analisis pengaruh pandemi coronavirus disease 2019 …
TRANSCRIPT
65
ANALISIS PENGARUH PANDEMI CORONAVIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) DAN INDEKS HARGA
SAHAM GABUNGAN (IHSG) TERHADAP NILAI
TUKAR RUPIAH
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
FARAH DITA PERMATASARI
175020407111016
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
ANALISIS PENGARUH PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DAN
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH
FARAH DITA PERMATASARI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah pada tahun 2020. Variabel yang digunakan yaitu Nilai Tukar Rupiah, Coronavirus Disease 2019
(Covid-19), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan kebijakan penanganan Covid-19 berupa
larangan mudik. Penelitian ini menggunakan data time series yang dikumpulkan secara harian dari
2 Maret 2020 – 30 Desember 2020 dan diestimasi menggunakan metode Ordinary Least Square
(OLS) dengan variable dummy. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Covid-19, IHSG dan
kebijakan penanganan Covid-19 secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Nilai tukar
Rupiah.
Kata kunci: Nilai Tukar Rupiah, Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), IHSG
A. PENDAHULUAN
Perekonomian Indonesia pernah berada di fase kelam dalam sejarah pada saat terjadinya krisis
moneter 1997-1998 yang ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah secara drastis. Depresiasi
rupiah pada saat itu terjadi akibat runtuhnya nilai mata uang Thailand, yaitu baht, karena tidak
mampu membayar hutang luar negeri yang besar dan akhirnya menyebabkan Krisis Keuangan Asia.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), saat itu depresiasi rupiah mencapai 600% dalam kurun
waktu kurang dari satu tahun yaitu dari Rp. 2.350,- menjadi Rp. 16.000,- per dolar AS (Bank
Indonesia, 2007). Pada akhirnya, rupiah dibiarkan berfluktuasi secara bebas atau free floating oleh
Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997. Penurunan tidak hanya terjadi pada nilai tukar rupiah
saja, tetapi juga pada pasar modal di Indonesia. Dalam kurun waktu kurang dari empat bulan sejak Juli 1997, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengalami
penurunan lebih dari 44,31%. Hal ini dikarenakan investor dalam negeri lebih memilih untuk
mengalihkan uangnya ke dolar Amerika atau dalam bentuk investasi lain seperti emas yang lebih
aman dan stabil dibandingkan dengan mata uang rupiah (Larasati, 1999). Fluktuasi nilai tukar yang
terlalu besar merupakan salah satu risiko dalam perekonomian, sehingga kestabilan nilai tukar perlu
untuk di perhatikan agar terhindar dari krisis.
Perkembangan nilai tukar rupiah pada tahun 2020 cenderung bergerak fluktuatif dan mengalami
depresiasi, bahkan sempat terdepresiasi cukup dalam melebihi depresiasi pada tahun 1998. Nilai
rupiah terguncang akibat dari penyebaran wabah atau pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19) secara global yang tentu tidak hanya berdampak di Indonesia saja, tetapi juga di hampir seluruh
Negara lainnya. Nilai tukar rupiah pada awal tahun bergerak cenderung stabil, sampai pada bulan
Maret 2020 mengalami depresiasi seiring dengan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sejak saat itu nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan hingga mencapai level terendah dalam sejarah
yaitu sebesar Rp. 16.741 per USD pada tanggal 2 April 2020 (JISDOR, 2020). Menurut Laporan
Kementerian Keuangan, pelemahan nilai tukar disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang meluas ke
seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia sehingga para investor lebih memilih untuk mengalihkan
dana investasinya ke mata uang dunia yaitu dolar AS (Laporan Pemerintah, 2020). Kepanikan akibat
Covid-19 juga menyebabkan terjadinya capital outflow dari investor asing karena ketidakpastian
pasar keuangan.
Gambar 1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Tahun 2020
Sumber: Bank Indonesia
COVID-19 merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan. Perekonomian dunia terdampak
oleh munculnya virus Covid-19 dan memberikan konsekuensi ekonomi seperti penurunan harga
minyak internasional, perubahan kondisi keuangan global, kinerja pasar saham yang menurun, serta
depresiasi mata uang negara. Sebagai upaya untuk mengatasi dan menekan laju penularan virus
Covid-19, pemerintah melakukan berbagai intervensi. Upaya pencegahan yang dilakukan
pemerintah seperti penerapan social distancing, penutupan beberapa sekolah, Work From Home
bagi para pekerja, pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah di
Indonesia, dan larangan mudik yang menyebabkan aktivitas ekonomi terhambat sehingga roda perputaran ekonomi melambat. Pada satu sisi, kebijakan yang diambil bertujuan untuk
meminimalkan dan mencegah penyebarluasan Covid-19, namun di lain sisi kebijakan tersebut
memberikan implikasi ekonomi seperti perusahaan mengurangi kapasitas produksinya akibat
turunnya permintaan, terganggunya produksi akan menyebabkan pemberhentian tenaga kerja atau
pengurangan gaji, sehingga memperparah tingkat konsumsi masyarakat, selain itu juga berdampak
pada terganggunya rantai pasokan (Copenhagen Economics, 2020).
