analisis pengendalian kualitas kadar curcumin pada produk …

59
ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK VSOS DENGAN MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DI PT XYZ Oleh : Ergiansyah Faturochman NIM: 004201205054 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik Mencapai Gelar Strata Satu Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri 2016

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR

CURCUMIN PADA PRODUK VSOS DENGAN

MENGGUNAKAN STATISTICAL PROCESS CONTROL

(SPC) DI PT XYZ

Oleh :

Ergiansyah Faturochman

NIM: 004201205054

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Akademik

Mencapai Gelar Strata Satu

Pada Fakultas Teknik

Program Studi Teknik Industri

2016

Page 2: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab penyimpangan

kadar curcumin pada produk VSOS serta menentukan upaya-upaya dalam

peningkatan kualitas untuk mengurangi produk rework/reject. Pada penelitian ini

metode analisis yang digunakan adalah Statistical Process Control (SPC), yaitu

sebuah metode statistik yang digunakan untuk mengukur sejauh mana proses

pengendalian kualitas yang dilakukan pada suatu perusahaan, dimana hasilnya

dibandingkan dengan standar yang diterapkan oleh perusahaan tersebut. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan pengendalian kualitas kadar curcumin belum

terkendali, dengan persentase penyimpangan kadar curcumin sebesar 20,44% pada

tahun 2015. Setelah dilakukan analisis menggunakan diagram sebab-akibat,

teridentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan proses yaitu faktor man, machine,

material dan environment. Setelah diketahui penyebab penyimpangan lalu

dilakukan perbaikan dan didapat penurunan persentase penyimpangan kadar

curcumin menjadi 0 % selama periode Januari-Maret 2016.

Kata kunci: kualitas, pengendalian kualitas, peta kendali, statistical process control

(SPC), diagram sebab-akibat, kapabilitas proses

Page 3: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Industri farmasi sangat berkembang di Indonesia beberapa tahun belakangan ini.

Ini terlihat dari tingginya pasar produk farmasi di Indonesia dibandingkan dengan

beberapa negara di ASEAN. Berikut adalah data pasar farmasi di ASEAN yang

ditampilkan pada gambar1.1:

Gambar 1.1 Data Pasar Farmasi ASEAN

Sumber:International Pharmaceutical Maufactures Group (IMGP)

Maka dari itu perusahaan-perusahaan besar baik perusahaan lokal maupun asing

berlomba-lomba untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar di Indonesia. Setiap

perusahaan bersaing agar dapat mempertahankan dan mendapatkan konsumen.

Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang sangat ketat, setiap perusahaan

berusaha meningkatkan kualitas produk masing-masing.

Pengawasan kualitas produk farmasi tidak hanya ditentukan dari produk jadi, tetapi

meliputi pengawasan menyeluruh mulai dari pemilihan bahan baku, proses

pembuatan hingga menjadi produk akhir yang siap didistribusikan kepada

konsumen. Perlindungan masyarakat terhadap efek negatif penggunaan obat yang

tidak memenuhi persyaratan kualitas memerlukan standar proses pembuatan agar

diperoleh produk yang memenuhi syarat kualitas konsisten setiap batch melalui

penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

Page 4: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

2

PT. XYZ merupakan salah satu pabrik farmasi di Indonesia yang mempunyai

laboratorium Quality Control (QC) yang telah memenuhi standar Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan analisis produk secara

mandiri. Laboratorium QC PT. XYZ terdiri dari 4 bagian, salah satunya adalah

laboratorium kimia. Laboratorium kimia bertanggung jawab melakukan analisis

produk secara organoleptik, fisik, dan kimia, seperti kelarutan, viskositas,

kandungan kimia/zat berkhasiat, dll. Analisis produk secara kimia dilakukan sesuai

metode laboratorium yang telah ditentukan oleh departemen QC sesuai masing-

masing produk yang dianalisis.

PT. XYZ memproduksi berbagai jenis produk farmasi. Salah satu produk yang

menjadi unggulan, yaitu VSOS yang merupakan suplemen vitamin untuk anak

berwujud sirup/liquid. Salah satu kandungan zat berkhasiat dalam VSOS yaitu

curcumin yang bermanfaat untuk menambah nafsu makan anak. Dalam 15mL/1sdm

sirup VSOS mengandung 10mg curcumin. Masalah yang timbul adalah selama

tahun 2015 terjadi beberapa penyimpangan kadar curcumin terhadap spesifikasi

dalam VSOS yaitu sebesar 20,44%. Dari produk yang menyimpang tersebut

dilakukan proses rework, 12,89% produk berhasil dirework dan sisanya yang tidak

dapat dirework menjadi produk reject sebesar 7,55%.

Salah satu teknik pengendalian kualitas yang dapat digunakan untuk menganalisis

masalah tersebut adalah pengendalian kualitas secara statistik (statistical process

control). Statistical process control adalah suatu alat pengendalian proses yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif selama

proses produksi berlangsung. Selanjutnya, berdasarkan hasil SPC diperoleh

gambaran yang menjelaskan baik tidaknya suatu proses untuk peningkatan kualitas

produk dan mengurangi produk rework/reject agar dapat memenuhi kebutuhan

konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan kadar curcumin dalam

produk VSOS yang membuat produk tersebut dinyatakan rework/reject?

b. Bagaimana upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas produk VSOS untuk

mengurangi rework/reject?

Page 5: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

3

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penyimpangan kadar

curcumin dalam produk VSOS yang membuat produk tersebut dinyatakan

rework/reject.

b. Untuk mengetahui upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas produk

VSOS untuk mengurangi rework/reject.

1.4 Batasan Masalah

a. Produk yang akan diteliti adalah produk suplemen vitamin anak VSOS.

b. Data yang diambil adalah data dari bulan Oktober 2015-Desember 2015.

1.5 Asumsi

a. Mesin yang digunakan untuk memproduksi VSOS dalam keadaan baik

(tidak rusak).

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan skripsi ini terbagi menjadi lima bab pembahasan.

Bab - bab pembahasan tersebut adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab menjelaskan hal-hal atau masalah

yang menjadi gambaran latar belakang masalah dalam

melakukan pengamatan dan penelitian, rumusan masalah, tujuan,

serta pembatasan masalah dan asumsi yang digunakan untuk

membuat proses penelitian menjadi lebih mudah.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teori yang akan

dipergunakan dalam proses pengolahan data dalam melakukan

pemecahan masalah penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dalam melakukan

penelitian. Tahapan dimulai dengan mengidentifikasi masalah,

merumuskan masalah, menetapkan tujuan, membuat batasan

Page 6: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

4

permasalahan, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis,

serta memberikan kesimpulan dan saran.

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

Pada bab ini dimulai dengan pengumpulan data, kemudian data

diolah dengan menggunakan metode statistical process control,

menganalisis faktor-faktor penyebab penyimpangan kadar

curcumin dalam produk VSOS, dan menentukan upaya-upaya

perbaikan masalah tersebut.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir berisikan tentang kesimpulan dan hasil pemecahan

masalah dari penelitian yang dilakukan penulis, serta

memberikan rekomendasi atau saran-saran sebagai pertimbangan

untuk memperbaiki permasalahan yang ditemukan di PT. XYZ

dan untuk proses penelitian selanjutnya.

Page 7: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

5

BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Kualitas

Kualitas adalah suatu terminologi yang relatif tergantung pada situasi. Ditinjau

dari sudut pandang konsumen/pelanggan, secara khusus orang mengatakan bahwa

kualitas merupakan sesuatu yang cocok/sesuai dengan kegunaan (fitness for use).

Suatu produk disebut berkualitas jika produk tersebut memiliki kecocokan

penggunaan untuk dirinya. Sudut pandang lain mengatakan kualitas ialah barang

atau jasa yang mampu menaikkan status pengguna. Ada juga yang menyebutkan

barang atau jasa yang dapat memberikan manfaat pada pengguna (measure of

utility and usefulness). Kualitas suatu barang atau jasa dapat berkenaan dengan

ketahanan, keandalan, penampilannya, ketepatan waktu, integritasnya,

kemurniannya, kekhasannya, atau kombinasi factor-faktor tersebut. Uraian diatas

memperlihatkan bahwa definisi kualitas bisa berbeda-beda untuk setiap orang

pada waktu khusus dimana kinerja (performance), kemampuannya (availability),

keandalan (reliability), kemudahan perawatan (maintainability) dan sifatnya bisa

diukur (Juran, 1988). Ditinjau dari pandangan produsen, kualitas bisa diartikan

sebagai kecocokan dengan spesifikasinya (Juran, 1962). Suatu produk akan

disebut berkualitas oleh produsen, jika produk tersebut telah cocok/sesuai dengan

spesifikasi produk itu sendiri.

Adapun definisi kualitas menurut American Society for Quality dalam buku Heizer

dan Render (2006: 253) : “Kualitas merupakan keseluruhan karakteristik dan fitur

produk atau jasa yang dapat memenuhi/memuaskan kebutuhan yang terlihat atau

tersamar.”

Adapun beberapa pendapat lain tentang pengertian kualitas, diantaranya adalah :

1. Kualitas ialah “conformance to requirement”, yaitu sesuai dengan yang

distandarkan atau diisyaratkan. Suatu produk mempunyai kualitas jika sesuai

dengan standar kualitas yang telah ditentukan. (Crosby, 1979:58)

Page 8: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

6

2. Kualitas merupakan kesesuaian/kecocokan dengan kebutuhan/keperluan

pasar. (Deming, 1982:176)

3. Kualitas merupakan gabungan yang menyeluruh dari karakteristik produk dan

jasa terhadap bagian pemasaran, manufacturing, engineering dan

maintenance agar produk dan jasa tersebut dengan keinginan dari pelanggan.

(Feigenbaum, 1989)

Kualitas tidak dapat dilihat sebagai suatu ukuran yang sempit, yaitu kualitas

produk semata-mata. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pengertian/definisi

tersebut diatas, dimana kualitas bukan hanya kualitas produk saja akan tetapi

sangat kompleks karena melibatkan seluruh elemen dalam organisasi ataupun

diluar organisasi. Walaupun tidak ada definisi tentang kualitas yang dapat diterima

secara universal, akan tetapi dari beberapa definisi tentang kualitas menurut para

ahli di atas terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam aspek-aspek sebagai berikut

(Nasution, 2005:3) :

a. Kualitas meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan konsumen.

b. Kualitas mencakup produk, prose, tenaga kerjadan lingkungan.

c. Kualitas merupakan suatu kondisi yang dapat selalu berubah (misalnya

sesuatu yang dianggap berkualitas saat ini mungkin saja dianggap kurang

berkualitas pada masa yang akan datang).

2.2 Pengendalian Kualitas (Quality Control)

Pengendalian kualitas adalah suatu aktivitas keteknikan dan manajemen sehingga

ciri-ciri kualitas dapat diukur dan dibandingkan dengan spesifikasinya. Kemudian

dapat diambil tindakan perbaikan yang sesuai apabila terdapat perbedaan atau

penyimpangan antara penampilan yang sebenarnya dengan yang standar.

(Montgomery, 1996)

Tanggung jawab untuk kualitas dimulai dari ketika pemasaran menentukan

persyaratan mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggannya. Tanggung jawab

kualitas didelegasikan ke beberapa bagian dengan otoritas untuk membuat

keputusan. Sebagai tambahan, klarifikasi pertanggung jawaban seperti biaya,

Page 9: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

7

tingkat kesalahan, atau unit yang tidak sesuai termasuk ke dalam tanggung jawab

dan otoritas tersebut.

