analisis penyertaan modal pemerintah kota depok pada pt ... · 7. keluarga tercinta : kak melan,...

160
ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN BANTEN (BANK BJB) Oleh DIAN YUDO PALUPI H24070045 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: dotuyen

Post on 03-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

 

ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN

BANTEN (BANK BJB)

Oleh

DIAN YUDO PALUPI

H24070045

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

 

RINGKASAN DIAN YUDO PALUPI. H24070045. Analisis Peluang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI dan RADEN DIKKY INDRAWAN.

Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanekaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten (Bank BJB) Cabang Depok.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok, 2) mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya, 3) mengetahui kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya, 4) mengetahui posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur (kuesioner), In depth interview, survei lapang, dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis kelembagaan, analisis SWOT, dan analisis finansial.

Berdasarkan analisis kelembagaan bahwa Pemerintah Kota Depok hanya dapat melakukan penyertaan modal jangka panjang yakni penanaman saham pada BUMD saja (Bank BJB), dapat melakukan penyertaan modal jangka pendek seperti simpanan berbentuk tabungan dan deposito yang dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial, serta membeli obligasi pemerintah yang memiliki resiko sangat kecil. Dilihat analisis finansial dengan menggunakan kriteria EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) bahwa ROE dan EPS Bank BJB mengalami kenaikan dari tahun 2006-2010. Dari sisi analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki Bank BJB dapat mendukung perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk produk investasi jangka pendek, produk deposito merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kota Depok yang membutuhkan dana operasional per bulan dan deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok selain di Bank BJB yakni di bank lainnya yang berkategori sehat.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang. Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada produk perbankan di semua bank yang sehat yakni deposito dan tabungan (simpanan).

 

ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH

KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN

BANTEN (BANK BJB)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

DIAN YUDO PALUPI

H24070045

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

 

Judul Skripsi : Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada

PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)

Nama : Dian Yudo Palupi

NIM : H24070045

Menyetujui

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Farida Ratna Dewi, SE. MM) (R. Dikky Indrawan, SP. MM) NIP. 19710307 200501 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002

Tanggal Lulus :

iii  

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak dari pasangan Sugiono dan

Liana, dimana penulis memiliki dua orang kakak perempuan

bernama Melan dan Melly Novita serta seorang adik laki-laki

yaitu Hendi Setiawan. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal

27 Mei 1990.

Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN Semplak 1 Bogor tahun

1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMPN 4

Bogor pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh

pendidikan menengah atas pada SMAN 2 Bogor. Melalui jalur Ujian Seleksi

Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya pada

Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut

Pertanian Bogor (IPB).

Semasa kuliah, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB

sebagai staf Perekonomian dan aktif di berbagai kepanitian di Fakultas Ekonomi

dan Manajemen, serta sebagai pengurus di Beasiswa Yayasan Karya Salemba

Empat. Penulis pernah menjadi mahasiswa magang pada bagian Proses

Pengembangan Data dan Informasi (PPDI) Bank Indonesia.

iv  

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun

penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para

keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir

zaman.

Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan

yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank

Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)” sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai

pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada

penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Februari 2011

Penulis

v  

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Farida Ratna Dewi, SE. MM dan R. Dikky Indrawan, SP. MM selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada

penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang

bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan

bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen,

FEM IPB.

5. Pihak Bank Jabar Banten dan Pemerintah kota Depok, Ibu Rika sebagai

pembimbing lapang yang telah banyak membantu penulis dalam

penyediaan data saat melakukan penelitian.

6. Bapak Sugiono dan Ibu tercinta Liana yang telah membantu penulis untuk

dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat

dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan

skripsi ini.

7. Keluarga tercinta : Kak Melan, Kak Melly, dan Hendi yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup

penulis.

8. M. Ilham Mutaqien untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi,

dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan

mengisi hari-hari penulis, serta kasih sayangnya yang luar biasa.

9. Norvi, Gerry, Nanda, Enny, Lely, Ahmad Ajie, Fani, Imam, Septi, Rari,

Dani, Indri, Dimpy, dan Arif yang senantiasa memberikan dukungan,

bantuan, perhatian, dan motivasi serta selalu memberikan warna bagi

kehidupan penulis.

vi  

10. Teman-teman BEM FEM 2009-2010, Pengurus Paguyuban KSE IPB, dan

Tim Danone Buitenzorg, serta PT Masasi Indonesia yang dengan rasa

kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu

dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama.

11. Teman-teman Manajemen 44 yang tidak mungkin dapat disebutkan satu

persatu atas kebersamaan dan canda tawa selama ini

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.

Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Februari 2011

Penulis

vii  

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6

2.1. Manajemen Kas Daerah ............................................................ 6 2.2. Investasi .................................................................................... 8

2.2.1. Pengertian Investasi ..................................................... 8 2.2.2. Proses Investasi ............................................................. 8

2.3. Manajemen Investasi Daerah ................................................... 9 2.3.1. Investasi Aset Keuangan ............................................... 10 2.3.2. Risiko Investasi. ............................................................ 11 2.3.3. Prinsip Manajemen Investasi Daerah. ........................... 13

2.4. Saham ....................................................................................... 14 2.4.1. Pengertian Saham ......................................................... 14 2.4.2. Penilaian Saham ............................................................ 16

2.5. Pengertian Bank ........................................................................ 18 2.6. Pengertian Pasar Modal ............................................................ 19

2.6.1. Jenis Pasar Modal ......................................................... 20 2.6.2. Instrumen Pasar Modal. ................................................ 20 2.6.3. Lembaga Yang Terkait Dengan Pasar Modal. .............. 22 2.6.4. Pelaku Dalam Pasar Modal. .......................................... 23 2.6.5. Lembaga Penunjang. ..................................................... 24

2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 30 3.2. Lokasi dan Waktu .................................................................... 30

viii  

3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 31 3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 32

3.4.1. Analisis SWOT ............................................................ 32 3.4.2. Analisis Finansial. ......................................................... 36 3.4.3. Analisis Kelembagaan. .................................................. 40

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42

4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 42 4.2. Analisis Kelembagaan .............................................................. 44 4.3. Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank bjb)

Sebelum IPO ............................................................................ 50 4.4. Kebijakan Saham Setelah IPO ................................................. 53 4.5. Kinerja Bank Jabar Banten ....................................................... 56

4.5.1. Analisis SWOT ............................................................ 58 4.6. Analisis Finansial. ..................................................................... 67 4.7. Implikasi Manajerial ................................................................. 75

4.7.1. Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B ................ 76 4.7.2. Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan B ...... 77 4.7.3. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B .......................................................... 78

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81

1. Kesimpulan ............................................................................................... 81 2. Saran ......................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83

LAMPIRAN .................................................................................................. 85

ix  

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data ................................... 31 2. Metode Analisis ............................................................................... 32 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis .................................................... 34 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis...................................................... 35 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE. ....... 36 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah ....................................................................................... 44 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB ............... 54 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) ............................................... 65 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya ......................... 68 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya ....................... 68 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB ....................... 69 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010-2014 .................................. 70 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2011-2015 ................................. 71 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten ...................................... 75

x  

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 30 2. Analisis SWOT ................................................................................ 33 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok ..................... 53 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB............................... 57 5. Grafik Perkembangan untuk EPS dan ROE Bank BJB ................... 69 6. Grafik Forecasting untuk EPS Bank BJB ........................................ 70 7. Grafik Forecasting untuk ROE Bank BJB ....................................... 71 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten .......................................... 72 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten ......................................... 72 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten ................................................ 73

xi  

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Pertanyaan Wawancara Kepada Pihak Bank BJB .......................... 85 2. Kuesioner Terhadap Bank BUMN dan Bank Swasta di Depok ..... 88 3. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ 89 4. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ 92 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE ...................................................... 95 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 ................. 101 7. Posisi Saham Bank BJB sebelum dan sesudah IPO ......................... 123 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB ............................... 129 9. Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan .................................................................... 133 10. Suku Bunga Tabungan ..................................................................... 136 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar ................... 137 10. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT Bank BJB Tbk. ........................................................................... 138  

  

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Depok merupakan kota yang mulai berkembang dimana secara

administratif berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor dan Tangerang. Laju

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Kota Depok semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Kota Depok berfungsi sebagai penyangga

(buffer) yang menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi wilayah di

sekitarnya. Kota Depok banyak memasok berbagai kebutuhan di Jakarta.

Selain itu, penduduk yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya banyak yang

bermukim di Depok. Dengan demikian, Depok berkembang menjadi kota

yang potensial dan strategis dalam kegiatan sosial dan ekonomi.

Dalam perkembangannya, kota Administratif (Kotif) Depok tumbuh

dengan sangat cepat. Melihat pertumbuhan yang pesat tersebut dan adanya

tuntutan aspirasi masyarakat, maka dipandang perlu meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan, serta pelaksanaan pembangunan dan

pembinaan masyarakat guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada

masa mendatang. Untuk itu dibentuklah Pemerintah Daerah Tingkat II

(DATI II) Kota Depok pada tanggal 20 April 1999, berdasarkan Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Hal ini bertujuan untuk

lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada

masyarakat. Pembentukan ini bermakna pula sebagai wujud dukungan akan

kemampuan dan potensi wilayah Kota Depok dalam rangka

menyelenggarakan otonomi daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut tentunya akan

terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber

penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang-

undang tentang desentralisasi fiskal (UU No. 25 tahun 1999), dimana

besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan

antara Pusat dan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber

2  

keuangan diantaranya melalui "hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan" yang bersumber dari bagian laba BUMD maupun hasil

kerjasama dengan pihak ketiga.

Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22

tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

sesuai dengan potensi dan keanakaragaman sumber daya lokal yang

dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan undang-undang tersebut,

pemerintah daerah tentunya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam

membangun derahnya serta memiliki daya saing tinggi dengan

mengkombinasikan antara faktor kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan

publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan

membangun kemampuan daerah untuk lebih berkembang dan berdaya saing

(UU No. 32 tahun 2004). Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada sektor perbankan, karena

berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46

persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, yakni dengan penyertaan

modal terhadap Bank BJB.

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi

oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960

tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang

dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di

Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche

Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di

bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah

nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris

Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei

1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa

Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank

Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari

Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.

3  

Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya

Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi

Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang

kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai

perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal

27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat

diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat

ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992

serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank

Jabar dengan logo baru.

Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan

perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta

Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8

Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI

tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan

Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Lalu pada tahun 2007

terjadi perubahan nama, dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat

dengan sebutan Bank Jabar Banten. Dan pada tanggal 5 Juli 2010,

perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.

Pada tanggal 8 Juli 2010 Bank Jabar Banten secara resmi

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Jabar Banten

telah berhasil mengukir prestasi sebagai Bank Pembangunan Daerah

pertama yang telah melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada

publik. Dengan terjadinya hal ini, maka terjadi juga perubahan komposisi

kepemilikan saham pada Bank BJB.

Bank Jabar Banten telah menjual saham seri A terhadap pemerintah

dari tahun 1999 dan setelah IPO Bank BJB menawarkan saham kepada

publik sejumlah 2.424.072.500 lembar saham Seri B, termasuk EMSA

(karyawan dan nasabah) dengan harga penawaran Rp 600 per saham

4  

dengan dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan

saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan

dan disetor penuh Bank Jabar Banten.

Perubahan status hukum Bank BJB setelah berhasil berubah bentuk

menjadi Perseroan Terbatas dan melakukan IPO (Initial Public Offering),

maka banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah,

terutama Pemerintah Kota Depok terkait dengan penyertaan modal untuk

seterusnya. Tentunya untuk melakukan penyertaan modal tersebut

diperlukan kejelian dan ketajaman dan keakuratan daya analisis dari aparat

daerah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka analisis mengenai

penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok kepada pihak ketiga

yakni Bank BJB maupun produk pesaingnya perlu untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Perubah status hukum Bank BJB sebagai Perseroan Terbatas,

mengakibatkan berubah pula otonomi saham Bank BJB yang mulanya

saham pemerintah mutlak 100% menjadi 75% dan sisanya dimiliki oleh

masyarakat umum. Dari hal ini, Pemerintah Daerah Kota depok perlu

mengidentifikasi apakah penyertaan modal terhadap Bank BJB masih layak

atau tidak. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam

penyertaan modal oleh Kota Depok ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal

Pemerintah Daerah Depok?

2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB dalam

industri perbankan saat ini?

3. Bagaimana kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB

dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya?

4. Bagaimana posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah

Kota Depok pada Bank BJB?

5  

1.3 Tujuan

1. Menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal

Pemerintah Daerah Depok

2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang

dipengaruhi perbankan lainnya

3. Menganalisis kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank

BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya

4. Menganalisis posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah

Kota Depok pada Bank BJB

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi pihak Pemerintah Kota Depok, penelitian ini dapat dijadikan

alternative, masukan, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusan-

keputusan dalam Pemerintah Kota Depok yang berkaitan dengan

penyertaan modal pada Bank BJB guna peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

2. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi dan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia

terutama pada kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya.

1.5 Ruang Lingkup

Kajian ini membahas tentang peluang penyertaan modal yang

dilakukan Pemerintah Daerah Kota Depok terhadap Bank Jabar dengan

produk pesaingnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon

Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank

Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.

 

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Kas Daerah

Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan

uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan

dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah.

Terdapat tiga tujuan utama manajemen kas, yaitu:

1. keamanan kas

2. menjaga likuiditas keuangan

3. memperoleh keuntungan investasi

Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas dalam arti

melindungi kas dari kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan

manajemen yang buruk atau karena tindak korupsi dalam praktek

pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah

menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan

mencukupi untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan

kembali hutang jangka pendek yang jatuh tempo, membayar kewajiban

kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan

membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek.

Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh

keuntungan investasi bersifat kontradiktif. Likuiditas yang tinggi

membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun, kondisi keuangan

yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan

memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut

sebenarnya dapat digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan

keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan kas yang terlalu besar dalam

7

 

instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manajer keuangan sektor publik

adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu

menentukan jumlah kas di tangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan

operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur (Mahmudi,

2010)

Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi (PP 58/2005, Pasal 2):

a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah, dana retribusi daerah

serta melakukan pinjaman;

b. Kewajiban daerah untuk menyelengggarakan urusan pemerintahan

daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;

c. Penerimaan daerah

d. Pengeluarah daerah;

e. Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,

surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat

dinilai dengan uang; termasuk kekayaan yang dipisahkan pada

perusahaan daerah;

f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam

rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau

kepentingan umum

Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 4)

1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,

kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem

yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun

ditetapkan dengan peraturan daerah (Halim, 2010).

8

 

2.2. Investasi

2.2.1 Pengertian Investasi

Menurut Husnan (1998) investasi adalah setiap pengguna dana

dengan maksud memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut Halim

(2003) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan

datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk

digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang

tertentu (Jogiyanto, 2000). Dari beberapa pengertian investasi dapat

disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan dalam bidang

finansial yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal

dari kekayaan atau asset yang ditanam.

2.2.2 Proses Investasi

Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor

membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan,

dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan

langkah-langkah;

a. Menentukan kebijakan investasi

Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan

dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan

keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa

tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-

besarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita

rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan

maupun risiko.

b. Analisis Sekuritas

Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau

sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk

mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah

harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat

mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut.

9

c. Pembentukan Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut

identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa

proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas

tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi

risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain:

preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.

d. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,

dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang

telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak

sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat

melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio

tersebut.

e. Evaluasi Kinerja

Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap

kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat

keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak

benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih

tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 2000).

2.3. Manajemen Investasi Daerah

Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan

daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Investasi daerah

merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh

keuntungan di masa yang akan datang (Mahmudi, 2010). Terdapat tiga

tujuan utama dilakukannya investasi daerah, yaitu:

1. Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield);

2. Untuk keamanan aset daerah (safety);

3. Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas

keuangan (likuidity).

10

 

Adapun kebijakan investasi daerah, setidaknya harus memperhatikan empat

hal:

1. Instrumen investasi apa yang akan dibeli;

2. Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan;

3. Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan;

4. Seberapa besar manfaat dan risiko investasi.

Pada dasarnya investasi daerah luas meliputi:

1. Investasi Aset Keuangan (Financial Assets), antara lain: Deposito,

Saham, Obligasi, Sukuk (Obligasi Syariah), Reksadana, Surat

Berharga lainnya, dan Penyertaan modal.

2. Investasi Aset Nonkeuangan, meliputi:

• Aset Berwujud (tangiable assets) dalam bentuk Aset Tetap,

antara lain:

Tanah dan bangunan;

Jalan, irigasi, dan jembatan;

Infrastruktur dan jaringan;

Mesin dan peralatan;

• Investasi Aset Tidak Berwujud (intangiable assets), antara lain:

Sumber Daya Manusia (intelellectual assets);

Data Base dan sistem Informasi.

2.3.1 Investasi Aset Keuangan

Investasi aset keuangan dapat dibedakan mejadi dua jenis, yaitu:

1. Berdasarkan jangka waktunya, terdiri atas:

• Investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun)

• Investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun)

2. Berdasarkan sifat kepemilikannya, terdiri atas:

• Investasi permanen;

• Investasi tidak permanen.

Investasi jangka pendek adalah investasi pada berbagai

instrumen keuangan yang memiliki masa jatuh tempo atau

kepemilikan kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek

bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan

11

manajemen kas daerah. Investasi jangka pendek dilakukan untuk

memanfaatkan kas daerah yang masih menganggur atau belum

digunakan sampai jangka waktu tertentu, menjaga keamanan kas

daerah, serta untuk memperoleh keuntungan investasi.

Instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipilih antara lain:

• Deposito 1 bulan;

• Deposito 3 bulan;

• Deposito 6 bulan;

• Surat Perbendaharaan Negara (SPN);

• Saham untuk dijual kembali dalam jangka waktu kurang dari 1

tahun.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang memiliki masa

jatuh tempo atau kepemilikan lebih dari satu tahun. Investasi jangka

panjang merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang dalam

jangka pendek digunakan untuk mengalokasikan surplus anggaran dan

jangka panjangnya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta

menjaga kesinambungan fiskal daerah.

Instrumen investasi jangka panjang yang bisa dipilih antara lain;

• Deposito 12 bulan;

• Surat Utang Negara;

• Obligasi/penyertaan modal jangka panjang;

• Dana bergulir(roll-over fund).

2.3.2 Risiko Investasi

Menurut Mahmudi (2010), seperti halnya dengan utang,

investasi daerah di samping memberikan keuntungan juga

mengandung risiko yang harus dikelola dengan baik. Risiko investasi

tersebut antara lain :

1. Risiko kredit (credit risk)

Risiko kredit adalah risiko yang terkait dengan kegagalan peminjam

dana pemerintah untuk mengembalikan dana yang dipinjam tersebut

pada saat jatuh tempo. Risiko kredit dapat diminimalisasi dengan cara

12

 

melakukan analisis kredit secara cermat, membatasi jumlah investasi

terhadap kredit yang berisiko tinggi, mensyaratkan adanya penjaminan

atas investasi tertentu.

2. Risiko Likuiditas (liquidity risk)

Risiko likuiditas terkait dengan kemudahan untuk instrumen investasi

sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian. Semakin sulit suatu

instrumen investasi untuk dijual, maka semakin tinggi risiko

likuiditasnya. Risiko likuiditas dapat dikurangi dengan cara memilih

instrumen investasi yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder serta

membuat perkiraan arus kas dan skedul jatuh jatuh tempo investasi

sehingga antara kebutuhan kas dengan pencairan investasi bisa

disesuaikan.

3. Risiko pasar dan suku bunga (market and interest rate risk)

Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan penurunan investasi

yang disebabkan terjadinya perubahan pasar keuangan. Harga pasar

keuangan sangat terkait dengan perubahan tingkat suku bunga.

Kenaikan suku bunga dapat berisiko menurunkan harga surat

berharga. Investasi dengan tingkat pendapatan tetap (fixed income

securities) tidak akan banyak terpengaruh oleh perubahan harga pasar,

sedangkan untuk investasi dengan tingkat pendapatan mengambang

(floating income securities) sangat dipengaruhi oleh perubahan

perubahan harga pasar.

4. Risiko reinvestasi (reinvestment risk)

Risiko reinvestasi terjadi jika pendapatan dari investasi tidak dapat

diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan

dana pokok yang diinvestasikan. Hal ini pada umumnya terjadi pada

surat berharga yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (callable

securities). Penerbit surat berharga biasanya melunasi/menarik

kembali surat berharganya pada saat terjadi penurunan tingkat suku

bunga di pasar keuangan. Hal ini kemudian memicu munculnya risiko

reinvestasi bagi investor.

13

2.3.3 Prinsip Manajemen Investasi Daerah

Prinsip manajemen investasi daerah antara lain: legalitas,

keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian.

• Legalitas

Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undang-

undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang pokok-

pokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka panjang

harus mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk investasi jangka

pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus melalui persetujuan

DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah terkait,

misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen

investasi daerah.

• Keamanan

Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan

investasi. Oleh karena itu, setiap keputusan investasi daerah harus

didukung dengan analisis yang memadai tentang manfaat dan risiko

investasi. Karakteristik investasi adalah semakin tinggi tingkat

keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko

investasi tersebut (high risk high return). Untuk tujuan keamanan,

investasi dengan tingkat risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi

daerah. Pemerintah daerah sebaiknya memilih instrumen investasi

yang lebih aman bagi keuangan daerah.

• Likuiditas

Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat

dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti.

Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah pemerintah

daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas yang

mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak memiliki

proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen investasi

yang tidak likuid.

14

 

• Keuntungan

Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan.

Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang

optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya untuk membuat

portofolio investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi daerah

dengan tingkat resiko tertentu.

• Kesesuaian

Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis,

bukan juga l embaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen

investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak

dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada zero coupon

bond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari lima tahun.

Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai

untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak

melanggar peraturan perundangan yang terkait

2.4. Saham

2.4.1 Pengertisan Saham

Sekuritas atau efek adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan

di pasar modal primer maupun sekunder (Gitosudarmo, 1999). Sedangkan

menurut Thian Hin (2001). Saham yaitu surat berharga yang merupakan

bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham

merupakan tanda bukti pengambilan pengambilan bagian saham, juga

merupakan tanda bukti pengambilan bagian peserta dalam suatu perusahaan

(Riyanto, 1999). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perusahaan

perseroan terbatas. Jenis saham antara lain:

a. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.

Pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden

sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo, 1999).

15

b. Saham Preferen

Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan

antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2003), saham preferen

adalah saham yang memberikan hak deviden dan atau bagian kekayaan

pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan disamping itu

mempunyai preferen untuk digunakan dalam mengajukan pencalonan

direksi/ komisaris (Gitosudarmo, 1999).

c. Saham Treasury ( Treasury stock )

Saham treasury adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah

dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan

untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri (Jogiyanto, 2003).

Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan

atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud

saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

tersebut (binder produk–produk yang ada di pasar modal).

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan, pemilikan

seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham

tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan

yang ditanam di perusahaan (Tjiptono dan Hendy, 1995).

Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan

investasi utama ( Kertonegoro, 1995) adalah:

a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan

prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chip dan saham

nonspekulatif lainnya.

b. Sebagai pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi

jangka panjang sehingga mereka mencari saham pertumbuhan untuk

memperoleh capital gain atau saham, sumber penghasilan untuk

mendapatkan deviden.

16

 

c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada

penerimaan deviden sehingga mereka akan mencari saham penghasilan

yang bermutu baik dan hasil tinggi.

2.4.2 Penilaian Saham

Harga saham adalah harga yang dibentuk dan interaksi para penjual

dan pembeli saham dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan

mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu para investor memerlukan

informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam

mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Menurut Ang

(1997) nilai dari saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga

jenis:

a. Nilai nominal

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam saham yang berfungsi

untuk tujuan akuntansi, nilai ini tidak dapat digunakan untuk mengukur

sesuatu. Nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam

neraca.

b. Harga dasar (Base Price)

Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya, harga saham

diperoleh dari perkalian antara nilai par value dengan jumlah saham

yang diterbitkan. Harga dasar suatu saham sangat erat hubungannya

dengan harga pasar tersebut. Harga dasar diperhitungkan dalam

perhitungan indeks harga saham, harga dasar akan berubah seiring

dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split,

warrant, redemtion.

c. Harga Pasar (Market Price)

Harga pasar merupakan harga dimana harga tersebut berlaku saat pasar

sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar

adalah harga penutupan (Closing Price), harga pasar adalah harga yang

mencerminkan naik turunnya suatu saham. Jika harga saham dikalikan

dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan terbentuk market

value.

17

Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar yang berarti

saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran, karena

permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya, maka

harga sahampun akan mengikuti pada fluktuasi tersebut. Pada kondisi

dimana permintaan saham lebih banyak, maka harga saham akan cenderung

meningkat .

Faktor-faktor yang menentukan harga saham dipasar adalah:

1. Taksiran penghasilan yang akan diterima

2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana

dipengaruhi oleh keuntungan yang bebas risiko serta risiko yang

ditanggung investor.

