pengaruh financing to deposit ratio (fdr), non performing...
TRANSCRIPT
Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Finance (NPF),
Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BOPO Terhadap Return On Asset (ROA)
Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode 2010-
September 2017
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
R. Rizny Anindya Reswanty
1113085000072
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019M/1440H
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. INFORMASI HIDUP
Nama : R. Rizny Anindya Reswanty
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Oktober 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl. Nasabah 1 Rt 3/Rw 3 Komplek BI No. 46,
Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang,
Kota Tangerang Selatan,Provinsi Banten
15415
Telepon : 085946318583
Email : [email protected]
B. PENDIDIKAN FORMAL
MI Pembangunan UIN Jakarta : Tahun 2000-2006
MTs Pembangunan UIN Jakarta : Tahun 2006-2009
MA Pembangunan UIN Jakarta : Tahun 2009-2013
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Tahun 2013-2018
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Musikalisasi Puisi MA Pembangunan UIN Jakarta Periode 2010-
2013.
2. Anggota Divisi Kesekretariatan FEB CUP Periode 2013.
3. Koordinator Divisi Kesekretariatan LK HMI Kafeis Periode 2015.
4. Wakil Bendahara Umum Kohati HMI Kafeis Periode 2016-2017.
vii
D. KEAHLIAN
1. Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel, dan Power Point).
2. Mampu bekerja secara tim maupun individu.
viii
ABSTRACT
This study analyzes the influence Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Costs and
Operating Income Against Return On Assets (ROA) BPRS in Indonesia Period from
2010-September 2017. The data used in this study is. Sampling technique used in this
research is purposive sampling. The method of analysis used in this study is Multiple
Regression Analysis using the computer program Eviews Software version 9 and
Microsoft Excel 2013.
The results in this study show that Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), and BOPO simultaneously
have a significant effect on Return On Asset (ROA). Financing to Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Financing (NPF) partially do not have a significant effect on Return
On Aset (ROA).
Keyword: Return On Asset (ROA), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Operational Costs and Operating Income (BOPO).
ix
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis pengaruh Financing Deposit To Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia periode 2010-September 2017. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil secara bulanan.
Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi
Berganda dengan menggunakan program komputer Eviews (Software) versi 9 dan
Microsoft Excel 2013.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah Financing to Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
BOPO secara silmultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA),
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan Jumlah Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
BOPO secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset
(ROA). Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Finance (NPF) secara
parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Kata Kunci: Return On Asset (ROA), Financing To Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO).
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua
karena hanya dengan ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Finance
(NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BOPO Terhadap Return On Asset
(ROA) Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Periode
2010-September 2017”. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selesainya skripsi ini tentu dengan dukungan, bimbinagan dan bantuan serta semangat
dan doa dari semua orang disekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
Oleh karenanya izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Diat dan Ibu Tini yang selalu memberikan
do’a, kasih sayang, motivasi, nasehat yang tiada henti nya. Serta Kakakku
Rizky dan Sarah, adikku Iki dan juga keponakan-keponakanku Zidane dan
Sheva yang selalu memberikan keceriaan di saat mengerjakan skripsi ini.
2. Dr. Arief Mufraini, Lc., Si. Selaku Dekan FEB, Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si.,
CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Dr. Ade Sofyan
Mulazid, S. Ag., M.H selaku Wakil Dekan II. Bid. Administrasi Umum dan
Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil Dekan III Bid.
Kemahasiswaan.
xi
3. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Sekertaris Jurusan
Perbankan Syariah.
4. Ibu Erika Amelia S.E., M.Si selaku Pembimbing Akademik
5. Bapak Nurul Ichsan Hasan,MA selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu atas ilmu, diskusi, saran, arahan, nasehat yang sangat
berharga selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini hingga akhir.
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada
penulis selama menempuh masa studi.
7. Sahabat-sahabat perjuangan ku Destri, Agnes, Shofi, Ajeng, Rehan, Nabila,
Nanda, Isty, Idil, Fia, dan Silvia.
8. Shafar Kresna pria yang selalu menemani dan direpotkan yang selalu
membantu dan memberi dukungan.
9. Sahabat-sahabat yang selalu setia menemani dan selalu membuat kecerian
dan kebahagiaan Ralenta, Kemal, Irvan, Dzul, Izzu, Intan, Rea, Zhafira, dan
Fidel.
10. Sahabat-sahabat MP ku Eza, Nabilah, Jehan, Sarah, Icha, Ami, Dyah,
Manda, Hanana, Vito, Viki, Iman, Arif. Dan juga para sesepuh musikalisasi
puisi Nurul, Mario, Jerash, Ari, Sabil, dan Maul.
11. Sepupu-sepupuku dari keluarga mamah.
12. Teman-teman KKN FRAME Sufi, Faizah, Didi, Yulia, Musa, Hafiz, Ivan,
Ilham, Aziz, dan Redi, terimakasih atas kenangan selama mangabdi di Desa
Prayoga, Kabupaten Bogor.
13. Kepada teman-teman PSY 13 terimakasih banyak atas bantuannya dan
kenangannya selama berada di UIN Syarif Hidayahtullah.
xii
14. Teman-teman serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu atas semua bantuannya selama proses pengerjaan skripsi ini berjalan
hingga akhirnya dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan
saran yang membangun untuk pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH..................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. vi
ABSTRACT .......................................................................................................... viii
ABSTRAK .............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................................15
C. Rumusan Masalah ..........................................................................................16
D. Tujuan Penelitian ...........................................................................................16
E. Manfaat Penelitian .........................................................................................17
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................19
A. Pengertian Kinerja Keuangan..........................................................................19
1. Kinerja Keuangan Pada BPRS ....................................................................19
a) Return On Asset (ROA) ..................................................................21
b) Financing Deposit To Ratio (FDR) .................................................22
c) Non Performing Financing (NPF) ...................................................23
d) Capital Adequacy Ratio (CAR) ......................................................25
e) Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ........26
2. BPRS di Indonesia ......................................................................................27
3. Hambatan Perkembangan dan Strategi BPRS di Indonesia ..........................29
xii
B. Penelitian Terdahulu .......................................................................................30
C. Keterkaitan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ............................34
1. Pengaruh Financing To Deposit Ratio terhadap Return On Asset ..............34
2. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return On Asset ...............35
3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset ....................36
4. Pengaruh BOPO terhadap Return On Asset ...............................................37
5. Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF), Capital Adequacy Ratio(CAR), BOPO terhadap Return On Asset .38
D. Kerangka Pemikiran .......................................................................................40
BAB III Metodologi Penelitian ................................................................................42
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................42
B. Populasi dan Penentuan Sampel ...................................................................43
C. Metode Pengumpulan Data ...........................................................................44
D. Metode Analisis Data ...................................................................................46
1. Uji Stasioneritas .....................................................................................47
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................48
a) Uji Normalitas ............................................................................48
b) Uji Multikolinieritas ....................................................................49
c) Uji Heterokedastisitas .................................................................50
d) Uji Autokorelasi ..........................................................................50
3. Uji Statistik ............................................................................................51
a) Uji Signifikasi Simultan (uji-F) ..................................................51
b) Uji Signifikasi Parameter Individual (Uji-t) ................................52
c) Uji Koefisien Determinasi (R2) ..................................................52
4. Analisis Regresi Linier Berganda............................................................53
E. Operasional Variabel Penelitian....................................................................54
1. Variabel Dependen (Y) ..........................................................................54
2. Variabel Independen (X) ........................................................................55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................................59
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................59
1. Return On Asset (ROA) .........................................................................66
2. Financing Deposit To Ratio (FDR) ........................................................67
3. Non Performing Financing (NPF) ..........................................................70
4. Capital Adequacy Ratio (CAR) ..............................................................72
5. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) .......................74
xiii
B. Analisis dan Pembahasan .............................................................................76
1. Uji Stasioner ...........................................................................................76
2. Uji Asumsi Klasik ..................................................................................78
3. Uji Statistik ............................................................................................84
4. Persamaan Model Regresi.......................................................................90
5. Interpretasi .............................................................................................92
BAB V PENUTUP ..................................................................................................97
A. Kesimpulan ..................................................................................................97
B. Saran ............................................................................................................98
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................99
LAMPIRAN .......................................................................................................... 102
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Bank Syariah Berdasarkan Jumlah Bank ............................ 3
Tabel 1.2 Komposisi Rasio Return on Asset (ROA) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017 .................................................................................. 5
Tabel 1.3 Komposisi Rasio Asset (FDR) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017 .................................................................................. 6
Tabel 1.4 Komposisi Rasio Non Performing Financing (NPF) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017 .................................................................................. 7
Tabel 1.5 Komposisi Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017 .................................................................................. 9
Tabel 1.6 Komposisi Rasio BOPO Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017 ................................................................................ 10
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 30
Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 41
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel Penelitian .................................................... 44
Tabel 3.2 Ringkasan Definisi dan Rumus Variabel .................................................. 57
Tabel 4.1 Daftar Nama BPRS ……………………………………………………….60
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel ROA ......................................................................... 66
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel FDR .......................................................................... 68
Tabel 4.4 Deskripsi Variabel NPF ........................................................................... 70
Tabel 4. 5 Deskripsi Variabel CAR ......................................................................... 72
Tabel 4.6 Deskripsi Variabel BOPO ........................................................................ 74
Tabel 4.7 Stasioner ADF Tingkat Level .................................................................. 76
Tabel 4.8 Stasioner ADF Tingkat 1st Difference ..................................................... 77
Tabel 4.9 Stasioner ADF Tingkat 2st Difference ..................................................... 78
Tabel 4.10 Hasil Uji Multikolinearitas .................................................................... 80
Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................................. 82
Tabel 4.12 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................... 83
Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Durbin-Watson ........................ 83
Tabel 4.14 Hasil Uji-t............................................................................................. 85
Tabel 4.15 Hasil Uji-F ........................................................................................... 88
xv
Tabel 4.16 Hasil Koefisien Determinasi .................................................................. 89
Tabel 4.17 Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS) ............................ 90
1
BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam
memajukan perekonomian suatu Negara sangatlah besar. Hampir semua sector
yang berhubungan dengan berbagai kegiatan keuangan selalu membutuhkan
jasa bank. Oleh karena itu saat ini dan di masa yang akan datang kita tidak akan
dapat lepas dengan dunia perbankan dan perekonomian, jika hendak
menjalankan aktivitas keuangan, baik perorangan maupun lembaga, baik sosial
ataupun perusahaan (Fivi Fariha, 2016).
Di dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
disebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain dalam menjalankan
aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga intermediasi (financial intermediary)
yaitu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara pihak yang kelebihan
dana dengan pihak yang kekurangan dana (Dhian Dayinta, 2012).
2
Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Indonesia No. 21
Tahun 2008, disebutkan bahwa bank terdiri atas dua jenis, yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional yang terdiri atas Bank
Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Adapun bank syariah
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah
yang terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Bank Umum Syariah kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Sementara itu, BPRS adalah bank syariah yang
melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan jasa lalu lintas dalam
pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 tersebut,
disebutkan bahwa bank konvensional yang hendak melaksanakan usaha syariah
harus membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) yang khusus beroperasi
menggunakan sistem syariah (Rizal Yaya, dkk, 2009).
Berikut ini adalah data perkembangan BPRS berdasarkan jumlah bank:
3
Tabel 1.1
Perkembangan BPRS Berdasarkan Jumlah Bank
Indikasi Bank Umum
Syariah (BUS)
Unit Usaha
Syariah (UUS)
Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS)
2010 11 23 150
2011 11 24 155
2012 11 24 158
2013 11 23 163
2014 12 22 163
2015 12 22 163
2016 13 21 166
2017 13 21 167
Sumber: ojk.go.id
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa perkembangan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) cenderung lebih cepat mengalami peningkatan
dibandingkan dengan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS). Dari pertumbuhan BPRS yang cukup pesat tersebut membuat
persaingan antar BPRS semakin ketat sehingga BPRS mudah dalam
memberikan pembiayaan.
BPRS di Indonesia dari tahun-ketahun mengalami pertumbuhan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah per September 2017 , saat ini
menunjukkan ada 167 Bank dengan jumlah kantor 444, Sedangkan per Januari
2010, ada 150 Bank dengan jumlah kantor 286. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa, secara umum dari tahun 2010 sampai 2017 BPRS di Indonesia
mengalami pertumbuhan. Akan tetapi profitabilitas yang diperoleh BPRS dari
tahun ketahun selalu mengalami fluktuasi, terlebih pada tahun 2015 merupakan
4
titik terendah dalam pencapaian Return on Asset (ROA) BPRS di Indonesia
sebelum mulai merangkak naik kembali pada tahun 2016, walaupun pada tahun
2010 sampai 2012 mengalami penurunan (ojk.go.id, 2017).
Di Indonesia sendiri mengalami perkembangan yang cukup baik, dari
sampai pada saat ini. Menurut data Bank Indonesia pada tahun 2010 ke tahun
2011 jumlah BPRS adalah 155, dari tahun 2011 ke tahun 2012 jumlah BPRS
158, dari tahun 2013 ke tahun 2015 jumlah BPRS tetap sama yaitu 163, dan
dari tahun 2016 ke tahun 2017 jumlah BPRS adalah 167.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu bentuk
perbankan syariah yang berperan sebagai lembaga intermediasi yang setiap
kegiatannya berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. BPRS lebih
mengutamakan untuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil,dan
menengah, serta BPRS beroperasi pada daerah pedesaan/kabupatendimana
pada daerah tersebut masih banyak masyarakat yang membutuhkan
pembiayaan, sehingga dapat dikatakan bahwa BPRS dapat memberikan
pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas kepada masyarakat
(www.bi.go.id, 2013).
BPRS adalah bank yang beroperasi secara profit oriented, sehingga
dalam kegiatan operasionalnya tetap mencari keuntungan. Salah satu rasio yang
digunakan untuk mengukur keuntungan adalah rasio return on asset (ROA).
Menurut Hutagalung, dkk (2013) mengatakan bahwa semakin besar ROA
5
menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat
pengembalian (return) semakin besar. Berikut ini komposisi rasio Return on
Asset (ROA) pada tahun 2010 – September 2017 :
Tabel 1.2
Komposisi Rasio Return on Asset (ROA) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017
Tahun ROA
2010 3.49%
2011 2.67%
2012 2.64%
2013 2.79%
2014 2.26%
2015 2.20%
2016 2.27%
Sept 2017 2.56%
Sumber: ojk.go.id
Rasio Return on Asset (ROA) BPRS pada tahun 2010 sebesar 3.49% ,
pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun 2013
mengalami peningkatan kembali sebesar 2.79% . Pada tahun 2014-2015
mengalami penurunan kembali. Pada tahun 2015 ROA sebesar 2.27% dan pada
September 2017 2.56%. Menurunnya ROA pada BPRS tersebut masih sangat
terkait dengan peningkatan kredit bermasalah (NPF). Kepala Eksekutif
Pengawas Perbankan OJK Nelson Tampubolon mengatakan “kondisi tersebut
sangat terkait dengan kelesuan sektor riil yang hingga kuartal 2 (dua) belum
menunjukkan pemulihan” ujar Nelson (www.kontan.co.id, 2016).
6
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam berbagai
bidang kehidupan. Baik bagi kehidupan manusia maupun kelangsungan
perusahaan. Demikian pula di dunia perbankan, kesehatan harus pula selalu
terjaga (Herman Darmawi, 2011). Dalam hal ini bank yang tidak sehat akan
membahayakan bank itu sendiri dan juga akan membahayakan berbagai pihak
lain yang terkait dengan bank tersebut baik pemilik, manajemen bank,
masyarakat pengguna jasa bank, karena kegagalan dalam perbankan akan
berakibat buruk terhadap perekonomian di Indonesia.
Tabel 1.3
Komposisi Rasio Asset (FDR) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017
Sumber: ojk.go.id
Financing Deposit To Ratio (FDR) BPRS pada tahun 2010 sebesar
128.47% , pada tahun 2011-2013 mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun
2014 mengalami peningkatan kembali sebesar 124.24% . Pada tahun 2015-
2016 mengalami penurunan kembali. Pada September FDR sebesar 116.49%.
