analisis penyertaan modal pemerintah kota depok pada pt ... · 7. keluarga tercinta : kak melan,...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH
KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN
BANTEN (BANK BJB)
Oleh
DIAN YUDO PALUPI
H24070045
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN DIAN YUDO PALUPI. H24070045. Analisis Peluang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI dan RADEN DIKKY INDRAWAN.
Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22 tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan keanekaragaman sumber daya lokal yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten (Bank BJB) Cabang Depok.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal Pemerintah Daerah Depok, 2) mengetahui kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang dipengaruhi perbankan lainnya, 3) mengetahui kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya, 4) mengetahui posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Depok pada Bank BJB. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur (kuesioner), In depth interview, survei lapang, dan studi literatur. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis kelembagaan, analisis SWOT, dan analisis finansial.
Berdasarkan analisis kelembagaan bahwa Pemerintah Kota Depok hanya dapat melakukan penyertaan modal jangka panjang yakni penanaman saham pada BUMD saja (Bank BJB), dapat melakukan penyertaan modal jangka pendek seperti simpanan berbentuk tabungan dan deposito yang dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial, serta membeli obligasi pemerintah yang memiliki resiko sangat kecil. Dilihat analisis finansial dengan menggunakan kriteria EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) bahwa ROE dan EPS Bank BJB mengalami kenaikan dari tahun 2006-2010. Dari sisi analisis SWOT dapat disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki Bank BJB dapat mendukung perkembangan usaha yang dijalankan dan untuk produk investasi jangka pendek, produk deposito merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Kota Depok yang membutuhkan dana operasional per bulan dan deposito adalah instrumen investasi jangka pendek yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok selain di Bank BJB yakni di bank lainnya yang berkategori sehat.
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang. Untuk investasi jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada produk perbankan di semua bank yang sehat yakni deposito dan tabungan (simpanan).
ANALISIS PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH
KOTA DEPOK PADA PT BANK JAWA BARAT DAN
BANTEN (BANK BJB)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DIAN YUDO PALUPI
H24070045
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada
PT Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)
Nama : Dian Yudo Palupi
NIM : H24070045
Menyetujui
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Farida Ratna Dewi, SE. MM) (R. Dikky Indrawan, SP. MM) NIP. 19710307 200501 2 001
Mengetahui :
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak dari pasangan Sugiono dan
Liana, dimana penulis memiliki dua orang kakak perempuan
bernama Melan dan Melly Novita serta seorang adik laki-laki
yaitu Hendi Setiawan. Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal
27 Mei 1990.
Penulis mengawali pendidikan formal pada SDN Semplak 1 Bogor tahun
1995 hingga 2001. Penulis memulai pendidikan menengah pertama pada SMPN 4
Bogor pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh
pendidikan menengah atas pada SMAN 2 Bogor. Melalui jalur Ujian Seleksi
Masuk IPB (USMI) penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya pada
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Semasa kuliah, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa FEM IPB
sebagai staf Perekonomian dan aktif di berbagai kepanitian di Fakultas Ekonomi
dan Manajemen, serta sebagai pengurus di Beasiswa Yayasan Karya Salemba
Empat. Penulis pernah menjadi mahasiswa magang pada bagian Proses
Pengembangan Data dan Informasi (PPDI) Bank Indonesia.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun
penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para
keluarga, sahabat serta para pengikutnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir
zaman.
Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Analisis Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada PT Bank
Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis sadar penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Penulis juga memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada
penelitian ini. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2011
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Farida Ratna Dewi, SE. MM dan R. Dikky Indrawan, SP. MM selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi dan pengarahan kepada
penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
2. Wita Juwita Ermawati, S.TP, MM selaku dosen penguji sidang yang
bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan
bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
4. Seluruh staff pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen,
FEM IPB.
5. Pihak Bank Jabar Banten dan Pemerintah kota Depok, Ibu Rika sebagai
pembimbing lapang yang telah banyak membantu penulis dalam
penyediaan data saat melakukan penelitian.
6. Bapak Sugiono dan Ibu tercinta Liana yang telah membantu penulis untuk
dapat terus belajar dan selalu mendoakan penulis, serta memberi semangat
dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan
skripsi ini.
7. Keluarga tercinta : Kak Melan, Kak Melly, dan Hendi yang senantiasa
memberikan doa, kasih sayang, semangat dan kebahagiaan dalam hidup
penulis.
8. M. Ilham Mutaqien untuk setiap semangat, setiap waktu, setiap inspirasi,
dan setiap keikhlasan yang diberikan untuk menemani, menghiasi dan
mengisi hari-hari penulis, serta kasih sayangnya yang luar biasa.
9. Norvi, Gerry, Nanda, Enny, Lely, Ahmad Ajie, Fani, Imam, Septi, Rari,
Dani, Indri, Dimpy, dan Arif yang senantiasa memberikan dukungan,
bantuan, perhatian, dan motivasi serta selalu memberikan warna bagi
kehidupan penulis.
vi
10. Teman-teman BEM FEM 2009-2010, Pengurus Paguyuban KSE IPB, dan
Tim Danone Buitenzorg, serta PT Masasi Indonesia yang dengan rasa
kekeluargaan, pertemanan, saling mendukung berbagi ilmu dan membantu
dalam setiap kegiatan yang dilalui bersama.
11. Teman-teman Manajemen 44 yang tidak mungkin dapat disebutkan satu
persatu atas kebersamaan dan canda tawa selama ini
12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama menyelesaikan skripsi.
Semoga Allah SWT memberikan pahala atas kebaikannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6
2.1. Manajemen Kas Daerah ............................................................ 6 2.2. Investasi .................................................................................... 8
2.2.1. Pengertian Investasi ..................................................... 8 2.2.2. Proses Investasi ............................................................. 8
2.3. Manajemen Investasi Daerah ................................................... 9 2.3.1. Investasi Aset Keuangan ............................................... 10 2.3.2. Risiko Investasi. ............................................................ 11 2.3.3. Prinsip Manajemen Investasi Daerah. ........................... 13
2.4. Saham ....................................................................................... 14 2.4.1. Pengertian Saham ......................................................... 14 2.4.2. Penilaian Saham ............................................................ 16
2.5. Pengertian Bank ........................................................................ 18 2.6. Pengertian Pasar Modal ............................................................ 19
2.6.1. Jenis Pasar Modal ......................................................... 20 2.6.2. Instrumen Pasar Modal. ................................................ 20 2.6.3. Lembaga Yang Terkait Dengan Pasar Modal. .............. 22 2.6.4. Pelaku Dalam Pasar Modal. .......................................... 23 2.6.5. Lembaga Penunjang. ..................................................... 24
2.7. Penelitian Terdahulu ................................................................ 27
III. METODE PENELITIAN ................................................................ 29
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 30 3.2. Lokasi dan Waktu .................................................................... 30
viii
3.3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 31 3.4. Metode Analisis Data ............................................................... 32
3.4.1. Analisis SWOT ............................................................ 32 3.4.2. Analisis Finansial. ......................................................... 36 3.4.3. Analisis Kelembagaan. .................................................. 40
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 42
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 42 4.2. Analisis Kelembagaan .............................................................. 44 4.3. Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank bjb)
Sebelum IPO ............................................................................ 50 4.4. Kebijakan Saham Setelah IPO ................................................. 53 4.5. Kinerja Bank Jabar Banten ....................................................... 56
4.5.1. Analisis SWOT ............................................................ 58 4.6. Analisis Finansial. ..................................................................... 67 4.7. Implikasi Manajerial ................................................................. 75
4.7.1. Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B ................ 76 4.7.2. Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan B ...... 77 4.7.3. Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B .......................................................... 78
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 81
1. Kesimpulan ............................................................................................... 81 2. Saran ......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 83
LAMPIRAN .................................................................................................. 85
ix
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data ................................... 31 2. Metode Analisis ............................................................................... 32 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis .................................................... 34 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis...................................................... 35 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE. ....... 36 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah ....................................................................................... 44 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB ............... 54 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya) ............................................... 65 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya ......................... 68 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya ....................... 68 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB ....................... 69 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010-2014 .................................. 70 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2011-2015 ................................. 71 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten ...................................... 75
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian ....................................................... 30 2. Analisis SWOT ................................................................................ 33 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok ..................... 53 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB............................... 57 5. Grafik Perkembangan untuk EPS dan ROE Bank BJB ................... 69 6. Grafik Forecasting untuk EPS Bank BJB ........................................ 70 7. Grafik Forecasting untuk ROE Bank BJB ....................................... 71 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten .......................................... 72 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten ......................................... 72 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten ................................................ 73
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Pertanyaan Wawancara Kepada Pihak Bank BJB .......................... 85 2. Kuesioner Terhadap Bank BUMN dan Bank Swasta di Depok ..... 88 3. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ 89 4. Kuesioner Terhadap Pihak Bank Jabar Banten ................................ 92 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE ...................................................... 95 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 ................. 101 7. Posisi Saham Bank BJB sebelum dan sesudah IPO ......................... 123 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB ............................... 129 9. Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan .................................................................... 133 10. Suku Bunga Tabungan ..................................................................... 136 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar ................... 137 10. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT Bank BJB Tbk. ........................................................................... 138
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Depok merupakan kota yang mulai berkembang dimana secara
administratif berbatasan dengan DKI Jakarta, Bogor dan Tangerang. Laju
pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk Kota Depok semakin
meningkat dari tahun ke tahun. Kota Depok berfungsi sebagai penyangga
(buffer) yang menerima dampak dari pertumbuhan ekonomi wilayah di
sekitarnya. Kota Depok banyak memasok berbagai kebutuhan di Jakarta.
Selain itu, penduduk yang bekerja di Jakarta dan sekitarnya banyak yang
bermukim di Depok. Dengan demikian, Depok berkembang menjadi kota
yang potensial dan strategis dalam kegiatan sosial dan ekonomi.
Dalam perkembangannya, kota Administratif (Kotif) Depok tumbuh
dengan sangat cepat. Melihat pertumbuhan yang pesat tersebut dan adanya
tuntutan aspirasi masyarakat, maka dipandang perlu meningkatkan
penyelenggaraan pemerintahan, serta pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan masyarakat guna menjamin perkembangan dan kemajuan pada
masa mendatang. Untuk itu dibentuklah Pemerintah Daerah Tingkat II
(DATI II) Kota Depok pada tanggal 20 April 1999, berdasarkan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999. Hal ini bertujuan untuk
lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat. Pembentukan ini bermakna pula sebagai wujud dukungan akan
kemampuan dan potensi wilayah Kota Depok dalam rangka
menyelenggarakan otonomi daerah.
Penyelenggaraan fungsi pemerintahan tersebut tentunya akan
terlaksana secara optimal apabila diikuti dengan pemberian sumber-sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang-
undang tentang desentralisasi fiskal (UU No. 25 tahun 1999), dimana
besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan
antara Pusat dan Daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber
2
keuangan diantaranya melalui "hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan" yang bersumber dari bagian laba BUMD maupun hasil
kerjasama dengan pihak ketiga.
Salah satu tujuan dari pemberian otonomi kepada daerah (UU No. 22
tahun 1999) diantaranya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat yakni mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan potensi dan keanakaragaman sumber daya lokal yang
dimiliki oleh wilayah tersebut. Berdasarkan undang-undang tersebut,
pemerintah daerah tentunya dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam
membangun derahnya serta memiliki daya saing tinggi dengan
mengkombinasikan antara faktor kondisi ekonomi, kualitas kelembagaan
publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan
membangun kemampuan daerah untuk lebih berkembang dan berdaya saing
(UU No. 32 tahun 2004). Salah satu otonomi daerah yang dilakukan oleh
Pemerintah Kota Depok ini diaplikasikan pada sektor perbankan, karena
berdasarkan data Biro Riset InfoBank, industri perbankan menguasai 90,46
persen pangsa pasar keuangan di Indonesia, yakni dengan penyertaan
modal terhadap Bank BJB.
Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960
tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang
dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di
Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche
Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di
bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah
nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris
Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei
1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa
Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank
Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari
Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.
3
Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang
kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai
perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal
27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat
diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992
serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan Bank
Jabar dengan logo baru.
Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan
perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta
Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8
Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan
Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Lalu pada tahun 2007
terjadi perubahan nama, dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dengan sebutan Bank Jabar Banten. Dan pada tanggal 5 Juli 2010,
perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.
Pada tanggal 8 Juli 2010 Bank Jabar Banten secara resmi
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bank Jabar Banten
telah berhasil mengukir prestasi sebagai Bank Pembangunan Daerah
pertama yang telah melakukan penawaran perdana saham (IPO) kepada
publik. Dengan terjadinya hal ini, maka terjadi juga perubahan komposisi
kepemilikan saham pada Bank BJB.
Bank Jabar Banten telah menjual saham seri A terhadap pemerintah
dari tahun 1999 dan setelah IPO Bank BJB menawarkan saham kepada
publik sejumlah 2.424.072.500 lembar saham Seri B, termasuk EMSA
(karyawan dan nasabah) dengan harga penawaran Rp 600 per saham
4
dengan dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan
saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan
dan disetor penuh Bank Jabar Banten.
Perubahan status hukum Bank BJB setelah berhasil berubah bentuk
menjadi Perseroan Terbatas dan melakukan IPO (Initial Public Offering),
maka banyak pertimbangan yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah,
terutama Pemerintah Kota Depok terkait dengan penyertaan modal untuk
seterusnya. Tentunya untuk melakukan penyertaan modal tersebut
diperlukan kejelian dan ketajaman dan keakuratan daya analisis dari aparat
daerah. Berkaitan dengan kondisi tersebut, maka analisis mengenai
penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok kepada pihak ketiga
yakni Bank BJB maupun produk pesaingnya perlu untuk dilakukan.
1.2 Perumusan Masalah
Perubah status hukum Bank BJB sebagai Perseroan Terbatas,
mengakibatkan berubah pula otonomi saham Bank BJB yang mulanya
saham pemerintah mutlak 100% menjadi 75% dan sisanya dimiliki oleh
masyarakat umum. Dari hal ini, Pemerintah Daerah Kota depok perlu
mengidentifikasi apakah penyertaan modal terhadap Bank BJB masih layak
atau tidak. Oleh karena itu, permasalahan yang dapat dirumuskan dalam
penyertaan modal oleh Kota Depok ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal
Pemerintah Daerah Depok?
2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB dalam
industri perbankan saat ini?
3. Bagaimana kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank BJB
dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya?
4. Bagaimana posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota Depok pada Bank BJB?
5
1.3 Tujuan
1. Menganalisis peraturan perundang-undangan terhadap penyertaan modal
Pemerintah Daerah Depok
2. Menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal Bank BJB yang
dipengaruhi perbankan lainnya
3. Menganalisis kelayakan investasi Pemerintah Daerah Depok di Bank
BJB dibandingkan dengan bank lainnya, serta produk perbankan lainnya
4. Menganalisis posisi keadaan saham seri A yang dimiliki oleh Pemerintah
Kota Depok pada Bank BJB
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pihak Pemerintah Kota Depok, penelitian ini dapat dijadikan
alternative, masukan, dan pertimbangan untuk melaksanakan keputusan-
keputusan dalam Pemerintah Kota Depok yang berkaitan dengan
penyertaan modal pada Bank BJB guna peningkatan Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
2. Bagi pihak masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dan dapat berkontribusi dalam bidang pendidikan di Indonesia
terutama pada kalangan akademis dan masyarakat pada umumnya.
1.5 Ruang Lingkup
Kajian ini membahas tentang peluang penyertaan modal yang
dilakukan Pemerintah Daerah Kota Depok terhadap Bank Jabar dengan
produk pesaingnya yaitu PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon
Indonesia Tbk, PT Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank
Nasional Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manajemen Kas Daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan Keuangan Daerah
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
Terdapat tiga tujuan utama manajemen kas, yaitu:
1. keamanan kas
2. menjaga likuiditas keuangan
3. memperoleh keuntungan investasi
Manajemen kas bertujuan untuk menjaga keamanan kas dalam arti
melindungi kas dari kehilangan yang diakibatkan oleh keputusan
manajemen yang buruk atau karena tindak korupsi dalam praktek
pengumpulan, pengeluaran, dan pemanfaatan kas. Tujuan kedua adalah
menjaga likuiditas keuangan, yaitu menjaga jumlah kas yang memadai dan
mencukupi untuk memenuhi kewajiban finansial, seperti membayarkan
kembali hutang jangka pendek yang jatuh tempo, membayar kewajiban
kepada pihak ketiga, membiayai kegiatan yang sudah dianggarkan, dan
membayar belanja rutin. Manajemen kas juga bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari pemanfaatan kas dalam investasi jangka pendek.
Seringkali antara tujuan menjaga likuiditas dan memperoleh
keuntungan investasi bersifat kontradiktif. Likuiditas yang tinggi
membutuhkan ketersediaan kas yang lebih besar. Namun, kondisi keuangan
yang mengalami likuiditas tinggi bisa berarti mengorbankan kesempatan
memperoleh keuntungan investasi, sebab kas yang terlalu banyak tersebut
sebenarnya dapat digunakan untuk investasi sehingga menghasilkan
keuntungan. Sebaliknya, menginvestasikan kas yang terlalu besar dalam
7
instrumen investasi jangka pendek juga berarti menurunkan likuiditas.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh manajer keuangan sektor publik
adalah bagaimana menentukan jumlah kas yang paling optimal, yaitu
menentukan jumlah kas di tangan yang mencukupi untuk mendanai kegiatan
operasional dan menginvestasikan kas yang masih menganggur (Mahmudi,
2010)
Ruang Lingkup Keuangan Daerah meliputi (PP 58/2005, Pasal 2):
a. Hak daerah untuk memungut pajak daerah, dana retribusi daerah
serta melakukan pinjaman;
b. Kewajiban daerah untuk menyelengggarakan urusan pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan daerah
d. Pengeluarah daerah;
e. Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang; termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan daerah;
f. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau
kepentingan umum
Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 4)
1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan,
kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
2) Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem
yang terintegrasi yang diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun
ditetapkan dengan peraturan daerah (Halim, 2010).
8
2.2. Investasi
2.2.1 Pengertian Investasi
Menurut Husnan (1998) investasi adalah setiap pengguna dana
dengan maksud memperoleh penghasilan. Sedangkan menurut Halim
(2003) investasi adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini
dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan
datang. Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk
digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang
tertentu (Jogiyanto, 2000). Dari beberapa pengertian investasi dapat
disimpulkan bahwa investasi merupakan kegiatan dalam bidang
finansial yang dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal
dari kekayaan atau asset yang ditanam.
2.2.2 Proses Investasi
Proses investasi menunjukkan bagaimana seorang investor
membuat keputusan investasi pada efek-efek yang biasa dipasarkan,
dan kapan dilakukan. Untuk mengambil keputusan tersebut dilakukan
langkah-langkah;
a. Menentukan kebijakan investasi
Disini pemodal perlu menentukan tujuan investasinya tersebut akan
dilakukan. Karena ada hubungan yang positif antara risiko dan
keuntungan investasi, maka pemodal tidak bisa mengatakan bahwa
tujuan investasinya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya, tetapi menyadari bahwa ada kemungkinan untuk menderita
rugi, jadi tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan
maupun risiko.
b. Analisis Sekuritas
Dalam tahap ini investor melakukan analisis terhadap suatu efek atau
sekelompok efek. Salah satu tujuan penilaian ini adalah untuk
mengidentifikasikan efek yang salah harga (mispriced), apakah
harganya terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan analisis ini dapat
mendeteksi sekuritas-sekuritas tersebut.
9
c. Pembentukan Portofolio
Portofolio berarti sekumpulan investasi, tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa
proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas
tersebut. Pemilihan banyak sekuritas dimaksudkan untuk mengurangi
risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas dipengaruhi antara lain:
preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak dan sebagainya.
d. Melakukan Revisi Portofolio
Tahap ini merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya,
dengan maksud kalau perlu melakukan perubahan portofolio yang
telah dimiliki. Apabila portofolio sekarang tidak optimal atau tidak
sesuai dengan preferensi risiko pemodal, maka pemodal dapat
melakukan perubahan terhadap sekuritas yang membentuk portofolio
tersebut.
e. Evaluasi Kinerja
Dalam tahap ini pemodal atau investor melakukan penilaian terhadap
kinerja (performance) portofolio, baik dalam aspek tingkat
keuntungan yang diperoleh maupun risiko yang ditanggung. Tidak
benar kalau portofolio yang memberikan keuntungan yang lebih
tinggi mesti lebih baik dari potofolio lainnya (Husnan, 2000).
2.3. Manajemen Investasi Daerah
Untuk menjamin kesinambungan pembangunan daerah dan keuangan
daerah, pemerintah daerah perlu melakukan investasi. Investasi daerah
merupakan pengeluaran daerah yang dilakukan dalam rangka memperoleh
keuntungan di masa yang akan datang (Mahmudi, 2010). Terdapat tiga
tujuan utama dilakukannya investasi daerah, yaitu:
1. Untuk memperoleh keuntungan investasi (yield);
2. Untuk keamanan aset daerah (safety);
3. Untuk optimalisasi manajemen kas dan menjaga likuiditas
keuangan (likuidity).
10
Adapun kebijakan investasi daerah, setidaknya harus memperhatikan empat
hal:
1. Instrumen investasi apa yang akan dibeli;
2. Seberapa banyak dana yang akan diinvestasikan;
3. Seberapa lama dana tersebut dapat diinvestasikan;
4. Seberapa besar manfaat dan risiko investasi.
Pada dasarnya investasi daerah luas meliputi:
1. Investasi Aset Keuangan (Financial Assets), antara lain: Deposito,
Saham, Obligasi, Sukuk (Obligasi Syariah), Reksadana, Surat
Berharga lainnya, dan Penyertaan modal.
2. Investasi Aset Nonkeuangan, meliputi:
• Aset Berwujud (tangiable assets) dalam bentuk Aset Tetap,
antara lain:
Tanah dan bangunan;
Jalan, irigasi, dan jembatan;
Infrastruktur dan jaringan;
Mesin dan peralatan;
• Investasi Aset Tidak Berwujud (intangiable assets), antara lain:
Sumber Daya Manusia (intelellectual assets);
Data Base dan sistem Informasi.
2.3.1 Investasi Aset Keuangan
Investasi aset keuangan dapat dibedakan mejadi dua jenis, yaitu:
1. Berdasarkan jangka waktunya, terdiri atas:
• Investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun)
• Investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun)
2. Berdasarkan sifat kepemilikannya, terdiri atas:
• Investasi permanen;
• Investasi tidak permanen.
Investasi jangka pendek adalah investasi pada berbagai
instrumen keuangan yang memiliki masa jatuh tempo atau
kepemilikan kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek
bermanfaat bagi pemerintah daerah untuk mengoptimalkan
11
manajemen kas daerah. Investasi jangka pendek dilakukan untuk
memanfaatkan kas daerah yang masih menganggur atau belum
digunakan sampai jangka waktu tertentu, menjaga keamanan kas
daerah, serta untuk memperoleh keuntungan investasi.
Instrumen investasi jangka pendek yang bisa dipilih antara lain:
• Deposito 1 bulan;
• Deposito 3 bulan;
• Deposito 6 bulan;
• Surat Perbendaharaan Negara (SPN);
• Saham untuk dijual kembali dalam jangka waktu kurang dari 1
tahun.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang memiliki masa
jatuh tempo atau kepemilikan lebih dari satu tahun. Investasi jangka
panjang merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang dalam
jangka pendek digunakan untuk mengalokasikan surplus anggaran dan
jangka panjangnya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta
menjaga kesinambungan fiskal daerah.
Instrumen investasi jangka panjang yang bisa dipilih antara lain;
• Deposito 12 bulan;
• Surat Utang Negara;
• Obligasi/penyertaan modal jangka panjang;
• Dana bergulir(roll-over fund).
2.3.2 Risiko Investasi
Menurut Mahmudi (2010), seperti halnya dengan utang,
investasi daerah di samping memberikan keuntungan juga
mengandung risiko yang harus dikelola dengan baik. Risiko investasi
tersebut antara lain :
1. Risiko kredit (credit risk)
Risiko kredit adalah risiko yang terkait dengan kegagalan peminjam
dana pemerintah untuk mengembalikan dana yang dipinjam tersebut
pada saat jatuh tempo. Risiko kredit dapat diminimalisasi dengan cara
12
melakukan analisis kredit secara cermat, membatasi jumlah investasi
terhadap kredit yang berisiko tinggi, mensyaratkan adanya penjaminan
atas investasi tertentu.
2. Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko likuiditas terkait dengan kemudahan untuk instrumen investasi
sebelum jatuh tempo tanpa menderita kerugian. Semakin sulit suatu
instrumen investasi untuk dijual, maka semakin tinggi risiko
likuiditasnya. Risiko likuiditas dapat dikurangi dengan cara memilih
instrumen investasi yang aktif diperdagangkan di pasar sekunder serta
membuat perkiraan arus kas dan skedul jatuh jatuh tempo investasi
sehingga antara kebutuhan kas dengan pencairan investasi bisa
disesuaikan.
3. Risiko pasar dan suku bunga (market and interest rate risk)
Risiko pasar adalah risiko yang terkait dengan penurunan investasi
yang disebabkan terjadinya perubahan pasar keuangan. Harga pasar
keuangan sangat terkait dengan perubahan tingkat suku bunga.
Kenaikan suku bunga dapat berisiko menurunkan harga surat
berharga. Investasi dengan tingkat pendapatan tetap (fixed income
securities) tidak akan banyak terpengaruh oleh perubahan harga pasar,
sedangkan untuk investasi dengan tingkat pendapatan mengambang
(floating income securities) sangat dipengaruhi oleh perubahan
perubahan harga pasar.
4. Risiko reinvestasi (reinvestment risk)
Risiko reinvestasi terjadi jika pendapatan dari investasi tidak dapat
diinvestasikan kembali dengan tingkat keuntungan yang sama dengan
dana pokok yang diinvestasikan. Hal ini pada umumnya terjadi pada
surat berharga yang dapat dilunasi sebelum jatuh tempo (callable
securities). Penerbit surat berharga biasanya melunasi/menarik
kembali surat berharganya pada saat terjadi penurunan tingkat suku
bunga di pasar keuangan. Hal ini kemudian memicu munculnya risiko
reinvestasi bagi investor.
13
2.3.3 Prinsip Manajemen Investasi Daerah
Prinsip manajemen investasi daerah antara lain: legalitas,
keamanan, likuiditas, keuntungan, dan kesesuaian.
• Legalitas
Investasi daerah harus memenuhi aspek legalitas, misalnya undang-
undang, peraturan pemerintah, dan peraturan daerah tentang pokok-
pokok pengelolaan keuangan daerah. Untuk investasi jangka panjang
harus mendapat persetujuan DPRD, sedangkan untuk investasi jangka
pendek dalam rangka manajemen kas tidak harus melalui persetujuan
DPRD tetapi harus mengacu pada peraturan di tingkat daerah terkait,
misalnya peraturan kepala daerah tentang kebijakan manajemen
investasi daerah.
• Keamanan
Keputusan investasi daerah harus mempertimbangkan aspek keamanan
investasi. Oleh karena itu, setiap keputusan investasi daerah harus
didukung dengan analisis yang memadai tentang manfaat dan risiko
investasi. Karakteristik investasi adalah semakin tinggi tingkat
keuntungan investasi (rate of return), maka semakin tinggi risiko
investasi tersebut (high risk high return). Untuk tujuan keamanan,
investasi dengan tingkat risiko tinggi pada dasarnya kurang sesuai bagi
daerah. Pemerintah daerah sebaiknya memilih instrumen investasi
yang lebih aman bagi keuangan daerah.
• Likuiditas
Likuiditas investasi adalah seberapa mudah investasi tersebut dapat
dicairkan kembali menjadi kas tanpa mengalami kerugian berarti.
Semakin likuid suatu investasi, maka semakin mudah pemerintah
daerah memperoleh dana untuk memenuhi kebutuhan kas yang
mendadak atau tidak terduga. Pemerintah daerah yang tidak memiliki
proyeksi arus kas yang baik perlu menghindari instrumen investasi
yang tidak likuid.
14
• Keuntungan
Tujuan utama investasi adalah untuk memperoleh keuntungan.
Investasi yang dilakukan daerah harus memberikan keuntungan yang
optimal. Manajer keuangan daerah harus berupaya untuk membuat
portofolio investasi yang memberikan keuntungan terbesar bagi daerah
dengan tingkat resiko tertentu.
• Kesesuaian
Karena organisasi pemerintah daerah bukan seperti perusahaan bisnis,
bukan juga l embaga keuangan, maka tidak semua jenis instrumen
investasi cocok untuk daerah. Sebagai contoh, pemerintah daerah tidak
dibenarkan ikut bermain valas meskipun investasi pada zero coupon
bond dan surat berharga yang jatuh temponya lebih dari lima tahun.
