (nasabah) dapat membayar
secara angsur, ataupun secara kontan dengan biaya tambahan margin
yang telah disepakati (Kailani, 2009:172).
Gambar 2.1
Skema Pembiayaan KPR syariah dengan Skim Murabahah
Developer
sebagai
SupplierBank Syariah
Nasabah KPR
Syariah
1a 2a
2b1b
Keterangan:
1a Developer perumahan menjual rumah kepada pihak bank syari’ah
secara tunai, 1b Bank syari’ah membeli kepada developer selaku
supplier secara tunai, 2a Bank syari’ah menjual rumah sebesar harga
pokok ditambah keuntungan yang disepakati bersama, kepada
nasabah KPR Syari’ah secara tangguhan/angsuran, 2b Nasabah
membeli kepada bank syariah secara angsuran.
33
Dengan merujuk pada skim murabahah, penentuan harga atau
keuntungan dan angsuran dalam KPR Syari’ah haruslah memenuhi
persyaratan-persyaratan berikut: (Haris, 2007).
1) Keuntungan atau mark-up yang diminta bank harus diketahui oleh
nasabah.
2) Harga jual bank adalah harga beli (harga perolehan) bank
ditambah keuntungan.
3) Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.
4) Sistem pembayaran dan jangka waktunya disepakati bersama.
b) KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Istishna’
Dalam fatwa DSN-MUI dijelaskan bahwa jual beli Istishna adalah
akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (pembeli/mustasni’) dan penjual (pembuat/sani’).
Dalam KPR dengan skim ini, bank bertindak sebagai agen pemesan
dan penjual. Bank memesan kepada developer, sebuah rumah yang
kriteria-kriterianya sudah ditentukan terlebih dahulu oleh nasabah,
rumah yang dimaksudkan ini adalah rumah yang memang belum
wujud dan baru dimulai pembangunannya setelah ada pemesanan dari
pihak bank. Pihak bank kemudian menjual rumah tersebut kepada
nasabah secara angsuran, tetapi penyerahannya adalah pada waktu
akhir periode pembayaran (Haris, 2017).
34
Gambar 2.2
Skema Pembiayaan KPR Syari’ah dengan Skim Istishna
Bank Syariah Nasabah
Developer
Supplier
2
1
3
Keterangan:
Nasabah memesan rumah kepada bank dengan kriteria tertentu yang
telah ditentukan. Bank membeli rumah kepada developer perumahan
(selaku supplier) sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh
nasabah. Bank menjual barang kepada nasabah (tetapi penyerahan
barangnya pada akhir pembiayaan) dan nasabah membayar dengan
cara mengangsur.
Karena KPR ini menggunakan skim istishna’, maka akad KPR ini
harus memenuhi beberapa ketentuan umum sistem jual beli
istishna’, yaitu (Haris, 2017):
1) Spesifikasi barang (dalam hal ini adalah rumah) yang dipesan
harus jelas seperti; tipe, kelengkapan, ukuran dan lain sebagainya.
35
2) Harga jual yang telah disepakati, dicantumkan dalam akad dan
tidak boleh berubah selama berlakunya akad.
3) Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan
harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan
tetap ditanggung oleh nasabah.
c) KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Ijarah Muntahiyah
Bittamlik
Ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) merupakan kombinasi
antara sewamenyewa (ijarah) dengan jual beli atau hibah di akhir
masa sewa. Dalam ijarah muntahiyah bittamlik (IMBT) ini terjadi
pemindahan hak milik barang, dengan dua cara:
1) Ijarah dengan janji akan menjual pada akhir masa sewa.
2) Ijarah dengan janji akan memberikan hibah pada akhir masa
sewa.
Dalam praktek transaksi ijarah, pilihan untuk menjual barang di
akhir masa sewa, biasanya diambil bila kemampuan finansial
penyewa untuk membayar sewa relatif kecil. Karena sewa yang
dibayarkan kecil, akumulasi nilai sewa yang sudah dibayarkan sampai
akhir periode sewa belum mencukupi harga beli barang tersebut
beserta margin keuntungan yang ditetapkan oleh pihak bank. Karena
itu, untuk menutupi kekurangan tersebut, bila pihak penyewa ingin
memiliki barang tersebut, ia harus membeli barang itu di akhir masa
sewa (Haris, 2017).
36
Sedangkan alternatif pilihan untuk menghibahkan barang di
akhir masa sewa biasanya diambil bila kemampuan finansial penyewa
untuk membayar relatif lebih besar. Karena sewa yang dibayarkan
relatif besar, akumulasi sewa di akhir periode sewa sudah mencukupi
untuk menutup harga beli barang dan margin keuntungan yang telah
ditetapkan oleh pihak bank. Dengan demikian, pihak bank dapat
menghibahkan barang tersebut di akhir masa periode sewa kepada
pihak penyewa.
Nilai sewa yang berlaku harus berdasarkan harga barang dan
besarnya cicilan barang tersebut, sehingga dapat diketahui berapa
harga jual di akhir masa menyewakan atau apakah dapat langsung
dengan hibah.
Gambar 2.3
Skema KPR dengan Skim Al-Ijarah Muntahiya Bi Tamlik
Developer RumahNasabah
Bank Syariah
A. Milik
B. Milik
1. Pesan Rumah
2. Beli Rumah
3. Sewa Beli
37
Berdasarkan pola pemindahan hak milik dalam ijarah
muntahiyah bittamlik (IMBT), maka pembiayaan KPR yang
dijalankan oleh perbankan syari’ah menggunakan pola kedua, yaitu;
transaksi ijarah dengan adanya perjanjian antara pihak bank dengan
nasabah bahwa bank akan menghibahkan rumah (yang dibiayai KPR)
pada akhir masa sewa kepada nasabah (Antonio, 2000:119)
d) KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Musyarakah Mutanaqishah
Musharakah mutanaqisah ialah satu konsep perkongsian
menurun, berkurangan dan berakhir dengan pemilikan tunggal (Shuib
dkk, 2013:70). Musyarakah mutanaqishah adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara
bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan
menurun dan pada akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi
pemilik penuh usaha tersebut. Konsep akad musyarakah
mutanaqishah dijadikan sebuah konsep dalam pembiayaan perbankan
syariah, yaitu kerjasama antara bank syariah dengan nasabah untuk
pengadaan atau pembelian suatu barang yang mana asset barang
tersebut jadi milik bersama.
Adapun besaran kepemilikan dapat ditentukan sesuai dengan
sejumlah modal atau dana yang disertakan dalam kontrak kerjasama
tersebut. Selanjutnya pihak nasabah akan membayar (mengangsur)
sejumlah modal atau dana yang dimiliki oleh bank syariah. Jumlah
modal bank syariah semakin lama semakin kecil, berbanding terbalik
38
dengan jumlah modal nasabah yang semakin bertambah karena
pembayaran angsuran pada setiap bulan. Pada akhir masa
pembiayaan, jumlah modal bank telah diambil alih 100% oleh
nasabah sehingga kepemilikan atas rumah dialihkan menjadi atas
nama nasabah.
Gambar 2.4
Diagram Jumlah Modal pada Pembiayaan Akad Musyarakah Mutanaqisah
Nasabah Parsial
Asset Value
Bank Syariah Parsial
Pembiayaan
Proyek
PerumahanTenaga / Aset
Modal /
Keahlian
Keuntungan
Bagi Hasil Keuntungan
Sesuai Porsi Kontribusi
Modal
Nisbah X% Nisbah Y%
Negosiasi
Perpindahan kepemilikan dari porsi bank syariah kepada
nasabah seiring dengan bertambahnya jumlah modal nasabah dari
pertambahan angsuran setiap bulannya. Apabila masa angsuran
berakhir, berarti kepemilikan suatu barang atau benda tersebut
39
sepenuhnya menjadi milik nasabah. Penurunan porsi kepemilikan
bank syariah terhadap barang atau benda berkurang secara
proporsional sesuai dengan besarnya angsuran. Selain sejumlah
angsuran yang harus dilakukan nasabah untuk mengambil alih
kepemilikan, nasabah harus membayar sejumlah sewa kepada bank
syariah hingga berakhirnya batas kepemilikan bank syariah.
Pembayaran sewa dilakukan bersamaan dengan pembayaran
angsuran. Pembayaran angsuran merupakan bentuk pengambilalihan
porsi kepemilikan bank syariah. Sedangkan pembayaran sewa adalah
bentuk keuntungan (fee) bagi bank syariah atas kepemilikannya
terhadap aset tersebut. Pembayaran sewa sekaligus merupakan bentuk
kompensasi kepemilikan dan kompensasi jasa bank syariah (Putri
Kamulatur, 2015).
2. Akad Pembiayaan KPR Syariah di Malaysia
Rumah atau tempat kediaman merupakan salah satu keperluan hidup
yang perlu dipenuhi bagi setiap individu. Oleh demikian, untuk membina
rumah memerlukan sejumlah dana yang besar. Bagi menampung dana
tersebut, kebanyakan kita akan mendapatkan pembiayaan dari institusi
perbankan atau lain-lain institusi. Sebagai seorang Islam yang faham
tentang din Islam itu sendiri, memilih produk pembiayaan rumah secara
Islam adalah menjadi satu kewajiban.
Pada masa kini, produk-produk pembiayaan perumahan secara Islam di
Malaysia ditawarkan melalui pelbagai kontrak. Pada asasnya terdapat dua
40
kategori rumah yang dijual beli di negara ini iaitu rumah yang telah siap
dibina (completed construction house/property) dan rumah yang belum
dibina atau masih dalam pembinaan (under construction property)
(Sollehudin shuib, 2013).
Kontrak syariah yang digunakan untuk membiayai pembelian rumah
pula terbahagi kepada kontrak berasaskan pembiayaan hutang dan kontrak
berasaskan pembiayaan ekuiti. Kontrak-Kontrak berasaskan pembiayaan
hutang adalah seperti Murabahah, Bay‘ Bithaman Ajil (BBA), BBA
komoditi, Ijarah Thumma Bay` dan Istisna‘. (Haris, 2007) Sementara
kontrak berasaskan pembiayaan ekuiti adalah seperti Musharakah
Mutanaqisah, Mudarabah dan Musharakah itu sendiri (Wilson, 1991).
Artikel ini akan memberi tumpuan kepada dua jenis kontrak yang sedia
digunakan dalam produk pembiayan dan pinjaman perumahan di Malaysia
iaitu pembiayaan perumahan secara Musharakah Mutanaqisah dan
pinjaman perumahan konvensional dari aspek pelaksanaannya.
a. KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Bay Bithaman Ajil (BBA)
Bay Bithaman Ajil (BBA) adalah satu konsep pembelian dengan
bayaran harga yang ditangguhkan ke suatu tempoh masa tertentu. BBA
melibatkan jualan suatu aset dengan harga tangguh atau dengan
bayaran ansuran, iaitu menjual suatu aset dengan disegerakan
penyerahan aset yang dijual kepada pembeli dan ditangguhkan bayaran
harganya sehingga ke satu masa yang ditetapkan atau dengan bayaran
secara beransur-ansur (al-taqsit) (al-Misri, 1986).
41
Aplikasi rukun dalam kontrak pembiayaan perumahan BBA
menunjukkan pihak yang berakad adalah bank, dan pelanggan yang
ingin mendapatkan pembiayaan. Objek kontrak pula adalah rumah atau
aset yang di biayai mana kala tujuan kontrak adalah pembiayaan untuk
memiliki sesuatu aset, yang mana tawaran dan penerimaan akan
berlaku antara bank (pembiayaan) dengan pelanggan (penerima biaya).
Rukun dalam amalan BBA sekarang adalah harga jualan yang mesti
dinyatakan dengan jelas. Harga ini antara lain merangkumi tempoh
pembayaran (Azni, 2003). Secara ringkasnya, proses pembiayaan
perumahan secara BBA melibatkan langkah-langkah seperti berikut
(Nor Hijiriah, 2009):
1) Pelanggan mengenal pasti dan menempah (jika perlu) rumah yang
akan dibeli.
2) Pelanggan menemui bank untuk mendapatkan pembiayaan
dengan mengemukakan dokumen yang diperlukan.
3) Setelah bersetuju, bank dan pelanggan akan mengadakan akad
Bay‘ al-‘Inah (pelanggan menjual rumah kepada pemaju secara
tunai).
4) Bank kemudian menjual semula rumah tersebut kepada pelanggan
dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang dijual oleh
pelanggan kepada bank tadi. Pelanggan akan membayar secara
ansuran kepada bank untuk jualan yang kedua ini.
42
5) Pelanggan akan memiliki sepenuhnya rumah tersebut setelah
bayaran ansuran selesai dilakukan (paling lambat 30 tahun).
Prosedur pembiayaan perumahan secara BBA ini terpakai untuk
rumah yang telah siap dibina maupun sedang dibina ataupun belum
dibina lagi (Nor Hijiriah, 2009). Bank juga melalui penawaran produk
pembiayaan perumahan secara BBA akan mengenakan atau
meletakkan syarat-syarat tambahan bagi memastikan sesuatu kontrak
itu dapat berjalan dengan lancar di samping dapat mengurangkan
risiko. Syarat-syarat ini biasanya akan memberi lebih keyakinan
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak untuk memetrai
perjanjian mereka. Antara syarat yang biasa dikenakan oleh pihak bank
terhadap pelanggan adalah seperti keperluan kepada cagaran dan
penjamin, keperluan kepada bayaran deposit dan persetujuan berkaitan
jumlah angsuran.
b. KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Bay al-Murabahah
Konsep Bay al-Murabahah adalah satu transaksi penjualan
suatu aset dengan kos asal ditambah untung dengan syarat adanya reda-
meredai antara penjual dengan pembeli berkenaan syarat yang
ditetapkan antara kedua-dua belah pihak. Contohnya apabila bank
membiayai pelanggan untuk membeli aset tetap seperti rumah. Bank
akan membeli aset tersebut terlebih dahulu, kemudian ia menjualkannya
kepada pelanggan dengan harga kos ditambah untung mengikut apa
yang telah dipersetujui bersama. Pelaksanaan Bay ‘al-Murabahah
43
dalam amalan perbankan pada hari ini juga lebih bersifat Bay
‘alMurabahahlil Amir bi al-Shira
Huraian ringkas proses pembiayaan membeli rumah secara murabahah
adalah seperti berikut:
a) Pelanggan mengenal pasti rumah yang akan dibeli dan mendapatkan
perincian dari pemaju.
b) Pelanggan menemui bank untuk mendapatkan pembiayaan dengan
mengemukakan dokumen yang diperlukan.
c) Bank akan membeli rumah tersebut dari pemaju.
d) Bank akan menjual tersebut kepada pelanggan dengan harga kos
ditambah untung.
e) Pelanggan membeli rumah tersebut dari bank dengan tempoh dan
kaedah ansuran yang telah dipersetujui bersama.
Bayaran ansuran dalam pembiayaan secara Bay‘ alMurabahah ini boleh
dibuat seperti pembiayaan lain iaitu secara bulanan. Kadar keuntungan
bank juga adalah tetap dan ditentukan ketika perjanjian ditandatangani.
Hal ini juga tidak memerlukan sebarang kadar siling diletakkan dalam
produk ini. Bank juga akan memastikan mereka membeli rumah
tersebut terlebih dahulu sebelum dijual kepada pelanggan. Sekiranya
pelanggan telah membayar deposit sebanyak 10 peratus sebagaimana
lazimnya dalam konteks tempahan pembelian rumah di negara ini dan
seterusnya pelanggan tersebut telah mendapatkan Perjanjian Jual Beli
dari pemaju terlebih dahulu, maka bank akan membatalkannya.
