analisis pengaruh pertumbuhan … pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah,...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,
PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN
INVESTASI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI
INDONESIA TAHUN 1995 – 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh :
SERI JEFRY ADIL WARUWU
NIM: 121324018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,
PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN
INVESTASI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI
INDONESIA TAHUN 1995 – 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Oleh :
SERI JEFRY ADIL WARUWU
NIM: 121324018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini aku persembahkan untuk:
Allah Bapa, Yesus Kristus, Bunda Maria yang selalu memberi
kekuatan, rahmat yang berlimpah.
Orang Tua Tercinta
Adik-adikku tersayang
Melyda Agustini Rahman
Sahabat-sahabatku
Almamaterku, Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah maka pintu aka dibukakan bagimu” (Matius 7:7)
“Carilah dulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu
akan ditambahkan kepadamu” (Matius 6 :33)
"Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang
besar, tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang
besar " (Mother Teresa)
“You'll Never Walk Alone” (Liverpool CF)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,
PENGANGGURAN, BELANJA PEMERINTAH, DAN INVESTASI
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA
TAHUN 1995 - 2014
Seri Jefry Adil Waruwu
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan investasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Jenis penelitian ini adalah expost facto. Pengumpulan data dengan teknik
dokumentasi yaitu dengan mencari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik
(BPS), Bank Indonesia (BI), BAPPENAS di Indonesia. Teknik analisis data yang
digunakan adalah Regresi Linier Berganda.
Analisis data menunjukkan bahwa: (1) pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014; (2)
pengangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1995-2014; (3) belanja pemerintah berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia 1995-2014; dan (4) investasi tidak berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Kata kunci: pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, investasi,
dan tingkat kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
ANALYSIS THE EFFECT OF ECONOMIC GROWTH,
UNEMPLOYMENT, GOVERNMENT EXPENDITURE, AND
INVESTMENT TO POVERTY RATE IN INDONESIA: 1995-2014 PERIOD
Seri Jefry Adil Waruwu
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2016
The research aims to analyze the effect of economic growth,
unemployment, government expenditure, and investment to poverty in Indoenesia:
1994-2014 period.
This type of research is an ex post facto. Technical documentation was
applied for searching the data from Statistics Central Board, Indonesia Bank,
BAPPENAS in Indoenesia. Data analysis technique was Multiple Linear
Regression.
Data analysis shows that: (1) there is negative influeces towards economic
growth in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (2) unemployment
influeces positively in the rate of Indonesian poverty in 1995-2014; (3)
government expenditure influeces negatively towards the rate of Indonesian
poverty in 1995-2014; (4) investment does not influence towards the poverty rate
of Indonesian in 1995-2014.
Key words: economic growth, unemployment, government expenditure,
investment, poverty.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Belanja
Pemerintah, dan Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia
Tahun 1995 – 2014”.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana di Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata
Dharma. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, dari mulai awal sampai pada penulisan skripsi ini selesai, sangatlah sulit
bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah bapa disurga, Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria yang memberi
kekuatan dan rahmat yang berlimpah.
2. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatna, M.Sc., Ph,D. selaku rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan belajar dan memperoleh
pendidikan yang terbaik di Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Ign. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahun Sosial.
5. Ibu Dra. Chatarina Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Ekonomi.
6. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing dengan sabar, selalu memotivasi dan mengarahkan dari
awal saya menulis skripsi ini hingga selesai. Terimakasih banyak Pak.
7. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono M.S. selaku dosen penguji skripsi. Terimakasih
banyak Pak.
8. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc selaku dosen penguji skripsi.
Terimakasih banyak Pak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
9. Segenap dosen Program Pendidikan ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Ekonomi yang telah banyak memberikan pengetahuan, mendidik
dan membimbing saya selama perkuliahan.
10. Segenap dosen universitas Sanata Dharma.
11. Bapak Dr. Joko Wicoyo M.Si. yang membantu dan memeriksa abstrak.
Terimaksih banyak ya Pak.
12. Sekretariat Pendidikan Ekonomi: Bu Titin yang telah banyak membantu
dalam urusan kuliah.
13. Staf dan Karyawan USD yang telah memberikan bantuan selama menempuh
kuliah.
14. Orang tuaku: Alm. Fatiziduhu Waruwu dan Sadima Zai, yang telah
memberikan dukungan doa, motivasi, dan harapan.
15. Kekasih hati: Melyda Agustini Rahman yang selalu setia mendukung dan
pemberi semangat.
16. Keluarga besar Pendidikan Ekonomi angkatan 2012 : Agus, Sisil, Rizky,
Oliv,Cristi, Bima, Adit, Henri, Anggi, Yani, Mitri, Jatu, Putri, Vidia, Bruder
Ivan, Fiber, Tus, Postin, Harini, Aldi, Erlin, Nur, Nina, Made, Cipluk, Sarni,
Hesti, Dika, Daniel yang selalu mendukung, memberi semangat. Terimakasih
teman-teman.
17. Teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi angakatan 2012 dari Nias Barat :
Postinus Gulo dan Fiberniat Lahagu yang selalu membantu selama
perkuliahan.
18. Kepada teman-teman seperjuangan dari Nias Barat angakatan 2012 : Postin,
Fiber, Poppy, Wasri, Silvester, Firminus, Risma, Rohani, Metina, Dewi, Sri,
Frans, Timo, Petra, Legi, Ratih, Mariati, Sefin, dan Otami yang selalu
memberikan semangat. Terimakasih teman-teman.
19. Para Pamong di asrama Student Residence, Sanata Dharma.
20. Teman-teman di asrama Student Residence, Sanata Dharma.
21. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebut satu per satu yang telah
memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xviii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 13
E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................ 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ................................................................................... 15
1. Kemiskinan .............................................................................. 15
a. Definisi Kemiskinan ............................................................ 15
b. Penduduk Miskin ................................................................. 18
c. Penyebab Kemiskinan .......................................................... 23
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kemiskinan .... 25
e. Ukuran Kemiskinan ............................................................. 27
f. Strategi atau Kebijakan dalam mengurangi Kemiskinan .... 37
2. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................ ..... 39
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ........................................... 38
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................... 41
c. Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi .................................... 54
d. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat
Kemiskinan .......................................................................... 55
3. Pengangguran ........................................................................... 57
a. Definisi Pengangguran ......................................................... 57
b. Pengaruh Pengangguran terhadap Tingkat kemiskinan ....... 61
4. Belanja Pemerintah .................................................................. 64
a. Definisi Belanja Pemerintah ................................................ 64
b.Komponen Belanja Pemerintah ............................................ 68
c. Pengaruh Belanja Pemerintah terhadap Tingkat
Kemiskinan .......................................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
5. Investasi ................................................................................... 73
a. Definisi Investasi ................................................................. 73
b. Jenis Investasi ...................................................................... 79
c. Manfaat Investasi ................................................................. 88
d. Proses Investasi .................................................................... 88
e. Pengaruh Investasi terhadap Tingkat Kemiskinan ............... 92
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 95
C. Hipotesis dan Kerangka Berpikir .................................................. 97
1. Kerangka Berpikir ..................................................................... 97
2. Hipotesis .................................................................................... 99
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 100
B. Sumber dan Jenis Data .................................................................. 100
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 101
D. Teknik Analisis Data ..................................................................... 101
E. Uji Prasyarat .................................................................................. 103
1. Uji Normalitas ........................................................................... 103
2. Uji Linearitas ............................................................................. 104
F. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 104
1. Uji Multikolinearitas................................................................... 104
2. Uji Heteroskedatisitas ................................................................. 105
3. Uji Autokorelasi ......................................................................... 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
G. Pengujian Hipotesis ...................................................................... 105
1. Rumusan Hipotesis .................................................................... 106
2. Uji F ........................................................................................... 107
3. Uji T ........................................................................................... 108
4. Koefisien Determinasi ............................................................... 109
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 110
1. Deskripsi Data ........................................................................... 110
2. Analisis Data .............................................................................. 119
a. Uji Prasyarat .......................................................................... 119
1) Uji Normalitas .................................................................. 119
2) Uji Linearitas .................................................................... 120
b. Uji Asumsi Klasik ................................................................. 121
1) Uji multikolinearitas ......................................................... 121
2) Uji Heteroskedatisitas ...................................................... 123
3) Uji Autokorelasi ............................................................... 124
c. Pengujian Hipotesis ............................................................... 127
1) Uji F .................................................................................. 127
2) Uji T ................................................................................. 129
3) Koefisien Determinasi ...................................................... 132
B. Pembahasan ................................................................................... 133
1. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1995-2014 ................................................... 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
2. Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1995-2014 ................................................... 137
3. Pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1995-2014 .................................................. 139
4. Pengaruh investasi terhdap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1995-2014 ................................................... 141
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 144
B. Saran .............................................................................................. 145
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 147
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan .................................................... 24
Gambar 2.2 Investasi dan Kesejahteraan Masyarakat ................................... 94
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................. 97
Gambar 4.1 Persentase Tingkat Kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014 ....................................................................... 113
Gambar 4.2 Tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia
tahun 1995-2014 ....................................................................... 114
Gambar 4.3 Jumlah pengangguran di Indonesia tahun 1995-2014 ............... 116
Gambar 4.4 Belanja pemerintah di Indonesia tahun 1995-2014 ................... 117
Gambar 4.5 Investasi di Indonesia tahun 1995-2014 .................................... 118
Gambar 4.6 Uji Heteroskedatisitas ................................................................ 124
Gambar 4.7 Uji Autokorelasi ........................................................................ 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg) .................................... 35
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu ............................................... 95
Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995 – 2014 ............. 112
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas ...................................................... 119
Tabel 4.3 Hasil Uji Linearitas ................................................................... 120
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ................................................................. 121
Tabel 4.5 Uji Autokorelasi ........................................................................ 125
Tabel 4.6 Statistik Durbin-Watson ............................................................ 126
Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Simultan (Uji F) .......................................... 128
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji T ................................................................. 130
Tabel 4.9 R-Square .................................................................................... 132
Tabel 4.10 Coefficients ............................................................................... 133
Tabel 4.11 Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi ..................... 135
Tabel 4.12 Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran .................................. 137
Tabel 4.12 Tingkat Kemiskinan dan Belanja Pemerintah ........................... 140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tingkat Kemiskinan ................................................................. 152
Lampiran 2 Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 153
Lampiran 3 Pengangguran .......................................................................... 154
Lampiran 4 Belanja Pemerintah ................................................................. 155
Lampiran 5 Investasi .................................................................................. 156
Lampiran 6 Uji Normalitas ........................................................................ 157
Lampiran 7 Uji Linearitas ........................................................................... 158
Lampiran 8 Uji Multikolinearitas ............................................................... 159
Lampiran 9 Uji Heteroskedatisitas .............................................................. 160
Lampiran 10 Uji Autokorelasi .................................................................... 161
Lampiran 11 Hasil Analisis Uji Simultan (Uji F) ...................................... 162
Lampiran 12 Hasil Analisis Uji T ............................................................... 163
Lampiran 13 R-Square ................................................................................ 164
Lampiran 14 Regression ............................................................................. 165
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah penting bagi semua negara yang ada
di dunia, khususnya di Indonesia yang masih merupakan Negara Sedang
Berkembang (NSB). Sejak negara ini merdeka, kemiskinan menjadi masalah
yang serius di Indonesia. Masalah kemiskinan yang begitu kompleks
berkaitan dengan banyak aspek, yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
aspek yang lainnya. Kemiskinan yang terjadi di dalam suatu negara harus
diperhatikan sebagai masalah yang serius, karena kemiskinan membuat
banyak masyarakat mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-
sehari.
Kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu penyakit dalam
ekonomi, sehingga harus ada solusi atau kebijakan untuk mengurangi tingkat
kemiskinan. Masasalah kemiskinan merupakan masalah yang rumit dan
kompleks serta bersifat multidimensional. Oleh karena itu, kebijakan yang
dibuat untuk pengentasan kemiskinan pun harus dilakukan secara menyeluruh
dan terpadu. Istilah kemiskinan adalah ketika seseorang atau kelompok tidak
mampu memenuhi kebutuhan atau kemakmuran ekonomi yang sesuai dengan
standar hidup disuatu wilayah tertentu.
Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008 :25), kemiskinan adalah situasi
dimana pendapatan tahunan individu disuatu kawasan tidak dapat memenuhi
standar pengeluaran minimum yang dibutuhkan individu untuk dapat hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
layak di kawasan tersebut. Individu yang hidup di bawah standar pengeluaran
tersebut tergolong miskin. Ketika perekonomian berkembang di suatu
kawasan (negara atau kawasan tertentu yang lebih kecil), terdapat lebih
banyak pendapatan untuk dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik
diantara penduduk kawasan tersebut akan mengurangi kemiskinan. Dengan
kata lain, secara teoritis pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting
dalam mengatasi penurunan kemiskinan.
Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008:27), seseorang dikatakan
miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau aksesnya terhadap
barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata orang lain dalam
perekonomian tersebut. Secara absolut, seseorang dinyatakan miskin apabila
tingkat pendapatan atau standar hidupnya secara absolut berada dibawah
subsisten. Ukuran subsistensi tersebut dapat diproksi dengan garis
kemiskinan. secara umum, kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk
mencapai standar atas setiap aspek kehidupan. Menurut Sen, 1999 (Siregar &
Wahyuniarti 2008:27) kemiskinan lebih terkait pada ketidakmampuan untuk
mencapai standar hidup tersebut dari pada apakah standar hidup tersebut
tercapai atau tidak.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS (Badan Pusat Statistik)
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yag diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
pernulan dibawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan
penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non
makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan
dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Adanya penurunan tingkat kemiskinan pada wilayah tersebut
mengindikasikan bahwa pembangunan yang dilaksanakan telah membawa
sebuah keberhasilan. Pembangunan ekonomi dapat diukur dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat dari perkembangan PDB.
Pertumbuhan PDB memiliki hubungan dengan kemiskinan baik secara
agregat maupun disektor-sektor ekonomi secara individu. Menurut Kuncoro
(2006:18), Indikator-indikator kunci pembangunan adalah : 1) Indikator
ekonomi yaitu PNB dan PDB, dan laju pertumbuhan ekonomi, 2) Indikator
sosial yaitu : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
Indekx.
Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang
meliputi perubahan struktur sosial, perubahan dalam sikap hidup masyarakat
dan perubahan dalam kelembagaan (institusi) nasional. Pembangunan juga
meliputi perubahan dalam tingkat pertumbuhan ekonomi, pengurangan
ketimpangan pendapatan dan pemberantasan kemiskinan. Untuk mencapai
sasaran yang diinginkan, maka pembangunan suatu negara dapat diarahkan
pada tiga hal pokok yaitu: meningkatkan ketersediaan dan distribusi
kebutuhan pokok bagi masyarakat, meningkatkan standar hidup masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses baik kegiatan
ekonomi maupun kegiatan sosial dalam kehidupannya (Todaro, 2004 :21).
Menurut Boedino (1988:1), pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan
kenaikan output perkapita. Disini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan,
yaitu: sisi totalnya (GDP) dan jumlah penduduknya. Output perkapita adalah
output total dibagi jumlah penduduk dilain pihak. Jadi proses kenaikan output
perkapita, tidak bisa tidak, harus dianalisasi dengan jalan melihat apa yang
terjadi dengan output total disatu pihak, dan jumlah penduduk di lain pihak.
Suatu teori pertumbuhan yang lengkap haruslah bisa menjelaskan apa yang
terjadi dengan sejumlah penduduk. Dengan kata lain, teori tersebut harus
mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP total, dan teori mengenai
pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut bisa
dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan.
Ilmu pembangunan ekonomi harus berfokus untuk mengurangi
mekanisme yang membuat keluarga, daerah, dan bahkan negara secara
keseluruhan terus berada dalam perangkap kemiskinan, yakni ketika
kemiskinan masa lalu menyebabkan kemiskinan dimasa depan dan
menghasilkan strategi paling efektif untuk melepaskan diri dari perangkap itu
(Todaro, 2011:10). Salah satu indikator kemajuan pembangunan ekonomi
adalah pertumbuhan ekonomi. Negara kita mengalami pertumbuhan ekonomi
yang fluktuasi tiap tahunnya, bahkan negara ini pernah dilanda krisis.
Pertumbuhan Ekonomi dan kemiskinan mempunyai keterkaitan yang
erat, pertumbuhan ekonomi seringkali dijadikan tolak ukur kinerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
perekonomian suatu wilayah, akan tetapi belum pasti tingginya pertumbuhan
ekonomi menunjukkan tingginya tingkat kesejahteraan rayatnya. Tidak dapat
dipungkiri bahwa pertumbuhan ekonomi sangat berarti bagi pengentasan
kemiskinan dan pembangunan ekonomi. Menurut Siregar & Wahyuniarti
(2008 :27), pertumbuhan ekonomi memang merupakan syarat keharusan
(necessary condition) untuk mengurangi kemiskinan. Adapun syarat
kecukupan (sufficient condition) ialah bahwa pertumbuhan tersebut efektif
mengurangi kemiskinan. Artinya, pertumbuhan ekonomi tersebut hendaklah
menyebar secara merata disetiap golongan penapatan, termasuk golongan
penduduki miskin (growth with equity). Secara langsung, hal ini berarti
pertumbuhan ekonomi itu perlu dipastikan terjadi disektor-sektor dimana
penduduk miskin bekerja (pertanian atau sector yang padat karya). Adapun
secara tidak langsung, hal itu berarti diperlukan pemerintah yang cukup
efektif meredistribusi manfaat pertumbuhan yang bias diwujudkan melalui
kebijakan seperti sekotor jasa dan manufaktur yang padat modal.
Pada krisis tahun 1998, pertumbuhan ekonomi Indonesia terus
mengalami ekspansi, pergerakan pertumbuhan eknomi indonesia fluktuatif
tiap tahunnya. Pada masa pemerintahan sebelumnya pertumbuhan ekonomi
Indonesia cenderung naik, tetapi pada masa pemerintahan saat ini mulai
menurun walaupun kedepannya ada potensi untuk semakin lebih baik.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan kesejahteraan untuk faktor
produksi yang turut serta menciptakan kesejahteraan, artinya semakin tinggi
laju pertumbuhan ekonomi makan semakin tinggi pula produktivitas faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
produksi. Menurut M. Kuncoro, 2003 (Dwi 2010 : 32) suatu perekonomian
dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan
ekonomi lebih tinggi dari apa yang dicapai sebelumnya. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat maka sebuah Negara dapat
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi. Semakin meningkatnya
pertumbuhan ekonomi menggambarkan bahwa semakin menigkatnya
produksi suatu Negara tersebut. Sehingga masyarakat bias memenuhi
kebutuhan sehari-sehari dengan cepat. Sehingga peningkatan pertumbuhan
ekonomi ini dapat mengurangi kemiskinan di suatu Negara.
Menurut Todaro, 1995 (Kuncoro, 2006 : 226), sejarah mencatat bahwa
pembangunan ekonomi di Negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara
yang sering dideskripsikan sebagai transfer manusia dan aktivitas ekonomi
secara terus menerus dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan. Hal ini
terjadi karena dua faktor, yakni : 1) ekspansi industri perkotaan yang
menimbulkan penciptaan kesempatan kerja baru, 2) kemajuan teknologi yang
bersifat menghemat tenaga kerja disektor pertanian sehingga menurunkan
kebutuhan angkatan kerja di daerah perdesaan.
Kemiskinan berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan biasanya
penduduk yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan
(pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan yang pada umumnya
tidak memadai (Saputra, 2011 :1). Negara Indonesia sering dihadapkan
dengan besarnya angka pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan
dan besarnya jumlah penduduk. Indonesia merupakan negara dengan jumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
penduduk terbesar ke empat di dunia setelah Tiongkok, India dan Amerika
Serikat (Sumber: Wikipedia.org). Indonesia berpenduduk sekitar 255,461,700
jiwa. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014 jumlah pengangguran 7,24 juta
orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,94 % (www.bps.go.id).
Menurut Sukirno (2004:28), pengangguran adalah seseorang yang
sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari
pekerjaan pada suatu tingkat tertentu, tetapi tidak memperoleh pekerjaan yang
diinginkan. Sedangkan Menurut Mankiw (2006: 154), pengangguran adalah
masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung dan
merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan
pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis. Jadi
tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering
dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi seiring mengklaim
bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan membantu menciptakan
lapangan pekerjaan. Menurut Sukirno (2004), efek dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan
masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka
terjebak dalam kemiskinan karena tidak memilki pendapatan.
Menurut Wiguna (2013:4), tingkat pertumbuhan penduduk yang
tinggi membutuhkan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga akan
menyebabkan jumlah lapangan kerja menjadi sempit atau sedikit. Hal ini
dapat menyebabkan masalah pengangguran. Tingkat pengangguran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tinggi di suatu daerah menunjukkan kurang berhasilnya pembangunan dan
menyebabkan kemiskinan.
Menurut Yacob (2012:176), upaya menurunkan tingkat pengangguran
dan tingkat kemiskinan adalah sama pentingnya. Secara teori, jika
masyarakat tidak menganggur berarti mempunyai pekerjaan dan
penghasilan, dan dengan penghasilan yang dimiliki dari bekerja
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup. Jika kebutuhan hidup
terpenuhi, maka tidak akan miskin. Sehingga dikatakan dengan tingkat
pengangguran rendah (kesempatan kerja tinggi) maka tingkat
pengangguran juga rendah.
Di negara manapun, selalu ada campur tangan atau intervensi
pemerintah dalam perekonomian. Tidak ada pemerintahan yang dalam
peraturan ekonomi negerinya berperan semata-mata hanya sebagai “wasit”
atau “polisi”, yang hanya berfungsi membuat undang-undang dan peraturan,
untuk kemudian menjadi pelerai jika timbul masalah atau penyelamat bila
terjadi kepanikan. Keterlibatan pemerintah dalam perekonomian jelas
beralasan, mustahil untuk dicegah. Tidak ada satu pun perekonomian,
termasuk negara kapitalis atau negara maju, bebas dari intervensi
pemerintahnya. Yang ada ialah perbedaan kadarnya. dibeberapa negara
pemerintahnya terlibat erat dalam perekonomian, sementara di negara-negara
lain cempur tangan pemerintah dalam perekonomiannya relatif lebih terbatas
(Dumairy 1996:157). Pengeluaran pemerintah yang terdapat dalam
Anggraran Pendapatan Belanja Negara (APBN) nerupakan salah satu alat
kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah menggunakannya untuk mengelola
perekonomian negara. Pengeluaran pemerintah atau disebut belanja negara
terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan, serta dana
otonomi khusus dan dana penyeimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun, tampak
bahwa peranan pemerintah selalu meningkat hampir di dalam semua macam
sistem perekonomian. semakin meningkatnya peranan pemerintah ini,
semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam proporsinya terhadap
pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai
sebagai indikator besarnya kegiatan pemerintah, yang dibiayai oleh
pengeluaran pemerintah itu. Semakin besar dan banyak kegiatan pemerintah
semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang bersangkutan. Tetapi
hendaknya kita sadari bahwa proporsi pengeluaran pemerintah terhadap
Pendapatan Nasioanal Bruto (GNP) adalah suatu ukuran yang sangat kasar
terhadap kegiatan/peranan pemerintah dalam suatu perekonomian
(Suparmoko 2003:22).