Tahun FDR
2010 128.47%
2011 127.71%
2012 120.96%
2013 120.93%
2014 124.24%
2015 120.06%
2016 114.40%
Sept 2017 116.49%
7
Penurunan FDR pada BPRS tersebut disebabkan karena pembiayaan
yang diberikan kepada masyarakat disalurkan dengan tidak efektif maka
berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh bank juga akan menurun
(Choirul dan Nafik, 2016).
Terdapat beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi return on asset
(ROA) yaitu non performing financing (NPF). Rasio Non Performing
Financing (NPF) diukur dengan membandingkan jumlah pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan. Nilai NPF dapat bertambah apabila
jumlah pembiayaan bermasalah meningkat. Apabila rasio NPF meningkat
maka pembiayaan bermasalah yang ditanggung BPRS bertambah dan
mengakibatkan kerugian yang dihadapi meningkat sehingga dapat menurunkan
tingkat keuntungan BPRS. Berikut ini adalah komposisi rasio Non Performing
Financing (NPF) mulai tahun 2010 sampai tahun September 2017 :
Tabel 1.4
Komposisi Rasio Non Performing Financing (NPF) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017
Sumber: ojk.go.id
Tahun NPF
2010 6.50%
2011 6.11%
2012 6.15%
2013 6.50%
2014 7.89%
2015 8.20%
2016 8.63%
Sept 2017 10.79%
8
Rasio Non Performing Financing (NPF) BPRS pada tahun 2010 sebesar
6.50% mengalami penurunan di tahun 2011 sebesar 6.11% . Pada tahun-tahun
selanjutnya mengalami peningkatan yang cepat yaitu pada tahun 2012 sebesar
6.15% tahun 2013 sebesar 6.50% tahun 2014 sebesar 7.89% tahun 2015 sebesar
8.20% tahun 2016 sebesar 8.63% dan pada per September 2017 sebesar
10.79%.
Sebab pada umumnya NPF yang tinggi dikarenakan BPRS menyasar
segmen yang sebenarnya bukan keahliannya, atau mengikuti segmen
konvensional. Ketua Kompartemen BPRS DPP Asosiasi Bank Syariah
Indonesia (Asbisindo) Cahyo Kartiko mengakui bahwa NPF BPRS memang
sulit untuk ditekan untuk dapat mendekati batas regulator yaitu 5,0 persen.
Apalagi sebelumnya kondisi ekonomi tidak begitu bagus. Kendati begitu, ia
memantau bahwa trennya semakin membaik dan meyakini industry akan dapat
menekan NPF lebih rendah (www.republika.co.id, 2017).
Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
rasio untuk mengetahui kemampuan modal yang dimiliki dalam menyerap atau
menanggung kerugian BPRS. Apabila bank memiliki modal yang cukup dalam
menyerap kerugian, maka semakin besar kemungkinan bank dalam
menghasilkan keuntungan. Berikut ini adalah komposisi rasio CAR dari tahun
2010 sampai September 2017:
9
Tabel 1.5
Komposisi Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017
Sumber: ojk.go.id
Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) BPRS pada tahun 2010 sebesar
27.46% pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 23.49% begitupun
pada tahun 2012 25.16% lalu pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar
22.08% pada tahun-tahun berikutnya mengalami peningkatan kembali yaitu
tahun 2014 sebesar 22.77% tahun 2015 21.47% tahun 2016 sebesar 21.73% dan
pada September 2017 sebesar 20.89%.
Penyusutan CAR bisa disebabkan semakin mekarnya rasio kredit
bermasalah (NPF). Menyusutnya rasio modal saat ini bisa menjadi pertanda
bahwa kredit bermasalah sudah mulai mengalir. Kualitas kredit yang buruk
tentu akan menurunkan CAR (www.kontan.co.id, 2010).
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional dan
Tahun CAR
2010 27.46%
2011 23.49%
2012 25.16%
2013 22.08%
2014 22.77%
2015 21.47%
2016 21.73%
Sept 2017 20.89%
10
semakin kecil rasio ini semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan
bank sehingga kemungkinan bank yang bersangkutan dalam kondisi
bermasalah juga semakin kecil (Almilia dan Herdiningtyas, 2005). Hal ini
berarti semakin kecil kemungkinan bank dalam keadaan bermasalah maka
memungkinkan bank untuk meningkatkan keuntungan. Berikut ini adalah
komposisi rasio BOPO dari tahun 2010 – September 2017:
Tabel 1.6
Komposisi Rasio BOPO Pada BPRS
Tahun 2010 – September 2017
Sumber: ojk.go.id
Rasio BOPO pada tahun 2010 sebesar 78.08% pada tahun 2011 sempat
mengalamo penurunan sebesar 76.31% lalu pada tahun-tahun berikutnya
mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 sebesar 80.02% tahun 2013 sebesar
80.75% tahun 2014 sebesar 87.79% tahun 2015 sebesar 88.09% namun pada
tahun 2016 mengalami penurunan kembali sebesar 87.09% dan menurun juga
pada September 2017 sebesar 86.31%.
Tahun BOPO
2010 78.08%
2011 76.31%
2012 80.02%
2013 80.75%
2014 87.79%
2015 88.09%
2016 87.09%
Sept 2017 86.31%
11
Salah satu penyebab kenaikan BOPO adalah kondisi ekonomi di
Indonesia saat ini sedang tidak stabil. Harga-harga menjadi tidak stabil, terlebih
dengan mata uang dolar yang semakin melambung tinggi. Banyak masyarakat
sekarang menahan membeli karena harga semakin tinggi. Ini berpengaruh
kepada beberapa nasabah BPRS (www.republika.co.id, 2018).
Salah satu fungsi perusahaan perbankan sebagai lembaga intermediasi
adalah menyalurkan pembiayaan kepada nasabah/masyarakat yang
membutuhkan dana tambahan untuk melakukan ekspansi usaha. Untuk
mengetahui berapa besar pembiayaan yang disalurkan dengan memanfaatkan
dana yang dihimpun dapat menggunakan rasio FDR. FDR dalam bank
konvensional lebih dikenal dengan sebutan LDR (Linda dan Dina, 2015).
Sukarno dan Syaichu (2006) menjelaskan bahwa semakin tinggi LDR laba
perusahaan mempunyai kemungkinan untuk meningkat dengan catatan bahwa
bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya secara optimal, maka
disimpulkan bahwa LDR berpengaruh positif terhadap laba. Sama halnya pada
FDR, apabila FDR naik maka laba yang diperoleh bank juga naik dengan
asumsi bahwa bank mampu menyalurkan pembiayaan secara optimal.
Non Performing Finance (NPF) merupakan pembiayaan yang sedang
mengalami kemacetan dalam pelunasannya yang terjadi karena faktor yang
disengaja ataupun faktor yang tidak disengaja. NPF merupakan salah satu
permasalahan terbesar bagi perbankan karena NPF merupakan penyebab utama
kegagalan bank. Semakin tingi NPF suatu bank maka resiko pembiayaan
12
bermasalah pada bank tersebut juga akan meningkat. Resiko pembiayaan dapat
meningkat jika pihak bank meminjamkan dana kepada Nasabah yang tidak
tepat. Apabila pembiayaan bermasalah meningkat karena terjadi kemacetan
dalam pelunasan, maka kenaikan NPF tersebut akan menurunkan tingkat
kenerja dan operasional bank sehingga tingkat keuntungan atau profit yang
diperoleh bank akan ikut menurun. Dari penjelasan tersebut berarti ada
hubungan negatif antara NPF dengan ROA (Fitra Rizal, 2016).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal
serta kemampuan manajemen bank dalam mengontrol risiko-risiko yang
mungkin timbul dari operasional perbankan (Mundrajad Kuncoro dan
Suhardjono, 2002). CAR sangat penting bagi perbankan karena merupakan
salah satu faktor untuk menilai kinerja perbankan tersebut. Semakin besar
CAR, semakin bagus kinerja keuangan BPRS. Apabila CAR naik maka modal
yang digunakan BPRS akan bertambah, sehingga kinerja dan operasional bank
akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas BPRS. Hal
ini menunjukkan bahwa CAR mempunyai hubungan positif terhadap ROA
(Fitra Rizal, 2016).
Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha
pokoknya terutama kredit, dimana bunga kredit menjadi pendapatan terbesar
perbankan. Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat
fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank
13
syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian
laba bank (Suhada,2009). Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien
bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya
kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO-nya lebih dari 1.
Semakin tinggi biaya pendapatan bank berarti kegiatan operasionalnya semakin
tidak efisien sehingga pendapatanya juga semakin kecil. Dengan kata lain
BOPO berhubungan negatif terhadap profitabilitas bank (Yusuf dan Salamah,
2017)
Penelitian tentang pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BOPO
telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Hasil penelitian tentang
FDR menurut Nuke Wulandari (2016) FDR mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ROA ,sedangkan menurut Linda Widyaningrum & Dina
Fitrisia Septiarini (2015) FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhaadap ROA.
Hasil penelitian NPF menurut Fivi Fariha (2016) NPF mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan menurut Linda
Widyaningrum & Dina Fitrisia Septiarini (2015) NPF tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
Hasil penelitian CAR menurut Ahmad Muhaemin (2016) CAR
mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA, sedangkan menurut Syawal
Harianto (2017) CAR tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA.
14
Hasil penelitian BOPO menurut Fitra Rizal (2016) BOPO mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan menurut Tri Joko
Febriyono (2015) BOPO tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
ROA
Berdasarkan fenomena di atas dan penelitian terdahulu, peneliti
termotivasi untuk melakukan penelitian karena BPRS adalah bank syariah yang
paling dekat dengan masyarakat menengah kebawah untuk kebutuhan modal
usaha, seperti untuk kebutuhan modal usaha mikro kecil menengah (UMKM)
dan usaha kecil menengah (UKM). Dan tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini
UMKM/UKM sangat membutuhkan support dari lembaga-lembaga keuangan
terutama dalam hal pembiayaan dan permodalan. Hal tersebut diharapkan
mampu meningkatkan aktivitas kegiatan usaha di dalam masyarakat yang pada
akhirnya mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi masyarakat
Berdasarkan uraian tersebut, maka topik ini menjadi menarik untuk
dibahas. Dengan demikian maka penulis akan membahasnya lebih lanjut dalam
bentuk skripsi dengan judul: “Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR),
Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
BOPO Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia Periode 2010-September 2017”
15
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah diperlukan untuk menerangkan masalah-masalah
yang mungkin muncul pada objek yang akan diteliti sebelum dibuatkan
pembatasan dan perumusan masalahnya. Indentifikasi masalah yang ditemukan
antara lain:
1. Return On Asset (ROA) pada BPRS Syariah masih mengalami
penurunan karena masih adanya kredit macet yang tinggi
2. Pembiayaan Financing Deposit To Ratio (FDR) yang diberikan
kepada masyarakat belum efektif sehingga berpengaruh terhadap
keuntungan yang diperoleh BPRS
3. Non Performing Finance (NPF) pada BPRS Syariah masih tinggi
dikarenakan BPRS menyasar segmen yang sebenarnya bukan
keahliannya, atau mengikuti segmen konvensional
4. CAR BPRS menurun bisa disebabkan semakin mekarnya rasio
kredit bermasalah (NPF)
5. Meningkatnya BOPO pada BPRS karena kondisi ekonomi di
Indonesia sedang tidak stabil, harga semakin tinggi dan berpengaruh
terhadap nasabah
16
C. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) secara parsial terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
2. Apakah terdapat pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya Operasional
terhadap pendapatan operasional (BOPO) secara simultan terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Biaya
Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) secara parsial
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia
2. Untuk mengetahui pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Biaya
Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) secara simultan
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia
17
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan berkaitan dengan profitabilitas pada
bank syariah beserta variabel - variabel yang mempengaruhinya adalah
sebagai berikut :
a. Teoritis
Akademisi
Akademisi diharapkan dapat membawa wawasan dibidang
perbankan
khususnya tentang bank pembiayaan rakyat syariah dalam hal ini
yang berkaitan dengan return on asset (ROA) bank pembiayaan
rakyat syariah.
Peneliti
Peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dibidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah
khususnya bank pembiayaan rakyat syariah serta sebagai ajang
ilmiah untuk menerapkan berbagai teori bank pembiayaan rakyat
syariah yang telah diperoleh dibangku kuliah.
b. Praktisi
Bagi perbankan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor
18
yang mempengaruhi return on asset (ROA) bank pembiayaan rakyat
syariah sehingga kegiatan bank pembiayaan rakyat syariah tetap
berjalan.
Bagi nasabah dan investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan informasi
ketika memilih produk bank pembiayaan rakyat syariah. Sehingga
nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana
kondisi bank pembiayaan rakyat syariah yang dapat
menguntungkan mereka.
19
BAB II
Landasan Teori
A. Pengertian Kinerja Keuangan
Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi
yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode
tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain
kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu
perusahaan dan sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan sanggup
meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan manajemen
dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan
efisien (Fivi Fariha, 2016).
Sedangkan Pengertian kinerja keuangan menurut (Muchlis, 2000)
Kinerja keuangan adalah prestasi keuangan yang tergambar dalam laporan
Keuangan perusahaan yaitu neraca rugi-laba dan kinerja keuangan
menggambarkan usaha perusahaan (operation income). Profitability suatu
perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan asset yang
digunakan untuk menghasilkan keuntungan
1. Kinerja Keuangan Pada BPRS
Menurut (Wibowo ,2011) Kinerja adalah melakukan pekerjaan dan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Melakukan pengukuran terhadap
20
kinerja keuangan BPRS sangat diperlukan, sebab dari kegiatan tersebut
pihak manajemen BPRS dapat menilai apakah perusahaan telah beroperasi
secara efektif dan efisien baik dari segi penghimpunan dana maupun segi
penyaluran dana Untuk mengukur kinerja keuangan BPRS, pihak
manajemen BPRS dapat melakukan analisis terhadap laporan keuangan
BPRS.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur kinerja Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) berpedoman pada Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/17/PBI/2007 tanggal 4 Desember 2007 tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Pembiayaan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 146 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4787), perlu diatur ketentuan
pelaksanaan dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia dengan pokok
sebagai berikut:
1. Tingkat kesehatan Bank Pembiayaan Rakyat berdasarkan
prinsip syariah (BPRS) merupakan kepentingan semua pihak
terkait, baik pemilik, pengurus bank, masyarakat pengguna jasa
bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank maupun
pihak lainnya.
2. Tingkat kesehatan BPRS merupakan hasil penilaian komposit
atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau
21
kinerja suatu BPRS. Penilaian tingkat kesehatan BPRS tersebut
dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap
faktor keuangan, termasuk kemampuan BPRS dalam mengelola
berbagai risiko, serta penilaian kualitatif terhadap faktor
manajemen
3. Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi,
perkembangan maupun proyeksi rasio-rasio keuangan BPRS,
sedangkan penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor
manajemen dan faktor-faktor hasil penilaian kuantitatif dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding
yang relevan. Rasio-rasio yang digunakan untuk menganalisa
faktor keuangan dibedakan menjadi rasio utama, rasio
penunjang dan rasio pengamatan (observed). Penilaian tingkat
kesehatan BPRS mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
yang terdiri dari: Permodalan (capital),Kualitas aset (Asset
quality),Rentabilitas (Earnings),Likuiditas (Liquidity) dan
Manajemen (Management).
A. Return On Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara
keseluruhan (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA suatu bank,
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan
22
semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset
(Dendawijaya, 2003).
ROA menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba
dari pengelolaan aset yang dimiliki. ROA digunakan untuk mengukur
profitabilitas bank dengan asset yang dananya sebagian besar dari dana
simpanan masyarakat. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut (Fitra Rizal,
2016).
ROA =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑥100%
B. Financing To Deposit Ratio (FDR)
Kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda tergantung
antara lain pada khususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya.
