analisis wacana pesan moral dalam novel laskar...
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA PESAN MORAL
DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA
ANDREA HIRATA
Oleh
Siti Aminah 104051001804
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
ANALISIS WACANA PESAN MORAL
DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA
ANDREA HIRATA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Siti Aminah
104051001804
Pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, MA
NIP. 150 262 876
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM
NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 29 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada
program studi Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 29 Mei 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, M.A. Dra. Sukmayeti
NIP. 150 254 102 NIP. 150 234 867
Anggota
Penguji I Penguji II
Prof. Andi Faisal Bhakti, P.hd Drs. Wahidin Saputra,
M.A.
NIP. 150 236 319 NIP. 150 276 299
Pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, M.A.
NIP. 150 262 876
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Bogor, 20 Mei 2008
Siti Aminah
ABSTRAK
Siti Aminah
Analisis Wacana Pesan Moral
Dalam Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata
Analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi fragmatik bahasa
yang dilakukan secara sistematis terhadap suatu kalimat, teks dan konteks, sehingga makna yang terkandung dalam kalimat dapat ditafsirkan. Karya
sastra seperti novel merupakan media alternatif penyampaian pesan, selain
menghibur juga ada banyak muatan pesan/kisah yang dapat diambil
pelajarannya.
Pemilihan dan pemakaian bahasa dalam membuat karangan seperti novel
memang menjadi hal yang wajib dilakukan, karena jika pemilihan bahasa
tersebut baik, maka kualitas novel tersebut tidak dapat diragukan lagi,
dicintai pembacanya bahkan menjadi best seller. Dalam novel “Laskar
Pelangi” muatan pesan moral yang dapat kita jadikan pelajaran hidup,
penyajian kisah nyata yang cukup sederhana, membuat novel ini menjadi
novel yang berkualitas. Menurut Van Dijk, untuk menganalisa pemakaian
bahasa dan untuk mengungkap makna yang terdapat dalam novel tersebut,
maka diperlukan skema/kerangka wacana agar mempermudah dalam
menganalisa baik itu teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kerangka/konstruksi wacana
dalam novel “Laskar Pelangi”, juga ingin mengetahui pesan moral jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial. Melalui observasi dan
penelitan terhadap script/naskah, kemudian ditafsirkan, maka dapat diketahui hasil temuannya adalah banyaknya tema-tema yang mengandung
pesan moral, dibungkus dengan alur cerita yang bagus, pemakaian gaya bahasa, bentuk kalimat, proposisi dan ungkapan/metafora yang baik, juga
diketahui latar belakang dibuatnya teks tersebut.
Subjek yang diteliti dalam penelitian ini adalah novel “Laskar Pelangi”
karya Andrea Hirata. Andrea sama sekali bukan orang yang berkecimpung
dalam dunia sastra, namun ketika novel tersebut terbit, banyak orang yang
tersihir denga perjalanan masa kecilnya bersama anggota laskar pelangi,
juga mengisahkan dedikasi yang tinggi seorang guru.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji syukur tak terkira kepada yang Maha
Penjaga alam semesta, Allah SWT, karena dengan segala anugerah dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Tidak sedikit rintangan, cobaan yang penulis rasakan dalam
penyusunan skripsi ini, namun selangkah demi selangkah serta doa dan
kemudahan yang Allah berikan, alhamdulillah kesulitan tersebut dapat
teratasi.
Penulis menyadari skripsi ini dapat diselesaikan karena banyak
tangan-tangan yang membantu. Oleh karena itu, lewat kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. dan Dra. Ibu Umi Musyaroafah, M.A.
selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A. selaku pembimbing yang telah sangat
bijaksana, serta memberikan semangat dan masukan-masukan di tengah-
tengah kesibukan beliau bersedia membimbing penulis dengan penuh
kesabaran.
4. Ayahanda tercinta H.Umar dan Ibunda Hj.Yumi yang saya mulyakan,
yang telah mendoakan dan bekerja keras tanpa pamrih demi penulis untuk
menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Senyum kalian adalah kobaran
semangat untukku.
5. Segenap dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya yang tidak akan habis dimakan waktu. Jasa mereka tak
terbayarkan.
6. Seluruh pengelola dan karyawan perpustakaan utama dan perpustakaan
dakwah yang rela melayani dan membantu memfasilitasi seluruh
kebutuhan penulis.
7. Teteh-tetehku yang saya cintai Siti Umamah, Ni’mah, dan Marwah, S.Pd.I
juga adik-adikku tercinta Fahmi dan Eka yang terus memberikan semangat
moril maupun spirituil. Pelukan kalian menentramkan hati.
8. Kawan-kawan KPI B seperjuangan angkatan 2004 yang selalu memberi
motivasi dan terus memberi semangat yang kuat kepada penulis, serta
kawan-kawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi angkatan 2004 yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terus semangat…..!
9. Kawan-kawan Alumni Al Amanah angkatan 2001 Awab, Fatur, Baldo,
Lia, Obay, Hendri, Sumi, Eva.
10. Guru-guruku yang telah mendoakan dan terus memberi nasihat.
Pada kesempatan ini, penulis hanya dapat mendoakan semoga amal
baik mereka semua mendapat ganjaran yang tak tehingga dari Allah SWT.
Akhirnya besar harapan penulis bahwa apa yang terdapat dalam penyusunan
skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, 20 Mei 2008
Siti Aminah
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ i
ABSTRAK .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 8
D. Metodologi Penelitian ......................................................... 9
E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Teun Van Dijk ............................ 15
1......................................................................................Peng
ertian Analisis Wacana ................................................... 15
2......................................................................................Kera
ngka Analisis Wacana .................................................... 17
B. Novel..................................................................................... 23
1......................................................................................Peng
ertian Novel ................................................................... 23
2......................................................................................Prinsi
p-prinsip dan Jenis Novel ............................................... 25
C. Pesan Moral........................................................................... 27
1......................................................................................Peng
ertian Pesan .................................................................... 28
2......................................................................................Peng
ertian Moral ................................................................... 30
BAB III SEKILAS TENTANG BIOGRAFI ANDREA HIRATA,
KARYANYA SERTA SINOPSIS NOVEL LASKAR PELANGI
A. Biografi Andrea Hirata ......................................................... 34
B. Karya-karya Andrea Hirata .................................................. 36
C. Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ............. 37
BAB IV ANALISIS WACANA PESAN MORAL DALAM NOVEL
LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
A. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea
Hirata Dilihat Dari Analisis Teks ......................................... 41
B. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea
Hirata Dilihat Dari Kognisi Sosial ....................................... 62
C. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea
Hirata Dilihat Dari Konteks Sosial ........................................ 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 67
B. Saran-saran ........................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 Skema dan Metode Penelitian Teun Van Dijk ........................ 10
2 Tabel 2 Kerangka/Struktur Wacana Teun Van Dijk ............................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi adalah masa di mana dunia semakin menyempit,
seolah-olah tidak ada batas geografis bahkan budaya/kultur. Tidak terkecuali
teknologi komunikasi yang sangat pesat saat ini bermanfaat sebagai sebuah
sarana yang menghubungkan masyarakat dari tempat satu ke tempat lain.