Pengeluaran Pemerintah dapat bersifat “exhaustive” yaitu merupakan
pembelian barang-barang dan jasa dalam perekonomian yang dapat langsung
dikonsumsi maupun dapat pula untuk menghasilkan barang lain lagi. di
samping itu pengeluaran pemerintah dapat pula bersifat “transfer” saja yaitu
berupa pemindahan uang kepada individu-individu untuk kepentingan sosial,
kepada perusahaan-perusahaan sebagai subsidi mungkin pula kepada negara
lain sebagai hadiah (Suparmoko 2003:22). Dari penjelasan diatas dapat
dijelaskan bahwa pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen
untuk mengatasi kemiskinan yang ada dinegara kita.
Pemerintah sudah mengupayakan dan melakukan berbagai macam
kebijakan atau program untuk pengentasan kemiskinan dengan berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pengeluaran. Pemerintah membuat beberapa program yaitu BOS ( Bantuan
Operasional Sekolah) bagian pendidikan, Raskin (Beras Miskin), BLT
(Bantuan Langsung Tunai), PNPM (Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri), BLSM ( Bantuan Langsung Sementara Masyarakat),
Kartu Sakti Jokowi (Kartu Sehat, Pintar, dan Sejahtera), Dana Desa, dan
masih banyak lagi program pemerintah yang bertujuan untuk mengentaskan
kemiskinan di negara ini.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada
saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang.
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada financial
assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets
dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial
paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal,
misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. Sedangkan
investasi pada real assets diujudkan dalam bentuk pembelian assets
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan
perkebunan, dan lainnya (Halim 2003 : 2).
Menurut Handayani (2011:6), investasi didefinisikan sebagai
penggunaan yang ditujukkan untuk meningkatkan atau mempertahankan stok
barang modal terdiri dari paprik, mesin kantor, dan produk-produk tahan lama
lainnya yang digunakan dalam proses-proses produksi. Investasi juga dapat
didefinsikan sebagai pengeluaran oleh sektor produsen untuk pembelian
barang. Investasi yang terjadi disuatu Negara terdiri dari investasi pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dan invstasi swasta. Investasi pemerintah dapat dijalankan melalui salah satu
instrument kebijakan, yaitu pengeluaran pemerintah untuk investasi
sedangkan investasi swasta dapat berasal dari dalam negeri maupun luar
negeri (asing). Dengan adanya investasi lowongan pekerjaan terbuka,
sehingga kemiskinan akan berkurang.
Dengan adanya investasi, suatu negara dapat mengembangkan
produk-produk barang dan jasa yang bernilai sehingga dapat menciptakan
lapangan pekerjaan di daerah tersebut. Terserapnya tenaga kerja pada
lapangan pekerjaan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sehingga
dengan meningkatnya pendapatan masyrakat, masyarakat sendiri akan
mampu mengakses layanan pendidikan dan kesehatan. Dengan demikian,
perkembangan investasi dapat mengurangi jumlah masyarakat yang berada
dibawah garis kemiskinan (Wati : 2015:5)
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penlitian dengan judul “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran, Belanja Pemerintah, dan Investasi Terhadap Tingkat
Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995 – 2014”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas dapat dikemukakan masalah
yang ingin di sampaikan, yaitu :
1. Apakah ada pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014 ?.
2. Apakah ada pengaruh pengangguran terhadap terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia tahun 1995-2014 ?.
3. Apakah ada pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1995-2014 ?.
4. Apakah ada pengaruh investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014 ?.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini disertai dengan tujuan penelitian, yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh belanja pemerintah terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh investasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
D. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teori,
minimal menguji teori-teori ekonomi yang berkaitan dengan pengaruh
tingkat pertumbuhan ekonomi, pengangguran belanja pemerintah, dan
investasi terhadap tingkat kemikinan di Indonesia.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
pemerintah sebagai pembuat kebijakan ekonomi makro. Pemerintah
mendapatkan informasi yang memadai dalam rangka mengurangi
tingkat kemiskinan.
b. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis
dan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat dari bangku kuliah.
c. Bagi Fakultas
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan
perbandingan bagi pembaca yang sedang mengadakan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
E. Variabel dan Definisi Operasional
1. Tingkat Kemiskinan (Y) : Persentase kemiskinan di Indonesia Tahun
1995-2014. yang dinyatakan hidup di bawah standar hidup layak (garis
kemiskinan), dalam satuan persen.
2. Pertumbuhan Ekonomi (X1): tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia, dinyatakan dalam persen. Data diambil dari Badan Pusat
Statistik.
3. Pengangguran (X2) : jumlah orang yang termasuk dalam angakatan kerja,
tetapi tidak mempunyai pekerjaan atau sedang mencari pekerjaan.
Indikator pengukurannya adalah jumlah penduduk yang merupakan
pengangguran. Data diambil dari BPS yang dinyatakan dalam satuan juta
orang.
4. Belanja Pemerintah (X3): pengeluaran pemerintah menurut dari angka
APBN, dinyatakan dalam miliyar rupiah.
5. Investasi : Jumlah penanaman modal yang dilakukan di Indonesia pada
tahun 1995-2014. Indikatornya adalah nilai PMA (Penanaman Modal
Asing) dan nilai PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) yang
dinyatakan dalam satuan miliyar rupiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah fenomena yang seringkali dijumpai dalam
kehidupan bermasyarakat. Kemiskinan juga seringkali dipandang
sebagai gejala rendahnya tingkat kesejahteraan semata padahal
kemiskinan merupakan gejala yang bersifat kompleks dan
multidimensi. Berbagai program dan kebijakan untuk mengatasi
masalah kemiskinan ini, tetapi statistik angka kemiskinan cenderung
semakin tinggi seiring dengan meningkatnya tingkat kebutuhan
masyarakat. Rendahnya tingkat kehidupan dijadikan sebagai alat ukur
kemiskinan hanyalah merupakan salah satu rantai dalam lingkaran
kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan
multidimensi sehingga dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang.
Secara umum, kemiskinan adalah keadaan ataupun kondisi dimana
seseorang tidak memilki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, dalam hal ini kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Menurut para ahli (Andre Bayo Ala: 1981), kemiskinan itu bersifat
multidimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
macam, maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari
kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa
miskin akan asset, organisasi sosial politik, dan pengetahuan, serta
keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa miskin akan jaringan
sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi. Dimensi kemiskinan
tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air,
perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan
tingkat pendidikan yang rendah (Arsyad 2004 : 237).
Menurut Kuncoro (2006: 111), negara miskin mengahadapi
masalah klasik. Pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Isu
mendasarnya adalah tidak hanya bagaimana meningkatkan
pertumbuhan PDB atau PNB namun juga siapa yang membuat PDB
atau pertumbuhan ekonomi tersebut tumbuh. Bila pertumbuhan
terutama disumbangkan oleh segelintir orang (golongan kaya), maka
merekalah yang paling mendapatkan manfaat dari pertumbuhan
ekonomi tesebut, sementara kemiskinan dan distribusi pendapatan
semakin memburuk. Namun, bila pertumbuhan disumbang oleh banyak
orang, maka buah dari pertumbuhan ekonomi akan dirasakan merata.
Banyak Negara Sedang Berkembang (NSB) mengalami laju
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tetapi tidak membawa
manfaat bagi pendiuduk miskinnya. Ini dialami oleh ratusan juta
penduduk di Afrika, Asia, dan Amerika Latin, dimana tingkat
kehidupannya relatif berhenti dan bahkan anjlok bila dinilai riil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Dengan lain, kemiskinan setidaknya dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
pertama Kemiskinan absolut, dimana pendekatan ini diidentifikasi
jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan tertentu.
Kedua, kemiskinan relatif, yaitu pangsa pendapatan nasional yang
diterima oleh masing-masing golongan pendapatan. Dengan kata lain
kemiskinan relatif amat erat kaitannya dengan masalah distribusi
pendapatan.
Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok tertentu.
Kaum wanita pada umunya merupakan pihak yang dirugikan. Dalam
rumah tangga miskin, kaum wanita sering menjadi pihak yang
menanggung beban kerja yang lebih banyak daripada kaum pria.
Demikian pula dengan anak-anak mereka juga menderita akibat adanya
ketidakmerataan tersebut dan kualitas hidup mereka terancam oleh
karena tidak tercukupinya gizi, pemerataan kesehatan, dan pendidikan.
Selain itu timbulnya kemiskinan sangat sering terjadi pada kelompok-
kelompok minoritas tertentu. Kemiskinan berbeda dengan ketimpangan
distribusi pendapatan (inequality). Kemiskinan berkaitan dengan
standar hidup yang absolut dari masyarakat tertentu, sedangkan
ketimpangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh
masyarakat pada tingkat ketimpangan yang maksimum, kekayaan
dimiliki oleh satu orang saja, dan tingkat kemiskinan sangat tinggi
(Kuncoro 2006: 112).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk
memenuhi standar hidup minumum. Definisi tersebut menyiratkan tiga
dasar pertanyaan dasar, yaitu: bagaimanakah mengukur standar hidup?
Apa yang dimaksudkan standar hidup minimum? Indikator sederhana
yang bagaimanakah yang mampu mewakili masalah kemiskinan yang
begitu rumit?
b. Penduduk Miskin
Indonesia merupakan negara berpenduduk terbayak ke-3
setelah China dan AS. Menurut Jingan, 2003 (Astuti 2015: 26), jumlah
penduduk yang terlalu banyak atau kepadatan penduduk yang terlalu
tinggi akan menjadi penghambat pembangunan ekonomi di negara
berkembang. Pendapatan per kapita yang rendah dan tingkat
pembentukan modal yang rendah dan tingkat pembentukan modal yang
rendah semakin sulit bagi negara berkembang untuk menopang ledakan
jumlah penduduk. Sekalipun output meningkat sebaga hasil teknologi
yang lebih baik dan pembentukan modal, peningkatan ini akan ditekan
oleh jumlah penduduk yang terlalu banyak. Alhasil, tidak ada perbaikan
dalam laju pertumbuhan nyata dalam perekonomian.
Pada tahun 1798 Reverend Thomas Malthus mengemukakan
teorinya tentang hubungan antara pertumbuhan penduduk dan
pembangunan ekonomi. Dalam tulisannya yang berjudul Essay on the
Principle of Population ia melukiskan konsep hasil yang menurun
(concept of dimishing returns). Malthus menjelaskan kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
umum penduduk suatu negara untuk tumbuh menurut deret ukur yaitu
menjadi dua kali lipat setiap 30-40 tahun. Sementara itu pada saat yang
sama, karena hasil yang menurun dari faktor produksi tanah, persediaan
pangan hanya tumbuh menurut deret hitung (Arsyad 2004: 270). Oleh
karena pertumbuhan persediaan pangan tidak bisa mengimbangi
pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dan tinggi, maka pendapatan
per kapita (dalam masyarakat tani didefinisikan sebagai produksi
pangan per kapita) akan cenderung turun menjadi sangat rendah, yang
menyebabkan jumlah penduduk yang tidak pernah stabil, atau hanya
sedikit di atas tingkat subsisten.
Menurut Sukirno (1981: 202), ahli-ahli ekonomi pada
umumnya berpendapat bahwa perkembangan penduduk dapat menjadi
suatu faktor pendorong maupun penghambat dalam pembangunan
ekonomi. Dipandang sebabagi pendorong karena, perkembangan
penduduk memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa
ke masa. Dorongan lainnya dalah terhadap pembangunan ekonomi
berupa perluasan pasar. Luas pasar barang-barang dan jasa-jasa
ditentukan oleh dua fktor penting yaitu pendapatan masyarakat dan
jumlah penduduk. Maka apabila jumlah penduduk bertambah dengan
sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Pertambahan penduduk juga
merupakan salah satu faktor penting yang menimbulkan perbaikan
teknologi pertanian dan di negara-negara maju sejak beberapa abad lalu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Menurut Sukirno (1981:203), akibat buruk yang mungkin
ditimbulkan oleh perkembangan penduduk terhadap pembangunan akan
tercipta apabila produktivitas sektor produksi sangat rendah sekali dan
dalam masyarakat terdapat banyak pengangguran. Dengan berlakunya
kedua keadaan ini maka pertambahan penduduk tidak akan menaikkan
produksi, dan yang lebih buruk lagi, masalah pengangguran akan
menajadi bertambah serius. Disamping itu produktivitas rendah akan
menyebabkan perkembangan produksi hasil pertanian yang sangat
rendah. Hal ini mungkin menimbulkan penurunan dalam tingkat
pendapatan per kapita.
Menurut Sukirno (1981:203), di negara-negara berkembang
penduduk lebih merupakan penghambat kepada pembangunan
ekonomi. Ciri-ciri negara sedang berkembang adalah sedemikian rupa
keadaanya sehingga perkebambangan penduduk menimbulkan lebih
banyak akibat-akibat negatif-negatif terhadap pembangunan.
Pengangguran yang jumlahnya sudah berlebihan, tingkat pendapatan
per kapita rendah, jaringan pengangkutan yang masih belum sempurna,
terdapatnya kekurangan tenaga terdidik dan usahawan, dan masih tetap
terbatasnya dana untuk menanam modal merupakan beberapa ciri
penting negara-negara berkembang yang menyebabkan pertembahan
penduduk lebih merupakan penghambat kepada pembangunan
ekonomi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Beberapa ahli ekonomi telah membuat analisa mengenai
pengaruh buruk yang mungkin ditimbulkan oleh pertambahan
penduduk terhadap pembangunan ekonomi. Berbagai analisa tersebut
dapat dibedakan dalam dua golongan. Analisa-analisa yang termasuk
dalam golongan pertama merupakan analisa yang secara langsung
menunjukkan perkaitan di antara tingkat perkembangan penduduk
dengan tingkat perkembangan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan
analisa-analisa yang termasuk dalam golongan kedua lebih menekankan
kepada menelaah pengaruh perkembangan penduduk terhadap beberapa
faktor yang akan menentukan lajunya pertambahan pendapatan nasional
(Sukirno 1981 :204).
Analisa mengenai pengaruh langsung dari pertambahan
penduduk kepada perkembangan tingkat kesejahteraan dilakukan oleh
Nelson dan Leibenstein. Mereka mengemukakan teorinya masing-
masing dalam waktu yang hampir bersamaan dan pokok pandangan
mereka juga tidak banyak berbeda. Nelson maupun Leibenstein
menunjukkan bahwa pertambahan penduduk yang pesat di negara-
negara berkembang menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat
tidak mengalaimi perbaikan yang berarti dan dalam jangka panjang
mungkin menurun. Mereka menunjukkan bahwa akibat dari
perkembangan penduduk yang pesat dalam jangka panjang tingkat
pendapatan per kapita akan kembali mencapai nilai yang sama dengan
tingkat pendapatan yang cukup hidup (Sukirno 1981:204).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Menurut Dumairy (1996:68), alasan penduduk dipandang
sebagai pengahambat pembangunan, dikarenakan jumlah penduduk
yang besar dan dengan pertumbuhan tinggi, dinilai hanya menambah
beban pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil
pendapatan perkapita menimbulkan masalah ketenagakerjaan.
Menurut teori Malthus (Todaro 2006:232) pertumbuhan
penduduk yang pesat pada suatu negara akan menyebabkan terjadinya
kemiskinan kronis. Malthus melukiskan suatu kecenderungan universal
bahwa jumlah populasi di suatu negara akan meningkat sangat cepat
menurt deret ukur. Sementara itu, karena adanya proses pertambahan
hasil yanag semakin berkurang disuatu faktor produksi yang jumlahnya
tetap yaitu tanah, maka persediaan pangan hanya akan meningkat
menurut deret hitung. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak
dapat berpacu secara memadai atau mengimbangi kecepatan perkapita
(dalam masyarakat agraris, pendapatan perkapita diartikan sebagai
produksi pangan perkapita) cenderung mengalami penurunan sampai
sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada
kondisi sedikit diatas tingkat subsisten.
Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008: 27), Seseorang
dikatakan miskin atau hidup dalam kemiskinan jika pendapatan atau
aksesnya terhadap barang dan jasa relatif rendah dibandingkan rata-rata
orang lain dalam perekonomian tersebut. Secara absolut, seseorang
dinyatakan miskin apabila tingkat pendapatan atau standar hidupnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
secara absolut berada dibawah subsisten. Ukuran subsistensi tersebut
dapat diproksi dengan garis kemiskinan. Secara umum, kemiskinan
adalah ketidakmampuan untuk mencapai standar atas setiap aspek
kehidupan. Menurut Sen, 1999 (Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008)
kemiskinan lebih terkait pada ketidakmampuan untuk mencapai standar
hidup tersebut dari pada apakah standar hidup tersebut tercapai atau
tidak.
c. Penyebab Kemiskinan
Menurut Todaro (1995: 37), menyatakan bahwa kemiskinan
di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1)
perbedaan geografis, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan, 2)
perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara berlainan, 3) perbedaan
kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, 4)
perbedaan peranan sektor swasta dan negara, 5) perbedaan struktur
industri, 6) perbedaan derajat ketergantungan pada kekuatan ekonomi
dan politik dan kelembagaan dalam negeri.
Menurut Sharp (1996 dalam Kuncoro 2006 :120) penyebab
kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama, secara mikro,
kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan
sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.
Penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah terbatas
dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan
dalam kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang rendah berarti produktivitas rendah, yang pada gilirannya upahnya
rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia ini karena rendahnya
pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau
karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses
dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori
lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya
keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal
menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya
pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.
Rendahnya pendapatan berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya.
Logika berpikir ini dikemukakan oleh Ragnar Nurkse, ekonom
pembangunan ternama, di tahun 1953, yang mengatakan “a poor
country is poor because it is poor”, (negara miskin itu miskin karena
dia miskin).
Gambar 2.1 : Lingkaran Setan Kemiskinan
Sumber : Ragnar Nurkse dalam Kuncoro (2006)
Ketidaksempurnaan pasar,
keterbelakangan,
ketertinggalan
Kekurangan
modal
Produktivitas
Rendah
Pendapatan
rendah
Tabungan
Rendah
Investasi
Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Kemiskinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia,
yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berupa Produk Domestik Bruto (PDRB)
merupakan keseluruhan nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu. Produk Domestik Bruto
berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, semakian
meningkatnya PDB menunjukkan produktivitas yang meningkat
sehingga akan menyebabkan pendapatan masyarakat yang
meningkat, kebutuhan masyarakat bisa terpenuhi sehingga akan
mengurangi tingkat kemiskinan (Jundi : 2014).
2. Pengangguran
Pengangguran terjadi karena tingkat pertumbuhan lapangan kerja
yang relatif lambat dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang
cepat. Tingginya tingkat pengangguran merupakan salah satu
cerminan kurang berhasilnya pembangunan dala suatu negara karena
terjadi ketidaseimbangan anatar jumlah tenaga kerja dengan luasnya
lapangan pekerjaan yang tersedia. Pengangguran berpengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan, semakin meningkat pengangguran
maka penduduk tidak produktif, sehingga tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya dan akan meningkatkan tingkat kemiskinan
(Jundi : 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3. Belanja Pemerintah
Menurut William A. McEachern: 2000 (dalam Barika: 2013),
kebijakan fiskal menggunakan belanja pemerintah, pembayaran
tranfer, pajak dan pinjaman untuk mempengaruhi variabel
makroekonomi seperti tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat GDP.
Dalam Penelitian Barika : 2013, belanja pemerintah mempunyai
pengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Semakin besar pengeluaran pemerintah, maka semakin turun tingkat
kemiskinan. Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatkan
pengeluarannya terutama pada alokasi belanja modal ataupun
pengembangan infrastruktur, sehingga tingkat kemiskinan bisa
berkurang.
4. Investasi
Peningkatan Investasi dapat mengurangi pengangguran melalui
penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat, akan mengurangi masyarakat
yang berada di garis kemiskinan. Dengan demikian, masyarakat
yang berada di garis kemiskinan dapat meningkatkan gizi,
pendidikan bagi anak-anak dan dapat menabung untuk masa depan
(Adventuna, 2012).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan
di atas merupakan variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat di Indonesia dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
e. Ukuran Kemiskinan
Menurut Kuncoro (2006: 113), semua ukuran kemiskinan
dipertimbangkan pada norma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat
penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan
pada konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi
(consumption-based poverty line) terdiri dari dua elemen, yaitu : 1)
pengeluaran yang diperlukan untuk membeli standar gizi minimum dan
kebutuhan mendasar lainnya, dan 2) jumlah kebutuhan yang lain yang
sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Bagian pertama relatif jelas. Biaya
untuk mendapatkan kalori minimum dan kebutuhan lain dihitung
dengan melihat harga-harga makanan yang menjadi menu golongan
miskin. Sedangkan yang kedua sifatnya lebih subyektif.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur kemiskinan dengan
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (Basic
needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Jadi
penduduk miskin adalah penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran
perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.
1. Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(GKNM). Penduduk yang memilki rata-rata pengeluaran perkapita
per bulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-
padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-
kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain).
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah
kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan
kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan jenis komoditi di perdesaan.
Rumus perhitungan garis kemiskinan (BPS) adalah :
GK = GKM + GKNM
Keterangan : GK = Garis Kemisikinan, GKM = Garis Kemiskinan
Makanan, GKNM = Garis Kemiskinan Non Makanan.
Garis kemiskinan merupakan representasi dari jumlah
rupiah minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
pokok minimum makanan yang setara dengan 2.100 kilokalori per
kapita per hari dan kebutuhan bukan makanan (www.bps.go.id).
BPS (Badan Pusat Statistik) menggunakan batas garis kemiskinan
setara dengan 2.100 kalori perkapita per hari yang akan disetarakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dengan rupiah. Selanjutnya, 2.100 kilokalori per kapita perhari akan
disetarakan dengan rupiah ketika pengkuran kemiskinan dilakukan
di tiap daerah/propinsi dengan menyesuaikan harga yang berlaku
pada suatu daerah/propinsi tertentu. Sehingga pengukuran
kemiskinan pada daerah/propinsi akan menggunkan satuan rupiah
dengan menyesuaikan harga pada tiap-tiap daerah tertentu.
Misalnya Garis kemiskinan di Propinsi DKI Jakarta pada tahun
2014 sebesar Rp 459.560,00 berbeda dengan garis kemiskinan di
Propinsi D.I. Yogyakarta sebesar 333.561 (www.bps.go.id).
Teknik Perhitungan GKM (Garis Kemiskinan Makanan)
Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (refence
population) yaitu 20 persen penduduk yang berada diatas Garis
Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini
didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung
berdasarkan GK periode sebelumnya yang di-inflate dengan
inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian
dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai
pengeluaran dari 52 komoditi dasar makanan yang riil
dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan
dengan 2.100 kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu
pada hasil Widykarya Pangan dan Gizi menghitung harga rata-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam
menghitung Garis Kemiskinan Makanan adalah :
Keterangan : GKMj = Garis Kemiskinan Makanan daerah j
(sebelum disetarakan menjadi 2.100 kilokalori), Pjk = Harga
komoditi k di daerah j, Qjk = rata-rata kuantitas komoditi k yang
dikonsumsi di daerah j, Vjk = nilai pengeluaran untuk konsumsi
komoditi k di daerah j, j = daerah (perkotaan atau perdesaan).