Pemerintah daerah perlu memilih instrumen investasi yang sesuai
untuk operasionalisasi manajemen keuangan daerah dan tidak
melanggar peraturan perundangan yang terkait
2.4. Saham
2.4.1 Pengertisan Saham
Sekuritas atau efek adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan
di pasar modal primer maupun sekunder (Gitosudarmo, 1999). Sedangkan
menurut Thian Hin (2001). Saham yaitu surat berharga yang merupakan
bukti kepemilikan seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan. Saham
merupakan tanda bukti pengambilan pengambilan bagian saham, juga
merupakan tanda bukti pengambilan bagian peserta dalam suatu perusahaan
(Riyanto, 1999). Saham adalah tanda penyertaan modal pada perusahaan
perseroan terbatas. Jenis saham antara lain:
a. Saham Biasa
Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa.
Pemegang saham biasanya memperoleh hak untuk memperoleh deviden
sepanjang perseroan memperoleh keuntungan (Gitosudarmo, 1999).
15
b. Saham Preferen
Saham preferen merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan
antara obligasi dan saham biasa (Jogiyanto, 2003), saham preferen
adalah saham yang memberikan hak deviden dan atau bagian kekayaan
pada saat perubahan lebih dahulu dari saham biasa, dan disamping itu
mempunyai preferen untuk digunakan dalam mengajukan pencalonan
direksi/ komisaris (Gitosudarmo, 1999).
c. Saham Treasury ( Treasury stock )
Saham treasury adalah saham milik perusahaan yang sudah pernah
dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan
untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai treasuri (Jogiyanto, 2003).
Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud
saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut (binder produk–produk yang ada di pasar modal).
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan, pemilikan
seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas.
Wujud dari saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan
yang ditanam di perusahaan (Tjiptono dan Hendy, 1995).
Pada dasarnya saham dapat digunakan untuk mencapai 3 tujuan
investasi utama ( Kertonegoro, 1995) adalah:
a. Sebagai gudang nilai, berarti investor mengutamakan keamanan
prinsipal, sehingga mereka akan mencari saham blue chip dan saham
nonspekulatif lainnya.
b. Sebagai pemupukan modal, berarti investor mengutamakan investasi
jangka panjang sehingga mereka mencari saham pertumbuhan untuk
memperoleh capital gain atau saham, sumber penghasilan untuk
mendapatkan deviden.
16
c. Sebagai sumber penghasilan, berarti investor mengandalkan pada
penerimaan deviden sehingga mereka akan mencari saham penghasilan
yang bermutu baik dan hasil tinggi.
2.4.2 Penilaian Saham
Harga saham adalah harga yang dibentuk dan interaksi para penjual
dan pembeli saham dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan
mereka terhadap profit perusahaan, untuk itu para investor memerlukan
informasi yang berkaitan dengan pembentukan harga saham tersebut dalam
mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham. Menurut Ang
(1997) nilai dari saham berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi tiga
jenis:
a. Nilai nominal
Nilai nominal adalah nilai yang tercantum dalam saham yang berfungsi
untuk tujuan akuntansi, nilai ini tidak dapat digunakan untuk mengukur
sesuatu. Nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam
neraca.
b. Harga dasar (Base Price)
Harga dasar saham baru merupakan harga perdananya, harga saham
diperoleh dari perkalian antara nilai par value dengan jumlah saham
yang diterbitkan. Harga dasar suatu saham sangat erat hubungannya
dengan harga pasar tersebut. Harga dasar diperhitungkan dalam
perhitungan indeks harga saham, harga dasar akan berubah seiring
dengan aksi emiten yang dilakukan seperti right issue, stock split,
warrant, redemtion.
c. Harga Pasar (Market Price)
Harga pasar merupakan harga dimana harga tersebut berlaku saat pasar
sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar
adalah harga penutupan (Closing Price), harga pasar adalah harga yang
mencerminkan naik turunnya suatu saham. Jika harga saham dikalikan
dengan jumlah saham yang diterbitkan maka akan terbentuk market
value.
17
Harga saham dibursa ditentukan oleh kekuatan pasar yang berarti
saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran, karena
permintaan dan penawaran atas saham berfluktuasi setiap harinya, maka
harga sahampun akan mengikuti pada fluktuasi tersebut. Pada kondisi
dimana permintaan saham lebih banyak, maka harga saham akan cenderung
meningkat .
Faktor-faktor yang menentukan harga saham dipasar adalah:
1. Taksiran penghasilan yang akan diterima
2. Besarnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor, yang mana
dipengaruhi oleh keuntungan yang bebas risiko serta risiko yang
ditanggung investor.
Harga saham mencerminkan prestasi emiten, pergerakan harga saham
dengan kinerja emiten. Apabila emiten mempunyai prestasi yang semakin
baik maka keuntungan yang dapat dihasilan dari operasi usaha semakin
besar, hal ini berarti keuntungan yang dapat diperoleh oleh pemegang
saham juga semakin besar. Bagi investor, harga saham dan pergerakannya
merupakan faktor penting dalam investasi di pasar modal. Harga saham
dikatakan tidak wajar apabila harganya ditetapkan terlalu tinggi (overprice)
ataupun terlalu rendah (underprice). Melalui penilaian saham inilah para
investor akan bisa memutuskan untuk menentukan strategi invetasi melalui
keputusan untuk membeli, menjual atau mempertahankan saham tertentu.
Harga saham juga mencerminkan nilai suatu perusahaan, semakin
tinggi harga saham maka, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut dan
semakin rendah harga saham maka semakin rendah pula nilai peruahaan,
oleh karena itu setiap perusahaan yang menerbitkan saham akan sangat
memperhatikan harga saham. Harga saham yang terlalu rendah sering
diartikan bahwa kinerja perusahaan kurang baik namun, bila harga saham
terlalu tinggi dapat mengurangi investor untuk membeli sehingga
menimbulkan harga saham sulit meningkat lagi. Untuk mengantisipasi hal
terebut maka banyak perusahaan yang melakukan stock split terhadap
sahamnya, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan daya beli.
18
2.5 Pengertian Bank
Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku
inilah yang dipergunakan oleh banker untuk melayani kegiatan
operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan
populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena
produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat
(Hasibuan, 2008).
Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992
tentang perbankan yang telah diubah dengan undang-undang No. 10 Tahun
1998 yakni Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum
adalah bank yang melaksankan kegiatan usaha secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegitannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan
perekonomian suatu bangsa karena bank adalah pengumpul dana dari SSU
(Suplus Spending Unit) dan penyalur kredit kepada DSU (Defisit Spending
Unit); tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat;
pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman, praktis,
dan ekonomis; penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan
L/C; dan penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank garansi.
a. Simpanan
Menurut Hasibuan (2008), simpanan atau tabungan adalah dana yang
dipercayakan masyarakat kepada bank dalam bentuk giro, deposito
19
berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu (UU RI No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan Bab 1 Pasal 1 ayat (6)).
• Tabungan
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998, tabungan dapat
didefinisikan sebagai simpanan pihak ketiga di bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan syarat-syarat
tertentu. Pengertian tabungan tersebut ditinjau dari sudut mikro yaitu
sebagai salah satu produk di bank.
• Deposito
Pengertian deposito menurut Undang-undang Perbankan nomor 10
tahun 1998 adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan dengan bank.(henmedya.staff.gunadarma.ac.id/Down-
loads/.../sumber+dana+bank-M2.pdf)
2.6 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat
bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang
diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat
pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau
organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk
melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal,
sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau
tambahan modal untuk keperluan usahanya.
Pengertian pasar modal berdasarkan Keputusan Presiden No. 52
Tahun 1976 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Pasar Modal adalah
Bursa Efek seperti yang dimaksud dalam UU No. 15 Tahun 1952
(Lembaran Negara Tahun 1952 Nomor 67). Menurut UU tersebut, bursa
adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat
kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan
20
sebagai efek adalah saham, obligasi, serta surat bukti lainnya yang lazim
dikenal sebagai efek.
2.6.1 Jenis Pasar Modal
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Pasar perdana
Penjualan perdana efek atau penjualan efek oleh perusahaan yang
menerbitkan efek sebelum efek tersebut dijual melalui bursa efek. Pada
pasar perdana, efek dijual dengan harga emisi, sehingga perusahaan yang
menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.
b. Pasar sekunder
Penjualan efek setelah penjualan pada pasar perdana berakhir. Pada
pasar sekunder ini harga efek ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut.
Naik turunnya kurs suatu efek ditentukan oleh daya tarik menarik antara
permintaan dan penawaran efek tersebut. Bagi efek yang dapat
memenuhi syarat listing dapat menjual efeknya di dalam bursa efek,
sedangkan bagi efek yang tidak memenuhi syarat listing dapat menjual
efeknya di luar bursa efek.
c. Bursa parallel
Pelengkap bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek
yang akan menjual efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa
paralel. Bursa paralel diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang
dan Efek-efek (PPUE).
2.6.2 Instrumen Pasar Modal
Saham adalah satu efek yang pasar umumnya dijual di pasar modal
(bursa efek) adalah saham. Saham adalah tanda penyertaan modal pada
suatu Perseroan Terbatas (PT).
21
Obligasi
Surat pengakuan hutang suatu perusahaan yang akan dibayar pada waktu
jatuh tempo sebesar nilai nominalnya. Penghasilan yang diperoleh dari
obligasi berupa tingkat bunga yang akan dibayarkan oleh perusahaan
penerbit obligasi tersebut pada saat jatuh tempo.
• Obligasi atas unjuk (bearer bonds) berarti pemegang obligasi
dianggap sebagai pemilik atas hak obligasi tersebut.
• Obligasi atas nama (registered bonds) berarti yang berhak atas
sejumlah nilai uang atas obligasi tersebut adalah sesuai dengan nama
yang tertera pada obligasi tersebut.
Surat Berharga Lainnya
Selain dari dua jenis efek yang telah diuraikan di atas yang sudah banyak
digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat
beberapa jenis efek yang juga dapat digunakan sebagai media hutang,
seperti option, warrant, dan right.
a) Option
Surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi
bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk
membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada
harga yang telah ditentukan sebelumnya.
b) Warrant
Surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memberikan
hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan
persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Persyaratan tersebut
biasanya mengenai harga, jumlah, dan masa berlakunya warrant
tersebut.
c) Right
Surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberikan hak
kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli
tambahan saham pada penerbitan saham baru.
22
2.6.3 Lembaga yang Terkait dengan Pasar Modal
Pengatur Pasar Modal (BAPEPAM)
Untuk menciptakan mekanisme pasar modal yang baik diperlukan
suatu lembaga yang mengatur pasar modal tersebut. Pasar modal di
Indonesia diatur oleh suatu lembaga pemerintah disebut Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) atas nama Departemen
Keuangan. Pasar modal yang ada di Indonesia dikelola oleh swasta,
dan oleh pemerintah. Bursa Efek Jakarta yang beroperasi di Jakarta
dikelola oleh BAPEPAM milik pemerintah, Bursa Efek Surabaya
yang beroperasi di Surabaya dikelola oleh PT. Bursa Efek Surabaya
milik swasta, dan Bursa Paralel dikelola oleh Persatuan Pedagang
Uang dan Efek-efek (PPUE).
Instansi Pemerintah
Selain sebagai pengatur pasar modal, pemerintah juga campur
tangan dalam hal-hal tertentu agar pasar modal tersebut dapat
berjalan secara efektif dan efisien. Instansi Pemerintah yang terlibat
dalam mekanisme pasar modal adalah Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM), Departemen Teknis, dan Departemen
Kehakiman. BKPM memberikan ijin penanaman modal yang
meliputi komposisi dan jumlah dana investasi, besarnya modal
dasar, batas waktu penyetoran modal dan komposisi pemegang
saham. Departemen Teknis memberikan ijin usaha dalam bidang-
bidang tertentu. Misalnya ijin usaha perbankan diberikan oleh
Departemen Keuangan dan diawasi langsung oleh Bank Indonesia.
Departemen Teknis bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang perdagangan/distributor adalah Departemen Perdagangan
dan Industri.
Lembaga Swasta
Akuntan Publik, Notaris, Konsultan Hukum, Badan Penilai
(Appraiser), dan Konsultan Efek (Investment Advisor). Akuntan
Publik, termasuk akuntan negara di bawah Badan Pemeriksa
23
Keuangan dan Pengawas Pembangunan (BPKP), berperan sebagai
penilai kondisi keuangan perusahaan yang akan go public, meliputi
pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan sendiri.
2.6.4 Pelaku dalam Pasar Modal
Perkembangan suatu pasar modal sangat bergantung dari aktivitas
pelakunya dan aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat dalam
pelaksanaan pasar modal tersebut.
a. Emiten
Perusahaan yang menjual pemilikannya kepada masyarakat (go
public). Ada beberapa tujuan suatu perusahaan yang go public,
yaitu:
1. memperoleh tambahan dana yang digunakan dalam perluasan
usaha
2. mengubah/memperbaiki komposisi modal
3. melakukan pengalihan pemegang saham.
b. Investor (pemodal)
Badan atau perorangan yang membeli pemilikan suatu perusahaan
go public. Dalam suatu perusahaan yang go public, investor pertama
adalah pemegang saham pendiri. Sedangkan pemegang saham yang
kedua adalah pemegang saham melalui pembelian saham pada
penawaran umum di pasar modal.
• Pemodal perorangan adalah orang atau individu yang atas
namanya sendiri melakukan penanaman modal (investasi).
• Pemodal badan (lembaga) adalah investasi yang dilakukan atas
nama lembaga, seperti perusahaan, koperasi, yayasan, dana
pensiun, dan lain-lain. Segala keuntungan dan risiko atas efek
yang dibeli atas nama lembaga merupakan hak dan beban
lembaga tersebut.
24
2.6.5 Lembaga Penunjang
Lembaga Penunjang berfungsi sebagai penunjang atau pendukung
bekerjanya pasar modal, antara lain:
a. Penjamin Emisi (Underwriter)
Berfungsi sebagai penjamin dalam penjualan efek yang diterbitkan
oleh perusahaan go public. Jaminan yang dikeluarkan oleh penjamin
emisi mengandung risiko jika efek yang dijual tidak Iaku dan
sebaliknya akan memperoleh imbalan jika Iaku. Besarnya imbalan
sesuai dengan yang telah disepakati sebelumnya. Karena terdapat
risiko yang mungkin diderita penjamin emisi, maka biasanya
penjamin emisi tidak mutlak menjamin penjualan efek secara
keseluruhan. Ada 4 macam bentuk penjaminan efek oleh penjamin
emisi, yaitu Full Firm Commitment, Best Effort Commitment,
Standby Commitment, dan All or None Commitment.
b. Wali Amanat (Trustee)
Wali amanat hanya diperlukan hanya jika perusahaan menerbitkan
efek dalam bentuk obligasi. Lembaga ini akan bertindak sebagai
wali si pemberi amanat. Pemberi amanat dalam penerbitan obligasi
adalah investor, sehingga wali amanat mewakili kepentingan
investor. Tugas wali amanat dalam penerbitan obligasi adalah:
1. Menganalisis kemampuan dan kredibilitas emiten.
2. Menilai kekayaan emiten yang akan dijadikan jaminan.
3. Melakukan pengawasan terhadap kekayaan emiten.
4. Mengikuti secara terus menerus perkembangan perusahaan
emiten dan jika diperlukan memberi nasihat kepada emiten.
5. Melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap pembayaran
bunga dan pinjaman pokok obligasi.
6. Sebagai Agen Utama Pembayaran.
25
c. Perantara Perdagangan Efek (Broker, Pialang)
Pihak yang melakukan jual beli efek yang listing di bursa efek.
Pialang memperoleh balas jasa dari layanan yang ia berikan kepada
investor. Layanan tersebut berupa informasi yang dibutuhkan
investor untuk mengambil keputusan dalam pengelolaan keuangan
(financial management). Badan atau perorangan dapat menjadi
perantara perdagangan efek. Badan yang dimaksud dapat berbentuk
LKBB, bank, atau badan hukum berbentuk perseroan terbatas yang
khusus bergerak di bidang perantara perdagangan efek. Badan atau
perorangan yang ingin beroperasi sebagai perantara perdagangan
efek harus memenuhi syarat bahwa badan atau perorangan tersebut
berada di Indonesia, mempunyai keahlian di bidang perdagangan
efek, mempunyai modal disetor minimal Rp25.000.000,00 dan harus
memperoleh ijin Menteri Keuangan Republik Indonesia.
d. Pedagang Efek (Dealer)
Melakukan perdagangan efek di lantai bursa. Berbeda dengan
Broker, Pedagang Efek dapat membeli efek atas namanya sendiri,
selain itu juga bisa memberi informasi kepada kleinnya tentang
kondisi pasar modal. Walaupun Pedagang Efek ini juga dapat
memperjual belikan efek selain memberi informasi kepada klien,
dalam praktiknya ia harus mengutamakan pesanan kliennya. Dari
aktivitas perdagangan efek tersebut, Pedagang Efek dimungkinkan
untuk memperoleh keuntungan atau kerugian. Jika harga efek
(saham/obligasi) yang ia jual lebih tinggi dibandingkan dengan
harga efek tersebut pada saat ia beli, maka pedagang efek akan
memperoleh keuntungan (capital gain) dan apabila harga efek yang
ia jual lebih rendah dibandingkan dengan harga efek tersebut pada
saat ia beli, maka pedagang efek menderita kerugian modal (capital
loss).
26
e. Perusahaan Surat Berharga (Securities Company)
Bergerak di bidang perdagangan efek-efek yang tercatat di bursa
efek. Perusahaan Surat Berharga ini didukung oleh tenaga
profesional dalam mekanisasi perdagangan efek, seperti
underwriter, broker, fund management Jadi, perbedaannya dengan
Pedagang Efek (Dealer) adalah bahwa pedagang efek mempunyai
aktivitas jual beli efek dan memberi informasi dan konsultasi kepada
klien saja, sedangkan perusahaan surat berharga tidak hanya itu,
tetapi juga menyediakan jasa profesional yang lain, seperti
underwriter, fund management
f. Perusahaan Pengelola Dana (investment Company)
Perusahaan yang beroperasi di pasar modal dengan mengelola
modal yang berasal dari investor. Perusahaan pengelola dana
mempunyai dua unit yang paling utama, yakni :
• Pengelolaan dana (fund management) dan
• Penyimpanan dana (qustodian).
Pengelola dana memutuskan efek mana yang harus dijual dan efek
mana yang harus dibeli, setelah itu yang melaksanakan penjualan
atau pembelian adalah penyimpan dana (qustodian). Qustodian juga
melakukan penagihan bunga dan deviden kepada emiten.
g. Biro Administrasi Efek
Berperan sebagai pihak yang melakukan administrasi yang
berkenaan dengan kepentingan investor dan emiten. Jasa biro ini
sangat diperlukan pada pasar modal yang telah berkembang luas.
Ada beberapa kegiatan yang sering dilakukan Biro Administrasi
Efek, di antaranya:
1. Membanfu emiten dan underwriter dalam rangka emisi efek;
2. Melaksanakan kegiatan penyimpanan dan pengalihan hak atas
saham para investor;
27
3. Menyusun Daftar Pemegang Saham dan perubahannya untuk
melakukan Pembukuan Pemegang Saham (pembuatan Daftar
Pemegang Saham) atas permintaan emiten;
4. Menyiapkan korespondensi emiten kepada pemegang saham,
misalnya pengumuman Rapat Umum Pemegang Saham dan
pengumumam pembayaran deviden atas nama emiten;
5. Membuat laporan-laporan bila diminta oleh instansi berweweng,
seperti Bapepam (Anwar, 2010)
2.7. Penelitian Terdahulu
Dewi (2007) yang menganalisis strategi penyertaan modal Provinsi
DKI Jakarta kepada beberapa perusahaan daerah dan perusahaan lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi model-model penyertaan
modal yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta beserta
kelebihan dan kelemahan dari masing-masing model tersebut, serta
penyusunan strategi penyertaan modal yang dapat dijadikan acuan bagi
pemerintah di Propinsi DKI Jakarta dalam memberikan penyertaan modal
kepada Perusahaan Daerah dan Perusahaan lainnya.
Untuk menjawab tujuan dari penelitian, maka dilakukan terhadap
model-model penyertaan modal yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi
DKI Jakarta, analisis dilakukan untuk mengevaluasi kebaikan dan
kelemahan dari masing-masing model selama ini. Selain itu juga dilakukan
analisis perbandingan dengan model-model penyertaan modal baik di
tingkat nasional maupun dunia dengan analisis review literature secara
konseptual dan aplikasinya.
Untuk mengetahui posisi model-model penyertaan modal yang
dilakukan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap model-model
pesaing dilakukan analisis perbandingan dengan menggunakan matrik
profil kompetitif yaitu dengan memberi peringkat pada masing-masing
model yang diperbandingkan.
Dengan mengacu pada hasil kuisioner maupun wawancara secara
mendalam dari responden serta dari data-data sekunder, akan didapat
informasi menyeluruh yang menggambarkan secara obyektif kondisi dan
28
posisi perusahaan daerah. Selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
analisis SWOT yang akan memetakan keunggulan dan kelemahan serta
peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan daerah
yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan strategi dalam
penyertaan modal bagi permerintah Provinsi DKI Jakarta kepada
perusahaan-perusahaan daerah dan perusahaan lainnya. Pada penelitian ini,
penyusunan strategi dilakukan melalui 2 (dua) tahap, yaitu (1) tahap
masukan input (input stage) dengan menggunakan matriks Internal Factor
Analysis (IFA) dan External Factor Analysis (EFA); dan (2) tahap
pemaduan (matching stage) dengan menggunakan matriks Internal dan
Eksternal (Matriks IE) serta matriks SWOT. Hasil dari analisis SWOT
adalah berbagai alternatif strategi, selanjutnya alternatif strategi yang ada
akan dipilih strategi yang terbaik dengan mempergunakan Quantitative
Strategic Planning Matriks (QSPM). Selain metode di atas kajian ini juga
dilengkapi dengan analisis dari sisi keuangannya yaitu analisa investasi
yang meliputi Internal Rate of Return (IRR), Net Present Value (NPV) dan
Index Profitability untuk memperkuat strategi yang sudah diperoleh dari
perhitungan metode QSPM, sehingga penyertaan modal yang dilakukan
oleh Provinsi DKI Jakarta mendatangkan keuntungan dan tepat sasaran
yaitu penyertaan modal pada perusahaan yang menguntungkan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Penelitian penyusunan rencana penyertaan modal Pemerintah Kota
Depok terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan Penyertaan Modal
terhadap pihak ketiga, lalu dibuat empat perbandingan perencanaan
penyertaan modal yakni Perbandingan 1 (Penyertaan modal terhadap PT
Bank Jabar Banten), Perbandingan 2 (Penyertaan modal terhadap bank
swasta lainnya), Perbandingan 3 (Penyertaan modal terhadap Bank swasta
lainnya), dan Perbandingan 4 (Produk perbankan lainnya). Setelah dibuat
keempat perbandingan tersebut, maka dilakukan Analisis Kelembagaan
unutk mengetahui peraturan mana yang mendukung dan menghambat
penyertaan modal dalam keempat perbandingan. Setelah diketahui mana
perbandingan yang layak sesuai Analisis Kelembagaan, maka dilakukan
Analisis Finansial (ROE dan EPS) dan Analisis SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk mengetahui tingkat kelayakan
perbandingan tersebut. Kemudian, jika perbandingan tersebut layak dapat
dikembangkan dan jika tidak layak dapat dijadikan sebagai masukan bagi
Pemerintah Daerah Kota Depok. Kerangka pemikiran tersebut dapat
disajikan dalam Gambar 1.
30
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam waktu tiga bulan (November 2010-
Januari 2011) pada Pemerintah Kota Depok dan PT Bank Jabar Banten
Depok, serta pada bank-bank pembandingnya yang berlokasi di Kota Depok
antara lain PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk,
PT. Bank Permata Tbk, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Nasional Indonesia
Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia.
Tidak Layak
Analisis Kelembagaan Identifikasi Peraturan Kota Depok
terhadap penyertaan modal ke pihak ketiga
Layak
Dapat Diusahakan dan Dikembangkan
Saran
Analisis Kelayakan Finansial
ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)
Analisis SWOT (Stength, Weakness,
Oppurtunity, and Threat)
Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga
Perbandingan 1 Penyertaan
modal terhadap Bank BJB
Perbandingan 2Penyertaan
modal terhadap Bank BUMN
Perbandingan 4Produk
perbankan lainnya
Perbandingan 3 Penyertaan
modal terhadap Bank swasta
lainnya
Tidak Layak
Analisis Kelembagaan Identifikasi Peraturan Kota Depok
terhadap penyertaan modal ke pihak ketiga
Layak
Dapat Diusahakan dan Dikembangkan
Saran
Analisis Kelayakan Finansial
ROE (Return On Equity) dan EPS (Earning Per Share)
Analisis SWOT (Stength, Weakness,
Opportunity, and Threat)
Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga
Perbandingan 1 Penyertaan
modal terhadap Bank BJB
Perbandingan 2Penyertaan
modal terhadap Bank BUMN
Perbandingan 4Produk
perbankan lainnya
Perbandingan 3 Penyertaan
modal terhadap Bank swasta
lainnya
31
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dengan cara observasi atau pengamatan,
wawancara, kuisioner, dan opini pakar. Data sekunder diperoleh dari buku,
internet, jurnal, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dokumen-dokumen
pendukung lainnya.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Survei lapangan yaitu pengamatan langsung objek penelitian dengan
tujuan untuk memahami kondisi lapangan yang sebenarnya.
2. In depth interview dilakukan kepada pihak-pihak yang terkait dengan
rencana umum penyertaan modal yaitu Bank Jabar Banten dan pihak
Pemerintah Daerah Kota Depok.
3. Kuesioner berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada Bank Jabar
Banten dan pihak Pemerintah Daerah Kota Depok.
4. Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder untuk
diolah lebih lanjut.
Kebutuhan, sumber data, jenis data, metode pengumpulan, dan
analisis data disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan, Jenis, Metode dan Sumber Data Kebutuhan Data Jenis Data Metode Sumber Data
Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten
• Primer • Sekunder
• Kuesioner • Wawancara • Survei
• Bank Jabar Banten
Penyetaan modal terhadap Bank swasta, Bank BUMN, dan lainnya.
Penyertaan modal terhadap produk perbankan (tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah)
• Primer • Sekunder
• Primer • Sekunder
• Kuesioner • Wawancara • Survei
• Kuesioner • Wawancara • Survei
• BRI • BNI • Bank Panin • Bank Permata • BCA • Bank Danamon Yang didasarkan pada kriteria ROE dan EPS BRI, BNI, Bank panin, Bank Permata, BCA, Bank Danamon, yang didasarkan pada tingkat suku bunga
32
3.4. Metode Analisis Data
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka pada kajian ini
digunakan pendekatan analisis kuantitatif dan kualitatif yang disesuaikan
dengan tujuan tersebut. Metode analisis yang digunakan disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2. Metode Analisis
No Tahapan Kajian Metode Analisis
1. Identifikasi Peraturan Kota Depok terhadap modal pihak ketiga
• Analisis Kelembagaan
2. Perencanaan Penyertaan Modal terhadap pihak ketiga
• Analisis Kelembagaan
3. Penyertaan modal terhadap Bank Jabar Banten
• Analisis SWOT • Analisis Finansial
4.
Penyertaan modal terhadap bank swasta (Bank Panin, BCA, Bank Permata, Bank Danamon) dan Bank BUMN (BNI dan BRI)
• Analisis SWOT • Analisis Finansial
5. Penyertaan modal terhadap pihak yang dianggap memenuhi kelayakan
• Analisis SWOT • Analisis Finansial
3.4.1 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Umumnya unit bisnis
harus memantau kekuatan lingkungan makro yang menjadi penentu
(demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya),
dan pelaku lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran
distribusi, pemasok) yang berdampak pada kemampuannya
memperoleh laba (Kotler, 2005).
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
• Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
33
• Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi,
proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
• Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang
terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri, misalnya
kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
• Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat
mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel
matriks dan ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian
dilakukan pembandingan antara faktor internal yang meliputi
Strength dan Weakness dengan faktor luar Opportunity dan Threat.
Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk
dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling
menguntungkan dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.
Gambar dari analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Analisis SWOT
34
Pada kasus ini, Analisis SWOT digunakan dua kali, pertama
Bank BJB dievaluasi menggunakan Internal Factor Evaluation
(IFE) dan External Factors Evaluation (EFE) yang disusun untuk
merumuskan faktor-faktor strategis internal dan eksternal pada
Analisis SWOT. Selanjutnya, untuk mengkaji perbandingan dengan
bank lain dan produk perbankan lainnya menggunakan SWOT
Deskriptif. SWOT Deskriptif adalah suatu analisa yang
membandingkan antara kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
perusahaan dengan peluang dan ancaman yang terjadi dalam
perusahaan untuk memilih dan memilah alternatif strategi yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan, namun data-
data dalam objek penelitian tidak dinyatakan dalam angka-angka
(http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21088596.pdf).
Untuk analisa kuantitatif deskriptif, perhitungan bobot dan
nilai dari para responden dilakukan dengan Teknik Delphi.