44
Kemudian bank akan membeli semula rumah tersebut dan setelah itu
barulah rumah tersebut dijual kepada pelanggan (Ashari, 2009).
c. KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Istisna
Al-Istisna’ dari segi bahasa bermaksud meminta untuk
dibuatkan sesuatu seperti meminta seseorang untuk dibuatkan pintu
untuknya. Istisna‘ berasal dari kata sana‘a yang bermaksud membuat,
mengeluarkan (menghasilkan) atau membina sesuatu (al-Bashir, 2006)
atau minta dihasilkan sesuatu (Ibn Manzur, 1990).
Huraian ringkas proses pembiayaan pembelian rumah secara
Istisna‘ adalah seperti berikut (Ashari, 2009):
1) Pelanggan mengenal pasti projek rumah yang ingin dibeli dan
mendapatkan bukti pembelian seperti resit tempahan dari pemaju.
2) Pelanggan menemui bank untuk mendapatkan pembiayaan secara
Bay‘ al-Istisna‘ dengan mengemukakan dokumen yang diperlukan.
3) Bank akan mendapatkan rumah tersebut dari pemaju secara
tempahan. Bank akan membayar kepada pemaju secara berperingkat
mengikut tahap kemajuan projek.
4) Rumah akan disiapkan oleh pemaju dan diserahkan kepada bank
untuk diserahkan kepada pelanggan.
5) Bank menjual rumah tersebut kepada pelanggan dengan harga kos
ditambah keuntungan, misalnya RM100,000 (harga kos) +
RM50,000 (keuntungan) = RM150,000 (harga jualan).
45
6) Pelanggan akan mula membuat bayaran ansuran kepada bank
setelah perjanjian pembiayaan dimetrai sehingga tempoh
pembiayaan tamat (seperti 30 tahun). Pelanggan juga boleh
memilih untuk membayar mengikut kemajuan pembinaan rumah
ketika rumah dalam pembinaan, dan membayar ansuran seperti
biasa setelah rumah siap dibina
d. KPR Syariah Yang Menggunakan Skim Musyrakah Mutanaqisah
Gambaran operasi pembiayaan perumahan berasaskan kontrak
Musharakah Mutanaqisah (MM) adalah seperti berikut (Ashari 2009):
1) Pelanggan akan mengenal pasti rumah yang ingin dibeli. Setelah
berpuas hati dengan spesifikasi rumah, pelanggan perlu
mendapatkan Sijil Perjanjian Jual Beli (SPJB) dari pemaju sebagai
bukti (dokumen) untuk diajukan kepada bank ketika memohon
pembiayaan.
2) SPJB tersebut mestilah dikeluarkan atas nama pelanggan dan
bank/pembiaya.
3) Pelanggan seterusnya akan menemui bank untuk memohon
pembiayaan rumah secara Musharakah Mutanaqisah dengan
mengemukakan dokumen yang diperlukan.
4) Setelah berbincang dan mendapat persetujuan bersama, bank dan
pelanggan akan menandatangani dokumen perjanjian sebagai tanda
bersetuju untuk berkontrak secara Musharakah Mutanaqisah
melalui produk Pembiayaan Perumahan Musharakah Mutanaqisah
46
5) Pelanggan seterusnya akan mula membuat bayaran ansuran
mengikut tempoh yang telah ditetapkan seperti 30 tahun bermula
dari tarikh seperti yang termetrai dalam perjanjian.
6) Melalui konsep Musharakah Mutanaqisah, bank dan pelanggan
sama-sama berkongsi modal membeli rumah yang dikehendaki
dengan nisbah perkongsian modal yang dipersetujui bersama seperti
90: 10 (bank: pelanggan). Nisbah bank biasanya lebih besar dari
nisbah milik pelanggan.
7) Pelanggan seterusnya akan mendiami rumah tersebut (sekiranya
rumah tersebut telah siap dibina) dan membuat bayaran sewaan
mengikut kadar sewaan yang biasanya telah dijumlahkan sekali
dalam bayaran ansuran bulanan yang dibuat pelanggan.
8) Melalui ansuran bulanan juga, pelanggan beransuransur membeli
ekuiti milik bank dalam perkongsian rumah tersebut.
9) Setelah cukup tempoh dan sempurna pembayaran ansuran yang
dibuat oleh pelanggan, maka proses memindah milik rumah akan
disempurnakan antara bank dengan pelanggan. Maka dengan ini
sempurnalah pembiayaan membeli rumah secara Musharakah
Mutanaqisah yang diamalkan bank.
E. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to deposit ratio adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan dan lain-lain yang digunakan
dalam memenuhi permohonan pembiayaan nasabahnya. Rasio ini
47
menggambarkan sejauh mana simpanan dapat digunakan untuk pemberian
pinjaman. Rasio ini juga dapat untuk mengukur tingkat likuiditas.
Financing to deposit ratio, rasio ini mengukur kemampuan melempar
dana berdasarkan sumber dana yang tertentu. Rasio ini mirip dengan rasio
aset/kewajiban untuk perusahaan biasa. Pinjaman kredit biasanya merupakan
aset penting dan terbesar untuk bank, sedangkan deposito merupakan sumber
dana penting dan terbesar untuk bank semakin tinggi angka ini semakin tidak
likuid bank tersebu, karena semakin besar dana tertanam pada pinjaman. Jika
ada penarikan dana oleh deposan, bank bisa mengalami kesulitan. Di lain pihak,
semakin tinggi angka ini, semakin besar profitabilitas bank tersebut, karena
bank tersebut mampu melempar dana lebih efektif. Ada trade-off antara tingkat
keuntungan dengan resiko (Hanafi, 2012:331).
Secara umum, bank yang besar cenderung mempunyai FDR yang lebih
besar dibanding bank yang kecil (Julius, 2014:96). Menurut Surat Edaran Bank
Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 FDR dapat dirumuskan
sebagai berikut:
FDR = Total Pembiayaan X 100%
Dana Pihak Ketiga
F. Non Performing Financing
Non performing financing merupakan salah satu indikator tingkat
kesehatan bank umum. Sebab tinggi NPF menunjukkan ketidakmampuan bank
umum dalam proses penilaian sampai dengan pencairan dana kepada debitur.
48
Di sisi lain NPF juga akan menyebabkan tingginya biaya modal yang tercermin
dari biaya operasional dari bank umum syariah yang bersangkutan. Dengan
tingginya biaya modal maka akan berpengaruh terhadap perolehan laba bersih
dari bank (Julius, 2014:164)
Non performing financing adalah salah satu resiko kredit dimana bank
menghadapi resiko kredit (macet atau tidak berbayar). Kredit yang akan macet
dapat dibuatkan cadangan kredit macet. Jika angka-angka yang berkaitan
dengan kredit macet bertambah, maka analisis harus semakin waspada, karena
bank tersebut bisa mengalami kesulitan (Hanafi, 2012:331)
Non performing financing merupakan isu yang paling krusial dalam
sistem perbankan baik di bank konvensional maupun syariah. Yang lebih
penting lagi, tingkat pembiayaan bermasalah sebagai ukuran risiko kredit
memberikan informasi tentang stabilitas sistem perbankan. Fitur unik dari bank
syariah adalah bahwa ia melarang pembiayaan berbasis bunga namun
mengambil bagian penting dalam memperluas pembiayaan kepada
pelanggannya yang dapat dikategorikan menjadi tiga segmen industri utama
yaitu hipotek (pembiayaan rumah), bisnis (komersial), dan konsumen (ritel )
Melalui berbagai kontrak keuangan syariah terutama terdiri dari basis penjualan
berbasis, berbasis sewa dan berbasis ekuitas (Isaev dan Mansur, 2017)
NPF = Kredit Bermasalah (Kriteria 3,4,5) X 100%
Total Kredit Yang Dikeluarkan
49
G. Suku Bunga
1. Penerapan Suku Bunga di Indonesia
Di Indonesia pengertian suku bunga atau BI Rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap atau pendirian (stance) kebijakan
moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada. BI
rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam
perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikan BI Rate
apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah di
tetepkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila
inflasi ke depan diperkirakan berada dibawah sasaran yang telath
ditetapkan. (www.bi.go.id)
2. Penerapan Suku Bunga di Malaysia
Di Malaysia tingkat suku bunga memungkinkan Lembaga Penyedia
Layanan Keuangan untuk memvariasikan Floating Lending Rates yang
digunakan untuk mencerminkan perubahan pada biaya pendanaan yang
dapat timbul dari perubahan kebijakan bank sentral atau kondisi pendanaan
pasar. Dengan demikian, suku bunga acuan digunakan untuk harga fasilitas
pinjaman/fasilitas floating lending rates, sambil memastikan bahwa
50
perubahan dalam kebijakan moneter ditransmisikan ke peminjam.
Cara penentuan harga referensi ditentukan dan digunakan untuk
mendukung intermediasi keuangan yang efisien dan memfasilitasi transmisi
kebijakan moneter yang efektif. Lembaga Penyedia Layanan Keuangan
menerapkan kebijakan yang tepat dan pengaturan tata kelola yang jelas
untuk menentukan Base Rate (termasuk dasar pilihan biaya patokan dana).
Proses, metodologi dan data yang digunakan untuk menentukan Base Rate
harus didokumentasikan dan disediakan untuk tinjauan pengawas Bank
sebagaimana dan bila diperlukan. (www.bnm.gov.my)
H. Bank Size
Bank size didefinisikan sebagai ukuran besar kecilnya suatu bank
tersebut. Bank size atau ukuran perusahaan pada dasarnya merupakan hal yang
penting dalam perusahaan. Hal tersebut dikarenakan ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh total
aktiva, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva
(Ferri and Jones dalam Tri Kumala, 2012:17).
Sedangkan bank size merupakan besarnya total aset yang dimiliki
perusahaan. Pada neraca bank, aktiva menunjukkan posisi penggunaan dana
(Kuncoro dan Suhardjono, 2002). Jadi dari beberapa ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa bank size merupakan suatu skala perusahaan mengenai
besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total aktiva, log size, nilai pasar
saham, jumlah penjualan, rata-rata tingkat penjualan dan rata-rata total aktiva .
Perhitungan size tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut:
51
Bank Size = LN(Total Aset)
Rasio Bank Size diperoleh dari logaritma natural dari total aset yang
dimiliki bank yang bersangkutan pada periode tertentu (Ranjan dan Dahl, 2003)
52
I. Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian/
Peneliti/Tahun
Terbit
Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1. Analisis Variabel-
Variabel Yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Murabahah Pada
Bank Syariah
Mandiri periode
2008-2011
Rimadhani (2011)
Financing to
Deposit Ratio
(FDR), Non
Performing
Financing (NPF)
dan Pembiayaan
Third Party Funds
(TPF), dan Profit
Margin
Financing to Deposit
Ratio (FDR) tidak
signifikan terhadap
pertumbuhan
pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah
Mandiri. Hal ini
menunjukan bahwa
rendahnya efektifitas
fungsi intermediasi
Bank Syariah Mandiri
yang ditunjukan dengan
rendahnya FDR tidak
mempengaruhi
pembiayaan
2 Pengaruh Level of
Assurance, Reputasi
Kantor Akuntan
Publik, Struktur
Modal Calon
Debitur, dan
Ukuran Bank
Terhadap
Keputusan
Pemberian Kredit
Bank di Indonesia
Tjondro (2007)
Ukuran Bank (Bank
Size)
Pengujian
Hipotesis dengan
Menggunakan
Friedman Test.
Bahwa ukuran bank
(Bank Size)
berpengaruh terhadap
keputusan pemberian
kredit bank, sedangkan
variabel level of
assurance dan reputasi
kantor akuntan publik
terbukti tidak
mempengaruhi
keputusan pemberian
kredit bank.
3 Analisis Pengaruh
Simpanan (DPK),
Tingkat Bagi Hasil,
dan Non
Performing
Financing (NPF)
Terhadap
Non Performing
Financing (NPF),
Pembiayaan, dan
Regresi Data Panel
Simpanan (DPK),
dan Tingkat bagi
hasil
Secara individu
(parsial) variabel Non
Performing Financing
(NPF) tidak memiliki
pengaruh secara
signifikan terhadap
variabel jumlah
53
Pembiayaan pada
Perbankan Syariah
(Studi Kasus Pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia Periode
2011-2015)
Karlina (2015)
pembiayaan pada
perbankan syariah di
Indonesia periode
2011-2015
4 Analisis Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga BI Terhadap
Pembiayaan
Mudharabah
Widiyanto, Diyani
(2012)
Penelitian Jenis
Kuantitatif, Suku
Bunga BI, dan
Pembiayaan
Metode Analisis
Regresi Linier
Sederhana
Hasil penelitian
menunjukkan secara
parsial bahwa Suku
Bunga BI memberikan
pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan
mudharabah.
5 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Mudharabah pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Jamilah (2016)
Non Performing
Financing (NPF)
dan Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Return On
Asset (ROA), dan
Biaya Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Hasil penelitian bahwa
DPK dan CAR
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan
mudharabah, ROA
berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan
mudharabah, NPF tidak
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan
mudharabah, dan
(BOPO) berpengaruh
negatif terhadap
pembiayaan
mudharabah.
6 Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Mudharabah dan
Musyarakah pada
Bank Syariah
Mandiri Periode
2007-2014
Non Performing
Financing (NPF)
dan Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga
(DPK), dan
Sertifikat Bank
Indonesia (SBIS)
Syariah
DPK berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pembiayaan
mudharabah dan
musyarakah, NPF dan
SBIS berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap pembiayaan
mudharabah dan
musyarakah; DPK,
54
Hasanah (2014) NPF, dan SBIS secara
simultan berpengaruh
terhadap pembiayaan
mudharabah dan
musyarakah
7 Analisis Pengaruh
FDR, NPF, Tingkat
Bagi Hasil, Kualitas
Jasa dan Atribut
Produk Islam
Terhadap Tingkat
Pembiayaan
Mudharabah Pada
Bank Umum
Syariah di
Semarang
Wahab (2014)
Financing to
Deposit Ratio
(FDR), Non
Performing
Financing (NPF),
dan Pembiayaan
Tingkat Bagi
Hasil, Kualitas
Jasa dan Atribut
Produk Islam
Secara parsial variabel
FDR dan NPF tidak
berpengaruh terhadap
Pembiayaan
Mudharabah,
sedangkan Tingkat
Bagi Hasil, Kualitas
Jasa Layanan dan
Atribut Produk Islam
berpengaruh terhadap
Pembiayaan
Mudharabah
8 Pertumbuhan Kredit
Perbankan di
Indonesia:
Intermediasi dan
Pengaruh Variabel
Makro ekonomi
Haryati (2007)
BI Rate Pertumbuhan ekses
likuiditas (GEL),
Pertumbuhan DPK
(GDPK),
Pertumbuhan
pinjaman/simpanan
diterima(GPD),
Pertumbuhan
ekuitas (GEK)
Tingkat inflasi
(Infl), kurs
valas/exchange
rate (ER)
Secara Parsial BIRate
dan ER mempunyai
pengaruh positif tidak
signifikan terhadap
Pembiayaan Kredit.
9 Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non
Performing
Financing, dan
Tingkat Suku
Bunga Kredit
Terhadap
Pembiayaan
Non Performing
Financing, Tingkat
Suku Bunga Kredit
dan Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga Secara Parsial DPK
berpengaruh positif
terhadap pembiayaan
bagi hasil mudharabah,
NPF tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan
bagi hasil mudharabah,
dan suku bunga kredit
berpengaruh negative
55
Barbasis Bagi Hasil
(Mudharabah) pada
Perbankan Syariah
Indonesia
Ali (2015)
terhadap pembiayaan
berbasis bagi hasil
mudharabah.
