analisis pengaruh tingkat inflasi, kurs, dan nisbah … · analisis pengaruh tingkat inflasi, kurs,...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, KURS, DAN NISBAH BAGI HASIL
TERHADAP DANA PIHAK KETIGA (DPK)PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(DESEMBER 2010-JULI 2013)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
SALVIANA
NIM :109084000028
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDATULLAH JAKARTA
1435 H / 2014 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Salviana
2. Tempat/ Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 25, April, 1991.
3. Alamat : Jl, PT Jayamik, Kp Bababkan Inpres, Desa
Batujajar, Cigudeg, Bogor, Jawa Barat.
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Handphone : 085777822578
6. E-mail : [email protected]
7. Jenis Kelamin : Laki-laki
8. Agama : Islam
9. Status : Belum Menikah
10. Hobby : Main musik, Bernyanyi, Olahraga dan
baca.
ii
II. PENDIDIKAN FORMAL
Tempat Waktu
1. SDN BATUJAJAR 02 BOGOR 1997 – 2003
2. MTs DARUNNAJAH 02 BOGOR 2003 – 2006
3. MA DARUNNAJAH 02 BOGOR 2006 – 2009
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan 2009– 2014
III. PENDIDIKAN INFORMAL
Pelatihan/Seminar Waktu
Pelatihan Instruktur dasar oleh IMM 26-27 Maret 2011
Sociopreneur dan Pengaruhnya Terhadap
Iklim Investasi di Indonesia
Jakarta 30 April 2014
Pelatihan Alat Analisis Perencanaan
Pembangunan
Jakarta, Rabu, 5 Oktober 2011
Studium General Jurusan IESP Jakarta, Rabu, 28 Maret 2012
Seminar Nasional “Peran Asuransi dalam
Era Globalisasi”
Jakarta, 20 Mei 2010
iii
Seminar “Peluang Berkarir di Dunia
Syariah”.
Jakarta, 23 Oktober 2010
KKS-BT di konveksi Ibu Lina di Sanratek Juni 2009 -Juli 2009
Pendidikan dan Pelatihan Perkoprasian Bogor, 19-21 November 2010
iv
ABSTRAC
This research aims to determine the variables that affect the variable DPK
during the period of December 2010 to July 2013. This research uses analysis
tools Ordinary Least Square (OLS).
The results of this research indicate that the inflation variable (0.0026)
had a significant negative effect on DPK and variable EXCHANGE (0.0000) had
a significant positive effect on the DPK of Islamic banking in Indonesia. While the
NBH variable (0.4944) had no significant effect on the DPK of Islamic banking in
Indonesia.
Keywords: INFLATION, EXCHANGE, profit sharing ratio (NBH) and Third
Party Funds (DPK) Islamic Banking. Ordinary Least Square (OLS).
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel – variabel yang
mempengaruhi variabel DPK selama periode Desember 2010 sampai dengan Juli
2013. Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis Ordinary Least Square
(OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi (0.0026)
mempunyai pengaruh yang signifikan Negatif terhadap DPK dan Variabel KURS
(0.0000) mempunyai pengaruh yang signifikan Positif terhadap DPK perbankan
syariah di Indonesia Sedangkan variabel NBH (0.4944) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap DPK perbankan syariah di Indonesia.
Kata Kunci : INFLASI, KURS, Nisbah Bagi Hasil (NBH) dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) Perbankan Syariah. Ordinary Least Square (OLS).
vi
KATA PENGANTAR
Denga mengucap Alhamdulillahi Robill „Alamin, Segala puji dan
syukur kepada tuhan yang maha Esa yaitu Allah SWT yang menguasai
semesta alam beserta isinya yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayatnya kepada hamba-hamba-Nya. Dan atas berkah dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Shalawat serta salam yang selalu tercurah kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW sebagai Tauladan terbaik sepanjang Zaman.
Beliaulah yang akan memberikan syafaatnya kelak.
Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh
Tingkat Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) Terhadap dana
Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia Periode (Desember 2010-
Juli 2013)”, dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan meraih
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembagunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis
mengalami hambatan dan kesulitan dalam penulisan ini. Namun, berkat
rahmatnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan serta
dorongan dari beberapa pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan selesai.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya pihak-pihak yang membantu penyeleseian skripsi ini dan
“semoga Allah memberikan balasan yang terbaik “, terutama kepada:
1. Kedua orang tua saya yang tidak pernah henti-henti mengiringi langkahku
dengan doanya yang penuh dengan keikhlasan, selalu memberikan kasih
sayang, bimbingan, serta dukungan baik materiel maupun spiritual dalam
kebaikan dan keberhasilan untuk akan-anaknya.
vii
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan
FEIS menjadi FEB.
3. Zuhairan Yunmi Yunan, SE, M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan (IESP), yang telah memberikan dukungan yang
terbaik untuk IESP dan mahasiswanya.
4. Jainal Muttaqien, M.PP selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada setiap
mahasiswa.
5. Dr. Ir. H. Pak Roikhan, MA.MM, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, tuntunan, motivasi, pengarahan, menyempatkan
waktunya untuk membaca dan mengoreksi skripsi yang penulis ajukan ,
serta dukungan yang tidak henti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Yoghi Citra Pratama. Msi selaku Dosen Pembimbing II yang banyak
meluangkan waktunya untuk berdiskusi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan memberikan tambahan ilmu pengetahuan
baru, serta dukunganya yang tidak henti dalam memberi semangat kepada
penulis.
7. Atika Nurbayanti kakaku Tercinta yang tak pernah henti memberikan
support kepada saya, juga ade- adeku sayang, Teni Mulyani dan Aita
Latifah yang slalu mendoakan agar kakaknya cepat diwisuda.
8. Keluarga Besar IESP angkatan 2009 yang tidak pernah henti memberikan
dukungan dan motivasi untuk selalu tetap berjuang dan semangat
menghadapi kesulitan dalam menyeleseikan skripsi ini Terutama, Rendy
Kamal, Wildan, Syahrul, Candra, Rismawan dan sahabat-sahabat yang
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Keluarga Besar IMM Ciputat yang telah memberikan pengalaman
organisasi yang berharga dan memberikan saya keluarga juga sahabat,
khususnya kepada Dila, bang Fadli, bang Ian, bang Ican,Sidik,Fuji, Rofik,
Riri, Yunita, Selli, Alif, Faruq, Yusfik dan lain-lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
viii
10. Kepada Keluarga Kecil DwedneZ terutama kepada Beni dan Sidik yang
tak pernah berhenti untuk berkarya bersama.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangatlah diharapkan penulis dalam mencapai kesempurnaan skripsi.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat
berguna dan bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.
Terima Kasih
Jakarta, 13 Juni 2014
( Salviana )
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR. .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Batasan Masalah.......................................................................................... 11
C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 11
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 12
E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12
BAB II TIJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 14
A. Landasan Teori ...................................................................................................... 14
1. Ekonomi Islam ......................................................................................... 14
a. Konsep Dasar Ekonomi Islam .................................................... 14
b. Definisi Ekonomi Islam .............................................................. 15
c. Karakteristik Ekonomi Islam ...................................................... 17
2. Perbankan Syariah.................................................................................... 18
a. Pengertian Bank Syariah ................................................... 18
b. Tujuan Bank Syariah ......................................................... 20
c. Perbedaan Sistem Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
........................................................................................... 22
x
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah .................................. 24
3. Dana Pihak Ketiga (DPK) .............................................................. 30
a. Pengertian Dana Pihak Ketiga ............................................ 30
b. Macam-Macam Dana Pihak Ketiga ................................... 30
c. Sumber Dana Pihak Ketiga ................................................ 32
4. Inflasi .............................................................................................. 35
a. Pengertian Inflasi ................................................................ 35
b. Teori Inflasi ........................................................................ 35
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi ....................... 37
d. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi .................................... 38
e. Hubungan Inflasi Dengan Tabungan .................................. 38
f. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam ..................... 39
5. Teori Kurs....................................................................................... 41
a. Devinisi Kurs ...................................................................... 41
b. Sistem Kurs ........................................................................ 42
c. Faktor yang Mempengaruhi Pergerakan Kurs.................... 43
d. Hubungan Kurs dengan Tabungan ..................................... 44
e. Sistem Nilai Tukar dalam Islam ......................................... 45
6. Teori Nisbah Bagi Hasil ................................................................. 47
a. Teori Umum Bagi Hasil ..................................................... 47
b. Teori Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah ....................... 47
c. Hubungan Nisbah Bagi Hasil dengan Tabungan ............... 50
xi
B. Studi Empiris Sebelumnya ......................................................................... 51
C. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 58
D. Hipotesis ..................................................................................................... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................... 63
A. Ruang lingkup Penelitian ............................................................................ 63
B. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 63
C. Metode Analisa Data ................................................................................... 64
1. Asumsi Klasik .......................................................................................... 66
a. Uji Normalitas .................................................................... 66
b. Uji Multikolinearitas .......................................................... 67
c. Uji Heterokedastisitas......................................................... 68
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 70
2. Uji Statistik ..................................................................................... 71
a. Uji Parsial (Uji t) ................................................................ 71
b. Uji Fisher (Uji F) ................................................................ 72
3. Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 73
D. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 73
1. Variabel Dependen (Y) .................................................................. 73
2. Variabel Independen (X) ................................................................ 74
xii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................... 76
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................... 76
1. Sejarah Berdirinya Bank Syariah .................................................... 76
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ...................................... 78
3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah ................... 81
4. Perkembangan Inflasi ...................................................................... 85
5. Perkembangan Kurs ........................................................................ 88
6. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil (NBH)....................................... 91
B. Analisi Data dan Pembahasan ..................................................................... 92
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 93
a. Uji Normalitas.............................................................................. 93
b. Uji Multikolinearitas .................................................................... 95
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 96
d. Uji Autokorelasi ........................................................................... 97
2. Uji Statistik ..................................................................................... 98
a. Uji Parsial (Uji t) ................................................................. 100
b. Uji Fisher (Uji F) ................................................................. 103
3. Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 103
C. Pembahasan Analisis Ekonomi ................................................................... 104
BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 108
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 108
xiii
B. Implikasi ................................................................................................................ 109
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 111
xiv
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Laju Pergerakan DPS PS, Tingkat Inflasi, Kurs, dan NBH Tabungan
Perbankan Syariah dari tahun 2009-2013 ............................................... 9
Tabel 2.1. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional .......... 22
Tabel 2.2 Perbandingan sistem pengitungan tabungan dan deposito Bank Syariah
dan Bank Konvensional .......................................................................... 23
Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 54
Tabel 4.1. Uji Normalitas Jarque-Bera .................................................................. 94
Tabel 4.2. Uji Correlation Matrix ........................................................................... 95
Tabel 4.3. Uji White Heterokedasticity................................................................... 97
Tabel 4.4. Uji Langrange Multiple Test .................................................................. 98
Tabel 4.5. Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ...................................... 98
xv
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah yang di himpun selama tahun
2009 s/d tahun 2013 ....................................................................................... 3
Gambar 1.2. Grafik Inflasi dari tahun 2009 s/d 2013 ......................................................... 4
Gambar 1.3. Grafik Kurs Rupiah Terhada USD dari tahun 2009 s/d 2013 ............ 6
Gambar 1.4. Grafik NBH dari tahun 2009 s/d 2013 ............................................... 8
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran ........................................................... 60
Gambar 4.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Desember 2010- Juli 2013 .................................................... 82
Gambar 4.2. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013
........................................................................................................... 86
Gambar 4.3. Perkembangan Kurs di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013
........................................................................................................... 89
Gambar 4.4. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil di Indonesia Periode Desember 2010-
Juli 2013 ............................................................................................. 91
xvi
Daftar Lampiran
Lampiran 1 .......................................................................................................................... 115
Lampiran 2 .......................................................................................................................... 117
Lampiran 3 .......................................................................................................................... 118
Lampiran 4 .......................................................................................................................... 120
Lampiran 5 .............................................................................................................. 121
Lampiran 6 .............................................................................................................. 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini ekonomi Islam telah mengalami kemajuan yang amat
pesat hal ini ditandai dengan banyaknya lembaga-lembaga keuangan
maupun non keuangan islam di belahan penjuru dunia sebagai penyokong
berkembangnya perekonomian yang berbasis syariah.
Secara umum berkembangnya perbankan syariah di mulai sejak di
diberlakukannya Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan
yang menggantikan Undang-undang No. 7 tahun 1998. Dengan adanya
Undang-undang baru tersebut, perbankan syariah di Indonesia mendapatkan
kesempatan yang lebih luas untuk menyelenggarakan dan mengembangkan
usahanya.
Pada awalnya di tahun 1992 sampai pada tahun 1999 di Indonesia
hanya terdapat satu perbankan syariah yaitu bank Muammalat dan di tahun
1999 dan selanjutnya bermunculanlah bank-bank syariah lain.
Tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem
keuangan baik di dalam maupun di luar negeri. Krisis keuangan yang
bermula di tahun 2008 menyebabkan ketidakstabilan terhadap sistem
keuangan yang mengakibatkan efek negative terhadap pertumbuhan
ekonomi Nasional.
2
Secara umum perbankan syariah akan menghadapi tantangan yang
relatif sama dengan perbankan lain pada umumnya, karena faktanya,
lingkungan bisnis, ekonomi dan regulasi yang dihadapi perbankan syariah
juga sama dengan perbankan lain. Di karenakan skala usahanya masih
relative kecil. Tantangan yang dihadapi perbankan syariah menjadi lebih
besar.
Perlambatan ekonomi masih akan membayangi kinerja perbankan
(termasuk perbankan syariah) di 2014. Bank Indonesia (BI) telah
memperkirakan pertumbuhan industri perbankan di 2014 melambat,
sementara resiko kredit bermasalah (non-Performing Loan/NPL) meningkat.
Pertumbuhan kredit perbankan 2014 diperkirakan hanya dikisaran 15,3-16,6
persen. Angka ini jauh dibawah perkiraan pertumbuhan kredit 2013 yang
berada dikisaran 20,8 persen.
Tantangan terbesar yang dihadapi perbankan syariah di 2014
adalah likuiditas. Ketatnya likuiditas sudah terlihat dari pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang melambat dua tahun terakhir. Risiko kekeringan
likuiditas makin meningkat sejak BI mengerek bunga acuan (BI Rate) Juni
2013 lalu. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memperkirakan
pertumbuhan DPK di 2014 hanya naik 14,1 persen.
Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Semakin tinggi volume dana
pihak ketiga mengindikasikan masyarakat semakin percaya kepada bank
3
yang bersangkutan. Sebaliknya bila volume dana pihak ketiga semakin
menurun maka mengindikasikan masyarakat semakin menurun
kepercayaannya terhadap bank tersebut (Taswan ,2010:11).
Sumber DPK yang dihimpun oleh bank merupakan dana yang
terbesar yang sangat diandalkan oleh bank (dapat mencapai 80-90% dari
seluruh dana yang di kelola oleh bank. Pentingnya fungsi DPK sebagai
salah satu sumber modal, bank syariah harus memiliki kemampuan dalam
menghimpun DPKnya. Dalam menghimpun dana tersebut, terdapat faktor-
faktor yang dianggap mempengaruhi DPK, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal ( Lukman dalam Septi Wulandari, 2013 : 2).
Gambar 1.1 : Grafik Perkembangan DPK Perbankan Syariah yang telah
dihimpun selama tahun 2009 s/d tahun 2013.
Sumber :BI (Tahun 2009-Tahun 2013)
Dari grafik di atas dapat dilihat Bahwa DPK yang dihimpun oleh
perbankan syariah selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami
peningkatan secara terus menerus. Pada bulan desember tahun 2009
0
50
100
150
200
Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Ags-13
DPK
laju DPK
4
perbankan syariah menghimpun DPK sebesar 52,271 Milyar dan pada bulan
agustus tahun 2013 DPK perbankan syariah menghimpun DPK sebesar 166,
453 milyar.
Keynes menyatakan bahwa tabungan dalam suatu negara sangat di
pengaruhi oleh besarnya pendapatan yang di terima masyarkat bukan di
pengaruhi oleh tingkat bunga. Apabila pendapatan masyarakat lebih tinggi
dari pada pengeluaran konsumsinya, maka terjadilah saving. Tetapi apabila
yang terjadi adalah pengeluaran konsumsi lebih tinggi dari pada pendapatan
masyarkat maka yang terjadi adalah dissaving.
Dari pernyataan keynes tersebut, kondisi variable ekonomi Makro
maupun moneter dapat mempengaruhi masyarakat dalam melakukan saving
atau menabung.
Gambar 1.2 Grafik Inflasi dari tahun 2009 s/d 2013
Sumber : Statistik Bank Indonesia
Dari gambar 1.2 diatas kita dapat melihat fluktuasi hebat pada inflasi
dimana setiap tahunnya mengalami lonjakan dan penurunan yang jauh dari
stabil. Dari gambar 1.2 diatas kita temukan jika inflasi pun mengalami
0
2
4
6
8
10
Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Ags-13
Inflasi
Inflasi
5
fluktuasi. pada Desember 2009 kita dapati inflasi hanya sebesar 2,78%
namun pada desember 2010 inflasi mencapai 6,96 % yang menandakan
bahwa pada tahun 2010 inflasi cukup tinggi.
Kemudian pada Desember 2011 inflasi kembali melemah ke angka
4,15 % begitupun pada Desember 2012 inflasi masih tertahan dikisaran 4 %
pada Agustus 2013 inflasi menembus angka 8, 79% tingginya inflasi
tersebut diantaranya dipengaruhi oleh bulan puasa dan hari raya Iedul Fitri.
Tingginya harga dan pendapatan yang tetap atau pendapatan
meningkat sesuai dengan besarnya inflasi membuat masyarakat tidak
mempunyai kelebihan dana untuk disimpan dalam bentuk tabungan atau
diinvestasikan ( Bety Mariantini, (2007 :22), dalam Friska Julianti (2013:6).
Dapat dijelaskan bahwa pada saat inflasi masyarakat tidak memungkinkan
untuk menabung. Sebagai dampak dari kasus diatas maka DPK pada
perbankan syariah pada saat Inflasi meningkat akan mengalami pelemahan.
Menurut Budiono, (2001: 155). Pada tataran makro, nilai uang
terhadap barang memiliki peran penting terhadap jumlah tabungan
masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan menurunkan nilai kekayaan
dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter yang
sangat penting dan hampir semua negara mengalaminya baik negara miskin,
berkembang atau bahkan negara maju sekalipun tidak dapat lepas dari
masalah ini. Jadi menurut budiono, nilai uang terhadap barang memiliki
peran penting terhadap jumlah tabungan di Bank dan ketika angka inflasi
6
tinggi akan memungkinkan masyarakat mengurungkan niatnya untuk
menabung atau menyimpan uangnya di Bank.
Sedangkan menurut Dornbus dan Fischer dalam Nandadipa (2010)
menyebutkan dampak inflasi antara lain: menimbulkan gangguan fungsi
uang, melemahkan semangat menabung, meningkatkan kecenderungan
untuk belanja, pengerukan tabungan dan penumpukan uang,permainan
harga diatas standar kemampuan, penumpukan kekayaan dan investasi non
produktif, serta distribusi barang relatif tidak stabil dan terkonsentrasi. Dari
pandangan dombus dan fisher diatas menjelaskan dengan adanya inflasi
masyarakat lebih cenderung untuk mengambil/ mengeruk tabungannya di
Bank dan ini terjadi di bulan agustus 2013 dimana DPK mengalami
penurunan.
Gambar 1.3 Grafik KURS Rupiah terhadap USD dari tahun 2009 s/d 2013
Sumber : Bank Indonesia
Dari gambar 1.3 diatas kita dapat melihat jika nilai Kurs setiap
tahunnya mengalami lonjakan. Pada Desember 2009 kita dapati kurs berada
0
5000
10000
15000
Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Ags-13
KURS
KURS
7
di kisaran Rp 9.400 dan pada desember 2010 kurs berada pada kisaran Rp
8.991 yang menandakan bahwa telah terjadi penguatan terhadap Rupiah
pada Bulan yang sama di tahun yang berbeda. Pada Desember 2011 Kurs
kembali meningkat pada kisaran Rp 9.068 per 1 USD dan pada Desember
2012 kurs berada dikisaran Rp 9.605 kemudian pada agustus 2013 Kurs
berada di kisaran Rp 10.924. jadi secara keseluruhan Kurs menunjukan
peningkatan setiap tahunnya dan hal ini menandakan jika setiap tahunnya
rupiah mengalami pelemahan nilai tukar terahadap Dollar Amerika.
Dalam penelitian Abida Muttaqiena (2013) ia mendapati jika nilai
tukar rupiah secara simultan (Uji F) maupun Parsial (Uji T) berpengaruh
Signifikan terhadap DPK.
Kemudian menurut Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008) nilai
kurs dan inflasi memiliki pengaruh positif terhadap DPK Bank Devisa di
Indonesia.
Bank-bank Islam telah mengadopsi sistem dan prosedur dalam
Perbankan Konvensional, maka sepanjang praktek Perbankan Konvensional
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipi Islam itu dinyatakan boleh dalam
Islam. Salah satu yang menjadi ciri khas dari Perbankan Syariah adalah
sistem bagi hasil (nonbunga) untuk pembagian keuntungan. Yang besarnya
bagi hasil (Profit Sharing) ditentukan diawal perjanjian kesepakatan. Dan
berbeda dengan bunga, yang prosentase bagi hasil belum tentu sama tiap
bulannya.
8
Gambar 1.4 grafik NBH dari tahun 2009 s/d tahun 2013
Sumber : data Statistik BI dan OJK
Dari gambar 1.4 diatas kita dapat melihat nisbah bagi hasil tabungan
di Perbankan Syariah. Dari grafik tersebut kita mendapati jika nisbah bagi
hasil setiap tahunnya relatif berubah dan berfluktuatif. Jika kita lihat pada
bulan agustus tahun 2013 kita akan mendapatkan sesuatu yang menarik
yaitu ketika nisbah bagi hasil cenderung besar yaitu di kisaran 5,41% dan
inflasi di kisaran 8,79% sedang DPK cenderung mengalami penurunan.
Seharusnya nisbah bagi hasil memberikan keuntungan yang relative
lebih tinggi dibandingkan dengan bunga di bank konvensional. Hal ini
karena system bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan
yang disepakati saat nasabah membuka rekening.
Menurut Siffa Widiastama meneliti Bank Muammalat Indonesia
periode 2001-2005 yang menyimpulkan bahwa variabel independen total
bagi hasil mudharabah, tingkat suku bunga deposito, fatwa MUI secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap total simpanan mudharabah.
0
1
2
3
4
5
6
Des-09 Des-10 Des-11 Des-12 Ags-13
NBH
NBH
9
Selain itu nisbah bagi hasil juga memiliki kelebihan lain, yaitu lebih
stabil terhadap gejolak ekonomi makro. Selama krisis moneter, bank syariah
masih dapat menunjukan kinerja lebih baik disbanding dengan lembaga
perbankan konvensional (Banowo dan Hermana, 2005 :134).
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
tingginya nisbah bagi hasil di perbankan syariah seharusnya dapat
peningkatan pada jumlah DPK di perbankan syariah.
Diketahui bahwa salah satu perbedaan utama antara perbankan
konvensional dengan perbankan syariah adalah tingkat suku bunga
(Perbankan Konvensional) dan tingkat bagi hasil (Perbankan Syariah). Bisa
dikatakan bahwa sistem bagi hasil dalam sistem perbankan syariah
merupakan pengganti suku bunga di dalam sistem perbankan konvensional.
Dan dari semua grafik diatas kita dapat merekapnya ke dalam satu
tabel berikut.
Tabel 1.1
Laju Pergerakan DPK PS, Inflasi, KURS dan NBH Tabungan
Perbankan Syariah dari tahun 2009 sampai 2013
BLN/THN DPK PS* INFLASI KURS NBH
TABUNGAN
DES-09 52,271 2.78% 9.400 2,76 %
DES-10 76,036 6.96% 8.991 3,06 %
DES-11 115,415 4.15% 9.068 3,21%
DES-12 147,512 4.30% 9.605 2,37 %
AGS-13 166,453 8,79% 10.924 5,41 %
10
Sumber: Statistik Bank Indonesia dan OJK
Keterangan :
DPK PS* : Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah dalam milyar
rupiah
NBH Tabungan :Nisbah Bagi Hasi Tabungan di Bank Syariah
Karena perananan yang cukup penting dalam Perekonomian, DPK
menjadi salah satu faktor stabilitas sistem ekonomi. Kemampuan perbankan
dalam menghimpun DPK menjadi andil dalam menyerap Jumlah Uang
Beredar Sehingga berpengaruh terhadap pengendalian Inflasi. Selanjutnya
tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar mendorong masyarakat untuk
menabungkan dollarnya di bank, kendati baik untuk pertumbuhan DPK
namun hal ini akan berpengaruh terhadap stigma negative terhadap rupiah.
Dan nisbah bagi hasil adalah suatu upaya dari perbankan syariah untuk
menarik minat nasabah untuk menabung dan meningkatkan DPK ternyata
tidak sesuai yang diharapkan, hal ini di sebabkan masyarakat menabung di
bank syariah lebih menitik beratkan kepada ketaatan beragama dan
kehalalannya dari pada menilai tinggi rendahnya nisbah bagi hasilnya.
Dari beberapa faktor diatas, yakni, inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi
Hasil yang disinyalir memiliki pengaruh terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah Nasional, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi
yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi
11
Hasil Tabungan Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah
di Indonesia Periode Desember 2010- Juli 2013.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ternyata ada beberapa
keterkaitan antara variabel – variabel yang penulis teliti seperti Inflasi, Kurs,
dan Nisbah Bagi Hasil Tabungan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Maka
dari itu penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini hanya untuk
DPK pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia.
C. Rumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting karena
langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan
masalah pada dasarnya adalah merumuskan pertanyaan yang jawabannya
akan dicari melalui penelitian berdasarkan pergerakan inflasi, Jumlah uang
beredar dan nisbah bagi hasil tabungan terhadap dana pihak ketiga perbankan
syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
Berikut ini adalah rumusan masalah yang dapat dijadikan panduan
untuk membahas masalah diatas:
1. Apakah ada pengaruh Inflasi secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) Perbankan Syariah di Indonesia ?
2. Apakah ada pengaruh Kurs secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) Perbankan Syariah di Indonesia ?
12
3. Apakah ada pengaruh Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia?
4. Apakah ada pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara
simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di
Indonesia ?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh Inflasi (INF) secara parsial terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia.
2. Mengetahui pengaruh Kurs secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Mengetahui pengaruh Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil (NBH) secara
simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di
Indonesia.
5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan ilmu pengetahuan tentang permasalahan yang dihadapi oleh
bangsa Indonesia umumnya pada Bank Indonesia dan Perbankan Syariah
pada khususnya.
13
2. Untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat pada
umumnya dan mahasiswa pada khususnya dalam hal menyimpan
kekayaannya dalam bentuk tabungan di perbankan Syariah.
3. Mampu memberikan pemahaman bagi penulis mengenai pengelolaan,
penghimpunan dana dan produk yang ditawarkan Perbankan Syariah.
4. Mampu mengaplikasikan teori–teori yang berhubungan dengan, Inflasi,
Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) dan memperbandingkannya dengan
kondisi yang ada dalam pencapaian tujuan penelitian.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ekonomi Islam
a. Konsep Dasar Ekonomi Islam
Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata
yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang
berarti “peraturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan
rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang
terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang
berarti Allah, dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung
menjadi “sinlammim” bermakna “alam dicipta Allah untuk
ibadah”.
QS Adz-Dzariat [51]: 56
Artinya: Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepada-Ku.
Kita tahu bahwa syariah Islam adalah sebuah sistem yang
mencakup seluruh permasalahan hidup. Syariah islam menunjukan jalan
iman bagi manusia, menjelaskan pokok-pokok akidah, mengatur hubungan
15
dengan tuhan, memerintahkannya membersihkan jiwa dan mengatur
hubungan dengan orang lain.
Dalam ekonomi islam kita akan menemukan istilah maqashid
Syari‟ah menurut etimologi Maqashid Syari‟ah berarti tujuan-tujuan
syariah, atau sasaran di turunkannya syariah. Maqashid syari‟ah
merupakan suatu bentuk penggambaran keuntungan, kemakmuran dan
manfaat yang telah Allah terapkan dalam hukum syariah-Nya.
Maqashid syari‟ah mengandung empat pilar utama, yaitu :
maslahat, keadilan, kesejahteraan, dan kebenaran.
Sedangkan objek yang hendak dijaga oleh maqashid syari‟ah bagi
manusia menyangkut lima hal penting (al-kulliyyat al-khamsah), berupa:
menjaga jiwa (nafs), normalitas akal („aql), kelestarian keturunan (nasl),
menjaga harta (maal), dan memelihara agama (deen) (Muhammad hidayat
2010:44).
b. Definisi Ekonomi Islam
Menurut para pakar ekonomi Islam, secara istilah ekonomi Islam
definisi sebagai berikut:
1) Dr. Baqir al-Hasani dalam buku Essay in Istiqshad menyatakan bahwa
ekonomi dan iqtishad, yang artinya hemat dan penuh perhitungan.
Seorang yang hemat tentunya penuh perhitungan dan mempunyai
pilihan-pilihan dalam menggunakan sumber daya. (Mohammad
Hidayat 2010:20).
16
2) M. Akram Khan, mendefinisikan ” bahwa ekonomi Islam adalah ilmu
ekonomi yang bertujuan mempelajari kesejahteraan manusia
(falah/welfare) yang dicapai dengan mengorganisir sumber-sumber
daya bumi atas dasar kerjasama dan partisipasi” (Mohammad Hidayat
2010:23).
3) Dr. Muhammad bin Abdullah al Arabi, mendefinisikan “ bahwa
ekonomi Islam adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang
ekonomi yang kita dapat dari Al-Qur‟an, Sunnah, dan pondasi
ekonomi yang kita bangun atas dasar pokok-pokok itu dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu” ( Abdullah Abdul
Husain at-Tariqi, 2004:14).
4) Prof. Dr.M. Umer Chapra, mengatakan “ekonomi Islam di definisikan
sebagai pengetahuan yang membantu upaya ralisasi kebahagiaan
manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran Islam
tanpa memberikan kebebasan Individu (laissez faire) atau tanpa
prilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa
keseimbangan lingkungan ” (Mohammad Hidayat 2010:25).
5) Dr. Muhammad Syauki al Fanjari, mendefinisikan “ bahwa ekonomi
Islam adalah segala sesuati yang mengendalikan dan mengatur
aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok Islam dan politik
ekonominya”(Heri Sudarsono, 2002:3).
17
6) MM. Metwally, mendefinisikan “bahwa ekonomi Islam sebagai ilmu
yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu
masyarakat Islam yang mengikuti Al-Qur‟an, Hadist, ijma‟ dan
Qiyas” (P3EI, 2008:18).
7) Prof .Dr.Khursyid Ahmad, Pakar ekonomi Pakistan mengatakan,
“ilmu ekonomi Islam adalah sebuah Usaha Sistematis untuk
memahami masalah-masalah Ekonomi dan tingkah laku manusia
secara relasional dalam perspektif Islam ” (Mohammad Hidayat
2010:25).
c. Karakteristik Ekonomi Islam
Karakteristik ekonomi Islam tercermin dalam prinsip-prinsip
ekonomi Islam, oleh para pakar ekonomi Islam, dan dapat disimpulkan
menjadi empat prinsip utama yang disyariatkan dalam Al-Quran: ( Ali Sakti,
2007:70 ).
1) Hidup hemat dan tidak bermewah-mewah (abstain from wasteful
and luxurius living ), yaitu tindakan-tindakan dalam berekonomi
hanyalah untuk memenuhi kebutuhan (needs) bukan memuaskan
keinginan.
2) Implementasi zakat (implementation of zakat), yaitu sistem yang
wajib (obligatory zakat sistem) bukan sistem sukarela (voluntary
zakat sistem), seperti zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah.
18
3) Pengapusan/pelanggaran riba (prohabition of riba), gharar dan
maisir, seperti praktek sistem kredit (credit system) dengan
menggunakan tingkat bunga bank (interest rate). Dan Islam
menggantikannya menjadi sistem bagi hasil (profit-loss sharing)
seperti dalam pembiayaan mudharabah dan musyarakah.
4) Menjalankan usaha-usaha yang halal (permissible conduct) baik itu
mulai dari produk dan komoditi, manajemen, proses produksi sampai
proses sirkulasi harus ada dalam kerangka halal.
Di negara Indonesia ekonomi Islam selalu diidentikkan dengan
perbankan Syariah. Sehingga perbankan Syariah ikut berpengaruh terhadap
perkembangan perekonomian di Indonesia. Apalagi sejak adanya runtuhnya
kaum kapitalisme yang menggunakan sistem bunga.
2. Perbankan Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Istilah bank berasal dari kata banque dalam bahasa Prancis dan dari
banco dalam bahasa Italia, yang dapat diartikan peti/lemari atau bangku.
Konotasi kedua kata tersebut menjelaskan dari dua fungsi dasar pada bank
komersial yaitu menyediakan tempat untuk menitipkan uang secara aman
(safe keeping function) dan menyediakan alat pembayaran (transaction
function) (Zainul Arifin,2006:2).
Menurut Prof. G.M. Verryn Stuart yang mendefinisikan Bank adalah
suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik
19
dengan alat pembayaran sendiri atau dengan uang yang diperoleh dari orang
lain maupun dengan jalan peredaran alat-alat penukar baru berupa uang giral
(Irmayanto, 2004: 34).
Beberapa definisi Bank Syariah adalah sebagai berikut:
1) Menurut undang-undang tentang perbankan syariah, bank Syariah
adalah badan usaha yang berdasarkan prinsip syariah, menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan/ atau investasi
serta menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan dan bentuk-bentuk lainnya yang telah mendapat izin
dari Bank Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan usaha bank,
terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
2) Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberi kredit-kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang sistem operasinya
didasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam (Sudarsono,
2003:22).
3) Bank Syariah adalah bank yang beropersi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariat Islam, yakni bank yang operasionalnya mengikuti
ketentuan syariat khususnya menyangkut tata cara mu‟amalat
secara umum (Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi‟i Antonio,
1992:2).
20
4) Menurut Warkum Sumitro, Bank Syariah adalah bank yang tata
operasinya didasarkan pada tata cara mu‟amalat secara Islam,
yakni mengacu pada ketentuan Al-Qur‟an dan Al-Hadist ( Wakum
Sumitro, 2004:12).
Sehingga dari beberapa definisi diatas dapat kesimpulan
bahwa Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberi pembiayaan dan jasa-jasa dalam melalukan
pinjaman maupun pengimpunan dana dengan cara lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang operasinya disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
Bank Syariah dalam penghimpunan dana sama halnya
dengan bank komersial yang lainnya. Seperti halnya dalam
konversi pasiva yaitu setoran modal, cadangan, giro, tabungan,
deposito berjangka dan rekening antar bank. Sedangkan konversi
aktiva yaitu saldo pada bank sentra dan bank lain, simpanan pada
bank lain, surat berharga pemerintah (goverment securities) dan
kredit yang diberikan.
b. Tujuan Bank Syariah
Sudarsono (2008:43) bank syariah memiliki beberapa tujuan
diantaranya sebagai berikut :
a) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalah secara
Islam, khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar
21
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi masyarakat.
b) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d) Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah seperti : program pembinaan pengusaha
produsen, program pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pembinaan konsumen, program pengembangan
modal kerja dan program pengembangan usaha bersama.
e) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter, dengan melalui aktivitas
perbankan syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi yang
diakibatkan oleh adanya inflasi, menghindari persaingan usaha yang
22
tidak sehat antara lembaga lembaga keuangan. Untuk menyelamatkan
ketergantungan umat Islam terhadap bank non-syariah.
c. Perbedaan Sistem Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan sistem Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional,
diantaranya adalah sebagai berikut: (Gemala Dewi, 2005: 98).
Tabel.2.1. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
No. Perbedaan Perbankan Syariah Perbankan
Konvensional
1 Falsafah Tidak berdasarkan bunga,
spekulasi, dan ketidakjelasan
Berdasarkan bunga
2 Operasional - Dana masyarakat berupa
titipan dan investasi yang
baru akan mendapatkan hasil
jika‟diusahakan‟ terlebih
dahulu.
- Dana masyarakat
berupa simpanan yang
harus dibayar bunganya
pada saat jatuh tempo.
- Penyaluran pada usaha
yang halal.
- Penyaluran pada
sektor yang
menguntungkan aspek
halal/haram tidak
menjadi pertimbangan.
3 Aspek Sosial Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang
dalam misi dan visi.
Tidak diketahui secara
tegas.
4 Struktur
Organisasi
Harus memiliki Dewan
Syariah Nasional dan Dewan
Pengawas Syariah
Tidak memiliki Dewan
Syariah Nasional dan
Dewan Pengawas
Syariah.
5 Akad dan
aspek
legalitas
Hukum Islam dan Hukum
Positif
Hukum Positif
6 Hubungan
nasabah
Kemitraan Debitor-kreditor
23
7 Tujuan Profit dan Falah oriented Profit oriented
8 Lembaga
Penyelesaian
sengketa
Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI),
Sekarang dengan
diupayakan pembentukan
penggantian yaitu Badan
Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS)
Badan Arbitrase
Nasional Indonesia
Sumber: Muhamamd Syafi‟i Antonio
Tabel.2.2. Perbandingan sistem penghitungan tabungan dan deposito
Bank Syariah dan Bank Konvensional: (Muhammad Ghafur W, 2007:23)
Bank Syariah Bank Konvensional
1. Besar kecilnya bagi hasil yang
diperoleh deposan/penabung
tergantung pada:
- Pendapatan bank
- Nisbah bagi hasil antara nasabah
dan bank.
- Nominal deposito/tabungan
nasabah.
- Rata-rata saldo deposito/tabungan
untuk jangka waktu tertentu yang
ada pada bank
- Jangka waktu deposito/tabungan
karena berpengaruh lamanya
investasi.
1. Besar kecilnya bagi hasil yang
diperoleh deposan/penabung
tergantung pada:
- Tingkat bunga yang berlaku
- Nominal deposito/tabungan
- Jangka waktu deposito
2. Bank Syariah memberikan 2. Semua bunga yang diberikan
24
keuntungan dengan nasabah
melalui pendekatan LDR (Loan to
Deposit Ratio), yaitu
mempertimbangankan rasio
antara dana pihak ketiga dengan
pembiayaan yang diberikan.
3. Dalam Perbankan Syariah LDR
bukan saja mencerminkan
keseimbagan tetapi juga keadilan,
kerana bank benar-benar
membagikan hasil riil dari dunia
usaha (loan) kepada penabung
4. (deposit)
kepada deposan menjadi beban
biaya langsung.
3. Tanpa perhitungan besar kecilnya
pendapatan yang diperoleh dari
dana yang dihimpun.
4. Konsekuensinya, bank harus
menambahi pembayaran bunga bila
dari peminjam ternyata lebih kecil
dibandingkan dengan kewajiban
bunga deposan (negative
spread=keuntungan negatif/rugi)
Sumber : Muhammad Syafi‟i Antonio
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya produk Perbankan Syariah dapat dibagi menjadi
beberapa bagian besar yaitu: (Ascarya, 2007:111-119).
1) Produk Penyaluran Dana ( financing)
a) Prinsip Jual Beli ( Ba’i )
Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada harga
pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal
25
ini penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang
ia beli ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemu-
dian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip
yang harus dianut adalah harus diketahui terlebih dulu jenis,
kualitas dan jumlah barang dan hukum awal pembayaran harus
dalam bentuk uang.
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam,
oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti
ketentuan dan aturan Bai'as-salam. Bai' Al istishna' adalah
kontrak penjualan antara pembeli dengan produsen (pembuat ba-
rang). Kedua belah pihak harus saling menyetujui atau sepakat
lebih dulu tentang harga dan sistem pembayaran. Kesepakatan
harga dapat dilakukan tawar-menawar dan sistem pembayaran
dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per bulan atau di
belakang.
b) Prinsip Sewa ( Ijarah )
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya pemindahaan manfaat.
Pada dasarnya prinsip ijarah sama dengan jual beli, tapi memiliki
perbedaan terletak pada objek transaksinya. Pada jual beli transaksinya
adalah barang sedangkan pada ijarah adalah jasa. Pada masa akhir sewa,
bank dapat menjual barang yang disewakannya kepada nasabah dan
barang tersebut dapat dimiliki oleh nasabah dalam perbankan syariah
26
dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti dengan
pemindahan kepemilikan).
c) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu
sebagai berikut:
Pembiayaan Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak
atau lebih untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing
pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa
keuntungan atau resiko akan ditanggung bersama sesuai
dengan kesepakatan. AI-musyarakah dalam praktik perbankan
diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini
nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediakan
dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari
proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank setelah
terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-
musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi
seperti pada lembaga keuangan modal ventura.
Pembiayaan AI-mudharabah
AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak, di
mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan
27
ditanggung pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat
dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan
kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung
jawab. Ada dua jenis mudharabah yaitu 1). mudharabah
muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan
pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak
dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis. 2).
mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari
mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu
spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya
diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti,
pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah
diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan
haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari
deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah
untuk usaha tertentu.
d) Akad Pelengkap
Akad pelengkap ini tidak ditunjukan untuk mencari keuntungan,
tatapi ditunjukkan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan,
seperti akad-akad dibawah ini:
Al-Wakalah (Amanat) atau wakilah artinya penyerahan atau
pendelegasian atau pemberian mandat dari satu pihak kepada
28
pihak lain. Mandat ini harus dilakukan sesuai dengan yang
telah disepakati oleh si pemberi mandat.
Al-Kafalah (Garansi) merupakan jaminan yang diberikan
penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung. Dapat pula diartikan
sebagai pengalihan tanggung jawab dari satu pihak kepada
pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan dalam hal
pembiayaan dengan jaminan seseorang.
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang ber-
utang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau
dengan kata lain pemindahan beban utang dari satu pihak
kepada lain pihak. Dalam dunia keuangan atau perbankan
dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau faktoring.
Ar-Rahn (gadai) merupakan kegiatan menahan salah satu harta
milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Kegiatan seperti ini dilakukan seperti jaminan
utang atau gadai.
2) Produk Penghimpunan Dana (funding)
Pengimpunan dana di Bank Syariah terdiri dari :
a) Prinsip Wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah amanah
berprinsip harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.
Sedangkan wadi’ah dhamanah berprinsip bahwa pihak yang
29
dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memenfaatkan harta titipan tersebut.
b) Prinsip Mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib
( pengelola).
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan
dana, prinsip mudharabah terbagi menjadi dua yaitu:
a) Mudharabah Mutlaqah/URIA (Unrestricted Investment Account)
bahwa tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana
yang dihimpun, nasabah tidak memberikan persyaratan apapun
kepada bank mengenai bisnis yang dilakukan.
b) Mudharabah Muqayyadah/RIA (Restricted Investment Account)
bahwa pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang
harus dipatuhi oleh bank mengenai bisnis yang akan dijalankan.
3) Produk Jasa (service)
Produk jasa perbankan syariah antara lain adalah sebagai berikut:
a) Sharf (Jual Beli Valuta Asing), pada prinsipnya jual beli valuta
asing sejalan dengan jual beli mata uang yang tidak sejenis dan
penyerahannya harus dilakukan pada waktu yang sama.
b) Ijarah (Sewa), jenis kegiatan ijarah ini seperti; penyewaan kotak
simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana administrasi
dokumen (custodian) dan bank mendapat imbalan sewa dari jasa
tersebut.
30
3. Dana Pihak Ketiga (DPK)
a. Pengertian Dana Pihak Ketiga
Menurut Arifin (2006:98) Dana pihak ketiga adalah dana yang
diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu,
perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain
baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian
besar atau setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang
dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpunan dana
dari masyarakat. Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam
bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito atau
bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan menggunakan prinsip
syariah. Menurut Riyadi (2006:63) dana yang berasal dari masyarakat
biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga (DPK), sedangkan yang
berasal dari Pasar Uang disebut dana pihak kedua.
b. Macam-macam Dana Pihak Ketiga
Menurut Karim (2008:23), yang termasuk dalam dana pihak ketiga
yaitu giro, tabungan, dan deposito. Ketiga macam dana pihak ketiga
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Giro. Bank syariah dapat memberikan jasa simpanan giro dalam
bentuk rekening wadi’ah dan giro mudharabah. Dalam bentuk
31
wadi’ah bank syariah menggunakan prinsip wadi’ah yad
dhamanah. dengan prinsip ini bank sebagai custodian harus
menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi‟ah. Dana
tersebut digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dan bank
berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta
titipan tersebut dalam kegiatan komersial. Pemilik simpanan dapat
menarik kembali simpanannya sewaktu-waktu, baik sebagian
maupun seluruhnya. Bank tidak boleh menyatakan atau
menjanjikan imbalan atas keuntungan apapun pada pemegang
rekening wadi’ah, dan sebaliknya pemegang rekening juga tidak
boleh mengharapkan atau meminta imbalan atau keuntungan atas
rekening wadi’ah. Sedangkan giro mudharabah adalah giro yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah, baik mudharabah
mutlaqah dan mudharabah muqadayyah. Hal ini tergantung
nasabah memilih dengan akad yang disepakati.
2) Tabungan. Tabungan mudharabah adalah tabungan dimana pemilik
dana (shohibul maal) mempercayakan dananya untuk dikelola
bank (mudharib) dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang
disepakati sejak awal. Tabungan dapat diambil sewaktu-waktu
sesuai dengan prinsip yang digunakan, tabungan mudharabah ini
merupakan “investasi” yang diharapkan akan menghasilkan
keuntungan oleh karena itu, modal yang diserahkan kepada
pengelola dana (bank) tidak boleh ditarik sebelum akad berakhir.
32
Hal ini disebabkan karena akan mengganggu kelancaran usaha
yang dilakukan oleh mudharib sehubung dengan pengelolaan
dengan pengelolaan dana tersebut. Selain produk tabungan
mudharabah bank syariah juga memiliki produk tabungan wadi’ah.
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan
berdasarkan akad wadi’ah yaitu titipan murni yang harus dijaga
dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya.
Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, bank syariah
menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah. Dalam hal ini
bank memperoleh hak untuk menggunakan dana tersebut dengan
konsekuensi bank harus dapat menjaga keutuhan dana tersebut dan
membagi keuntungan dari penggunaan dana namun tidak dalam
bentuk perjanjian namun bersifat sukarela dari pihak bank.
3) Deposito. Deposito Mudharabah atau lebih tepatnya deposito
investasi mudharabah merupakan investasi nasabah penyimpan
dana (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya
dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan
mendapatkan imbalan bagi hasil.
c. Sumber Dana Pihak Ketiga
Dana yang bersumber dari masyarakat disebut Dana Pihak Ketiga
(Muhammad, 2002:92), Sumber dana pihak ketiga, dari segi mata uang
dibedakan menjadi :
1) Sumber Dana Pihak Ketiga Segi Mata Uang
33
a) Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah yaitu kewajiban-kewajiban
bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak ketiga bukan bank
baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen
DPK ini terdiri dari giro, simpanan berjangka, tabungan, dan
kewajiban-kewajiban lain. Tidak termasuk dana yang berasal
dari bank Sentral.
b) Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing yaitu kewajiban bank
yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik
penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada bank Sentral,
bank lain (pinjaman melalui pasar uang). DPK valuta asing
terdiri atas giro, call money, deposit on call, deposito berjangka,
margin deposit, setoran pinjaman, pinjaman yang diterima, dan
kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing.
2) Sumber Dana Pihak Ketiga Segi Biaya Yang Harus Dibayar Bank
a) Sumber Dana Pihak Ketiga Berbiaya pada umumnya adalah dana
- dana yang berasal dari masyarakat, baik dana pihak kedua
maupun dana pihak kedua (tidak termasuk penerbitan saham).
Pada umumnya jenis-jenis simpanan pada sumber dana berbiaya
adalah simpanan giro, tabungan, deposito, dan simpanan
berjangka.
b) Sumber Dana Pihak Ketiga Tidak berbiaya, yaitu Hampir semua
sebagian sumber dana bank memiliki beban biaya yang harus
ditanggung oleh bank terutama dana yang berasal dari dana pihak
34
ketiga (DPK) dan dana pihak kedua, sehingga dapat dikatakan
tidak ada dana yang tanpa biaya bagi suatu bank. Namun jika
ditelaah lebih mendalam terdapat jenis biaya yang tidak
mengandung biaya, seperti modal yang disetor (modal saham),
agio saham, laba tahun berjalan, laba ditahan, cadangan umum
dengan tujuan lainnya, deposito berjangka yang telah jatuh tempo
dan belum dicairkan oleh nasabah, transfer masuk yang belum
dibayar, hasil inkaso keluar yang belum dibayar, dan utang pajak
kepada pemerintah pusat asalkan tidak lewat waktu (terlambat)
pada saat membayarnya.
Dana-dana tersebut diatas pada umumnya tidak
mengandung unsur biaya dalam arti bank harus membayar
sejumlah uang tertentu sebagai biaya bunga. Semakin besar
jumlah dana ini maka akan semakin mempertinggi return on
assets dan return on equity bagi suatu bank. Bagi bank-bank yang
sudah go public seperti bank syariah mandiri untuk memperkuat
posisi permodalannya dapat menerbitkan saham baru untuk
ditawarkan melalui bursa, baik penawaran secara terbatas maupun
pada masyarakat luas.
35
4. Inflasi
a. Pengertian Inflasi
Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga
barang dan jasa secara umum dan terus-menerus selama waktu tertentu.
Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga
untuk menaik secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu yang
lama. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan
kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. (Boediono,
1982:155).
Menurut Sukirno (2000:15), inflasi didefinisikan sebagai suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat
inflasi (presentasi kenaikan harga) berbeda dari satu periode ke periode
berikutnya, dan berbeda pula dari suatu negara ke negara lainnya.
Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah yaitu mencapai 4-6%. Tingkat
inflasi yang moderat mencapai antara 5-10%. Inflasi yang serius dapat
mencapai tingkat beberapa ratus atau beberapa ribu persen dalam setahun.
b. Teori Inflasi
Secara garis besar, teori inflasi dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
1) Teori Kuantitas
Inflasi disebabkan oleh :
36
a) Jumlah uang beredar, kenaikan jumlah uang yang beredar akan
menimbulkan inflasi.
b) Harapan masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang
ada 3 (tiga) kemungkinan, yaitu :
Masyarakat tidak mengharapkan harga-harga naik pada masa
mendatang sehingga sebagian uang yang diterimanya
disimpan, akibatnya harga-harga tidak naik dan ini
merupakan awal munculnya inflasi.
Masyarakat mulai sadar bahwa ada inflasi sehingga
penambahan jumlah uang tidak disimpan melainkan
digunakan untuk membeli barang. Hal ini menjadikan
kenaikan permintaan sehingga harga-harga akan meningkat.
Dalam tahap hyperinflation, orang sudah mulai kehilangan
kepercayaan terhadap nilai mata uang. Peredaran uang makin
cepat.
2) Teori Keynes
Inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuannya (secara ekonomis). Terjadi perebutan pendapatan antar
kelompok sosial yang mengakibatkan permintaan masyarakat terhadap
barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia dan
menimbulkan celah inflasi atau (inflationary gap). Permintaan yang
meningkat menyebabkan harga barang naik dan terjadi inflasi.
37
3) Teori Strukturalis
Ada kekuatan utama dalam perekonomian negara-negara
berkembang yang bisa menimbulkan inflasi. Kekuatan ini terdiri dari hal
berikut :
a) Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor tumbuh
secara lamban dibandingkan dengan pertumbuhan sektor lain.
b) Ketidakelastisan penawaran atau produksi bahan makanan yang
tumbuh tidak secepat pertambahan penduduk dan penghasilan
perkapita.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi
Menurut Nopirin (1987:82), ada beberapa faktor yang
menyebabkan timbulnya inflasi:
1) Demand Full Inflation
Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat
dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik
harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan
agregat.
2) Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation
Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode
pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang
efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya
38
inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan
Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh:
a) Domestic Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri.
b) Imported Inflation
Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh
kenaikan harga-harga barang.
d. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Menurut Sukirno (2004:354), kebutuhan yang mungkin dilakukan
pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah:
1) Kebijakan Fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
2) Kebijakan Moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan
membatasi kredit.
3) Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan
penetapan harga, menggalakan pertambahan produksi dan
perkembangan teknologi.
e. Hubungan Inflasi dengan Tabungan
Karena laju inflasi mengalami kenaikan, sementara tingkat bunga
simpanan bank tetap. Maka hal tersebut akan mengakibatkan menurunnya
39
tingkat bunga riil perbankan. Dalam kondisi seperti ini akan
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam menggunakan kekayaanya.
Dimana para penabung akan lebih cenderung mengurangi simpanannya di
bank dan lebih menggunakan uangnya tersebut untuk membeli barang dan
jasa. Kekayaan tersebut dapat diinvestasikan ke dalam bentuk lain. Dan
dapat ditarik kesimpulan kanaikkan inflasi dengan tidak diikuti kenaikan
tingkat bunga nominal, maka akan mengakibatkan menurunnya dorongan
masyarakat untuk menabung di lembaga perbankan. Tetapi apabila
kenaikan inflasi, diikuti dengan kenaikan tingkat bunga nominal maka
orang akan menginvestasikan dananya baik dalam bentuk tabungan
maupun deposito.
Tetapi menurut Khan (tahun tidak disebutkan), karena perbankan
yang bebas bunga bersifat anti inflasi, maka bank syariah akan mendorong
pertumbuhan pendapatan riil dan tabungan domestik (Emilianshah B dkk.,
2005:41).
f. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam
Kebijakan moneter Islam (Perspektif Hizbut Tahrir) dalam
mengendalikan inflasi yaitu dengan: (M. Hatta, 2008:11).
1) Kebijakan moneter
a) Dinar dan Dirham, berbeda dengan sistem ekonomi Islam, inflasi
yang disebabkan kelemahan dari mata uang relatif cukup kecil
kemungkinan terjadinya (kalau tidak bisa dikatakan tidak akan
40
terjadi). Karena dinar dan dirham tidaklah memiliki kelemahan.
sebagaimana yang ditemukan dalam fiat money. Faktor
fundamental dari kekuatan dinar dan dirham adalah setaranya
antara nilai nominal dengan nilai intrinsik yang terdapat pada mata
uang tersebut. Secara otomatis menjaga nilai tukarnya terhadap
mata uang lain. Sehingga inflasi yang disebabkan lemahnya nilai
tukar mata uang domestik dengan mata uang asing yang
berdampak kepada naiknya komoditas impor, output gap, dan
ekspektasi inflasi dapat dikatakan tidak akan terjadi.
b) Hukum Bunga, harta yang dimiliki oleh seseorang individu harus
dikembangkan dengan halal (tanpa riba) yaitu dengan cara: dengan
usaha sendiri, kerjasama pihak kedua (syirkah), dan kerjasama
dengan pihak ketiga (media bank syariah). Hal itu bertujuan agar
jumlah uang yang beredar tidak tersebar di satu tempat saja dan
kebutuhan di sektor riil dapat dipenuhi. Sehingga ekonomi akan
bergerak dengan baik dan tercegah terjadi inflasi.
c) Hukum Perbankan, Sistem Ekonomi Islam (SEI) dalam
mendirikan perbankan adalah mubah dengan mengikuti ketentuan-
ketentuan (Dhawabit) syariah. Sehingga perbankan akan
membantu dan mendukung sektor riil.
d) Otoritas Kebijakan Moneter, otoritas kebijakan moneter dan fiskal
tidaklahlah terpisah dengan struktur pemerintahan (lembaga
eksekutif) yang ada sebagaimana yang ada pada SEK (sistem
41
ekonomi Kapitalis). Kebijakan moneter dan Fiskal dalam SEI
sama-sama berada di bawah departemen Baitul Maal. Sehingga
tidak diperlukan lagi koordinasi atau pembahasan apakah otoritas
moneter dengan lembaga eksekutif perlu dipisahkan atau tidak
untuk mengambil kebijakan moneter.
5. Teori Kurs
a. Devinisi Kurs
Menurut adiningsih, dkk (1998 : 155), kurs (nilai tukar) adalah harga
rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi nilai tukar rupiah merupakan
nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang
negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, rupiah
terhadap Yen dll.
Menurut lipsey et.al (1997), “ nilai tukar (kurs) adalah harga suatu
mata uang dalam satuan mata uang asing, ini adalah jumlah mata uang
suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit
mata uang domestic”.
Menurut Paul R Krugman dan Maurice (1994: 34) kurs adalah harga
sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur dan dinyatakan dalam
mata uang.
42
Menurut Nopirin (1996:163) kurs adalah pertukaran dua mata uang
yang berbeda, maka akan mendapatkan perbandingan yang berbeda
antara kedua mata uang tersebut.
b. Sistem Kurs
Secara garis besar ada dua sistem kurs, yaitu kurs mengambang
(floating exchange rate system) dan sistem kus tetap (fixed exchange rate
system) (Imamudin yuliadi, 2008: 60)
Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus mengemukakan bahwa
sistem kurs ada 3 (tiga Macam):
1) cara kerja setandar emas
Adalah suatu sitem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem
ini memberikan kurs valuta asing yang tetap untuk setiap negara dan
relatif mudah dipahami.
2) Kurs valuta asing yang mengambang “penuh”
Adalah kurs yang sepenuhnys ditentukan oleh kekuatan pasar
(penawaran dan permintaan)
3) Sistem kurs valuta asing yang mengambang (terkendali)
Dalam sistem ini terdapat beberapa mata uang yang mengambang
bebas bersama-sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar
(mengambang bersama-sama dengan dollar). Mata uang suatu negara
43
dibiarkan mengambang bersama dollar secara bebas di pasaran. Tetapi
pemerintah suatu negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam
keadaan kacau atau kurs dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan
sebagai kurs yang tepat.
c. faktor yang mempengaruhi pergerakan Kurs (Madura,1993),
yaitu.
1) Faktor Fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indicator-indikator ekonomi
seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relative pendapatan antar
negara, ekspektasi pasar dan intervensi Bank sentral.
2) Faktor Tekhnis
Faktor tekhnis berkaitan dengan penawaran dan permintaan
devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan
sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan
sebaliknya.
3) Sentimen Pasar
Sentiment pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-
berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong
harga valas naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek.
Apabila berita-berita atau rumor berlalu, maka nilai tukar akan
kembali normal.
44
d. Hubungan Kurs Dengan Tabungan
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan
investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan
pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat
beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua
saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka
pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui
pengaruh negatifnya pada absorbs domestik atau yang dikenal dengan
expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan
menyebabkan nilai riil asset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat
harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan
domestic masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon
dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran
(expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif
tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan
produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan
demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan.
Sehingga dengan begitu masyarakat akan lebih tertarik menyimpan
uangnya di bank daripada membelanjakannya. Hal ini dikarenakan harga
barang mengalami peningkatan terutama barang-barang yang impor seperti
alat elektronik, kendaraan bermotor dll.
45
e. Sistem Nilai Tukar dalam Islam
Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan
Internasional, Perbankan Syariah tidak dapat menghindarkan diri
dari keterlibatannya pada pasar valuta asing.
Dari ketiga sistem nilai tukar mata uang yang ada dalam
ekonomi konvensional, manakah yang sesuai dengan konsep
ekonomi Islam? Beberapa argumen muncul, yaitu :
1) Pendapat pertama yang tepat, namun sering dianggap radikal
bahkan oleh pengusung ekonomi Islam sendiri adalah kembali
menggunakan mata uang fisik dinar dan dirham (full bodied
money). Dimana mata uang dunia saat ini kembali kepada standar
emas dan perak, hal ini pun telah mulai dirintis di Indonesia,
namun perkembangannya masih belum mencapai taraf sebagai
nilai tukar dalam transaksi tetapi masih sebagai sarana investasi.
Alternatif yang pertama, saat ini akan (masih) sulit diwujudkan.
Kesulitan ini terutama karena dinar dan dirham – meski
sebenarnya merupakan mata uang dari luar Islam yaitu Romawi
dan Persia – telah dicitrakan sebagai mata uang Islam. Menurut
penulis, seandainya negara-negara Islam mengusulkan kepada
dunia untuk menggunakan dinar dirham, akan banyak penolakan
terutama Barat yang phobia terhadap Islam.
46
2) Pendapat kedua yang moderat mengusulkan supaya mata uang
sekarang agar di-backup dengan emas sebagaimana bretton
woods system. Sehingga setiap pencetakan uang harus didasarkan
kepada cadangan emas tertentu yang telah disepakati bersama,
agar tidak terjadi pencetakan uang berlebihan seperti saat
ini.Dengan begitu, peluang terbesar ada pada usulan moderat,
yaitu agar mata uang-mata uang sekarang kembali di-backup
dengan emas-tentu dengan beberapa penyempurnaan dari sistem
sebelumnya (Bretton Woods). Sistem inilah yang oleh kalangan
barat ingin kembali digulirkan yang dikenal dengan istilah
Bretton woods II. Usulan ini bahkan didukung oleh nama-nama
besar seperti Joseph E. Stiglitz ( Ekonom peraih nobel dari
Amerika), Gordon Brown (mantan PM Inggris) hingga Nicholas
Sarkozy (Presiden Perancis).
Sedangkan yang paling lunak adalah sebagaimana seperti
adanya sekarang, hanya bagaimana pemerintah mengatur supaya
tidak ada lagi unsur maghrib ( maysir ‘spekulasi‟, gharar „penipuan‟
dan riba ) dalam sistem ekonomi moneter yang berlaku. Dari ketiga
usulan itu, penulis dengan tegas menolak yang disebutkan terakhir
berdasarkan kenyataan bahwa sistem moneter yang ada sekarang
memungkinkan pihak yang mengejar keuntungan pribadi melakukan
aksi maghrib tersebut. Terbukti, betapapun pemerintah
47
menghimabau para spekulan, aksi spekulasi di bursa valas masih
tetap gencar.
6. Teori Nisbah Bagi Hasil ( NBH )
a. Teori Umum Bagi Hasil
Bagi hasil adalah suatu prinsip pembagian laba (keuntungan)
yang diterapkan dalam kemitraan kerja dimana porsi bagi hasil
ditentukan pada saat akan kerjasama. Jika laba (keuntungan) tersebut
psrsi bagi hasilnya sesuai dengan konstribusi modal masing-masing
dan membagi laba (keuntungan) dibagi sesuai yang telah disepakati
bersama.
b. Teori Bagi Hasil dalam Perbankan Syariah
Menurut M. Syafi‟i Antonio, Islam memiliki dua sistem
distribusi utama, yakni distribusi secara komersial dan mengikuti
mekanisme pasar serta sistem distribusi yang bertumpu pada aspek
keadilan sosial masyarakat. Sistem distribusi pertama, bersifat
komersial, berlangsung melalui proses ekonomi. Menurut Yusuf
Qardhawi, ada 4 aspek terkait keadilan distribusi yaitu: 1) gaji yang
setara (al ujrah al mitsl) bagi para pekerja, 2) profit atau keuntungan
untuk pihak yang menjalankan usaha atau yang melakukan
perdagangan melalui mekanisme mudlârabah maupun bagi hasil
(profit sharing) untuk modal dana melalui mekanisme musyarakah,
3) biaya sewa tanah serta alat produksi lainnya, 4) tanggung jawab
48
pemerintah terkait dengan peraturan dan kebijakannya. Atas dasar
aspek keadilan tersebut pada Perbankan Syariah di dunia
penggunakan prinsip perhitungan bagi hasil pada akad pembiayaan
maupun penghimpunan dana dengan prinsip mudharabah. Seperti
yang diterapkannya sistem nisbah bagi hasil (Antonio,2001:43).
Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam
menentukan bagi hasil di Perbankan Syariah. Sebab aspek nisbah
merupakan aspek yang disepakati bersama antara kedua belah pihak
yang melakukan transaksi. Untuk menentukan nisbah bagi hasil
perlu memperhatikan aspek-aspek: data usaha, kemampuan
angsuran, hasil usaha yang dijalankan, nisbah pembiayaan dan
distribusi pembagian hasil (Muhammad, 2005:123).
Nisbah bagi hasil (NBH) adalah sebagai pengganti tingkat
suku bunga. Bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari
pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang
diberikan kepada nasabah dengan persyaratan tertentu (Antonio,
2001).
1) Perhitungan bagi hasil disepakati menggunakan pendekatan/pola
sebagi berikut:
a) Revenue Sharing
b) Profit & Loss Sharing
c) Gross Profit
2) Ketentuan Bagi Hasil
49
a) Pada saat akad terjadi wajib disepakati sistem bagi hasil yang
digunakan, apakah Revenue Sharing, Profit dan loss Sharing
atau Gross Profit. Kalau tidak disepakati akad itu menjadi
gharar.
b) Waktu dibagikannya bagi hasil harus disepakati oleh kedua
belah pihak, misalnya setiap bulan atau waktu yang telah
disepakati.
c) Pembagian bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati di
awal dan tercantum dalam akad.
3) Perhitungan Bagi Hasil
Perhitungan bagi hasil tabungan didasarkan pada rata-rata
harian yang dihitung dari tiap akhir bulan dan di buku awal
bulan berikutnya. Rumus perhitungan bagi hasil tabungan adalah
sebagai berikut:
Hari bagi hasil x saldo rata-rata harian x tingkat bagi hasil
Hari kalender yang bersangkutan
Dalam memperhitungkan bagi hasil tabungan mudharabah, maka
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Hasil perhitungan bagi hasil dalam rangka satuan bulat tanpa
mengurangi hak nasabah, maka:
50
- Pembulatan ke atas untuk nasabah
- Pembulatan ke bawah untuk bank
b) Hasil perhutungan pajak dibulatkan ke atas sampai puluhan
terdekat.
Dalam pembayaran bagi hasil, Bank Syariah menggunakan metode
end of month, yaitu:
a) Pembayaran bagi hasil tabungan mudharabah dilakukan secara
bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan.
b) Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari
efektif. Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi
hasil tutup buku bulanan terakhir.
c) Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang
bersangkutan (28 hari, 29 hari, 30 hari, dan 31 hari).
d) Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai permintaan nasabah.
c. Hubungan Nisbah Bagi Hasil dengan Tabungan
Dilihat dari pergerakan nisbah bagi hasil (NBH) pada Bank
Syariah akan mempengaruhi tabungan (saving) yang terjadi. Hal itu
berarti keinginan masyarakat dengan adanya perjanjian nisbah bagi hasil
yang diterima antara kedua belah pihak sangat mempengaruhi keinginan
masyarakat untuk lebih meningkatkan tabungannya. Karena semakin
51
tinggi nisbah bagi hasil (NBH) maka akan semakin tinggi pula keinginan
masyarakat untuk menabung pada Bank Syariah.
B. Studi Empiris Sebelumnya
Sefti Wulandari (2013) dengan judul penelitian “ Analisis faktor
Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Total Dana Pihak Ketiga (DPK)
Bank Umum Syariah Di Indonesia (periode 2011-2013)“. Dengan hasil
penelitian menggunakan Uji F mengindikasikan bahwa nisbah bagi hasil,
jumlah kantor cabang, GDP, dan inflasi secara simultan memiliki hubungan
signifikan terhadap total dana pihak ketiga bank umum syariah di Indonesia.
Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2008) dengan judul penelitian
“ Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga
terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Devisa di Indonesia
(periode triwulan I 2003- triwulanIII 2008)”. Dengan hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengaruh variabel independen
terhadap jumlah DPK bank Devisa adalah lemah. Berdasarkan nilai R
Square pada pengujian Durbin Watson, Variabel DPK dapat dijelaskan
oleh variabel nilai kurs, inflasi dan suku bunga SBI sebesar 19,2%. Pada
pengujian regresi berganda, variabel nilai kurs, inflasi memiliki pengaruh
searah (positif), sedangkan Suku bunga SBI memiliki hubungan
berlawanan arah.
Abida Mutaqiena (2013) dengan judul penelitian “ Analisis
Pengaruh PDB, Inflasi, , Tingkat Bunga, dan Nilai Tukar Terhadap Dana
Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (2008-2012)”.
52
Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa PDB, Inflasi (IHK), Suku
Bunga Deposito 1 Bulan Bank Umum, dan Nilai Tukar Rupiah Secara
simultan (Uji F) maupun parsial (Uji T) berpengaruh Signifikan terhadap
Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Di Indonesia (2008-2012) .
Muhamad Ghafur W (2003), dengan judul penelitian “ Hubungan
antara Nisbah Bagi Hasil (NBH), Suku Bunga, serta Pendapatan terhadap
Simpanan Mudharabah di Bank Mu‟amalat Indonesia“. Dengan hasil
penelitian bahwa tiga variabel bebas tersebut hanya pendapatan nasional
yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap simpanan mudharabah.
Sedangkan nisbah bagi hasil dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan
terhadap simpanan mudharabah.
Muhammad Nurdian farikh (2006), dengan judul penelitian “
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga Perbankan
Syariah dan Konvensional di Indonesia”. Dengan hasil penelitian
menunjukan bahwa baik pada perbankan konvensional dan perbankan
syariah tingkat bagi hasil tidak berpengaruh signifikan sedangkan factor
moneter dan factor perbankan berpengaruh signifikan. Tidak signifikannya
bagi hasil pada tingkat deposit bank syariah selama periode penelitian
merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan
secara prinsip terhadap nilai - nilai relijius dimana hubungan antara
nasabah dan bankir merupakan hubungan tolong menolong dan tidak
dilandasi saja oleh factor financial.
53
Evi Natalia, Moch Dzulkiron AR dan Sri Mangesti Rahayu (2012)
dengan judul penelitian “ Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Deposito Bank
Syariah dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah
Simpanan Deposito Mudharabah (Studi Pada PT. Bank Syariah Mandiri
Periode 2009-2012)”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa
variabel tingkat bagi hasil Deposito Bank Syariah dan Tingkat Suku
Bunga Deposito Bank Umum secara bersama-sama berpengaruh terhadap
jumlah simpanan Deposito Mudharabah.
Nikmatul Umroh dan Ari Kristin P, dengan judul penelitian “
Pengaruh BI Rate dan UU NO. 21 TAHUN 2008 Tentang Perbankan
Syariah Terhadap Tingkat Dana Pihak Ketiga dan Perkembangan
Perbankan Syariah”. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa secara
simultan (bersama-sama) terdapat pengaruh yang signifikan antara BI Rate
dan UU No 21 tahun 2008 terhadap DPK bank Syariah. Nilai koefisien
regresi BI rate < UU atau -2930.445 < 12345.005, maka bisa disimpulkan
bahwa yang lebih berpengaruh terhadap DPK bank syariah adalah variabel
UU No. 21 tahun 2008 dari pada BI rate.