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2.100 kilokalori
dengan mengalikan 2.100 terhadap harga implisit rata-rata kalori
menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :
Keterangan : kalori dari komoditi k di daerah j, HKj = harga
rata-rata kalori di daerah j.
Keterangan : Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j,
yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2.100
kilokalori/kapita/hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan
penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi
non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan non
makanan mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari
tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi
penduduk. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51
jenis komoditi) di perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis
komoditi) di perdesaan. Nilai kebutuhan minimum
perkomoditi/sub kelompok non makanan dihitung dengan
menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub kelompok
tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub kelompok
yang tercata dalam susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional)
modul konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan
secara matematis dapat difomulasikan sabagai berikut :
Keterangan : Nfp = pengeluaran minimum non makanan atau
garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNMp), Vi = nilai
pengeluaran per komoditi/sub kelompok non makanan daerah p,
ri = rasio pengeluaran komoditi/sub kelompok non makanan
menurut daerah, i = janis komoditi non makanan terpilih di
daerah p, p = daerah (perkotaan atau perdesaan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Persentase Penduduk Miskin
Persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK)
dengan rumus perhitungan :
Keterangan : α = 0, z =garis kemiskinan, yi = rata-rata pengeluaran
per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan
(i=1,,2,3,.....q), yi < z, q = banyaknya penduduk yang berada di
bawah garis kemiskinan, n =jumlah penduduk.
Kemiskinan mempunyai pengertian yang luas dan memang
tidak mudah untuk mengukurnya. Ada dua macam ukuran kemiskina
yang umum digunakan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif
(Arsyad 2004: 238).
1. Kemiskinan Absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan dikaitkan dengan
perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan
dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum
yang memungkin seseorang utnuk dapat hidup layak. Bila
pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan minimum, maka orang
dikatan miskin. Dengan dimikian, kemisikinan dikukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan
dasarnya. Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
antara keadaan miskin dengan tidak miskin atau sering disebut
sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini disebut dengan
kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan
tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan utnuk
menjamin kelangsungan hidup (Todaro 1997 dalam Arsyad 2004 :
238).
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan adalah
menentukan komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena hal
tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi
juga oleh iklim, tingkat kemajuan suatu Negara, dan beberapa faktor
ekonomi lainnya. Walaupun demikian, untuk dapat hidup layak,
seseorang membutuhkan barang-barang dan jasa untuk memnuhi
kebutuhan fisik dan sosialnya (Arsyad 2004:239).
Kebutuhan dasar dapat dibagi 2 golongan yaitu kebutuhan
dasar yang diperlukan sekalai untuk mempertahankan hidupnya dan
kebutuhan lain yang lebih tinggi. United Nation Research Institute
fo Social Development (UNRISD) menggolongkan kebutuhan dasar
manusia atas dasar tiga kelompok yaitu : pertama, kebutuhan fisik
yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan dan kesehatan. Kedua,
kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang, dan
rekreasi serta ketenangan hidup. Dan ketiga, kelebihan pendapatan
untuk mencapai kebutuhan yang lain yang lebih tinggi. Kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dasar tidak hanya meliputi kebutuhan orang dan keluarga, tetapi
juga meliputi kebutuhan fasilitas lingkungan kehidupan manusia,
seperti yang dikemukakan oleh International Labor Organization
(ILO, 1976) : Kebutuhan dasar meliputi dua unsur, pertama,
kebutuhan yang meliputi tuntutan minimum tertentu dari suatu
keluarga sebagai konsumsi pribadi seperti makanan yang cukup,
tempat tinggal, pakaian, juga peralatan, dan perlengkapan rumah
tangga yang dilaksanakan. Kedua, kebutuhan meliputi palayanan
sosial yang diberikan oleh dan untuk masyarakat seperti air minum
yang bersih, pendidikan dan kultural (Arsyad 2004: 239).
2. Kemiskinan Relatif
Tidak selalu orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum tidak selalu berarti
“tidak miskin”. Ada ahli berpendapat bahwa walaupun pendapatan
sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, tetapi masih
jauh lebih rendah dibandingkan dengan keadaan masyarakat
disekitarnya, maka seseorang tersebut masih berada dalam keadaan
miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih banyak ditentukan oleh
keadaan sekitarnya, dari pada lingkungan orang yang bersangkutan
(Milner, 1971 dalam Arsyad 2004 :239).
Untuk mengukur kemiskinan, BPS (Badan Pusat Statistik
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yag diukur dari sisi pengeluaran.
Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Garis
kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan
makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin.
Menurut Gilarso (2004: 238), ada beberapa tolak ukur yang
dikembangkan untuk mengukur kemiskinan masyarakat yakni, 1) setara
dengan beras, 2) Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), 3) Ukuran
kemiskinan reltif, 4) Badan Pusat Statistik tolak ukur dari Bank Dunia.
Setara dengan beras yaitu batasan atau ukuran kemiskinan
yang diajukan oleh Prof. Sayogyo (1997) dan sesuaikan dengan
perkembangan zaman oleh Sucipto Warasarjana (1991) mengunakan
tingkat konsumsi atau pengeluaran setara sejumlah kg beras per orang
per tahun.
Tabel 2.1 : Batas Kemiskinan Kota dan Desa (Kg)
Batas Kemiskinan Kota (kg) Desa (kg)
Miskin 480-600 320-480
Sangat Miskin 360-480 240-360
Melarat 270-390 180-300
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Standar internasional yang biasa dipakai Bank Dunia adalah
pendpatan kurang dari dua dollar AS per hari, tetapi ada juga yang
memakai satu dollar perhari.
Garis kemiskinan Profesor Sajogyo, dalam studi selama
bertahun –tahun mengunakan suatu garis kemiskinan yang didasarkan
pada harga beras. Sajogyo mendefinisikan batas garis kemiskinan
sebagai tingkat konsumsi per kapita setahun yang sama dengan beras
(Kuncoro 2006:118)
Kebutuhan Fisik Minimum (KFM), adalah kebutuhan hidup
(makanan, minuman, pakaian, rumah, dan sebagainya) selama satu
bulan bagi seorang pekerja, yang diukur dalam uang berdasarkan
jumlah kalori, protein, vitamin dan bahan mineral lainnya yang
diperlukan untuk hidup layak, yang dinyatakan dalam rupiah. Angka ini
juga dari waktu ke waktu dan dari daerah ke daerah perlu disesuaikan.
Tolak ukur ini sering dipakai oleh instansi pemerintah dan organisasi
buruh untuk menilai wajar tidaknya tingkat upah karyawan. Ukuran
kemiskinan relatif (tingkat ketimpangan distribusi pendapatan atau
reltive inequality) yang paling banyak digunakan adalah Indeks Gini,
yang mengukur berapa persen penduduk mendapat berapa persen
pendapatan nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
f. Strategi atau Kebijakan dalam Mengurangi Kemiskinan
Menurut Arsyad (2004:242), ada beberapa startegi atau kebijakan
dalam mengurangi kemiskinan yaitu sebagai berikut :
1. Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam pembagunan ekonomi
dari pengurangan kemiskinan di Indonesia. Aspek dari pembangunan
pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pengurangan kemiskinan terutama diperdesaan. Kontribusi terbesar
bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan
kemiskinan perdesaan dihasilkan dari adanya revolusi teknologi
dalam pertanian padi, termasuk pembangunan irigasi. Kontribusi
lainnya adalah dari program pemerintah untuk meningkatkan
produksi tanaman keras. Misalnya petani (di luar jawa) dibantu
untuk menanam karet, kelapa, dan sawit. Dan akhirnya
pembangunan luar Jawa juga berperan mengurangi kemiskinan di
Jawa melalui pembangunan pertanian di daerah-daerah transmigrasi.
2. Pembangunan Sumber Daya Manusia
Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial
(pendidikan, kesehatan, dan gizi) merupakan alat kebijakan penting
dalam strategi pemerintah seara keseluruhan untuk mengurangi
kemiskinan dan memperbaiki kesejahteraan penduduk Indonesia.
Perluasan ruang lingkup dan kualitas dai pelayanan-pelayanan pokok
tersebut membutuhkan investasi modal yang pada akhirnya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
meningkatkan produktivitas golongan miskin tersebut. Pada waktu
yang sama, pelayanan-pelayanan tersebut secara langsung
memuaskan konsumsi pokok yang dibutuhkan yang merupakan
suatu sasaran kebijakan penting pula.
Pelayanan-pelayan pokok seperti air bersih, tempat pembuangan
sampah,perumahan dan lain-lainnya penting bagi golongan miskin.
Tanpa kemajuan dan perbaikan akses golongan miskin terhadap
pelayanan-pelayanan pokok tersebut, efektivitas dari setiap
pelayanan sosial, seperti pendidikan, dan kesehatan bisa terganggu.
Oleh karena itu dibutuhkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang
mengakomodasi penduduk yang sedang meningkat terutama
kelompok yang berpendapatan rendah, seperti penyediaan air bersih,
pengelolaan pembuangan sampah, program perbaikan kampung, dan
penyediaan perumahan yang murah bagi kelompok miskin.
3. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam
perancangan dan implementasi program pengurangan kemiskinan.
Karena flesibilitas dan pengetahuan mereka tentang komunitas yang
dibina, LSM-LSM ini untuk beberapa hal bisa menjangkau golongan
miskin tersebut secara lebih efektif ketimbang program-program
pemerintah. Keterlibatan LSM ini dapat meringankan biaya finansial
dan staf dalam pengimplementasikan program padat karya untuk
meguarangi kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Pertumbuhan Ekonomi
a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai
penjelasan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kenaikan
output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai
bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan
(Boedino: 1999). Output perkapita adalah output total dibagi dengan
jumlah penduduk.
Menurut Kuznets (Todaro 1999: 130), pertumbuhan
ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara
yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi
kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinka oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian
teknologi, institusional (kelembangaan) dan ideologis terhadap
berbagai tuntutan keadaan yang ada. Masing-masing dari ketiga
komponen pokok dari definisi itu sangat penting untuk diketahui
terlebih dahulu. Simaklah ringkasannya sebagai berikut: 1) kenaikan
output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan
dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan
kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan
tanda kematangan ekonomi (economi manurity) disuatu negara yang
bersangkutan, 2) perkembangan teknologi merupakan dasar atau
prakondisi bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berkesinambungan, ini adalah suatu kondisi yang sangat diperlukan,
tetapi tidak cukup itu saja (jadi di samping perkembangan atau
kemajuan teknologi, masih dibutuhkan faktor-faktor lain), 3) guna
mewujudkan potensi pertumbuhan yang terkandung di dalam
tekonoogi baru, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian
kelembangaan, sikap, dan ideologi. Inovasi di bidang teknologi tanpa
dibarengi dengan inovasi sosial sama halnya dengan lampu pijar tanpa
listrik (potensi ada, akan tetapi tanpa input komplementernya makan
hal itu tidak bisa hasil apa pun).
Dalam analisisnya yang panjang lebar, Profesor Kuznets
(Todaro, 1999:131) mengemukakan enam karakteristik atau proses
pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui dihampir semua negara yang
sekarang maju sebagai berikut: 1) tingkat pertumbuhan output per
kapita dan pertumhuhan penduduk, 2) tingkat kenaikan total
produktivitasnya faktor yang tinggi, 3) tingkat transformasi struktural
ekonomi yang tinggi, 4) tingkat transformasi sosial dan ideologi yang
tinggi, 5) adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yag
sudah maju perekonomian untuk berusaha merambah bagian-bagian
lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru,
6) terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya
mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk dunia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan teori pembangunan sejak pertama kali dikemukakan
oleh Adam Smith dan mengalami puncak kejayaannya dengan lahirnya
teori pertumbuhan yang dikemukakan oleh Rostow. (Kuncoro
2006:46).
1) Teori pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi 5
tahap yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, masa
beternak, masa bercocok tanam, perdagangan, dan tahap
perindustrian. Menurut teori ini, masyarakat akan bergerak dari
masyarakat akan bergerak dari masyarakat tradisional ke
masyarakat modern yang kapitalis. Dalam prosesnya,
pertumbuhan ekonomi akan semakin terpaacu dengan adanya
sistem pembagian kerja antarpelaku ekonomi. Dalam hal ini
Adam Smith adanya memandang pekerja sebagai salah satu input
(masukan) merupakan titik sentral pembahasan bagi proses
produksi. Pembagian kerja merupakan titik sentral pembahasan
dalam teori Adam Smith, dalam upaya meningkatkan
produktivitas tenaga kerja. Spesialisasi yang dilakukan oleh tiap-
tiap pelaku ekonomi tidak lepas dari faktor-faktor pendorong
yaitu : 1) peningkatan keterampilan kerja, dan 2) penemuan
mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan terjadi
jika tahap pembangunan ekonomi telah menuju ke sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
perekonomian modern yang kapitalistik. Meningkatnya
kompleksitas aktivitas ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat,
mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi melakukan semua
pekerjaan secara mandiri, namun lebih ditekankan pada
spesialisasi untuk menggeluguti bidang tertentu.
Menurut Adam Smith, proses pertumbuhan akan terjadi
secara simultan dan memilki hubungan keterkaitan satu dengan
yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada satu sektor akan
meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong
kemajuan tekologi, meningkatkan spesialisasi, dan memperluas
pasar. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi semakin
pesat. Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan
pada akhirnya harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu
keterbatasan sumber daya ekonomi.
Semua tahap pembangunan di atas tidak lepas dari kondisi
dasar yang dihadapi adalah persaingan sempurna. Persaingan
sempurna mempunyai karakteristik : 1) ada banyak penjual dan
pembeli di pasar, 2) produk yang diperjualbelikan bersifat
homogen, 3) tidak ada kolusi antara penjual maupun pembeli, 4)
semua sumber daya memiliki mobilitas sempurna, 5) baik
pembeli maupun penjual memiliki informasi sempurna mengenai
kondisi pasar (Awh,1976: 242-3 dalam Kuncoro 2006:47).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2) Teori Pembangunan Karl Marx
Karl Marx dalam bukunya “Das Kapital” membagi evolusi
perkembangan masyarakat menjadi tiga, yaitu dari feodalisme,
kapitalisme, an kemudian yang terakhir adalah sosialisme. Evolusi
perkembangan masyarakat ini akan sejalan dengan proses
pembangunan yang dilaksanakan. Masyarakat feodalisme
mencerminkan kondisi dimana perekonomian yang ada masih
bersifat tradisional. Dalam tahap ini tuan tanah merupakan pelaku
ekonomi yang memilki tawar menawar tertinggi relatif terhadap
pelaku ekonomi lain. Perkembangan teknologi yang ada
menyebabkan terjadinya pergeseran disektor ekonomi, dimana
masyarakat yang semula agraris-feodal kemudian mulai beralih
menjadi masyarakat industri yang kapitalis.
Seperti halnya masa feodal, pada masa kapitalisme ini para
pengusaha merupakan pihak yang memilki tingkat posisi tawar
menawar tertinggi relatif terhadap pihak lain khususnya kaum
buruh. Marx menyesuaikan asumsinya terhadap cara pandang
ekonom Klasik ketika itu dengan memandang buruh tidak memiliki
posisi tawar menawar sama sekali terhadap para majikannya, yang
merupakan kaum kapitalis. Konsekuensi logis penggunaan asumsi
dasar tersebut adalah kemungkinan terjadinya eksploitasi besar-
besaran yang dilakukan para pengusaha terhadap buruh. Di sisi
lain, pada masa itu pemupukan modal kemudian menjadi kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kunci bagi upaya peningkatan pendapatan yang lebih besar dimasa
yang akan datang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, para
pengusaha yang menguasai faktor produksi akan berusaha
memaksimalkan keuntungannya dengan menginvestasikan
akumulasi modal yang diperolehnya pada input modal yang
bersifat pada kapital. Eksploitasi terhadap kaum buruh dan
peningkatan pengangguran yang terjadi akibat substitusi tenaga
manusia dengan input modal yang padat kapital, akhirnya akan
menyebabkan revolusi sosial yang dilakukan oleh kaum buruh.
Fase ini merupakan tonggak baru bagi munculnya suatu tantanan
sosial alternatif di samping tata masyarakat kapitalis, yaitu tata
masyarakat sosialis.
Sepanjang teori pembangunan yang dikemukakannya, Marx
selalu mendasarkan argumennya pada asumsi bahwa masyarakat
pada dasarnya terbagi menjadi dua golongan, yaitu: masyarakat
pemilik tanah dan masyarakat bukan pemilik tanah, masyarakat
pemilik modal dan masyarakat bukan pemilik modal. Asumsi lain
yang mendukung adalah bahwa diantara kedua kelompok
masyarakat tersebut sebenarnya terjadi konflik kepentingan
diantara mereka. Oleh karena itu dalam pola berpikirnya, Marx
selalu mendasarkan teorinya pada kondisi pertentangan antarkelas
dalam masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3) Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh Walt
Whitman Rostow merupakan garda depan dari linear stage of
grwth theory. Pada dekade 1950-1960, teori Rostow banyak
mempengaruhi pandangan dan persepsi para ahli ekonomi
mengenai strategi pembangunan yang harus dilakukan. Teori
Rostow didasarkan pada pengalaman pembangunan yang telah
dialami oleh negara-negara maju terutama di Eropa.
Rostow membagi proses pembangunan ekonomi suatu
negara menjadi lima tahap yaitu:
a) Tahap perekonomian tradisional
Perekonomian pada masyarakat tradisional cenderung bersifat
subsistem. Pemanfaatan teknologi dalam sistem produksi
masih sangat terbatas. Dalam perekonomian semacam ini
sektor pertanian memegang peranan penting. Masih rendahnya
pemanfaatn teknologi dalam proses produksi menyebabkan
barang-barang yang diproduksi sebagian besar adalah
komoditas pertanian dan bahan mentah lainnya. Struktur sosial
kemasyarakatan dalam sistem masyarakat dalam sistem
masyarakat seperti ini bersifat berjenjang. Kemampuan
penguasaan sumberdaya yang ada sangat dipengaruhi oleh
hubngan darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
b) Prakondisi Tinggal Landas
Tahap kedua dari proses pertumbuhan Rostow ini pada
dasarnya merupakan proses transisi dimana prasyarat-prasyarat
pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan manusia-
manusia baru dengan semangat baru yang mau bekerja keras
muncul memasuki sektor ekonomi, mereka bersedia
mengambil resiko untuk mengejar keuntungan. Pada tahap ini
telah muncul perusahaan manufaktur yang menggunakan
metode baru, sehingga kegiatan mereka mengarah pada
industrialisasi. Industrialisasi dapat dipertahankan jika
dipenuhi prasyarat sebagai beikut: pertama, peningkatan
investasi di sektor infrastruktur/prasarana terutama prasarana
transportasi, kedua, terjadi revolusi teknologi dibidang
pertanian untuk memenuhi peningkatan permintaan penduduk
kota yang semakin besar, ketiga, perluasan impor, termasuk
impor modal, yang dibiayai oleh produksi yang efesien dan
pemasaran sumber alam untuk diekspor.
c) Tinggal Landas
Tinggal landas merupakan tahap yang menentukan dalam
keseluruhan proses pembangunan bagi kehidupan masyarakat.
Tinggal landas didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling
berkaitan sebagai berikut: a) kenaikan laju investasi produktif
antara 5-10% dari pendapatan nasional, b) perkembangan salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan tinggi, c) hadirnya secara cepat kerangka politik,
sosial, dan institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi
disektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan
daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.
d) Tahap Menuju Kedewasaan
Tahap ini ditandai dengan penerapan secara efektif teknologi
modern terhadap sumber daya yang dimiliki. Tahapan ini
merupakan tahapan jangka panjang di manaproduksi dilakukan
secara swadaya. Tahapan ini juga ditandai dengan munculnya
beberapa sektor penting yang baru. Pada saat negara berada
pada tahap kedewasaan teknologi, terdapat tiga perubahan
pentig yang terjadi: a) tenaga kerja berubah dari tidak terdidik
menjadi terdidik, b) perubahan watak pengusaha dari pekerja
keras dan kasar berubah menjadi manajer efesien yang halus
dan sopan, c) masyarakat jenuh terhadap industrialisasi dan
menginginkan perubahan lebih jauh.
e) Tahap Konsumsi Massa Tinggi
Pada tahap ini akan ditandai dengan terjadinya migrasi besar-
besaran dari masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota,
akibat pembangunan pusat kota sebagai sentral bagi tempat
kerja. Terdapat tiga kekuatan utama yang cenderung
meningkatkan kesejahteraan dalam tahap konsumsi besar-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
besaran ini (Jhingan, 1998:188 dalam Kuncoro 2006:55), a)
Penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan
dan pengaruh melampaui batas-batas nasional, b) ingin
memiliki satu negara kesejahteraan dengan pemerataan
pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif,
peningkatan jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para
pekerja, c) keputusan untuk membangun pusat perdagangan
dan sektor penting seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah
murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang
menggunakan listrik dan sebagainya.
4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik (Solow-Swan)
Teori pertumbuhan ekonomi Neo-Klasik berkembang sejak
tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis
mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan Klasik.
Ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori
tersebut adalah Robert Solow dan Trevor Swan. Solow ini
memenangkan hadiah Nobel Ekonomi tahun 1987 atas karyanya
tentang teori pertumbuhan ekonomi ini (Arsyad 2004 : 62)
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung kepada
pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga
kerja, dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi.
Pandangan teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari
analalisis Klasik,yaitu perekonomian akan tetap mengalami tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal
akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu. Dengan kata
lain, sampai dimana perekonomian akan berkembang tergantung
pada pertambahan penduduk, akumulasi kapital dan kemajuan
tekonologi (Arsyad 2004:62).
5) Model Pertumbuhan Harrod-Domar
Setiap perekonomian harus menabung bagian tertentu dari
pendapatannya, untuk sekadar mengganti barang-barang modal
yang habis atau rusak (gedung, peralatan, dan bahan-bahan). Akan
tetapi, untuk bisa tumbuh diperlukan adanya investasi yang
merupakan tambahan neto ke dalam persediaan modal. Jika kita
mengansumsikan adanya hubungan ekonomi langsung antara
jumlah total persediaan modal, K, dan total GDP, Y – misalnya,
jika S$ dari modal selamanya diperlukan untuk menghasilkan
tambahan neto pada persediaan modal dalam bentuk investasi baru
akan menghasilkan kenaikan dalam arus output nasional (national
output), GDP (Todaro 1999 : 136).
Misalkan hubungan ini, yang dalam ilmu ekonomi dikenal
sebagai rasio modal output (capital-output ratio), kira-kira adalah
3 berbanding 1. Jika kita andaikan juga bahwa rasio tabungan
neto (net savings ratio), s,adalah bagian tetap output nasional
(misalnya, 6%) dan total investasi baru ditentukan oleh tingkat
tabungan total, kita dapat membuat model sederhana pertumbuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
ekonomi sebagai barikut: 1) Tabungan neto (S) adalah bagian
tertentu, s, dari pendapatan persamaan sederhana : S = sY, 2)
investasi neto (I) ditetapkan sebagai perubahan yang terjadi dalam
persediaan modal, K, dan dapat diwakili dengan ɅK sehingga : I=
ɅK, 3) Akhirnya, karena tabungan nasional, S, harus sama dengan
investasi neto, I, kita dapat menulis persamaan ini sebagai S=I
(Todaro 1999 : 137).