Oleh karena itu untuk menilai cukup tidaknya likuiditas suatu bank
dengan menggunakan ukuran financing deposit to ratio, yaitu dengan
memperhitungkan berbagai aspek yang berkaitan dengan
kewajibannya, seperti memenuhi commitment loan, antisipasi atas
pemberian jaminan bank yang pada gilirannya akan menjadi kewajiban
bagi bank. Apabila hasil pengukuran jauh berada di atas target dan limit
bank tersebut maka dapat dikatakan bahwa bank akan mengalami
kesulitan likuiditas yang pada gilirannya akan menimbulkan beban
biaya yang besar. Sebaliknya bila berada di bawah target dan limitnya,
23
maka bank tersebut dapat memelihara alat likuid yang berlebihan dan
ini akan menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank
berupatingginya biaya pemeliharan kas yang menganggur (idle money).
Dari uraian diatas maka dapat dikatakan Financing Deposit to Ratio
adalah perbandingan jumlah pembiayaan yang diberikan dengan
simpanan masyarakat (Imam Gozali, 2007).
FDR =Jumlah 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑙𝑢𝑟𝑘𝑎𝑛
Dana 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑏𝑎𝑛𝑘𝑥100%
C. Non Performing Financing (NPF)
Menurut Kamus Bank Indonesia,Non Performing loan (NPL)
atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit bermasalah yang
terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan
macet. Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF
untuk bank syariah. Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan
kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali
kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL merupakan
persentase jumlah kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar,
diragukan, dan macet) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank.
NPLs mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit
(Meydianawathi, 2007).
24
Non Performing Financing (NPF) mencerminkan risiko
kemungkinan kerugian yang akan timbul atas penyaluran dana oleh
bank. Tingginya NPF membuat bank perlu membentuk pencadangan
atas kredit bermasalah yang lebih besar, hal ini akan menurunkan
pendapatan bank. (Ismail,2010). Menurunnya pendapatan bank akan
berpengaruh terhadap menurunnya modal yang dimiliki oleh bank.
Padahal besarnya modal yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh
kepada besarnya ekspansi dalam penyaluran dana (pembiayaan).
Status NPF pada prinsipnya didasarkan pada ketetapan waktu
bagi nasabah untuk membayarkan kewajiban, baik berupa bunga
maupun pengembalian pokok pinjaman. Proses pemberian dan
pengelolaan kredit yang baik diharapkan dapat menekan NPF sekecil
mungkin, dengan kata lain tingginya NPF sangat dipengaruhi oleh
kemampuan bank-bank syariah dalam menjalankan proses pemberian
kredit dengan baik maupun dalam hal pengelolaan kredit termasuk
tindakan pemantauan (monitoring) setelah ktredit disalurkan dan
tindakan pengendalian bila terdapat indikasi penyimpangan kredit
maupun indikasi gagal bayar. Besarnya non performing financing
(NPF) yang diperbolehkan di Bank Indonesia adalah 5%. Jika melebihi
5% akan mempengaruhi nilai skor yang diperoleh. Kredit atau
pembiayaan yang tergolong non lancar yaitu dengan kualitas kurang
25
lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia
tentang kualitas aktiva produktif (Fivi Fariha, 2016).
Persamaannya adalah sebagai berikut :
NPF =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥 100%
D. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka
pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin
tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank
tersebut akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono , 2002 dalam Imam
Gozali, 2007).
Account/mudharabah muqayyadah) CAR diukur dengan
membagi modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
CAR =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑇𝑀𝑅𝑋 100%
26
E. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang
mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan
jalur membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka
pendapatan dan pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-
angka dalam neraca. Rasio biaya operasional adalah perbandingan
antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan (Lukman D Wijaya, 2000
dalam Gozali, 2007). Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien
bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan
adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan
semakin besar.
Menurut (Imam Gozali ,2007), rasio biaya operasional adalah
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional
semakin rendah BOPO semakin efisien bank tersebut dalam menekan
biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan
yang diperoleh bank akan semakin besar.
BOPO =𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑥 100%
27
2. BPRS di Indonesia
Di Indonesia untuk pertama kalinya muncul lembaga keuangan berbasis
syariah yakni BPRS. Tidak jauh berbeda dengan BPR pada umumnya,
BPRS lahir sebagai awal dari pada munculnya bank Islam di Indonesia.
BPRS adalah badan usaha perkreditan rakyat berbentuk bank, yakni
lembaga yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu
lintas pembayaran dan peredaran uang (Pandu Suharto, 1991).
Dari definisi diatas tersirat bahwa fungsi pokok dari bank adalah
menarik atau menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
sebagai pinjaman kepada masyarakat. Dengan melakukan kegiatan
penarikan atau penghimpunan dana dari masyarakat dan yang tidak
digunakan secara produktif atau menganggur, dapat disalurkan kedalam
kegiatan usaha dalam perekonomian, sehingga menyebabkan dana tersebut
menjadi produktif (Pandu Suharto, 1991).
BPR yang lahir sebagai bentuk interpretasi bank desa/lumbung desa
diharpakan menjadi sarana baru untuk masyarkat kecil sebagai alternative
yang baik bagi fungsi dan peran lumbung desa dalam hal melindungi
masyarakat dari gejolak harga pertanian dan resiko kegagalan dalam
produksi, serta ketergantung pada rentenir. pada realitanya BPR dirasa
belum maksimal dalam hal pelayanan kepada msayrakat khususnya
masyarkat muslim. Hal ini dikarnakan doktrin keagamaan yang kuat pada
masyarkat islam akan hukum riba. Sistem bunga yang diterapakan pada
28
BPR membuat umat islam pedesaan enggan melihat atau menggunakan jasa
BPR.
Para agen pembangunan, pembuat kebijakan maupun public secara
keseluruhan, jiga mengakui pentinganya peran BPR dalam upaya
memberikan kesempatan seluas- luasnaya kepada msayrakat miskin untuk
mendapatkanya kembali haknya atas penghidupan yang layak dan
mengeluarkan mereka dari lingkaran kemiskinan yang membelengu.
Pentingnya perana BPR tersebut didasrkan pada bebarapa alasan yakni : (i)
BPR daapt berkontribusi untuk memperbaiki alokasi sumber daya yang
selama ini cenderung mengabaikan aspek pemerataan; (ii) ketiadaan akses
terhadap BPR mendorong sebagian besar rumah tangga miskin masih
mempercayakan sumber pembiayaan kepda sector informal yang tentu
akan membatasi mereka dalam hal berpartisipas secara aktif dan
memperoleh manfaat dari pemabangunan ang dijalankan; (iii) BPR dapat
memberikan cara yang efektif untuk membantu dan memberdayakan wanita
miskin. Kaum waita yang menjadi proporsi terbesar kemiskinan dunia saat
ini; (iv) BPR dapat berkontribusi dalam pembangunan system keuangan
melalui integrasi pasar keuangan. (Marsuki, 2006).
Lahirnya BPRS di Indonesia adalah interpretasi BPR – BPR yang
telah ada sebelumnya. Istlah BPR pertama kali diwacanakan oleh BPR
pada tahun 1977. ketika BRI mulai menjalankan tugasnya sebagai Bank
pembina lumbung desa, bank pasar, bank desa, bank pegawai dan bank-
29
bank sejenis lainnya. Pada masa pembinaan yang dilakukan oleh BRI,
seluruh bank tersebut diberi nama Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
(Muhammad Ismail, 2014).
3. Hambatan Perkembangan dan Strategi BPRS di Indonesia
Sebagai bank yang menajalankan prinsip bagi hasil, BPRS
memiliki beberapa hamabatan dalam perkembangannya, berikut adalah
beberapa hambatannya :
1. Manajemen bank yang kurang profesonal.
2. Risiko yang lebih besar atau ketidk pastian yang lebih baik
dibandingkan BPR konvensional
3. Jariangan operasi yang terbatas, khususnya transaksi
sesame bank syariah.
Jumlah BPRS di indonesia masih sangat terbatas sehingga
menghambat pegembangannya. Bank berbasis syariah masih
mengalami kesulitan untuk bekerja secara maksimala karena masih
mengacu pada bank sentral yang masih mengunakan system bunga.
Konsekuensi dari itu bank syariah masih harus mengikuti bank
konvensional dan itu pula yang mengakibatkan paradigm masyarakakt
tetap sama baik bank syariah maupun konvensional. Bank syariah tidak
daapt memberikan pelayanan luas kepada masyarakat, tidak dapat
melakukan kerjasama antara bank syariah, tidak daapt melakukan
30
transaksi penempatan antar bank syariah dan sulit mengatasi likuiditas
(M.Syafi’I Antonio, 2008).
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas
karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.
Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi karena objek, periode,
waktu dan alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat banyak
hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk
saling melengkapi. Berikut beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Penelitian Judul
Penelitian
Metode peneltian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1 Fivi
Fariha
(2016)
“PENGARUH
CAPITAL
ADEQUACY
RATIO
(CAR), NON
PERFORMIN
G
FINANCING
(NPF) DAN
BIAYA
OPERASION
AL
TERHADAP
PENDAPATA
N
OPERASION
AL
(BOPO)TERH
ADAP
Variabel
Independen:
CAR, NPF,
BOPO
Variabel
Dependen:
ROA. Data
sekunder,
menggunakan
analisis regresi
linier berganda,
uji asumsi
klasik.
Alat analisis:
menggunakan
SPSS
Hasil
penelitian
ini
menunjukk
an
bahwa
CAR
tidak
berpengaru
h secara
signifikan
terhadap
ROA, NPF
berpengaru
h secara
signifikan,
dan
(BOPO)
berpengaru
h
31
RETURN ON
ASSET(ROA)
BANK
PEMBIAYAA
N
RAKYAT
RAKYAT
SYARIAH
(BPRS) DI
INDONESIA
PADA
TAHUN 2012-
2015”
secara
signifikan
terhadap
ROA
2 Linda
Widyanin
grum
(2015)
“PENGARUH
CAR, NPF,
FDR, DAN
OER
TERHADAP
ROA PADA
BANK
PEMBIAYAA
N RAKYAT
SYARIAH DI
INDONESIA
PERIODE
JANUARI
2009 HINGGA
MEI 2014”
Variabel
Independen:
CAR, NPF,
FDR
Variabel
Dependen:
ROA.
Menggunakan
analisis regresi
linier, uji
asumsi klasik
Alat analisis:
PASW
Statistics
Hasil
penelitian
ini
menunjukk
an
bahwa
CAR
tidak
mempengar
uhi
tingkat
ROA
NPF tidak
mempengar
uhi
secara
signifikan,
FDR
tidak
mempengar
uhi
ROA
secara
Signifikan,
dan
OER(BOP
O)
mempengar
uhi
32
secara
signifikan
terhadap
ROA.
3 Faniditya
Ramadhan
(2015)
PENGARUH
CAPITAL
ADEQUACY
RATIO , NON
PERFORMIN
G FINANCE
DAN
OPERATION
AL
EFFICIENCY
RATIO
TERHADAP
PROFITABILI
TAS BANK
PEMBIAYAA
N RAKYAT
SYARIAH
Variabel
Independen:
CAR, NPF
Variabel
Dependen:
Profitabilitas.
Menggunakan
uji asumsi
klasik
Hasil
penelitian
ini
menunjukk
an CAR
tidak
berpengaru
h negatif
dan
signifikan
terhadap
ROA, NPF
signifikan
terhadap
ROA,
BOPO
berpengaru
h negatif
dan
signifikan
terhadap
ROA
4 Anwar
Irhamsyah
(2010)
PENGARUH
CAPITAL
ADEQUACY
RATIO
(CAR),
FINANCING
TO DEPOSIT
RATIO
(FDR), NON
PERFORMIN
G
FINANCING
(NPF)
TERHADAP
PROFITABILI
Variabel
Independen:
CAR, FDR,
NPF
Variabel
Dependen:
Profitabilitas,
Data sekunder,
menggunakan
uji asumsi
klasik, metode
penentuan
sampel
menggunakan
purposive
Sampel PT
BANK
MEGA
SYARIAH
Hasil
penelitian
ini
menunjukk
an CAR
berpengaru
h signifikan
terhadap
ROE,
BOPO
berpengaru
h signifikan
terhadap
ROE, FDR
berpengaru
33
TAS PT
BANK MEGA
SYARIAH
sampling,
analisis regresi
linier berganda
h signifikan
terhadap
ROE.
5 Syamsuriz
al (2016)
PENGARUH
CAR
(CAPITAL
ADEQUACY
RATIO), NPF
(NON
PERFORMIN
G
FINANCING)
DAN BOPO
(BIAYA
OPERASION
AL
PERPENDAP
ATAN
OPERASION
AL)
TERHADAP
ROA
(RETURN ON
ASSET)
PADA BUS
(BANK
UMUM
SYARIAH)
YANG
TERDAFTAR
DI BI (BANK
INDONESIA)
Variabel
Independen:
CAR, NPF,
BOPO
Variabel
Dependen:
ROA.
Menggunakan
data sekunder,
alat analisis
Software
Microsoft
Excel dan
pengolahan
data statistik
EViews
Menggunakan
analisis
regresi data
panel, sampel
BUS yang
terdaftar di BI
Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
berpengaru
h positif
dan
signifikan
terhadap
ROA, Non
Performing
Financing
(NPF)
berpengaru
h positif
dan
signifikan
terhadap
ROA,
BOPO
berpengaru
h negatif
dan
signifikan
terhadap
ROA,
34
C. Keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat
1. Pengaruh Financing To Deposit Ratio terhadap Return On
Asset
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Rivai dan Arifin, 2010).
Dalam perbankan syariah, rasio FDR dapat digunakan untuk
mengukur tingkat efektivitas pembiayaan yang disalurkan, sehingga
apabila rasio FDR meningkat maka laba bank juga akan meningkat
dengan asumsi bahwa bank dapat menyalurkan pembiayaan secara
efektif (Linda dan Dina, 2015).
FDR ditentukan oleh perbandingan antara jumlah pinjaman
yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu mencakup
giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit
maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara
otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
35
H0.1 :Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS)
di Indonesia.
Ha.1 :Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh secara signifikan
terhadap Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
(BPRS) di Indonesia.
2. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Return On
Asset
NPF adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang
berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin NPL
diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah.
NPF mencerminkan risiko kemungkinan kerugian yang akan timbul
atas penyaluran dana oleh bank. tingginya NPF membuat bak perlu
membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar. Hal
ini akan menurunkan pendapatan bank (Ismail, 2010).
Menurunnya pendapatan bank akan berpengaruh terhadap
menurunnya modal yang dimiliki oleh bank. Padahal besarnya modal
yang dimiliki oleh bank akan berpengaruh kepada besarnya ekspansi
dalam penyaluran dana (pembiayaan) (Fivi Fariha, 2016).
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
36
H0.2 :Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
(BPRS) di Indonesia.
Ha.2 :Non Performing Financing (NPF) berpengaruh secara
signifikan terhadap Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan
Rakyat Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return On Asset
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga biasa disebut dengan rasio
kecukupan modal, mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Rasio kecukupan
modal ini merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian
bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko (Dendawijaya, 2003).
Sehingga dengan meningkatnya modal sendiri maka kesehatan
bank yang terkait dengan rasio permodalan (CAR) semakin meningkat
dan dengan modal yang besar maka kesempatan untuk memperoleh laba
perusahaan juga semakin besar. karena dengan modal yang besar,
manajemen bank sangat leluasa dalam menempatkan dananya kedalam
aktivitas investasi yang menguntungkan. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa semakin tinggi CAR, maka semakin tinggi pula ROA. Hal ini
sesuai dengan penelitian Syamsurizal (2016) yang menunjukkan bahwa
37
CAR yang semakin meningkat berpengaruh pada ROA yang semakin
meningkat pula.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0.3 :Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah
(BPRS) di Indonesia.