Pengukuran bobot dilakukan terhadap faktor-faktor strategis yang
ada, dengan penilaian 1= pengaruh faktor strategis terhadap
perusahaan kurang menentukan, 2= pengaruh faktor strategis
terhadap perusaahaan cukup menentukan, 3= pengaruh faktor
strategis terhadap perusaahaan menentukan, dan 4= pengaruh
faktor strategis terhadap perusaahaan sangat menentukan yang
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Penentuan Bobot Faktor Strategis
Faktor Strategis
Tingkat Kepentingan Rata-rata Bobot 1 2 3 4
1 X Y Z a A 2 b B … N Rata-rata R 1,00 Dimana :
1-4 : Tingkat kepentingan faktor-faktor strategis
1-N : Faktor-faktor strategis yang digunakan
a : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}/responden
A : (a/R) x 100 %
35
Penentuan nilai terhadap faktor strategis dilakukan dengan
memberikan nilai dengan skala 1 (respon perusahaan terhadap
pengaruh faktor strategis sangat lemah) sampai skala 4 (respon
perusahaan terhadap pengaruh faktor strategis sangat kuat). Nilai
terhadap faktor strategis tersebut disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Penentuan Nilai Faktor Strategis
Faktor Strategis
Nilai Jumlah Nilai
Rata-rata nilai
1 2 3 4 1 X Y Z c C 2 d D … N Rata-rata
Dimana :
c : {(X x 1)+(Y x 2)+(Z x 3)+…}
C : c/jumlah responden
Untuk mendapatkan faktor-faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi penyertaan modal perusahaan dilakukan dengan dua
tahap. Tahap pertama adalah dengan wawancara dengan
manajemen PT. Bank Jabar Banten mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi penyertaan modal dan dilanjutkan dengan tahap
kedua menggunakan kuisioner dengan materi hasil wawancara.
Wawancara dilakukan kepada pihak manajemen baik secara
bersama maupun terpisah. Hasil wawancara tersebut kemudian
dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor lingkungan internal dan
eksternal, dan dibuat ke dalam kuisioner yang dibagikan kepada
para pakar.
Dari pengisian kuisioner tersebut, maka dibuat perhitungan
IFE dan EFE matriks. Hasil perhitungan bobot dan nilai IFE dan
EFE dihitung untuk menghasilkan nilai angka terbobot (weighted
score) masing-masing faktor. Nilai angka terbobot tersebut
menunjukkan tingkat reaksi atau respon perusahaan dalam
menangani faktor-faktor strategis terhadap penyertaan modal.
36
Tabel 5. Perhitungan Angka Terbobot (Weighted Score) EFE dan IFE
Faktor Strategis Bobot Rating Skor Bobot 1 A X AX 2 B Y BY … N Total AX+BY
Apabila telah didapatkan hasil penentukan angka terbobot
(weighted score) faktor EFE dan IFE, maka dapat diketahui tingkat
reaksi atau respon perusahaan dalam menangani faktor-faktor
strategis terhadap penyertaan modal. Matriks EFE, total nilai yang
dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4,0 dan yang
terendah adalah 1,0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5.
Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 4,0 menunjukkan bahwa
suatu organisasi memberi jawaban dengan cara yang luar biasa
pada peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan
kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang
yang ada dan meminimalkan pengaruh negatif potensial dari
ancaman eksternal. Jumlah nilai sama dengan 1,0.
Dalam konteks penyertaan modal, faktor-faktor di dalam
matriks IFE dan EFE dibuat ke dalam matriks SWOT untuk
menentukan kegiatan perusahaan dalam mencapai target dana.
Masing-masing berdasarkan matriks SWOT menunjukkan
serangkaian kegiatan untuk mencapai target laba yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
3.4.2 Analisis Finansial
Analisis Finansial bertujuan untuk mengetahui profitabilitas dan
kelayakan penyertaan modal oleh Pemerintah Daerah Kota Depok
pada Bank Jabar Banten.
Pada kajian ini untuk mengetahui kelayakan finansial Bank Jabar
Banten digunakan kriteria ROE (Return on Equity) dan EPS (Earning
Per Share) yang diuraikan pada penjelasan di bawah ini:
37
ROE (Return on Equity)
Tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yakni seberapa baik
manajer perusahaan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
Penggunaan lain dari ekuitas adalah untuk menentukan tingkat
pengembalian pada ekuitas (Return on Equity). ROE adalah sebuah
ukuran dari besarnya jumlah laba dari sebuah perusahaan yang
dihasilkan dalam 1 tahun terakhir dibandingkan dengan nilai
ekuitasnya. Tidak seperti yang lainya, satuan dari ROE ini adalah
persentase
…….…… 1
EPS (Earning Per Share)
EPS merupakan alat analisis tingkat profitabilitas perusahaan
yang menggunakan konsep laba konvensional. EPS adalah salah
satu dari dua alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi
saham biasa disamping PER (Price Earning Ratio) dalam lingkaran
keuangan.
EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan
bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan
pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau
EPS di peroleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa
dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
............. 2
EPS adalah salah satu bentuk dari rasio keuangan yang
digunakan untuk menganalisa kinerja suatu badan usaha yang
mencerminkan hasil yang diperoleh melalui usaha manajemen
terhadap dana yang diinvestasikan pemegang saham, sehingga
ROE = Pendapatan bersih
Ekuitas pemegang saham biasa
EPS = Laba Bersih Setelah Pajak dan Bunga
Jumlah Saham yang Beredar
38
pesaing sekali artinya bagi pemegang saham selaku pemilik badan
usaha.
Rasio laba digunakan untuk meneliti penyebab dasar
perubahan EPS. Rasio–rasio laba ini menunjukkan dampak
gabungan dari likuiditas dan manajemen aktiva (kewajiban)
terhadap kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Rasio-rasio
ini menguraikan EPS ke dalam penentu-penentu dasarnya dalam
rangka menilai faktor–faktor yang mendasari laba perusahaan.
Rasio–rasio ini membantu dalam melakukan penilaian kecukupan
laba historis dan memproyeksikan laba di masa depan melalui
pemahaman yang lebih baik terhadap sebab–sebab terjadinya laba
Laba per saham dapat mengukur perolehan tiap unit investasi
pada laba bersih badan usaha dalam satu periode tertentu. Besar
kecilnya laba per saham ini dipengaruhi oleh perubahan variabel-
variabelnya. Setiap perubahan laba bersih maupun jumlah lembar
saham biasa yang beredar dapat mengakibatkan perubahan laba per
saham (EPS).
Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk
mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil
pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka
dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki
earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki
earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah
cenderung membuat harga saham turun.
Faktor Penyebab Kenaikan dan penurunan Laba Per Saham :
1. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar tetap.
2. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar turun.
3. Laba bersih naik dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar turun.
39
4. Persentase kenaikan laba bersih lebih besar daripada
persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
5. Persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang
beredar lebih besar daripada persentase penurunan laba
bersih.
Sedangkan penurunan laba per saham dapat disebabkan karena :
1. Laba bersih tetap dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar naik.
2. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar tetap.
3. Laba bersih turun dan jumlah lembar saham biasa yang
beredar naik.
4. Persentase penurunan laba bersih lebih besar daripada
persentase penurunan jumlah lembar saham biasa yang
beredar.
5. Persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar
lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih.
Jadi bagi suatu badan usaha nilai laba per saham akan
meningkat apabila persentase kenaikan laba bersihnya lebih besar
daripada persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang
beredar (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/earnings-per-sha
re-eps definisi dan.html).
• Forecasting ROE dan EPS
Menurut Heizer dan Render (2006), keakuratan keseluruhan
dari setiap model peramalan dapat dijelaskan dengan
membandingkan nilai yang diramal dengan nilai actual atau nilai
yang sedang diamati. Ada beberapa perhitungan yang biasa
digunakan untuk membandingkan untuk menghitung kesalahan
peramalan (forecast error) total.
40
Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan
model peramalan yang berbeda, juga untuk mengawasi peramalan,
untuk memastikan peramalan berjalan dengan baik. Besar
kesalahan suatu peramalan dapat dihitung dengan beberapa cara,
antara lain adalah :
1. MAD (Mean Absolute Deviation), mengukur ketepatan nilai
dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk rata-rata absolut
kesalahan. ∑ | |…………………………………….......3
2. MSD (Mean Squarred Deviation), mengukur ketepatan nilai
dugaan model yang dinyatakan dalam rata-rata kuadrat dari
kesalahan.
MSD ∑ …………………………………………4
3. MAPE (Mean Absolute Percentage Error)
Masalah yang terjadi dengan MAD dan MSD adalah bahwa
nilai mereka tergantung pada besarnya unsur yang diramal. Jika
unsur tersebut dihitung dalam satuan ribuan, maka nilai MAD
dan MSE bisa menjadi sangat besar. Untuk menghindari masalah
ini, dapat menggunakan MAPE. MAPE digunakan untuk
mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam
bentuk rata-rata persentase absolute kesalahan.
MAPE∑
………………………………………5
3.4.3 Analisis Kelembagaan
Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan
perundangan-undangan Republik Indonesia baik yang mendukung dan
menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada
PT. Bank Jabar Banten (Bank BJB). Peraturan Republik Indonesia
seperti Peraturan Pemerintah Dalam Negeri dan Peraturan lainnya
yang berkaitan dengan penyertaan modal dan dijadikan pedoman
antara lain:
41
Peraturan pemerintah tersebut bersumber dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun
2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Daerah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatarbelakangi
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang
penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi.
Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang
dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische
Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang
bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33
tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar
nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor
7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya
Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas
Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.
Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya
Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi
Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang
kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai
perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui
Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27
Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah
menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.
Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992
serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank
Jabar “ dengan logo baru.
Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan
perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta
Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8
43
Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan
Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan
perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank
Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15
April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di
Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan
layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah.
Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007
di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin
Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin
Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November
2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar
Banten.
Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
(RUPS-LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor
26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia
No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo
serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5
Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.
Bank Jabar Banten Cabang Depok merupakan perpanjangan dari
kantor pusat yang melakukan tugas dan aktivitas usaha dibidang perbankan
dalam arti seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan nasional yang
merata dalam rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas nasional di bidang ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan
rakyat banyak.
44
Nilai-nilai perusahaan Bank BJB memiliki 6 nilai yang disebut dengan
akronim SPIRIT:
• Service : Excellence Ramah, tulus, kekeluargaan Selalu memberikan
pelayanan prima
• Profesionalism: Cepat, tepat, akurat Kompeten dan bertanggung jawab
Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan
• Integrity : Konsisten, disiplin dan penuh semangat Menjaga citra bank
melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika
• Respect : Fokus pada Nasabah Peduli lingkungan
• Intellegence : Selalu memberikan solusi yang terbaik Berkeinginan kuat
untuk mengembangkan diri menyukai perubahan yang positif
• Trust : Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang
sehat, menjaga rahasia bank dan perusahaan
4.2. Analisis Kelembagaan
Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan
perundangan-undangan baik yang mendukung dan menghambat penyertaan
modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank BJB. Peraturan-peraturan
yang berkaitan dengan penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah
No Peraturan Tentang Perihal Keterangan 1. 24/UU
RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. (2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/ Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku. (3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.
Pasal 24
45
Lanjutan Tabel 6.
2. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah. (2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah.
Pasal 25
3. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/ daerah diatur dengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral. (2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/ daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara. (3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berkaitan dengan pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan peraturan daerah.
Pasal 28
4. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keua-ngan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dengan Undang-undang APBN. (2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Peme-rintah Daerah /BUMN/ BUMD. (3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. (4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/ BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 38
46
Lanjutan Tabel 6.
5. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung. (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/ swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah. (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah /swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pasal 41
6. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004
Perbendaha-raan Negara
(1) Setiap kerugian negara/ daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hu-kum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut. (3) Setiap pimpinan kemen-terian negara/lembaga/ kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tun-tutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun.
Pasal 59
7. 75/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan
Pasal 75
47
Lanjutan Tabel 6.
8. 56/PERMENDAGRI/No 13 tahun 2006
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
APBD diperkirakan surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial
Pasal 56
9. 115/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Pasal 115
10. 1/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengertian Investasi adalah penggunaan aset untuk mem-peroleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
Pasal 1 point ke 65
11. 19/PP/No 105 tahun 2000
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah Apabila Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan fasilitas pelayanan publik tidak memiliki dana ataupun dana yang ada tidak mencukupi, maka Daerah dapat mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan jangka panjang melalui kerjasama dengan pihak lain termasuk masyarakat. Kerjasama yang mempunyai akibat keuangan terhadap APBD diatur dengan Peraturan Daerah
Penjelasan Pasal 19 Ayat 2
12. 118/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Karakteristik investasi jangka pendek adalah: a. dapat segera diperjualbelikan/ dicairkan; b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan berisiko rendah. Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI.
Penjelasan Pasal 118
ayat 1
48
Lanjutan Tabel 6.
13. 118/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri; surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
Penjelasan Pasal 118
ayat 2
14. 19/PP/No 105 tahun 2000
Pengelolaan dan Pertanggung-jawaban Keuangan Daerah
Yang dimaksud dengan investasi dalam bentuk penyertaan modal adalah penyertaan modal Peme-rintah Daerah yang dilakukan melalui badan usaha milik Daerah. Yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan berjangka pada bank yang sehat. Dalam rangka penganggaran, investasi dicantumkan pada anggaran pembiayaan.
Penjelasan Pasal 19 Ayat 3
15. 119/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
Penjelasan Pasal 119
Ayat 2
16. 119/PP RI/No 58 tahun 2005
Pengelolaan Keuangan Daerah
Yang dapat digolongkan sebagai investasi non permanen antara lain pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masya-rakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.
Penjelasan Pasal 119
Ayat 3
49
Berdasarkan analisis peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat
melakukan penyertaan modal jika jumlah yang akan disertakan telah
ditetapkan sebelumnya pada peraturan daerah pada tahun anggaran dan
jika APBD mengalami surplus yakni anggaran pendapatan daerah
diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka
panjang yakni pada perbandingan kesatu, kedua, dan ketiga, serta dapat
melakukan investasi jangka pendek pada perbandingan keempat, selagi
semua perbandingan dapat memberikan manfaat ekonomi seperti
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), memberikan manfaat sosial
seperti pelayanan kepada masyarakat, ataupun manfaat lainnya. Investasi
pada sektor perbankan dapat mendatangkan manfaat ekonomi, manfaat
sosial, dan manfaat lainnya sehingga sesuai dengan empat perbandingan
tersebut. Tujuan dari kerjasama dengan pihak ketiga (penyertaan modal)
yakni untuk pembiayaan fasilitas publik dalam rangka peningkatan
pelayanan daerah. Investasi pada empat perbandingan ini, dapat
memberikan PAD. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek
adalah perbandingan keempat yakni tabungan, deposito, dan obligasi
pemerintah, sesuai dengan karakteristik investasi jangka pendek. Hampir
seluruh perbankan memiliki saham pada reksadana, namun hal ini tidak
dapat dimasukkan ke dalam perbandingan karena memiliki resiko yang
tinggi, walaupun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga (high risk
high return).
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan dalam peraturan
adalah membeli surat berharga pada suatu badan usaha untuk menambah
kepemilikan dan menjaga hubungan baik, seperti yang telah dilakukan
Pemerintah Kota Depok pada Bank Jabar Banten (perbandingan kesatu).
Investasi jangka panjang seperti penanaman modal dalam bentuk saham
hanya dapat dilakukan pada Badan Usaha Milik Dearah (BUMD), pada
sektor perbankan seperti penyertaan modal pada Bank Jabar Banten yakni
yang terkait adalah perbandingan kesatu sedangakan pada perbandingan
50
kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria. Untuk simpanan deposito
(investasi jangka pendek) yakni perbandingan keempat, hanya dilakukan
pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial. Investasi
permanen juga dapat dilakukan pada pembelian Surat Utang Negara
(Perbandingan keempat) yang hasilnya bertujuan untuk membantu
pemberdayaan masyarakat.
4.3 Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum IPO
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa
Barat No. 22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998, yang telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. 584.32-027 tanggal 13 Januari 1999 dan
telah diundangkan dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Tingkat I
Jawa Barat No. 3 tahun 1999 Seri D tanggal 26 Januari 1999 dibuat
dihadapan Ny. Poppy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung, yang
telah diumumkan dalam Tambahan No. 2811 Berita Negara Republik
Indonesia No. 39 tanggal 14 Mei 1990, modal dasar Perseroan adalah
sebesar Rp 250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh miliar Rupiah) yang
terbagi dalam dua jenis saham yaitu Saham Seri A sebanyak 20.000.000
(dua puluh juta) lembar saham dan Saham Seri B sebanyak 5.000.000
(lima juta) lembar saham, masing-masing saham dengan nilai nominal
sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per lembar saham. Dari modal
dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh sebanyak 9.363.400
(sembilan juta tiga ratus enam puluh tiga ribu rupiah empat ratus) lembar
saham atau senilai Rp 93.634.000.000,- (sembilan puluh tiga miliar enam
ratus tiga puluh empat juta Rupiah). Pemegang saham Perseroan terdiri
dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa
Barat, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten.
Perseroan meningkatkan modal disetor Perseroan menjadi sejumlah
10.997.081 (sepuluh juta sembilan ratus sembilan puluh tujuh ribu delapan
puluh satu) saham atau sebesar Rp 109.970.810.000,-(seratus sembilan
miliar sembilan ratus tujuh puluh enam juta delapan ratus sepuluh ribu
51
Rupiah) untuk tahun buku 1999 pada tahun 2000. Pada tahun 2001 terjadi
peningkatan modal dasar Perseroan dari semula sebesar Rp
250.000.000.000,- (dua ratus lima puluh juta miliar Rupiah) menjadi
sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) dan peningkatan
modal ditempatkan dan disetor Perseroan sebesar Rp 190.201.210.000,-
(seratus sembilan puluh miliar dua ratus satu juta dua ratus sepuluh ribu
Rupiah). Untuk tahun 2002 dan 2003 tidak terjadi peningkatan modal
Perseroan.
Pada tahun 2004, Perseroan meningkatkan modal dasar perseroan
dari semula sebesar Rp 1.000.000.000.000,- (satu triliun Rupiah) menjadi
sebesar Rp 2.000.000.000.000,- (dua triliun Rupiah) dan penambahan
modal disetor Perseroan dari sebesar Rp 509.368.403.638,88 (lima ratus
sembilan puluh tiga ratus enam puluh delapan juta empat ratus tiga ribu
enam ratus tiga puluh delapan Rupiah delapan puluh delapan sen) menjadi
Rp 684.141.163.63,84 (enam ratus delapan puluh empat miliar seratus
empat puluh satu juta seratus enam puluh tiga ribu tujuh ratus enam puluh
tiga Rupiah delapan puluh empat sen). Dengan adanya peningkatan modal
disetor, Pemegang saham Perseroan menjadi terdiri dari Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota/Kabupaten se-Jawa Barat,
Pemerintah Provinsi Banten, dan Pemerintah Kota/Kabupaten se-Banten.
Perseroan meningkatkan modal ditempatkan dan modal disetor Perseroan
dari semula sebesar 68.414.105 (enam puluh delapan juta empat ratus
empat belas ribu seratus lima) saham atau senilai Rp 684.141.050.000
(enam ratus delapan puluh empat miliar seratus empat puluh satu juta lima
puluh ribu Rupiah) menjadi sebanyak 86.134.245 (delapan puluh enam
juta seratus tiga puluh empat ribu dua ratus empat puluh lima) saham atau
senilai Rp 861.342.450.000,- (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga
ratus empat puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat
puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen) pada tahun 2005.
Untuk tahun 2006 terjadi lagi peningkatan modal dasar Perseroan
menjadi Rp 4.000.000.000.000,- (empat miliar Rupiah) dari yang
sebelumnya Rp 2.000.000.000,- (dua miliar Rupiah) dan peningkatan
52
modal disetor sebesar Rp 211.692.276.850,16 (dua ratus sebelas miliar
enam ratus sembilan puluh dua juta dua ratus tujuh puluh enam ribu
delapan ratus lima puluh koma enam belas Rupiah) dari semula Rp
861.342.563.149,84 (delapan ratus enam puluh satu miliar tiga ratus empat
puluh dua juta lima ratus enam puluh tiga ribu seratus empat puluh
sembilan koma delapan puluh empat Rupiah) menjadi Rp
1.073.034.840.000,- (satu triliun tujuh puluh tiga miliar tiga puluh empat
juta delapan ratus empat puluh ribu Rupiah). Dan pada tahun 2007 terjadi
peningkatan modal disetor dan ditempatkan menjadi Rp
1.264.475.880.349,84 (satu triliun dua ratus enam puluh empat miliar
empat ratus tujuh puluh lima juta delapan ratus ratus delapan puluh ribu
tiga ratus empat puluh sembilan Rupiah delapan puluh empat sen). Tahun
2008 tanggal 31 Januari 2008, yang isinya sehubungan dengan (i)
pengubahan nilai nominal saham perseroan dari semula sebesar Rp
10.000,- (sepuluh ribu Rupiah) per saham, dan (ii) peningkatan modal
ditempatkan dan modal disetor Perseroan dari semula sebesar Rp
1.264.475.770.000,- (satu triliun dua ratus enam puluh empat juta empat
ratus tujuh puluh lima ribu tujuh ratus tujuh puluh ribu Rupiah) menjadi
Rp 1.495.597.116.250,- (satu triliun empat ratus sembilan puluh lima
miliar lima ratus sembilan puluh tujuh juta seratus enam belas ribu dua
ratus limapuluh Rupiah).
Sedangkan untuk tahun 2009, Perseroan meningkatkan modal
ditempatkan dan modal disetor Perseroan sebesar Rp 45.503.409.250,-
(empat puluh lima miliar lima ratus tiga juta empat ratus sembilan ribu dua
ratus lima puluh Rupiah) atau 182.013.637 (seratus delapan puluh dua juta
tiga belas ribu enam ratus tiga puluh tujuh) saham Seri A. Untuk rincian
komposisi pemegang saham Bank Jabar Banten dari tahun 1999-2009
disajikan di Lampiran 6 dan Lampiran 7.
Sebagai pemegang saham, Kota depok mulai menanamkan sahamnya
terhadap Bank Jabar banten pada tahun 2002 sebanyak 64.549 lembar
saham seri A dengan nilai nominal per saham sebesar Rp 10.000,00 atau
setara dengan Rp 640.590.000,00. Dari tahun ke tahun Pemerintah Daerah
53
Kota Depok terus melakukan peningkatan penanaman saham terhadap Bank
Jabar Banten, sehingga pada Juli 2010 Pemerintah Daerah Kota Depok
memiliki sebanyak 89.581.968 lembar saham dengan nilai nominal sebesar
Rp 250 per saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000. Perkembangan
penanaman saham Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank Jabar Banten
dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 3. Grafik Kepemilikan Pemerintah Daerah Kota Depok
(www.bankjabar.co.id)
4.4 Kebijakan Saham Setelah IPO
Penjamin Pelaksana Emisi Efek dan Para Emisi Efek atas nama
Perseroan dengan ini melakukan Penawaran Umum sebesar 2.424.072.500
(dua miliar empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima
ratus) saham baru yang merupakan Saham Atas Nama Seri B atau sebesar
25% (dua puluh lima persen) dari modal ditempatkan dan disetor dengan
nilai nominal Rp 250,- (dua ratus lima puluh Rupiah) setiap saham, yang
ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Penawaran Rp 600,- (enam
ratus Rupiah) setiap saham, yang harus dibayar penuh pada saat mengajukan
Formulir Pemesanan Pembelian Saham (“FPPS”). Nilai saham yang
ditawarkan dalam Penawaran Umum secara keseluruhan adalah sebesar Rp
010000000200000003000000040000000500000006000000070000000800000009000000010000000
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Lem
bar
Saha
m
Tahun
54
1.454.443.500.000,- (satu triliun empat ratus lima puluh empat miliar empat
ratus empat puluh tiga juta lima ratus ribu Rupiah).
Dengan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan Perseroan dalam
Penawaran Umum ini, maka susunan modal saham dan pemegang saham
Perseroan sebelum dan sesudah Penawaran Umum secara proforma
ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Susunan Modal Saham dan Pemegang Saham Bank BJB Keterangan Sebelum Penawaran Umum Setelah Penawaran Umum dan Program EMSA
Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
(%) Jumlah Saham Jumlah Nilai Nominal (Rp)
(%)
Modal Dasar - Seri A 9.600.000.000 2.400.000.000.000 9.600.000.000 2.400.000.000.000 - Seri B 6.400.000.000 1.600.000.000.000 6.400.000.000 1.600.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000.000 16.000.000.000 4.000.000.000.000 Modal Ditempatkan dan Disetror Penuh Seri A Pemerintah Provinsi Jawa Barat
3.709.994.733 927.496.683.250 51,02 3.709.994.733 927.496.683.250 38,26
Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Jawa Barat
2.289.395.681 572.348.920.250 31,48 2.289.395.681 572.348.920.250 23,61
Pemerintah Provinsi Banten
520.589.856 130.147.464.000 7,16 520.589.856 130.147.464.000 5,37
Pemerintah Kota/Kabupaten Se-Banten
752.238.396 188.059.599.000 10,34 752.238.396 188.059.599.000 7,76
Total Seri A 7.272.218.666 1.818.054.666.500 100,00 7.272.218.666 1.818.054.666.500 75,00 Seri B Masyarakat - - - 2.346.805.500 586.701.375.000 24,20 Karyawan dan manajemen (program EMSA)
- - - 77.267.000 19.316.750.000 0,80
Total Seri B - - - 2.424.072.500 606.018.125.000 25,00 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
7.272.218.666 1.818.054.666.500 100,00 9.696.291.166 2.424.072.791.500 100,00
Saham dalam Portepel - Seri A 2.327.781.334 581.945.333.500 2.327.781.334 581.945.333.500 - Seri B 6.400.000.000 1.600.000.000.000 6.400.000.000 993.981.875.000 Jumlah Saham dalam Portepel
8.727.781.334 2.181.945.333.500 8.727.781.334 1.575.927.208.500
Sumber: www.bankjabar.co.id
Bersamaan dengan pencatatan sebesar 2.424.072.500 (dua miliar
empat ratus dua puluh empat juta tujuh puluh dua ribu lima ratus) saham
baru yang merupakan saham biasa atas nama Seri B yang ditawarkan dalam
Penawaran Umum ini atau sebesar 25% (dua puluh lima persen), Perseroan
atas nama Pemegang saham Pendiri akan mencatatkan 7.175.255.754 (tujuh
miliar seratus tujuh puluh lima juta dua ratus lima puluh lima ribu tujuh
ratus lima puluh empat) saham Seri A sehingga jumlah seluruh saham yang
55
akan dicatatkan pada BEI berjumlah 9.599.328.254 (sembilan miliar lima
ratus sembilan puluh sembilan juta tiga ratus dua puluh delapan ribu dua
ratus lima puluh empat) saham atau 99% (sembilan puluh sembilan persen)
dari seluruh jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh setelah
Penawaran Umum yang terdiri dari 74% (tujuh puluh empat persen) dari
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh yang berupa Saham Seri A dan 25%
(dua puluh lima persen) dari Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh saham
biasa atas nama Seri B. Sedangkan sejumlah 96.962.912 (sembilan puluh
enam juta sembilan ratus enam puluh dua ribu sembilan ratus dua belas)
saham atau 1% (satu persen) saham milik Pemegang Saham Pendiri tidak
dicatatkan guna memenuhi Peraturan Pemerintan No.29 Tahun 1999 (“PP
No.29”) tentang Pembelian Saham Bank Umum. Dari jumlah saham yang
akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10% (sepuluh persen) akan
dijatahkan kepada karyawan dan Manajemen Perseroan melalui Program
EMSA (Employee and Management Stock Allocation) dengan Harga
Penawaran.
Sebagai salah satu pemegang saham Bank BJB, Pemerintah Daerah
Kota Depok mulai menanamkan saham terhadap Bank Jabar banten mulai
tahun 2002 hingga sekarang dengan jumlah yang terus meningkat.
Pemerintah Daerah Kota Depok sebelum IPO pada Juli 2010 memiliki
saham sebesar 1,23%, setelah IPO saham Pemerintah Daerah Kota Depok di
Bank Jabar Banten mengalami penurunan menjadi 0,92%. Setelah IPO ini
status saham Seri A Pemerintah Daerah kota Depok tetap sama. Saham Seri
A tetap hanya dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota,
Pemerintah Provinsi. Saham seri A memiliki kewenangan untuk
memberikan keputusan dalam RUPS sedangkan Saham seri B hanya bersifat
untuk memberikan masukan. Jika ada pelepasan saham baru ke masyarakat,
maka Pemerintah akan mendapatkan penawaran terlebih dahulu dari Bank
Jabar Banten sehingga Pemerintah dapat memutuskan akan menambah
kepemilikan saham lagi atau tidak.
Untuk kebijakan deviden yang diberikan Bank BJB terhadap
pemegang saham, Perseroan akan membayarkan dividen tunai minimum
56
40,00% dari laba bersih setiap tahunnya dimulai dari tahun buku 2010, yang
besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi Direksi.
Keputusan untuk membayar deviden tergantung pada laba, kondisi
keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi Perseroan setelah
memperoleh persetujuan RUPS.
Dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi kredit perseroan
(80%), pembukaan kantor cabang baru (10%), dan pengembangan teknologi
informasi (10%). Perseroan juga menetapkan kebijakan dividen minimal
sebesar 40% dari laba bersih perseroan. Pembagian dividen dipastikan akan
dimulai untuk tahun buku 2010. Perseroan menunjuk PT CIMB Securities
dan PT Bahana Securities sebagai penjamin emisi IPO. Kapitalisasi pasar
PT PT Bank BJB Tbk Banten Tbk sebesar Rp5,759 triliun. P/E ratio industri
per 6 Juli 2010 sebesar 17,01 kali dan PBV industri per 6 Juli 2010 sekitar
2,05 kali.
4.5 Kinerja Bank Jabar Banten
Kinerja Bank BJB mengalami peningkatan dari sejak berdiri pada tahun
1961 hingga sekarang. Hal ini terkait dengan strategi yang digunakan oleh
perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Hasil analisis terhadap strategi
menunjukkan bahwa dalam penyusunan perencanaan penyertaan modal
disusun berdasarkan matriks IE. Matriks IE menghasilkan strategi
pertumbuhan. IE (Internal-Eksternal) Matriks : memposisikan organisasi ke
dalam matriks dengan EFE (baris) dan IFE (kolom) dengan 3 ukuran, kuat-
sedang-lemah. Umumnya matriks ini digunakan untuk menilai posisi
bersaing sebuah organisasi atau sebuah unit di dalam perusahaan. Posisi ini
akan menentukan strategi dan keputusan di dalam perusahaan.
Dalam kasus pengembangan usaha Bank BJB, matriks IE digunakan
untuk mengetahui posisi bersaing Bank BJB dalam persaingan
pengembangan usaha. Posisi ini penting untuk menentukan posisi strategi
yang akan ditetapkan. Secara umum, matriks ini menghasilkan tiga posisi
strategi yaitu:
57
1. Strategi Pertumbuhan. Organisasi yang berada pada sel I, II, dan IV
dapat digambarkan sebagai grow dan build. Strategi-strategi yang cocok
bagi organisasi ini adalah strategi intensif.
2. Strategi Stabilitas. Organisasi yang berada pada sel-sel III, V, atau
VII paling baik dikendalikan dengan strategi hold dan maintain.
3. Strategi Penciutan. Organisasi yang berada pada sel-sel VI, VIII, atau
IX dapat menggunakan strategi harvest atau divestiture.
Hasil analisis IFE dan EFE menunjukkan bahwa skor bobot faktor
internal adalah 2.8 dan skor bobot faktor eksternal adalah 2.94, artinya
tingkat reaksi reaksi atau respon perusahaan terhadap pengaruh dari faktor
internal terhadap penyertaan modal adalah rata-rata dan reaksi dari faktor
internal terhadap penyertaan modal adalah sedang. Sehingga bentuk
diagram matriks IE digambarkan pada Gambar 4.
Total Skor Bobot IFE
Kuat Rata-rata Lemah 3.0 - 4.0 2.0 - 2.99 1.0 - 1.99
Tinggi
I II III
3.0 - 3.99
Sedang
IV V VI
Total Skor Bobot EFE
2.0 - 2.99
Rendah
VII VIII IX
1.0 - 1.99
Gambar 4. Matriks IE Pengembangan Usaha di Bank BJB
Kombinasi faktor eksternal dan internal tersebut pada matriks IE
menghasilkan posisi strategi stabilitas (Hold and Maintain). Strategi Hold
and Maintain ini menunjukkan bahwa perusahaan harus mempertahankan
kondisi saat ini untuk menghadapi tantangan yang semakin besar.
Tantangan tersebut adalah pengembangan usaha yang diarahkan kepada
upaya investasi, agar mampu membangun daya tarik perusahaan di mata
2.8
2.94
58
penanam modal untuk melakukan investasi. Oleh karena itu, salah satu
yang harus diperhatikan adalah posisi strategi Bank BJB saat ini tepat
dengan menjaga stabilitas pengembangan usaha di Bank BJB, antara lain
upaya mempertahankan kinerja perusahaan dan mengembangkan pasar.
Uraian di atas menunjukkan bahwa posisi kompetitif perusahaan di
dalam industri membuat perusahaan harus selalu berupaya mendapatkan
dana (modal) yang ingin dicapai. Kekuatan perusahaan mampu
memperoleh modal pada industri ini, jika semua kondisi terpenuhi. Posisi
strategi Hold and Maintain menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Depok
layak menempatkan sahamnya di Bank BJB pada tahun ini.
Untuk dapat merealisasikan target dana yang ditetapkan, maka yang
diperlukan perusahaan adalah menentukan langkah-langkah operasional
yang tepat dalam mencapai target dana tersebut. Langkah-langkah tersebut
dapat dianalisis dengan menggunakan matriks SWOT.
4.5.1 Analisis SWOT
Bank BJB adalah salah satu BUMD yang bergerak di sektor
perbankan. Umumnya setiap unit bisnis harus memantau kekuatan
lingkungan makro yang menjadi penentu (demografi-ekonomi,
teknologi, politik-hukum, dan sosial-budaya), dan pelaku lingkungan
mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang
berdampak pada kemampuannya memperoleh laba (Kotler, 2005).
Dari empat perbandingan yang disajikan, yang hanya sesuai dengan
analisis kelembagaan hanya perbandingan kesatu dan keempat.
Maka, pada tahap ini Perbandingan ke-1 (Penyertaan Modal terhadap
Bank BJB) dan Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap
Produk Perbankan lainnya) dikaji dari sektor internalnya (kekuatan,
kelemahan) dan sektor eksternalnya (peluang dan ancaman)
menggunakan Analisis SWOT, seperti yang disajikan di bawah ini:
Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-1 (Penyertaan Modal
terhadap Bank BJB) antara lain:
59
a. Kekuatan
Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah.
Hal ini dibuktikan dengan Bank BJB meraih prestasi pada
tahun 2009 sebagai "The Best BPD" Bank Terbaik Kategori
Pembangunan Daerah.
Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik.
Hal ini terlihat dari penghimpunan dana pada tahun 2005
sebesar Rp. 13.350.999 juta dan pada tahun 2009
meningkat menjadi Rp.32.410.329 juta
Pertumbuhan laba yang meningkat.
Laba sebelum pajak meningkat secara terus menerus dari
tahun 2005, sebesar Rp 511.048 juta sampai tahun 2009
menjadi sebesar Rp. 985.377 juta.
Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik.
Kinerja keuangan Bank Jabar Banten sampai dengan tahun
2009 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal
ini ditunjukan oleh beberapa indikator kinerja keuangan
pada periode tahun 2005-2009. Jumlah aset Bank Jabar
Banten pada tahun 2009 telah mencapai 32,4 triliun atau
mengalami peningkatan sebesar Rp. 6,4 triliun atau tumbuh
sebesar 24,61% dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu
sebesar Rp. 26 triliun. Dana pihak ketiga yang dihimpun
pada tahun 2009 sebesar 23,7 triliun atau meningkat
sebesar 5,4 triliun. Sedangkan untuk posisi 30 Juni 2010
(unaudited), Dana Pihak Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun
atau tumbuh sebesar 35,2% dibandingkan posisi Desember
2009.
Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit
merupakan modal untuk melakukan ekspansi.
Dana pihak ketiga yang dihimpun pada tahun 2009 sebesar
23,7 triliun atau meningkat sebesar 5,4 triliun. Sedangkan
untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak Ketiga
60
mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar 35,2%
dibandingkan posisi Desember 2009.
Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan
jumlah nasabah baru.
Setelah secara resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Indonesia (BEI), maka akan mengubah citra penilaian baru
terhadap Bank BJB, sehingga adanya potensi untuk
meningkatkan jumlah nasabah baru.
Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional.
Penggunaan desain struktur organisasi yang menggunakan
Struktur Strategic Bussiness Unit (SBU) sehinngga
memudahkan mendelegasikan wewenang dan tanggung
jawab untuk setiap unti kepada eksekutif senior yang
melapor secara langsung pada CEO (Chief Executive
Officer).
b. Kelemahan
Promosi yang masih minim terhadap sektor publik.
Karena Bank BJB baru go public pada bulan Juli 2010
sehingga perhatian pemasarannya masih kurang terhadap
publik secara luas.
Kurangnya tenaga khusus promosi.
Dengan adanya IPO, sehingga memunculkan para investor
baru dan memungkinkan bertambahnya nasabah,
seharusnya Bank BJB menambah tenaga pemasarannya
untuk menaikkan pangsa pasar Bank BJB.
Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala
nasional.
Bank BJB yang berstatus Badan Usaha Milik Daerah
memiliki nasabah Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 70%
dan sisanya masyarakat umum.
Skala permodalan sebagian besar masih lingkup
pemerintah.
61
Berdasarkan struktur saham Bank BJB setelah IPO pada
bulan Juli 2010 sebesar 75% masih dikuasai oleh
pemerintah.
Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya
kecepatan dalam pelayanan.
Pelayanan pada teller dan customer service masih kurang
efektif dan efisien dibuktikan dengan jumlah nasabah yang
menumpuk dan waktu penanganan per nasabah yang masih
lambat.
Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan
ATM yang memadai.
Saat ini Bank Jabar Banten hanya memiliki 44 kantor
cabang, 131 kantor cabang pembantu, 44 kantor kas, 34
payment point, dan 269 jaringan ATM. Jumlah jaringan
kantor ini telah dikurangi oleh jumlah jaringan kantor Bank
Jabar Banten Syariah yang terdiri dari 6 kantor cabang
syariah, 15 kantor cabang pembantu syariah dan 10 ATM
syariah. Jumlah ini dibilang kurang memadai jika
dibandingkan dengan bank lainnya.
Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata.
Ditunjukkan dengan pelayanan Bank BJB dan inovasi-
inovasi yang belum muncul dari pihak bjb.
Produk yang ditawarkan masih terbatas.
Produk Bank BJB masih terpusat pada simpanan dan kredit
(yang kebanyakan kredit konsumtif PNS), belum ada
layanan yang berbasis internasional, seperti pelayanan
pengiriman uang ke luar negeri.
Belum adanya program komputerisasi tersentral dan
penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT,
atau Jaringan List Line Fiber Optic). Sehingga
memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online
62
system, phone banking maupun internet banking dengan
program tersebut.
Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang
masih minim.
Saat ini nilai kredit yang disalurkan masih relatif kecil
dibandingkan nilai Investasi UMKM dengan rasio rata-rata
jumlah kredit UMKM terhadap nilai Investasi UMKM
untuk wilayah Jawa Barat dan Banten sebesar 34,3 persen,
sedangkan nasional 55,4 persen. Adapun rasio kredit
terhadap nilai investasi UMKM sebesar 7,9 persen.
c. Peluang
Penggunaan teknologi dalam pelayanan.
Menggunakan teknologi berbasis komputerisasi dan
penggunaan jaringan komunikasi khusus untuk
meningkatkan pelayanan terhadap nasabah.
Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan.
Mengencarkan promosi melalui media massa untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap Bank BJB.
Perizinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk
perkembangan perusahaan.
Didukung dengan berbagai Peraturan Republik Indonesia
seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58
tahun 2005, Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13
Tahun 2006, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 105 Tahun 2000.
Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat.
Kepemilikan saham Pemprov. Jabar sekarang sebesar 38%
dari seluruh saham Bank BJB dan setelah IPO ini dapat
meningkatkan minat masyarakat secara umum untuk
berinvestasi secara langsung terhadap Bank BJB.
Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang
mendukung.
63
Adanya sentralisai dari Bnak Indonesia terhadap seluruh
bank-bank di Indonesia dan kebijakan pemerintah untuk
mengutamakan asset-aset pemerintah, seperti Bank BJB
sebagai BUMD.
Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham
yang kuat
Terbukti untuk posisi 30 Juni 2010 (unaudited), Dana Pihak
Ketiga mencapai Rp. 32,0 triliun atau tumbuh sebesar
35,2% dibandingkan posisi Desember 2009.
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan
dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai
positif pada beberapa tahun terakhir.
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil
masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah
baik berupa dana maupun manajemen
Dirut Bank BJB menyebutkan sejak diluncurkan pada 2006,
Kredit Mikro Utama tumbuh pesat dengan CAGR periode
2007-2009 sebesar 165 persen. Pada 2009 Kredit Mikro
Utama menyumbang sekitar 16,7 persen dari kredit
produktif, atau 4,1 persen dari total kredit yang disalurkan
perseroan. Pertumbuhan Kredit Mikro Utama memberikan
harapan atas pertumbuhan kredit di masa depan, mengingat
potensi pertumbuhan kredit UMKM di regional Jawa Barat
dan Banten maupun nasional masih sangat besar. Dengan
perkembangan UMKM yang masih besar, maka akan
adanya peningkatan perhatian pemerintah terhadap sektor
UMKM baik dari segi dana maupun bantuan lainnya.
Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan
masih banyak yang dapat digali.
Padatnya masyarakat Jawa Barat hingga ke pelosok
kecamatan yang masih belum mengenal perbankan, dapat
dijadikan target pasar baru dalam ekspansi usaha Bank BJB.
64
Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di
masyarakat masih cukup besar.
Terbukti saat akhir pekan lalu tanggal 9 Desember 2010,
harga penutupannya pada level Rp 1.650 per lembar.
Bahkan, sempat menembus Rp 1.700 per lembar pada bulan
November. Dalam setiap transaksi, rata-rata saham yang
tertransaksikan juga menggembirakan pihak Bank BJB,
jumlah saham yang tertransaksikan, rata-rata 50-80 ribu lot.
Respon positif itu didasari oleh beberapa hal. Di antaranya
dalam hal performa, kinerja, dan kepercayaan masyarakat
yang positif terhadap citra Bank BJB.
d. Ancaman
Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal
Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
Sampai saat ini, masih ada peraturan yang menekankan
bahwa pembelian saham hanya boleh dilakukan pada
BUMD. Jika adanya revisi undang-undang penanaman
modal, maka pihak Pemerintah akan bergulir ke bank
lainnya yang memiliki return yang lebih besar dari pada
penanaman modal di Bank BJB.
Ilmu pengetahuan dan teknologi bank pesaing lebih canggih
dan mutakhir
Bank-bank lainnya sudah berbasiskan sistem komputerisasi
yang canggih yang memungkinkan melayani nasabah
hingga ke luar negeri.
Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan
keunggulan produk atau layanan prima
Layanan ramah tamah dan waktu pelayanan yang efektif
serta penawaran-penawaran produk yang inovatif membuat
nasabah dapat beralih ke bank lainnya.
Krisis keuangan global dan nasional yang dapat
mempengaruhi sektor perbankan
65
Dengan krisis keuangan global membuat perekonomian
melemah seperi terjadinya inflasi yang akan menurunkan
minat masyarakat terhadap simpanan.
Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank
asing yang membiayai usaha mikro.
Bank-bank milik asing maupun yang telah bekerjasama
antara Indonesia dengan pihak asing seperti Bank CIMB
Niaga, Bank ANZ Panin, dan Bank OCBC NISP yang
makin banyak bermunculan serta mulai menunjukkan
ketertarikan dalam usaha mikro.
Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan
pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI,
Koperasi dan BPR.
Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan
kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini
masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung
pada perbaikan perekonomian kita.
Selain menganalisis dari segi faktor internal dan eksternal Bank BJB
(perbandingan ke-1) dilakukan juga perbandingan antara produk perbankan
(deposito, tabungan, dan obligasi pemerintah) dari setiap bank untuk
mengetahui produk dan dari bank mana yang paling layak untuk Pemerintah
Daerah Kota Depok berinvestasi. Maka, perbandingan ke-4 ini, dapat dilihat
pada Tabel 8:
Tabel 8. Analisis SWOT pada Perbandingan Ke-4 (Penyertaan Modal terhadap Produk Perbankan lainnya)
Deposito Tabungan Obligasi Pemerintah Strength (kekuatan)
• Nilainya tetap dan dijamin oleh pemerintah
• Memiliki suku bunga yang tinggi
• Likuiditas tinggi, dapat diambil kapan saja, meskipun ada jangka waktu tertentu.
• Dapat dijaminkan: untuk mendapatkan hutang dari bank yang sama.
• Dijamin oleh pemerintah
• Nominal yang tidak ditentukan (bebas sesuai dengan keinginan nasabah)
• Likuiditas yang tinggi, dapat diambil kapan saja: counter bank dan ATM
• Kemudahan bertransaksi: pengiriman uang, pembayaran (telepon, kartu kredit, dan lain-lain), penukaran uang, dan lain-lain.
• Memiliki risiko yang rendah
• Nilainya dijamin oleh pemerintah
• Kemungkinan kecil terjadi risiko gagal bayar
• Tingkat pengembalian lebih tinggi dari deposito
66
Lanjutan Tabel 8.
Deposito Tabungan Obligasi Pemerintah
Weakness (kelemahan)
• Jangka waktu yang telah ditetapkan (jatuh tempo tidak fleksibel)
• Adanya denda jika pencairan dilakukan sebelum jatuh tempo
• Bunga kena pajak 20%, di atas Rp 7,5 juta.
• Adanya penurunan minat investor
• Suku bunga yang diberikan sangat rendah, di bawah tingkat inflasi.
• Bunga kena pajak 20% untuk yang di atas Rp 7,5 juta.
• Sebagian besar adalah obligasi ritel (individu)
• Tidak setiap saat tersedia • Kurang likuid
Opportunity (Peluang)
• Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat
• Bertambahnya kebutuhan masyarakat akan menabung
• Berkembangnya paradigma tentang obligasi pemerintah
Threat (Ancaman)
• Adanya penurunan minat investor
• Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi investor
• Adanya ketentuan nominal simpanan yang dijamin LPS yakni di bawah Rp.100 juta jika bank mengalami kebangkrutan
• Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi investor
• Adanya nilai VaR yang dapat menurun karena inflasi
Dilihat dari dari kekuatannya, seperti dari segi suku bunga yang
diberikan, obligasi pemerintah seperti Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang
memberikan suku bunga sebesar 12,00%, namun dari segi likuiditas
menunjukkan bahwa tabunganlah yang memiliki likuiditas tertinggi karena
tidak memiliki jatuh tempo dalam pencairan dananya, serta kemudahan
bertransaksi seperti untuk pembayaran dan sebagainya. Selanjutnya dilihat
dari kelemahannya, suku bunga terendah dimiliki oleh tabungan. Faktor
lainnya seperti likuiditas, deposito dan obligasi pemerintah memiliki jangka
waktu dalam pengambilannya, sehingga dananya tidak dapat dicairkan
kapan saja. Dari faktor eksternal seperti peluang, peluang tertinggi berada
pada deposito. Hal ini terlihat dari jumlah sumber dana yang berasal dari
deposito pada bank umum di tahun 2005 mencapai Rp 455.308 miliar dan
pada tahun 2009 meningkat menjadi Rp 758.280 miliar sedangkan untuk
jumlah sumber dana yang berasal dari tabungan di bank umum pada tahun
2009 sebesar Rp 565.610 miliar. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
minat nasabah pada simpanan (investasi) jenis deposito lebih besar dari
pada tabungan dan obligasi pemerintah belum banyak diminati oleh
masyarakat. Untuk faktor eksternal selanjutnya yakni ancaman, untuk
deposito dan tabungan belum adanya jaminan untuk dana yang disimpan
67
lebih dari Rp 100 juta, hal ini dapat berpengaruh pada ketidakamanan dana
yang diinvestasikan.
Berdasarkan Analisis SWOT terhadap produk perbankan lainnya, jika
Pemerintah Daerah Kota Depok menginginkan suku bunga yang tinggi,
maka dapat memilih investasi pada obligasi pemerintah, namun jika
membutuhkan investasi dengan likuiditas tinggi maka dapat memilih
simpanan jenis tabungan atau deposito berjangka satu bulan. Sedangkan dari
sisi yang berpeluang tinggi, maka dapat memilih deposito. Namun, dari
faktor ancaman Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih obligasi
pemerintah yang memiliki rendah risiko.
4.6 Analisis Finansial
Analisis finansial mencakup perbandingan EPS (Earning Per Share),
ROE (Return On Equity), dan tingkat suku bunga. Obligasi Negara
Republik Indonesia yang ditawarkan seri ORI003-ORI004, kupon rate yang
ditawarkan adalah ORI003 sebesar 9.4000%, ORI004 sebesar 9.5000%,
ORI005 sebesar 11.4500%, ORI006 sebesar 9.1500%, dan ORI007 sebesar
7.9500%, serta jenis Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 sebesar 12.0000%,
dan Sukuk Negara Ritel Seri SR-002 sebesar 8.7000%. Pemerintah Daerah
Kota Depok dapat membeli obligasi pemerintah sebagai salah satu investasi
jangka panjang yang memberikan nilai suku bunga yang tinggi seperti
Sukuk Negara Ritel Seri SR-001 yang memberikan suku bunga sebesar
12,00%. Namun, pembelian obligasi pemerintah ini harus bersifat permanen
yakni tidak berpindah tangan atau diperjualbelikan di pasar sekunder, hanya
boleh diperjualbelikan di pasar primer.
Dari sisi EPS, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 bahwa rata-rata
EPS tertinggi diraih oleh BRI yakni Rp. 429,23 dan yang terendah dimiliki
oleh Bank Panin sebesar 38,96. Hal ini menunjukkan bahwa BCA
memberikan rata-rata pengembalian dari saham yang ditanamkan lebih
besar dibandingkan keenam bank lainnya. Sedangkan EPS dari Bank BJB
menempati peringkat kelima dari ketujuh bank. Hal ini terlihat bahwa
sebagai bank yang masih berskala daerah dan baru melakukan IPO, Bank
68
BJB dapat bersaing dengan memberikan nilai rata-rata EPS sebesar Rp
76.18,- dibandingkan dengan bank yang sudah berskala nasional maupun
internasional seperti Bank ANZ Panin.
Tabel 9. Perbandingan EPS dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank
EPS (dalam Rupiah) Rata-rata EPS 2005 2006 2007 2008 2009 2010
BRI 321.7 355.62 403.64 496.99 442.17 555.25 429.23 Bank Danamon 407.71 268.91 423.27 303.7 186.36 262.12 308.68
BCA 213 345 183 236 209 251 239.50 BNI 106 145 64 80 163 193 125.17 Bank BJB - 29.58 69.56 91.82 113.75 - 76.18 Bank Permata 38.1 40.23 64.45 58.43 62.01 67.33 55.09
Bank Panin 31.48 37.46 42.32 34.6 41.01 46.87 38.96 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan
Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Untuk rata-rata ROE tertinggi diraih juga oleh BRI yakni sebesar
34.40% dan terendah pada Bank Panin. Dilihat dari sisi ROE bahwa pada
hampir semua bank mengalami tingkat ROE yang fluktuatif, namun pada
BNI dan BCA cenderung naik dari tahun 2007-2010 seperti yang disajikan
pada Tabel 10. Dilihat dari ROE Bank BJB, terlihat jelas bahwa Bank BJB
memiliki rata-rata tertinggi kedua setelah BRI, mengalahkan bank lainnya
seperti BCA dan BNI. Dari hal ini, maka pengembalian atas ekuitas Bank
BJB berkategori baik dan dapat bersaing dengan bank lainnya yang berskala
nasional. Dengan ROE yang tinggi maka akan berdampak pada peningkatan
laba yang akan diperoleh perusahaan sehingga akan berdampak pula
terhadap deviden. Deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham
adalah minimum 40% dari laba yang diperoleh perusahaan. Maka, dengan
ROE yang tinggi akan meningkatkan deviden.
Tabel 10. Perbandingan ROE dari Bank BJB dan pesaingnya Nama Bank
ROE(%) Rata-rata ROE 2005 2006 2007 2008 2009 2010
BRI 38.00 33.75 31.64 34.50 34.23 34.28 34.40 Bank BJB 23.54 22.28 19.58 25.54 28.09 31.70 25.12 BCA 27.35 29.07 26.74 30.16 32.00 32.25 29.60 Bank Danamon 24.20 15.10 22.90 22.30 14.90 19.70 19.85
69
Lanjutan Tabel 10.
Bank Permata 14.30 13.10 18.10 12.40 18.02 25.10 16.84
BNI 12.64 22.61 8.03 9.01 16.34 25.12 15.63 Bank Panin 14.14 14.27 13.98 10.16 10.40 15.48 13.07 Sumber: Laporan Keuangan BRI, Danamon, BCA, BNI, Bank BJB, Permata, dan
Bank Panin dari Tahun 2005-2010
Pada Tabel 11 yang telah diolah, EPS dari tahun 2005-2010 dan data
ROE dari tahun 2006-2010, Bank BJB memiliki rata-rata ROE sebesar
25.12% dan rata-rata EPS sebesar Rp. 76.18. Rata-rata pertumbuhan EPS
dari tahun 2006-2009 yakni 33.67% dan rata-rata pertumbuhan EPS dari
tahun 2005-2010 sebesar 4.88%. Data tersebut menunjukkan pertumbuhan
EPS Bank BJB terlihat bahwa pertumbuhan dari tahun ke tahun mengalami
penurunan, sedangkan pertumbuhan ROE Bank BJB berada dalam keadaan
yang fluktuatif seperti yang dittampilkan pada Gambar 5.
Tabel 11. Perhitungan Pertumbuhan EPS dan ROE Bank BJB Tahun Pertumbuhan EPS Pertumbuhan ROE
2005-2006 ------ 1.2622.28
100 5.66%
2006-2007 39.9869.58
100 57.48% 2.7
19.58 100 13.79%
2007-2008 22.2691.82
100 24.24% 5.96
25.54100% 23.34%
2008-2009 21.93
113.75100 19.28%
2.5528.09 100% 9.08%
2009-2010 ------- 3.6131.70
100% 11.39%
Rata-Rata 33.67% 4.88% Sumber : www.bankjabar.co.id (diolah)
Gambar 5. Grafik Perkembangan EPS dan ROE Bank BJB
0
50
100
150
2006
2007
2008
2009
EPS (Rp)
EPS (Rupiah)
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%
ROE (%)
ROE (%)
70
Selanjutnya dilakukan analisis tren dengan metode kuantitatif pada
ROE (%) dan EPS (Rupiah) pada Bank BJB Data historis yang digunakan
adalah tahun 2006 sampai dengan 2010. Untuk peramalan EPS, bentuk
persamaan yang dihasilkan merupakan hubungan antara variabel dependen
(Yt) yang berupa EPS (Rp) dan variabel independen (t) yang berupa deret
waktu (tahun) sedangkan untuk ROE variabel dependen (Yt) yang berupa
ROE (%) dan variabel independen (t) yang berupa deret waktu (tahun).
Tampilan perhitungan analisis tren menggunakan program komputer
MInitab untuk EPS dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Forecasting untuk EPS Bank BJB
Dari data yang telah diperoleh pada Gambar 6, sehingga model
matematis untuk peramalan EPS adalah Yt =7.485+27.477*t dengan nilai
kesalahan peramalan, yakni MAD = 4.5125, MSD = 24.1428, MAPE =
8.4270. Model matematis tersebut dapat meramalkan EPS untuk masa yang
akan datang. Dari data pada Tabel 12, menunjukkan peramalan untuk EPS
Bank BJB lima tahun ke depan akan mengalami peningkatan, sehingga
dengan keadaan EPS yang meningkat dapat menguntungkan para pemegang
saham Bank BJB.
Tabel 12. Peramalan EPS Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun Forecast (Rupiah) 2010 144,870 2011 172,347 2012 199,824 2013 227,301 2014 254,778
Index
C10
987654321
250
200
150
100
50
0
Accuracy MeasuresMAPE 8.4270MAD 4.5125MSD 24.1428
Variable
Forecasts
ActualFits
Trend Analysis Plot for C10Linear Trend Model
Yt = 7.485 + 27.477*t
71
Sedangkan untuk peramalan ROE diperoleh model matematis Yt =
25.924+1.04886*t dengan nilai MAPE = 2.7903, MAD = 0.77686, dan
MSD = 1.22786 seperti yang terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Forecasting untuk EPS Bank BJB
Sehingga dari model matematis yang diperoleh dapat meramalkan
ROE Bank BJB untuk masa yang akan datang yakni untuk tahun 2011
sampai dengan tahun 2015, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Peramalan ROE Bank BJB Tahun 2010 - 2014 Tahun Forecast (%) 2011 33,2660 2012 34,3149 2013 35,3637 2014 36,4126 2015 37,4614
Data peramalan ROE Bank BJB menunjukkan untuk peramalan lima
tahun ke depan yakni sampai tahun 2015, ROE Bank BJB akan mengalami
kenaikan, walaupun kenaikan tersebut hanya sekitar 1% per tahun. Dengan
nilai ROE yang diprediksikan mengalami peningkatan, hal ini akan
berdampak terhadap laba yang diperoleh Bank BJB sehingga berdampak
juga terhadap deviden yang diberikan kepada para pemegang saham Bank
BJB.
Sebagai bank memiliki kriteria untuk dapat dikatakan baik atau tidak,
seperti dalam faktor pertumbuhan bisnis dan rasio keuangannya.
Pertumbuhan bisnis Bank BJB dapat dilihat dari tahun 2005-2010 memiliki
rata-rata aset sebesar Rp 26,79 Miliar, rata-rata kredit yang diberikan
sebesar Rp 16.55 Miliar, rata-rata Simpanan dari Pihak Ketiga sebesar Rp
Index
C2
1110987654321
38
36
34
32
30
28
26
Accuracy MeasuresMAPE 2.75603MAD 0.77686MSD 1.22786
Variable
Forecasts
ActualFits
Trend Analysis Plot for C2Linear Trend Model
Yt = 25.924 + 1.04886*t
72
21,56 Miliar, dan rata-rata Ekuitas (modal saham, modal ditempatkan dan
disetor, modal disetor lainnya, serta saldo laba) sebesar Rp 2,65 Miliar.