54
Tabel 2.3.
Penelitian Terdahulu
NO Nama
Peneliti Judul Variabel
Metodologi dan
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Sefti
Wulandari
(2013)
“ Analisis
faktor Internal
dan Eksternal
yang
Mempengaruhi
Total Dana
Pihak Ktiga
(DPK) Bank
Umum Syariah
Di Indonesia
(periode 2011-
2013)“
Y = DPK
X= Bagi
Hasil, Jumlah
Kantor Bank,
GDP dan
Inflasi
Metode : Multiple
Regression
Dengan hasil
penelitian
menggunakan Uji F
mengindikasikan
bahwa nisbah bagi
hasil, jumlah kantor
cabang, GDP, dan
inflasi secara
simultan memiliki
hubungan signifikan
terhadap total dana
pihak ketiga bank
umum syariah di
Indonesia
Y = DPK
X = Bagi
Hasil, Inflasi.
Penelitian
menggunakan
UJI OLS
bukan
Multiple
Resgression.
Peneliti tidak
menggunakan
variabel X ;
Jumlah kantor
Bank dan
GDP dalam
Penelitiannya.
2. Aldrin
Wibowo
dan Susi
Suhendra
(2008)
“ Analisis
Pengaruh Nilai
Kurs, Tingkat
Inflasi dan
Tingkat Suku
Bunga
terhadap Dana
Pihak Ketiga
(DPK) pada
Bank Devisa
di Indonesia
(periode
triwulan I
2003- triwulan
III 2008)”
Y= DPK
X= Kurs,
Inflasi, dan
Suku Bunga.
Metode : Regresi
Linier Berganda.
Dengan hasil
penelitiannya
menunjukan bahwa
secara keseluruhan
pengaruh variabel
independen
terhadap jumlah
DPK bank Devisa
adalah lemah.
Berdasarkan nilai R
Square pada
pengujian Durbin
Watson, Variabel
DPK dapat
dijelaskan oleh
variabel nilai kurs,
inflasi dan suku
bunga SBI sebesar
19,2%. Pada
pengujian regresi
Y = DPK
X = Kurs,
Inflasi.
Menggunakan
uji Regresi
Linier
Berganda.
Peneliti tidak
menggunakan
Variabel X =
Suku Bunga
dalam
Penelitiannya
55
berganda, variabel
nilai kurs, inflasi
memiliki pengaruh
searah (positif),
sedangkan Suku
bunga SBI memiliki
hubungan
berlawanan arah.
3. Abida
Mutaqiena
(2013)
“ Analisis
Pengaruh
PDB, Inflasi, ,
Tingkat
Bunga, dan
Nilai Tukar
Terhadap
Dana Pihak
Ketiga Bank
Umum Syariah
Di Indonesia
(2008-2012)”
Y= DPK
X= PDB,
Inflasi,
Tingkat
Bunga dan
Nilai Tukar.
Metode: Quadratic
(Match sum).
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
PDB, Inflasi (IHK),
Suku Bunga
Deposito 1 Bulan
Bank Umum, dan
Nilai Tukar Rupiah
Secara simultan (Uji
F) maupun parsial
(Uji T) berpengaruh
Signifikan terhadap
Dana Pihak Ketiga
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia (2008-
2012)
Y= DPK
X= Nilai
Tukar, Inflasi
Peneliti
menggunakan
UJI OLS
dalam
Penelitiannya.
Peneliti tidak
menggunakan
variabel X =
Tingkat
Bunga dalam
penelitiannya.
4. Muhamad
Ghafur W
(2003)
“ Hubungan
antara Nisbah
Bagi Hasil
(NBH), Suku
Bunga, serta
Pendapatan
terhadap
Simpanan
Mudharabah
di Bank
Mu‟amalat
Indonesia“.
Y= Simpanan
Mudharabah
X= NBH,
Suku Bunga,
dan
pendapatan
hasil penelitian
menunjukan bahwa
tiga variabel bebas
tersebut hanya
pendapatan nasional
yang berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
Sedangkan nisbah
bagi hasil dan suku
bunga tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
simpanan
mudharabah.
X = NBH Peneliti tidak
menggunakan
Variabel Y =
Simpanan
Mudharabah
dalam
Penelitianya.
Peneliti juga
tidak
menggunakan
variabel X=
Suku Bunga
dan
Pendapatan
dalam
peelitiannya.
5. Muhammad “ Analisis Y: DPK Metode : Regresi Y = DPK Peneliti
56
Nurdian
farikh
(2006)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Dana Pihak
Ketiga
Perbankan
Syariah dan
Konvensional
di Indonesia”
X: Inflasi,
SBI, IHSG,
dan M2.
Linear Berganda,
Analisis Faktor dan
Kointegrasi.
Dengan hasil
penelitian
menunjukan bahwa
baik pada perbankan
konvensional dan
perbankan syariah
tingkat bagi hasil
tidak berpengaruh
signifikan
sedangkan factor
moneter dan factor
perbankan
berpengaruh
signifikan. Tidak
signifikannya bagi
hasil pada tingkat
deposit bank syariah
selama periode
penelitian
merupakan sinyal
bahwa nasabah
perbankan syariah
memiliki ketahanan
secara prinsip
terhadap nilai - nilai
relijius dimana
hubungan antara
nasabah dan bankir
merupakan
hubungan tolong
menolong dan tidak
dilandasi saja oleh
factor financial.
X= Inflasi
menggunakan
UJI OLS
dalam
penelitiannya.
Peneliti tidak
menggunakan
variabel SBI,
IHSG dan M2
dalam
penelitiannya.
Dan peneliti
tidak meneliti
perbankan
konvensional
dalam
penelitiannya.
5. Evi Natalia,
Moch
Dzulkiron
AR dan Sri
Mangesti
Rahayu
(2012)
penelitian “
Pengaruh
Tingkat Bagi
Hasil,
Deposito Bank
Syariah dan
Suku Bunga
Deposito Bank
Y= Simpanan
Deposito
Mudharabah
Bank Mandiri.
X= Bagi
Hasil,
Deposito
Bank Syariah,
Metode : Regresi
Linier Berganda.
Dengan hasil
penelitian
menunjukan bahwa
variabel tingkat bagi
hasil Deposito Bank
Syariah dan Tingkat
Regresi linier
Berganda.
X= Bagi
hasil.
Peneliti tidak
menggunakan
variabel Y =
Simpanan
Deposito
Mudharabah
dalam
penelitiannya.
57
C. Kerangka Pemikiran
Salah satu parameter yang paling umum dijadikan landasan
pengukuran pertumbuhan perbankan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK)
Umum
Terhadap
Jumlah
Simpanan
Deposito
Mudharabah
(Studi Pada
PT. Bank
Syariah
Mandiri
Periode 2009-
2012)”.
dan Suku
bunga.
Suku Bunga
Deposito Bank
Umum secara
bersama-sama
berpengaruh
terhadap jumlah
simpanan Deposito
Mudharabah.
Peneliti tidak
menggunakan
X = Suku
bunga dalam
penelitiannya.
6. Nikmatul
Umroh dan
Ari Kristin
P
“ Pengaruh BI
Rate dan UU
NO. 21
TAHUN 2008
Tentang
Perbankan
Syariah
Terhadap
Tingkat Dana
Pihak Ketiga
dan
Perkembangan
Perbankan
Syariah”.
Y: DPK dan
Perkembangan
Perbankan
Syariah.
X : BI Rate,
dan UU No.
21 Tahun
2008.
Dengan hasil
penelitian
menunjukan bahwa
secara simultan
(bersama-sama)
terdapat pengaruh
yang signifikan
antara BI Rate dan
UU No 21 tahun
2008 terhadap DPK
bank Syariah. Nilai
koefisien regresi BI
rate < UU atau -
2930.445 <
12345.005, maka
bisa disimpulkan
bahwa yang lebih
berpengaruh
terhadap DPK bank
syariah adalah
variabel UU No. 21
tahun 2008 dari
pada BI rate.
Y= DPK Peneliti tidak
menggunakan
variabel BI
rate dan UU
No. 21 tahun
2008.
58
perbankan. Pertumbuhan DPK perbankan merupakan salah satu indikator
utama pertumbuhan perbankan.
Sejak berdirinya bank syariah di Indonesia bank syariah terus
mengalami perkembangan dan pertumbuhan salah satunya dapat kita lihat
dari tingginya pertumbuhan DPK bank syariah dalam percaturan ekonomi
Indonesia.
Dengan dukungan dari penelitian terdahulu, peneliti akan meneliti
lebih lanjut dari penelitian-penelitian sebelumnya dengan judul Analisis
Pengaruh Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak
Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia Periode Desember 2010 – Juli
2013.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perubahan variabel
independen bebas Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap
variabel dependen yaitu DPK Perbankan Syariah yang dalam realisasinya
tidak lepas dari kondisi internal maupun eksternal. Data dari masing-masing
variabel dari situs resmi Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah
yang dipublikasikan Laporan Publikasi Bank Indonesia.
Setelah memperoleh data disetiap variabel peneliti mulai melakukan
analisis regresi berganda menggunakan software Eviews 6 dengan metode
Ordinary Least Square (OLS) dan dilakukan uji asumsi klasik (uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi), uji statistik dan
uji koefisien determinasi agar penelitian dapat diuji dengan baik dan benar
59
sesuai metodologi penelitian. Selanjutnya melakukan analisis tersebut untuk
mengambil hasil interpretasi data yang akan menghasilkan kesimpulan
penelitian ini.
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas, berikut ini adalah
kerangka pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan. Untuk mewujudkan
kerangka pemikiran dalam penelitian ini jika divisualisasikan dalam bentuk
skema atau model sederhana adalah sebagai berikut:
60
Gambar .2.1
Diagram Kerangka Pemikiran
Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil
Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Desember 2010- Juli 2013
Inflasi
(X1)
Kurs
(X2)
NBH
(X3)
DPK
(Y)
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji Multikolinearitas
Uji Heteroskedastisitas
Uji Autokorelasi
Regresi Berganda
Uji t
Uji f
Uji Adj
Hasil dan Interpretasi
Kesimpulan dan Saran
Model Ekonometrika
61
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan dan jawaban itu masih diuji secara empiris
kebenarannya. Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a) H0 : Diduga Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode
Desember 2010 – Juli 2013.
H1 : Diduga Inflasi berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember
2010 – Juli 2013.
b) H0 : Diduga Kurs tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode
Desember 2010 – Juli 2013.
H1 : Diduga Kurs berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Dana
Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember
2010 – Juli 2013.
c) H0 : Diduga Nisbah Bagi Hasil (NBH) tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di
Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
62
H1 : Diduga Nisbah Bagi Hasil (NBH) berpengaruh signifikan secara
parsial Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah di Indonesia
periode Desember 2010 – Juli 2013.
d) H0 : Diduga Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) tidak
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli
2013.
H1 : Diduga Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perbankan Syariah di Indonesia periode Desember 2010 – Juli 2013.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan variabel dependen yaitu Dana
Pihak Ketiga (DPK) di Perbankan Syariah dan variabel independennya
difokuskan pada Inflasi, Kurs Nisbah Bagi Hasil. Penelitian ini merupakan
penelitian analisis pengaruh, karena tujuan penelitian ini adalah meneliti
hubungan pengaruh antara dua variabel, yaitu variabel independen (Inflasi, Kurs
dan NBH) dengan variabel dependen (DPK).
Data operasionalnya yang digunakan pada penelitian ini menggunakan
data runtun waktu (time series). Semua data dalam bulanan yaitu periode bulan
Desember 2010 hingga Juli 2013 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Field Research
64
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat
sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil pengolahan pihak kedua atau
data yang sudah dipublikasikan untuk menjelaskan gejala suatu fenomena,
seperti pusat referensi Bank Indonesia (BI).
2) Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
membaca literatur, buku, jurnal dan sejenisnya yang berhubungan dengan
aspek yang diteliti sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
3) Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita dapatkan di
perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa secara
keilmuannya, karena ilmu selalu berkembang. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan teknologi
yang juga berkembang yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan
data yang sesuai dengan perkembangan zaman.
C. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini untuk mengetahui analisis pengaruh Inflasi, Kurs
dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan
Syariah di Indonesia, dengan menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana
data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan menggunakan
65
alat analisis Ordinary Least Square digunakan untuk mencapai penyimpangan
atau error yang minimum dengan menggunakan analisis regresi berganda yaitu
digunakan lebih dari dua variabel bebas.
Menurut Ajija (2011:23) Ordinary Least Square merupakan metode
estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari
fungsi regresi sampel. Untuk analisis data akan dilakukan dengan bantuan
aplikasi komputer yaitu program Excel 2007 dan program Eviews 6. Dalam
penelitian ini data yang digunakan adalah data lon (ln) semua data variabel
penelitian di log karena untuk penyertaan data dari variabel tersebut satuan
datanya berbeda dan juga sebagai pemecahan persamaan yang tidak diketahuinya
merupakan perangkat dari variabel lain. Hubungan variabel DPK dengan variabel
Inflasi, Kurs dan NBH diformulasikan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, X3, e)
Sedangkan model ekonometrika ditulis :
Dimana :
β0 = Constanta
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 e
DPK = β0 + β1 INFLASI + β2 KURS + β3 NBH e
LNDPK = β0 + β1 LN(INF) + β2 LN(KURS) + β3 LN(NBH) e
66
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi dari masing-masing variabel yang
mempengaruhi DPK
LNDPK = Lon Dana Pihak Ketiga
LNINFLASI = Lon Inflasi
LNKURS = Lon Kurs
LNNBH = Lon Bagi Hasil
e = Error Terms (variabel diluar model tetapi tidak ikut
berpengaruh terhadap variabel terikat.
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang linier tidak bias
dengan varian yang minimum BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), yang
berarti model regresi tidak mengandung masalah. Untuk itu diperlukannya
pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi antara variabel dependen, variabel independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Uji normalitas
67
menjadi sangat populer dan tercangkup dibeberapa komputer statistik.
(Gujarati, 2006:164)
Uji normalitas residual metode Ordinary Least Square secara
formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera
(JB). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera yang merupakan asimtotis
(sampel besar dan didasarkan atas residual Ordinary Least Square). Uji ini
dengan melihat probabilitas Jarque-Bera (JB) sebagai berikut : (Gujarati,
2006:165)
Langkah-langkah pengujian normalitas data sebagai berikut :
Hipotesis : H0 : Model berdistribusi normal
H1 : Model tidak berdistribusi normal
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan
(independen) dari model regresi. (Gujarati, 2006:184)
Sedangkan menurut Nachrowi (2006:95) jika tidak korelasi antara
kedua variabel tersebut, maka koefisien pada regresi majemuk akan sama
68
dengan koefisien pada regresi sederhana. Hubungan linier antar variabel
bebas inilah yang disebut dengan multikolinearitas.
Dalam penelitian ini penulis akan melihat mulkolinearitas dengan
menguji koefisien korelasi (r) berpasanagan yang tinggi diantara variabel-
variabel penjelas. Sebagai aturan main yang kasar (rule of thumb), jika
koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah diatas 0.8 maka diduga
terjadinya multikolinearitas dalam model. Sebaliknya jika koefisien
korelasi kurang dari 0.8 maka diduga model tidak mengandung
multikolinearitas.
Uji koefisien korelasinya yang mengandung unsur
multikolinearitas, misalnya variabel X1 dan X2. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut :
Bila r < 0.8 (model tidak terdapat multikolinearitas)
Bila r > 0.8 (model terdapat multikolinearitas)
Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah adanya
multikolinearitas, antara lain : melihat informasi sejenis yang ada,
mengeluarkan variabel dan mencari data tambahan. (Nachrowi, 2006:104)
c. Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi apabila variasi Ut tidak konstan atau
sering berubah-ubah seiring dengan berubahnya nilai variabel independen
(Gujarati, 2006:146)
69
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain itu tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut denfan
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heterokedastisitas. (Nachrowi, 2008:108)
Untuk melacak keberadaan heterokedastisitas dalam penelitian ini
digunakan uji white. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
Hipotesis : H0 : Model tidak terdapat Heterokedastisitas
H1 : Model terdapat Heterokedastisitas
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat heterokedastisitas. Sebaliknya jika probabilitas
Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat
heterokedastisitas. Jika model tersebut harus ditanggulangi melalui
transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi
dengan variabel independen yang mengandung heterokedastisitas.
70
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi diantara anggota
observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala) atau ruang
(seperti data lintas-sektoral)”. (Gujarati,2006:147)
Menurut Nachrowi (2006:183) dalam berbagai studi ekonometrika,
data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data
tersebut, ternyata data time series menimpan berbagai permasalahan, salah
satunya yaitu autokorelasi. Autokorelasi merupakan penyebab yang akibat
data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka
autokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi
data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan tranformasi
data untuk menghilangkan autokorelasi.
Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga
digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau yang disebut Uji
Breusch-Goldfrey dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared
dengan α = 0.05. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut (Gujarati,
2006:147)
Hipotesis : H0 : Model tidak terdapat Autokorelasi
H1 : Model terdapat Autokorelasi
Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, H0 diterima
71
Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak Signifikan, H0 ditolak
Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model
tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih
kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi.
2. Uji Statistik
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan Excel 2007 dan
Eviews 6. Dalam pengujian ini menggunakan Uji Statistik meliputi Uji-t dan
Uji-F.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
(independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada tingkat
signifikan 0.05 (5%) dengan menganggap variabel bebas bernilai konstan.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t yaitu dengan
pengujian, yaitu : (Nachrowi, 2006:17)
Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak
ada pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
72
H1 : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada
pengaruh yang signifikan dari variabel terikat.
Bila probabilitas α > 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (H0 terima, H1 tolak)
Bila probabilitas α < 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat (H0 tolak, H1 terima).
b. Uji Fisher (Uji-F)
Uji Fisher (Uji-F) digunakan untuk mengetahui apakah seluruh
variabel bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikan 0.05 (5%). Pengujian
semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan uji-F
dengan pengujian, yaitu (Nachrowi, 2006:16)
Hipotesis : H0 : βi = 0 artinya secara bersama-sama tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
H1 : βi ≠ 0 artinya secara bersama-sama ada pengaruh
yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.
73
Bila probabilitas α > 5% → variabel bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat.
Bila probabilitas α < 5% → variabel bebas signifikan atau mempunyai
pengaruh terhadap variabel terikat.
3. Uji Koefisien Determinasi
Menurut Ajija (2011:34) Uji koefisien determinasi koefisien R2
(adjusted R-squared). Koefisien determinasi ini menunjukkan kemampuan
garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y yang dapat dijelaskan
oleh variabel bebas X. Nilai koefisien R2 (adjusted R-squared) berkisar
antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin baik.
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, criteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas. (Sugiono: 2013). Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah DPK.
DPK menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah dana yang
dipercayakan oleh masyarakat kepada bank atas dasar perjanjian tabungan
dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lainnya.
Data yang operasional yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
74
Bank Indonesia yaitu Statistik Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan
bulanan, yaitu dari tahun 2010-2013 yang dinyatakan dalam milyar rupiah.
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen identik dengan variabel bebas, penjelas, explanatory
variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai variabel prediktor atau
penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel dependen
(Kuncoro,2009). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
sebagai berikut :
a. Inflasi (X1)
Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan
terus menerus. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yaitu Statistik
Perbankan Syariah berdasarkan perhitungan bulanan, yaitu dari 2010 -2013
yang dinyatakan dalam bentuk persentase.
b. Kurs (X2)
Kurs adalah Nilai tukar atau catatan (quotation) harga pasar dari mata
uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic
currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata
uang asing. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini diambil
dari data yang dikeluarkan oleh bank Indonesia, yaitu Statistik Ekonomi
Moneter Indonesia (SEMI) berdasarkan perhitungan bulanan Data yang
75
diambil berdasarkan Bank Indonesia periode 2010 – 2013 yang dinyatakan
dalam Ribu Rupiah.
c. Nisbah Bagi Hasil(X3)
Nisbah Bagi Hasil (NBH) adalah suatu sistem pengolahan dana dalam
perekonomian Islam yakni pembagian hasil usaha antara pemilik modal
(sahibul maal) dan pengelola (mudharib) dalam hal ini nasabah adalah
sebagai pemilik modal dan bank adalah sebagai pengelola. Data yang
diambil berdasarkan data Bank Indonesia periode 2010 – 2013 dengan
bentuk persentase.
76
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Bank Syariah
Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi
utama, yaitu penerimaan simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Hampir dapat dipastikan bahwa
pengelolaan dana bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah sudah
dikenal sejak pra-Islam. Di Timur Tengah, kemitraan bisnis dengan tehnik
mudharabah dapat dijadikan pengganti tingkat suku bunga sebagai cara
untuk membiayai aktivitas ekonomi. Islam datang, transaksi keuangan yang
berbasis bunga dilarang dan semua dana yang harus dikelola dengan sistem
bagi hasil.
Konsep teoritis mengenai bank Islam muncul pertama kali pada tahun
1940-an, dengan gagasan mengenai perbankan berdasarkan bagi hasil.
Berkenaan dengan ini, dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari beberapa
penulis, antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem siddiqi (1948), dan
Mahmud Ahmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai
pendahuluan perbankan Islam ditulis oleh Ulama besar Pakistan yakni Abul
77
A’la Al-Maududi (1961) serta Muhammad Hamidullah (1944-1963).
Maududi Uzair merupakan seorang perintis teori perbankan Islam dengan
karyanya yang berjudul: A Groundwork for Interest Free Bank (Sutan
Remy: 1999 :4).
Beroperasinya Mit Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun
1963 merupakan tonggak sejarah perkembangan sistem perbankan Islam.
Pada Tahun 1967 pengoperasian Mit Ghamr Local Saving Bank diambil oleh
National Bank of Egypt dan Bank Sentral Mesir disebabkan adanya
kekacauan politik. Di Yordania berdiri Bank Islam Yordania dan kemudian
disusul berdirinya Bank Sosial Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga
IDB (Islamic Development Bank) dan Bank Islam Dubai di Arab Saudi,
berdiri atas prakarsa dari sidang menteri luar negeri yang mana dalam sidang
tersebut diusulkan penghapusan sistem keuangan berdasarkan bunga dan
menggantinya dengan sistem bagi hasil.
Tahapan kedua, periode perkembangan di tahun 1976 sampai awal
1980an, ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah Teluk Arab
ke Asia (Timur) dan selanjutnya ke Eropa (Barat). Pada tahapan ketiga,
periode dimana perbankan Islam telah mengalami kemajuan yaitu sekitar
tahun 1983 hingga kini. Pada tahun 1983 di Malaysia berdiri Bank Islam
Malaysia Berhad lalu disusul dengan berdirinya Lembaga Keuangan
perseroan perbaikan investasi (al rajhi) di Arab Saudi dan Al-
BarakahTurkish Finance House di Turki pada tahun 1985.
78
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam
berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980an telah banyak diskusi
mengenai Bank Syariah sebagai pilar ekonomi Islam.Baru dimulai pada
tahun 1990.
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Ide pendirian Bank Syariah di Indonesia sudah ada sejak tahu 1970-
an. Dimana pembicaraan mengenai bank syariah muncul pada seminar
hubungan Indonesia-Timur Tengah pada 1974 dan pada tahun 1976 dalam
seminar yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu
Kemasyarakatan (LSIK) dan Yayasan Bhineka Tunggal Ika (Yusdani 2005:
2). Pemikiran tentang perlunya umat Islam Indonesia memiliki perbankan
Islam sendiri mulai berhembus sejak itu. seiring munculnya kesadaran baru
kaum Intelektual dan cendikiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi
masyarakat. Pada awalnya memang terjadi perdebatan yang melelahkan
mengenai hukum bunga bank dan hukum zakat vs. pajak dikalangan para
ulama, cendikiawan, dan intelektual muslim.
Namun, ada beberapa alasan yang menghambat terealisasi ide
pendirian bank Syariah ini. alas an tersebut antara lain; pertama, operasi
bank syariah belum diatur kala itu dan tidak sejalan dengan undang-undang
pokok perbankan yang berlaku, yakni UU No. 14 1967. Kedua dari segi
politis bank syariah berkonotasi ideologis, oleh karena itu tidak dikehendaki
pemerintah. Ketiga, masih dipertanyakan siapa yang akan menaruh modal
79
dalam ventura semacam itu, sementara pendirian bank baru dari Timur
Tengah masih dicegah, antara lain pembatasan bank asing yang ingin
membuka kantornya di Indonesia(Dawam Rahardjo 1999)
Soemitra (2009:62) Pada tahun 1998 keluar UU No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 yang mengakui keberadaan Bank
Syariah dan Bank Konvensional serta memperkenalkan Bank Konvensional
membuka kantor cabang syariah. Hingga pada tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disahkan yang memberikan landasan hukum industri
perbankan syariah nasional dan diharapkan mendorong perkembangan bank
syariah yang selama lima tahun terakhir asetnya tumbuh 65% per tahun
namun pasarnya (market share) secara Nasional masih dibawah 5%.
Undang-undang secara khusus mengenai perbankan syariah, baik secara
kelembagaan maupun kegiatan usaha. Beberapa lembaga hukum baru
diperkenalkan dalam UU No. 21/2008, antara lain yakni menyangkut
pemisahan (spin-off) UUS baik secara sukarela maupun wajib dan Komite
Perbankan Syariah. Terdapat beberapa PBI (Peraturan Bank Indonesia) yang
secara khusus merupakan peraturan pelaksana dari Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan telah diundangkan hingga saat
ini antara lain :
1) PBI No. 10/16/PBI/2008 tentang Perubahan Atas PBI No.
9/19/PBI/2007 tentang Pelaksaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan
80
Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank
Syariah.
2) PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah.
3) PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank
Syariah.
4) PBI No. 10/23/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum dalm Rupiah dan Valuta
Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah.
5) PBI No. 10/24/PBI/2008 tentang Perubahan Kedua Atas PBI No.
8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
6) PBI No. 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
7) PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank Umum Syariah.
Kini Perbankan Syariah telah mengalami perkembangan, pertumbuhan
bank syariah saat ini menunjukkan besarnya permintaan masyarakat
terhadap jasa perbankan syariah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah
bank yang signifikan dari jaringan kantor maupun kinerja keuangan
perbankan syariah selama tahun 2011, jumlah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami peningkatan.
81
Kondisi perbankan syariah pada tahun-tahun selanjutnya diperkirakan
akan terus membaik. Ini terbukti dari masih tingginya minat masyarakat
terhadap perbankan syariah. Dalam rangka peningkatan jangkauan melalui
kemudahan untuk membuka kantor pelayanan, diharapkan dapat
memberikan pengaruh pada minat masyarakat. Disisi lain, secara
Internasional peluang memanfaatkan investasi asing, khususnya dari Timur
Tengah ke dalam sistem perekonomian Indonesia masih terbuka lebar.
3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat,
dalam arti masyarakat sebagai individu, rumah tangga, perusahaan,
pemerintah, koperasi, yayasan dan lain-lain. Pada sebagian besar atau setiap
bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang dimiliki oleh bank.
Sementara dana pihak ketiga bank syariah memiliki definisi yang mirip
dengan dana pihak ketiga pada umumnya, hanya saja dana pihak ketiga bank
syariah mengikuti prinsip-prinsip syariah dalam setiap aspeknya, mulai dari
macam produk, jenis akad hingga ketepatan margin atau keuntungan yang
berhak diperoleh pihak bank.
. Di bawah ini adalah gambar perkembangan DPK Bank Syariah di
Indonesia dari periode Desember tahun 2010 sampai dengan Juli tahun
2013.
82
Gambar 4.1
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia
Periode Desember 2010– Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
Dapat dilihat dari gambar 4.1 diatas perkembangan DPK bank syariah
secara umum di Indonesia terus mengalami peningkatan disetiap periodenya.
Hal ini menunjukkan indikasi positif yang ditinjau dari kemajuan pencapaian
visi pengembangan yang ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga percepatan
pertumbuhan DPK bank syariah akan lebih mudah untuk tercapai. Kemudian
perkembangan DPK yang stabil dengan pola kenaikan yang konsisten
menunjukkan perkembangan DPK bank syariah merupakan keunggulan bagi
performa bank syariah di Indonesia.
DPK perbankan syariah merupakan pool dana dari masyarakat melalui
produk-produk penghimpunan dana Bank syariah. Yaitu, Giro Wadiah,
Tabungan Wadiah, Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah. DPK
83
yang telah dihimpun oleh bank akan dialokasikan untuk kegiatan yang
diperbolehkan oleh syariah, untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu
pengalokasian DPK mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah
mencapai tingkat profitabilitas yang diharapkan, tingkat resiko yang rendah,
dan mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
likuiditas bank tetap aman.
Berdasakan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga Perbankan Syariah di Indonesia yang
berhasil dihimpun oleh bank-bank syariah di seluruh Indonesia mencapai
nilai tertinggi pada tahun-tahun terakhir yang sesuai dengan data adalah pada
bulan Juli 2013 yang mencapai angka 166.453 milyar rupiah. Penghimpunan
dana pihak ketiga tersebut tidak pernah mengalami nilai terendah pada sejak
periode awal penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap jasa layanan keuangan bank syariah meningkat seiring
dengan peningkatan mutu dan pelayanannya.
Perbankan Syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
dan positif sampai dengan akhir tahun 2013. Dimana dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun seluruh perbankan syariah di Indonesia nilainya terus
merambat naik. Kenaikan jumlah penghimpunan dana pihak ketiga memang
mengalami fluktuasi, akan tetapi tren yang diperlihatkan adalah
kecenderungan menaik dari setiap periodenya. Hal ini dapat dilihat dari
84
gambar 4.1 yang kurva tersebut menggambarkan pola yang menaik sebagai
bentuk peningkatan jumlah kuantitas dana pihak ketiga yang dihimpun.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia periode
Desember 2010– Juli 2013 mengalami tren peningkatan yang positif dan
terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dengan kata lain
penghimpunan dana pihak ketiga melalui bank syariah mengalami
perkembangan yang cukup pesat.
Jika dilihat, pada tahun 2010 dan setelahnya merupakan tahun yang
penuh tantangan bagi perbankan syariah akibat adanya kenaikan harga
minyak dunia serta krisis keuangan yang bermula dari permasalahan
subprime mortgage pada tahun sebelumnya yang telah mengganggu
stabilitas keuangan, baik di negara-negara maju maupun negara
berkembang.Walaupun telah memberikan imbas terhadap ketahanan sistem
keuangan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga mempengaruhi industri
perkembangan syariah.Disamping itu, industri perkembangan syariah dapat
menghadapi tekanan yang cukup berarti dengan daya tahan sangat baik
hingga dapat meningkatkan fungsi intermediasi perbankan syariah yang
terus berjalan efektif. Terbukti dari komposisi DPK industri perbankan
syariah yang didominasi pembiayaan kepada sektor riil mengalami
peningkatan volume usaha pada juli 2013 mencapai 4.260.883 juta rupiah.
85
Pada tahun 2013, DPK perbankan syariah tumbuh sebesar 48,6%
yang pada akhir tahun mencapai 166.453 milyar rupiah. Hal ini antara lain
didorong oleh kinerja sektor riil yang membaik dan aktivitas industri
perbankan syariah yang semakin meningkat. Selain itu dengan mulai
ekspansinya Bank Umum Syariah baru yang berdiri ditahun sebelumnya.
4. Perkembangan Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga yang naik secara umum dan
terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan pada
sebagian besar dari harga-harga barang lain. ( Boediono, 2001:161). Jika
inflasi mengalami fluktuasi, maka kegiatan perekonomian akan cenderung
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi. Dampak dari kenaikan inflasi
menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, Dikarenakan nilai riil pada
mata uang mengalami penurunan. Dan dengan adanya kenaikan tingkat
inflasi dapat menyebabkan ketertarikan masyarakat dalam menabung atau
menginvestasikan dananya di bank menjadi lesu.
Data Inflasi yang digunakan yaitu periode Desember 2010 sampai
dengan Juli tahun 2013.
86
Gambar 4.2
Perkembangan Inflasi di Indonesia periode Desember 2010 - Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
Dari gambar 4.2 diatas kita dapati inflasi terus mengalami fluktuasi
yang drastis dimana adakalanya inflasi berada di titik terendah kemudian tiba-
tiba di periode berikutnya berada di titik yang tinggi. Dari data sampel yang
diteliti ditemukan inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli 2013 yaitu mencapai
angka 8,61% dan terendah berada di bulan Februari 2012 dengan angka
inflasi sebesar 3,56%. Kenaikan inflasi pada bulan Juli disebabkan karena
gangguan dari sisi pasokan, khususnya bahan pangan, memberikan tekanan
yang cukup besar terhadap inflasi hal ini kemungkinan terjadi karena bulan
tersebut bertepatan dengan bulan Ramadhan dan Iedul Fitri, sehingga inflasi
tercatat lebih tinggi dari target yang ditetapkan (Bank Indonesia, 2011),
sedangkan penurunan inflasi di bulan Februari 2012 sebesar 3,56%
disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi lebih banyak ditopang oleh
permintaan domestik yang tetap kuat. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi
87
makro dan sistem keuangan yang kondusif sehingga memungkinkan sektor
rumah tangga dan sektor usaha melakukan kegiatan ekonominya dengan lebih
baik. Selain itu, kuatnya permintaan domestik di tengah melemahnya kinerja
ekspor menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan
(Bank Indonesia, 2012).
Inflasi adalah proses peningkatan harga secara umum dan terus
menerus. Indikator yang digunakan untuk melihat laju inflasi adalah indeks
harga konsumen yang merupakan indeks harga rata-rata tertimbang dari IHK
dibeberapa ibu kota propinsi yang dihitung dengan menggunakan jumlah
rumah tangga di masing-masing kota sebagai pembimbing.
Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam
perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi
ekonomi makro yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan
ketidakstabilan perekonomian yang pada akhirnya hanya akan memperburuk
kinerja perekonomian suatu negara. Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi
maupun nilai tukar, sangat penting untuk mendukung pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai mata uang
yang stabil menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan dunia usaha dalam
melakukan kegiatan ekonomi bank konsumsi maupun investasi sebagai
perekonomian nasional dapat bergairah lebih dari itu. Inflasi terkendali dan
rendah dapat mendukung terpeliharanya daya beli masyarakat, khususnya
yang berpendapatan tetap seperti pegawai negeri dan masyarakat kecil.
88
Demikian pula inflasi dan nilai tukar yang tidak stabil akan mempersulit dunia
usaha dalam merencanakan kegiatan bisnis, baik dalam kegiatan produksi,
investasi, maupun dalam penentuan harga dan jasa yang dihasilkan.
Pengalaman Indonesia dengan terjadinya krisis nilai tukar sejak tahun 1997
menunjukkan betapa penting mencapai dan menjaga laju inflasi yang rendah
dan nilai tukar yang stabil.
5. Perkembangan Kurs
Nilai tukar (exchange rate) adalah harga mata uang suatu negara
terhadap mata uang negara lain (salvatore, 1997: 9). Setiap negara
mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing
berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta
asing. Sifat kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual
beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas
berubah sesuai dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin,
1987:77).
Menurut Boediono (1987:75) kurs (exchange rate) antara dua negara
adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling
melakukan perdagangan. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar
rupiah terhadap dollar AS dinyatakan dalam ribuan rupiah/USD dan kurs
yang digunakan adalah kurs rill. Perkembangan nilai tukar periode
Desember 2010-Juli 2013.
89
Gambar 4.3
Perkembangan Kurs di Indonesia periode Desember 2010– Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
Dari gambar 4.3 diatas kita dapat melihat jika kurs cenderung
fluktuatif. Hal ini dapat kita cermati dari naik turunnya nilai tukar rupiah
terhadap Dollar Amerika (USD) yang terjadi setiap waktu. Nilai kurs pada
bulan Juli 2013 menyentuh angka Rp. 10.278 per satu Dollar dan sejak bulan
Desember 2010 harga terendah rupiah terhadap Dollar terjadi pada bulanJuli
2011 dengan harga per satu dollar sebesar Rp. 8508 .
Depresiasi Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, dapat
menyebabkan capital outflow atau pelarian modal masyarakat keluar negeri
karena jika dibandingkan dengan mata uang negera lain maka exspektasi
return investasi di Indonesia lebih rendah. Sedangkan dari sudut pandang
nasabah korporasi, depresiasi rupiah terhadap mata uang Hard Curencies akan
mengakibatkan meningkatnya biaya produksi akibat kenaikan harga bahan
mentah.
90
ada beberapa faktor utama yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai
tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing, faktor tersebut
diantaranya adalah karena laju inflasi relative maksudnya perdagangan
internasional baik dalam bentuk jasa maupun barang menjadi dasar yang
utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan dalam negeri yang
relative terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang
mempengaruhi pergerakan nilai kurs.
Faktor selanjutnya yang mempengaruhi naik turunnya tingkat kurs
adalah laju pertumbuhan riil terhadap harga luar negeri. Laju pertumbuhan di
dalam negeri di perkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedang
pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing
relative dibandingkan dengan supply yang tersedia.
Faktor lainnya adalah suku bunga relative kenaikan suku bunga akan
mengakibatkan aktifitas dalam negeri menjadi lebih menarik bagi para
penanam modal maupun luar negeri. Terjadinya penanaman modal cenderung
akan mengakibatkan naiknya nilai mata uang yang semuanya tergantung pada
besarnya perbedaan tingkat suku bunga di dalam dan di luar negeri, maka
perlu di lihat mana yang lebih murah. Dengan demikian sumber dari
perbedaan itu akan menyebabkan terjadinya kenaikan kurs mata uang asing
terhadap kurs mata uang dalam negeri.
91
6. Perkembangan Nisbah Bagi Hasil (NBH)
Nisbah bagi hasil adalah keuntungan/hasil yang diperoleh dari
pengelolaan dana baik investasi maupun transaksi jual beli yang diberikan
kepada nasabah dengan persyaratan tertentu. ( Syafi’i Antonio, 2001)
Nisbah Bagi Hasil dalam Bank syariah adalah proporsi bagi hasil
antara nasabah dan bank syariah. Jika nisbah bulanan NBH tabungan IB
sebesar 65:35. Itu artinya nasabah akan mendapatkan 65% dar return
investasi yang dihasilkan oleh bank syariah melalui pengelolaan dana-dana
dari masyarkat di sector riil. Sedangkan bank akan bagi hasil mendapatkan
35% (Bank Indonesia).
Gambar 4.4
Perkembangan Nisbah Bagi Hasil di Indonesia periode Desember 2010 -
Juli 2013
Sumber : Bank Indonesia (Diolah)
92
Pada tahun 2011 nisbah bagi hasil juga cenderung mengalami
penurunan yaitu dari 3,61% menjadi 2,76% hal ini diakibat karena SBI juga
mengalami penurunan. Tetapi dalam hal ini DPK khususnya tabungan
mudharabah setiap bulannya tetap mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan
karena masyarakat ingin menabung dan sekaligus berinvestasi secara Islami
serta dalam setiap transaksinya tidak mengandung unsur riba. Dan begitu pula
yang terjadi pada Januari sampai April 2010 nisbah bagi hasil mencapai dari
2,44 % menjadi 1,84% mengalami penurunan tetapi tidak begitu berpengaruh
terhadap peningkatan DPK di bulan yang sama.
B. Analisis Data dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder deret
waktu (time series) yang berbentuk manual mulai Desember tahun 2010– Juli
tahun 2013. Penelitian mengenai DPK perbankan syariah disini menggunakan
data pada perbankan syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (variabel
tidak bebas).Sedangkan variabel independen terdiri dari Inflasi, Kurs, dan Nisbah
Bagi Hasil Bank Syariah. Keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan
penelitian diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK).
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang digunakan
oleh peneliti sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary Least Square
93
(OLS). Model OLS merupakan metode estimasi yang sering digunakan untuk
mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi sampel (Ajija, 2011:23).
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan Microsoft
Excel 2007 dan Eviews6 untuk mempercepat hasil yang dapat menjelaskan
variabel-variabel yang akan diteliti. Pembahasan dilakukan dengan uji asumsi
klasik, uji statistik dan uji determinasi.
1. Uji Asumsi klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika
probability lebih besar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini
tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain data
terdistribusi normal. Sebaliknya, jika nilai probability lebih kecil dari
nilai derajat kesalahan α = 0.05, maka dalam penelitian ini ada
permasalahan normalitas atau dengan kata lain data tidak terdistribusi
normal.
94
Tabel 4.1
Uji Normalitas Jarque-Bera
Sumber : output Eviews 6 yang diolah
Berdasarkan tabel 4.1 menggambarkan bahwadata dalam penelitian
ini berdistribusi normal. Terlihat dari nilai probability sebesar 0.509454
yang lebih besar dari derajat kepercayaan 0.05 (5%) dan nilai Jarque-
Bera sebesar 1.348833 kurang dari 2 sehingga dapat dinyatakan
signifikan. Menurut Winarno (23:2009) menyatakan bahwa jika nilai
dari Jarque-Bera benilai lebih kecil dari 2 dan Probability bernilai lebih
dari 0.05 (5%) maka data dapat dikatakan hasil regresi tersebut sudah
berdistribusi normal dan H0 diterima. Apabila data sudah normal, maka
data tersebut menghasilkan estimasi linear tidak bias atau biasa disebut
BLUE (Best Linier Unbased Estimator).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.2 -0.1 -0.0 0.1
Series: Residuals
Sample 1 32
Observations 32
Mean -5.55e-15
Median 0.015245
Maximum 0.160347
Minimum -0.221161
Std. Dev. 0.097091
Skewness -0.452725
Kurtosis 2.562069
Jarque-Bera 1.348833
Probability 0.509454
95
Menurut Nachrowi (2006:71) yang berarti model regresi tidak
mengandung masalah dan bisa dilanjutkan pada uji selanjutnya.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel
independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel
independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel
independen dapat diputuskan apakah data terkena multikolinearitas atau
tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel
independen. Jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinearitas,
dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel independen dengan variabel dependen. Hasil pengujian
multikolinearitas menggunakan uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Uji Correlation Matrix LNINFLASI LNKURS LNNBH
LNINFLASI 1 0.03756810015406589 0.4799005900212134
LNKURS 0.03756810015406589 1 0.06077932983680733
LNNBH 0.4799005900212134 0.06077932983680733 1
Sumber : output Eviews6 yang diolah
96
Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji multikolinearitas
dengan Correlation Matrix menunjukkan bahwa korelasi antar variabel
independen LN(INFLASI) dan LN(KURS) maupun sebaliknya sebesar
0,03756810015406589, antara LN(INFLASI) dan LN(NBH) maupun
sebaliknya sebesar 0.4799005900212134, antara LN(KURS) dan
LN(NBH) maupun sebaliknya sebesar 0.06077932983680733
Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi dari masing-masing
variabel independen dibawah atau lebih kecil dari 0.8 sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima, bahwa data tersebut terbebas dari
multikolinieritas dan model Ordinary Least Square (OLS) yang
dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala multikolinieritas. Dan
oleh sebab itu penelitian dapat dilanjutkan ke pengujian selanjutnya
yaitu uji Heterokedastisitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut Denfan
Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas
atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Nachrowi, 2008:109).Metode
yang digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada
penelitian ini adalah Uji White.
97
Tabel 4.3
Uji White Heteroskedasticity Test
F-Statistic 2.006388 Prob. F 0.091561
Obs*R-Squared 0.411028 Prob. Chi Square 0.1067
Sumber : output Eviews6 yang diolah
Dari tabel 4.3 diatas diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar
0.411028 dan Probabilitas Chi-Square sebesar 0.1067 yang lebih besar
dari tingkat kepercayaan sebesar 0.05 (5%) sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas atau H0 diterima.
Dan oleh karena itu penelitian dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya yaitu
uji Autokorelasi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada
korelasi antara kesalahan pada periode waktu yang lain. Untuk
mendeteksi masalah autokorelasi digunakan uji Langrange Multiplier
(LM-Test).Uji ini sangat berguna untuk mengidentifikasi masalah
autokorelasi tidak hanya pada derajat pertama (first order) tetapi juga
digunakan pada tingkat derajat.
Uji autokorelasi dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi-Square.Jika
probabilitas Chi-Square lebih besar dari tingkat signifikan 5% maka
98
tidak terdapat autokorelasi dan sebaliknya jika probabilitas Chi-Square
lebih kecil dari 5% maka terdapat autokorelasi.
Tabel 4.4
Uji Langrange Multiple Test
F-Statistic 2.015599 Prob. F 0.0527
Obs*R-Squared 0.709936 Prob.Chi-Square 0.0650
Sumber : output Eviews6 yang diolah
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa nilai Obs*R2 sebesar
0.709936 dan nilai Probabilitas Chi-Square 0.0650 yang lebih besar dari
nilai 0.05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan data tersebut
tidak terdapat masalah autokorelasi.
2. Uji Statistik
Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan
menggunakan program aplikasi komputer Eviews6 dengan menggunakan
metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang
ditampilkan pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Koefisien t-Statistik Probabilitas
C -30.26241 -9.157127 0.0000
LN(INFLASI) -0.326163 -3.309462 0.0026
99
LN(KURS) 4.503540 12.48257 0.0000
LN(NBH) 0.054650 0.692322 0.4944
F-Statistik 54.86537
Probabilitas (F-stat) 0.000000
Adjusted R-squared 0.839041
Durbin-Watson stat 0.475833
Sumber : output Eviews 7.0 yang diolah
Dari tabel 4.5 diatas, maka dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut :
LN(DPK) = -30.26241 -0.326163 LN(INFLASI) + 4.503540 LN(KURS) +
0.054650 LN(NBH)
1) Jika segala sesuatu variabel independen dianggap konstan atau
bernilai nol, artinya variabel independen tidak terjadi kenaikan atau
penurunan maka besarnya nilai DPK adalah sebesar - 30.26241
persen
2) Nilai koefisien regresi inflasi sebesar -0.326163 persen yang berarti
setiap peningkatan inflasi sebesar 1 persen maka akan menurunkan
DPK sebesar -0.326163 persen atau DPK menurun.
3) Nilai koefisien regresi dana pihak ketiga kurs sebesar 4.503540
persen yang berarti setiap peningkatan kurs sebesar 1 persen maka
akan meningkatkan DPK sebesar 4.503540 persen.
100
4) Nilai koefisien regresi NBH sebesar 0.054650 persen yang berarti
setiap peningkatan NBH 1 persen maka tidak akan meningkatkan
DPK sebesar 0.054650 persen.
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)
variabel-variabel independen (LNINFLASI, LNKURS, LNNBH)
terhadap variabel dependen yaitu LNDPK. Salah satu cara untuk
melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel uji
statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikan α
= 0.05 berarti variabel independen secara parsial (individu)
mempengaruhi variabel dependen.
Dari hasil tabel 4.5 bahwa didapatkan dari uji statistik t yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh t-statistik untuk inflasi terhadap DPK.
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh t-hitung sebesar -3.309462
dengan tingkat signifikan 0.0026. Karena tingkat signifikan lebih
kecil dari 0.05 maka secara parsial inflasi berpengaruh secara
signifikan dan negatif terhadap DPK.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang berjudul “ Analisis
Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai Tukar Terhadap
Dana Pihak Ketiga Perbankan syariah di Indonesia 2008-2012” oleh
101
Abida Muttaqiena (2013) menyatakan bahwa Inflasi terhadap DPK
bank syariah secara parsial berpengaruh signifikan dengan arah
koefisien negatif. Hal ini sesuai dengan teori dimana inflasi “ akan
mengurangi hasrat masyarakat menabung sehingga pertumbuhan
dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun”
(Pohan, 2008b:52).
b) Pengaruh t-statistik untuk nilai Kurs terhadap DPK.
Berdasarkan pada tabel 4.5 diperoleh hasil t-hitung sebesar
12.48257 dengan tingkat signifikan 0.0000. Karena tingkat signifikan
lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial Kurs berpengaruh secara
signifikan positif terhadap DPK.
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul“ Analisis Pengaruh
Nilai Kurs, Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap DPK
Bank Devisa di Indonesia (Periode Triwulan I 2003 – Triwulan III
tahun 2008)”, yang ditulis oleh Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra.
dengan variabelnya Kurs, Inflasi dan Suku Bunga. Menunjukkan
bahwa Kurs berpengaruh positif terhadap DPK 10 Bank devisa. Dan
dapat disimpulkan apabila tingkat kurs naik sebanyak 1% maka DPK
di 10 Bank Devisa naik sebesar 47.382,476 juta. Dengan begitu
ketika nilai per satu dollar meningkat maka akan meningkatkan DPK
di bank Syariah. Hal ini kemungkinan terjadi karena masyarakat
lebih memilih menyimpan uangnya di bank Syariah saat harga dollar
102
naik ketimbang membelanjakannya, karena harga terutama yang di
import mengalami kenaikan harga.
c) Pengaruh t-statistik untuk Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap DPK.
Berdasarkan pada tabel 4.5 diperoleh hasil t-hitung sebesar
0.692322 dengan tingkat signifikan 0.4944. Karena tingkat signifikan
lebih besar dari 0.05 maka secara parsial NBH tidak berpengaruh
secara signifikan positif terhadap DPK.
Hal ini didukung oleh penelitian Mohammad Nurdian Farikh
dengan penelitiannya yang berjudul “ Faktor-faktor yang
Mempegaruhi dana Pihak ketiga Bank Syariah dan Konvensional di
Indonesia”. Dengan variabelnya Inflasi, SBI, IHSG, m2, tingkat
bunga tabungan Bank konvensional dan tingkat bagi hasil Bank
Syariah. Dari penelitian ini dinyatakan bahwa tingkat bagi hasil
tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK Bank syariah hal ini
merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki
ketahanan secara prinsip terhadap nilai-nilai relijius dimana
hubungan antara nasabah dan banker merupakan tolong menolong
dan tidak dilandasi saja oleh faktor financial,
103
b. Uji Fisher (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (lninflasi, lnkurs, lnNBH) secara simultan (bersama-sama)
terhadap variabel dependen yaitu DPK.
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil F-statistik sebesar 54.86537
dengan nilai probabilitas (F-stat) sebesar 0.000000.Karena probabilitas
(F-stat) lebih kecil dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa inflasi, kurs
dan NBH secara bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap DPK.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R2 yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi
terbaik. Dikarenakan dalam penelitian ini menggunakan lebih dari satu
variabel independen.
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai
Adjusted R-Squared sebesar 0.839041, hal ini menunjukkan bahwa variasi
variabel dependen (DPK) secara bersama-sama mampu dijelaskan oleh
variasi variabel independen (inflasi, kurs, NBH) sebesar 83,9 persen.
Sedangkan sisanya sebesar 16,1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar
variabel yang diteliti.
104
C. Pembahasan Analisis Ekonomi
Dari hasil analisis regresi berganda menunjukkan dari ketiga variabel
tersebut Inflasi, Kurs, Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) perbankan syariah.
Variabel X yang berpengaruh signifikan negativ adalah Inflasi. Hal ini
ditunjukan dengan diperolehnya t-hitung sebesar -3.309462 dengan tingkat
signifikan 0.0026. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara
parsial inflasi berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap DPK. Hal ini
sesuai dengan teori dimana inflasi “ akan mengurangi hasrat masyarakat
menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari
masyarakat akan menurun” (Pohan, 2008b:52). Tingkat inflasi akan sangat
mengganggu kestabilan ekonomi terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan
tetap dimana akan terjadi pengeluaran yang lebih sedangkan pendapatan tetap,
jika hal demikian terjadi maka dapat disimpulkan dana untuk di tabung menjadi
sedikit atau bahkan tidak ada dana untuk ditabung di Bank.
Variabel X selanjutnya adalah kurs. Kurs terhadap DPK berpengaruh
positif, diperoleh hasil t-hitung sebesar 12.48257 dengan tingkat signifikan
0.0000. Karena tingkat signifikan lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial Kurs
berpengaruh secara signifikan positif terhadap DPK.
105
Pada penelitian sebelumnya yang berjudul“ Analisis Pengaruh Nilai Kurs,
Tingkat Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap DPK Bank Devisa di
Indonesia (Periode Triwulan I 2003 – Triwulan III tahun 2008)”, yang ditulis
oleh Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra. dengan variabelnya Kurs, Inflasi dan
Suku Bunga. Menunjukkan bahwa Kurs berpengaruh positif terhadap DPK 10
Bank devisa. Dan dapat di simpulkan apabila tingkat kurs naik sebanyak 1%
maka DPK di 10 Bank Devisa naik sebesar 47.382,476 juta. Dengan begitu
ketika nilai per satu dollar meningkat maka akan meningkatkan DPK di bank
Syariah. Hal ini kemungkinan terjadi karena masyarakat lebih memilih
menyimpan uangnya di bank Syariah saat harga dollar naik ketimbang
membelanjakannya, karena harga terutama yang di import mengalami kenaikan
harga.