Ha.3 :Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan
terhadap Return on Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
4. Pengaruh BOPO terhadap ROA
BOPO adalah rasio perbandingan antara Biaya Operasional
dengan Pendapatan Operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO
berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih
efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan
(Riyadi, 2006).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat beban
pembiayaan bank maka laba yang diperoleh bank akan semakin kecil.
Tingginya beban biaya operasional bank yang menjadi tanggungan
bank umumnya akan dibebankan pada pendapatan yang diperoleh dari
alokasi pembiayaan. Beban atau biaya kredit yang semakin tinggi akan
38
mengurangi permodalan dan laba yang dimiliki bank. Hal ini sesuai
dengan penelitian Fitra Rizal (2016) Semakin besar tingkat BOPO suatu
bank maka kinerja dan opersional bank akan menurun karena besarnya
beban yang diterima. Dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat
profitabilitas bank sehingga BOPO signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0.4 :Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA) Bank
Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
Ha.4 :Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh secara signifikan terhadap Return on Asset (ROA)
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) di Indonesia.
5. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO
Terhadap ROA.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, menurut penelitian
Menurut penelitian Nuke Wulandari (2016) bahwa FDR mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)
39
Menurut penelitian Fivi Fariha (2016) bahwa NPF mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)
Menurut penelitian Syamsurizal (2016) bahwa CAR mempunyai
pengaruh signifikan terhadap ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)
Menurut penelitian Fitra Rizal (2016) bahwa BOPO mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS)
H0.5 :Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing(NPF), Capital Adequacy Ratio(CAR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tidak
berpengaruh secara Simultan terhadap Return on Asset (ROA)
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
Ha.5 :Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing(NPF), Capital Adequacy Ratio(CAR), dan Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh secara Simultan signifikan terhadap Return on
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia.
40
6. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan
dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Hamid,
2010). Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel
independen bebas yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR) , Non Performing
Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR) , dan Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap variabel dependen yaitu Return on
Asset (ROA).
41
Tabel 2.2 Kerangka Pemikiran
FDR
(X1)
ROA (Y)
Metode : Analisis Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji Adjusted R Square
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi
Menurunnya ROA pada BPRS masih sangat terkait dengan peningkatan kredit
bermasalah (NPF). Dapat dilihat dari data keuangan OJK ROA pada BPRS mengalami
penurunan dari tahun 2011 sampai September 2017. Penurunan ROA ini juga
disebabkan karena kondisi ekonomi yang belum membaik, sejalan dengan kondisi
ekonomi dunia.
NPF
(X2) CAR
(X3) BOPO
(X4)
Kinerja Keuangan
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan
memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
(Sugiyono, 2015). Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplansinya adalah
penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan
antara dua variabel atau lebih. Metode yang digunakan adalah metode kausal-
asosiatif yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya
suatu peristiwa. Identifikasi terhadap peristiwa tersebut berkenaan dengan
variabel independen yaitu: Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan BOPO, dengan variabel
dependen yaitu Return On Asset (ROA). Tempat penelitian ini adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
Tempat penelitian ini adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di Indonesia yaitu semua BPRS yang terdaftar di OJK. Waktu penelitian ini
adalah periode 2010-September 2017.
43
B. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2015). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Indonesia dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan September 2017.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. (Sugiyono, 2015). Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling, merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel (Sugiyono,
2011). Adapun pertimbangan yang dimaksud sebagai berikut:
1. Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan laporan publikasi bank pembiayaan
rakyat syariah yang dirilis pada website resminya.
2. Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan statistika bank pembiayaan rakyat
syariah yang dirilis secara rutin dalam website resminya.
3. Return On Asset (ROA) merupakan akumulasi dari Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah dalam satu sumber yaitu website resmi Otoritas Jasa
Keuangan yang diambil dalam bentuk laporan bulanan dalam rentang waktu
Januari 2010-September 2017 ada 93 bulan. Jadi total data dalam penelitian
ini adalah 93 data.
44
Berikut proses pengambilan sampel penelitian. Dapat dilihat dari tabel
3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah Sampel
Data keuangan BPRS tersebut memiliki
data yang dibutuhkan terkait variable-
variabel yang digunakan untuk
penelitian selama periode Januari 2010-
September 2017
1 laporan keuangan
yang diterbitkan oleh
OJK untuk 167 Bank
Pembiayaan Rakyat
Syariah
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data
yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian, peneliti mendapatkan
data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara
atau metode, misalnya adalah pada peneliti yang menggunakan data statistik
hasil riset dari surat kabar atau majalah. (Musyafak, 2015). Data tersebut
diperoleh langsung dari Laporan situs resmi OJK tentang Statistik Perbankan
Syariah. Metode yang digunakan dalam pngumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
45
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu
(time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data
bulanan Statistik Perbankan Syariah dengan rentang waktu dari bulan
2010 - 2016 dan data bulanan return on asset (ROA), financing to
deposit ratio (FDR), non performing financing (NPF), capital adequacy
ratio(CAR), dan Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO) yang diperoleh dari situs resmi OJK.
2. Library Research
Peneliti juga menggunakan data yang diperoleh dari membaca
literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan
aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh data yang valid
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau
pinjam di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau
kadaluarsa, karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya
waktu, Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga
berkembang yaitu internet. Sehingga data yang diperoleh
merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
46
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu
dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan
penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Financing To Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio
(CAR), dan Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional BOPO
terhadap Return On Asset (ROA). Penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi linier berganda. Untuk analisis data dilakukan dengan
bantuan aplikasi komputer yaitu program Microsoft Excel 2013 dan
Eviews 9.0. dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data Z-
score suatu bilangan yang menunjukkan seberapa jauh nilai mentah
menyimpang dari rata-ratanya dalam sitribusi data dengan satuan
deviasi.
Pada umumnya orang menggunakan tingkat signifikansi dalam
bentuk persen (%). Dalam praktik riset umumnya orang menggunakan
kisaran nilai signifikansi/ probabilitas sebesar 1% (0,01) yang terkecil,
5% (0,05) atau 10% (0.1) yang terbesar. Jika peneliti ingin
menggunakan tingkat keyakinan sebesar 99%, maka signifikansi akan
sebesar 1%. Jika menginginkan tingkat keyakinan sebesar 95%, maka
signifikansi akan sebesar 5%. Jika menginginkan tingkat keyakinan
sebesar 90%, maka signifikansi akan sebesar 10% (Sarwono, 2013).
47
Pada Skripsi ini peneliti memilih tingkat signifikasi sebesar 95% yaitu
harus di bawah 5% atau 0,05.
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian dari data
time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara sistematik
sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Uji stasioneritas dapat dilihat
dengan menggunakan uji grafik dan uji akar unit. Di sini peneliti menggunkan
metode uji t akar unit agar mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Hasil uji akar-akar unit dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai
kritis MCKinnon dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa data stasioner. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar
dari 0,05 maka data tidak stasioner. Jika data di level normal, maka dapat
dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1 (Winarno, 2015)
Hipotesis:
H0: data tidak stasioner.
H1: data stasioner.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila probabilitas>0,05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas<0,05, maka H0 ditolak.
48
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi pada model
regresi. Untuk itu diperlukannya pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2013).
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki
distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan untuk menguji dengan uji
statistik. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan uji Jarque-Bera (JB)
(Ghozali, 2013).
Data dalam penelitian ini dikatakan terdistribusi normal jika, nilai
probability Jarque-Bera lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2013). Nilai JB
selanjutnya dapat kita hitung signifikansinya untuk menguji hipotesis
berikut:
H0: data terdistribusi normal.
H1: data terdistribusi tidak normal.
49
Dasar pengambilan keputusan
Bila probabilitas Obs*R Squared>0,05 H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R Squared<0,05 H0 ditolak.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna di antara
variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat
korelasi yang tinggi atau sempurna di antara variabel bebas maka model
regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinieritas
(Suliyanto, 2011).
Menurut Ghozali (2013), pendeteksian adanya multikolineritas
dengan menggunakan uji efisiensi korelasi (r). Jika koefisien korelasi cukup
tinggi, yaitu di atas 0.90, maka diduga terjadi multikolinearitas dalam
model. Sebaliknya, jika koefisien relatif rendah maka diduga model tidak
terjadi multikolinearitas.
Hipotesis:
H0: tidak ada multikolinearitas.
H1: ada multikolinearitas.
Dasar Pengambilan keputusan
Bila r<0.90 (tidak ada multikolinearitas), maka H0 diterima.
Bila r>0.90 (ada multikolinearitas), maka H0 ditolak.
50
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pendeteksian
heteroskedastisitas yang penulis gunakan dilakukan melalui Uji White.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: tidak ada heteroskedastisitas.
H1: ada heteroskedastisitas.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, maka H0 ditolak.
d. Uji Autokerelasi
Uji auotkorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan
kesalahan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena ressidual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data
51
runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individu atau
kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau
kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2013).
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan Uji
Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas
R-Squared dengan α=0.05.
Hipotesis:
H0: tidak ada autokorelasi.
H1: ada autokorelasi.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, H0 ditolak.
3. Uji Statistik
a. Uji Signifikasi Simultan (uji-F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat
(Ghazali, 2013). Adapun cara pengujian dalam uji F ini dengan melihat nilai
signifikasi.
Hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
52
H1: terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel independen
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel (independen)
secara masing-masing parsial atau individual memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi
0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan (Nachrowi,
2006).
H0: tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
H1: terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05. maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05. maka H0 ditolak.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi,
53
semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto, 2011).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, di mana
setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model akan
meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi
kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah
disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj). Koefisien determinasi yang telah
disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikorelasi dengan
memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan.
Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan, maka nilai
koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat
adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011).
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Metode
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi linier
berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a+ b1X1 + b2X2 + ............. bnXn + e
Keterangan:
54
Y : Variabel terikat (nilai yang diproyeksikan)
A : Intercept (Konstanta)
b1 : Koefisisien regresi untuk X1
b2 : Koefisisien regresi untuk X2
bn : Koefisisien regresi untuk Xn
X1 : Variabel bebas pertama
X2 : Variabel bebas kedua
Xn : Variabel bebas ke-n
e : Nilai residu
A. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon
jika dihubungkan dengan variabel independen. Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Return
On Asset (ROA). ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki
55
setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. ROA
menunjukkan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aset
yang dimiliki. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank dengan
asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat. Semakin
besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut (Fitra Rizal, 2016).
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen merupakan variabel stimulus atau variabel yang
mempengaruhi variabel lain, variabel yang dapat diukur,dimanipulasi, atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala
observasi (Sarwono, 2013).
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri atas:
a. Financing To Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah
pembiayaan yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank
(Surya, 2008). Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.
Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank. Dengan kata lain,
seberapa jauh penyaluran pembiayaan kepada nasabah dapat mengimbangi
kewajiban bank syariah untuk segera memenuhi permintaan deposan yang
ingin menarik kembali uangnya yang telah disalurkan oleh bank syariah
(Dendaijaya, 2003).
56
Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin baiknya fungsi
intermediasi bank yang bersangkutan. FDR yang tinggi mengindikasikan
tingkat pembiayaan tinggi dan ini berdampak pada meningkatnya return
yang akan dihasilkan dari pembiayaan.
b. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) merupakan pembiayaan yang sedang
mengalami kemacetan dalam pelunasannya yang terjadi karena faktor yang
disengaja ataupun faktor yang tidak disengaja. Semakin tingi NPF suatu
bank maka resiko pembiayaan bermasalah pada bank tersebut juga akan
meningkat. Resiko pembiayaan dapat meningkat jika pihak bank
meminjamkan dana kepada Nasabah yang tidak tepat. Apabila pembiayaan
bermasalah meningkat karena terjadi kemacetan dalam pelunasan, maka
kenaikan NPF tersebut akan menurunkan tingkat kenerja dan operasional
bank sehingga tingkat keuntungan atau profit yang diperoleh bank akan ikut
menurun (Fitra Rizal, 2016).
c. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan modal
serta kemampuan manajemen bank dalam mengontrol risiko-risiko yang
mungkin timbul dari operasional perbankan. CAR sangat penting bagi
perbankan karena merupakan salah satu faktor untuk menilai kinerja
57
perbankan tersebut. Semakin besar CAR, semakin bagus kinerja keuangan
BPRS (Fitra Rizal, 2016).
d. Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya dalam memperoleh laba. Perlu
diketahui bahwa risiko operasional tersebut merupakan risiko yang paling
sering dihadapi perbankan syariah. Semakin besar tingkat BOPO suatu
bank maka kinerja dan opersional bank akan menurun karena besarnya
beban yang diterima.
Tabel 3.2 Ringkasan Definisi dan Rumus Variabel
No. Variabel Definisi Variabel Pengukuran Variabel Sumber
1. Financing
to Deposit
Ratio
(FDR)
mengartikan FDR
sebagai rasio untuk
mengukur jumlah
kredit yang
diberikan
dibandingkan
dengan jumlah dana
masyarakat dan
modal sendiri yang
digunakan.
FDR =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐷𝑃𝐾
KASMIR
(2004)
2 Non
Performing
Financing
(NPF)
Non Performing
Financing
(NPF)mencerminka
n risiko
kemungkinan
kerugian yang akan
timbul atas
NPF
=𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛𝑥100%
ISMAIL
(2010)
58
penyaluran dana
oleh bank.
Tingginya NPF
membuat bank perlu
membentuk
pencadangan atas
kredit bermasalah
yang lebih besar, hal
ini akan
menurunkan
pendapatan bank
3. Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
semakin tinggi CAR
maka semakin kuat
kemampuan bank
tersebut untuk
menanggung resiko
dari setiap
kredit/aktiva
produktif yang
berisiko. Jika nilai
CAR tinggi (sesuai
ketentuan BI 8%)
berarti bank tersebut
mampu membiayai
operasi bank,
CAR
=𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑇𝑀𝑅!𝑋100%
Mudrajad
Kuncoro
dan
Suhardjon
o
(2002)
4. BOPO Rasio biaya
operasional adalah
perbandingan antara
biaya operasional
dan pendapatan
operasional.
Rasio biaya
operasional
digunakan untuk
mengukur tingkat
efisiensi dan
kemampuan bank
dalam melakukan
kegiatan
BOPO
=𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑥100%
Lukman D
Wijaya
(2000)
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah menunjukkan
perkembangan pesat selama decade terakhir ini. Disamping adanya dukungan
pemerinttah dan sambutan positif umat Islam yang besar, lembaga keuangan
syariah terbukti secara empiris tetap bertahan dalam kondisi krisis ekonomi
yang telah memporakporandakan sendi-sendi ekonomi dan sosisal masyarakat.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu bentuk
lembaga keuangan syariah yang memiliki potensi yang cukup besar.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992,
bank terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
(BPR).
Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan BPR adalah bank
yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran, jadi BPRS merupakan lembaga keuangan berbentuk bank dengan
60
sistem operasionalnya berdasarkan prinsip syariah. Berikut adalah BPRS yang
terdata di seluruh Indonesia:
Tabel 4.1 Daftar Nama BPRS
No BPRS Kabupaten Provinsi
1 PT BPRS Amanah Rabbaniah Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat
2 PT BPRS Hareukat Kab. Aceh
Besar
Provinsi NAD
3 PT BPRS Amanah Ummah Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
4 PT BPRS Artha Karimah Irsyadi Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat
5 PT BPRS Bina Amwalul Hasanah Kota Depok Provinsi Jawa Barat
6 PT BPRS Musyarakah Ummat
Indonesia
Kota
Tangerang
Provinsi Banten
7 PT BPRS Mentari Kab. Garut
Provinsi Jawa Barat
8 PT BPRS Tulen Amanah
Kab. Lombok
Timur
Provinsi Nusa Tenggara Barat
9 PT BPRS Indo Timur Kota Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan
10 PT BPRS Baiturridha Pusaka Kota Bandung
Provinsi Jawa Barat
11 PT BPRS Harta Insan Karimah
Kota
Tangerang
Provinsi Banten
12 PT BPRS Barkah Gemadana Kab. Banjar
Provinsi Kalimantan Selatan
13 PT BPRS Ibadurrahman Kab. Penajam Paser Utara
Provinsi Kalimantan Timur
14 PT BPRS Harta Insan Karimah Bekasi Kota Bekasi
Provinsi Jawa Barat
15 PT BPRS Margirizki Bahagia Kab. Bantul
Provinsi D.I Yogyakarta
16 PT BPRS Bangun Drajat Warga Kab. Bantul
Provinsi D.I Yogyakarta
17 PT BPRS Harta Insan Karimah
Cibitung
Kab. Bekasi
Provinsi Jawa Barat
18 PT BPRS Patuh Beramal Kota Mataram
Provinsi Nusa Tenggara Barat
19 PT BPRS Baktimakmur Indah Kab. Sidoarjo
Provinsi Jawa Timur
61
20 PT BPRS Baiturrahman
Kab. Aceh
Besar
Provinsi NAD
21 PT BPRS Tengku Chiek Dipante
Kab. Pidie
Provinsi NAD
22 PT BPRS Syariat Fajar Sejahtera Bali
Kab. Badung
Provinsi Bali
23 PT BPRS Al Ma'soem Syari'ah
Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat
24 PT BPRS Harum Hikmahnugraha
Kab. Garut Provinsi Jawa Barat
25 PT BPRS Dana Moneter
Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
26 PT BPRS Surya Sejati
Kab. Takalar Provinsi Sulawesi Selatan
27 PT BPRS Amanah Bangsa
Kab.