10 Harga Properti
Residensial &
Pembiayaan
Pemilikan Rumah
Perbankan Syariah
dan Konvensional
Ullyana, dkk (2016)
Suku Bunga, KPR,
dan Pembiayaan
Perbankan
menggunakan
metode Vector
Autoregressive
(VAR), Vector
Error Correction
Model (VECM),
Impulse Response
Function (IRF) and
Forecast Error
Variance
Decomposition
(FEVD)
Hasil menunjukkan
bahwa terdapat
keterkaitan jangka
panjang antara variabel
makroenomi, harga
properti dengan
pembiayaan pemilikan
rumah perbankan
syariah dan
konvensional dengan
komposisi keterkaitan
yang berbeda-beda.
Selain itu walaupun
secara normatif bunga
merupakan hal yang
dilarang dalam praktik
perbankan syariah,
namun hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pembiayaan syariah
terkait dan sensitif
terhadap perubahan
suku bunga acuan.
11 Analisis Faktor
yang
Mempengaruhi
Pembiayaan Bagi
Hasil Mudharabah
pada Bank Umum
Syariah
Choirudin dan
Sugeng (2017)
Financing to
Deposit Ratio
(FDR), Non
Performing
Financing (NPF),
Pembiayaan
Deposito
Mudharabah
(DM), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Biaya
Operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
deposito mudharabah,
capital adequacy ratio,
dan financing to deposit
ratio berpengaruh
positif terhadap
pembiayaan
mudharabah, non
performing financing
berpengaruh negatif
56
terhadap pembiayaan
mudharabah, biaya
operasional terhadap
pendapatan operasional
(BOPO) tidak
berpengaruh terhadap
pembiayaan
mudharabah.
12 Analisis Hubungan
Simpanan, Modal
Sendiri, NPL,
Presentase Bagi
Hasil dan Markup
Keuntungan
terhadap
Pembiayaan pada
Perbankan Syariah
Studi Kasus Bank
Muamalat Syariah
Pratin, Akhyar
(2005)
NPL dan
Pembiayaan
Simpanan, Modal
Sendiri, Presentase
Bagi Hasil dan
Markup
Keuntungan
Hasil penelitian
simpanan mempunyai
hubungan positif dan
signifikan terhadap
pembiayaan sementara
variabel yang lain tidak
mempunyai hubungan
yang signifikan.
13 Faktor Yang
Mempengaruhi
Pembiayaan
Mudharabah pada
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Giannini (2013)
Financing to
Deposit Ratio
(FDR) dan Non
Performing
Financing (NPF)
Return on Assets
(ROA), Capital
Adequacy Ratio
(CAR) Equivalent
rate of profit
sharing
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
FDR, NPF, ROA,
CAR, dan tingkat bagi
hasil secara simultan
berpengaruh terhadap
pembiayaan
mudharabah. Untuk
hasil secara parsial,
variabel FDR
berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan
mudharabah. Variabel
NPF tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan
mudharabah.
Sedangkan untuk
variabel ROA, CAR,
dan tingkat bagi hasil
berpengaruh positif
57
terhadap pembiayaan
mudharabah.
14 Pengaruh Ukuran
Bank, Dana Pihak
Ketiga, Capital
Adequacy Ratio,
dan Loan To
Deposit Ratio
Terhadap
Penyaluran Kredit
Pada Perusahaan
Perbankan yang
Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia
Tahun 2011-2015
Adnan, Ridwan dan
Fildzah (2016)
Ukuran Bank,
Financing to
Deposit Ratio
(FDR)
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR)
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
ukuran bank, dana
pihak ketiga, CAR, dan
FDR secara simultan
berpengaruh terhadap
pemberian pinjaman,
ukuran bank
berpengaruh positif
terhadap pemberian
pinjaman, dana pihak
ketiga memiliki
pengaruh positif
terhadap pemberian
pinjaman CAR tidak
berpengaruh terhadap
pemberian pinjaman,
dan FDR berpengaruh
positif terhadap
pemberian kredit.
15 The Effects of The
Level of Assurance,
Accounting Firm,
Capital Structures,
and Bank Size on
Bank Lending
Decisions
Miller dan Smith
(2002)
Bank Size Accounting Firm
dan Capital
Structures
Hasil penelitian
mengatakan bahwa
tingkat layanan
berpengaruh terhadap
jumlah pinjaman,
sedangkan tingkat Suku
Bunga tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
keputusan untuk
memberikan kredit.
Struktur modal
peminjam memiliki
dampak signifikan pada
keputusan pemberian
hibah kredit, besarnya
pinjaman, dan tingkat
suku bunga. Selain itu,
ukuran pinjaman dan
tingkat suku bunga
dipengaruhi secara
signifikan oleh ukuran
bank yang memberikan
pinjaman.
58
16 Analisis Pengaruh
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing
Financing (NPF)
dan Return On
Asset (ROA)
terhadap
Pembiayaan pada
Perbankan Syariah.
Arianti dan
Muharam (2011)
Non Performing
Financing (NPF),
dan Pembiayaan
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR), dan Return
On Asset (ROA)
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
hanya DPK yang
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
pembiayaan, sedangkan
CAR, NPF, dan ROA
tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan.
Secara stimulasi DPK,
CAR, NPF, dan ROA
berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan,
17 Analisis Pengaruh
CAR, NPL, dan
Tingkat Inflasi
terhadap Penyaluran
Kredit Pemilikan
Rumah (KPR)
Semadiasri, dkk
(2015)
Non Performing
Loans (NPL) dan
Kredit Pemilikan
Rumah (KPR)
Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan
Tingkat Inflasi
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
NPL berpengaruh
signifikan terhadap
penyaluran kredit
kepemilikan rumah
BPD Bali, sedangkan
CAR dan tingkat inflasi
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
penyaluran kredit
kepemilikan rumah
BPD Bali.
18 Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Kebijakan
Penyaluran Kredit
Perbankan
Pratama (2010)
Loan to Deposit
Ratio (LDR), dan
Non Performing
Loan (NPL)
Commercial Bank,
Third Party Fund
(DPK), Capital
Adequacy Ratio
(CAR),
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
Dana Pihak Ketiga
(DPK) berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap penyaluran
kredit perbankan.
Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Non
Performing Loan
(NPL) berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap penyaluran
kredit perbankan.
Sementara suku bunga
59
Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
berpengaruh positif dan
tidak signifikan
terhadap penyaluran
kredit perbankan.
19 Islamic Home
Financing and The
Real Sectors in
Malaysia: An ARDL
Bound Testing
Approach to
Cointegration
Yusof dan Usman
(2015)
Home Financing
dan Interest Rate
ARDL Hasil penelitian bahwa
variabel makroekonomi
memiliki pengaruh
jangka panjang dan
jangka pendek yang
berbeda terhadap
pembiayaan rumah
syariah. Selain itu, studi
ini mendokumentasikan
bukti bahwa
pembiayaan rumah
syariah di Malaysia,
setidaknya dalam
jangka pendek, tidak
tergantung pada tingkat
suku bunga dan oleh
karena itu, meminta
tingkat alternatif
potensial, mungkin tarif
sewa, yang dapat
dijadikan patokan dan
bukan tingkat bunga
konvensional saat ini.
20 Bad luck or bad
management?
Emerging banking
market experience.
Podpiera dan Weill
L (2008)
Non-performing
loans dan
penyaluran
pembiayaan
Menggunakan
Transition
countries dan
mengukur tingkat
kegagalan bank
Hasil dari penelitian
menyatakan bahwa ada
nya hubungan negatif
antara kredit macet
dengan pembiayaan
yang menyebabkan
terjadi nya penurunan
efisiensi biaya di masa
depan. Pengawas
perbankan harus fokus
pada peningkatan
efisiensi biaya bank
untuk mengurangi
kemungkinan
kegagalan bank di
negara-negara transisi.
60
21 Non performing
loans(NPLs)in
acrisis economy:
Long-run
equilibrium
analysis with a
real time VEC
model for Greece
Konstantinos,
dkk (2016)
Non performing
loans(NPLs)
Crisis Macro
economy dan
VAR/VEC
Sesuai dengan bukti
internasional, temuan
empiris menunjukkan
bahwa faktor
makroekonomi dan
pembiayaan memiliki
dampak yang signifikan
terhadap kredit
bermasalah di negara
ini. Sementara itu,
kualitas kredit yang
memburuk memberi
umpan balik pada
ekonomi yang
mengarah ke lingkaran
negatif yang
memperkuat.
61
J. Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Financing to Deposit Ratio (FDR) (X1)
Non Performing Financing (NPF) (X2)
Suku Bunga (X3)
Bank Size (X4)
Variabel Dependen
Pembiayaan KPR Syariah
Model Regresi
Data Panel
Common Effect Model Random Effect ModelFixed Effect Model Fixed Effect Model
Uji Chow Uji Hausman
Model yang terpilih Random Effect Model
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Autokorelas
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji F Uji T Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
62
K. Keterkaitan Antar Variabel
1. Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan
Rasio pembiayaan terhadap pendanaan Finance to Deposit Ratio
(FDR) perbankan syariah dinilai akan efektif untuk mendukung perolehan
imbal hasil tinggi jika berada pada kisaran 95%-98%. Hal itu berarti dari
100% dana yang terkumpul dari masyarakat, sebanyak 95%-98% di
antaranya disalurkan dalam bentuk pembiayaan.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh
FDR terhadap pembiayaan dilakukan oleh Choirudin (2017), menunjukkan
bahwa FDR berpengaruh positif terhadap pembiayaan mudharabah pada
Bank Umum Syariah. Artinya semakin tinggi nilai financing to deposit ratio
akan meningkatkan penyaluran pembiayaan mudharabah yang dilakukan
bank syariah karena likuiditasnya yang baik. Rimadhani (2011),
menunjukkan bahwa tingkat FDR tidak signifikan terhadap pembiayaan
murabahah pada Bank Syariah Mandiri.
2. Non Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan
NPF merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam
mengatasi risiko kredit macet maupun gagal bayar. Dana untuk mengcover
kredit macet dan gagal bayar adalah modal bank sehingga semakin besar
NPF semakin besar pula modal bank yang dipakai untuk mengcover kredit
macet. Besarnya tingkat NPF menjadi salah satu penyebab sulitnya bank
dalam melakukan pembiayaan.
63
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan pengaruh
NPF terhadap pembiayaan dilakukan oleh Pratin dan Akhyar (2005),
menunjukkan bahwa NPF mempunyai hubungan positif tidak signifikan
terhadap pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia. Giannini (2013),
menunjukkan bahwa secara parsial NPF tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah pada Bank Umum Syariah di Indonesia
3. Suku Bunga dengan Pembiayaan
Suku bunga merupakan salah satu faktor dalam penyaluran kredit
bank, tingkat suku bunga bank berfungsi menarik minat masyarakat untuk
melakukan kredit pada bank, juga sebagai patokan masyarakat dalam
memperoleh bunga deposito. Pada kondisi normal, kenaikan pada suku
bunga simpanan akan otomatis mempengaruhi suku bunga pinjaman.
Dimana suku bunga pinjaman naik lebih tinggi dari suku bunga simpanan,
sehingga dari kegiatan ini bank akan memperoleh keuntungan berupa laba
dari tingkat bunga kreditnya. Suku bunga kredit menjadi bahan
pertimbangan bagi masyarakat atau investor dalam meminjam kredit bank.
Bila tingkat suku bunga kredit bank meningkat, maka secara teori
permintaan kredit akan menurun, dan jika tingkat suku bunga kredit bank
menurun, maka permintaan kredit akan meningkat (Kasmir, 2008:132).
Menurut Ulyana dkk (2016), Bunga berpengaruh terhadap
permintaan pembiayaan rumah untuk tujuan investasi karena saat bunga
turun return bersih investasi meningkat. Selain itu bunga juga berpengaruh
terhadap permintaan rumah untuk tujuan konsumsi (ditempati) karena
64
menentukan cicilan yang harus dibayar padahal cicilan yang harus dibayar
signifikan dibanding cashflow keluarga. Dengan demikian jika bunga turun
maka permintaan rumah akan naik dan akibatnya harga rumah naik.
4. Bank Size dengan Pembiayaan
Menurut office of advocacy yang melakukan suatu studi mengenai
“Rank and Size Description for 1996 Study”, ukuran bank merefleksikan
ukuran aktiva (asset size) dari institusi keuangan. Menurut majalah Investor
edisi Juni 2003, bank-bank dikategorikan berdasarkan ukuran bank, yaitu:
a. Bank dengan jumlah aktiva < Rp. 10 triliun,
b. Bank dengan jumlah aktiva Rp. 10 – 50 triliun dan
c. Bank dengan jumlah aktiva > Rp. 50 triliun.
Miller dan Smith (2002) berpendapat bahwa bank yang berukuran
besar (memiliki jumlah aktiva yang besar) mampu memberikan
pembiayaan yang lebih besar karena mereka memiliki kapasitas
pembiayaan yang lebih besar.
Berdasarkan hasil pengujian Adnan (2016), secara parsial variabel
ukuran bank berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada perusahaan
perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran bank maka semakin besar pula penyaluran kredit
pembiayaan bank tersebut.
65
L. Uji Hipotesis
1. Diduga adanya pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah
a. H0 : Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
b. H1 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
2. Diduga adanya pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah
a. H0 : Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
b. H1 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara parsial
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
3. Diduga adanya pengaruh Suku Bunga secara parsial terhadap pembiayaan
kpr pada perbankan syariah
a. H0 : Suku Bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan
kpr pada perbankan syariah.
b. H1 : Suku Bunga berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan kpr
pada perbankan syariah.
4. Diduga adanya pengaruh Bank Size secara parsial terhadap pembiayaan kpr
pada perbankan syariah.
a. H0 : Bank Size tidak berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan
kpr pada perbankan syariah.
66
b. H1 : Bank Size berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan kpr
pada perbankan syariah.
5. Diduga adanya pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Suku Bunga, dan Bank Size secara simultan
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah
a. H0 : Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF), Suku Bunga, dan Bank Size tidak berpengaruh secara simultan
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
b. H1 : Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF), Suku Bunga, dan Bank Size berpengaruh secara simultan
terhadap pembiayaan kpr pada perbankan syariah.
67
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang
sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Menurut Sugiyono (2016:35), metode kuantitatif disebut juga sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai
metode ilmiah karena telah memenuhi kaedah-kaedah ilmiah yaitu konkrit,
obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
konfirmatif, karena metode ini cocok digunakan untuk pembuktian/konfirmasi.
Metode ini disebut sebagai metode kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statisktik.
Penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah pada perbankan
syariah yang termasuk dalam bank umum syariah di Indonesia dan di Malaysia
periode 2010-2016. Penelitian ini termasuk ke dalam kelompok data panel
dengan melihat dari dimensi waktu yang digunakan selama periode penelitian
yaitu selama enam tahun, dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 dan
menggunakan 18 bank sebagai penelitiannya. Tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk menganalisa variabel independen, yaitu variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga, dan
Bank Size terhadap variabel dependen, yaitu Pembiayaan KPR.