6) Teorti Schumpeter
Teori Schumpeter ini pertama kali dikemukakan dalam bukunya
yang berbahasa Jerman pada tahun 1911 yang dikemukakan pada
tahun 1934 diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul The
Theory of Economic Development. Kemudian Schumpeter
menggambarkan teorinya lebih lanjut tentang proses pembangunan
dan faktor utama yang menentukan pembangunan dalam bukunya
yang diterbitkan pada tahun 1939 dengan judul Business Cycle.
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalahh landasan
teori pembangunannya, keyakinan bahwa sistem kapitalisme
merupanan sistem yang paling baik untuk menciptakan
pembangunan ekonomi yang pesat. (Arsyad 2004 :69).
Menurut Schumpeter (Arsyad 2004:70), faktor utama yang
menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan
pelakunya adalah para inovator atau wiraswasta (Enterpreuner).
Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
adanya inovasi oleh para enterpreuner. Dan kemajuan ekonomi
tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.
Menurut Schumpeter (Arsyad 2004:70), pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan
oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan
dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya tekonologi
produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan
oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan terknologi produksi
yang lama. Inovasi mempunyai pengaruh yaitu : 1) diperkenalkan
tekonologi baru, 2) menimbulkan keuntungan lebih(keuntungan
monopolistis) yang merupakan sumber dana penting bagi
akumulasi modal, 3) inovasi akan diikuti oleh timbulnya proses
peniruan yaitu adanya pengusaha-pengusaha lain yang meniru
teknologi baru tersebut.
7) Teori Arthur Lewis atau Teori Transformasi Struktural
Teori ini berfokus pada mekaniskina yang membuat negara-negara
miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya
dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi
dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan
sektor jasa-jasa.
Menurut Lewis (Tamtomo :2010), dalam perekonomian
yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan sektor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisonal
dengan marginal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata
lain, apabila tenaga kerjanya dikrangi tidak akan mengurangi
output dari sektor pertanian. Sektor industri modern adalah sektor
modern dan outputnya dari sektor akan bertambah bila tenaga kerja
dari sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Masuknya
tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas
dan meningkatkan output.
Menurut Todaro (2011 : 170), ada tiga faktor utama dalam
pertumbuhan ekonomi, yaitu : 1) akumulasi modal termasuk semua
investasi yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber
daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika
sebagian dari pendapatan sekarang, ditabung yang kemudian
diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output
dimasa-masa mendatang. Investasi juga harus disertai dengan investasi
infrastruktur, yakni berupa jalan, listrik, air bersih, fasilitas sanitasi,
fasilitas komunikasi, demi menunjang aktivitas ekonomi produktif.
Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia bermuara pada
peningkatan kualitas modal manusia, pada akhirnya dapat berdampak
positif terhadap angka produksi. 2) Pertumbuhan penduduk dan
angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan
dengan kenaikan jumlah angka kerja (labor force) secara tradisional
telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak angkatan kerja
semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin banyak penduduk
akan meningkatkan potensi pasar domestiknya. 3) Kemajuan teknologi
disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-cara lama yang
diperbaiki dalam pekerjaan-pekerjaan tradisional. Ada 3 klasifikasi
kemajuan teknologi, yakni :a) kemajuan teknologi bersifat netral,
terjadi tingkat output yang dicapai lebih tinggi pada kuantitas dan
kombinasi-kombinasi input yang sama, b) kemjuan teknolgi bersifat
hemat tenaga kerja (labor saving), yaitu tingkat output lebih tinggi bisa
dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input modal yang sama, c)
Kemajuan teknologi yang meningkatkan modal, terjadi jika
penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan
barang modal yang ada secara lebih produktif.
Menurut pandangan ekonom klasik, Adam Smith, Davi
Richardo, Thomas Malthus dan Joh Stuar Mill, maupun ekonom neo
klasik Robert Solow dan Trevor Swan, mengemukakan bahwa pada
dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
yaitu 1) jumlah penduduk, 2) jumlah stok barang modal, 3) luas tanah
dan kekayaan alam, dan 4) tingkat teknologi yang digunakan. Suatu
perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang
apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada apa yang
dicapai pada masa sebelumnya (Suryana 2000:53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
c. Pengukuran Pertumbukan Ekonomi
Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat
ukur yang tepat, beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain
yaitu (Nugaraheni dalam Kristanto 2014).
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik Bruto (PDB) atau di tingkat regional Bruto
(PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh suatu perekonomian dalam suatu perekonomian dalam satu
tahun yang dinyatakan dalam harga pasar. Baik PDB atau PDRB
merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat
ukur ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan
kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahl sesungguhnya
kesejahteraan harus dinikamati oleh setiap penduduk di negara atau
daerah yang bersangkutan.
2. Produk Domestik Bruto per Kapita/Pendapatan per Kapita
Produk Domestik Bruto Per Kapita atau Produk Regional Bruto
(PDRB) per kapita pada skala daerah dapat dugunakan sebagai
pengukur pertumbuhan ekonomi yang lebih baik karena lebih cepat
mencerminkan kesejahteraan penduduk suatu negara dari pada
nilai PDB atau PDRB saja. Produk domestik bruto per kapita baik
tingkat nasional maupun di daerah adalah jumlah PDB nasional
maupun PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
negara manapun didaerah yang bersangkutan, atau dapat disebut
juga sebagai PDB atau PDRB rata-rata.
d. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Sukirno (2000:14), pertumbuhan ekonomi adalah
kenaikan PDB/PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembanunan ekonomi tidak semata-
mata diukur berdasarkan PDB atau PDRB secara keseluruhan, tetapi
harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah
menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yan telah menikmati hasil-
hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada
kualitas konsumsi rumah tangga. Apabila tingkat pendapatan
penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa
merubah pola makanan pokoknya kebarang yang paling murah dengan
jumlah barang yang berkurang.
Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008:25), Kemiskinan
adalah situasi dimana pendapatan tahunan individu disuatu kawasan
tidak dapat memnuhi standar pengeluaran minimum yang dibutuhkan
individu untuk dapat hidup layak dikawasan tersebut. Individu yang
hidup dibawah standar pengeluaran tersebut tergolong miskin. Ketika
perekonomian berkembang di suatu kawasan (negara atau kawasan
tertentu yang lebih kecil), terdapat lebih banyak pendapatan untuk
dibelanjakan, yang jika terdistribusi dengan baik diantara penduduk
kawasan tersebut akan mengurangi kemiskinan. Dengan kata lain,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
secara teoritis pertumbuhan ekonomi memainkan peranan penting
dalam mengatasi penurunan kemiskinan.
Menurut Todaro (2000:211), perlunya peninjauan kembali
terhadap prioritas pembangunan di seluruh Negara berkembang, yakni
dari yang semula berorientasikan kepada maksimalisasi laju
pertumbuhan PDB/GNP ke tujuan yang mengutamakan kepentingan
masyarakat yang lebih luas dan langsung, seperti halnya pengentasan
kemiskinan serta pengurangan kesenjangan pendapatan. Namun
disadari peninjauan kembali tersebut untuk perbaikan nasib golongan
miskin akan dihadapkan pada berbagai masalah dan kendala politik,
kelembagaan, dan hal lainnya yang berkaitan dengan strukutur
kekuasaan.
Menurut Todaro (2000:211), meskipun laju pertumbuhan
ekonomi tidak secara otomatis memberi jawaban atas berbagai macam
pertanyaan dan masalah kesejahteraan, namun hal tersebut tetap
merupakan unsur penting dalam program pembangunanyang dirancang
untuk mengentaskan kemiskinan. Berbagai penelitian yang dilakukan
oleh para ekonom telah mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi
berperan penting dalam penurunan tingkat kemiskinan jangka
panjang. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan pemerataan distribusi
pendapatan harus dipisahkan sebagai tujuan-tujuan pembangunan.
Kedua hal tersebut kadang tidak bisa secara bersama-sama tumbuh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin distribusi
pendapatan yang lebih baik.
Menurut Todaro (2000:212), pertumbuhan ekonomi yang
cepat dan distribusi pendapatan yang lebih merata bisa saja sekaligus
diraih, dan nada beberapa Negara yang mampu membuktikannya.
Pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan harus berjalan secara
bersama-sama. Pilihan yang diambil adalah bukan strategi
pembangunan yang memaksimalkan pertumbuhan ekonomi yang
cepat, yang hasilnya hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya di
dalam suatu Negara tertentu atau bukan juga strategi yang
menitikberatkan pada distribusi pendapatan yang lebih merata, tetapi
kedua hal tersebut penting untuk diraih secara bersama-sama.
3. Pengangguran
a. Definisi Penangguran
Menurut Mankiw (2006:154), pengangguran adalah
masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia secara langsung
dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang,
kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan
psikologis. Jadi tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik
yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik dan para politisi
seiring mengklaim bahwa kebijakan yang mereka tawarkan akan
membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Menurut Sukirno (2004:28), pengangguran adalah
seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara
aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi
tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan.
Penganguran adalah angatan kerja yang tidak bekerja tetapi
sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersipakan satu usaha atau
penduduk yang mencari pekerjaan karenaa merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan atau yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi
belum memulai bekerja (BPS: 2010). Pengangguran terbuka adalah
yang mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja (BPS : 2015).
Menurut Ewards 1974 (Arsyad 2004:288), untuk
mengelompokkan masing-masing pengangguran perlu diperhatiakn
dimensi-dimensi :1) Waktu banyak diantara mereka yang bekerja ingin
lebih lama, misalnya jam kerjanya per hari, per minggu, atau per tahun),
2) Intensitas pekerjaan (yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi
makanan), 3) Produktivitas (kurangnya produktivitas seringkali
disebabkan oleh kurangnya sumberdaya-sumber daya komplementer
untuk melakukan pekerjaan). Berdasarkan hal-hal tersebut Edwards
membedakan 5 bentuk pengangguran yaitu :
1. Pengangguran terbuka : Baik sukarela (mereka yang tidak mau
bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang lebih baik) maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
secara terpaksa (mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh
pekerjaan).
2. Setengah menganggur (underemployment) yaitu mereka yang
bekerja lamanya (hari, minggu, musiman) kurang dari yang mereka
bisa kerjakan.
3. Tampaknya bekerja tetapi tidak bekerja secara penuh, yaitu mereka
yang tidak digolongkan sebagai pengangguran terbuka atau setengah
menganggur, termasuk disini adalah :
a) Pengangguran tak kentara (disguised unemployment), misalnya
para petani yang bekerja diladang selama sehari penuh, padahal
kerjaan itu sebenarnya tidak memerlukan waktu selama sehari
penuh.
b) Pengangguran tersembunyi (hidden unemploiment) misalnya
orang yang bekerja tida sesuai dengan tingkat atau jenis
pendidikannya.
c) Pensiun lebih awal
Fenomena ini meruapakan kenyataan yang terus berkembang di
kalangan pegawai pemerintah. Di beberapa negara, usia pensiun
dipermudah sebagai alat untuk menciptakan peluang bagi yang
muda-muda untuk menduduk jabatan diatasnya.
4. Tenaga kerja yang lemah (impaired) yaitu mereka yang mungkin
bekerja full time, tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau
penyakitan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
5. Tenaga kerja yang tidak produktif yaitu mereka yang mampu untuk
bekerja secara produktif, tetapi karena sumberdaya-sumberdaya
penolong kurang memadai maka tidak bisa menghasilkan sesuatu.
Menurut Todaro, 1995 (Kuncoro, 2006:226) sejarah
mencatat bahwa pembangunan ekonomi di Negara-negara Eropa Barat
dan Amerika Utara yang sering dideskripsikan sebagai transfer manusia
dan aktivitas ekonomi secara terus menerus dari daerah perdesaan ke
daerah perkotaan. Hal ini terjadi karena dua factor, yakni : 1) ekspansi
industri perkotaan yang menimbulkan penciptaan kesempatan kerja
baru, 2) kemajuan teknologi yang bersifat menghemat tenaga kerja
disektor pertanian sehingga mnurunkan kebutuhan angkatan kerja di
daerah perdesaan.
Jumlah orang yang mencari pekerjaan di Negara-negara
berkembang tergantung pada jumlah serta komposisi umur
penduduknya. Menurut Todaro (1989:233), diantara berbagai proses
yang berkaitan dengan kecenderungan pertumbuhan penduduk terhadap
pertumbuhan tenaga kerja, terdapat dua masalah, yaitu : Pertama,
Mortalitas dan Fertilitas, tanpa memandang tingkat pertumbuhan
penduduknya. Adanya perbedaan tingkat kelahiran dan kematian yang
tinggi dan rendah. Penurunan tingkat kematian akan meningkatkan
jumlah tenaga kerja sedangkan tingkat kelahiran yang tinggi
memgakibatkan ketergantungan (depency ratio) yang tinggi serta
tingginya kenaikan angkatan kerja dimasa mendatang. Kedua, dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
penurunan fertilitas terhadap jumlah tenaga kerja dan strukur umur baru
terasa dalam jangka waktu panjang walaupun penurunan tersebut
berlangsung cepat.
Menurut Wiguna (2013:4), tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi membutuhkan lapangan pekerjaan yang banyak sehingga
akan menyebabkan jumlah lapangan kerja menjadi sempit atau sedikit.
Hal ini dapat menyebabkan masalah pengangguran. Tingkat
pengangguran yang tinggi di suatu daerah menunjukkan kurang
berhasilnya pembangunan dan menyebabkan kemiskinan.
a. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Tambunan (2001 dalam Dwi 2010:37), pengangguran dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas yang berarti bahwa
konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka
bencana pengangguran akan secara langsung mempengaruhi income
poverty rate dengan consumption poverty rate.
b. Jika rumah tangga tidak mengahadapi batasan likuiditas yang berarti
bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan
saat ini, maka peningkatan pengangguran akan menyebabkan
peningkatan kemiskinan dalam jangka panjang tetapi tidak terlalu
berpengaruh dalam jangka pendek.
Menurut Arsyad (2004 :289), ada hubungan yang erat sekali
antara tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian besar mereka,
yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh
waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat sangat
miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah
dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas
menengah atas. Namun demikian, salah jika beranggapan bahwa setiap
orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang bekerja
secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja
di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari
pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat
pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih
rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai
sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka, misalnya
(dari famili, teman, tempat meminjam uang). Orang-orang seperti ni
biasa disebut menganggur tetapi belum tentu miskin. Sama juga halnya
adalah, banyak individu yang mungkin bekerja secara penuh per hari,
tetapi tetap memperoleh pendapatan yang sedikit. Banyak bekerja yang
mandiri di sekotor informal perkotaan (tukang bakso, penjual es teler,
penjual rokok pinggir jalan, dan sebagainya) yang demikian. Orang-
orang seperti itu didefinisikan “bekerja secara penuh” tetapi mereka
tergolong masih tetap miskin. Sebagian rumah tangga di Indonesia
memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau
upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan
untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Lebih jauh, jika masalah
pengangguran ini terjadi pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah (terutama kelompok masyarakat berpendapatan sedikit berada
diatas garis kemiskinan), maka insiden pengangguran akan dengan
mudah menggeser mereka menjadi kelompok masyarakat miskin. Yang
artinya bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran maka semakin
meningkatkan kemiskinan.
Menurut Todaro (1989:235), ada hubungan erat antara
tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan yang merajalela, dan
ketidak merataan distribusi pendapatan. Sebagaian besar didalamnya
adalah mereka yang bekerja part time. Mereka yang bekerja secara
tetap di sektor pemerintah dan swasta termasuk dalam kelompok
berpendapatan menengah dan tinggi. Hal ini tidak bisa diartikan bahwa
setiap orang yang tidak bekerja adalah miskin atau mereka yang bekerja
“full time” relative berpenghsilan baik. Terdapat kemungkinan adanya
penganggur yang menganggur secara sukarela serta kualifikasi
kecakapan. Mereka menolak jenis pekerjaan yang tidak disukai dan hal
ini mereka bisa menolak karena memiliki cukup sumber keuangan dari
keluarga, teman atau pinjaman lainnya. Mereka yang seperti ini
digolongkan sebagai penganggur tetapi tidak miskin.Demikian pula
orang yang bekerja secara penuh, dilihat dari jumlah jam kerja tiap hari,
tetapi memperoleh pendapatan yang sangat rendah. Banyak orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
bekerja di sector informal seperti pedagang kakilima, pekerja dibengkel,
dan sebagainya. Mereka dikelompokkan sebagai pekerja secara peuh
tetapi mereka pada umumnya mereka juga dikatogorikan orang miskin.
Harus diakui bahwa penyediaan kesempatan kerja yang lebih banyak
dan luas untuk memecahkan masalah pengangguran merupakan
perjalanan yang panjang. Oleh karena itu ketenagakerjaan harus
dijadikan strategi utama dalam mengatasi kemiskinan.
4. Belanja Pemerintah
a. Definisi Belanja Pemerintah
Menurut Dumairy (1996:157), sebagai sebuah organisasi atau
rumah tangga, pemerintah melakukan banyak sekali pengeluaran untuk
membiayai kegiatan-kegiatannya. Pengeluaran-pengeluaran tersebut
bukan saja untuk menjalankan roda pemerintahan sehari-hari. Akan
tetapi juga untuk membiayai kegiatan perekonomian. Bukan berarti
pemerintah turut berbisnis meskipun hal ini sangat sering dilakukan,
terutama oleh pemerintah di negara-negara sedang berkembang,
melainkan dalam arti pemerintah harus menggerakkan dan merangsang
kegiatan ekonomi secara umum. Pemerintah harus merintis dan
menjalankan kegiatan ekonomi yang masyarakat atau kalangan swasta
tidak tertarik untuk menjalankan kegiatan ekonomi yang masyarakat
atau kalangan swasta tida tertarik untuk menjalankannya.
Di negara manapun, selalu ada campur tangan atau intervensi
pemerintah dalam perekonomian. Tidak ada pemerintahan yang dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
peraturan ekonomi negerinya berperan semata-mata hanya sebagai
“wasit” atau “polisi”, yang hanya berfungsi membuat undang-undang
dan peraturan, untuk kemudian menjadi pelerai jika timbul masalah atau
penyelamat bila terjadi kepanikan. Keterlibatan pemerintah dalam
perekonomian jelas beralasan, mustahil untuk dicegah. Tidak ada satu
pun perekonomian, termasuk negara kapitalis atau negara maju, bebas
dari intervensi pemerintahnya. Yang ada ialah perbedaan kadarnya.
dibeberapa negara pemerintahnya terlibat erat dalam perekonomian,
sementara di negara-negara lain cempur tangan pemerintah dalam
perekonomiannya relatif lebih terbatas (Dumairy 1996:157).
Menurut Dumairy (1996:158), dalam kancah perekonomian
modern, peranana pemerintah dapat dipilah dan ditelaah menjadi tempat
macam kelompok peran, yaitu: 1) Peran alokatif, yakni peranan
pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada
agara pemanfaatan bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi, 2)
Peran distributif, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan
sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan
wajar, 3) Peran stabilisatif, yakni peranan pemerintah dalam
memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika berada
dalam keadaan disequilibirium, 4) peran dinamisatif, yakni peranan
pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar
lebih cepat tumbuh, berkembang, dan maju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun,
tampak bahwa peranan pemerintah selalu meningkat hampir di dalam
semua macam sistem perekonomian. semakin meningkatnya peranan
pemerintah ini, semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam
proporsinya terhadap pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah
dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya kegiatan
pemerintah, yang dibiayai oleh pengeluaran pemerintah itu. Semakin
besar dan banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran
pemerintah yang bersangkutan. Tetapi hendaknya kita sadari bahwa
proporsi pengeluaran pemerintah terhadap Pendapatan Nasioanal Bruto
(GNP) adalah suatu ukuran yang sangat kasar terhadap
kegiatan/peranan pemerintah dalam suatu perekonomian (Suparmoko
2003:22).
Menurut Mankwiw (2006:61), pemerintah pusat membeli
senjata, peliuru kendali, dan jasa pegawai pemerintah. Pemerintah lokal
membeli buku-buku untuk perpustakaan, membagun gedung-gedung,
dan memperkerjakan para guru. Pemerintah disemua tingkat membuat
jalan dan pekerjaan publik lainnya.
Menurut Noor (2015:251), kesejahteraan publik sangat
dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi yang terjadi di masyarakat. Negara,
melalui belanja Negara/pemerintah, dapat memicu aktivitas ekonomi di
masyarakat. Belanja Negara dituangkan dalam APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Menurut Noor (2015:252), APBN merupakan penjabaran
rencana kerja para penyelengara Negara untuk kurun waktu satu tahun.
APBN dituangkan ke dalam suatu format yang memuat format
pengelompokkan jenis transaksi yang berkaitan dengan rencana
kegiatan penyelenggaraan Negara menurut pengaruhnya terhadap posisi
keuangan Negara dalam kurun waktu satu tahun. APBN menjadi alat
strategis pemerintah untuk mendorong aktivitas ekonomi publik. Disatu
sisi APBN berperan sebagai alat untuk mengumpulkan pendapatan
Negara melalui pajak dan retribusi dari proses dan hasil aktivitas
ekonomi di masyarakat, dan disisi lain APBN berperan sebagai alat
untuk belanja Negara, yaitu alokasi pembelanjaan uang ke tengah
masyarakat yang berasal dari pendapatan Negara. Melalui kedua peran
ini, kecepatan dan ketepatan aktivitas ekonomi di masyarakat dapat di
dorong sehingga bisa diarahkan untuk bermanfaat secara optimal bagi
kesejahteraan masyarakat.
Belanja pemerintah adalah pengeluaran pemerintah yang
diperuntukkan bagi pendanaan urusan pemerintahan, baik urusan wajib,
pilihan, dan penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu.
Pengeluaran belanja ini dapat mendukung berbagai program dan
kebijakan-kebijakan dalam stabilitas perekonomian nasional (Siregar &
Faizah :2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
b. Komponen Belanja Pemerintah
Menurut Dumairy (1996:165), dalam neraca anggaran
pendapatan dan belanja negara, pengeluaran pemerintah Indonesia
secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin pada dasarnya
berunsurkan pos-pos pengeluaran untuk membiayai pelaksanaan roda
pemerintahan sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang,
berbagai macam subsidi (subsidi daerah dan subsidi harga barang),
angsuran dan bunga pemerintah, serta sejumlah pengeluaran lain.
Sedangkan pengeluaran pembangunan maksudnya pengeluaran yang
bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasaran fisik,
dibedakan ata pegeluaran pembangunan yang dibiayai dengan dana
rupiah dan bantuan proyek. Agak sulit untuk membedakan dengan tegas
apakah suatu pengeluaran termasuk ke dalam pengeluaran rutin ataukah
pengeluaran pembangunan, karena batas perbedaan antara keduanya
relatif kabur. Sebagai contoh: berbagai macam upah dan gaji tambahan,
yang menurut logika awam termasuk pengeluaran rutin, oleh pemeritah
digolongkan sebagai pengeluaran pembangunan.