Harga saham mencerminkan prestasi emiten, pergerakan harga saham

dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin

baik maka keuntungan yang dapat dihasilan dari operasi usaha semakin

besar, hal ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang

saham juga semakin besar. Bagi investor, harga saham dan pergerakannya

merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham

dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi (overprice)

ataupun terlalu rendah (underprice). Melalui penilaian saham inilah para

investor akan bisa memutuskan untuk menentukan strategi invetasi melalui

keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham tertentu.

Harga saham juga mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin

tinggi harga saham maka, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan

semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai peruahaan,

oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat

memperhatikan harga saham. Harga saham yang terlalu rendah sering

diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik namun, bila harga saham

terlalu tinggi dapat mengurangi investor untuk membeli sehingga

menimbulkan harga saham sulit meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal

terebut maka banyak perusahaan yang melakukan stock split terhadap

sahamnya, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli.

18

 

2.5 Pengertian Bank

Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku

inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan

operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan

populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena

produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat

(Hasibuan, 2008).

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992

tentang perbankan yang telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun

1998 yakni Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang

menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta

cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum

adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan

atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan

perekonomian suatu bangsa karena bank adalah pengumpul dana dari SSU

(Suplus Spending Unit) dan penyalur kredit kepada DSU (Defisit Spending

Unit); tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat;

pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis,

dan ekonomis; penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan

L/C; dan penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.

a. Simpanan

Menurut Hasibuan (2008), simpanan atau tabungan adalah dana yang

dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito

19

berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dapat dipersamakan dengan itu (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan Bab 1 Pasal 1 ayat (6)).

• Tabungan

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, tabungan dapat

didefinisikan sebagai simpanan pihak ketiga di bank yang

penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat

tertentu. Pengertian tabungan tersebut ditinjau dari sudut mikro yaitu

sebagai salah satu produk di bank.

• Deposito

Pengertian deposito menurut Undang-undang Perbankan nomor 10

tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat

dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah

penyimpanan dengan bank.(henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Down-

loads/.../sumber+dana+bank-M2.pdf)

2.6 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat

bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang

diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat

pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau

organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk

melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal,

sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau

tambahan modal untuk keperluan usahanya.

Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52

Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah

Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952

(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa

adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat

kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan

20

 

sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim

dikenal sebagai efek.

2.6.1 Jenis Pasar Modal

Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga

macam, yaitu:

a. Pasar perdana

Penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang

menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada

pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang

menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.

b. Pasar sekunder

Penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada

pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut.

Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara

permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat

memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek,

sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual

efeknya di luar bursa efek.

c. Bursa parallel

Pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek

yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa

paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang

dan Efek-efek (PPUE).

2.6.2 Instrumen Pasar Modal

Saham adalah satu efek yang pasar umumnya dijual di pasar modal

(bursa efek) adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada

suatu Perseroan Terbatas (PT).

21

Obligasi

Surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu

jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari

obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan

penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.

• Obligasi atas unjuk (bearer bonds) berarti pemegang obligasi

dianggap sebagai pemilik atas hak obligasi tersebut.

• Obligasi atas nama (registered bonds) berarti yang berhak atas

sejumlah nilai uang atas obligasi tersebut adalah sesuai dengan nama

yang tertera pada obligasi tersebut.

Surat Berharga Lainnya

Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah banyak

digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat

beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang,

seperti option, warrant, dan right.

a) Option

Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi

bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk

membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada

harga yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Warrant

Surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan

hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan

persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut

biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant

tersebut.

c) Right

Surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak

kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli

tambahan saham pada penerbitan saham baru.

22

 

2.6.3 Lembaga yang Terkait dengan Pasar Modal

Pengatur Pasar Modal (BAPEPAM)

Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan

suatu lembaga yang mengatur pasar modal tersebut. Pasar modal di

Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah disebut Badan

Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) atas nama Departemen

Keuangan. Pasar modal yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta,

dan oleh pemerintah. Bursa Efek Jakarta yang beroperasi di Jakarta

dikelola oleh BAPEPAM milik pemerintah, Bursa Efek Surabaya

yang beroperasi di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya

milik swasta, dan Bursa Paralel dikelola oleh Persatuan Pedagang

Uang dan Efek-efek (PPUE).

Instansi Pemerintah

Selain sebagai pengatur pasar modal, pemerintah juga campur

tangan dalam hal-hal tertentu agar pasar modal tersebut dapat

berjalan secara efektif dan efisien. Instansi Pemerintah yang terlibat

dalam mekanisme pasar modal adalah Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis, dan Departemen

Kehakiman. BKPM memberikan ijin penanaman modal yang

meliputi komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal

dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi pemegang

saham. Departemen Teknis memberikan ijin usaha dalam bidang-

bidang tertentu. Misalnya ijin usaha perbankan diberikan oleh

Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia.

Departemen Teknis bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di

bidang perdagangan/distributor adalah Departemen Perdagangan

dan Industri.

Lembaga Swasta

Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Badan Penilai

(Appraiser), dan Konsultan Efek (Investment Advisor). Akuntan

Publik, termasuk akuntan negara di bawah Badan Pemeriksa

23

Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKP), berperan sebagai

penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public, meliputi

pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.

2.6.4 Pelaku dalam Pasar Modal

Perkembangan suatu pasar modal sangat bergantung dari aktivitas

pelakunya dan aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat dalam

pelaksanaan pasar modal tersebut.

a. Emiten

Perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (go

public). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public,

yaitu:

1. memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam perluasan

usaha

2. mengubah/memperbaiki komposisi modal

3. melakukan pengalihan pemegang saham.

b. Investor (pemodal)

Badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan

go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama

adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang

kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada

penawaran umum di pasar modal.

• Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas

namanya sendiri melakukan penanaman modal (investasi).

• Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas

nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana

pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek

yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban

lembaga tersebut.

24

 

2.6.5 Lembaga Penunjang

Lembaga Penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung

bekerjanya pasar modal, antara lain:

a. Penjamin Emisi (Underwriter)

Berfungsi sebagai penjamin dalam penjualan efek yang diterbitkan

oleh perusahaan go public. Jaminan yang dikeluarkan oleh penjamin

emisi mengandung risiko jika efek yang dijual tidak Iaku dan

sebaliknya akan memperoleh imbalan jika Iaku. Besarnya imbalan

sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Karena terdapat

risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, maka biasanya

penjamin emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara

keseluruhan. Ada 4 macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin

emisi, yaitu Full Firm Commitment, Best Effort Commitment,

Standby Commitment, dan All or None Commitment.

b. Wali Amanat (Trustee)

Wali amanat hanya diperlukan hanya jika perusahaan menerbitkan

efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai

wali si pemberi amanat. Pemberi amanat dalam penerbitan obligasi

adalah investor, sehingga wali amanat mewakili kepentingan

investor. Tugas wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah:

1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.

2. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan.

3. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten.

4. Mengikuti secara terus menerus perkembangan perusahaan

emiten dan jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten.

5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran

bunga dan pinjaman pokok obligasi.

6. Sebagai Agen Utama Pembayaran.

25

c. Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang)

Pihak yang melakukan jual beli efek yang listing di bursa efek.

Pialang memperoleh balas jasa dari layanan yang ia berikan kepada

investor. Layanan tersebut berupa informasi yang dibutuhkan

investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan

(financial management). Badan atau perorangan dapat menjadi

perantara perdagangan efek. Badan yang dimaksud dapat berbentuk

LKBB, bank, atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang

khusus bergerak di bidang perantara perdagangan efek. Badan atau

perorangan yang ingin beroperasi sebagai perantara perdagangan

efek harus memenuhi syarat bahwa badan atau perorangan tersebut

berada di Indonesia, mempunyai keahlian di bidang perdagangan

efek, mempunyai modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dan harus

memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia.

d. Pedagang Efek (Dealer)

Melakukan perdagangan efek di lantai bursa. Berbeda dengan

Broker, Pedagang Efek dapat membeli efek atas namanya sendiri,

selain itu juga bisa memberi informasi kepada kleinnya tentang

kondisi pasar modal. Walaupun Pedagang Efek ini juga dapat

memperjual belikan efek selain memberi informasi kepada klien,

dalam praktiknya ia harus mengutamakan pesanan kliennya. Dari

aktivitas perdagangan efek tersebut, Pedagang Efek dimungkinkan

untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Jika harga efek

(saham/obligasi) yang ia jual lebih tinggi dibandingkan dengan

harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek akan

memperoleh keuntungan (capital gain) dan apabila harga efek yang

ia jual lebih rendah dibandingkan dengan harga efek tersebut pada

saat ia beli, maka pedagang efek menderita kerugian modal (capital

loss).

26

 

e. Perusahaan Surat Berharga (Securities Company)

Bergerak di bidang perdagangan efek-efek yang tercatat di bursa

efek. Perusahaan Surat Berharga ini didukung oleh tenaga

profesional dalam mekanisasi perdagangan efek, seperti

underwriter, broker, fund management Jadi, perbedaannya dengan

Pedagang Efek (Dealer) adalah bahwa pedagang efek mempunyai

aktivitas jual beli efek dan memberi informasi dan konsultasi kepada

klien saja, sedangkan perusahaan surat berharga tidak hanya itu,

tetapi juga menyediakan jasa profesional yang lain, seperti

underwriter, fund management

f. Perusahaan Pengelola Dana (investment Company)

Perusahaan yang beroperasi di pasar modal dengan mengelola

modal yang berasal dari investor. Perusahaan pengelola dana

mempunyai dua unit yang paling utama, yakni :

• Pengelolaan dana (fund management) dan

• Penyimpanan dana (qustodian).

Pengelola dana memutuskan efek mana yang harus dijual dan efek

mana yang harus dibeli, setelah itu yang melaksanakan penjualan

atau pembelian adalah penyimpan dana (qustodian). Qustodian juga

melakukan penagihan bunga dan deviden kepada emiten.

g. Biro Administrasi Efek

Berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang

berkenaan dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro ini

sangat diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas.

Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Biro Administrasi

Efek, di antaranya:

1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek;

2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas

saham para investor;

27

3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk

melakukan Pembukuan Pemegang Saham (pembuatan Daftar

Pemegang Saham) atas permintaan emiten;

4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham,

misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan

pengumumam pembayaran deviden atas nama emiten;

5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng,

seperti Bapepam (Anwar, 2010)

2.7. Penelitian Terdahulu

Dewi (2007) yang menganalisis strategi penyertaan modal Provinsi

DKI Jakarta kepada beberapa perusahaan daerah dan perusahaan lainnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi model-model penyertaan

modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta

kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model tersebut, serta

penyusunan strategi penyertaan modal yang dapat dijadikan acuan bagi

pemerintah di Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan penyertaan modal

kepada Perusahaan Daerah dan Perusahaan lainnya.

Untuk menjawab tujuan dari penelitian, maka dilakukan terhadap

model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi

DKI Jakarta, analisis dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan dan

kelemahan dari masing-masing model selama ini. Selain itu juga dilakukan

analisis perbandingan dengan model-model penyertaan modal baik di

tingkat nasional maupun dunia dengan analisis review literature secara

konseptual dan aplikasinya.

Untuk mengetahui posisi model-model penyertaan modal yang

dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap model-model

pesaing dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan matrik

profil kompetitif yaitu dengan memberi peringkat pada masing-masing

model yang diperbandingkan.

Dengan mengacu pada hasil kuisioner maupun wawancara secara

mendalam dari responden serta dari data-data sekunder, akan didapat

informasi menyeluruh yang menggambarkan secara obyektif kondisi dan

28

 

posisi perusahaan daerah. Selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk

analisis SWOT yang akan memetakan keunggulan dan kelemahan serta

peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan daerah

yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan strategi dalam

penyertaan modal bagi permerintah Provinsi DKI Jakarta kepada

perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Pada penelitian ini,

penyusunan strategi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu (1) tahap

masukan input (input stage) dengan menggunakan matriks Internal Factor

Analysis (IFA) dan External Factor Analysis (EFA); dan (2) tahap

pemaduan (matching stage) dengan menggunakan matriks Internal dan

Eksternal (Matriks IE) serta matriks SWOT. Hasil dari analisis SWOT

adalah berbagai alternatif strategi, selanjutnya alternatif strategi yang ada

akan dipilih strategi yang terbaik dengan mempergunakan Quantitative

Strategic Planning Matriks (QSPM). Selain metode di atas kajian ini juga

dilengkapi dengan analisis dari sisi keuangannya yaitu analisa investasi

yang meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan

Index Profitability untuk memperkuat strategi yang sudah diperoleh dari

perhitungan metode QSPM, sehingga penyertaan modal yang dilakukan

oleh Provinsi DKI Jakarta mendatangkan keuntungan dan tepat sasaran

yaitu penyertaan modal pada perusahaan yang menguntungkan.

  

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian penyusunan rencana penyertaan modal Pemerintah Kota

Depok terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan Penyertaan Modal

terhadap pihak ketiga, lalu dibuat empat perbandingan perencanaan

penyertaan modal yakni Perbandingan 1 (Penyertaan modal terhadap PT

Bank Jabar Banten), Perbandingan 2 (Penyertaan modal terhadap bank

swasta lainnya), Perbandingan 3 (Penyertaan modal terhadap Bank swasta

lainnya), dan Perbandingan 4 (Produk perbankan lainnya). Setelah dibuat

keempat perbandingan tersebut, maka dilakukan Analisis Kelembagaan

unutk mengetahui peraturan mana yang mendukung dan menghambat

penyertaan modal dalam keempat perbandingan. Setelah diketahui mana

perbandingan yang layak sesuai Analisis Kelembagaan, maka dilakukan

Analisis Finansial (ROE dan EPS) dan Analisis SWOT (Strength,

Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk mengetahui tingkat kelayakan

perbandingan tersebut. Kemudian, jika perbandingan tersebut layak dapat

dikembangkan dan jika tidak layak dapat dijadikan sebagai masukan bagi

Pemerintah Daerah Kota Depok. Kerangka pemikiran tersebut dapat

disajikan dalam Gambar 1.

30  

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan (November 2010-

Januari 2011) pada Pemerintah Kota Depok dan PT Bank Jabar Banten

Depok, serta pada bank-bank pembandingnya yang berlokasi di Kota Depok

antara lain PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk,

PT. Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia

Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.

Tidak Layak

Analisis Kelembagaan Identifikasi Peraturan Kota Depok

terhadap penyertaan modal ke pihak ketiga

Layak

Dapat Diusahakan dan Dikembangkan

Saran

Analisis Kelayakan Finansial

ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)

Analisis SWOT (Stength, Weakness,

Oppurtunity, and Threat)

Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga

Perbandingan 1 Penyertaan

modal terhadap Bank BJB

Perbandingan 2Penyertaan

modal terhadap Bank BUMN

Perbandingan 4Produk

perbankan lainnya

Perbandingan 3 Penyertaan

modal terhadap Bank swasta

lainnya

Tidak Layak

Analisis Kelembagaan Identifikasi Peraturan Kota Depok

terhadap penyertaan modal ke pihak ketiga

Layak

Dapat Diusahakan dan Dikembangkan

Saran

Analisis Kelayakan Finansial

ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)

Analisis SWOT (Stength, Weakness,

Opportunity, and Threat)

Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga

Perbandingan 1 Penyertaan

modal terhadap Bank BJB

Perbandingan 2Penyertaan

modal terhadap Bank BUMN

Perbandingan 4Produk

perbankan lainnya

Perbandingan 3 Penyertaan

modal terhadap Bank swasta

lainnya

31  

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah

data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan,

wawancara, kuisioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari buku,

internet, jurnal, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dokumen-dokumen

pendukung lainnya.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :

1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan

tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang sebenarnya.

2. In depth interview dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan

rencana umum penyertaan modal yaitu Bank Jabar Banten dan pihak

Pemerintah Daerah Kota Depok.

3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada Bank Jabar

Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok.

4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk

diolah lebih lanjut.

Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan

analisis data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data

Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten

• Primer • Sekunder

• Kuesioner • Wawancara • Survei

• Bank Jabar Banten

Penyetaan modal terhadap Bank swasta, Bank BUMN, dan lainnya.

Penyertaan modal terhadap produk perbankan (tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah)

• Primer • Sekunder

• Primer • Sekunder

• Kuesioner • Wawancara • Survei

• Kuesioner • Wawancara • Survei

• BRI • BNI • Bank Panin • Bank Permata • BCA • Bank Danamon Yang didasarkan pada kriteria ROE dan EPS BRI, BNI, Bank panin, Bank Permata, BCA, Bank Danamon, yang didasarkan pada tingkat suku bunga

32  

3.4. Metode Analisis Data

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pada kajian ini

digunakan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan

dengan tujuan tersebut. Metode analisis yang digunakan disajikan pada

Tabel 2.

Tabel 2. Metode Analisis

No Tahapan Kajian Metode Analisis

1. Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap modal pihak ketiga

• Analisis Kelembagaan

2. Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga

• Analisis Kelembagaan

3. Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten

• Analisis SWOT • Analisis Finansial

4.

Penyertaan modal terhadap bank swasta (Bank Panin, BCA, Bank Permata, Bank Danamon) dan Bank BUMN (BNI dan BRI)

• Analisis SWOT • Analisis Finansial

5. Penyertaan modal terhadap pihak yang dianggap memenuhi kelayakan

• Analisis SWOT • Analisis Finansial

3.4.1 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan,

kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Umumnya unit bisnis

harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu

(demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya),

dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran

distribusi, pemasok) yang berdampak pada kemampuannya

memperoleh laba (Kotler, 2005).

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:

• Strengths (kekuatan)

Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,

proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek

atau konsep bisnis itu sendiri.

33  

• Weakness (kelemahan)

Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,

proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis

merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek

atau konsep bisnis itu sendiri.

• Opportunities (peluang)

Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang

terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar

organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya

kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.

• Threats (ancaman)

Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat

mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.

Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel

matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian

dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi

Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat.

Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk

dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling

menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.

Gambar dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Analisis SWOT

34  

Pada kasus ini, Analisis SWOT digunakan dua kali, pertama

Bank BJB dievaluasi menggunakan Internal Factor Evaluation

(IFE) dan External Factors Evaluation (EFE) yang disusun untuk

merumuskan faktor-faktor strategis internal dan eksternal pada

Analisis SWOT. Selanjutnya, untuk mengkaji perbandingan dengan

bank lain dan produk perbankan lainnya menggunakan SWOT

Deskriptif. SWOT Deskriptif adalah suatu analisa yang

membandingkan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

perusahaan dengan peluang dan ancaman yang terjadi dalam

perusahaan untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang

akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, namun data-

data dalam objek penelitian tidak dinyatakan dalam angka-angka

(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21088596.pdf).

Untuk analisa kuantitatif deskriptif, perhitungan bobot dan

nilai dari para responden dilakukan dengan Teknik Delphi.

Pengukuran bobot dilakukan terhadap faktor-faktor strategis yang

ada, dengan penilaian 1= pengaruh faktor strategis terhadap

perusahaan kurang menentukan, 2= pengaruh faktor strategis

terhadap perusaahaan cukup menentukan, 3= pengaruh faktor

strategis terhadap perusaahaan menentukan, dan 4= pengaruh

faktor strategis terhadap perusaahaan sangat menentukan yang

ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis

Faktor Strategis

Tingkat Kepentingan Rata-rata Bobot 1 2 3 4

1 X Y Z a A 2 b B … N Rata-rata R 1,00 Dimana :

1-4 : Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis

1-N : Faktor-faktor strategis yang digunakan

a : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}/responden

A : (a/R) x 100 %

35  

Penentuan nilai terhadap faktor strategis dilakukan dengan

memberikan nilai dengan skala 1 (respon perusahaan terhadap

pengaruh faktor strategis sangat lemah) sampai skala 4 (respon

perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat kuat). Nilai

terhadap faktor strategis tersebut disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis

Faktor Strategis

Nilai Jumlah Nilai

Rata-rata nilai

1 2 3 4 1 X Y Z c C 2 d D … N Rata-rata

Dimana :

c : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}

C : c/jumlah responden

Untuk mendapatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi penyertaan modal perusahaan dilakukan dengan dua

tahap. Tahap pertama adalah dengan wawancara dengan

manajemen PT. Bank Jabar Banten mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi penyertaan modal dan dilanjutkan dengan tahap

kedua menggunakan kuisioner dengan materi hasil wawancara.

Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen baik secara

bersama maupun terpisah. Hasil wawancara tersebut kemudian

dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan

eksternal, dan dibuat ke dalam kuisioner yang dibagikan kepada

para pakar.

Dari pengisian kuisioner tersebut, maka dibuat perhitungan

IFE dan EFE matriks. Hasil perhitungan bobot dan nilai IFE dan

EFE dihitung untuk menghasilkan nilai angka terbobot (weighted

score) masing-masing faktor. Nilai angka terbobot tersebut

menunjukkan tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam

menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal.

36  

Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE

Faktor Strategis Bobot Rating Skor Bobot 1 A X AX 2 B Y BY … N Total AX+BY

Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot

(weighted score) faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat

reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor

strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang

dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang

terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5.

Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa

suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa

pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan

kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang

yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari

ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0.

Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam

matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk

menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana.

Masing-masing berdasarkan matriks SWOT menunjukkan

serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai

oleh perusahaan.

3.4.2 Analisis Finansial

Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan

kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok

pada Bank Jabar Banten.

Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar

Banten digunakan kriteria ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning

Per Share) yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini:

37  

ROE (Return on Equity)

Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yakni seberapa baik

manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat

pengembalian pada ekuitas (Return on Equity). ROE adalah sebuah

ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang

dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai

ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah

persentase

…….…… 1

EPS (Earning Per Share)

EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan

yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah

satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi

saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran

keuangan.

EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan

bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan

pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau

EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa

dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

............. 2

EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang

digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang

mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen

terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga

ROE = Pendapatan bersih

Ekuitas pemegang saham biasa

EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga

Jumlah Saham yang Beredar

38  

pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan

usaha.

Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar

perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak

gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva (kewajiban)

terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio

ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam

rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan.

Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan

laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui

pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba

Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi

pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar

kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-

variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar

saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per

saham (EPS).

Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk

mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil

pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka

dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki

earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki

earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah

cenderung membuat harga saham turun.

Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham :

1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar tetap.

2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar turun.

3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar turun.

39  

4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada

persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang

beredar.

5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang

beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba

bersih.

Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :

1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar naik.

2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar tetap.

3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang

beredar naik.

4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada

persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang

beredar.

5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar

lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.

Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan

meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar

daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang

beredar (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-sha

re-eps definisi dan.html).

• Forecasting ROE dan EPS

Menurut Heizer dan Render (2006), keakuratan keseluruhan

dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan

membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai

yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa

digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan

peramalan (forecast error) total.

40  

Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan

model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan,

untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar

kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara,

antara lain adalah :

1. MAD (Mean Absolute Deviation), mengukur ketepatan nilai

dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut

kesalahan. ∑ | |…………………………………….......3

2. MSD (Mean Squarred Deviation), mengukur ketepatan nilai

dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari

kesalahan.

MSD ∑ …………………………………………4

3. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)

Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa

nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika

unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD

dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah

ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk

mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam

bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan.

MAPE∑

………………………………………5

3.4.3 Analisis Kelembagaan

Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan

perundangan-undangan Republik Indonesia baik yang mendukung dan

menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada

PT. Bank Jabar Banten (Bank BJB). Peraturan Republik Indonesia

seperti Peraturan Pemerintah Dalam Negeri dan Peraturan lainnya

yang berkaitan dengan penyertaan modal dan dijadikan pedoman

antara lain:

41  

Peraturan pemerintah tersebut bersumber dari Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun

2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan

Daerah.

  

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatarbelakangi

oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi.

Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang

dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische

Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang

bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33

tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar

nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan

dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor

7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya

Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas

Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.

Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya

Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi

Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang

kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai

perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui

Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27

Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah

menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat

ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan

Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992

serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank

Jabar “ dengan logo baru.

Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan

perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta

Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8

43  

Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI

tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan

Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan

perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank

Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15

April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di

Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan

layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah.

Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

(RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007

di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.

9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin

Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin

Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten

serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November

2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan

Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar

Banten.

Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

(RUPS-LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor

26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia

No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo

serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5

Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.

Bank Jabar Banten Cabang Depok merupakan perpanjangan dari

kantor pusat yang melakukan tugas dan aktivitas usaha dibidang perbankan

dalam arti seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan nasional yang

merata dalam rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan

stabilitas nasional di bidang ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan

rakyat banyak.

44  

Nilai-nilai perusahaan Bank BJB memiliki 6 nilai yang disebut dengan

akronim SPIRIT:

• Service : Excellence Ramah, tulus, kekeluargaan Selalu memberikan

pelayanan prima

• Profesionalism: Cepat, tepat, akurat Kompeten dan bertanggung jawab

Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan

• Integrity : Konsisten, disiplin dan penuh semangat Menjaga citra bank

melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika

• Respect : Fokus pada Nasabah Peduli lingkungan

• Intellegence : Selalu memberikan solusi yang terbaik Berkeinginan kuat

untuk mengembangkan diri menyukai perubahan yang positif

• Trust : Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang

sehat, menjaga rahasia bank dan perusahaan

4.2. Analisis Kelembagaan

Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan

perundangan-undangan baik yang mendukung dan menghambat penyertaan

modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank BJB. Peraturan-peraturan

yang berkaitan dengan penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah

No Peraturan Tentang Perihal Keterangan 1. 24/UU

RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. (2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/ Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku. (3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 24

 

45  

Lanjutan Tabel 6.

2. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah. (2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah.

Pasal 25

3. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/ daerah diatur dengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral. (2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/ daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan peraturan daerah.

Pasal 28

4. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keua-ngan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dengan Undang-undang APBN. (2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Peme-rintah Daerah /BUMN/ BUMD. (3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. (4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/ BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

Pasal 38

46  

Lanjutan Tabel 6.

5. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung. (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/ swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah. (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah /swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 41

6. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004

Perbendaha-raan Negara

(1) Setiap kerugian negara/ daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hu-kum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. (3) Setiap pimpinan kemen-terian negara/lembaga/ kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tun-tutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.

Pasal 59

7. 75/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan

Pasal 75

 

47  

Lanjutan Tabel 6.

8. 56/PERMENDAGRI/No 13 tahun 2006

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

APBD diperkirakan surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial

Pasal 56

9. 115/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 115

10. 1/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengertian Investasi adalah penggunaan aset untuk mem-peroleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

Pasal 1 point ke 65

11. 19/PP/No 105 tahun 2000

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah Apabila Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan fasilitas pelayanan publik tidak memiliki dana ataupun dana yang ada tidak mencukupi, maka Daerah dapat mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan jangka panjang melalui kerjasama dengan pihak lain termasuk masyarakat. Kerjasama yang mempunyai akibat keuangan terhadap APBD diatur dengan Peraturan Daerah

Penjelasan Pasal 19 Ayat 2

12. 118/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Karakteristik investasi jangka pendek adalah: a. dapat segera diperjualbelikan/ dicairkan; b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan berisiko rendah. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI.

Penjelasan Pasal 118

ayat 1

48  

Lanjutan Tabel 6.

13. 118/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri; surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

Penjelasan Pasal 118

ayat 2

14. 19/PP/No 105 tahun 2000

Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah

Yang dimaksud dengan investasi dalam bentuk penyertaan modal adalah penyertaan modal Peme-rintah Daerah yang dilakukan melalui badan usaha milik Daerah. Yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan berjangka pada bank yang sehat. Dalam rangka penganggaran, investasi dicantumkan pada anggaran pembiayaan.

Penjelasan Pasal 19 Ayat 3

15. 119/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

Penjelasan Pasal 119

Ayat 2

16. 119/PP RI/No 58 tahun 2005

Pengelolaan Keuangan Daerah

Yang dapat digolongkan sebagai investasi non permanen antara lain pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masya-rakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

Penjelasan Pasal 119

Ayat 3

49  

Berdasarkan analisis peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat

melakukan penyertaan modal jika jumlah yang akan disertakan telah

ditetapkan sebelumnya pada peraturan daerah pada tahun anggaran dan

jika APBD mengalami surplus yakni anggaran pendapatan daerah

diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka

panjang yakni pada perbandingan kesatu, kedua, dan ketiga, serta dapat

melakukan investasi jangka pendek pada perbandingan keempat, selagi

semua perbandingan dapat memberikan manfaat ekonomi seperti

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), memberikan manfaat sosial

seperti pelayanan kepada masyarakat, ataupun manfaat lainnya. Investasi

pada sektor perbankan dapat mendatangkan manfaat ekonomi, manfaat

sosial, dan manfaat lainnya sehingga sesuai dengan empat perbandingan

tersebut. Tujuan dari kerjasama dengan pihak ketiga (penyertaan modal)

yakni untuk pembiayaan fasilitas publik dalam rangka peningkatan

pelayanan daerah. Investasi pada empat perbandingan ini, dapat

memberikan PAD. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek

adalah perbandingan keempat yakni tabungan, deposito, dan obligasi

pemerintah, sesuai dengan karakteristik investasi jangka pendek. Hampir

seluruh perbankan memiliki saham pada reksadana, namun hal ini tidak

dapat dimasukkan ke dalam perbandingan karena memiliki resiko yang

tinggi, walaupun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga (high risk

high return).

Investasi jangka panjang yang dimaksudkan dalam peraturan

adalah membeli surat berharga pada suatu badan usaha untuk menambah

kepemilikan dan menjaga hubungan baik, seperti yang telah dilakukan

Pemerintah Kota Depok pada Bank Jabar Banten (perbandingan kesatu).

Investasi jangka panjang seperti penanaman modal dalam bentuk saham

hanya dapat dilakukan pada Badan Usaha Milik Dearah (BUMD), pada

sektor perbankan seperti penyertaan modal pada Bank Jabar Banten yakni

yang terkait adalah perbandingan kesatu sedangakan pada perbandingan

50  

kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria. Untuk simpanan deposito

(investasi jangka pendek) yakni perbandingan keempat, hanya dilakukan

pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial. Investasi

permanen juga dapat dilakukan pada pembelian Surat Utang Negara

(Perbandingan keempat) yang hasilnya bertujuan untuk membantu

pemberdayaan masyarakat.

4.3 Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum IPO

Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat No. 22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998, yang telah

memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

dalam Surat Keputusannya No. 584.32-027 tanggal 13 Januari 1999 dan

telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat No. 3 tahun 1999 Seri D tanggal 26 Januari 1999 dibuat

dihadapan Ny. Poppy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung, yang

telah diumumkan dalam Tambahan No. 2811 Berita Negara Republik

Indonesia No. 39 tanggal 14 Mei 1990, modal dasar Perseroan adalah

sebesar Rp 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliar Rupiah) yang

terbagi dalam dua jenis saham yaitu Saham Seri A sebanyak 20.000.000

(dua puluh juta) lembar saham dan Saham Seri B sebanyak 5.000.000

(lima juta) lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal

sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per lembar saham. Dari modal

dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 9.363.400

(sembilan juta tiga ratus enam puluh tiga ribu rupiah empat ratus) lembar

saham atau senilai Rp 93.634.000.000,- (sembilan puluh tiga miliar enam

ratus tiga puluh empat juta Rupiah). Pemegang saham Perseroan terdiri

dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa

Barat, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten.

Perseroan meningkatkan modal disetor Perseroan menjadi sejumlah

10.997.081 (sepuluh juta sembilan ratus sembilan puluh tujuh ribu delapan

puluh satu) saham atau sebesar Rp 109.970.810.000,-(seratus sembilan

miliar sembilan ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus sepuluh ribu

51  

Rupiah) untuk tahun buku 1999 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 terjadi

peningkatan modal dasar Perseroan dari semula sebesar Rp

250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh juta miliar Rupiah) menjadi

sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) dan peningkatan

modal ditempatkan dan disetor Perseroan sebesar Rp 190.201.210.000,-

(seratus sembilan puluh miliar dua ratus satu juta dua ratus sepuluh ribu

Rupiah). Untuk tahun 2002 dan 2003 tidak terjadi peningkatan modal

Perseroan.

Pada tahun 2004, Perseroan meningkatkan modal dasar perseroan

dari semula sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) menjadi

sebesar Rp 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah) dan penambahan

modal disetor Perseroan dari sebesar Rp 509.368.403.638,88 (lima ratus

sembilan puluh tiga ratus enam puluh delapan juta empat ratus tiga ribu

enam ratus tiga puluh delapan Rupiah delapan puluh delapan sen) menjadi

Rp 684.141.163.63,84 (enam ratus delapan puluh empat miliar seratus

empat puluh satu juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus enam puluh

tiga Rupiah delapan puluh empat sen). Dengan adanya peningkatan modal

disetor, Pemegang saham Perseroan menjadi terdiri dari Pemerintah

Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se-Jawa Barat,

Pemerintah Provinsi Banten, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Banten. 

Perseroan meningkatkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan

dari semula sebesar 68.414.105 (enam puluh delapan juta empat ratus

empat belas ribu seratus lima) saham atau senilai Rp 684.141.050.000

(enam ratus delapan puluh empat miliar seratus empat puluh satu juta lima

puluh ribu Rupiah) menjadi sebanyak 86.134.245 (delapan puluh enam

juta seratus tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima) saham atau

senilai Rp 861.342.450.000,- (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga

ratus empat puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat

puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen) pada tahun 2005.

Untuk tahun 2006 terjadi lagi peningkatan modal dasar Perseroan

menjadi Rp 4.000.000.000.000,- (empat miliar Rupiah) dari yang

sebelumnya Rp 2.000.000.000,- (dua miliar Rupiah) dan peningkatan

52  

modal disetor sebesar Rp 211.692.276.850,16 (dua ratus sebelas miliar

enam ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tujuh puluh enam ribu

delapan ratus lima puluh koma enam belas Rupiah) dari semula Rp

861.342.563.149,84 (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga ratus empat

puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat puluh

sembilan koma delapan puluh empat Rupiah) menjadi Rp

1.073.034.840.000,- (satu triliun tujuh puluh tiga miliar tiga puluh empat

juta delapan ratus empat puluh ribu Rupiah). Dan pada tahun 2007 terjadi

peningkatan modal disetor dan ditempatkan menjadi Rp

1.264.475.880.349,84 (satu triliun dua ratus enam puluh empat miliar

empat ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus ratus delapan puluh ribu

tiga ratus empat puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen). Tahun

2008 tanggal 31 Januari 2008, yang isinya sehubungan dengan (i)

pengubahan nilai nominal saham perseroan dari semula sebesar Rp

10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per saham, dan (ii) peningkatan modal

ditempatkan dan modal disetor Perseroan dari semula sebesar Rp

1.264.475.770.000,- (satu triliun dua ratus enam puluh empat juta empat

ratus tujuh puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh ribu Rupiah) menjadi

Rp 1.495.597.116.250,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh lima

miliar lima ratus sembilan puluh tujuh juta seratus enam belas ribu dua

ratus limapuluh Rupiah).

Sedangkan untuk tahun 2009, Perseroan meningkatkan modal

ditempatkan dan modal disetor Perseroan sebesar Rp 45.503.409.250,-

(empat puluh lima miliar lima ratus tiga juta empat ratus sembilan ribu dua

ratus lima puluh Rupiah) atau 182.013.637 (seratus delapan puluh dua juta

tiga belas ribu enam ratus tiga puluh tujuh) saham Seri A. Untuk rincian

komposisi pemegang saham Bank Jabar Banten dari tahun 1999-2009

disajikan di Lampiran 6 dan Lampiran 7.

Sebagai pemegang saham, Kota depok mulai menanamkan sahamnya

terhadap Bank Jabar banten pada tahun 2002 sebanyak 64.549 lembar

saham seri A dengan nilai nominal per saham sebesar Rp 10.000,00 atau

setara dengan Rp 640.590.000,00. Dari tahun ke tahun Pemerintah Daerah

53  

Kota Depok terus melakukan peningkatan penanaman saham terhadap Bank

Jabar Banten, sehingga pada Juli 2010 Pemerintah Daerah Kota Depok

memiliki sebanyak 89.581.968 lembar saham dengan nilai nominal sebesar

Rp 250 per saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000. Perkembangan

penanaman saham Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten

dapat dilihat pada Gambar 3:

Gambar 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok

(www.bankjabar.co.id)

4.4 Kebijakan Saham Setelah IPO

Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para Emisi Efek atas nama

Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 2.424.072.500

(dua miliar empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima

ratus) saham baru yang merupakan Saham Atas Nama Seri B atau sebesar

25% (dua puluh lima persen) dari modal ditempatkan dan disetor dengan

nilai nominal Rp 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) setiap saham, yang

ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Penawaran Rp 600,- (enam

ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan

Formulir Pemesanan Pembelian Saham (“FPPS”). Nilai saham yang

ditawarkan dalam Penawaran Umum secara keseluruhan adalah sebesar Rp

010000000200000003000000040000000500000006000000070000000800000009000000010000000

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

Lem

bar

Saha

m

Tahun

54  

1.454.443.500.000,- (satu triliun empat ratus lima puluh empat miliar empat

ratus empat puluh tiga juta lima ratus ribu Rupiah).

Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam

Penawaran Umum ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham

Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum secara proforma

ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB Keterangan Sebelum Penawaran Umum Setelah Penawaran Umum dan Program EMSA

Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)

(%) Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)

(%)

Modal Dasar - Seri A 9.600.000.000 2.400.000.000.000 9.600.000.000 2.400.000.000.000 - Seri B 6.400.000.000 1.600.000.000.000 6.400.000.000 1.600.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetror Penuh Seri A Pemerintah Provinsi Jawa Barat

3.709.994.733 927.496.683.250 51,02 3.709.994.733 927.496.683.250 38,26

Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Jawa Barat

2.289.395.681 572.348.920.250 31,48 2.289.395.681 572.348.920.250 23,61

Pemerintah Provinsi Banten

520.589.856 130.147.464.000 7,16 520.589.856 130.147.464.000 5,37

Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Banten

752.238.396 188.059.599.000 10,34 752.238.396 188.059.599.000 7,76

Total Seri A 7.272.218.666 1.818.054.666.500 100,00 7.272.218.666 1.818.054.666.500 75,00 Seri B Masyarakat - - - 2.346.805.500 586.701.375.000 24,20 Karyawan dan manajemen (program EMSA)

- - - 77.267.000 19.316.750.000 0,80

Total Seri B - - - 2.424.072.500 606.018.125.000 25,00 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh

7.272.218.666 1.818.054.666.500 100,00 9.696.291.166 2.424.072.791.500 100,00

Saham dalam Portepel - Seri A 2.327.781.334 581.945.333.500 2.327.781.334 581.945.333.500 - Seri B 6.400.000.000 1.600.000.000.000 6.400.000.000 993.981.875.000 Jumlah Saham dalam Portepel

8.727.781.334 2.181.945.333.500 8.727.781.334 1.575.927.208.500

Sumber: www.bankjabar.co.id

Bersamaan dengan pencatatan sebesar 2.424.072.500 (dua miliar

empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima ratus) saham

baru yang merupakan saham biasa atas nama Seri B yang ditawarkan dalam

Penawaran Umum ini atau sebesar 25% (dua puluh lima persen), Perseroan

atas nama Pemegang saham Pendiri akan mencatatkan 7.175.255.754 (tujuh

miliar seratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh lima ribu tujuh

ratus lima puluh empat) saham Seri A sehingga jumlah seluruh saham yang

55  

akan dicatatkan pada BEI berjumlah 9.599.328.254 (sembilan miliar lima

ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus dua puluh delapan ribu dua

ratus lima puluh empat) saham atau 99% (sembilan puluh sembilan persen)

dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah

Penawaran Umum yang terdiri dari 74% (tujuh puluh empat persen) dari

Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh yang berupa Saham Seri A dan 25%

(dua puluh lima persen) dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh saham

biasa atas nama Seri B. Sedangkan sejumlah 96.962.912 (sembilan puluh

enam juta sembilan ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus dua belas)

saham atau 1% (satu persen) saham milik Pemegang Saham Pendiri tidak

dicatatkan guna memenuhi Peraturan Pemerintan No.29 Tahun 1999 (“PP

No.29”) tentang Pembelian Saham Bank Umum. Dari jumlah saham yang

akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) akan

dijatahkan kepada karyawan dan Manajemen Perseroan melalui Program

EMSA (Employee and Management Stock Allocation) dengan Harga

Penawaran.

Sebagai salah satu pemegang saham Bank BJB, Pemerintah Daerah

Kota Depok mulai menanamkan saham terhadap Bank Jabar banten mulai

tahun 2002 hingga sekarang dengan jumlah yang terus meningkat.

Pemerintah Daerah Kota Depok sebelum IPO pada Juli 2010 memiliki

saham sebesar 1,23%, setelah IPO saham Pemerintah Daerah Kota Depok di

Bank Jabar Banten mengalami penurunan menjadi 0,92%. Setelah IPO ini

status saham Seri A Pemerintah Daerah kota Depok tetap sama. Saham Seri

A tetap hanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota,

Pemerintah Provinsi. Saham seri A memiliki kewenangan untuk

memberikan keputusan dalam RUPS sedangkan Saham seri B hanya bersifat

untuk memberikan masukan. Jika ada pelepasan saham baru ke masyarakat,

maka Pemerintah akan mendapatkan penawaran terlebih dahulu dari Bank

Jabar Banten sehingga Pemerintah dapat memutuskan akan menambah

kepemilikan saham lagi atau tidak.

Untuk kebijakan deviden yang diberikan Bank BJB terhadap

pemegang saham, Perseroan akan membayarkan dividen tunai minimum

56  

40,00% dari laba bersih setiap tahunnya dimulai dari tahun buku 2010, yang

besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi Direksi.

Keputusan untuk membayar deviden tergantung pada laba, kondisi

keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan setelah

memperoleh persetujuan RUPS.

Dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi kredit perseroan

(80%), pembukaan kantor cabang baru (10%), dan pengembangan teknologi

informasi (10%). Perseroan juga menetapkan kebijakan dividen minimal

sebesar 40% dari laba bersih perseroan. Pembagian dividen dipastikan akan

dimulai untuk tahun buku 2010. Perseroan menunjuk PT CIMB Securities

dan PT Bahana Securities sebagai penjamin emisi IPO. Kapitalisasi pasar

PT PT Bank BJB Tbk Banten Tbk sebesar Rp5,759 triliun. P/E ratio industri

per 6 Juli 2010 sebesar 17,01 kali dan PBV industri per 6 Juli 2010 sekitar

2,05 kali.

4.5 Kinerja Bank Jabar Banten

Kinerja Bank BJB mengalami peningkatan dari sejak berdiri pada tahun

1961 hingga sekarang. Hal ini terkait dengan strategi yang digunakan oleh

perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Hasil analisis terhadap strategi

menunjukkan bahwa dalam penyusunan perencanaan penyertaan modal

disusun berdasarkan matriks IE. Matriks IE menghasilkan strategi

pertumbuhan. IE (Internal-Eksternal) Matriks : memposisikan organisasi ke

dalam matriks dengan EFE (baris) dan IFE (kolom) dengan 3 ukuran, kuat-

sedang-lemah. Umumnya matriks ini digunakan untuk menilai posisi

bersaing sebuah organisasi atau sebuah unit di dalam perusahaan. Posisi ini

akan menentukan strategi dan keputusan di dalam perusahaan.

Dalam kasus pengembangan usaha Bank BJB, matriks IE digunakan

untuk mengetahui posisi bersaing Bank BJB dalam persaingan

pengembangan usaha. Posisi ini penting untuk menentukan posisi strategi

yang akan ditetapkan. Secara umum, matriks ini menghasilkan tiga posisi

strategi yaitu:

57  

1. Strategi Pertumbuhan. Organisasi yang berada pada sel I, II, dan IV

dapat digambarkan sebagai grow dan build. Strategi-strategi yang cocok

bagi organisasi ini adalah strategi intensif.

2. Strategi Stabilitas. Organisasi yang berada pada sel-sel III, V, atau

VII paling baik dikendalikan dengan strategi hold dan maintain.

3. Strategi Penciutan. Organisasi yang berada pada sel-sel VI, VIII, atau

IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture.

Hasil analisis IFE dan EFE menunjukkan bahwa skor bobot faktor

internal adalah 2.8 dan skor bobot faktor eksternal adalah 2.94, artinya

tingkat reaksi reaksi atau respon perusahaan terhadap pengaruh dari faktor

internal terhadap penyertaan modal adalah rata-rata dan reaksi dari faktor

internal terhadap penyertaan modal adalah sedang. Sehingga bentuk

diagram matriks IE digambarkan pada Gambar 4.

Total Skor Bobot IFE

Kuat Rata-rata Lemah 3.0 - 4.0 2.0 - 2.99 1.0 - 1.99

Tinggi

I II III

3.0 - 3.99

Sedang

IV V VI

Total Skor Bobot EFE

2.0 - 2.99

Rendah

VII VIII IX

1.0 - 1.99

Gambar 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB

Kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut pada matriks IE

menghasilkan posisi strategi stabilitas (Hold and Maintain). Strategi Hold

and Maintain ini menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertahankan

kondisi saat ini untuk menghadapi tantangan yang semakin besar.

Tantangan tersebut adalah pengembangan usaha yang diarahkan kepada

upaya investasi, agar mampu membangun daya tarik perusahaan di mata

2.8

2.94

58  

penanam modal untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, salah satu

yang harus diperhatikan adalah posisi strategi Bank BJB saat ini tepat

dengan menjaga stabilitas pengembangan usaha di Bank BJB, antara lain

upaya mempertahankan kinerja perusahaan dan mengembangkan pasar.

Uraian di atas menunjukkan bahwa posisi kompetitif perusahaan di

dalam industri membuat perusahaan harus selalu berupaya mendapatkan

dana (modal) yang ingin dicapai. Kekuatan perusahaan mampu

memperoleh modal pada industri ini, jika semua kondisi terpenuhi. Posisi

strategi Hold and Maintain menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Depok

layak menempatkan sahamnya di Bank BJB pada tahun ini.

Untuk dapat merealisasikan target dana yang ditetapkan, maka yang

diperlukan perusahaan adalah menentukan langkah-langkah operasional

yang tepat dalam mencapai target dana tersebut. Langkah-langkah tersebut

dapat dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT.

4.5.1 Analisis SWOT

Bank BJB adalah salah satu BUMD yang bergerak di sektor

perbankan. Umumnya setiap unit bisnis harus memantau kekuatan

lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi,

teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan

mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang

berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005).

Dari empat perbandingan yang disajikan, yang hanya sesuai dengan

analisis kelembagaan hanya perbandingan kesatu dan keempat.

Maka, pada tahap ini Perbandingan ke-1 (Penyertaan Modal terhadap

Bank BJB) dan Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap

Produk Perbankan lainnya) dikaji dari sektor internalnya (kekuatan,

kelemahan) dan sektor eksternalnya (peluang dan ancaman)

menggunakan Analisis SWOT, seperti yang disajikan di bawah ini:

Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-1 (Penyertaan Modal

terhadap Bank BJB) antara lain:

59  

a. Kekuatan

Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah.

Hal ini dibuktikan dengan Bank BJB meraih prestasi pada

tahun 2009 sebagai "The Best BPD" Bank Terbaik Kategori

Pembangunan Daerah.

Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik.

Hal ini terlihat dari penghimpunan dana pada tahun 2005

sebesar Rp. 13.350.999 juta dan pada tahun 2009

meningkat menjadi Rp.32.410.329 juta

Pertumbuhan laba yang meningkat.

Laba sebelum pajak meningkat secara terus menerus dari

tahun 2005, sebesar Rp 511.048 juta sampai tahun 2009

menjadi sebesar Rp. 985.377 juta.

Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik.

Kinerja keuangan Bank Jabar Banten sampai dengan tahun

2009 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal

ini ditunjukan oleh beberapa indikator kinerja keuangan

pada periode tahun 2005-2009. Jumlah aset Bank Jabar

Banten pada tahun 2009 telah mencapai 32,4 triliun atau

mengalami peningkatan sebesar Rp. 6,4 triliun atau tumbuh

sebesar 24,61% dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu

sebesar Rp. 26 triliun. Dana pihak ketiga yang dihimpun

pada tahun 2009 sebesar 23,7 triliun atau meningkat

sebesar 5,4 triliun. Sedangkan untuk posisi 30 Juni 2010

(unaudited), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun

atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember

2009.

Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit

merupakan modal untuk melakukan ekspansi.

Dana pihak ketiga yang dihimpun pada tahun 2009 sebesar

23,7 triliun atau meningkat sebesar 5,4 triliun. Sedangkan

untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga

60  

mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2%

dibandingkan posisi Desember 2009.

Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan

jumlah nasabah baru.

Setelah secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek

Indonesia (BEI), maka akan mengubah citra penilaian baru

terhadap Bank BJB, sehingga adanya potensi untuk

meningkatkan jumlah nasabah baru.

Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional.

Penggunaan desain struktur organisasi yang menggunakan

Struktur Strategic Bussiness Unit (SBU) sehinngga

memudahkan mendelegasikan wewenang dan tanggung

jawab untuk setiap unti kepada eksekutif senior yang

melapor secara langsung pada CEO (Chief Executive

Officer).

b. Kelemahan

Promosi yang masih minim terhadap sektor publik.

Karena Bank BJB baru go public pada bulan Juli 2010

sehingga perhatian pemasarannya masih kurang terhadap

publik secara luas.

Kurangnya tenaga khusus promosi.

Dengan adanya IPO, sehingga memunculkan para investor

baru dan memungkinkan bertambahnya nasabah,

seharusnya Bank BJB menambah tenaga pemasarannya

untuk menaikkan pangsa pasar Bank BJB.

Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala

nasional.

Bank BJB yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah

memiliki nasabah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 70%

dan sisanya masyarakat umum.

Skala permodalan sebagian besar masih lingkup

pemerintah.

61  

Berdasarkan struktur saham Bank BJB setelah IPO pada

bulan Juli 2010 sebesar 75% masih dikuasai oleh

pemerintah.

Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya

kecepatan dalam pelayanan.

Pelayanan pada teller dan customer service masih kurang

efektif dan efisien dibuktikan dengan jumlah nasabah yang

menumpuk dan waktu penanganan per nasabah yang masih

lambat.

Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan

ATM yang memadai.

Saat ini Bank Jabar Banten hanya memiliki 44 kantor

cabang, 131 kantor cabang pembantu, 44 kantor kas, 34

payment point, dan 269 jaringan ATM. Jumlah jaringan

kantor ini telah dikurangi oleh jumlah jaringan kantor Bank

Jabar Banten Syariah yang terdiri dari 6 kantor cabang

syariah, 15 kantor cabang pembantu syariah dan 10 ATM

syariah. Jumlah ini dibilang kurang memadai jika

dibandingkan dengan bank lainnya.

Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata.

Ditunjukkan dengan pelayanan Bank BJB dan inovasi-

inovasi yang belum muncul dari pihak bjb.

Produk yang ditawarkan masih terbatas.

Produk Bank BJB masih terpusat pada simpanan dan kredit

(yang kebanyakan kredit konsumtif PNS), belum ada

layanan yang berbasis internasional, seperti pelayanan

pengiriman uang ke luar negeri.

Belum adanya program komputerisasi tersentral dan

penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT,

atau Jaringan List Line Fiber Optic). Sehingga

memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online

62  

system, phone banking maupun internet banking dengan

program tersebut.

Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang

masih minim.

Saat ini nilai kredit yang disalurkan masih relatif kecil

dibandingkan nilai Investasi UMKM dengan rasio rata-rata

jumlah kredit UMKM terhadap nilai Investasi UMKM

untuk wilayah Jawa Barat dan Banten sebesar 34,3 persen,

sedangkan nasional 55,4 persen. Adapun rasio kredit

terhadap nilai investasi UMKM sebesar 7,9 persen.

c. Peluang

Penggunaan teknologi dalam pelayanan.

Menggunakan teknologi berbasis komputerisasi dan

penggunaan jaringan komunikasi khusus untuk

meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.

Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan.

Mengencarkan promosi melalui media massa untuk

meningkatkan minat masyarakat terhadap Bank BJB.

Perizinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk

perkembangan perusahaan.

Didukung dengan berbagai Peraturan Republik Indonesia

seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58

tahun 2005, Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13

Tahun 2006, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 105 Tahun 2000.

Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat.

Kepemilikan saham Pemprov. Jabar sekarang sebesar 38%

dari seluruh saham Bank BJB dan setelah IPO ini dapat

meningkatkan minat masyarakat secara umum untuk

berinvestasi secara langsung terhadap Bank BJB.

Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang

mendukung.

63  

Adanya sentralisai dari Bnak Indonesia terhadap seluruh

bank-bank di Indonesia dan kebijakan pemerintah untuk

mengutamakan asset-aset pemerintah, seperti Bank BJB

sebagai BUMD.

Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham

yang kuat

Terbukti untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak

Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar

35,2% dibandingkan posisi Desember 2009.

Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan

dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai

positif pada beberapa tahun terakhir.

Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil

masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah

baik berupa dana maupun manajemen

Dirut Bank BJB menyebutkan sejak diluncurkan pada 2006,

Kredit Mikro Utama tumbuh pesat dengan CAGR periode

2007-2009 sebesar 165 persen. Pada 2009 Kredit Mikro

Utama menyumbang sekitar 16,7 persen dari kredit

produktif, atau 4,1 persen dari total kredit yang disalurkan

perseroan. Pertumbuhan Kredit Mikro Utama memberikan

harapan atas pertumbuhan kredit di masa depan, mengingat

potensi pertumbuhan kredit UMKM di regional Jawa Barat

dan Banten maupun nasional masih sangat besar. Dengan

perkembangan UMKM yang masih besar, maka akan

adanya peningkatan perhatian pemerintah terhadap sektor

UMKM baik dari segi dana maupun bantuan lainnya.

Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan

masih banyak yang dapat digali.

Padatnya masyarakat Jawa Barat hingga ke pelosok

kecamatan yang masih belum mengenal perbankan, dapat

dijadikan target pasar baru dalam ekspansi usaha Bank BJB.

64  

Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di

masyarakat masih cukup besar.

Terbukti saat akhir pekan lalu tanggal 9 Desember 2010,

harga penutupannya pada level Rp 1.650 per lembar.

Bahkan, sempat menembus Rp 1.700 per lembar pada bulan

November. Dalam setiap transaksi, rata-rata saham yang

tertransaksikan juga menggembirakan pihak Bank BJB,

jumlah saham yang tertransaksikan, rata-rata 50-80 ribu lot.

Respon positif itu didasari oleh beberapa hal. Di antaranya

dalam hal performa, kinerja, dan kepercayaan masyarakat

yang positif terhadap citra Bank BJB.

d. Ancaman

Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal

Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

Sampai saat ini, masih ada peraturan yang menekankan

bahwa pembelian saham hanya boleh dilakukan pada

BUMD. Jika adanya revisi undang-undang penanaman

modal, maka pihak Pemerintah akan bergulir ke bank

lainnya yang memiliki return yang lebih besar dari pada

penanaman modal di Bank BJB.

Ilmu pengetahuan dan teknologi bank pesaing lebih canggih

dan mutakhir

Bank-bank lainnya sudah berbasiskan sistem komputerisasi

yang canggih yang memungkinkan melayani nasabah

hingga ke luar negeri.

Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan

keunggulan produk atau layanan prima

Layanan ramah tamah dan waktu pelayanan yang efektif

serta penawaran-penawaran produk yang inovatif membuat

nasabah dapat beralih ke bank lainnya.

Krisis keuangan global dan nasional yang dapat

mempengaruhi sektor perbankan

65  

Dengan krisis keuangan global membuat perekonomian

melemah seperi terjadinya inflasi yang akan menurunkan

minat masyarakat terhadap simpanan.

Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank

asing yang membiayai usaha mikro.

Bank-bank milik asing maupun yang telah bekerjasama

antara Indonesia dengan pihak asing seperti Bank CIMB

Niaga, Bank ANZ Panin, dan Bank OCBC NISP yang

makin banyak bermunculan serta mulai menunjukkan

ketertarikan dalam usaha mikro.

Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan

pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI,

Koperasi dan BPR.

Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan

kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini

masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung

pada perbaikan perekonomian kita.

Selain menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal Bank BJB

(perbandingan ke-1) dilakukan juga perbandingan antara produk perbankan

(deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah) dari setiap bank untuk

mengetahui produk dan dari bank mana yang paling layak untuk Pemerintah

Daerah Kota Depok berinvestasi. Maka, perbandingan ke-4 ini, dapat dilihat

pada Tabel 8:

Tabel 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya)

Deposito Tabungan Obligasi Pemerintah Strength (kekuatan)

• Nilainya tetap dan dijamin oleh pemerintah

• Memiliki suku bunga yang tinggi

• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu tertentu.

• Dapat dijaminkan: untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama.

• Dijamin oleh pemerintah

• Nominal yang tidak ditentukan (bebas sesuai dengan keinginan nasabah)

• Likuiditas yang tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM

• Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain.

• Memiliki risiko yang rendah

• Nilainya dijamin oleh pemerintah

• Kemungkinan kecil terjadi risiko gagal bayar

• Tingkat pengembalian lebih tinggi dari deposito

66  

Lanjutan Tabel 8.

Deposito Tabungan Obligasi Pemerintah

Weakness (kelemahan)

• Jangka waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo tidak fleksibel)

• Adanya denda jika pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo

• Bunga kena pajak 20%, di atas Rp 7,5 juta.

• Adanya penurunan minat investor

• Suku bunga yang diberikan sangat rendah, di bawah tingkat inflasi.

• Bunga kena pajak 20% untuk yang di atas Rp 7,5 juta.

• Sebagian besar adalah obligasi ritel (individu)

• Tidak setiap saat tersedia • Kurang likuid

Opportunity (Peluang)

• Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat

• Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan menabung

• Berkembangnya paradigma tentang obligasi pemerintah

Threat (Ancaman)

• Adanya penurunan minat investor

• Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi investor

• Adanya ketentuan nominal simpanan yang dijamin LPS yakni di bawah Rp.100 juta jika bank mengalami kebangkrutan

• Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi investor

• Adanya nilai VaR yang dapat menurun karena inflasi

Dilihat dari dari kekuatannya, seperti dari segi suku bunga yang

diberikan, obligasi pemerintah seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang

memberikan suku bunga sebesar 12,00%, namun dari segi likuiditas

menunjukkan bahwa tabunganlah yang memiliki likuiditas tertinggi karena

tidak memiliki jatuh tempo dalam pencairan dananya, serta kemudahan

bertransaksi seperti untuk pembayaran dan sebagainya. Selanjutnya dilihat

dari kelemahannya, suku bunga terendah dimiliki oleh tabungan. Faktor

lainnya seperti likuiditas, deposito dan obligasi pemerintah memiliki jangka

waktu dalam pengambilannya, sehingga dananya tidak dapat dicairkan

kapan saja. Dari faktor eksternal seperti peluang, peluang tertinggi berada

pada deposito. Hal ini terlihat dari jumlah sumber dana yang berasal dari

deposito pada bank umum di tahun 2005 mencapai Rp 455.308 miliar dan

pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 758.280 miliar sedangkan untuk

jumlah sumber dana yang berasal dari tabungan di bank umum pada tahun

2009 sebesar Rp 565.610 miliar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa

minat nasabah pada simpanan (investasi) jenis deposito lebih besar dari

pada tabungan dan obligasi pemerintah belum banyak diminati oleh

masyarakat. Untuk faktor eksternal selanjutnya yakni ancaman, untuk

deposito dan tabungan belum adanya jaminan untuk dana yang disimpan

67  

lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana

yang diinvestasikan.

Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika

Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi,

maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika

membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih

simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari

sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari

faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi

pemerintah yang memiliki rendah risiko.

4.6 Analisis Finansial

Analisis finansial mencakup perbandingan EPS (Earning Per Share),

ROE (Return On Equity), dan tingkat suku bunga. Obligasi Negara

Republik Indonesia yang ditawarkan seri ORI003-ORI004, kupon rate yang

ditawarkan adalah ORI003 sebesar 9.4000%, ORI004 sebesar 9.5000%,

ORI005 sebesar 11.4500%, ORI006 sebesar 9.1500%, dan ORI007 sebesar

7.9500%, serta jenis Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 sebesar 12.0000%,

dan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 sebesar 8.7000%. Pemerintah Daerah

Kota Depok dapat membeli obligasi pemerintah sebagai salah satu investasi

jangka panjang yang memberikan nilai suku bunga yang tinggi seperti

Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar

12,00%. Namun, pembelian obligasi pemerintah ini harus bersifat permanen

yakni tidak berpindah tangan atau diperjualbelikan di pasar sekunder, hanya

boleh diperjualbelikan di pasar primer.

Dari sisi EPS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 bahwa rata-rata

EPS tertinggi diraih oleh BRI yakni Rp. 429,23 dan yang terendah dimiliki

oleh Bank Panin sebesar 38,96. Hal ini menunjukkan bahwa BCA

memberikan rata-rata pengembalian dari saham yang ditanamkan lebih

besar dibandingkan keenam bank lainnya. Sedangkan EPS dari Bank BJB

menempati peringkat kelima dari ketujuh bank. Hal ini terlihat bahwa

sebagai bank yang masih berskala daerah dan baru melakukan IPO, Bank

68  

BJB dapat bersaing dengan memberikan nilai rata-rata EPS sebesar Rp

76.18,- dibandingkan dengan bank yang sudah berskala nasional maupun

internasional seperti Bank ANZ Panin.

Tabel 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank

EPS (dalam Rupiah) Rata-rata EPS 2005 2006 2007 2008 2009 2010

BRI 321.7 355.62 403.64 496.99 442.17 555.25 429.23 Bank Danamon 407.71 268.91 423.27 303.7 186.36 262.12 308.68

BCA 213 345 183 236 209 251 239.50 BNI 106 145 64 80 163 193 125.17 Bank BJB - 29.58 69.56 91.82 113.75 - 76.18 Bank Permata 38.1 40.23 64.45 58.43 62.01 67.33 55.09

Bank Panin 31.48 37.46 42.32 34.6 41.01 46.87 38.96 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan

Bank Panin dari Tahun 2005-2010

Untuk rata-rata ROE tertinggi diraih juga oleh BRI yakni sebesar

34.40% dan terendah pada Bank Panin. Dilihat dari sisi ROE bahwa pada

hampir semua bank mengalami tingkat ROE yang fluktuatif, namun pada

BNI dan BCA cenderung naik dari tahun 2007-2010 seperti yang disajikan

pada Tabel 10. Dilihat dari ROE Bank BJB, terlihat jelas bahwa Bank BJB

memiliki rata-rata tertinggi kedua setelah BRI, mengalahkan bank lainnya

seperti BCA dan BNI. Dari hal ini, maka pengembalian atas ekuitas Bank

BJB berkategori baik dan dapat bersaing dengan bank lainnya yang berskala

nasional. Dengan ROE yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan

laba yang akan diperoleh perusahaan sehingga akan berdampak pula

terhadap deviden. Deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham

adalah minimum 40% dari laba yang diperoleh perusahaan. Maka, dengan

ROE yang tinggi akan meningkatkan deviden.

Tabel 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank

ROE(%) Rata-rata ROE 2005 2006 2007 2008 2009 2010

BRI 38.00 33.75 31.64 34.50 34.23 34.28 34.40 Bank BJB 23.54 22.28 19.58 25.54 28.09 31.70 25.12 BCA 27.35 29.07 26.74 30.16 32.00 32.25 29.60 Bank Danamon 24.20 15.10 22.90 22.30 14.90 19.70 19.85

 

69  

  Lanjutan Tabel 10.

Bank Permata 14.30 13.10 18.10 12.40 18.02 25.10 16.84

BNI 12.64 22.61 8.03 9.01 16.34 25.12 15.63 Bank Panin 14.14 14.27 13.98 10.16 10.40 15.48 13.07 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan

Bank Panin dari Tahun 2005-2010

Pada Tabel 11 yang telah diolah, EPS dari tahun 2005-2010 dan data

ROE dari tahun 2006-2010, Bank BJB memiliki rata-rata ROE sebesar

25.12% dan rata-rata EPS sebesar Rp. 76.18. Rata-rata pertumbuhan EPS

dari tahun 2006-2009 yakni 33.67% dan rata-rata pertumbuhan EPS dari

tahun 2005-2010 sebesar 4.88%. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan

EPS Bank BJB terlihat bahwa pertumbuhan dari tahun ke tahun mengalami

penurunan, sedangkan pertumbuhan ROE Bank BJB berada dalam keadaan

yang fluktuatif seperti yang dittampilkan pada Gambar 5.

Tabel 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB Tahun Pertumbuhan EPS Pertumbuhan ROE

2005-2006 ------ 1.2622.28

100 5.66%

2006-2007 39.9869.58

100 57.48% 2.7

19.58 100 13.79%

2007-2008 22.2691.82

100 24.24% 5.96

25.54100% 23.34%

2008-2009 21.93

113.75100 19.28%

2.5528.09 100% 9.08%

2009-2010 ------- 3.6131.70

100% 11.39%

Rata-Rata 33.67% 4.88% Sumber : www.bankjabar.co.id (diolah)

Gambar 5. Grafik Perkembangan EPS dan ROE Bank BJB

0

50

100

150

2006

2007

2008

2009

EPS (Rp)

EPS (Rupiah)

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%

ROE (%)

ROE (%)

70  

Selanjutnya dilakukan analisis tren dengan metode kuantitatif pada

ROE (%) dan EPS (Rupiah) pada Bank BJB Data historis yang digunakan

adalah tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk peramalan EPS, bentuk

persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara variabel dependen

(Yt) yang berupa EPS (Rp) dan variabel independen (t) yang berupa deret

waktu (tahun) sedangkan untuk ROE variabel dependen (Yt) yang berupa

ROE (%) dan variabel independen (t) yang berupa deret waktu (tahun).

Tampilan perhitungan analisis tren menggunakan program komputer

MInitab untuk EPS dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Forecasting untuk EPS Bank BJB

Dari data yang telah diperoleh pada Gambar 6, sehingga model

matematis untuk peramalan EPS adalah Yt =7.485+27.477*t dengan nilai

kesalahan peramalan, yakni MAD = 4.5125, MSD = 24.1428, MAPE =

8.4270. Model matematis tersebut dapat meramalkan EPS untuk masa yang

akan datang. Dari data pada Tabel 12, menunjukkan peramalan untuk EPS

Bank BJB lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan, sehingga

dengan keadaan EPS yang meningkat dapat menguntungkan para pemegang

saham Bank BJB.

Tabel 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun Forecast (Rupiah) 2010 144,870 2011 172,347 2012 199,824 2013 227,301 2014 254,778

Index

C10

987654321

250

200

150

100

50

0

Accuracy MeasuresMAPE 8.4270MAD 4.5125MSD 24.1428

Variable

Forecasts

ActualFits

Trend Analysis Plot for C10Linear Trend Model

Yt = 7.485 + 27.477*t

71  

Sedangkan untuk peramalan ROE diperoleh model matematis Yt =

25.924+1.04886*t dengan nilai MAPE = 2.7903, MAD = 0.77686, dan

MSD = 1.22786 seperti yang terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Forecasting untuk EPS Bank BJB

Sehingga dari model matematis yang diperoleh dapat meramalkan

ROE Bank BJB untuk masa yang akan datang yakni untuk tahun 2011

sampai dengan tahun 2015, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.

Tabel 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun Forecast (%) 2011 33,2660 2012 34,3149 2013 35,3637 2014 36,4126 2015 37,4614

Data peramalan ROE Bank BJB menunjukkan untuk peramalan lima

tahun ke depan yakni sampai tahun 2015, ROE Bank BJB akan mengalami

kenaikan, walaupun kenaikan tersebut hanya sekitar 1% per tahun. Dengan

nilai ROE yang diprediksikan mengalami peningkatan, hal ini akan

berdampak terhadap laba yang diperoleh Bank BJB sehingga berdampak

juga terhadap deviden yang diberikan kepada para pemegang saham Bank

BJB.

Sebagai bank memiliki kriteria untuk dapat dikatakan baik atau tidak,

seperti dalam faktor pertumbuhan bisnis dan rasio keuangannya.

Pertumbuhan bisnis Bank BJB dapat dilihat dari tahun 2005-2010 memiliki

rata-rata aset sebesar Rp 26,79 Miliar, rata-rata kredit yang diberikan

sebesar Rp 16.55 Miliar, rata-rata Simpanan dari Pihak Ketiga sebesar Rp

Index

C2

1110987654321

38

36

34

32

30

28

26

Accuracy MeasuresMAPE 2.75603MAD 0.77686MSD 1.22786

Variable

Forecasts

ActualFits

Trend Analysis Plot for C2Linear Trend Model

Yt = 25.924 + 1.04886*t

72  

21,56 Miliar, dan rata-rata Ekuitas (modal saham, modal ditempatkan dan

disetor, modal disetor lainnya, serta saldo laba) sebesar Rp 2,65 Miliar.

Pertumbuhan bisnis Bank BJB ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten

Jika dilihat dari sisi lainnya seperti EBIT dan laba bersih

menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2005

sampai bulan September tahun 2010 Bank BJB memiliki rata-rata EBIT

sebesar Rp 727,39 Miliar dan laba bersih sebesar Rp 495,39 Miliar yang

ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten

73  

Bank BJB memiliki rasio-rasio keuangan yang tergolong baik seperti

dari sisi CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO. Dari tahun 2005 sampai

dengan tahun 2010, rata-rata CAR (Rasio kecukupan modal) Bank BJB

sebesar 17,81%, rata-rata NIM (Marjin Pendapatan Bunga Bersih) sebesar

7,61%, rata-rata ROA (Imbal Hasil Investasi) sebesar 3,06%, rata-rata ROE

(Imbal Hasil Ekuitas) sebesar 25,12%, dan rata-rata LDR (Rasio jumlah

kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga) sebesar 79,59%, serta

rata-rata BOPO (rasio total beban operasional dibagi total pendapatan

operasional) sebesar 77,15%. Grafik Rasio Keuangan Bank BJB dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten

74  

Selain dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO,

masih terdapat lima rasio keungan lainnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat

bahwa Bank BJB menduduki peringkat 15 dari 20 bank terbesar yang telah

didata oleh Bank Indonesia. Dalam penyertaan modal ini, ada beberapa rasio

yang penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Seperti ROE

(Return on Equity) atau Imbal Hasil Ekuitas yang merupakan perbandingan

antara jumlah laba setelah pajak dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan

berturut-turut dengan jumlah rata-rata ekuitas dalam periode yang sama,

Bank BJB menduduki peringkat kesatu dari 20 bank dalam hal ROE. Hal ini

menunjukkan bahwa jumlah laba atas ekuitas berkategori baik, sehingga

dari tingkat ROE yang tinggi akan berdampak pada pemberian deviden yang

tinggi pula, tentunya hal ini dapat menguntungkan pemegang saham. Untuk

ROA yang berarti singkatan dari “Return on Assets” atau Imbal Hasil

Investasi yang merupakan perbandingan antara jumlah laba sebelum pajak

dalam kurun waktu 12 bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata aktiva

dalam periode yang sama. Tahun 2009 Perseroan mampu membukukan

ROA sebesar 3,24% di atas ketentuan Bank Indonesia dan mendapatkan

peringkat kedua dari 20 bank terbesar. Hal ini menunjukkan, dari sisi tingkat

pengembalian asset yang dimiliki akan berdampak terhadap kenaikan laba

yang juga berdampak pada tingkat pemberian deviden kepada para

pemegang saham.

Rasio lainnya seperti NPL (Non Performing Loan) yaitu kredit yang

non-performing meliputi kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

NPL adalah salah satu kriteria bank yang sehat yakni jika memiliki NPL

yang kecil. Bank Indonesia pada tahun 2001 menetapkan batas maksimum

NPL - Netto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5% dan Bank BJB

mempertahankan rasio NPL (gross) pada kisaran 0,45% sampai dengan

1,97%. Dari 20 bank, Bank BJB meraih peringkat ketiga dalam kategori

NPL, hal ini berarti Bank BJB memiliki kredit macet yang relatif lebih kecil

dari bank lainnya. Rasio NPL dalam salah satu kriteria bank yang sehat

sesuai dengan syarat investasi jangka panjang dan pendek yang telah

tercantum dalam peraturan pada analisis kelembagaan. 

75  

Tabel 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten

No. Nama Bank Assets Depposits Loans Equity CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR

1. Mandiri 1 1 2 1 15 6 14 6 4 2 5 2. BRI 2 2 1 2 16 17 2 3 2 5 15 3. BCA 3 3 3 3 14 1 11 4 3 1 1 4. BNI 4 4 4 4 18 18 7 13 7 8 7

5. CIMB Niaga 5 5 5 6 20 8 4 8 9 7 13

6. Danamon 6 6 6 5 12 14 1 5 10 6 17 7. Panin 7 7 7 7 4 9 12 10 13 12 8 8. BII 8 8 8 9 13 11 9 19 17 18 12 9. Permata 9 9 10 8 17 15 10 11 5 11 14 10. BTN 10 10 9 12 5 16 8 16 15 15 19 11. Citi Bank 11 11 12 10 2 20 16 1 8 4 6 12. Bukopin 12 12 11 18 19 10 15 18 11 14 11

13. Standard Chartered 13 18 18 20 11 19 18 12 14 16 16

14. HSBC 14 15 16 19 9 13 13 7 12 17 2 15. Bank BJB 15 14 15 16 10 3 3 2 1 3 4 16. Mega 16 13 17 14 8 2 17 14 6 10 3

17. OCBC NISP 17 16 14 11 7 12 6 17 16 13 9

18. Tokyo Mitsubishi 18 20 13 13 1 4 20 15 19 19 20

19. DBS 19 17 19 17 6 5 19 20 20 20 10

20. UOB Buana 20 19 20 15 3 7 5 9 18 9 18

Sumber : www.bi.go.id

Berdasarkan data-data keuangan tersebut, terlihat bahwa Bank BJB

memiliki kinerja dari aspek finansial yang tergolong baik. Seperti dari rasio

keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO menunjukkan bahwa

Bank BJB dapat bersaing dan bahkan lebih unggul dari bank-bank yang

berskala nasional maupun internasional. Dengan keadaan finansial yang

baik, sehingga memungkinkan bagi Pemerintah Kota Depok untuk

menyertakan modalnya di Bank BJB.

4.7 Implikasi Manajerial

Pemerintah Daerah Kota Depok memiliki otonomi daerah yang dapat

digunakan secara maksimal untuk mendatangkan pendapatan guna

memenuhi kebutuhan Kota Depok dan mengembangkan Kota Depok

sebagai Kota administratif. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat

melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang. Karakteristik

investasi jangka pendek yang diperbolehkan untuk Pemerintah Daerah Kota

Depok adalah investai yang dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan dan

ditujukan dalam rangka manajemen kas, serta berisiko rendah. Investasi

yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain

deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau

76  

yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka

pendek dan SBI. Penempatan modal pada deposito atau tabungan harus di

semua bank yang berkategori sehat.