Artinya meskipun kurs relatif fluktuatif para nasabah tetap menabung
atau menitipkan dananya di bank syariah sehingga meningkatkan DPK,
diantaranya melalui deposito mudharabah, tabungan mudharabah dan giro
wadiah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang
cukup besar dalam hal menabung atau menitipkan uangnya pada bank syariah
sekalipun kurs rupiah terhadap dollar meningkat.
Sedangkan Nisbah Bagi hasil (NBH) tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPK perbankan syariah. diperoleh hasil t-hitung sebesar 0.692322
dengan tingkat signifikan 0.4944. Karena tingkat signifikan lebih besar dari 0.05
106
maka secara parsial NBH tidak berpengaruh secara signifikan positif terhadap
DPK.
Hal ini didukung oleh penelitian Mohammad Nurdian Farikh dengan
penelitiannya yang berjudul “ Faktor-faktor yang Mempegaruhi dana Pihak
ketiga Bank Syariah dan Konvensional di Indonesia”. Dengan variabelnya
Inflasi, SBI, IHSG, m2, tingkat bunga tabungan Bank konvensional dan tingkat
bagi hasil Bank Syariah. Dari penelitian ini dinyatakan bahwa tingkat bagi hasil
tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK Bank syariah. hal tersebut
merupakan sinyal bahwa nasabah perbankan syariah memiliki ketahanan secara
prinsip terhadap nilai-nilai relijius dimana hubungan antara nasabah dan banker
merupakan tolong menolong dan tidak dilandasi saja oleh faktor financial,
artinya besar kecilnya nilai NBH tabungan Perbankan syariah tidak akan
mempengaruhi besar kecilnya pada DPK perbankan syariah, dikarenakan
masyarakat lebih tertarik karena keamanannya dan ketaatan beragamanya
ketimbang nisbah bagi hasil tabungan untuk menyimpan dananya di perbankan
syariah. Mengingat kondisi negara Indonesia adalah negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Jadi, faktor tersebut itu juga yang dapat
mempengaruhi tingkat DPK pada bank syariah.
Bagi perbankan syariah Dana Pihak Ketiga itu sangat penting dan vital
dimana apabila jumlah tingkat DPK itu menurun maka akan berpengaruh juga
pada penurunan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia dan akan
107
menyebabkan penurunan profitabilitas perbankan syariah kemudian pada
akhirnya akan melemahkan perkembangan juga pertumbuhan perbankan syariah
di Indonesia, begitupun sebaliknya.
108
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Inflasi,
Kurs, dan Nisbah Bagi Hasil terhadap Dana Pihak Ketiga perbankan syariah
di Indonesia pada periode Desember 2010-Juli 2013.
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Hasil dari regresi OLS
(Ordinary Least Square) dari penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh
Inflasi, Kurs dan Nisbah Bagi Hasil (NBH) terhadap Dana Pihak Ketiga
(DPK) di Indonesia Periode Desember 2010 – Juli 2013”, dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Secara parsial variabel Inflasi mempunyai pengaruh signifikan negative
terhadap DPK dan Kurs mempunyai pengaruh signifikan Positif terhadap
DPK perbankan syariah di Indonesia, NBH tabungan Bank Syariah tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPK perbankan syariah
di Indonesia.
2. Secara simultan Inflasi, kurs dan NBH secara bersama-sama mempunyai
mempunyai pengaruh signifikan terhadap DPK Bank Syariah (DPK)
perbankan syariah di Indonesia.
109
3. Nilai adjusted R-squared sebesar 0.839041, hal ini menunjukkan bahwa
variasi variabel dependen (DPK) secara bersama-sama mampu dijelaskan
oleh variasi variabel independen (Inflasi, Kurs dan NBH) sebesar 83.9%
persen sedangkan sisanya sebesar 16.1% persen dijelaskan oleh variabel
lain diluar variabel yang diteliti.
B. Implikasi
Beberapa implikasi yang ditujukan bagi Pemerintah, bank syariah dan peneliti
berikutnya dalam menjalankan kegiatan ekonomi syariah :
1. Bagi Pemerintah
Dalam hal ini sekiranya Pemerintah lebih mempertimbangkan regulasi-
regulasi tentang DPK perbankan syariah di Indonesia yang diantaranya
sebagai pengontrol, menghitung, mengawasi, melihat pertumbuhan atau
perkembangan DPK perbankan syariah agar market share di Indonesia
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dimana kita semua tahu
jika Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk mayoritas
beragama islam terbesar di dunia, dengan potensi tersebut seharusnya
pemerintah mendukung sepenuhnya terhadap pengembangan bisnis
syariah di Indonesia.
2. Bagi Bank Syariah
Dalam meningkatkan DPK perbankan syariah yang perlu diperhatikan
adalah dengan memaksimalkan dan lebih memfokuskan pada Inflasi, dan
kurs. Sebab pada Inflasi dan Kurs ini yang paling berpengaruh signifikan
110
terhadap DPK perbankan syariah. Sedangkan Nisbah Bagi Hasil (NBH)
tidak terlalu diperhatikan karena naik atau turunnya NBH likuiditas
perbankan syariah terjamin. Akan tetapi meskipun begitu NBH tetaplah
penting di perbankan syariah. Hal ini untuk menambah ketertarikan
masyarakat dalam menitip dananya di Bank Syariah.
3. Bagi Peneliti
Pada kedepannya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi studi
lanjutan, khususnya penelitian mengenai DPK perbankan syariah di
Indonesia sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat
dan memenuhi segala kekurangan yang ada pada penelitian ini.
111
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, ShochrulRohamtul. dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”. SalembaEmpat.
Jakarta. 2011.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Gema Insani.
Jakarta:2001.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Perbankan Syariah. Pustaka Alvabet.
Jakarta. 2006.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Ed. 1. Cet. 1. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2007
Bank Indonesia. Data Inflasi Bulanan 2010 – 2013. Jakarta: Bank Indonesia
_____________. Laporan Statistik Bank Syariah 2010 – 2013. Jakarta: Bank
Indonesia
____________. Laporan Kurs Harian 2010-2013 . Jakarta: Bank Indonesia
Banowo, Emilianshah & Budi Hermana. “Hubungan Equivalent Rate Simpanan
Mudharabah Dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.” jurnal diakses
tanggal 23 April 2010. dari http://proceeding.seminar nasional.pdf
Boediono. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2.Ed.4. BPFE. Yogyakarta. 1982.
Chapra, M Umer . Islam dan Pembangunan Ekonomi. Gema Insani Press. Jakarta.
2000.
Denda, Lukman. Wijaya. Manajemen perbankan. Ghalia. Bogor. 2009.
Firdaus, Muhammad dkk. Fatwa-Fatwa Ekonomi Syariah Kontemporer. Renaisan.
Jakarta. 2005.
112
Gemala Dewi. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariahn
di Indonesia. Edisi Revisi. Tahun 2005.
Ghafur, Muhammad W. Potret Perbankan Syariah Di Indonesia Terkini (Kajian
Gujarati, Damodar. Dasar-Dasar Ekonometrika Jilid 1. Erlangga. Jakarta. 2007.
Gujarati.Damodar. Dasar-Dasar Ekonometrika. Erlangga. Jakarta. 2008.
Hamid, Arifin. Membumikan Ekonomi Syariah. Elsaa. Jakarta. 2006.
Hatta, M.. “Telaah Singkat Pengendalian Inflasi Dalam Perspektif Kebijakan
Moneter Islam.” atrikel diakses tanggal 23 April 2010. dari
http://www.jurnal-ekonomi.org/2008/06/16/telaah-singkat
pengendalianinflasi- dalam-perspektif-kebijakan-moneter-islam/
Hidayat.,Mohamad. “PengantarEkonomi Islam”. PusatKomunikasiEkonomiSyariah.
Jakarta 2009.
Irmayanto, Juli dkk. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Grafindo. Jakarta. 2004.
Karim, Adiwarman A. Akad dan Produk Perbankan Syariah. PT. RadjaGrafindo
Persada. Jakarta. 2005
Karim, Adiwarman. Makro Ekonomi Islam.PT Rajawali Grafindo Persada. Jakarta.
2010.
Kasmir, Pemasaran Bank. Kencana. Ed.1. Cet 2. Jakarta.2005.
Kritis Perkembangan Perkembangan Perbankan Syariah). Biruns Press. Yogyakarta
.2007.
Mankiw, N. Geogry. Teori Makroekonomi. Ed. 5. Erlangga. Jakarta.2003.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. Ed. 1. Ekonisia. Yogyakarta.2005
113
Muhammad. Sistem dan Prosedur Operasional bank Syariah. UII Press. Yogyakarta.
2005.
Nachrowi D, HardiusUsman. “Pendekatan Populerdan Praktis Ekonometrikal Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan”. FEUI. Jakarta. 2006.
Nopirin. Ekonomi Moneter.BPFE. Yogyakarta. 1996.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Laporan Statistik Perbankan Syariah tahun 2013.
Jakarta: OJK.
Paul A, Samuelson dan Wiliam D. Nordhaus. Ekonomi. edisi kedua belas jilid 2.:
Erlangga. Jakarta 1992. hal. 622-628.
Perwaatmadja, Karnaen A. dan M Syafi’I Antonio. Apa dan Bagaimana Bank Islam.
PT Dana Bhakta Wakaf. Yogyakarta. 1997.
Pohan, Aulia. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia. PT
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2008.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta. EKONOMI ISLAM. Ed.1. PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2008
Raharja, Dawan. Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi. Lembaga Studi Agama
dan Filsafat. Jakarta. 1999.
Remy, Sutan. Hukum PerbankanIslam dan Kedudukannya dalam Perbankan
Indonesia. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta. 1999.
Riadi, Slamet. Banking Assets & Liability Management. LPUI. Jakarta.2006.
Rodoni.,Ahmad. “PanduanPenulisanSkripsi”. FEIS UIN Press. Jakarta. 2010.
Sakti.,Ali. Analisis Teori Ekonomi Islam : Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi
Modern. Paradigma dan Aqsa. 2007.
Soemita, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Kencana. Jakarta. 2009.
Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Ehumsa. Yogyakarta.2003
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif dan R &D. Alfabeta.
Bandung. 2010.
114
Sukirno, Sadono. “TeoriPengantarEkonomiMakro”. PT. GrafindoPersada. Jakarta.
2004.
Sumitro, Wakum. Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait. PT Raja Grafindo.
Jakarta. 2004.
Syafi’i Antonio, Muhammad. Bank Syariah: dari teori ke praktek. Ed. 1. UGM Press.
Yogyakarta. 2001.
Taswan. Manajemen Perbankan Konsep. Tekhnik. dan Aplikasi.Ed.2.Jakarta: UPP
AMP YKPN.
Wibiwo, Aldrin & Susi Suhendra. “Analisis Pengaruh Nilai Kurs. Tingkat Inflasi.
dan Tingkat Suku Bunga terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa Di
Indonesia.” Jurnal diakses tanggal 21 Agustus 2010.dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14030/09E00329.pdf
Yuliadi, Imamudin. Ekonomi Moneter. PT Indeks. Jakarta. 2008.
115
Lampiran 1
DATA DPK, INFLASI, KURS, DAN NBH DARI 10 DESEMBER 2010- JULI
2013
Periode DPK Inflasi kurs NBH
10-Dec 76036 0.0696 8991 0.0278
11-Jan 75814 0.0702 9057 0.0372
11-Feb 75085 0.0684 8823 0.0381
11-Mar 79651 0.0665 8709 0.0343
11-Apr 79567 0.0616 8574 0.0391
11-May 82861 0.0598 8537 0.0303
11-Jun 87025 0.0554 8597 0.0306
11-Jul 89786 0.0461 8508 0.0275
11-Aug 92021 0.0479 8578 0.029
11-Sep 97756 0.0461 8823 0.0291
11-Oct 101804 0.0442 8835 0.0283
11-Nov 105330 0.0415 9170 0.0289
11-Dec 115415 0.0379 9068 0.0321
12-Jan 116518 0.0365 9000 0.0308
12-Feb 114616 0.0356 9085 0.0306
12-Mar 119639 0.0397 9180 0.0283
12-Apr 114018 0.045 9190 0.0275
12-May 115206 0.0445 9565 0.0271
12-Jun 119279 0.0453 9480 0.0268
12-Jul 121018 0.0456 9485 0.0221
12-Aug 123673 0.0458 9560 0.0228
12-Sep 127678 0.0431 9588 0.0194
12-Oct 134453 0.0461 9615 0.0232
12-Nov 138671 0.0432 9605 0.0222
12-Dec 147512 0.043 9605 0.0237
13-Jan 148731 0.0457 9698 0.0244
13-Feb 150795 0.0531 9667 0.0236
13-Mar 156964 0.059 9719 0.0225
13-Apr 158519 0.0557 9722 0.0184
13-May 163858 0.0547 9802 0.0523
116
13-Jun 163966 0.059 9929 0.0535
13-Jul 166453 0.0861 10278 0.0536
117
Lampiran 2
UJI NORMALITAS
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-0.2 -0.1 -0.0 0.1
Series: Residuals
Sample 1 32
Observations 32
Mean -5.55e-15
Median 0.015245
Maximum 0.160347
Minimum -0.221161
Std. Dev. 0.097091
Skewness -0.452725
Kurtosis 2.562069
Jarque-Bera 1.348833
Probability 0.509454
118
Lampiran 3
UJI AUTOKORELASI
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.447514 Prob. F(14,14) 0.0527
Obs*R-squared 22.71795 Prob. Chi-Square(14) 0.0650
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 05/14/14 Time: 15:17
Sample: 1 32
Included observations: 32
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LNINFLASI -0.030430 0.100803 -0.301879 0.7672
LNKURS 0.054811 0.299611 0.182939 0.8575
LNNBH 0.003130 0.097755 0.032021 0.9749
C -0.612851 2.719455 -0.225358 0.8250
RESID(-1) 0.522696 0.265251 1.970569 0.0689
RESID(-2) -0.262795 0.312145 -0.841899 0.4140
RESID(-3) 0.051791 0.294903 0.175620 0.8631
RESID(-4) -0.217270 0.295674 -0.734830 0.4746
RESID(-5) -0.245804 0.308231 -0.797465 0.4385
RESID(-6) 0.062134 0.306668 0.202610 0.8424
RESID(-7) -0.480475 0.318145 -1.510237 0.1532
RESID(-8) 0.085383 0.318433 0.268134 0.7925
RESID(-9) -0.328755 0.318696 -1.031563 0.3198
RESID(-10) -0.090939 0.326553 -0.278482 0.7847
RESID(-11) -0.104665 0.311975 -0.335491 0.7422
RESID(-12) -0.345479 0.335090 -1.031004 0.3200
RESID(-13) -0.008592 0.326599 -0.026308 0.9794
RESID(-14) -0.341571 0.300086 -1.138243 0.2741
R-squared 0.709936 Mean dependent var -5.55E-15
Adjusted R-squared 0.357715 S.D. dependent var 0.097091
S.E. of regression 0.077811 Akaike info criterion -1.970742
119
Sum squared resid 0.084764 Schwarz criterion -1.146265
Log likelihood 49.53186 Hannan-Quinn criter. -1.697451
F-statistic 2.015599 Durbin-Watson stat 1.800844
Prob(F-statistic) 0.095597
120
Lampiran 4
UJI HETEROKEDASTISITAS
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.006388 Prob. F(8,23) 0.0916
Obs*R-squared 13.15290 Prob. Chi-Square(8) 0.1067
Scaled explained SS 7.865166 Prob. Chi-Square(8) 0.4468
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 05/12/14 Time: 16:25
Sample: 1 32
Included observations: 32
Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.184979 7.311760 -0.162065 0.8727
LNINFLASI 0.096489 3.074922 0.031379 0.9752
LNINFLASI^2 0.037232 0.057858 0.643516 0.5263
LNINFLASI*LNK
URS -0.025353 0.316983 -0.079982 0.9369
LNINFLASI*LNNB
H -0.113270 0.055074 -2.056699 0.0512
LNKURS 0.018508 0.760202 0.024346 0.9808
LNKURS*LNNBH 0.005139 0.300028 0.017128 0.9865
LNNBH -0.549070 2.777978 -0.197651 0.8451
LNNBH^2 -0.022908 0.037340 -0.613499 0.5456
R-squared 0.411028 Mean dependent var 0.009132
Adjusted R-squared 0.206168 S.D. dependent var 0.011596
S.E. of regression 0.010332 Akaike info criterion -6.074919
Sum squared resid 0.002455 Schwarz criterion -5.662681
Log likelihood 106.1987 Hannan-Quinn criter. -5.938274
F-statistic 2.006388 Durbin-Watson stat 1.886105
Prob(F-statistic) 0.091561
121
Lampiran 5
UJI MULTIKOLINEARITAS
LNINFLASI LNKURS LNNBH
LNINFLASI 1 0.037568100
15406589
0.479900590
0212134
LNKURS 0.037568100
15406589
1 -
0.060779329
83680733
LNNBH 0.479900590
0212134
-
0.060779329
83680733
1
122
Lampiran 6
UJI OLS
Dependent Variable: LNDPK
Method: Least Squares
Date: 05/11/14 Time: 00:32
Sample: 1 32
Included observations: 32
Variable
Coefficien
t Std. Error t-Statistic Prob.
LNINFLASI -0.326163 0.098555 -3.309462 0.0026
LNKURS 4.503540 0.360786 12.48257 0.0000
LNNBH 0.054650 0.078937 0.692322 0.4944
C -30.26241 3.304794 -9.157127 0.0000
R-squared 0.854618 Mean dependent var 11.64334
Adjusted R-squared 0.839041 S.D. dependent var 0.254638
S.E. of regression 0.102160 Akaike info criterion -1.608088
Sum squared resid 0.292226 Schwarz criterion -1.424871
Log likelihood 29.72941 Hannan-Quinn criter. -1.547357
F-statistic 54.86537 Durbin-Watson stat 0.475833
Prob(F-statistic) 0.000000