Kecanggihan teknologi ini mempengaruhi juga pada aspek kehidupan
manusia.
Salah satu hasil teknologi komunikasi yang saat ini amat berperan
dalam kegiatan komunikasi adalah novel. Novel merupakan media komunikasi
yang sangat berpengaruh bahkan ampuh dalam menyampaikan pesan-
pesannya kepada masyarakat. Pesan yang disajikan pun dibuat secara halus
dan menyentuh hati tanpa merasa digurui.1
Karya sastra memberikan ruang pikir bagi para pembacanya untuk
setuju atau tidak setuju dengan sang penulis. Bagi seorang sastrawan menulis
adalah kegiatan produktif dan ekspresif kaum intelektual di manapun dan
kapanpun.2 Lewat tulisan, para sastrawan mencoba memberikan pengetahuan,
wawasan dan pengalaman kepada para pembacanya.
1 Jakob Subardjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen (Bandung : Pustaka
Latifah, 2004), h. 24. 2 As Haris Sumadirja, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana (Bandung : Simbiosa Rekatama
Media, 2005), cet.ke-2, h. 7.
Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan
pada manusia, karena seni adalah keindahan. Keindahan itu adalah segala
pikiran manusia yang berguna bagi manusia lain. Maka dari itu, novel selain
menghibur juga berguna untuk memanusiakan manusia, karena di sana juga
terdapat pesan-pesan yang dapat diambil hikmahnya.3
Seiring dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk memahami
suatu masalah melalui tulisan, sastra digunakan sebagai media alternatif
penyampaian pesan, dibungkus dengan kisah yang menyentuh hati sehingga
cerita akan lebih komunikatif dengan masyarakat. Bahasa juga merupakan
unsur penting dalam karya sastra, karena pemilihan bahasa yang baik akan
berpengaruh pula pada kualitas karya sastra tersebut.
Pemilihan bahasa adalah salah satu bentuk interaksi sosial.4 Bahasa
merupakan alat untuk mengekspresikan diri dan menyatakan secara terbuka
segala sesuatu yang tersirat di dalam dada.5
Jadi, pemakaian dan pemilihan bahasa yang baik dalam sebuah karya
sastra baik itu novel, puisi, cerpen merupakan sarana komunikasi yang dapat
menyampaikan semua pesan yang diangkat oleh penulis sehingga karya
tersebut berkualitas dan dapat dinikmati oleh pembaca.
Novel juga merupakan seni menulis kata-kata yang indah. Allah
menciptakan Al Qur’an dalam bahasa Arab yang Maha balaghoh (maha seni)
3 Jakob Subardjo, Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen, h. 11.
4 S.C Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum (Terj), (Jakarta : Perpustakaan Nasional,
1994), h. 20. 5 Gorys Keraf, Komposisi (Nusa Indah, 1994), h. 3.
yang maknanya tidak diragukan lagi dan tidak dapat dijiplak.6 Maka, jika
karangan manusia pun disusun dengan bahasa yang bagus akan memberi
kesan yang jauh lebih mencapai sasaran jiwa.
Kelebihan dari karya sastra adalah ia menyodorkan lebih dari sekadar
pemberian pengetahuan. Karya sastra seperti novel bisa langsung masuk ke
dasar penghayatan yang paling halus dalam diri manusia lewat bahasa, alur
cerita, imajinasi yang diramu dengan sedemikian rupa.
Seperti dikatakan di atas, pemilihan dan pemakaian bahasa sangat
mempengaruhi kualitas dari karya tersebut. Demikian juga dengan
imajinasi/ide, kekuatan imajinasi/ide cerita merupakan sebuah modal dasar
seorang penulis novel. Melalui imajinasi, cerita akan menjadi menarik dan
berkesan bagi pembacanya. Melalui imajinasi pula alur cerita dapat dilukiskan
sehingga cerita menjadi lebih hidup dan nyata.
Novel bukan hanya berurusan dengan perasaan-perasaan kecil, nafsu
dan emosi, tetapi lebih dari itu novel mencoba mengangkat pengalaman
kongkrit secara akrab dan dekat.7
Novel memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat, boleh jadi keberadaannya turut membantu perubahan sosial,
karena novel tidak hanya sekadar bacaan hiburan saja, tetapi di dalamnya
6 A. Hazmy, Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an (Jakarta : Bulan Bintang, 1994), cet.ke-3,
h. 259.
7 Ekarini Saraswati, Sosiologi Sastra : Sebuah Pemahaman Awal (Malang : UMM Press
dan Bayu Media, 2003), cet.ke-1, h. 120.
terkandung pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan
masyarakat.8
Novel sebagai sebuah media komunikasi yang di dalamnya terdapat
proses komunkasi banyak mengandung pesan baik itu pesan sosial, pesan
moral maupun pesan keagamaan.
Novel memang perlu mengandung pesan moral maupun agama.
Karena karya sastra tidak hanya ditulis dengan tujuan sastra (estetik) semata,
tetapi juga non sastra, misalnya pengajaran moral, yang mengkritik tentang
kepincangan moral bangsa.
Novel yang mengandung nilai-nilai moral adalah novel yang ceritanya
menyangkut aspek-aspek kehidupan sosial, mengandung pengajaran tentang
tingkah laku yang baik, itu akan lebih mudah diterima oleh masyarakat
pembaca. Karena mereka seolah-olah berada di tengah-tengah cerita. Bila
seseorang sedang membaca, apalagi kisahnya hampir sama dengan yang
dialaminya, bisa jadi pembaca tersebut akan menangis dan tertawa sendiri.
Besar kemungkinan lahirnya sebuah karya sastra besar seperti novel itu
dilatarbelakangi oleh motivasi pengarang untuk menyampaikan pesan
berdasarkan pengalaman pribadinya.
Novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata misalnya, kehadiran
novel ini tampaknya cukup memberi warna jagad sastra dan pernovelan di
Indonesia. Di tengah euforia novel yang kebanyakan bertema metropop, novel
ini bagaikan oase di tanah kering. Novel yang bercerita tentang kehidupan
8 Ngurah Persua, Peranan Kesusastraan Dalam Pendidika (Suara Guru : XII, 1980), h.5.
sekitar sepuluh anak dalam memperjuangkan sekolahnya ini seolah memberi
setitik kesegaran di tengah-tengah dahaganya pembaca terhadap karya yang
bermutu dan banyak mengandung pesan moral.
Di ceritakan pula, di kalangan masyarakat menengah ke bawah desa
Belitong, menyekolahkan anak berarti mengikatkan diri pada beban biaya
yang harus ditanggung selama bertahun-tahun. Ironis sekali memang, padahal
daerah Belitong sendiri adalah daerah kaya penghasil timah, tetapi masyarakat
di desa itu justru hidup dalam kemiskinan, dan para orang tua sama sekali
tidak yakin bahwa pendidikan anaknya yang hanya mampu mereka biayai
paling tinggi sampai SMP ini akan dapat mempercerah masa depan keluarga.
Namun, tidak demikian dengan kesepuluh orang yang sungguh-
sungguh ingin mendapatkan pendidikan. Melihat semangat anak-anak mereka
untuk belajar, para orang tua mereka pun berharap agar anak-anaknya kelak
akan menjadi tumpuan keluarga dan mendapat kehidupan yang lebih baik.
Bukan hanya para orang tua yang memiliki harapan besar, tetapi para pengajar
SD Muhammadiyah yang bersedia memberi ilmunya walaupun tidak
mendapat gaji.
Cerita berlanjut ketika sepuluh orang anak murid SD Muhammadiyah
terakhir Andrian (Andrea/Ikal), Lintang, Harun, Mahar, Sahara, Trapani, A
Kiong, Kucai, Syahdan, dan Samson (Borek). Meskipun serba kekurangan
namun semangat mereka dalam mencari ilmu tidak terpatahkan, hingga guru
mereka menyebutnya dengan laskar pelangi.
Selanjutnya, guru mereka memberi nama laskar yang di ambil karena
melihat kobaran semangat dari kesepuluh anak didiknya dalam menekuni ilmu
dan haus akan ilmu. Sedangkan pelangi karena mereka suka sekali duduk di
atas pohon fillicium khususnya setelah hujan reda. Namun, makna dari
pemberian nama tersebut oleh guru yang mereka kagumi dan cintai membuat
jiwa mereka tergugah, memiliki kobaran semangat tak terpatahkah untuk
membuktikan kesungguhan mereka belajar meskipun dalam keterbatasan.
Dalam novel ini begitu banyak hal yang menakjubkan yang terjadi
dalam masa kecil para anggota Laskar Pelangi, sepuluh anak yang luar biasa
ini tak menyerah walaupun keadaan tak bersimpati padanya. Lihatlah Lintang,
seorang kuli copra cilik yang genius dengan senang hati bersepeda 80 km
pulang pergi untuk memuaskan dahaganya akan ilmu. Atau Mahar, seorang
tukang parut kelapa yang memiliki jiwa seni yang hebat, imajinatif, dan
kreatif. Juga anggota lainnya yang begitu bersemangat dalam berjuang dengan
cita-cita.
Cerita novel ini sarat dengan nilai-nilai moral, pengajaran, semangat
dalam mencari ilmu, tentang kesederhanaan, persahabatan, kejujuran,
ketulusan, toleransi, sabar, tawakal, dan takwa juga kecintaannya pada guru.
Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari perjalanan anak-anak
sederhana ini dalam mengarungi hidup yang keras ini.
Maka, tidak heran jika novel ini menjadi best seller , karena muatan
pesan moral yang ada dalam novel ini banyak sekali. Bahkan saking
menariknya, rencananya novel ini akan difilmkan Oktober mendatang oleh
sutradara bertangan dingin Riri Riza dan Mira Lesmana.9
Begitulah Andrea menceritakan kisah masa kecil bersama teman-
temannya. Meskipun tidak berkecimpung dalam dunia sastra, tetapi Andrea
berhasil menyajikan bacaan yang berkualitas kepada pembacanya setebal 600
halaman hanya dalam waktu tiga minggu.10 Maka dari itu, penulis ingin sekali
mengetahui bagaimana struktur pesan dalam novel ini dibuat.
Karena didorong oleh keinginan yang besar untuk meneliti lebih jauh
lagi mengenai cara penyajian suatu pesan dalam novel tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengangkat novel ini dengan judul “ Analisis Wacana Pesan
Moral Dalam Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan, maka pada penelitian
ini permasalahan hanya dibatasi pada “Analisis Wacana Pesan Moral Dalam
Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”, yang akan diteliti yaitu mengenai
teks, konteks dan kognisi sosial. Sedangkan pesan moral yang ditekankan
dalam penelitian ini adalah pesan-pesan yang mengandung nilai kebaikan,
termasuk di dalamnya pelajaran hidup, perilaku yang baik, yang sesuai dengan
nilai-nilai kemasyarakatan.
9 Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember
2007, h. B4. 10 Ibid.
Adapun pokok permasalah yang akan diangkat adalah :
1. Bagaimana konstruksi/kerangka wacana dalam novel “Laskar Pelangi”
karya Andrea Hirata?
2. Apa pesan moral yang diangkat novel “Laskar Pelangi” jika dilihat dari
segi kognisi sosial dan konteks sosial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana konstruksi atau kerangka wacana dalam
novel “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata.
2. Untuk mengetahui apa pesan moral yang terkandung dalam novel
tersebut jika dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan atau manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi
dua yaitu manfaat akademis dan manfaat praktis.
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam studi tentang analisis
teks media massa, khususnya studi tentang kajian analisis wacana
dengan berfokus pada karya sastra. Analisis wacana adalah sebuah
metode dalam menganalisis media yang saat ini sudah banyak dipakai
selain analisis isi (content analysis).
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal bagi
penelitian serupa di masa mendatang, dapat memberi masukan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa dan masyarakat, dan memberi
motivasi bagi para penulis untuk lebih memanfaatkan media sebagai
saluran komunikasi.