Pengendalian kualitas (quality control) adalah mengembangkan, mendesain,

memproduksi dan memberikan layanan produk berkualitas yang paling ekonomis,

paling berguna, dan selalu memuaskan pelanggannya. Melaksanakan

pengendalian kualitas ini berarti menggunakan pengawasan kualitas sebagai

landasan aktivitas produksi, melaksanakan pengendalian biaya, harga, laba secara

terintegrasi, dan pengendalian jumlah (produksi, penjualan, dan persediaan)

tanggal pengiriman (Ishikawa, 1988). Gagasan pengendalian kualitas dari

(Ishikawa, 1988) ialah tidak ada gunanya memproduksi suatu barang dengan biaya

yang murah, akan tetapi tidak dapat memenuhi harapan kualitas dari pelanggan;

dan juga tidak ada gunanya membuat produk yang berkualitas tinggi tetapi harga

produk tersebut mahal dan tidak dapat dijangkau oleh pelanggan pada umumnya.

Harus ada kesesuaian antara kualitas, biaya, harapan konsumen dan harga.

Kegiatan pengendalian kualitas merupakan bidang pekerjaan yang sangat luas

dan kompleks karena semua variabel yang memengaruhi kualitas harus

diperhatikan. Secara garis besarnya, pengendalian kualitas dapat diklasifikasikan

yaitu pengendalian kualitas bahan baku, pengendalian dalam proses pengolahan

(work in process), dan pengendalian kualitas produk akhir. (Heizer dan Render,

2006)

Ada dua fungsi yang berbeda tugas dan peran dalam pembuatan atau penyediaan

produk dan jasa, yaitu penjaminan kualitas (quality assurance) dan pengendalian

kualitas (quality control). Penjaminan kualitas merupakan suatu pendekatan

terencana dan sistematis dengan penuh keyakinan, menjamin bahwa prosedur

pengerjaan yang dipergunakan serta jenis dan frekuensi pengujian kualitas dalam

sistem yang telah sesuai dengan spesifikasi yang ada, dan keluaran produk atau

jasa telah sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Selanjutnya, pengendalian

kualitas yang berkaitan dengan pemeriksaan atas penyelesaian berbagai tugas

pengerjaan untuk memastikan bahwa tugas telah dilaksanakan sebagaimana

mestinya sehingga keluaran memenuhi spesifikasi kualitas yang telah ditentukan

(Hill, 2000). Sasarannya ialah melalui pemeriksaan sampel yang ditarik, dapat

dipastikan apakah proses produksi telah bekerja seperti yang diharapkan atau

Page 10: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

8

tidak. Dari hasil pengerjaan dan pengujian tersebut dapat dipastikan bahwa proses

produksi telah menghasilkan keluaran yang memenuhi standar atau sebaliknya,

sehingga dapat ditentukan apakah proses produksi dapat dilanjutkan atau harus

dihentikan. (Heizer dan Render, 2006)

2.2.1 Tujuan Pengendalian Kualitas

Tujuan utama pengendalian kualitas adalah menjaga kepuasan pelanggan.

Keuntungan dari pengendalian kualitas adalah meningkatkan kulitas desain

produk, meningkatkan aliran produksi, meningkatkan moral dan kesadaran tenaga

kerja mengenai kualitas, meningkatkan pelayanan produk, dan memperluas

pangsa pasar. (Feingenbaum, 1992)

2.2.2. Langkah-Langkah Pengendalian Kualitas

Standarisasi sangat dibutuhkan sebagai tindakan preventif munculnya kembali

masalah yang pernah ada dan sudah diselesaikan berkaitan dengan kualitas. Hal

tersebut sesuai dengan konsep pengendalian kualitas yang didasarkan pada sistem

manajemen mutu yang berorientasi pada strategi pencegahan/preventif, bukan pada

strategi untuk mendeteksi saja. Berikut merupakan langkah-langkah yang

digunakan dalam analisis dan solusi permasalahan kualitas.

1. Memahami kebutuhan dalam peningkatan kualitas.

Langkah awal dalam meningkatan kualitas ialah kebutuhan untuk peningkatan

mutu harus dipahami secara jelas oleh manajeman. Manajemen harus secara sadar

mempunyai alasan-alasan dalam peningkatan kualitas dan peningkatan kualitas

merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar. Tanpa mengerti kebutuhan

dalam peningkatan kualitas, peningkatan kualitas tidak akan pernah bisa berhasil

dan efektif. Peningkatan kualitas bisa dimulai dengan mengidentifikasi masalah

kualitas yang terjadi atau apa peningkatan yang mungkin bisa dilakukan.

Mengidentifikasi masalah bisa dimulai dengan menyatakan beberapa pertanyaan

dengan menggunakan alat-alat bantudalam peningkatan kualitas seperti check

Sheet, brainstromming, atau diagram pareto.

Page 11: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

9

2. Menyatakan masalah-masalah kualitas

Masalah-masalah elementer yang sudah ditentukan dalam langkah sebelumnya

perlu dinyatakan dengan jelas dalam bentuk pernyataan. Jika berhubungan dengan

masalah kualitas, masalah tersebut harus dinyatakan dalam bentuk informasi-

informasi yang jelas, spesifik, tegas dan bisa diukur dan diharapkan pernyataan

masalah yang tidak jelas dan tidak bisa diukur bisa dihindari.

3. Mengevaluasi penyebab utama

Penyebab utama bisa dievaluasi menggunakan teknik brainstromming dan

menggunakan diagram sebab-akibat. Dari berbagai faktor yang menyebabkan

masalah yang ada, penyebab-penyebab tersebut dapat diurutkan dengan

menggunakan diagram pareto berdasarkan akibat dari penyebab terhadap kinerja

proses, produk atau sistem manajemen kualitas secara menyeluruh.

4. Merencanakan solusi atas masalah

Rencana penyelesaian masalah diharapkan dapat fokus pada tindakan- tindakan

untuk mengurangi/menghilangkan akar dari penyebab masalah yang ditemukan.

Rencana peningkatan kualitas untuk mengurangi/menghilangkan akar penyebab

masalah yang ada diisi dan dicatat dalam suatu form daftar perencanaan tindakan.

5. Melaksanakan perbaikan

Rencana solusi penyelesaian masalah diimplementasikan mengikuti daftar rencana

tindakan perbaikan peningkatan kualitas. Dalam tahap ini sangat membutuhkan

komitmen dari karyawan hingga manajemen serta partisipasi total untuk secara

bersama-sama melenyapkan akar dari penyebab masalah kualitas yang

teridentifikasi sebelumnya.

6. Meneliti hasil perbaikan

Setelah melakukan peningkatan kualitas perlu diperlukan analisis dan evaluasi

berdasarkan data yang didapatkan selama proses pelaksanaan untuk mengetahui

apa masalah yang teridentifikasi telah berkurang atau hilang. Analisis terhadap apa

saja temuan selama proses pelaksanaan akan memberi informasi tambahan dalam

membuat keputusan dan perencanaan peningkatan kualitas selanjutnya.

Page 12: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

10

7. Membuat standarisasi solusi terhadap masalah

Standarisasi hasil-hasil memuaskan yang didapat dari tindakan-tindakan

pengendalian kualitas harus dilakukan, dan selanjutnya melaksanakan peningkatan

secara terus-menerus pada masalah lain yang ditemukan. Standarisasi bertujuan

untuk mencegah masalah yang sama terjadi/terulang kembali.

8. Memecahkan masalah selanjutnya

Setelah bisa menyelesaikan masalah pertama, maka selanjutnya jika ada masalah

lain maka dapat beralih membahas masalah tersebut untuk diselesaikan.

2.2.3 Alat Bantu Dalam Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas secara statistik dengan menggunakan SPC (Statistical

Processing Control) memiliki 7 alat statistik utama yang dapat digunakan sebagai

alat bantu untuk mengendalikan kualitas, antara lain yaitu; check Sheet, scatter

diagram, diagram proses, diagram pareto, diagam sebab akibat, histogram dan

control chart yang ditampilkan pada gambar 2.1. (Heizer dan Render, 2006)

Gambar 2.1 Alat Bantu Pengendalian Kualitas

Sumber: Jay Heizer dan Barry Render, Operations Management, 2006, halaman 263

Page 13: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

11

1. Lembar Pemeriksaan (Check Sheet)

Check Sheet atau lembar pemeriksaan adalah alat pengumpul dan penganalisis data

yang disajikan dalam bentuk tabel yang berisi data jumlah barang yang dibuat dan

jenis ketidaksesuaian beserta dengan jumlah yang dihasilkannya.

Tujuan menggunakan check sheet adalah agar proses pengumpulan data dan

analisis menjadi lebih mudah, serta untuk mengetahui wilayah permasalahan

berdasarkan frekuensi dari jenis atau penyebab permasalahan dan menentukan

keputusan yang diambil untuk melakukan perbaikan atau tidak. Pelaksanaannya

dilakukan dengan cara mencatat frekuensi munculnya karakteristik suatu produk

yang berkenaan dengan kualitasnya. Data tersebut digunakan sebagai dasar untuk

mengadakan analisis masalah kualitas.

Adapun beberapa manfaat menggunakan check sheet yaitu sebagai alat untuk :

a. Membuat pengumpulan data lebih mudah, khususnya untuk mengetahui

bagaimana dan mengapa suatu masalah bisa terjadi.

b. Mengumpulkan data tentang jenis-jenis masalah yang sedang terjadi.

c. Memudahkan penyusunan data secara otomatis, sehingga data tersebut lebih

mudah untuk digunakan.

d. Memisahkan antara fakta dan opini dengan lebih mudah.

2. Diagram Sebar (Scatter Diagram)

Scatter diagram atau bisa disebut juga dengan diagram sebar merupakan gambaran

yang menunjukan hubungan/korelasi antara dua variabel yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variabel-variabel itu kuat atau tidak, yaitu antara

kualitas dengan factor yang mempengaruhi proses. Pada dasarnya diagram sebar

(scatter diagram) adalah suatu alat untuk menginterpretasikan data yang digunakan

untuk menguji kuatnya hubungan antar variabel dan menentukan jenis hubungan

dari variabel-variabel tersebut, apakah bagus, tidak bagus, atau tidak ada hubungan.

Dua variabel dalam diagram sebar dapat menunjukan karakteristik yang kuat dan

factor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Diagram Sebab-akibat (Cause and Effect Diagram)

Diagram sebab-akibat dapat juga disebut diagram tulang ikan (fishbone chart) dan

Page 14: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

12

berfungsi untuk menampilkan faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi

kualitas dan untuk melihat akibat pada masalah yang sedang dipelajari. Selain itu,

diagram sebab-akibat juga dapat melihat faktor-faktor yang lebih rinci yang

mempengaruhi dan mempunyai akibat pada factor-faktor utama tersebut yang dapat

dilihat pada panah-panah yang terlihat membentuk seperti tulang ikan.

Diagram sebab-akibat ini dikembangkan pertama kali oleh seorang ahli kualitas

yang berasal dari Jepang yaitu Dr. Kaoru Ishikawa pada tahu1950 untuk

menganalisa sumber-sumber potensi penyimpangan proses dengan menggunakan

uraian dari unsur-unsur proses tersebut.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab utama dapat dibagi menjadi :

1. Man (tenaga kerja)

2. Material (bahan baku).

3. Method (metode)

4. Machine (mesin).

5. Environment (lingkungan).

Adapun manfaat dari diagram sebab-akibat adalah :

1. Mempermudah mengidentifikasi akar permasalah yang terjadi.

2. Menganalisis kondisi yang sesungguhnya yang bertujuan untuk memperbaiki

peningkatan kualitas.