Gambar 2 Kasus Covid-19 di Indonesia Tahun 2020
Perkembangan perdagangan internasional dan pasar keuangan di seluruh dunia telah mengangkat
pentingnya hubungan antara nilai tukar dan harga saham. Covid-19 menimbulkan kepanikan bagi
para investor dan menyebabkan pasar keuangan di Indonesia terguncang. Tidak hanya
mempengaruhi nilai tukar Rupiah, wabah ini juga berdampak kepada penurunan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Arus keluar modal dari investor asing selalu menimbulkan volatilitas
yang tinggi baik dari pergerakan indeks saham maupun pada pergerakan kurs rupiah terhadap dolar
saat krisis. Pada sisi lain, emerging market yang terlalu mengandalkan aliran modal dari investasi portfolio untuk menutupi kelemahan-kelemahan dasar struktural di bidang ekonominya harus
menanggung konsekuensi negatif dalam jangka panjang, dimana para investor asing tidak memiliki
kepedulian terhadap kepentingan pembangunan di negara tujuan investasi mereka (Todaro dan
Smith, 2004). Oleh sebab itu, investasi portfolio dapat menyebabkan extreme volatility bagi pasar
modal (Bekaert et.al, 2003) dan akan mempengaruhi nilai tukar (Chayawadee & Corrine, 2008).
Penarikan dana asing (penjualan asing) akan menyebabkan indeks pasar saham mengalami
10000
12000
14000
16000
18000
Rupiah
0
200000
400000
600000
800000
Jan
Mar
Mei Ju
l
Sep
No
v
Jumlah Kasus
JumlahKematian
JumlahKesembuhan
penurunan yang diimbangi dengan meningkatnya permintaan mata uang asing sehingga akan
menyebabkan depresiasi bagi mata uang domestik. Hal ini sejalan dengan Teori Stock-Oriented
Model yang menyatakan bahwa pergerakan pada harga saham akan menyebabkan perubahan kurs.
Dengan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, penulis ingin melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS PENGARUH PANDEMI CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-
19) DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TERHADAP NILAI TUKAR
RUPIAH”
B. TINJAUAN PUSTAKA
Nilai Tukar (Kurs)
Nilai tukar merupakan salah satu komponen penting dalam suatu Negara karena pergerakan nilai
tukar mempengaruhi aspek perekonomian Negara tersebut secara luas. Pengaruhnya yang kuat
terhadap banyak variabel makroekonomi seperti inflasi, perdagangan internasional, neraca
pembayaran hingga suku bunga membuat nilai tukar penting dalam perekonomian terbuka. Nilai
tukar merupakan harga satu mata uang dalam kaitannya dengan mata uang lainnya (Krugman &
Obstfeld, 2003). Menurut Dornbusch (2008:453), kondisi ekonomi yang relatif baik terindikasi oleh
pertumbuhan nilai mata uang yang stabil.
Model Mundell-Fleming (Mundell-Fleming model) yang dikembangkan oleh Robert Mundell
(1962,1963) dan Marcus Fleming (1962) adalah model IS-LM dengan asumsi perekonomian kecil terbuka (open economy). Model Mundell-Fleming memasukkan pergerakan modal antar negara
(international capital movement) ke dalam model makroekonomi yang didasari oleh kerangka
kerangka IS-LM dari Keynesian (Nanga, 2001). Asumsi perekonomian dalam model ini adalah
perekonomian kecil yang terbuka dengan mobilitas modal yang sempurna (small open economy with
perfect capital mobility). Model Mundell-Fleming telah digunakan untuk menyatakan bahwa
perekonomian secara simultan tidak dapat mempertahankan nilai tukar tetap, pergerakan modal
bebas, dan kebijakan moneter independen.
Teori Purchasing Power Parity mencoba untuk mengaitkan nilai tukar dengan daya beli valuta
tersebut terhadap barang dan jasa. Law of One Price digunakan sebagai dasar dalam pnedekatan ini.
Teori ini menyebutkan bahwa dengan asumsi tertentu, dua barang yang identik seharusnya memiliki
harga yang serupa (Yoopi, 2004).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks saham, mengutip dari portal resmi BEI (2020) “adalah ukuran statistik yang
mencerminkan keseluruhan pergerakan harga atas sekumpulan saham yang dipilih berdasarkan
kriteria dan metodologi tertentu serta dievaluasi secara berkala”. IHSG merupakan salah satu indeks
harga saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Menurut Suharno dan Indarti (2014),
IHSG merupakan indeks yang dihasilkan dari perhitungan seluruh saham yang tercatat di BEI.
Hipotesis Pasar Efisien
Efiicient market hypothesis (EMH) merupakan sebuah hipotesa yang menyatakan bahwa harga
dari suatu surat berharga mencerminkan secara lengkap ketersediaan informasi mengenai surat
berharga tersebut (Bodie et al., 2008).