D. Bingkai Teori dan Metodologi Penelitian
Komunikasi adalah proses yan berpusat pada pesan bersandar pada
informasi, dan banyak teori komunikasi yang telah dikembangkan untuk
menyampaikan informasi pemrosesan pesan. Teori pembuatan dan
penerimaan pesan menggunakan tiga tipe penjelasan psikologis, yakni :
penjelasan sifat, penjelasan keadaan, dan penjelasan proses.11
Penjelasan sifat berfokus pada karakteristik individual yang relatif
statis dan cara ini berasosiasi dengan sifat-sifat dan variabel lain – hubungan
antara tipe personalitas dan jenis-jenis pesan tertentu. Teori ini memprediksi
bahwa ketika anda memiliki sifat personalitas tertentu, akan berkomunikasi
dengan cara-cara tertentu.
Penjelasan keadaan berfokus pada keadaan pikiran yang dialami
orang dalam suatu periode waktu, dalam arti kita tertarik mengenai bagaimana
keadaan tertentu mempengaruhi pengiriman dan penerimaan pesan.
11
Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communication (Terjemah), (Bandung:
Universitas Padjajaran, 1996), h. 176
Penjelasan proses berupaya menangkapmekanisme pikiran manusia,
teori ini berfokus pada cara informasi yang diperoleh dan disusun, bagaimana
memori digunakan dan bagaimana orang memutuskan untuk bertindak.
Jadi, jika dikaitan dengan pesan moral adalah pengarang berusaha
membuat pesan dalam novel “Laskar Pelagi” yang disesuaikan dengan
kondisi/keadaan yang terjadi saat ini.
Untuk meneliti wacana dalam novel “Laskar Pelangi”, penulis
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan teknik analisis
wacana (discourse analysis). Analisis wacana berbeda dengan analisis isi
kuantitatif. Analisis isi kuantitatif lebih menekankan kepada pertanyaan “apa”,
sedangkan analisis wacana lebih melihat pada “bagaimana” dari pesan atau
teks komunikasi dibuat. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui
bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan.
Perbedaan antara analisis wacana dan analisis isi antara lain adalah :
Pertama, analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada
jumlah kategori. Kedua, analisis isi kuantitatif hanya dapat digunakan untuk
membedah muatan teks, sedangkan wacana memfokuskan pada pesan yang
tersembunyi. Ketiga, analisis wacana lebih menyelidiki “bagaimana ia
dikatakan” (how), analisis isi hanya mempertimbangkan “apa yang dikatakan”
(what). Keempat, analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi.12
Dalam mengadakan penelitian wacana novel “Laskar Pelangi”, selain
menganalisis atas teks, juga diperlukan analisis kognisi sosial dan konteks
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-4, h. 71.
sosial. Analisis teks dipakai untuk menggambarkan bagaimana pesan
disampaikan dan strategi apa yang dipakai. Kognisi sosial dipakai yaitu
dengan meneliti kesadaran mental individu pengarang dalam membuat teks.
Konteks sosial dipakai untuk menganalisis bagaimana wacana yang
berkembang dalam masyarakat.13
Oleh karena itu, Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi
yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Bila digambarkan, maka skema
penelitian dan metode yang bisa dilakukan dalam kerangka Van Dijk adalah
sebagai berikut14
:
Table 1
Skema dan Metode Penelitian Van Dijk
Struktur Metode
Teks : Menganalisa bagaimana wacana yang dipakai untuk menggambarkan
peristiwa tertentu.
Critical Linguistik
Tematik
Skematik Semantik
Sintaksis Stilistik
Retoris
Kognisi Sosial : menganalisa bagaimana
mental/kognisi pengarang dalam memahami peristiwa yang akan ditulis
Konteks Sosial : menganalisa bagaimana wacana berkembang dalam masyarakat.
13
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Jogjakarta : LKiS, 2006),
cet.ke-5, h. 275-276. 14 Ibid, h. 275.
1. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah novel “Laskar Pelangi”
karya Andrea Hirata, sedangkan objeknya hanya fokus pada pesan moral
yang terkandung dalam novel tersebut.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, penulis menggunakan
teknik Research Document (penelitian terhadap dokumen), sebagai metode
ilmiah penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dalam bentuk
pengamatan dan pencacatan dengan sistematis fenomena yang diselidiki.15
Artinya penulis hanya meneliti naskah/script yang terdapat dalam novel
“Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata tanpa melakukan wawancara, hal
ini dikarenakan pengarang sangat sibuk dan sulit sekali dihubungi, setelah
itu dilakukan pencatatan-pencatatan dari hasil temuan reseach tersebut.
Selain mengadakan research/naskah terhadap novel tersebut, penulis
juga mengumpulkan data-data atau teori dari buku, majalah, surat kabar,
internet dan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang akan
dibahas oleh penulis sebagai penunjang dalam penelitian ini.
3. Teknik Analisa Data
Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis
wacana merupakan bagian dari metode interpretatif.16
Jadi, dalam
menganalisa data pada tahapan ini penulis selain memperhatikan
bagaimana teks/script dalam novel “Laskar Pelangi” yang terdapat
15
Sutrisno, Metodologi Research (Jogjakarta : Andi Offset, 1989), h. 192. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 70.
kandungan pesan moral itu di bentuk, untuk selanjutnya peneliti akan
menafsirkan atau menginterpretasikan makna yang tersembunyi dalam
teks tersebut yang akan disesuaikan dengan kerangka acuan teori Van
Dijk.
Setelah data terkumpul penulis akan menganalisa teks tersebut,
kemudian diambilah kesimpulan guna mencari jawaban dari pertanyaan
yang terdapat dalam rumusan masalah. Dengan adanya kesimpulan
tersebut diharapkan peneliti bisa lebih terarah.
Adapun teknik penulisan yang digunakan yaitu berpedoman pada buku
pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun
oleh tim UIN Syahid , UIN press, 2007 cet.ke-1.
E. Tinjaun Pustaka
Memang banyak sekali penelitian yang mengangkat tentang novel
khususnya tentang isi pesan yang disajikan. Ada beberapa penelitian analisis
wacana yang juga mengangkat tentang pesan, misalnya skripsi yang berjudul
“Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Album Religi Ust. Jefri Al Bukhori”
oleh Diana Syauqiyah, 2006. Namun, hal ini jelas berbeda, jika yang
dilakukan sdri. Diana adalah mengangkat pesan dakwah yang hanya berkaitan
dengan keagamaan, penulis dalam penelitian ini mengungkap pesan-pesan
yang lebih menyangkut aspek kehidupan sosial.