Pertumbuhan bisnis Bank BJB ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Pertumbuhan Bisnis Bank Jabar Banten
Jika dilihat dari sisi lainnya seperti EBIT dan laba bersih
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, yakni dari tahun 2005
sampai bulan September tahun 2010 Bank BJB memiliki rata-rata EBIT
sebesar Rp 727,39 Miliar dan laba bersih sebesar Rp 495,39 Miliar yang
ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9. Financial Highlights Bank Jabar Banten
73
Bank BJB memiliki rasio-rasio keuangan yang tergolong baik seperti
dari sisi CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO. Dari tahun 2005 sampai
dengan tahun 2010, rata-rata CAR (Rasio kecukupan modal) Bank BJB
sebesar 17,81%, rata-rata NIM (Marjin Pendapatan Bunga Bersih) sebesar
7,61%, rata-rata ROA (Imbal Hasil Investasi) sebesar 3,06%, rata-rata ROE
(Imbal Hasil Ekuitas) sebesar 25,12%, dan rata-rata LDR (Rasio jumlah
kredit yang diberikan terhadap dana pihak ketiga) sebesar 79,59%, serta
rata-rata BOPO (rasio total beban operasional dibagi total pendapatan
operasional) sebesar 77,15%. Grafik Rasio Keuangan Bank BJB dari tahun
2005 sampai dengan tahun 2010 disajikan dalam Gambar 10.
Gambar 10. Rasio Keuangan Bank Jabar Banten
74
Selain dari rasio keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO,
masih terdapat lima rasio keungan lainnya. Pada Tabel 12 dapat dilihat
bahwa Bank BJB menduduki peringkat 15 dari 20 bank terbesar yang telah
didata oleh Bank Indonesia. Dalam penyertaan modal ini, ada beberapa rasio
yang penting diperhatikan oleh Pemerintah Kota Depok. Seperti ROE
(Return on Equity) atau Imbal Hasil Ekuitas yang merupakan perbandingan
antara jumlah laba setelah pajak dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan
berturut-turut dengan jumlah rata-rata ekuitas dalam periode yang sama,
Bank BJB menduduki peringkat kesatu dari 20 bank dalam hal ROE. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah laba atas ekuitas berkategori baik, sehingga
dari tingkat ROE yang tinggi akan berdampak pada pemberian deviden yang
tinggi pula, tentunya hal ini dapat menguntungkan pemegang saham. Untuk
ROA yang berarti singkatan dari “Return on Assets” atau Imbal Hasil
Investasi yang merupakan perbandingan antara jumlah laba sebelum pajak
dalam kurun waktu 12 bulan berturut-turut dengan jumlah rata-rata aktiva
dalam periode yang sama. Tahun 2009 Perseroan mampu membukukan
ROA sebesar 3,24% di atas ketentuan Bank Indonesia dan mendapatkan
peringkat kedua dari 20 bank terbesar. Hal ini menunjukkan, dari sisi tingkat
pengembalian asset yang dimiliki akan berdampak terhadap kenaikan laba
yang juga berdampak pada tingkat pemberian deviden kepada para
pemegang saham.
Rasio lainnya seperti NPL (Non Performing Loan) yaitu kredit yang
non-performing meliputi kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.
NPL adalah salah satu kriteria bank yang sehat yakni jika memiliki NPL
yang kecil. Bank Indonesia pada tahun 2001 menetapkan batas maksimum
NPL - Netto untuk bank-bank di Indonesia adalah 5% dan Bank BJB
mempertahankan rasio NPL (gross) pada kisaran 0,45% sampai dengan
1,97%. Dari 20 bank, Bank BJB meraih peringkat ketiga dalam kategori
NPL, hal ini berarti Bank BJB memiliki kredit macet yang relatif lebih kecil
dari bank lainnya. Rasio NPL dalam salah satu kriteria bank yang sehat
sesuai dengan syarat investasi jangka panjang dan pendek yang telah
tercantum dalam peraturan pada analisis kelembagaan.
75
Tabel 14. Posisi Peringkat Bisnis Bank Jabar Banten
No. Nama Bank Assets Depposits Loans Equity CAR NPL NIM ROA ROE BOPO LDR
1. Mandiri 1 1 2 1 15 6 14 6 4 2 5 2. BRI 2 2 1 2 16 17 2 3 2 5 15 3. BCA 3 3 3 3 14 1 11 4 3 1 1 4. BNI 4 4 4 4 18 18 7 13 7 8 7
5. CIMB Niaga 5 5 5 6 20 8 4 8 9 7 13
6. Danamon 6 6 6 5 12 14 1 5 10 6 17 7. Panin 7 7 7 7 4 9 12 10 13 12 8 8. BII 8 8 8 9 13 11 9 19 17 18 12 9. Permata 9 9 10 8 17 15 10 11 5 11 14 10. BTN 10 10 9 12 5 16 8 16 15 15 19 11. Citi Bank 11 11 12 10 2 20 16 1 8 4 6 12. Bukopin 12 12 11 18 19 10 15 18 11 14 11
13. Standard Chartered 13 18 18 20 11 19 18 12 14 16 16
14. HSBC 14 15 16 19 9 13 13 7 12 17 2 15. Bank BJB 15 14 15 16 10 3 3 2 1 3 4 16. Mega 16 13 17 14 8 2 17 14 6 10 3
17. OCBC NISP 17 16 14 11 7 12 6 17 16 13 9
18. Tokyo Mitsubishi 18 20 13 13 1 4 20 15 19 19 20
19. DBS 19 17 19 17 6 5 19 20 20 20 10
20. UOB Buana 20 19 20 15 3 7 5 9 18 9 18
Sumber : www.bi.go.id
Berdasarkan data-data keuangan tersebut, terlihat bahwa Bank BJB
memiliki kinerja dari aspek finansial yang tergolong baik. Seperti dari rasio
keuangan CAR, NIM, ROA, ROE, LDR, dan BOPO menunjukkan bahwa
Bank BJB dapat bersaing dan bahkan lebih unggul dari bank-bank yang
berskala nasional maupun internasional. Dengan keadaan finansial yang
baik, sehingga memungkinkan bagi Pemerintah Kota Depok untuk
menyertakan modalnya di Bank BJB.
4.7 Implikasi Manajerial
Pemerintah Daerah Kota Depok memiliki otonomi daerah yang dapat
digunakan secara maksimal untuk mendatangkan pendapatan guna
memenuhi kebutuhan Kota Depok dan mengembangkan Kota Depok
sebagai Kota administratif. Pemerintah Daerah Kota Depok dapat
melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang. Karakteristik
investasi jangka pendek yang diperbolehkan untuk Pemerintah Daerah Kota
Depok adalah investai yang dapat segera diperjualbelikan atau dicairkan dan
ditujukan dalam rangka manajemen kas, serta berisiko rendah. Investasi
yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain
deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau
76
yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka
pendek dan SBI. Penempatan modal pada deposito atau tabungan harus di
semua bank yang berkategori sehat.
Untuk investasi jangka panjang, Pemerintah Daerah Kota Depok
hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat sebagai
investasi permanen (tidak diperjualbelikan) antara lain kerjasama daerah
dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset
daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dalam hal ini adalah
penanaman saham pada Bank BJB. Saham yang dapat ditanamkan di Bank
BJb terdiri dari dua jenis yakni Saham Seri A dan Saham Seri B. Pengertian
masing-masing jenis saham, aturan tentang saham di Bank BJB, dan aturan
transaksi pemindahan saham untuk Pemerintah Daerah Kota Depok
dijelaskan pada sub bab di bawah ini.
4.7.1 Pengertian Saham Seri A dan Saham Seri B
Saham ialah saham-saham Seri A dan saham-saham Seri B yang
dimaksud dengan pemegang saham ialah pemegang saham ialah
pemegang saham seri A dan pemegang saham seri B kecuali apabila
dengan tegas dinyatakan lain. Saham Perseroan adalah saham atas
nama dan dikeluarkan atas nama pemiliknya yang terdaftar dalam
Daftar Pemegang Saham yang terdiri dari saham Seri A yang hanya
khusus dimiliki oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kota,
dan Kabupaten dan Saham Seri B yang dapat dimiliki oleh Direksi,
Dewan Komisaris, Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah.
Saham Seri A ialah saham yang memberikan hak khusus kepada
pemegangnya dalam kuorum kehadiran dan kuorum persetujuan Rapat
Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
Anggaran Dasar Bank BJB, untuk:
1. Menghadiri dan menyetujui pengangkatan, pemberhentian, dan
persetujuan pengunduran diri Direksi dan Dewan Komisaris;
77
2. Menghadiri dan menyetujui perubahan anggaran dasar,
pengeluaran efek bersifat ekuitas atau perubahan modal
ditempatkan dan disetor;
3. Menghadiri dan menyetujui penyetoran saham dalam bentuk
benda selain uang, baik benda berwujud, maupun tidak berwujud;
4. Menghadiri dan menyetujui penggabungan, peleburan,
pengambilalihan, dan pemisahan, serta pengajuan permohonan
agar perseroan dinyatakan pailit dan pembubaran perseroan.
Sepanjang dalam anggaran dasar tidak ditetapkan lain, maka
pemegang saham Seri A dan pemegang saham Seri B mempunyai hak
yang sama. Untuk komposisi besaran modal untuk seluruh saham
yang ditempatkan adalah 100% (seratus persen) dengan ketentuan
batas maksimum saham Seri B adalah 40% (empat puluh persen) dan
selebihnya merupakan Saham Seri A.
4.7.2 Aturan di Bank BJB terhadap Saham Seri A dan Seri B
Seluruh saham Perseroan yang dicatatkan, di luar saham-saham
yang ditawarkan pada Penawaran Umum ini, tidak akan dijual dalam
jangka waktu maksimal 12 (dua belas) bulan sejak Pernyataan
Pendaftaran Perseroan menjadi efektif yakni pada tanggal 8 Juli 2010.
Perseroan tidak bermaksud untuk mengeluarkan atau mencatatkan
saham baru dan/atau efek lainnya yang dapat dikonversi menjadi
saham dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
Pernyataan Pendaftaran Perseroan menjadi efektif. Dari hal tersebut,
Pemerintah Daerah Kota Depok baru dapat membeli saham baik
Saham Seri A maupun saham Seri B pada tanggal 8 Juli 2011. Saham
yang telah ditanam pada Bank BJB akan mendapatkan dividen tunai
minimum 40,00% dari laba bersih yang dibayar setiap tahunnya
dimulai dari tahun buku 2010. Persentase deviden yang dibayarkan
besarnya akan diputuskan melalui RUPS berdasarkan rekomendasi
Direksi. Keputusan untuk membayar dividen tergantung laba, kondisi
keuangan, likuiditas, kepatuhan terhadap peraturan perundang-
78
undangan dan faktor-faktor lain yang dianggap relevan oleh Direksi
Perseroan setelah memperoleh persetujuan RUPS.
4.7.3 Aturan Transaksi Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B
Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan jual beli
saham sesama Pemerintah yang memiliki saham Seri A. Jika
Pemerintah Derah Kota Depok berniat untuk menambah Saham A,
maka tergantung kepada direksi dan juga pemegang saham A lainnya.
Untuk pemindahan saham seri B, Pemerintah Daerah Kota Depok
dapat melakukan jual beli saham dengan Direksi, Dewan Komisaris,
Karyawan Perseroan, masyarakat, dan pemerintah. Jika ingin
menambah Saham Seri B, Pemerintah Kota Depok sebagai pemilik
saham berhak melakukan pemesanan terlebih dahulu terhadap saham
seri B Bank BJB sebelum ditawarkan kepada publik. Aturan Transaksi
Pemindahan Hak Atas Saham Seri A dan Seri B dilatarbelakangi oleh
Anggaran Dasar Bank Jabar Banten: Pasal 10 Tentang Pemindahan
Hak Atas Saham yang berisi antara lain:
1. Persyaratan dan peraturan pemindahan hak atas saham yaitu:
a. Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu
dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama Pihak yang
memindahkan hak dan oleh atau atas nama Pihak yang
menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan.
b. Pemindahan Hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan
Kolektif dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening Efek
yang lain pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank
Kustodian dan Perusahaan efek. Dokumen pemindahan hak atas
saham harus berbentuk sebagaimana ditentukan dan/atau yang
dapat diterima oleh Direksi dengan ketentuan, bahwa dokumen
pemindahan hak atas saham-saham yang tercatat pada Bursa
Efek harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku pada
Bursa Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan,
dengan tidak mengurangi peraturan perundangan yang berlaku
di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.
79
c. Pemindahan hak atas Saham Seri A hanya dapat dilakukan oleh
dan di antara pemegang saham Seri A.
2. Pemindahan hak atas saham-saham yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasar ini atau tidak sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku atau tanpa persetujuan
dari pihak yang berwenang jika disyaratkan, tidak berlaku terhadap
perseroan.
3. Direksi atas kebijaksanaan mereka sendiiri dan denagn
memberikan alasan untuk itu, dapat menolak untuk mendaftarkan
pemindahan hak atas saham dalam Daftar Pemegang Saham
apabila ketentuan dalam Anggaran Dasar ini tidak dipenuhi.
4. Apabila direksi menolak untuk mendaftarkan pemindahan hak atas
saham, maka direksi wajib mengirimkan pemberitahuan penolakan
kepada pihak yang akan memindahkan haknya selambat-lambatnya
30 (tiga puluh) hari kalender setelah tanggal permohonan untuk
pendaftaran itu diterima oleh Direksi dengan memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku di bidang Pasar Modal dan
peraturan Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan
tersebut dicatatkan.
5. Dalam hal terjadi perubahan ngubahan pemilikan dari suatu saham,
pemilik asalnya yang dalam daftar Pemegang Saham dianggap
tetap sebagai pemilik dari saham tersebut hingga nama dari pemilik
baru tersebut telah tercatat dalam Daftar Pemegang Saham, hal
tersebut dengan memperhatikan ketentuan perundangan yang
berlaku dan ketentuan di bidang Pasar Modal serta ketentuan
Bursa Efek di tempat di mana saham-saham Perseroan dicatatkan.
6. Setiap orang yang memperoleh hak atas suatu saham karena
kematian seorang pemegang saham atau karena sebab lain yang
mengakibatkan pemilikan suatu saham berubah berdasarkan
hukum, dapat dengan mengajukan bukti-bukti haknya tersebut,
sebagaimana sewaktu-waktu dapat disyaratkan oleh Direksi,
mengajukan permohonan secara tertulis untuk di daftar sebagai
80
pemegang saham dari saham tersebut. Pendaftaran hanya dapat
dilakukan apabila Direksi dapat menerima baik atas dasar bukti-
bukti hak itu dan tanpa mengurangi ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar ini.
7. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang
diperdagangkan di Pasar Modal wajib memenuhi peraturan
perundangan dibidang Pasar Modal dan ketentuan-ketentuan Bursa
Efek di tempat di mana saham-saham tersebut dicatatkan, kecuali
untuk saham Seri A hanya dapat dipindahkan kepada pemerintah
saja sebagaimana tersebut dalam Pasal 10.1.c Anggaran Dasar
Bank BJB.
Berdasarkan dari analisis keadaan lingkungan internal dan eksternal
Bank BJB, serta harga saham yang terus meningkat, sebaiknya
Pemerintah Daerah Kota Depok tidak menjual Saham Seri A yang
dimilikinya tetapi menambah kepemilikan saham dengan membelinya
dari pemerintah daerah lain sesuai dengan kesepakatan dan aturan yang
ada. Dengan berinvestasi pada Saham Seri A di Bank BJB maka akan
meningkatkan modal yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota Depok.
Untuk pembelian Saham Seri B sangat baik dilakukan oleh Pemerintah
Kota Depok jika investasi dilakukan untuk jangka panjang dan tidak
diperjualbelikan. Hal ini dikarenakan terkait dengan permasalahan
hukum (analisis kelembagaan) dimana Pemerintah Daerah Kota Depok
hanya dapat melakukan investasi jangka panjang yang bersifat permanen
dan hanya boleh menyertakan modal pada investasi yang beresiko
rendah. Dengan melihat adanya harga yang fluktuatif pada Saham Seri B,
maka akan sangat beresiko jika menempatkan modal pada Saham Seri B
yang bersifat sebagai jangka pendek dan diperjualbelikan dalam waktu
yang singkat. Dari hal tersebut, untuk mengurangi resiko dan
mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi pada Saham Seri B Bank
BJB maka Pemerintah Daerah Kota Depok dapat memilih Saham Seri B
sebagai salah satu investasi jangka panjang.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Melihat adanya otonomi daerah yang diberikan Pemerintah Daerah Kota
Depok, pemerintah dapat memanfaatkan otonomi daerah dengan tetap melihat
peraturan (undang-undang) yang ada. Dilihat dari peraturan yang terkait dan
dianalisis kelembagaan, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan
investasi jangka pendek yakni investasi pada produk perbankan di bank sehat
yakni deposito dan tabungan (simpanan) dan untuk investasi jangka panjang
dapat melakukan penempatan modal pada Saham Seri A dan Saham Seri B hanya
di Bank BJB sebagai BUMD, sepanjang bersifat investasi jangka panjang, tidak
diperjualbelikan (bersifat sebagai investasi permanen juga). Untuk investasi
jangka pendek, Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi pada
produk perbankan di semua yang bank sehat yakni seperti deposito, tabungan
(simpanan), dan obligasi pemerintah.
Dengan berubahnya status Bank BJB menjadi perseroan terbuka dan
melakukan IPO, membuat Bank BJB terus meningkatkan prestasinya untuk dapat
bersaing dengan bank lainnya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Dilihat dari lingkungan eksternal dan internalnya Bank BJB memiliki skor bobot
faktor internal sebesar 2,8 dan eksternalnya sebesar 2,94, hal ini berarti tingkat
atau eksternal terhadap penyertaan modal adalah sedang dan menghasilkan posisi
Hold and Maintain yang menunjukkan bahwa perusahaan harus
mempertahankan kondisi saat ini karena tantangannya semakin besar, sehingga
dengan keadaan tersebut bagi Pemerintah Kota Depok layak menempatkan
sahamnya di Bank BJB.
Untuk hal produk simpanan (tabungan dan deposito), Bank BJB masih
memberikan bunga deposito terbesar yakni 8,75% kepada Pemerintah Daerah
Kota Depok dibandingkan dengan perbankan lainnya. Di sisi lain, jika dilihat
82
dari deviden per saham yang dibagikan, Bank BJB masih relatif lebih kecil
dibandingkan dengan bank pesaing. Namun, Pemerintah Daerah Kota Depok
tetap hanya dapat melakukan penanaman saham hanya di Bank BJB. Di sisi lain,
dilihat dari harga saham yang terus meningkat setelah terjadinya IPO membuat
modal yang ditanamkan Kota Depok menjadi terus bertambah.
Semenjak tahun 2002 sampai dengan saat ini, Pemerintah Daerah Kota
Depok telah menanamkan Saham Seri A di Bank BJB. Saham seri A yang
dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Depok sebanyak 89.581.968 lembar
saham atau setara dengan Rp 22.395.492.000 dengan presentase sebesar 0,92%
setelah IPO yakni menurun dari 1,23% sebelum terjadinya IPO. Dari keseluruhan
analisis dapat disimpulkan bahwa penanaman investasi jangka panjang maupun
jangka pendek layak dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kota Depok.
2. Saran
Adapun saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian berikutnya
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan antara lain penelitian tentang:
• Menganalisis kinerja Bank BJB setelah melakukan IPO (Initial Public
Offering)
• Menganalis keadaan Saham Seri A dan Seri B setelah melakukan IPO (Initial
Public Offering)
• Mengetahui dan menganalisis proses IPO (Initial Public Offering) PT Bank
BJB dari status perusahaan sebelumnya yakni Bank Pembangungan Daerah
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Anonim. 2010. Earnings Per Share (EPS) : Definisi dan Faktor Penyebab Kenaikan dan Penurunan Laba Per Saham. http://jurnalsdm.blogspot. com/2010/01/earnings-per-share-eps-definisi-dan.html. [1 Desember 2010]
Anwar, J. 2010. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung : PT. Alumni
Dewi, F.R, dkk. 2007. Analisis Strategi Penyertaan Modal Provinsi DKI Jakarta Terhadap Beberapa Perusahaan Daerah dan Perusahaan Lainnya. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gito S.I. 1999. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Halim, A. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP STIM YKPN Yogyakarta
Hasibuan, M. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Husnan, S. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.Yogyakarta: BPFE.
Kertonegoro,S. 1995. Analisa dan Manajemen Investasi. Jakarta: Widya Press 73.
Kotler. P. 2005. Manajemen Pemasaran Jilid I. Jakarta : PT Indeks Kelompok Gramedia.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta : Erlangga
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
Riyanto, B. 1999. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta: BPFE.
Thian, L.H. 2001. Panduan Berinvestasi Saham. PT. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tlngkat II Depok Dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilego.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
84
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
www.bankjabar.co.id. [27-29 Desember 2010]
www.bi.go.id. [2 Desember 2010]
www.bni.co.id. [29 November 2010]
www.danamon.co.id. [29 November 2010]
www.panin.co.id. [30 November 2010]
www.permatabank.com.[3 November 2010]
Lampiran 1. Pertanyaan Wawancara kepada Pihak Bank BJB
PERTANYAAN WAWANCARA
Bank Jabar Banten Cabang Depok
I. Pertanyaan tentang gambaran umum perusahaan
1. Bagaimana proses berdirinya Bank Jabar Banten?
2. Apa visi, misi dan tujuan dari Bank Jabar Banten?
3. Bagaimana struktur organisasi, tugas dan wewenang setiap jabatan?
4. Bagaimana status badan hukumnya?
5. Fasilitas apa saja yang dimiliki oleh Bank Jabar Banten?
II. Pertanyaan tentang Lingkungan Internal.
1. Produksi
a) Bagaimana penyedian produk-produk perbankan?
b) Bagaimana pengawasan mutu yang dilakukan ?
c) Apa saja produk perbankan yang ada di Bank Jabar Banten?
2. Sumber daya manusia
a) Berapa jumlah karyawannya? (rinci menurut jenis pekerjaan, jenis
kelamin, umur, dan pendidikan)
b) Bagaimana jam kerja diberlakukan?
c) Bagaimana cara peningkatan dan pengembangan karyawan?
d) Apa masalah ketenagakerjaan yang dihadapi?
3. Keuangan
a) Bagaimana sistem pencatatan keuangan pada perusahaan?
b) Bagaimana pertumbuhan laba perusahaan, himpunan dana, dan rasio
NPL?
c) Apa masalah keuangan yang dihadapi perusahaan?
86
Lanjutan Lampiran 1.
4. Pemasaran
a) Produk apa saja yang dihasilkan oleh Bank Jabar Banten? Apa yang
menjadi produk utama?
b) Apakah ada pengklasifikasian produk?
c) Apa yang membedakan produk Bank BJB dengan produk perbankan
sejenis lainnya? Deskripsikan!
d) Berapa tingkat suku bunga yang ditawarkan untuk produk simpanan
dan kredit?
e) Bagaimana cara memasarkan produk-produk dari Bank Jabar Banten?
f) Apakah ada agen pemasaran untuk memasarkan produknya?
g) Kegiatan promosi apa saja yang sudah dilakukan oleh perusahaan?
h) Media apa saja yang digunakan untuk sarana promosi?
i) Apakah ada fasilitas konsultasi, kritik dan saran untuk konsumen?
5. Sistem Informasi Manajemen.
a) Apakah Bank Jabar Banten menggunakan sistem informasi
manajemen?
b) Bagaimana penggunaan sistem informasi tersebut?
III. Pertanyaan tentang lingkungan mikro pemasaran.
1. Apakah Bank Jabar Banten telah mengetahui dan mendata para pesaing?
2. Siapa saja yang menjadi pesaing potensial dari Bank Jabar Banten ini?
3. Bagaimana kekuatan yang dimiliki pesaing tersebut?
4. Bagaimana pertumbuhan perbankan sejenis khususnya di Depok?
5. Apakah terdapat faktor-faktor yang mempermudah masuknya pendatang
baru?
6. Bagaimana saluran distribusi untuk memasarkan produknya?
87
Lanjutan Lampiran 1.
IV. Pertanyaan tentang lingkungan makro pemasaran.
1. Apakah perubahan gaya hidup masyarakat seperti kebiasaan menabung
mempengaruhi kegiatan pemasaran Bank Jabar Banten?
2. Apakah terdapat teknologi baru yang dapat meningkatkan kualitas Bank
Jabar Banten?
3. Bagaimana pengaruh krisis global dunia terhadap bisnis Bank Jabar
Banten?
4. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap penyertaan modal
Bank Jabar Banten?
88
Lampiran 2. Kuesioner terhadap bank BUMN dan bank swasta di Depok.
KUESIONER ANALISIS PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KOTA
DEPOK TERHADAP BANK
1. Apa saja jenis produk simpanan (investasi) yang perusahaan Anda tawarkan?
…………………………………………………………………………………
2. Berapa besar suku bunga dan benefit yang ditawarkan dari setiap produk
simpanan?
…………………………………………………………………………………
3. Untuk simpanan deposito, berapa suku bunga yang perusahaan Anda
tawarkan?
o Rp. 100-500 juta, suku bunga …..%
o Rp. 500 juta-1 M, suku bunga …..%
o Rp. 1-20 M, suku bunga …..%
o Rp. 20-50 M, suku bunga …..%
o Rp. 50-100 M, suku bunga …..%
Ket : asumsi suku bunga yang diberikan daam jangka waktu 1 tahun
4. Berapa jenis saham yang perusahaan Anda tawarkan?
o Saham ……………………, EPS…………………..
o Saham ……………………, EPS…………………..
Ket : EPS yang diberikan pada tahun terakhir (2010)
5. Jika perusahaan Anda mengeluarkan obligasi, jenis obligasi apa yang
ditawarkan?
Berapa besar suku bunga dari obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
Anda?
…………………………………………………………………………………
Terima Kasih
89
Lampiran 3. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
YANG MEMPENGARUHI PENYERTAAN MODAL TERHADAP BANK BJB Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal
yang mempengaruhi kemapuan PT Bank Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor
internal dan eksternal industri perbankan yang diperoleh dari wawancara. Tingkat
kepentingan adalah berupa pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor
operasional tersebut menentukan keberhasilan penyertaan modal terhadap Bank Jabar
Banten.
Petunjuk Umum:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya
secara sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak
responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan
yang berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden
lainnya ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan
alasan yang kuat.
Petunjuk Khusus:
1. Pemberian bobot terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang tersedia pada kuesioner ini, seperti yang dipaparkan di bawah ini: 1 = kurang menentukan atau kurang penting 2 = cukup menentukan atau cukup penting 3 = menentukan atau penting 4 = sangat menentukan atau sangat penting
2. Pemberian bobot masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( X ) pada tingkatan (1-4) yang paling sesuai menurut responden.
90
Lanjutan Lampiran 3 A. Faktor Strategis Internal
Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan
berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.
Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal Bobot
1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan
Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan
2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik
3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang
berkinerja baik
5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru
7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional
8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik
9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan
belum berskala nasional
11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah
12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan
13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai
14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata
15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi
tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut
17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim
91
Lanjutan Lampiran 3.
B. Faktor Eksternal
Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan.
Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Bobot
1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan
perbankan
3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan
4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat
5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung
6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat
7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir
8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen
9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali
10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar
11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa
92
Lampiran 4. Kuesioner terhadap Pihak Bank Jabar Banten
KUESIONER FAKTOR-FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
(PENETUAN RATING)
Tujuan:
Mendapatkan penilaian para responden terhadap faktor internal maupun eksternal
yaitu dengan cara pemberian peringkat yang mempengaruhi kemapuan PT Bank
Jabar Banten dalam mengelola faktor-faktor internal dan eksternal industri
perbankan.
Petunjuk Umum:
1. Pengisian kuesioner dilakukan secra tertulis oleh responden
2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden
3. Dalam pengisian kuesioner, responden diharapkan untuk melakukannya secara
sekaligus (tidak tertunda) untuk menghindari inkonsistensi jawaban
4. Seluruh definisi yang digunakan dalam kuesioner ini sepenuhnya menjadi hak
responden, dalam artian bahwa responden dapat saja memiliki pandangan yang
berbeda mengenai suatu faktor di dalam kuesioner ini, dengan responden lainnya
ataupun dengan peneliti. Hal ini dibenarkan jika dilengkapi dengan alasan yang
kuat.
Petunjuk Khusus :
A. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis internal (kekuatan dan kelemahan) adalah sebagai berikut : 1=kelemahan utama, 2=kelemahan kecil, 3=kekuatan kecil, 4=kekuatan utama
B. Alternatif pemberian peringkat terhadap faktor-faktor strategis eksternal (peluang dan ancaman) adalah sebagai berikut: 1 = respon perusahaan di bawah rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 2 = respon perusahaan rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 3 = respon perusahaan di atas rata-rata tehadap faktor-faktor tersebut 4 = respon perusahaan superior tehadap faktor-faktor tersebut Pemberian peringkat masing-masing faktor strategis dilakukan dengan memberikan tanda ( √ ) pada skala likert (1-4) yang paling sesuai menurut responden.