Random Walk
Dalam analisis pergerakan harga saham, informasi menjadi hal yang krusial untuk diketahui,
harapannya adalah agar investor mengetahui pergerakan dari harga saham. Menurut Bodie et al.
(2008), apabila terdapat sebuah informasi yang mensinyalir bahwa sebuah harga saham berada pada underpriced atau dibawah harga maka para investor akan membeli saham tersebut karena adanya
probabilitas profit. Pada akhirnya, perubahan harga saham akibat dari reaksi terhadap informasi baru
(unpredictable) juga bergerak secara tidak dapat diprediksi. Berdasarkan argumen tersebut maka
sebuah harga saham akan mengikuti random walk.
Rational Expectation
Rational expectation merupakan teori yang menyatakan bahwa ekspektasi dibentuk dengan
menggunakan hasil dari semua informasi yang tersedia. Dengan informasi yang tersedia, investor
dapat berkompromi dengan ekspektasinya dengan menambahkan informasi berdasarkan data
historis tentang kondisi ekonomi di masa depan. Hal ini yang menyebabkan peningkatan dan
penurunan harga saham (Sumani, 2008).
Behavioural Finance
Ricciardi dan Simon (2000) menyatakan bahwa behavioral finance mencoba menambahkan pemahaman kita terhadap pola-pola yang mendasari investor dalam pengambilan keputusan
termasuk di dalamnya aspek emosional dan seberapa besar dari aspek tersebut mempengaruhi proses
pengambilan keputusan.
The Lemon Market Theory
The Lemon Market Theory (LMT) atau masalah lemon adalah masalah yang muncul terkait nilai
suatu investasi atau produk akibat informasi asimetris yang dimiliki oleh pembeli dan penjual. Teori
masalah lemon dikemukakan dalam makalah penelitian tahun Akerlof (1970), dimana ia meneliti
pasar mobil bekas dan mengilustrasikan bagaimana asimetri informasi antara penjual dan pembeli
dapat menyebabkan pasar runtuh.
Adverse Selection
Menurut Scott (2000), adverse selection merupakan salah satu kondisi asimetris informasi
dimana para internal seperti para manajer dan orang-orang di dalam lainnya biasa mengetahui lebih
banyak informasi tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar.
Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dan Penyebarannya
Coronavirus adalah salah satu patogen utama yang menyerang sistem pernapasan manusia. Pada
31 Desember 2019, Tiongkok menemukan beberapa kasus pneumonia misterius di Kota Wuhan,
Provinsi Hubei. Pada 7 Januari 2020, otoritas Tiongkok mengumumkan deteksi virus manusia
terbaru, Betacorona, bernama 2019-nCoV oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang
kemudian dinamai SARS-CoV-2 penyebab wabah Pneumonia di Wuhan. Pada 10 Januari 2020,
genom virus dirilis dan diterbitkan secara resmi sebagai COVID-19 oleh WHO (Marty & Jones,
2020). Sejak saat itu, dampak Covid-19 menyebar secara cepat dan luas ke seluruh dunia
Adverse Selection
Menurut Scott (2000), adverse selection merupakan salah satu kondisi asimetris informasi
dimana para internal seperti para manajer dan orang-orang di dalam lainnya biasa mengetahui lebih
banyak informasi tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar.
Hubungan Covid-19 dan Nilai Tukar Rupiah
Krisis COVID-19, seperti krisis 2008, menyebabkan penurunan permintaan yang substantial. Di Indonesia Rupiah mengalami depresiasi seiring dengan masuknya Covid-19. Menurut Laporan
Kementerian Keuangan, pelemahan nilai tukar disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang meluas ke
seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia sehingga para investor lebih memilih untuk mengalihkan
dana investasinya ke mata uang dunia yaitu dolar AS (Laporan Pemerintah, 2020). Kepanikan akibat
Covid-19 juga menyebabkan terjadinya capital outflow dari investor asing karena ketidakpastian
pasar keuangan, investor cenderung mengalihkan dana nya ke safe-haven asset.
Dalam menangani pandemi ini, negara-negara yang terinfeksi melakukan berbagai intervensi
melalui kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan yang diambil bertujuan untuk meminimalkan dan
mencegah penyebarluasan Covid-19, namun dilain sisi kebijakan tersebut memberikan implikasi
ekonomi (Copenhagen Economics, 2020).
Hubungan IHSG dan Nilai Tukar Rupiah
Dalam keterkaitan antara harga saham dan nilai tukar, terdapat dua pendekatan utama yang
menjelaskan hubungan antara kedua variabel ini yaitu Stock-Oriented Model dan Portfolio Balance
Model (Granger et al. 2000). Stock-Oriented Model yang dikemukakan oleh Frankel (1983)
menyatakan bahwa pergerakan pada harga saham akan menyebabkan perubahan kurs melalui
capital account transactions. Sedangkan teori Portfolio Balance Model mengemukakan bahwa nilai
tukar terbentuk akibat adanya ekuilibrium pada pasar keuangan. Teori ini menunjukkan hubungan
yang negatif antara harga saham dan nilai tukar yaitu apabila ada peningkatan harga saham akan
membuat nilai tukar terapresiasi akibat adanya arus modal asing yang masuk ke pasar uang.