Ada beberapa komponen belanja pemerintah ((Siregar & Faizah :2012),
yaitu :
1. Belanja langsung dapat dikelompokkan menjadi : belanja pegawai
yang mengandung pengertian belanja yang dikeluarkan pemerintah
untuk upah, lembur dan pengeluaran lain pegawai. Belanja ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan kualitas pegawai dalam
melaksanakan berbagai program. Belanja barang dan jasa juga
merupakan belanja langsung belanja ini digunakan untuk
pembelian/pengadaan barang nilai manfaatnya kurang dari setahun,
atau untuk pengeluaran pemakaian jasa untuk melaksanakan
berbagai program. Belanja lain yang termasuk belanja langsung yaitu
barang modal yang merupakan belanja untuk meningkatkan modal
yang dapat menambah aset tetap bagi suatu negara dengan
melakukan pemeliharaan untuk mempertahankan inventaris atau
infrastruktur yang dimiliki suatu negara sehingga memberikan
manfaat serta dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas aset negara.
2. Belanja tidak langsung, meliputi : 1) belanja pegawai, yaitu belanja
dalam bentuk kompesasi yang diberikan kepada pegawai berupa gaji,
tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai undang-undang, 2)
belanja bunga yang merupakan belanja yang digunakan untuk
pembayaran bunga utang berdasarkan kewajiban pokok utang
berdasarkan perjanjian jangka pendek, menengah, dan panjang, 3)
belanja subsidi, belanja yang dianggarkan untuk bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar hasil produksi
yang dilakukan perusahaan tersebut dapat dijangkau oleh masyarakat
banyak, 4) belanja hibah, belanja yanag diberikan kepada pihak lain
sebagai hibah dalam bentuk uang, barang dan jasa, 5) belanja
bantuan sosial, belanja yang dianggarkan untuk kesejahteraan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
masyarakat dalam bentuk jaminan sosial, perlindungan sosial dan
pengentasan kemiskinan, 6) belanja bagi hasil atas pendapatan
daerah yang ditetapkan dengan perundang-undangan, 7) bentuang
keuangan, belanja yang diberikan kepada daerah untuk pemerataan
dan bantuan keuangan akibat kurangnya keuangan daerah, 8) belanja
tidak terduga, belanja yang dianggarkan untuk kegiatan yang
sifatnya tidak terduga.
Menurut Noor (2015:258), pengeluaran negara dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Konsumsi Pemerintah
Konsumsi pemerintah (Belanja rutin) adalah belanja kelompok
konsumsi untuk biaya penyelenggaraan negara. Kelompok belanja
konsumsi terdiri dari: a) gaji dan upah para penyelengara negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta lembaga yang dikuasai
negara) beserta birokrasinya (PNS, polisi, dan tentara) yang meliputi
biaya perjalanan dinas di dalam maupun di luar negeri, b) belanja
pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang akan dipakai dalam
pengoperasian negara (barang dan jasa yang habis dalam tahun
anggaran yang bersangkutan), misalnya kertas, tinta, bahan bakar,
listrik, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Investasi Negara yang Dilaksanakan Pemerintah
Investasi ini adalah belanja negara dalam bentuk investasi yang
dilakukan oleh negara, misalnya membangun infrastruktur yang
dibutuhkan masyarakat.
3. Pembayaran oleh Negara kepada Masyarakat
Pembayaran ini adalah dana dari negara untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan atau transfer payment yang
dibayarkan oleh negara melalui pemerintah kepada msyarakat yang
membutuhkannya. Pembayaran ini terlihat pada APBN dan akan
menjadi sumber penggerak ekonomi masyarakat berikutnya.
c. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Noor (2015:258), dari sisi ekonomi publik,
pengeluaran atau belanja negara dalam APBN ditunjukkan untuk
manajemen pemenuhan kebutuhan publik. Pemerintah adalah pihak
yang mewakili dan menjalankan tugas dan fungsi Negara dalam
menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat suatu
wilayah atau Negara setidaknya ditentukan oleh dua hal :
1) Masyarakat mempunyai sumber nafkah atau sumber pendapatan
yang memadai, yaitu dengan mempunyai pekerjaan sesuai dengan
kemampuan dan bakat yang dimilikinya.
2) Terpenuhinya pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dari
negaranya. Pelayanan ini berupa tersedianya barang dan jasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
kebutuhan publik (air, listrik, kesehatan, pendidikan, keamanan) dan
hak-hak publik lainnya untuk dapat hidup layak.
Untuk mewujudkan kedua hal diatas, diperlukan kemampuan Negara
(pemerintah ) untuk mengadakan berbagai sarana dan fasilitas publik
dan jasa pelayanan kebutuhan masyarakat. Untuk menjalankan fungsi
Negara dan pemerintahan seperti itu, diperlukan anggaran yang
memadai untuk membiayai berbagai kebutuhan pencapaian tujuan
bernegara.
Pengeluaran Pemerintah dapat bersifat “exhaustive” yaitu
merupakan pembelian barang-barang dan jasa dalam perekonomian
yang dapat langsung dikonsumsi maupun dapat pula untuk
menghasilkan barang lain lagi. di samping itu pengeluaran pemerintah
dapat pula bersifat “transfer” saja yaitu berupa pemindahan uang
kepada individu-individu untuk kepentingan sosial, kepada perusahaan-
perusahaan sebagai subsidi mungkin pula kepada negara lain sebagai
hadiah (grants). Jadii “exhaustive expenditure” mengalihkan faktor-
faktor produksi dari sektor swasta ke sektor pemerintah. sedangkan
“transfer payments” hanya menggeser tenaga beli dari unit-unit
ekonomi yang satu kepada unit-unit ekonomi yang lain dan
membiarkan yang terakhir ini menentukan penggunaan dari uang
tersebut. Exhaustive expenditure dapat merupakan pembelian barang-
barang yang dihasilkan oleh swasta misalnya bahan makanan,
bangunan, mesin dan sebagainya dan dapat pula pembelian itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
dilakukan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh pemerintah
sendiri seperti jasa-jasa guru, militer, pegawai negeri, dan sebagainya
(Suparmoko 2003:22).
Menurut Noor (2015:252), belanja Negara, idelanya bukan
besaran dan volumenya saja yang penting, namun yang juga perlu
diperhatikan adalah ketepatan penggunaannya. Apakah dapat
merangsang aktivitas ekonomi di masyarakat sehingga berkontribusi
bagi kesejahteraan public. Sebagai contoh, dalam menyusun rencana
belanja, dampak yang dapat ditimbulkan oleh belanja ini di masyarakat
harus dipikirkan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa
belanja Negara atau pemerintah berperan penting dalam pengentasan
kemiskinan.
5. Investasi
a. Definisi Investasi
Menurut Sukirno (2000:69), investasi definisikan sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
terutama menambah baran-barang modal dalam perekonomian yang
akan digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan.
Dengan kata lain dalam teori ekonomi, investasi berarti kegiatan
perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam
perekonomian. Secara umum investasi meliputi pertambahan barang
dan jasa dalam masyarakat seperti pertambahan mesin-mesin baru,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
pembuatan jalan baru, lahan baru, perusahaan-perusahaan baru, dan
sebagainya. Investasi tidak hanya untuk memaksimalkan output tetapi
untuk menentukan distribusi tenaga kerja dan distribusi pendapatan,
pertumbuhan dan kualitas penduduk serta teknologi.
Menurut Noor (2015:41), investasi adalah kegiatan
mengalokasikan atau menanamkan sumber daya (resources) saat ini
(sekarang), dengan harapan mendapatkan manfaat dikemudian hari
(masa datang). Untuk memudahkan pengertian dan perhitungan,
sumber daya (resources) ini biasanya diterjemahkan (dikonversi)
menjadi satuan moneter atau uang. Dengan demikian, secara konsep,
investasi dapat didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang
untuk mendapatkan manfaat (balas jasa atau keuntungan) dikemudian
hari.
Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
dimasa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua,
yaitu: investasi pada financial assets dan investasi pada real assets.
Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar
uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa
saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. Sedangkan investasi pada
real assets diujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan,
dan lainnya (Halim 2003 : 2).
Menurut Boediono (1992 dalam Rustiono : 2008:41),
Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk
pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan
atau untuk perluasan pabrik. Dombusch & Fisher berpendapat bahwa
investasi adalah adalah permintaan barang dan jasa untuk
menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di
masa mendatang.
Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu Negara
menurut Todaro (1981 dalam Rustiono 2008:41), adalah : 1)
akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah,
peralatan fisik dan sumber daya manusia, 2) perkembangan penduduk
yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan keahliannya, 3)
kemajuan teknologi. Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa
bagian atau proporsi pendapatan yang ada ditabung dan
diinvestasikan untuk memperbesar produk (output) dan pendapatan
dikemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan
sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya
untuk investasi dalam bentuk “capital formation” untuk mencapai
tingkat produksi yang lebih besar. Investasi dibidang pengembangan
sumber daya manusia akan meningkatkan kemampuan sumber daya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang dapat
memperlancar kegiatan produktif.
Berdasarkan jenisnya investasi dibagi menjadi dua jenis,
yaitu : 1) investasi pemerintah, adalah investasi yang dilakukan oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Pada umumnya investasi yang
dilakukan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan, 2) Investasi swasta, adalah investasi yang dilakukan oleh
sector swasta nasional yaitu Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) ataupun investasi yang dilakukan oleh swasta asing atau di
sebut Penanaman Modal Asing (PMA). Investasi yang dilakukan
swasta bertujuan untuk mencari keuntungan dan memperoleh
pendapatan serta didorong oleh adanya pertambahan pendapatan. Jika
pendapatan bertambah konsumsi pun bertambah dan bertambah pula
permintaan efektif (effective demand).
Menurut Dumairy (1997:132), Penanaman modal
merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi semacam
itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan
pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi
tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak
lesunya pembangunan. dalam upaya menumbuhkan perekonomian,
setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tapi juga investor
asing. Demikian pula halnya Indonesia.
Penggairahan iklim investasi di Indonesia dimulai dengan
diundangkannya Undang-undang No. 1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No. 6 tahun
1986 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Pemberlakuan kedua undang-undang ini menyusul tampilnya rezim
orde baru memegang tampuk pemerintahan. Sebelumnya, dalam
pemerintahan orde lama, Indonesia sempat menentang kehadiran
investasi dari luar negeri. ketika itu tertanam keyakinan bahwa modal
asing hanya akan menggerogoti kedaulatan negara. Kedua Undang-
Undang tadi kemudian dilengkapi dan disempurnakan pada tahun
1970. UU No. 1 Tahun 1967 Tentang PMA disempurnakan dengan
UU No. 11 Tahun 1968 tentang PMDN disempurnakan dengan UU
No.12 Tahun 1970.
Menurut Undang-undang nomor 1 Tahun 1967 tentang
penanaman Modal Asing adalah penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-
ketentuan Undang-Undang di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik
modal secara langsung, menganggung resiko penanaman modal
tersebut.
Undang-undang republik Indonesia nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman modal sebagai pengganti Undang-undang nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing menyatakan bahwa
penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang
dilakukan oleh penanam modal asing sepenuhnya maupun
berpatungan dengan penanam modal dalam negeri (Udang-Undang
Republik Indonesia Nomo 25 tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal).
Perbaikan iklim penanaman modal tak henti-hentinya
dilakukan pemerintah terutama sejak awal Pelita IV atau tepatnya
tahun 1984. Melalui berbagai paket kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi dilakukan penyederhanaan mekanisme perijinan,
penyederhanaan tata cara impor barang modal, pelunakan syarat-
syarat investasi, serta perangsangan investasi untuk sektor-sektor dan
di daerah-daerah tertentu. Dewasa ini kesempatan berinvestasi di
Indonesia semakin terbuka, terutama bagi penanam modal asing.
Disamping dalam rangka menarik investasi langsung, keterbukaan ini
sejalan pula dengan era perdagangan bebas yang akan dihadapi mulai
2020 kelak (Dumairy 1996:132).
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No.1 Tahun
1967/ o. 11 Tahun 1970 tentang PMA dan Undang-Undang No. 6
Tahun 1968/ No. 12 Tahun 1970 tentang PMDN, investasi cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. walaupun demikian, pada tahun-
tahun tertentu sempat juga terjadi penurunan. kecenderungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh kalangan
masyarakat atau sektor swasta, baik PMDN maupun PMA, namun
juga penanaman modal oleh pemerintah. Ini berarti pembentukan
modal domestik bruto meningkat dari tahun ke tahun (Dumairy
1996:133).
b. Jenis Investasi
Menurut Noor (2015:252), menurut jenisnya investasi dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a) Investasi langsung (direct investment), adalah investasi pada faktor
produksi yang menghasilkan aneka barang dan jasa untuk
keperluan konsumsi masyarakat, atau dikenal juga dengan investasi
pada sektor riil.
b) Investasi tidak langsung (indirect investment), adalah investasi
yang bukan pada faktor produksi, melainkan pada sektor keuangan
(finacial investment), seperti deposito, beli saham, obligasi, dan
sejenisnya, yang mengahasilkan jasa keuangan, seperti deposito,
beli saham, beli obligasi, reksadana, Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan investasi pada surat
berharga lainnya.
Menurut Noor (2015:42), pada dasarnya menurut dorongan
dan proses yang menimbulkan investasi yang lazim dilakukan oleh
masyarakat, investasi terdiri dari dua jenis, yaitu :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
1) Investasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang
dan jasa.
Jika diamati, dalam kehiduoan ini kelangsungan kehidupan
individu, kelompok atau bahkan negara memerlukan syarat
yang tidak bisa ditawar, yaitu terpenuhinya kebutuhan minimal.
Berbagai kebutuhan kehidupan yaitu kebutuhan berbentuk
barang (goods), seperti makanan dan minuman, pakaian,
perumahan, kendaraan, dan sebagainya, serta kebutuhan
berbentuk jasa, seperti perawatan kesehatan, perlindungan
keamanan, dan sebagainya.
Untuk memenuhi berbagai kebutuhan tersebut, diperlukan
beranekaragam barang dan jasa, yang pengadaannya
memerlukan berbagai tahapan dan proses. Proses atau tahapan
awal dari pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
kelangsungan kehidupan masyarakat dimasa datang adalah
melakukan investasi saat ini. Tanpa ada investasi saat ini,
secara sukarela atau terpaksa, sulit membayangkan kebutuhan
barang dan jasa untuk kelangsungan kehidupan di masa datang
dapat terpenuhi.
Dalam ekonomi makro, investasi jenis ini dikenal dengan
investasi otomatis (autonomous investment), yaitu investasi
yang terjadi secara otomatis sesuai perkembangan kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
hidup seseorang, sekelompok orang atau suatu organisasi,
bahkan negara.
2) Investasi untuk memenuhi keinginan.
Seiring dengan perkembangan zaman, keinginan manusia
untuk selalu menigkatkan kualitas kehidupan makin banyak,
misalnya keinginan untuk rekreasi, kemudahan dalam berbagai
aktivitas kehidupan, dan sebagainya. Dorongan ini
menghasilakn tuntutan baru selain pemenuhan kebutuhan
minimal syarat kehidupan, yang disebut dengan keinginan,
yang pemenuhannya juga memerlukan barang dan jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan investasi.
Dalam ekonomi makro, jenis investasi yanag terjadi karena
dorongan keinginan dikenal dengan istilah investasi yang
disengaja (induced investment), yaitu investasi yang sengaja
diinginkan oleh seseorang, organisasi karena keinginan masa
depan, atau karena ada harapan yang menjajikan.
Menurut Noor (2015:49), berdasarkan sumber daya
investasi dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Investasi publik atau Investasi oleh negara
Investasi ini adalah investasi yang dilakukan oleh negara, atau
sumber daya investasi tersebut berasal dari milik atau kekayaan
negara. dalam pelaksanaannya, investasi oleh negara ini
dilakukan oleh atau pemerintah untuk membangun prasarana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dan sarana atau infrastruktur guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Investasi dengan karakteristik seperti ini bersifat
nirlama atau non-profit, misalnya pembangunan jalan, dan
jemabatan, irigasim sekolah, taman, pasar, rumah sakit,
pelabuhan, bandara, dana sarana prasarana publik lainnya.
2) Investasi swasta adalah investasi yang dilakukan oleh
masyarakat, khususnya para pengusaha, dengan tujuan
mendapat manfaat berupa laba. Investasi jenis ini disebut juga
dengan istilah investasi profit motive. investasi seperti ini dapat
dilakukan oleh : a) usaha mikro atau rumah tangga, b) Usaha
Kecil Menengah (UKM), c) Usaha besar seperti PMDN
maupun PMA, dan sebagainya.
Menurut Stephen Hymer (Panglaykim 1984 :4), kekuatan
pertama yang mendorong sebuah perusahaan melakukan investasi
adalah dimilikinya keunggulan tertentu dan ketidaksempurnaan pasar
(market imperfection) yang dapat mencegah penggunaan metode-
metode lain dalam rangka mengeksploitasi keunggulan-keunggulan
tersebut.
Menurut pendekatan ini, pengembalian investasi yang lebih
tinggi diluar negeri tidak menjamin kelengkapan penjelasan mengenai
arus modal. Karena pengembalian investasi itu sendiri berarti bahwa
modal akan lebih efesien bila dialokasikan melalui pasar modal dan
tidak memerlukan pemindahan perusahaan. Sehubungang degan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
pengembalian investasi yang lebih tinggi itu, perusahaan harus
mampu menghasilkan pengembalian yang lebih tinggi daripada
perusahaan yang sudah ada atau potensial di negara tuan rumah (host
county) agar menutup kerugian ketidakunggulan (disadvantages)
hakiki operasi perusahaan itu diluar negeri. Kemungkinan
memperoleh pengembalian investasi yang lebih tinggi timbul bila
perusahaan itu mempunyai keunggulan tertentu atas perusahaan-
perusahaan yang ada atau potensial dinegara tuan rumah (Panglaykim
1984 :5).
Keunggulan tertentu suatu perusahaan dapat timbul karena
adanya akses ke sumber modal yang lebih mudah atau lebih besar,
adanya pasar atau bahan mentah yang beroperasi atas dasar skala
ekonomi besar, pemilikian ekslusif kemahiran yang tidak kelihatan
seperti keahlian manajemen, keterampilan pemasaran dan tekonologi
mutakhir misalnya, atau akses anak perusahaan ke masukan (input)
yang lebih murah, pengetahuan mengenai pasar, riset dan
perkembangan melalui perusahaan induknya. Serta fakta bahwa
perusahaan itu bersifat multinasional yang mempunyai jaringan usaha
dan informasi karena kegiatan-kegiatannya besifat internasional pula.
Tetapi bagaimana diungkapkan oleh Hymer, ketidaksamaan
kesanggupan perusahaan karena adanya keunggulan tertentu suatu
perusahaan sudah cukup, meski bukan syarat mutlak, untuk
melaksanakan investasi luar negeri langsung. Ketiadaan pasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
internasional yang sempurna untuk menjual keunggulan-keunggulan
khas tersebut menghalangi perusahaan itu dari usaha menjual,
menyewakan, atau mengizinkan keunggulannya kepada perusahaan-
perusahaan di dalam negeri. Ini gilirannya akan mengarah ke investasi
di dalam negeri tersebut agar perusahaan itu dapat menarik manfaat
dari keunggulan secara maksimal (Panglaykim 1984 :5).
Menurut Panglaykim (1984:5), pendekatan serba-organisasi
industrial kepada investasi luar negeri langsung tidak menguraikan
mengenai apa dan bagaimana ketidaksempurnaan pasar dapat
mengarah ke pengambilan keputusan mengeksploitasikan keuntungan
dengan melakukan investasi luar negeri langsung bukan menjual,
menyewakan, atau mengizinkan penggunaan keuntungan, atau
mengekspor ‘barang’ yang mempunyai keunggulan itu. Penjelasan
umum mengenai peranan ketidaksempurnaan pasar dalam
pengambilan keputusan melakukan investasi dilengkapi dengan
pengkajian-pengkajian yang telah memperluas dalil Coase dengan
kegiatan-kegiatan perusahaan multinasional. Pengakajian-pengkajian
ini melihat investasi langsung sebagai hasil keputusan yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan untuk menginternalisasikan biaya-biaya
transaksi (di dalam perusahaan) karena ketidaksempurnaan pasar
barang-barang akhir menengah (misalnya bahan mentah setengah
diproses dan pengetahuan yang tergabung dalam modal paten dan
tenaga kerja).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Perangsang untuk menginternalisasikan biaya-biaya itu
muncul dari adanya kebutuhan mengatasi ketidakuntungan dari atau
mengambil keuntungan dari ketidaksempurnaan pasar atau campur
tangan pemerintah. Pendekatan inernalisasi melihat keuntungan
perusahaan terus meningkat sebagai hal yang muncul bukan saja dari
pemilikan asset ekslusif tertentu, tetapi dari kesanggupan perusahaan
mencapai keuntungan semaksimal mungkin dengan
menginternalisasikan asset itu untuk melindungi mereka dari
ketidaksempurnaan pasar dan campur tangan pemerintah (Panglaykim
1984:6).
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari internalisasi
dapat berasal dari integrasi vertikal dan mungkin lebih sedikit dari
integrasi vertikal dan mungkin dari integrasi horizotal aktivitas-
akitvitas suatu perusahaan. Menurut Buckly dan Casson (Panglaykim
1984: 6), perangsang untuk menginternalisasikan itu bergantung
kepada hubungan antar empat kelompok faktor, yakni : 1) Faktor-
faktor yang dimiliki oleh sutu industri, seperti sifat produk, struktur
pasar eksternal, dan skala ekonomi, 2) Faktor-faktor khas bersifat
regional seperti jarak geografis, perbedaan kebudayaan, 3) Faktor-
faktor khas yang dimiliki suatu negara seperti keahlian pemasaran,
pengetahuan teknis. Faktor yang terpenting diantara faktor-faktor
khas yang dimiliki oleh suatu industri diperkirakan ialah pengetahuan.
Pengetahuan pada gilirannya akan memberikan keunggulan monopoli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
kepada perusahaan itu dan ini dieksploitasikan dengan harga-harga
yang berbeda-beda oleh perusahaan itu sendiri, daripada pemberian
izin. Selain itu, pengetahuan sukar dinilai jika ingin dijual, dan
kesukaran penialaian itu disebabkan arus pengetahuan akan
mendorong pemilik mengadakan internal pricing atau transfer
princimg.
Investasi asing digunakan definisi dari IMF Balanced of
Payments Manual, yang juga digunakan oleh Bank Indonesia.
Definisi tersebut adalah Investasi langsung mengacu pada investasi
untuk memperoleh manfaat yang cukup lama dari kegiatan
perusahaan dalam suatu perekonomian diluar tempat penananm modal
tersebut. sementara tujuan penanam modal adalah untuk memperoleh
pengaruh secara efektif dalam pegelolaan perusahaan tersebut. Istilah
manfaat yang cukup lama tersebut merupakan investasi yang
pelaksanaannya memerlukan sedikit pengawasan. Dalam definisi
tersebut tidak termasuk investasi portofolio (Hill 1991: 56).