Berbeda lagi dengan yang dilakukan oleh sdr. Yosef Hidayat dengan
judul “Analisis Wacana Naskah Film Dokumenter Keajaiban Al Qur’an karya
Harun Yahya”, 2007. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori wacana
Van Dikj, sedangkan Yosef menggunakan teori Van Leeuwen.
Sebagai buku referensi/pegangan, penulis menggunakan buku Eriyanto
yang diterbitkan oleh Lkis berjudul Analisis Wacana : Pengantar Analisis
Teks Media. Dalam buku ini disajikan secara lengkap penjelasan wacana
menurut teori Van Dijk, mulai dari segi teks (tema, skema, bentuk kalimat,
dan lain-lain), segi kognisi sosial (kesadaran pengarang dalam membuat teks),
sampai pada konteks sosial (faktor eksternal yang berkembang), sehingga
mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Penelitian yang penulis
lakukan diharapkan memberi tambahan/pelengkap dari penelitian yang
dilakukan sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan susunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang di bagi menjadi 5 (Lima) bab yang terdiri dari beberapa sub-
bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I Pedahuluan, menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
atau Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan
Pustaka, serta Sistematika Penulisan.
BAB II Kajian Teoritis, menguraikan tentang pengertian Analisis Wacana,
Kerangka Analisis Wacana, Pengertian Novel, Prinsip-prinsip
Novel dan Pengertian Pesan Moral.
BAB III Memaparkan Biografi tentang penulis Andrea Hirata dan Karya
Sastranya, serta sinopsis tentang Novel Laskar Pelangi.
BAB IV Menguraikan temuan Wacana Pesan Moral dalam Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata Dilihat dari segi Teks, Kognisi Sosial
dan Konteks Sosial.
BAB V Penutup, memaparkan tentang kesimpulan dan saran-saran, dan
bagian terakhir memuat tentang Daftar Pustaka dan Lampiran-
Lampiran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Van Dijk
1. Pengertian Analisis Wacana
Kata analisis wacana terdiri dari dua kata yaitu analissis dan wacana.
Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyelidikan
terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya,
penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta penguraian karya sastra
atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut.17
Secara etimologi, istilah wacana berasal dari bahasa Sansakerta
wac/wak/uak yang memiliki arti ‘berkata’ atau ‘berucap’. Kemudian kata
tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata ‘ana’ yang berada
dibelakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna ‘membendakan’
(nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai
perkataan atau urutan.18
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna
dari kata wacana. Pertama, percakapan, ucapan, dan tutur. Kedua,
keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga,
satuan bahasa terbesar, terlengkap, yang realisasinya pada bentuk
karangan yang utuh, seperti novel, buku dan artikel.19
Istilah wacana menunjukan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang
umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun
tulisan. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang
17
DepDikBud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.
32. 18
Mulyana, Kajian Wacana : Toeri, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana
(Jogjakarta : Tiara Wacana, 2005), h. 3. 19
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta :
Modern English Press, 2002 ), edisi ke-3, h. 1709.
menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya sehingga
membentuk satu kesatuan.20
Alex Sobur mengartikan wacana adalah rangkaian ujar atau
rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang
disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren,
yang dibentuk oleh unsur segmental maupun unsur nonsegmental
bahasa.21
Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap
hubungan antara konteks-konteks yang terdapat di dalam teks.
Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antara kalimat atau antar
ujaran yang membentuk wacana.22
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana
adalah bentuk komunikasi bahasa baik lisan maupun tulisan yang disusun
dengan menggunakan kalimat yang teratur, sistematis dan terarah sehingga
kalimat yang satu dengan lainnya akan menjadi satu kesatuan yang
mempunyai makna. Hal ini juga tidak terlepas kaitannya antara teks dan
konteks.
20
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media (Jogjakarta : LKiS, 2006),
cet.ke-5, h.3. 21
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analissi
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet.ke-4, h. 11.
Alex Sobur juga mengutip beberapa pendapat mengenai definisi dari wacana, di antaranya
adalah menurut Ismail Marahimin mengartikan wacana sebagai “kemampuan untuk maju (dalam
pembahasan) menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya”, dan “komunikasi buah pikiran,
baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur”. Menurut Samsuri menyatakan bahwa wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas
seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain.
Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan, dan dapat pula memakai bahasa tulisan. Menurut
Syamsudin wacana membahas bahasa dan tuturan dalam rangkaian kesatuan situasi penggunaan
yang utuh. 22Ibid, h. 10.
Sedangkan pengertian analisis wacana secara konseptual adalah
merujuk kepada upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat,
mengkaji satuan kebahasaan yang lebih luas.23
Analisis wacana adalah studi tentang strukutur pesan dalam
komunikasi. Lebih lanjut analisis wacana adalah telaah mengenai aneka
fungsi (fragmatik) bahasa.24
Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada
penjumlahan unit kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi,
karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang
mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.25
Jadi, dapat dipahami bahwa analisis wacana adalah studi tentang
pengkajian fungsi bahasa secara sistematis antara kalimat, teks dan
konteks sehingga makna atau pesan yang terkandung dalam kalimat
tersebut dapat diungkap dengan jelas. Dalam analisis wacana juga
melibatkan pandangan atau interpretasi/tafsiran dari penulis dalam
mengurai makna-makna yang tersembunyi.
2. Kerangka Analisis Wacana
Ada banyak model analisi wacana yang diperkenalkan para ahli.
Model analisis wacana yang banyak di pakai dalam penelitian wacana
adalah model milik Van Dijk, hal ini dikarenakan Van Dijk mengelaborasi
elemen-elemen wacana sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara
23
Mulyana, Kajian Wacana, h. 69. 24
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana (Bandung : Angkasa, 1993), h. 24. 25 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 337.
praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai
“kognisi sosial”.
Van Dijk membuat kerangka analisis wacana dan membaginya ke
dalam tiga tingkatan :
a. Struktur makro ; ini merupakan makna umum dari suatu teks yang
dapat dipahami dengan melihat topik suatu teks. Tema wacana ini
bukan hanya isi, tetapi juga sisi dari suatu peristiwa.
b. Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan
elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
c. Struktur mikro ; makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat yang dipakai26.