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan.yang menganalisis menggunakan data-data berbentuk angka lalu diolah menggunakan metode statistika. Penelitian ini menggunakan jenis data deret waktu (time series) dalam bentuk harian periode tahun
2020. Data yang digunakan meliputi nilai tukar rupiah, jumlah kasus covid-19, IHSG dan kebijakan
penanganan Covid-19 berupa larangan mudik.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder yaitu
data yang diperoleh dari laporan-laporan tertulis serta informasi tentang keadaan ekonomi negara
dan hasil perhitungan yang sudah ada. Data tersebut di dapatkan dari situs Bank Indonesia, situs
Worldometer dan situs investing.com.
Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat kuantitatif untuk melihat
faktor-faktor yang memengaruhi perubahan investasi portofolio asing di Indonesia. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) untuk regresi linier
berganda dengan menggunakan variable dummy. Analisis data dilakukan dengan menguji secara
statistik data dengan menggunakan program Eviews.
Uji Asumsi Klasik
Model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias (Best
Liniear Unbias Estimator / BLUE). Maka harus dilakukan uji asumsi klasik antara lain uji normalitas
data, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Uji Normalitas
Menurut Widarjono (2005), Uji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen
melalui uji t hanya akan valid jika residual berdistribusi normal. Salah satu cara mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan melalui histogram dan melalui uji yang
dikembangkan oleh Jarque-Bera(J-B).
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antar variabel
independen dalam model regresi. Menurut Frisch (2009), suatu model regresi dapat dibilang terkena
multikoliniearitas adalah apabila terjadi hubungan linier yang sempurna (perfect) atau pasti (exact)
di antara beberapa atau semua variabel independen dari suatu model regresi. Salah satu cara
mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan cara melihat nilai variance inflation factor
(VIF).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati dan Porter (2009), asumsi penting dari regresi linier klasik adalah varians dari
faktor gangguan atau residual harus memiliki varians yang sama atau konstan.
Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi menurut Gujarati dan Porter (2009) bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linear ada kolerasi antara residual satu observasi dengan observasi lain pada periode t dengan
residual pada periode t-1.
Model Regresi Berganda
Penelitian ini menganalisa pengaruh Covid-19, IHSG dan variable dummy terhadap nilai tukar
rupiah. Dengan variabel tersebut, maka persamaan regresi adalah seperti dibawah ini:
𝑳𝒏 KURS = α + β1 𝑳𝒏 COVID + β2 𝑳𝒏 IHSG + β3D1 + ε
Dimana
KURS = Nilai Tukar Rupiah
COVID = Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia
D1 = masa pemberlakuan larangan mudik tahun 2020
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
ε = Standar eror / residu
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Perkembangan nilai tukar rupiah pada tahun 2020 cenderung bergerak fluktuatif dan mengalami
depresiasi, bahkan sempat terdepresiasi cukup dalam melebihi depresiasi pada tahun 1998. Nilai
rupiah terguncang akibat dari penyebaran wabah atau pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-
19). Nilai tukar rupiah pada awal tahun bergerak cenderung stabil, sampai pada bulan Maret 2020
mengalami depresiasi seiring dengan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sejak saat itu nilai tukar
rupiah terus mengalami pelemahan hingga mencapai level terendah dalam sejarah yaitu sebesar Rp.
16.741 per USD pada tanggal 2 April 2020 (JISDOR, 2020). Menurut Laporan Kementerian
Keuangan, pelemahan nilai tukar disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang meluas ke seluruh dunia,
tidak terkecuali Indonesia sehingga para investor lebih memilih untuk mengalihkan dana
investasinya ke mata uang dunia yaitu dolar AS (Laporan Pemerintah, 2020).
Tidak hanya mempengaruhi nilai tukar Rupiah, wabah ini juga berdampak kepada penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selama pandemi BEI telah memberlakukan tujuh kali
trading halt. Imbal hasil IHSG pada tahun 2020 adalah negatif, yaitu minus 5,09%. Hal ini
diarenakan besarnya capital outflow.
Sebagai upaya untuk mengatasi dan menekan laju penularan virus Covid-19, pemerintah
melakukan berbagai intervensi. Upaya pencegahan yang dilakukan pemerintah seperti penerapan
social distancing, penutupan beberapa sekolah, Work From Home bagi para pekerja, pemberlakuan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah di Indonesia, dan larangan mudik
yang menyebabkan aktivitas ekonomi terhambat sehingga roda perputaran ekonomi melambat. Pada
satu sisi, kebijakan yang diambil bertujuan untuk meminimalkan dan mencegah penyebarluasan
Covid-19, namun di lain sisi kebijakan tersebut memberikan implikasi ekonomi seperti perusahaan
mengurangi kapasitas produksinya akibat turunnya permintaan, terganggunya produksi akan menyebabkan pemberhentian tenaga kerja atau pengurangan gaji, sehingga memperparah tingkat
konsumsi masyarakat, selain itu juga berdampak pada terganggunya rantai pasokan (Copenhagen
Economics, 2020).
