analisis profitabilitas serta nilai tambah usaha … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin...

115
ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor) SKRIPSI ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI H 34066013 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: trankien

Post on 12-Mar-2019

248 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE

(Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)

SKRIPSI

ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI H 34066013

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 2: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

RINGKASAN

ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI. Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan RITA NURMALINA - SURYANA).

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi protein harian Indonesia dalam bentuk kacang kedelai pun ikut meningkat. Tingkat konsumsi kedelai nasional meningkat dari 1.880.000 ton pada tahun 2006, menjadi 2.010.000 ton pada tahun 2007. Namun disisi ketersediaannya produksi kacang kedelai di Indonesia pada tahun 2006 hanya mencapai 747.611 ton, belum dapat mencukupi tingkat konsumsi kedelai nasional pada tahun yang sama. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan nasional, Indonesia mengimpor sebagian besar persediaan kacang kedelai. Pada tahun 2006 volume impor kacang kedelai Indonesia sendiri mencapai 3 juta ton lebih dengan nilai 830.836.021 US$, berdasarkan itu terlihat bahwa Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kedelai impor cukup banyak. Akibatnya saat harga kacang kedelai meningkat dari Rp 2.500 per kilogram menjadi Rp 8.000 per kilogram pada tahun 2007, banyak pengrajin tahu dan tempe yang mengalami kerugian dan menghentikan usahanya.

Sebagai bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah tangga atau yang umum dikenal Usaha Kecil Menengah (UKM), pengrajin tahu dan tempe secara langsung memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara termasuk Indonesia. Peranan UKM dalam perekonomian antara lain dapat meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain. Pada sisi lain harga jual dari tahu dan tempe itu sendiri sulit untuk naik, yang membuat para pengrajin tahu dan tempe kesulitan dalam menentukan harga jual dari produk mereka.

Permasalahan yang timbul akibat kenaikan harga kedelai ini tidak hanya mempengaruhi pengrajin tahu dan tempe nasional, tapi juga pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor. Berdasarkan wawancara dengan pengurus PRIMKOPTI Kota Bogor, diketahui saat harga kedelai naik pada tahun 2007 PRIMKOPTI tidak dapat menyediakan pasokan kacang kedelai bagi para pengrajin. Bahkan saat itu jumlah anggota pengrajin tahu dan tempe terjadi penurunan, dari 177 pengrajin menjadi 156 pengrajin. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis keragaan usaha tahu dan tempe, (2) menjelaskan langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan usaha tahun dan tempe, (3) menganalisis profitabilitas usaha tahu dan tempe, dan (4) menganalisis nilai tambah usaha tahu dan tempe.

Penelitian ini merupakan studi kasus, dengan mengambil dua lokasi usaha yang berbeda sesuai dengan produk yang dihasilkan. Untuk produk tahu mengambil usaha yang berlokasi di Jalan Arzimar II RT 02/VIII, Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Tegal Gundil, sedangkan untuk produk tempe mengambil usaha yang berlokasi di Komplek Perumahan Bumi Menteng Asri, Kampung Pabuaran RT 02/02, Kecamatan Cilendek Timur. Waktu penelitian dilakukan

Page 3: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan April 2009. Penelitian ini menggunakan Break Event Point untuk menentukan besarnya profitabilitas yang dihasilkan dan metode Hayami untuk menganalisis nilai tambah pengolahan kedelai pada masing-masing usaha.

Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian adalah usaha milik Bapak Mumu, yang mengawali karir pada usaha tahu sebagai kuli di tempat usaha orang lain pada tahun 1987. Setelah itu beliau pun mencoba berdagang untuk mempelajari masalah pemasaran, akhirnya pada tahun 1997 beliau memulai untuk membuka usaha tahu sendiri. Terdapat 12 peralatan yang digunakan untuk proses produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, baksemen, ember, serok, kain, bak air dan biang.

Adapun total biaya secara keseluruhan untuk peralatan produksi pada usaha tahu adalah sebesar Rp 11.140.000. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tahu antara lain; kacang kedelai, garam, kunyit, dan asam cuka; dimana dalam satu hari usaha yang bersangkutan mengolah kedelai rata-rata sebanyak 300 kilogram, dan garam kurang lebih sebanyak 30 kilogram. Usaha tempe yang menjadi objek dalam penelitian adalah usaha milik Bapak Sularno, yang mengawali usahanya pada tahun 1979 di daerah Malabar.

Pada tahun 1981 beliau menjadi anggota PRIMKOPTI, kemudian tahun 1983 Bapak Sularno berpindah tempat tinggal dan memulai usahanya sendiri dengan nama usaha Unit Fermentasi KOPTI Kota Bogor. Terdapat tujuh peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada usaha tempe, antara lain mesin giling, jembung plastik dengan ukuran 50 kilogram dan 700 liter, drum besi sepanjang 70 cm, papan anyaman, bambu, tusukan, dan geblekan. Adapun total biaya peralatan produksi secara keseluruhan pada usaha tempe adalah sebesar Rp 12.230.000.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe antara lain kacang kedelai dan ragi, dimana setiap hari usaha tempe mengolah kacang kedelai rata-rata sebanyak 400 kilogram dengan ragi yang digunakan kurang lebih dua kilogram. Hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu usaha tahu dan tempe di Kota Bogor, diketahui terdapat beberapa langkah penyesuaian yang dilakukan kedua usaha. Langkah penyesuaian tersebut antara lain penetapan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumen, penggunaan bahan bakar alternatif, dan menghasilkan bahan baku penunjang dan peralatan produksi sendiri.

Hasil perhitungan profitabilitas menunjukkan bahwa tingkat profitabilitas usaha yang lebih tinggi adalah usaha tahu sebesar 38 persen, sedang usaha tempe sebesar 28 persen. Perhitungan analisis nilai tambah juga menunjukkan bahwa usaha yang memiliki nilai tambah lebih besar adalah usaha tahu dengan nilai sebesar Rp 6.881, sedang untuk menjadi tempe sebesar Rp 4.947. Berdasarkan itu maka perlu dilakukan penghematan biaya pada usaha tempe, agar struktur biayanya lebih efisien dan mendapatkan keuntungan lebih besar. Salah satunya dengan menghemat biaya perawatan, menggunakan peralatan produksi yang lebih tahan lama dan menjaga kebersihan peralatan. Khusus untuk usaha tempe biaya pengemasannya dapat dihemat, dengan menggunakan kemasan daun pisang untuk seluruh produknya.

Page 4: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE

(Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)

ANDINI TRIBUANA TUNGGADEWI H 34066013

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 5: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

Disetujui,

Pembimbing

Dr.Ir. Rita Nurmalina - Suryana, MS NIP 19550713 198703 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manjemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

Judul Skripsi : Analisis Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)

Nama : Andini Tribuana Tunggadewi

NRP : H 34066013

Page 6: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di

Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)” adalah karya saya

sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi

manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

Andini Tribuana Tunggadewi

H 34066013

Page 7: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 27 April 1986 di Bandung, adalah anak ketiga

dari tiga bersaudara, pasangan Dr. Ir. H. Dodi Supriadi, MSc. dan Hj. Euis

Salnesih.

Tahun 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Pengadilan 3

Bogor, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTPN 8 Bogor

yang diselesaikan pada tahun 2000. Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan

lanjutan menengah atas di SMU Kesatuan Bogor pada tahun 2003, dilanjutkan

dengan mengambil pendidikan Program Studi D3 Analisis Lingkungan, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Petanian Bogor yang

diselesaikan pada tahun 2006.

Penulis kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1 di Program

Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalus seleksi pada

tahun 2006.

Page 8: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis

Profitabilitas serta Nilai Tambah Usaha Tahu dan Tempe (Studi Kasus di

Kecamatan Tegal Gundil dan Cilendek Timur Kota Bogor)”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar tingkat

kemampuan usaha tahu dan tempe selaku usaha rumah tangga dalam

menghasilkan laba atau profit serta menganalisis nilai tambah antara kedua usaha

tersebut.

Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini dehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2009

Andini Tribuana Tunggadewi

Page 9: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Orangtua, keluarga, dan Okwan Himpuni atas doa, semangat, serta masukan

yang diberikan pada penulis selama masa penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina-Suryana, MS selaku dosen pembimbing atas waktu,

arahan, dan kesabarannya pada penulis dalam penyusunan skripsi.

3. Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen evaluator pada seminar proposal dan

dosen penguji pada ujian sidang, yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk memberikan saran dan kritik pada penulis.

4. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen komdik pada ujian sidang, yang

telah memberikan saran dan kritik pada penulis.

5. M. Pintor Nasution, selaku pembahas pada seminar atas saran dan kritik yang

diberikan pada penulis.

6. Pihak PRIMKOPTI dan Deperindag Kotamadya Bogor, atas waktu dan

informasi yang diberikan untuk kelancaran serta penulisan skripsi.

7. Bapak Mumu dan keluarga, atas waktu, kesempatan, informasi, dan

dukungan yang diberikan pada penulis.

8. Bapak Sularno dan Mas Roin, atas waktu, kesempatan, informasi, dan

dukungan yang diberikan pada penulis.

9. Pihak-pihak yang bekerja pada usaha tahu dan tempe, atas waktu dan

informasi yang diberikan guna kelengkapan penyusunan skripsi ini.

10. Sahabat dan teman-teman X-AGB angkatan 1, atas semangat, saran, dan

masukan yang diberikan pada penulis selama masa penyusunan skripsi.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

dukungan dan bantuannya dalam penulisan skripsi.

Bogor, Juli 2009

Page 10: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

10 

 

Andini Tribuana Tunggadewi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ 12

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 14

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 15

I PENDAHULUAN ............................................................................ 16 1.1. Latar Belakang ............................................................................ 16 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 19 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 22 1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................... 23

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 24

2.1. Kedelai sebagai Bahan Baku ....................................................... 24 2.2. Latar Belakang Usaha Tahu dan Tempe ..................................... 25

2.2.1. Sejarah Tahu ..................................................................... 25 2.2.2. Sejarah Tempe .................................................................. 25 2.2.3. Karakteristik Tenaga Kerja ............................................... 27 2.2.4. Saluran Pemasaran ............................................................ 28

2.3. Penelitian Terdahulu ................................................................... 28 2.3.1. Penelitian Mengenai Profitabilitas ..................................... 28 2.3.2. Penelitian Mengenai Analisis Nilai Tambah ...................... 29

III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................ 18

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ...................................................... 18 3.1.1. Konsep Biaya ..................................................................... 18 3.1.2. Penetapan Harga Jual ......................................................... 19 3.1.3. Analisis Titik Impas dan Profitabilitas .............................. 21 3.1.4. Analisis Nilai Tambah ....................................................... 24

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................... 27

IV METODE PENELITIAN ................................................................. 28

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 28 4.2. Metode Penentuan Sampel .......................................................... 28 4.3. Desain Penelitian ......................................................................... 30 4.4. Data dan Instrumentasi ................................................................ 30 4.5. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 31 4.6. Metode Pengolahan Data ............................................................ 31

4.6.1. Analisis Biaya Produksi ..................................................... 31 4.6.2. Analisis Titik Impas ........................................................... 32 4.6.3. Profitabilitas Usaha ............................................................ 33 4.6.4. Analisis Nilai Tambah ....................................................... 33

Page 11: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

11 

 

V GAMBARAN UMUM USAHA ....................................................... 36

5.1. Keragaan Usaha .......................................................................... 36 5.1.1. Usaha Tahu ....................................................................... 36 5.1.1.1. Peralatan Produksi Tahu ...................................... 37 5.1.1.2. Produksi Tahu ...................................................... 39 5.1.2. Usaha Tempe ...................................................................... 41 5.1.2.1. Peralatan Produksi Tempe .................................... 41 5.1.2.2. Produksi Tempe ................................................... 43 5.2. Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai .............................................................................. 45

VI ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE ...................................... 48 6.1. Analisis Biaya ............................................................................. 48 6.1.1. Biaya ................................................................................. 48 6.1.1.1. Biaya Tetap .......................................................... 48 6.1.1.2. Biaya Variabel ...................................................... 56 6.1.1.3. Total Biaya Usaha ................................................ 59 6.1.2. Volume Penjualan dan Harga Jual .................................... 62 6.1.2.1. Usaha Tahu .......................................................... 62 6.1.2.2. Usaha Tempe ........................................................ 65 6.1.3. Analisis Profitabilitas ........................................................ 67 6.1.3.1. Usaha Tahu .......................................................... 68 6.1.3.2. Usaha Tempe ........................................................ 71 6.2. Analisis Nilai Tambah ................................................................ 75 6.2.1. Usaha Tahu ....................................................................... 75 6.2.2. Usaha Tempe ..................................................................... 77

VII PERBANDINGAN HASIL ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE ....................................................................... 80 7.1. Analisis Profitabilitas .................................................................. 80 7.2. Analisis Nilai Tambah ................................................................ 81

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 84

8.1. Kesimpulan ................................................................................. 84 8.2. Saran ............................................................................................ 84

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 86

LAMPIRAN ................................................................................................... 88

Page 12: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

12 

 

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan ............................... 16

2. Konsumsi Kacang Kedelai Indonesia untuk Rumah Tangga Tahun 2005 sampai dengan 2007 …………………………. 16

3. Produksi Kacang Kedelai Indonesia Tahun 2004-2008 …… 17

4. Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2006 ......................... 17

5. Perkembangan Jumal Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2006-2007 …………… 18

6. Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tahu Tempe Kota Bogor Tahun 2008 ...................................

21

7. Rincian Singkat Penelitian Terdahulu ……………………... 32

8. Kebutuhan Kedelai Usaha Tahu di Kecamatan Tegal Gundil Tahun 2008 ………………………………………………… 43

9. Kebutuhan Kedelai Usaha Tempe di Kecamatan Cilendek Timur Tahun 2008 …………………………………………. 44

10. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami ……... 49

11. Inventarisasi Peralatan Produksi Tahu Usaha Bapak Mumu 52

12. Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per Hari ………….. 54

13. Inventarisasi Peralatan Produksi Tempe Usaha Bapak Sularno ……………………………………………………... 57

14. Biaya Investasi Usaha Tahu ……………………………….. 64

15. Biaya Peralatan Usaha Tahu ……………………………….. 65

16. Biaya Non Produksi Usaha Tahu per Tahun ………………. 66

17. Biaya Peralatan Usaha Tempe …….……………………….. 68

18. Biaya Non Produksi Usaha Tempe per Tahun …………….. 69

19. Biaya Bahan Baku Usaha Tahu ……………………………. 72

20. Biaya Bahan Baku Usaha Tempe ………………..…............ 73

21. Total Biaya Usaha Tahu per Tahun ………………………... 75

22. Total Biaya Usaha Tempe per Tahun …………………........ 76

23. Penjualan Usaha Tahu ……………………………………... 78

24. Penjualan Usaha Tempe …………………………………… 81

Page 13: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

13 

 

25. Perhitungan Bobot Tempe dalam Kilogram ……………….. 82

26. Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tahu ………………………………………………………... 85

27. Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tempe ……………..……………………………………….. 88

28. Analisis Nilai Tambah Usaha Tahu ………………………... 90

29. Analisis Nilai Tambah Usaha Tempe …………………........ 92

30. Perbandingan Hasil Analisis Profitabilitas ………………… 94

31. Perbandingan Hasil Analisis Nilai Tambah ........................... 96

Page 14: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

14 

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar (UB) terhadap PDB Nasional Tahun 2006-2007 ………………………….. 19

2. Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan ………………… 38

3. Nilai Tambah dan Marjin Hasil Pengolahan ………………. 40

4. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual …………………….. 42

5. Proses Produksi Tahu ……………………………………… 55

6. Proses Produksi Tempe ……………………………………. 59

7. Tahu Putih …………………………….…………………… 105

8. Tahu Kuning ………………………………………………. 105

9. Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tahu ...................... 106

10. Peralatan Produksi Tungku Semen Usaha Tahu ................... 106

11. Peralatan Produksi Bak Semen 1 Usaha Tahu ...................... 107

12. Peralatan Produksi Bak Semen 2 Usaha Tahu ...................... 107

13. Bubur Kedelai yang Telah Menjadi Adonan Tahu ............... 108

14. Proses Pencetakan Tahu ........................................................ 108

15. Tempat Usaha Tempe ............................................................ 109

16. Tempat Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe ....................... 109

17. Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tempe .................... 110

18. Rak Tempat Proses Fermentasi ............................................. 110

19. Proses Perebusan Kedelai ...................................................... 111

20. Tempat Proses Produksi Tempe ............................................ 111

21. Tempat Pembungkusan Tempe ............................................. 112

22. Salah Satu Bentuk Tempe yang Akan Dikembangkan ......... 112

Page 15: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

15 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perhitungan Beberapa Faktor dalam Tabel 22 ……………. 103

2. Perhitungan Beberapa Faktor dalam Tabel 23 ……………. 104

3. Dokumentasi Tempat Usaha ……………………………… 105

Page 16: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

16 

 

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persediaan kacang kedelai di Indonesia sebanyak 50 persen dikonsumsi

dalam bentuk tempe, 40 persen dalam bentuk tahu, dan sisanya 10 persen

dikonsumsi dalam bentuk produk lain1. Tahu dan tempe merupakan salah satu

jenis makanan olahan kacang kedelai yang dapat menambah asupan protein bagi

tubuh. Komposisi kandungan gizi makanan olahan kacang kedelai dalam bentuk

tahu dan tempe dapat terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Kedelai per 100 gram Bahan

KOMPONEN KADAR (%) Protein 35 – 45 Lemak 18 – 32 Karbohidrat 12 – 30 Air 7

Sumber : Esti dan Sediadi (2000)

Tabel 1 memperlihatkan dalam 100 gram tahu atau tempe, mengandung

kadar protein sebesar 35 persen sampai dengan 45 persen. Hal ini menunjukkan

bahwa produk olahan kacang kedelai yaitu tahu dan tempe, memiliki kandungan

protein tinggi yang sangat dibutuhkan tubuh. Oleh karena itu upaya

meningkatkan asupan protein untuk tubuh, dapat dilakukan dengan melakukan

peningkatan konsumsi pada produk olahan kacang kedelai berupa tahu dan tempe.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, kebutuhan konsumsi

protein harian Indonesia dalam bentuk kacang kedelai pun ikut meningkat seperti

yang terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Konsumsi Kacang Kedelai Indonesia untuk Rumah Tangga Tahun 2005-2007

Konsumsi Tahun Volume (juta ton) Persentase (%) 2005 1,89 - 2006 1,88 -0,53

                                                            1 Wikipedia. Kedelai. http:// id.wikipedia.org//

Page 17: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

17 

 

2007 2,01 6,91 Laju Pertumbuhan Rata-rata (% per tahun) 0,70 Sumber : BPS (2008)

Pada Tabel 2 menunjukkan tingkat konsumsi kedelai di Indonesia

cenderung fluktuaktif. Ini terlihat dari penurunan konsumsi kedelai pada tahun

2005 sebesar 1.890.000 ton menjadi 1.880.000 ton pada tahun 2006, yang

kemudian pada tahun 2007 terjadi peningkatan konsumsi menjadi 2.010.000 ton.

Jika dilihat dari sisi ketersediaannya, produksi kacang kedelai di Indonesia hanya

dapat memenuhi sebagian kebutuhan kacang kedelai nasional (Tabel 3).

Tabel 3. Produksi Kacang Kedelai Indonesia Tahun 2004-2008

Tahun Luas Area (Ha)

Produktivitas (Qu/Ha) Produksi (ton)

2004 565.155 12,8 723.483 2005 621.541 13,01 808.353 2006 580.534 12,88 747.611 2007 459.116 12,91 592.534 2008 579.593 13,13 761.206

Sumber : //www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table3_2008.shtml

Pada Tabel 3 dapat dilihat produksi kedelai nasional dari tahun 2005

sampai dengan tahun 2007 mengalami penurunan. Jumlah produksi kacang

kedelai nasional pada tahun 2007 yang sebesar 592.534 ton, belum dapat

mencukupi tingkat konsumsi kedelai nasional pada tahun yang sama. Oleh karena

itu Indonesia mengimpor sebagian besar persediaan kacang kedelai untuk

memenuhi kebutuhan nasional, dimana volume impor ini secara jelas dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Impor Kedelai per Negara Asal Tahun 2006

Negara Volume (kg) Nilai (US$) United States 1.233.447.895 325.061.683Argentina 1.026.362.770 237.496.990India 624.638.500 140.175.177Brazil 396.891.778 94.758.879Malaysia 17.771.065 8.420.300Lainnya 81.138.243 24.922.992

TOTAL 3.380.250.251 830.836.021 Sumber : www.deptan.go.id

Page 18: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

18 

 

Tabel 4 menunjukkan bahwa volume impor kacang kedelai Indonesia pada

tahun 2006 mencapai 3 juta ton lebih dengan nilai 830.836.021 US$, dimana

negara pengimpor terbesarnya adalah Amerika Serikat. Berdasarkan data tersebut,

terlihat Indonesia mengalami ketergantungan pasokan kacang kedelai impor yang

cukup banyak. Akibatnya saat harga kacang kedelai meningkat dari Rp 2.500 per

kilogram menjadi Rp 8.000 per kilogram pada tahun 2007, banyak pengrajin tahu

dan tempe yang mengalami kerugian dan menghentikan usahanya2.

Sebagai bagian dari agroindustri dalam bentuk industri kecil dan rumah

tangga atau yang umum dikenal Usaha Kecil Menengah (UKM), pengrajin tahu

dan tempe secara langsung memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu

negara termasuk Indonesia. Peranan UKM dalam perekonomian antara lain dapat

meningkatkan pendapatan para pelaku usaha, menyerap tenaga kerja,

meningkatkan perolehan devisa, dan mendorong munculnya industri yang lain

(Soekartawi,2000). Banyaknya usaha dan tenaga kerja yang terserap oleh industri

kecil dan kerajinan rumah tangga ini dapat dialihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha Tahun 2006-20073

Jumlah Pelaku Usaha (usaha)

Jumlah Tenaga Kerja (orang) No. Skala Usaha

2006 2007 (%)

2006 2007 (%)

1. Usaha Mikro 46.746.567 47.702.310 2,04 75.453.589 77.061.669 2,13

2. Usaha Kecil 1.917.897 2.017.926 5,22 9.599.480 9.970.644 3,87

3. Usaha Menengah 114.687 120.253 4,85 4.494.693 4.720.005 5,01

Usaha Kecil dan Menengah 48.779.151 49.840.489 2,18 89.547.762 91.752.318 2,46

4. Usaha Besar 4.398 4.527 2,93 2.445.595 2.520.707 3,07

JUMLAH 48.783.549 49.845.016 2,18 91.993.357 94.273.025 2,48

Tabel 5 menunjukkan UKM merupakan usaha terbesar yang ada di

Indonesia, dengan jumlah usaha sebanyak 48.779.151 usaha pada tahun 2006

yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 49.840.489 usaha. Tenaga kerja yang

terserap pada UKM juga merupakan yang terbesar, dengan jumlah sebanyak

89.547.762 orang pada tahun 2006 yang meningkat menjadi 91.752.318 orang                                                             2 Kompas Cyber Media. Bogor : Pengrajin Tempe Tahu Berharap Kedelai Stabil. http//:

www.kompas.com//. Senin, 14 Januari 2008 3 DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006-2007. http//:www.depkop.go.id//.

Senin, 13 Juli 2009

Page 19: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

19 

 

39,30% 39,25%

16,76% 16,84%

43,94% 43,91%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

2006 2007

Tahun

Pers

enta

se

UK UM UB

pada tahun 2007. Besarnya jumlah UKM di Indonesia membuat usaha tersebut

memiliki kontribusi cukup besar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) nasional,

yang dengan jelas dapat terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Proporsi Kontribusi UKM dan Usaha Besar (UB) Terhadap PDB Nasional Tahun 2006-20074

Pada Gambar 1 terlihat bahwa kontribusi UKM terhadap PDB nasional

merupakan yang terbesar, dengan total persentase sebesar 56,06 persen pada tahun

2006, yang meningkat pada tahun 2007 menjadi 56,09 persen. Berdasarkan hal

tersebut maka jelas UKM memang memiliki peranan penting dalam

perekonomian nasional, termasuk didalamnya adalah usaha tahu dan tempe.

1.2. Perumusan Masalah

Terkait dengan kenaikan harga kedelai beberapa waktu lalu, pemerintah

sempat mengeluarkan kebijakan subsidi untuk kacang kedelai sebesar Rp 1.000

untuk pembelian tiap kilogram kedelai selama kurang lebih empat bulan5. Ini

dilakukan guna meningkatkan semangat para pengrajin tahu dan tempe untuk

tetap berproduksi dan tidak lama setelah kebijakan tersebut dikeluarkan harga

kedelai turun menjadi Rp 6.000 per kilogram. Pada sisi lain harga jual dari tahu

dan tempe itu sendiri sulit untuk naik, yang membuat para pengrajin tahu dan

tempe kesulitan dalam menentukan harga jual dari produk mereka.

Hal ini terjadi karena kebanyakan konsumen menganggap tahu dan tempe

merupakan produk murah, padahal bahan baku tahu dan tempe sebagian besar

                                                            4 DEPKOP. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2006-2007. http//:www.depkop.go.id//.

Senin, 13 Juli 2009 5 KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http//: www.kompas.com// . Selasa, 15 Juli

2008.

Page 20: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

20 

 

diperoleh secara impor6. Harga jual untuk tahu dan tempe yang kini beredar di

pasaran, tidak berbeda jauh dengan harga jual pada saat sebelum adanya kenaikan

harga kedelai. Saat ini tahu berada dalam kisaran harga Rp 200 sampai dengan Rp

400 per potong, sedangkan untuk tempe berada dalam kisaran harga Rp 1.000

sampai dengan Rp 6.000 per potong.

Permasalahan yang timbul akibat kenaikan harga kedelai ini tidak hanya

mempengaruhi pengrajin tahu dan tempe nasional, tapi juga pengrajin tahu dan

tempe di Kota Bogor. Berdasarkan wawancara dengan pengurus Primer Koperasi

Tahu Tempe Indonesia (PRIMKOPTI) Kota Bogor, diketahui saat harga kedelai

naik pada tahun 2007 PRIMKOPTI tidak dapat menyediakan pasokan kacang

kedelai bagi para pengrajin. Bahkan saat itu terjadi penurunan jumlah anggota

pengrajin tahu dan tempe, dari 177 pengrajin menjadi 156 pengrajin. Banyaknya

jumlah pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor baik yang merupakan anggota

maupun non anggota PRIMKOPTI saat ini dapat dilihat pada Tabel 6.

                                                            6 KCM. Pengrajin Tahu Tempe Segera Disubsidi. http//: www.kompas.com// . Selasa, 15 Juli

2008.

Page 21: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

21 

 

Tabel 6. Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tahu Tempe Kota Bogor Tahun 2008

Jenis Produksi Wilayah Kecamatan Tempe Tahu Tauco

Kebutuhan Kedelai (Kg/Bulan)

Tegallega I 8 15.850Tegallega II 10 16.900Tegallega III 7 22.300Bantarjati I 3 2 10.900Bantarjati II 5 18 23.220Bantarjati III 4 9.850Tegal Gundil I 16 9.620Ciluar 5 6.150Kebonpedes I 7 11.000Kebonpedes II 2 2.600Cimanggu 1 6.000Cilendek Timur 15 26.950Cilendek Barat 19 10.225Lawanggintung 5 2 7.500Bondongan 11 3 12.200Empang 1 3 2.500Pasir Kuda 3 1 10.000Gugahsari 4 6.000Jumlah Anggota 109 43 3 209.795Non Anggota 47 19 91.599TOTAL 156 62 3 301.394Sumber : PRIMKOPTI (2008)

Tabel 6 menunjukkan PRIMKOPTI pada Tahun 2008 memiliki anggota

sebanyak 155 yang terdiri dari pengrajin tahu sebanyak 43 orang, tempe sebanyak

109 orang, dan tauco sebanyak 3 orang. Menurut wilayah kecamatan terlihat

kebutuhan kedelai terbesar untuk pengrajin tahu berada pada wilayah Kecamatan

Tegalgundil I sebesar 9.620 kilogram per bulan, sedangkan untuk pengrajin tempe

berada pada wilayah Cilendek Timur sebesar 26.950 kilogram per bulan.

Berdasarkan keterangan tersebut maka penelitian ini pun dilakukan pada kedua

wilayah kecamatan tersebut, dengan mengambil salah satu usaha sebagai objek

studi kasus pada masing-masing wilayah.

Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian ini mengambil

usaha milik Bapak Mumu yang berada di Kecamatan Tegalgundil, sedangkan

untuk usaha tempe mengambil usaha milik Bapak Sularno yang berada di

Kecamatan Cilendek Timur. Masing-masing pengrajin tahu dan tempe yang

Page 22: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

22 

 

menjadi objek studi tersebut menyatakan, bahwa mereka menetapkan harga jual

tahu dan tempe berdasarkan keinginan konsumen tanpa mengetahui kondisi usaha

mereka sebenarnya untung, rugi, atau impas. Padahal harga jual yang ditetapkan

seharusnya dapat menutupi semua ongkos produksi, bahkan lebih dari itu yaitu

untuk mendapatkan laba (Swastha dan Sukotjo, 1998).

Terkait dengan kenaikan harga kedelai yang terjadi pada dua tahun lalu,

data produksi dan penjualan pada kedua usaha yang menjadi objek penelitian

secara pasti tidak dapat ditampilkan karena tidak adanya pencatatan yang detail.

Akan tetapi berdasarkan hasil wawancara kedua pengrajin tersebut yang

merupakan anggota PRIMKOPTI menyatakan, usaha mereka sedikit terganggu

dengan adanya kenaikan harga kedelai secara tiba-tiba pada beberapa waktu lalu.

Berdasarkan uraian tersebut maka terlihat beberapa pokok permasalahan yang

ingin dikaji dalam penelitian ini, antara lain :

1. Langkah-langkah penyesuaian apa yang dilakukan pengrajin untuk

mempertahankan usaha?

2. Berapa besar keuntungan yang diperoleh oleh pengrajin tahu dan tempe,

dengan mengambil studi kasus pada pengrajin tahu di Kelurahan Tegal

Gundil dan pengrajin tempe di Kelurahan Cilendek Timur?

3. Berapa nilai tambah kacang kedelai untuk tahu dan tempe?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis keragaan usaha tahu dan tempe.

2. Menjelaskan langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan usaha tahun

dan tempe.

3. Menganalisis profitabilitas usaha tahu dan tempe.

4. Menganalisis nilai tambah usaha tahu dan tempe.

Page 23: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

23 

 

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi :

1. Peneliti sebagai wadah pengaplikasian materi-materi yang didapat selama

masa perkuliahan.

2. Pihak pengrajin tahu dan tempe sebagai masukan dan bahan pertimbangan

dalam menjalankan usahanya.

3. Khalayak umum juga pemerintah guna menambah informasi mengenai

kondisi industri tahu dan tempe saat ini.

4. Civitas akademika, untuk menambah pengetahuan ataupun dijadikan

sebagai bahan perbandingan serta acuan dalam melakukan penelitian

selanjutnya.

Page 24: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

24 

 

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedelai sebagai Bahan Baku

Kedelai telah dibudidayakan di Cina sejak 1000 tahun sebelum Masehi

dan Negara tersebut merupakan asal tanaman kedelai. Suku Jawa merupakan

penduduk yang paling awal mengadopsi tanaman kedelai kedalam usaha taninya,

karena adanya hubungan perdagangan antara pedagang Cina dengan masyarakat

di Jawa. Dalam tahun 1918 tercatat, luas areal panen kedelai di Indonesia

mencapai 158.900 Ha.

Pada awal pengembangannya di Indonesia pusat pertumbuhan kedelai

pertama kali didapati di Jawa Tengah yang kemudian menyebar ke Jawa Timur

dan bagian Jawa lainnya. Dari Jawa kemudian kedelai menyebar ke pulau-pulau

lainnya di Indonesia. Dalam mencapai tingkat produksi yang optimal,

pengembangan kedelai harus disesuaikan dengan kriteria kesesuaian biofisik

lingkungan, sistem usahatani, dan kondisi sosial ekonomi petani.

Terdapat kriteria kesesuaian lahan dalam mengembangkan kedelai, antara

lain lahannya tergolong lahan yang sangat sesuai dengan suhu 23oC sampai

dengan 28oC, curah hujan sekitar 2500 mm per tahun, pH 6,0 sampai dengan 6,9,

hara NPK cukup, dan salinitas 2,5 mmhcs per cm. Selain faktor fisik tersebut,

tingkat produksi yang optimal juga ditentukan oleh hubungan timbal balik antara

tanaman kedelai dengan organisme pengganggu tumbuhan (hama) yang

perkembangannya ditentukan oleh faktor fisik lingkungan dan manajemen petani.

Selain faktor teknis, faktor sosial ekonomi seperti tujuan petani, kelembagaan,

pemasaran, dan harga juga turut menentukan tingkat produktivitas yang tercapai.

Kebutuhan akan kedelai dan produk-produk olahannya semakin meningkat

dan belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri, yang mengakibatkan impor

kedelai pun meningkat. Produk olahan seperti tahu, tempe, tauco, kecap, dan

minyak kedelai tidak hanya diminati oleh penduduk menengah kebawah Jawa,

akan tetapi sudah menjangkau seluruh lapisan masyarakat luar Jawa. Dengan

Page 25: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

25 

 

demikian maka kedelai tidak hanya penting sebagai sumber protein, tapi juga

penting sebagai bahan baku industri7.

2.2. Latar belakang Usaha Tahu dan Tempe

2.2.1. Sejarah Tahu

Tahu merupakan makanan yang sangat menyehatkan dan mengandung zat-

zat yang dibutuhkan untuk memperbaiki gizi masyarakat, karena terbuat dari

kacang kedelai yang kaya akan kandungan protein. Kata ‘tahu’ berasal dari bahasa

asing, yaitu bahasa Cina tao hu, teu hu, atau tokwa, dimana kata tao atau teu

memiliki arti kacang, kacang kedelai putih yang digunakan dalam pembuatan tahu

disebut wong teu, dan hu atau kwa memiliki arti rusak, lumat, hancur menjadi

bubur. Oleh karena itu jika kedua kata tersebut digabungkan akan menjadi ‘tahu’,

yang bermakna makanan yang terbuat dari kedelai yang dilumatkan atau

dihancurkan menjadi bubur.

Dalam pembuatan tahu, terdapat beberapa hal yang penting untuk

diperhatikan agar tahu yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Adapun hal

penting tersebut antara lain kebersihan lingkungan kerja, menjaga kualitas tahu,

serta memilih peralatan yang cocok dan tepat. Selain itu dari proses produksi tahu

ini terdapat hasil sampingan berupa limbah yang dapat menjadi produk turunan

dari tahu. Hasil sampingan dari tahu ini salah satunya adalah kulit kedelai dan

ampas tahu untuk campuran makanan ternak. Selain itu juga terdapat kembang

tahu, yaitu sisa sari pati kedelai yang direbus yang dapat digunakan sebagai bahan

baku untuk masakan8.

2.2.2. Sejarah Tempe

Berbeda dengan tahu yang berasal dari cina, tempe merupakan makanan

tradisional Indonesia dan sudah menjadi industri rakyat. Tidak jelas kapan

pembuatan tempe dimulai, namun demikian makanan tradisonal ini sudah dikenal

sejak berabad-abad lalu terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa

khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Pada salah satu catatan sejarah yang

                                                            7 Manwan, Ibrahim dan Sumarno dalam Beddu Amang dkk. 1996. Ekonomi Kedelai. 8 Kastyanto, FL. Widie. 1994. Membuat Tahu.

Page 26: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

26 

 

tersedia menunjukkan bahwa ada kemungkinan pada mulanya tempe diproduksi

dari kedelai hitam.

Kata "tempe" diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno, dimana pada waktu

itu terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi.

Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan

makanan tumpi tersebut. Selain itu pada tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa

Jawa-Belanda menyatakan, bahwa pembuatan tempe diawali semasa era Tanam

Paksa di Jawa.

Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda pada

tahun 1895, dimana Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda)

melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe.

Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh

para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda akhirnya tempe menjadi populer di

Eropa sejak tahun 1946.

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan

menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Tempe memiliki kegunaan untuk melawan

radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah

terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus,

kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab

diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-

lain.

Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak

banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun karena adanya enzim

pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan

karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh

dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik

untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga

bisa disebut sebagai makanan semua umur.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah

dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam

kedelai. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan

stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung

Page 27: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

27 

 

perut) 9. Tempe itu sendiri dibuat dengan cara fermentasi atau peragian dengan

menggunakan bahan baku berupa kacang kedelai.

Proses peragian pada tempe disebabkan oleh semacam kapang atau jamur,

yang memberikan semacam lapuk berwarna putih yang semakin lama akan

menjadi hitam. Kapang pada tempe dalam bahasa ilmiah disebut juga Rhizopus

oryzae, yang pada keadaan normal hanya terdiri dari Rhizopus oligosporus.

Adanya proses peragian ini membuat kedelai pada tempe memiliki rasa yang lebih

enak serta lebih mudah dicerna, daripada kedelai yang dimakan tanpa proses

fermentasi terlebih dahulu.

Selain itu dengan adanya proses fermentasi, membuat bau langu pada

kedelai hilang sehingga cita rasa dan bau aromanya pun lebih sedap. Proses

fermentasi pada tempe ini membuat protein dalam kedelai terurai menjadi

komponen-komponen asam amino, yang membuat penyerapan zat-zat makanan

dalam tubuh lebih lancar. Adapun Tempe yang baik adalah tempe yang bentuknya

keras dan kering, serta didalamnya tidak mengandung kotoran dan campuran

bahan-bahan lain. Tempe itu sendiri memiliki daya tahan paling lama dua hari,

karena lebih dari itu jamur tempe pun akan mati. Selanjutnya akan tumbuh jamur

atau bakteri-bakteri lain yang dapat merombak protein, sehingga tempe pun

menjadi busuk10.

2.2.3. Karakteristik Tenaga Kerja

Tahu dan tempe merupakan salah satu bagian dari industri kecil yang

dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, karena umumnya industri kecil

tidak membutuhkan tingkat pendidikan tinggi. Oleh karena itu cara pengerjaan

dan peralatan yang digunakan sederhana. Disatu sisi sifat industri kecil yang

sederhana ini memberikan dampak positif bagi tenaga kerja tidak terdidik untuk

masuk ke sektor industri.

Dalam proses produksi dan teknologi yang digunakan industri kecil

bersifat padat karya, karena potensi bahan baku yang dimiliki dari suatu wilayah

dan kemampuan teknologinya masih turun-menurun. Penggunaan teknologi dan

proses produksi yang sederhana juga ditunjukkan pada industri tahu dan tempe,

                                                            9 WIKIPEDIA. Sejarah Tempe. http//:id.wikipedia.com//. Minggu, 1 Juli 2008. 10 Sarwono, B. 1994. Membuat Tempe dan Oncom.

Page 28: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

28 

 

dimana dalam proses pengolahan kedelai menjadi tahu atau tempe bisa

diselesaikan oleh 1-2 orang. Adapun tenaga kerja yang digunakan umumnya

berasal dari dalam keluarga, sedangkan yang menggunakan tenaga kerja dari luar

keluarga hanyalah beberapa pengrajin saja.

2.2.4. Saluran Pemasaran

Pemasaran untuk menyalurkan tahu dan tempe dari produsen ke konsumen

pada industri kecil masih merupakan masalah, karena kurangnya informasi pasar

terkait dengan pola permintaan konsumen. Selain itu kemampuan dalam strategi

pemasaran pada industri rumah tangga ini masih kurang, karena umumnya

pengusaha tahu dan tempe industri kecil kurang atau tidak mengetahui produk

yang sedang gencar di pasaran. Bahkan terkadang pengusaha tidak mampu

menghasilkan produk dengan mutu yang sesuai dengan tuntutan pasar, selera

konsumen, dan kurang mampu memproduksi dalam jumlah yang besar dalam

waktu cepat sehingga permintaan pasar tidak dapat dipenuhi.

Terdapat dua cara umum penyaluran hasil produksi tahu dan tempe dari

produsen ke konsumen yaitu dengan menjual langsung kepasar, dimana pengrajin

tempe langsung menjual produknya dengan konsumen; dan melalui pedagang

perantara. Sebagian besar pengrajin tahu dan tempe memasarkan hasil

produksinya dengan langsung menjual ke pasar, yang secara tidak langsung akan

membutuhkan biaya pemasaran untuk sampai di lokasi pemasaran. Oleh karena

itu nilai suatu produk dapat ditetapkan dengan menghitung jumlah total dari biaya

produksi dan biaya pemasaran untuk satu satuan produk yang diproduksinya11.

2.3. Penelitian Terdahulu

2.3.1. Penelitian Mengenai Profitabilitas

Damayanti (2004) meneliti tentang penetapan harga pokok produksi

menggunakan metode Full Costing, terkait dengan titik impas dan profitabilitas

perusahaan teh. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perhitungan harga pokok

menggunakan metode Full Costing menurunkan harga pokok produksi yang

                                                            11 UNIKA. Industri Tahu dan Tempe : Tenaga Kerja dan Teknologi. http//:www.unika.ac.id. Kamis, 18 Desember 2008.

Page 29: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

29 

 

dihitung oleh perusahaan sebesar 5 sampai 15 persen, dari Rp 5.780,41 menjadi

Rp 5.757,19 diikuti penurunan biaya produksi dari Rp 13.122.668.550 menjadi Rp

10.463.401.277. Titik impasnya pun juga terpengaruh menjadi lebih kecil dari

1.386.970 kilogram menjadi sebesar 752.103 kilogram secara unit, sedang secara

rupiah berubah dari Rp 11.712.903.770 menjadi Rp 6.351.477.810. Ini juga

diikuti dengan perubahan kemampuan perusahaan menghasilkan profit dari 9,53

persen menjadi 27,86 persen.

Selain itu penelitian lain tentang profitabilitas juga pernah dilakukan oleh

Pratiwi (2003), yang meneliti tentang nilai tambah menggunakan metode Hayami

dan profitabilitas menggunakan titik impas serta Marginal of Safety (MOS) dan

Marginal Income Ratio (MIR) pada agroindustri kripik tempe Perusahaan Ardani

Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan produksi kripik tempe

pada perusahaan bersangkutan memiliki nilai tambah yang terus meningkat dari

tahun 1998 sampai dengan 2002, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun

2000 yaitu 35,78 persen. Analisis titik impas pada Perusahaan Ardani

memperlihatkan keadaan yang fluktuaktif, dengan nilai terendah terjadi pada

tahun 2000 sebesar 7,11 persen sedang pada tahun 2001 terjadi kenaikan sebesar

5,74 persen dan 2,02 persen pada tahun 2002.

2.3.2. Penelitian Mengenai Analisis Nilai Tambah

Puspitasari (2007) meneliti tentang keragaan usaha industri tahu skala

kecil dan rumah tangga dengan mengambil studi kasus industri tahu skala kecil

dan rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan. Penelititan ini menggunakan

analisis biaya dan analisis nilai tambah metode Hayami, untuk melihat keragaan

objek studinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri tahu, khususnya

pengrajin tahu skala rumah tangga di Kecamatan Mampang Prapatan mengalami

penurunan pendapatan.

Ini terlihat dari penurunan sebesar 6,87 persen pada penerimaan pengrajin

dari tahun 2005 sampai dengan 2006, yang juga sekaligus menurunkan

keuntungan yang diperoleh sebesar 1,55 persen. Pada pengrajin tahu skala kecil

tidak terjadi penurunan kinerja, dimana dari tahun 2005 sampai dengan 2006

terdapat peningkatan pendapatan sebesar 7,77 persen dan keuntungan sebesar

Page 30: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

30 

 

41,75 persen. Dari analisis biaya, selama tahun 2005 sampai dengan 2006 terjadi

kenaikan biaya tetap pada pengrajin tahu skala rumah tangga dan skala kecil

sebesar 17,04 persen dan 10,49 persen per papan untuk tahu putih, serta 24,71

persen dan 11,33 persen untuk tahu goreng.

Pada pengrajin tahu skala rumah tangga, nilai tambah dari tahu putih pada

tahun 2005 dan 2006 masing-masing sebesar Rp 1.555,54 dan Rp 2.041,08,

sedangkan untuk tahu goreng sebesar Rp 1.584,22 dan Rp 2.179,55. Sedangkan

untuk pengrajin tahu skala kecil nilai tambah dari tahu putih pada tahun 2005 dan

2006 masing-masing sebesar Rp 1.987,02 dan Rp 2.74,26, serta Rp 2.136,35 dan

Rp 3.130,05 untuk tahu goreng. Selain itu jika dilihat dari besarnya balas jasa

yang diterima pengrajin terdapat penurunan sebesar 8,56 persen dan 8,61 persen

dalam memproduksi tahu putih dan tahu goreng, sedangkan balas jasa yang

diterima oleh tenaga kerjanya mengalami peningkatan sebesar 41,71 persen dan

34,05 persen.

Sinaga (2008) melakukan penelitian tentang nilai tambah dan dampak

kebijakan pemerintah terhadap industri tempe di Kabupaten Bogor menggunakan

metode Hayami dan analisis Policy Analysis Matrix. Hasil penelitian

menunjukkan nilai faktor konversi industri tempe sebesar 1,6 dimana tiap satu

kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 1,6 kilogram tempe, dengan nilai

tambah yaitu Rp 2.198,91 per kilogram input kedelai dan rasio nilai tambah

sebesar 21,14 persen. Tenaga kerja memiliki nilai koefisien sebesar 0,02 yang

menandakan bahwa untuk memproduksi satu kilogram kedelai menjadi tempe

membutuhkan 0,02 HOK (Hari Orang Kerja).

Berdasarkan analisis kebijakan pemerintah pada sisi output, industri tempe

di daerah penelitian memiliki Transper Output (TO) dan Koefisien Proteksi

Output Nominal (NPCO) sebesar Rp -1.555,14 dan 0,8699 (NPCO < 1). Pada sisi

input memiliki Transfer Input (TI) sebesar Rp 180,25 dan Koefisien Proteksi

Input Nominal (NPCI) sebesar 1,0765 dengan nilai transfer faktor sebesar Rp

261,91. Analisis Kebijakan input-output didekati menggunakan indikator Transfer

Bersih (TB), Koefisien Efektif Bersih (EPC), Koefisien Keuntungan (PC), dan

Rasio Subsidi Produsen (SRP), dengan nilai masing-masing sebesar 0,8192; Rp -

1.997,30; 0,5247; dan -0,2540.

Page 31: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

31 

 

Furqanti (2003) melakukan penelitian analisis nilai tambah terhadap

pengolahan buah jeruk nipis. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pengolahan

tiap satu kilogram buah jeruk nipis pada tahun 2000 mendapatkan nilai tambah

sebesar Rp 3.609,87 atau 29,82 persen dari nilai output dan pada tahun 2001

meningkat menjadi Rp 4.433,78 atau 33,54 persen dari nilai output. Sedangkan

bagian untuk imbalan tenaga kerja pada tahun 2000 sebesar 22,51 persen atau

senilai Rp 812,46 dan pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 1.072,51 atau

24,19 persen dari nilai tambah yang diperoleh.

Asnawi (2003) meneliti tentang nilai tambah ubi kayu menjadi tepung

tapioka, menyatakan untuk mengolah satu kilogram ubikayu membutuhkan tenaga

kerja per HOK sebesar Rp 13.000. Nilai tepung tapioka yang dihasilkan dari

setiap kilogram ubikayu sebesar Rp 218,50 sedangkan nilai tambah pengolahan

ubikayu menjadi tepung tapioka adalah Rp 57,91 per kilogram. Rasio nilai tambah

terhadap nilai produk yaitu 30,07 persen, yang menunjukkan setiap Rp 100

produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 30,07. Keuntungan yang didapat

dari tepung tapioka adalah Rp 57,91 per kilogram bahan baku, sedang bagian

keuntungan dari nilai tambah sebesar 88,13 persen. Ini jauh lebih baik dibanding

bagian keuntungan untuk tenaga kerja sebesar 11,87 persen, yang menandakan

keuntungan Rp 57,91 per kilogram bahan baku ubikayu hanya dinikmati pemilik

dan pengelola Ittara sedangkan petani belum mendapatkan bagian.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian-penelitian

terdahulu terletak pada objek penelitian dan alat analisisnya. Walaupun terdapat

kesamaan alat analisis, namun objek yang dijadikan bahan kajian pada penelitian

terdahulu adalah agroindustri kripik tempe. Sedang penelitian yang dilakukan

mengambil objek kajian pada salah satu usaha tahu dan tempe yang ada di Kota

Bogor. Rincian singkat mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat secara mudah

pada Tabel 7 berikut.

Page 32: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

32 

 

Tabel 7. Rincian Singkat Penelitian Terdahulu

Nama Penulis

Tahun Judul Alat Analisis

Dessy Furqanti 2003

Analisis Nilai Tambah dan Kemampulabaan Usaha Pengolahan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingel)

Metode Hayami

Robet Asnawi 2003

Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Ubikayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung

Fungsi Produksi Cobb-Douglass, Metode Hayami

Elok Pratiwi

2003 Analisis Nilai tambah dan Profitabilitas Agroindustri Kripik Tempe

Titik Impas, MIR, MOS, Metode Hayami

Aprilia Ritma Damayanti

2004

Analisis Perubahan Penetapan Harga Pokok Produksi Teh Dalam Kaitannya dengan Titik Impas dan Profitabilitas Perusahaan

Metode Full Costing, Titik Impas

Tiya Puspitasari

2007 Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga

Analisis Biaya, Metode Hayami

Merika Sondang Sinaga

2008

Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di Kabupaten Bogor

Metode Hayami, Policy Analysis Matrix

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhada penelitian-

penelitian terdahulu, terlihat bahwa suatu usaha apa pun itu memiliki profitabilitas

yang berbeda-bedar. Perbedaan profitabilitas antar usaha ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti skala dan struktur biaya usaha yang bersangkutan.

Semakin tinggi total biaya suatu usaha, semakin kecil kemampuan usaha dalam

menghasilkan keuntungan atau laba. Begitu pula dengan nilai tambah suatu usaha,

ditentukan oleh beberapa faktor, seperti jenis usaha dan skala usaha. Semakin

besar skala produksi suatu usaha, maka semakin besar nilai tambah dari usaha

yang bersangkutan.

Page 33: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

33 

 

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Biaya

Menurut Mulyadi (1999), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi,

yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu dan tidak dapat dihindarkan. Tiap usaha yang

bertujuan mencari laba maupun yang tidak bertujuan mencari laba, mengolah

masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber

ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi dari pada nilai masukannya. Dengan

laba atau sisa hasil usaha tersebut, usaha bersangkutan akan memiliki kemampuan

untuk berkembang dan tetap mampu mempertahankan eksistensinya di masa yang

akan datang.

Oleh karena itu dibutuhkan informasi biaya, untuk mengukur kegiatan

usaha menghasilkan laba atau tidak. Tanpa informasi biaya, pihak pengelola tidak

memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai ekonomi yang

lebih rendah daripada nilai keluarannya. Selain itu tanpa informasi biaya,

pengelola juga tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan berbagai sumber

ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan sumber ekonomi lainnya.

Dalam hubungannya dengan pembuatan produk terdapat dua kelompok

biaya, yaitu biaya produksi dan non produksi (Mulyadi, 1999). Biaya produksi

merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi

produk, sedangkan biaya non produksi seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan

administrasi dan umum. Berdasarkan perilakunya dalam hubungan dengan

perubahan volume kegiatan, biaya dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya

tetap, variable, dan semi variabel (Mulyadi, 1999).

a. Biaya Tetap

Page 34: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

34 

 

Merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam perubahan

volume kegiatan tertentu, dimana biaya tetap per satuan berubah. Biaya

tetap atau biaya kapasitas adalah biaya untuk mempertahankan

kemampuan beroperasi perusahaan pada tingkat kapasitas tertentu, yang

besarnya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi,

dan metode serta strategi manajemen. Jika biaya tetap mempunyai

proporsi lebih tinggi dibanding biaya variabel, maka kemampuan

manajemen dalam menghadapi perubahan-perubahan kondisi ekonomi

jangka pendek akan berkurang. Contoh biaya tetap antara lain; gaji, pajak,

pemeliharaan dan perbaikan bangunan, sewa, dan masih banyak lagi.

b. Biaya Variabel

Merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

perubahan volume kegiatan, dimana biaya variabel per unit konstan.

Contoh dari biaya variabel yaitu perlengkapan, peralatan kecil, biaya

komunikasi, biaya pengiriman, biaya pengangkutan, dan masih banyak

lagi.

c. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang memiliki unsur tetap dan

variabel di dalamnya. Unsur biaya tetap merupakan jumlah biaya

minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel merupakan

bagian dari biaya semivariabel yang dipengaruhi oleh perubahan volume

kegiatan. Contoh biaya semi variabel adalah biaya listrik, telepon, air,

bensin, dan masih banyak lagi.

3.1.2. Penetapan Harga Jual

Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh

perimbangan permintaan dan penawaran di pasar, sehingga biaya bukan

merupakan penentu harga jual. Berdasarkan itu maka dalam keadaan normal,

setiap pengusaha harus memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa

yang dijual di pasar dapat menutupi biaya penuh untuk menghasilkan produk atau

jasa tersebut dan dapat menghasilkan laba wajar. Akan tetapi permintaan

Page 35: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

35 

 

konsumen, selera konsumen, jumlah pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual

yang ditentukan pesaing itu sulit untuk diramalkan, sehingga akan ada

ketidakpastian dalam penentuan harga jual (Mulyadi, 2001).

Menurut Mulyadi (2001), satu-satunya faktor yang memiliki kepastian

relative tinggi yang berpengaruh dalam penentuan harga jual adalah biaya.

Melalui biaya dapat terlihat batas bawah suatu harga jual harus ditentukan,

dimana akan terjadi kerugian jika harga jual berada dibawah biaya penuh produk

atau jasa. Kerugian ini dalam jangka waktu tertentu dapat mengganggu

pertumbuhan perusahaan dan dapat mengakibatkan perusahaan akan berhenti,

dengan demikian dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual

memerlukan informasi biaya produk atau jasa.

Harga menurut Swastha (1998) adalah sejumlah uang yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Berdasarkan pernyataan sebelumnya maka selain penetapan harga pokok

produksi, penetapan harga jual juga menjadi hal penting untuk memperoleh laba.

Terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan dalam melakukan penetapan harga

jual, antara lain pendekatan biaya dan pendekatan pasar (Swastha, 1998).

1. Penetapan Harga Jual dengan Pendekatan Biaya

a. Cost Plus Pricing Method

Dalam metode ini harga jual per unit ditentukan dengan

menghitung jumlah seluruh biaya per unit, ditambah jumlah tertentu untuk

menutup laba yang dikehendaki pada unit tersebut atau disebut juga

marjin.

b. Mark Up Pricing Method

Penetapan harga jual dengan metode ini hampir sama dengan

penetapan harga cost plus (biaya plus), dimana pedagang yang membeli

barang dagangan menentukan harga jual setelah menambah harga beli

dengan sejumlah mark up atau kelebihan yang merupakan laba.

c. Break Even Pricing

Page 36: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

36 

 

Merupakan suatu metode penetapan harga berdasarkan permintaan

pasar dengan mempertimbangkan biaya, dimana suatu usaha terbilang

dalam kondisi break even jika pendapatan sama dengan ongkos

produksinya. Analisa break even atau titik impas adalah suatu cara untuk

mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapa suatu usaha

mencapai laba atau kerugian tertentu. Titik impas selain untuk volume

produksi atau penjualan, juga dapat digunakan untuk mengetahui kaitan

antara harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang bervariasi dan tetap,

serta laba dan rugi.

2. Penetapan Harga Jual dengan Pendekatan Pasar

Pada pendekatan pasar penentuan harga jual tidak berdasarkan

biaya, tetapi justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual

atau perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga pasar

agar dapat ikut bersaing, atau dapat juga menentukan lebih tinggi atau

lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.

3.1.3. Analisa Titik Impas dan Profitabilitas

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), selain digunakan untuk menentukan

harga jual dan mengetahui volume produksi atau penjualan, juga merupakan dasar

atau landasan dalam merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai

laba tertentu atau profit planning. Terdapat beberapa asumsi dalam menggunakan

analisa titik impas, antara lain :

a) Biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan yang terkait dapat

diidentifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap.

b) Biaya tetap adalah konstan.

c) Biaya variabel bertambah dengan bertambahnya volume produksi.

d) Harga jual per unit tetap.

e) Perusahaan terkait menjual atau memproduksi hanya satu jenis produk.

Menurut Mulyadi (2001) impas atau break even merupakan keadaan suatu

usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Tujuan dari

Page 37: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

37 

 

analisa impas adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum

agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba atau

nol. Dalam menentukan titik impas atau Break Even Point (BEP) terdapat dua

cara, yaitu :

1. Pendekatan Teknik Persamaan

Secara matematis, titik impas produktivitasnya dihitung sebagai

berikut :

Keadaan impas adalah jika keuntungan (π) sama dengan 0 (nol), maka :

Keterangan :

Q = Jumlah produk

P = Harga jual produk

TVC = Biaya total variabel

TFC = Biaya total tetap

AVC = Biaya rata-rata variabel

2. Pendekatan Grafis

Page 38: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

38 

 

Pendekatan ini menentukan titik impas dengan melihat pertemuan

antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam suatu grafik,

dimana titik pertemuan antara keduanya merupakan titik impas.

Pendekatan grafis secara jelas dapat terlihat pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Titik Impas, Laba, dan Volume Penjualan Sumber : Mulyadi (2001)

Keterangan :

TR = Penerimaan total

TC = Biaya total

Pendapatan, Biaya

Volume Penjualan

TFC

TVC

TC

TR

P

Q O

A

B

Page 39: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

39 

 

TVC = Biaya variabel total

TFC = Biaya tetap total

Daerah A = Daerah laba atau untung

Daerah B = Daerah rugi

P = Pendapatan, biaya

Q = Volume penjualan

Berdasarkan Gambar 2 terlihat titik impas terjadi pada titik

perpotongan TR dan TC, saat volume penjualan sebesar Q menghasilkan

pendapatan sebesar P. Jika penjualan lebih kecil dari Q (sebelah kiri) maka

usaha terkait akan mengalami kerugian, karena pendapatan yang menurun

membuat biaya total tidak tertutupi dan akan untung jika yang terjadi

sebaliknya. Titik impas ini dapat berubah dengan adanya perubahan harga

input, output, dan teknologi.

Menurut Prawironegoro dan Ari (2008), semua produk seyogyanya

harus dihitung titik impasnya, guna mengetahui apakah usaha yang

bersangkutan memperoleh laba atau menderita kerugian. Setelah

mengetahui titik impas, maka kemudian dapat diketahui kemampuan suatu

usaha dalam memperoleh laba yang disebut juga profitabilitas.

Profitabilitas dapat ditentukan oleh besarnya nilai Margin of Safety (MOS)

dan Maginal Income Ratio (MIR).

Menurut Munawir (1995), MOS menunjukkan tingkat penurunan

produksi atau penjualan yang dapat ditoleransi. MIR yaitu bagian hasil

penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba. Semakin

besar nilai MOS dan nilai MIR suatu usaha, maka semakin besar nilai

kemampuan usaha tersebut dalam memperoleh laba dan sebaliknya jika

semakin kecil.

3.1.4. Analisis Nilai Tambah

Page 40: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

40 

 

Menurut Hardjanto dalam Furqanti (2003), nilai tambah merupakan

pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional pada komoditi

terkait. Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk atau form utility,

memindahkan tempat place utility, maupun menyimpan time utility. Analisis nilai

tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat

perlakuan mengalami perubahan nilai. Selain itu analisis nilai tambah juga

menunjukkan bagaimana kekayaan perusahaan tercipta melalui proses produksi

dan bagaimana distribusi kekayaan tersebut dilakukan.

Komoditas pertanian yang memperoleh perlakuan mengalami perubahan

nilai sehingga menimbulkan nilai tambah, yang dipengaruhi oleh teknologi yang

digunakan dalam proses pengolahan. Besarnya nilai tambah karena proses

pengolahan didapat dari pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya

terhadap nilai produk yang dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja. Dengan kata

lain, nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan pengolah

(Gambar 3).

Gambar 3. Nilai Tambah dan Marjin Hasil Pengolahan Sumber : Soeharjo (1991)

Melalui analisis nilai tambah, maka dapat teranalisa faktor mana dari

proses produksi yang menghasilkan atau menaikkan nilai tambah dan sebaliknya.

Analisis nilai tambah juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami,

= Nilai Tambah

= Bahan Baku

= Input Lainnya

+ = Marjin

Keuntungan Pengolah (Imbalan bagi Modal dan Manajemen)

Imbalan bagi Tenaga Kerja

Input Lainnya

Bahan Baku

Page 41: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

41 

 

dimana perhitungannya berdasarkan satu satuan bahan baku utama dari produk

jadi (Hayami, 1987). Analisis nilai tambah melalui metode Hayami ini dapat

menghasilkan beberapa informasi penting, antara lain berupa :

a) Perkiraan nilai tambah, dalam rupiah

b) Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi, dalam persen

c) Imbalan jasa tenaga kerja, dalam rupiah

d) Bagian tenaga kerja, dalam persen

e) Keuntungan yang diterima perusahaan, dalam rupiah

f) Tingkat keuntungan perusahaan, dalam persen

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Berdasarkan perumusan masalah dalam penelitian ini, maka untuk melihat

perkembangan usaha tahu dan tempe yang menjadi objek penelitian diperlukan

analisa pada aspek keuangannya. Analisa aspek keuangan ini dapat dilakukan

melalui pendekatan analisis biaya dengan penelaahan pada komponen biaya,

volume penjualan, dan harga jual. Dari analisis biaya ini kemudian dapat terlihat

bagaimana kondisi usaha tahu dan tempe yang menjadi objek studi, menggunakan

analisis titik impas dan nilai tambah.

Melalui analisis titik impas akan terlihat nilai impas atau kondisi rugi tidak

rugi usaha yang selanjutnya akan terkait dengan profitabilitas usaha yang menjadi

objek penelitian. Berdasarkan analisis profitabilitas dapat terlihat seberapa besar

kemampuan usaha tahu dan tempe yang menjadi objek studi dapat memperoleh

laba atau untung. Analisis profitabilitas dilihat melalui nilai MOS dan MIR usaha

terkait, yang dihitung berdasarkan nilai impas.

Analisis nilai tambah yang dilakukan menunjukkan besarnya nilai tambah

dari proses pengolahan kedelai pada usaha tahu dan tempe. Analisis nilai tambah

pada penelitian ini menggunakan alat analisis metode Hayami, dimana

berdasarkan analisis yang dilakukan dapat terlihat pengolahan mana yang

memiliki nilai tambah yang lebih besar. Selain itu informasi lain yang bisa

Page 42: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

42 

 

diperoleh antara lain besarnya produktivitas produksi, besarnya marjin, serta

distribusi marjin untuk faktor-faktor produksi yang digunakan selain bahan baku.

Berdasarkan analisis profitabilitas serta nilai tambah yang dilakukan pada

usaha tahu dan tempe, akan diketahui sampai sejauh mana kedua usaha tersebut

telah mencapai tujuannya terutama dalam memperoleh keuntungan. Secara

ringkas alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Tahu dan Tempe

• Konsumsi kedelai nasional lebih besar daripada produksi kedelai nasional 

• Sebagian besar persediaan kedelai nasional berasal dari impor 

• Harga kacang kedelai yang fluktuaktif 

Page 43: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

43 

 

Keterangan :

: Alur Pemikiran : Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 4. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual

IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada usaha tahu dan tempe di Kota Bogor, dimana

untuk usaha tahu mengambil tempat yang berlokasi di Kecamatan Tegal Gundil.

• Produktivitas Produksi

• Nilai Output

• Nilai Tambah

• Balas Jasa Tenaga Kerja

Metode Hayami

Analisis Nilai Tambah

Profitabilitas

Analisis Biaya

Analisis Titik Impas

• Biaya • Volume Penjualan • Harga Jual 

• Harga jual tahu dan tempe yang sulit naik

K t d h

Tujuan Usaha : Memperoleh Laba

Page 44: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

44 

 

Sedang untuk usaha tempe mengambil tempat yang berlokasi di Kecamatan

Cilendek Timur. Penelitian dilakukan selama lima bulan yang dimulai dari bulan

Desember 2008 sampai dengan bulan April 2009.

4.2. Metode Penentuan Sampel

Penelitian pada usaha pengrajin tahu dan tempe di Kota Bogor dilakukan

dengan mengambil salah satu usaha untuk masing-masing produk (tahu dan

tempe) secara sengaja (purpossive). Tabel 6 menunjukkan wilayah kecamatan

yang lebih banyak mengolah kedelai menjadi tahu saja adalah wilayah Kecamatan

Tegal Gundil. Adapun jumlah total kedelai yang diolah pada Kecamatan Tegal

Gundil setiap bulannya adalah 9.620 kilogram, dengan jumlah usaha yang

berproduksi tahu pada wilayah kecamatan tersebut adalah 16 usaha. Banyaknya

kedelai yang dibutuhkan untuk diolah pada masing-masing usaha tahu di wilayah

Kecamatan Tegal Gundil, secara jelas dapat terlihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Kebutuhan Kedelai Usaha Tahu di Kecamatan Tegal Gundil Tahun 2008

No Nama Pengrajin Kebutuhan Kedelai (kg/bulan) 1. H.E. Kosasih 1.160 2. H.E. Koswara 640 3. Supardi 520 4. Jaenudin 400 5. Pupung 400 6. Mumu 2.100 7. Toyib 400 8. Nana H. 350 9. Nana S. 400

10. Olih 400 11. Een S. 300 12. A. Fadillah 350 13. Ade Caca 300 14. Kundang M. 1.000 15. Suherman 500 16. Maman 400 Sumber : PRIMKOPTI (2008) Pada Tabel 8 terlihat banyaknya kedelai yang dibutuhkan usaha tahu di

Kecamatan Tegal Gundil tidak merata. Berdasarkan data pada Tabel 8, maka

penelitian pun dilakukan dengan mengambil salah satu usaha pada kecamatan

bersangkutan. Selain itu Tabel 8 juga memperlihatkan bahwa usaha tahu yang

mengolah kedelai paling banyak adalah usaha tahu milik Bapak Mumu sebesar

Page 45: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

45 

 

2.100 kilogram per bulan, yang menjadikan usaha beliau sebagai objek pada

penelitian.

Pemilihan usaha yang mengolah kedelai lebih besar sebagai objek

penelitian dilakukan, karena usaha dengan skala produksi tinggi lebih bisa

mengefisiensikan beberapa jenis biaya terutama biaya tetap. Sama halnya seperti

usaha tahu, berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan wilayah kecamatan yang

lebih banyak mengolah kedelai menjadi tempe adalah wilayah Kecamatan

Cilendek Timur. Adapun jumlah total kedelai yang diolah pada Kecamatan

Cilendek Timur adalah 26.950 kilogram, dengan jumlah usaha yang berproduksi

tempe saja sebanyak 15 usaha.

Banyaknya kedelai yang dibutuhkan untuk diolah pada masing-masing

usaha tempe di wilayah Kecamatan Cilendek, secara jelas dapat terlihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Kebutuhan Kedelai Usaha Tempe di Kecamatan Cilendek Timur Tahun 2008

No Nama Pengrajin Kebutuhan Kedelai (kg/bulan) 1. Marjani 1.750 2. Kasman 1.000 3. Kartijan 1.400 4. Amat K. 2.000 5. Sularno 9.000 6. Noto 2.000 7. Fadoli 1.400 8. Cahyono 1.400 9. Hambali 1.000

10. Mustadi 1.000 11. M. Khusen 1.000 12. Rusdi 1.000 13. M. Khasan 1.000 14. Wargiono 1.000 15. Abdul Chalim 1.000 Sumber : PRIMKOPTI (2008)

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa sama halnya seperti usaha tahu,

banyaknya kedelai yang dibutuhkan usaha tempe di Kecamatan Cilendek Timur

juga tidak merata. Ini menjadikan penelitian dilakukan dengan mengambil salah

satu usaha pada kecamatan bersangkutan, dengan melihat jumlah pengolahan

kedelai yang terbesar. Adapun usaha tempe dengan kebutuhan dan pengolahan

Page 46: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

46 

 

kedelai terbesar adalah usaha milik Bapak Sularno sebanyak 9.000 kilogram per

bulan.

4.3 Desain Penelitian

Penelitian analisis profitabilitas serta nilai tambah pada usaha tahu dan

tempe, menggunakan metode kasus yang dilakukan pada salah satu usaha tahu

dan tempe di Kota Bogor dengan tujuan penelitian dapat dilakukan secara detail

dan mendalam. Berdasarkan hal tersebut, maka hasil perhitungan pada penelitian

ini bukan merupakan gambaran industri tahu dan tempe secara keseluruhan.

Penelitian ini merupakan gambaran bagaimana kondisi salah satu usaha tahu dan

tempe di Kota Bogor, terkait dengan adanya kenaikan harga kedelai sebagai bahan

baku dari tahu dan tempe itu sendiri.

Pemilihan kedua lokasi usaha ditentukan secara sengaja, dengan melihat

faktor jumlah kedelai yang dibutuhkan dan diolah oleh masing-masing usaha.

Adapun usaha tahu yang dijadikan objek penelitian adalah usaha milik Bapak

Mumu yang berlokasi di Jalan Arzimar II RT 02/VIII, Kelurahan Tegal Gundil,

Kecamatan Tegal Gundil. Usaha tempe yang dijadikan objek penelitian

merupakan usaha milik Bapak Sularno yang berlokasi di Komplek Perumahan

Bumi Menteng Asri, Kp. Pabuaran RT 02/02, Kecamatan Cilendek Timur.

4.4. Data dan Instrumentasi

Data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan

data sekunder. Data primer merupakan data yang berasal dari hasil observasi

langsung dan menggunakan responden, sedang data sekunder adalah data yang

telah terdokumentasi sebelumnya. Instrumentasi atau alat pengumpul yang

digunakan pada penelitian beragam, antara lain daftar pertanyaan, alat perekam

berupa hand phone, alat pencatat berupa alat tulis, dan timbangan untuk

mengukur bobot tahu dan tempe.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian menghabiskan waktu kurang lebih tiga

bulan yang dimulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan bulan Februari

2009 dan dilakukan di tempat usaha yang menjadi objek penelitian. Data primer

Page 47: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

47 

 

pada penelitan dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara langsung dan

mendalam pada pengrajin selaku pemilik usaha. Adapun data yang diperoleh

antara lain gambaran umum dan karakteristik usaha, aktivitas produksi dan

penjualan, serta data kuantitatif yang diperlukan untuk penelitian.

Data sekunder dalam penelitian berasal dari instansi atau lembaga yang

terkait, seperti PRIMKOPTI, Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB,

serta Departemen Perindustrian dan Perdagangan (DEPERINDAG). Selain itu

terdapat juga data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran internet, buku,

juga literatur-literatur yang terkait dengan penelitian.

4.6. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis secara kuantitatif,

diolah menggunakan microsoft excel dan kalkulator untuk disajikan dalam bentuk

tabulasi guna mempermudah perhitungan dan pendeskripsian. Periode analisis

yang digunakan adalah satu tahun, dimana hari efektif kerja masing-masing usaha

untuk satu bulannya yaitu 25 hari (satu tahun = 300 hari kerja). Metode analisis

yang digunakan untuk analisis profitabilitas usaha adalah perhitungan titik impas,

Marginal Income Ratio (MIR), dan Marginal of Safety (MOS) yang dihasilkan

berdasarkan data produksi, penjualan, dan biaya. Sedangkan untuk analisis nilai

tambah, metode analisis yang digunakan adalah metode Hayami.

4.6.1. Analisis Biaya Produksi

Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba, dimana

besar kecilnya laba yang dapat dicapai akan menjadi ukuran suksesnya pengelola

usaha bersangkutan. Oleh karena itu pemilik usaha harus mampu merencanakan

dan sekaligus memperoleh laba besar agar dapat dikatakan sukses. Perencanaan

usaha ini antara lain berisi taksiran penghasilan yang akan diperoleh dan biaya-

biaya yang akan terjadi untuk memperoleh penghasilan tersebut12.

Biaya merupakan faktor penting dalam perencanaan laba dalam suatu

usaha, karena biaya akan menentukan harga jual yang akan mempengaruhi

volume penjualan dan produksi. Terkait dengan penelitian pada usaha tahu dan

tempe, maka struktur biaya pada usaha bersangkutan harus dianalisis terlebih                                                             12 Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan.

Page 48: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

48 

 

dahulu dengan melakukan kunjungan lapang langsung. Biaya-biaya yang

dianalisis pada usaha tahu dan tempe ini memperhitungkan semua unsur biaya

produksi yaitu biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead

pabrik, yang kemudian diklasifikasikan menurut perilakunya menjadi biaya tetap

dan variabel. Adapun rumus yang digunakan untuk perhitungan total biaya

produksi sebagai berikut :

Selain itu terdapat biaya penyusutan untuk peralatan produksi dari kedua

usaha, yang merupakan bagian dari biaya tetap. Perhitungan biaya penyusutan

dilakukan dengan menghitung persentase penyusutan per tahunnya terlebih

dahulu, kemudian dikalikan dengan besarnya biaya peralatan. Rumus yang

digunakan dalam perhitungan persentase dan biaya penyusutan per tahun adalah

sebagai berikut :

a. Persentase Penyusutan per Tahun

b. Biaya Penyusutan per Tahun

4.6.2. Analisis Titik Impas

Secara matematis, titik impas dihitung sebagai berikut :

a. Titik Impas atau BEP dalam unit

b. Titik Impas atau BEP dalam rupiah

Page 49: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

49 

 

Keterangan :

Q = Jumlah produk

P = Harga jual produk per unit

TFC = Biaya total tetap

AVC = Rata-rata biaya variabel

4.6.3. Profitabilitas Usaha

Profitabilitas merupakan perhitungan untuk melihat kemampuan usaha

dari tahu dan tempe dalam memperoleh laba, yang diperoleh melalui hasil

perkalian antara MOS atau Margin of Safety dan MIR atau Marginal Income

Ratio. Rumus yang digunakan dalam menghitung profitabilitas adalah sebagai

berikut :

Keterangan :

MOS = Margin of Safety

MIR = Marginal Income Ratio

Π = Profitabilitas usaha

TVC = Biaya rata-rata variabel

4.6.4. Analisis Nilai Tambah

Dalam menganalisis nilai tambah kacang kedelai untuk memproduksi tahu

dan tempe, menggunakan metode Hayami dimana pada akhirnya akan diperoleh

hasil berupa produktivitas produksi, nilai output, nilai tambah, balas jasa tenaga

Page 50: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

50 

 

kerja, dan keuntungan pengolahan. Perhitungan melalui metode Hayami tersaji

dalam bentuk tabel seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Perhitungan Nilai Tambah Menurut Metode Hayami

No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga

1. Output yang dihasilkan (kg/hari) a 2. Bahan baku yang digunakan (kg/hari) b 3. Tenaga Kerja (jam/hari) c 4. Faktor konversi (1/2) d = a/b 5. Koefisien tenaga kerja (3/2) e = c/b 6. Harga output (Rp/kg) f 7. Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) g Pendapatan dan Keuntungan

8. Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) h 9. Sumbangan input lain (Rp/kg output) i 10. Nilai output (4 x 6) (Rp) j = d x f 11. a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) k = j – h – i

b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) l (%) = (k/j) x 100 % 12. a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) m = e x g

b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) n (%) = (m/k) x 100% 13. a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) o = k – m

b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) p (%) = (o/k) x 100% 14. Marjin (10 – 8) (Rp) q = j – h

a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) r (%) = (m/q) x 100% b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) s (%) = (i/q) x 100% c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) t (%) = (o/q) x 100%

Sumber : Hayami, 1987

Faktor konversi pada Tabel 10, menunjukkan banyaknya produk olahan

yang dihasilkan dari satu kilogram bahan baku. Koefisien tenaga kerja dalam tabel

menunjukkan banyaknya tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu

satuan input. Nilai output pada tabel menunjukkan nilai produk yang dihasilkan

dari satu satuan input yang digunakan. Adapun langkah-langkah dalam

menggunakan metode Hayami antara lain (Hayami, 1987) :

Page 51: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

51 

 

1. Membuat arus komoditi yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditi,

lokasi, lama penyimpanan, dan berbagai perlakuan terhadap komoditi

bersangkutan.

2. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan

finansial.

3. Memilih dasar perhitungan, yang mana dalam penelitian ini didasarkan

pada per satuan input utama atau bahan baku.

Metode Hayami sendiri memiliki kelebihan dan kelemahan, adapun

kelebihan dari metode Hayami ini antara lain (Ramdiany dalam Furqanti, 2003) :

1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output

2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor

produksi, seperti tenaga kerja, modal, sumbangan input lain, dan

keuntungan

3. Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk subsistem

lain selain pengolahan, seperti analisis nilai tambah pemasaran

Kelemahan dari metode Hayami, yaitu (Ernawati dalam Furqanti, 2003) :

1. Pendekatan rata-rata tidak tepat jika diterapkan pada unit usaha yang

menghasilkan banyak produk dari satu jenis bahan baku

2. Tidak dapat menjelaskan nilai output produk sampingan

3. Sulit menentukan pembanding yang dapat digunakan untuk mengatakan

apakah balas jasa terhadap pemilik faktor produksi sudah layak atau

belum.

Page 52: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

52 

 

V GAMBARAN UMUM USAHA

5.1. Keragaan Usaha

5.1.1. Usaha Tahu

Usaha tahu yang menjadi objek studi dalam penelitian adalah usaha milik

Bapak Mumu, yang berlokasi di Jalan Arzimar II, Kelurahan Tegal Gundil,

Kecamatan Bogor Utara. Bapak Mumu mengawali karir pada usaha tahu sebagai

kuli di tempat usaha orang lain pada tahun 1987, setelah itu beliau pun mencoba

berdagang untuk mempelajari masalah pemasaran. Pada tahun 1997 beliau

akhirnya memulai untuk membuka usaha tahu sendiri, namun krisis moneter yang

melanda di pertengahan tahun saat itu mempengaruhi usaha beliau secara tidak

langsung.

Krisis moneter yang berlangsung pada waktu itu membuat harga kedelai

meningkat dari Rp. 1250 per kilogram menjadi Rp. 6000 per kilogram. Tak hanya

usaha Bapak Mumu saja tetapi usaha-usaha kecil lainnya yang ada di Indonesia

pun ikut terpengaruhi. Pemerintah saat itu pun mengeluarkan kebijakan berupa

subsidi pinjaman yang disalurkan melalui departemen perdagangan, untuk

membantu usaha-usaha yang terkena dampak krisis moneter. Bapak Mumu sendiri

pada saat itu menerima bantuan subsidi pinjaman sebesar Rp. 5.000.000 dan harus

dikembalikan lagi, sehingga beliau pun saat itu belum dapat menikmati hasil

usahanya sendiri.

Setelah beberapa tahun berjalan usaha beliau akhirnya menghasilkan

keuntungan, hingga kini usaha beliau masih bertahan dan merupakan salah satu

usaha tahu yang cukup maju di Kota Bogor. Kenaikan harga kedelai yang juga

terjadi sepanjang tahun 2008 diakui Bapak Mumu cukup mempengaruhi

usahanya, namun ini masih dapat teratasi dengan manajemen yang baik dari

beliau selaku pemilik usaha. Pada sisi legalitas, usaha ini telah memiliki beberapa

perijinan berupa izin usaha, produksi, Departemen Kesehatan (Depkes), dan

sertifikat halal MUI yang membuat usaha tahu tersebut memiliki nilai lebih

Page 53: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

53 

 

tersendiri bagi konsumen. Adapun jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha

tahu kini adalah lima orang, yang berasal dari luar Kota Bogor dengan jam kerja

per hari kurang lebih 10 jam.

Terdapat dua investasi penting pada usaha tahu yang menunjang

kelancaran kegiatan usaha, yaitu tempat usaha dan kendaraan operasional untuk

mencari bahan baku. Tanah dan bangunan yang kini menjadi tempat produksi

tahu, dibeli pada tahun 1997 saat pemilik memulai usahanya sendiri. Adapun luas

tempat usaha tahu seluas 150 m2, dengan harga beli saat itu Rp 3.000.000.

Kemudian pemilik usaha pun melakukan renovasi sederhana terhadap

tempat tersebut yang menghabiskan biaya sebesar Rp 1.500.000, juga

menambahkan akses menuju jalan utama berupa jembatan besi yang

menghabiskan biaya sebesar Rp 25.000.000. Sepuluh tahun kemudian pemilik

usaha melakukan renovasi ulang terhadap tempat usaha secara total untuk

menjaga ketahanan bangunan agar lebih lama, yang menghabiskan biaya sebesar

Rp 200.000.000. Kendaraan opersional yang digunakan pada usaha untuk

memperlancar kegiatan usaha berupa kendaraan pick up kecil seharga Rp

45.000.000, yang digunakan untuk membeli bahan baku dan bahan bakar.

5.1.1.1. Peralatan Produksi Tahu

Terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum berproduksi yaitu

peralatan dan bahan baku. Peralatan yang digunakan dalam memproduksi tahu

masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda. Adapun peralatan-peralatan

yang digunakan dalam produksi dapat lebih jelas terlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Inventarisasi Peralatan Produksi Tahu Usaha Bapak Mumu

No Uraian Jumlah (unit) Biaya (Rp/unit) Total (Rp)

1. Mesin Diesel 1 2.500.000 2.500.0002. Mesin Giling 1 250.000 250.0003. Tungku Semen 2 1.500.000 3.000.0004. Tanggok Besi 1 1.000.000 1.000.0005. Bak Semen 4 500.000 2.000.0006. Pompa Air 2 300.000 600.0007. Cetakan (6 loyang) 1 600.000 600.0008. Ember (10 liter) 3 10.000 30.0009. Serok 3 70.000 210.000

Page 54: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

54 

 

10. Kain (50 cm x 50 cm) 6 0 011. Bak Air (1m2) 1 500.000 500.00012. Bak Biang (1 m2) 3 150.000 450.000

Total Biaya Peralatan Produksi (Rp) 11.140.000

Pada Tabel 11 terlihat bahwa terdapat 12 peralatan yang digunakan untuk

proses produksi, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen,

cetakan, tanggok besi, baksemen, ember, serok, kain, bak air dan biang. Mesin

diesel dan giling yang dimiliki usaha ada sebanyak satu unit, dengan biaya untuk

mesin diesel sebesar Rp 2.500.000 sedang mesin giling sebesar Rp 250.000.

Adapun kegunaan mesin diesel adalah untuk menambah energi listrik yang

dibutuhkan dalam proses produksi tahu, sedang mesin giling berfungsi untuk

menggiling kacang kedelai menjadi bubur.

Tungku semen pada usaha merupakan tungku yang terbuat dari semen

yang dicor membentuk tungku, yang berfungsi sebagai tempat merebus kedelai

yang sudah digiling. Usaha tahu memiliki tungku semen sebanyak dua unit

dengan biaya per unit sebesar Rp 1.500.000, maka total biaya tungku sebesar Rp

3.000.000. Bak semen pada usaha juga merupakan bak yang terbuat dari semen,

dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan kedelai yang sudah menjadi bubur.

Satu unit bak semen pada usaha menghabiskan biaya sebesar Rp 500.000,

dengan total empat unit yang dimiliki maka total biaya untuk bak semen sebesar

Rp 2.000.000. Usaha ini memiliki dua unit pompa air, yang berfungsi untuk

memudahkan akses penggunaan air yang dibutuhkan dalam proses produksi.

Biaya satu unit pompa adalah sebesar Rp 300.000, sehingga total biaya untuk

pompa air sebesar Rp 600.000.

Satu unit cetakan yang dimiliki usaha menghabiskan biaya sebesar Rp

600.000, dengan fungsi sebagai tempat mencetak kedelai yang sudah diolah untuk

menjadi tahu. Ember dan bak biang pada usaha masing-masing ada sebanyak tiga

unit, dimana ember berfungsi untuk menampung air sedang bak biang berfungsi

untuk tempat kedelai yang sudah menjadi bubur dan siap untuk dicetak. Adapun

biaya untuk ember per unitnya sebesar Rp 10.000 sedang untuk bak biang sebesar

Rp 150.000 per unit, sehingga total biaya keseluruhan unit untuk ember sebesar

Rp 30.000 dan untuk bak biang sebesar Rp 450.000.

Page 55: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

55 

 

Berdasarkan uraian di atas, maka total biaya secara keseluruhan untuk

peralatan produksi pada usaha tahu adalah sebesar Rp 11.140.000. Dalam rangka

menjaga ketahanan peralatan, maka secara berkala pemilik usaha melakukan

pemeliharaan. Pemeliharaan peralatan produksi yang dilakukan oleh pemilik

usaha bertujuan agar kegiatan produksi dapat berjalan lancar, yaitu dengan

membersihkan sebagian peralatan dan mengganti beberapa bagian pada mesin

yang sudah karat.

5.1.1.2. Produksi Tahu

Bahan baku utama dalam pembuatan tahu adalah kacang kedelai, dimana

besaran jumlah yang dibutuhkan untuk tiap produksi pada usaha kecil umumnya

ditentukan oleh banyaknya pesanan. Usaha tahu pada penelitian ini membutuhkan

kurang lebih tiga kuintal kacang kedelai untuk memproduksi tahu per harinya.

Selain itu juga dibutuhkan beberapa bahan baku penunjang lainnya dalam

menghasilkan tahu, yang dapat terlihat lebih jelas pada Tabel 12.

Tabel 12. Kebutuhan Bahan Baku Produksi Tahu per Hari

No Uraian Jumlah 1. Kacang Kedelai 300 kg 2. Garam 30 kg 3. Kunyit 10 kg 4. Asam Cuka secukupnya

Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa dalam satu hari usaha ini mengolah

rata-rata sebanyak 300 kilogram kacang kedelai, dengan garam yang digunakan

kurang lebih sebanyak 30 kilogram. Kunyit dalam pembuatan tahu digunakan

sebagai pewarna pada tahu untuk jenis tahu kuning. Selain itu usaha ini juga

menggunakan asam cuka secukupnya, guna mengendapkan bubur kedelai yang

disaring agar memadat menjadi tahu. Adapun proses produksi dari tahu itu sendiri

dapat terlihat dengan jelas pada Gambar 5.

Page 56: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

56 

 

Gambar 5. Proses Produksi Tahu

Berdasarkan Gambar 5 terlihat terdapat beberapa tahapan untuk mengolah

kedelai menjadi tahu. Sebelum dan setelah direndam selama satu jam, kedelai

harus dicuci agar kulit kacangnya mengelupas dan kebersihannya terjaga sehingga

tidak cepat masam. Setelah itu kedelai tersebut ditiriskan, untuk kemudian dilumat

menggunakan mesin giling bersamaan dengan penambahan air hangat hingga

menjadi bubur.

Bubur kedelai tersebut kemudian dimasak hingga muncul gelembung-

gelembung kecil pada suhu 70o - 80o C. Setelah sedikit mengental bubur kedelai

kemudian disaring lalu diendapkan dengan asam cuka, yang mana dalam

pengerjaannya Bapak Mumu menggunakan air tahu dari sisa hasil proses

produksi. Air tahu ditambahkan secukupnya hingga hasil saringan bubur kedelai

membentuk dan bisa dicetak, sisa hasil saringan yang berupa ampas tahu yang

Diendapkan dengan Asam Cuka

Air untuk Rendaman

Digiling

Page 57: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

57 

 

dapat dijual atau diolah kembali menjadi oncom. Bapak Mumu sendiri mengolah

sisa ampas tahu, dengan cara menjualnya pada harga Rp. 5000 per kilogram.

5.1.2. Usaha Tempe

Usaha tempe yang menjadi objek dalam penelitian adalah usaha milik

Bapak Sularno, yang berlokasi di Komplek Perumahan Bumi Menteng Asri,

Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Bogor Timur. Berbeda dengan Bapak

Mumu, Bapak Sularno mengawali usahanya pada tahun 1979 di daerah Malabar.

Bapak Sularno turut berusaha di sana bersama pengusaha tempe lainnya selama

kurang lebih empat tahun, dimana pada tahun 1981 beliau ikut bergabung menjadi

anggota PRIMKOPTI.

Pada tahun 1983, Bapak Sularno memutuskan berpindah tempat tinggal

dan memulai usahanya sendiri pada lokasi usaha yang hingga saat ini beliau

tempati bersama keluarga. Usaha tempe ini memiliki nama usaha Unit Fermentasi

KOPTI Kota Bogor, dimana kini untuk urusan manajemen dalam usaha beliau

telah diteruskan oleh anaknya yang bernama Mas Roin. Selaku pengurus Mas

Roin mengakui bahwa harga kedelai yang berfluktuaktif sepanjang tahun 2008

secara tidak langsung mempengaruhi usahanya, namun hal tersebut dapat diatasi

oleh beliau dengan baik sehingga usaha ini masih dapat bertahan. Pada sisi

legalitas usaha tempe tidak jauh berbeda dengan usaha tahu, memiliki izin

produksi, usaha, serta label halal dari MUI. Jumlah tenaga kerja yang bekerja pada

usaha tempe ini yaitu enam orang, dengan asal dan jumlah jam kerja yang sama

dengan usaha tahu.

5.1.2.1. Peralatan Produksi Tempe

Peralatan yang digunakan pada pengolahan kedelai menjadi tempe berbeda

dengan pembuatan tahu, karena keduanya memiliki proses produksi yang berbeda.

Akan tetapi sama dengan pembuatan tahu, peralatan dalam pembuatan tempe juga

bermacam-macam. Peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi tempe pada

usaha ini dapat dengan jelas terlihat pada Tabel 13.

Page 58: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

58 

 

Tabel 13. Inventarisasi Peralatan Produksi Tempe Usaha Bapak Sularno

No Uraian Jumlah (unit) Biaya (Rp/unit) Total (Rp)

1. Mesin Giling 1 1.700.000 1.700.0002. Jembung Plastik

- Ukuran 50 kg 12 80.000 960.000 - Ukuran 700 liter 2 450.000 900.000

3. Drum (ukuran 70 cm) 9 150.000 1.350.000

4. Papan 260 27.000 7.020.0005. Rak Anyaman 30 10.000 300.0006. Tusukan 4 07. Geblekan 10 0

Total Biaya Peralatan 12.230.000

Tabel 13 menunjukkan terdapat tujuh peralatan yang digunakan dalam

proses produksi tempe, antara lain mesin giling, jembung plastik dengan ukuran

50 kilogram dan 700 liter, drum besi sepanjang 70 cm, papan anyaman, bambu,

tusukan, dan geblekan. Peralatan produksi berupa mesin giling pada usaha ada

sebanyak satu unit yang digunakan untuk menggiling kedelai, dengan biaya

sebesar Rp 1.700.000. Jembung plastik pada usaha untuk ukuran 50 kilogram ada

sebanyak 12 unit dengan biaya sebesar Rp 80.000 per unit, sedang untuk ukuran

700 liter ada sebanyak dua unit dengan biaya sebesar Rp 450.000.

Berdasarkan itu maka total biaya jembung plastik, untuk ukuran 50

kilogram sebesar Rp 960.000 dan untuk ukuran 700 liter sebesar Rp 900.000.

Adapun kegunaan kedua peralatan ini adalah untuk merendam kedelai dan sebagai

tempat pencampuran kedelai dengan ragi. Drum besi pada usaha ada sebanyak

sembilan unit dengan biaya sebesar Rp 150.000 per unit atau Rp 1.350.000 untuk

keseluruhan unit, dimana peralatan ini memiliki kegunaan sebagai tempat

menyaring sisa air yang ada pada kedelai yang direndam.

Page 59: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

59 

 

Papan anyaman pada usaha ada sebanyak 260 unit dan bambu ada

sebanyak 30 unit, dimana keduanya berfungsi sebagai tempat kedelai yang telah

diolah untuk berfermentasi. Biaya per unit papan anyaman dan bambu secara

berurutan adalah sebesar Rp 27.000 dan 10.000, maka total biaya masing-masing

untuk keseluruhan unit sebesar Rp 7.020.000 untuk papan anyaman dan Rp

300.000 untuk bambu. Tusukan dan geblekan pada pembuatan tempe diperoleh

dengan cara membuatnya sendiri, memiliki fungsi untuk memberikan udara dan

membuat bentuk olahan kedelai yang terbungkus dalam plastik.

Adapun total biaya peralatan produksi secara keseluruhan pada usaha

tempe adalah sebesar Rp 12.230.000. Semua peralatan ini harus dipelihara dengan

baik agar bertahan lama dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama sehingga

dapat menghemat biaya. Pemeliharaan yang dilakukan untuk merawat peralatan

pada pembuatan tempe tidak berbeda jauh dengan peralatan pada pembuatan tahu,

antara lain dengan membersihkan secara berkala dan melakukan penggantian

bagian mesin yang sudah karat.

5.1.2.2. Produksi Tempe

Seperti halnya tahu kacang kedelai juga menjadi bahan baku utama dalam

pembuatan tempe, dimana setiap harinya usaha tempe ini mengolah rata-rata

sebanyak 400 kilogram kedelai. Selain kacang kedelai pembuatan tempe juga

membutuhkan bahan lainnya berupa ragi yang berperan penting dalam produksi

untuk proses fermentasi. Usaha tempe dalam proses produksinya menggunakan

kurang lebih dua kilogram ragi, adapun proses produksi tempe itu sendiri dapat

terlihat jelas pada Gambar 6.

Page 60: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

60 

 

Gambar 6. Proses Produksi Tempe

KEDELAI

Direbus

Didiamkan satu malam

Digiling

Disaring

Dicuci

Proses Fermentasi

Disaring

Proses Pengemasan

Didiamkan satu malam

TEMPE

Dirapihkan

Page 61: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

61 

 

Berdasarkan Gambar 6 terlihat, bahwa pembuatan tempe membutuhkan

waktu yang agak lama dibanding pembuatan tahu. Jika tahu hanya membutuhkan

waktu satu hari dalam pembuatannya, maka tempe membutuhkan waktu empat

hari untuk satu kali produksi. Ini karena kedelai yang diolah sebelum menjadi

tempe melewati proses fermentasi, dengan menambahkan ragi yang akan

memunculkan lapuk berwarna putih atau kapang pada kedelai tersebut.

Tahap awal sebelum memulai pengolahan, kedelai direbus dan didiamkan

dalam jembung plastik terlebih dahulu selama satu malam, kemudian digiling

dengan mesin penggiling. Kedelai yang telah digiling lalu disaring terlebih dahulu

guna melepas kulit arinya, kemudian dicuci lalu disimpan dalam luak dan

dicampur dengan ragi. Setelah seperempat jam kemudian kedelai yang telah

dicampur ragi disaring, dengan cara memiringkan luak tempat kedelai tersebut

disimpan agar air dalam luak hilang.

Setelah air dalam luak hilang kemudian dilakukan proses pengemasan ke

dalam plastik, dengan berbagai ukuran sesuai pesanan dan didiamkan selama satu

malam. Keesokan harinya kedelai yang telah terfermentasi dan mengeras,

dirapihkan dan disiapkan berdasarkan pesanan untuk diantar ke konsumen pada

sore atau esok harinya.

5.2. Langkah Penyesuaian Usaha Terhadap Kenaikan Harga Kedelai

Terdapat lima fungsi utama dalam suatu manajemen usaha, antara lain

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengawasan.

Kelima fungsi manajemen ini penting dalam setiap kali menjalankan kegiatan

usaha, agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan lancar dengan baik sehingga

tujuan yang ditetapkan dapat tercapai. Setiap kegiatan usaha tentunya memiliki

tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu perencanaan

terlebih dahulu yang mengambarkan tentang apa, bagaimana, mengapa, dan kapan

dilakukan.

Perencanaan merupakan fungsi terpenting dari semua fungsi manajemen

yang ada, karena menjadi pedoman awal suatu usaha berjalan. Kegunaan dari

perencanaan itu sendiri antara lain dapat mengurangi ketidak pastian serta

perubahan pada waktu mendatang, agar dapat fokus pada tujuan, dan untuk

meringankan biaya. Naiknya harga kacang kedelai beberapa waktu lalu yang

Page 62: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

62 

 

secara langsung mempengaruhi usaha tahu tempe di berbagai daerah, maka fungsi

manajemen perencanaan haruslah sangat berperan penting agar berupa langkah-

langkah penyesuaian dapat meringankan biaya produksi.

Berdasarkan studi kasus di salah satu usaha tahu dan tempe di Kota Bogor,

terlihat adanya langkah-langkah penyesuaian yang dilakukan masing-masing

pengrajin saat sebelum dan setelah terjadi peningkatan harga kedelai pada

usahanya. Jauh sebelum terjadi peningkatan harga kedelai, baik usaha tahu atau

usaha tempe sama-sama melakukan pengelolaan dalam penjualan berupa

penetapan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumennya. Perbedaan

penetapan harga jual pada beberapa konsumen ini dilakukan, karena tahu dan

tempe yang dijual oleh kedua usaha merupakan produk dengan harga jual yang

sulit untuk naik.

Dengan menetapkan harga jual yang berbeda untuk beberapa konsumen,

pengrajin berharap akan memperoleh keuntungan yang lebih. Hal ini terbukti pada

saat terjadi kenaikan harga kedelai, kedua usaha tersebut masih dapat bertahan

dan mampu menghasilkan keuntungan dengan juga melakukan beberapa langkah

penyesuaian pada struktur biaya usaha. Langkah penyesuaian yang dilakukan

salah satunya dengan beralih menggunakan bahan bakar alternatif, dari minyak

tanah menjadi kayu bakar dan serbuk kayu.

Selain itu untuk menghemat biaya produksi masing-masing usaha

berusaha untuk menghasilkan bahan baku penunjang lainnya sendiri, seperti usaha

tahu menggunakan air sisa pengolahan kedelai menjadi pengganti asam cuka.

Usaha tempe juga melakukan hal yang sama dengan membuat sendiri sebagian

ragi untuk proses fermentasi kedelai menjadi tempe, yang dibuat dari sisa

pengolahan kedelai. Selain bahan bakar dan bahan baku, kedua usaha juga

melakukan penghematan biaya pada beberapa peralatan produksinya dengan

membuatnya sendiri menggunakan bahan yang ada disekitar usahanya.

Peralatan produksi tersebut untuk usaha tahu antara lain berupa kain

sebagai penutup cetakan, sedang untuk usaha tempe yaitu tusukan dan geblekan

untuk meratakan dan memberi udara pada tempe yang sudah dicetak. Harga jual

untuk masing-masing usaha tidak mengalami perubahan, kecuali tahu yang

menaikkan harga sebanyak Rp 100 sampai dengan Rp 200 untuk tahu yang dijual

Page 63: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

63 

 

secara per potong. Dari segi output produk, kedua pengelola usaha tetap

mempertahankan bobot dan bentuk outputnya.

Ini dilakukan agar eksistensi kedua usaha tetap terjaga mengingat

persaingan untuk industri tahu dan tempe sangat ketat, yaitu dengan

mempertahankan kepercayaan konsumen yang telah lama menjadi pelanggan

tetap. Berdasarkan uraian sebelumnya terlihat baik usaha tahu maupun usaha

tempe, telah melakukan perencanaan yang cukup baik dalam kegiatan usahanya.

Oleh karena itu kedua usaha tersebut masih dapat bertahan dan menghasilkan laba

sampai dengan saat ini.

Page 64: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

64 

 

VI ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH

USAHA TAHU DAN TEMPE

6.1. Analisis Biaya

6.1.1. Biaya

Sebelum menganalisis profitabilitas suatu usaha, biaya dalam usaha yang

bersangkutan harus teranalisis terlebih dahulu. Biaya itu sendiri terdiri dari

berbagai macam jenis tergantung kebutuhan dari usaha bersangkutan, terutama

yang menyangkut tentang proses produksi. Dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan, biaya itu sendiri dapat digolongkan menjadi biaya

tetap, semifixed, semivariabel dan variabel. Terkati dengan itu berikut ini akan

dipaparkan struktur biaya dari usaha tahu dan tempe yang menjadi objek dalam

penelitian, terbagi kedalam biaya tetap dan biaya variabel.

6.1.1.1. Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran

volume kegiatan tertentu, yang terdiri dari beberapa faktor tergantung jenis

kegiatan usahanya. Berdasarkan itu maka jelas biaya tetap suatu usaha berbeda

dengan usaha lainnya, yang juga berlaku pada usaha tahu dan tempe yang menjadi

objek dalam penelitian ini. Faktor-faktor yang menjadi biaya tetap pada masing-

masing usaha antara lain biaya penyusutan investasi, biaya peralatan, biaya

penyusutan peralatan, dan biaya lain-lain.

1. Usaha Tahu

Investasi pada usaha tahu terdiri dari tanah dan bangunan, kendaraan

operasional, serta jembatan besi. Ketiga investasi tersebut penting bagi usaha yang

bersangkutan, karena dapat menunjang keberlangsungan usaha. Adapun biaya

Page 65: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

65 

 

investasi pada usaha dapat terlihat secara jelas pada Tabel 14, yang juga disertai

dengan biaya penyusutan dari investasi tersebut.

Tabel 14. Biaya Investasi Usaha Tahu

No Uraian Umur

Ekonomi (tahun)

Biaya (Rp) Penyusutan per Tahun

(%)

Biaya Penyusutan per Tahun

(Rp) 1 Tanah dan Bangungan (150 m2) 25 200.000.000 4 8.000.000 2 Kendaraan Operasional 20 45.000.000 5 2.250.000 3 Jembatan Besi 30 25.000.000 3 833.333

Total 270.000.000 11.083.333

Berdasarkan Tabel 14 terlihat total biaya investasi usaha tahu adalah

sebesar Rp 270.000.000, yang terdiri dari investasi tempat sebesar Rp

200.000.000, investasi kendaraan operasional sebesar Rp 45.000.000, dan

investasi jembatan untuk akses menuju jalan utama sebesar Rp 25.000.000.

Tempat usaha berupa tanah dan bangunan memiliki persentase penyusutan per

tahun sebesar empat persen, sehingga biaya penyusutannya sebesar Rp 8.000.000

per tahun. Persentase penyusutan per tahun untuk kendaraan operasional pada

usaha adalah sebesar lima persen, dengan biaya penyusutan per tahunnya sebesar

Rp 2.250.000.

Persentase penyusutan untuk investasi terakhir berupa jembatan per

tahunnya sebesar tiga persen atau sebesar Rp 833.333 per tahun, sehingga

diperoleh total biaya penyusutan investasi per tahun sebesar Rp 11.083.333. Suatu

usaha memerlukan peralatan yang memadai guna menunjang keberhasilan proses

produksi, dimana dalam hal pengadaannya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Adapun biaya penyusutan untuk peralatan produksi pada usaha tahu, secara jelas

dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 66: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

66 

 

Tabel 15. Biaya Peralatan Usaha Tahu

Sama halnya seperti penyusutan pada investasi, persentase penyusutan

untuk masing-masing peralatan produksi usaha tahu juga berbeda sesuai umur

ekonominya. Peralatan produksi yang berumur ekonomi 15 tahun memiliki

persentase penyusutan sebesar tujuh persen per tahun, antara lain mesin diesel,

tanggok besi, dan cetakan. Adapun biaya penyusutan per tahunnya sebesar Rp

166.667 untuk mesin diesel, untuk tanggok besi sebesar Rp 66.667, dan Rp

40.000 untuk cetakan.

Persentase penyusutan per tahun untuk mesin giling yan berumur ekonomi

sepuluh tahun adalah sebesar sepuluh persen, dengan biaya penyusutan sebesar

Rp 25.000 per tahun. Pompa air yang berumur ekonomi tujuh tahun memiliki

persentase penyusutan sebesar 14 persen atau Rp 42.857 per tahun untuk tiap

No Uraian Jumlah Umur

Ekonomi (tahun)

Biaya (Rp/unit)

Penyusutan (%)

Penyusutan per Unit

(Rp)

Biaya Penyusutan

(Rp) 1 Mesin Diesel 1 15 2.500.000 7 166.667 166.667 2 Mesin Giling 1 10 250.000 10 25.000 25.000 3 Tungku Semen 2 5 1.500.000 20 300.000 600.000 4 Tanggok Besi 1 15 1.000.000 7 66.667 66.667 5 Bak Semen 4 5 500.000 20 100.000 400.000 6 Pompa Air 2 7 300.000 14 42.857 85.714 7 Cetakan (6 loyang) 1 15 600.000 7 40.000 40.000 8 Ember (10 liter) 3 5 10.000 20 2.000 6.000 9 Serok 3 1 70.000 100 70.000 210.000

10 Kain (50 cm x 50 cm) 6 1 0 100 0 0 11 Bak Air (1m2) 1 5 500.000 20 100.000 100.000 12 Bak Biang (1 m2) 3 5 150.000 20 30.000 90.000

Total per Tahun (Rp) 1.790.048

Page 67: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

67 

 

pompa, maka total penyusutan untuk keseluruhan pompa air sebesar Rp 85.714.

Peralatan yang berumur ekonomi lima tahun memiliki persentase penyusutan

sebesar 20 persen per tahun, yang terdiri dari tungku semen, bak semen, ember,

bak air dan bak biang.

Besar biaya penyusutan per tahun untuk tungku semen sebesar Rp 300.000

per unit, sehingga diperoleh total biaya penyusutan untuk semua unit sebesar Rp

600.000. Bak semen yang terdiri dari empat unit total biaya penyusutannya

sebesar Rp 400.000 per tahun atau Rp 100.000 untuk tiap unitnya, sedang bak air

yang hanya satu unit memiliki biaya penyusutan sebesar Rp 100.000 per tahun.

Biaya penyusutan untuk ember per unitnya sebesar Rp 2000 per tahun, dimana

total biaya penyusutan untuk tiga unit sebesar Rp 6.000.

Besar biaya penyusutan untuk bak biang per unitnya sebesar Rp 30.000,

sehingga total biaya penyusutan untuk tiga unit yang dimiliki per tahunnya

sebesar Rp 90.000. Berbeda dengan peralatan lainnya, peralatan produksi yang

umur ekonominya satu tahun memiliki penyusutan utuh sebesar 100 persen atau

senilai biaya peralatan yang bersangkutan. Adapun total biaya penyusutan

peralatan secara keseluruhan adalah sebesar Rp 1.790.048 per tahun.

Perhitungan struktur biaya pada penelitian ini menggunakan periode waktu

satu tahun, maka biaya peralatan yang memiliki umur ekonomi satu tahun

termasuk kedalam biaya tetap. Peralatan produksi berumur satu tahun antara lain

serok dan kain, yang merupakan biaya tetap bersama dengan biaya penyusutan

investasi dan peralatan. Ketiga faktor biaya yang masuk kedalam biaya tetap

tersebut merupakan biaya produksi, karena ketiganya berhubungan dengan proses

produksi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selain biaya produksi terdapat juga biaya non produksi yang termasuk

kedalam biaya tetap usaha tahu, yang secara rinci dapat terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Non Produksi Usaha Tahu per Tahun

No Uraian Biaya (Rp) 1. Biaya Listrik 2.100.0002. Biaya Telepon 720.0003. Biaya Perawatan

- Kendaraan Operasional 3.400.000 - Mesin Giling 400.000

Page 68: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

68 

 

Total Biaya 6.620.000

Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa biaya non produksi pada usaha tahu

terdiri dari biaya listrik, biaya telepon, dan biaya perawatan. Biaya listrik

dikeluarkan setiap satu bulan sekali sebesar Rp 175.000, sehingga total dalam

setahun sebesar Rp 2.100.000. Biaya telepon juga dikeluarkan setiap satu bulan

sekali dengan biaya sebesar Rp 60.000, maka biaya telepon dalam satu tahun

sebesar Rp 720.000.

Biaya perawatan pada usaha tahu terdiri dari biaya perawatan terhadap

kendaraan operasional dan mesin giling. Perawatan terhadap kendaraan terbagi

menjadi perawatan bulanan berupa ganti oli secara berkala dan tahunan berupa

pergantian spare part mobil. Perawatan bulanan pada kendaraan mengeluarkan

biaya sebesar Rp 200.000, sehingga dalam setahun biaya yang dikeluarkan

sebesar Rp 2.400.000.

Perawatan tahunan menghabiskan biaya sebesar Rp 1.000.000, maka total

biaya perawatan untuk kendaraan sebesar Rp 3.400.000 per tahun. Perawatan

terhadap mesin giling dilakukan setiap tiga bulan sekali berupa pergantian spare

part, dengan biaya sebesar Rp 100.000 per satu kali periode. Berdasarkan itu

maka dalam satu tahun dilakukan empat kali perawatan, dengan total biaya

perawatan mesin giling yang dikeluarkan sebesar Rp 400.000 per tahun. Adapun

total biaya non produksi usaha tahu yang menjadi biaya tetap adalah sebesar Rp

6.620.000 per tahun.

2. Usaha Tempe

Lahan dan bangunan yang menjadi tempat usaha tempe merupakan milik

PRIMKOPTI, yang sengaja disediakan sebagai bentuk kerja sama dengan

pengelola usaha. Berdasarkan itu maka investasi usaha tempe hanya berupa

kendaraan operasional mobil pick up, yang berumur 20 tahun dengan biaya

sebesar Rp 55.000.000. Adapun persentase penyusutan untuk kendaraan tersebut

adalah lima persen atau sebesar Rp 2.750.000 per tahun.

Selain penyusutan pada investasi pada peralatan produksi juga terdapat

biaya penyusutan, yang dapat terlihat jelas pada Tabel 17.

Page 69: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

69 

 

Tabel 17. Biaya Peralatan Usaha Tempe

No Uraian Jumlah (unit)

Umur Ekonomi (tahun)

Biaya (Rp/unit)

Penyusutan (%)

Penyusutan per Unit

(Rp)

Biaya Penyusutan

(Rp) 1. Mesin Giling 1 10 1.700.000 10 170.000 170.000 2. Jembung Plastik

- Ukuran 50 kg 12 8 80.000 13 10.000 120.000 - Ukuran 700 liter 2 8 450.000 13 56.250 112.500

3. Drum (ukuran 70 cm) 9 5 150.000 20 30.000 270.000

4. Papan 260 3 27.000 33 9.000 2.340.000 5. Rak Anyaman 30 3 10.000 33 3.333 100.000 6. Tusukan 4 1 0 100 0 0 7. Geblekan 10 1 0 100 0 0

Total per Tahun (Rp) 3.112.500

Peralatan produksi mesin giling yang berumur ekonomi sepuluh tahun

memiliki persentase penyusutan sebesar sepuluh persen per tahun, yaitu sebesar

Rp 170.000. Jembung plastik yang berumur ekonomi delapan tahun memiliki

persentase penyusutan sebesar 13 persen atau Rp 10.000 per tahun untuk tiap

unitnya yang berukuran 50 kilogram, sedang untuk yang berukuran 700 liter

sebesar Rp 56.250 per tahun untuk tiap unitnya. Berdasarkan uraian sebelumnya,

maka total penyusutan untuk keseluruhan unit jembung plastik yang berukuran 50

kilogram adalah sebesar Rp 120.000, sedang untuk yang berukuran 700 liter

sebesar Rp 112.500.

Drum besi pada usaha tempe memiliki umur ekonomi lima tahun dengan

persentase penyusutan sebesar 20 persen per tahun atau sebesar Rp 30.000 per

unit, sehingga total untuk keseluruhan sembilan unit adalah sebesar Rp 270.000.

Peralatan produksi yang berumur ekonomi tiga tahun memiliki persentase

penyusutan sebesar 33 persen per tahun, dimana peralatan tersebut antara lain

papan anyaman dan bambu. Besar biaya penyusutan untuk papan anyaman dan

Page 70: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

70 

 

bambu per unitnya secara berurutan adalah sebesar Rp 9.000 dan Rp 3.333,

dengan biaya penyusutan keseluruhan unit untuk masing-masing peralatan sebesar

Rp 2.340.000 dan Rp 100.000.

Berbeda dengan peralatan produksi lainnya tusukan dan geblekan yang

umur ekonominya satu tahun tidak memiliki biaya penyusutan, karena kedua

peralatan tersebut diperoleh dengan cara membuatnya sendiri. Adapun total biaya

penyusutan peralatan produksi secara keseluruhan adalah sebesar Rp 3.112.500

per tahun. Faktor biaya lainnya yang juga termasuk dalam biaya tetap adalah

biaya non produksi,yang secara jelas dapat terlihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Biaya Non Produksi Usaha Tempe per Tahun

No Uraian Biaya Tahunan 1. Biaya Perawatan

- Mesing Giling 400.000 - Luak; 4 drum 3.600.000 - Drum u/ rebus 900.000 - Dapur 300.000 - Kendaraan Operasional 3.400.0002. Biaya Pemasaran; Kuli Angkut 4.500.0003. Biaya Lain-lain

- Komisi Penjualan 12.000.000 - Listrik 2.400.000 - Komunikasi 2.400.000 - Konsumsi Harian 90.000.000

Total Biaya Non Produksi (Rp) 119.900.000

Berdasarkan Tabel 18 terlihat adanya tiga faktor biaya yang termasuk

kedalam biaya non produksi, antara lain biaya perawatan, biaya pemasaran, dan

biaya lain-lain. Biaya perawatan usaha tempe merupakan biaya perawatan yang

dilakukan pada mesin giling, luak, drum, dapur, dan kendaraan operasional

dengan periode waktu perawatan berbeda-beda. Perawatan untuk mesin giling

dilakukan setiap tiga bulan sekali; luak dan drum dilakukan setiap dua bulan

sekali; renovasi dapur dilakukan setiap setahun sekali; sedang perawatan untuk

kendaraan terbagi menjadi dua.

Perawatan untuk kendaraan terdiri dari ganti oli yang dilakukan setiap satu

bulan sekali, dan pergantian suku cadang mobil yang dilakukan setiap satu tahn

Page 71: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

71 

 

sekali. Biaya perawatan mesin giling adalah sebesar Rp 100.000 per periode,

dalam satu tahun perawatan terhadap mesin giling dilakukan sebanyak empat kali

sehingga total biaya perawatan mesin giling adalah sebesar Rp 400.000 per tahun.

Perawatan luak pada satu drum membutuhkan biaya sebesar Rp 150.000 per

periode, dalam setahun dilakukan perawatan terhadap luak sebanyak enam kali

maka total biaya perawatan untuk dua drum per tahun sebesar Rp 3.600.000.

Biaya untuk perawatan drum besi per periode sebesar Rp 150.000, dalam

satu tahun perawatan terhadap drum dilakukan sebanyak enam kali sehingga total

biaya perawatan untuk drum sebesar Rp 900.000 per tahun. Perawatan pada dapur

berupa renovasi dilakukan sebanyak satu kali dalam setahun, biaya yang

dihabiskan untuk perawatan dapur adalah sebesar Rp 300.000. Perawatan

terhadap kendaraan operasional untuk ganti oli per bulannya menghabiskan biaya

sebesar Rp 200.000, maka total biaya ganti oli per tahun adalah sebesar Rp

2.400.000 sedang biaya untuk pergantian suku cadang adalah sebesar Rp

1.000.000 per tahun.

Berdasarkan uraian di atas, maka jumlah keseluruhan biaya perawatan

pada usaha tempe per tahunnya sebesar Rp 8.600.000. Biaya pemasaran pada

usaha tempe yang masuk dalam biaya tetap adalah biaya untuk kuli angkut, yang

menurunkan dan mengantarkan tempe dari mobil ke tempat pesanan. Biaya untuk

kuli angkut dikeluarkan setiap kali pengelola melakukan pengantaran, yaitu

sebesar Rp 15.000 per hari atau Rp 4.500.000 per tahun.

Faktor biaya non produksi usaha tempe lainnya yang masuk dalam biaya

tetap antara lain komisi penjualan, biaya listrik, dan komunikasi yang dikeluarkan

setiap satu bulan sekali, serta biaya konsumsi harian bagi tenaga kerja. Biaya

listrik per bulannya adalah sebesar Rp 200.000 atau Rp 2.400.000 per tahun, biaya

komunikasi per bulannya adalah sebesar Rp 200.000 atau Rp 2.400.000 per tahun.

Sedangkan untuk komisi penjualan biaya per bulannya adalah sebesar Rp

1.000.000 atau per tahunnya sebesar Rp 12.000.000, yang dikeluarkan untuk tiga

pelanggan tetap yang merupakan pengusaha catering.

Biaya untuk konsumsi harian yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 300.000

per hari atau per tahunnya sebesar Rp 90.000.000. Berdasarkan uraian

sebelumnya maka diperoleh total biaya non produksi usaha tempe yang menjadi

Page 72: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

72 

 

biaya tetap adalah sebesar Rp 119.900.000 per tahun. Faktor biaya terakhir yang

termasuk dalam biaya tetap pada usaha tempe adalah biaya pengemasan, berupa

plastik dan daun pisang.

Setiap harinya usaha tempe menggunakan plastik untuk mengemas

produknya sebanyak lima ikat dengan biaya per ikatnya sebesar Rp 15.000 per

ikat, dimana biaya yang dikeluarkan per harinya adalah sebesar Rp 75.000 atau

Rp 22.500.000 per tahun. Daun pisang untuk mengemas sebagian besar tempe per

harinya menggunakan sebanyak lima ikat dengan biaya per ikat sebesar Rp 5.000,

dimana biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 25.000 per hari atau Rp

7.500.000 per tahun.

6.1.1.2. Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding

dengan perubahan volume kegiatan, dimana sama sepert biaya tetap setiap usaha

memiliki biaya varibel yang berbeda-beda. Faktor-faktor biaya yang menjadi

biaya variabel antara lain biaya bahan baku, biaya bahan bakar, dan biaya tenaga

kerja. Adapun faktor-faktor biaya yang menjadi biaya variabel pada usaha tahu

dan tempe secara jelas terlihat pada uraian berikut.

1. Usaha Tahu

Faktor biaya pertama yang termasuk kedalam biaya varibel pada usaha

tahu yaitu biaya bahan baku, terdiri dari kedelai, garam, dan kunyit. Bahan baku

yang digunakan pada usaha tahu terbagi menjadi dua, yaitu bahan baku utama dan

bahan baku penunjang. Kacang kedelai termasuk dalam bahan baku utama, karena

merupakan bahan baku dasar dari tahu. Sedangkan garam dan kunyit termasuk

kedalam bahan baku penunjang, karena merupakan bahan baku penolong yang

melengkapi proses produksi.

Banyaknya volume bahan baku yang diolah dan biaya yang dikeluarkan

oleh usaha per periode produksi secara jelas dapat terlihat pada Tabel 19, dimana

satu kali periode produksi tahu membutuhkan waktu satu hari.

Page 73: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

73 

 

Tabel 19. Biaya Bahan Baku Usaha Tahu

No. Uraian Jumlah Biaya (Rp/satuan)

Total per Hari (Rp)

Total per Tahun (Rp)

1. Kacang Kedelai (kg) 300 6.500 1.950.000 48.750.0002. Garam (kg) 30 700 21.000 525.0003. Kunyit (kg) 10 1.500 15.000 375.000

Total Biaya Bahan Baku (Rp) 1.986.000 49.650.000

Berdasarkan Tabel 19 terlihat volume bahan baku utama berupa kedelai

yang digunakan per hari rata-rata sebanyak 300 kilogram, sedangkan untuk bahan

baku penunjang berupa garam dan kunyit yang digunakan per hari rata-rata

sebanyak 30 dan sepuluh kilogram. Biaya bahan baku utama pada usaha tahu per

harinya adalah sebesar Rp 1.950.000 atau Rp 48.750.000 per tahun, sedang untuk

biaya bahan baku penunjang keseluruhan sebesar Rp 36.000 per hari atau Rp

900.000 per tahun. Adapun total biaya bahan baku secara keseluruhan untuk

usaha tahu adalah sebesar Rp 1.986.000 per hari atau Rp 49.650.000 per tahun.

Selain biaya bahan baku, terdapat juga biaya bahan bakar yang terdiri dari

kayu bakar dan solar sebagai. Kayu bakar digunakan sebagai bahan bakar dalam

proses pengolahan kedelai, sedangkan solar digunakan sebagai bahan bakar untuk

mesin diesel pada usaha. Usaha tahu setiap hari menggunakan kayu bakar dalam

proses produksinya rata-rata sebanyak satu penuh bak mobil pick up kecil, sedang

untuk solar digunakan rata-rata sebanyak sepuluh liter per hari.

Biaya yang dikeluarkan untuk kayu bakar adalah sebesar Rp 300.000 per

hari atau Rp 90.000.000 per tahun, sedangkan untuk solar sebesar Rp 45.000 per

hari atau Rp 13.500.000 per tahun. Faktor biaya terakhir dalam biaya variabel

adalah biaya tenaga kerja, dimana upah untuk seluruh tenaga kerja pada usaha

tahu per harinya adalah sebesar Rp 5.000 per hari untuk setiap 10 kg kedelai yang

diolah. Setiap hari usaha tahu mengolah 300 kg kedelai, maka biaya yang

dikeluarkan untuk seluruh tenaga kerja per harinya sebesar Rp 150.000 atau Rp

45.000.000 per tahun.

Page 74: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

74 

 

2. Usaha Tempe

Sama seperti usaha tahu, bahan baku yang digunakan pada usaha tempe

juga terbagi menjadi dua yaitu bahan baku utama dan bahan baku penunjang.

Seperti halnya usaha tahu bahan baku utama dalam pembuatan tempe adalah

kacang kedelai, sedangkan yang termasuk dalam bahan baku penunjang adalah

ragi. Berbeda dengan usaha tahu yang memiliki waktu produksi lebih singkat,

tempe memiliki waktu produksi lebih lama per periode produksinya yaitu empat

hari.

Namun usaha tersebut tetap mengolah kedelai setiap hari untuk penjualan

tiga hari berikutnya, begitu pula dengan hari selanjutnya untuk tiga hari

selanjutnya dan seterusnya. Banyaknya volume bahan baku yang diolah dan biaya

yang dikeluarkan pada usaha per periode produksi secara jelas dapat terlihat pada

Tabel 20.

Tabel 20. Biaya Bahan Baku Usaha Tempe

No Uraian Jumlah Biaya (Rp/satuan)

Total per Hari (Rp) Tahunan (Rp)

1 Kedelai (kg) 400 6.500 2.600.000 780.000.0002 Ragi (kg) 2 10.000 20.000 6.000.000

Total Biaya Bahan Baku (Rp) 2.620.000 786.000.000

Berdasarkan Tabel 20 terlihat bahwa volume bahan baku utama yaitu

kedelai yang digunakan untuk proses produksi per hari rata-rata sebanyak 400

kilogram, sedangkan untuk bahan baku penunjang berupa ragi, per hari digunakan

rata-rata sebanyak dua kilogram. Bahan baku utama setiap harinya menghabiskan

biaya sebesar Rp 2.600.000 atau Rp 780.000.000 per tahun, sedangkan biaya yang

dihabiskan untuk bahan baku penunjang per harinya adalah sebesar Rp 20.000

atau Rp 6.000.000 per tahun. Adapun total biaya yang dikeluarkan untuk bahan

baku adalah sebesar Rp 2.620.000 per hari atau Rp 786.000.000 per tahun.

Faktor biaya lainya termasuk dalam biaya variabel pada usaha tempe

adalah biaya bahan bakar, yang terdiri dari serbuk kayu sebagai bahan bakar

Page 75: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

75 

 

pembakaran dan bensin untuk bahan bakar kendaraan operasional usaha.

Banyaknya serbuk kayu yang digunakan dalam proses produksi adalah sebanyak

enam karung dengan biaya per karungnya sebesar Rp 10.000, sehingga biaya yang

dikeluarkan per harinya adalah sebesar Rp 60.000 atau Rp 18.000.000 per tahun.

Pengisian bensin untuk kendaraan operasional usaha dilakukan setiap dua hari

sekali sebanyak 23 liter dengan harga Rp 4.500 per liter, sehingga biaya yang

dikeluarkan per pengisian bensin adalah sebesar Rp 103.500 atau Rp 15.525.000

per tahun.

Faktor biaya terakhir dalam biaya variabel adalah biaya tenaga kerja,

dimana upah untuk tiap tenaga kerja pada usaha tempe per harinya adalah sebesar

Rp 600.000 per bulan. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh usaha tempe adalah

sebanyak enam orang, maka biaya tenaga kerja secara keseluruhan yang

dikeluarkan per bulan sebesar Rp 3.600.000 atau Rp 43.200.000 per tahun.

6.1.1.3. Total Biaya Usaha

Total biaya dari suatu usaha merupakan jumlah keseluruhan biaya, yang

terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Tiap usaha memiliki total biaya yang

berbeda-beda, dimana besarnya total biaya suatu usaha ditentukan oleh besarnya

biaya tetap dan variabel usaha bersangkutan. Uraian mengenai biaya tetap dan

biaya variabel pada usaha tahu dan tempe yang menjadi objek dalam penelitian

telah disampaikan sebelumnya, adapun total biaya dari kedua usaha tersebut dapat

terlihat pada Tabel 21 dan 22 berikut.

Page 76: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

76 

 

Tabel 21. Total Biaya Usaha Tahu per Tahun

No Uraian Jumlah (Rp) Biaya Tetap

1 Serok 210.0002 Telepon 720.0003 Listrik 2.100.0004 Biaya Penyusutan Peralatan Produksi 1.790.0485 Biaya Penyusutan Investasi 11.083.3336 Biaya Perawatan

- Kendaraan Operasional 3.400.000 - Mesin giling 400.000

Total Biaya Tetap 19.703.381Biaya Variabel

7 Kacang Kedelai 585.000.0008 Garam 6.300.0009 Kunyit 4.500.000

10 Bensin Solar 13.500.00011 Kayu Bakar 90.000.00012 Upah Tenaga Kerja 45.000.000

Total Biaya Variabel 744.300.000Total Biaya 764.003.402

Tabel 21 menunjukkan total biaya usaha tahu sebesar Rp 764.003.402 per

tahun, yang merupakan jumlah dari biaya tetap sebesar Rp 19.703.381 per tahun

dan biaya variabel sebesar Rp 744.300.000 per tahun. Total biaya usaha tempe

berbeda dengan usaha tahu dan dapat terlihat dengan jelas pada Tabel 22.

Page 77: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

77 

 

Tabel 22. Total Biaya Usaha Tempe per Tahun

No Uraian Jumlah (Rp) Biaya Tetap

1 Biaya Perawatan - Mesin Giling 400.000 - Luak; 4 drum 3.600.000 - Drum u/ rebus 900.000 - Kendaraan Operasional 3.400.000 - Dapur 300.000

2 Biaya Pemasaran; Kuli Angkut 4.500.0003 Biaya Kemasan

- Daun Pisang 7.500.000 - Plastik 22.500.000

4 Biaya Lain-lain - Komisi Penjualan 12.000.000 - Listrik 2.400.000 - Komunikasi 2.400.000 - Konsumsi Harian 90.000.000

5 Biaya Penyusutan Peralatan Produksi 3.112.5006 Biaya Penyusutan Investasi 2.750.000

Total Biaya Tetap 155.762.500Biaya Variabel

7 Bensin; 23 liter 15.525.0008 Kedelai (kg) 780.000.0009 Ragi (kg) 6.000.000

10 Serbuk Kayu (50 kg per karung) 18.000.00011 Biaya Tenaga Kerja 43.200.000

Total Biaya Variabel 862.725.000Total Biaya 1.018.487.500

Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa usaha tempe memiliki total biaya

sebesar Rp 1.018.487.500 per tahun, dengan total biaya tetap sebesar Rp

155.762.500 per tahun dan total biaya variabel sebesar Rp 862.725.000 per tahun.

Jika struktur biaya kedua usaha dibandingkan, maka terlihat bahwa usaha tempe

memiliki total biaya yang lebih besar dari usaha tahu. Berdasarkan Tabel 21 dan

Page 78: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

78 

 

22 terlihat bahwa usaha tempe memiliki biaya tetap yang cukup tinggi, sehingga

total biaya usaha pun menjadi tinggi.

Ini terjadi karena usaha tempe menghabiskan biaya yang cukup besar

dalam melakukan perawatan terhadap peralatan produksinya, dimana usaha tempe

masih menggunakan peralatan produksi yang tidak permanen. Berbeda dengan

usaha tahu yang menggunakan peralatan lebih permanen dalam bentuk semen,

sehingga perawatan yang dilakukan terhadap peralatan produksinya tidak

mengeluarkan biaya besar. Pada segi pemasaran terlihat usaha tahu tidak

melakukan pengantaran produk sehingga tidak ada biaya pemasaran yang

dikeluarkan, karena konsumen atau pelanggan dari usaha tersebut yang datang

sendiri ke tempat.

Selain itu dari segi kemasan, usaha tahu terlihat lebih sederhana dibanding

usaha tempe yang menggunakan plastik dan daun pisang. Berdasarkan itu maka

jelas terlihat bahwa usaha tahu memiliki struktur biaya yang lebih hemat,

sehingga total biaya usahanya lebih kecil dibanding usaha tempe.

6.1.2. Volume Penjualan dan Harga Jual

6.1.2.1. Usaha Tahu

Usaha tahu menjual tahu dalam bentuk cetakan yang dapat dipotong-

potong kecil berdasarkan keinginan konsumen, dimana satu cetakan tahu dapat

menghasilkan 60 sampai dengan 100 potong. Adapun konsumen yang membeli

tahu pada usaha ini merupakan konsumen lama atau pelanggan yang terdiri dari

tukang sayur dan gorengan, rumah sakit, restoran, serta konsumen individu yang

datang sendiri. Konsumen usaha tahu dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

konsumen antara dan konsumen akhir.

Konsumen antara adalah konsumen yang membeli tahu untuk diolah

terlebih dahulu kemudian dijual kembali, seperti tukang sayuran dan pedagang

keliling seperti batagor, siomay, dan gorengan, serta pelanggan restoran dan

rumah sakit. Konsumen akhir yang menjadi pelanggan usaha ini merupakan

konsumen individu atau per orang-an, yang datang sendiri ke tempat usaha dan

membeli tahu untuk dikonsumsi sendiri. Usaha tahu ini dalam satu hari mampu

menghasilkan sebanyak 150 cetak tahu, yang dibagi menjadi 32 cetak tahu kuning

Page 79: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

79 

 

dan 118 cetak tahu putih. Adapun total penjualan usaha tahu Bapak Mumu dalam

satu tahun dapat terlihat jelas pada Tabel 23.

Tabel 23. Penjualan Usaha Tahu

Tahu Putih (per Hari) Tahu Kuning (per Hari) No Konsumen Jumlah

(cetak) Harga

(Rp/cetak) Jumlah

(Rp) Jumlah (cetak)

Harga (Rp/cetak)

Jumlah (Rp)

Total per Hari (Rp)

Total per Tahun

(Rp ribuan)

1. Tukang Sayuran 25 25.000 625.000 25 25.000 625.000 1.250.000 375.000

2. Pedagang keliling 60 25.000 1.500.000 0 25.000 0 1.500.000 450.000

3. Restoran 25 30.000 750.000 2 30.000 60.000 810.000 243.000

4. RS 3 30.000 90.000 0 30.000 0 90.000 27.000

Individu : Uk 12 x 12 = 144 potong/cetak 3 28.800 86.400 2 57.600 115.200 201.600 60.480

5. Uk 9 x 9 = 81 potong/cetak 2 27.300 54.600 3 40.500 121.500 176.100 52.830

6. Ampas Kedelai 150.000 45.000

Total 118 - 3.106.000 32 - 921.700 4.177.700 1.253.310

Berdasarkan Tabel 23 terlihat adanya perbedaan volume penjualan antara

tahu putih dan kuning, serta volume penjualan untuk tiap jenis konsumen. Ini

terjadi karena volume pembelian yang dilakukan oleh masing-masing konsumen

beragam tergantung kebutuhannya. Penjualan yang pertama dilakukan terhadap

tukang sayur yang merupakan gabungan beberapa tukang, dimana setiap harinya

membeli tahu sebanyak 50 cetak yang terdiri dari 25 cetak tahu putih dan 25 cetak

tahu kuning.

Penjualan yang kedua adalah penjualan terhadap pedagang keliling yang

juga merupakan gabungan beberapa pedagang, dimana tahu yang dibeli hanya

tahu putih sebanyak 60 cetak per hari. Penjualan yang ketiga adalah penjualan

terhadap restoran dengan total penjualan sebanyak 27 cetak, yang terdiri dari 25

cetak tahu putih dan dua cetak tahu kuning. Penjualan keempat adalah penjualan

yang dilakukan kepada rumah sakit terdekat yaitu Palang Merah Indonesia (PMI)

dan Bogor Medical Centre (BMC), dimana jenis tahu yang dibeli oleh pihak

Page 80: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

80 

 

rumah sakit adalah tahu putih dengan total pembelian sebanyak tiga cetak per

hari.

Berbeda dengan konsumen lainnya penjualan untuk individu atau per

orang-an tidak dalam hitungan per cetak namun per potong, dimana untuk

penjualan ini pihak pengelola khusus menyediakan masing-masing lima cetak

untuk tiap jenis tahu. Adapun ukuran potong tahu pada usaha ini terdiri dua jenis

ukuran, yaitu ukuran 12 cm x 12 cm; untuk tahu putih sebanyak tiga cetak dan

tahu kuning sebanyak dua cetak, dan ukuran 9 cm x 9 cm; untuk tahu putih

sebanyak dua cetak dan tahu kuning sebanyak tiga cetak. Secara keseluruhan

setiap hari usaha tahu menghasilkan 150 cetak tahu atau 45.000 cetak tahu per

tahun yang terjual habis, dimana per cetaknya memiliki bobot sebesar 5,4

kilogram sehingga per harinya sebesar 810 kilogram atau 243.000 kilogram per

tahun .

Tak hanya volume penjualan, perbedaan lainnya yang ditemukan adalah

adanya penetapan harga jual yang berbeda untuk beberapa jenis konsumen. Pihak

pengelola menetapkan harga jual secara per cetak untuk konsumen antara dan

harga jual per potong untuk konsumen akhir. Harga jual yang ditetapkan bagi

tukang sayur dan pedagang keliling sebesar Rp 25.000 per cetak untuk semua

jenis tahu, sedangkan harga jual yang ditetapkan untuk pihak restoran dan rumah

sakit sebesar Rp 30.000 per cetak untuk semua jenis tahu.

Berbeda dengan konsumen antara harga jual yang ditetapkan untuk

konsumen individu per cetaknya untuk tahu putih, ukuran 12 cm x 12 cm adalah

Rp 28.800 dan untuk ukuran 9 cm x 9 cm adalah Rp 27.300. Harga jual tahu

kuning per cetak yang ditetapkan untuk ukuran 12 cm x 12 cm sebesar Rp 57.600,

sedang untuk ukuran 9 cm x 9 cm adalah Rp 40.500. Perbedaan harga jual per

cetak pada konsumen akhir terjadi karena pembeliannya yang dilakukan secara

potongan, membuat harga jual per cetaknya ditentukan oleh banyaknya potong

tahu yang dihasilkan dalam satu cetak.

Banyaknya potong tahu yang dihasilkan ukuran 12 cm x 12 cm adalah 144

potong tahu, adapun harga jual per potongnya sebesar Rp 200 untuk tahu putih

dan Rp 400 untuk tahu kuning. Banyaknya potong tahu yang dihasilkan ukuran 9

cm x 9 cm adalah 81 potong tahu, sedang harga jual per potong untuk tahu putih

Page 81: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

81 

 

sebesar Rp 300 dan untuk tahu kuning sebesar Rp 500. Selain menjual tahu

sebagai produk utamanya usaha tahu juga menjual limbah atau produk sisa proses

produksi berupa ampas kedelai, dengan harga jual yang ditetapkan sebesar Rp

5.000 untuk tiap ampas yang dihasilkan dari sepuluh kilogram kedelai yang

diolah.

Setiap hari usaha ini mengolah kedelai sebanyak 300 kilogram, maka total

pendapatan yang diperoleh dari penjualan ampas kedelai sebesar Rp 150.000 per

hari atau Rp 45.000.000 per tahun. Total pendapatan yang diperoleh dari

penjualan produk utama atau tahu per harinya adalah sebesar Rp 4.027.700 atau

per tahunnya sebesar Rp 1.208.310.000. Adapun total pendapatan keseluruhan

yang berasal dari penjualan tahu dan ampas tahu sebesar Rp 4.177.700 per hari

atau Rp 1.253.310.000 per tahun.

6.1.2.2. Usaha Tempe

Penjualan tempe pada usaha ini dilakukan berdasarkan jenis ukuran tempe

dan terbagi kedalam dua jenis bungkus, yaitu bungkus plastik dan daun

disesuaikan dengan keinginan konsumen. Sama halnya seperti usaha tahu,

konsumen pada usaha tempe merupakan konsumen tetap yang telah lama menjadi

pelanggan. Konsumen pada usaha tempe juga terbagi menjadi dua, yaitu

konsumen antara yang terdiri dari tukang sayur di pasar dan usaha catering; dan

konsumen akhir berupa individu atau per orang-an.

Terdapat dua lokasi pasar berbeda milik tukang sayur yang menjadi

langganan usaha ini, yaitu Pasar Bogor yang terdiri dari dua kios dan satu kios

pada Pasar Ciawi. Sedangkan untuk pelanggan berupa usaha catering, terdapat

tiga usaha catering berbeda yang telah menjadi pelanggan tetap usaha ini. Pada

satu kali periode produksi volume tempe yang dihasilkan berbeda untuk tiap

ukurannya, ini dapat terlihat secara rinci pada Tabel 24.

Page 82: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

82 

 

Tabel 24. Penjualan Usaha Tempe

Berdasarkan Tabel 24 terdapat empat jenis ukuran tempe yang dihasilkan

dan dijual pada usaha tempe, antara lain 20 cm x 35 cm, 20 cm x 30 cm, 14 cm x

25 cm, dan 13 cm x 20 cm. Tempe dengan ukuran 20 cm x 35 cm memiliki dua

macam harga, yaitu Rp 8.000 dan Rp 6.000 per lembar. Banyaknya lembar tempe

yang dihasilkan secara keseluruhan untuk ukuran 20 cm x 35 cm adalah 663

lembar, yang terbagi menjadi sepuluh lembar dalam bungkus plastik dan 33

lembar dalam bungkus daun untuk tukang sayur dan individu.

Sisanya 620 lembar dibungkus dengan plastik, yang merupakan pesanan

dari tiga usaha catering yang berbeda. Tempe dengan ukuran 20 cm x 30 cm

memiliki dua harga, yaitu Rp 4.000 per lembar sebanyak 60 lembar dan Rp 5.000

per lembar sebanyak 40 lembar. Harga yang ditetapkan untuk tempe dengan

ukuran 14 cm x 25 cm dan 13 cm x 20 cm adalah Rp 1.500 dan Rp 1.000 per

lembar, dengan volume penjualan masing-masing sebanyak 60 lembar.

No Jenis Ukuran Jumlah (lembar)

Harga Jual (Rp/lembar)

Penjualan per Hari

(Rp)

Penjualan per Tahun (Rp) Keterangan

10 8.000 80.000 24.000.000 Bungkus Plastik

620 6.000 3.720.000 1.116.000.000 Bungkus Plastik 1. 20 cm x 35 cm

33 6.000 198.000 59.400.000 Bungkus Daun

60 4.000 240.000 72.000.000 Bungkus Plastik 2. 20 cm x 30 cm

40 5.000 200.000 60.000.000 Bungkus Plastik

3. 14 cm x 25 cm 60 1.500 90.000 27.000.000 Bungkus Plastik

4. 13 cm x 20 cm 60 1.000 60.000 18.000.000 Bungkus Plastik

Total 883 - 4.588.000 1.376.400.000 ‐ 

Page 83: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

83 

 

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka diperoleh total volume produksi

usaha tempe per harinya adalah 883 lembar atau 322.295 lembar per tahun yang

terjual habis. Adapun total tempe yang dihasilkan dalam satuan kilogram dapat

terlihat secara jelas pada Tabel 25.

Tabel 25. Perhitungan Bobot Tempe dalam Kilogram

No Jenis Ukuran Jumlah (potong)

Bobot (kg/potong)

Bobot total (kg/hari)

10 1,15 11,50 620 1,15 713,00 1 20 cm x 35 cm 33 1,15 37,95 60 0,7 42,00 2 20 cm x 30 cm 40 0,7 28,00

3 14 cm x 25 cm 60 0,35 21,00 4 13 cm x 20 cm 60 0,25 15,00

Total output 883 - 868,45

Pada Tabel 25 terlihat dalam total tempe yang dihasilkan jika dikonversi

dalam kilogram adalah sebesar 868,45 kilogram per hari atau per tahunnya

sebesar 260.535 kilogram. Adapun total pendapatan yang diperoleh dari hasil

penjualan per harinya pada usaha tempe sebesar Rp 4.588.000 atau Rp

1.376.400.000 per tahun.

6.1.3. Analisis Profitabilitas

Analisis profitabilitas adalah suatu analisis yang mengukur seberapa besar

kemampuan suatu usaha untuk memperoleh laba atau untung, yang dipengaruhi

oleh biaya, harga jual dan volume penjualan. Untuk dapat menganalisis

profitabilitas suatu usaha, maka terlebih dahulu harus menghitung titik impas

usaha uang terkait. Titik impas atau break even pada suatu usaha adalah keadaan

atau kondisi usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian.

Page 84: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

84 

 

Titik impas mampu memberikan informasi mengenai tingkat volume

penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut

tingkat penjualan bersangkutan. Penjualan pada tingkat tertentu akan menentukan

besar kecil pendapatan yang diperoleh oleh suatu usaha. Berdasarkan hal tersebut

maka uraian berikutnya akan membahas pendapatan yang diperoleh dari

penjualan, dilanjutkan dengan perhitungan titik impas dan analisis profitabilitas

dari masing-masing usaha yang menjadi objek penelitian.

6.1.3.1. Usaha Tahu

Usaha tahu memperoleh pendapatan total sebesar Rp 1.253.310.000 per

tahun, berasal dari dua jenis penjualan yaitu penjualan tahu sebagai produk akhir

dan penjualan ampas kedelai sebagai produk sisa atau limbah. Pihak pengelola

menjual kembali produk sisa dengan harga Rp 5000 per 10 kilogram kedelai dari

300 kilogram kedelai yang diolah setiap hari. Berdasarkan itu maka pendapatan

yang diperoleh usaha bersangkutan melalui penjualan ampas per harinya sebesar

Rp 150.000 atau Rp 45.000.000 per tahun, sedangkan pendapatan yang beliau

peroleh dari hasil penjualan tahu sebesar Rp 4.027.700 per hari atau Rp

1.208.310.000 per tahun.

Setelah semua biaya dan pendapatan per tahun diketahui barulah

perhitungan titik impas dapat dimulai dengan menghitung komponen-

komponennya terlebih dahulu. Komponen-komponen dalam titik impas antara

lain adalah Total Fixed Cost (TFC) atau total biaya tetap, Price (P) yang

merupakan harga jual, dan Average Variable Cost (AVC) atau rata-rata biaya

variabel. Adapun total biaya tetap per pada usaha tahu sebesar Rp 19.703.381 per

tahun.

Harga jual yang ditetapkan pada usaha tahu beragam, sehingga komponen

harga jual pada perhitungan titik impas menggunakan harga jual rata-rata. Harga

jual rata-rata adalah total penjualan per hari dibagi dengan total produk yang

terjual dalam satu hari. Perhitungan harga jual rata-rata ini dengan jelas dapat

terlihat pada uraian berikut :

Page 85: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

85 

 

= = Rp 4.972 per kg

Komponen terakhir dalam perhitungan titik impas adalah rata-rata biaya

variabel, yang diperoleh melalui pembagian antara total biaya variabel dengan

jumlah produk yang dihasilkan. Total biaya variabel pada usaha tahu sebesar Rp

744.300.000 per tahun, maka diperoleh rata-rata biaya variabel sebagai berikut :

= = Rp 3.063 per kg

Perhitungan titik impas pada penelitian ini dibedakan menjadi dua

didasarkan atas satuannya, yaitu unit dan rupiah. Adapun perhitungan titik impas

pada usaha tahu per tahunnya dapat terlihat melalui uraian berikut ini :

=

= Rp 51.308.791

Dalam keadaan impas atau break even laba usaha adalah nol atau tidak

ada, yang menunjukkan tingkat minimum produksi dan pendapatan yang harus

diperoleh agar usaha tidak merugi. Berdasarkan uraian perhitungan di atas terlihat

Page 86: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

86 

 

bahwa pihak pengelola pada usaha tahu minimal harus memproduksi dan menjual

habis tahu yang dihasilkan sebanyak 10.319 kilogram per tahun atau sekitar 34

kilogram tahu per hari agar tidak merugi. Sedangkan pendapatan minimal yang

harus diperoleh berdasarkan perhitungan titik impas adalah sebesar Rp 51.308.791

per tahun atau Rp 171.029 per hari. Adapun perbandingan antara hasil

perhitungan titik impas dengan kondisi aktual usaha dapat dengan jelas terlihat

pada Tabel 26.

Tabel 26. Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tahu

Titik Impas Keadaan Aktual Keterangan Per Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari Dalam Unit (kg) 10.319 34 243.000 810

Dalam Rupiah (Rp) 51.308.791 171.029 1.208.310.000 4.027.000

Bedasarkan Tabel 26 terlihat bahwa usaha tahu kondisinya berada di atas

keadaan titik impas. Ini terlihat dari kemampuan usaha dalam memproduksi dan

menjual habis sebanyak 243.000 kg tahu yang dihasilkan per tahun, serta

memperoleh pendapatan sebesar Rp 1.208.310.000 per tahun. Kelebihan

pendapatan penjualan di atas biaya variabel pada usaha tahu, menunjukkan usaha

tersebut mampu menutupi biaya tetap dan menghasilkan laba.

Seberapa besar kemampuan usaha tersebut menutup biaya tetap dan

menghasilkan laba ini dapat terlihat melalui perhitungan Marginal Income Ratio

(MIR). MIR merupakan pembagian antara selisih dari hasil penjualan dan Total

Variable Cost (TVC) atau total biaya variable, dengan hasil penjualan itu sendiri.

Hasil penjualan pada perhitungan MIR adalah total pendapatan usaha dari hasil

penjualan produk utama atau tahu dalam satu tahun sebesar Rp 1.208.310.000,

sedangkan TVC untuk perhitungan MIR sebesar Rp 744.300.000 per tahun.

Adapun perhitungan MIR untuk usaha tahu ini dapat terlihat pada uraian berikut :

Page 87: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

87 

 

= x 100 % = 38 %

Uraian di atas menunjukkan bahwa setiap tahun usaha tahu mampu

memberikan 38 persen dari hasil penjualannya, untuk menutupi biaya tetap usaha

dan mendapatkan laba. Hasil penjualan pada tingkat break even ini jika

dihubungkan dengan penjualan aktual, maka akan diperoleh informasi tentang

seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga usaha tidak merugi atau

disebut juga Margin of Safety (MOS). MOS merupakan ukuran tingkat keamanan

bagi usaha dalam melakukan penurunan penjualan, dimana perhitungan MOS

untuk usaha tahu ini dapat terlihat pada uraian berikut :

= 96 %

Hasil perhitungan berdasarkan uraian di atas menunjukkan, bahwa tingkat

penjualan bagi usaha tahu tidak boleh turun lebih dari 96 persen dari hasil

penjualan aktual agar usaha yang bersangkutan tidak merugi. Persentase dari

MOS dapat dihubungkan langsung dengan tingkat keuntungan usaha atau MIR,

guna menunjukkan tingkat profitabilitas usaha. Profitabilitas merupakan ukuran

seberapa besar kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba, dimana

perhitungan profitabilitas untuk usaha tahu adalah sebagai berikut :

= 37 %

Uraian di atas menunjukkan usaha tahu memiliki tingkat profitabilitas

sebesar 37 persen. Ini berarti bahwa apabila usaha tersebut mampu menjual

seluruh hasil produksi, maka laba atau profit yang diperoleh dari hasil penjualan

adalah 37 persen.

6.1.3.2. Usaha Tempe

Page 88: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

88 

 

Usaha tempe memperoleh pendapatan yang berasal dari penjualan tempe,

dimana tempe yang dijual terdiri dari beberapa ukuran. Hasil penjualan untuk

tempe dengan ukuran 20 cm x 35 cm sebesar Rp 3.998.000 per hari, sedang untuk

tempe dengan ukuran 20 cm x 30 cm menghasilkan pendapatan sebesar Rp

440.000 per hari. Tempe dengan ukuran 14 cm x 25 cm dan 13 cm x 20 cm

masing-masing menghasilkan pendapatan sebesar Rp 90.000 dan Rp 60.000 per

hari, sehingga total pendapatan keseluruhan usaha tempe per hari sebesar Rp

4.588.000 atau per tahunnya sebesar Rp 1.376.400.000.

Setelah semua biaya dan pendapatan per tahun diketahui kemudian

dilakukan perhitungan terhadap komponen-komponen titik impas, seperti TFC

atau total biaya tetap, P atau harga jual, dan AVC atau rata-rata biaya variabel.

Adapun total biaya tetap usaha tempe per tahun sebesar Rp 155.762.500. Sama

halnya seperti usaha tahu, harga jual yang ditetapkan pada usaha tempe juga

beragam yang membuat komponen harga jual untuk perhitungan titik impas

menggunakan harga jual rata-rata. Perhitungan harga jual rata-rata untuk usaha

tempe dapat terlihat pada uraian berikut :

 

= Rp 5.283 per kg

Komponen lainnya yang perlu dihitung dalam perhitungan titik impas

adalah rata-rata biaya variable dari usaha tempe. Rata-rata biaya variabel usaha

tempe diperoleh melalui pembagian antara total biaya variabel dengan jumlah

produk yang dihasilkan. Total biaya variabel pada usaha tempe adalah Rp

862.725.000 per tahun, maka rata-rata biaya variabelnya adalah sebagai berikut:

Page 89: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

89 

 

= = Rp 3.311 per kg

Seperti halnya usaha tahu, perhitungan titik impas untuk usaha tempe juga

dibedakan menjadi dua berdasarkan satuannya, yaitu unit dan rupiah. Adapun

perhitungan titik impas pada usaha tempe per tahun dapat terlihat melalui uraian

berikut ini :

=

= Rp 417.367.995

Berdasarkan uraian diatas terlihat bahwa batas minimal usaha tempe untuk

memproduksi dan menjual habis tempenya, yaitu sebanyak 79.002 kilogram

tempe per tahun atau 263 kilogram tempe per hari agar tidak merugi. Pendapatan

minimal yang harus diperoleh berdasarkan perhitungan titik impas sebesar Rp

417.367.995 per tahun atau Rp 1.391.227 per hari. Jika dibandingkan dengan

kondisi aktualnya, maka usaha tempe ini berada di atas keadaan titik impas, yang

secara jelas dapat terlihat pada Tabel 27 berikut.

Tabel 27. Perbandingan Titik Impas dengan Kondisi Aktual Usaha Tempe

Titik Impas Keadaan Aktual Keterangan Per Tahun Per Hari Per Tahun Per Hari Dalam Unit (kg) 79.002 263 260.535 868,45

Page 90: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

90 

 

Dalam Rupiah (Rp) 417.367.995 1.391.227 1.376.400.000 4.588.000

Pada Tabel 27 terlihat bahwa usaha tempe mampu menjual habis 79.002

kilogram tempe yang dihasilkannya per tahun dan memperoleh pendapatan

sebesar Rp 1.376.400.000 per tahun. Kelebihan pendapatan penjualan di atas

biaya variabel pada usaha tersebut, menunjukkan usaha yang bersangkutan

mampu menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. Seberapa besar kemampuan

usaha beliau untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba dapat terlihat

melalui perhitungan MIR, dimana perhitungan MIR untuk usaha tempe dapat

terlihat pada uraian berikut :

= x 100 %

= 37 %

Hasil perhitungan MIR menunjukkan bahwa usaha tempe mampu

memberikan 37 persen dari hasil penjualannya untuk menutupi biaya tetap usaha

dan mendapatkan laba. Hasil penjualan pada tingkat break even yang

dihubungkan dengan penjualan aktual, akan diperoleh informasi tentang MOS.

Adapun perhitungan MOS untuk usaha tempe dapat terlihat pada uraian berikut

:

= 70 %

Uraian di atas menunjukkan usaha tempe memiliki tingkat keamanan

cukup tinggi yaitu 70 persen, yang juga menunjukkan batas penurunan tingkat

penjualan agar usaha tidak merugi. Persentase dari MOS yang dihubungkan

langsung dengan tingkat keuntungan usaha atau MIR dapat menunjukkan tingkat

profitabilitas usaha bersangkutan. Profitabilitas adalah ukuran kemampuan suatu

Page 91: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

91 

 

usaha untuk menghasilkan laba, dimana perhitungan profitabilitas untuk usaha

tempe adalah sebagai berikut :

= 26 %

Hasil perhitungan di atas menunjukkan usaha tempe memiliki tingkat

profitabilitas sebesar 26 persen, yang menunjukkan besarnya laba atau profit yang

diperoleh dari hasil penjualan atau pendapatan bila usaha beliau mampu menjual

habis seluruh hasil produksi.

6.2. Analisis Nilai Tambah

6.2.1. Usaha Tahu

Analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan

baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai, sehingga

menimbulkan nilai tambah yang dipengaruhi oleh teknologi yang digunakan

dalam proses pengolahan. Melalui analisis nilai tambah maka dapat teranalisa

faktor mana dari proses produksi yang menghasilkan atau menaikkan nilai tambah

dan sebaliknya, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode Hayami dalam

menganalisinya. Adapun analisis nilai tambah pengolahan kedelai menjadi, dapat

terlihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Analisis Nilai Tambah Usaha Tahu

No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga

1 Output (kg/hari) 810

2 Bahan baku (kg/hari) 300

3 Tenaga Kerja (jam/hari) 50

4 Faktor konversi (1/2) 2,7

5 Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,17

6 Harga output (Rp/kg) 4.972

Page 92: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

92 

 

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) 3.000

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) 6.500

9 Sumbangan input lain (Rp/kg output) 44

10 Nilai output (4 x 6) (Rp) 13.426

11 a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) 6.881

b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 51

12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) 500

b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 7

13 a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) 6.381

b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) 93

14 Marjin (10 – 8) (Rp) 6.926

a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) 7

b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) 1

c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) 92

Berdasarkan Tabel 28 terlihat bahwa bobot berat tahu yang dihasilkan per

hari adalah 810 kilogram. Bahan baku yang masuk dalam perhitungan nilai

tambah adalah bahan baku utama yaitu kacang kedelai, dimana setiap hari usaha

tahu mengolah kacang kedelai sebanyak 300 kilogram. Perbandingan antara bobot

berat tahu dengan jumlah bahan baku dalam satu hari menghasilkan faktor

konversi sebesar 2,7, yang menandakan bahwa setiap kilogram kedelai yang

diolah menghasilkan 2,7 kilogram tahu.

Tabel 28 memperlihatkan bahwa dalam satu hari seluruh tenaga kerja pada

usaha tahu bekerja selama 50 jam, yang jika dibagi dengan faktor konversi maka

diperoleh hasil perhitungan koefisien tenaga kerja sebesar 0,17. Koefisisen tenaga

kerja yang sebesar 0,17 ini berarti waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk

mengolah tiap kilogram kedelai agar menjadi tahu adalah 0,17 jam. Harga bahan

Page 93: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

93 

 

baku utama berupa kacang kedelai adalah Rp 6.500 per kilogram, sedangkan

untuk sumbangan input lainnya adalah Rp 44 per kilogram output atau tahu yang

dihasilkan.

Nilai output tahu yang diperoleh dari perkalian antara faktor konversi

dengan harga output atau tahu adalah sebesar Rp 13.426, menandakan bahwa nilai

tahu yang dihasilkan dari tiap kilogram kedelai adalah sebesar Rp 13.426. Nilai

tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai menjadi tahu adalah

sebesar Rp 6.881 per kilogram kacang kedelai, dengan rasio sebesar 51 persen.

Rasio nilai tambah terhadap nilai output yang sebesar 51 persen, menunjukkan

bahwa setiap Rp 100 nilai output tahu, akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 51.

Keuntungan yang didapat usaha tahu berdasarkan perhitungan nilai

tambah adalah sebesar Rp 6.381, dengan bagian keuntungan yang diperoleh

adalah 92 persen. Ini berarti bahwa distribusi keuntungan nilai tambah untuk

pemilik usaha jauh lebih besar, dibandingkan dengan bagian keuntungan untuk

tenaga kerja yaitu sebesar tujuh persen atau Rp 500 per hari. Adapun perhitungan

sebagian faktor pada analisis nilai tambah ini dapat terlihat pada Lampiran 1.

6.2.2. Usaha Tempe

Selain melakukan analisis nilai tambah menggunakan metode Hayami

terhadap pengolahan kedelai menjadi tahu, penelitian ini juga melakukan analisis

nilai tambah terhadap pengolahan kedelai menjadi tempe. Adapun perhitungan

nilai tambah pada usaha tempe dapat terlihat jelas pada Tabel 29.

Tabel 29. Analisis Nilai Tambah Usaha Tempe

No Variabel Nilai Output, Input, dan Harga

1 Output (kg/hari) 868,45

Page 94: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

94 

 

2 Bahan baku (kg/hari) 400

3 Tenaga Kerja (jam/hari) 60

4 Faktor konversi (1/2) 2,17

5 Koefisien tenaga kerja (3/2) 0,15

6 Harga output (Rp/kg) 5.283

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) 2.400

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku (Rp/kg bahan baku) 6.500

9 Sumbangan input lain (Rp/kg bahan baku) 23

10 Nilai output (4 x 6) (Rp) 11.470

11 a. Nilai tambah (10 – 9 – 8) (Rp) 4.947

b. Rasio nilai tambah ((11a/10) x 100%) 43

12 a. Imbalan tenaga kerja (5 x 7) (Rp) 360

b. Bagian tenaga kerja ((12a/11a) x 100%) 7

13 a. Keuntungan (11a – 12a) (Rp) 4.587

b. Tingkat keuntungan ((13a/11a) x 100%) 93

14 Marjin (10 – 8) (Rp) 4.970

a. Pendapatan tenaga kerja ((12a/14) x 100%) 7

b. Sumbangan input lain ((9/14) x 100 %) 1

c. Keuntungan perusahaan ((13a/14) x 100%) 92

Pada Tabel 29 terlihat bahwa bobot tempe yang dihasilkan per hari adalah

868,45 kilogram, sedangkan jumlah kacang kedelai yang diolah usaha tempe per

harinya adalah 400 kilogram. Perbandingan antara bobot berat tahu dengan

jumlah bahan baku dalam satu hari menghasilkan faktor konversi sebesar 2,17,

yang menandakan bahwa setiap kilogram kedelai yang diolah menghasilkan 2,17

Page 95: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

95 

 

kilogram tempe. Hasil perhitungan Tabel 29 menunjukan koefisien tenaga kerja

sebesar 0,15, yang berarti bahwa waktu yang dibutuhkan tenaga kerja untuk

mengolah tiap kilogram kedelai agar menjadi tempe adalah 0,15 jam.

Upah rata-rata tenaga kerja yang bekerja pada usaha tempe adalah Rp

2.400 per jam, sedangkan harga output atau tempe per kilogram adalah Rp 5.283.

Nilai sumbangan input lain pada usaha tempe ini adalah Rp 23 per kilogram

output atau tempe, sedangkan nilai output tempe pada hasil analisis diperoleh

sebesar Rp 11.470. Ini menunjukkan bahwa nilai tahu yang dihasilkan dari tiap

kilogram kedelai adalah sebesar Rp 11.470.

Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan kacang kedelai menjadi

tempe adalah sebesar Rp 4.947 per kilogram kacang kedelai, dengan rasio nilai

tambah sebesar 43 persen yang menunjukkan bahwa setiap Rp 100 nilai output

tahu akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 43. Keuntungan yang didapat usaha

tempe adalah sebesar Rp 4.487, dengan bagian keuntungan yang diperoleh dari

nilai tambah adalah 93 persen. Ini menunjukkan bahwa distribusi nilai tambah

untuk pemilik usaha adalah 93 persen, sedangkan bagian keuntungan untuk tenaga

kerja adalah tujuh persen.

Berdasarkan itu maka terlihat bahwa distribusi keuntungan dari nilai

tambah untuk pemilik usaha jauh lebih baik, dibandingkan dengan bagian

keuntungan untuk tenaga kerja sebesar Rp 360 per hari. Adapun perhitungan

untuk beberapa faktor pada analisis nilai tambah pada usaha tempe ini dapat

dilihat pada Lampiran 2.

Page 96: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

96 

 

VII PERBANDINGAN HASIL ANALISIS PROFITABILITAS

SERTA NILAI TAMBAH USAHA TAHU DAN TEMPE

7.1 Analisis Profitabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan profitabilitas yang dilakukan terhadap

usaha tahu dan tempe, terlihat bahwa kemampuan kedua usaha dalam

menghasilkan laba atau profit berbeda. Adapun perbedaan kemampuan kedua

usaha dalam menghasilkan laba dapat terlihat dengan jelas pada Tabel 30 berikut.

Tabel 30. Perbandingan Hasil Analisis Profitabilitas

Keterangan Usaha Tahu Usaha Tempe MIR (%) 38 37 MOS (%) 96 70 Profitabilitas (%) 37 26 Tabel 30 memperlihatkan hasil perhitungan MIR pada usaha tahu yaitu

sebesar 38 persen. Ini menunjukkan bahwa usaha tahu mampu memberikan 38

persen dari hasil penjualannya per tahun adalah sebesar Rp 464.010.000 atau per

harinya sebesar Rp 1.546.700, untuk menutupi biaya tetap usaha dan

mendapatkan laba. Selain itu tingkat keamanan atau MOS dari usaha tahu pun

terbilang tinggi, yaitu 96 persen.

Hasil perhitungan MOS mengartikan bahwa jika usaha tahu mengalami

penurunan produksi dan penjualan, selama penurunan tersebut tidak lebih dari 96

persen maka kondisi usaha tahu masih tetap aman. Nilai MIR yang cukup baik

dan MOS yang tinggi pada usaha tahu, membuat usaha tahu memiliki kemampuan

menghasilkan laba atau profitabilitas yang cukup baik yaitu 37 persen dari hasil

penjualannya sebesar Rp 444.306.619 per tahun atau Rp 1.481.022 per hari. Jika

Page 97: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

97 

 

dibandingkan dengan usaha tempe, perhitungan MIR pada usaha tersebut

menghasilkan angka sebesar 37 persen.

Hasil perhitungan MIR menunjukkan usaha tempe mampu memberikan 37

persen dari hasil penjualannya sebesar Rp 513.675.000 per tahun atau per harinya

sebesar Rp 1.712.250, untuk menutupi biaya tetap usaha dan mendapatkan laba.

Tingkat keamanan atau MOS dari usaha tempe pun terlihat lebih rendah dari

usaha tahu yaitu sebesar 70 persen. Ini berarti usaha tempe lebih rentan

mengalami kerugian dibanding usaha tahu, namun selama penurunan tersebut

tidak lebih dari 70 persen maka kondisi usaha masih tetap aman.

Nilai MIR dan MOS usaha tempe yang lebih rendah dari usaha tahu,

membuat usaha tempe memiliki kemampuan menghasilkan laba atau profitabilitas

yang lebih rendah yaitu sebesar 26 persen. Tingkat profitabilitas tersebut

menunjukkan usaha tempe mampu menghasilkan profit, sebesar 26 persen dari

hasil penjualannya sebesar Rp 357.912.500 per tahun atau Rp 1.193.042 per hari.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka jelas terlihat, bahwa usaha tahu

memiliki kemampuan lebih dalam hal menghasilkan laba atau profit dibanding

usaha tempe.

Perbedaan profitabilitas antara usaha tahu dan tempe dapat terjadi karena

adanya perbedaan total biaya pada kedua usaha, dimana total biaya dari masing-

masing usaha dapat mempengaruhi besarnya keuntungan yang akan diperoleh.

Terlihat dari rincian total biaya pada usaha masing-masing usaha tahu memiliki

total biaya yang lebih rendah dibanding usaha tempe, dimana usaha tempe

memiliki biaya tetap yang cukup besar. Hal ini menandakan bahwa struktur biaya

usaha tempe belum efisien, berbeda dengan struktur biaya usaha tahu yang jauh

lebih kecil.

7.2 Analisis Nilai Tambah

Analisis nilai tambah yang dilakukan terhadap usaha tahu dan tempe,

menunjukkan adanya perebedaan nilai tambah diantara kedua usaha. Perbedaan

nilai tambah dari kedua usaha ini secara jelas dapat terlihat pada Tabel 31 berikut.

Page 98: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

98 

 

Tabel 31. Perbandingan Hasil Analisis Nilai Tambah

No Keterangan Usaha Tahu Usaha Tempe 1. Nilai output (Rp) 13.426 11.470 2. a. Nilai tambah (Rp) 6.881 4.947

b. Rasio nilai tambah (%) 51 43 3. a. Imbalan tenaga kerja (Rp) 500 360

b. Bagian tenaga kerja (%) 7 7 4. a. Keuntungan (Rp) 6.381 4.587

b. Tingkat keuntungan (%) 93 93

Tabel 31 menunjukkan nilai output atau produk yang dihasilkan usaha

tahu dan tempe dari tiap kilogram kedelai yang diolah, secara berurutan sebesar

Rp 13.426 dan Rp 11.470. Nilai tambah dari pengolahan kedelai untuk usaha tahu

sebesar Rp 6.881, sedangkan untuk usaha tempe sebesar Rp 4.947. Berdasarkan

rasio nilai tambah terhadap nilai output, untuk usaha tahu menunjukan setiap Rp

100 nilai ouput tahu yang dihasilkan akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 51.

Begitu pula dengan usaha tempe setiap Rp 100 nilai output tempe yang

dihasilkan, usaha yang bersangkutan akan memperoleh nilai tambah sebesar Rp

43. Berdasarkan penjelasan sebelumnya jelas terlihat, bahwa usaha yang memiliki

nilai tambah lebih besar adalah usaha tahu. Walau pun usaha tahu memiliki nilai

tambah yang lebih besar, namun usaha tahu dan tempe memiliki kesamaan tingkat

keuntungan sebesar 93 persen.

Besarnya keuntungan yang diperoleh dari pengolahan kedelai yang

dilakukan masing-masing usaha, yaitu sebesar Rp 6.381 untuk usaha tahu dan Rp

4.587 untuk usaha tempe. Berdasarkan itu terlihat bahwa usaha tahu memperoleh

keuntungan nilai tambah yang lebih besar walau pun kedelai yang diolah usaha

tempe lebih, karena proses produksi tahu lebih singkat dibandingkan proses

Page 99: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

99 

 

produksi tempe. Ini terjadi karena kedelai yang diolah menjadi tempe harus

melalui beberapa tahapan dalam proses produksinya, yaitu perendaman,

pencucian, dan fermentasi, dimana masing-masing tahapan tersebut membutuhkan

waktu satu hari.

Bagian tenaga kerja dari keuntungan nilai tambah yang diperoleh usaha

tahu dan tempe sama yaitu satu persen, dengan besar imbalan yang diperoleh

tenaga kerja pada masing-masing usaha per harinya sebesar Rp 500 untuk usaha

tahu dan Rp 360 untuk usaha tempe. Walau imbalan untuk tenaga kerja pada

masing-masing usaha terbilang kecil, namun kedua pemilik usaha telah

mengatasinya dengan memberikan fasilitas seperti tempat tinggal dan makanan

sehari-hari. Ini dilakukan oleh kedua pemilik usaha, untuk mengatasi keinginan

tenaga kerja untuk keluar bekerja dari usaha tersebut.

Page 100: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

100 

 

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Pengrajin tahu dan tempe pada penelitian ini adalah anggota PRIMKOPTI,

dimana untuk usaha tempe merupakan cabang unit usaha dari PRIMKOPTI itu

sendiri. Bapak Mumu selaku pemilik usaha tahu memulai usahanya sendiri pada

tahun 1997, sedang Bapak Sularno selaku pemilik usaha tempe memulai usahanya

sendiri dengan bekerja sama dengan PRIMKOPTI pada tahun 1983. Setiap hari

kedelai yang diolah rata-rata sebanyak 300 kilogram untuk usaha tahu dan 400

kilogram untuk usaha tempe, dengan output yang dihasilkan per periode produksi

sebanyak 810 kilogram untuk tahu dan 868,45 kilogram untuk tempe.

Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha tahu dan tempe yang menjadi

objek studi penelitian ini, terlihat kedua usaha telah melakukan beberapa langkah

penyesuaian guna menanggulangi kenaikan harga kedelai beberapa waktu lalu.

Langkah-langkah penyesuaian yang diambil oleh kedua usaha tersebut antara lain

menetapkan harga jual yang berbeda pada beberapa konsumen, menggunakan

bahan bakar alternatif, menghasilkan sendiri sebagian bahan baku penunjang

untuk produksi, dan membuat sendiri sebagian peralatan produksi.

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil

kesimpulan bahwa usaha tahu dan tempe yang menjadi objek penelitian

merupakan usaha yang mampu menghasilkan laba (profitable). Namun

berdasarkan perhitungan terlihat bahwa usaha tahu mampu menghasilkan laba

atau profit lebih besar sebesar 37 persen, dibanding usaha tempe yang mampu

menghasilkan laba atau profit sebesar 26 persen. Hasil perhitungan analisis nilai

tambah pengolahan kedelai terhadap kedua usaha pun menunjukkan usaha tahu

memiliki nilai tambah lebih besar dibanding usaha tempe, dimana nilai tambah

untuk usaha tahu adalah sebesar Rp 6.881 sedang usaha tempe sebesar Rp 4.947.

Page 101: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

101 

 

8.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan sebelumnya terlihat bahwa usaha tahu memiliki

nilai tambah dan kemampuan lebih besar dalam menghasilkan profit atau laba

dibanding usaha tempe. Ini terjadi dikarenakan usaha tempe memiliki total biaya

yang lebih tinggi dibanding usaha tahu, sehingga keuntungan yang diperoleh

menjadi lebih kecil. Oleh karena itu perlu dilakukan penghematan biaya pada

usaha tempe, agar struktur biayanya lebih efisien dan mendapatkan keuntungan

lebih besar.

Salah satunya adalah dengan menggunakan peralatan produksi yang lebih

tahan lama seperti bak semen untuk pengolahan kedelai, sehingga usaha yang

bersangkutan dapat menghemat biaya perawatan. Tak hanya itu kedua usaha baik

tahu atau tempe, harus lebih memperhatikan kebersihan peralatan yang digunakan

pada saat proses produksi. Ini penting dilakukan selain untuk menjaga kualitas

produk, juga dapat mengurangi frekuensi peralatan untuk rusak sehingga dapat

bertahan agak lama dan biaya perawatan yang dikeluarkan pun lebih hemat.

Untuk usaha tempe dalam hal pengemasan akan lebih baik jika

menyamaratakan penggunaan kemasan dengan daun pisang, sehingga dapat

menghemat biaya yang dikeluarkan untuk pengemasan. Tahu atau tempe

merupakan produk yang bersifat perishable atau mudah rusak, membuat kedua

usaha tersebut tidak berani untuk menjual produknya ke lokasi yang berjauhan

dengan tempat produksi. Oleh karena itu untuk meningkatkan keuntungan, kedua

usaha harus mampu meningkatkan pendapatan penjualannya.

Salah satunya adalah dengan membuka cabang produksi yang baru di

lokasi yang berdekatan dengan konsumen baru, sehingga kedua usaha dapat

memperluas usahanya serta meningkatkan keuntungan yang diperolehnya.

Tentunya sebelum hal ini dilakukan perlu dilakukan analisis kelayakan terlebih

dahulu untuk melihat apakah perluasan usaha ini perlu dilakukan atau tidak, yang

mungkin dapat menjadi bahan penelitian bagi pihak lain.

Page 102: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

102 

 

DAFTAR PUSTAKA

Amalia S. 2008. Dampak Kenaikan Harga Kedelai Terhadap Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usaha Tempe dengan Pendekatan Stochastic Frontier (Studi Kasus Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Asnawi R. 2003. Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Ubikayu dan Industri Tepung Tapioka Rakyat di Provinsi Lampung. http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id. [21 Desember 2008].

Badan Pusat Statistik. 2005.Profil Usaha Kecil dan Menengah Tidak Berbadan Hukum. Jakarta.

Bustami, Bastian, Nurlela. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Damayanti A R. 2004. Analisis Perubahan Penetapan Harga Pokok Produksi Teh Dalam Kaitannya dengan Titik Impas dan Profitabilitas Perusahaan [skripsi]. Bogor : Fakultas Petanian, Institut Pertanian Bogor.

Esti, Sediadi A. 2000. Tentang Pengolahan Pangan. http://www.ristek.go.id. [13 Januari 2008].

Furqanti D. 2003. Analisis Nilai Tambah dan Kemampulabaan Usaha Pengolahan Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia swingel) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and Processing in Upland Java A Perspective From A Sunda Village. Bogor : CPGRT Centre.

[KCM]. Kompas Cyber Media. 31 Mei 2008. Perajin Tahu Tempe Sudah Senin-Kamis. http://www.kompas.com. [19 Desember 2008].

Manullang. 1994. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Yogyakarta : Liberty.

Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya.. Yogyakarta : Aditya Media

Mulyadi, 2001. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Page 103: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

103 

 

Pratiwi E. 2003. Analisis Nilai Tambah dan Profitabilitas Industri Kripik Tempe (Kasus Perusahaan Ardani, Malang) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Prawironegoro D, Purwanti A. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta : Mitra Wacana

Media.

Primer Koperasi Tahu dan Tempe Indonesia. 2008. Daftar Rekapitulasi Kebutuhan Kedelai Anggota dan Non Anggota Pengrajin Tempe Tahu. Bogor : Primkopti.

Puspitasari T. 2007. Keragaan Usaha Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga (Dtudi Kasus Industri Tahu Skala Kecil dan Rumah Tangga di Kecamatan Mampang Prapatan) [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sinaga M S. 2008. Analisis Nilai Tambah dan Daya Saing serta Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Industri Tempe di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Soeharjo A. 1991. Profil Agroindustri. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Swastha B, Sukotjo I. 1998. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Yogyakarta : Liberty.

Page 104: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

104 

 

LAMPIRAN

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 105: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

105 

 

 

 

 

 

Lampiran 1.

Perhitungan beberapa faktor dalam Tabel 28

1. Output (Rp/kg)

2. Harga Output (Rp/kg)

3. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/jam)

4. Sumbangan Input Lain (Rp/kg output)

Page 106: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

106 

 

Lampiran 2.

Perhitungan beberapa faktor dalam Tabel 29

1. Harga Output (Rp/kg)

2. Upah Rata-Rata Tenaga Kerja (Rp/jam)

3. Sumbangan Input Lain (Rp/kg output)

Page 107: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

107 

 

Lampiran 3. Dokumentasi Tempat Usaha

Gambar 7. Tahu Putih

Page 108: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

108 

 

Gambar 8. Tahu Kuning Gambar 9. Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tahu

Page 109: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

109 

 

Gambar 10. Peralatan Produksi Tungku Semen Usaha Tahu Gambar 11. Peralatan Produksi Bak Semen 1 Usaha Tahu

Page 110: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

110 

 

Gambar 12. Peralatan Produksi Bak Semen 2 Usaha Tahu

Gambar 13. Bubur Kedelai yang Telah Menjadi Adonan Tahu

Page 111: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

111 

 

Gambar 14. Proses Pencetakan Tahu

Gambar 15. Tempat Usaha Tempe

Page 112: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

112 

 

Gambar 16. Tempat Pengolahan Kedelai Menjadi Tempe

Page 113: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

113 

 

Gambar 17. Peralatan Produksi Mesin Giling Usaha Tempe

Gambar 18. Rak Tempat Proses Fermentasi

Page 114: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

114 

 

Gambar 19. Proses Perebusan Kedelai

Gambar 20. Tempat Proses Produksi Tempe

Page 115: ANALISIS PROFITABILITAS SERTA NILAI TAMBAH USAHA … · produksi pada usaha tahu, antara lain mesin diesel dan giling, pompa air, tungku semen, cetakan, tanggok besi, ... Langkah

 

 

115 

 

Gambar 21. Tempat Pembungkusan Tempe

Gambar 22. Salah Satu Bentuk Tempe yang Akan Dikembangkan