3. Membantu menentukan saran-saran yang menjadi solusi suatu permasalahan.

4. Membantu dalam identifikasi fakta-fakta yang dibutuhkan selanjutnya.

5. Mengurangi kondisi atau situasi yang menyebabkan tidak sesuainya produk

dengan kebutuhan konsumen.

6. Menentukan standar operasi yang sedang berlangsung atau yang akan

dilakukan.

7. Melakukan perencanakan tindakan-tindakan perbaikan.

Page 15: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

13

Berikut merupakan tahapan untuk membuat diagram sebab-akibat :

1. Mengidentifikasi masalah dan akibatnya.

2. Menempatkan pokok permasalahan dikanan diagram.

3. Mengidentifikasi penyebab sekunder dan meletakkannya pada diagram

utama.

4. Mengidentifikasi penyebab sekunder dan memposisikannya pada penyebab

primer.

5. Dan setelah diagram selesai, kemudian dilakukan evaluasi dan analisis untuk

mengetahui penyebab sebenarnya.

4. Diagram Pareto (Pareto Analysis)

Diagram pareto pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan baru Joseph

Juran yang pertama kali menggunakannya. Diagram pareto merupakan grafik

batang dan grafik garis yang menampilkan perbandingan tiap-tiap jenis data

terhadap keseluruhan data. Dengan menggunakan diagram pareto, dapat terlihat

masalah apa saja yang menonjol sehingga prioritas dalam menyelesaikan masalah

dapat diketahui. Fungsi Diagram pareto adalah untuk mengidentifikasi atau

megurutkan jumlah masalah utama dalam upaya meningkatkan kualitas dari yang

paling banyak ke yang paling sedikit.

5. Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart)

Diagram alir menunjukkan suatu proses atau sistem dengan menggunakan kotak

dan garis yang saling berhubungan dalam bentuk simbol-simbol. Diagram ini

merupakan diagram yang sederhana, tetapi merupakan alat yang cukup baik untuk

memahami suatu proses atau menjelaskan langkah-langkah dalam suatu proses.

6. Histogram

Histogram merupakan salah satu alat untuk membantu dalam menentukan variasi

dalam proses. Diagram berbentuk batang yang menunjukkan grafik dari data yang

disusun menurut ukurannya. grafik data ini biasanya disebut juga distribusi

frekuensi. Histogram menunjukkan sifat-sifat dari data yang dibagi menjadi kelas-

kelas. Histogram dapat berbentuk distribusi normal ataupun juga bentuk seperti

lonceng yang menunjukkan bahwa banyaknya data yang muncul pada nilai rata-

ratanya. Banyaknya data yang muncul tidak pada nilai rata-ratanya tetapi

Page 16: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

14

kebanyakan data nya berada pada batas atas atau bawah akan membentuk data yang

simetris atau tidak membentuk lonceng.

7. Peta Kendali (Control Chart)

Beberapa alat yang sering digunakan untuk memonitor/memantau dan

mengendalikan variasi proses yang berbasis dari peta kendali. Sebelum

pengendalian, peta kendali digunakan untuk memastikan proses didalam kendali

dan kemampuan proses terjaga sesuai kebutuhan. Besar perbedaan diantara dua

chart pada peta kendali untuk menunjukan detail informasi pada proses produksi.

Peta kendali juga dapat digunakan untuk mendeteksi mesin rusak, fluktuasi pada

proses, perbedaaan pada alat bantu ukur dan alat ukur, operator, dan lain-lain.

Teori statistik menjadi basis untuk semua peta kendali. untuk review yang sangat

cepat, variasi proses yang berefek terhadap kualitas produk dan jasa. Untuk

improve kualitas dari produk atau jasa, varias proses harus selalu

dimonitor/dipantau, analisa, pengendalian, dan perbaikan. Kestabilan dan prediksi

level dari variasi dapat diekspetasi terhadap semua proses. Untuk produk yang

paling sering memiliki kasus variasi sama dapat ditentukan dengan karakteristik

dari kurva normal. Kurva normal (gambar 2.2) diprediksikan 99.73% dari hasil

proses. (garrity, 1993)

Gambar 2.2 Kurva Normal

Page 17: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

15

Peta kendali hanya alat yang memberikan informasi yang kritikal pada sebuah

proses. Informasi ini memungkinkan kamu membuat suatu keputusan, berbuat aksi

sesuai informasi yang ada, dan mempertahankan statistical process control.

Peta kendali terdiri dari tiga garis (gambar 2.3): garis upper control limit (UCL),

rata-rata atau central line (CL), dan lower control limit (LCL). (garrity, 1993)

Gambar 2.3 Peta Kendali

Berikut manfaat menggunakan peta kendali adalah untuk :

a. Mengetahui apakah sebuah proses produksi masih ada di dalam batas-batas

kendali atau jatuh diluar batas kendali.

b. Memonitor suatu proses produksi secara berkelanjutan agar selalu stabil.

c. Menentukan kepabilitas dari proses (capability process).

d. Melakukan evaluasi performa pelaksanaan dan kebijaksanaan pelaksanaan

proses produksi.

e. Membantu untuk menentukan batas kriteria penerimaan kualitas dari produk

sebelum dilepas ke konsumen.

Peta kendali dibedakan menjadi dua berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Peta kendali Variabel

a. X chart, yaitu peta untuk mengamatsi rata-rata.

b. R chart, yaitu peta untuk mengamati rentang/range.

c. S chart, yaitu peta untuk mengamati standar deviasi.

2. Peta kendali Atribut, terdiri dari :

a. Peta p, yaitu peta kontrol untuk mengamati proporsi atau

perbandingan antara produk yang cacat dengan total produksi,

contohnya : baik-buruk, good-no good, bagus-jelek.

Page 18: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

16

b. Peta c, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per total

produksi.

c. Peta u, yaitu peta kontrol untuk mengamati jumlah kecacatan per unit

produksi.

Berikut ini merupakan hubungan antara tujuh alat pengendalian kualitas dengan

delapan langkah pengendalian mutu dan siklus PDCA ditampilkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Hubungan 7 Alat Pengendalian Kualitas Dengan 8 Langkah Pengendalian

Kualitas dan Siklus PDCA

Delapan Langkah Pengendalian

Kualitas

Tujuh alat pengendali kualitas PDCA

1. Memahami kebutuhan

peningkatan kualitas

Check sheet, histogram,

pareto diagram, , cause effect

diagram, scatter diagram

PLAN

2. Menyatakan masalah kualitas

yang ada

3. Mengevaluasi penyebab utama.

4. Merencanakan solusi atas

masalah

5. Melaksanakan perbaikan DO

6. Meneliti hasil perbaikan Check sheet, histogram,

pareto diagram, cause effect

diagram, scatter diagram.

CHECK

7. Menstandarisasikan solusi

terhadap masalah

8. Memecahkan masalah

selanjutnya

ACTION

Sumber: Douglas C. Mountgomery, 2001, Introduction of Statistical Quuality Control

2.3 Peta Kendali X dan R

2.3.1 Manfaat Peta Kendali X dan R

Peta kendali X adalah peta kendali yang mendeskripsikan nilai rata-rata dari

sebuah kelompok data (sampel) relatif terhadap batas kendali atas dan bawah.

Page 19: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

17

Peta kendali dapat memberikan beberapa informasi sebagai berikut : (Grant dan

leavenworth,1996)

1. Keberagaman dasar dari sifat/karakteristik kualitas.

2. Konsistensi kualitas produk

3. Tingkat rata- rata dari sifat/karakteristik kualitas.

Fungsi dari peta X adalah untuk melihat suatu proses produksi tersebut terkendali

atau tidak. Peta R merupakan peta kendali yang mendeskripsikan letak nilai-nilai

rentang/jangkauan (range) dari anggota subgrup data (sampel) relatif terhadap batas

kendali atas dan bawah.

Kegunaan peta kendali X dan R adalah untuk membantu menentukan nilai-nilai

data dari proses suatu produksi dalam kondisi terkendali atau tidak. Sehingga dari

informasi peta kendali tersebut dapat ditarik kesimpulan dan upaya-upaya yang

harus dilakukan.

2.3.2 Langkah-Langkah Pembuatan Peta kendali X dan R

Pada peta kendali X dan R terdapat batas atas dan batas bawah, dimana nilai X

dan R harusnya jatuh. Batas-batas tersebut disebut upper control limit (UCL) dan

lower control limit (LCL). Garis yang membagi antara UCL dan LCL disebut

central line (CL). Berikut merupakan tahapan-tahapan pembuatan peta kendali X

dan R: (Grant dan leavenworth,1996)

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data bisaanya dilakukan lebih dari seratus sampel. Kesemuanya harus

diambil dari proses yang sama dan data diambil berurut.

2. Mengolompokan data ke dalam subgrup

Data yang telah didapat lalu dikelompokan dalam sebuah kelompok data

berdasarkan waktu (jam atau hari) atau batch/lot lainnya. Pengelompokan diatas

memberikan kemungkinan bahwa data yang didapat dalam kelompok berasal dari

keadaan teknis yang sama. Jumlah sampel dalam setiap subgrup data ditentukan

oleh ukuran subgrup data yang dinyatakan dengan N sebagai notasinya.

Page 20: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

18

3. Mencatat data ke dalam lembar data

Lembar data dibuat sedemikian rupa agar perhitungan X dan R untuk setiap

kelompok data dapat dilakukan dengan mudah. Keputusan yang dibuat sebelum

memilih sampel dari proses harus seperti berikut: (Garrity, 1993)

1. Karakteristik yang akan diukur.

2. Pengujian atau menjaminkan alat ukur yang diperlukan.

3. Peta kendali dapat digunakan.

4. Ukuran sampel diambil dari proses atau lot.

5. Kapan / waktu pengambilan sampel dari proses atau lot.

6. Metode yang digunakan untuk mengambil sampel dari proses.

Sampel berturut-turut dipilih secara acak, diukur dan dicatat dari mesin. pada

berbagai waktu sepanjang hari di setiap jam, sampel tambahan yang dipilih, diukur,

dan dicatat pada peta kendali X dan R. (Garrity, 1993)

4. Menghitung nilai rata-rata ( X )

Nilai rata-rata dihitung dengan syarat sampel satu desimal lebih banyak dari nilai

datanya. Rumus untuk menghitung rata-rata kelompok data yaitu:

X =𝑋1 + 𝑋2

+. . . + 𝑋𝑛

𝑛=

∑ 𝑋𝑖

𝑛

Dimana, (2-1)

n= jumlah data dalam subgrup

5. Menghitung rentang/jangkauan (R)

Rumus yang digunakan untuk setiap kelompok data yaitu:

R=Xterbesar-Xterkecil (2-2)

6. Menghitung rata-rata keseluruhan ( X )

Rata-rata keseluruhan adalah jumlah total rata-rata setiap subgrup data yang dibagi

dengan jumlah subgrup data. Rumus untuk menghitung rata-rata keseluruhan

adalah sebagai berikut:

Page 21: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

19

X =X 1 + X 2

+. . . + X 𝑛

𝑁=

∑ X 𝑖

𝑁

Dimana, (2-3)

N=jumlah subgrup

7. Menghitung nilai rata-rata jangkauan (R)

Seluruh nilai R pada setiap subgrup data dijumlahkan, kemudian dibagi dengan

jumlah subgrup data.