Hasil Uji Normalitas
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas
Jarque-Bera
2,686753
Probability 0,260963
Sumber: Data diolah dengan Eviews 11
Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan bahwa data yang digunakan memiliki nilai probabilitas
yang lebih besar diatas tingkat kepercayaan 5% yaitu 0.260 sehingga dapat dikatakan bahwa data
terdistribusi secara normal.
Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF
Pandemi Covid-19 1,295
IHSG 1,497
Dummy 1,183
Sumber: Data diolah dengan Eviews 11
Berdasarkan hasil dari Tabel 4.3 dengan variabel dependen nilai tukar rupiah dapat diketahui
bahwa nilai VIF ketiga variabel independen berada di bawah 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas dalam model penelitian.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Harvey
Null hypothesis : Homoskedasticity
Probability 0,1534
Sumber: Data diolah dengan Eviews 11
Berdasarkan tabel 4.4 diatas, nilai Obs *R-squared 0,1534 lebih besar dari 0,05 yang berarti
bahwa model tidak mengandung heteroskedastisitas.
Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test
Probability
0,0687
Sumber: Data diolah dengan Eviews 11
Berdasarkan hasil uji LM pada Tabel 4.6, diketahui bahwa nilai prob.obs*squared sebesar 0,0687
> 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data tidak mengalami masalah autokorelasi.
Hasil dan Pembahasan Analisis Regresi
Tabel 5. Hasil Analisis Regresi
Variable
Coefficient
C
12,34685
COVID-19
0,000338
IHSG
-0,322784
DUMMY
-0,010615
Sumber: Data diolah dengan Eviews 11
KURS= 12,3468 + 0,0003COVID – 0,3227IHSG – 0,0161D1
Interpretasi yang didapat dari model persamaan tersebut sebagai berikut:
a. Besarnya nilai tukar adalah 12,346 jika seluruh variabel independen dianggap konstan.
b. Nilai koefisien dari Pandemi Covid-19 adalah 0,0003 yang menandakan bahwa Pandemi Covid-19 dan Nilai Tukar memiliki hubungan yang positif, sehingga apabila terjadi kenaikan Pandemi
Covid-19 sebesar 1% akan menurunkan kurs Rupiah sebesar 0,0003 dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.
c. Nilai koefisien dari IHSG adalah -0,3227 yang menandakan bahwa IHSG dan kurs memiliki
hubungan yang negatif, sehingga apabila terjadi kenaikan IHSG sebesar 1% akan menurunkan kurs Rupiah sebesar 0,3227 dengan asumsi faktor lain dianggap tetap.
d. Nilai koefisien variabel dummy (Covid-19) adalah 0,010615.
Uji F (Simultan)
Tabel 6. Hasil Uji F
FHitung Sig. FTabel
Keterangan
103,9062 0,0000 2,6536
Signifikan
Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 103,9062.
Pembahasan dan Implikasi Penelitian
Pengaruh Covid-19 Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Dari hasil estimasi variabel Covid-19 memiliki nilai probability sebesar 0,5711. Dikarenakan
prob. t > 0.05 (0,5711 > 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel Pandemi
Covid-19 tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel nilai tukar. Nilai koefisien sebesar
0,0003 yang menandakan bahwa Pandemi Covid-19 dan Nilai Tukar memiliki hubungan yang
positif, sehingga apabila terjadi kenaikan kasus Covid-19 maka semakin tinggi juga rupiah yang
dibutuhkan untuk membeli 1 USD. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kasus Covid-19,
maka nilai Rupiah semakin terdepresiasi. Fhitung lebih besar dari Ftabel (103,9062 > 2,6536) dan
nilai prob. juga lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi (0.0000 < 0.05), yang dapat diartikan bahwa secara simultan hasil analisis regresi menerima H1 yang dibawa oleh peneliti.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2020) dimana arah kasus Covid-
19 dengan perubahan Nilai Tukar Rupiah/USD positif yang berarti semakin tinggi kasus Covid-19,
maka nilai Rupiah semakin terdepresiasi terhadap USD. Perbedaan terletak pada uji parsial dimana
penelitian oleh Haryanto berpengaruh secara signifikan sedangkan penelitan yang penulis lakukan
tidak berpengaruh secara signifikan.