Simalungun Provinsi Sumatera Utara
28 PT BPRS Asri Madani Nusantara
Kab. Jember Provinsi Jawa Timur
29 PT BPRS Muamalah Cilegon
Kota Cilegon Provinsi Banten
30 PT BPRS Daarut Tauhiid
Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat
31 PT BPRS Al Washliyah Kota Medan
32 PT BPRS Al Wadi'ah Kota
Tasikmalaya Provinsi Sumatera Utara
33 PT BPRS Attaqwa Kab.
Tangerang Provinsi Jawa Barat
34 PT BPRS Niaga Madani Kota Makassar Provinsi Banten
35 PT BPRS Al Falah Kab. Banyuasin Provinsi Sulawesi Selatan
36 PT BPRS Hasanah Kota Pekanbaru Provinsi Riau
37 PT BPRS Wakalumi Kab.
Tangerang Provinsi Banten
38 PT BPRS Artha Fisabilillah Kab. Cianjur Provinsi Jawa Barat
39 PT BPRS Al Ihsan Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat
40 PT BPRS Nurul Ikhwan Kab. Polewali
Mandar Provinsi Sulawesi Barat
41 PT BPRS Hikmah Wakilah Kota Banda
Aceh Provinsi NAD
42 PT BPRS Ikhsanul Amal Kab. Kebumen Provinsi Jawa Tengah
43 PT BPRS Bhakti Haji Kab. Malang Provinsi Jawa Timur
44 PT BPRS Rahman Hijrah Agung Kota
Lhokseumawe Provinsi NAD
45 PT BPRS Amanah Sejahtera Kab. Gresik Provinsi Jawa Timur
46 PT BPRS Bandar Lampung Kota Bandar
Lampung Provinsi Lampung
47 PT BPRS Muamalat Harkat Kab. Seluma Provinsi Bengkulu
48 PT BPRS Al Barokah Kota Depok Provinsi Jawa Barat
62
49 PT BPRS Harta Insan Karimah
Parahyangan Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat
50 PT BPRS Gebu Prima Kota Medan Provinsi Sumatera Utara
51 PT BPRS Daya Artha Mentari Kab. Pasuruan Provinsi Jawa Timur
52 PT BPRS Mulia Berkah Abadi Kota
Tangerang Provinsi Banten
53 PT BPRS Puduarta Insani Kab. Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara
54 PT BPRS Mentari Pasaman Saiyo Kab. Pasaman
Barat Provinsi Sumatera Barat
55 PT BPRS Berkah Dana Fadhilah Kab. Kampar Provinsi Riau
56 PT BPRS Bina Rahmah Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
57 PT BPRS Al Hijrah Amanah Kota Depok Provinsi Jawa Barat
58 PT BPRS Gala Mitra Abadi Kab. Grobogan Provinsi Jawa Tengah
59 PT BPRS Carana Kiat Andalas Kab. Agam Provinsi Sumatera Barat
60 PT BPRS Gowata Kab. Gowa Provinsi Sulawesi Selatan
61 PT BPRS Amanah Insani Kab. Bekasi Provinsi Jawa Barat
62 PT BPRS Muamalat Yotefa Kab. Jayapura Provinsi Papua
63 PT BPRS Rif’atul Ummah Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
64 PT BPRS Insan Cita Artha Jaya Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
65 PT BPRS Asad Alif Kab. Kendal Provinsi Jawa Tengah
66 PT BPRS Ampek Angkek Candung Kab. Agam Provinsi Sumatera Barat
67 PT BPRS Al Mabrur Babadan Kab. Ponorogo Provinsi Jawa Timur
68 PT BPRS Ummu Kab. Pasuruan Provinsi Jawa Timur
69 PT BPRS Berkah Ramadhan Kab.
Tangerang Provinsi Banten
70 PT BPRS Bangka Kab. Bangka Provinsi Kep. Bangka
Belitung
71 PT BPRS Investama Mega Bakti Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
72 PT BPRS Bumi Rinjani Batu Kota Batu Provinsi Jawa Timur
73 PT BPRS Cilegon Mandiri Kota Cilegon Provinsi Banten
74 PT BPRS Situbondo Kab. Situbondo Provinsi Jawa Timur
75 PT BPRS Tanggamus Kab.
Tanggamus Provinsi Lampung
76 PT BPRS Buana Mitra Perwira Kab.
Purbalingga Provinsi Jawa Tengah
77 PT BPRS Artha Surya Barokah Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah
78 PT BPRS Bhakti Sumekar Kab. Sumenep Provinsi Jawa Timur
79 PT BPRS Suriyah Kab. Cilacap Provinsi Jawa Tengah
80 PT BPRS Bina Amanah Satria Kab. Banyumas Provinsi Jawa Tengah
81 PT BPRS Artha Madani Kab. Bekasi Provinsi Jawa Barat
82 PT BPRS Khasanah Ummat Kab. Banyumas Provinsi Jawa Tengah
63
83 PT BPRS Safir Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu
84 PT BPRS Metro Madani Kota Metro Provinsi Lampung
85 PT BPRS Al-Yaqin Kab.
Simalungun Provinsi Sumatera Utara
86 PT BPRS Lantabur Tebuireng Kab. Jombang Provinsi Jawa Timur
87 PT BPRS Haji Miskin Kab. Tanah
Datar Provinsi Sumatera Barat
88 PT BPRS Artha Mas Abadi Kab. Pati Provinsi Jawa Tengah
89 PT BPRS Al Salaam Amal Salman Kota Depok Provinsi Jawa Barat
90 PT BPRS PNM Binama Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah
91 PT BPRS Jabal Tsur Kab. Pasuruan Provinsi Jawa Timur
92 PT BPRS Dinar Ashri Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat
93 PT BPRS Bumi Rinjani Probolinggo Kab.
Probolinggo Provinsi Jawa Timur
94 PT BPRS Bumi Rinjani Kepanjen Kab. Malang Provinsi Jawa Timur
95 PT BPRS Dana Hidayatullah Kota
Yogyakarta Provinsi D.I Yogyakarta
96 PT BPRS Patriot Bekasi Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat
97 PT BPRS Arta Leksana Kab. Banyumas Provinsi Jawa Tengah
98 PT BPRS Sindanglaya Katonapan Kab.
Mandailing
Natal
Provinsi Sumatera Utara
99 PT BPRS Bumi Artha Sampang Kab. Cilacap Provinsi Jawa Tengah
100 PT BPRS Karya Mugi Sentosa Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur
101 PT BPRS Jabal Nur Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur
102 PT BPRS Barokah Dana Sejahtera Kota
Yogyakarta Provinsi D.I Yogyakarta
103 PT BPRS Artha Amanah Ummat Kab. Semarang Provinsi Jawa Tengah
104 PT BPRS Mitra Amal Mulia Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta
105 PT BPRS Madina Mandiri Sejahtera Kab. Bantul Provinsi D.I Yogyakarta
106 PT BPRS Renggali Kab. Aceh
Tengah Provinsi NAD
107 PT BPRS Syarikat Madani Kota Batam Provinsi Kep. Riau
108 PT BPRS Dana Mulia Kota
Surakarta/Solo Provinsi Jawa Tengah
109 PT BPRS Barakah Nawaitul Ikhlas Kota Solok Provinsi Sumatera Barat
110 PT BPRS Sukowati Sragen Kab. Sragen Provinsi Jawa Tengah
111 PT BPRS Dana Amanah Kota
Surakarta/Solo Provinsi Jawa Tengah
112 PT BPRS Mandiri Mitra Sukses Kab. Gresik Provinsi Jawa Timur
113 PT BPRS Sarana Prima Mandiri Kab.
Pamekasan Provinsi Jawa Timur
114 PT BPRS Danagung Syariah Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta
64
115 PT BPRS Rajasa Kab. Lampung
Tengah Provinsi Lampung
116 PT BPRS Tanmiya Artha Kota Kediri Provinsi Jawa Timur
117 PT BPRS Kotabumi Kab. Lampung
Utara Provinsi Lampung
118 PT BPRS Al Makmur
Kab.
Limapuluh
Koto
Provinsi Sumatera Barat
119 PT BPRS Mitra Cahaya Indonesia Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta
120 PT BPRS Vitka Central Kota Batam Provinsi Kep. Riau
121 PT BPRS Annisa Mukti Kab. Sidoarjo Provinsi Jawa Timur
122 PT BPRS FORMES Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta
123 PT BPRS Central Syariah Utama Kota
Surakarta/Solo Provinsi Jawa Tengah
124 PT BPRS Cempaka Al Amin Wil. Kota
Jakarta Selatan Provinsi DKI Jaya
125 PT BPRS Madinah Kab.
Lamongan Provinsi Jawa Timur
126 PT BPRS Lampung Timur Kab. Lampung
Timur Provinsi Lampung
127 PT BPRS Adeco Kota Langsa Provinsi NAD
128 PT BPRS Al Mabrur Kab. Klaten Provinsi Jawa Tengah
129 PT BPRS MERU SANKARA Kab. Magelang Provinsi Jawa Tengah
130 PT BPRS Kota Juang
Kab. Aceh
Jeumpa/Bireue
n
Provinsi NAD
131 PT BPRS Amanah Insan Cita Kab. Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara
132 PT BPRS Gunung Slamet Kab. Cilacap Provinsi Jawa Tengah
133 PT BPRS Artha Pamenang Kab. Kediri Provinsi Jawa Timur
134 PT BPRS Rahmania Dana Sejahtera
Kab. Aceh
Jeumpa/Bireue
n
Provinsi NAD
135 PT BPRS Mitra Harmoni Yogyakarta Kota
Yogyakarta Provinsi D.I Yogyakarta
136 PT BPRS Rahma Syariah Kab. Kediri Provinsi Jawa Timur
137 PT BPRS Mitra Harmoni Kota
Semarang Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah
138 PT BPRS SERAMBI MEKAH Kota Langsa Provinsi NAD
139 PT BPRS Mitra Harmoni Kota Malang Kota Malang Provinsi Jawa Timur
140 PT BPRS Insan Madani Kab. Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah
141 PT BPRS Unawi Barokah Kab. Sidoarjo Provinsi Jawa Timur
142 PT BPRS Al-Madinah Tasikmalaya Kota
Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
65
143 PT BPRS Way Kanan Kab. Way
Kanan Provinsi Lampung
144 PT BPRS Oloan Ummah Sidempuan Kota Padang
Sidempuan Provinsi Sumatera Utara
145 PT BPRS Dharma Kuwera Kab. Klaten Provinsi Jawa Tengah
146 PT BPRS Kota Mojokerto Kota Mojokerto Provinsi Jawa Timur
147 PT BPRS Mitra Harmoni Kota Bandung Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
148 PT BPRS Gajah Tongga Kota Piliang Kota
Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat
149 PT BPRS Cahaya Hidup Kab. Sleman Provinsi D.I Yogyakarta
150 PT BPRS Bahari Berkesan Kota Ternate Provinsi Maluku Utara
151 PT BPRS Syariah Magetan Kab. Magetan Provinsi Jawa Timur
152 PT BPRS Bakti Artha Sejahtera
Sampang Kab. Sampang Provinsi Jawa Timur
153 PT BPRS Saka Dana Mulia Kab. Kudus Provinsi Jawa Tengah
154 PT BPRS Harta Insan Karimah
Makassar Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
155 PT BPRS Mitra Agro Usaha Kota Bandar
Lampung Provinsi Lampung
156 PT BPRS MITRA AMANAH Kota
Palangkaraya Provinsi Kalimantan Tengah
157 PT BPRS HARTA INSAN KARIMAH
SURAKARTA
Kota
Surakarta/Solo Provinsi Jawa Tengah
158 PT BPRS Gotong Royong Kab. Subang Provinsi Jawa Barat
159 PT BPRS Aman Syariah Kab. Lampung
Timur Provinsi Lampung
160 BPRS HARTA INSAN KARIMAH
KOTA TEGAL Kota Tegal Provinsi Jawa Tengah
161 PT BPRS Lampung Barat Kab. Lampung
Barat Provinsi Lampung
162 PT BPRS Tani Tulang Bawang Barat Kab. Tulang
Bawang Provinsi Lampung
163 PT BPRS Bogor Tegar Beriman Kab. Bogor Provinsi Jawa Barat
164 PT BPRS Unisia Insan Indonesia Kota
Yogyakarta Provinsi D.I Yogyakarta
165 PT BPRS Bobato Lestari Kota Tidore Kepulauan
Provinsi Maluku Utara
166 PT BPRS Mitra Mentari Sejahtera Kab. Ponorogo Provinsi Jawa Timur
167 PT BPRS ADAM Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017
66
1. Return On Asset (ROA)
ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dimiliki setelah disesuaikan
dengan biaya-biaya untuk mendanai asset tersebut. ROA mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total
asset (kekayaan) yang dimiliki setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk
mendanai asset (Fitra Rizal, 2016)
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel ROA
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 3.55% 2.83% 2.65% 3.07% 2.78% 2.31% 2.32% 2.33%
Februari 3.48% 2.84% 2.70% 3.05% 2.81% 2.23% 2.32% 2.31%
Maret 3.57% 2.71% 2.73% 3.06% 2.71% 2.07% 2.25% 2.29%
April 3.67% 2.65% 2.66% 3.14% 2.56% 2.19% 225.50% 2.30%
Mei 3.97% 2.73% 2.59% 3.10% 2.47% 2.17% 2.16% 2.28%
Juni 3.71% 2.72% 2.74% 2.98% 2.77% 2.30% 2.18% 2.24%
Juli 3.68% 2.74% 2.67% 2.87% 2.45% 2.28% 2.21% 2.50%
Agustus 3.52% 2.72% 2.57% 2.63% 2.49% 2.34% 2.11% 2.51%
September 3.47% 2.80% 2.58% 2.85% 2.26% 2.22% 2.45% 2.56%
Oktober 3.61% 2.39% 2.82% 2.90% 2.18% 2.20% 2.47% -
November 3.59% 2.53% 2.76% 2.89% 2.21% 2.15% 2.34% -
Desember 3.49% 2.67% 2.64% 2.79% 2.26% 2.20% 2.27% -
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 diatas, data Return On asset terendah pada tahun
2010 berada pada bulan September sebesar 3.47% dan tertinggi pada bulan Mei
sebesar 3.97%. Pada tahun 2011 data ROA terendah terdapat pada bulan
67
Oktober sebesar 2.39% dan tertinggi terdapat pada bulan Februari sebesar
2.84%. Pada tahun 2012 data ROA terendah terdapat pada bulan Agustus
sebesar 2.57% dan tertinggi terdapat pada bulan Oktober sebesar 2.82%. Pada
tahun 2013 data ROA terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar 2.63% dan
tertinggi terdapat pada bulan April sebesar 3.14%. Pada tahun 2014 data ROA
terendah terdapat pada bulan Oktober sebesar 2.18% dan tertinggi terdapat pada
bulan Februari sebesar 2.81%. Pada tahun 2015 data ROA terendah terdapat
pada bulan Maret sebesar 2.07% dan tertinggi terdapat pada bulan Agustus
sebesar 2.34%. Pada tahun 2016 data ROA terendah terdapat pada bulan
Agustus sebesar 2.11% dan tertinggi terdapat pada bulan April sebesar
225.50%. Pada tahun 2017 data ROA terendah terdapat pada bulan Juni sebesar
2.24% dan tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 2.56%.