68
B. Teknik Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2016:148), populasi adalah wilayah generelisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda
alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek
yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh
subjek/objek itu. Populasi yang menjadi objek penelitian ini adalah seluruh
Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia dan Malaysia yang telah
mempublikasikan laporan keuangannya dalam rentan periode 2010-2016.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2016:149), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan tidak
mungjun mempelajari semua yang ada pada populasi. Apa yang dipelajari dari
sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
Penentuan sampel dilakukan secara non random (non probability sampling)
dengan metode purposive sampling yang dilakukan dengan mengambil sampel
dari populasi berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria sampel yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2010-2016
69
2. Laporan keuangan Bank Umum Syariah Indonesia yang dipublikasikan
tersebut telah memenuhi standar PSAK dan peraturan Bank Indonesia serta
surat edaran Bank Indonesia
3. Laporan keuangan yang telah dipublikasikan oleh Bank Syariah di Malaysia
periode 2010-2016
4. Laporan keuangan Bank Syariah Malaysia yang dipublikasikan telah
memenuhi standar Undang-undang Perbankan Islam di Malaysia Islamic
Banking Act
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No Bank Umum Syariah Indonesia
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Syariah Mandiri
3 PT. Bank Mega Syariah
4 PT. Bank BRISyariah
5 PT. Bank Bukopin Syariah
6 PT. Bank BNI Syariah
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah
8 PT. BCA Syariah
9 PT. Bank Victoria Syariah
10 PT. Maybank Syariah Indonesia
11 PT. Bank Panin Syariah
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
No Bank Umum Syariah Malaysia
1 Affin Islamic Bank Berhad
70
2 Al Rajhi Bank
3 Alliance Islamic Bank
4 AmBAnk Group
5 Asian Finance Bank
6 Bank Islam Malaysia Berhad
7 Bank Muamalat Malaysia Berhad
8 CIMB Islamic Bank Berhad
9 HSBC Amanah Malaysia Berhad
10 Hong Leong Islamic Bank Berhad
11 Kuwait Finance House
12 MayBank Islamic Berhad
13 OCBC Al-Amin Bank Berhad
14 Public Islamic Bank
15 RHB Islamic Bank Berhad
16 Standard Chartered Saadiq Berhad
Sumber: OJK Tahun 2017 & Bank Central Malaysia
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Nama Bank
1 Bank Muamalat Indonesia
2 Bank Syariah Mandiri
3 Bank Mega Syariah
4 Bank Syariah Bukopin
5 Bank BNI Syariah
6 Bank BRI Syariah
7 Bank BCA Syariah
8 Affin Islamaic Banking
71
9 Al-Rajhi Banking
10 Bank Islam Malaysia
11 Bank Muamalat Malaysia
12 HSBC Amanah Malaysia Berhad
13 Hong Leong Islamic Bank
14 RHB Islamic Bank Berhad
15 Standart Chartered Saadiq Berhad
Total 15 Bank
Sumber: OJK Tahun 2017 & Bank Central Malaysia
C. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016:375) teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Secara umum terdapat empat macam
teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan
gabungan/trianggulasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi dengan menggunakan sumber data sekunder,
yaitu mengambil data berupa laporan keuangan publikasi masing-masing BUS
yang ada di Indonesia dan Malaysia pada periode 2010-2016 terutama pada
laporan pembiayaan. Sedangkan teknik pengumpulan data primer dilakukan
dengan mengambil informasi berupa teori yang digunakan dalam penelitian
buku referensi. Secara rinci, data-data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu:
72
a. Data mengenai jumlah Financing to Deposit Ratio (FDR) diperoleh dari
laporan keuangan yaitu perhitungan rasio keuangan dalam bentuk rasio
FDR.
b. Data mengenai jumlah Non Performing Financing (NPF) diperoleh dari
laporan keuangan yaitu perhitungan rasio keuangan dalam bentuk rasio
NPF.
c. Data mengenai besarnya Suku Bunga diperoleh dari menghitung besarnya
jumlah rata-rata suku bunga pertahun berdasarkan data yang diperoleh dari
Bank Indonesia dan Bank Negara Malaysia
d. Data mengenai besarnya ukuran Bank Size diperoleh dari laporan keuangan
pada bagian aset Bank Umum Syariah Indonesia dan Malaysia.
e. Data mengenai jumlah besarnya pembiayaan diperoleh dari laporan
keuangan tahunan Bank Umum Syariah Indonesia dan Malaysia.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang
lebih mudah dipahami untuk diinterpretasikan (Purwanto, Sulistyowati,
2007:109). Teknik analisa data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah
analisis regresi data panel. Analisis data dilakukan menggunakan Eviews.
Model persamaan regresi data panel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Y = β0 + β1 FDR + β2 NPF + β3 Suku Bunga + β4 Bank Size + e
73
Y = Pembiayaan KPR
β0 = Konstanta
β1,β2,β3 = Koefisien masing-masing variabel
FDR = Financing to Deposit Ratio
NPF = Non Performing Financing
Suku Bunga = Suku bunga rata-rata pertahun
Bank Size = Ukuran suatu bank
1. Estimasi (Membuat Persamaan) Regresi Data Panel
Dalam metode estimasi model regresi data panel dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan, antara lain:
a. Common Effect Model
Menurut Agustri (2014:55) model common effect merupakan
pendekatan model data panel yang mengkombinasikan data time series
dan cross section. Pada model ini tidak diperhatikan dimensi waktu
maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku data
perusahaan sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa
menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik
kuadrat kecil untuk mengestimasi model data Square.
b. Fixed Effect Model
Model fixed effect menurut Agustri (2014:55) model ini
mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model fixed
effect menggunakan teknik variable dummy untuk menangkap
74
perbedaan intersep antar perusahaan, perbedaan intersep bisa terjadi
karena perbedaan budaya kerja, manajerial, dan insentif. Namun
demikian slopnya sama antar perusahaan. Model estimasi ini sering
disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable (LSDV).
c. Random Effect Model
Menurut Agustri (2014:55) model random effect ini
mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling
berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model random effect
perbedaan intersep diakomodasi oleh error terms masing-masing
perusahaan, keuntungan menggunakan model random effect. Model ini
juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik
Generalized Least Square (GLS).
1. Pemilihan Model Estimasi Regresi Data Panel
a. Uji Chow
Chow test yakni pengujian untuk menentukan model Common
Effet atau Fixed Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi
data panel. Hipotesis dalam uji chow adalah:
H0 = Common Effect Model atau pooled OLS
H1 = Fixef Effect Model
Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung lebih besar (>) dari
F tabel maka H0 ditolak yang berarti model yang paling tepat digunakan
adalah Fixed Effect Model. Begitupun sebaliknya, jika F hitung lebih
75
kecil (<) dari F tabel maka H0 diterima dan model yang digunakan
adalah Common Effect Model (Widarjono, 2009).
Menurut Iqbal (2015) dalam melakukan uji chow didalam eviews
dapat menggunakan likelihood ratio. Untuk menentukan model yang
lebih baik antara CE dan FE dilihat dari nilai probabilitas untuk Cross-
section F. jika nilainya >0.05 maka model yang terpilih adalah CE,
tetapi jika nilainya <0.05 maka model yang terpilih adalah FE
b. Uji Hausman
Menurut Agustri (2014:56) uji hausman adalah pengujian statistic
untuk memilih apakah model fixed effect atau random effect yang paling
tepat. Sedangkan menurut Rosadi (2012), uji hausman bertujuan untuk
melihat apakah terdapat efek random didalam panel data. Dalam
perhitungan statistic uji hausman diperlukan asumsi bahwa banyaknya
dikategori cross section lebih besar dibandingkan jumlah variabel
independen (termasuk konstanta) dalam model. Lebih lanjut dalam
estimasi statistik uji hausman diperlukan estimasi variansi cross-section
yang positif, yang tidak selalu dapat dipenuhi oleh model. Apabila
kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi maka hanya dapat digunakan model
fixed effect.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Agustri (2014:53) uji normalitas ini digunakan untuk
mengtahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Untuk
76
menguji aakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan uji Jarque-Bera (uji J-B). Jarque-Bera adalah uji statistic
untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal.
Sebenarnya normalitas data dapat dilihat dari gambar histogram,
namun seringkali polanya tidak mengikuti bentuk kurva normal,
sehingga sulit disimpulkan. Lebih mudah bila melihat koefisien Jarque-
Bera dan Probabilitas-nya. Kedua angka ini bersifat saling mendukung.
Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2), maka data
berdistribusi normal. Bila probabilitas lebih besar dari 5% maka data
berdistribusi normal (Winarno, 2015:5.43).
Ansofino dkk (2016) menjelaskan dalam software Eviews
normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera (JB) dengan nilai Chi square tabel. Nilai Chi-square
didapat dengan melihat jumlah variabel independen yang dipakai. Uji
JB didapat dari histogram normality yang akan dibahas dibawah ini:
H0 : data berdistribusi normal
H1 : data tidak berdistribusi normal
Jika hasil dari JB hitung > Chi-square tabel, maka Ho ditolak.
Jika hasil dari JB hitung < Chi-square tabel, maka Ho diterima.
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2011: 139) uji heteroskedastisitas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan
residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik
77
adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas,
karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,
sedang, besar). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas,
maka dapat menggunakan grafik scatterplot antara prediksi variabel
dependen dan residualnya.
Untuk mendetekdi apakah terjadi heteroskedatisitas dapat
menggunakan uji white dengan bantuan software Eviews. Uji white
menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen, dan variabel
independennya terdiri atasi variabel independen, ditambah lagi dengan
perkalian dua variabel independen (Winarno, 2015:5.17).
Uji white untuk mendeteksi apakah terjadi masalah
heteroskedastisitas dapat dilihat dengan nilai probabilitasnya. Apabila
nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan 0.005 (α=5%)
sehingga signifikan. Artinya menolak hipotesis nol atau menerima
hipotesis alternatif. Jika menolak hipotesis nol tidak ada
heteroskedastisitas, berarti model mengandung masalah
heteroskedastisitas (Widarjono, 2010:91).
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linear antara variabel
independen di dalam model regresi. Untuk menguji ada atau tidaknya
multikolinearitas pada model, peneliti menggunakan metode parsial
antar variabel independen. Rule of thumb dari metode ini adalah jika
78
koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0.85 maka di duga ada
multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi
relative rendah maka duga model tidak mengandung unsur
multikolinearitas (Agus Tri, 2014:51).
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah ada model
regresi ditemukan adanya korelasi antara varibel bebas (independen).
Menurut Ghozali (2001), model regresi yang baik adalah tidak terjadi
korelasi di antara variabel bebas.
d. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2012). Autokorelasi muncul akibat observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Alat analisis yang
digunakan adalah uji Breusch-Godfrey.
Nama lain dari uji breusch-godfrey adalah uji Lagrange
Multiplier (Pengganda Lagrange) (Winarno, 2015:5.33). Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan pengujian
breusch-godfrey dengan memperhatikan nilai Prob-F. Apabila nilai
Prob-F lebih besar dari dari tingkat signifikansi 0.05, maka uji hipotesis
H0 diterima yang artinya tidak terjadi autokorelasi. Sebaliknya, apabila
79
nilai Prob-F lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05 maka dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi (Iqbal, 2015:16).
3. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi
yang diestimasi layak atau tidak. Layak (andal) disini maksudnya adalah
model yang diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Nama uji ini disebut
sebagai uji F, karena mengikuti mengikuti distribusi F yang kriteria
pengujiannya seperti One Way Anova (Iqbal, 2015:24)
Langkah-langkah dalam pengujian uji simultan adalah sebagai berikut:
Merumuskan hipotesis statistik
a) H0 : b1 = b2 = 0, artinya X1 dan X2 secara simultan (sendiri-sendiri)
tidak berpengaruh signifikan terhadap Y.
b) Ha : b1 = b2 ≠ 0, artinya X1 dan X2 secara simultan (sendiri-sendiri)
berpengaruh signifikan terhadap Y.
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk
mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel ependen maka digunakan tingkat signifikansi
sebesar 0.05. Jika nilai probabilitas F lebih besar dari 0.05, maka model
regresi tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen,
80
dengan kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen, dan sebaliknya (Ghozali,
2011:178)
b. Uji T
Pengujian hipotesis secara parsial, dapat diuji dengan
menggunakan rumus uji t. Pengujian t-statistik bertujuan untuk menguji
ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y). Uji t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,
2011:84).
Menurut Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk
menguji apakah hipotesis ini digunakan statistik t dengan kriteria
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0.05≤Sig), maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
2) Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0.05≥Sig), maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan.
81
Dalam penelitian ini, berarti uji t digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing variabel independen yang terdiri atas
tingkat pembiayaan bagi hasil dan jual beli yang dikeluarkan oleh bank
syariah terhadap profit expense ratio yang merupakan variabel
dependennya.
4. Adjusted (R2)
Koefisien determinasi (Adjust R2) pada intinya adalah mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan ariasi variabel
dependen. Nilai adjust R2 adalah diantara 0 dan 1. Jika nilai adjust R2
berkisar hampir 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel dependen, dan
sebaliknya jika nilai adjust R2 semakin mendekati 0 maka semakin lemah
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
(Ghozali, 2011:177).
Koefisien determinasi adjust R2 digunakan untuk mengukur seberapa
baik garis regresi sesuai dengan data akhirnya (goodness of it). Koefisien
determinasi ini mengukur presentase total variasi variabel dependen (Y)
yang dijelaskan oleh variabel independen didalam garis regresi (Widarjono,
2010:19)
Semakin angkanya mendekati 1 maka semakin baik garis regresi
karena mampu menjelaskan data aktualnya. Semakin mendekati angka nol,
maka mempunyai regresi yang kurang baik (Widarjono, 2016:26).
82
E. Definisi Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel
yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian
operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat
diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat
pengambilan data yang cocok dipergunakan.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah:
a. Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah ini merupakan variabel
terikat atau dependent (Y). Menurut Undang Undang Perbankan No. 21
tahun 2008 Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’
4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh dan
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa
83
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah
dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang secara bebas berpengaruh
terhadap variabel dependen, dalam penelitian ini variabel independen ada 4
yaitu:
a. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio merupakan variabel independen
pertama. Financing to deposit ratio adalah suatu pengukuran tradisional
yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain
yang digunakan dalam memenuhi permohonan pembiayaan
nasabahnya. Rasio ini menggambarkan sejauh mana simpanan
digunakan untuk pemberian pembiayaan (Julius, 2014:96). Skala yang
digunakan adalah skala rasio
a. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing merupakan variabel independen
kedua. Non performing financing merupakan salah satu indikator
tingkat kesehatan bank umum. Sebab tingginya non performing finance
menunjukkan ketidakmampuan bank umum dalam proses penilaian
sampai dengan pencairan kredit kepada debitur (Julius, 2014:164).
84
Nilai NPF ini merupakan jumlah dari pembiayaan kurang lancar
(substandar), diragukan (doubful), dan macet (loss) pada kualitas aktiva
produktif. Skala yang digunakan adalah skala rasio.
b. Suku Bunga
Suku bunga merupakan variabel independen ketiga. Suku bunga
adalah harga yang dibayarkan atas penggunaan kredit (Gup E. Benton,
1984). Suku bunga terbagi menjadi 2 ada suku bunga tetap dan suku
bunga mengambang. Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjama
tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit. Sedangkan suku bunga
mengambang adalah suku bunga yang berubah-rubah selama masa
kredit berlangsung dengan mengikuti suatu kurs terntentu. Skala yang
digunakan adalah skala rasio.
c. Bank Size
Ukuran Bank (Bank Size) merupakan variabel indepenen
keempat. Maksud dari variabel ini adalah rasio Bank Size diperoleh dari
logaritma natural total assets yang dimiliki bank yang bersangkutan
pada periode tertentu. (Ranjan dan Dahl, 2003)
Assets disebut juga aktiva. Menurut Sastradipura (2004:151), sisi
aktiva pada bank menunjukkan strategi dan kegiatan manajemen yang
berkaitan dengan tempat pengumpulan danameliputi kas, rekening pada
bank sentral, pinjaman jangka pendek dan jangka panjang, dan aktiva
tetap. Manajemen aktiva bank ialah manajemen yang berhubungan
dengan alokasi dana ke dalam kemungkinan investasi. Alokasi dana ke
85
dalam investasi perlu direncanakan, diorganisasi, diarahkan, dan
diawasi agar tujuannya dapat tecapai. Skala yang digunakan adalah
skala rasio.
86
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Bank Syariah di Indonesia
a. Bank Muamalat Syariah
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di
Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412 H.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah
Republik Indonesia.
Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada tahun
2011 tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
(MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di
Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile
banking, ATM, dan cash management.
Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan
izin sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang
tidak listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2009, Bank
mendapatkan izin untuk membuka kantor cabang di Kuala Lumpur,
Malaysia dan menjadi bank pertama di Indonesia serta satu-satunya
yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia. Hingga saat ini, Bank
87
telah memiliki 363 kantor layanan termasuk 1 (satu) kantor cabang di
Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan layanan yang
luas berupa 1.337 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM
Bersama dan ATM Prima, 103 Mobil Kas Keliling (mobile branch)
serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia
Electronic Payment (MEPS). Website Bank Muamalat
b. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999,
sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis
ekonomi dan moneter 1997-1998. Salah satu bank konvensional, PT
Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan
Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga
terkena dampak krisis. BSM berusaha keluar dari situasi tersebut dengan
melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang
investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Perubahan kegiatan usaha BSB
menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia
melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999.
88
Selanjutnya melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No.1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan
nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan
pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. Website Bank Syariah Mandiri.
c. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut Perseroan)
sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank
Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin, Tbk. proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap
sejak 2005 hingga 2008. Sampai dengan akhir Desember 2014
Perseroan memiliki jaringan kantor yaitu 1 (satu) Kantor Pusat dan
Operasional, 11 (sebelas) Kantor Cabang, 7 (tujuh) Kantor Cabang
Pembantu, 4 (empat) Kantor Kas, 1 (satu) unit mobil kas keliling, dan
76 (tujuh puluh enam) Kantor Layanan Syariah, serta 27 (dua puluh
tujuh) mesin ATM BSB dengan jaringan Prima dan ATM Bank
Bukopin. Website Bank Syariah Bukopin.
d. Bank BNI Syariah
Pada tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS)
BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan,
Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS Bank Negara Indonesia terus
89
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang
Pembantu. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan
akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada
tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank
Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak
terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan
produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor
Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil
Layanan Gerak dan 20 Payment Point. Website BNI Syariah.
e. Bank BRI Syariah
Pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRI Syariah secara
resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRI Syariah merubah kegiatan
usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian
diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
90
Aktivitas PT. Bank BRI Syariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditanda tangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRISyariah (proses spin off-) yang berlaku efektif pada tanggal
1 Januari 2009.
Saat ini PT. Bank BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga
terbesar berdasarkan aset PT. Bank BRI Syariah tumbuh dengan pesat
baik dari sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga.
Dengan berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRI
Syariah menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan
berbagai ragam produk dan layanan perbankan. Website BRI Syariah.
f. Bank BCA Syariah
Untuk memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka
berdasarkan akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009, PT. Bank
Central Asia mengakuisisi PT. Bank Utama Internasional Bank (Bank
UIB) yang menjadi BCA Syariah. BCA Syariah resmi beroperasi
sebagai Bank Umum Syariah pada tanggal 5 April 2010 berdasarkan
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.BGI/DpG/2010 tentang
Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
menjadi Bank Umum Syariah yang diterbitkan pada tanggal 2 maret
2010.
BCA Syariah mencanangkan untuk menjadi pelopor dalam
industri perbankan syariah Indonesia sebagai bank yang unggul dalam
91
bidang penyelesaian pembayaran, penghimpun dana, dan pembiayaan
bagi nasabah perseorangan, mikro, kecil dan menengah. Komitmen
penuh BCA sebagai perusahaan induk dan pemegang saham mayoritas
terwujud dari berbagai layanan yang bisa dimanfaatkan oleh nasabah
BCA Syariah pada jatingan cabang BCA yaitu setoran (pengiriman
uang) hingga tarik tunai di seluruh ATM dan mesin EDC (Electronic
Data Capture) milik BCA, semua tanpa dikenakan biaya.
Berdasarkan data per Agustus 2016, BCA Syariah memiliki 49
jaringan cabang yang terdiri dari 9 Kantor Cabang (KC), 2 Kantor
cabang Pembantu (KCP), 3 Kantor Cabang Pembantu Mikro Bina
Usaha Rakyat (BUR). Website BCA Syariah.
g. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum
yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri Keuangan
RI No.1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT Corpora (d/h Para
Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT
Para Rekan Investama pada 2001. Sejak awal, para pemegang saham
memang ingin mengonversi bank umum konvensional itu menjadi bank
umum syariah.
Keinginan tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia
mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi bank syariah melalui
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KEP.DpG/2004
menjadi PT Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004,
92
sesuai dengan Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
No.6/11/KEP.DpG/2004.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga
tahun kemudian, pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan
perubahan bentuk logo BSMI ke bentuk logo bank umum konvensional
yang menjadi sister company-nya, yakni PT Bank Mega, Tbk., tetapi
berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan sekarang,
melalui Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/75/KEP.GBI/DpG/2010,PT. Bank Syariah Mega Indonesia
berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah. Sejak 16 Oktober
2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa. Website Bank
Mega Syariah.
2. Sejarah Singkat Bank Syariah di Malaysia
a. Affin Islamic Banking
Affin Islamic Bank Berhad adalah subsidiari milik penuh Affin
Bank Berhad. Dengan ibu pejabatnya yang berpusat di Kuala Lumpur,
sejarah penubuhan Affin Islamic bermula pada tahun 1993 sebagai
Jabatan Perbankan Islam Affin Bank, pada 13 September 2005, Jabatan
Perbankan Islam Affin Bank telah diiktiraf sebagai entiti berasingan,
dan berkuatkuasa 1 April 2006, Affin Islamic bermula operasi sebagai
entiti perbankan Islam sepenuhnya dengan modal berkuasa dan modal
berbayar sebanyak RM1 bilion dan RM160 juta, masing-masing.
93
Selaras dengan Pelan Perancangan Kewangan Malaysia yang
berinspirasi untuk mengubah Malaysia sebagai pusat Perkhidmatan
Kewangan Islam antarabangsa, Affin Islamic akan terus melaksanakan
penyelidikan dan menghasilkan produk dan perkhidmatan kewangan
yang mampu bersaing dalam arena kewangan global. Pada bulan April
2008, Affin Islamic merupakan bank tempatan Islam pertama yang
membuat perjanjian ‘Musharakah’ dengan pemaju ternama di Pulau
Pinang. Pada bulan Mei 2008, Affin Islamic berjaya melancarkan kad
debit Islam “MasterCard” yang pertama di rantau Asia Pasifik. Website
Affin Islamic Banking
b. Al Rajhi Banking
Al-Rajhi Bank (dikenali sebagai Al Rajhi Banking and
Investment Corporation sehingga pertukaran nama pada 23 Februari
2006) adalah syarikat perbankan Islam terbesar di dunia, dan juga satu
pelabur utama dalam persada niaga Arab Saudi. Al Rajhi Bank telah di
lancarkan di Malaysia pada tahun 2007 oleh Dato' Seri Abdullah bin
Ahmad Badawi. Cawangan pertama dan juga merupakan cawangan
utama Al Rajhi Bank Malaysia terletak di Wisma Selangor Dredging,
Jalan Ampang Kuala Lumpur. Terdapat juga lebih 10 cawangan lain di
sekitar lembah kelang dan beberapa lagi di bandar-bandar utama seluruh
Malaysia antaranya di Kota Bharu, Johor Bahru, Kuching dan Pulau
Pinang. Selain boleh mempunyai akaun simpanan, antara kemudahan
yang di sediakan olah Al Rajhi Bank di Malaysia kepada pelanggan-
94
pelangan adalah seperti Pembiayaan Peribadi-i, Pembiayaan
Perumahan-i, Kad Debit, Charge Card dan juga Kad Al-Musafir untuk
memudahkan urusan kewangan semasa mengerjakan haji dan umrah
khususnya. Wikipedia Al-Rajhi Banking
c. Bank Islam Malaysia
Bank Islam yang ditubuhkan pada 1983 adalah institusi
berasaskan Syariah pertama di Malaysia. Sejak penubuhannya, ia
menjadi simbol perbankan Islam di Malaysia dan visinya untuk
menjadi “Pemimpin Global dalam perbankan Islam” menggambarkan
status Bank sebagai pemimpin dalam industri perkhidmatan kewangan
negara (“industri”).
Sepanjang tahun ini, Bank Islam telah memulakan beberapa
program perluasan dengan penglibatannya, antara lain, dalam urus
niaga penting Sukuk dan Mandat Korporat. Melalui rangkaian yang
berkembang pesat terdiri daripada 133 cawangan dan lebih daripada
1200 terminal layan diri di seluruh negara, Bank Islam menyediakan
senarai lengkap bagi lebih daripada 70 produk dan perkhidmatan
perbankan Islam yang inovatif dan canggih, setanding dengan khidmat
yang ditawarkan oleh bank konvensional lain.
Bermula dengan pembiayaan, simpanan dan produk pelaburan
tradisional khusus untuk pelanggan individu pada beberapa tahun awal
penubuhannya, rangkaian produk kewangan, perkhidmatan dan
penyelesaian perniagaan Bank Islam yang berasaskan Syariah telah
95
diperluas dengan begitu ketara bagi memenuhi keperluan kewangan
pelanggan yang sentiasa berubah daripada semua kategori, termasuk
yang berkaitan dengan produk pembiayaan mikro, pengurusan harta,
pasaran modal, produk perbendaharaan dan berstruktur. Website Bank
Islam Malaysia
d. Muamalat Malaysia
Bank Muamalat Malaysia Berhad adalah bank kedua yang
menawarkan perbankan Islam di bawah "Akta Perbankan Islam 1983"
di Malaysia, selepas Bank Islam.
Bank Muamalat memulai operasinya pada 1 Oktober 1999 dan
merupakan gabungan aset dan liabiliti bahagian perbankan Islam
daripada Bank Bumiputra Malaysia Berhad, Bank of Commerce (M)
Berhad dan BBMB Kewangan. Khazanah Nasional Berhad memegang
70% daripada saham syarikat, manakala 30% lagi dipegang oleh
Commerce Asset-Holdings Berhad.
Pada pertengahan agustus 2012, diketahui bahawa DRB Hicom
memegang 70% saham di dalam bank manakala Khazanah Nasional
Berhad memegang selebihnya dan Bank Affin dibenarkan oleh Bank
Negara Malaysia untuk berbincang dengan pemilik bank ini mengenai
penggabungan bank ini dengan Bank Affin. Wikipedia Bank Muamalat
Malaysia.
96
e. HSBC Amanah Malaysia Berhad
Kehadiran HSBC di Malaysia dimulai pada tahun 1884 ketika
Hongkong dan Shanghai Banking Corporation Limited mendirikan
cabang pertamanya di negara ini pada tahun 1884 di pulau Penang,
dengan hak istimewa untuk menerbitkan catatan mata uang. HSBC telah
menawarkan layanan keuangan syariah di Malaysia sejak tahun 1994.
HSBC mengenalkan perbankan syariah secara global pada tahun 1998.
Pada tahun 2004, merek HSBC Amanah diluncurkan secara global
dengan tujuan menjadikan HSBC penyedia layanan perbankan syariah
terkemuka di seluruh dunia.
Pada bulan November 2007, HSBC Bank Malaysia Berhad
adalah bank asing pertama yang didirikan di Malaysia untuk
mendapatkan lisensi dari Bank Negara Malaysia untuk mendirikan anak
perusahaan perbankan Islam. HSBC Amanah Malaysia Berhad, bank
Islam yang sepenuhnya dimiliki sepenuhnya oleh HSBC Bank Malaysia
dan anggota Grup HSBC, didirikan pada bulan Februari 2008 dan mulai
beroperasi pada bulan Agustus 2008.
HSBC Amanah Malaysia melengkapi solusi perbankan dan
pembiayaan HSBC Bank Malaysia yang komprehensif, tersedia bagi
semua pelanggannya, dengan menyediakan rangkaian lengkap produk
dan layanan Islami inovatif untuk pelanggan ritel dan korporat.
f. Hong Leong Islamic Bank
Hong Leong Islamic Bank Berhad (HLISB), adalah sebuah
subsidiari milik penuh Hong Leong Bank (HLB), yang menjadi
97
sebahagian daripada Hong Leong Financial Group. HLISB telah
dilancarkan secara rasmi sebagai subsidiari milik penuh HLB pada Julai
2005. Bank kini mengendali lapan buah cawangan bank Islam
sepenuhnya selain perkongsian rangkaian di lebih 270 cawangan HLB
dan lebih 1,400 terminal layan diri di seluruh negara. Bank
memanfaatkan rangkaian pengagihan yang kukuh ini dengan
menawarkan produk dan perkhidmatan perbankan islam sebagai pilihan
alternatif patuh Syariah berbanding perbankan konvensional.
g. RHB Islamic Bank Berhad
RHB Islamic Bank Berhad menyediakan berbagai produk dan
layanan perbankan syariah di Malaysia. Perusahaan beroperasi melalui
segmen corporate dan Investment Banking, Treasury, Business
Banking, dan Retail Banking. Ini menawarkan berbagai produk
simpanan, seperti tabungan dan giro, dan permintaan dan deposito
berjangka seperti rekening investasi spesifik dan umum: restrukturisasi
dan sindikasi, jangka waktu, revolving, hire purchase, house and shop
house, dan pembiayaan mobil Islami, dan kartu kredit.
Perusahaan juga menyediakan layanan remittance; jasa
konsultasi umum dan proyek. Dan pasar uang dan layanan perdagangan
sekuritas, serta menerbitkan sekuritas hutang pribadi. Ini melayani
individu, usaha kecil dan menengah, perusahaan publik dan entitas
terkait, perusahaan multinasional, lembaga keuangan, dan badan
pemerintah dan negara, serta individu dengan kekayaan bersih tinggi.
98
Perusahaan ini didirikan pada tahun 2005 dan berbasis di Kuala
Lumpur, Malaysia. RHB Islamic Bank Berhad merupakan anak
perusahaan RHB Bank Berhad. Website RHB Bank Berhad
h. Standart Chartered Saadiq Berhad
Standard Chartered Group dengan bangga meluncurkan
Standard Chartered Saadiq Berhad, anak perusahaan kami, pada tanggal
12 November 2008. Perbankan syariah adalah fenomena yang
berkembang pesat di pasar keuangan global karena menjawab seruan
membedakan Muslim yang mencari sistem perbankan yang sesuai
dengan ajaran agama mereka. Karena itu, sejumlah bank di seluruh
dunia menawarkan produk dan layanan yang sesuai dengan hukum
syariah.
Di Standard Chartered Saadiq Berhad ("Saadiq" yang berarti
"benar"), sebuah tim yang terdiri dari para profesional yang
berkualifikasi merancang dan menyusun produk dan layanan Standard
Chartered Saadiq kami untuk memastikan bahwa hal tersebut sesuai
dengan prinsip Syariah yang mengatur Perbankan dan Keuangan
Syariah. Selain itu, untuk memastikan kesesuaian semua produk dengan
prinsip Syariah, Bank Dunia memiliki Komite Penasihat Syariah
independen yang terdiri dari tim manajer profesional yang dipandu oleh
ilmuwan Syariah yang terhormat baik di dalam maupun di luar negeri.