Pengaruh IHSG Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Dari hasil estimasi variabel IHSG diperoleh nilai probability sebesar 0,0000. Dikarenakan prob.
t < 0.05 (0,0000 < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel IHSG berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel nilai tukar. Nilai koefisien sebesar -0,3227 yang menandakan
bahwa IHSG dan kurs memiliki hubungan yang negatif, sehingga apabila terjadi kenaikan IHSG
sebesar 1% akan menurunkan kebutuhan Rupiah yang diperlukan untuk mendapatkan 1USD, yang
berarti rupiah terapresiasi sebesar 0,32% dengan asumsi faktor lain dianggap tetap. Temuan ini logis
karena jika IHSG meningkat akan mendorong investor untuk menjual asetnya yang berbentuk dollar
dan beralih untuk investasi di pasar saham domestik karena prospek return yang menjanjikan akibat
kenaikan harga saham tersebut. Demand Rupiah meningkat dan Demand USD menurun
menyebabkan Rupiah terapresiasi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2020) dimana penelitian
tersebut menemukan koefisien IHSG sebesar -0,311, hal ini menjelaskan bahwa IHSG dan nilai tukar berhubungan secara negatif, dimana setiap terjadi kenaikan 1% IHSG akan mengakibatkan
turunnya kebutuhan Rupiah yang diperlukan untuk mendapatkan 1US$. Penelitian ini juga sejalan
dengan studi jurnal yang dilakukan oleh Richard & John (2009) dimana terdapat apresiasi nilai tukar
saat index saham meningkat.
Hubungan Larangan Mudik Terhadap Nilai Tukar Rupiah
Dalam variabel terakhir yaitu pada variabel Dummy diperoleh nilai probability sebesar 0,0416.
Dikarenakan prob. t < 0.05 (0,0416 < 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel
Dummy berpengaruh secara signifikan terhadap variabel nilai tukar rupiah.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaedi, dkk. (2020), Kebijakan penanganan Covid-19, apapun bentuknya, cenderung memperlemah posisi nilai tukar rupiah. Larangan mudik
diberlakukan oleh pemerintah untuk meminimalisir penularan Covid-19. Aktivitas ekonomi tentu
terdampak oleh kebijakan ini, salah satunya mengenai peredaran uang tunai yang menurun. Kepala
Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa jumlah uang tunai
layak edar yang disiapkan oleh bank sentral pada Ramadan dan Lebaran 2020 sebesar Rp 157,96
triliun. Jumlah tersebut mengalami penurunan 17,7% daripada posisi uang tunai layak edar Lebaran
dan Ramadhan tahun 2019.
E. PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat diperoleh kesimpulan, sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara parsial (Uji T) menunjukkan bahwa
variabel Covid-19 memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.
Hal ini dikarenakan periode penilitian hingga akhir Desember 2020, sedangkan pelemahan
nilai tukar rupiah yang cukup dalam terjadi pada kuartal II tahun 2020 dimana belum ada
stimulus kebijakan dan juga belum ada uji klinis vaksin pada saat itu.
2. Hasil penelitian yang dilakukan secara parsial (Uji T) menunjukkan bahwa variabel IHSG
berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan
munculnya Covid-19 di Indonesia untuk pertama kalinya pada tahun 2020 dan menyebabkan derasnya capital outflow sehingga menyebabkan IHSG menurun dan pada
akhirnya menyebabkan nilai tukar Rupiah menurun.
3. Kebijakan penanganan Covid-19 berupa larangan mudik berpengaruh signifikan terhadap
nilai tukar Rupiah di Indonesia. Hal ini dikarenakan larangan mudik akan menyebabkan
uang hanya berputar di wilayah Jabodetabek dan tidak mengalir ke daerah-daerah karena
tidak adanya mudik, sehingga tidak ada konsumsi di daerah asalnya seperti membeli oleh-
oleh atau sekedar rekreasi. Hal tersebut akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.
4. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara simultan (Uji F) menunjukkan bahwa
variabel Covid-19, IHSG, dan kebijakan penanganan Covid-19 berupa larangan mudik
secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.
5. Hasil dari uji model ini memperoleh nilai R2 sebesar 0,6326 atau 63%. Hal ini mengartikan
bahwa sebesar 63% Nilai Tukar Rupiah dipengaruhi oleh variabel independennya, yaitu Pandemi Covid-19 (X1), IHSG (X2) dan Dummy (X3). Sedangkan, sebesar 37% Nilai
Tukar Rupiah dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian
ini.
Implikasi dan Saran
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pemerintah dalam memberlakukan kebijakan perlu
memperhatikan perkembangan Covid-19 dan IHSG guna menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah
karena berdasarkan penelitian ini Covid-19, IHSG, dan kebijakan penanganan Covid-19 nyatanya
memiliki pengaruh terhadap Nilai Tukar Rupiah. Bagi peneliti yang ingin meneliti topik sejenisnya,
bisa dengan menambahkan variabel independen lainnya dan memperpanjang periode penelitian
sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi hubungan antara pasar modal dan nilai tukar Rupiah di Indonesia pada saat pandemi.