R =𝑅1 + 𝑅2

+. . . + 𝑅𝑛

𝑁=

∑ 𝑅𝑖

𝑁

Dimana, (2-3)

N=jumlah subgrup

8. Menentukan garis batas pengendalian

a. Batas Kendali peta X

UCLX = X + A2 x R (2-4)

CLX = X (2-5)

LCLX = X – A2 x R (2-6)

Dimana,

CLX = center line peta X

UCLX = batas kendali atas peta X

LCLX = batas kendali bawah peta X

A2 = didapat dari tabel 2.2

b. Batas kendali peta R

UCLR = D4 x R (2-7)

CLR = R (2-8)

LCLR = D3 x R (2-9)

Page 22: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

20

Dimana,

CLR = center line peta R

UCLR = batas kendali atas peta R

LCLR = batas kendali bawah peta R

D3 = didapat dari tabel 2.2

D4 = didapat dari tabel 2.2

Tabel 2.2 Faktor Untuk Menghitung Center Line

Ukuran

sampel

(n)

Bagan kendali R Bagan kendali

X-bar

Simpangan baku proses

D3 D4 A2 d2 c4 d3

2 0 3,269 1,880 1,128 0,7979 0,853

3 0 2,574 1,023 1,693 0,8862 0,888

4 0 2,282 0,729 2,059 0,9213 0,880

5 0 2,114 0,577 2,326 0,9400 0,864

6 0 2,004 0,483 2,534 0,9515 0,848

7 0,076 1,924 0,419 2,704 0,9594 0,833

8 0,136 1,864 0,373 2,847 0,9650 0,820

9 0,184 1,816 0,337 2,970 0,9693 0,808

10 0,223 1,777 0,308 3,078 0,9727 0,797

11 0,256 1,744 0,285 3,173 0,9754 0,787

12 0,283 1,717 0,266 3,258 0,9776 0,778

13 0,307 1,693 0,249 3,336 0,9794 0,770

14 0,328 1,672 0,235 3,407 0,9810 0,763

15 0,347 1,653 0,223 3,472 0,9823 0,756

16 0,363 1,637 0,212 3,532 0,9835 0,750

17 0,378 1,622 0,203 3,588 0,9845 0,744

18 0,391 1,608 0,194 3,640 0,9854 0,739

19 0,403 1,597 0,187 3,689 0,9862 0,734

20 0,415 1,585 0,180 3,735 0,9869 0,729

21 0,425 1,575 0,173 3,778 0,9876 0,724

22 0,434 1,566 0,167 3,819 0,9882 0,720

Sumber: Amitava Mitra, Fundamental Of Quality Control and Improvement 2nd edition, hal. 710

Page 23: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

21

9. Menggambar peta kendali

Mempersiapkan kertas peta kendali atau peta grafik, lalu garis batas kendali

digambarkan serta ditulis nilai angka-angkanya. Center line dibuat tebal sedangkan

UCL dan LCL dibuat putus-putus.

10. Menentukan titik-titik (Plotting)

Membuat plot titik-titik dari nilai X dan R untuk tiap-tiap subgrup data dalam satu

garis vertikal yang sama. Tanda yang sama untuk titik-titik dot (.) dan untuk titik-

titik R. (Grant dan Lavenworth, 1996)

2.4 Analisis dan Interpretasi Peta Kendali

Setelah peta kendali X dan R dibangun, proses dapat dianalisa. Peta kendali

digunakan untuk menentukan dua aspek kritikal dari pengendalian proses: (Garrity,

1993)

1. Apakah proses berada dalam kontrol/kendali ?

2. Apakah proses mampu berulang kali memenuhi persyaratan ?

Matter of degrees. titik di luar batas kontrol menunjukkan bahwa penyebab khusus

dari variasi hadir, sedangkan pola yang dibentuk oleh titik-titik dalam batas kontrol

menunjukkan adanya masalah yang mungkin ada dan yang satu harus memantau

proses secara ketat. ada beberapa pola dasar yang dapat terjadi dalam setiap proses

diberikan, pola ini disebut runs, trends, cycles, jumps, dan hugging. Berikut

pengertian dan contoh dari pola-pola tersebut : (Garrity, 1993)

1. Runs

Run adalah serangkaian poin berturut-turut yang jatuh pada salah satu sisi

dari garis tengah yang ditampilkan pada gambar 2.4. Run biasanya

menunjukkan bahwa perubahan telah terjadi dalam nilai rata-rata atau

variasi proses. Setiap kali run terjadi harus diamati secara teliti untuk

mengimbangi masalah yang timbul dalam proses.

Page 24: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

22

Gambar 2.4 Pola Runs

2. Trends

Trend terbentuk ketika serangkaian titik berturt-turut terus naik atau turun

dalam satu arah seperti yang ditampilkan pada gambar 2.5. Ketika

serangkaian tujuh atau lebih poin berturut-turut terus naik atau turun.

Kondisi abnormal operasi dalam proses.

Gambar 2.5 Pola Trends

3. Cycles

Cycles adalah serangkaian titik yang menampilkan pola yang sama atau

berulang dalam interval waktu yang sama seperti yang ditampilkan pada

gambar 2.6. Tidak ada aturan keras dan cepat yang digunakan untuk

mendeteksi siklus pada grafik kendali. Namun, analisis kritis diperlukan

untuk mengidentifikasi setiap siklus terus menerus atau berulang.

Gambar 2.6 Pola Cycles

4. Jumps

Jump terjadi ketika ada pergeseran besar antara dua titik berturut-turut

seperti yang ditampilkan pada gambar 2.7.

Page 25: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

23

Gambar 2.7 Pola Jumps

5. Hugging

Hugging adalah pola yang terjadi pada saat poin tetap dekat dengan garis

tengah (gambar 2.8) atau garis batas kendali (gambar 2.9).

Gambar 2.8 Pola Central Line Hugging

Gambar 2.9 Pola Control Limit Hugging

2.5 Statistical Processing Control (SPC)

Statistical Processing Control (SPC) adalah sebuah alat statistik yang digunakan

secara umum untuk mengetahui/memastikan bahwa suatu proses memenuhi

standar. Atau bisa dikatakan, selain SPC merupakan suatu proses yang digunakan

untuk memonitor standar, mengukur dan mengambil langkah perbaikan ketika

suatu produk atau jasa dalam proses produksi. (Render dan Heizer, 2005, p286)

Page 26: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

24

Statistical Process Control adalah kumpulan dari beberapa konsep manajemen dan

metode produksi yang bisa digunakan untuk mendapatkan produktifitas, efisiensi

dan kualitas untuk membuat suatu produk yang dapat berkompetisi dengan level

yang maksimum, dimana SPC mengaitkan penggunaan sinyal-sinyal statistik untuk

peningkatan performansi dan untuk pemeliharaan pengendalian suatu produksi

pada level kualitas yang lebih tinggi. (Smith, 2003:p1)

Adapun definisi lain dari Statistical Process Control adalah suatu istilah yang

mulai dipergunakan pada tahun 1970-an untuk menjelaskan penggunaan teknik-

teknik statistk dalam mengawasi dan meningkatkan performa proses dalam

memproduksi produk yang memiliki kualitas. (Gasperz, 1998,p1)

2.5.1 Manfaat Statistical Process Control (SPC)

Manfaat/keuntungan melakukan pengendalian kualitas secara statistik (Heizer dan

Render, 2005) adalah :

1. Pengawasan (control), di mana analisis yang dibutuhkan untuk bisa

menentukan statistical control mewajibkan bahwa syarat-syarat suatu kualitas

pada keadaan tersebut dan kemampuan prosesnya telah dipelajari sampai

mendetail. Hal tersebut akan mengurangi beberapa titik kesulitan tertentu, baik

dalam proses maupun dalam spesifikasi.

2. Dikerjakannya kembali produk-produk yang scrap-rework. Dengan dilakukan

pengendalian, maka munculnya penyimpangan-penyimpangan dalam proses

dapat dicegah. Sebelum muncul hal-hal yang serius dan akan diperoleh

kesesuaian yang lebih baik antara kemampuan proses (process capability)

dengan spesifikasi, sehingga banyaknya produk-produk yang cacat (scrap)

dapat direduksi. Dewasa ini dalam suatu perusahaan, biaya-biaya bahanbaku

sering kali melebihi biaya pekerja sampai 3 bahkan 4 kalinya, sehingga dengan

perbaikan yang sudah dilakukan dalam hal penggunaan bahanbaku dapat

menghasilkan penghematan yang menguntungkan.

3. Biaya-biaya analisis, karena Statistical Quality Control dilakukan dengan cara

mengambil sampel-sampel dan menggunakan teknik sampling, maka hasil

produksi yang diperiksa hanya sebagian saja. Maka dari itu hal tersebut akan

membuat biaya- biaya pengecekan menjadi turun.

Page 27: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

25

2.6 Kemampuan dan Kestabilan Proses

Proses dapat didefinisikan sebagai serangkaian kondisi yang dikombinasikan untuk

menghasilkan suatu produk, layanan, atau hasil. kondisi ini umumnya

diklasifikasikan sebagai: (Garrity,1993)

1. Mesin dan peralatan

2. Metode dan prosedur

3. Personil

4. Material

5. Pengukuran

6. Lingkungan

Setiap kondisi adalah sumber variasi dalam proses. ketika kondisi ini digabungkan

untuk menghasilkan suatu produk atau jasa, jumlah alami dan dapat diprediksi dari

variasi acak terjadi dari kondisi ini tidak dapat sepenuhnya dihilangkan dan

diarahkan untuk variasi penyebab yang biasa.

Dalam banyak kasus, variasi penyebab umum dapat digambarkan oleh kurva

normal (gambar 2.10). yaitu, 99.7 % dari variasi penyebab umum akan jatuh dalam

±3 standar deviasi dari rata-rata. setiap kali proses menunjukkan variasi stabil dan

dapat diprediksi, proses ini beroperasi di kontrol. bagian atau jasa yang dihasilkan

oleh proses yang beroperasi di kontrol adalah yang terbaik yang proses dapat

menghasilkan, kecuali proses itu sendiri diubah atau diperbaiki.

Gambar 2.10 Kurva Normal

Page 28: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

26

2.6.1 Kapabilitas Proses (CP)

Metode lain menghitung kemampuan proses (CP). rumus yang digunakan untuk

menghitung CP adalah kebalikan dari rasio kemampuan (CR) rumus. CP adalah

rasio persyaratan proses ini (spesifikasi) ke level variasi penyebab umum (6σ).

𝐶𝑝 =𝑈𝑆𝐿 − 𝐿𝑆𝐿

6𝜎

Dimana, (2-10)

Cp = kapabilitas proses

USL = batas atas spesifikasi

LSL = batas bawah spesifikasi

σ = standar deviasi

Ketika kemampuan Proses ini digunakan untuk menentukan kemampuan proses .

nilai CP harus 1,33 atau lebih besar. (Garrity, 1993)

1. Jika nilai CP adalah antara 1.0 dan 1.33. Proses ini mampu, tetapi harus

dipantau secara hati-hati saat mendekati 1.0.

2. Jika nilai CP kurang dari 1.0, proses ini dinyatakan tidak mampu.

2.6.2 Index Kapabilitas Proses (Cpk)

Index kapabilitas proses (Cpk) merupakan index yang menampilkan

kemampuan/kapabilitas sebuah proses jangka pendek yang memenuhi batas

spesifikasi dimana dalam perhitungannya, centering proses dan sebaran data sangat

diperhatikan.