Untuk investasi jangka panjang, Pemerintah Daerah Kota Depok

hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat sebagai

investasi permanen (tidak diperjualbelikan) antara lain kerjasama daerah

dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset

daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dalam hal ini adalah

penanaman saham pada Bank BJB. Saham yang dapat ditanamkan di Bank

BJb terdiri dari dua jenis yakni Saham Seri A dan Saham Seri B. Pengertian

masing-masing jenis saham, aturan tentang saham di Bank BJB, dan aturan

transaksi pemindahan saham untuk Pemerintah Daerah Kota Depok

dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

4.7.1 Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B

Saham ialah saham-saham Seri A dan saham-saham Seri B yang

dimaksud dengan pemegang saham ialah pemegang saham ialah

pemegang saham seri A dan pemegang saham seri B kecuali apabila

dengan tegas dinyatakan lain. Saham Perseroan adalah saham atas

nama dan dikeluarkan atas nama pemiliknya yang terdaftar dalam

Daftar Pemegang Saham yang terdiri dari saham Seri A yang hanya

khusus dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kota,

dan Kabupaten dan Saham Seri B yang dapat dimiliki oleh Direksi,

Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah.

Saham Seri A ialah saham yang memberikan hak khusus kepada

pemegangnya dalam kuorum kehadiran dan kuorum persetujuan Rapat

Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14

Anggaran Dasar Bank BJB, untuk:

1. Menghadiri dan menyetujui pengangkatan, pemberhentian, dan

persetujuan pengunduran diri Direksi dan Dewan Komisaris;

77  

2. Menghadiri dan menyetujui perubahan anggaran dasar,

pengeluaran efek bersifat ekuitas atau perubahan modal

ditempatkan dan disetor;

3. Menghadiri dan menyetujui penyetoran saham dalam bentuk

benda selain uang, baik benda berwujud, maupun tidak berwujud;

4. Menghadiri dan menyetujui penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, dan pemisahan, serta pengajuan permohonan

agar perseroan dinyatakan pailit dan pembubaran perseroan.

Sepanjang dalam anggaran dasar tidak ditetapkan lain, maka

pemegang saham Seri A dan pemegang saham Seri B mempunyai hak

yang sama. Untuk komposisi besaran modal untuk seluruh saham

yang ditempatkan adalah 100% (seratus persen) dengan ketentuan

batas maksimum saham Seri B adalah 40% (empat puluh persen) dan

selebihnya merupakan Saham Seri A.

4.7.2 Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan Seri B

Seluruh saham Perseroan yang dicatatkan, di luar saham-saham

yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam

jangka waktu maksimal 12 (dua belas) bulan sejak Pernyataan

Pendaftaran Perseroan menjadi efektif yakni pada tanggal 8 Juli 2010.

Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan

saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi

saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal

Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Dari hal tersebut,

Pemerintah Daerah Kota Depok baru dapat membeli saham baik

Saham Seri A maupun saham Seri B pada tanggal 8 Juli 2011. Saham

yang telah ditanam pada Bank BJB akan mendapatkan dividen tunai

minimum 40,00% dari laba bersih yang dibayar setiap tahunnya

dimulai dari tahun buku 2010. Persentase deviden yang dibayarkan

besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi

Direksi. Keputusan untuk membayar dividen tergantung laba, kondisi

keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-

78  

undangan dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi

Perseroan setelah memperoleh persetujuan RUPS.

4.7.3 Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B

Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan jual beli

saham sesama Pemerintah yang memiliki saham Seri A. Jika

Pemerintah Derah Kota Depok berniat untuk menambah Saham A,

maka tergantung kepada direksi dan juga pemegang saham A lainnya.

Untuk pemindahan saham seri B, Pemerintah Daerah Kota Depok

dapat melakukan jual beli saham dengan Direksi, Dewan Komisaris,

Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah. Jika ingin

menambah Saham Seri B, Pemerintah Kota Depok sebagai pemilik

saham berhak melakukan pemesanan terlebih dahulu terhadap saham

seri B Bank BJB sebelum ditawarkan kepada publik. Aturan Transaksi

Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B dilatarbelakangi oleh

Anggaran Dasar Bank Jabar Banten: Pasal 10 Tentang Pemindahan

Hak Atas Saham yang berisi antara lain:

1. Persyaratan dan peraturan pemindahan hak atas saham yaitu:

a. Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu

dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama Pihak yang

memindahkan hak dan oleh atau atas nama Pihak yang

menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan.

b. Pemindahan Hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan

Kolektif dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening Efek

yang lain pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank

Kustodian dan Perusahaan efek. Dokumen pemindahan hak atas

saham harus berbentuk sebagaimana ditentukan dan/atau yang

dapat diterima oleh Direksi dengan ketentuan, bahwa dokumen

pemindahan hak atas saham-saham yang tercatat pada Bursa

Efek harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku pada

Bursa Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan,

dengan tidak mengurangi peraturan perundangan yang berlaku

di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.

79  

c. Pemindahan hak atas Saham Seri A hanya dapat dilakukan oleh

dan di antara pemegang saham Seri A.

2. Pemindahan hak atas saham-saham yang bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini atau tidak sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku atau tanpa persetujuan

dari pihak yang berwenang jika disyaratkan, tidak berlaku terhadap

perseroan.

3. Direksi atas kebijaksanaan mereka sendiiri dan denagn

memberikan alasan untuk itu, dapat menolak untuk mendaftarkan

pemindahan hak atas saham dalam Daftar Pemegang Saham

apabila ketentuan dalam Anggaran Dasar ini tidak dipenuhi.

4. Apabila direksi menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas

saham, maka direksi wajib mengirimkan pemberitahuan penolakan

kepada pihak yang akan memindahkan haknya selambat-lambatnya

30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal permohonan untuk

pendaftaran itu diterima oleh Direksi dengan memperhatikan

peraturan perundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan

peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan

tersebut dicatatkan.

5. Dalam hal terjadi perubahan ngubahan pemilikan dari suatu saham,

pemilik asalnya yang dalam daftar Pemegang Saham dianggap

tetap sebagai pemilik dari saham tersebut hingga nama dari pemilik

baru tersebut telah tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, hal

tersebut dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang

berlaku dan ketentuan di bidang Pasar Modal serta ketentuan

Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.

6. Setiap orang yang memperoleh hak atas suatu saham karena

kematian seorang pemegang saham atau karena sebab lain yang

mengakibatkan pemilikan suatu saham berubah berdasarkan

hukum, dapat dengan mengajukan bukti-bukti haknya tersebut,

sebagaimana sewaktu-waktu dapat disyaratkan oleh Direksi,

mengajukan permohonan secara tertulis untuk di daftar sebagai

80  

pemegang saham dari saham tersebut. Pendaftaran hanya dapat

dilakukan apabila Direksi dapat menerima baik atas dasar bukti-

bukti hak itu dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam

anggaran dasar ini.

7. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang

diperdagangkan di Pasar Modal wajib memenuhi peraturan

perundangan dibidang Pasar Modal dan ketentuan-ketentuan Bursa

Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan, kecuali

untuk saham Seri A hanya dapat dipindahkan kepada pemerintah

saja sebagaimana tersebut dalam Pasal 10.1.c Anggaran Dasar

Bank BJB.

Berdasarkan dari analisis keadaan lingkungan internal dan eksternal

Bank BJB, serta harga saham yang terus meningkat, sebaiknya

Pemerintah Daerah Kota Depok tidak menjual Saham Seri A yang

dimilikinya tetapi menambah kepemilikan saham dengan membelinya

dari pemerintah daerah lain sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang

ada. Dengan berinvestasi pada Saham Seri A di Bank BJB maka akan

meningkatkan modal yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Depok.

Untuk pembelian Saham Seri B sangat baik dilakukan oleh Pemerintah

Kota Depok jika investasi dilakukan untuk jangka panjang dan tidak

diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan terkait dengan permasalahan

hukum (analisis kelembagaan) dimana Pemerintah Daerah Kota Depok

hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat permanen

dan hanya boleh menyertakan modal pada investasi yang beresiko

rendah. Dengan melihat adanya harga yang fluktuatif pada Saham Seri B,

maka akan sangat beresiko jika menempatkan modal pada Saham Seri B

yang bersifat sebagai jangka pendek dan diperjualbelikan dalam waktu

yang singkat. Dari hal tersebut, untuk mengurangi resiko dan

mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi pada Saham Seri B Bank

BJB maka Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih Saham Seri B

sebagai salah satu investasi jangka panjang.

 

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Melihat adanya otonomi daerah yang diberikan Pemerintah Daerah Kota

Depok, pemerintah dapat memanfaatkan otonomi daerah dengan tetap melihat

peraturan (undang-undang) yang ada. Dilihat dari peraturan yang terkait dan

dianalisis kelembagaan, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan

investasi jangka pendek yakni investasi pada produk perbankan di bank sehat

yakni deposito dan tabungan (simpanan) dan untuk investasi jangka panjang

dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya

di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang, tidak

diperjualbelikan (bersifat sebagai investasi permanen juga). Untuk investasi

jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada

produk perbankan di semua yang bank sehat yakni seperti deposito, tabungan

(simpanan), dan obligasi pemerintah.

Dengan berubahnya status Bank BJB menjadi perseroan terbuka dan

melakukan IPO, membuat Bank BJB terus meningkatkan prestasinya untuk dapat

bersaing dengan bank lainnya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.

Dilihat dari lingkungan eksternal dan internalnya Bank BJB memiliki skor bobot

faktor internal sebesar 2,8 dan eksternalnya sebesar 2,94, hal ini berarti tingkat

atau eksternal terhadap penyertaan modal adalah sedang dan menghasilkan posisi

Hold and Maintain yang menunjukkan bahwa perusahaan harus

mempertahankan kondisi saat ini karena tantangannya semakin besar, sehingga

dengan keadaan tersebut bagi Pemerintah Kota Depok layak menempatkan

sahamnya di Bank BJB.

Untuk hal produk simpanan (tabungan dan deposito), Bank BJB masih

memberikan bunga deposito terbesar yakni 8,75% kepada Pemerintah Daerah

Kota Depok dibandingkan dengan perbankan lainnya. Di sisi lain, jika dilihat

82 

dari deviden per saham yang dibagikan, Bank BJB masih relatif lebih kecil

dibandingkan dengan bank pesaing. Namun, Pemerintah Daerah Kota Depok

tetap hanya dapat melakukan penanaman saham hanya di Bank BJB. Di sisi lain,

dilihat dari harga saham yang terus meningkat setelah terjadinya IPO membuat

modal yang ditanamkan Kota Depok menjadi terus bertambah.

Semenjak tahun 2002 sampai dengan saat ini, Pemerintah Daerah Kota

Depok telah menanamkan Saham Seri A di Bank BJB. Saham seri A yang

dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Depok sebanyak 89.581.968 lembar

saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000 dengan presentase sebesar 0,92%

setelah IPO yakni menurun dari 1,23% sebelum terjadinya IPO. Dari keseluruhan

analisis dapat disimpulkan bahwa penanaman investasi jangka panjang maupun

jangka pendek layak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok.

2. Saran

Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian berikutnya

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian tentang:

• Menganalisis kinerja Bank BJB setelah melakukan IPO (Initial Public

Offering)

• Menganalis keadaan Saham Seri A dan Seri B setelah melakukan IPO (Initial

Public Offering)

• Mengetahui dan menganalisis proses IPO (Initial Public Offering) PT Bank

BJB dari status perusahaan sebelumnya yakni Bank Pembangungan Daerah

  

DAFTAR PUSTAKA

Ang, R. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Anonim. 2010. Earnings Per Share (EPS) : Definisi dan Faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Laba Per Saham. http://jurnalsdm.blogspot. com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi-dan.html. [1 Desember 2010]

Anwar, J. 2010. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung : PT. Alumni

Dewi, F.R, dkk. 2007. Analisis Strategi Penyertaan Modal Provinsi DKI Jakarta Terhadap Beberapa Perusahaan Daerah dan Perusahaan Lainnya. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gito S.I. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Halim, A. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta

Hasibuan, M. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.

Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.

Kertonegoro,S. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Press 73.

Kotler. P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Erlangga

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Riyanto, B. 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta: BPFE.

Thian, L.H. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tlngkat II Depok Dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilego.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.

84  

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

www.bankjabar.co.id. [27-29 Desember 2010]

www.bi.go.id. [2 Desember 2010]

www.bni.co.id. [29 November 2010]

www.danamon.co.id. [29 November 2010]

www.panin.co.id. [30 November 2010]

www.permatabank.com.[3 November 2010]

 

LAMPIRAN

  

Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara kepada Pihak Bank BJB

PERTANYAAN WAWANCARA

Bank Jabar Banten Cabang Depok

I. Pertanyaan tentang gambaran umum perusahaan

1. Bagaimana proses berdirinya Bank Jabar Banten?

2. Apa visi, misi dan tujuan dari Bank Jabar Banten?

3. Bagaimana struktur organisasi, tugas dan wewenang setiap jabatan?

4. Bagaimana status badan hukumnya?

5. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bank Jabar Banten?

II. Pertanyaan tentang Lingkungan Internal.

1. Produksi

a) Bagaimana penyedian produk-produk perbankan?

b) Bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan ?

c) Apa saja produk perbankan yang ada di Bank Jabar Banten?

2. Sumber daya manusia

a) Berapa jumlah karyawannya? (rinci menurut jenis pekerjaan, jenis

kelamin, umur, dan pendidikan)

b) Bagaimana jam kerja diberlakukan?

c) Bagaimana cara peningkatan dan pengembangan karyawan?

d) Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi?

3. Keuangan

a) Bagaimana sistem pencatatan keuangan pada perusahaan?

b) Bagaimana pertumbuhan laba perusahaan, himpunan dana, dan rasio

NPL?

c) Apa masalah keuangan yang dihadapi perusahaan?

86  

Lanjutan Lampiran 1.

4. Pemasaran

a) Produk apa saja yang dihasilkan oleh Bank Jabar Banten? Apa yang

menjadi produk utama?

b) Apakah ada pengklasifikasian produk?

c) Apa yang membedakan produk Bank BJB dengan produk perbankan

sejenis lainnya? Deskripsikan!

d) Berapa tingkat suku bunga yang ditawarkan untuk produk simpanan

dan kredit?

e) Bagaimana cara memasarkan produk-produk dari Bank Jabar Banten?

f) Apakah ada agen pemasaran untuk memasarkan produknya?

g) Kegiatan promosi apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan?

h) Media apa saja yang digunakan untuk sarana promosi?

i) Apakah ada fasilitas konsultasi, kritik dan saran untuk konsumen?

5. Sistem Informasi Manajemen.

a) Apakah Bank Jabar Banten menggunakan sistem informasi

manajemen?

b) Bagaimana penggunaan sistem informasi tersebut?

III. Pertanyaan tentang lingkungan mikro pemasaran.

1. Apakah Bank Jabar Banten telah mengetahui dan mendata para pesaing?

2. Siapa saja yang menjadi pesaing potensial dari Bank Jabar Banten ini?

3. Bagaimana kekuatan yang dimiliki pesaing tersebut?

4. Bagaimana pertumbuhan perbankan sejenis khususnya di Depok?

5. Apakah terdapat faktor-faktor yang mempermudah masuknya pendatang

baru?

6. Bagaimana saluran distribusi untuk memasarkan produknya?

87  

Lanjutan Lampiran 1.

IV. Pertanyaan tentang lingkungan makro pemasaran.

1. Apakah perubahan gaya hidup masyarakat seperti kebiasaan menabung

mempengaruhi kegiatan pemasaran Bank Jabar Banten?

2. Apakah terdapat teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas Bank

Jabar Banten?

3. Bagaimana pengaruh krisis global dunia terhadap bisnis Bank Jabar

Banten?

4. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap penyertaan modal

Bank Jabar Banten?

88  

Lampiran 2. Kuesioner terhadap bank BUMN dan bank swasta di Depok.

KUESIONER ANALISIS PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KOTA

DEPOK TERHADAP BANK

1. Apa saja jenis produk simpanan (investasi) yang perusahaan Anda tawarkan?

…………………………………………………………………………………

2. Berapa besar suku bunga dan benefit yang ditawarkan dari setiap produk

simpanan?

…………………………………………………………………………………

3. Untuk simpanan deposito, berapa suku bunga yang perusahaan Anda

tawarkan?

o Rp. 100-500 juta, suku bunga …..%

o Rp. 500 juta-1 M, suku bunga …..%

o Rp. 1-20 M, suku bunga …..%

o Rp. 20-50 M, suku bunga …..%

o Rp. 50-100 M, suku bunga …..%

Ket : asumsi suku bunga yang diberikan daam jangka waktu 1 tahun

4. Berapa jenis saham yang perusahaan Anda tawarkan?

o Saham ……………………, EPS…………………..

o Saham ……………………, EPS…………………..

Ket : EPS yang diberikan pada tahun terakhir (2010)

5. Jika perusahaan Anda mengeluarkan obligasi, jenis obligasi apa yang

ditawarkan?

Berapa besar suku bunga dari obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

Anda?

…………………………………………………………………………………

Terima Kasih

89  

Lampiran 3. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

YANG MEMPENGARUHI PENYERTAAN MODAL TERHADAP BANK BJB Tujuan:

Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal

yang mempengaruhi kemapuan PT Bank Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor

internal dan eksternal industri perbankan yang diperoleh dari wawancara. Tingkat

kepentingan adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor

operasional tersebut menentukan keberhasilan penyertaan modal terhadap Bank Jabar

Banten.

Petunjuk Umum:

1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden

3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya

secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban

4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak

responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan

yang berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden

lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan

alasan yang kuat.

Petunjuk Khusus:

1. Pemberian bobot terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang tersedia pada kuesioner ini, seperti yang dipaparkan di bawah ini: 1 = kurang menentukan atau kurang penting 2 = cukup menentukan atau cukup penting 3 = menentukan atau penting 4 = sangat menentukan atau sangat penting

2. Pemberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( X ) pada tingkatan (1-4) yang paling sesuai menurut responden.

90  

Lanjutan Lampiran 3 A. Faktor Strategis Internal

Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan

berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.

Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal Bobot

1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan

Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan

2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik

3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang

berkinerja baik

5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru

7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional

8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik

9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan

belum berskala nasional

11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah

12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan

13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai

14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata

15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi

tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut

17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim

91  

Lanjutan Lampiran 3.

B. Faktor Eksternal

Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang

berasal dari luar perusahaan.

Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Bobot

1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan

perbankan

3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan

4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat

5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung

6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat

7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir

8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen

9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali

10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar

11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir

13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan

15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro

16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR

17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa

92  

Lampiran 4. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

(PENETUAN RATING)

Tujuan:

Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal

yaitu dengan cara pemberian peringkat yang mempengaruhi kemapuan PT Bank

Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor internal dan eksternal industri

perbankan.

Petunjuk Umum:

1. Pengisian kuesioner dilakukan secra tertulis oleh responden

2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden

3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara

sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban

4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak

responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang

berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden lainnya

ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang

kuat.

Petunjuk Khusus :

A. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut : 1=kelemahan utama, 2=kelemahan kecil, 3=kekuatan kecil, 4=kekuatan utama

B. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) adalah sebagai berikut: 1 = respon perusahaan di bawah rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 2 = respon perusahaan rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 3 = respon perusahaan di atas rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 4 = respon perusahaan superior tehadap faktor-faktor tersebut Pemberian peringkat masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( √ ) pada skala likert (1-4) yang paling sesuai menurut responden.

93  

Lanjutan Lampiran 4.

C. Faktor Strategis Internal

Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan

berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.

Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal Nilai

1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan

Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan

2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik

3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang

berkinerja baik

5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru

7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional

8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik

9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan

belum berskala nasional

11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah

12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan

13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai

14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata

15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi

tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut

17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim

94  

Lanjutan Lampiran 4.

D. Faktor Eksternal

Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang

berasal dari luar perusahaan.

Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Nilai

1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan

perbankan

3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan

4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat

5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung

6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat

7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir

8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen

9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali

10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar

11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir

13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan

15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro

16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR

17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa

95  

Lampiran 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE

a. Bobot Faktor-faktor Internal

No Faktor Internal Tingkat Kepentingan

Jumlah Responden

Rata- rata

Bobot

1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori

Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan

1 1 2 3.5 0.064

2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik

1 1 2 3.5 0.064

3 Pertumbuhan laba yang meningkat 2 2 4 0.073 4 Memiliki nama dan citra

perusahaan yang berkinerja baik 1 1 2 3.5 0.064

5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

1 1 2 3.5 0.064

6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru

2 2 3 0.055

7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional

1 1 2 3.5 0.064

8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik

2 2 3 0.055

9 Kurangnya tenaga khusus promosi 2 2 3 0.055 10 Cakupan operasional bisnis

perbankan belum berskala nasional 2 2 3 0.055

11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah

2 2 3 0.055

12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan

1 1 2 2.5 0.046

13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai

1 1 2 3 0.055

14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata

1 1 2 3.5 0.064

15 Produk yang ditawarkan masih terbatas

1 1 2 3.5 0.064

16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut

1 1 2 2.5 0.046

17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim

1 1 2 3.5 0.064

Jumlah rata-rata 55 1.00

96  

Lanjutan Lampiran 5. b. Nilai Faktor-Faktor Internal

No Faktor Internal Tingkat Kepentingan

Jumlah responden

Jumlah Nilai

Rata-Rata Nilai

1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori

Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan

1 1 2 7 3.5

2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik

2 2 8 4

3 Pertumbuhan laba yang meningkat 2 2 8 4 4 Memiliki nama dan citra

perusahaan yang berkinerja baik 2 2 8 4

5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

2 2 8 4

6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru

2 2 8 4

7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional

2 2 8 4

8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik

2 2 4 2

9 Kurangnya tenaga khusus promosi 2 2 4 2 10 Cakupan operasional bisnis

perbankan belum berskala nasional 2 2 4 2

11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah

1 1 2 3 1.5

12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan

1 1 2 3 1.5

13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai

1 1 2 3 1.5

14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata

2 2 4 2

15 Produk yang ditawarkan masih terbatas

2 2 4 2

16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut

2 2 4 2

17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim

2 2 4 2

Jumlah rata-rata 92 46

97  

Lanjutan Lampiran 5. c. Bobot Faktor-Faktor Eksternal

No Faktor Eksternal Nilai Jumlah Responden

Rata-Rata

Bobot

1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 2 3 0.051 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat

akan perbankan 1 1 2 2.5 0.043

3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan

2 2 2 0.034

4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat

2 2 4 0.068

5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung

2 2 4 0.068

6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat

2 2 4 0.068

7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir

2 2 4 0.068

8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen

2 2 3 0.051

9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali

2 2 3 0.051

10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar

2 2 2 3 0.051

11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

1 1 2 3.5 0.060

12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir

1 1 2 3.5 0.060

13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

1 1 2 3.5 0.060

14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan

2 2 4 0.068

15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro

1 1 2 3.5 0.051

16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR

2 2 4 0.068

17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa

2 2 4 0.068

Jumlah Rata-Rata 58.5 1.00

98  

Lanjutan Lampiran 5. d. Nilai faktor-faktor eksternal

No. Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden

Jumlah Nilai

Rata-rata Nilai

1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam

pelayanan 1 1 2 5 2.5

2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan

1 1 2 7 3.5

3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan

1 1 2 7 3.5

4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat

2 2 8 4

5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung

2 2 8 4

6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat

2 2 8 4

7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir

2 2 8 4

8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen

1 1 2 7 3.5

9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali

2 2 8 4

10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar

2 2 8 4

11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

2 2 4 2

12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir

2 2 4 2

13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

1 1 2 3 1.5

14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan

2 2 4 2

15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro

2 2 4 2

16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR

1 1 2 5 2.5

17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa

2 2 4 2

Jumlah Rata-Rata 102 51

99  

Lanjutan Lampiran 5. e. Internal Factor Evaluation (IFE) Bank Jabar Banten

No Faktor Internal Bobot Peringkat Nilai yang Bobot

1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan 0.064 3.5 0.224

2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik 0.064 4 0.256

3 Pertumbuhan laba yang meningkat 0.073 4 0.292

4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik 0.064 4 0.256

5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

0.064 4 0.256

6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru 0.055 4 0.22

7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional 0.064 4 0.256

8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik 0.055 2 0.11

9 Kurangnya tenaga khusus promosi 0.055 2 0.11

10 Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional 0.055 2 0.11

11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah 0.055 1.5 0.0825

12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan 0.046 1.5 0.069

13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai 0.055 1.5 0.0825

14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata 0.064 2 0.128

15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 0.064 2 0.128

16

Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut

0.046 2 0.092

17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim 0.064 2 0.128

Total 1.00 46 2.8

100  

Lanjutan Lampiran 5. f. Eksternal Factor Evaluation (EFE) Bank Jabar Banten

No. Faktor Eksternal Bobot Penilaian Skor Bobot

1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 0.051 2.5 0.1275

2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan 0.043 3.5 0.1505

3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan 0.034 3.5 0.119

4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat 0.068 4 0.272

5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung 0.068 4 0.272

6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat 0.068 4 0.272

7

Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir

0.068 4 0.272

8

Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen

0.051 3.5 0.1785

9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali 0.051 4 0.204

10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar 0.051 4 0.204

11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

0.060 2 0.12

12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir 0.060 2 0.12

13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

0.060 1.5 0.09

14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan 0.068 2 0.136

15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro

0.051 2 0.102

16

Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR

0.068 2.5 0.17

17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa

0.068 2 0.136

Total 1.00 51 2.946

101  

Lampiran 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 (Sebelum IPO)

• Kepemilikan Saham Tahun 1999

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 20.000.000 200.000.000.000 5.000.000 500.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 5.366.749 53.667.490.000 - - 57,32

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 462.922 4.629.220.000 - - 4,943. Kota Cirebon 86.788 867.880.000 - - 0,934. Kota Sukabumi 16.080 160.800.000 - - 0,175. Kota Bekasi 30.782 307.820.000 - - 0,336. Kota Bogor 65.175 651.750.000 - - 0,697. Kabupaten Bandung 220.091 2.200.910.000 - - 2,358. Kabupaten Cirebon 146.768 1.467.680.000 - - 1,579. Kabupaten Karawang 139.566 1.395.660.000 - - 1,4610. Kabupaten Ciamis 70.958 709.580.000 - - 0,7611. Kabupaten Tasikmalaya 45.846 458.460.000 - - 0,4912. Kabupaten Sukabumi 102.250 1.022.500.000 - - 1,09

 

101

102  

Lanjutan Lampiran 6.

13. Kabupaten Subang 88.336 883.360.000 - - 9,4314. Kabupaten Indramayu 110.563 1.105.630.000 - - 1,1815. Kabupaten Bekasi 370.563 3.705.630.000 - - 3,9616. Kabupaten Sumedang 96.743 967.430.000 - - 1,0317. Kabupaten Bogor 227.380 2.273.800.000 - - 2,4318. Kabupaten Cianjur 110.419 1.104.190.000 - - 1,1819. Kabupaten Kuningan 53.598 535.980.000 - - 0,5720. Kabupaten Majalengka 39.045 390.450.000 - - 0,4221. Kabupaten Garut 47.660 476.600.000 - - 0,5122. Kabupaten Purwakarta 95.611 956.110.000 - - 1,02

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

23. Kota Tangerang 156.003 1.560.030.000 - - 1,6724. Kabupaten Serang 509.547 5.095.470.000 - - 5,4425. Kabupaten Tangerang 502.757 5.027.570.000 - - 5,3726. Kabupaten Lebak 87.451 874.510.000 - - 0,9327 Kabupaten Pandeglang 113.749 1.137.490.000 - - 1,22

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 9.363.400 93.634.000.000 - - 100,00

Saham dalam Portepel 10.636.600 106.366.000.000 5.000.000 50.000.000.000

102

103  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2000

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 20.000.000 200.000.000.000 5.000.000 500.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 6.664.868 66.648.680.000 - - 60,60

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 489.512 4.895.120.000 - - 4,453. Kota Cirebon 91.567 915.670.000 - - 0,834. Kota Sukabumi 20.513 205.130.000 - - 0,735. Kota Bekasi 180.781 1.807.810.000 - - 1,646. Kota Bogor 68.581 685.810.000 - - 0,627. Kabupaten Bandung 232.450 2.324.500.000 - - 2,118. Kabupaten Cirebon 155.767 1.557.670.000 - - 1,429. Kabupaten Karawang 155.806 1.558.060.000 - - 1,4210. Kabupaten Ciamis 74.780 747.800.000 - - 0,6611. Kabupaten Tasikmalaya 48.360 483.600.000 - - 0,4412. Kabupaten Sukabumi 108.041 1.080.410.000 - - 0,98

  103

104  

Lanjutan Lampiran 6.

13. Kabupaten Subang 97.606 976.060.000 - - 0.8814. Kabupaten Indramayu 115.562 1.155.620.000 - - 1,0515. Kabupaten Bekasi 220.562 2.205.620.000 - - 2,0016. Kabupaten Sumedang 105.085 1.050.850.000 - - 0,9617. Kabupaten Bogor 282.524 2.825.240.000 - - 2,5718. Kabupaten Cianjur 120.419 1.204.190.000 - - 1,0919. Kabupaten Kuningan 57.597 575.970.000 - - 0,5220. Kabupaten Majalengka 41.248 412.480.000 - - 0,3821. Kabupaten Garut 52.389 523.890.000 - - 0,4822. Kabupaten Purwakarta 109.265 1.092.650.000 - - 0,99

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

23. Kota Tangerang 164.349 1.643.490.000 - - 1,4924. Kabupaten Serang 560.792 5.607.920.000 - - 5,1025. Kabupaten Tangerang 527.756 5.277.560.000 - - 4,8026. Kabupaten Lebak 107.317 1.073.180.000 - - 0,9827. Kabupaten Pandeglang 143.584 1.435.840.000 1,30

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 10.997.081 109.970.810.000.000 - - 100,00

Saham dalam Portepel 9.002.919 90.029.190.000 5.000.000 50.000.000.000

104

105  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2001

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 21.564.868 215.648.680.000 - - 71,84

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 962.426 9.624.260.000 - - 3,213. Kota Cirebon 129.852 1.298.520.000 0,434. Kota Sukabumi 25.513 255.130.000 - - 0,095. Kota Bekasi 358.425 3.584.250.000 - - 1,196. Kota Bogor 127.487 1.274.870.000 - - 0,427. Kabupaten Bandung 522.674 5.226.740.000 - - 1,748. Kabupaten Cirebon 214.727 2.147.270.000 - - 0,729. Kabupaten Karawang 187.966 1.879.660.000 - - 0,5110. Kabupaten Ciamis 152.993 1.529.930.000 - - 0,4911. Kabupaten Tasikmalaya 409.851 4.098.510.000 - - 1,3712. Kabupaten Sukabumi 548.344 5.483.440.000 - - 1,83

105

106  

Lanjutan Lampiran 6.

13. Kabupaten Subang 147.011 1.470.110.000 - - 0,4914. Kabupaten Indramayu 166.288 1.662.880.000,00 - - 0,5515. Kabupaten Bekasi 361.262 3.612.620.000,00 - - 1,2016. Kabupaten Sumedang 151.317 1.513.170.000,00 - - 0,5017. Kabupaten Bogor 486.451 4.864.510.000,00 - - 1,6218. Kabupaten Cianjur 175.419 1.754.190.000,00 - - 0,5819. Kabupaten Kuningan 92.703 927.030.000,00 - - 0,3120. Kabupaten Majalengka 86.566 865.660.000,00 - - 0,2921. Kabupaten Garut 144.167 1.441.670.000,00 - - 0,4922. Kabupaten Purwakarta 158.679 1.586.790.000,00 - - 0,5323. Kota Depok 24.549 245.490.000,00 - - 0,08

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

24. Kabupaten Lebak 152.478 1.524.780.000,00 - - 0,5025. Kota Tangerang 278.339 2.783.390.000,00 - - 0,9326. Kabupaten Tangerang 732.654 7.325.540.000,00 - - 2,4427. Kabupaten Pandeglang 402.728 4.027.280.000,00 - - 1,3428. Kabupaten Serang 1.201.465 12.014.650.000,00 - - 4,0029. Kota Cilegon 50.000 500.000.000,00 - - 0,17

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 30.017.202 300.172.020.000.000 - - 100,00

Saham dalam Portepel 49.982.798 499.827.980.000 20.000.000 200.000.000.000

106

107  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2002

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 21.564.868 215.648.680.000 - - 70,32

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 1.112.603 11.126.030.000 - - 3,633. Kota Cirebon 129.852 1.298.520.000 - - 0,424. Kota Sukabumi 50.513 505.130.000 - - 0,165. Kota Bekasi 358.425 3.584.250.000 - - 1,176. Kota Bogor 127.487 1.274.870.000 - - 0,427. Kota Depok 64.549 645.490.000 - - 0,218. Kabupaten Bandung 522.674 5.226.740.000 - - 1,709. Kabupaten Cirebon 248.327 2.483.270.000 - - 0,8110. Kabupaten Karawang 217.966 2.179.660.000 - - 0,7111. Kabupaten Ciamis 152.993 1.529.930.000 - - 0,5012. Kabupaten Tasikmalaya 423.845 4.238.450.000 - - 1,38

107

108  

Lanjutan Lampiran 6.

13. Kabupaten Sukabumi 558.344 5.583.440.000 - - 1,8214. Kabupaten Subang 172.011 1.720.110.000 - - 0,5615. Kabupaten Indramayu 216.288 2.162.880.000 - - 0,7016. Kabupaten Bekasi 361.262 3.612.620.000 - - 1,1817. Kabupaten Sumedang 151.317 1.513.170.000 - - 0,4918. Kabupaten Bogor 486.451 4.864.510.000 - - 1,5919. Kabupaten Cianjur 275.419 2.754.190.000 - - 0,9020. Kabupaten Kuningan 92.703 927.030.000 - - 0,3021. Kabupaten Majalengka 111.566 1.115.660.000 - - 0,3622. Kabupaten Garut 144.167 1.441.670.000 - - 0,4723. Kabupaten Purwakarta 180.479 1.804.790.000 - - 0,59

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

24. Kota Tangerang 363.339 3.633.390.000 - - 1,1825. Kota Cilegon 50.000 500.000.000 - - 0,1626. Kabupaten Serang 1.201.465 12.014.650.000 - - 3,9227. Kabupaten Tangerang 732.654 7.326.540.000 - - 2,3928. Kabupaten Lebak 152.478 1.524.780.000 - - 0,5029 Kabupaten Pandeglang 444.377 4.443.770.000 - - 1,45

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 30.668.422 306.684.220.000,- 100,00

Saham dalam Portepel 49.331.578 493.315.780.000,- 20.000.000 200.000.000.000

108

109  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2003

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per

Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 31.564.868 315.648.680.000 - - 61,97

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 1.212.603 12.126.300.000 - - 2,383. Kota Cirebon 157.606 1.576.060.000 - - 0,304. Kota Sukabumi 110.513 1.105.130.000 - - 0,225. Kota Bekasi 429.925 4.299.250.000 - - 0,846. Kota Bogor 202.330 2.023.300.000 - - 0,407. Kota Depok 239.549 2.395.490.000 - - 0,478. Kota Cimahi 100.000 1.000.000.000 - - 0,209. Kabupaten Bandung 2.522.674 25.226.740.000 - - 4,9510. Kabupaten Cirebon 299.227 2.992.270.000 - - 0,5911. Kabupaten Karawang 257.966 2.579.660.000 - - 0,5112. Kabupaten Ciamis 182.427 1.824.270.000 - - 0,36

 

109

110  

Lanjutan Lampiran 6.

13. Kabupaten Tasikmalaya 623.845 6.238.450.000 - - 1,2214. Kabupaten Sukabumi 870.844 8.708.440.000 - - 1,7115. Kabupaten Subang 256.111 2.561.110.000 - - 0,5016. Kabupaten Indramayu 286.288 2.862.880.000 - - 0,5617. Kabupaten Bekasi 551.262 5.512.620.000 - - 1,0818. Kabupaten Sumedang 351.317 3.513.170.000 - - 0,6919. Kabupaten Bogor 1.136.451 11.364.510.000 - - 2,2320. Kabupaten Cianjur 375.419 3.754.190.000 - - 0,7421. Kabupaten Kuningan 112.703 1.127.030.000 - - 0,2222. Kabupaten Majalengka 136.566 1.365.660.000 - - 0,2723. Kabupaten Garut 264.167 2.641.670.000 - - 0,5224. Kabupaten Purwakarta 280.479 2.804.790.000 - - 0,55 Pemerintah Provinsi Banten 25. Pemerintah Provinsi Banten 4.500.000 45.000.000.000 - - 8,83

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

26. Kota Tangerang 561.722 5.617.220.000 - - 1,1027. Kota Cilegon 150.000 1.500.000.000 - - 0,2928. Kabupaten Serang 1.440.459 14.404.590.000 - - 2,8329. Kabupaten Tangerang 882.654 8.826.540.000 - - 1,7330. Kabupaten Lebak 182.478 1.824.780.000 - - 0,3631. Kabupaten Pandeglang 694.377 6.943.770.000 - - 1,36

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 50.936.830 509.368.300.000,- 100,00

Saham dalam Portepel 29.063.170 290.631.700.000,- 20.000.000 200.000.000.000 110

111  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2004

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 160.000.000 160.000.000.000 40.000.000 400.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 39.064.868 390.648.680.000 - - 57,10

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 1.412.603 14.126.030.000 - - 2,063. Kota Cirebon 172.856 1.728.560.000 - - 0,254. Kota Sukabumi 170.513 1.705.130.000 - - 0,255. Kota Bekasi 567.425 5.674.250.000 - - 0,836. Kota Bogor 367.487 3.674.870.000 - - 0,547. Kota Depok 389.549 3.895.490.000 - - 0,578. Kota Cimahi 600.000 6.000.000.000 - - 0,889. Kota Tasikmalaya 600.000 6.000.000.000 - - 0,8810. Kabupaten Bandung 5.022.674 50.226.740.000 - - 7,3411. Kabupaten Cirebon 370.227 3.702.270.000 - - 0,5412. Kabupaten Karawang 357.966 3.579.660.000 - - 0,5213. Kabupaten Ciamis 361.902 3.619.020.000 - - 0,53

111

112  

Lanjutan Lampiran 6.

14. Kabupaten Tasikmalaya 1.373.845 13.738.450.000 - - 2,0015. Kabupaten Sukabumi 1.000.000 10.000.000.000 - - 1,4616. Kabupaten Subang 406.111 4.061.110.000 - - 0,59

17. Kabupaten Indramayu 386.288 3.862.880.000 - - 0,5618. Kabupaten Bekasi 801.262 8.012.620.000 - - 1,17

19. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170 - - 1,4620. Kabupaten Bogor 1.136.451 11.364.510 - - 1,6621. Kabupaten Cianjur 575.419 5.754.190.000 - - 0,8422. Kabupaten Kuningan 187.703 1.877.030.000 - - 0,2723. Kabupaten Majalengka 186.566 1.865.660.000 - - 0,2724. Kabupaten Garut 364.167 3.641.670.000 - - 0,5325. Kabupaten Purwakarta 380.479 3.804.790.000 - - 0,56 Pemerintah Provinsi Banten 26. Pemerintah Provinsi Banten 4.500.000 45.000.000.000 - - 6.58

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

27. Kota Tangerang 1.161.722 11.617.220.000 - - 1,7028. Kota Cilegon 300.000 3.000.000.000 - - 0,4429. Kabupaten Serang 1.690.459 16.904.590.000 - - 2,4730. Kabupaten Tangerang 2.382.654 23.826.540.000 - - 3,4831. Kabupaten Lebak 217.478 2.174.780.000 - - 0,3232. Kabupaten Pandeglang 904.114 9.041.140.000 - - 1,32

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 68.414.105 684.414.105.000,- 100,00

Saham dalam Portepel 91.585.895 915.858.950.000,- 40.000.000 400.000.000.000

112

113  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2005

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 160.000.000 160.000.000.000 40.000.000 400.000.000.000

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 46.849.868 468.498.680.000 - - 54,39

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 1.622.603 16.226.030.000 - - 1,883. Kota Cirebon 187.856 1.878.560.000 - - 0,224. Kota Sukabumi 270.513 2.705.130.000 - - 0,315. Kota Bekasi 667.425 6.674.250.000 - - 0,776. Kota Bogor 467.487 4.674.870.000 - - 0,547. Kota Depok 589.549 5.895.490.000 - - 0,688. Kota Cimahi 1.100.000 11.000.000.000 - - 1,289. Kota Tasikmalaya 900.000 9.000.000.000 - - 1,0410. Kota Banjar 10.000 100.000.000 - - 0,0111. Kabupaten Bandung 7.022.674 70.226.740.000 - - 8,1512. Kabupaten Cirebon 440.227 4.402.270.000 - - 0,5113. Kabupaten Karawang 407.966 4.079.660.000 - - 0,4714. Kabupaten Ciamis 395.696 3.956.960.000 - - 0,4615. Kabupaten Tasikmalaya 1.573.845 15.738.450.000 - - 1,83

 

113

114  

Lanjutan Lampiran 6.

16. Kabupaten Sukabumi 1.100.000 11.000.000.000 - - 1,2817. Kabupaten Subang 506.111 5.061.110.000 - - 0,5918. Kabupaten Indramayu 486.288 4.862.880.000 - - 0,5619. Kabupaten Bekasi 951.262 9.512.620.000 - - 1,1020. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170 - - 1,1621. Kabupaten Bogor 1.836.451 18.364.510.000 - - 2,1322. Kabupaten Cianjur 860.419 8.604.190.000 - - 1,0023. Kabupaten Kuningan 287.703 2.877.030.000 - - 0,3324. Kabupaten Majalengka 286.566 2.865.660.000 - - 0,33

25. Kabupaten Garut 434.167 4.341.670.000 - - 0,50

26. Kabupaten Purwakarta 480.479 4.804.790.000 - - 0,56 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 6.715.000 67.150.000.000 - - 7,80

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

28. Kota Tangerang 1.661.722 16.617.220.000 - - 1,9329. Kota Cilegon 400.000 4.000.000.000 - - 0,4630. Kabupaten Serang 1.940.459 19.404.590.000 - - 2,2531. Kabupaten Tangerang 3.382.654 33.826.540.000 - - 3,9332. Kabupaten Lebak 267.478 2.674.780.000 - - 0,3133. Kabupaten Pandeglang 1.030.460 10.304.600.000 - - 1,20

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 86.134.245 861.342.563.149,84 100,00

Saham dalam Portepel 73.865.755 738.657.550.000 40.000.000 400.000.000.000

114

115  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2006

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 320.000.000 3.200.000.000.000 80.000.000 800.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 56.849.868 568.498.680.000 - - 52,98

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 1.872.603 18.726.030.000 - - 1,743. Kota Cirebon 215.556 2.155.560.000 - - 0,204. Kota Sukabumi 320.513 3.205.130.000 - - 0,305. Kota Bekasi 767.425 7.674.250.000 - - 0,716. Kota Bogor 618.887 6.188.870.000 - - 0,587. Kota Depok 689.549 6.895.490.000 - - 0,648. Kota Cimahi 1.600.000 16.000.000.000 - - 1,499. Kota Tasikmalaya 900.000 9.000.000.000 - - 0,8410. Kota Banjar 125.000 1.250.000.000 - - 0,1211. Kabupaten Bandung 9.522.674 95.226.740.000 - - 8,8712. Kabupaten Cirebon 540.227 5.402.270.000 - - 0,5013. Kabupaten Karawang 607.966 6.079.660.000 - - 0,5714. Kabupaten Ciamis 460.804 4.608.040.000 - - 0,43

 

115

116  

Lanjutan Lampiran 6.

15. Kabupaten Tasikmalaya 1.673.845 16.738.450.000 - - 1,5616. Kabupaten Sukabumi 1.350.000 13.500.000.000 - - 1,2617. Kabupaten Subang 606.111 6.061.110.000 - - 0,5618. Kabupaten Indramayu 761.197 7.611.970.000 - - 0,7119. Kabupaten Bekasi 1.151.262 11.512.620.000 - - 1,0720. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170.000 - - 0,9321. Kabupaten Bogor 2.836.451 28.364.510.000 - - 2,6422. Kabupaten Cianjur 1.060.419 10.604.190.000 - - 0,9923. Kabupaten Kuningan 387.703 3.877.030.000 - - 0,3624. Kabupaten Majalengka 586.566 5.865.660.000 - - 0,5525. Kabupaten Garut 434.167 4.341.670.000 - - 0,4026. Kabupaten Purwakarta 580.479 5.804.790.000 - - 0,54 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 9.150.122 91.501.220.000 - - 8,53

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

28. Kota Tangerang 2.161.722 21.617.220.000 - - 2,0129. Kota Cilegon 500.000 5.000.000.000 - - 0,4630. Kabupaten Serang 2.240.459 22.404.590.000 - - 2,0931. Kabupaten Tangerang 4.382.654 43.826.540.000 - - 4,0832. Kabupaten Lebak 317.478 3.174.780.000 - - 0,2933. Kabupaten Pandeglang 1.030.460 10.304.600.000 - - 0,96

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor

107.303.484 1.073.034.840.000 - - 100,00

Saham dalam Portepel 212.696.516 2.126.965.160.000 80.000.000 800.000.000.000

116

117  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2007

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %

Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 320.000.000 3.200.000.000.000 80.000.000 800.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 61.849.868 618.498.680.000 - - 48,91

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 2.400.000 24.000.000.000 - - 1,903. Kota Cirebon 315.556 3.155.560.000 - - 0,254. Kota Sukabumi 420.513 4.205.130.000 - - 0,335. Kota Bekasi 867.425 8.674.250.000 - - 0,696. Kota Bogor 721.038 7.210.380.000 - - 0,577. Kota Depok 1.189.549 11.895.490.000 - - 0,948. Kota Cimahi 1.850.000 18.500.000.000 - - 1,469. Kota Tasikmalaya 1.100.000 11.000.000.000 - - 0,8710. Kota Banjar 225.000 2.250.000.000 - - 0,1811. Kabupaten Bandung 12.522.674 125.226.740.000 - - 9,9012. Kabupaten Cirebon 740.227 7.402.270.000 - - 0,5913. Kabupaten Karawang 807.966 8.079.660.000 - - 0,6414. Kabupaten Ciamis 543.027 5.430.270.000 - - 0,43

 

117

118  

Lanjutan Lampiran 6.

15. Kabupaten Tasikmalaya 2.473.845 24.738.450.000 - - 1,9616. Kabupaten Sukabumi 1.850.000 18.500.000.000 - - 1,4617. Kabupaten Subang 856.111 8.561.110.000 - - 0,6818. Kabupaten Indramayu 1.161.197 11.611.970.000 - - 0,9219. Kabupaten Bekasi 1.351.262 13.512.620.000 - - 1,0720. Kabupaten Sumedang 1.151.317 11.513.170.000 - - 0,9121. Kabupaten Bogor 3.836.451 38.364.510.000 - - 3,0322. Kabupaten Cianjur 1.560.419 15.604.190.000 - - 1,2323. Kabupaten Kuningan 487.703 4.877.030.000 - - 0,3924. Kabupaten Majalengka 886.566 8.865.660.000 - - 0,7025. Kabupaten Garut 459.167 4.591.670.000 - - 0,3626. Kabupaten Purwakarta 730.479 7.304.790.000 - - 0,58 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 9.650.122 96.501.220.000 - - 7,63

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

28. Kota Tangerang 2.661.722 26.617.220.000 - - 2,1129. Kota Cilegon 650.000 6.500.000.000 - - 0,5130. Kabupaten Serang 2.617.781 26.177.810.000 - - 2,0731. Kabupaten Tangerang 5.382.654 53.826.540.000 - - 4,2632. Kabupaten Lebak 497.478 4.974.780.000 - - 0,3933. Kabupaten Pandeglang 2.630.460 26.304.600.000 - - 2,08

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor

126.447.577 1.264.475.770.000 - - 100,00

Saham dalam Portepel 193.552.423 1.935.524.230.000 80.000.000 800.000.000.000

118

119  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2008

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham % Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp)

Modal Dasar 12.800.000.000 3.200.000.000.000 3.200.000.000 800.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 48,04

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 116.000.006 29.000.001.500 - - 1,943. Kota Cirebon 12.622.248 3.155.562.000 - - 0,214. Kota Sukabumi 28.820.520 7.205.130.000 - - 0,485. Kota Bekasi 38.697.024 9.674.256.000 - - 0,656. Kota Bogor 33.641.553 8.410.388.250 - - 0,567. Kota Depok 55.581.968 13.895.492.000 - - 0,938. Kota Cimahi 84.000.000 21.000.000.000 - - 1,409. Kota Tasikmalaya 52.000.000 13.000.000.000 - - 0,8710. Kota Banjar 33.000.000 8.250.000.000 - - 0,5511. Kabupaten Bandung 680.906.967 170.226.741.750 - - 11,3812. Kabupaten Cirebon 37.609.080 9.402.270.000 - - 0,6313. Kabupaten Karawang 34.318.644 8.579.661.000 - - 0,5714. Kabupaten Ciamis 25.721.097 6.430.274.250 - - 0,43

  119

120  

Lanjutan Lampiran 6.

15. Kabupaten Tasikmalaya 118.953.800 29.738.450.000 - - 1,99 16. Kabupaten Sukabumi 74.000.000 18.500.000.000 - - 1,24 17. Kabupaten Subang 38.244.474 9.561.118.500 - - 0,64 18. Kabupaten Indramayu 54.447.907 13.611.976.750 - - 0,91 19. Kabupaten Bekasi 65.550.504 16.387.626.000 - - 1,10 20. Kabupaten Sumedang 46.052.684 11.513.171.000 - - 0,77 21. Kabupaten Bogor 153.458.066 38.364.516.500 - - 2,57 22. Kabupaten Cianjur 102.416.760 25.604.190.000 - - 1,71 23. Kabupaten Kuningan 23.508.120 5.877.030.000 - - 0,39 24. Kabupaten Majalengka 35.462.669 8.865.667.250 - - 0,59 25. Kabupaten Garut 22.366.698 5.591.674.500 - - 0,37 26. Kabupaten Purwakarta 35.219.171 8.804.792.750 - - 0,59

Pemerintah Provinsi Banten

27. Pemerintah Provinsi Banten

476.589.856 119.147.464.000 - - 7,97

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

28. Kota Tangerang 106.468.914 26.617.228.500 - - 1,78 29. Kota Cilegon 38.000.000 9.500.000.000 - - 0,64 30. Kabupaten Serang 124.311.251 31.077.812.750 - - 2,08 31. Kabupaten Tangerang 219.306.189 54.826.547.250 - - 3,67 32. Kabupaten Lebak 35.899.154 8.974.788.500 - - 0,60 33. Kabupaten Pandeglang 105.218.408 26.304.602.000 - - 1,76

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor

5.982.388.465 1.495.597.116.250 - - 100,00

Saham dalam Portepel 6.817.611.535 1.704.402.883.750 3.200.000.000 800.000.000.000

120

121  

Lanjutan Lampiran 6.

• Kepemilikan Saham Tahun 2009

No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham % Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp)

Modal Dasar 12.800.000.000 3.200.000.000.000 3.200.000.000 800.000.000.000

Modal Ditempatkan dan Disetor - -

Pemerintah Provinsi Jawa Barat

1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 46,62

Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat

2. Kota Bandung 116.000.006 29.000.001.500 - - 1,88 3. Kota Cirebon 17.039.629 4.259.907.250 - - 0,28 4. Kota Sukabumi 32.820.520 8.205.130.000 - - 0,53 5. Kota Bekasi 50.697.024 12.674.256.000 - - 0,82 6. Kota Bogor 40.237.809 10.059.452.250 - - 0,65 7. Kota Depok 59.581.968 14.895.492.000 - - 0,97 8. Kota Cimahi 94.000.000 23.500.000.000 - - 1,52 9. Kota Tasikmalaya 52.000.000 13.000.000.000 - - 0,84 10. Kota Banjar 33.000.000 8.250.000.000 - - 0,54 11. Kabupaten Bandung 680.906.967 170.226.741.750 - - 11,05 12. Kabupaten Cirebon 45.609.080 11.402.270.000 - - 0,74 13. Kabupaten Karawang 38.318.644 9.579.661.000 - - 0,62 14. Kabupaten Ciamis 28.721.097 7.180.274.250 - - 0,47 15. Kabupaten Tasikmalaya 126.953.800 31.738.450.000 - - 2,06

 

121

122  

Lanjutan Lampiran 6.

16. Kabupaten Sukabumi 74.000.000 18.500.000.000 - - 1,20 17. Kabupaten Subang 38.244.474 9.561.118.500 - - 0,62 18. Kabupaten Indramayu 62.447.907 15.611.976.750 - - 1,01 19. Kabupaten Bekasi 65.550.504 16.387.626.000 - - 1,06 20. Kabupaten Sumedang 46.052.684 11.513.171.000 - - 0,75 21. Kabupaten Bogor 173.458.066 43.364.516.500 - - 2,81 22. Kabupaten Cianjur 102.416.760 25.604.190.000 - - 1,66 23. Kabupaten Kuningan 25.508.120 6.377.030.000 - - 0,41 24. Kabupaten Majalengka 35.462.669 8.865.667.250 - - 0,58 25. Kabupaten Garut 22.366.698 5.591.674.500 - - 0,36 26. Kabupaten Purwakarta 39.219.171 9.804.792.750 - - 0,64

Pemerintah Provinsi Banten

27. Pemerintah Provinsi Banten 488.589.856 122.147.464.000 - - 7,93

Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten

28. Kota Tangerang 106.468.914 26.617.228.500 - - 1,73 29. Kota Cilegon 50.000.000 12.500.000.000 - - 0,81 30. Kabupaten Serang 144.311.251 36.077.812.750 - - 2,34 31. Kabupaten Tangerang 259.306.189 64.826.547.250 - - 4,21 32. Kabupaten Lebak 35.899.154 8.974.788.500 - - 0,58 33. Kabupaten Pandeglang 105.218.408 26.304.602.000 - - 1,71

Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor

6.164.402.102 1.541.100.525.500 - - 100,00

Saham dalam Portepel 6.635.597.898 1.658.899.474.500 3.200.000.000 800.000.000.000

122

123  

Lampiran 7. Posisi Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum dan Setelah IPO

• Pembagian Deviden Bank BJB Sebelum IPO

No. PEMEGANG SAHAM Posisi Modal Dividen

Tahun Buku Dividen

Tahun Buku Kenaikan (Penurunan)

Desember /2009 2009 2008 (Rupiah) ( % ) A Pemerintah propinsi Jawa Barat 927.498.683.250,00 220.387.795.821 175.924.594.410,00 44.463.201.411,29 25,27%

B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 566.448.920.250,00 161.779.975.993 125.158.322.613,00 36.621.653.379,74 29,26%

Pemerintah Kota se - Jawa Barat 142.219.239.000,00 39.761.609.920 28.973.793.811,00 10.787.816.108,72 37,23% 1 Kota Bandung 29.000.001.500,00 8.684.757.575 7.100.658.109,00 1.584.099.465,53 22,31% 2 Kota Cirebon 4.259.907.250,00 1.275.733.098 795.173.472,00 480.559.626,02 60,43% 3 Kota Sukabumi 9.205.130.000,00 2.656.875.838 1.886.603.138,00 770.272.700,45 40,83% 4 Kota Bekasi 14.924.256.000,00 4.151.240.834 2.858.444.698,00 1.292.796.136,15 45,23% 5 Kota Bogor 11.184.452.250,00 3.196.600.227 2.259.208.666,00 937.391.561,18 41,49% 6 Kota Cimahi 26.000.000.000,00 7.162.429.009 5.447.918.440,00 1.714.510.568,52 31,47% 7 Kota Depok 22.395.492.000,00 5.771.018.714 3.422.719.115,00 2.348.299.598,98 68,61% 8 Kota Tasikmalaya 15.000.000.000,00 4.242.553.768 3.183.053.471,00 1.059.500.297,11 31,47% 9 Kota Banjar 10.250.000.000,00 2.620.400.857 2.020.014.702,00 600.386.154,78 29,72%

Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 424.229.681.250,00 122.018.366.073 96.184.528.802,00 25.833.837.271,02 26,86%

1 Kabupaten Bandung 170.226.741.750,00 50.978.548.563 41.680.063.163,00 9.298.485.400,19 22,31% 2 Kabupaten Cirebon 13.402.270.000,00 3.464.600.177 2.751.040.476,00 713.559.701,00 25,94% 3 Kabupaten Karawang 11.579.661.000,00 3.218.249.854 2.243.561.609,00 974.688.245,28 43,44% 4 Kabupaten Ciamis 8.180.274.250,00 2.200.220.603 1.589.757.508,00 610.463.094,60 38,40% 5 Kabupaten Tasikmalaya 32.738.450.000,00 9.554.765.148 7.424.296.744,00 2.130.468.404,44 28,70% 6 Kabupaten Sukabumi 20.750.000.000,00 5.596.427.544 4.529.729.939,00 1.066.697.605,11 23,55%

 

123

124  

Lanjutan Lampiran 7.

7 Kabupaten Subang 10.731.639.500,00 2.921.733.579 2.341.042.417,00 580.691.161,78 24,80% 8 Kabupaten Indramayu 17.611.976.750,00 4.825.124.306 3.496.129.653,00 1.328.994.653,29 38,01% 9 Kabupaten Bekasi 18.387.626.000,00 5.007.498.990 4.012.514.601,00 994.984.389,08 24,80% 10 Kabupaten Sumedang 11.513.171.000,00 3.447.899.789 2.819.002.993,00 628.896.795,87 22,31% 11 Kabupaten Bogor 48.364.516.500,00 13.111.342.843 9.801.645.885,00 3.309.696.958,50 33,77% 12 Kabupaten Cianjur 25.604.190.000,00 7.667.799.019 6.269.192.757,00 1.398.606.261,64 22,31% 13 Kabupaten Kuningan 6.877.030.000,00 1.984.625.725 1.510.407.026,00 474.218.698,56 31,40% 14 Kabupaten Majalengka 8.865.667.250,00 2.655.040.235 2.170.760.993,00 484.279.242,18 22,31% 15 Kabupaten Garut 6.591.674.500,00 1.774.388.069 1.369.122.994,00 405.265.074,90 29,60% 16 Kabupaten Purwakarta 12.804.792.750,00 3.610.101.629 2.176.260.044,00 1.433.841.584,61 65,89% C Pemerintah Propinsi Banten 130.147.464.000,00 37.378.634.850 29.234.500.936,00 8.144.133.913,91 27,86%

D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 188.059.599.000,00 53.190.902.271 40.167.926.005,00 13.022.976.265,61 32,42%

Pemerintah Kota se-Banten 44.375.848.500,00 11.845.843.060 9.169.780.063,00 2.676.062.996,68 29,18% 1 Kota Tanggerang 29.875.848.500,00 8.052.500.867 6.517.235.504,00 1.535.265.363,02 23,56% 2 Kota Cilegon 14.500.000.000,00 3.793.342.193 2.652.544.559,00 1.140.797.633,67 43,01% Pemerintah Kabupaten se-Banten 143.683.750.500,00 41.345.059.211 30.998.145.942,00 10.346.913.268,93 33,38% Kabupaten Serang 36.077.812.750,00 10.804.380.736 8.323.557.361,00 2.480.823.375,08 29,80% Kabupaten Tanggerang 72.326.547.250,00 19.975.404.750 14.036.420.399,00 5.938.984.350,96 42,31% Kabupaten Lebak 8.974.788.500,00 2.687.719.254 2.197.479.360,00 490.239.894,26 22,31% Kabupaten Pandeglang 26.304.602.000,00 7.877.554.471 6.440.688.822,00 1.436.865.648,62 22,31% JUMLAH 1.812.154.666.500,00 472.737.308.935 370.485.343.964,00 102.251.964.970,56

124

125  

Lanjutan Lampiran 7.

• Pembagian Deviden Pemegang Saham

No. PEMEGANG SAHAM Deviden Deviden Kenaikan/Penurunan

Tahun Buku 2007 Tahun Buku 2008 (Rupiah) (%) A Pemerintah propinsi Jawa Barat 134,290,454,822.00 175,924,594,410.48 41,634,139,588.48 31.00% B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 95,121,728,944.00 125,158,322,613.04 30,036,593,669.04 31.58% Pemerintah Kota se - Jawa Barat 20,625,156,400.00 28,973,793,810.81 8,348,637,410.81 40.48% 1 Kota Bandung 5,356,325,734.00 7,100,658,109.37 1,744,332,375.37 32.57% 2 Kota Cirebon 658,527,964.00 795,173,471.71 136,645,507.71 20.75% 3 Kota Sukabumi 1,190,592,183.00 1,886,603,137.53 696,010,954.53 58.46% 4 Kota Bekasi 1,897,166,540.00 2,858,444,698.26 961,278,158.26 50.67% 5 Kota Bogor 1,649,064,073.00 2,259,208,666.02 610,144,593.02 37.00% 6 Kota Cimahi 4,034,634,714.00 5,447,918,440.06 1,413,283,726.06 35.03% 7 Kota Depok 2,656,353,155.00 3,422,719,114.78 766,365,959.78 28.85% 8 Kota Tasikmalaya 2,365,130,694.00 3,183,053,470.59 817,922,776.59 34.58% 9 Kota Banjar 817,361,343.00 2,020,014,702.49 1,202,653,359.49 147.14% Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 74,496,572,544.00 96,184,528,802.22 21,687,956,258.22 29.11% 1 Kabupaten Bandung 33,176,538,693.00 41,680,063,162.71 8,503,524,469.71 25.63% 2 Kabupaten Cirebon 1,579,546,274.00 2,751,040,475.72 1,171,494,201.72 74.17% 3 Kabupaten Karawang 1,738,300,327.00 2,243,561,608.75 505,261,281.75 29.07% 4 Kabupaten Ciamis 1,202,795,772.00 1,589,757,508.48 386,961,736.48 32.17% 5 Kabupaten Tasikmalaya 5,597,384,386.00 7,424,296,744.14 1,826,912,358.14 32.64% 6 Kabupaten Sukabumi 3,860,728,045.00 4,529,729,938.92 669,001,893.92 17.33% 7 Kabupaten Subang 1,925,728,103.00 2,341,042,417.25 415,314,314.25 21.57% 8 Kabupaten Indramayu 2,492,842,917.00 3,496,129,652.52 1,003,286,735.52 40.25% 9 Kabupaten Bekasi 3,019,915,622.00 4,012,514,601.08 992,598,979.08 32.87% 10 Kabupaten Sumedang 2,402,660,665.00 2,819,002,993.01 416,342,328.01 17.33% 11 Kabupaten Bogor 8,006,214,333.00 9,801,645,885.43 1,795,431,552.43 22.43% 12 Kabupaten Cianjur 3,847,689,914.00 6,269,192,757.02 2,421,502,843.02 62.93%   125

126  

Lanjutan Lampiran 7.

13 Kabupaten Kuningan 1,191,684,317.00 1,510,407,025.68 318,722,708.68 26.75% 14 Kabupaten Majalengka 1,850,158,433.00 2,170,760,993.02 320,602,560.02 17.33% 15 Kabupaten Garut 975,618,096.00 1,369,122,994.13 393,504,898.13 40.33% 16 Kabupaten Purwakarta 1,628,766,647.00 2,176,260,044.36 547,493,397.36 33.61% C Pemerintah Propinsi Banten 21,320,147,490.00 29,234,500,935.80 7,914,353,445.80 37.12% D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 31,449,486,410.00 40,167,926,004.64 8,718,439,594.64 27.72% Pemerintah Kota se-Banten 7,172,028,303.00 9,169,780,063.02 1,997,751,760.02 27.85% 1 Kota Tanggerang 5,554,696,284.00 6,517,235,504.19 962,539,220.19 17.33% 2 Kota Cilegon 1,617,332,019.00 2,652,544,558.83 1,035,212,539.83 64.01% Pemerintah Kabupaten se-Banten 24,277,458,107.00 30,998,145,941.62 6,720,687,834.62 27.68% Kabupaten Serang 5,803,852,573.00 8,323,557,360.64 2,519,704,787.64 43.41% Kabupaten Tanggerang 11,250,345,301.00 14,036,420,398.56 2,786,075,097.56 24.76% Kabupaten Lebak 1,733,805,375.00 2,197,479,360.21 463,673,985.21 26.74% Kabupaten Pandeglang 5,489,454,858.00 6,440,688,822.21 951,233,964.21 17.33% JUMLAH 282,181,817,666.00 370,485,343,963.95 88,303,526,297.95

126

127  

Lanjutan Lampiran 7.

• Posisi Saham Bank BJB setelah IPO

No. PEMEGANG SAHAM JULI LEMBAR SAHAM KEPEMILIKAN

SEBELUM IPO (%)

KEPEMILIKAN SETELAH IPO

(%) 2010 Juli-2010

A Pemerintah propinsi Jawa Barat 927.498.683.250,00 3.709.994.733,00 51,02% 38,26%

B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 572.348.920.250,00 2.289.395.681,00 31,48% 23,61%

Pemerintah Kota se - Jawa Barat 142.719.239.000,00 570.876.956,00 7,85% 5,89% 1 Kota Bandung 29.000.001.500,00 116.000.006,00 1,60% 1,20% 2 Kota Cirebon 4.259.907.250,00 17.039.629,00 0,23% 0,18% 3 Kota Sukabumi 9.205.130.000,00 36.820.520,00 0,51% 0,38% 4 Kota Bekasi 14.924.256.000,00 59.697.024,00 0,82% 0,62% 5 Kota Bogor 11.684.452.250,00 46.737.809,00 0,64% 0,48% 6 Kota Cimahi 26.000.000.000,00 104.000.000,00 1,43% 1,07% 7 Kota Depok 22.395.492.000,00 89.581.968,00 1,23% 0,92% 8 Kota Tasikmalaya 15.000.000.000,00 60.000.000,00 0,83% 0,62% 9 Kota Banjar 10.250.000.000,00 41.000.000,00 0,56% 0,42% Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 429.629.681.250,00 1.718.518.725,00 23,63% 17,72% 1 Kabupaten Bandung 170.226.741.750,00 680.906.967,00 9,36% 7,02% Kabupaten Cirebon 13.402.270.000,00 53.609.080,00 0,74% 0,55% 3 Kabupaten Karawang 13.579.661.000,00 54.318.644,00 0,75% 0,56% 4 Kabupaten Ciamis 8.180.274.250,00 32.721.097,00 0,45% 0,34% 5 Kabupaten Tasikmalaya 32.738.450.000,00 130.953.800,00 1,80% 1,35% 6 Kabupaten Sukabumi 20.750.000.000,00 83.000.000,00 1,14% 0,86% 7 Kabupaten Subang 10.731.639.500,00 42.926.558,00 0,59% 0,44% 8 Kabupaten Indramayu 21.011.976.750,00 84.047.907,00 1,16% 0,87% 9 Kabupaten Bekasi 18.387.626.000,00 73.550.504,00 1,01% 0,76% 10 Kabupaten Sumedang 11.513.171.000,00 46.052.684,00 0,63% 0,47%11 Kabupaten Bogor 48.364.516.500,00 193.458.066,00 2.66% 2,00% 12 Kabupaten Cianjur 25.604.190.000,00 102.416.760,00 1,41% 1,06%

 

127

128  

Lanjutan Lampiran 7.

13 Kabupaten Kuningan 6.877.030.000,00 27.508.120,00 0,38% 0,28% 14 Kabupaten Majalengka 8.865.667.250,00 35.462.669,00 0,49% 0,37% 15 Kabupaten Garut 6.591.674.500,00 26.366.698,00 0,36% 0,27% 16 Kabupaten Purwakarta 12.804.792.750,00 51.219.171,00 0,70% 0.53% C Pemerintah Propinsi Banten 130.147.464.000,00 520.589.856,00 7,16% 5.37%

D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 188.059.599.000,00 752.238.396,00 10,34% 7,76%

Pemerintah Kota se-Banten 44.375.848.500,00 177.503.394,00 2,44% 1,83% 1 Kota Tanggerang 29.875.848.500,00 119.503.394,00 1,64% 1,23% 2 Kota Cilegon 14.500.000.000,00 58.000.000,00 0,80% 0,60% Pemerintah Kabupaten se-Banten 143.683.750.500,00 574.735.002,00 7,90% 5,93% Kabupaten Serang 36.077.812.750,00 144.311.251,00 1,98% 1,49% Kabupaten Tanggerang 72.326.547.250,00 289.306.189,00 3,98% 2,98% Kabupaten Lebak 8.974.788.500,00 35.899.154,00 0,49% 0,37% Kabupaten Pandeglang 26.304.602.000,00 105.218.408,00 1,45% 1,09% TOTAL PEMDA 1.818.054.666.500,00 7.272.218.666,00 100,00% 75,00%

MASYARAKAT (IPO 07 JULI 2010) 606.018.125.000,00 2.424.072.500,00 - 25,00%

TOTAL 2.424.072.791.500,00 9.696.291.166,00 100,00% 100,00%

128

129  

Lampiran 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB

Date Open High Low Close Volume Adj Close*

Dec 17, 2010 1,510.00 1,560.00 1,480.00 1,530.00 23,350,000 1,530.00

Dec 16, 2010 1,590.00 1,590.00 1,510.00 1,510.00 11,837,500 1,510.00

Dec 15, 2010 1,590.00 1,610.00 1,570.00 1,590.00 7,699,000 1,590.00

Dec 14, 2010 1,590.00 1,620.00 1,580.00 1,590.00 8,090,500 1,590.00

Dec 13, 2010 1,630.00 1,630.00 1,580.00 1,590.00 10,614,000 1,590.00

Dec 10, 2010 1,650.00 1,650.00 1,600.00 1,620.00 19,629,000 1,620.00

Dec 9, 2010 1,580.00 1,660.00 1,580.00 1,650.00 49,742,000 1,650.00

Dec 8, 2010 1,580.00 1,610.00 1,570.00 1,600.00 17,232,000 1,600.00

Dec 6, 2010 1,570.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 16,703,000 1,580.00

Dec 3, 2010 1,590.00 1,620.00 1,560.00 1,560.00 27,482,000 1,560.00

Dec 2, 2010 1,520.00 1,590.00 1,510.00 1,580.00 58,537,500 1,580.00

Dec 1, 2010 1,450.00 1,500.00 1,440.00 1,500.00 40,111,000 1,500.00

Nov 30, 2010 1,520.00 1,520.00 1,410.00 1,450.00 59,943,000 1,450.00

Nov 29, 2010 1,540.00 1,550.00 1,510.00 1,520.00 9,736,000 1,520.00

Nov 26, 2010 1,560.00 1,560.00 1,530.00 1,560.00 9,558,500 1,560.00

Nov 25, 2010 1,540.00 1,560.00 1,540.00 1,560.00 17,030,000 1,560.00

Nov 24, 2010 1,540.00 1,560.00 1,520.00 1,530.00 16,121,000 1,530.00

Nov 23, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,540.00 30,943,500 1,540.00

Nov 22, 2010 1,590.00 1,610.00 1,580.00 1,600.00 28,830,000 1,600.00

Nov 19, 2010 1,590.00 1,600.00 1,570.00 1,590.00 34,382,000 1,590.00

Nov 18, 2010 1,620.00 1,620.00 1,560.00 1,580.00 19,232,500 1,580.00

Nov 16, 2010 1,630.00 1,650.00 1,580.00 1,590.00 25,881,000 1,590.00

Nov 15, 2010 1,630.00 1,640.00 1,610.00 1,630.00 17,297,000 1,630.00

Nov 12, 2010 1,680.00 1,680.00 1,610.00 1,630.00 30,374,500 1,630.00

Nov 11, 2010 1,700.00 1,710.00 1,670.00 1,680.00 20,207,000 1,680.00

Nov 10, 2010 1,680.00 1,720.00 1,660.00 1,700.00 51,219,500 1,700.00

Nov 9, 2010 1,660.00 1,680.00 1,640.00 1,680.00 23,594,000 1,680.00

Nov 8, 2010 1,670.00 1,680.00 1,660.00 1,660.00 7,655,500 1,660.00

Nov 5, 2010 1,670.00 1,680.00 1,640.00 1,670.00 28,753,000 1,670.00

Nov 4, 2010 1,700.00 1,720.00 1,640.00 1,650.00 36,206,500 1,650.00

Nov 3, 2010 1,710.00 1,740.00 1,680.00 1,700.00 11,244,500 1,700.00

Nov 2, 2010 1,720.00 1,740.00 1,710.00 1,720.00 9,329,500 1,720.00

Nov 1, 2010 1,750.00 1,750.00 1,730.00 1,730.00 7,675,000 1,730.00

Oct 29, 2010 1,720.00 1,740.00 1,720.00 1,740.00 4,383,500 1,740.00

Oct 28, 2010 1,740.00 1,740.00 1,720.00 1,720.00 7,471,500 1,720.00

 

130  

Lanjutan Lampiran 8.

Oct 27, 2010 1,750.00 1,750.00 1,710.00 1,730.00 13,428,500 1,730.00

Oct 26, 2010 1,770.00 1,780.00 1,730.00 1,740.00 29,256,500 1,740.00

Oct 25, 2010 1,740.00 1,770.00 1,740.00 1,770.00 50,050,000 1,770.00

Oct 22, 2010 1,740.00 1,750.00 1,720.00 1,720.00 19,027,500 1,720.00

Oct 21, 2010 1,710.00 1,740.00 1,700.00 1,740.00 31,524,000 1,740.00

Oct 20, 2010 1,730.00 1,730.00 1,680.00 1,700.00 49,534,500 1,700.00

Oct 19, 2010 1,690.00 1,760.00 1,690.00 1,730.00 32,271,000 1,730.00

Oct 18, 2010 1,690.00 1,710.00 1,680.00 1,690.00 9,250,500 1,690.00

Oct 15, 2010 1,690.00 1,700.00 1,670.00 1,690.00 6,535,500 1,690.00

Oct 14, 2010 1,710.00 1,730.00 1,670.00 1,690.00 44,108,000 1,690.00

Oct 13, 2010 1,610.00 1,730.00 1,610.00 1,700.00 84,924,000 1,700.00

Oct 12, 2010 1,590.00 1,640.00 1,560.00 1,610.00 47,173,000 1,610.00

Oct 11, 2010 1,580.00 1,600.00 1,580.00 1,590.00 4,082,000 1,590.00

Oct 8, 2010 1,580.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 15,872,000 1,580.00

Oct 7, 2010 1,610.00 1,630.00 1,560.00 1,570.00 30,931,500 1,570.00

Oct 6, 2010 1,640.00 1,660.00 1,600.00 1,610.00 32,566,500 1,610.00

Oct 5, 2010 1,610.00 1,630.00 1,600.00 1,630.00 29,709,000 1,630.00

Oct 4, 2010 1,610.00 1,670.00 1,600.00 1,610.00 44,288,000 1,610.00

Oct 1, 2010 1,560.00 1,610.00 1,560.00 1,600.00 15,547,000 1,600.00

Sep 30, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,560.00 16,069,500 1,560.00

Sep 29, 2010 1,580.00 1,610.00 1,580.00 1,590.00 20,314,000 1,590.00

Sep 28, 2010 1,580.00 1,640.00 1,560.00 1,570.00 44,453,500 1,570.00

Sep 27, 2010 1,530.00 1,590.00 1,520.00 1,570.00 45,865,500 1,570.00

Sep 24, 2010 1,450.00 1,530.00 1,450.00 1,510.00 73,355,500 1,510.00

Sep 23, 2010 1,410.00 1,470.00 1,410.00 1,450.00 57,109,500 1,450.00

Sep 22, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 38,732,000 1,420.00

Sep 21, 2010 1,440.00 1,460.00 1,390.00 1,420.00 29,565,500 1,420.00

Sep 20, 2010 1,460.00 1,480.00 1,430.00 1,440.00 24,810,000 1,440.00

Sep 17, 2010 1,430.00 1,460.00 1,410.00 1,450.00 37,298,500 1,450.00

Sep 16, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 23,349,500 1,420.00

Sep 15, 2010 1,280.00 1,420.00 1,280.00 1,410.00 64,090,000 1,410.00

131  

Lanjutan Lampiran 8.