DAFTAR PUSTAKA
Ajayi, Richard A. and Mbodja Mougoue. 1996. On The Dynamic Relation Between Stock Prices
and Exchange Rates. Journal of Financial Research, Vol. 19, pp. 193-207
Akerlof, George A. 1970. The Market for Lemons : Quality Uncertainly and the Market Mechanism, Quarterly Journal of Economic, Vol. 84 No. 3, pp. 488- 500.
Bekaert, G., Harvey, C.R., (2003). Emerging markets finance. Journal of Empirical Finance 10,
3-55.
Bodie, Z., Kane, A., & Marcus, A. J. (2008). Investments (7th Edition ed.). New York: McGraw-
Hill
Cardona-Arenas, Carlos David and Serna-Gómez, Héctor Mauricio, COVID-19 and Oil Prices:
Effects on the Colombian Peso Exchange Rate (April 3, 2020). Available at SSRN:
https://ssrn.com/abstract=3567942 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.3567942
Chayawadee, Chai-Anant and Corrine, Ho. (2008). Understanding Asian Equity Flows, Market
Returns, and Exchange Rate. Monetary and Economic Department, BIS Working
Papers, No. 245, Januari 2008. Copenhagen Economics. (2020). Economic Consequences of The Covid-19 Pandemic.
Dedi Junaedi. (2020). Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Pasar Modal di Indonesia: Studi
Kasus Indeks Saham Komposit (IHSG).
https://www.researchgate.net/publication/342665780
Detikfinance. (2020). Kondisi Genting Pasar Modal saat Pandemi, Lebih Gawat dari Krisis 2008.
(https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-5308108/kondisi-genting-pasar-modal-
saat-pandemi-lebih-gawat-dari-krisis-2008)
Dineri, Eda & Çütçü, İbrahim. (2020). The COVID-19 Process and the Exchange Rate Relation:
An Application on Turkey. 10.21203/rs.3.rs-49026/v1
Dornbusch, R. & Fischer, S. (1980). Exchange rates and the current account. American Economic
Review 70: 960-971.
Drs. Syahrum. M.Pd, & Drs. Salim, M. P. (2014). Metodologi Penelitian Kuantitatif. In M. P. Rusydi Ananda (Ed.), Citapustaka Media (Vol. 2). Citapustaka Media.
Eduardus Tandelilin., 2017, Pasar Modal Manajemen Portofolio & Investasi, Depok: PT.
Kanisius.
Frenkel, J. 1983. Exchange Rates and International Macroeconomics. Chicago: University of
Chicago Press.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progam SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Granger, C. W.J., Huang, B.N and C. W. Yang, (2000). ―A Bivariate Causality between Stock
Prices and Exchange Rates: Evidence from Recent Asia Flu‖ The Quarterly Review of
Economics and Finance 40:337-354
Gujarati, D. N., & Porter, D. C. (2009). Basic Econometrics. McGraw-Hill/Irwin. Halisa, Novia & Annisa, Selvi. (2020). Pengaruh Covid-19 terhadap Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Manajemen dan Organisasi. 11. 170-178.
10.29244/jmo.v11i3.32657.
Heli Charisma Barliana. (2006.). Mengenal valuta asing / Heli Charisma Berliana. Yogyakarta ::
Gajah Mada University Press,.
Haryanto. (2020). Dampak Covid-19 terhadap Pergerakan Nilai Tukar Rupiah dan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). Jurnal Perencanaan Pembangunan: The Indonesian Journal
of Development Planning, 4(2), 151-165. https://doi.org/10.36574/jpp.v4i2.114
Indrajit Banerjee & Atul Kumar & Rupam Bhattacharyya, 2020. "Examining the Effect of
COVID-19 on Foreign Exchange Rate and Stock Market -- An Applied Insight into the
Variable Effects of Lockdown on Indian Economy," Papers 2006.14499, arXiv.org, revised Sep 2020.
Jayasinghe, Prabhath and Tsui, Albert K.C.,. (2008). Exchange Rate Exposure of Sectoral
Returns and Volatilities: Evidence from Japanese Industrial Sectors (July 3, 2014).
Japan and the World Economy, Vol. 20, No. 4, 2008, Available at
SSRN: https://ssrn.com/abstract=2462088
Jeremy J.Siegel. (2008). Stock For The Long Run. 4 th edition. McGraw-Hil. New York. 2008,
hal 166.
Kata Data. (2020). Dana Asing Keluar, Sri Mulyani: Krisis Covid-19 Bisa Lebih Parah dari 2008.
(https://katadata.co.id/agungjatmiko/finansial/5eb8e6840a972/dana-asing-keluar-sri-
mulyani-krisis-covid-19-lebih-parah-dari-2008 18 Oktober 2020 pukul 13.48 WIB)
Kementerian Keuangan. (2020). Laporan Pemerintah Tahun Anggaran 2020 Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pada Semester I 2020.