Standard Chartered adalah bank internasional pertama di
Malaysia yang menawarkan produk-produk Perbankan Syariah pada
99
tahun 1992. Dengan tapak di lebih dari 70 negara, kami berkomitmen
untuk membawa solusi Islam kelas dunia untuk semua kebutuhan
finansial Anda. Website Standart Chartered Saadiq Berhad
B. Analisis Deskriptif
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
FDR NPF Suku
Bunga
Bank
Size
KPR
Mean 79.61286 1.740667 4.638667 30.88316 28.93297
Maximum 132.5400 7.110000 7.540000 33.08348 31.51125
Minimum 43.49000 0.010000 2.000000 27.49707 21.56154
Observation 105 105 105 105 105
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui nilai rata-rata dari variabel
FDR pada bank syariah di Indonesia dan Malaysia selama periode 2010-2016
adalah sebesar 79.61289%. Nilai maksimum variabel ini sebesar 132.5400%
terdapat pada Standart Chartered Saadiq Berhad tahun 2016. Nilai minimum
variabel FDR yaitu 43.49000% terdapat pada Bank Islam Malaysia pada tahun
2010. Variabel NPF menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebesar 1.740667%
pada bank syariah di Indonesia dan Malaysia selama periode 2010-2016. Nilai
maksimum pada variabel ini sebesar 7.110000% terdapat pada Bank Muamalat
Indonesia pada tahun 2015. Nilai minimum variabel NPF adalah 0.010000%
yang terdapat pada bank Affin Islamic Bank Malaysia pada tahun 2013.
100
Nilai rata-rata untuk variabel Suku Bunga dari bank syariah di
Indonesia dan Malaysia periode 2010-2016 adalah sebesar 4.638667%. Nilai
maksimum variabel ini terdapat pada suku bunga bank Indonesia pada tahun
2015 dengan jumlah sebesar 7.54%. Nilai minimum variabel ini sebesar 2%
terdapat pada suku bunga bank Malaysia pada tahun 2010.
Variabel Bank Size menunjukkan nilai rata-rata sebesar 30.88316%
dari bank syariah di Indonesia dan Malaysia periode tahun 2010-2016. Nilai
maksimum variabel Bank Size terdapat pada bank HSBC Amanah Malaysia
Berhad pada tahun 2016 dengan jumlah sebesar 33.083482%. Nilai minimum
variabel ini sebesar 27.49707% terdapat pada bank Bank BCA Syariah pada
tahun 2010.
Nilai rata-rata untuk variabel KPR dari bank syariah di Indonesia dan
Malaysia periode tahu 2010-2016 adalah sebesar 28.93297%. Nilai maksimum
variabel ini terdapat pada HSBC Amanah Malaysia Berhad pada tahun 2016
dengan jumlah sebesar 31.51125%. Nilai minimum variabel ini sebesar
21.56154% terdapat pada Bank BCA Syariah pada tahun 2016.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Estimasi Model Data Panel
a. Uji Chow
Menurut AgusTri (2014:56) chow test yakni pengujian untuk
menentukan model common effect atau fixed effect yang paling tepat
digunakan untuk mengestimasi data panel.
101
Tabel 4.2
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 14.862518 (14,86) 0.0000
Cross-section Chi-square 129.096283 14 0.0000
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai
Probabilitas (Prob.) untuk Cross-section F sebesar 0,0000 yang artinya
nilai ini berada di bawah nilai 0,05 (tingkat signifikansi atau alpha),
sehingga model yang paling cepat untuk penelitian ini adalah Fixed
Effect Model atau Random Effect Model yang terpilih menggunakan uji
Hausman.
b. Uji Hausman
Menurut AgusTri (2014:56) hausman test adalah pengujian
statistik untuk memilih apakah model fixed effect atau random effect
yang paling tepat untuk digunakan.
Tabel 4.3
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 9.433412 4 0.0511
102
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
probabilitas cross section random adalah 0,0511 atau > 0,05. Maka
model yang terpilih Random Effect Model, yang berarti penelitian ini
menggunakan model Random Effect Model.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut AgusTri (2004:53) uji normalitas ini digunakan untuk
mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak, untuk
menguji apakah ditribusi data normal atau tidak dapat digunakan dengan
membandingkan uji Jarque-Berra (uji J-B), jika probabilitas > 0,05
maka model dinyatakan normal.
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.0500 -0.0375 -0.0250 -0.0125 0.0000 0.0125 0.0250 0.0375
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2016
Observations 105
Mean 1.26e-18
Median 0.003133
Maximum 0.040490
Minimum -0.051389
Std. Dev. 0.018439
Skewness -0.384507
Kurtosis 2.749442
Jarque-Bera 2.861953
Probability 0.239075
Sumber: Hasil data diolah
103
Gambar 4.1
Tabel Chi Square
Berdasarkan grafik 4.1 dapat dilihat hasil dari pengujian
normalitas bahwa data dalam penelitian ini bersifat normal. Hal ini
dilihat berdasarkan nilai Jarque-Bera sebesar 2,861953 lebih kecil jika
dibandingkan dengan nilai Chi-square sebesar 9,48773 yang didapat
dari melihat jumlah variabel independennya.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Nachrowi (2006:95), multikolinearitas adalah hubungan
linear antarvariabel bebas nilai. Jika tidak ada korelasi antara kedua
variabel tersebut, maka koefisien pada regresi majemuk akan sama
dengan koefisien pada regresi sederhana.
Menurut Widarjono (2010:77), jika koefisien korelasi cukup
tinggi, yaitu diatas 0,85 maka kita dapat menduga bahwa terjadi
multikolinearitas dalam model. Sebaliknya, jika koefisien korelasi
kurang dari 0,85 maka diduga model tidak mengandung masalah
multikolinearitas.
104
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
FDR NPF SUKUBUNGA BANKSIZE FDR 1.000000 0.443151 0.597719 -0.330217
NPF 0.443151 1.000000 0.761610 -0.230159 SUKUBUNGA 0.597719 0.761610 1.000000 -0.549402
BANKSIZE -0.330217 -0.230159 -0.549402 1.000000
Sumber: Hasil Data Diolah
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa nilai korelasi
variable independen antara FDR dan NPF maupun sebaliknya sebesar
0,443151, antara FDR dan SUKUBUNGA maupun sebaliknya
0,597719, antara FDR dan BANKSIZE maupun sebaliknya -0,330217,
antara NPF dan SUKUBUNGA maupun sebaliknya 0,761610, antara
NPF dan BANKSIZE maupun sebaliknya -0.230159, antara
SUKUBUNGA dan BANKSIZE maupun sebaliknya -0,549402.
Terlihat dari tabel 4.4 diatas nilai korelasi variabel independen
yaitu Financing Deposit Ratio(FDR), Non Performing Financing(NPF),
Suku Bunga dan Bank Size tertinggi hanya mencapai 0,761610 yaitu
antara NPF dan SUKUBUNGA maupun sebaliknya. Karena nilai
0,761610 < 0,85 maka diputuskan tidak terdapat multikolinieritas
sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnta yaitu uji
Heteroskedastisitas.
c. Uji Heteroskedasitas
Uji asumsi heteroskedastisitas ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah bariasi residual absolut sama atau tidak sama untuk
105
semua pengamatan pada model regresi. Menurut Winarno (2015), untuk
mendeteksi apakah terjadi heteroskedatisitas dapat menggunakan uji
white dengan bantuan software eviews. Menggunakan residual kuadrat
sebagai variabel dependen, dan variabel independennya terdiri atas
kuadrat variabel independen yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat
variabel independen. Heteroskedastisitas dapat dilihat dari probabilitas
Obs*R-square, apabila probabilitas Obs*R-square uji white lebih kecil
dari 0,05 maka terdapat masalah heteroskedastisitas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.831094 Prob. F(14,89) 0.0459
Obs*R-squared 23.25699 Prob. Chi-Square(14) 0.0562 Scaled explained SS 44.60900 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa Obs*R2 adalah
23.25699 dan probabilitas dari chi-square sebesar 0.0562 yang lebih
besar dari nilai α = 5%, maka dalam hal ini Ho diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat Heteroskedatisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat hubungan antara
residual satu dengan observasi dengan residual observasi lainnya.
106
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.280695 Prob. F(2,97) 0.7559
Obs*R-squared 0.598440 Prob. Chi-Square(2) 0.7414
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan dari tabel 4.6 hasil uji autokorelasi dapat dilihat nilai
Prob-F sebesar 0.7559, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05
(tingkar signifikasi atau alpha) maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat masalah autokorelasi dalam penelitian ini.
3. Analisis Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah regresi
data panel. Metode ini dirasa tepat karena jenis data yang digunakan
merupakan data gabungan dari time series dan cross section (data panel).
Hasil pengujian regresi data panel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
107
Tabel 4.7
Tabel Analisis Regresi Data Panel
Dependent Variable: KPR
Method: Panel Least Squares
Date: 12/02/17 Time: 10:40
Sample: 2010 2016
Periods included: 7
Cross-sections included: 15
Total panel (balanced) observations: 105 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FDR 0.031298 0.022543 1.388339 0.1681
NPF 0.003469 0.003015 1.150455 0.2527
SUKUBUNGA -0.030453 0.013796 -2.207426 0.0296
BANKSIZE 1.298301 0.106957 12.13852 0.0000
C -1.180910 0.384782 -3.069039 0.0028 R-squared 0.704554 Mean dependent var 3.362907
Adjusted R-squared 0.692736 S.D. dependent var 0.065928
S.E. of regression 0.036545 Akaike info criterion -3.734109
Sum squared resid 0.133552 Schwarz criterion -3.607730
Log likelihood 201.0407 Hannan-Quinn criter. -3.682898
F-statistic 59.61790 Durbin-Watson stat 0.589391
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil data diolah
Berdasarkan model estimasi maka persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Y = 𝛽0 + 𝛽3 SUKUBUNGA +𝛽4 BANKSIZE + e
KPR = (-1,180910) + (-0,030453) + 1,298301 + e
Keterangan :
SUKUBUNGA = Suku bunga rata-rata periode 2010-2016
BANKSIZE = Aset sebuah bank periode 2010-2016
Penjelasan diatas menunjukkan bahwa variabel SUKUBUNGA dan
BANKSIZE berpengaruh terhadap KPR, hal ini berdasarkan pada nilai
108
probabilitas variabel SUKUBUNGA sebesar 0,0296 dan variabel
BANKSIZE sebesar 0,000 dimana kedua nilai < 0,05.
4. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat hasil perhitungan dari
uji F menunjukkan bahwa nilai probabilitas f-statistik sebesar 59.61790
dengan tingkat signifikasi 0,000000. Karena tingkat signifikasi kurang
dari 0,05. Maka dapat di tarik kesimpulan bahwa FDR, NPF,
SUKUBUNGA dan BANKSIZE secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh terhadap KPR pada Bank Umum Syariah Indonesia dan
Malaysia.
b. Uji T (Parsial)
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat nilai probabilitas masing-
masing variabel yang kemudian disimpulkan dalam tabel 4.7 hasil uji
statistik t, dapat diketahui bahwa variabel FDR dan NPF tidak
berpengaruh terhadap KPR, sedangkan variabel SUKUBUNGA dan
BANKSIZE berpengaruh terhadap KPR. Berikut ini penulis coba
menjelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel:
Hipotesis pertama mengenai variabel FDR, diketahui bahwa
nilai probabilitas variabel ini sebesar 0.1681 yang berarti variabel ini
tidak berpengaruh terhadap variabel independen KPR karena nilai
probabilitas nya > 0.05. Hipotesis kedua mengenai variabel NPF, nilai
probabilitas variabel ini adalah 0.2527 yang berarti tidak berpengaruh
109
terhadap variabel independen KPR karena nilai probabilitasnya > 0,05.
Hipotesis ketiga mengenai variabel SUKUBUNGA, dimana nilai
probabilitasnya < 0,05 yaitu sebesar 0,0296 sehingga variabel ini
berpengaruh terhadap variabel independen KPR. Hipotesis keempat
mengenai variabel BANKSIZE, dimana nilai probabilitasnya < 0,05
yaitu sebesar 0,0000 sehingga variabel ini berpengaruh terhadap
variabel independen PEMBIAYAANKPR
c. Koefisien Determinasi (Adjust R2)
Tabel 4.8
Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.704554 Mean dependent var 3.362907
Adjusted R-squared 0.692736 S.D. dependent var 0.065928
S.E. of regression 0.036545 Akaike info criterion -3.734109
Sum squared resid 0.133552 Schwarz criterion -3.607730
Log likelihood 201.0407 Hannan-Quinn criter. -3.682898
F-statistic 59.61790 Durbin-Watson stat 0.589391
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil data diolah
Dilihat pada tabel 4.8 menunjukkan nilai Adjust R Square
0.704554 atau disebut juga koefisien determinasi. Nilai Adjust R Square
ini menunjukkan bahwa 70% tingkat FDR, NPF, SUKUBUNGA, dan
BANKSIZE memberikan kontribusi terhadap pembiayaan KPR pada
perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia. Sedangkan 30% yang
memberikan kontribusi terhadap pembiayaan KPR yaitu dari variabel
lain yang tidak diteliti pada penelitian ini, seperti variabel ROA, CAR,
DPK dll.
110
D. Interpretasi Data
1. Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan KPR
Syariah
Sebagaimana hasil penelitian menggunakan aplikasi Eviews 8.
Diketahui bahwa variabel FDR tidak memiliki pengaruh terhadap variabel
pembiayaan KPR. Pernyataan ini dibuktikan dengan melihat tabel 4.7
dimana nilai probabilitas variabel ini adalah 0.1681 yang berarti variabel ini
tidak berpengaruh terhadap variabel independen karena lebih besar dari
tingkat signifikan 0,05.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Mustika (2011) dan Wahab (2014), mendapatkan hasil bahwa financing to
deposit ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pembiayaan
murabahah. Mustika menyatakan bahwa FDR tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah hal ini menunjukkan bahwa rendahnya efektifitas
fungsi intermediasi atau media penghubung Bank Syariah yang ditunjukan
dengan rendahnya FDR tidak mempengaruhi pembiayaan. Penelitian ini
juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wahab (2014) yang
menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh positif terhadap pembiayaan
mudharabah dan menolak penelitian yang dilakukan Meydianawathi (2007)
menerangkan bahwa FDR mempengaruhi penawaran kredit yang dilakukan
oleh pihak bank. Semakin tinggi nilai FDR pada suatu bank, maka pihak
bank akan menurunkan jumlah penawaran kredit yang dilakukan Bank
Syariah.
111
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
KPR Syariah
Variabel NPF tidak memiliki pengaruh terhadap pembiayaan KPR.
Hal ini dibuktikan dengan melihat tabel 4.7 menunjukkan bahwa nilai
probabilitas variabel ini adalah 0.2527. Nilai Probabilitas variabel NPF
dinyatakan tidak berpengaruh karena berada diatas tingkat signifikan 0,05.
Non Performing Financing (NPF) rasio yang menunjukkan bahwa
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan/kredit
bermasalah yang diberikan bank, NPF mencerminkan risiko
pembiayaan/kredit, semakin kecil NPF maka semakin kecil pula risiko
pembiayaan/kredit yang ditanggung pihak bank (Rimadhani, 2012:36).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Jamilah (2016), bahwa non performing financing tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan mudharabah. Nilai non performing financing yang
tinggi akan menyebabkan bank cenderung mengurangi jumlah pembiayaan
yang disalurkan. Karena non performing financing yang tinggi
menyebabkan bank akan lebih berhati-hati sehingga mengurangi alokasi
dana bank dalam penyaluran pembiayaan. Hasil penelitian ini mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Arianti dan Muharam (2011) memperoleh
hasil bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan, Podpiera dan
Weill (2008) memperoleh hasil dalam penelitian nya menyatakan bahwa
ada nya hubungan negatif antara kredit macet dengan pembiayaan yang
menyebabkan terjadi nya penurunan efisiensi biaya di masa depan, dan
112
menolak penelitian yang dilakukan oleh Semadiasri, dkk (2015) yang
memperoleh hasil bahwa NPL berpengaruh signifikan terhadap penyaluran
kredit kepemilikan rumah, dan Konstantakis dan Panayotis (2015)
menyatakan bahwa temuan empiris menunjukkan bahwa pembiayaan
memiliki dampak yang signifikan terhadap kredit bermasalah.