Berdasarkan tabel 4.1 diatas sebenarnya data ROA BPRS tersebut mengalami
penurunan, pada tahun 2010 bisa mencapai 3.97% tetapi mengalami penurunan
pada tahun-tahun berikutnya.
2. Financing Deposit To Ratio (FDR)
FDR merupakan rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima oleh bank. Semakin tinggi nilai FDR suatu bank,
mengindikasikan bahwa dana yang disalurkan kepada masyarakat lebih
besar daripada dana yang berhasil dihimpun dari pihak ketiga. Besarnya
jumlah pembiayaan yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank.
68
FDR yang tinggi akan meningkatkan laba perusahaan dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan pembiayaan dengan efektif, sehingga jumlah
pembiayaan macetnya akan kecil (Ahmad Muhaemin, 2016).
Tabel 4.3 Deskripsi Variabel FDR
Bulan
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 123.61% 127.04% 124.41% 119.48% 120,52% 123.50% 118.56% 113.79%
Februari 126.23% 128.27% 125.03% 119.46% 122.30% 124.75% 119.92% 114.54%
Maret 129.05% 129.40% 125.53% 119.67% 123.10% 125.60% 121.55% 116.98%
April 130.51% 130.38% 124.98% 122.50% 126.58% 126.67% 121.55% 116.84%
Mei 131.17% 133.22% 126.04% 125.40% 130.09% 129.63% 125.03% 121.04%
Juni 135.20% 136.20% 129.73% 129.63% 134.64% 135.68% 129.35% 124.47%
Juli 135.74% 137.29% 129.76% 131.51% 135.04% 132.47% 121.32% 119.59%
Agustus 139.96% 139.58% 127.74% 126.96% 129.96% 130.28% 118.96% 118.12%
September 135.82% 134.75% 126.71% 126.52% 131.70% 129.01% 118.63% 116.49%
Oktober 133.36% 133.53% 124.82% 125.92% 130.14% 127.21% 117.86% -
November 134.50% 132.26% 124.215 124.76% 129.27% 125.64% 116.26% -
Desember 128.47% 127.71% 120.96% 120.93% 124.24% 120.06% 114.40% -
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 (data diolah)
69
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, data Financing Deposit To Ratio terendah pada
tahun 2010 berada pada bulan Januari sebesar 123.61% dan tertinggi pada bulan
Agustus sebesar 139.96%. Pada tahun 2011 data FDR terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 127.04% dan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 139.58%.
Pada tahun 2012 data FDR terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 120.96%
dan tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 129.76%. Pada tahun 2013 data FDR
terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 119.46% dan tertinggi terdapat pada
bulan Juli sebesar 131.51%. Pada tahun 2014 data FDR terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 120.52% dan tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 135.04%. Pada
tahun 2015 data FDR terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 120.06% dan
tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 135.68%. Pada tahun 2016 data FDR
terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 114.40% dan tertinggi terdapat pada
bulan Juni sebesar 129.35%. Pada tahun 2017 data FDR terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 113.79% dan tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 124.47%.
Berdasarkan tabel 4.2 diatas sebenarnya data FDR tersebut mengalami naik turun,
tetapi tertinggi pada tahun 2010 bisa mencapai 139.96% tetapi mengalami naik turun
pada tahun-tahun berikutnya.
70
3. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio keuangan yang
menunjukkan risiko pembiayaan yang dihadapi bank akibat pemberian
pembiayaan dan investasi dana bank pada portofolio yang berbeda.
Semakin kecil Non Performing Financing (NPF) maka semakin kecil pula
risiko kredit yang ditanggung pihak bank. Dengan demikian apabila suatu
bank mempunyai Non Performing Financing (NPF) yang tinggi,
menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam mengelola
kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat risiko atau
pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya
Non Performing Financing (NPF) yang dihadapi bank (Lemiyana dan
Erdah, 2016).
Tabel 4.4 Deskripsi Variabel NPF
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 7.36% 6.79% 6.68% 6.91% 7.77% 8.97% 9.08% 9.61%
Februari 7.48% 7.04% 6.61% 7.33% 7.71% 9.11% 9.41% 9.98%
Maret 7.37% 7.15% 6.42% 7.21% 7.74% 10.36% 9.44% 9.94%
April 7.19% 7.02% 6.50% 7.32% 8.00% 9.33% 9.51% 10.15%
Mei 7.13% 6.82% 6.47% 7.69% 8.23% 9.38% 9.60% 10.63%
Juni 6.92% 7.09% 6.39% 7.25% 8.18% 9.25% 9.18% 10.71%
Juli 7.16% 7.00% 6.68% 7.35% 8.62% 9.80% 9.97% 10.78%
Agustus 7.18% 7.05% 6.91% 7.89% 8.83% 9.74% 10.99% 10.77%
September 7.43% 7.05% 6.87% 7.58% 8.68% 9.87% 10.47% 10.79%
71
Oktober 7.48% 7.05% 6.83% 7.48% 8.94% 10.01% 10.49% -
November 7.53% 7.05% 6.80% 7.34% 8.81% 9.69% 10.13% -
Desember 6.50% 7.05% 6.15% 6.50% 7.89% 8.20% 8.63% -
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, Non Performing Financing terendah pada
tahun 2010 berada pada bulan Desember sebesar 6.50% dan tertinggi pada
bulan November sebesar 7.53%. Pada tahun 2011 data NPF terendah terdapat
pada bulan Mei sebesar 6.82% dan tertinggi terdapat pada bulan Maret sebesar
7.15%. Pada tahun 2012 data NPF terendah terdapat pada bulan Desember
sebesar 6.15% dan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 6.91%. Pada
tahun 2013 data NPF terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 6.50%
dan tertinggi terdapat pada bulan Agustus sebesar 7.89%. Pada tahun 2014 data
NPF terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 7.71% dan tertinggi
terdapat pada bulan Oktober sebesar 8.94%. Pada tahun 2015 data NPF
terendah terdapat pada bulan Desember sebesar 8.20% dan tertinggi terdapat
pada bulan Maret sebesar 10.36%. Pada tahun 2016 data NPF terendah terdapat
pada bulan Desember sebesar 8.63% dan tertinggi terdapat pada bulan Agustus
sebesar 10.99%. Pada tahun 2017 data NPF terendah terdapat pada bulan
Januari sebesar 9.61% dan tertinggi terdapat pada bulan September sebesar
10.79%. Berdasarkan tabel 4.3 diatas sebenarnya data NPF tersebut mengalami
kenaikan, dari tahun 2010-september 2017 mengalami kenaikan, walaupun
tertinggi pada tahun 2016 yaitu sebesar 10.99% tetapi data dari 2010-2017
mengalami kenaikan.
72
4. Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR adalah rasio keuangan yang berkaitan dengan permodalan
perbankan di mana besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada
mampu atau tidaknya suatu bank secara efisien menjalankan kegiatannya.
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang
disebabkan oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2003).
Tabel 4. 5 Deskripsi Variabel CAR
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 30.80% 30.12% 25.90% 25.06% 24.62% 24.43% 23.48% 23.46%
Februari 33.25% 29.75% 25.24% 24.45% 23.78% 24.67% 23.17% 23.05%
Maret 31.35% 28.42% 24.93% 24.10% 23.08% 23.04% 22.15% 21.53%
April 30.70% 27.71% 24.53% 22.76% 22.78% 22.53% 21.22% 20.94%
Mei 29.60% 24.63% 23.28% 22.44% 22.50% 21.73% 20.54% 20.57%
Juni 29.64% 26.71% 24.33% 22.40% 22.21% 21.73% 20.22% 20.62%
Juli 29.20% 25.24% 24.36% 22.09% 21.86% 21.52% 20.31% 20.69%
Agustus 27.17% 25.24% 24.48% 22.10% 21.78% 20.85% 20.24% 20.74%
September 29.10% 24.75% 25.26% 21.96% 21.80% 20.71% 20.72% 20.89%
Oktober 26.25% 24.63% 25.04% 22.40% 22.22% 20.93% 20.71% -
November 28.70% 24.78% 23.87% 24.63% 22.34% 22.08% 20.78% -
Desember 27.46% 23.49% 25.16% 22.08% 22.77% 21.47% 21.73% -
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 (data diolah)
73
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, Capital Adequacy Ratio terendah pada
tahun 2010 berada pada bulan Oktober sebesar 26.25% dan tertinggi pada
bulan Februari sebesar 33.25%. Pada tahun 2011 data CAR terendah
terdapat pada bulan Desember sebesar 23.49% dan tertinggi terdapat pada
bulan Januari sebesar 30.12%. Pada tahun 2012 data CAR terendah terdapat
pada bulan Mei sebesar 23.28% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari
sebesar 25.90%. Pada tahun 2013 data CAR terendah terdapat pada bulan
September sebesar 21.96% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari
sebesar 25.06%. Pada tahun 2014 data CAR terendah terdapat pada bulan
Agustus sebesar 21.78% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar
24.62%. Pada tahun 2015 data CAR terendah terdapat pada bulan
September sebesar 20.71% dan tertinggi terdapat pada bulan Februari
sebesar 24.67%. Pada tahun 2016 data CAR terendah terdapat pada bulan
Juni sebesar 20.22% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar
23.48%. Pada tahun 2017 data CAR terendah terdapat pada bulan Mei
sebesar 20.57% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 23.46%.
Berdasarkan tabel 4.4 diatas sebenarnya data CAR tersebut mengalami
penurunan, data tertinggi pada tahun 2010 sebesar 33.25% tetapi
mengalami penurunan pada tahun-tahun berikutnya.
74
5. Biaya Operasional Dan Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operational yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan operasional. Secara singkat
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasionalnya dalam memperoleh laba,
Semakin besar tingakat BOPO suatu bank maka kinerja dan opersional bank
akan menurun karena besarnya beban yang diterima (Fitra Rizal, 2016).
Tabel 4.6 Deskripsi Variabel BOPO
Bulan Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 76.30% 76.29% 78.42% 79.34% 89.48% 88.03% 91.89% 83.46%
Februari 76.78% 76.37% 78.13% 79.17% 86.72% 87.16% 90.18% 84.79%
Maret 76.18% 77.27% 77.88% 79.13% 87.55% 88.66% 89.56% 85.13%
April 75.35% 77.65% 78.73% 78.69% 87.93% 88.68% 89.56% 85.20%
Mei 75.34% 77.00% 79.14% 78.97% 87.95% 88.38% 89.17% 85.55%
Juni 75.20% 77.35% 79.13% 78.99% 87.51% 88.13% 87.94% 86.50%
Juli 75.61% 76.59% 80.22% 79.65% 89.77% 89.24% 88.82% 86.51%
Agustus 76.49% 76.96% 80.91% 81.29% 89.65% 89.20% 89.42% 86.18%
September 76.93% 75.75% 80.89% 80.08% 89.13% 89.55% 87.91% 86.31%
Oktober 77.18% 78.23% 79.08% 79.62% 88.49% 89.14% 87.35% -
November 76.24% 78.79% 79.10% 79.96% 88.50% 89.38% 87.66% -
Desember 78.08% 76.31% 80.02% 80.75% 87.79% 88.09% 87.09% -
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan 2017 (data diolah)
75
Berdasarkan tabel 4.5 diatas, BOPO terendah pada tahun 2010
berada pada bulan Juni sebesar 75.20% dan tertinggi pada bulan
Desember sebesar 78.08%. Pada tahun 2011 data BOPO terendah
terdapat pada bulan September sebesar 75.75% dan tertinggi terdapat
pada bulan November sebesar 78.79%. Pada tahun 2012 data BOPO
terendah terdapat pada bulan Maret sebesar 77.88% dan tertinggi
terdapat pada bulan Agustus sebesar 80.91%. Pada tahun 2013 data
BOPO terendah terdapat pada bulan April sebesar 78.69% dan tertinggi
terdapat pada bulan Agustus sebesar 81.29%. Pada tahun 2014 data
BOPO terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 86.72% dan
tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 89.77%. Pada tahun 2015 data
BOPO terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 87.16% dan
tertinggi terdapat pada bulan September sebesar 89.55%. Pada tahun
2016 data BOPO terendah terdapat pada bulan Desember sebesar
87.09% dan tertinggi terdapat pada bulan Januari sebesar 91.89%. Pada
tahun 2017 data BOPO terendah terdapat pada bulan Januari sebesar
83.46% dan tertinggi terdapat pada bulan Juli sebesar 86.51%.
Berdasarkan tabel 4.5 diatas sebenarnya data BOPO tersebut mengalami
naik turun dari tahun 2010-september 2017, dan data tertinggi terdapat
pada tahun 2016.
76
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Stasioner
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian
dari data time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Hasil uji akar-akar
unit dengan melihat probabilitas, jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner. Jika data tidak stasioner di
tingkat level, data dapat dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1 (Winarno,
2015).
Setelah data diolah menggunakan aplikasi Eviews 9, maka terlihat hasil
uji akar unit sebagai berikut:
Tabel 4.7
Stasioner ADF Tingkat Level
Variabel Level
t-stat Probabilitas Keterangan
ROA -2.219452 0.2009 Tidak Stasioner
FDR -2.164152 0.2208 Tidak Stasioner
NPF -1.178832 0.6809 Tidak Stasioner
CAR -2.978193 0.0408 Stasioner
BOPO -1.235404 0.6562 Tidak Stasioner
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
77
Berdasarkan hasil uji stasioneritas pada tingkat level, variabel
ROA, FDR, NPF, CAR dan BOPO tidak stasioneritas karena memiliki
probabilitas lebih besar dari 0.05. Oleh karena itu, maka uji stasioneritas
dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Stasioner ADF Tingkat 1st Difference
Variabel Level
t-stat Probabilitas Keterangan
ROA -10.90730 0.0000 Stasioner
FDR
-5.604400 0.2099
Tidak
Stasioner
NPF -12.04974 0.0001 Stasioner
CAR -4.780890 0.0001 Stasioner
BOPO -13.68299 0.0001 Stasioner
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
hasil uji stasioneritas pada tingkat level, variabel FDR tidak
stasioneritas karena memiliki probabilitas lebih besar dari 0.05. Oleh
karena itu, maka uji stasioneritas dinaikkan ke diferensiasi tingkat 2,
dengan hasil sebagai berikut:
78
Tabel 4.9
Stasioner ADF Tingkat 2st Difference
Variabel Level
t-stat Probabilitas Keterangan
ROA -9.883771 0.0000 Stasioner
FDR -8.293916 0.0000 Stasioner
NPF -6.753680 0.0000 Stasioner
CAR -8.674983 0.0000 Stasioner
BOPO -8.029199 0.0000 Stasioner
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Seluruh hasil uji pada diferensiasi tingkat 2 menunjukkan semua
variabel sudah stasioner. Dari output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai
probabilitas seluruh variabel lebih kecil dari nilai kritis (0.0000<0.05).
Dengan demikian data telah stasioner pada tahap diferensiasi tingkat 2
dan hipotesis H0 (data tidak stasioner) dapat ditolak.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan
menggunakan metode Jarque-Bera (JB). Model regresi yang baik
79
adalah data berdistribusi normal. Dalam software EViews, normalitas
sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera.
Uji JB didapat dari histogram normality (Ghozali, 2013).