(https://anggaran.kemenkeu.go.id/assets/FTPPortal/Peraturan/Berita/Realisasi%20Sem
ester%20I%20dan%20Outlook%20APBN%202020/LAPORAN%20SEMESTER%20I
%20APBN%202020%20-%20FIXED.pdf dikutip pada 17 Oktober 2020 pukul 20.22
WIB)
Krugman, P. R., & Obstfeld, M. (2003). International economics sixth edition. In International
Economics: Theory and Policy (6th edition). Addison-Wesley.
https://doi.org/10.4324/9780203462041
Larasati, Cheny (1999) Studi Komparatif Kinerja Pasar Modal Indonesia Sebelum dan Selama
Krisis Moneter 1997 (Periodisasi Januari 1998 - Mei 1999). Masters thesis, University
of Surabaya. Lin, C.H. 2012. The co-movement between exchange rates and stock prices in the Asian emerging
markets. International Review of Economics and Finance 22: 161-172.
Lintner, A. G., (1998). Behavioral Finance: Why Investors Make Bad Decisions. Yanni-Bilkey
Investment Consulting.
Mankiw N,Gregory, dkk. 2012, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Marty, A. M., & Jones, M. K. (2020). The Novel Coronavirus (SARS-CoV-2) is a One Health
Issue. One Health, 9, 100123. https://doi.org/10.1016/j.onehlt.2020.100123
Manurung, A.H. (2012). Teori Investasi: Konsep dan Empiris. Jakarta: PT Adler Manurung Press
Min, Hong Ghi and Judy Mc. Donald . 1993, The Portfolio-Balance Model of Exchange Rates :
Short Run Behaviour and Forecasting (The Korean Won/US Dollar Case). International
Economic Journal. Muana, Nanga. 2001. Makro Ekonomi, Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Perdana. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Pan, M.S., Fok, R.C.W. & Liu, Y.A. 2007. Dynamic linkages between exchange rates and stock
prices: Evidence from East Asian markets. International Review of Economics and
Finance 16: 503-520.
Pompian, M. (2006): Behavioral Finance and Wealth Management – How to Build Optimal
Portfolios That Account for Investor Biases
P,Priyono. dan Chandra, T. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama
Publishing
Rahman. M.L. 2009. Dynamic relationship between stock prices and exchange rates: Evidence
from three South Asian countries. International Business Research 2(2): 167-174.
Ricciardi, V. & Simon, H. K. (2000). What is Behavioral Finance?. Business, Education and Technology Journal Fall 2000.
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-
19) outbreak. J Autoimmun. 2020; published online March 3. DOI:
10.1016/j.jaut.2020.102433.
Rüdiger Dornbusch and Stanley Fischer, (1980), Exchange Rates and the Current Account,
American Economic Review.
Sachs, M. (2020). Macro-Fiscal Considerations in Response to the COVID-19 Crisis. Retrieved
from: https://covid19economicideas.org/wp-content/uploads/2020/04/
MacroFiscalStrategy_in_Covid19_Sachs_07042020-1.pdf
Samsul, Mohamad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Scott,William R.2000.Financial Accounting Theory.USA:Prentice-Hall
Slovic, P., Finucane, M. L., Peters, E., and MacGregor, D. G. (2002). “The affect heuristic,”
in Heuristics and Biases: The Psychology of Intuitive Judgment, eds T. Gilovich, D.
Griffin, and D. Kahneman, (New York, NY: Cambridge University Press).
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD by Prof. Dr. Sugiyono
(pp. 189–190).
Suharno, Agus dan Indarti, MG. Kentris. 2014. “Pengaruh Fundamental Makro Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan (Studi pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2012)”.
Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, Vol. 3
Sumani. (2008). Indeks Harga Saham Sebagai Leading Indicator Perekonomian Indonesia. Tesis Tidak Dipublikasikan. Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia Jakarta
Suseno, & Simorangkir, I. (2004). Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar. Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan (PPSK) BI, 12(12), 61. https://www.bi.go.id/id/publikasi/seri-
kebanksentralan/Documents/12. Sistem dan Nilai kebijakan Nilai Tukar.pdf
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
kedelapan. Jakarta : Erlangga
Tsagkanos, Athanasios & Siriopoulos, Costas. (2013). A long-run relationship between stock
price index and exchange rate: A structural nonparametric cointegrating regression
approach. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money. 25. 106–
118. 10.1016/j.intfin.2013.01.008. Tversky, A., & Kahneman, D. (1974). Judgment under uncertainty: Heuristics and biases.
Widarjono, A. (2005). Ekonometrika Teori Dan Aplikasi: untuk ekonomi dan bisnis. Edisi
Kesatu.Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII.
S. Zhao, Q. Lin, J. Ran, S.S. Musa, G. Yang, W. Wang, et al., Preliminary estimation of the basic
reproduction number of novel coronavirus (2019-nCoV) in China, from 2019 to 2020:
a data-driven analysis in the early phase of the outbreak, Int. J. Infect. Dis. : IJID : Off.
Publ. Int. Soc. Infect. Dis. 92 (2020) 214–217, https://doi.
org/10.1016/j.ijid.2020.01.050.
Yoopi Abimanyu. (2004). Memahami Kurs Moneter. Penerbit Erlangga, Jakarta