Menurut Hill (1991: 87), faktor yang sangat penting atas
manfaat dan biaya investasi asing terhadap negara penerima adalah
suasana kebijakan di negara penerima itu. Perusahaan multinasional
menawarkan suatu paket poduksi, manajemen, dan teknologi
pemasaran. Hal utama bagi negara penerima adalah
memaksumumkan pangsa pinjaman atas faktor-faktor tersebut
sehingga konsisen dengan tujuan pembangunan dalam arti luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Namun, sumber investasi asing tersebut bukannya tidak
penting, sedikitnya untuk dua alasan. Pertama, dalam hal investasi
asing, banyak negara berupaya menghindarkan ketergantungan
terhadap satu, atau beberapa negara. hal ini bukanlah sekedar
menyadari kepekaan politik, sentimen nasional, atau bahkan
kekhawatiran terhadap manipulasi asing. Melainkan ada alasan-alasan
penting secara ekonomis. Keragaman sumber investasi asing
menambah atus informasi tentang tekonologi dan pasar luar negeri,
dan dengan demikian mendapatkan kekuatan tawar-menawar bagi
pemerintah dan perusahaan-perusahaan negara dengan penerima.
Alasan kedua, saat ini, menurut pengamatan sementara kalangan, ada
kecenderungan perbedaan perilaku para penanam modal asing dari
berbagai negara. Hal tersebut termasuk faktor-faktor seperti
kecendrungan perusahaan untuk mengekspor, memasuki usaha-usaha
patungan, dan mengalihkan serta menyesuaikan tekonologi. Hal ini
merupakan suatu pengamatan yang relatif baru, terutama karena
modal para eksportir yang cukup besar di antara ekonomi pasa
sebelum tahun 1970 hampir seluruhnya dari Amerika Serikat dan
sebagian kecil dari negara-negara Eropa (Hill 1991:88).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
c. Manfaat Investasi
Menurut Noor (2015: 47), manfaat investasi yaitu:
1) Investasi yang bermanfaat untuk umum (publik)
Pada dasarnya, hampir semua bentuk investasi bermanfaat bagi
kepentingan publik atau umum karena investasi menghasilkan
barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Investasi juaga
mmbuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Contohnya adalah
investasi dibidang pendidikan dan sumber daya manusia, investasi
dibidang kesehatan, investasi dibidang infrastruktur (jalan,
jembatan, pelabuhan, pasar, dan sebagainya), dan investasi
lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2) Investasi yang bermanfaat untuk kelompok tertentu pribadi atau
rumah tangga.
Investasi yang bermanfaat untuk kelompok seperti investasi
dibidang olahraga, sedangkan investasi yang bermanfaat untuk
rumah tangga seperti investasi untuk usaha (mendapat
penghasilan), investasi untuk pendidikan, investasi untuk
perumahan, dan investasi lain yang bermanfaat untuk pribadi atau
keluarga
d. Proses Investasi
Menurut Halim (2003:2), proses investasi menunjukkan
bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan investasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pada efek-efek yang bisa dipasarkan, dan kapan dilakukan. Untuk itu
diperlukan tahapan sebagai berikut :
3) Menentukan tujuan investasi
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu : a)
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), b)
tingkat resiko (rate of risk), c) ketersediaan sejumlah dana yang
akan diinvestasikan. Apabila dana cukup tersedia, maka investor
menginginkan penghasilan yang maksimal dengan resiko tertentu.
Umumnya hubungan antara risk dan return bersifat linear, artinya
semakin besar rate of risk, maka semakin besar pula expected rate
of return.
4) Melakukan analisis
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek
atau sekelompok efek. salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasi efek yang salah harga (mispriced), apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk itu, ada dua
pendekatan yang dapat digunakan yaitu :
a) Pendekatan Fundamental. Pendekatan ini didasarkan pada
informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh
administratur bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi
oleh kondisi sektor industri dimana perusahaan tersebut berada
dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan
prospek harga sahamnya di masa mendatang harus dikaitkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.
Jadi analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara
umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan
evaluasi terhadap kinerja dan saham yang
diterbitkannya.Pendekatan teknikal. Pendekatan ini didasarkan
pada data (perubahan) harga
b) saham dimasa mendatang. Dengan analisis ini para analis
memperkirakan harga saham dimasa mendatang. Dengan
analisis ini para analis memperkirakan pergeseran supply dan
demand dalam jangka pendek, serta berusaha untuk cenderung
mengabaikan resiko dan pertumbuhan earning dalam
menentukan barometer dari supply dan demand. Namun
demikian, analisis ini lebih mudah dan cepat dibanding analisis
fundamental, karena dapat secara simultan diterapkan pada
beberapa saham. Analisis menganggap bahwa analisis ini lebih
mudah dan cepat dibanding analisis fundamental, karena dapat
secara simultan diterapkan pada beberapa saham. Analisis ini
tidak menganggap bahwa analisis fundamental tidak berguna,
namun mereka menganggap bahwa analisis fundamental
terlalu rumit dan terlalu banyak mendaasarkan pada laporan
keuangan emiten. Oleh karen itu, analisis teknikal
mendasarkan diri pada premis bahwa harga saham tergantung
pada supply dan demand saham itu sendiri. Data finansial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk
mendapatkan suatu pola yang berarti, dan menggunakan pola
tersebut untuk memprediksi harga dimasa mendatang, serta
untuk memperkirakan pergerakan indiviudal saham maupun
saham pergerakan market index.
5) Melakukan Pembentukan Portofolio
Dalam tahap ini dilakukan identifikasi terhadap efek-efel mana
yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan di
investasikan pada masing-masing efek tersebut. Efek yang dipilih
dalam rangka pembentukan portofolio adalah efek-efek yang
mempunyai koefisien korelasi negatif (mempunyai hubungan
berlawanan). Hal ini dilakukan karena dapat memperkecil risiko.
6) Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio
Dalam tahap dilakukan evalauasi atas kinerja portofolio yang telah
dibentuk, baik terhadap tingkat keuntungan yang diharapkan
maupun terhadap tingkat risiko yang ditanggung. Sebagai tolok
ukur digunakan dua cara, yaitu : pertama, measurement adalah
penilaian kinerja potofolio atas dasar assets yang telah ditanamkan
dalam portofolio tersebut, misalnya dengan menggunakan rate of
return. Kedua comparion adalah penilaian atas dasar
pembandingan atas dasar pembandingan atas dua set potofolio yang
memiliki risiko yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
7) Melakukan Revisi Kinerja Portofolio
Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap evaluasi kinerja
portofolio. Dari hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan revisi
(perubahan) terhadap efek-efek yang membentuk portofolio
tersebut jika dirasa bahwa komposisi portofolio yang sudah
dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi, misalnya rate of
return-nya lebih rendah dari yang disyaratkan. Revisi tersebut bisa
dilakukan secara total, yaitu dilakukan likuiddasi atas portofolio
yang ada, kemudian dibentuk portofolio yang baru. Atau dilakukan
secara terbatas, yaitu dilakukan perubahan atas proporsi/komposisi
dana yang dialokasikan dalam masing-masing efek yang
membentuk portofolio tersebut.
b. Pengaruh Investasi terhadap Tingkat Kemiskinan
Menurut Noor (2015:47), pada dasarnya, hampir semua
bentuk investasi bermanfaat bagi kepentingan publik atau umum
karena investasi menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Investasi juaga membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat. Contohnya adalah investasi dibidang pendidikan
dan sumber daya manusia, investasi dibidang kesehatan, investasi
dibidang infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan, pasar, dan
sebagainya), dan investasi lainnya yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Menurut Siregar & Wahyuniarti (2008 :25), Kemiskinan
adalah situasi dimana pendapatan tahunan individu disuatu
kawasan tidak dapat memenuhi standar pengeluaran minimum
yang dibutuhkan individu untuk dapat hidup layak dikawasan
tersebut. Secara umum, kemiskinan adalah keadaan ataupun
kondisi dimana seseorang tidak memilki kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam hal ini kebutuhan sandang,
pangan, dan papan.
Menurut Noor (2015:48), investasi dilakukan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dan keinginan masyarakat, yaitu
baik individu, kelompok, bahkan negara. Dengan demikian,
investasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,
berupa sumber nafkah atau pendapatan untuk membeli barang dan
jasa yang diperlukannya. Investasi juga menghasilkan nilai
tambah, yang meripakan balas jasa produksi, sekaligus sebagai
sumber pendapatan ataua kesejahteraan masyarakat.
Menurut Sukirno (2000), kegiatan investasi memungkinkan
suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi
dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan
meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini
bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan investasi, yakni :
1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran
agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja,
2) pertambahan barang modal sebagai akbibat dari investasi akan
menambah kapasitas produksi, 3) investasi selalu di ikuti oleh
perkembangan teknologi.
Peningkatan investasi dapat mengurangi pengangguran
melalui penciptaan lapangan kerja. Peningkatan investasi juga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat akan meningkat.
Dengan meningkatnya lapangan pekerjaan dan pendapatan
masyarakat, akan mengurangi jumlah masyarakat yang berada di
garis kemiskinan. Dengan demikian masyarakat yang berada di
garis kemiskinan tadi dapat meningkatkan gizi, pendidikan bagi
anak-anak, dan dapat menabung untuk masa depan (Adventuna
2012).
Gambar 2.2 : Investasi dan Kesejahteraan Masyarakat (Noor (2015).
Menghasilkan
Investasi dan Kesejahteraan Masyarakat
Investasi Produksi
1. Modal
2. Tenaga Kerja
3. Faktpr Produksi
Lainnya
4. Enterpreneurship
Balas Jasa (Nilai
Tambah)
1. Balas Jasa (Uang)
2. Upah dan Gaji
3. Sewa
4. Surplus Usaha
Penggunaan faktor produksi melalui aktivitas masyarakat dibidang ekonomi
menghasilkan balas jasa faktor produksi menghasilkan nilai tambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2 : Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Metode Hasil Penelitian
1 Helmi
Winda Wati
(2015)
Analisis Pengaruh
Belanja Modal Daerah,
Investasi, Dan Indeks
Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap
Kemiskinan di
Indonesia Tahun 2009-
2013
Kemiskinan
Belanja Modal
Daerah
Investasi
Indeks
Pembangunan
Manusia
OLS: Data
Panel Variabel belanja modal
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap timgkat
kemiskinan di Indonesia
(pada 33 Propinsi).
Variabel Investasi
berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia (pada 33
Propinsi).
Variabel Indeks
Pembangunan Manusia
(IPM) berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia (pada 33
Proponsi)
2 Barika
(2013)
Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pengeluaran
Pemerintah,
Pengangguran, dan
Inflasi Terhadap
Tingkat Kemiskinan Di
Provinsi Se Sumatera
Kemiskinan
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengeluaran
Pemerintah
Penganggura
Inflasi
OLS: data
Panel Variabel Pertumbuhan
Ekonomi dan Inflasi tidak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kemiskinan propinsi di
Sumatera.
Variabel Pengeluaran
Pemerintah dan Tingat
Pengangguran mempunyai
pengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan propinsi
di Sumatera.
3 Deddy
Rustiono
(2008)
Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja,
dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
di Propinsi Jawa
Tengah
Pertumbuhan
Ekonomi
Investasi
Tenaga Kerja
Pengeluaran
Pemerintah
OLS Variabel PMA, PMDN,
Angkatan Kerja, dan
Pengeluaran Pemerintah
daerah berpengaruh
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
propinsi Jawa Tengah.
Adanya krisis ekonomi tahun
1997 menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
perbedaan yang nyata antara
keadaan sebelum dan
sesudah terjadinya krisis
ekonomi dan memberikan
dampak yang negatif atau
menyebabkan penurunan
kapasitas out put.
4 Rafika
Mokodompi
s, dkk
Pengaruh Tingkat
Investasi dan Tenaga
Kerja Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi
(Studi Kasus Kota
Manado 2003-2012)
Pertumbuhan
Ekonomi
Investasi
Tenaga Kerja
OLS Variabel PMDN berpengaruh
positif dan tidak signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Manado.
Variabel Tenaga Kerja
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
5 Ilham
Kurnia Hadi
(2014)
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
di Provinsi Sumatera
Barat
Pertumbuhan
Ekonomi
Investasi
Tenaga Kerja
Ekspor
Investasi
OLS Nilai Investasi berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Jumlah tenaga kerja memilki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Nilai ekspor berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Nilai investasi, jumlah tenaga
kerja, dan ekspor secara
bersama-sama berpengaruh
positif dan signidfikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi.
6 Dewi
Kurniawati
Sunusi, dkk
(2014)
Analisis Pengaruh
Jumlah Tenaga Kerja,
Tingkat Pendidikan,
Pengeluaran
Pemerintah Pada
Pertumbuhan Ekonomi
Dampaknya Terhadap
Kemisinan di Sulawesi
Utara Tahun 2001-2010
Pertumbuhan
Ekonomi
Kemiskinan
Jumlah tenaga
kerja
Tingkat
Pendidikan
Pengeluaran
Pemerintah
OLS variabel tenaga kerja secara
langsung dan positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan berpengaruh
secara langsung terhadap
pertumbuhan ekonomi
pengeluaran pemerintah
berpengaruh secara langsung
terhadap pertumbuhan
ekonomi
tenaga kerja, pengeluaran
pemerintah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
pertumbuhan ekonomi
berpengaruh signifikan
terhadap kemiskinan.
C. Hipotesis dan Kerangka Berpikir
1. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel bebas (Pertumbuhan
Ekonomi, Pengangguran, Belanja Pemerintah dan Investasi yang
mempengaruhi tingkat kemiskinan. Untuk memudahkan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur pemikiran
dalam penelitian yang akan dilakukan serta untuk memperjelas alur
pemikiran dalam penelitian ini, adalah:
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi indikator yang berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan. Semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi
maka diharapkan Pendapatan Nasional dapat menyebar secara merata
Pertumbuhan
Ekonomi
Pengangguran
Belanja
Pemerintah
Tingkat Kemiskinan
Investasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kepada seluruh lapisan masyarakat terutama untuk masyarakat miskin
sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan.
Pengangguran pada suatu daerah dapat menimbulkan berbagai
masalah ekonomi yang pada akhirnya menjadi penyebab terjadinya
kemiskinan, Tingkat pengangguran akan mempengaruhi tingkat
kemikiskinan.
Belanja pemerintah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Dengan program yang tepat
sasaran atau pengalokasian dana yang termasuk pengeluaran pemerintah
maka kemiskinan semakin berkurang di Indonesia.
Investasi yang banyak di berbagai daerah di Indonesia, maka
semakin banyak lowongan pekerjaan yang terbuka dan masyarakat
semakin produktif, sehingga akan berpengaruh pada tingkat kemiskinan.
Semakin tinggi laju investasi langsung makan kemiskinan semakin
menurun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
2. Hipotesis
a) Ada pengaruh signifikan antara pertumbuhan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia.
b) Ada pengaruh signifikan antara pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia.
c) Ada pengaruh signifikan antara belanja pemerintah tingkat
kemiskinan di Indonesia.
d) Ada pengaruh signifikan antara investasi terhadap tingkat kemiskinan
di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto. Menurut
Arikanto (2010: 17), penelitian ex post facto atau penelitian variabel masa
lalu adalah penelitian tentang variable yang kejadiannya sudah terjadi
sebelum penelitian dilaksanakan.
Menurut Nazir (2014:60), penelitian ex post facto adalah
penyelidikan secara empiris yang sistematik, dimana peneliti, tidak
mempunyai kontrol langsung terhadap variabel-variabel bebas (independent
variabels) karena manifestasi fenomena telah terjadi atau karena fenomena
sukar dimanipulasikan. Inferensi tentang hubungan antarvariabel dibuat tanpa
intervensi langsung tetapi dari variasi yang seiring (concomitant variation)
dari variabel bebas dengan variabel dependen (Kerlinger, 1973 dalam
Kuncoro 2014: 60). Secara explanasinya, penelitian ini termasuk penelitian
asosiatif, karena studi ini menguraikan pengaruh tingkat pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, dan investasi terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia.
B. Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang tidak dihimpun secara langsung, tetapi diperoleh
dari pihak kedua (Riduan : 2004, dalam Barika : 2013). Penelitian ini
menggunakan data sekunder dari publiksi Badan Pusat Statistik (BPS), Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Bank Indonesia (BI), data BAPPENAS dan Data BPKM yang dikumpulkan
adalah meliputi data kemiskinan, Pertumbuhan ekonomi, data pengangguran,
belanja pemerintah dan data investasi. Jangka waktu data yang digunakan
adalah tahun 1995 sampai dengan 2014.
Jenis data adalah data time series (runtun waktu). Data Time Series
adalah data yang menggambarkan suatu perkembangan dari waktu ke waktu
atau periode secara historis.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS), instansi, lembaga atau sumber-
sumber lain yang relevan. Data yang terkumpul kemudian diolah dan
dianalisi secara kuantitatif regresi berganda.
D. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif, yaitu
analisis regresi berganda (multiple regresion analisys). Analisis data
dilakukan dengan menguji secara statistik variabel-variabel dengan bantuan
perangkat lunak. Dari analisis diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel terikat dengan variabel bebas. Menurut
Sugiyono (2012: 275), analisis regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila
peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (naik turunkan nilainya).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Menurut Gujarati, 1999 (dalam Noor (2014:62), analisis regresi
berkenaan dengan studi ketergantungan satu variable, variabel tak bebas pada
satu atau lebih variable lain, variable yang menjelaskan (explanatory
variabels), dengan maskud menaksir dan atau meramalkan nilai rata-rata
hitung (mean) atau rata-rata (populasi) variabel tak bebas, dipandang dari segi
nilai yang diketahui atau tetap. Menurut Noor (2014), analisis regresi
bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara kuantitatif dari
perubahan nilai X terhadap perubahan nilai Y. Dengan kata lain, nilai variabel
X dapat memperkirakan/memprediksi nilai variabel Y.
Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel
independennya minimal 2. Jadi, model regresi pada penelitian ini adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
keterangan :
a = Konstanta
Y = Tingkat Kemiskinan
X1 = Pertumbuhan ekonomi
X2 = Pengangguran
X3 = Investasi
e = Standar error
Teknik analisis data regresi linier berganda dapat dilakukan dengan
melakukan uji prasyarat dan uji asumsi klasik, serta pengujian hipotesis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
E. Uji Prasyarat
Dalam analisis regresi linear berganda perlu dilakukan uji prasyarat, untuk
mengetahui persamaan regresi yang diperoleh benar-benar dapat digunakan
untuk memprediksi variabel dependen.
1. Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi
sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi
data bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni data tersebut tidak
menceng kiri atau meceng kanan (Santoso 2002:34).
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi, nilai residu dari regresi mepunyai distribusi yang normal
(Santoso, 2010:210). Salah Satu asumsi untuk menganalisis statistika
adalah residual yang terdistribusi normal. Penggunaan uji normalitas
bertujuan untuk melihat kenormalan distribusi residual dalam model
regresi. Pengujian normalitas yang umum digunakan adalah uji
kolmogrov smirnov.
Kriteria yang digunakan dalam mengetahui data yang digunakan
tersebut normal atau tidak adalah : Apabila perhitungan Klomogrov
Smirnov lebih besar dari probabilitas (0,05), maka data berdistribusi
normal. Apa bila Kolmogrov Smirnov lebih kecil dari probabilitas (0,05),
maka data tidak berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
2. Uji Linearitas
Linearitas adalah keadaan dimana hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen bersifat linier (garis lurus) dalam
range variabel independen tertentu (Santoso 2002:43).
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak. Uji tersebut digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear (Kasmadi dan
Sunariah. 2013).
Kriteria penerimaan data, variabel mempunyai hubungan linier
atau tidak adalah :
apabila probabilitas Fh lebih kecil dari tingkat signifikasi 0,05 maka
hubungan data linier. Sedangkan apabila nilai probabilitas Fh lebih
besar dari tingkat signifikasi 0,05 maka hubungan tidak linier.
Apabila nilai Fh > Ft maka hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat linier, sedangkan apabila nilai Fh < Ft maka hubungan
anatara variabel bebas dan variabel terikat tidak linier.
F. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model regresi yang dapat digunakan, maka perlu
dilakukan pengujian apakah ada tidaknya penyimpangan terhadap uji asumsi
klasik. Adapun uji asumsi klasik sebagai berikut :
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi
ditemukan korelasi antara variable bebas yang kuat/tinggi. Untuk menguji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
adanya kolinearitas ganda digunakan uji VIF dan Tolarence (Noor,
2014:63).
Kriteria untuk mengetahui apakah terjadi tidaknya multikolinearitas
adalah: Jika VIF lebih besar dari 5, maka terjadi multikolinearitas. Jika
VIF lebih kecil dari 5 maka tidak terjadi multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedasitas
Menurut Noor (2014:64), tujuan uji ini adalah untuk mengetahui
apakah dalam model regresi terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Cara mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedasitas adalah melihat grafik plot antara nilai prediksi variable
terikat (Zpred) dengan residualnya (SRESID).
c. Ujin Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi
linier ada korelasi pada periode saat ini dengan periode sebelumnya.
Prasyarat analisis auto korelasi artinya prasyarat ini menginginkan model
yang digunakan secara tepat mengambarkan rata-rata variable terikat
dalam setiap observasi (Noor, 2014:63). Uji Auto korelasi dapat dilihat
dengan nilai DW (Durbin-Watson).
G. Pengujian Hipotesis
Hipotesis meruapakan jawaban atau dugaan sementara yang dibuat
berdasarkan teori-teori yang ada mengenai adanya hubungan antara varaiabel
bebas dan variabel terikat. Hipotesis yang dirumuskan adalah Hipotesis nol
(H0) dan Hipotesis aliternatif (Ha). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
menggunakan Uji F dan Uji T, bertujuan untuk menguji signifikasi pengaruh
variabel bebas (Pertumbuhan ekonomi, pengngguran, belanja pemerintah, dan
investasi) terhadap variabel terikat (tingkat kemiskinan).
1. Rumusan Hipotesis
a) Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1995-2014
H0 : Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014
Ha : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
b) Pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1995-2014
H0 : Pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Ha : Pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014
c) Pengaruh belanja pemerintah terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014
H0 : Belanja pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014
Ha : Belanja pemerintah berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
d) Pengaruh investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1995-2014.
H0 : Investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014
Ha : Investasi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1995-2014.
2. Uji Keterandalan Model (Uji F)
Uji keterandalan model atau uji kelayakan model (Uji F) merupakan
tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau
tidak. Layak (andal) adalah model yang diestimasi layak digunakan untuk
menjelaskan pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nama uji ini disebut sebagai Uji F, karena mengikuti distribusi F yang
kriteria pengujiannya seperti One Way Anova. Uji F dilakukan dengan
membandingkan antara F tabel dan F hitung, dengan taraf signifikasi 5 %.