Sep 7, 2010 1,360.00 1,360.00 1,340.00 1,350.00 22,104,000 1,350.00

Sep 6, 2010 1,350.00 1,380.00 1,350.00 1,360.00 39,332,500 1,360.00

Sep 3, 2010 1,320.00 1,370.00 1,310.00 1,340.00 92,825,500 1,340.00

Sep 2, 2010 1,310.00 1,320.00 1,290.00 1,320.00 19,333,500 1,320.00

Sep 1, 2010 1,290.00 1,320.00 1,280.00 1,290.00 35,902,500 1,290.00

Aug 31, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,280.00 41,955,000 1,280.00

Aug 30, 2010 1,310.00 1,330.00 1,280.00 1,280.00 11,818,500 1,280.00

Aug 27, 2010 1,320.00 1,350.00 1,300.00 1,300.00 33,943,500 1,300.00

Aug 26, 2010 1,310.00 1,340.00 1,310.00 1,320.00 30,484,000 1,320.00

Aug 25, 2010 1,310.00 1,340.00 1,300.00 1,310.00 26,259,000 1,310.00

Aug 24, 2010 1,340.00 1,380.00 1,300.00 1,320.00 71,293,000 1,320.00

Aug 23, 2010 1,270.00 1,340.00 1,270.00 1,340.00 76,355,000 1,340.00

Aug 20, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,290.00 22,218,000 1,290.00

Aug 19, 2010 1,230.00 1,290.00 1,230.00 1,280.00 68,215,000 1,280.00

Aug 18, 2010 1,270.00 1,270.00 1,230.00 1,230.00 35,962,000 1,230.00

Aug 16, 2010 1,300.00 1,300.00 1,250.00 1,250.00 60,703,000 1,250.00

Aug 13, 2010 1,280.00 1,300.00 1,270.00 1,300.00 48,151,000 1,300.00

Aug 12, 2010 1,260.00 1,290.00 1,230.00 1,270.00 48,937,500 1,270.00

Aug 11, 2010 1,280.00 1,300.00 1,250.00 1,260.00 28,300,000 1,260.00

Aug 10, 2010 1,300.00 1,310.00 1,270.00 1,290.00 32,108,000 1,290.00

Aug 9, 2010 1,280.00 1,320.00 1,270.00 1,300.00 52,162,500 1,300.00

Aug 6, 2010 1,300.00 1,320.00 1,260.00 1,280.00 67,534,500 1,280.00

Aug 5, 2010 1,220.00 1,300.00 1,210.00 1,300.00 126,175,500 1,300.00

Aug 4, 2010 1,180.00 1,230.00 1,170.00 1,210.00 77,464,000 1,210.00

Aug 3, 2010 1,240.00 1,240.00 1,170.00 1,180.00 59,995,000 1,180.00

Aug 2, 2010 1,260.00 1,270.00 1,220.00 1,230.00 33,387,000 1,230.00

Jul 30, 2010 1,240.00 1,260.00 1,230.00 1,260.00 33,705,500 1,260.00

132  

Lanjutan Lampiran 8.

Jul 29, 2010 1,250.00 1,270.00 1,230.00 1,240.00 63,644,500 1,240.00

Jul 28, 2010 1,220.00 1,260.00 1,210.00 1,250.00 53,406,000 1,250.00

Jul 27, 2010 1,260.00 1,270.00 1,200.00 1,220.00 71,543,000 1,220.00

Jul 26, 2010 1,230.00 1,280.00 1,210.00 1,250.00 113,447,500 1,250.00

Jul 23, 2010 1,150.00 1,240.00 1,150.00 1,200.00 204,177,000 1,200.00

Jul 22, 2010 1,060.00 1,140.00 1,060.00 1,140.00 202,152,500 1,140.00

Jul 21, 2010 1,030.00 1,070.00 1,030.00 1,070.00 114,354,000 1,070.00

Jul 20, 2010 1,000.00 1,040.00 990.00 1,030.00 98,706,500 1,030.00

Jul 19, 2010 980.00 1,010.00 950.00 990.00 92,687,500 990.00

Jul 16, 2010 990.00 990.00 970.00 980.00 34,684,000 980.00

Jul 15, 2010 1,020.00 1,020.00 980.00 1,000.00 53,100,500 1,000.00

Jul 14, 2010 1,050.00 1,050.00 1,000.00 1,020.00 51,835,500 1,020.00

Jul 13, 2010 1,040.00 1,060.00 980.00 1,010.00 134,506,000 1,010.00

Jul 12, 2010 1,130.00 1,130.00 1,030.00 1,040.00 90,789,000 1,040.00

Jul 9, 2010 1,050.00 1,120.00 980.00 1,120.00 702,960,500 1,120.00

Jul 8, 2010 830.00 900.00 800.00 900.00 194,855,000 900.00

* Close price adjusted for dividends and splits.

133  

No

Analisis Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)

Bank BUMN (BNI dan BRI)

Bank Swasta (BCA, Bank Danamon,

Bank Panin, dan Bank Permata)

Produk Perbankan (Tabungan, Deposito)

dan obligasi

pemerintah

1. Kelembagaan a. Aturan yang Mendukung

• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006

• 115/PP RI/No 58 tahun

2005

• 1/PP RI/No 58 tahun 2005

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)

• 19/PP/No 105 tahun 2000

• 119/PP RI/No 58 tahun 2005

• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006

• 115/PP RI/No 58 tahun 2005

• 1/PP RI/No 58 tahun 2005

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)

• 19/PP/No 105 tahun 2000

• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006

• 115/PP RI/No 58 tahun 2005

• 1/PP RI/No 58 tahun 2005

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)

• 19/PP/No 105 tahun 2000

• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 200

• 115/PP RI/No 58 tahun 2005

• 1/PP RI/No 58 tahun 2005

• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)

• 19/PP/No 105 tahun 2000

• 119/PP RI/No 58 tahun 2005

a. Aturan yang tidak mendukung

Tidak ada 119/PP RI/No 58 tahun 2005

119/PP RI/No 58 tahun 2005

118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)

2 Lingkungan Kekuatan

- Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah

- Pertumbuhan penghim-punan dana masyarakat yang baik dan pertumbu-han laba yang meningkat

- Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkiner-ja baik

- Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro cukup besar.

- Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi

- Potensi pasar yang masih besar akan dapat mening-katkan jumlah nasabah baru.

Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas.

Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas.

Terlampir pada tabel di bawah ini

Lampiran 9. Tabel Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan

134  

Lanjutan Lampiran 9. 2 - Kelemaha

n

• Promosi yang masih minim terhadap sektor publik

• Kurangnya tenaga khusus promosi

• Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional

• Skala permodalan yang masih lingkup pemerintah

• Pembinaan nasabah kura-ng selektif, seperti kura-ngnya kecepatan dalam pelayanan

• Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai

• Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata

• Produk yang ditawarkan masih terbatas

• Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (se-perti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic).

- Peluang

• Penggunaan teknologi dalam pelayanan

• Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perban-kan

• Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusa-haan.

• Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat

• Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung

• Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat

• Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan per-baikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekono-mi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir.

• Perhatian pemerintah ter-hadap kemajuan pengu-saha kecil masih besar dengan banyaknya bantu-an dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen.

135  

Lanjutan Lampiran 9. - Peluang • Potensi pasar terhadap

pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali.

• Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar

- Ancaman

- Adanya revisi terhadap UU penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta

- Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir

- Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima

- Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan

- Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro.

- Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR.

- Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung pada perbaikan perekonomian kita.

3 Finansial : EPS ROE

EPS Bank BJB : 76.18 Bank BJB Deposito : 6.75% Rata-rata ROE bjb : 25.12%

EPS BNI : 125.17 BRI : 429.23 Rata-Rata ROE BNI : 35.63% BRI : 34.40%

EPS BCA : 239.50 Danamon : 308.68 Permata : 55.09 Muamalat : 142.69 Panin : 38.96 Rata-Rata ROE BCA : 29.60% Danamon : 19.85% Permata : 16.84% Muamalat : 19.34% Panin : 13.07%

Rata-rata rate Obligasi :

- Obligasi Negara Republik Indonesia : Kupon 9.53

- Sukuk Negara Ritel : Kupon 10.35

*Untuk suku bunga deposito dan tabungan terlampir

136  

Lampiran 10. Suku Bunga Tabungan

Jenis Tabungan Nominal Suku Bunga 1. Bank Panin

• Tabungan Bisnis Reguler Rp. 1-5 juta Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar

2.25% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25% 5.25%

• Tabungan Bisnis Promo Rp. 5-25 juta Rp. 25-500 juta > Rp. 500 juta

2.00% 5.50% 6.50%

• Tabungan Bisnis Combo > Rp.100 juta 1.00% • Tabungan Panin Rp. 250 ribu-5 juta

Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar

2.00% 3.00% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25%

2. Bank Permata • TabunganPermata Bebas < Rp. 1 juta

≥ Rp.1-50 juta ≥ Rp. 50 juta

0.00% 1.00% 2.00%

• Tabungan Optima Perusahaan

Rp. 0 - < 100 juta Rp. 100 - < 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar

1.00% 5.50% 6.00%

3. Bank Central Asia • Tahapan < Rp. 1 juta

≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar

0.00% 1.75% 2.00% 2.25% 3.00%

• Tapres < Rp. 1 juta ≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar

0.00% 1.75% 2.25% 2.75% 3.75%

4. Bank Danamon • Danamon Lebih ≥ Rp. 1-10 juta 1.00%

5. Bank Nasional Indonesia • Tabungan Plus (TAPLUS) ≥ Rp. 1 juta 2.50% • BNI Taplus Bisnis ≥ Rp. 5 juta 3.50%

6. Bank Rakyat Indonesia • Tabungan BritAma > Rp. 500 ribu- 5 juta

> Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar

0.00% 2.00% 3.25% 4.00%

• Simpedes > Rp. 500 ribu- 5 juta > Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar

0.00% 2.00% 3.25% 4.00%

Sumber : Kuesioner dari Bank Swasta dan BUMN (diolah)

137  

Lampiran 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar

Nama Bank Jangka Waktu (Bulan)

1 2 3 4 6 12 PT Bank Central Asia Tbk 5.50% - 5.75% - 5.75% 5.75%

PT Bank Danamon Indonesia Tbk 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1%

PT Bank Permata Tbk 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1.2% 7%+1.2% 7%+1.2%PT ANZ Panin Bank 7.00% - 7.00% - 7.00% 7.00% PT Bank JB Tbk* 6.50% 6.50% 6.50% 6.75% 6.75% 6.75% PT BNI Tbk 7.00% - 7.00% - 7.00% 7.00% PT BRI Tbk* 5.50% 5.50% 5.50% - 6.75% 6.75%

Sumber : Kuesioner dari masing-masing bank (diolah)

Keterangan:

Special rate yang diberikan oleh Bank PT Bank Danamon Indonesia Tbk

dan PT Bank Permata Tbk dapat berubah-ubah, karena akan tergantung

oleh kebijakan masing-masing cabang dan selama masa promosi belum

berakhir dan tanda bintang (*) menunjukkan bunga yang diberikan adalah

counter rate.

138  

Lampiran 12. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT

Bank BJB Tbk.

1. BANK PANIN

a. Deposito Panin

Deposito Panin adalah simpanan berjangka waktu tertentu dalam

mata uang Rupiah dan/atau valuta asing, dengan tingkat suku bunga yang

bervariasi dan kompetitif, sesuai kebutuhan investasi Nasabah. Keuntungan

Deposito Panin sebagai berikut:

• Tingkat suku bunga bervariasi dan kompetitif

• Pilihan berbagai mata uang Rupiah dan Asing

• Kurs mata uang asing yang kompetitif

• Jangka waktu simpanan yang bervariasi sesuai kebutuhan(7 hari, 14

hari atau 1, 3, 6, 12 hingga 24 bulan)

• Pencairan atau perpanjangan deposito secara mudah

• Jaringan kantor yang luas

b. Tabungan Bisnis Panin

Keuntungan dari Tabungan Bisnis Panin:

• Detail transaksi yang lengkap pada buku tabungan

• Fasilitas account sweeping

• Fasilitas appointee

2. Bank Central Asia

a. Deposito BCA

Deposito Berjangka BCA memberikan keuntungan dan memiliki

keleluasaan tinggi. Jangka waktu deposito mulai 1, 3, 6, 12 bulan.

Keuntungan Deposito Berjangka BCA:

• Ada 8 pilihan mata uang: Rupiah, USD, SGD, HKD, AUD, JPY, GBP,

dan EUR.

• Dapat mentransfer bunga deposito nasabah secara otomatis ke rekening

Giro/Tapres/Tahapan BCA/BCA Dollar atau rekening di bank lain.

• ARO (Automatic Roll Over): Perpanjangan nominal deposito secara

otomatis.

139  

• ARO+: Perpanjangan nominal deposito plus bunga secara otomatis

pada saat jatuh tempo dengan jangka waktu yang sama.

• Non ARO: Bila tidak ada permintaan dari deposan, maka deposito yang

sudah jatuh tempo tidak akan diperpanjang secara otomatis.

• Suku bunga yang kompetitif.

• Bisa digunakan sebagai jaminan kredit.

b. Tahapan Gold

Tahapan Gold yang disediakan khusus bagi nasabah bisnis dalam

membantu kelancaran usahanya. Selain berbagai keunggulan Tahapan Gold

di atas, nasabah masih tetap dapat menikmati berbagai manfaat lain sama

seperti fasilitas Tahapan BCA.

Keunggulan Tahapan Gold:

1. Ukuran buku tabungan yang lebih Kecil

2. Informasi mutasi rekening lebih lengkap

3. Layanan Autoprint

4. Layanan Appointee

5. Automatic Transfer System (ATS) online

c. TAPRES

• Dapatkan Kartu TAPRES yang berfungsi sebagai kartu identitas, kartu

ATM BCA Gold yang dan sekaligus juga berfungsi sebagai kartu Debit

BCA dan Tunai BCA.

• Nikmati berbagai kemudahan layanan yang ditawarkan oleh

jaringan ATM BCA dan kantor cabang yang terhubung secara online di

seluruh Indonesia, mulai dari penarikan tunai, transfer sampai pembelian

pulsa isi ulang dari sejumlah operator telepon seluler.

• Gunakan Kartu Tapres untuk berbelanja di ribuan outlet toko yang

memasang logo Debit BCA, dan pengambilan uang tunai di

merchant/toko Tunai BCA.

• Kemudahan mengecek posisi terakhir saldo tabungan melalui

layanan BCA by Phone*)

140  

• Nasabah dapat memilih pengiriman laporan rekening bulanan dikirim

melalui surat, atau diambil sendiri di kantor cabang BCA yang Nasabah

inginkan.

3. Bank Danamon

a. Deposito Danamon Simpan Pinjam

Deposito DSP adalah produk simpanan berjangka Danamon Simpan

Pinjam yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan

dengan minimum penempatan Rp 1 juta. Deposito yang telah jatuh tempo

dapat diperpanjang kembali sampai dengan periode tertentu. Sebagai bukti

penempatan dana pada Deposito DSP, Nasabah akan mendapat bilyet

deposito.

b. Danamon Lebih

Ada lima kelebihan dari tabungan Danamon Lebih antara lain:

• Bebas biaya bulanan

• Cash back dimana-mana, 5%

• Gratis asuransi jiwa

• Gratis biaya transfer di atm danamon dan gratis tarik tunai di 18.000 atm

bersama

• Banyak kejutan hadiahnya

c. Produk dan Layanan PrimaGold

RETAIL BONDS

Untuk mengantisipasi kebutuhan nasabah akan produk-produk

investasi, kami persembahkan produk ekslusif Retail Bonds yang

merupakan layanan pembelian dan penjualan obligasi pemerintah

melalui Bank Danamon. Potensi keuntungan Nasabah akan semakin

maksimal dengan fitur produk dan service prima dari officer kami.

Fitur Produk:

• Obligasi yang Ditawarkan : Obligasi Pemerintah dan Surat Utang

Negara (SUN)

• Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi : Lebih dari 1 Tahun

• Jenis Bonds : Variable dan Fix Coupon Rate

• Harga : Kompetitif

141  

• Minimal Investasi : IDR 500.000.000

Service:

• Layanan Bank Danamon Custodial Services untuk penyimpanan,

coupon collection & penilaian portfolio obligasi

• Daily Market Commentary

• Daily Market Quote

• Monthly Valuation Statement

Resiko Investasi Minimal

Dengan melakukan investasi dalam Obligasi Pemerintah

investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari Deposito

dengan resiko yang minimal.

Proteksi Keuntungan Investasi Nasabah untuk Jangka Panjang

Tingkat pengembalian atas Investasi Nasabah akan terproteksi untuk

jangka panjang dengan adanya coupon obligasi dengan jenis Fixed

maupun Variable Rate.

Dua Jenis Deposito Bank Danamon

Deposito On Call

• Kemudahan dan keleluasaan mengatur dana sesuai kebutuhan aliran

kas dengan keuntungan maksimal.

• Jangka waktu penempatan dana antara 7 sampai 17 hari

• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah, USD, AUS, SGD

• Minimum Deposito Rp 100 juta atau USD 25.000 untuk perorangan

Deposito Berjangka

• Deposito bulanan dengan jangka waktu penempatan dana yang

paling fleksibel

• Pilihan jangka waktu penempatan dana 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan

• Tersedia dalam mata uang Rupiah, Dollar Amerika, Dollar

Singapura dan Dollar Australia dengan setoran awal untuk

perorangan sebesar Rp 8.000.000,- dan untuk

Perusahaan/yayasan/koperasi sebesar Rp 10.000.000,-

142  

• Manfaatkan pula fasilitas tambahan berupa Automatic Roll

Over dengan bunga deposito yang dapat ditempatkan pada rekening

tabungan.

4. Bank Rakyat Indonesia

a. Deposito BRI

Produk Deposito BRI yang memberikan kenyamanan dan keamanan

dalam investasi dana Nasabah.

Keunggulan

• Keleluasaan dalam memilih jangka waktu Deposito BRI, mulai dari

1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan

• Bebas biaya administrasi

• Pencairan sebagian nominal Deposito BRI tanpa merubah nomor

rekening

• Pencairan Deposito BRI di unit kerja lainnya.

• Suku bunga kompetitif

• Suku bunga negosiasi (apabila memenuhi kriteria tertentu)

Fasilitas

• Perpanjangan Deposito BRI dapat dilakukan secara otomatis (automatic

roll-over)

• Pencairan Deposito BRI pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara:

1. Tunai

2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI

3. Ditransfer / kliring ke rekening Bank lain

• Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:

1. Tunai

2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI

3. Dikliringkan ke rekening Bank lain

4. Menambah pokok Deposito BRI pada saat perpanjangan (add-on)

5. Kombinasi dari beberapa pilihan tersebut di atas

b. Deposit On Call (DOC)

Produk Deposit on Call (DOC) Bank BRI merupakan produk

deposito yang menawarkan hasil investasi yang tinggi.

143  

Keunggulan:

1. Suku bunga kompetitif

2. Bebas biaya administrasi

3. Jangka waktu 7 hari s/d 1 bulan kurang 1 hari

Fasilitas:

1. Pilihan mata uang: Rupiah, USD dan EUR

2. Pencairan Deposit on Call (DOC) pada saat jatuh tempo dapat dilakukan

secara:

a. Tunai

b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI

c. Ditransfer/kliring ke rekening Bank lain

3. Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:

a. Tunai

b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI

c. Ditransfer/kliring ke rekening pada Bank lain

d. Tabungan BritAma

Fasilitas Tabungan BritAma:

1. Fasilitas Transfer Otomatis Antar Rekening.

2. Automatic Fund Transfer (AFT), yaitu fasilitas untuk mentransfer dana

dari rekening BritAma ke rekening simpanan di BRI, baik di Kanca

sendiri ataupun di Kanca lain, setiap tanggal tertentu dengan nominal

transfer tertentu yang bersifat tetap (secara rutin).

3. Account Sweep, adalah fasilitas untuk mentransfer dana dari satu

rekening ke rekening lainnya di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain

secara otomatis yang sebelumnya di set up saldo minimal atau saldo

maksimalnya. Transfer otomatis terjadi apabila batas saldo minimal atau

maksimal tersebut terlampaui. Fasilitas ini dapat digunakan untuk

keperluan BritAma mem-back up giro secara otomatis.

4. Automatic Grab Fund (AGF), yaitu fasilitas transfer otomatis untuk

menarik (mendebet) dana secara otomatis oleh satu rekening dari

rekening lainnya, baik di Kanca sendiri maupun kanca lain. Inisiatif

pendebetan berasal dari rekening yang akan mendebet, dengan nominal

144  

transaksi yang bersifat tetap. Fasilitas ini dapat digunakan untuk

pembayaran angsuran pinjaman secara otomatis, dimana rekening

pinjaman akan secara otomatis mendebet rekening BritAma untuk

membayar angsurannya.

5. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident). Setiap nasabah BritAma

dengan saldo minimal Rp 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah), berhak atas

jaminan asuransi kecelakaan diri (Personal Accident) dengan nilai

pertanggungan sebesar 250 % dari saldo dan maksimal pertanggungan

Rp. 100.000.000,-. Selain itu asuransi BritAma juga mengcover rawat

inap dan cacat tetap.

6. Aksesibilitas BRI Card

7. Jaringan BRI Card

8. Undian Berhadiah Miliaran Rupiah

5. Bank Nasional Indonesia

a. BNI Deposito

BNI Deposito merupakan simpanan berjangka yang menjadikan

simpanan Nasabah aman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.

Keuntungan

• Tingkat suku bunga kompetitif.

• Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit.

• Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan *)

Kemudahan

• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah dengan nilai nominal Rp.

8.000.000,00 atau asing (USD, JPY, GBP, SGD, HKD, EURO).

• Bunga dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro atau menambah

pokok simpanan.

• Pada saat jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic

Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO)

• Tersedia pilihan jangka waktu :1, 6, 12, 24, 36 bulan

145  

b. Tabungan Plus (TAPLUS)

Keunggulan

• Bunga BNI TAPLUS dihitung atas dasar saldo harian.

Penarikan tunai melalui teller tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan

melalui ATM BNI sebesar Rp. 5 juta per hari.

• Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang/capem

BNI.

• Dapat dipakai sebagai agunan kredit (Cash Collateral Credit).

• TAPLUS dapat digunakan untuk pembayaran listrik, telepon, pajak dan

KPR melalui BNI.

• Dapat dipakai sebagai alat pembayaran di toko-toko (merchant) yang

memasang logo Master Card.

• Dapat diikutkan dalam program hadiah, apabila BNI akan memberikan

hadiah kepada penabung TAPLUS.

6. Bank Permata

a. Permata Deposito

Permata Deposito adalah produk simpanan berjangka yang

memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dan memiliki

jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan sesuai

rencana Nasabah. Permata Deposito juga memberikan pilihan mata uang

Rupiah atau asing (USD, JPY, SGD, HKD). Jika nominal deposito lebih

atau sama dengan Rp. 500 juta, maka suku bunganya adalah sebesar 7%.

b. Permata Deposito Syariah

Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi Nasabah

yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal.

PermataDeposito Syariah menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah

dimana Nasabah memberi kebebasan penuh kepada PermataBank Syariah

untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi

prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan

dibagihasilkan sesuai dengan nisbah/porsi yang telah disepakati

sebelumnya.

146  

Manfaat dan Kelebihan

• Investasi berjangka dengan berbagai pilihan jangka waktu dalam mata

uang rupiah (IDR) maupun US Dollar (USD).

• Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana nasabah, sesuai dengan

nisbah yang disepakati saat pembukaan rekening.

• Jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12

bulan sesuai rencana nasabah. Pokok deposito tidak dapat dicairkan

sampai dengan jatuh tempo.

• Masing-masing jangka waktu memiliki nilai nisbah yang berbeda-beda,

dengan bagi hasil dilakukan pada setiap bulannya.

• Pokok deposito dapat di roll-over secara otomatis (ARO/Automatic Roll

Over).

• Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.

• Hasil Investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke

rekening tabungan/giro di PermataBank Syariah, atau ditambahkan ke

pokok deposito, sesuai dengan keinginan Nasabah.