3. Pengaruh Suku Bunga terhadap Pembiayaan KPR Syariah
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa variabel Suku Bunga
memiliki pengaruh terhadap variabel pembiayaan KPR. Hal ini dibuktikan
dengan melihat tabel 4.7 yang menunjukkan nilai probabilitas variabel Suku
Bunga sebesar 0,0296 nilai probabilitas kurang dari tingkat signifikansi 0,05
sehingga dapat dipastikan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap
pembiayaan kpr syariah.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Oggy
dan Surya (2015) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif
terhadap penyaluran kredit. Suku bunga SBI tentunya berpengaruh terhadap
pembiayaan, Meskipun suku bunga pembiayaan masih berada pada kisaran
yang cukup tinggi, namun permintaan masyarakat akan pembiayaan KPR
Syariah juga tetap ada, selain itu suku bunga kredit atau pembiayaan yang
diberikan pada tiap-tiap nasabah tidak sama persis dengan suku bunga
kebijakan dari BI yang dijadikan acuan yaitu BI rate pada saat terjadi
kenaikan BI rate.
Hasil penelitian Pratama (2010) juga mendapatkan hasil berpengaruh
negatif, menyatakan bahwa peningkatan atau penurunan suku bunga selama
113
periode penelitian tidak mempengaruhi penyaluran kredit secara signifikan.
Semakin tinggi suku bunga akan mendorong peningkatan jumlah
pembiayaan yang disalurkan namun dalam tingkat yang tidak signifikan,
meskipun suku bunga kredit masih berada pada kisaran yang cukup tinggi,
namun permintaan masyarakat akan kredit juga tetap ada.
Hasil penelitian lain milik Ulyana, dkk (2016) dalam penelitian nya
menyatakan bahwa pembiayaan pemilikan rumah pada perbankan syariah
maupun konvensional dalam jangka panjang memberikan respon negatif
akan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga acuan akan mendorong
permintaan rumah baik untuk tujuan konsumsi (ditempati) maupun investasi
yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan akan pembiayaan
pemilikan rumah di kedua perbankan. Hal ini disebabkan perbankan masih
menjadi sumber utama pendanaan dalam transaksi pembelian rumah.
4. Pengaruh Bank Size terhadap Pembiayaan KPR Syariah
Variabel Bank Size memiliki pengaruh terhadap pembiyaan KPR.
Hal ini dibuktikan dengan melihar tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa nilai
probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0,0000
sedangkan tingkat signifikansi 0,05.
Ukuran perusahaan merupakan faktor yang menentukan bagimana
kebijakan keputusan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi besarnya
aset perusahaan. jika perusahaan semakin besar, maka semakin besar pula
dana yang akan dikeluarkan, baik itu dari kebijakan hutang atau modal
sendiri dalam mempertahankan atau mengembangkan perusahaan.
114
Perusahaan yang besar akan dengan mudah melakukan akses ke pasar
modal sehingga lebih cepat untuk memperoleh dana (Sugeng, 2005:112).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Elisa
Tjondro (2007) bahwa ukuran bank yang berpengaruh terhadap keputusan
pemberian kredit atau pembiayaan bank, hasil pengujian menunjukkan
variabel ukuran bank pembangunan daerah mempengaruhi terhadap
pemberian kredit suatu bank dan juga mendukung penelitian dari Adnan,
Ridwan dan Fildzah (2016) bahwa ukuran bank berpengaruh terhadap
penyaluran kredit pada perusahaan perbankan hal ini menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran bank maka semakin besar pula penyaluran kredit
bank tersebut. Bank yang memiliki ukuran yang besar berarti memiliki
potensi kekayaan atau dana yang besar pula, sehingga dapat meningkatkan
kredit yang disalurkan oleh bank, Miller dan Smith (2002) menunjukkan
bahwa dalam penelitian nya menguji pengaruh jenis layanan akuntansi,
firma akuntansi yang menyediakan layanan, struktur permodalan
peminjam, dan ukuran bank atas keputusan pemberian pinjaman. Hasil yang
didapat menyatakan bahwa ukuran pinjaman dan tingkat suku bunga
dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran bank yang memberikan
pinjaman.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian regresi data panel mengenai Financing to Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga, dan Bank Size
terhadap Pembiayaan KPR pada Perbankan Syariah yang telah dilakukan oleh
peneliti pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan dari
penelitian yang dilakukan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengujian secara bersama-sama (simultan) variabel
independen (FDR, NPF, Suku Bunga dan Bank Size) secara bersama-sama
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen pembiayaan KPR
pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-2016
2. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Financing to
Deposit Ratio tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel
pembiayaan KPR pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia
periode 2010-2016
3. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Non Performing
Financing tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel
pembiayaan KPR pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia
periode 2010-2016
4. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Suku Bunga
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap variabel pembiayaan KPR
pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-2016
116
5. Berdasarkan pengujian secara individu (parsial) variabel Bank Size
memiliki pengaruh secara signifkan terhadap variabel pembiayaan KPR
pada perbankan syariah di Indonesia dan Malaysia periode 2010-2016
B. Saran
Berkaitan dengan saran pada penelitian ini, peneliti menganalisis Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Suku Bunga, dan
Bank Size sebagai variabel independen dan Pembiayaan KPR sebagai variabel
dependen. Periode yang digunakan 2010-2016. Agar dapat memperoleh
gambaran yang lebih mendalam serta komprehensif maka penulis menyarankan
beberapa hal antara lain:
1. Bagi Bank Umum Syariah
a. Bank Umum Syariah harus meningkatkan penghimpunan total aset
bank, mengingat variabel ini mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap pertumbuhan dan penyaluran pembiayaan. Salah satu
cara untuk meningkatkan penghimpunan total aset perbankan adalah
dengan menghimpun dana dari pihak ketiga dan melakukan penyaluran
dana melalui kredit yang akan disalurkan.
b. Bank Umum Syariah hendaknya memperhatikan peningkatan dan
penurunan suku bunga yang di tetapkan Bank Central di Malaysia yaitu
Bank Negara Malaysia dan Bank Central di Indonesia yaitu Bank
Indonesia karena hal itu akan menjadi faktor yang mempengaruhi minat
masyarakat dalam mengajukan pembiayaan kpr di bank.
117
c. Bank Umum Syariah harus lebih selektif dalam penyaluran pembiayaan
dana yang akan diberikan untuk pembiayaan kpr syariah, agar dapat
meminimalisir terjadi nya pembiayaan beresiko yang dapat mengurangi
kualitas bank.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dalam
melakukan penelitian, di harapkan peneliti berikutnya untuk dapat lebih
dikembangkan.
b. Diharapkan dalam penelitian selanjutnya variabel yang digunakan akan
lebih banyak dan berpengaruhi pada objek penelitian.
c. Diharapkan penelitian yang selanjutnya akan membuat penelitian yang
lebih baik dan memperluas study kasus yang akan digunakan.
118
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin dan Francis Tantri. “Bank dan Lembaga Keuangan”, PT Raja
Grapindo Persada, Jakarta, 2014.
Adnan, Ridwan dan Fildzah. “Pengaruh Ukuran Bank, Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Penyaluran Kredit
Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015”, Jurnal Dinamika Akuntansi dan Bisnis. Vol 3, No.2.
2016.
Podpiera, and Weill, L., “Bad luck or bad management? Emerging banking market
experience”. Journal of Financial Stability, Vol 4, NO 2, 2008.
Ahmad, Abu Umar Faruq dan M. Kabir Hassan. “Riba and Islamic Banking”,
Journal of Islamic Economics, Banking and Finance.
Ahmed, Nassirudin. “Islamic Banking and its Mode of Investments”, Anthology of
Islamic Banking, Institute of Islamic Banking and Insurance, London,
2000.
Alam, Syed Shah. dkk “Is Religiosity an Important Factor in Influencing the
Intention to Undertake Islamic Home Financing in Klang Valley?”, World
Applied Sciences Journal, Vol.19. No.7., 2012
Algifari. “Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi”, BPFE, Yogyakarta, 2013.
Ali, Herny. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing
Financing, dan Tingkat Suku Bunga Kredit Terhadap Pembiayaan
Barbasis Bagi Hasil (Mudharabah) pada Perbankan Syariah Indonesia”.
The Journal of Tauhidinomics. Vol. 1, No.2. 2015.
Al-Misri, Abd al-Sami‘. “al-Tijarah fi al-Islam”, Qaherah Maktabah Wahbah,
1986.
Ansofino, dkk. “Buku Ajar Ekonometrika”, Deepublish bekerja sama dengan
STKIP PGRI Sumbe Press, Yogyakarta, dari http://books.google.co.id
diakses 17 November 2016.
Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani,
Jakarta, 2009.
Anwar, Arief Dermawa. “7 Jurus Sukses Pemburu Properti”, BIP Kelompok
Gramedia, Jakarta, 2017.
119
Apriyani. “Perbankan Syariah andalkan KPR Jadi Unggulan.”
(http://infobanknews.com Diakses pada tanggal 22 Juli 2017 pukul 20.15
WIB)
Arianti, W. N. P dan H. Muharam. “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF) dan
Return On Asset (ROA) terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah”,
Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Arifin, Zainul. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Alvabet, Jakarta, 2006.
Ascarya. “Comparing Islamic Banking Development in MALAYSIA and
INDONESIA: Lessons for Instruments Development”, Paper Directorate
of Monetary Management Bank Indonesia, 2006.
Ashari, Shahar. Temubual. Kuwait Finance House (Malaysia) Berhad (KFHMB),
2009.
Azni, Fadzila Ahmad. “Pembiayaan Perumahan Secara Islam, Antara Nilai
Komersial dan Tanggungjawab Sosial”, Utusan Publications &
Distributors, Kuala Lumpur, 2003.
Bank Indonesia, Undang-Undang No. 21 tahun 2008, diakses pada tanggal 21
agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Bank Indonesia, Undang-Undang No. 10 tahun 1998, diakses pada tanggal 21
agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP 2001, diakses pada
tanggal 23 agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP 2004, diakses pada
tanggal 23 agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/ 33/DPbS 2012, diakses pada
tanggal 24 agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Bank Indonesia, Survei Harga Properti Residential tahun 2016, diakses pada
tanggal 27 agustus 2017 dari: http://www.bi.go.id
Billah, Mohd Ma’Sum, “Investment Policies Under Shari’ah Principles” 2006
Choirudin, Ahmad dan Sugeng Praptoyo. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Bagi Hasil Mudharabah pada Bank Umum Syariah”, Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi. Vol 6. No 9. 2017.
120
Elisa, Tjondro. “Pengaruh Level of Assurance, Reputasi Kantor Akuntan
Publik,Struktur Modal Calon Debitur, dan Ukuran Bank Terhadap
Keputusan Pemberian Kredit Bank di Indonesia”, Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, 2007.
Trainer, Richard D.C. “Basics of Interest Rates” Federal Reserve Bank of New
York, New York, 1984.
Giannini, Nur Gilang. “Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah
pada Bank Umum Syariah”, Accounting Analysis Journal. No ISSN
2252-6765.2017, 2013.
Ghozali, Imam. “Teori Akuntansi Syariah”, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2007.
____________. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”,
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
____________. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program Dengan
Program IBM SPSS 19”, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2011.
Hanafi, Mamduh. “Analisis Laporan Keuangan”, UUP STIM YKPN, Yogyakarta,
2012
Haris, Helmy. “Pembiayaan Kepemilikan Rumah (Sebuah Inovasi Pembiayaan
Perbankan Syariah)”, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 1, No.1, 2017
Haryati, Sri. “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”, Jurnal Keuangan dan Perbankan,
2017
Haryanto, Sugeng. “Determinan Capital Buffer: Kajian Empirik Industri
Perbankan Nasional”. Modernisasi, Vol. 11, No 2. 2015.
Ibrahim, Johanes. “Bank Sebagai Lembaga Intermediasi dalam Hukum Positif”,
Penerbit CV. Utomo, Bandung, 2004.
Ibn Manzur. “Lisan al-‘Arab”, Qaherah: Dar al-Ma‘arif, 1990
Ikatan Bankir Indonesia. “Memahami Bisnis Bank Indonesia”, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2016.
Isaev, Mirolim dan Mansur Masih. “Macroeconomic and bank-specific
determinants of different categories of non-performing financing in
Islamic banks: Evidence from Malaysia” Paper No. 79719
121
Putra, I Gede Oggy Purtama dan Surya Dewi Rutariyuni. “Pengaruh DPK, Bi Rate,
dan NPL terhadap Penyaluran Kredit Modal Kerja pada BPR di Provinsi
Bali”. E-Jurnal EP Unud, Vol 4. No 5, 2015.
Iqbal, Muhammad. “Operasionalisasi Regresi Data Panel Dengan Eviews 8”,
Perbanas, 2015.
Jamilah. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah di Indonesia”, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
2016.
Kailani, Ahmad. “Tingkat Kepuasan KPR BTN Syariah dan BTN Konvensional
Terhadap Kualitas Layanan”. Al-Iqtishad, Vol. I, No. 2, 2009.
Karim, Adiwarman A. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Edisi Ketiga”.
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Karlina, Sandra. “Analisis Pengaruh Simpanan (DPK), Tingkat Bagi Hasil, dan
Non Performing Financing (NPF) Terhadap Pembiayaan pada
Perbankan Syariah”, Skripsi: Universitas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2015.
Kasmir. “Bank & Lembaga Keuangan Lainnya.” PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2008.
Kuncoro, Mudrajad dan Suharjono. “Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasinya”, BPFE, Yogyakarta, 2002.
Konstantinos, N. dkk “Non performing loans(NPLs)in acrisis economy: Long-run
equilibrium analysis with a real time VEC model for Greece”, Physica A-
451
Latumaerissa, Julius. “Manajemen Bank Umum”, Mitra Wacana Media, Surabaya,
2014.
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Muamalat di akses
tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.muamalatbank.com
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Syariah Mandiri
di akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.syariahmandiri.co.id
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Bukopin Syariah
di akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.syariahbukopin.co.id
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank BNI Syariah di
akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.bnisyariah.co.id
122
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank BRI Syariah di
akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.brisyariah.co.id
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank BCA Syariah di
akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.bcasyariah.co.id
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Mega Syariah di
akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.megasyariah.co.id
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Affin Islamic Banking
di akses tanggal 18 Agustus 2017, dari: http://www.affinislamic.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Al-Rajhi Banking di
akses tanggal 18 Agustus 2017, dari: http://www.alrajhibank.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Islam Malaysia di
akses tanggal 18 Agustus 2017, dari: http://www.bankislam.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Bank Muamalat
Malaysia di akses tanggal 18 Agustus 2017, dari:
http://www.muamalat.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) HSBC Amanah
Malaysia Berhad di akses tanggal 18 Agustus 2017, dari:
http://www.hsbcamanah.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Hong Leong Islamic
Bank di akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http:// www.hlisb.com.my
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) RHB Islamic Bank
Berhad di akses tanggal 12 Agustus 2017, dari: http://www.rhbgroup.com
Laporan Keuangan dan Laporan Tahunan (Annual Report) Standar Chartered
Saadiq Berhad di akses tanggal 12 Agustus 2017, dari:
http://www.sc.com/my
Meydianawathi, Luh Gede. “Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan
Kepada Sektor UMKM di Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi, Vol. 12
No. 2, 2007.