Setelah data diolah menggunakan EViews 9 maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
Series: ResidualsSample 1 93Observations 93
Mean -1.67e-16Median -0.037668Maximum 0.619775Minimum -0.513984Std. Dev. 0.248101Skewness 0.091176Kurtosis 2.493014
Jarque-Bera 1.124861Probability 0.569822
Berdasarkan gambar , dihasilkan nilai JB sebesar 1.124861
dengan probabilitas sebesar 1.124861 yang berarti nilai ini lebih dari
0.05. Maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinieritas
80
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna
antar variabel independen (Ghozali, 2013).
Pada penelitian ini uji multikolinearitas yang digunakan
menggunakan metode perhitungan koefisien korelasi, di mana jika
hubungan antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya di
bawah 0.90, maka antar variabel tersebut tidak terdapat gejala
multtikolinearitas. Sebaliknya, jika koefisien korelasi yang dihasilkan
di atas 0.90 maka dapat dikatakan terdapat gejala multikolinearitas.
Setelah data diolah menggunakan EViews 9, maka didapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hubungan antar
variabel independen (FDR, NPF, CAR dan BOPO) tidak ada yang
FDR NPF CAR BOPO
FDR 1.000000 -0.424675 0.396484 -0.366934
NPF -0.424675 1.000000 -0.647966 0.790005
CAR 0.396484 -0.647966 1.000000 -0.751426
BOPO -0.366934 0.790005 -0.751426 1.000000
81
menunjukkan nilai korelasi >0,9. Nilai korelasi tertinggi
sebesar 0.790005 yaitu antara BOPO dan NPF, karena
sebesar 0.79005>0,09 maka dalam halini H0 diterima, sehingga dapat
diputuskan bahwa dalam model ini tidak terjadi gejala multikolinieritas.
Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya.
C. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan moskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013).
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastisitas
atau tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2>0.05, maka data tidak
terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan aplikasi EViews 9.0 dengan menggunakan uji glejser, diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas
82
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel uji heteroskedatis dengan mengunakan uji
statistik di atas dapat diketahui bahwa probability chi-square sebesar
0.6103>0.05, dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa H0
diterima. Hasil uji white tersebut menunjukkan tidak adanya masalah
heteroskedastisitas
D. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,
2013).
Uji autokorelasi dapat dilakukan melalui uji LM Test yang
kemudian hasil dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi Square. Jika
probabilitas Chi Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%, maka
dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil pengujian uji autokorelasi
menggunakan EViews 9.0 adalah sebagai berikut:
Heteroskedasticity Test: Glejser
F-statistic 0.656077 Prob. F(4,87) 0.6242
Obs*R-squared 2.693872 Prob. Chi-Square(4) 0.6103
Scaled explained SS 3.915181 Prob. Chi-Square(4) 0.4176
83
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 65.23255 Prob. F(2,86) 0.0000
Obs*R-squared 56.05178 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel , diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square>α=5% (0.0000<0.05), maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdapat masalah autokorelasi. Oleh karena
itu, perlu dilakukannya perbaikan, pada masalah autokorelasi ini
dapat diperbaiki dengan Metode Durbin-Watson. Berikut hasil
pegolahan dengan metode Durbin-Watson:
Tabel 4.13
Hasil Uji Autokorelasi dengan Metode Durbin-Watson
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.817658 Prob. F(2,85) 0.4449
Obs*R-squared 1.736579 Prob. Chi-Square(2) 0.4197
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/15/18 Time: 20:01
Sample: 2 93
Included observations: 92
84
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
3. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Parameter Indinvidual (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel-variabel independen FDR, NPF, CAR dan BOPO
terhadap variabel dependen, yaitu ROA. Salah satu cara untuk
melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji
statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.000151 0.015576 -0.009691 0.9923
D(FDR) -0.000300 0.005267 -0.056888 0.9548
D(NPF) 0.001430 0.034766 0.041121 0.9673
D(CAR) -0.000342 0.014181 -0.024151 0.9808
D(BOPO) -0.000752 0.010879 -0.069106 0.9451
RESID(-1) -0.137585 0.109010 -1.262128 0.2104
RESID(-2) -0.038472 0.111421 -0.345284 0.7307 R-squared 0.018876 Mean dependent var -3.17E-18
Adjusted R-squared -0.050380 S.D. dependent var 0.143916
S.E. of regression 0.147497 Akaike info criterion -0.916983
Sum squared resid 1.849203 Schwarz criterion -0.725107
Log likelihood 49.18120 Hannan-Quinn criter. -0.839540
F-statistic 0.272553 Durbin-Watson stat 2.002549
Prob(F-statistic) 0.948352
85
yaitu 0.05, berarti variabel independen secara parsial (individu)
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Tabel 4.14
Hasil Uji-t
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 11/22/17 Time: 14:50
Sample: 1 93
Included observations: 93
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.276469 1.092061 3.915961 0.0002
FDR 0.001570 0.004891 0.321039 0.7489
NPF 0.019538 0.032392 0.603173 0.5479
CAR 0.065451 0.013801 4.742672 0.0000
BOPO -0.042592 0.009619 -4.427706 0.0000
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Dari hasil tabel hasil uji statistik t terdapat sebagai berikut:
86
1) Pengaruh Financing To Deposit Ratio terhadap Ratio On Asset
Hasil pengujian dengan analisis regresi data time series
menunjukkan,
bahwa nilai probabilitas FDR yaitu sebesar 0.7489 yang
lebih besar dari 0.05 sehingga H01 ditterima/ Ha1 ditolak. Hal ini
secara parsial berarti bahwa FDR tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap ROA.
2) Pengaruh Non Performing Financing terhadap Ratio On Asset
Hasil pengujian dengan analisis regresi data time series
menunjukkan,bahwa nilai probabilitas NPF yaitu sebesar 0.5479
yang lebih besar dari 0.05 sehingga H02 diterima/ Ha2 ditolak.
Hal ini secara parsial berarti bahwa FDR tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROA.
3) Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Ratio On Asset
Hasil pengujian dengan analisis regresi data time series
menunjukkan,bahwa nilai probabilitas CAR yaitu sebesar
0.0000 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga H03 ditolak/ Ha3
diterima. Hal ini secara parsial berarti bahwa CAR memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROA.
4) Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
terhadap Ratio On Asset
87
Hasil pengujian dengan analisis regresi data time series
menunjukkan,bahwAa nilai probabilitas BOPO yaitu sebesar
0.0000 yang lebih kecil dari 0.05 sehingga H04 ditolak/ Ha4
diterima. Hal ini secara parsial berarti bahwa BOPO memiliki
pengaruh signifikan terhadap ROA.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel independen atau
untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen atau tidak.
Apabila probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H05 ditolak dan
dapat disimpulkan bahwa variabel independen secara simultan
mempengaruhi variabel dependennya. Apabila probabilitas lebih besar
dari 0.05, maka H05 diterima dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. Uji
hipotesis secara simultan menggunakan uji F, tertera pada tabel berikut:
Tabel 4.15
Hasil Uji-F
88
Berdasarkan hasil output EViews yang ditunjukkan tabel , nilai
probabilitas (prob) dari tabel yaitu sebesar 0.000000 yang lebih kecil
dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga H05 ditolak/ Ha5 diterima. Hal
ini menandakan bahwa variabel FDR, NPF, CAR dan BOPO secara
bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap Ratio On Asset, sehingga model regresi dapat digunakan untuk
memprediksi variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model
regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih
dari satu variabel independen.
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000
89
Tabel 4.16
Hasil Koefisien Determinasi
Sumber: Output Eviews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas besarnya angka Adjusted R-Squared adalah
0.680788. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 68% atau dapat
diartikan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan 68% terhadap variabel dependennya. Sedangkan
sisanya 32% dipengaruhi faktor lain yaitu Inflasi, Operational
Efficiency Ratio (OER), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan BI Rate.
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000
90
4. Persamaan Model Regresi
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda
dengan metode OLS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.17
Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Sumber: Output EViews 9
Dari tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
ROA= 4.276469 + 0.001570FDR + 0.019538NPF + 0.065451CAR -
0.042592 +e
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 11/22/17 Time: 14:50
Sample: 1 93
Included observations: 93
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.276469 1.092061 3.915961 0.0002
FDR 0.001570 0.004891 0.321039 0.7489
NPF 0.019538 0.032392 0.603173 0.5479
CAR 0.065451 0.013801 4.742672 0.0000
BOPO -0.042592 0.009619 -4.427706 0.0000
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000
91
Dimana:
Y : ROA (Ratio On Asset)
X1 : FDR (Financing to Deposit Ratio)
X2 : NPF (Non Performing Financing)
X3 : CAR (Capital Adequacy Ratio)
X4 : BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Dari Persamaan Di atas dapat dijelaskan bahwa:
1. Dari hasil data OLS, nilai konstanta sebesar 4.276469, artinya bahwa apabila
variabel bebas (independen) dianggap konstan atau tidak mengalami
perubahan. Maka dapat disimpulkan bahwa ROA BPRS Berimbang
meningkat sebesar 4.276469.
2. Nilai koefisien regresi FDR (Financing to Deposit Ratio) sebesar 0.001570
persen yang berarti Financing to Deposit Ratio dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan. Maka dapat disimpulkan bahwa ROA BPRS
Berimbang meningkat sebesar 0.001570.
3. Nilai koefisien regresi NPF (Non Performing Financing) sebesar 0.019538
persen yang berarti Non Performing Financing dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan. Maka dapat disimpulkan bahwa ROA BPRS
Berimbang meningkat sebesar 0.019538.
92
4. Nilai koefisien regresi CAR (Capital Adequacy Ratio) sebesar 0.065451
persen yang berarti Capital Adequacy Ratio dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan. Maka dapat disimpulkan bahwa ROA BPRS
Berimbang meningkat sebesar 0.065451.
5. Nilai koefisien regresi BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
sebesar
- 0.042592 persen yang berarti BOPO mengalami perubahan (positif) sebesar
1 persen, maka akan menaikan ROA sebesar 0.042592 persen.
5. Interpretasi
Bedasarkan pengujian hipotesis hasil penelitian yang telah dilakukan
untuk mengetahui pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non
Prerforming Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO pada
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Periode 2010-September 2017
akan dijabarkan sebagai berikut:
1. Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset
(ROA)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Financing To Deposit Ratio
(FDR) mempunyai nilai signifikan 0.7489>0.05. Hal ini berarti menolak
Ha1 atau menerima H01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Financing To Deposit Ratio (FDR) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap Ratio On Asset (ROA).
93
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Linda Widyaningrum & Dina Fitrisia Septiarini (2015) yang menyatakan
FDR tidak berpengaruh terhadap ROA. FDR berpengaruh tidak signifikan
terhadap ROA dapat disebabkan oleh pembiayaan yang disalurkan oleh
BPRS belum berjalan secara efektif dan optimal, sehingga menyebabkan
pembiayaan non-lancar meningkat seiring dengan total pembiayaan yang
disalurkan oleh BPRS.
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset
(ROA)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Non Performing Financing
(NPF) mempunyai nilai signifikan 0.5479>0.05. Hal ini berarti menolak Ha2
atau menerima H02. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non
Performing Financing (NPF) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap Ratio On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Linda Widyaningrum & Dina Fitrisia Septiarini (2015) NPF tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA dapat disebabkan oleh
pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang paling banyak
digunakan sedangkan pembiayaan non-lancar lebih banyak terjadi pada
pembiayaan modal kerja yang menggunakan akad mudharabah.
94
NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS. Hal ini
bisa juga terjadi karena pembiayaan murabahah kurang cocok untuk
pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.
3. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Asset (ROA)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio
(CAR) mempunyai nilai signifikan 0.0000<0.05. Hal ini berarti menerima
Ha3 atau menolak H03. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Ratio On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ahmad Muhaemin (2016) CAR mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap ROA CAR menggambarkan kecukupan modal yang dimiliki
BPRS untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko. Nilai CAR yang positif dapat dijelaskan bahwa ketika CAR
meningkat, maka BPRS memiliki peluang yang cukup besar untuk
melakukan ekspansi pembiayaan atau BPRS mampu untuk menanggung
risiko dari setiap aktiva produktif sehingga mampu membiayai operasi
bank.
CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS. Hal ini bisa
juga terjadi karena nilai CAR yang tinggi mampu membuat bank
95
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup
besar bagi profitabilitas.
4. Pengaruh BOPO terhadap Return On Asset (ROA)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa BOPO mempunyai nilai
signifikan 0.0000<0.05. Hal ini berarti menerima Ha4 atau menolak H04.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Ratio On Asset (ROA).
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Fitra Rizal (2016) yang menyatakan BOPO berpengaruh terhadap ROA.
BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA dapat disebabkan oleh
pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS belum berjalan secara efektif dan
optimal, sehingga menyebabkan pembiayaan non-lancar meningkat seiring
dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh BPRS.
BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA pada BPRS. Hal ini bisa
juga terjadi karena pendapatan operasional yang didapatkan bank terdiri
dari semua pendapatan dari kegiatan operasional langsung yang benar-
benar sudah diterima.
5. Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing
(NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO Terhadap Return On Asset
(ROA)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Financing To Deposit
Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio
96
(CAR), BOPO secara simultan memiliki pengaruh terhadap Return On
Asset (ROA). Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai
signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0.000000<0.05) hal ini berarti
menerima Ha5 atau menolak H05. Karena terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel Financing To Deposit Ratio (FDR), Non Performing
Financing (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO secara simultan
terhadap Return On Asset (ROA). hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Fitra Rizal (2016).
Menurut (Fitra Rizal, 2016), selama periode penelitian FDR, NPF, CAR
dan BOPO secara bersama-sama berpengaruh dan signifikan terhadap
ROA Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia. Hal tersebut dapat
terjadi karena profitabilitas suatu BPRS sangat dipengaruhi oleh semua atau
sebagian rasio-rasio keuangan. Diantaranya adalah rasio permodalan,
pembiayaan dan beban operasional.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial, Financing To Deposit Rtio (FDR) dan Non
Performing Finance (NPF) tidak berpengaruh terhadap ROA, hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Linda Widyaningrum & Dina Fitrisia Septiarini (2015). Hasil
penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap
ROA, hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Muhaemin (2016). Hasil penelitian BOPO
berpengaruh terhadap ROA, hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Fitra Rizal (2016).
2. Secara simultan, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
BOPO berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA)
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Fitra Rizal (2016).
98
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. BPRS
BPRS terus memantau kinerja keuangannya, sehingga BPRS
diharapkan terus meningkatkan efisiensi operasionalnya agar dapat
meningkatkan keuntungan. Pihak BPRS juga perlu memperhatikan
rasio-rasio nya seperti FDR, NPF, CAR dan BOPO.
2. Nasabah dan Investor
Nasabah dan investor mempunyai gambaran informasi untuk
memilih produk BPRS yang dapat menguntungkan dan acuan untuk
investor menanamkan investasi di BPRS.
3. Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
memperbanyak jumlah variabel seperti : Pembiayaan Musyarakah,
Inflasi, reksadana dan lainnya. Periode penelitian dapat diperbaharui
atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaskan
berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
99
Daftar Pustaka
Abdurrahim, Ahim, Aji Erlangga, Rizal Yaya. 2009. Akuntansi Perbankan
Syariah:Teori Praktik dan Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat.
Almilia, Luciana Spica & Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode
2000-2002. Jurnal Akuntansi Keuangan, Vol. 7, No. 2.
Antonio, M.Syafi’i. 2008. Bank syariah analisi kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman, cet ke II. Yogyakarta. Ekonisi.
Darmawi, Herman. 2011. Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dendawijaya, Lukman. 2000. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Dendawijaya, Lukman .2003. Manajemen Perbankan, Edisi kedua. Jakarta:
GhaliaIndonesia.
Fariha, Fivi. 2016. Pengaruh Capital Adequacy Ratio(CAR), Non performing financing
(NPF), Biaya Operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia Pada Tahun 2012-2015. Skripsi. Program Studi Perbankan Syariah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Firmansyah, Irman. 2014. Determinant Of Non Performing loan: The Case Of Islamic
Bank In Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. , Vol. 17, No. 2.
Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Perbankan Syariah. Ciputat: GP Press Group.
Ismail. 2010. “Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi”. Jakarta:
Kencana.
Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Pengantar Perbankan. Jakarta: Gaung Persada
Hasan, Nurul Ichsan. 2014. Pengantar Asuransi Syariah. Gaung Persada Press Group.
Hasan, Nurul Ichsan. 2018. Pendirian Bank Umum dan BPR Konvensional atau
Syariah. Jurnal Nisbah Vol. 4 No. 1.
Kuncoro, Mundrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPFE UGM.
Lemiyana & Litriani, Erdah. 2016. Pengaruh NPF, FDR, CAR Terhadap Return On
Asset (ROA) Pada Bank Umum Syariah. Jurnal Ekonomi Vol. 2 No 1.
Meydianawathi, Luh Gede. 2007. Analisis Perilaku Penawaran Kredit
100
Perbankan Kepada Sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Buletin Studi
Ekonomi Edisi: Vol. 12 No 2.
Muchlis, Iskandar. 2000. Akuntansi Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.
Muhaemin, Ahmad. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia. Skripsi. Program Studi
Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Nachrowi, Nachrowi Djalal dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pratiwi, Dhian Dayinta. 2012. Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR Terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah. Skripsi. Program Studi
Ekonomika dan Bisnis Diponegoro Semarang.
Rivai, Veithzal dan Arifin. 2010. Islamic Banking Sebauh Teori, Konsep, dan Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Riyadi, S. 2006. Banking Asset an Liability Management. Jakarta: LPFE UI.
Rizal, Fitra. 2016. Pengaruh Capital Adequacy Ratio , Non Performing Finance Dan
Operational Efficiency Ratio Terhadap Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Jurnal Vol 1. No.1. Pasca sarjana STAIN Ponorogo
Sarwono, Jonathan. 2013.Statistik Multivariat: Aplikasi Untuk Riset Skripsi.
Yogyakarta: Andi.
Sugiono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatid Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta.
Suharto, Pandu. 1991. Peran, Masalah, dan Prospek Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia..
Suliyanto. 2011. Ekonometri Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
Andi.
Surya, Andi. 2008. Pengaruh Dana Pihak Ketiga(DPK), Non Performing Financing
(NPF), Financing To Deposit Ratio (FDR), dan Pendapatan Terhadap
Pembiayaan Bagi Hasil di Bank Muamalat. Skripsi.
Wibisono, Yusuf Muhammad & Wahyuni, Salamah. 2017. Pengaruh CAR, NPF,
BOPO, FDR Terhadap ROA yang dimediasi oleh NOM. Jurnal Bisnis &
Manajemen Vol. 17, No. 1.
Wibowo. 2011. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Widyaningrum, Linda & Septiarini, Dina Fitrisia. 2015. Pengaruh CAR, NPF, FDR,
dan OER Terhadap ROA Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Di Indonesia
Periode Januari 2009 Hingga Mei 2014. JESTT Vol. 2, No. 12.
Winarno, Wing Wahyu. 2015. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
101
Web
Outlook Perbankan Syariah
www.ojk.go.id diakses pada 02 juli 2018
www.bi.go.id diakses pada 02 juli 2018
https://syariahekonomi45.blogspot.co.id/2016/04/bprs-bank-pembiayaan-rakyat-
syariah-di.html?m=1
102
Lampiran
Lampiran 1: Data Penelitian
No Periode ROA FDR NPF CAR BOPO
1. Jan-10 3.55 123.61 7.36 30.8 76.3
2. Feb-10 3.48 126.23 7.48 33.25 76.78
3. Mar-10 3.57 129.05 7.37 31.35 76.18
4. Apr-10 3.67 130.51 7.19 30.7 75.35
5. Mei-10 3.97 131.17 7.13 29.6 75.34
6. Jun-10 3.71 135.2 6.92 29.64 75.2
7. Jul-10 3.68 135.74 7.16 29.2 75.61
8. Agust-10 3.52 139.96 7.18 27.17 76.49
9. Sept-10 3.47 135.82 7.43 29.1 76.93
10. Okt-10 3.61 133.36 7.48 26.25 77.18
11. Nov-10 3.59 134.5 7.53 28.7 76.24
12. Des-10 3.49 128.47 6.5 27.46 78.08
13. Jan-11 2.83 127.04 6.79 30.12 76.29
14. Feb-11 2.84 128.72 7.04 29.75 76.37
15. Mar-11 2.71 129.4 7.15 28.42 77.27
16. Apr-11 2.65 130.38 7.02 27.71 77.65
17. Mei-11 2.73 133.22 6.82 24.63 77
18. Jun-11 2.72 136.2 7.09 26.71 77.35
19. Jul-11 2.74 137.29 7 25.24 76.59
20. Agust-11 2.72 139.58 7.05 25.24 79.96
21. Sept-11 2.8 134.75 7.05 24.75 75.75
22. Okt-11 2.39 133.53 7.05 24.63 78.23
23. Nov-11 2.53 132.26 7.05 24.78 78.79
24. Des-11 2.67 127.71 7.05 23.49 76.31
25. Jan-12 2.65 124.41 6.68 25.9 78.42
26. Feb-12 2.7 125.03 6.61 25.24 78.13
27. Mar-12 2.73 125.53 6.42 24.93 77.88
28. Apr-12 2.66 124.98 6.5 24.53 78.73
29. Mei-12 2.59 126.04 6.47 23.28 79.14
30. Jun-12 2.74 129.73 6.39 24.33 79.13
31. Jul-12 2.67 129.76 6.68 24.36 80.22
32. Agust-12 2.57 127.74 6.91 24.48 80.91
33. Sept-12 2.58 126.71 6.87 25.26 80.89
34. Okt-12 2.82 124.82 6.83 25.04 79.08
35. Nov-12 2.76 124.21 6.8 23.87 79.1
36. Des-12 2.64 120.96 6.15 25.16 80.02
103
No Periode ROA FDR NPF CAR BOPO
37. Jan-13 3.07 119.48 6.91 25.06 79.34
38. Feb-13 3.05 119.46 7.33 24.45 79.17
39. Mar-13 3.06 119.67 7.21 24.1 79.13
40. Apr-13 3.14 122.5 7.32 22.76 78.69
41. Mei-13 3.1 125.4 7.69 22.44 78.97
42. Jun-13 2.98 120.63 7.25 22.4 78.99
43. Jul-13 2.87 131.51 7.35 22.09 79.65
44. Agust-13 2.63 126.96 7.89 22.1 81.29
45. Sept-13 2.85 126.52 7.58 21.96 80.08
46. Okt-13 2.9 125.92 7.48 22.4 79.62
47. Nov-13 2.89 124.76 7.34 24.63 79.96
48. Des-13 2.79 120.93 6.5 22.08 80.75
49. Jan-14 2.78 120.52 7.77 24.62 89.48
50. Feb-14 2.81 122.3 7.71 23.78 86.72
51. Mar-14 2.71 123.1 7.74 23.08 87.55
52. Apr-14 2.56 126.58 8 22.78 87.93
53. Mei-14 2.47 130.09 8.23 22.5 87.95
54. Jun-14 2.77 134.64 8.18 22.21 87.51
55. Jul-14 2.45 135.04 8.62 21.86 89.77
56. Agust-14 2.49 129.96 8.83 21.78 89.65
57. Sept-14 2.26 131.7 8.68 21.8 89.13
58. Okt-14 2.18 130.14 8.94 22.22 88.49
59. Nov-14 2.21 129.27 8.81 22.34 88.5
60. Des-14 2.26 124.24 7.89 22.77 87.97
61. Jan-15 2.31 123.5 8.97 24.43 88.03
62. Feb-15 2.23 124.75 9.11 24.67 87.16
63. Mar-15 2.07 125.6 10.36 23.04 88.66
64. Apr-15 2.19 126.67 9.33 22.53 88.68
65. Mei-15 2.17 129.63 9.38 21.73 88.38
66. Jun-15 2.3 135.68 9.25 21.73 88.13
67. Jul-15 2.28 132.47 9.8 21.52 89.24
68. Agust-15 2.34 130.28 9.74 20.85 89.2
69. Sept-15 2.22 129.01 9.87 20.71 89.55
70. Okt-15 2.2 127.21 10.01 20.93 89.14
71. Nov-15 2.15 125.64 9.69 22.08 89.38
72. Des-15 2.2 120.06 8.2 21.47 88.09
73. Jan-16 2.32 118.56 9.08 23.48 91.89
74. Feb-16 2.32 119.92 9.41 23.17 90.18
75. Mar-16 2.25 121.55 9.44 22.15 89.56
76. Apr-16 2.25 121.55 9.51 21.22 89.56
104
No Periode ROA FDR NPF CAR BOPO
77. Mei-16 2.16 125.03 9.6 20.54 89.17
78. Jun-16 2.18 129.35 9.18 20.22 87.94
79. Jul-16 2.21 121.32 9.97 20.31 88.82
80. Agust-16 2.11 118.96 10.99 20.24 89.42
81. Sept-16 2.45 118.63 10.47 20.72 87.91
82. Okt-16 2.47 117.86 10.49 20.71 87.35
83. Nov-16 2.34 116.26 10.13 20.78 87.66
84. Des-16 2.27 114.4 8.63 21.73 87.09
85. Jan-17 2.33 113.79 9.61 23.46 83.46
86. Feb-17 2.31 114.54 9.98 23.05 84.79
87. Mar-17 2.29 116.98 9.94 21.53 85.13
88. Apr-17 2.3 116.84 10.15 20.94 85.2
89. Mei-17 2.28 121.04 10.63 20.57 85.55
90. Jun-17 2.24 124.47 10.71 20.62 86.5
91. Jul-17 2.5 119.59 10.78 20.69 86.51
92. Agust-17 2.51 118.12 10.77 20.74 86.18
93. Sept-17 2.56 116.49 10.79 20.89 86.31
Sumber: Statistik Perbankan Syariah OJK
Lampiran 2: Uji Stasioner
Variabel Dependen Return On Asset (ROA)
Null Hypothesis: D(ROA,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.883771 0.0000
Test critical values: 1% level -3.506484
5% level -2.894716
10% level -2.584529
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
105
Variabel Dependen Financing Deposit To Ratio (FDR)
Null Hypothesis: D(FDR,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.293916 0.0000
Test critical values: 1% level -3.515536
5% level -2.898623
10% level -2.586605
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel Dependen Non Performing Finance (NPF)
Null Hypothesis: D(NPF,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 10 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.753680 0.0000
Test critical values: 1% level -3.514426
5% level -2.898145
10% level -2.586351
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
106
Variabel Dependen Capital Adequacy Ratio (CAR)
Null Hypothesis: D(CAR,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 11 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.674983 0.0000
Test critical values: 1% level -3.515536
5% level -2.898623
10% level -2.586605
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel Dependen BOPO
Null Hypothesis: D(BOPO,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Automatic - based on SIC, maxlag=11)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.029199 0.0000
Test critical values: 1% level -3.508326
5% level -2.895512
10% level -2.584952
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
107
Lampiran 3: Uji Heteroskedastisitas
Heroskedasticity Test: White
F-statistic 4.399111 Prob. F(14,78) 0.0000
Obs*R-squared 41.03261 Prob. Chi-Square(14) 0.0002
Scaled explained SS 27.42601 Prob. Chi-Square(14) 0.0169
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 11/22/17 Time: 15:04
Sample: 1 93
Included observations: 93
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.952016 15.29865 0.062229 0.9505
FDR^2 -0.000308 0.000213 -1.449486 0.1512
FDR*NPF -0.000977 0.001990 -0.491199 0.6247
FDR*CAR 0.000699 0.001010 0.691958 0.4910
FDR*BOPO 0.000446 0.000594 0.751063 0.4549
FDR 0.032862 0.082778 0.396990 0.6925
NPF^2 -0.007638 0.011464 -0.666245 0.5072
NPF*CAR -0.013308 0.007713 -1.725439 0.0884
NPF*BOPO -0.006899 0.004610 -1.496631 0.1385
NPF 1.159979 0.426966 2.716792 0.0081
CAR^2 -0.004154 0.001585 -2.620628 0.0105
CAR*BOPO 0.000386 0.002424 0.159042 0.8740
CAR 0.203645 0.309711 0.657532 0.5128
BOPO^2 0.001369 0.000948 1.443233 0.1530
BOPO -0.243967 0.219356 -1.112194 0.2695
R-squared 0.441211 Mean dependent var 0.060892
Adjusted R-squared 0.340915 S.D. dependent var 0.074807
S.E. of regression 0.060731 Akaike info criterion -2.618028
Sum squared resid 0.287686 Schwarz criterion -2.209544
Log likelihood 136.7383 Hannan-Quinn criter. -2.453094
F-statistic 4.399111 Durbin-Watson stat 1.974372
Prob(F-statistic) 0.000010
108
Lampiran 4: Uji Autokorelasi
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/15/18 Time: 20:01
Sample: 2 93
Included observations: 92
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.000151 0.015576 -0.009691 0.9923
D(FDR) -0.000300 0.005267 -0.056888 0.9548
D(NPF) 0.001430 0.034766 0.041121 0.9673
D(CAR) -0.000342 0.014181 -0.024151 0.9808
D(BOPO) -0.000752 0.010879 -0.069106 0.9451
RESID(-1) -0.137585 0.109010 -1.262128 0.2104
RESID(-2) -0.038472 0.111421 -0.345284 0.7307
R-squared 0.018876 Mean dependent var -3.17E-18
Adjusted R-squared -0.050380 S.D. dependent var 0.143916
S.E. of regression 0.147497 Akaike info criterion -0.916983
Sum squared resid 1.849203 Schwarz criterion -0.725107
Log likelihood 49.18120 Hannan-Quinn criter. -0.839540
F-statistic 0.272553 Durbin-Watson stat 2.002549
Prob(F-statistic) 0.948352
109
Lampiran 5: Uji Ordinary Least Square
Lampiran 6: Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6
Series: ResidualsSample 1 93Observations 93
Mean -1.67e-16Median -0.037668Maximum 0.619775Minimum -0.513984Std. Dev. 0.248101Skewness 0.091176Kurtosis 2.493014
Jarque-Bera 1.124861Probability 0.569822
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 11/22/17 Time: 14:50
Sample: 1 93
Included observations: 93
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.276469 1.092061 3.915961 0.0002
FDR 0.001570 0.004891 0.321039 0.7489
NPF 0.019538 0.032392 0.603173 0.5479
CAR 0.065451 0.013801 4.742672 0.0000
BOPO -0.042592 0.009619 -4.427706 0.0000
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000
110
Lampiran 7: Uji Multikolinearitas
FDR NPF CAR BOPO
FDR 1.000000 -0.424675 0.396484 -0.366934
NPF -0.424675 1.000000 -0.647966 0.790005
CAR 0.396484 -0.647966 1.000000 -0.751426
BOPO -0.366934 0.790005 -0.751426 1.000000
Lampiran 8: Uji F (Simultan)
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 9: Uji T ( Parsial)
Dependent Variable: ROA
Method: Least Squares
Date: 11/22/17 Time: 14:50
Sample: 1 93
Included observations: 93
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 4.276469 1.092061 3.915961 0.0002
FDR 0.001570 0.004891 0.321039 0.7489
NPF 0.019538 0.032392 0.603173 0.5479
CAR 0.065451 0.013801 4.742672 0.0000
BOPO -0.042592 0.009619 -4.427706 0.0000
111
Lampiran 10: Koefisien Determinasi (R2)
R-squared 0.694667 Mean dependent var 2.670323
Adjusted R-squared 0.680788 S.D. dependent var 0.448995
S.E. of regression 0.253677 Akaike info criterion 0.146754
Sum squared resid 5.662977 Schwarz criterion 0.282916
Log likelihood -1.824073 Hannan-Quinn criter. 0.201732
F-statistic 50.05248 Durbin-Watson stat 0.459432
Prob(F-statistic) 0.000000