93
Lanjutan Lampiran 4.
C. Faktor Strategis Internal
Adalah faktor-faktor yang secara internal harus dipenuhi agar perusahaan
berhasil dan memenangkan persaingan dalam industri perbankan.
Tabel 1. Faktor- Faktor Internal No Faktor Internal Nilai
1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan
Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan
2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik
3 Pertumbuhan laba yang meningkat 4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang
berkinerja baik
5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru
7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional
8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik
9 Kurangnya tenaga khusus promosi 10 Cakupan operasional bisnis perbankan
belum berskala nasional
11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah
12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan
13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai
14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata
15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 16 Belum adanya program komputerisasi
tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut
17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim
94
Lanjutan Lampiran 4.
D. Faktor Eksternal
Adalah hal-hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan yang
berasal dari luar perusahaan.
Tabel 2. Faktor- Faktor Eksternal No. Faktor Eksternal Nilai
1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan
perbankan
3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan
4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat
5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung
6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat
7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir
8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen
9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali
10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar
11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa
95
Lampiran 5. Perhitungan Bobot IFE dan EFE
a. Bobot Faktor-faktor Internal
No Faktor Internal Tingkat Kepentingan
Jumlah Responden
Rata- rata
Bobot
1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori
Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan
1 1 2 3.5 0.064
2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik
1 1 2 3.5 0.064
3 Pertumbuhan laba yang meningkat 2 2 4 0.073 4 Memiliki nama dan citra
perusahaan yang berkinerja baik 1 1 2 3.5 0.064
5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
1 1 2 3.5 0.064
6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru
2 2 3 0.055
7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional
1 1 2 3.5 0.064
8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik
2 2 3 0.055
9 Kurangnya tenaga khusus promosi 2 2 3 0.055 10 Cakupan operasional bisnis
perbankan belum berskala nasional 2 2 3 0.055
11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah
2 2 3 0.055
12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan
1 1 2 2.5 0.046
13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai
1 1 2 3 0.055
14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata
1 1 2 3.5 0.064
15 Produk yang ditawarkan masih terbatas
1 1 2 3.5 0.064
16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut
1 1 2 2.5 0.046
17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim
1 1 2 3.5 0.064
Jumlah rata-rata 55 1.00
96
Lanjutan Lampiran 5. b. Nilai Faktor-Faktor Internal
No Faktor Internal Tingkat Kepentingan
Jumlah responden
Jumlah Nilai
Rata-Rata Nilai
1 2 3 4 1 Bank Terbaik Kategori
Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan
1 1 2 7 3.5
2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik
2 2 8 4
3 Pertumbuhan laba yang meningkat 2 2 8 4 4 Memiliki nama dan citra
perusahaan yang berkinerja baik 2 2 8 4
5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
2 2 8 4
6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru
2 2 8 4
7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional
2 2 8 4
8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik
2 2 4 2
9 Kurangnya tenaga khusus promosi 2 2 4 2 10 Cakupan operasional bisnis
perbankan belum berskala nasional 2 2 4 2
11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah
1 1 2 3 1.5
12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan
1 1 2 3 1.5
13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai
1 1 2 3 1.5
14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata
2 2 4 2
15 Produk yang ditawarkan masih terbatas
2 2 4 2
16 Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut
2 2 4 2
17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim
2 2 4 2
Jumlah rata-rata 92 46
97
Lanjutan Lampiran 5. c. Bobot Faktor-Faktor Eksternal
No Faktor Eksternal Nilai Jumlah Responden
Rata-Rata
Bobot
1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 2 2 3 0.051 2 Meningkatnya konsumsi masyarakat
akan perbankan 1 1 2 2.5 0.043
3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan
2 2 2 0.034
4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat
2 2 4 0.068
5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung
2 2 4 0.068
6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat
2 2 4 0.068
7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir
2 2 4 0.068
8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen
2 2 3 0.051
9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali
2 2 3 0.051
10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar
2 2 2 3 0.051
11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
1 1 2 3.5 0.060
12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
1 1 2 3.5 0.060
13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
1 1 2 3.5 0.060
14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
2 2 4 0.068
15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
1 1 2 3.5 0.051
16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
2 2 4 0.068
17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa
2 2 4 0.068
Jumlah Rata-Rata 58.5 1.00
98
Lanjutan Lampiran 5. d. Nilai faktor-faktor eksternal
No. Faktor Eksternal Tingkat Kepentingan Jumlah Responden
Jumlah Nilai
Rata-rata Nilai
1 2 3 4 1 Penggunaan teknologi dalam
pelayanan 1 1 2 5 2.5
2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan
1 1 2 7 3.5
3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan
1 1 2 7 3.5
4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat
2 2 8 4
5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung
2 2 8 4
6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat
2 2 8 4
7 Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir
2 2 8 4
8 Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen
1 1 2 7 3.5
9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali
2 2 8 4
10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar
2 2 8 4
11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
2 2 4 2
12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
2 2 4 2
13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
1 1 2 3 1.5
14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
2 2 4 2
15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
2 2 4 2
16 Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
1 1 2 5 2.5
17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa
2 2 4 2
Jumlah Rata-Rata 102 51
99
Lanjutan Lampiran 5. e. Internal Factor Evaluation (IFE) Bank Jabar Banten
No Faktor Internal Bobot Peringkat Nilai yang Bobot
1 Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah sehingga meningkatkan citra perusahaan 0.064 3.5 0.224
2 Pertumbuhan penghimpunan dana masyarakat yang baik 0.064 4 0.256
3 Pertumbuhan laba yang meningkat 0.073 4 0.292
4 Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkinerja baik 0.064 4 0.256
5 Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
0.064 4 0.256
6 Potensi pasar yang masih besar akan dapat meningkatkan jumlah nasabah baru 0.055 4 0.22
7 Struktur Organisasi yang menunjang efektifitas operasional 0.064 4 0.256
8 Promosi yang masih minim terhadap sektor publik 0.055 2 0.11
9 Kurangnya tenaga khusus promosi 0.055 2 0.11
10 Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional 0.055 2 0.11
11 Skala permodalan sebagian besar masih lingkup pemerintah 0.055 1.5 0.0825
12 Pembinaan nasabah kurang selektif, seperti kurangnya kecepatan dalam pelayanan 0.046 1.5 0.069
13 Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai 0.055 1.5 0.0825
14 Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata 0.064 2 0.128
15 Produk yang ditawarkan masih terbatas 0.064 2 0.128
16
Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (seperti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic), sehingga tidak memungkinkan dilakukannya real time transaksi, online system, phone banking maupun internet banking dengan program tersebut
0.046 2 0.092
17 Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro yang masih minim 0.064 2 0.128
Total 1.00 46 2.8
100
Lanjutan Lampiran 5. f. Eksternal Factor Evaluation (EFE) Bank Jabar Banten
No. Faktor Eksternal Bobot Penilaian Skor Bobot
1 Penggunaan teknologi dalam pelayanan 0.051 2.5 0.1275
2 Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perbankan 0.043 3.5 0.1505
3 Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusahaan 0.034 3.5 0.119
4 Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat 0.068 4 0.272
5 Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung 0.068 4 0.272
6 Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat 0.068 4 0.272
7
Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan perbaikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir
0.068 4 0.272
8
Perhatian pemerintah terhadap kemajuan pengusaha kecil masih besar dengan banyaknya bantuan dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen
0.051 3.5 0.1785
9 Potensi pasar terhadap pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali 0.051 4 0.204
10 Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar 0.051 4 0.204
11 Adanya revisi terhadap undang-undang penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
0.060 2 0.12
12 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir 0.060 2 0.12
13 Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
0.060 1.5 0.09
14 Krisis keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan 0.068 2 0.136
15 Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro
0.051 2 0.102
16
Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR
0.068 2.5 0.17
17 Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa
0.068 2 0.136
Total 1.00 51 2.946
101
Lampiran 6. Sejarah Perkembangan Kepemilikan Saham 1999-2009 (Sebelum IPO)
• Kepemilikan Saham Tahun 1999
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 20.000.000 200.000.000.000 5.000.000 500.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 5.366.749 53.667.490.000 - - 57,32
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 462.922 4.629.220.000 - - 4,943. Kota Cirebon 86.788 867.880.000 - - 0,934. Kota Sukabumi 16.080 160.800.000 - - 0,175. Kota Bekasi 30.782 307.820.000 - - 0,336. Kota Bogor 65.175 651.750.000 - - 0,697. Kabupaten Bandung 220.091 2.200.910.000 - - 2,358. Kabupaten Cirebon 146.768 1.467.680.000 - - 1,579. Kabupaten Karawang 139.566 1.395.660.000 - - 1,4610. Kabupaten Ciamis 70.958 709.580.000 - - 0,7611. Kabupaten Tasikmalaya 45.846 458.460.000 - - 0,4912. Kabupaten Sukabumi 102.250 1.022.500.000 - - 1,09
101
102
Lanjutan Lampiran 6.
13. Kabupaten Subang 88.336 883.360.000 - - 9,4314. Kabupaten Indramayu 110.563 1.105.630.000 - - 1,1815. Kabupaten Bekasi 370.563 3.705.630.000 - - 3,9616. Kabupaten Sumedang 96.743 967.430.000 - - 1,0317. Kabupaten Bogor 227.380 2.273.800.000 - - 2,4318. Kabupaten Cianjur 110.419 1.104.190.000 - - 1,1819. Kabupaten Kuningan 53.598 535.980.000 - - 0,5720. Kabupaten Majalengka 39.045 390.450.000 - - 0,4221. Kabupaten Garut 47.660 476.600.000 - - 0,5122. Kabupaten Purwakarta 95.611 956.110.000 - - 1,02
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
23. Kota Tangerang 156.003 1.560.030.000 - - 1,6724. Kabupaten Serang 509.547 5.095.470.000 - - 5,4425. Kabupaten Tangerang 502.757 5.027.570.000 - - 5,3726. Kabupaten Lebak 87.451 874.510.000 - - 0,9327 Kabupaten Pandeglang 113.749 1.137.490.000 - - 1,22
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 9.363.400 93.634.000.000 - - 100,00
Saham dalam Portepel 10.636.600 106.366.000.000 5.000.000 50.000.000.000
102
103
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2000
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 20.000.000 200.000.000.000 5.000.000 500.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 6.664.868 66.648.680.000 - - 60,60
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 489.512 4.895.120.000 - - 4,453. Kota Cirebon 91.567 915.670.000 - - 0,834. Kota Sukabumi 20.513 205.130.000 - - 0,735. Kota Bekasi 180.781 1.807.810.000 - - 1,646. Kota Bogor 68.581 685.810.000 - - 0,627. Kabupaten Bandung 232.450 2.324.500.000 - - 2,118. Kabupaten Cirebon 155.767 1.557.670.000 - - 1,429. Kabupaten Karawang 155.806 1.558.060.000 - - 1,4210. Kabupaten Ciamis 74.780 747.800.000 - - 0,6611. Kabupaten Tasikmalaya 48.360 483.600.000 - - 0,4412. Kabupaten Sukabumi 108.041 1.080.410.000 - - 0,98
103
104
Lanjutan Lampiran 6.
13. Kabupaten Subang 97.606 976.060.000 - - 0.8814. Kabupaten Indramayu 115.562 1.155.620.000 - - 1,0515. Kabupaten Bekasi 220.562 2.205.620.000 - - 2,0016. Kabupaten Sumedang 105.085 1.050.850.000 - - 0,9617. Kabupaten Bogor 282.524 2.825.240.000 - - 2,5718. Kabupaten Cianjur 120.419 1.204.190.000 - - 1,0919. Kabupaten Kuningan 57.597 575.970.000 - - 0,5220. Kabupaten Majalengka 41.248 412.480.000 - - 0,3821. Kabupaten Garut 52.389 523.890.000 - - 0,4822. Kabupaten Purwakarta 109.265 1.092.650.000 - - 0,99
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
23. Kota Tangerang 164.349 1.643.490.000 - - 1,4924. Kabupaten Serang 560.792 5.607.920.000 - - 5,1025. Kabupaten Tangerang 527.756 5.277.560.000 - - 4,8026. Kabupaten Lebak 107.317 1.073.180.000 - - 0,9827. Kabupaten Pandeglang 143.584 1.435.840.000 1,30
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 10.997.081 109.970.810.000.000 - - 100,00
Saham dalam Portepel 9.002.919 90.029.190.000 5.000.000 50.000.000.000
104
105
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2001
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 21.564.868 215.648.680.000 - - 71,84
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 962.426 9.624.260.000 - - 3,213. Kota Cirebon 129.852 1.298.520.000 0,434. Kota Sukabumi 25.513 255.130.000 - - 0,095. Kota Bekasi 358.425 3.584.250.000 - - 1,196. Kota Bogor 127.487 1.274.870.000 - - 0,427. Kabupaten Bandung 522.674 5.226.740.000 - - 1,748. Kabupaten Cirebon 214.727 2.147.270.000 - - 0,729. Kabupaten Karawang 187.966 1.879.660.000 - - 0,5110. Kabupaten Ciamis 152.993 1.529.930.000 - - 0,4911. Kabupaten Tasikmalaya 409.851 4.098.510.000 - - 1,3712. Kabupaten Sukabumi 548.344 5.483.440.000 - - 1,83
105
106
Lanjutan Lampiran 6.
13. Kabupaten Subang 147.011 1.470.110.000 - - 0,4914. Kabupaten Indramayu 166.288 1.662.880.000,00 - - 0,5515. Kabupaten Bekasi 361.262 3.612.620.000,00 - - 1,2016. Kabupaten Sumedang 151.317 1.513.170.000,00 - - 0,5017. Kabupaten Bogor 486.451 4.864.510.000,00 - - 1,6218. Kabupaten Cianjur 175.419 1.754.190.000,00 - - 0,5819. Kabupaten Kuningan 92.703 927.030.000,00 - - 0,3120. Kabupaten Majalengka 86.566 865.660.000,00 - - 0,2921. Kabupaten Garut 144.167 1.441.670.000,00 - - 0,4922. Kabupaten Purwakarta 158.679 1.586.790.000,00 - - 0,5323. Kota Depok 24.549 245.490.000,00 - - 0,08
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
24. Kabupaten Lebak 152.478 1.524.780.000,00 - - 0,5025. Kota Tangerang 278.339 2.783.390.000,00 - - 0,9326. Kabupaten Tangerang 732.654 7.325.540.000,00 - - 2,4427. Kabupaten Pandeglang 402.728 4.027.280.000,00 - - 1,3428. Kabupaten Serang 1.201.465 12.014.650.000,00 - - 4,0029. Kota Cilegon 50.000 500.000.000,00 - - 0,17
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 30.017.202 300.172.020.000.000 - - 100,00
Saham dalam Portepel 49.982.798 499.827.980.000 20.000.000 200.000.000.000
106
107
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2002
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 21.564.868 215.648.680.000 - - 70,32
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 1.112.603 11.126.030.000 - - 3,633. Kota Cirebon 129.852 1.298.520.000 - - 0,424. Kota Sukabumi 50.513 505.130.000 - - 0,165. Kota Bekasi 358.425 3.584.250.000 - - 1,176. Kota Bogor 127.487 1.274.870.000 - - 0,427. Kota Depok 64.549 645.490.000 - - 0,218. Kabupaten Bandung 522.674 5.226.740.000 - - 1,709. Kabupaten Cirebon 248.327 2.483.270.000 - - 0,8110. Kabupaten Karawang 217.966 2.179.660.000 - - 0,7111. Kabupaten Ciamis 152.993 1.529.930.000 - - 0,5012. Kabupaten Tasikmalaya 423.845 4.238.450.000 - - 1,38
107
108
Lanjutan Lampiran 6.
13. Kabupaten Sukabumi 558.344 5.583.440.000 - - 1,8214. Kabupaten Subang 172.011 1.720.110.000 - - 0,5615. Kabupaten Indramayu 216.288 2.162.880.000 - - 0,7016. Kabupaten Bekasi 361.262 3.612.620.000 - - 1,1817. Kabupaten Sumedang 151.317 1.513.170.000 - - 0,4918. Kabupaten Bogor 486.451 4.864.510.000 - - 1,5919. Kabupaten Cianjur 275.419 2.754.190.000 - - 0,9020. Kabupaten Kuningan 92.703 927.030.000 - - 0,3021. Kabupaten Majalengka 111.566 1.115.660.000 - - 0,3622. Kabupaten Garut 144.167 1.441.670.000 - - 0,4723. Kabupaten Purwakarta 180.479 1.804.790.000 - - 0,59
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
24. Kota Tangerang 363.339 3.633.390.000 - - 1,1825. Kota Cilegon 50.000 500.000.000 - - 0,1626. Kabupaten Serang 1.201.465 12.014.650.000 - - 3,9227. Kabupaten Tangerang 732.654 7.326.540.000 - - 2,3928. Kabupaten Lebak 152.478 1.524.780.000 - - 0,5029 Kabupaten Pandeglang 444.377 4.443.770.000 - - 1,45
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 30.668.422 306.684.220.000,- 100,00
Saham dalam Portepel 49.331.578 493.315.780.000,- 20.000.000 200.000.000.000
108
109
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2003
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per
Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 80.000.000 800.000.000.000 20.000.000 200.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 31.564.868 315.648.680.000 - - 61,97
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 1.212.603 12.126.300.000 - - 2,383. Kota Cirebon 157.606 1.576.060.000 - - 0,304. Kota Sukabumi 110.513 1.105.130.000 - - 0,225. Kota Bekasi 429.925 4.299.250.000 - - 0,846. Kota Bogor 202.330 2.023.300.000 - - 0,407. Kota Depok 239.549 2.395.490.000 - - 0,478. Kota Cimahi 100.000 1.000.000.000 - - 0,209. Kabupaten Bandung 2.522.674 25.226.740.000 - - 4,9510. Kabupaten Cirebon 299.227 2.992.270.000 - - 0,5911. Kabupaten Karawang 257.966 2.579.660.000 - - 0,5112. Kabupaten Ciamis 182.427 1.824.270.000 - - 0,36
109
110
Lanjutan Lampiran 6.
13. Kabupaten Tasikmalaya 623.845 6.238.450.000 - - 1,2214. Kabupaten Sukabumi 870.844 8.708.440.000 - - 1,7115. Kabupaten Subang 256.111 2.561.110.000 - - 0,5016. Kabupaten Indramayu 286.288 2.862.880.000 - - 0,5617. Kabupaten Bekasi 551.262 5.512.620.000 - - 1,0818. Kabupaten Sumedang 351.317 3.513.170.000 - - 0,6919. Kabupaten Bogor 1.136.451 11.364.510.000 - - 2,2320. Kabupaten Cianjur 375.419 3.754.190.000 - - 0,7421. Kabupaten Kuningan 112.703 1.127.030.000 - - 0,2222. Kabupaten Majalengka 136.566 1.365.660.000 - - 0,2723. Kabupaten Garut 264.167 2.641.670.000 - - 0,5224. Kabupaten Purwakarta 280.479 2.804.790.000 - - 0,55 Pemerintah Provinsi Banten 25. Pemerintah Provinsi Banten 4.500.000 45.000.000.000 - - 8,83
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
26. Kota Tangerang 561.722 5.617.220.000 - - 1,1027. Kota Cilegon 150.000 1.500.000.000 - - 0,2928. Kabupaten Serang 1.440.459 14.404.590.000 - - 2,8329. Kabupaten Tangerang 882.654 8.826.540.000 - - 1,7330. Kabupaten Lebak 182.478 1.824.780.000 - - 0,3631. Kabupaten Pandeglang 694.377 6.943.770.000 - - 1,36
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 50.936.830 509.368.300.000,- 100,00
Saham dalam Portepel 29.063.170 290.631.700.000,- 20.000.000 200.000.000.000 110
111
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2004
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 160.000.000 160.000.000.000 40.000.000 400.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 39.064.868 390.648.680.000 - - 57,10
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 1.412.603 14.126.030.000 - - 2,063. Kota Cirebon 172.856 1.728.560.000 - - 0,254. Kota Sukabumi 170.513 1.705.130.000 - - 0,255. Kota Bekasi 567.425 5.674.250.000 - - 0,836. Kota Bogor 367.487 3.674.870.000 - - 0,547. Kota Depok 389.549 3.895.490.000 - - 0,578. Kota Cimahi 600.000 6.000.000.000 - - 0,889. Kota Tasikmalaya 600.000 6.000.000.000 - - 0,8810. Kabupaten Bandung 5.022.674 50.226.740.000 - - 7,3411. Kabupaten Cirebon 370.227 3.702.270.000 - - 0,5412. Kabupaten Karawang 357.966 3.579.660.000 - - 0,5213. Kabupaten Ciamis 361.902 3.619.020.000 - - 0,53
111
112
Lanjutan Lampiran 6.
14. Kabupaten Tasikmalaya 1.373.845 13.738.450.000 - - 2,0015. Kabupaten Sukabumi 1.000.000 10.000.000.000 - - 1,4616. Kabupaten Subang 406.111 4.061.110.000 - - 0,59
17. Kabupaten Indramayu 386.288 3.862.880.000 - - 0,5618. Kabupaten Bekasi 801.262 8.012.620.000 - - 1,17
19. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170 - - 1,4620. Kabupaten Bogor 1.136.451 11.364.510 - - 1,6621. Kabupaten Cianjur 575.419 5.754.190.000 - - 0,8422. Kabupaten Kuningan 187.703 1.877.030.000 - - 0,2723. Kabupaten Majalengka 186.566 1.865.660.000 - - 0,2724. Kabupaten Garut 364.167 3.641.670.000 - - 0,5325. Kabupaten Purwakarta 380.479 3.804.790.000 - - 0,56 Pemerintah Provinsi Banten 26. Pemerintah Provinsi Banten 4.500.000 45.000.000.000 - - 6.58
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
27. Kota Tangerang 1.161.722 11.617.220.000 - - 1,7028. Kota Cilegon 300.000 3.000.000.000 - - 0,4429. Kabupaten Serang 1.690.459 16.904.590.000 - - 2,4730. Kabupaten Tangerang 2.382.654 23.826.540.000 - - 3,4831. Kabupaten Lebak 217.478 2.174.780.000 - - 0,3232. Kabupaten Pandeglang 904.114 9.041.140.000 - - 1,32
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 68.414.105 684.414.105.000,- 100,00
Saham dalam Portepel 91.585.895 915.858.950.000,- 40.000.000 400.000.000.000
112
113
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2005
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 160.000.000 160.000.000.000 40.000.000 400.000.000.000
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 46.849.868 468.498.680.000 - - 54,39
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 1.622.603 16.226.030.000 - - 1,883. Kota Cirebon 187.856 1.878.560.000 - - 0,224. Kota Sukabumi 270.513 2.705.130.000 - - 0,315. Kota Bekasi 667.425 6.674.250.000 - - 0,776. Kota Bogor 467.487 4.674.870.000 - - 0,547. Kota Depok 589.549 5.895.490.000 - - 0,688. Kota Cimahi 1.100.000 11.000.000.000 - - 1,289. Kota Tasikmalaya 900.000 9.000.000.000 - - 1,0410. Kota Banjar 10.000 100.000.000 - - 0,0111. Kabupaten Bandung 7.022.674 70.226.740.000 - - 8,1512. Kabupaten Cirebon 440.227 4.402.270.000 - - 0,5113. Kabupaten Karawang 407.966 4.079.660.000 - - 0,4714. Kabupaten Ciamis 395.696 3.956.960.000 - - 0,4615. Kabupaten Tasikmalaya 1.573.845 15.738.450.000 - - 1,83
113
114
Lanjutan Lampiran 6.
16. Kabupaten Sukabumi 1.100.000 11.000.000.000 - - 1,2817. Kabupaten Subang 506.111 5.061.110.000 - - 0,5918. Kabupaten Indramayu 486.288 4.862.880.000 - - 0,5619. Kabupaten Bekasi 951.262 9.512.620.000 - - 1,1020. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170 - - 1,1621. Kabupaten Bogor 1.836.451 18.364.510.000 - - 2,1322. Kabupaten Cianjur 860.419 8.604.190.000 - - 1,0023. Kabupaten Kuningan 287.703 2.877.030.000 - - 0,3324. Kabupaten Majalengka 286.566 2.865.660.000 - - 0,33
25. Kabupaten Garut 434.167 4.341.670.000 - - 0,50
26. Kabupaten Purwakarta 480.479 4.804.790.000 - - 0,56 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 6.715.000 67.150.000.000 - - 7,80
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
28. Kota Tangerang 1.661.722 16.617.220.000 - - 1,9329. Kota Cilegon 400.000 4.000.000.000 - - 0,4630. Kabupaten Serang 1.940.459 19.404.590.000 - - 2,2531. Kabupaten Tangerang 3.382.654 33.826.540.000 - - 3,9332. Kabupaten Lebak 267.478 2.674.780.000 - - 0,3133. Kabupaten Pandeglang 1.030.460 10.304.600.000 - - 1,20
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor 86.134.245 861.342.563.149,84 100,00
Saham dalam Portepel 73.865.755 738.657.550.000 40.000.000 400.000.000.000
114
115
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2006
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 320.000.000 3.200.000.000.000 80.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 56.849.868 568.498.680.000 - - 52,98
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 1.872.603 18.726.030.000 - - 1,743. Kota Cirebon 215.556 2.155.560.000 - - 0,204. Kota Sukabumi 320.513 3.205.130.000 - - 0,305. Kota Bekasi 767.425 7.674.250.000 - - 0,716. Kota Bogor 618.887 6.188.870.000 - - 0,587. Kota Depok 689.549 6.895.490.000 - - 0,648. Kota Cimahi 1.600.000 16.000.000.000 - - 1,499. Kota Tasikmalaya 900.000 9.000.000.000 - - 0,8410. Kota Banjar 125.000 1.250.000.000 - - 0,1211. Kabupaten Bandung 9.522.674 95.226.740.000 - - 8,8712. Kabupaten Cirebon 540.227 5.402.270.000 - - 0,5013. Kabupaten Karawang 607.966 6.079.660.000 - - 0,5714. Kabupaten Ciamis 460.804 4.608.040.000 - - 0,43
115
116
Lanjutan Lampiran 6.
15. Kabupaten Tasikmalaya 1.673.845 16.738.450.000 - - 1,5616. Kabupaten Sukabumi 1.350.000 13.500.000.000 - - 1,2617. Kabupaten Subang 606.111 6.061.110.000 - - 0,5618. Kabupaten Indramayu 761.197 7.611.970.000 - - 0,7119. Kabupaten Bekasi 1.151.262 11.512.620.000 - - 1,0720. Kabupaten Sumedang 1.001.317 10.013.170.000 - - 0,9321. Kabupaten Bogor 2.836.451 28.364.510.000 - - 2,6422. Kabupaten Cianjur 1.060.419 10.604.190.000 - - 0,9923. Kabupaten Kuningan 387.703 3.877.030.000 - - 0,3624. Kabupaten Majalengka 586.566 5.865.660.000 - - 0,5525. Kabupaten Garut 434.167 4.341.670.000 - - 0,4026. Kabupaten Purwakarta 580.479 5.804.790.000 - - 0,54 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 9.150.122 91.501.220.000 - - 8,53
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
28. Kota Tangerang 2.161.722 21.617.220.000 - - 2,0129. Kota Cilegon 500.000 5.000.000.000 - - 0,4630. Kabupaten Serang 2.240.459 22.404.590.000 - - 2,0931. Kabupaten Tangerang 4.382.654 43.826.540.000 - - 4,0832. Kabupaten Lebak 317.478 3.174.780.000 - - 0,2933. Kabupaten Pandeglang 1.030.460 10.304.600.000 - - 0,96
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
107.303.484 1.073.034.840.000 - - 100,00
Saham dalam Portepel 212.696.516 2.126.965.160.000 80.000.000 800.000.000.000
116
117
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2007
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham Nilai Nominal Rp 10.000,- Per Saham %
Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp) Modal Dasar 320.000.000 3.200.000.000.000 80.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 61.849.868 618.498.680.000 - - 48,91
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 2.400.000 24.000.000.000 - - 1,903. Kota Cirebon 315.556 3.155.560.000 - - 0,254. Kota Sukabumi 420.513 4.205.130.000 - - 0,335. Kota Bekasi 867.425 8.674.250.000 - - 0,696. Kota Bogor 721.038 7.210.380.000 - - 0,577. Kota Depok 1.189.549 11.895.490.000 - - 0,948. Kota Cimahi 1.850.000 18.500.000.000 - - 1,469. Kota Tasikmalaya 1.100.000 11.000.000.000 - - 0,8710. Kota Banjar 225.000 2.250.000.000 - - 0,1811. Kabupaten Bandung 12.522.674 125.226.740.000 - - 9,9012. Kabupaten Cirebon 740.227 7.402.270.000 - - 0,5913. Kabupaten Karawang 807.966 8.079.660.000 - - 0,6414. Kabupaten Ciamis 543.027 5.430.270.000 - - 0,43
117
118
Lanjutan Lampiran 6.
15. Kabupaten Tasikmalaya 2.473.845 24.738.450.000 - - 1,9616. Kabupaten Sukabumi 1.850.000 18.500.000.000 - - 1,4617. Kabupaten Subang 856.111 8.561.110.000 - - 0,6818. Kabupaten Indramayu 1.161.197 11.611.970.000 - - 0,9219. Kabupaten Bekasi 1.351.262 13.512.620.000 - - 1,0720. Kabupaten Sumedang 1.151.317 11.513.170.000 - - 0,9121. Kabupaten Bogor 3.836.451 38.364.510.000 - - 3,0322. Kabupaten Cianjur 1.560.419 15.604.190.000 - - 1,2323. Kabupaten Kuningan 487.703 4.877.030.000 - - 0,3924. Kabupaten Majalengka 886.566 8.865.660.000 - - 0,7025. Kabupaten Garut 459.167 4.591.670.000 - - 0,3626. Kabupaten Purwakarta 730.479 7.304.790.000 - - 0,58 Pemerintah Provinsi Banten 27. Pemerintah Provinsi Banten 9.650.122 96.501.220.000 - - 7,63
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
28. Kota Tangerang 2.661.722 26.617.220.000 - - 2,1129. Kota Cilegon 650.000 6.500.000.000 - - 0,5130. Kabupaten Serang 2.617.781 26.177.810.000 - - 2,0731. Kabupaten Tangerang 5.382.654 53.826.540.000 - - 4,2632. Kabupaten Lebak 497.478 4.974.780.000 - - 0,3933. Kabupaten Pandeglang 2.630.460 26.304.600.000 - - 2,08
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
126.447.577 1.264.475.770.000 - - 100,00
Saham dalam Portepel 193.552.423 1.935.524.230.000 80.000.000 800.000.000.000
118
119
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2008
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham % Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp)
Modal Dasar 12.800.000.000 3.200.000.000.000 3.200.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 48,04
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 116.000.006 29.000.001.500 - - 1,943. Kota Cirebon 12.622.248 3.155.562.000 - - 0,214. Kota Sukabumi 28.820.520 7.205.130.000 - - 0,485. Kota Bekasi 38.697.024 9.674.256.000 - - 0,656. Kota Bogor 33.641.553 8.410.388.250 - - 0,567. Kota Depok 55.581.968 13.895.492.000 - - 0,938. Kota Cimahi 84.000.000 21.000.000.000 - - 1,409. Kota Tasikmalaya 52.000.000 13.000.000.000 - - 0,8710. Kota Banjar 33.000.000 8.250.000.000 - - 0,5511. Kabupaten Bandung 680.906.967 170.226.741.750 - - 11,3812. Kabupaten Cirebon 37.609.080 9.402.270.000 - - 0,6313. Kabupaten Karawang 34.318.644 8.579.661.000 - - 0,5714. Kabupaten Ciamis 25.721.097 6.430.274.250 - - 0,43
119
120
Lanjutan Lampiran 6.
15. Kabupaten Tasikmalaya 118.953.800 29.738.450.000 - - 1,99 16. Kabupaten Sukabumi 74.000.000 18.500.000.000 - - 1,24 17. Kabupaten Subang 38.244.474 9.561.118.500 - - 0,64 18. Kabupaten Indramayu 54.447.907 13.611.976.750 - - 0,91 19. Kabupaten Bekasi 65.550.504 16.387.626.000 - - 1,10 20. Kabupaten Sumedang 46.052.684 11.513.171.000 - - 0,77 21. Kabupaten Bogor 153.458.066 38.364.516.500 - - 2,57 22. Kabupaten Cianjur 102.416.760 25.604.190.000 - - 1,71 23. Kabupaten Kuningan 23.508.120 5.877.030.000 - - 0,39 24. Kabupaten Majalengka 35.462.669 8.865.667.250 - - 0,59 25. Kabupaten Garut 22.366.698 5.591.674.500 - - 0,37 26. Kabupaten Purwakarta 35.219.171 8.804.792.750 - - 0,59
Pemerintah Provinsi Banten
27. Pemerintah Provinsi Banten
476.589.856 119.147.464.000 - - 7,97
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
28. Kota Tangerang 106.468.914 26.617.228.500 - - 1,78 29. Kota Cilegon 38.000.000 9.500.000.000 - - 0,64 30. Kabupaten Serang 124.311.251 31.077.812.750 - - 2,08 31. Kabupaten Tangerang 219.306.189 54.826.547.250 - - 3,67 32. Kabupaten Lebak 35.899.154 8.974.788.500 - - 0,60 33. Kabupaten Pandeglang 105.218.408 26.304.602.000 - - 1,76
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
5.982.388.465 1.495.597.116.250 - - 100,00
Saham dalam Portepel 6.817.611.535 1.704.402.883.750 3.200.000.000 800.000.000.000
120
121
Lanjutan Lampiran 6.
• Kepemilikan Saham Tahun 2009
No. Pemegang Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham Nilai Nominal Rp 250,- Per Saham % Saham A Nilai (Rp) Saham B Nilai (Rp)
Modal Dasar 12.800.000.000 3.200.000.000.000 3.200.000.000 800.000.000.000
Modal Ditempatkan dan Disetor - -
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2.873.994.733 718.498.683.250 - - 46,62
Pemerintah Kota/Kabupaten se Jawa Barat
2. Kota Bandung 116.000.006 29.000.001.500 - - 1,88 3. Kota Cirebon 17.039.629 4.259.907.250 - - 0,28 4. Kota Sukabumi 32.820.520 8.205.130.000 - - 0,53 5. Kota Bekasi 50.697.024 12.674.256.000 - - 0,82 6. Kota Bogor 40.237.809 10.059.452.250 - - 0,65 7. Kota Depok 59.581.968 14.895.492.000 - - 0,97 8. Kota Cimahi 94.000.000 23.500.000.000 - - 1,52 9. Kota Tasikmalaya 52.000.000 13.000.000.000 - - 0,84 10. Kota Banjar 33.000.000 8.250.000.000 - - 0,54 11. Kabupaten Bandung 680.906.967 170.226.741.750 - - 11,05 12. Kabupaten Cirebon 45.609.080 11.402.270.000 - - 0,74 13. Kabupaten Karawang 38.318.644 9.579.661.000 - - 0,62 14. Kabupaten Ciamis 28.721.097 7.180.274.250 - - 0,47 15. Kabupaten Tasikmalaya 126.953.800 31.738.450.000 - - 2,06
121
122
Lanjutan Lampiran 6.
16. Kabupaten Sukabumi 74.000.000 18.500.000.000 - - 1,20 17. Kabupaten Subang 38.244.474 9.561.118.500 - - 0,62 18. Kabupaten Indramayu 62.447.907 15.611.976.750 - - 1,01 19. Kabupaten Bekasi 65.550.504 16.387.626.000 - - 1,06 20. Kabupaten Sumedang 46.052.684 11.513.171.000 - - 0,75 21. Kabupaten Bogor 173.458.066 43.364.516.500 - - 2,81 22. Kabupaten Cianjur 102.416.760 25.604.190.000 - - 1,66 23. Kabupaten Kuningan 25.508.120 6.377.030.000 - - 0,41 24. Kabupaten Majalengka 35.462.669 8.865.667.250 - - 0,58 25. Kabupaten Garut 22.366.698 5.591.674.500 - - 0,36 26. Kabupaten Purwakarta 39.219.171 9.804.792.750 - - 0,64
Pemerintah Provinsi Banten
27. Pemerintah Provinsi Banten 488.589.856 122.147.464.000 - - 7,93
Pemerintah Kota/Kabupaten se Banten
28. Kota Tangerang 106.468.914 26.617.228.500 - - 1,73 29. Kota Cilegon 50.000.000 12.500.000.000 - - 0,81 30. Kabupaten Serang 144.311.251 36.077.812.750 - - 2,34 31. Kabupaten Tangerang 259.306.189 64.826.547.250 - - 4,21 32. Kabupaten Lebak 35.899.154 8.974.788.500 - - 0,58 33. Kabupaten Pandeglang 105.218.408 26.304.602.000 - - 1,71
Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor
6.164.402.102 1.541.100.525.500 - - 100,00
Saham dalam Portepel 6.635.597.898 1.658.899.474.500 3.200.000.000 800.000.000.000
122
123
Lampiran 7. Posisi Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum dan Setelah IPO
• Pembagian Deviden Bank BJB Sebelum IPO
No. PEMEGANG SAHAM Posisi Modal Dividen
Tahun Buku Dividen
Tahun Buku Kenaikan (Penurunan)
Desember /2009 2009 2008 (Rupiah) ( % ) A Pemerintah propinsi Jawa Barat 927.498.683.250,00 220.387.795.821 175.924.594.410,00 44.463.201.411,29 25,27%
B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 566.448.920.250,00 161.779.975.993 125.158.322.613,00 36.621.653.379,74 29,26%
Pemerintah Kota se - Jawa Barat 142.219.239.000,00 39.761.609.920 28.973.793.811,00 10.787.816.108,72 37,23% 1 Kota Bandung 29.000.001.500,00 8.684.757.575 7.100.658.109,00 1.584.099.465,53 22,31% 2 Kota Cirebon 4.259.907.250,00 1.275.733.098 795.173.472,00 480.559.626,02 60,43% 3 Kota Sukabumi 9.205.130.000,00 2.656.875.838 1.886.603.138,00 770.272.700,45 40,83% 4 Kota Bekasi 14.924.256.000,00 4.151.240.834 2.858.444.698,00 1.292.796.136,15 45,23% 5 Kota Bogor 11.184.452.250,00 3.196.600.227 2.259.208.666,00 937.391.561,18 41,49% 6 Kota Cimahi 26.000.000.000,00 7.162.429.009 5.447.918.440,00 1.714.510.568,52 31,47% 7 Kota Depok 22.395.492.000,00 5.771.018.714 3.422.719.115,00 2.348.299.598,98 68,61% 8 Kota Tasikmalaya 15.000.000.000,00 4.242.553.768 3.183.053.471,00 1.059.500.297,11 31,47% 9 Kota Banjar 10.250.000.000,00 2.620.400.857 2.020.014.702,00 600.386.154,78 29,72%
Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 424.229.681.250,00 122.018.366.073 96.184.528.802,00 25.833.837.271,02 26,86%
1 Kabupaten Bandung 170.226.741.750,00 50.978.548.563 41.680.063.163,00 9.298.485.400,19 22,31% 2 Kabupaten Cirebon 13.402.270.000,00 3.464.600.177 2.751.040.476,00 713.559.701,00 25,94% 3 Kabupaten Karawang 11.579.661.000,00 3.218.249.854 2.243.561.609,00 974.688.245,28 43,44% 4 Kabupaten Ciamis 8.180.274.250,00 2.200.220.603 1.589.757.508,00 610.463.094,60 38,40% 5 Kabupaten Tasikmalaya 32.738.450.000,00 9.554.765.148 7.424.296.744,00 2.130.468.404,44 28,70% 6 Kabupaten Sukabumi 20.750.000.000,00 5.596.427.544 4.529.729.939,00 1.066.697.605,11 23,55%
123
124
Lanjutan Lampiran 7.
7 Kabupaten Subang 10.731.639.500,00 2.921.733.579 2.341.042.417,00 580.691.161,78 24,80% 8 Kabupaten Indramayu 17.611.976.750,00 4.825.124.306 3.496.129.653,00 1.328.994.653,29 38,01% 9 Kabupaten Bekasi 18.387.626.000,00 5.007.498.990 4.012.514.601,00 994.984.389,08 24,80% 10 Kabupaten Sumedang 11.513.171.000,00 3.447.899.789 2.819.002.993,00 628.896.795,87 22,31% 11 Kabupaten Bogor 48.364.516.500,00 13.111.342.843 9.801.645.885,00 3.309.696.958,50 33,77% 12 Kabupaten Cianjur 25.604.190.000,00 7.667.799.019 6.269.192.757,00 1.398.606.261,64 22,31% 13 Kabupaten Kuningan 6.877.030.000,00 1.984.625.725 1.510.407.026,00 474.218.698,56 31,40% 14 Kabupaten Majalengka 8.865.667.250,00 2.655.040.235 2.170.760.993,00 484.279.242,18 22,31% 15 Kabupaten Garut 6.591.674.500,00 1.774.388.069 1.369.122.994,00 405.265.074,90 29,60% 16 Kabupaten Purwakarta 12.804.792.750,00 3.610.101.629 2.176.260.044,00 1.433.841.584,61 65,89% C Pemerintah Propinsi Banten 130.147.464.000,00 37.378.634.850 29.234.500.936,00 8.144.133.913,91 27,86%
D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 188.059.599.000,00 53.190.902.271 40.167.926.005,00 13.022.976.265,61 32,42%
Pemerintah Kota se-Banten 44.375.848.500,00 11.845.843.060 9.169.780.063,00 2.676.062.996,68 29,18% 1 Kota Tanggerang 29.875.848.500,00 8.052.500.867 6.517.235.504,00 1.535.265.363,02 23,56% 2 Kota Cilegon 14.500.000.000,00 3.793.342.193 2.652.544.559,00 1.140.797.633,67 43,01% Pemerintah Kabupaten se-Banten 143.683.750.500,00 41.345.059.211 30.998.145.942,00 10.346.913.268,93 33,38% Kabupaten Serang 36.077.812.750,00 10.804.380.736 8.323.557.361,00 2.480.823.375,08 29,80% Kabupaten Tanggerang 72.326.547.250,00 19.975.404.750 14.036.420.399,00 5.938.984.350,96 42,31% Kabupaten Lebak 8.974.788.500,00 2.687.719.254 2.197.479.360,00 490.239.894,26 22,31% Kabupaten Pandeglang 26.304.602.000,00 7.877.554.471 6.440.688.822,00 1.436.865.648,62 22,31% JUMLAH 1.812.154.666.500,00 472.737.308.935 370.485.343.964,00 102.251.964.970,56
124
125
Lanjutan Lampiran 7.
• Pembagian Deviden Pemegang Saham
No. PEMEGANG SAHAM Deviden Deviden Kenaikan/Penurunan
Tahun Buku 2007 Tahun Buku 2008 (Rupiah) (%) A Pemerintah propinsi Jawa Barat 134,290,454,822.00 175,924,594,410.48 41,634,139,588.48 31.00% B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 95,121,728,944.00 125,158,322,613.04 30,036,593,669.04 31.58% Pemerintah Kota se - Jawa Barat 20,625,156,400.00 28,973,793,810.81 8,348,637,410.81 40.48% 1 Kota Bandung 5,356,325,734.00 7,100,658,109.37 1,744,332,375.37 32.57% 2 Kota Cirebon 658,527,964.00 795,173,471.71 136,645,507.71 20.75% 3 Kota Sukabumi 1,190,592,183.00 1,886,603,137.53 696,010,954.53 58.46% 4 Kota Bekasi 1,897,166,540.00 2,858,444,698.26 961,278,158.26 50.67% 5 Kota Bogor 1,649,064,073.00 2,259,208,666.02 610,144,593.02 37.00% 6 Kota Cimahi 4,034,634,714.00 5,447,918,440.06 1,413,283,726.06 35.03% 7 Kota Depok 2,656,353,155.00 3,422,719,114.78 766,365,959.78 28.85% 8 Kota Tasikmalaya 2,365,130,694.00 3,183,053,470.59 817,922,776.59 34.58% 9 Kota Banjar 817,361,343.00 2,020,014,702.49 1,202,653,359.49 147.14% Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 74,496,572,544.00 96,184,528,802.22 21,687,956,258.22 29.11% 1 Kabupaten Bandung 33,176,538,693.00 41,680,063,162.71 8,503,524,469.71 25.63% 2 Kabupaten Cirebon 1,579,546,274.00 2,751,040,475.72 1,171,494,201.72 74.17% 3 Kabupaten Karawang 1,738,300,327.00 2,243,561,608.75 505,261,281.75 29.07% 4 Kabupaten Ciamis 1,202,795,772.00 1,589,757,508.48 386,961,736.48 32.17% 5 Kabupaten Tasikmalaya 5,597,384,386.00 7,424,296,744.14 1,826,912,358.14 32.64% 6 Kabupaten Sukabumi 3,860,728,045.00 4,529,729,938.92 669,001,893.92 17.33% 7 Kabupaten Subang 1,925,728,103.00 2,341,042,417.25 415,314,314.25 21.57% 8 Kabupaten Indramayu 2,492,842,917.00 3,496,129,652.52 1,003,286,735.52 40.25% 9 Kabupaten Bekasi 3,019,915,622.00 4,012,514,601.08 992,598,979.08 32.87% 10 Kabupaten Sumedang 2,402,660,665.00 2,819,002,993.01 416,342,328.01 17.33% 11 Kabupaten Bogor 8,006,214,333.00 9,801,645,885.43 1,795,431,552.43 22.43% 12 Kabupaten Cianjur 3,847,689,914.00 6,269,192,757.02 2,421,502,843.02 62.93% 125
126
Lanjutan Lampiran 7.
13 Kabupaten Kuningan 1,191,684,317.00 1,510,407,025.68 318,722,708.68 26.75% 14 Kabupaten Majalengka 1,850,158,433.00 2,170,760,993.02 320,602,560.02 17.33% 15 Kabupaten Garut 975,618,096.00 1,369,122,994.13 393,504,898.13 40.33% 16 Kabupaten Purwakarta 1,628,766,647.00 2,176,260,044.36 547,493,397.36 33.61% C Pemerintah Propinsi Banten 21,320,147,490.00 29,234,500,935.80 7,914,353,445.80 37.12% D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 31,449,486,410.00 40,167,926,004.64 8,718,439,594.64 27.72% Pemerintah Kota se-Banten 7,172,028,303.00 9,169,780,063.02 1,997,751,760.02 27.85% 1 Kota Tanggerang 5,554,696,284.00 6,517,235,504.19 962,539,220.19 17.33% 2 Kota Cilegon 1,617,332,019.00 2,652,544,558.83 1,035,212,539.83 64.01% Pemerintah Kabupaten se-Banten 24,277,458,107.00 30,998,145,941.62 6,720,687,834.62 27.68% Kabupaten Serang 5,803,852,573.00 8,323,557,360.64 2,519,704,787.64 43.41% Kabupaten Tanggerang 11,250,345,301.00 14,036,420,398.56 2,786,075,097.56 24.76% Kabupaten Lebak 1,733,805,375.00 2,197,479,360.21 463,673,985.21 26.74% Kabupaten Pandeglang 5,489,454,858.00 6,440,688,822.21 951,233,964.21 17.33% JUMLAH 282,181,817,666.00 370,485,343,963.95 88,303,526,297.95
126
127
Lanjutan Lampiran 7.
• Posisi Saham Bank BJB setelah IPO
No. PEMEGANG SAHAM JULI LEMBAR SAHAM KEPEMILIKAN
SEBELUM IPO (%)
KEPEMILIKAN SETELAH IPO
(%) 2010 Juli-2010
A Pemerintah propinsi Jawa Barat 927.498.683.250,00 3.709.994.733,00 51,02% 38,26%
B Pemerintah Kota dan Kab. se-Jawa Barat 572.348.920.250,00 2.289.395.681,00 31,48% 23,61%
Pemerintah Kota se - Jawa Barat 142.719.239.000,00 570.876.956,00 7,85% 5,89% 1 Kota Bandung 29.000.001.500,00 116.000.006,00 1,60% 1,20% 2 Kota Cirebon 4.259.907.250,00 17.039.629,00 0,23% 0,18% 3 Kota Sukabumi 9.205.130.000,00 36.820.520,00 0,51% 0,38% 4 Kota Bekasi 14.924.256.000,00 59.697.024,00 0,82% 0,62% 5 Kota Bogor 11.684.452.250,00 46.737.809,00 0,64% 0,48% 6 Kota Cimahi 26.000.000.000,00 104.000.000,00 1,43% 1,07% 7 Kota Depok 22.395.492.000,00 89.581.968,00 1,23% 0,92% 8 Kota Tasikmalaya 15.000.000.000,00 60.000.000,00 0,83% 0,62% 9 Kota Banjar 10.250.000.000,00 41.000.000,00 0,56% 0,42% Pemerintah Kab. se - Jawa Barat 429.629.681.250,00 1.718.518.725,00 23,63% 17,72% 1 Kabupaten Bandung 170.226.741.750,00 680.906.967,00 9,36% 7,02% Kabupaten Cirebon 13.402.270.000,00 53.609.080,00 0,74% 0,55% 3 Kabupaten Karawang 13.579.661.000,00 54.318.644,00 0,75% 0,56% 4 Kabupaten Ciamis 8.180.274.250,00 32.721.097,00 0,45% 0,34% 5 Kabupaten Tasikmalaya 32.738.450.000,00 130.953.800,00 1,80% 1,35% 6 Kabupaten Sukabumi 20.750.000.000,00 83.000.000,00 1,14% 0,86% 7 Kabupaten Subang 10.731.639.500,00 42.926.558,00 0,59% 0,44% 8 Kabupaten Indramayu 21.011.976.750,00 84.047.907,00 1,16% 0,87% 9 Kabupaten Bekasi 18.387.626.000,00 73.550.504,00 1,01% 0,76% 10 Kabupaten Sumedang 11.513.171.000,00 46.052.684,00 0,63% 0,47%11 Kabupaten Bogor 48.364.516.500,00 193.458.066,00 2.66% 2,00% 12 Kabupaten Cianjur 25.604.190.000,00 102.416.760,00 1,41% 1,06%
127
128
Lanjutan Lampiran 7.
13 Kabupaten Kuningan 6.877.030.000,00 27.508.120,00 0,38% 0,28% 14 Kabupaten Majalengka 8.865.667.250,00 35.462.669,00 0,49% 0,37% 15 Kabupaten Garut 6.591.674.500,00 26.366.698,00 0,36% 0,27% 16 Kabupaten Purwakarta 12.804.792.750,00 51.219.171,00 0,70% 0.53% C Pemerintah Propinsi Banten 130.147.464.000,00 520.589.856,00 7,16% 5.37%
D Pemerintah Kota dan Kabupaten se-Banten 188.059.599.000,00 752.238.396,00 10,34% 7,76%
Pemerintah Kota se-Banten 44.375.848.500,00 177.503.394,00 2,44% 1,83% 1 Kota Tanggerang 29.875.848.500,00 119.503.394,00 1,64% 1,23% 2 Kota Cilegon 14.500.000.000,00 58.000.000,00 0,80% 0,60% Pemerintah Kabupaten se-Banten 143.683.750.500,00 574.735.002,00 7,90% 5,93% Kabupaten Serang 36.077.812.750,00 144.311.251,00 1,98% 1,49% Kabupaten Tanggerang 72.326.547.250,00 289.306.189,00 3,98% 2,98% Kabupaten Lebak 8.974.788.500,00 35.899.154,00 0,49% 0,37% Kabupaten Pandeglang 26.304.602.000,00 105.218.408,00 1,45% 1,09% TOTAL PEMDA 1.818.054.666.500,00 7.272.218.666,00 100,00% 75,00%
MASYARAKAT (IPO 07 JULI 2010) 606.018.125.000,00 2.424.072.500,00 - 25,00%
TOTAL 2.424.072.791.500,00 9.696.291.166,00 100,00% 100,00%
128
129
Lampiran 8. Perkembangan Harga Saham Seri B Bank BJB
Date Open High Low Close Volume Adj Close*
Dec 17, 2010 1,510.00 1,560.00 1,480.00 1,530.00 23,350,000 1,530.00
Dec 16, 2010 1,590.00 1,590.00 1,510.00 1,510.00 11,837,500 1,510.00
Dec 15, 2010 1,590.00 1,610.00 1,570.00 1,590.00 7,699,000 1,590.00
Dec 14, 2010 1,590.00 1,620.00 1,580.00 1,590.00 8,090,500 1,590.00
Dec 13, 2010 1,630.00 1,630.00 1,580.00 1,590.00 10,614,000 1,590.00
Dec 10, 2010 1,650.00 1,650.00 1,600.00 1,620.00 19,629,000 1,620.00
Dec 9, 2010 1,580.00 1,660.00 1,580.00 1,650.00 49,742,000 1,650.00
Dec 8, 2010 1,580.00 1,610.00 1,570.00 1,600.00 17,232,000 1,600.00
Dec 6, 2010 1,570.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 16,703,000 1,580.00
Dec 3, 2010 1,590.00 1,620.00 1,560.00 1,560.00 27,482,000 1,560.00
Dec 2, 2010 1,520.00 1,590.00 1,510.00 1,580.00 58,537,500 1,580.00
Dec 1, 2010 1,450.00 1,500.00 1,440.00 1,500.00 40,111,000 1,500.00
Nov 30, 2010 1,520.00 1,520.00 1,410.00 1,450.00 59,943,000 1,450.00
Nov 29, 2010 1,540.00 1,550.00 1,510.00 1,520.00 9,736,000 1,520.00
Nov 26, 2010 1,560.00 1,560.00 1,530.00 1,560.00 9,558,500 1,560.00
Nov 25, 2010 1,540.00 1,560.00 1,540.00 1,560.00 17,030,000 1,560.00
Nov 24, 2010 1,540.00 1,560.00 1,520.00 1,530.00 16,121,000 1,530.00
Nov 23, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,540.00 30,943,500 1,540.00
Nov 22, 2010 1,590.00 1,610.00 1,580.00 1,600.00 28,830,000 1,600.00
Nov 19, 2010 1,590.00 1,600.00 1,570.00 1,590.00 34,382,000 1,590.00
Nov 18, 2010 1,620.00 1,620.00 1,560.00 1,580.00 19,232,500 1,580.00
Nov 16, 2010 1,630.00 1,650.00 1,580.00 1,590.00 25,881,000 1,590.00
Nov 15, 2010 1,630.00 1,640.00 1,610.00 1,630.00 17,297,000 1,630.00
Nov 12, 2010 1,680.00 1,680.00 1,610.00 1,630.00 30,374,500 1,630.00
Nov 11, 2010 1,700.00 1,710.00 1,670.00 1,680.00 20,207,000 1,680.00
Nov 10, 2010 1,680.00 1,720.00 1,660.00 1,700.00 51,219,500 1,700.00
Nov 9, 2010 1,660.00 1,680.00 1,640.00 1,680.00 23,594,000 1,680.00
Nov 8, 2010 1,670.00 1,680.00 1,660.00 1,660.00 7,655,500 1,660.00
Nov 5, 2010 1,670.00 1,680.00 1,640.00 1,670.00 28,753,000 1,670.00
Nov 4, 2010 1,700.00 1,720.00 1,640.00 1,650.00 36,206,500 1,650.00
Nov 3, 2010 1,710.00 1,740.00 1,680.00 1,700.00 11,244,500 1,700.00
Nov 2, 2010 1,720.00 1,740.00 1,710.00 1,720.00 9,329,500 1,720.00
Nov 1, 2010 1,750.00 1,750.00 1,730.00 1,730.00 7,675,000 1,730.00
Oct 29, 2010 1,720.00 1,740.00 1,720.00 1,740.00 4,383,500 1,740.00
Oct 28, 2010 1,740.00 1,740.00 1,720.00 1,720.00 7,471,500 1,720.00
130
Lanjutan Lampiran 8.
Oct 27, 2010 1,750.00 1,750.00 1,710.00 1,730.00 13,428,500 1,730.00
Oct 26, 2010 1,770.00 1,780.00 1,730.00 1,740.00 29,256,500 1,740.00
Oct 25, 2010 1,740.00 1,770.00 1,740.00 1,770.00 50,050,000 1,770.00
Oct 22, 2010 1,740.00 1,750.00 1,720.00 1,720.00 19,027,500 1,720.00
Oct 21, 2010 1,710.00 1,740.00 1,700.00 1,740.00 31,524,000 1,740.00
Oct 20, 2010 1,730.00 1,730.00 1,680.00 1,700.00 49,534,500 1,700.00
Oct 19, 2010 1,690.00 1,760.00 1,690.00 1,730.00 32,271,000 1,730.00
Oct 18, 2010 1,690.00 1,710.00 1,680.00 1,690.00 9,250,500 1,690.00
Oct 15, 2010 1,690.00 1,700.00 1,670.00 1,690.00 6,535,500 1,690.00
Oct 14, 2010 1,710.00 1,730.00 1,670.00 1,690.00 44,108,000 1,690.00
Oct 13, 2010 1,610.00 1,730.00 1,610.00 1,700.00 84,924,000 1,700.00
Oct 12, 2010 1,590.00 1,640.00 1,560.00 1,610.00 47,173,000 1,610.00
Oct 11, 2010 1,580.00 1,600.00 1,580.00 1,590.00 4,082,000 1,590.00
Oct 8, 2010 1,580.00 1,600.00 1,570.00 1,580.00 15,872,000 1,580.00
Oct 7, 2010 1,610.00 1,630.00 1,560.00 1,570.00 30,931,500 1,570.00
Oct 6, 2010 1,640.00 1,660.00 1,600.00 1,610.00 32,566,500 1,610.00
Oct 5, 2010 1,610.00 1,630.00 1,600.00 1,630.00 29,709,000 1,630.00
Oct 4, 2010 1,610.00 1,670.00 1,600.00 1,610.00 44,288,000 1,610.00
Oct 1, 2010 1,560.00 1,610.00 1,560.00 1,600.00 15,547,000 1,600.00
Sep 30, 2010 1,600.00 1,600.00 1,540.00 1,560.00 16,069,500 1,560.00
Sep 29, 2010 1,580.00 1,610.00 1,580.00 1,590.00 20,314,000 1,590.00
Sep 28, 2010 1,580.00 1,640.00 1,560.00 1,570.00 44,453,500 1,570.00
Sep 27, 2010 1,530.00 1,590.00 1,520.00 1,570.00 45,865,500 1,570.00
Sep 24, 2010 1,450.00 1,530.00 1,450.00 1,510.00 73,355,500 1,510.00
Sep 23, 2010 1,410.00 1,470.00 1,410.00 1,450.00 57,109,500 1,450.00
Sep 22, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 38,732,000 1,420.00
Sep 21, 2010 1,440.00 1,460.00 1,390.00 1,420.00 29,565,500 1,420.00
Sep 20, 2010 1,460.00 1,480.00 1,430.00 1,440.00 24,810,000 1,440.00
Sep 17, 2010 1,430.00 1,460.00 1,410.00 1,450.00 37,298,500 1,450.00
Sep 16, 2010 1,410.00 1,440.00 1,400.00 1,420.00 23,349,500 1,420.00
Sep 15, 2010 1,280.00 1,420.00 1,280.00 1,410.00 64,090,000 1,410.00
131
Lanjutan Lampiran 8.
Sep 7, 2010 1,360.00 1,360.00 1,340.00 1,350.00 22,104,000 1,350.00
Sep 6, 2010 1,350.00 1,380.00 1,350.00 1,360.00 39,332,500 1,360.00
Sep 3, 2010 1,320.00 1,370.00 1,310.00 1,340.00 92,825,500 1,340.00
Sep 2, 2010 1,310.00 1,320.00 1,290.00 1,320.00 19,333,500 1,320.00
Sep 1, 2010 1,290.00 1,320.00 1,280.00 1,290.00 35,902,500 1,290.00
Aug 31, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,280.00 41,955,000 1,280.00
Aug 30, 2010 1,310.00 1,330.00 1,280.00 1,280.00 11,818,500 1,280.00
Aug 27, 2010 1,320.00 1,350.00 1,300.00 1,300.00 33,943,500 1,300.00
Aug 26, 2010 1,310.00 1,340.00 1,310.00 1,320.00 30,484,000 1,320.00
Aug 25, 2010 1,310.00 1,340.00 1,300.00 1,310.00 26,259,000 1,310.00
Aug 24, 2010 1,340.00 1,380.00 1,300.00 1,320.00 71,293,000 1,320.00
Aug 23, 2010 1,270.00 1,340.00 1,270.00 1,340.00 76,355,000 1,340.00
Aug 20, 2010 1,280.00 1,300.00 1,260.00 1,290.00 22,218,000 1,290.00
Aug 19, 2010 1,230.00 1,290.00 1,230.00 1,280.00 68,215,000 1,280.00
Aug 18, 2010 1,270.00 1,270.00 1,230.00 1,230.00 35,962,000 1,230.00
Aug 16, 2010 1,300.00 1,300.00 1,250.00 1,250.00 60,703,000 1,250.00
Aug 13, 2010 1,280.00 1,300.00 1,270.00 1,300.00 48,151,000 1,300.00
Aug 12, 2010 1,260.00 1,290.00 1,230.00 1,270.00 48,937,500 1,270.00
Aug 11, 2010 1,280.00 1,300.00 1,250.00 1,260.00 28,300,000 1,260.00
Aug 10, 2010 1,300.00 1,310.00 1,270.00 1,290.00 32,108,000 1,290.00
Aug 9, 2010 1,280.00 1,320.00 1,270.00 1,300.00 52,162,500 1,300.00
Aug 6, 2010 1,300.00 1,320.00 1,260.00 1,280.00 67,534,500 1,280.00
Aug 5, 2010 1,220.00 1,300.00 1,210.00 1,300.00 126,175,500 1,300.00
Aug 4, 2010 1,180.00 1,230.00 1,170.00 1,210.00 77,464,000 1,210.00
Aug 3, 2010 1,240.00 1,240.00 1,170.00 1,180.00 59,995,000 1,180.00
Aug 2, 2010 1,260.00 1,270.00 1,220.00 1,230.00 33,387,000 1,230.00
Jul 30, 2010 1,240.00 1,260.00 1,230.00 1,260.00 33,705,500 1,260.00
132
Lanjutan Lampiran 8.
Jul 29, 2010 1,250.00 1,270.00 1,230.00 1,240.00 63,644,500 1,240.00
Jul 28, 2010 1,220.00 1,260.00 1,210.00 1,250.00 53,406,000 1,250.00
Jul 27, 2010 1,260.00 1,270.00 1,200.00 1,220.00 71,543,000 1,220.00
Jul 26, 2010 1,230.00 1,280.00 1,210.00 1,250.00 113,447,500 1,250.00
Jul 23, 2010 1,150.00 1,240.00 1,150.00 1,200.00 204,177,000 1,200.00
Jul 22, 2010 1,060.00 1,140.00 1,060.00 1,140.00 202,152,500 1,140.00
Jul 21, 2010 1,030.00 1,070.00 1,030.00 1,070.00 114,354,000 1,070.00
Jul 20, 2010 1,000.00 1,040.00 990.00 1,030.00 98,706,500 1,030.00
Jul 19, 2010 980.00 1,010.00 950.00 990.00 92,687,500 990.00
Jul 16, 2010 990.00 990.00 970.00 980.00 34,684,000 980.00
Jul 15, 2010 1,020.00 1,020.00 980.00 1,000.00 53,100,500 1,000.00
Jul 14, 2010 1,050.00 1,050.00 1,000.00 1,020.00 51,835,500 1,020.00
Jul 13, 2010 1,040.00 1,060.00 980.00 1,010.00 134,506,000 1,010.00
Jul 12, 2010 1,130.00 1,130.00 1,030.00 1,040.00 90,789,000 1,040.00
Jul 9, 2010 1,050.00 1,120.00 980.00 1,120.00 702,960,500 1,120.00
Jul 8, 2010 830.00 900.00 800.00 900.00 194,855,000 900.00
* Close price adjusted for dividends and splits.
133
No
Analisis Bank Jawa Barat dan Banten (Bank BJB)
Bank BUMN (BNI dan BRI)
Bank Swasta (BCA, Bank Danamon,
Bank Panin, dan Bank Permata)
Produk Perbankan (Tabungan, Deposito)
dan obligasi
pemerintah
1. Kelembagaan a. Aturan yang Mendukung
• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006
• 115/PP RI/No 58 tahun
2005
• 1/PP RI/No 58 tahun 2005
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)
• 19/PP/No 105 tahun 2000
• 119/PP RI/No 58 tahun 2005
• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006
• 115/PP RI/No 58 tahun 2005
• 1/PP RI/No 58 tahun 2005
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)
• 19/PP/No 105 tahun 2000
• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 2006
• 115/PP RI/No 58 tahun 2005
• 1/PP RI/No 58 tahun 2005
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)
• 19/PP/No 105 tahun 2000
• 56/PERMEN DAGRI/No 13 tahun 200
• 115/PP RI/No 58 tahun 2005
• 1/PP RI/No 58 tahun 2005
• 118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 1)
• 19/PP/No 105 tahun 2000
• 119/PP RI/No 58 tahun 2005
a. Aturan yang tidak mendukung
Tidak ada 119/PP RI/No 58 tahun 2005
119/PP RI/No 58 tahun 2005
118/PP RI/No 58 tahun 2005 (penjelasan pasal 118 ayat 2)
2 Lingkungan Kekuatan
- Bank Terbaik Kategori Pembangunan Daerah
- Pertumbuhan penghim-punan dana masyarakat yang baik dan pertumbu-han laba yang meningkat
- Memiliki nama dan citra perusahaan yang berkiner-ja baik
- Keberpihakan kepada pengusaha kecil dan mikro cukup besar.
- Simpanan yang berhasil dihimpun oleh Bank BJB Unit merupakan modal untuk melakukan ekspansi
- Potensi pasar yang masih besar akan dapat mening-katkan jumlah nasabah baru.
Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas.
Tidak dianalisis karena tidak didukung dengan peraturan di atas.
Terlampir pada tabel di bawah ini
Lampiran 9. Tabel Analisis Kelembagaan, SWOT, dan Finansial untuk Keempat Perbandingan
134
Lanjutan Lampiran 9. 2 - Kelemaha
n
• Promosi yang masih minim terhadap sektor publik
• Kurangnya tenaga khusus promosi
• Cakupan operasional bisnis perbankan belum berskala nasional
• Skala permodalan yang masih lingkup pemerintah
• Pembinaan nasabah kura-ng selektif, seperti kura-ngnya kecepatan dalam pelayanan
• Kurangnya Kantor Cabang Pembantu (KCP) dan jaringan ATM yang memadai
• Kualitas SDM yang masih berkategori rata-rata
• Produk yang ditawarkan masih terbatas
• Belum adanya program komputerisasi tersentral dan penggunaan jaringan komunikasi khusus (se-perti VSAT, atau Jaringan List Line Fiber Optic).
- Peluang
• Penggunaan teknologi dalam pelayanan
• Meningkatnya konsumsi masyarakat akan perban-kan
• Perzinan yang mendukung dalam aspek hukum untuk perkembangan perusa-haan.
• Potensi dana masyarakat yang sangat besar di Jawa Barat
• Kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia yang mendukung
• Memiliki dukungan modal dan komitmen pemegang saham yang kuat
• Kondisi ekonomi nasional mulai menunjukan per-baikan dengan dibuktikan oleh pertumbuhan ekono-mi yang mulai positif pada beberapa tahun terakhir.
• Perhatian pemerintah ter-hadap kemajuan pengu-saha kecil masih besar dengan banyaknya bantu-an dari pemerintah baik berupa dana maupun manajemen.
135
Lanjutan Lampiran 9. - Peluang • Potensi pasar terhadap
pengusaha di tingkat kecamatan masih banyak yang dapat digali.
• Kepercayaan terhadap nama atau citra Bank BJB di masyarakat masih cukup besar
- Ancaman
- Adanya revisi terhadap UU penanaman modal Pemda sehingga dapat bergulir ke bank swasta
- Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bank pesaing lebih canggih dan mutakhir
- Pendekatan dari bank pesaing yang memberikan keunggulan produk atau layanan prima
- Krisi keuangan global dan nasional yang dapat mempengaruhi sektor perbankan
- Arus globalisasi akan mempengaruhi timbulnya bank-bank asing yang membiayai usaha mikro.
- Banyaknya bank pesaing yang mulai melakukan pembiayaan mikro seperti Bank BNI, Bank Danamon, BRI, Koperasi dan BPR.
- Menurunkan daya beli masyarakat akibat krisis moneter dan kenaikan harga BBM pada periode yang lalu dan saat ini masih terasa dan untuk menaikkannya sangat tergantung pada perbaikan perekonomian kita.
3 Finansial : EPS ROE
EPS Bank BJB : 76.18 Bank BJB Deposito : 6.75% Rata-rata ROE bjb : 25.12%
EPS BNI : 125.17 BRI : 429.23 Rata-Rata ROE BNI : 35.63% BRI : 34.40%
EPS BCA : 239.50 Danamon : 308.68 Permata : 55.09 Muamalat : 142.69 Panin : 38.96 Rata-Rata ROE BCA : 29.60% Danamon : 19.85% Permata : 16.84% Muamalat : 19.34% Panin : 13.07%
Rata-rata rate Obligasi :
- Obligasi Negara Republik Indonesia : Kupon 9.53
- Sukuk Negara Ritel : Kupon 10.35
*Untuk suku bunga deposito dan tabungan terlampir
136
Lampiran 10. Suku Bunga Tabungan
Jenis Tabungan Nominal Suku Bunga 1. Bank Panin
• Tabungan Bisnis Reguler Rp. 1-5 juta Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar
2.25% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25% 5.25%
• Tabungan Bisnis Promo Rp. 5-25 juta Rp. 25-500 juta > Rp. 500 juta
2.00% 5.50% 6.50%
• Tabungan Bisnis Combo > Rp.100 juta 1.00% • Tabungan Panin Rp. 250 ribu-5 juta
Rp. 5-25 juta Rp. 25-100 juta Rp. 100-500 juta Rp. 500 juta- 1 Milyar > Rp. 1 Milyar
2.00% 3.00% 3.25% 3.50% 3.75% 4.25%
2. Bank Permata • TabunganPermata Bebas < Rp. 1 juta
≥ Rp.1-50 juta ≥ Rp. 50 juta
0.00% 1.00% 2.00%
• Tabungan Optima Perusahaan
Rp. 0 - < 100 juta Rp. 100 - < 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar
1.00% 5.50% 6.00%
3. Bank Central Asia • Tahapan < Rp. 1 juta
≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar
0.00% 1.75% 2.00% 2.25% 3.00%
• Tapres < Rp. 1 juta ≥ Rp. 1-10 juta ≥ Rp. 10-100 juta ≥ Rp. 100 juta – 1 Milyar ≥ Rp. 1 Milyar
0.00% 1.75% 2.25% 2.75% 3.75%
4. Bank Danamon • Danamon Lebih ≥ Rp. 1-10 juta 1.00%
5. Bank Nasional Indonesia • Tabungan Plus (TAPLUS) ≥ Rp. 1 juta 2.50% • BNI Taplus Bisnis ≥ Rp. 5 juta 3.50%
6. Bank Rakyat Indonesia • Tabungan BritAma > Rp. 500 ribu- 5 juta
> Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar
0.00% 2.00% 3.25% 4.00%
• Simpedes > Rp. 500 ribu- 5 juta > Rp. 5-100 juta > Rp. 100 juta – 1 Milyar > Rp. 1 Milyar
0.00% 2.00% 3.25% 4.00%
Sumber : Kuesioner dari Bank Swasta dan BUMN (diolah)
137
Lampiran 11. Suku Bunga Deposito untuk Nominal ≥ Rp. 10 Milyar
Nama Bank Jangka Waktu (Bulan)
1 2 3 4 6 12 PT Bank Central Asia Tbk 5.50% - 5.75% - 5.75% 5.75%
PT Bank Danamon Indonesia Tbk 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1%
PT Bank Permata Tbk 7%+1% 7%+1% 7%+1% 7%+1.2% 7%+1.2% 7%+1.2%PT ANZ Panin Bank 7.00% - 7.00% - 7.00% 7.00% PT Bank JB Tbk* 6.50% 6.50% 6.50% 6.75% 6.75% 6.75% PT BNI Tbk 7.00% - 7.00% - 7.00% 7.00% PT BRI Tbk* 5.50% 5.50% 5.50% - 6.75% 6.75%
Sumber : Kuesioner dari masing-masing bank (diolah)
Keterangan:
Special rate yang diberikan oleh Bank PT Bank Danamon Indonesia Tbk
dan PT Bank Permata Tbk dapat berubah-ubah, karena akan tergantung
oleh kebijakan masing-masing cabang dan selama masa promosi belum
berakhir dan tanda bintang (*) menunjukkan bunga yang diberikan adalah
counter rate.
138
Lampiran 12. Produk Simpanan (Tabungan dan Deposito) dari Pesaing PT
Bank BJB Tbk.
1. BANK PANIN
a. Deposito Panin
Deposito Panin adalah simpanan berjangka waktu tertentu dalam
mata uang Rupiah dan/atau valuta asing, dengan tingkat suku bunga yang
bervariasi dan kompetitif, sesuai kebutuhan investasi Nasabah. Keuntungan
Deposito Panin sebagai berikut:
• Tingkat suku bunga bervariasi dan kompetitif
• Pilihan berbagai mata uang Rupiah dan Asing
• Kurs mata uang asing yang kompetitif
• Jangka waktu simpanan yang bervariasi sesuai kebutuhan(7 hari, 14
hari atau 1, 3, 6, 12 hingga 24 bulan)
• Pencairan atau perpanjangan deposito secara mudah
• Jaringan kantor yang luas
b. Tabungan Bisnis Panin
Keuntungan dari Tabungan Bisnis Panin:
• Detail transaksi yang lengkap pada buku tabungan
• Fasilitas account sweeping
• Fasilitas appointee
2. Bank Central Asia
a. Deposito BCA
Deposito Berjangka BCA memberikan keuntungan dan memiliki
keleluasaan tinggi. Jangka waktu deposito mulai 1, 3, 6, 12 bulan.
Keuntungan Deposito Berjangka BCA:
• Ada 8 pilihan mata uang: Rupiah, USD, SGD, HKD, AUD, JPY, GBP,
dan EUR.
• Dapat mentransfer bunga deposito nasabah secara otomatis ke rekening
Giro/Tapres/Tahapan BCA/BCA Dollar atau rekening di bank lain.
• ARO (Automatic Roll Over): Perpanjangan nominal deposito secara
otomatis.
139
• ARO+: Perpanjangan nominal deposito plus bunga secara otomatis
pada saat jatuh tempo dengan jangka waktu yang sama.
• Non ARO: Bila tidak ada permintaan dari deposan, maka deposito yang
sudah jatuh tempo tidak akan diperpanjang secara otomatis.
• Suku bunga yang kompetitif.
• Bisa digunakan sebagai jaminan kredit.
b. Tahapan Gold
Tahapan Gold yang disediakan khusus bagi nasabah bisnis dalam
membantu kelancaran usahanya. Selain berbagai keunggulan Tahapan Gold
di atas, nasabah masih tetap dapat menikmati berbagai manfaat lain sama
seperti fasilitas Tahapan BCA.
Keunggulan Tahapan Gold:
1. Ukuran buku tabungan yang lebih Kecil
2. Informasi mutasi rekening lebih lengkap
3. Layanan Autoprint
4. Layanan Appointee
5. Automatic Transfer System (ATS) online
c. TAPRES
• Dapatkan Kartu TAPRES yang berfungsi sebagai kartu identitas, kartu
ATM BCA Gold yang dan sekaligus juga berfungsi sebagai kartu Debit
BCA dan Tunai BCA.
• Nikmati berbagai kemudahan layanan yang ditawarkan oleh
jaringan ATM BCA dan kantor cabang yang terhubung secara online di
seluruh Indonesia, mulai dari penarikan tunai, transfer sampai pembelian
pulsa isi ulang dari sejumlah operator telepon seluler.
• Gunakan Kartu Tapres untuk berbelanja di ribuan outlet toko yang
memasang logo Debit BCA, dan pengambilan uang tunai di
merchant/toko Tunai BCA.
• Kemudahan mengecek posisi terakhir saldo tabungan melalui
layanan BCA by Phone*)
140
• Nasabah dapat memilih pengiriman laporan rekening bulanan dikirim
melalui surat, atau diambil sendiri di kantor cabang BCA yang Nasabah
inginkan.
3. Bank Danamon
a. Deposito Danamon Simpan Pinjam
Deposito DSP adalah produk simpanan berjangka Danamon Simpan
Pinjam yang memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan
dengan minimum penempatan Rp 1 juta. Deposito yang telah jatuh tempo
dapat diperpanjang kembali sampai dengan periode tertentu. Sebagai bukti
penempatan dana pada Deposito DSP, Nasabah akan mendapat bilyet
deposito.
b. Danamon Lebih
Ada lima kelebihan dari tabungan Danamon Lebih antara lain:
• Bebas biaya bulanan
• Cash back dimana-mana, 5%
• Gratis asuransi jiwa
• Gratis biaya transfer di atm danamon dan gratis tarik tunai di 18.000 atm
bersama
• Banyak kejutan hadiahnya
c. Produk dan Layanan PrimaGold
RETAIL BONDS
Untuk mengantisipasi kebutuhan nasabah akan produk-produk
investasi, kami persembahkan produk ekslusif Retail Bonds yang
merupakan layanan pembelian dan penjualan obligasi pemerintah
melalui Bank Danamon. Potensi keuntungan Nasabah akan semakin
maksimal dengan fitur produk dan service prima dari officer kami.
Fitur Produk:
• Obligasi yang Ditawarkan : Obligasi Pemerintah dan Surat Utang
Negara (SUN)
• Jangka Waktu Jatuh Tempo Obligasi : Lebih dari 1 Tahun
• Jenis Bonds : Variable dan Fix Coupon Rate
• Harga : Kompetitif
141
• Minimal Investasi : IDR 500.000.000
Service:
• Layanan Bank Danamon Custodial Services untuk penyimpanan,
coupon collection & penilaian portfolio obligasi
• Daily Market Commentary
• Daily Market Quote
• Monthly Valuation Statement
Resiko Investasi Minimal
Dengan melakukan investasi dalam Obligasi Pemerintah
investor akan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dari Deposito
dengan resiko yang minimal.
Proteksi Keuntungan Investasi Nasabah untuk Jangka Panjang
Tingkat pengembalian atas Investasi Nasabah akan terproteksi untuk
jangka panjang dengan adanya coupon obligasi dengan jenis Fixed
maupun Variable Rate.
Dua Jenis Deposito Bank Danamon
Deposito On Call
• Kemudahan dan keleluasaan mengatur dana sesuai kebutuhan aliran
kas dengan keuntungan maksimal.
• Jangka waktu penempatan dana antara 7 sampai 17 hari
• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah, USD, AUS, SGD
• Minimum Deposito Rp 100 juta atau USD 25.000 untuk perorangan
Deposito Berjangka
• Deposito bulanan dengan jangka waktu penempatan dana yang
paling fleksibel
• Pilihan jangka waktu penempatan dana 1, 2, 3, 6, dan 12 bulan
• Tersedia dalam mata uang Rupiah, Dollar Amerika, Dollar
Singapura dan Dollar Australia dengan setoran awal untuk
perorangan sebesar Rp 8.000.000,- dan untuk
Perusahaan/yayasan/koperasi sebesar Rp 10.000.000,-
142
• Manfaatkan pula fasilitas tambahan berupa Automatic Roll
Over dengan bunga deposito yang dapat ditempatkan pada rekening
tabungan.
4. Bank Rakyat Indonesia
a. Deposito BRI
Produk Deposito BRI yang memberikan kenyamanan dan keamanan
dalam investasi dana Nasabah.
Keunggulan
• Keleluasaan dalam memilih jangka waktu Deposito BRI, mulai dari
1,2,3,6,12,18 dan 24 bulan
• Bebas biaya administrasi
• Pencairan sebagian nominal Deposito BRI tanpa merubah nomor
rekening
• Pencairan Deposito BRI di unit kerja lainnya.
• Suku bunga kompetitif
• Suku bunga negosiasi (apabila memenuhi kriteria tertentu)
Fasilitas
• Perpanjangan Deposito BRI dapat dilakukan secara otomatis (automatic
roll-over)
• Pencairan Deposito BRI pada saat jatuh tempo dapat dilakukan secara:
1. Tunai
2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
3. Ditransfer / kliring ke rekening Bank lain
• Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:
1. Tunai
2. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
3. Dikliringkan ke rekening Bank lain
4. Menambah pokok Deposito BRI pada saat perpanjangan (add-on)
5. Kombinasi dari beberapa pilihan tersebut di atas
b. Deposit On Call (DOC)
Produk Deposit on Call (DOC) Bank BRI merupakan produk
deposito yang menawarkan hasil investasi yang tinggi.
143
Keunggulan:
1. Suku bunga kompetitif
2. Bebas biaya administrasi
3. Jangka waktu 7 hari s/d 1 bulan kurang 1 hari
Fasilitas:
1. Pilihan mata uang: Rupiah, USD dan EUR
2. Pencairan Deposit on Call (DOC) pada saat jatuh tempo dapat dilakukan
secara:
a. Tunai
b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
c. Ditransfer/kliring ke rekening Bank lain
3. Pada saat jatuh tempo, nasabah leluasa untuk menikmati bunga secara:
a. Tunai
b. Dipindahbukukan ke rekening lain di BRI
c. Ditransfer/kliring ke rekening pada Bank lain
d. Tabungan BritAma
Fasilitas Tabungan BritAma:
1. Fasilitas Transfer Otomatis Antar Rekening.
2. Automatic Fund Transfer (AFT), yaitu fasilitas untuk mentransfer dana
dari rekening BritAma ke rekening simpanan di BRI, baik di Kanca
sendiri ataupun di Kanca lain, setiap tanggal tertentu dengan nominal
transfer tertentu yang bersifat tetap (secara rutin).
3. Account Sweep, adalah fasilitas untuk mentransfer dana dari satu
rekening ke rekening lainnya di Kanca sendiri ataupun di Kanca lain
secara otomatis yang sebelumnya di set up saldo minimal atau saldo
maksimalnya. Transfer otomatis terjadi apabila batas saldo minimal atau
maksimal tersebut terlampaui. Fasilitas ini dapat digunakan untuk
keperluan BritAma mem-back up giro secara otomatis.
4. Automatic Grab Fund (AGF), yaitu fasilitas transfer otomatis untuk
menarik (mendebet) dana secara otomatis oleh satu rekening dari
rekening lainnya, baik di Kanca sendiri maupun kanca lain. Inisiatif
pendebetan berasal dari rekening yang akan mendebet, dengan nominal
144
transaksi yang bersifat tetap. Fasilitas ini dapat digunakan untuk
pembayaran angsuran pinjaman secara otomatis, dimana rekening
pinjaman akan secara otomatis mendebet rekening BritAma untuk
membayar angsurannya.
5. Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident). Setiap nasabah BritAma
dengan saldo minimal Rp 500.000,- (Lima ratus ribu rupiah), berhak atas
jaminan asuransi kecelakaan diri (Personal Accident) dengan nilai
pertanggungan sebesar 250 % dari saldo dan maksimal pertanggungan
Rp. 100.000.000,-. Selain itu asuransi BritAma juga mengcover rawat
inap dan cacat tetap.
6. Aksesibilitas BRI Card
7. Jaringan BRI Card
8. Undian Berhadiah Miliaran Rupiah
5. Bank Nasional Indonesia
a. BNI Deposito
BNI Deposito merupakan simpanan berjangka yang menjadikan
simpanan Nasabah aman dengan tingkat suku bunga yang kompetitif.
Keuntungan
• Tingkat suku bunga kompetitif.
• Dapat dijadikan sebagai jaminan kredit.
• Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan *)
Kemudahan
• Tersedia dalam pilihan mata uang Rupiah dengan nilai nominal Rp.
8.000.000,00 atau asing (USD, JPY, GBP, SGD, HKD, EURO).
• Bunga dapat ditransfer ke rekening Tabungan, Giro atau menambah
pokok simpanan.
• Pada saat jatuh tempo dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic
Roll Over/ARO) atau tidak otomatis (non ARO)
• Tersedia pilihan jangka waktu :1, 6, 12, 24, 36 bulan
145
b. Tabungan Plus (TAPLUS)
Keunggulan
• Bunga BNI TAPLUS dihitung atas dasar saldo harian.
Penarikan tunai melalui teller tidak dibatasi jumlahnya, sedangkan
melalui ATM BNI sebesar Rp. 5 juta per hari.
• Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan di semua cabang/capem
BNI.
• Dapat dipakai sebagai agunan kredit (Cash Collateral Credit).
• TAPLUS dapat digunakan untuk pembayaran listrik, telepon, pajak dan
KPR melalui BNI.
• Dapat dipakai sebagai alat pembayaran di toko-toko (merchant) yang
memasang logo Master Card.
• Dapat diikutkan dalam program hadiah, apabila BNI akan memberikan
hadiah kepada penabung TAPLUS.
6. Bank Permata
a. Permata Deposito
Permata Deposito adalah produk simpanan berjangka yang
memberikan keuntungan bunga lebih besar dari tabungan dan memiliki
jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 12 bulan sesuai
rencana Nasabah. Permata Deposito juga memberikan pilihan mata uang
Rupiah atau asing (USD, JPY, SGD, HKD). Jika nominal deposito lebih
atau sama dengan Rp. 500 juta, maka suku bunganya adalah sebesar 7%.
b. Permata Deposito Syariah
Permata Deposito Syariah merupakan produk khusus bagi Nasabah
yang menginginkan investasi dengan pola bagi hasil (nisbah) yang optimal.
PermataDeposito Syariah menggunakan prinsip Mudharabah Muthlaqah
dimana Nasabah memberi kebebasan penuh kepada PermataBank Syariah
untuk mengelola dana secara produktif, menguntungkan dan memenuhi
prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan dana tersebut akan
dibagihasilkan sesuai dengan nisbah/porsi yang telah disepakati
sebelumnya.
146
Manfaat dan Kelebihan
• Investasi berjangka dengan berbagai pilihan jangka waktu dalam mata
uang rupiah (IDR) maupun US Dollar (USD).
• Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana nasabah, sesuai dengan
nisbah yang disepakati saat pembukaan rekening.
• Jangka waktu yang fleksibel yaitu antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12
bulan sesuai rencana nasabah. Pokok deposito tidak dapat dicairkan
sampai dengan jatuh tempo.
• Masing-masing jangka waktu memiliki nilai nisbah yang berbeda-beda,
dengan bagi hasil dilakukan pada setiap bulannya.
• Pokok deposito dapat di roll-over secara otomatis (ARO/Automatic Roll
Over).
• Dapat dijadikan jaminan pembiayaan.
• Hasil Investasi dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke
rekening tabungan/giro di PermataBank Syariah, atau ditambahkan ke
pokok deposito, sesuai dengan keinginan Nasabah.