H0 : Tidak ada pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Ha : Terdapat pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F adalah :
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
3. Uji Koefisien Regresi (Uji T)
Uji T dalam regresi linear berganda dimaksudkan untuk menguji apakah
parameter (koefisien regresi dan konstanta) yang diduga untuk
mengestimasi persamaan/model regresi linear berganda sudah merupakan
parameter yang tepat atau belum. Maksud tepat disini adalah parameter
tersebut mampu menjelaskan perilaku variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel terikatnya. Parameter yang diestimasi dalam
regres linear meliputi intersep (konstanta) dan slope (koefisien dalam
persamaan linier). Pada bagian ini, uji t difokuskan pada parameter slope
(koefisien regresi) saja. Jadi uji t yang dimaksud adalah uji koefisien
regresi.
H0 : Tidak ada pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Ha : Terdapat pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t adalah :
a. Dengan membandingkan nilai T hitung dan T tabel :
Jika thitung > ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
Jika thitung < ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
b. Dengan membandingkan angka probabilitas signifikansi
Jika angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima
dan Ha ditolak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Jika angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan
Ha diterima.
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat
digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua
variabel. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persentase variasi nilai
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang
dihasilkan (Algifari, 2011:45). Koefisien determinasi menjelaskan variasi
pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat
pula dikatakan sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh R-Square.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV akan dibahas mengenai hasil penelitian yang meliputi
deskripsi data, pembahasan hasil penelitian, dan akan dibahas mengenai analisis
data setelah diolah menggunakan software SPSS 16.0 dengan model regresi
berganda.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia meningkat. Jumlah
penduduk Indonesia yang mencapai 252,4 juta jiwa (BPS tahun 2014)
akan menjadi penghambat pembangunan dan menambah kemiskinan di
Indonesia. Sehingga perlu penanganan dari berbagai pihak terutama
pemerintah untuk menanggulangi lonjakan laju pertumbuhan dan
pengentasan kemiskinan.
Data penelitian seluruhnya merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui proses pencatatan dari instansi yang terkait dengan
penelitian ini. Data yang diperoleh publikasi data BPS (Badan Pusat
Statistik), BI (Bank Indonesia), BPKM, dan instasi lainnya.
Untuk mendeskripsikan dan menguji data variabel bebas dan variabel
terikat digunakan data tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, belanja pemerintah, dan investasi di Indonesai periode
tahun 1995-2014. Pada bagian ini akan disajikan deskripsi data dari tiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tiap variabel yang diperoleh. berikut disajikan data secara rinci dari setiap
variabel.
a. Deskripsi Kemiskinan
Kemiskinan dalam penelitian ini dilihat dari persentase penduduk
miskin di Indonesia tahun 1995-2014. Pada Gambar 4.1, secara umum
persentase tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung mengalami
penurunan setiap tahunnya, walaupun pada beberapa tahun tertentu
mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 1997, 1998, 1999 dan tahun
2006. Peningkatan persentase jumlah penduduk pada Tahun 1997
sampai tahun 1999 terjadi karena krisis ekonomi global dan juga krisis
moneter yang dialami oleh bangsa Indonesia pada saat itu, serta harga
barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi,
hal ini ditandai dengan tingkat inflasi yang tinggi pada periode
tersebut. Dengan keadaan tersebut, banyak penduduk yang tergolong
tidak miskin namum penghasilannya berada disekitar garis
kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
Peningkatan persentase penduduk miskin selama 2005 sampai 2006
juga terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok yang tinggi
sehingga penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilnya
berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya
menjadi miskin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Tabel 4.1 : Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Kemiskinan (%)
1995 11,70
1996 11,30
1997 17,47
1998 24,20
1999 23,43
2000 19,14
2001 18,41
2002 18,20
2003 17,42
2004 16,66
2005 15,97
2006 17,75
2007 16,58
2008 15,42
2009 14,15
2010 13,30
2011 12,50
2012 12,00
2013 11,40
2014 11,20
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Gambar 4.1 : Persentase Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995-2014.
Setelah mengalami kenaikan pada tahun 1997 sampai tahun
1999 selanjutnya cenderung menurun dan pada tahun 2006 tingkat
kemiskinan meningkat lagi, setelah tahun 2006 sampai tahun 2014
tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke
tahun, walaupun tingkat kemiskinan masih tinggi. Hal ini tidak
terlepas dari berbagai upaya dan kebijakan pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan di Indonesia melalui program
penanggulangan kemiskinan yang anggarannya selalu naik dari tahun
ke tahun.
b. Deskripsi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output dalam jangka
penjang yang diukur dengan memperhatikan pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB) dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi
berperan penting dalam program pembangunan yang dirancang untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
mengentaskan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
pemerataan distribusi pendapatan harus dipisahkan sebagai tujuan-
tujuan pembangunan. Kedua hal tersebut kadang tidak bisa tumbuh
secara bersama-sama, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belumtentu
menjamin distribusi pendapatan yang lebih baik (Todaro 2000:211).
Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai indikator
kesejahteraan penduduk suatu negara, semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi maka sektor riil di dalam negara tersebut juga mengalami
peningkatan. Pertumbuhan ekonomi yang baik adalah pertumbuhan
ekonomi yang menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah
kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun 1995-2014.
Gambar 4.2 : Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1995-2014.
Kondisi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai tahun 1995-
2014 cenderung meningkat, namun pada beberapa periode tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
perekomian menurun bahkan pada tahun 1998 tingkat perekonomian
Indonesia bernilai negatif. Pertubuhan ekonomi tertinggi pada tahun
2007, hal ini karena terutama didorong oleh konsumsi dan
peningkatan ekspor serta didukung dengan membaiknya iklim
investasi.
c. Deskripsi Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang termasuk angkatan kerja yang
tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang
mempersiapkan suatu usaha (BPS). Masalah utama dan mendasar
dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah pengangguran
yang tinggi. Indonesia dengan pertambahan jumlah penduduk yang
banyak sehingga dapat menimbulkan tenaga kerja yang banyak pula.
Halk ini disebabkan karena pertambahan tanaga kerja baru lebih besar
dibandingkan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Dengan
keadaan seperti ini apabila tidak dibarengi terbukanya lowongan
pekerjaan maka angka pengangguran semakin tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Data jumlah pengangguran di Indonesia tahun 1995-2014.
Gambar 4.3 : Tingkat Pengangguran di Indonesia Tahun 1995-2014.
Tingkat pengangguran di Indonesia tahun 1995 sampai 2005
cenderung meningkat, sedangkan setelah tahun 2005 tingkat
pengangguran cenderung menurun. Hal ini tidak lepas dari
ketersediaan lapangan pekerjaan dan juga kebijakan yang diterapkan
oleh pemerintah.
d. Deskripsi Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah ditujukkan untuk menajemen pemenuhan
kebutuhan publik. Pemerintah adalah pihak yang mewakili dan
menjalankan tugas dan fungsi negara dalam menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Belanja pemeritah idealnya bukan besaran
atau volumenya saja yang penting tetapi ketepatan penggunaannya,
apakah dapat merangsang aktivitas ekonomi di masyarakat sehingga
berkontribusi bagi kesejahteraan publik (Noor 2015). Pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
harus mampu menjalankan fungsinya yaitu pengalokasi, disrtributor,
dan statbilitator untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat.
Oleh karena itu APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
harus direncanakan dan digunakan ecara efisien dan tepat sasaran.
Belanja pemerintah menurut fungsi tahun 1995-2014.
Gambar 4.4 : Belanja Pemerintah di Indonesia Tahun 1995-2014.
Berdasarkan data di atas, belanja pemerintah setiap tahunnya
cenderung meningkat. Peningkatan belanja pemerintah ini merupakan
kebijakan pemerintah yang fokus untuk memperbaiki kesejahteraan
rakyat dan juga golongan miskin bisa berpartisipasi dalam APBN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
e. Deskripsi Investasi di Indonesia
Investasi adalah kegiatan mengalokasikan atau menanamkan sumber
daya (resorce) saat ini (sekarang), dengan harapan mendapatkan
manfaat dikemudian hari (masa datang). Investasi dilakukan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat baik individu, kelompok,
dan bahkan negara. Dengan demikian, investasi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, berupa sumber pendapatan untuk
membeli barang dan jasa yang diperlukan (Noor 2015). Dengan
adanya investasi di dalam suatu negara maka terjadi peningkatan
modal yang dimiliki negara tersebut dan terjadi peningkatan
penyediaan perlengkapan produksi yang dapat meningkatkan hasil
produksi. Semakin tinggi hasil produksi maka pendapatan suatu
negara akan meningkat sehingga akan mengakibatkan pendapatan
semakin meningkat dan kesejahteraan meningkat pula.
Gambar 4.5 : Investasi di Indonesia Tahun 1995-2014.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Berdasarakan grafik diatas, tingkat investasi di Indonesia setiap
tahunnya naik turun, hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi di
Indonsia pada periode 1995-2014 tidak stabil. Pada tahun 2013
merupakan tahun dimana nilai investasi di Indonesia mencapai
puncaknya dan pada tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya.
2. Analisis Data
a. Uji Prasyarat
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Untuk menentukan data berdistribusi
normal. Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada output
(SPSS 16.00) dibawah ini :
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 20
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.90714392
Most Extreme Differences
Absolute .139
Positive .138
Negative -.139
Kolmogorov-Smirnov Z .623
Asymp. Sig. (2-tailed) .832
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan output (SPSS 16.0) diatas, diketahui bahwa
nilai Asymp Sig. (2-tailed) adalah 0,832, sehingga nilai Asymp sig
(2-tailed) lebih besar dari nila signifikasi (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa data dan residu berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
2) Uji Linearitas
Uji lineartitas digunakan untuk mengetahui apakah antara variabel
bebas dan terikat mempunyai hubungan linear atau tidak. Hasil
pengujian linearitas dapat dilihat pada output (SPSS 16.00) dibawah
ini :
Tabel 4.3
Uji Linearitas ANOVA
b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 205.775 4 51.444 11.166 .000a
Residual 69.107 15 4.607
Total 274.882 19
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan output diatas, diperoleh F hitung sebesar 11,16 dengan
probabilitas sebesar 0,000. Hasil F Hitung tersebut kemudian dibandingkan
dengan F tabel dengan menggunakan taraf signifikasi 0,05, sehingga
diperoleh F tabel sebesar 2,71. Jadi, F hitung (11,16) > F tabel (2,71)
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, belanja pemerintah dan investasi memiliki hubungan yang
linear dengan variabel tingkat kemiskinan.
Nilai prob F hitung (signifikansi) pada tabel diatas nilainya 0,000
lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 (5 persen) sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi linear yang diestimasi layak digunakan
untuk menjelaskan pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
pemerintah dan investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indoenesia tahun
1995-2014.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi atau hubungan antar variabel bebas
(independen). Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel
Coefficients.
Tabel 4.4
Uji Multikolinearitas Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001 .800 1.250
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021 .781 1.280
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015 .301 3.319
Investasi (PMA & PMDN) 6.807E-12 .000 .174 .795 .439 .350 2.856
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Pengujian multikolinearitas untuk data variabel bebas adalah,
sebabai berikut :
a. Pertumbuhan Ekonomi (X1)
Dari hasil output di atas (Collinearity Statistic) variabel
pertumbuhan ekonomi diperoleh Nilai VIF (variance inflation
faktor) sebesar 1,250, yang berarti VIF < 5. Berdasarkan hasil
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Dengan kata lain pada variabel pertumbuhan ekonomi tidak
terjadi multikolinearitas.
b. Pengangguran (X2)
Dari hasil output di atas (Collinearity Statistic) variabel
pengangguran diperoleh Nilai VIF (variance inflation faktor)
sebesar 1,280, yang berarti VIF < 5. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengangguran tidak
mempunyai korelasi dengan variabel lainnya . Dengan kata lain
pada variabel pengangguran tidak terjadi multikolinearitas
c. Belanja Pemerintah (X3)
Dari hasil output di atas (Collinearity Statistic) variabel belanja
pemerintah diperoleh Nilai VIF (variance inflation faktor)
sebesar 3,319, yang berarti VIF < 5. Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa variabel belanja pemerintah
tidak mempunyai korelasi dengan variabel lainnya . Dengan
kata lain pada variabel belanja pemerintah tidak terjadi
multikolinearitas.
d. Investasi (X4)
Dari hasil output di atas (Collinearity Statistic) variabel
investasi diperoleh Nilai VIF (variance inflation faktor) sebesar
2,856 yang berarti VIF < 5. Berdasarkan hasil tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa variabel investasi tidak mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
korelasi dengan variabel lainnya . Dengan kata lain pada
variabel investasi tidak terjadi multikolinearitas.
Syarat adanya multikolinearitas adalah nilai VIF lebih
besar dari 5. Karena nilai VIF dari keempat variabel tidak ada yang
lebih besar dari 5. Dari analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa
dari 4 (empat) variabel bebas (pertumbuhan ekonomi,
pengngguran, belanja pemerintah, dan investasi) tidak mengalami
multikolinearitas.
2) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk meguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas
dilakukan dengan membuat scatterplot (alur sebaran) antara
residual dan nilai prediksi dari variabel terikat yang telah
distandarlisasi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada
gambar scatterplot, seperti pada gambar berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Gambar 4.6 : Uji Heteroskedatisitas
Dari gambar di atas terlihat bahwa sebaran titik tidak membentuk
tidak membentuk suatu pola/alur tertentu, sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain
terjadi homoskedastisitas. Asumsi klasik tentang heteroskedastisitas
dalam model ini terpenuhi, yaitu bebas dari heteroskedastisitas.
Uji ini (scatterplot) rentan kesalahan dalam penarikan
kesimpulannya. Hal ini dikarenakan penentuan ada tidaknya
pola/alur atas titik yang ada digambar sangat bersifat subjektif.
3) Uji Autokorelasi
Data yang digunakan untuk mengistemasi model regresi linear
merupakan data time series maka diperlukan adanya uju asumsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
bebas dari autokorelasi. Hasil uji korelasi, dapat dilihat pada tabel
Model Summary kolom terakhir yaitu Durbin-Watson.
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .865a .749 .682 2.14642 1.401
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah
Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Nilai durbin-Watson yang tertera pada output SPSS disebut
dengan DW Hitung. Angka ini aka dibandingkan dengan kirteria
penerimaan atau penolakan yang akan dibuat dengan nilai dL dan du
ditentukan berdasarkan jumlah variabel bebas dalam model regresi
(k) dan jumlah sampelnya (n). Nilai dL dan du dapat dilihat pada
tabel DW dengan tingkat signifikasi (error) 5 % (α = 0,05).
Jumlah Variabel bebas : k = 4
Jumlah Sampel : n = 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Tabel Durbin-Watson menunjukkan bahwa nilai dl = 0,8943 dan nilai
du = 1,8283 sehingga dapat ditentukan kirteria terjadi tidaknya
autokorelasi seperti yang telihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.7 : Uji Auto Korelasi
Nilai Dubin-Watson hitung sebesar 1,401 lebih kecil dari
1,8283 dan lebih kecil dari 2,481 yang artinya berada pada daerah
ragu-ragu dan tidak ada autokorelasi. Sehingga disimpulkan bahwa
dalam model regresi tidak terjadi auto korelasi.
Autokorelasi
Postif
Ragu-
ragu
Ragu-
ragu
Tidak ada
autokorelasi
Autokorelasi
negatif
4-dl = 3,157 4- du = 2,1717
4
du = 1,8283 dl = 0,8943
0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
c. Uji Kelayakan Model
Uji Kelayakan moel atau uji statistik dalam penelitian ini meliputi Uji
Keterandalan Model (Uji F), Uji koefisien Regresi (Uji T), dan Koefisien
Determinasi (R2)
.
1) Uji Keterandalan Model (Uji F)
Pengujian terhadap variabel independen di dalam model dapat
dilakukan dengan uji simultan (Uji F). Uji F statistik pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen.
Dari regresi pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja
pemerintah dan investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indoenesia
tahun 1995-2014 yang menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5
persen).
H0 : Tidak ada pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Ha : Terdapat pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji F adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Jika Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel
terikat.
Jika Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
semua variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat.
Hasil uji F dapat dilihat pada tabel ANOVA pada hasil output SPSS.
Tabel 4.7
hasil analisis Uji Simultan (Uji F) ANOVA
a
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 205.775 4 51.444 11.166 .000b
Residual 69.107 15 4.607
Total 274.882 19
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan output di atas, diperoleh F hitung sebesar 11,16
dengan probabilitas sebesar 0,000. Hasil F Hitung tersebut kemudian
dibandingkan dengan F tabel dengan menggunakan taraf signifikasi
0,05, sehingga diperoleh F tabel sebesar 2,71. Jadi, F hitung lebih
besar dari F tabel (11,16) > 2,71), sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua variabel bebas (pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja
pemerintah dan investasi) secara simultan memiliki hubungan yang
signifikan dengan variabel tingkat kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
2) Uji Koefisien Regresi (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Dalam regresi pengaruh
pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan
investasi terhadap tingkat kemiskinan di Indoenesia tahun 1995-2014,
dengan α = 0,05 (5 persen) dan degree of freedom (df) = 15 (n-k=20-
5), maka diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,753.
H0 : Tidak ada pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap
tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Ha : Terdapat pengaruh yang siginifikan antara pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, belanja pemerintah dan investasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014.
Kriteria pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t adalah :
Dengan membandingkan nilai T hitung dan T tabel :
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel bebas secara individual berpengaruh siginifikan
terhadap variabel terikat.
Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
variabel bebas secara individual tidak berpengaruh siginifikan
terhadap variabel terikat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel Coefficients.
Tabel 4.8
Hasil analisis Uji T Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015
Investasi (PMA & PMDN) 6.807E-12 .000 .174 .795 .439
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Berdasarkan uji T pada outpu SPSS (Versi 16.00) diatas, maka hasil
uji analisis uji T akan dijelaskan sebabagi berikut :
a. Pertumbuhan Ekonomi
Hasil analisis Uji T untuk variabel pertumbuhan ekonomi
diperoleh nila t hitung sebesar -4,119 < T tabel 1,753 dengan
siginifikasi sebesar 0,001 < 0,05. Variabel pertumbuhan ekonomi
memiliki koefisien Beta sebesar -0,527, artinya jika pertumbuhan
ekonomi naik satu satuan, maka tingkat kemiskinan menurun
sebesar -0,527 satuan. Hal ini berarti bahwa variabel pertumbuhan
ekonomi mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia pada periode 1995-2014 dengan memiliki
hubungan yang negatif.
b. Pengangguran
Hasil analisis Uji T untuk variabel pengangguran diperoleh nila t
hitung sebesar 2,583 > 1,753 (T tabel) dengan siginifikasi sebesar
0,21 < 0,05, maka H0 ditolak. Variabel pengangguran memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
koefisien Beta sebesar 0,613, artinya jika pengangguran naik satu
satuan, maka tingkat kemiskinan naik sebesar 0,613 satuan. Hal ini
berarti bahwa variabel pengangguran mempunyai pengaruh positif
dan siginifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada
periode 1995-2014. Hasil Uji T ini mendukung hipotesis
penelitian yang menyatakan bahwa pengangguran berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014.
c. Belanja Pemerintah
Hasil analisis Uji T untuk variabel belanja pemerintah diperoleh
nila t hitung sebesar -2,747 < T tabel 1,753 dengan siginifikasi
sebesar 0,15. Variabel belanja pemerintah memiliki koefisien Beta
sebesar -6,890, artinya jika belanja pemeritah naik satu satuan,
maka tingkat kemiskinan menurun sebesar -6,890 satuan. Hal ini
berarti bahwa variabel belanja pemerintah mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
pada periode 1995-2014.
d. Investasi
Hasil analisis Uji T untuk variabel investasi diperoleh nila t hitung
sebesar 0,795 < 1,753 (T tabel). Variabel investasi memiliki
koefisien Beta sebesar 6,807 dengan nilai siginifikasi sebesar
0,439 > 0,05, maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
disimpulkan bahwa investasi tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat kemiskinan tahun 1995-2014.
3) Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula dikatakan sebagai
proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Nilai koefisien determinasi dapat diukur oleh R-Square.
Tabel 4.9
R-Square Model Summary
b
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .865a .749 .682 2.14642 1.401
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Nilai R-Square sebesar 0,749 menunjukkaan bahwa
proporsi pengaruh variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran,
belanja, dan investasi terhadap kemiskinan sebesar 74,9 persen.
Artinya variabel pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja,
dan investasi mempunyai pengaruh terhadap kemiskinan sebesar
75 persen, sedangkan sisanya 25,1 persen dipengaruhi oleh
variabel yang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
B. Pembahasan
Tabel Coefficients pada hasil olahan data output SPSS.
Tabel 4.10
Coefficients Coefficients
a
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001 .800 1.250
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021 .781 1.280
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015 .301 3.319
Investasi (PMA & PMDN) 6.807E-12 .000 .174 .795 .439 .350 2.856
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
Model regresi linear berganda:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Y = 15,3888 + (-0,527) + 0,613 + (-6,890) + 6,807 + e
Koefisien regresi untuk variabel pertumbuhan ekonomi sebesar -0,527,
variabel pengangguran sebesar 0,613, variabel belanja pemerintah sebesar
-6,890, dan variabel investasi sebesar 6,807. Interpetasi hasil regresi
pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan
investasi terhadap tingkat kemiskinan Indonesia tahun 1995-2014, sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 1995-2014.
Pada hipotesis pertama mengatakan bahwa ada pengaruh signifikan
antara pertumbuhan ekonomi terhadap tingakt kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014. Dari hasil olahan data (SPSS versi 16.00), koefisien
regresi variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
dengan koefisien negatif sebesar -0,527 dan t hitung sebesar -4,119
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh dan
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia dengan memiliki hubungan
yang negatif.
Menurut Todaro (2000:211), meskipun laju pertumbuhan ekonomi
tidak secara otomatis memberi jawaban atas berbagai macam pertanyaan
dan masalah kesejahteraan, namun hal tersebut tetap merupakan unsur
penting dalam program pembangunanyang dirancang untuk mengentaskan
kemiskinan. Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para ekonom telah
mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi berperan penting dalam penurunan
tingkat kemiskinan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
pemerataan distribusi pendapatan harus dipisahkan sebagai tujuan-tujuan
pembangunan. Kedua hal tersebut kadang tidak bisa secara bersama-sama
tumbuh, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin
distribusi pendapatan yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Menurut Todaro (2000:212), Pertumbuhan ekonomi yang cepat
dan distribusi pendapatan yang lebih merata bisa saja sekaligus diraih, dan
nada beberapa Negara yang mampu membuktikannya. Pertumbuhan
ekonomi dan distribusi pendapatan harus berjalan secara bersama-sama.
Pilihan yang diambil adalah bukan strategi pembangunan yang
memaksimalkan pertumbuhan ekonomi yang cepat, yang hasilnya hanya
dinikmati oleh segelintir orang kaya di dalam suatu negara tertentu atau
bukan juga strategi yang menitikberatkan pada distribusi pendapatan yang
lebih merata, tetapi kedua hal tersebut penting untuk diraih secara
bersama-sama.