Cpk dapat dihitung dengan rumus :

Cpk = Cp – ( 1- k )

Dimana :

𝑘 =𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡(𝑇) − 𝑀𝑒𝑎𝑛(𝑋)

12 (𝑈𝑆𝐿 − 𝐿𝑆𝐿)

(2-11)

Page 29: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

27

Rumus lain yang bisa digunakan adalah sebagai berikut : (Garrity, 1993)

𝐶𝑝𝑘 =𝑈𝑆𝐿 − 𝑀𝑒𝑎𝑛(𝑋)

3𝜎

Atau (2-12)

𝐶𝑝𝑘 =𝑀𝑒𝑎𝑛(𝑋) − 𝐿𝑆𝐿

3𝜎

(2-13)

Ketika proses sempurna pada target, maka k=0 dan Cpk=Cp. Cpk akan

memuaskan apabila pergeseran data proses tidak jauh dari target (nilai k kecil) dan

sebaran proses sekecil mungkin (variasi proses terlalu kecil).

Proses dianggap capable jika seluruh data pengukuran ada di dalam area batas

spesifikasi (specification limits). Jika spesifikasi hanya mempunyai satu batas

yaitu batas atas saja (upper) atau batas bawah saja (lower) dan ketika target tidak

ditentukan, maka Cp tidak bisa digunakan dan hanya menggunakan Cpk.

Perhitungan kapabilitas proses dilakukan berdasarkan index kapabilitas proses

(Cp). Index Cp memiliki dua kekurangan besar. Pertama, tidak dapat digunakan

kecuali terdapat baik spesifikasi atas maupun bawah. Kedua, tidak dapat

menghitung data yang distribusinya tidak normal. Jika rata-rata proses tidak berada

pada garis tengah pada persyaratan perekayasaan, indeks Cp akan memberikan hasil

yang menyesatkan. Situasi ini akan lebih direfleksikan secara akurat dengan

menghitung indeks kapabilitas proses yang baru, CPK. Dalam hal ini indeks Cp

digantikan dengan CPK (Pyzdek, 2002). Untuk parameter yang hanya memiliki

satu spesifikasi (atas atau bawah) maka yang dipakai adalah nilai CPU (Upper

Capability Indeks) dan CPL (Lower Capability Indeks).

Jika nilai CPK adalah 0 dan 1.0, proses berarti berada dalam batas spesifikasi

bagaimanapun, sebagian dari variasi proses jatuh di luar batas spesifikasi (gambar

2.11 ).

Page 30: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

28

Gambar 2.11 Kurva CPK < 1,0

1. Jika nilai CPK adalah 1, salah satu ujung variasi proses jatuh pada batas

spesifikasi (gambar 2.12)

Gambar 2.12 Kurva CPK = 1,0

Page 31: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

29

2. Jika nilai CPK lebih besar 1, variasi proses jatuh sepenuhnya dalam batas-

batas spesifikasi (gambar 2.13).

Gambar 2.13 Kurva CPK > 1,0

Page 32: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Langkah – Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan pada

penelitian ini adalah sebagai berikut (gambar 3.1):

Gambar 3.1 Tahapan Metodologi Penelitian

Mulai

Observasi Awal

(Pengamatan Langsung dan Wawancara)

Identifikasi

Masalah

Pengumpulan

Data

Membuat Peta

Kendali X-bar dan R

Proses

Terkendali?

Menghitung

Kapabilitas Proses

Saran Peningkatan

Kinerja

Selesai

Ya

TidakMembuat:

Diagram Sebab Akibat

Menerapkan Tindakan

Pengendalian

Page 33: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

31

3.2 Observasi Awal

Observasi perusahaan adalah langkah pertama pada penelitian ini. Pada tahapan ini,

dilakukan observasi langsung di perusahaan dengan melakukan interview dengan

kepala departemen quality PT. XYZ dengan foreman laboratorium kimia dan

kepala departemen mixing liquid untuk mengetahui keadaan yang terjadi di

lapangan. Untuk memastikan permasalahan dilakukan pengamatan terhadap proses

produksi dan proses analisis laboratorium PT XYZ secara langsung.

3.3 Identifikasi Masalah

Setelah dilakukan observasi awal, kemudian dilakukan identifikasi latar belakang

masalah yang ditemukan oleh departemen quality PT XYZ setelah itu ditentukan

rumusan masalah dari yang telah dijelaskan pada latar belakang. Kemudian setelah

itu dilakukan penetuan tujuan dari penelitian yang akan menjawab permasalah yang

sudah dirumuskan sebelumnya. Kemudian, ditentukan batasan-batasan masalah

agar penelitian tetap pada ruang lingkup yang sudah ditetapkan. Setelah itu,

ditentukan juga asumsi-asumsi untuk membantu dalam penyelesaian masalah yang

telah dirumuskan. Hal-hal diatas dijelaskan pada Bab I.

3.4 Metodologi Penelitian

Menentukan tahapan untuk berpikir secara sistematis untuk menggambarkan

tahapan-tahapan dalam identifikasi, perumusan, analisis, pemecahan suatu masalah

dan sampai akhirnya didapat suatu kesimpulan dari masalah yang dijadikan objek

penelitian.

3.5 Studi Literatur

Studi literatur ini dilakukan untuk mempelajari konsep dan kegiatan dalam

melakukan penelitian dengan tujuan menunjang penelitian dengan melengkapi teori

yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian dan berperan dalam

pengumpulan informasi secara lengkap untuk memcahkan masalah yang

ditemukan. Landasan teori dapat berasal dari buku-buku atau referensi-referensi

lain yang berhubungan dengan penelitian. Pada tahapan ini, literatur yang

Page 34: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

32

digunakan adalah tentang pengendalian kualitas (Quality Control) dan Statistical

Process Control (SPC).

3.6 Analisis data

Mengumpulkan data–data yang diperlukan terkait proyek ini antara lain hasil

analisis kadar curcumin dalam VSOS dan analisis proses produksi VSOS dengan

cara wawancara dan observasi.

Pengolahan data dilakukan dengan mengguanakan alat bantu Statistical Process

Control (SPC), yaitu dengan membuat check sheet, membuat histogram dan

membuat peta kendali X dan R.

3.7 Kesimpulan dan Saran

Kemudian langkah terakhir yang dilakukan adalah pengambilan kesimpulan dan

pemberian saran. Kesimpulan yang diambil berisikan hasil dari perbandingan

antara kondisi awal dan kondisi akhir pada proses sterilisasi dan hasil analisis

terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan ini harus disesuaikan

dengan tujuan penelitian. Sedangkan saran berisikan rekomendasi mengenai apa-

apa yang dapat dilakukan untuk menutup kekurangan yang terjadi, apabila tujuan

belum sepenuhnya tercapai atau untuk menyempurnakan hasil penelitian. Saran

yang diberikan diharapkan bersifat membangun untuk tahap perbaikan selanjutnya.

Page 35: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

33

BAB IV

DATA DAN ANALISIS

4.1 Observasi Produk VSOS

Produk VSOS merupakan vitamin untuk menambah nafsu makan anak. Zat

utama/berkhasiat yang berfungsi untuk menambah nafsu makan yaitu curcumin.

Kadar curcumin yang terkandung dalam setiap 15 mL/1sdm adalah 10 mg dengan

toleransi ±1 mg. Berikut merupakan spesifikasi kadar curcumin dapat dilihat pada

tabel 4.1:

Tabel 4.1 Spesifikasi Kadar Curcumin

Zat

Utama/Berkhasiat

Target

(mg/15mL)

Toleransi

(mg/15mL)

Range

kadar

(mg/15mL)

Curcumin 10,00 ±1,00 9,00-11,00

Kadar Curcumin harus sesuai dengan spesifikasi perusahaan agar konsumen tidak

dirugikan dan produsen atau pihak perusahaan dapat dikatakan telah melakukan

proses pengendalian kualitas dengan baik terhadap produknya sebelum dipasarkan.

Kadar curcumin yang tidak sesuai spesifikasi memiliki indikasi bahwa pihak

perusahaan belum melakukan pengendalian kualitas dengan baik. Kadar curcumin

produk yang kurang dari spesifikasi akan merugikan pihak konsumen, sedangkan

kadar curcumin produk yang melebihi spesifikasi akan merugikan pihak produsen

karena menyebabkan penambahan biaya produksi yang sebenarnya dapat dihindari.

Seperti yang telah dibahas pada bab 1 (pendahuluan), telah teridentifikasi masalah

yang terjadi yaitu terjadi penyimpangan kadar curcumin pada produk VSOS yang

menyebabkan produk VSOS dinyatakan reject. Sebelum dinyatakan reject, produk

VSOS harus dilakukan proses rework, apabila masih terjadi penyimpangan kadar

curcumin maka produk tersebut dinyatakan reject. Berikut merupakan data

penyimpangan kadar curcumin pada tahun 2015 yang ditampilkan pada tabel 4.2:

Page 36: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

34

Tabel 4.2 Data Penyimpangan Kadar Curcumin Dalam VSOS Pada Tahun 2015

Bulan

Jumlah

Produksi

(Batch)

Jumlah

Penyimpangan

(Batch)

Keterangan

Berhasil

Rework Reject

Januari 17 0

Februari 20 1 1

Maret 18 0

April 18 0

Mei 20 9 5 4

Juni 19 7 4 3

Juli 18 5 2 3

Agustus 18 5 5

September 19 4 3 1

Oktober 20 4 4

November 19 6 3 3

Desember 19 5 2 3

Total 225 46 29 17

Persentase Penyimpangan 20,44% 12,89% 7,55%

Dari tabel 4.2 dapat dilihat terjadi penyimpangan kadar curcumin pada produk

VSOS tahun 2015 sebesar 20,44 %, lalu produk dirework dan produk yang berhasil

dirework adalah sebesar 12,89 % sisanya menjadi produk reject sebesar 7,55 %.

4.2 Pengumpulan Data

Produk sirup VSOS yang telah diproduksi dipindahkan ke container sebelum

dikemas, lalu diambil 3 bagian dengan menggunakan alat tip sampler sebanyak 500

mL per bagian untuk dijadikan sampel, adapun bagian yang diambil yaitu bagian

permukaan sirup/atas container (X1), bagian tengah sirup/tengah container (X2)

dan bagian dasar sirup/bawah container (X3). Setelah itu Sampel VSOS lalu

diambil 15 mL dan dianalisis kadar curcumin di laboratorium QC (Quality Control)

menggunakan alat spektrofotometer. Sisa sampel tersebut digunakan untuk analisis

parameter lain dalam produk VSOS. Dalam hal ini kadar curcumin merupakan

parameter yang paling banyak menyebabkan produk tersebut reject seperti

ditunjukan pada tabel 4.2.

Page 37: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

35

Data hasil penetapan kadar curcumin dicatat pada checksheet untuk dilakukan

analisis lebih lanjut. Data tersebut digunakan untuk menghitung rata-rata dan range

yang akan digunakan pada peta kendali X dan R, agar terlihat tingkat variasi dari

kadar curcumin produk VSOS pada proses produksi. Berikut ini merupakan data

hasil penetapan kadar curcumin selama periode Oktober 2015 - Desember 2015

yang dicatat dan ditampilkan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data Hasil Penetapan Kadar Curcumin

Batch Sampel

X1 X2 X3

30 10,40 10,84 10,11

31 10,66 11,15 11,20

32 10,24 10,59 10,81

33 11,04 11,27 11,04

34 10,90 11,11 11,23

35 10,53 10,00 9,31

36 9,04 9,77 10,57

37 9,25 10,33 10,48

38 11,00 10,89 10,95

39 10,82 10,20 10,11

40 10,34 10,54 9,73

41 10,11 10,01 9,89

42 10,16 10,21 10,40

43 10,67 11,27 11,34

44 10,48 10,40 10,37

45 9,88 10,03 10,05

46 10,81 10,98 11,27

47 9,77 10,22 10,14

48 10,40 10,84 10,11

49 11,01 11,23 11,21

50 10,24 10,59 10,81

51 11,04 11,27 11,04

52 10,90 11,11 11,23

53 10,35 10,00 9,42

54 9,82 10,40 10,00

55 10,12 10,30 10,04

56 11,00 10,89 11,20

57 10,20 10,20 10,11

58 10,53 10,00 9,31

Batch Sampel

X1 X2 X3

1 10,02 10,00 9,95

2 9,72 10,52 10,98

3 11,25 11,03 11,75

4 11,48 11,17 11,85

5 10,05 10,57 10,58

6 10,39 10,41 10,64

7 10,75 11,49 11,07

8 10,00 10,36 10,62

9 10,42 9,83 10,71

10 10,11 9,20 10,31

11 9,67 9,71 9,92

12 10,01 10,75 9,37

13 10,99 10,75 10,83

14 11,21 10,52 11,63

15 10,00 9,87 10,35

16 10,02 10,25 9,69

17 10,59 10,47 10,59

18 10,64 10,84 10,57

19 10,25 10,11 10,00

20 10,84 9,22 9,79

21 10,33 10,20 10,36

22 9,30 9,81 10,87

23 10,99 10,07 10,57

24 11,01 11,64 11,21

25 10,79 11,27 11,34

26 10,14 10,00 10,60

27 10,77 10,30 10,17

28 10,81 10,98 11,27

29 9,77 10,22 10,14

Page 38: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

36

4.3 Pembuatan Peta Kendali X dan R

Setelah data diperoleh dari hasil analisis kadar curcumin dijadikan data

pengamatan, maka data tersebut dihitung dan dibuat peta kendali X dan R.

4.3.1 Perhitungan Data

Pada tabel 4.3 terdapat 58 produk yang telah diproduksi pada periode Oktober-

Desember 2015, perhitungan sampel menggunakan rumus slovin adalah sebagai

berikut:

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝛼2

𝑛 =58

1 + 58(0,05)2

𝑛 = 50,66 ≈ 51

Dari data pada tabel 4.3 diambil 51 sampel lalu didapatkan data rata-rata, dan range

dari sampel. Berikut data hasil perhitungan rata-rata ( X ) dan range yang

ditampilkan pada tabel 4.4:

Page 39: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

37

Tabel 4.4 Perhitungan Rata-Rata ( X ) dan Range (R)

Dari perhitungan rata-rata ( X ) dan range (R) tiap sampel pada tabel 4.4 dihitung

dan dibuat peta kendali X dan R. Berikut merupakan perhitungan dan peta kendali

X dan R:

1. Rata-rata dari subgrup sampel ( X )

X =X 1 + X 2

+. . . + X 𝑛

𝑁=

∑ X 𝑖

𝑁

X =10,33 + 10,32

+. . . + 9,95

51

X = 10,443

Batch X1 X2 X3 Xbar R Batch X1 X2 X3 Xbar R

1 10,00 10,36 10,62 10,33 0,62 28 10,53 10,00 9,31 9,95 1,22

2 10,42 9,83 10,71 10,32 0,88 29 9,04 9,77 10,57 9,79 1,53

3 10,11 9,20 10,31 9,87 1,11 30 9,25 10,33 10,48 10,02 1,23

4 9,67 9,71 9,92 9,77 0,25 31 11,00 10,89 10,95 10,95 0,11

5 10,01 10,75 9,37 10,04 1,38 32 10,82 10,20 10,11 10,38 0,71

6 10,99 10,75 10,83 10,86 0,24 33 10,34 10,54 9,73 10,20 0,81

7 11,21 10,52 11,63 11,12 1,11 34 10,11 10,01 9,89 10,00 0,22

8 10,00 9,87 10,35 10,07 0,48 35 10,16 10,21 10,40 10,26 0,24

9 10,02 10,25 9,69 9,99 0,56 36 10,67 11,27 11,34 11,09 0,67

10 10,59 10,47 10,59 10,55 0,12 37 10,48 10,40 10,37 10,42 0,11

11 10,64 10,84 10,57 10,68 0,27 38 9,88 10,03 10,05 9,99 0,17

12 10,25 10,11 10,00 10,12 0,25 39 10,81 10,98 11,27 11,02 0,46

13 10,84 9,22 9,79 9,95 1,62 40 9,77 10,22 10,14 10,04 0,45

14 10,33 10,20 10,36 10,30 0,16 41 10,40 10,84 10,11 10,45 0,73

15 9,30 9,81 10,87 9,99 1,57 42 11,01 11,23 11,21 11,15 0,22

16 10,99 10,07 10,57 10,54 0,92 43 10,24 10,59 10,81 10,55 0,57

17 11,01 11,64 11,21 11,29 0,63 44 11,04 11,27 11,04 11,12 0,23

18 10,79 11,27 11,34 11,13 0,55 45 10,90 11,11 11,23 11,08 0,33

19 10,14 10,00 10,60 10,25 0,60 46 10,35 10,00 9,42 9,92 0,93

20 10,77 10,30 10,17 10,41 0,60 47 9,82 10,40 10,00 10,07 0,58

21 10,81 10,98 11,27 11,02 0,46 48 10,12 10,30 10,04 10,15 0,26

22 9,77 10,22 10,14 10,04 0,45 49 11,00 10,89 11,20 11,03 0,31

23 10,40 10,84 10,11 10,45 0,73 50 10,20 10,20 10,11 10,17 0,09

24 10,66 11,15 11,20 11,00 0,54 51 10,53 10,00 9,31 9,95 1,22

25 10,24 10,59 10,81 10,55 0,57 532,59 30,63

26 11,04 11,27 11,04 11,12 0,23 10,443 0,601

27 10,90 11,11 11,23 11,08 0,33

Jumlah

Rata-Rata

Page 40: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

38

2. Rata-rata dari range ( R )

R =𝑅1 + 𝑅2

+. . . + 𝑅𝑛

𝑁=

∑ 𝑅𝑖

𝑁

R =0,66 + 0,68

+. . . + 1,22

51

R = 0,601

3. Perhitungan kontrol limit peta kendali X dan R

a. Peta Kendali X

𝐶𝐿 X = X = 10,443

UCL X = X + A2 x R LCL X = X - A2 x R

UCL X = 10,443 + (1,023 x 0,601) LCL X = 10,443 - (1,023 x 0,601)

UCL X = 11,057 LCL X = 9,829

b. Peta Kendali R

CLR = R = 0,601

UCLR = D4 x R LCLR = D3 x R

UCLR = 2,575 x 0,601 LCLR = 0 x 0,601

UCLR = 1,547 LCLR = 0

Page 41: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

39

4.3.2 Peta Kendali X

Dari data yang telah dihitung diperoleh nilai CL, UCL dan LCL dari kadar curcumin

produk VSOS, setelah itu data tersebut diplot pada peta kendali X yang dapat

dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Peta Kendali X Kadar Curcumin

Keterangan :

1. Terdapat data pengamatan yang jatuh diluar batas kontrol, yaitu pada data

ke 4, 7, 17, 18, 26, 27, 29, 36, 42, 44 dan 45.

2. Tidak terbentuk pola yang terjadi didalam batas kontrol.

CL=10,443

UCL=11,057

LCL=9,829

9,600

9,800

10,000

10,200

10,400

10,600

10,800

11,000

11,200

11,400

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Peta Kendali X

Page 42: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

40

4.3.3 Peta Kendali R

Dari data yang telah dihitung diperoleh nilai CL, UCL dan LCL dari kadar curcumin

produk VSOS, setelah itu data tersebut diplot pada peta kendali R yang dapat dilihat

pada gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2 Peta Kendali R Kadar Curcumin

Keterangan :

1. Terdapat data pengamatan yang jatuh diluar batas kontrol, yaitu pada data

ke 13 dan 15.

2. Tidak terbentuk pola yang terjadi dalam batas kontrol.

4.3.4 Kesimpulan Proses

Berdasarkan hasil dari peta kendali X dan R, maka dapat disimpulkan bahwa

proses tidak terkendali (out of control) karena pada peta kendali X terdapat 11 titik

jatuh diluar batas kendali sedangkan pada peta kendali R terdapat 2 data

pengamatan yang jatuh diluar batas kendali dan tidak terbentuk pola..

CL=0,601

UCL=1,547

LCL=0

-0,200

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43 46 49

Peta Kendali R

Page 43: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

41

4.4 Analisis Penyebab Penyimpangan Kadar Curcumin

Penyebab penyimpangan kadar curcumin pada produk VSOS dapat dicari dan

diidentifikasi dengan menggunakan diagram sebab akibat. Penyusunan diagram

sebab akibat dilakukan dengan cara observasi dan wawancara dengan kepala bagian

mixing liquid dan kepala bagian QC (Quality Control). Proses identifikasi

bertujuan mengetahui sumber permasalahan, sehingga tindakan korektif dapat

dilakukan dengan lebih cermat dan tepat. Faktor-faktor penyebab penyimpangan

kadar curcumin pada produk VSOS digolongkan ke dalam 4 faktor utama, yaitu :

1. Man (Operator)

2. Machine

3. Material

4. Environment

Page 44: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

42

Diagram sebab akibat terhadap penyebab penyimpangan kadar curcumin dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:

Penyimpangan

Kadar Curcumin

Man

Machine

Material

Environment

Kurang Skill

Kurang

Ketelitian

Suhu Ruangan

Panas

Kelembapan Ruangan

tinggi

Ultra Turrax

Kurang

Pengawasan

Water Heater

Operator

baru

Operator

Baru

Kualitas

tidak sesuai

Atasan acuh

Tempat Penyimpanan

Material

Putaran

Tidak Stabil

Terlalu

Panas

Kelembapan Tinggi

Suhu

Panas

Air Handling Unit (AHU)

bermasalah

Air Handling Unit (AHU)

bermasalahMaintenance

kurang

Belum ada

SOP Maintenance

kurang

Belum ada

SOP

Kurang

pengawasan

Kurang pengawasan

SOP tidak dilakukan

Maintenanace

kurang

Belum ada

SOP Maintenance

kurang

Belum ada

SOP

Operator

mengabaikan

Sanksi kurang tegas

Belum ada

peraturan resmi

SOP tidak

dilakukan

Operator

mengabaikan

Sanksi

Kurang tegas

Belum ada

peraturan resmi

Kurang

TrainingKurang

training

Belum

terbiasa

Kurang penghargaan

dari perusahaan

Gambar 4.3 Diagram Sebab Akibat Penyebab Penyimpangan Kadar Curcumin

Page 45: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

43

Seperti yang terlihat pada gambar 4.3, faktor-faktor yang teridentifikasi

menyebabkan penyimpangan kadar curcumin pada produk VSOS yaitu faktor man,

machine, material dan environment sedangkan pada faktor method tidak ditemukan

masalah. Berikut penjelasan dari masing-masing faktor:

1. Man (Operator)

Man (operator) memiliki peran yang sangat penting pada produk yang dihasilkan.

Dari hasil analisis penyebab penyimpangan kadar curcumin pada produk VSOS

didapat bahwa 66,67% penyimpangan kadar curcumin dikerjakan oleh karyawan

kontrak, data terlampir.

Awareness operator dalam melakukan kegiatan dipengaruhi oleh motivasi yang

diterima oleh karyawan yang bersangkutan khususnya karyawan kontrak karena

mereka tahu hanya akan bekerja untuk sementara sesuai kontrak kerja. Kurangnya

awareness dapat membuat juga operator menjadi kurang teliti dalam bekerja.

Melalui pengawasan, karyawan akan merasa selalu diperhatikan oleh atasannya

apakah dia telah bekerja sesuai dengan prosedur atau tidak khususnya untuk

karyawan kontrak. Kemampuan/skill dari karyawan dapat ditentukan dari lama

bekerja (pengalaman), latihan yang diberikan (training), dan tingkat pendidikannya

(edukasi). Semakin lama masa kerja seorang karyawan, akan semakin banyak

pengalamannya dan semakin ahli dalam pekerjaannya.

Dari hasil analisis penyebab penyimpangan kadar curcumin, teridentifikasi akar

masalah yaitu kurangnya training pada operator baru dan kurangnya penghargaan

perusahaan kepada atasan dalam hal ini foreman atau supervisor yang membuat

kurangnya pengawasan terhadap bawahannya dalam bekerja.

2. Machine

Mesin mixing merupakan faktor yang paling penting yang paling berpengaruh

terhadap penyimpangan kadar curcumin. Mesin mixing merupakan mesin yang

berfungsi mencampur semua bahan baku sampai homogen. Dalam mesin mixing

terdapat 2 alat yang berpengaruh dalam proses pembuatan produk VSOS, yaitu

ultra turrax dan heater yang dapat diatur/disetting sesuai prosedur pembuatan

produk. Kesalahan dalam setting, cara penggunaan, maupun proses

Page 46: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

44

maintenance mesin dapat berakibat secara langsung terhadap kualitas produk

yang dihasilkan.

Ultra Turrax merupakan bagian utama dari mesin mixing. Prinsip kerja ultra turax

yaitu mencampur semua bahan baku dengan menggunakan getaran ultrasonik.

Untuk itu ultra turrax harus diperhatikan mulai dari awal pengaturan dan posisi

supaya tidak bergeser. Pengaturan ultra turrax yang tidak teliti dan posisi yang

bergeser dapat membuat produk tidak tercampur merata dan juga membuat kadar

air dalam proses menguap lebih banyak apabila putaran ultra turrax terlalu cepat.

Heater berfungsi untuk memanaskan air sebelum dicampurkan dengan bahan baku

lain. Tujuan air dipanaskan karena ada beberapa bahan baku yang larut hanya

dengan air panas sesuai suhu yang ditentukan, untuk proses produksi VSOS

menggunakan suhu 75oC. Untuk itu suhu heater harus terus dicek validitas antara

suhu alat dan suhu aktual agar suhu tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Karena

suhu pada proses pencampuran/mixing juga sangat berpengaruh pada kualitas

produk VSOS. Apabila suhu lebih rendah, akan membuat bahan baku tidak larut

sempurna, sedangkan apabila terlalu tinggi akan membuat kandungan-kandungan

didalam VSOS menjadi rusak atau juga kadar air menguap yang membuat sirup

VSOS menjadi lebih pekat.

Dari hasil analisis penyebab penyimpangan kadar curcumin, teridentifikasi akar

masalah yaitu belum ada SOP preventive maintenance untuk mesin mixing.

3. Material

Material merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penyimpangan kadar

curcumin. Material atau bahan baku harus sesuai dengan kualitas yang diperlukan

untuk memproduksi produk VSOS. Dalam hal ini lingkungan tempat penyimpanan

material sangat berpengaruh terhadap kualitas. Material untuk bahan baku produk

farmasi sangat sensitif terhadap suhu dan kelembapan. Dalam hal ini yang

menyebabkan suhu dan kelembapan adalah karena operator mengabaikan standar

operasional prosedur (SOP) dan tidak ada peraturan yang mengatur sanksi untuk

operator yang mengabaikan SOP.

Page 47: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

45

4. Environment

Salah satu juga yang faktor yang penting adalah environment/lingkungan. Adapun

lingkungan disini, yaitu ruangan produksi dan ruangan karantina produk sebelum

proses filling/pengisian ke botol. Faktor yang berpengaruh disini yaitu suhu dan

kelembapan karena mulai dari bahan baku sampai produk jadi sensitif terhadap

suhu dan kelembapan. Suhu dan kelembapan dalam hal ini tidak sesuai dengan

standar yang ditentukan karena air handling unit (AHU) bermasalah. Hal tersebut

terjadi karena kurangnya maintenance dan tidak adanya SOP untuk maintenance

AHU.

5. Method

Method merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan

kadar curcumin. Method produksi produk VSOS tidak teridentifikasi mengalami

masalah dan sudah diantisipasi dengan cara sampling yang dilakukan pada 3 titik

container (atas, tengah, bawah) untuk mendeteksi apabila ada metode produksi

yang bermasalah dan juga untuk mendeteksi bahan baku yang tidak tercampur

sempurna. Untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan antara bagian yang

disampling tersebut, maka dilakukan uji statistik dalam hal ini yaitu uji anova

dengan menggunakan software ms.excel seperti yang ditampilkan pada tabel 4.10.

H0: µ1 = µ2 = µ2

H1: µj tidak sama

Tabel 4.5 Hasil Peritungan Uji Anova

ANOVA

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,448284 2 0,224142 0,701468 0,497278 3,048833

Within Groups 54,64008 171 0,319533

Total 55,08836 173

Dari tabel 4.5 didapat angka Fcrit=3,048833 lebih besar dari F=0,224142 maka H0

diterima dan dapat disimpulkan tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara 3

titik sampling tersebut.

Page 48: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

46

4.5 Tindakan Perbaikan

Dari hasil analisis penyebab penyimpangan kadar curcumin teridentifikasi faktor-

faktor yang menyebabkan penyimpangan kadar curcumin. Setelah itu dilakukan

beberapa tindakan perbaikan sebagai berikut:

1. Man (operator)

Tindakan perbaikan yang dilakukan dari faktor man (operator) yaitu:

a. Untuk tahun 2016, penggunaan jasa karyawan kontrak di departemen

mixing liquid dihilangkan dan hanya mempekerjakan karyawan tetap yang

sudah kompeten. Dengan begitu maka masalah kurang skill, kurang teliti

dan kurang awareness dapat dikurangi.

b. Memberikan reward kepada atasan oleh perusahaan sesuai dengan kinerja

agar lebih termotivasi dalam bekerja dan dalam mengawasi bawahannya.

2. Machine

Tindakan perbaikan yang dilakukan dari faktor machine yaitu:

a. Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) preventive maintentance

mesin mixing untuk mencegah terjadinya masalah pada mesin, khususnya

pada ultra turrax dan water heater, SOP terlampir.

b. Untuk memastikan agar suhu larutan pada saat proses mixing sesuai dengan

yang tertera pada prosedur, maka dilakukan pengecekan suhu oleh operator

menggunakan termometer yang telah dikalibrasi setiap 30 menit dan dicatat

pada form pengecekan suhu proses produksi. Jika terjadi ketidaksesuaian

antara suhu aktual dan suhu yang tertera pada prosedur, maka operator harus

menghentikan proses dan melakukan perubahan setting pada heater sampai

didapat suhu larutan yang sesuai dengan prosedur.

3. Material

Tindakan perbaikan yang dilakukan dari faktor machine yaitu:

a. Membuat peraturan yang tegas untuk operator yang mengabaikan SOP

dalam pengawasan suhu dan kelembapan tempat penyimpanan material atau

bahan baku, SOP terlampir.

Page 49: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

47

4. Environment

Tindakan perbaikan yang dilakukan dari faktor environment yaitu:

a. Membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) preventive maintentance

AHU untuk mencegah terjadinya masalah pada lingkungan produksi,

khususnya suhu dan kelembapan ruangan produksi, SOP terlampir.

b. Melakukan monitoring suhu dan kelembapan ruang produksi pada saat

proses produksi berlangsung sesuai standar yang telah ditentukan. Maka

untuk setiap kali produksi ditugaskan kepada operator untuk mengecek suhu

dan kelembapan setiap 30 menit dan dicatat pada form pemantauan suhu

dan kelembapan. Ketika suhu dan kelembapan tidak sesuai standar, maka

operator bertanggung jawab untuk melaporkan ke departemen engineering

untuk melakukan perbaikan agar suhu dan kelembapan kembali sesuai

standar.

Dari hasil tindakan perbaikan diatas, dilakukan evaluasi setelah tiga bulan untuk

mengetahui apakah tindakan perbaikan sesuai dengan yang diinginkan untuk

menghilangkan akar dari penyebab permasalahan.

4.6 Hasil Perbaikan

Setelah dilakukan tindakan perbaikan, belum ditemukan penyimpangan kadar

curcumin pada produk VSOS atau dapat dinyatakan persentase penyimpangan 0 %.

Berikut merupakan data penyimpangan kadar curcumin setelah perbaikan yang

ditampilkan pada tabel 4.6:

Tabel 4.6 Data Penyimpangan Kadar Curcumin Setelah Perbaikan

Bulan

Jumlah

Produksi

(Batch)

Jumlah

Penyimpangan

(Batch)

Keterangan

Berhasil

Rework Reject

Januari 6 0 - -

Februari 14 0 - -

Maret 13 0 - -

Total 33 0 - -

Presentase Penyimpangan 0 % - -

Page 50: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

48

4.6.1 Data Setelah Perbaikan

Setelah dilakukan perbaikan didapat data hasil penetapan kadar curcumin dicatat

pada checksheet untuk dilakukan analisis kembali. Data tersebut digunakan untuk

menghitung rata-rata dan range yang akan digunakan pada peta kendali X dan R,

agar terlihat tingkat variasi dari kadar curcumin produk VSOS pada proses produksi

setelah perbaikan. Berikut ini merupakan data hasil penetapan kadar curcumin

periode Januari 2016-Maret 2016 yang dicatat dan ditampilkan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data Kadar Curcumin Setelah Perbaikan

4.6.2 Pembuatan Peta Kendali X dan R

Setelah data diperoleh dari hasil analisis kadar curcumin setelah perbaikan dan

dijadikan data pengamatan, maka data tersebut dihitung dan dibuat peta kendali X

dan R.

a. Perhitungan Data

Dari data pada tabel 4.7 didapatkan data rata-rata, dan range dari sampel. Berikut

data hasil perhitungan rata-rata ( X ) dan range (R) yang ditampilkan pada tabel

4.8:

X1 X2 X3 X1 X2 X3

1 10,12 10,3 9,88 18 10 10,18 10,17

2 9,91 9,49 9,83 19 10,25 10,11 10

3 10,22 10,29 10,31 20 10,48 9,75 9,97

4 9,86 9,75 10,06 21 10,00 9,87 10,35

5 10,17 10,04 10,18 22 10,02 10,25 9,69

6 10,04 10,02 9,86 23 10,25 10,11 10,00

7 10,2 10,15 10,13 24 10,48 10,22 9,79

8 10 10,03 10,26 25 10,33 10,20 10,36

9 10,42 9,83 10,17 26 9,84 9,81 10,27

10 9,93 9,7 10,31 27 10,00 10,36 10,62

11 10,26 10,06 10,26 28 10,42 9,83 10,17

12 9,67 9,71 9,92 29 10,11 9,82 10,31

13 10,24 10,57 10,1 30 9,67 9,71 9,92

14 10,21 9,52 9,73 31 10,01 10,15 9,73

15 10,16 9,87 10,35 32 9,82 10,40 10,00

16 9,74 10,25 9,69 33 10,12 10,30 10,04

17 9,85 9,88 10,19

BatchSampel

BatchSampel

Page 51: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

49

Tabel 4.8 Perhitungan Rata-Rata ( X ) dan Range (R)

Batch Sampel

X R X1 X2 X3

1 10,12 10,3 9,88 10,1 0,42

2 9,91 9,49 9,83 9,74 0,42

3 10,22 10,29 10,31 10,27 0,09

4 9,86 9,75 10,06 9,89 0,31

5 10,17 10,04 10,18 10,13 0,14

6 10,04 10,02 9,86 9,97 0,18

7 10,2 10,15 10,13 10,16 0,07

8 10 10,03 10,26 10,1 0,26

9 10,42 9,83 10,17 10,14 0,59

10 9,93 9,7 10,31 9,98 0,61

11 10,26 10,06 10,26 10,19 0,2

12 9,67 9,71 9,92 9,77 0,25

13 10,24 10,57 10,1 10,3 0,47

14 10,21 9,52 9,73 9,82 0,69

15 10,16 9,87 10,35 10,13 0,48

16 9,74 10,25 9,69 9,89 0,56

17 9,85 9,88 10,19 9,97 0,34

18 10 10,18 10,17 10,12 0,18

19 10,25 10,11 10 10,12 0,25

20 10,48 9,75 9,97 10,07 0,73

21 10,00 9,87 10,35 10,07 0,48

22 10,02 10,25 9,69 9,99 0,56

23 10,25 10,11 10,00 10,12 0,25

24 10,48 10,22 9,79 10,16 0,69

25 10,33 10,20 10,36 10,30 0,16

26 9,84 9,81 10,27 9,97 0,46

27 10,00 10,36 10,62 10,33 0,62

28 10,42 9,83 10,17 10,14 0,59

29 10,11 9,82 10,31 10,08 0,49

30 9,67 9,71 9,92 9,77 0,25

31 10,01 10,15 9,73 9,96 0,42

32 9,82 10,40 10,00 10,07 0,58

33 10,12 10,30 10,04 10,15 0,26

Total 331,98 13,05

Rata-Rata 10,060 0,395

Page 52: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

50

Dari perhitungan rata-rata ( X ) dan range (R) tiap sampel pada tabel 4.8 dihitung

dan dibuat peta kendali X dan R. Berikut merupakan perhitungan dan peta kendali

X dan R:

1. Rata-rata dari subgrup sampel ( X )

X =X 1 + X 2

+. . . + X 𝑛

𝑁=

∑ X 𝑖

𝑁

X =10,10 + 9,74

+. . . + 10,15

33

X = 10,060

2. Rata-rata dari range ( R )

R =𝑅1 + 𝑅2

+. . . + 𝑅𝑛

𝑁=

∑ 𝑅𝑖

𝑁

R =0,42 + 0,42

+. . . + 0,26

33

R = 0,395

3. Perhitungan kontrol limit peta kendali X dan R

c. Peta Kendali X

𝐶𝐿 X = X = 10,060

UCL X = X + A2 x R LCL X = X - A2 x R

UCL X = 10,060 + (1,023 x 0,395) LCL X = 10,043 – (1,023 x 0,362)

UCL X = 10,464 LCL X = 9,655

d. Peta Kendali R

CLR = R = 0,395

UCLR = D4 x R LCLR = D3 x R

UCLR = 2,575 x 0,395 LCLR = 0 x 0,395

UCLR = 1,018 LCLR = 0

Page 53: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

51

b. Peta Kendali X

Dari data yang telah dihitung diperoleh nilai CL, UCL dan LCL dari kadar curcumin

produk VSOS, setelah itu data tersebut diplot pada peta kendali X yang dapat

dilihat pada gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.4 Peta Kendali X Setelah Perbaikan

Keterangan :

1. Tidak terdapat data pengamatan yang jatuh diluar batas kendali.

2. Tidak terbentuk pola yang terjadi didalam batas kendali.

CL=10,060

UCL=10,464

LCL=9,655

9,500

9,700

9,900

10,100

10,300

10,500

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

Peta Kendali X

Page 54: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

52

c. Peta Kendali R

Dari data yang telah dihitung diperoleh nilai CL, UCL dan LCL dari kadar curcumin

produk VSOS, setelah itu data tersebut diplot pada peta kendali R yang dapat dilihat

pada gambar 4.5 berikut:

Gambar 4.5 Peta Kendali R Setelah Perbaikan

Keterangan :

1. Tidak terdapat data pengamatan yang jatuh diluar batas kendali.

2. Tidak terbentuk pola yang terjadi didalam batas kendali.

d. Kesimpulan Proses

Berdasarkan hasil dari peta kendali X dan R, maka dapat disimpulkan bahwa

proses terkendali (in control) karena pada peta kendali X dan peta R tidak terdapat

data pengamatan yang jatuh diluar batas kendali dan tidak terbentuk pola yang

terjadi didalam batas kendali.

CL=0,395

UCL=1,018

LCL=0

-0,200

0,000

0,200

0,400

0,600

0,800

1,000

1,200

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

Peta Kendali R

Page 55: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

53

4.6.3 Kapabilitas Proses Setelah Perbaikan

Setelah membuat peta kendali X dan R, langkah selanjutnya yaitu menghitung

kapabilitas proses (Cp dan Cpk). Perhitungan Cp dan Cpk menggunakan data peta

kendali X (tabel 4.8). Data dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Data Perhitungan Cp dan Cpk

Batch Xbar

1 10,10

2 9,74

3 10,27

4 9,89

5 10,13

6 9,97

7 10,16

8 10,10

9 10,14

10 9,98

11 10,19

12 9,77

13 10,30

14 9,82

15 10,13

16 9,89

17 9,97

18 10,12

19 10,12

20 10,07

21 10,07

22 9,99

23 10,12

24 10,16

25 10,30

26 9,97

27 10,33

28 10,14

29 10,08

30 9,77

31 9,96

32 10,07

33 10,15

Total 331,98

Rata-Rata 10,06

σ 0,183

3xσ 0,549

6xσ 1,098

Page 56: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

54

Diketahui data-data untuk menghitung Cpk adalah sebagai berikut:

USL = 11 (tabel 4.1) Mean = 10,060 (tabel 4.9)

LSL = 9 (tabel 4.1) 𝜎 = 0,183 (tabel 4.9)

1. Perhitungan Cp

𝐶𝑝 =𝑈𝑆𝐿 − 𝐿𝑆𝐿

6𝜎

𝐶𝑝 =11 − 9

6𝑥0,183

𝐶𝑝 =2

1,098= 1,82

2. Perhitungan Cpk

𝐶𝑝𝑘 = 𝑚𝑖𝑛 {𝑈𝑆𝐿 − 𝑚𝑒𝑎𝑛

3𝜎,𝑚𝑒𝑎𝑛 − 𝐿𝑆𝐿

3𝜎}

𝐶𝑝𝑘 = 𝑚𝑖𝑛 {11 − 10,06

3𝑥0,183,10,06 − 9

3𝑥0,183}

𝐶𝑝𝑘 = 𝑚𝑖𝑛 {0,94

0,549,

1,06

0,549}

𝐶𝑝𝑘 = 𝑚𝑖𝑛{1,71 ; 1,93}

𝐶𝑝𝑘 = 1,71

Untuk memastikan perhitungan Cp dan Cpk, perhitungan dapat juga menggunakan

bantuan software pengolah data statistik Minitab 16 seperti yang ditampilkan pada

gambar 4.6:

Page 57: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

55

10,810,510,29,99,69,39,0

LSL USL

LSL 9

Target *

USL 11

Sample Mean 10,0599

Sample N 33

StDev (Within) 0,183215

StDev (O v erall) 0,152617

Process Data

C p 1,82

C PL 1,93

C PU 1,71

C pk 1,71

Pp 2,18

PPL 2,31

PPU 2,05

Ppk 2,05

C pm *

O v erall C apability

Potential (Within) C apability

PPM < LSL 0,00

PPM > USL 0,00

PPM Total 0,00

O bserv ed Performance

PPM < LSL 0,00

PPM > USL 0,14

PPM Total 0,15

Exp. Within Performance

PPM < LSL 0,00

PPM > USL 0,00

PPM Total 0,00

Exp. O v erall Performance

Within

Overall

Process Capability

Gambar 4.6 Kapabilitas Proses Setelah Perbaikan

Dari hasil perhitungan menggunakan Minitab pada gambar 4.6, didapat nilai

Cp=1,82 dan Cpk=1,71. Maka dapat disimpulkan bahwa proses dinyatakan capable

karena Cp=1,82>1,33 dan Cpk=1,71>1,33.

4.7 Perbandingan Sebelum dan Setelah Perbaikan

Berdasarkan hasil analisis sebelum dan setelah perbaikan, didapatkan perbandingan

sebelum dan setelah perbaikan ditampilkan pada tabel 4.10 sebagai berikut:

Tabel 4.10 Perbandingan Sebelum dan Setelah Perbaikan

Item Sebelum

(Januari-Desember 2015)

Sesudah

(Januari-Maret 2016)

Persentase Penyimpangan

Kadar Curcumin 20,44% 0%

Dari tabel 4.10 dapat dilihat terjadi penurunan persentase penyimpangan kadar

curcumin dari 20,44% selama tahun 2015 menjadi 0% pada periode Januari-Maret

2016.

Page 58: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis pengendalian kualitas kadar curcumin dalam produk VSOS

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan peta kendali X dan R dapat dilihat bahwa proses dinyatakan tidak

terkendali (out of control). Karena ada beberapa data pengamatan yang jatuh

diluar batas kendali dan terbentuk pola yang terjadi didalam batas kendali.

2. Setelah peta kendali X dan R direvisi lalu dihitung kapabilitas proses dan

didapatkan nilai Cp dan Cpk lebih dari 1.33, maka dapat dinyatakan proses

tersebut capable.

3. Berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat dapat diketahui faktor

penyebab kerusakan dalam proses produksi, yaitu berasal dari faktor man,

machine, material/bahan baku dan environment/lingkungan kerja.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keahlian dan keterampilan

operator dan setelah itu hasil pelatihan dievaluasi oleh atasan, terutama pada

faktor- faktor yang dapat membuat terjadinya penyimpangan kadar curcumin.

2. Setelah tindakan-tindakan perbaikan dilakukan, maka perlu untuk dilakukan

evaluasi dengan cara pengumpulan data dan analisis data kembali untuk

mengetahui sudah seefektif apa tindakan perbaikan dilakukan.

3. Penerapan Statistical Process Control (SPC) untuk selanjutnya dapat

diterapkan pada kondisi-kondisi yang menyebabkan rework atau reject produk.

4. Perlu dilakukan pelatihan mengenai SPC, apabila SPC akan diterapkan untuk

proses pengendalian kualitas di masa yang akan datang.

Page 59: ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS KADAR CURCUMIN PADA PRODUK …

57

DAFTAR PUSTAKA

Deming, W.E. 1982. Out of The Crisis-Quality Productivity and Competitive.

Cambridge University Press.

Feigenbaum, V. A. 1989. Kendali Mutu Terpadu. Terjemahan. Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Gaspersz, V. 1998. Statistical Process Control, Penerapan Teknik-teknik

Statistikal dalam Manajemen Bisnis Total. PT. Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Garrity, M. S. (1993). Basic Quality Improvement, New Jersey : Prentice Hall

Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Operations Management, 10th. New Jersey:

Pearson Education, inc.

Ishikawa, K. 1982. Guide to quality Control. Asian Productivity Organization,

New York.

Juran, J. M. (1989). Juran on Quality by design, USA : Division of Mac Miller

Company, inc.

Mitra, A. (1998). Fundamental Of Quality Control and Improvement, Singapore:

MacMilan Publishing Co.

Montgomery, D.C. 1996. Introduction to Statistical Quality Control, Third

Edition. New York : John Willey and Son, Inc.

MN. Nasution.2005.Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management).

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pyzdek, T. 2002. The Six Sigma Handbook. New York: Mcgraw-Hill

Smith S.C & Todaro, P.M. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Suarez, G. 1992. Three Experts on Quality Management. USA: TQL Office Navy