Mohamad, A. M. dan Mohd Zakhiri Md Nor. “The Development of Islamic Finance
in Malaysia” diakses 19 Feb 2016.
Miller, J.R., & Smith, L.M. “The Effects of The Level of Assurance, Accounting
Firm, Capital Structures, and Bank Size on Bank Lending Decisions”.
Journal of Accounting, Auditing & Finance, 2002.
123
al-Bashir M., Muhammad al-Amine. “Istisna‘ (Manufacturing Contract) in Islamic
Banking and Finance, Law and Practic”, Gombak: A.S. Nordeen, 2006.
Nachrowi. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis
Ekonomi dan Keuangan”, FEUI, Depok, 2006.
Nor Hijriah, Daud. “BIMB Cawangan Menara TM”, Jalan Pantai Baharu,
Temubual. Kuala Lumpur. 2009.
Odeduntan, A. K., dkk. “Financial Stability of Islamic Banks: Empirical
Evidence”, Journal of Islamic Banking and Finance, Vol. 4, No. 1, 2016.
Podpiera, and Weill, L., “Bad luck or bad management? Emerging banking market
experience”. Journal of Financial Stability, Vol 4, NO 2, 2008.
Pratama, Billy Arma. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan
Penyaluran Kredit Perbankan pada Bank Umum di Indonesia periode
2005-2009”. 2010.
Pratin dan Akhyar Adnan. “Analisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL,
Presentase Bagi Hasil dan Markup Keuntungan Terhadap Pembiayaan
pada Perbankan Syariah”. Sinergi. ISSN: 1410-9018, 2005.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyowati. “Metode Penelitian
Kuantitatif Untuk Administrasi Publik dan Masalah Penelitian”, Gava
Media, Yogyakarta, 2007.
Rama, Ali. “Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah di Asia
Tenggaran”. The Journal of Tauhidinomics. Vol. 1, No. 2, 2015.
Ranjan, Rajiv dan Sarat Chandra Dhal. “Non-Performing Loans and Terms of
Credit of Public Sector Banks in India: An Empirical Assessment”.
Reserve Bank of India Occasional Papers. Vol. 24. No.3, 2003.
Rimadhani, Mustika. “Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah Mandiri periode 2008-
2011”, Media Ekonomi, 2011.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”, Lembaga Penertbit
FEUI, Jakarta, 2006.
Rosmanita, Fenny, dan AM Hasan Ali, Sukrianto. “Sharia Banking Business
Operation”, CCIT- FTUI, Depok, 2011.
Sastradipura, Komarrudin. “Strategi Management Bisnis Perbankan”, Kappa –
Sigma, Bandung, 2004
124
Semadiasri, Ketut, dkk. “Analisis Pengarug CAR, NPL, dan Tingkat Inflasi
terhadap Penyaluran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) (Studi Pada BPD
Bali Periode 2011-2013)”, e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha. Vol. 3. No. 1. 2015.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Kelima”, FEUI, Depok.
2005.
Sinungan, M. “Manajemen Dana Bank. Edisi Kedua”, PT. Bumi Aksara, Jakarta,
2000.
Siswantoro, Dodik. “The Awareness, Preference And Distinctiveness of Islamic
Home Financing Type in Indonesia”, Buletin Studi Ekonomi, Vol 17, No.
2, 2012.
Sugiyono. “Metode Penelitian Manajemen”, Penerbit Alfabeta, Bandung, 2016.
Taufik Rachman. “Margin Tetap Menjadi Daya Tarik Utama KPR Syariah”.
(http://www.republika.co.id Diakses pada tanggal 12 Juli 2017 Pukul
21.40 WIB)
Thani, Norzrul N. “Legal Aspects of Malaysian Islamic Financial System Kuala
Lumpur: Sweet and Maxwell Asia, Malaysia, 2000.
Tri Basuki, Agus. “Regresi Model PAM, ECM dan Data Panel Dengan Eviews 7”,
Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2014.
Tri Kumala Sari, Rika. “Analisis Pengarus Struktur Aktiva dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Stuktur Modal”, Bandung, 2012.
Ulyana, Christine, dkk “Harga Properti Residential & Pembiayaan Pemilikan
Rumah Perbankan Syariah dan Konvensional”. Jurnal Al-Muzara’ah.
Vol. 4. No. 2. 2016.
Ummah, Fathya Kaira, dan Edy Suprapto. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas pada Bank Muamalat Indonesia”, Jurnal Ekonomi dan
Perbankan Syariah. 2015.
Wahab. “Analisis Pengaruh FDR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, Kualitas Jasa, dan
Atribut Produk Islam Terhadap Tingkat Pembiayaan Mudharabah pada
Bank Umum Syariah di Semarang”, Jurnal Economica. 2014.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya” .Edisi Ketiga,
Ekonisia, Yogyakarta. 2009.
______________. “Analisis Statistik Multivariat Terapan”, Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta. 2010.
125
Widiyanto, Edo dan Lucia Ari Diyani. “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI
Terhadap Pembiayaan Mudharabah” Kalbisocio, Vol. 2. No 1. 2015.
Wilson, Rodney. “Islamic Financial Instrument”, Arab Law Quarterly, Vol.6.
no.2. 1991
Winarno, Wing Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistik Dengan Eviews”,
UPP STIM YKPN. 2015.
Wiyono, Slamet dan Taufan Mauloamin. “Memahami Akuntansi Syariah di
Indonesia”, Mitra Wacana Media, Jakarta. 2013.
Yusof, R. M. dan F. H. Usman. “Islamic Home Financing and The Real Sectors in
Malaysia: An Ardk Bound Testing Approach ti Coinntegration”,
International Journal of Economics, Management and Accounting 23, No.
1, 2015
126
LAMPIRAN
A. Data Variabel Dependen dan Independen
Nama Bank Tahun Y_KPR X1_fdr X2_npf X3_birate X4_banksize
Bank Muamalat
2010 26.2801 91.52 4.32 6.5 30.694449
2011 26.8443 76.76 2.6 6.58 31.11163
2012 27.615 94.15 2.09 5.77 31.434443
2013 28.5865 99.99 4.69 6.47 31.632776
2014 29.808 84.14 6.55 7.54 31.765262
2015 30.2843 90.3 7.11 7.52 31.677096
2016 29.9455 95.13 3.83 6 31.652551
Bank Syariah
Mandiri
2010 27.805 82.54 3.53 6.5 31.111703
2011 28.3918 86.03 2.42 6.58 31.516124
2012 29.0681 94.4 2.82 5.77 31.624244
2013 29.5872 89.37 4.32 6.47 31.789363
2014 29.6306 82.13 6.84 7.54 31.834854
2015 27.3361 81.99 6.06 7.52 31.884784
2016 27.5331 79.19 4.92 6 31.998337
Bank Mega
Syariah
2010 26.8689 78.17 3.52 6.5 29.165246
2011 26.8842 83.08 3.03 6.58 29.347457
2012 28.4597 88.88 2.67 5.77 29.730715
2013 28.9345 93.37 2.98 6.47 29.841684
2014 28.5459 93.61 3.89 7.54 29.582982
2015 28.5563 98.49 4.26 7.52 29.346587
2016 28.3543 95.24 3.3 6 29.445071
Bank Syariah
Bukopin
2010 25.9709 99.15 3.81 6.5 28.416726
2011 26.6335 83.54 1.74 6.58 28.635333
2012 27.3527 91.98 4.59 5.77 28.916419
2013 27.8476 100.29 4.27 6.47 29.099602
2014 28.4248 92.89 4.07 7.54 29.272058
2015 28.4214 90.56 2.99 7.52 29.39355
2016 28.4418 88.18 3.17 6 29.579727
Bank BNI Syariah
2010 28.1354 68.92 3.59 6.5 29.486526
2011 28.4984 78.6 3.62 6.58 29.767184
2012 28.9065 84.99 2.02 5.77 29.996141
2013 29.32 97.86 1.86 6.47 30.319447
2014 29.6209 92.86 1.86 7.54 30.601031
2015 29.8316 91.94 2.53 7.52 30.767283
2016 29.8652 84.57 2.94 6 30.974384
2010 27.5865 95.82 3.19 6.5 29.556202
127
Bank BRI Syariah 2011 27.7354 90.55 2.77 6.58 30.047008
2012 27.9746 100.96 3 5.77 30.276409
2013 28.3192 102.7 4.06 6.47 30.487544
2014 28.4743 93.9 4.6 7.54 30.643661
2015 28.516 84.16 4.86 7.52 30.818623
2016 28.3965 81.42 4.57 6 30.951991
Bank BCA
Syariah
2010 22.9359 77.9 1.2 6.5 27.497068
2011 23.6875 78.8 0.15 6.58 27.82749
2012 21.5615 79.9 0.1 5.77 28.102387
2013 23.7325 83.5 0.1 6.47 28.344666
2014 26.2373 91.2 0.1 7.54 28.727781
2015 26.2373 91.4 0.7 7.52 29.1011
2016 26.0683 90.1 0.5 6 29.23958
Affin Islamic
Banking
2010 28.8351 71.09 0.09 2 30.804143
2011 29.0226 45.2 0.25 2.7 31.135967
2012 29.1964 47.26 0.3 3 31.243276
2013 29.321 80.56 0.01 3 31.293782
2014 29.3885 60.12 0.05 3 31.325067
2015 29.5231 74.36 0.09 3.3 31.375771
2016 29.8329 101.17 0.03 3.3 31.508585
Al Rajhi Banking
2010 27.6131 78.94 1.44 2 30.559558
2011 27.9732 69.54 1.08 2.7 30.598099
2012 28.4588 47.26 1.27 3 30.708039
2013 28.8732 79.97 0.43 3 30.691862
2014 28.9483 76.33 0.39 3 30.765517
2015 28.9506 80.14 0.22 3.3 30.771613
2016 28.9156 82.46 0.09 3.3 30.909999
Bank Islam
Malaysia
2010 30.1468 43.49 1.75 2 32.196218
2011 30.263 49.28 0.31 2.7 32.255744
2012 30.429 58.33 0.34 3 32.405983
2013 30.6852 61.18 0.06 3 32.540346
2014 30.9958 71.45 0.2 3 32.607878
2015 31.2291 78.67 0.2 3.3 32.690309
2016 31.4253 85.23 0.24 3.3 32.802517
Muamalat
Malaysia
2010 30.322 49.8 0.4 2 31.548329
2011 30.5513 54.21 0.45 2.7 31.634089
2012 30.6501 49.59 0.13 3 31.713862
2013 31.1191 66.71 0.1 3 31.741237
2014 31.341 65.67 0.4 3 31.88375
2015 31.443 71.21 0.27 3.3 31.904324
2016 31.4601 75.98 0.51 3.3 31.902536
128
HSBC Amanah
Malaysia Berhad
2010 28.0068 79.02 1.53 2 30.693036
2011 29.0238 81.88 1.65 2.7 31.105086
2012 29.5231 81.55 1.67 3 31.27997
2013 29.7613 72.76 0.74 3 31.461535
2014 30.2201 77.96 0.65 3 31.579131
2015 30.2311 88.35 0.69 3.3 31.744609
2016 31.5113 59.93 0.09 3.3 33.083482
Hong Leong
Islamic Bank
2010 30.5536 53.93 0.31 2 31.14410407
2011 30.3198 62.89 0.16 2.7 31.82316704
2012 30.612 72.91 0.07 3 31.78027578
2013 30.7406 73.9 0.03 3 31.84783119
2014 30.7929 75.07 0.17 3 31.90262694
2015 30.9254 80.23 0.11 3.3 31.96096485
2016 31.1618 84.34 0.09 3.3 32.05421986
RHB Islamic
Bank Berhad
2010 29.6453 72.53 0.77 2 31.35646913
2011 29.7898 61.12 0.45 2.7 31.90273564
2012 30.0275 73.11 0.44 3 32.02592473
2013 30.2993 72.41 0.17 3 32.15476099
2014 30.616 79.52 0.09 3 32.36962971
2015 30.8119 92.94 0.18 3.3 32.56888726
2016 30.9865 94.4 0.21 3.3 32.65658312
Standard
Chartered Saadiq
Berhad
2010 28.6023 68.6 0.43 2 30.186986
2011 28.7198 55.21 0.2 2.7 30.571805
2012 28.8777 62.7 0.78 3 30.774915
2013 29.4975 69.46 0.49 3 30.887188
2014 29.877 82.81 0.2 3 31.053955
2015 29.9574 74.96 0.12 3.3 31.210162
2016 29.904 132.54 0.47 3.3 30.998737
B. Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 14.862518 (14,86) 0.0000
Cross-section Chi-square 129.096283 14 0.0000
129
C. Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. Cross-section random 9.433412 4 0.0511
D. Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
-0.0500 -0.0375 -0.0250 -0.0125 0.0000 0.0125 0.0250 0.0375
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2016
Observations 105
Mean 1.26e-18
Median 0.003133
Maximum 0.040490
Minimum -0.051389
Std. Dev. 0.018439
Skewness -0.384507
Kurtosis 2.749442
Jarque-Bera 2.861953
Probability 0.239075
E. Hasil Uji Multikolinearitas
FDR NPF SUKUBUNGA BANKSIZE FDR 1.000000 0.443151 0.597719 -0.330217
NPF 0.443151 1.000000 0.761610 -0.230159 SUKUBUNGA 0.597719 0.761610 1.000000 -0.549402
BANKSIZE -0.330217 -0.230159 -0.549402 1.000000
F. Hasil Uji Heteroskedasitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.831094 Prob. F(14,89) 0.0459
Obs*R-squared 23.25699 Prob. Chi-Square(14) 0.0562 Scaled explained SS 44.60900 Prob. Chi-Square(14) 0.0000
130
G. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.280695 Prob. F(2,97) 0.7559
Obs*R-squared 0.598440 Prob. Chi-Square(2) 0.7414
H. Hasil Uji Regresi Data Panel
Dependent Variable: KPR
Method: Panel Least Squares
Date: 12/02/17 Time: 10:40
Sample: 2010 2016
Periods included: 7
Cross-sections included: 15
Total panel (balanced) observations: 105 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FDR 0.031298 0.022543 1.388339 0.1681
NPF 0.003469 0.003015 1.150455 0.2527
SUKUBUNGA -0.030453 0.013796 -2.207426 0.0296
BANKSIZE 1.298301 0.106957 12.13852 0.0000
C -1.180910 0.384782 -3.069039 0.0028 R-squared 0.704554 Mean dependent var 3.362907
Adjusted R-squared 0.692736 S.D. dependent var 0.065928
S.E. of regression 0.036545 Akaike info criterion -3.734109
Sum squared resid 0.133552 Schwarz criterion -3.607730
Log likelihood 201.0407 Hannan-Quinn criter. -3.682898
F-statistic 59.61790 Durbin-Watson stat 0.589391
Prob(F-statistic) 0.000000
I. Hasil Uji Adjust R2
R-squared 0.704554 Mean dependent var 3.362907
Adjusted R-squared 0.692736 S.D. dependent var 0.065928
S.E. of regression 0.036545 Akaike info criterion -3.734109
Sum squared resid 0.133552 Schwarz criterion -3.607730
Log likelihood 201.0407 Hannan-Quinn criter. -3.682898
F-statistic 59.61790 Durbin-Watson stat 0.589391
Prob(F-statistic) 0.000000
131