Tabel 4.11 : Tingkat Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi
Tahun Kemiskinan (%) Pertumbuhan Ekonomi (%)
1995 11,70 4,7
1996 11,30 7,8
1997 17,47 4,7
1998 24,20 -13
1999 23,43 0,8
2000 19,14 4,9
2001 18,41 3,5
2002 18,20 4,4
2003 17,42 4,8
2004 16,66 5
2005 15,97 5,7
2006 17,75 5,5
2007 16,58 6,3
2008 15,42 6,1
2009 14,15 4,6
2010 13,30 6
2011 12,50 6,1
2012 12,00 6,2
2013 11,40 5,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
2014 11,20 5,06
Sumber : BPS (data diolah)
Tingkat kemiskinan di Indonesia setiap tahunnya cenderung
menurun tetapi masih tetap tinggi. Tingkat kemiskinan tertinggi terjadi
pada tahun 1998 sebesar 24,20 persen. Hal ini terjadi karena pada tahun
1998 terjadi krisis moneter dan inflasi yang tinggi. Nilai tukar rupiah yang
merosot dengan cepat dan juga harga barang yang naik. Dengan keadaan
tersebut, banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu
beroperasi lagi sehingga banyak masyarakat menjadi menganggur yang
akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang semakin menurun.
Krisis moneter pada tahun 1998 juga berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi yang bernilai negative sebesar -13,0 persen dari tahun
sebelumnya sebesar 4,7 persen sehingga berdampak pada tingkat
kemiskinan yang tinggi..
Pada tahun 2014 tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar 11,20
persen dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06 persen. Tingkat
kemiskinan sebesar 11, 20 persen pada tahun 2014 mengalami penurunan
dari tahun sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 11,40 persen.
Hasil dari olahan data dari penelitian ini, sesuai dengan hipotesis
penelitian yang menyatakan ada pengaruh dan siginifikan pertumbuhan
ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia selama tahun 1995-2014. Hal
ini berarti, apabila terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 1
persen maka terjadi penurunan tingkat kemiskinan sebesar 0,527 persen.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang ada, menyatakan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi
mempunyai pengaruh siginifikan terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Apabila pertumbuhan
ekonomi meningkat maka pendapatan masyarakat meningkat sehingga
akan berdampak pada kemiskinan yang menurun.
2. Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia
Tahun 1995-2014.
Koefisien regresi variabel pengangguran bernilai positif dan
signifikan dengan nilai koefisien sebesar 0,613 terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014. Hal ini menunjukkan bahwa
apabila terjadi peningkatan pengangguran sebesar 1 persen maka terjadi
peningkatan kemiskinan sebesar 0,613 persen. Berdasarkan hasil tersebut,
maka dapat dismpulkan bahwa pengangguran berpengaruh positf dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia.
Tabel 4.12 : Tingkat Kemiskinan dan Pengangguran
Tahun Kemiskinan (%) Pengangguran 1995 11,70 3,80 1996 11,30 4,28 1997 17,47 4,18 1998 24,20 5,05 1999 23,43 6,03 2000 19,14 5,81 2001 18,41 8,01 2002 18,20 9,13 2003 17,42 9,94 2004 16,66 10,25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
2005 15,97 11,90 2006 17,75 10,93 2007 16,58 10,01 2008 15,42 9,39 2009 14,15 8,96 2010 13,30 8,32 2011 12,50 7,70 2012 12,00 7,24 2013 11,40 7,39 2014 11,20 7,45
Sumber : BPS (data diolah)
Menurut Todaro (1989:235), Penyediaan kesempatan kerja yang
lebih banyak dan luas untuk memecahkan masalah pengangguran
merupakan perjalanan yang panjang. Oleh karena itu ketenagakerjaan ini
harus dijadikan strategi utama dalam mengatasi kemiskinan. ada
hubungan erat antara tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan yang
merajalela, dan ketidak merataan distribusi pendapatan. Sebagaian besar
didalamnya adalah mereka yang bekerja part time. Mereka yang bekerja
secara tetap di sektor pemerintah dan swasta termasuk dalam kelompok
berpendapatan menengah dan tinggi. Hal ini tidak bisa diartikan bahwa
setiap orang yang tidak bekerja adalah miskin atau mereka yang bekerja
“full time” relative berpenghsilan baik.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia adalah
pengangguran yang tinggi. Ketidaktersdiaannya lapangan pekerjaan yang
luas menyebabkan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah
sehingga akan menyebabkan peningkatan kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
3. Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Tingkat Kemiskinan Di
Indonesia Tahun 1995-2014.
Koefisien regresi variabel belanja pemerintah bernilai negatif dan
signifikan dengan nilai koefisien sebesar -6,890E12 dengan nilai
signifikasni sebesar 0.015 terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun
1995-2014. Hal ini berarti, apabila terjadi peningkatan belanja pemerintah
sebesar 1 persen maka terjadi penurunan tingkat kemiskinan sebesar
6,890E12 persen.
Menurut Mankwiw (2006:61), pemerintah pusat membeli senjata,
peliuru kendali, dan jasa pegawai pemerintah. Pemerintah lokal membeli
buku-buku untuk perpustakaan, membagun gedung-gedung, dan
memperkerjakan para guru. Pemerintah disemua tingkat membuat jalan
dan pekerjaan publik lainnya.
Menurut Noor (2015:251), kesejahteraan publik sangat dipengaruhi
oleh aktivitas ekonomi yang terjadi di masyarakat. Negara, melalui belanja
Negara/pemerintah, dapat memicu aktivitas ekonomi di masyarakat.
Belanja Negara dituangkan dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara).
Menurut Noor (2015:252), belanja Negara, idelanya bukan besaran
dan volumenya saja yang penting, namun yang juga perlu diperhatikan
adalah ketepatan penggunaannya. Apakah dapat merangsang aktivitas
ekonomi di masyarakat sehingga berkontribusi bagi kesejahteraan public.
Sebagai contoh, dalam menyusun rencana belanja, dampak yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
ditimbulkan oleh belanja ini di masyarakat harus dipikirkan. Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa belanja Negara atau pemerintah
berperan penting dalam pengentasan kemiskinan.
Tabel 4.13 : Tingkat Kemiskinan dan Belanja pemerintah
Tahun Kemiskinan (%) Belanja Pemerintah
(Rp)
1995 11,70 97.352.000.000
1996 11,30 99.973.800.000
1997 17,47 100.035.000.000
1998 24,20 84.658.100.000
1999 23,43 137.155.500.000
2000 19,14 221.500.000.000
2001 18,41 341.600.000.000
2002 18,20 322.200.000.000
2003 17,42 354.008.800.000
2004 16,66 374.351.300.000
2005 15,97 266.220.000.000
2006 17,75 427.598.000.000
2007 16,58 504.776.000.000
2008 15,42 573.431.000.000
2009 14,15 716.376.000.000
2010 13,30 725.243.000.000
2011 12,50 836.578.000.000
2012 12,00 964.997.000.000
2013 11,40 1.154.381.000.000
2014 11,20 1.249.943.000.000
Sumber : BPS (data diolah)
Belanja pemerintah setiap mengalami peningkatan setiap
tahunnnya. Pentingnya pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk
mengatasi kemiskinan misalnya pengeluaran dalam sektor infrastruktur.
Berdasarkan hasil penelitian ini, sesuai dengan hipotesis yang
menyatakan bahwa ada pengaruh dan signifikan belanja pemerintah
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia dari tahun 1995-2014, artinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
semakin besar belanja pemerintah tingkat kemiskinan semakin menurun.
Dengan demikian, pemerintah perlu meningkatka belanjanya (misalnya
pengembangan infrastruktur) sehingga bisa mengurangi kemiskinan
berkurang.
Tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung menurun tiap
tahunnya, tetapi msih tinggi. Perlu disadari bahwa penurunan tingkat
kemiskinan di Indonesia tergolong lambat. Sementara itu alokasi belanja
pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan terus meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah mengupayakan
berbagai kebijakan untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
4. Pengaruh Investasi Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Indonesia
Tahun 1995-2014.
Koefisien regresi variabel Investasi bernilai positif dan tidak
signifikan dengan nilai koefisien sebesar 6,807E-12, dengan nilai
siginifikansi sebesar 0,439 terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014. Hal ini berarti, peningkatan investasi tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesis yang ada, menyatakan bahwa investasi berpengaruh dan
signifikan terhadap kemiskinan.
Menurut Noor (2015:48), investasi dilakukan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan dan keinginan masyarakat, yaitu baik individu,
kelompok, bahkan negara. Dengan demikian, investasi diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat, berupa sumber nafkah atau pendapatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya. Investasi juga
menghasilkan nilai tambah, yang meripakan balas jasa produksi, sekaligus
sebagai sumber pendapatan ataua kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis data, variabel investasi tidak
berpengaruh siginifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Hasil
penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori. Menurut Sukirno (2000),
kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Kenaikan investasi menyebabkan pendapatan masyarakat naik dan
terbukanya lapangan pekerjaan yang lebih luas, sehingga akan
menurunkan tingkat kemiskinan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa
investasi mempunyai hubungan yang positif dan tidak berpengaruh
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014. Hal
ini membuktikan bahwa kenaikan investasi mungkin saja mampu
menaikkan pendapatan nasional, membuka lapangan pekerjaan tetapi
tidak secara langsung dapat menurunkan angka kemiskinan.
Hal ini mungkin dikarenakan karena konsentrasi investasi.
Konsentrasi investasi merupakan sasaran atau target investasi itu sendiri.
Investasi kebanyak dilakukan oleh kelas menengah atas dan untuk
kepentingan mereka sendiri dan tidak memberikan pengaruh yang
siginifikan terhadap penduduk miskin. Investasi tidak berpengaruh
terhadap tingkat kemiskinan mungkin karena konsentarsi investasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
tersebut tidak berpihak pada keuntungan investor semata, dan tidak
melakukan investasi yang dapat membuat perekonomian masyarakat
meningkat.
Pembangunan di sektor infrastruktur merupakan sektor prioritas
dalam rangka mengatasi kemiskinan. Kurangnya infrastruktur di suatu
negara berdampak terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Hal ini
karena kebijakan infrastruktur memberikan dampak positif terhadap
percepatan pertumbuhan sehingga akan mengurangi tingkat kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh variabel pertumbuhan
ekonomi, pengangguran, belanja pemerintah, dan investasi terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014. Berdasar hasil analisis data yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995
sampai dengan tahun 2014. Hal ini didasarkan pada koefisien regresi
variabel pertumbuhan ekonomi dengan koefisien negatif sebesar -0,527 dan
t hitung sebesar -4,119 < t tabel 1,753, terhadap tingkat kemiskinan di
Indonesia tahun 1995-2014, yang berarti koefisien regresi siginifikan dan
bernilai negatif.
2. Variabel pengangguran mempunyai pengaruh positif dan signifikan
mempengaruhi tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995 sampai
dengan tahun 2014. hal ini didasarakan pada koefisien regresi variabel
pengangguran bernilai positif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar
0,613 dan t hitung sebesar 2,583 > 1,753 (t tabel), terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014, yang berarti koefisien regresi
siginifikan.
3. Variabel belanja pemerintah mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995 sampai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
tahun 2014. Hal ini didasarkan pada koefisien regresi variabel belanja
pemerintah bernilai negatif dan signifikan dengan nilai koefisien sebesar -
6,890E12 dan t hitung sebesar -2,747 < t tabel 1,753, terhadap tingkat
kemiskinan di Indonesia tahun 1995-2014, yang berarti koefisien regresi
siginifikan dan bernilai negatif.
4. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa variabel investasi tidak
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia pada tahun 1995-
2014. Hal ini didaarkan pada nilai koefisien sebesar 6,807E-12 dan t hitung
sebesar 0,439 < 1,753 (t tabel), terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia
tahun 1995-2014, yang berarti koefisien regresi tidak siginifikan.
B. Saran
Tingkat kemiskinan di Indonesia perlu kebijakan yang tepat khususnya
kebijakan mengenai ekonomi makro, sehingga tingkat kemiskinan di
Indonesia bisa berkurang. Maka dari itu pemerintah berserta lembaga-
lembaga negara lainnya harus bisa membuat kebijakan yang tepat sehingga
kebijakan tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat miskin. Untuk itu, ada
beberapa saran, yaitu :
1. Dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Indonesia, pemerintah perlu
memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang
meningkat akan menurunkan tingkat kemiskinan. Apabila pertumbuhan
ekonomi mengalami peningkatan maka pendapatan per kapita
masyarakat juga bertambah sehingga akan mengakibatkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
2. Dalam mengentaskan kemiskinan, pemerintah perlu mengambil kebijakan
moneter yaitu kebijakan ekspansif. Dalam hal ini kebijakan ekspansif
yaitu penurunan suku bunga sehingga akan membuat investasi meningkat
yang dapat memacu perluasan lapangan pekerjaan.
3. Pemerintah perlu meningkatkan kapasitas kementerian tenaga kerja untuk
mengembangkan mekanisme pengaturan tenaga kerja yang efesien.
Misalnya dengan menyediakan informasi lowongan pekerjaan bagi para
pencari pekerjaan (pengangguran).
4. Dalam hal mengentaskan kemiskinan, pemerintah perlu mengurangi
pengangguran melalui kebijakan fiskal yaitu dengan mengembangkan
atau meningkatkan belanja pemerintah yang menciptakan pekerjaan baru.
Misalnya pembangunan jembatan, jalan raya, rumah sakit, dan lain-lain.
5. Dalam mengentaskan kemiskinan, pemerintah harus memperhatikan
alokasi dari belanja pemerintah agar bisa digunakan sebaik mungkin
untuk kepentingan publik dan bisa membantu perekonomian masyarakat,
sehingga bisa mengurangi angka kemiskinan.
6. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah perlu memasukkan variabel lain
selain ekonomi makro, yaitu faktor sosial seperti tingkat pendidikan,
pembangunan manusia, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
DAFTAR PUSTAKA
Adventuna S. Donny. 2012. Analisis Pengaruh PDRB, tingkat investasi dan
tingkat angkatan kerja terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Utara.
Skripsi. Malang:Universitas Brawijaya.
Algifari. 2011. Analisis Regresi: Teori, Kasus, dan Solusi. Edisi Dua. Yogyakarta:
BPFE
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogayakarta: STIE YKPN.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astuti. 2015. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi,
Pendidikan dan Kesehatan terhadap Jumlah Penduduk Miskin di
Indonesia Tahun 2004-2012. Skripsi.
Barika. 2013. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah,
Pengangguran, dan Inflasi terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Se
Sumatera. Jurnal.
Boedinono. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE-UGM.
BPS. 2015: Laporan Perekonomian Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2002. Laporan Pereknomian
Badan Pusat Statistik. 2005. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. 2006. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. 2008. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. 20010. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. 20015. Laporan Perekonomian
Badan Pusat Statistik. Neraca Arus Dana Indonesia Tahunan 2005-2010
Badan Pusat Statistik. Neraca Arus Dana Indonesia Tahunan 2008-2013
Badan Pusat Statistik. Neraca Arus Dana Indonesia Tahunan 2011-2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Dwi Ravi. 2010. Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, Pengangguran Terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/ Kota Jateng Tahun 2005-2008, Semarang:
UNDIP. Skripsi.
Faisah. 2012. Pengaruh belanja pemerintah, dan penanaman modal asing terhadap
kemiskinan di Indonesia. Universitas Syiah Kumala.
Gilarso, T. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Jakarta: Salemba Empat.
Handayani, T. H. 2011. Analisis Pengaruh Investasi, Pendidikan, dan Pengangguran
terhadap Kemiskinan di Kabupaten Kota Propinsi DIY 2004- 2009. Skirpsi.
Handini. 2011. Analisis yang mempengaruhi output daerah kapbupaten/kota
dipropinsi jawa tengah menggunakan model pertumbuhan ekonomi neo-
klasik. Skirpsi.
Hill, Hall. 1991. Investasi Asing dan Industrialisasidi Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Ilham Kurnia Hadi. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Skripsi.
Jundi M. 2014. Analisis faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan propinsi-
propinsi di Indonesia. Semarang : Universitas Diponegoro.
Kumalasari. __. Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Angka Harapan Hidup, Angka
Melek Huruf, Rata-Rata Lama Sekolah, Pengeluran Per Kapita, Dan Jumlah
Penduduk Terhadap Kemiskinan Di Jawa Tengah. Skripsi.
Kasmadi & Sunariah, Siti, Nia. 2013 Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Bandung: Alfabeta.
Kristanto, P. D. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum,
dan Tingkat Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten
Brebes Tahun 1997-2012. Skripsi.
Kucoro, Mudrajad. 2006. Ekonomika Pembangunan : Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Yogyakarta:STIM YKPN.
Mankiw, G. 2006. Makroekonomi. Jakarta: Erlangga
Nazir, M. 2014. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Noor, Juliansyah. 2014. Analisis Data Penelitian Ekonomi & Manajemen. Jakarta:
PT. Grasindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Noor, H.F. 2015. Ekonomi Publik: Ekonomi untuk Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: PT.
Indeks
Panglaykim. 1984. Investasi Langsung Jepang di Kawasan ASEAN. Yogyakarta:
Andi Offset.
Rafika Mokodompis, dkk. ___. Pengaruh Tingkat Investasi dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Kota Manado 2003-2012).
Jurnal.
Rustiono, D. 2008. Analisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi jawa tengah. Tesis.
Santoso, Singgih. 2002. Statistik Multivariant :Buku Latiahn SPSS. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik:Konsep Dan Aplikasi Dengan SPSS.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Saputra, W.A. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran
Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Skirpsi.
Diases dari : https://core.ac.uk/download/files/379/11728283.pdf.
Siregar H, Wahyuniarti D. 2008. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Penurunan Jumlah Penduduk Miskin. Jurnal Ilmiah.
Sugiyono. 2012. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan : Proses Masalah dan Dasar
Kebijakan. Borta Gorat: Medan.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Suparmoko. 2003. Keuangan Negara. Yogyakarta: BPFE
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Promlematika dan Pendekatan. Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Tamtomo E. 2010. Analisis Pertumbuhan ekonomi _____. Universitas Indonesia.
Todaro, Michael P. 1989. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta :
Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Todaro, Michael P. 1995. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta :
Erlangga
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta :
Erlangga
Todaro, M. P. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Todaro, M. P. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Todaro, M. P. 2011. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesebelas. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Udang-Undang Republik Indonesia Nomo 25 tahun 2007 Tentang Penanaman
Modal. Diakses dari : http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-
bi/Documents/UU25Tahun2007PenanamanModal.pdf. Tanggal 8 Maret
2016. Pukul 14.25 Wib.
Yacob Y. 2012. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap tingkat kemiskinan
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat. Artikel : Volume 8,
Nomor 3, Oktober 2012.
Wati, H. W. 2015. Analisis Pengaruh belanja modal daerah, investasi, dan indeks
pembangunan manusia (IPM) terhadap kemiskinan di Indoensia. Jurnal.
https://core.ac.uk/download/files/379/11716719.pdf di akses tanggal 15
Februari 2016.
Wiguna, V. I. 2013. Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan, dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010. Artikel
Jurnal.
Website :
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-
umum/21178-profil-perekonomian-indonesia
http://www.bps.go.id
http://www.bi.go.id
http://www.bpkm.go.id
http://www.bappenas.go.id
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
LAMPIRAN - LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran 1 : Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Kemiskinan (%)
1995 11,70
1996 11,30
1997 17,47
1998 24,20
1999 23,43
2000 19,14
2001 18,41
2002 18,20
2003 17,42
2004 16,66
2005 15,97
2006 17,75
2007 16,58
2008 15,42
2009 14,15
2010 13,30
2011 12,50
2012 12,00
2013 11,40
2014 11,20
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lampiran 2 : Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)
1995 4,7
1996 7,8
1997 4,7
1998 -13
1999 0,8
2000 4,9
2001 3,5
2002 4,4
2003 4,8
2004 5
2005 5,7
2006 5,5
2007 6,3
2008 6,1
2009 4,6
2010 6
2011 6,1
2012 6,2
2013 5,8
2014 5,06
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 3 : Pengangguran di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Pengangguran (%)
1995 3,80
1996 4,28
1997 4,18
1998 5,05
1999 6,03
2000 5,81
2001 8,01
2002 9,13
2003 9,94
2004 10,25
2005 11,90
2006 10,93
2007 10,01
2008 9,39
2009 8,96
2010 8,32
2011 7,70
2012 7,24
2013 7,39
2014 7,45
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 4 : Pengangguran di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Belanja Pemerintah (Rp)
1995 97.352.000.000
1996 99.973.800.000
1997 100.035.000.000
1998 84.658.100.000
1999 137.155.500.000
2000 221.500.000.000
2001 341.600.000.000
2002 322.200.000.000
2003 354.008.800.000
2004 374.351.300.000
2005 266.220.000.000
2006 427.598.000.000
2007 504.776.000.000
2008 573.431.000.000
2009 716.376.000.000
2010 725.243.000.000
2011 836.578.000.000
2012 964.997.000.000
2013 1.154.381.000.000
2014 1.249.943.000.000
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 5 : Pengangguran di Indonesia Tahun 1995 – 2014
Tahun Investasi (Rp)
1995 112.870.627.600
1996 89.936.226.200
1997 177.194.025.000
1998 169.593.177.500
1999 130.873.260.000
2000 240.365.300.000
2001 152.702.000.000
2002 112.822.154.000
2003 160.283.748.000
2004 132.246.942.000
2005 185.011.480.000
2006 161.577.480.000
2007 132.284.346.600
2008 164.878.170.000
2009 139.462.680.000
2010 206.413.566.800
2011 184.194.846.000
2012 246.758.849.000
2013 476.969.307.500
2014 418.177.020.000
Sumber : Statistik Indonesia, BPS (Badan Pusat Statistik).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 6 : Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 20
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 1.90714392
Most Extreme Differences
Absolute .139
Positive .138
Negative -.139
Kolmogorov-Smirnov Z .623
Asymp. Sig. (2-tailed) .832
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Lampiran 7 : Uji Linearitas
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 205.775 4 51.444 11.166 .000a
Residual 69.107 15 4.607
Total 274.882 19
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 8 : Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001 .800 1.250
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021 .781 1.280
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015 .301 3.319
Investasi (PMA & PMDN) 6.807E-12 .000 .174 .795 .439 .350 2.856
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 9 : Uji Heteroskedatisitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 10 : Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .865a .749 .682 2.14642 1.401
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah
Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 11 : Hasil Analisis Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
1 Regression 205.775 4 51.444 11.166 .000b
Residual 69.107 15 4.607
Total 274.882 19
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 12 : Hasil Analisis Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015
Investasi (PMA & PMDN) 6.807E-12 .000 .174 .795 .439
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
Lampiran 13 : R-Square
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .865a .749 .682 2.14642 1.401
a. Predictors: (Constant), Investasi (PMA & PMDN), Jumlah Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Belanja Pemerintah
b. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Lampiran 14 : Regression
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 15.388 2.207 6.973 .000
Pertumbuhan Ekonomi -.527 .128 -.596 -4.119 .001 .800 1.250
Pengangguran .613 .237 .378 2.583 .021 .781 1.280
Belanja Pemerintah -6.890E-12 .000 -.648 -2.747 .015 .301 3.319
Investasi (PMA & PMDN)
6.807E-12 .000 .174 .795 .439 .350 2.856
a. Dependent Variable: Tingkat Kemiskinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI