analisis teknis dan ekonomi budidaya sapi...

13
Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 25 ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI JAWA BREBES (JABRES) SEBAGAI TERNAK LOKAL UNGGULAN Dian Maharso Yuwono dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah [email protected] ABSTRAK Sapi Jawa Brebes (Jabres) merupakan komoditas lokal unggulan lokal di Kabupaten Brebes, telah dibudidayakan secara turun menurun dan ditetapkan Kementerian Pertanian sebagai salah satu rumpun sapi lokal, dan kekayaan sumberdaya genetik ternak lokal Indonesia. Sumberdaya genetik Sapi Jabres diharapkan untuk dilestarikan dan dioptimalkan pemanfaatannya agar memberikan kontribusi bagi penyediaan daging sapi dan peningkatan pendapatan peternaknya. Suatu penelitian untuk mengetahui potensi teknis dan ekonomi pada budidaya sapi Jabres telah dilakukan pada tahun 2005 dan 2012. Penelitian dilakukan dengan metode survai di salah satu sentra pengembangannya, yakni di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, adapun respondennya adalah 30 orang peternak Sapi Jabres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna bulu sapi Jabres bervariasi, dimana yang dominan berwarna coklat mulus. Budidaya Sapi Jabres di daerah pengembangannya dilakukan secara kombinasi antara angonan dan dikandangkan, skala usaha berkisar 1 7 ekor, adapun tingkat kepemilikan sebagian besar 3 ekor ke atas/peternak. Meskipun saat ini telah berkembang penggunaan traktor, namun 40% petani masih menggunakan Sapi Jabres untuk mengolah lahan pertanian, terutama pada lahan miring yang tidak memungkinkan menggunakan traktor. Peternak masih memandang pemeliharaan Sapi Jabres sebagai tabungan hidup, masih belum berorientasi ekonomi. Sapi Jabres mempunyai keunggulan dalam reproduksi, karena tiap tahun mampu menghasilkan anak, sehingga layak secara ekonomi apabila dipelihara secara intensif dengan R/C ratio sebesar 2,14. Kelestarian Sapi Jabres terancam dengan mulai dikenalnya sapi peranakan Simental yang produktifitasnya lebih tinggi, serta semakin berkurangnya areal angonan sebagai akibat dari pertanian yang semakin intensif. Kata kunci : analisis, teknis, ekonomi, budidaya, Sapi Jabres, ternak lokal unggulan PENDAHULUAN Permintaan daging sapi terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesejahteraan, tingkat pendidikan, perubahan pola konsumsi, dan jumlah penduduk. Data empiris tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi daging penduduk Indonesia sebanyak 2,75 kg/kapita/tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat (Badan Pusat Statistik, 2012). Peningkatan permintaan daging sapi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi yang memadai menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan selalu negatif (Murtidjo, 1992). Hadi et.al. (1999) memprediksi apabila tidak ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti maka senjang antara

Upload: doanquynh

Post on 05-Mar-2018

223 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

25

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI JAWA BREBES

(JABRES) SEBAGAI TERNAK LOKAL UNGGULAN

Dian Maharso Yuwono dan Subiharta

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah

[email protected]

ABSTRAK

Sapi Jawa Brebes (Jabres) merupakan komoditas lokal unggulan lokal di

Kabupaten Brebes, telah dibudidayakan secara turun menurun dan ditetapkan

Kementerian Pertanian sebagai salah satu rumpun sapi lokal, dan kekayaan sumberdaya

genetik ternak lokal Indonesia. Sumberdaya genetik Sapi Jabres diharapkan untuk

dilestarikan dan dioptimalkan pemanfaatannya agar memberikan kontribusi bagi

penyediaan daging sapi dan peningkatan pendapatan peternaknya. Suatu penelitian

untuk mengetahui potensi teknis dan ekonomi pada budidaya sapi Jabres telah

dilakukan pada tahun 2005 dan 2012. Penelitian dilakukan dengan metode survai di

salah satu sentra pengembangannya, yakni di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan

Ketanggungan, Kabupaten Brebes, adapun respondennya adalah 30 orang peternak

Sapi Jabres. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna bulu sapi Jabres bervariasi,

dimana yang dominan berwarna coklat mulus. Budidaya Sapi Jabres di daerah

pengembangannya dilakukan secara kombinasi antara angonan dan dikandangkan,

skala usaha berkisar 1 – 7 ekor, adapun tingkat kepemilikan sebagian besar 3 ekor ke

atas/peternak. Meskipun saat ini telah berkembang penggunaan traktor, namun 40%

petani masih menggunakan Sapi Jabres untuk mengolah lahan pertanian, terutama pada

lahan miring yang tidak memungkinkan menggunakan traktor. Peternak masih

memandang pemeliharaan Sapi Jabres sebagai tabungan hidup, masih belum

berorientasi ekonomi. Sapi Jabres mempunyai keunggulan dalam reproduksi, karena

tiap tahun mampu menghasilkan anak, sehingga layak secara ekonomi apabila

dipelihara secara intensif dengan R/C ratio sebesar 2,14. Kelestarian Sapi Jabres

terancam dengan mulai dikenalnya sapi peranakan Simental yang produktifitasnya lebih

tinggi, serta semakin berkurangnya areal angonan sebagai akibat dari pertanian yang

semakin intensif.

Kata kunci : analisis, teknis, ekonomi, budidaya, Sapi Jabres, ternak lokal unggulan

PENDAHULUAN

Permintaan daging sapi terus meningkat seiring dengan meningkatnya

kesejahteraan, tingkat pendidikan, perubahan pola konsumsi, dan jumlah penduduk.

Data empiris tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi daging penduduk

Indonesia sebanyak 2,75 kg/kapita/tahun, dan diperkirakan akan terus meningkat

(Badan Pusat Statistik, 2012). Peningkatan permintaan daging sapi tersebut tidak

diimbangi dengan peningkatan produksi yang memadai menyebabkan pemenuhan akan

kebutuhan selalu negatif (Murtidjo, 1992). Hadi et.al. (1999) memprediksi apabila tidak

ada perubahan teknologi secara signifikan dalam proses produksi daging sapi dalam

negeri serta tidak adanya peningkatan populasi sapi yang berarti maka senjang antara

Page 2: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

26

produksi daging sapi dalam negeri dengan jumlah permintaan akan semakin melebar.

Selama ini kebutuhan daging sapi di Indonesia dipenuhi dari tiga sumber yaitu: sapi

lokal, sapi impor, dan daging impor (Hadi dan Ilham, 2000). Kontribusi sapi lokal

Suswono untuk mensuplai kebutuhan daging hanya 60 %, sisanya dipenuhi dari impor

(2009).

Indonesia mempunyai sumberdaya genetik (SDG) ternak sapi lokal yang

belum dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya genetik adalah material tumbuhan,

binatang, atau jasad renik yang mengandung unit-unit yang berfungsi sebagai pembawa

sifat keturunan, baik yang bernilai aktual maupun potensial untuk menciptakan galur,

rumpun, atau spesies baru (Anonim, 2009). Agar SDG dapat memberikan kontribusi

bagi penyediaan daging sapi dan peningkatan pendapatan peternaknya maka perlu

upaya pelestarian dan pemanfaatan secara optimal. Pelestarian SDG dimaksudkan

sebagai serangkaian kegiatan untuk mempertahankan keberadaan dan keanekaragaman

SDG dalam kondisi dan potensi yang memungkinkannya untuk dimanfaatkan secara

berkelanjutan, sedangkan pemanfaatan SDG dalam rangka untuk penelitian dan

pengembangan (litbang) (Komisi Nasional Sumberdaya Genetik, 2009).

Salah satu SDG sapi lokal yang ada di Jawa Tengah adalah Sapi Jawa Brebes

(Jabres). Sapi Jabres merupakan salah satu SDG yang berkembang dengan baik di

daerah dataran tinggi Kabupaten Brebes bagian Selatan, diduga merupakan hasil

persilangan antara Sapi Madura atau Sapi Bali dengan sapi lokal atau Ongole

(Wikipedia, 2011). Sebaran Sapi Jabres wilayah pengembangannya seperti tercantum

pada Tabel 1.

Keunggulan sapi Jabres mendorong pemerintah menetapkan sebagai salah satu

rumpun sapi lokal, dan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia, melalui

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 2842/Kpts/LB.430/8/2012 tanggal 13

Agustus 2012 (Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 2012). Rumpun ternak adalah

adalah segolongan ternak dari suatu spesies yang mempunyai karakteristik luar serta

sifat keturunan yang sama (Direktorat Perbibitan Ternak-Dirjen Peternakan, 2012) .

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik peternak, sumberdaya

biofisik, karakteristik ternak, aspek budidaya, dan input-output usaha perbibitan Sapi

Jabres. Informasi ini diharapkan dapat memperkaya informasi tentang Sapi Jabres

dalam upaya memelestarikan dan memanfaatkan SDG sapi lokal Indonesia, khususnya

Sapi Jabres.

Tabel 1. Sebaran populasi Sapi Jabres di Kabupaten Brebes Tahun 2011

Page 3: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

27

METODE PENELITIAN

Suatu penelitian telah dilakukan pada tahun 2005 dan tahun 2012, Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui potensi teknis dan ekonomi pada budidaya Sapi Jabres.

Penelitian dilakukan dengan metode survai di salah satu sentra pengembangan Sapi

Jabres, yakni di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes.

Ruang lingkup penelitian meliputi karakteristik responden, karakteristik sumberdaya

biofisik, karakteristik ternak, aspek budidaya, dan input-output usaha perbibitan Sapi

Jabres. Data diperoleh dari dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara terhadap peternak Sapi Jabres sebanyak

30 orang, dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan

terlebih dahulu. Sumber primer lainnya berasal dari hasil wawancara dengan informan

kunci yang relevan, meliputi penyuluh pertanian dari Kecamatan Ketanggungan,

pengurus kelompok ternak Sapi Jabres, dan petugas dari Kantor Peternakan Kabupaten

Brebes. Data sekunder didapat dari statistik Desa Cikeusal Kidul, Kabupaten Brebes,

Provinsi Jawa Tengah.

Data teknis dan ekonomi dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif

dari hasil observasi dan wawancara, dengan menganalisis keseluruhan variabel yang

telah diidentifikasi. Data yang menyangkut variabel harga dikonversikan dengan harga

tahun 2012. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan rekomendasi sekaligus

menjadi bahan acuan bagi pengambil keputusan atau kebijakan dalam upaya

pengembangan peternakan Sapi Jabres di Kabupaten Brebes.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Peternak

Tabel 2 menunjukkan identitas peternak Sapi Jabres di Desa Cikeusal Kidul.

Sebagian besar responden berada pada usia produktif, yakni maksimal 50 tahun, sebesar

63,34%. Apabila mengacu pada Wiriatmadja (1978), responden didominasi oleh

pengetrap dini hingga pengetrap akhir, yakni berumur 30-50 tahun. Meskipun dalam

kenyataannya tidak selalu berlaku demikian, namun setidaknya faktor umur perlu

diperhatian sebagai bahan pertimbangan dalam mengintroduksikan suatu inovasi kepada

petani.

Tabel 2. Identitas peternak Sapi Jabres di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan

Ketanggungan, Kabupaten Brebes

No. Uraian Persentase (%)

1. Komposisi responden menurut kelompok umur

<30 tahun 6,67

30 – 40 tahun 26,67

41 – 50 tahun 30,00

>50 tahun 36,67

2.

Komposisi responden menurut tingkat

Page 4: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

28

No. Uraian Persentase (%)

pendidikan formal

SD 76,67

SMP 13,33

SMA 10,00

3. Komposisi responden menurut pekerjaan utama

On farm dan off farm 86,67

Non farm 13,33

4.

Komposisi responden menurut tanggungan

keluarga

<= 2 orang 13,33

3 orang 33,33

4 orang 13,33

>=5 orang 40,00

Sumber : data primer, 2005

Pendidikan formal sebagian besar responden adalah SD, selebihnya

pendidikannya SMP. Kualitas sumberdaya manusia petani contoh dapat dikatakan

masih rendah, karena sebagian besar (76,67%) memiliki tingkat pendidikan SD atau

kurang. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil Sensus Pertanian tahun

2003 (BPS, 2004) yang mendapatkan bahwa untuk petani di Pulau Jawa yang

berpendidikan SD ke bawah sejumlah 54,31%, sedangkan data tahun 2013

menunjukkan tingkat pendidikan petani di Indonesia 67,66% berpendidikan maksimal

SD (Anonim, 2013). Salah satu penyebab rendahnya tingkat pendidikan petani

responden adalah karena tenaga kerja daerah pedesaan yang berpendidikan relatif tinggi

lebih terdorong untuk melakukan migrasi, dengan harapan peluang mereka untuk

mendapatkan pekerjaan dengan upah lebih tinggi di perkotaan lebih besar.

Sebagian besar (86,67%) peternak memiliki mata pencaharian utama di sektor

pertanian, baik on farm mapun off farm, namun demikian tidak terdapat peternak yang

mengandalkan budidaya Sapi Jabres sebagai matapencaharian utama. Adapun jumlah

tanggungan keluarga peternak berkisar 2-7 orang, paling besar persentasenya memiliki

tanggungan keluarga 5 orang ke atas.

Tabel 3. Tingkat penguasaan lahan pertanian dan Sapi Jabres di Desa Cikeusal Kidul,

Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes

Page 5: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

29

Tabel 3 menggambarkan tingkat penguasaan lahan dan ternak Sapi Jabres

potong di Desa Cikeusal Kidul. Sebagian besar peternak (63,33%) tingkat penguasaan

lahan pertanian, baik lahan sawah irigasi maupun lahan kering, seluas 0,5 ha/peternak

ke atas, sedangkan yang menguasai lahan di bawah 0,5 ha persentasenya 20%. Kondisi

ini lebih tinggi dibanding luas rata-rata kepemilikan lahan sawah di Jawa dan Bali yang

hanya 0,34 ha/petani (Jamal, 2011).

Penguasaan Sapi Jabres berkisar 1-8 ekor/peternak, sebagian besar peternak

memiliki 3 ekor ke atas. Ditinjau dari kepemilikannya, sebagian besar milik sendiri

(83,33%), hanya sebagian kecil yang merupakan ternak gaduhan. Kemampuan

maksimal peternak mengelola sapi apabila menerapkan sistem kandang hanya 3 ekor,

sedangkan pada penerapan sistem angonan mampu mengelola 5-7 ekor. Keterbatasan

tenaga kerja merupakan alasan utama untuk tidak meningkatkan skala. Skala usaha

peternak di Desa Cikeusal Kidul lebih tinggi dibandingkan yang disampaikan Hadi dan

Ilham (2002) dimana rata-rata skala usaha pembibitan perbibitan sapi potong berkisar 1-

3 ekor/peternak.

Tujuan memelihara sapi terutama sebagai sebagai tabungan hidup. Penjualan

sapi merupakan tumpuan apabila peternak membutuhkan uang dalam jumlah relatif

banyak, seperti renovasi rumah dan biaya sekolah anak.

Karakteristik Sumberdaya Biofisik

Lahan basah di Desa Cikeusal Kidul didominasi sawah tadah hujan dengan pola

tanam palawija – padi – bero. Apabila Mei masih terdapat hujan, petani menerapkan

pola tanam palawija - padi – palawija/cabe/bawang merah. Palawija yang diusahakan

utamanya adalah jagung, baik jagung lokal maupun hibrida, beberapa petani

mengusahakan kacang hijau.

Berdasarkan sistem pemeliharaannya, budidaya Sapi Jabres dilakukan dengan

kombinasi antara angonan dan dikandangkan. Angonan dilakukan di hutan setempat

(hutan Cicadas), tanah kosong, maupun pada lahan sawah yang sedang menganggur

(belum ditanami). Pada saat musim hujan, dimana areal sawah digunakan, petani

banyak yang mengkandangkan, karena minimnya areal angon. Pemeliharaan Sapi

Jabres secara dikandangkan juga dilakukan oleh sebagian petani yang mempunyai

kebun rumput unggul (rumput Gajah).

Page 6: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

30

Kandang umumnya terpisah dari rumah, yakni berada pekarangan, pinggir

lapangan, maupun bantaran Sungai Babakan. Beberapa peternak, sekitar 3-5 KK,

menempatkan ternaknya pada kandang kelompok. Peternak menyampaikan beberapa

manfaat dari penggunaan kandang kelompok, yakni bisa saling tukar

pengalaman/informasi mengenai budidaya ternak, dapat diatasinya pencemaran udara

(bau) pada pengelolaan sapi potong, meningkatnya estetika lingkungan pemukiman

dikarenakan kandang sapi tidak menyatu lagi dengan rumah penduduk, nyamuk

menjadi berkurang, sehingga berdampak positif terhadap kesehatan petani.

Meskipun saat ini telah berkembang penggunaan traktor, namun 40% petani

masih menggunakan Sapi Jabres untuk mengolah lahan pertanian, terutama pada lahan

miring yang tidak memungkinkan menggunakan traktor. Sebagai ilustrasi, untuk

mengolah lahan 1 ha dibutuhkan tenaga sapi 28 hari.

Pola pemberian hijauan pakan pada Sapi Jabres sebagaimana tercantum pada

Tabel 4. Pada saat musim hujan, hijauan pakan mengandalkan rumput unggul maupun

rumput lapang. Sebagian petani (20%) telah mempunyai kebun rumput unggul (rumput

Gajah). Manfaat petani yang mengusahakan rumput unggul adalah waktu yang

dicurahkan untuk mencari rumput lebih pendek sekitar 4-6 kali. Limbah tanaman

pangan diberikan sesuai dengan pola tanam yang ada. Jerami jagung diberikan pada

Januari, sedangkan jerami padi pada April. Meskipun demikian, pemberian limbah

tanaman hanya sebagai tambahan rumput, karena kurang disukai ternak.

Tabel 4. Pola pemberian hijauan pakan pada Sapi Jabres di Desa Cikeusal

Kidul, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes

Jenis Hijauan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Rumput unggul

Rumput lapang

Jerami padi

Jerami jagung

Pada saat musim kering (Agustus - Nopember) peternak mengalami mengalami

kesulitan mendapatkan hijauan, karena rumput di areal hutan dan rumput unggul tidak

tumbuh. Untuk memenuhi kebutuhan, secara berombongan (8-10 orang), peternak

mencari rumput sampai sejauh 20-25 km. Pakan tersebut untuk memenuhi kebutuhan

selama 3 hari. Sulitnya mendapatkan hijauan pakan pada musim kering dipicu oleh

usahatani yang semakin intensif, diantaranya ditandai dengan peningkatan indek tanam,

yang pada gilirannya areal angonan sekain terbatas.

Kotoran sapi belum dimanfatkan secara optimal, peternak umumnya

menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk tanaman pangan hanya pada musim

kemarau, itupun sebatas pada lahan pertanian yang lokasinya relatif dekat dengan

tempat tinggal. Penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk tanaman tanpa melalui proses

pengomposan terlebih dahulu. Kotoran sapi belum dipandang mempunyai nilai ekonomi

Page 7: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

31

yang berarti, mengingat masyarakat setempat dapat menggunakan tanpa dipungut

bayaran.

Kotoran sapi apabila dimanfaatkan secara optimal melalui penerapan teknologi

pengomposan akan diperoleh hasil samping yang menjanjikan, mengingat seekor sapi

mampu menghasilkan kotoran padat dan cair sebanyak 23,6 kg/hari dan 9,1 kg/hari

(Tauscher et al. dalam Setiawan, 2002). Kompos merupakan hasil akhir dari proses

pengomposan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik (Suhartiningsih, 1998).

Proses pengomposan penting untuk dilakukan mengingat nilai rasio C/N pupuk kandang

umumnya masih di atas 30, padahal pupuk kandang yang baik harus mempunyai rasio

C/N kurang dari 20 (Hartatik dan Widowati, 2006).

Sapi mulai dikawinkan pada umur sekitar 1,5 tahun. Perkawinan secara alam,

umumnya terjadi pada saat ternak diangon, yakni antara Juli – Nopember. Dengan pola

perkawinan tersebut, kelahiran banyak terdapat pada Maret – Mei. Ternak dikawinkan

lagi setelah 3-4 bulan kelahiran, sedangkan umur sapih sekitar 6 bulan.

Penggunaan kotoran kambing tanpa melalui proses pengomposan tentunya

kurang menghasilkan efek yang optimal. Proses pengomposan penting untuk dilakukan

mengingat nilai rasio C/N pukan kambing umumnya masih di atas 30, padahal pupuk

kandang yang baik harus mempunyai rasio C/N kurang dari 20 (Hartatik dan Widowati,

2006).

Peternak tidak mendapatkan kendala dalam pemasaran sapi. Pemasaran

sepenuhnya mengandalkan blantik yang beroperasi di desa. Alasan peternak tidak

menjual ke pasar hewan adalah karena tingginya biaya pengangkutan, selain itu

harganya belum tentu lebih mahal dibanding menjual di desa.

Karakteristik Sapi Jabres

Ukuran fisik Sapi Jabres pada berbagai status ternak seperti tercantum pada

Tabel 4. Bobot badan pejantan Sapi Jabres 350 kg, sedangkan panjang badan 125,8

cm, lingkar dada 171, dan tinggi gumba 121,8 cm. Ukuran tersebut tidak berbeda jauh

dengan pejantan Sapi Bali, yang diduga tetuanya Sapi Jabres, yang memiliki ukuran

tubuh yang meliputi bobot badan 350-400 kg, panjang badan 125-134 cm, lingkar dada

180-185 cm dan tinggi pundak 122-126 cm (Pane, 1991).

Tabel 5. Ukuran fisik Sa9:13 PMpi Jabres di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan

Ketanggungan, Kabupaten Brebes

Status ternak

Bobot

badan

(kg)

Lingkar

dada

(cm)

Tinggi

gumba

(cm)

Panjang

telinga

(cm)

Panjang

tanduk

(cm)

Panjang

badan

(cm)

Anak 46 87 - 15 - -

Muda jantan 133 120 95.0 16.1 8.0 90.6

Muda betina 96 107 97.8 13.0 - 99.0

Dewasa jantan 350 171 121.8 20.5 11.0 125.8

Dewasa betina 246 147 109.1 19.2 14.1 114.4

Sumber : data primer, 2005

Page 8: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

32

Sapi Jabres yang dipelihara secara tradisional pertambahan bobot badan

hariannya (PBBH) sebesar 0,23 kg/ekor/hari, apabila kualitas pakannya ditingkatkan

dengan menambahkan dedak padi dan daun gamal akan menghasilkan PBBH sebesar

0,54 kg/ekor/hari (Lestari et. al., 2012). Pertambahan bobot badan tersrbut tidak

berbeda jauh dengan PBBH sapi Peranakan Ongole (PO). Yuwono dan Subiharta

(2012) melaporkan PBBH sapi PO pada pemeliharaan tradisional sebesar 0,25 kg.

Perbaikan kualitas pakan melalui pemberian konsentrat mampu menghasilkan PBBH

sapi PO sekitar 0,59 0,75 kg/ekor/hari (Yuwono dan Subiharta, 2012; Adiwinarti et.al.,

2011). Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, untuk menghasilkan PBBH yang

optimal pada Sapi Jabres perlu perbaikan kualitas pakan. Pakan penguat yang umum

diberikan peternak di Desa Cikeusal adalah dedak, intensitas pemberiannya berkisar 1-2

kali/minggu, dengan jumlah pemberian berkisar 1-2 kg/ekor/hari. Pakan penguat

terutama diberikan pada saat ketersediaan rumput dirasakan kurang mencukupi.

Ciri fisik Sapi Jabres yang dikenal selama ini warna bulu merah dengan garis

hitam di garis punggung; bagian pantat dan kaki bagian belakang berwarna putih

(Dinas Peternakan Kabupaten Brebes, 2012). Perkawinan yang bebas pada saat diangon,

menyebabkan adanya variasi dalam warna bulu. Saat ini Sapi Jabres dengan warna bulu

coklat mulus 60,00%, selebihnya berwarna coklat dengan belang putih 15,00%, putih

10,00%, putih kecoklatan 10,00%, dan hitam 5,00% (Tabel 5).

Tabel 5. Ciri fisik Sapi Jabres di Desa Cikeusal Kidul, Kecamatan Ketanggungan,

Kabupaten Brebes

Selain ciri fisik seperti tercantum pada Tabel 5, Sapi Jabres memiliki beberapa

keunggulan, yakni tahan terhadap serangan penyakit dan serangga, mampu beradaptasi

di segala kondisi lingkungan, produksi karkas yang cukup tinggi, kualitas kulit yang

bagus, memiliki daging yang padat, dan dapat dijadikan sebagai ternak pekerja

(Anonim, 2012). Sumberdaya genetik mempunyai keunggulan tertentu karena telah

lama berkembang di masyarakat memiliki keunggulan kompetitif dan mempunyai

Page 9: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

33

potensi beradaptasi pada keterbatasan lingkungan serta mempunyai laju reproduksi

relatif lebih baik (Frankham et al., 2002; Direktorat Perbibitan Ternak-Dirjen

Peternakan, 2012).

Peternak belakangan ini telah mengenal sapi peranakan Simental. Peternak

cenderung sapi peranakan Simental karena pertumbuhannya lebih cepat. Selain itu

keuntungan yang dihasilkan apabila menggemukkan lebih besar dibanding memeliara

Sapi Jabres. Apabila kondisi ini tidak mendapat perhatian pemerintah, dikawatirkan

Sapi Jabres akan punah. Penurunan populasi Sapi Jabres juga dipicu oleh semakin

sulitnya peternak memperoleh hijauan pakan pada musim kering (Agustus-Nopember),

selain itu pertanian yang semakin intensif (meningkatnya intensitas tanam)

menyebabkan berkurangnya areal untuk angonan Sapi Jabres.

Analisa Usaha Perbibitan Sapi Jabres

Analisa usaha perbibitan Sapi Jabres sebagaimana tercantum pada Tabel 6.

Analisa tersebut menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut : (a) biaya investasi untuk

pengadaan induk dan pembuatan kandang dibiayai dari pinjangan jangka waktu 10

tahun dengan bunga 12%/tahun flat; (b) tiap tahun induk melahirkan; (c) tingkat

kematian 0%; (c) tenaga kerja keluarga tidak diperhitungkan. Dengan menggunakan

asumsi tersebut, perbibitan Sapi Jabres skala 2 ekor induk, mampu menghasilkan R/C

rasio sebesar 2,14, yang dapat diartikan bahwa setiap biaya Rp 1,- akan menghasilkan

penerimaan Rp 1,2,-. Dengan demikian, perbibitan Sapi Jabres secara ekonomi layak

untuk dikembangkan.

Tabel 6. Analisa usaha perbibitan Sapi Jabres (skala 2 ekor induk)

No. Uraian Jumlah (Rp.)

1. Input :

Pakan penguat induk 2.555.000

Pakan penguat anak 547.500

Bunga pinjaman 2.280.000

Penyusutan kandang 500.000

Total input 5.882.500

2. Output :

Penjualan anak 12.600.000

3. Keuntungan 6.717.500

4. R/C ratio 2,14

5. B/C ratio 1,14

KESIMPULAN DAN SARAN

Penguasaan Sapi Jabres di Desa Cikeusal berkisar 1-8 ekor/peternak, sebagian

besar peternak memiliki 3 ekor ke atas. Kemampuan maksimal peternak mengelola

sapi apabila menerapkan sistem kandang hanya 3 ekor, sedangkan pada penerapan

sistem angonan mampu mengelola 5-7 ekor.

Page 10: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

34

Budidaya Sapi Jabres belum dipandang sebagai matapencaharian utama, hanya

sebatas sebagai tabungan hidup. Sebagian peternak menggunakan Sapi Jabres untuk

mengolah tanah, terutama pada lahan miring yang tidak memungkinkan menggunakan

traktor. Budidaya Sapi Jabres dilakukan dengan kombinasi antara angonan dan

dikandangkan. Angonan dilakukan di hutan setempat, tanah kosong, maupun pada lahan

sawah yang sedang menganggur. Beberapa peternak menempatkan ternaknya pada

kandang kelompok.

Pemberian hijauan pakan pada saat musim hujan mengandalkan rumput unggul

maupun rumput lapang. Sebagian petani telah mempunyai kebun rumput unggul.

Pada saat musim kering peternak mengalami mengalami kesulitan mendapatkan

hijauan, sehingga untuk memenuhi kebutuhan secara berombongan peternak mencari

rumput di luar desa. Limbah tanaman pangan diberikan sesuai dengan pola tanam yang

ada. Jerami jagung diberikan pada Januari, sedangkan jerami padi pada April.

Ukuran fisik Sapi Jabres tidak berbeda jauh dengan Sapi Bali. Perkawinan yang

bebas pada saat diangon, menyebabkan adanya variasi dalam warna bulu. Selain warna

coklat mulus terdapat variasi warna lain, yakni berwarna coklat dengan belang putih,

putih, putih kecoklatan, dan hitam.

Sapi Jabres mempunyai keunggulan dalam reproduksi, karena tiap tahun mampu

menghasilkan anak, sehingga layak secara ekonomi apabila dipelihara secara intensif.

Kelestarian Sapi Jabres terancam dengan mulai dikenalnya sapi peranakan

Simental yang produktifitasnya lebih tinggi dibanding Sapi Jabres. Pertanian yang

semakin intensif menyebabkan berkurangnya areal untuk angonan Sapi Jabres, hal ini

menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya populasi ternak. Apabila kondisi ini

tidak mendapat perhatian dari pemangku kebijakan maka dikawatirkan Sapi Jabres

akan punah. Sehubungan hal tersebut perlu inisiasi village breeding center untuk Sapi

Jabres di wilayah pengembangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwinarti, R., Fariha, U.R., dan Lestari, C,M.S. 2001. Pertumbuhan sapi Jawa yang

diberi pakan jerami padi dan konsentrat dengan level protein berbeda. JITV.

Puslitbangnak. Bogor.

Anonim. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang

Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Anonim. 2013. Pendidikan petani dan 20% anggaran pendidikan.

http://edukasi.kompasiana.com/2013/05/07/pendidikan-petani-dan-20-

anggaran-pendidikan--558252.html

Anonim. 2013. Sapi Jawa Brebes. http://cetap.fapet.unsoed.ac.id/?page_id=228.

Center of Tropical Animal Production For Sustainable Rural Development.

Diakses 24 Mei 2013.

Page 11: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

35

Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Indonesia 2012. BPS.

BPS. Pusdatin-BPS. 2004. Survei Pendapatan Petani (SPP). Sensus Pertanian.

Pendapatan Rumah Tangga Pertanian. Kerjasama Pusat Data dan Informasi

Pertanian, Departemen Pertanian dengan Direktorat Statisktik Pertanian,

Badan Pusat Statistik. BPS.

Dinas Peternakan dan BPS Kabupaten Brebes. 2011. Kabupaten Brebes dalam Angka

tahun 2011. Dinas Peternakan dan BPS Kab. Brebes.

Dinas Peternakan Kabupaten Brebes. 2012. Penetapan rumpun Sapi Jabres oleh

Menteri Pertanian. http://disnak-kabbrebes.blogspot.com/

Page 12: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

36

Direktorat Perbibitan Ternak. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan dan Penetapan

Rumpun Atau Galur Ternak Tahun 2012. Direktorat Perbibitan Ternak-

Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan-Kementerian

Pertanian.

Frankham, R., J.D. Ballou, D.A. Briscoe. (2002). Introduction to conservation

genetics. Cambridge, UK: Cambridge University Press.

Hadi, P.U., H.P. Saliem, dan Nyak Ilham. 1999. Pengkajian Konsumsi Daging dan

Kebutuhan Impor Daging Sapi dalam Sudaryanto et. al. (eds) Analisis dan

Perspektif.

Hadi, P.U. dan Ilham, N. 2000. Peluang Pengembangan Usaha Pembibitan Ternak Sapi

Potong di Indonesia Dalam Rangka Swasembada Daging 2005. PSE, Bogor.

Hadi, P.U. dan Ilham, N. 2002. Problem dan prospek usaha pengembangan perbibitan

sapi potong di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 21 (4) 2002.

Hartatik, W. dan L.R., Widowati. 2006. Pupuk Kandang. Hal 59-82. Dalam R.D.M.

Simanungkalit, D.A. Suriadikarta, R. Saraswati, D. Setyorini, dan W. Hartatik

(Eds). Pupuk Kandang, Pupuk Organik, dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer

and Biofertilizer). Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian-Badan

Litbang Pertanian.

Jamal, E. 2011. Revitalisasi Pertanian dan Upaya Perbaikan Penguasaan Lahan di

tingkat Petani . Web Pribadi Erizal Jamal. http://erizaljamal.blogspot.com/

Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian Pasca Krisis Ekonomi. Monograph Series

No.20. PSE. Bogor.

Komisi Nasional Sumberdaya Genetik. 2009. Pedoman Perjanjian Pengalihan Material

(PPM) atau Material Transfer Agreement (MTA).

http://indoplasma.or.id/berita/berita_2009_pedoman_MTA.html

Lestari, C.M.S., 2012. Eksplorasi Potensi Produksi Sapi Jabres sebagai Sapi Potong

Lokal dengan Metode In vivo dan Non- invasive pada Pemeliharaan In situ

dan Ex situ. Program Studi Doktor Ilmu Peternakan, Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro (Disertasi).

Murtidjo, B.A. 1992. Beternak Sapi Potong. Kanisius, Yogyakarta.

Pane, I. 1991. Produktivitas dan breeding sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi

Bali. 2-3 September 1991. Fakultas Peternakan Universitas Hassanudin.

Ujung Pandang.

Page 13: ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMI BUDIDAYA SAPI …pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/ANALISIS... · Budidaya Sapi Jabres di daerah ... maksimal peternak mengelola sapi

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan

Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan

Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013

37

Setiawan, A.I. 2002. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Cetakan ke tiga. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Suhartiningsih, W. 1998. Sistem penunjang keputusan investasi usaha daur ulang

sampah kota untuk produksi kompos. Program Pascasarjana, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Wikipedia. 2011. Sapi Jabres. http://id.wikipedia.org/wiki/Sapi_jabres.

Wiriatmadja, S. 1978. Pokok-Pokok Penyuluhan Pertanian. CV Yasagua. Jakarta.

Yuwono, D.M. dan Subiharta. 2011. Pengaruh kualitas pakan terhadap pertambahan

bobot badan sapi potong pada kegiatan pendampingan PSDS di Kabupaten

Magelang. Prosiding Semnas Kemandirian Pangan ―Pengelolaan

Sumberdaya Pertanian Mendukung Kemandirian Pangan Rumah Tangga

Petani‖. BBP2TP-BPTP Jatim. Malang.