Kerangka atau struktur yang diperkenalkan Van Dijk di atas dapat
digambarkan sebagai berikut27
:
Tabel 2
Kerangka/struktur Wacana Van Dijk
Struktur wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Tematik
(apa yang dikatakan)
Topik
Superstruktur Skematik
(bagaimana pendapat di susun)
Skema
Struktur mikro Semantik
(makna yang
ditekankan)
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur mikro Sintaksis
(bagaimana
disampaikan)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Struktur mikro Stilistik
(pilihan kata yang
dipakai
leksikon
Struktur mikro Retoris Grafis, metafora,
26
Eriyanto, Analisis Wacana, h. 229. 27Ibid, h. 228.
(bagaimana dan dengan
cara apa penekanan
dilakukan)
ekspresi
Van Dijk berpandangan bahwa teks itu dapat dianalisis dengan
menggunakan kerangka tersebut. Untuk memperoleh gambaran dari
kerangka di atas, berikut adalah penjelasan secara singkat :
a. Tematik
Kata tema sering disebut juga topik. Topik dari suatu wacana
memainkan peranan penting menunjukan informasi atau inti pesan
yang ingin disampaikan oleh komunikator. Elemen tematik
menunjukan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut
sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik
menggambarkan apa yang ingin disampaikan atau diungkapkan oleh
penulis.28
Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan
tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang
koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global
coherence), yakni bagian-bagian teks yang saling mendukung satu
sama lain untuk menggambarkan topik.29
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukan bagaimana
28
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 75. 29 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 230.
bagian-bagian dalam teks dapat disusun dan diurutkan sehingga
membentuk satu kesatuan arti.30
c. Semantik
Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna/arti
dalam bahasa.31 Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah
makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Makna
leksikal adalah makna unit semantic yang terkecil disebut leksem,
sedangkan gramatikal adalah makna yang terbentuk dari
penggabungan satuan kebahasaan.
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti
yang ingin ditampilkan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan
latar belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa.32
Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan
seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara
berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, sebaliknya ia akan
menampilkan informasi yang sedikit jika hal itu merugikan dirinya.
Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara
eksplisit atau tidak, apakah fakta itu disajikan secara gamblang atau
tidak.
30
Ibid, h. 232. 31
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 2002),
cet.ke-3, h. 2. 32 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 235.
d. Sintaksis
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata
dalam tuturan/kalimat.33 Koherensi adalah pertalian atau jalinan
antarkata, proposisi atau kalimat. Koherensi dapat ditampilkan melalui
hubungan sebab-akibat, bisa juga sebagai penjelas. Koherensi dapat
diamati diantaranya dari kata penghubung (konjungsi) seperti : dan,
tetapi, lalu, karena dan lain-lain.
Kata ganti merupakan alat untuk memanipulasi bahasa dengan
menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat
yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan di mana posisi
seseorang dalam wacana.
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan
cara berpikir logis. Bentuk kalimat ini menentukan apakah subjek
diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks.
e. Stilistik
Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang
tersedia. Stilistik menitikberatkan pada style atau gaya bahasa untuk
menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
Gaya bahasa mencakup diksi atau leksikal, struktur kalimat, majas, dan
yang lainnya yang digunakan penulis dalam sebuah karya sastra.
33
J.W.M.Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum (Jogjakarta : Universitas Gajah Mada Press,
2001), cet.ke-3, h. 161.
Gaya bahasa menjadi bagian pemilihan kata yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata. Sebuah gaya bahasa
yang baik harus mengandung tiga unsur yakni : kejujuran, sopan
santun dan menarik.34
f. Retoris
Strategi dalam retoris ini adalah gaya yang diungkapkan ketika
seseorang berbicara. Ada yang dinamakan dengan grafis dan metafora.
Grafis adalah bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau
ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis
muncul dalam bentuk foto, gambar atau table untuk mendukung
gagasan.
Strategi retoris juga muncul dalam bentuk interaksi, yakni
bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya
dengan khalayak. Apakah memakai gaya formal, informal atau malah
santai yang menunjukan kesan bagaimana ia menampilkan dirinya.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal
secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat.35
Dalam wacana
tidak hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi kiasan, ungkapan
dan metafora dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu
berita.
34
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet.ke-
14, h. 112. 35 Ibid, h. 139.
B. Novel
1. Pengertian Novel
Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan
prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang
di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.36
Novel biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen,
umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-
hari.
Secara istilah novel banyak diberikan oleh para ahli, menurut
Abdullah Ambary novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian
luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap
hidup atau menentukan nasibnya.37
Menurut P.Suparman novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup
seseorang38. Sedangkan menurut Suprapto novel adalah karangan prosa
yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
menonjolkan watak dan sikap pelaku.39
Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa
dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan.
36
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), edisi ke-3 h. 788.
37 Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia (Bandung : Djatnika, 1983), h.61.
38 P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis (Jakarta : Gunung Mulia,
1979), cet.ke-2, h. 37. 39
Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia (Surabaya : Indah,
1993), h.53.
Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya
bahasa serta gaya cerita yang menarik.40
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya
sastra tersebut menjadi sebuah karya yang baik dan mempunyai kekuatan
dalam cerita, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.41
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara
langsung turut membangun cerita, seperti : plot, tokoh atau penokohan,
latar atau setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah
unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi system organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga
termasuk unsur yang mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang
memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu
mempengaruhi karya yang ditulisnya.42
Pendek kata unsur psikologi pengarang dan keadaan lingkungan
seperti ekonomi, politik dan social juga termasuk unsur ekstrinsik yang
juga akan berpengaruh pada karya sastra. Namun, dalam pembahasan ini
tidak akan membicarakan unsur intrinsik dan ekstrinsik secara luas.
Definisi novel itu sendiri bentuk karangan yang lebih pendek dari
roman tetapi lebih panjang dari cerpen. Novel menceritakan sebagian
kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luas biasa dalam hidupnya
40
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia (Jakarta : Rineka Cipta, 1992),
cet.ke-1, h. 99. 41
M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang : Angkasa Raya, 1988), cet.ke-1, h. 35. 42
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Jogjakarta : Universitas Gajah Mada, 1995),
cet.ke-1, h. 23.
yang menimbulkan konflik yang menjurus kepada perubahan nasib si
tokoh.43
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah
karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang
menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel biasanya
mengisahkan kehidupan yang nyata yang di peroleh dari hasil manifestasi
atau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung memberi suguhan
pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan keagamaan.
2. Prinsip-prinsip dan Jenis Novel
1) Prinsip-prinsip Novel
Untuk meningkatkan daya apresiasi pembaca yang baik, maka
seorang pengarang harus mempunyai prinsip-prinsip dalam membuat
karangan tersebut.44 P.Suparman mengemukakan prinsip-prinsip novel
adalah sebagai berikut 45 :
a. Kisah perjalanan sehari-hari; Karya sastra yang merupakan gambaran
kehidupan yang diungkapkan melalui bahasa. Problematika kehidupan
merupakan suatu kenyataan sosial yang dijadikan inspirasi dalam
menciptakan sebuah karya sastra.
b. Tokoh memiliki keistimewaan;Suatu cerita bukan saja menyajikan
urutan-urutan kejadian, tetapi kejadian tersebut ada sangkut pautnya
dengan orang atau tokoh tertentu, maka dari itu tokoh dalam cerita
mempunyai peran penting, sebab ia merupakan penggerak jalan cerita
dan tokoh tersebut harus memiliki keistimewaan.
43
Rahmanto, Metode Pengajaran (Jogjakarta : Kanisius, 1992) cet.ke-1, h. 75. 44
P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis (Jakarta : Gunung Mulia,
1979), cet.ke-2, h. 37 45 Ibid, h. 38
c. Mempunyai periode awal; Pada periode ini pengarang biasanya mulai
memperkenalkan informasi yang dianggap penting kepada para
pembaca.
d. Memiliki periode perubahan nasib; Pada periode ini biasanya muncul
berbagai konflik yang dialami oleh tokoh.
e. Memiliki periode akhir; Pada periode ini konflik biasanya dapat diatasi
dan di selesaikan.
f. Skematis tanpa fantasi; Novel diciptakan secara skematis agar
pembaca tidak kabur dalam memahami cerita
g. Materi sepanjang roman atau sependek cerpen; Dalam menulis novel,
panjang materi yang diceritakan harus sesuai dengan aturan penulisan
novel.
2) Jenis Novel
Menurut Mochtar Lubis yang dikutif oleh Umar Yunus, jenis
novel terdiri dari :
a) Avontur
pada novel jenis ini dipusatkan pada seorang tokoh utama, pengalaman
tokoh dimulai dari pengalaman pertama dan diteruskan pada
pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang
dari rintangan sau ke rintangan lainnya untuk mencapai tujuan.
Biasanya novel ini mempunyai sifat romantis adalah tokoh wanita,
juga memiliki cerita yang kronologis.
b) Psikologis
Jenis ini lebih mengutamakan pemeriksaan seluruhnya dari pikiran-
pikiran pelaku. Berisi kupasan tentang watak, bakat, karakter, para
pelakunya serta kemungkinan perkembangan jiwa.
c) Detektif
Melukiskan penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian untuk
membongkar suatu kejadian kejahatan. Dalam novel ini dibutuhkan
bukti-bukti agar dapat menangkap si pembunuh dan sebagainya.
d) Sosial
Dalam novel ini pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat
luas atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari persoalan orang-
orang sebagai individu, tetapi persoalan ditinjau melingkupi persoalan
golongan dalam masyarakat, reaksi setiap pelaku golongan terhadap
masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai
pendukung jalan cerita.
e) Kolektif
Jenis novel ini melukiskan tentang semua aspek kehidupan yang ada
atau semua jenis novel di atas dikumpulkan menjadi satu cerita. Novel
seperti ini tidak hanya dimainkan oleh satu pemeran saja, tetapi juga
ada pemeran pendukung.46
C. Pesan Moral
1. Pengertian Pesan
Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti
suruhan, perintah, nasihat, permintaan, amanat yang harus disampaikan
kepada orang lain.47
Dalam bahasa Inggris kata pesan adalah massage
yang memiliki arti pesan, warta, dan perintah suci. Ini diartikan bahwa
pesan adalah perintah suci48, dimana terkandung nilai-nilai kebaikan.
Menurut H.A.W.Wijdaja mengartikan pesan adalah keseluruhan
dari apa yang disampaikan oleh komunikator.49 Penyampaian pesan dapat
dilakukan melalui lisan, tatap muka, langsung atau menggunakan media
46
Umar Yunus, Dari Peristiwa ke Imajinasi (jakarta : PT.Gramedia, 1985), cet.ke-2, h. 50-
55. 47
W.J.S.Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2005),
edisi ke-3, h. 883. 48
John M.Echols & Hasan Sadily, Kamus Bahasa Inggris (Jakarta : Gramedia, 2003),
cet.XXV, h. 379. 49
H.A.W.Wijdaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),
h. 11.
tulisan. Isi pesan dapat berupa anjuran atau masukan. Onong Uchana
mengartikan pesan sebagai seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.50
Menurut Arni Muhammad, pesan adalah informasi yang akan
dikirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun
nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis seperti buku, majalah,
memo. Sedangkan pesan nonverbal dapat secara lisan seperti percakapan,
tatap muka.51
Sedangkan bentuk-bentuk pesan dapat bersifat informatif,
persuasif, koersif.52
Pesan yang bersifat informatif memberikan keterangan
atau fakta-fakta, kemudian komunikan mengambil kesimpulan dan
keputusan sendiri.
Bentuk pesan yang bersifat persuasif adalah berisi bujukan yakni
membangkitkan pengertian dan kesadaran manusia bahwa apa yang kita
sampaikan akan memberikan perubahan sikap. Pesan bersifat koersif
penyampaian pesan yang sifatnya memaksa dengan menggunakan sanksi
apabila tidak dilaksanakan.
Untuk menjelaskan mekanisme komunikasi dalam membuat pesan,
terlebih dahulu harus mengetahui pemrosesan dalam membentuk informasi
50
Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 1997), cet.ke-2, h. 43. 51
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 30. 52 H.A.W.Wijdaja, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat , h. 34.
dan penerimaan pesan. Disini akan melihat teori yang berkaitan dengan
beberapa proses mengakomodasi, kumpulan aksi, dan konstruktifism.53
Proses akomodasi teori diperkenalkan oleh Howard Giles dan
koleganya, dia berasumsi bahwa pembicara sering kali menyesuaikan
perilakunya satu sama lain., komunikator sering kelihatan menirukan
perilaku satu sama lain.
Kumpulan aksi teori ini diperkenalkan oleh John Greene, dia
menjelaskan individu memiliki pengetahuan isi dan pengetahuan
prosedural , artinya mereka mengetahui tentang segala hal dan mereka
mengetahui melakukan segala hal.
Konstruktifisme teori ini diperkenalkan oleh Jesse Delia. Teori ini
mengatakan bahwa individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut
kategorii konseptual dan pikiran.
2. Pengertian Moral
Arti moral dalam bahasa Latin mores memiliki arti adat
kebiasaan.54 Moral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
Pertama, baik, buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila. Kedua, kondisi mental yang
membuat seseorang berani, bersemangat, berdisiplin. Ketiga, ajaran
tentang kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.55
53
Stephen W Littlejohn, Theories of Human Communication (Terjemah), (Bandung
Universitas Padjajaran, 1996), h. 189 54
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), cet.ke-5, h. 92. 55
DepDikNas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1998), cet.ke-1,
h. 592.
Moral menjelaskan arti baik dan buruk. Menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang lainnya, menyatakan
tujuan yang harus dituju dalam perbuatannya.56
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat, moral adalah kelakukan
sesuai dengan ukuran (nilai-nilai) dalam masyarakat, yang timbul dari hati
dan bukan paksaan dari luar yang disertai pula oleh tanggung jawab atas
kelakuan tersebut. Tindakan itu harus mendahulukan kepentingan umum
dari pada kepentingan pribadi.57
Menurut The Advanced Leaner’s dictionary of Current English
yang dikutip oleh Abuddin Nata pengertian moral mencakup tiga hal,
yaitu: Pertama, prinsip-prinsip yang berkenaan dengan benar dan salah.
Kedua, kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah. Ketiga,
ajaran atau gambaran tingkah laku yang baik.58
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yaitu segi
batiniah dan lahiriah. Artinya orang yang baik, akan memiliki sikap batin
dan perbuatan yang baik.59
Ajaran pesan moral memuat pandangan tentang nilai dan norma
yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah
kebaikan manusia sebagai manusia. Norma moral adalah tentang
56
Ahmad Amin, Etika : Ilmu Akhlak (Jakarta : Bulan Bintang, 1995), cet.ke-8, h. 8. 57
Zakiyah Darajat, Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental (Jakarta : Haji
Masagung, 1993), h. 63. 58
Nata, Akhlak Tasawuf . h. 93. 59
Purwahadi Waryodo, Moral dan Masalahnya (Jogjakarta : Kanisius, 1990), cet.ke-9,
h. 13.
bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia.60
Adapun kategori berdasarkan pesan moral ada tiga macam :
1. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan 2. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri. Menjadi sub;
ambisi, harga diri, takut dan lain-lain. 3. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain dalam
lingkungan sosial, termasuk hubungannya dengan alam. Dibagi
menjadi sub kategori; persahabatan, kesetiaan, penghianatan,
permusuhan dan lain-lain.
Etika, akhlak, dan moral memiliki objek yang sama, yaitu sama-
sama membahas tentang perbuatan manusia, baik dan buruk. Namun,
perbedaannya terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk
menentukan baik dan buruk. Jika etika penilaian baik buruk berdasarkan
pendapat akal pikiran, akhlak berdasarkan al –Qur’an dan al-hadits,
sedangkan moral ukuran yang digunakan untuk menentukan baik buruk
adalah kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat61
. Etika lebih banyak
bersifat teoritis/menjelaskan ukuran baik buruk, sedangkan moral bersifat
praktis/menyatakan ukuran baik buruk dalam bentuk perbuatan.
Kata moral lebih mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai
manusia, menuntun manusia bagaimana seharusnya ia hidup atau apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Sedangkan etika adalah ilmu,
yakni pemikiran rasional, kritis dan sistematis tentang ajaran-ajaran moral. Etika menuntun seseorang untuk mengapa atau atas dasar apa ia harus
mengikuti ajaran moral tertentu. Dalam artian ini etika dapat disebut
fislsafat moral.62
Seperti dikatakan di atas, moral timbul dari hati nurani, Abuddin
Nata membagi kesadaran moral itu menjadi tiga hal, yaitu : Pertama,
perasaan wajib untuk melakukan tindakan yang bermoral. Kedua,
kesadaran moral dapat berwujud rasional dan objektif, yaitu suatu
60
Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung : PT.Repika Aditama, 2007), h. 45. 61
Nata, Akhlak Tasawuf . h. 97. 62 http://anggaran.org/2006/06/14/dimensional
perbuatan yang diterima oleh masyarakat. Ketiga, dapat pula muncul
dalam bentuk kebebasan.63
Selain etika, akhlak juga punya makna yang sama dengan moral. Menurut bahasa akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai,
kelakuan, tabi’at, watak dasar, kebiasaan, kelaziman. Pengertian akhlak berdasarkan terminologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka yang menunjukan jalan untuk melakukan apa yang
harus diperbuat.64
Akhlak terdiri dari dua macam, yaitu : Pertama, akhlak mhmudah;
yaitu perbuatan baik terhadap Tuhan, sesama manusia dan mahkluk-
makhluknya. Kedua, akhlak madzmumah, yaitu perbuatan buruk terhadap
tuhan, sesama manusia dan makhluk-makhluknya.
Terlepas dari pengertian moral mengenai baik dan buruk, dalam
skripsi ini penulis hanya fokus pada pesan moral yang mempunyai nilai
kebaikan. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pesan moral
adalah pesan, amanat atau informasi yang disampaikan kepada orang lain
yang mengandung nilai kebaikan, di dalamnya terdapat tingkah laku yang
baik, pelajaran hidup, yang dapat diambil hikmahnya sesuai dengan nilai-
nilai yang ada di masyarakat tertentu sehingga dapat diterima, misalnya
tolong-menolong, integritas, kejujuran, kesabaran dan lain-lain. Pesan
yang disebarluaskan melalui media massa bersifat umum karena harus
ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Maka dari itu,
pesan dalam cerita atau novel dibuat semenarik mungkin dan menyangkut
aspek-aspek kehidupan masyarakat, ini dimaksudkan agar pesan lebih
komunikatif dan lebih mengena di hati pembaca.
63
Nata, h. 95. 64 Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta : Prenada Media, 2004), h. 117.
BAB III
SEKILAS TENTANG BIOGRAFI ANDREA HIRATA,
KARYANYA, SERTA SINOPSIS NOVEL LASKAR PELANGI
A. Biografi Andrea Hirata
Ia adalah Ikal dalam buku “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi”.
Kecintaannya pada Pulau Belitong atau Belitung, membuat pria ini begitu
bersemangat dalam menulis buku. Namanya melambung lewat buku
perdananya “Laskar Pelangi”.
Pria kelahiran Belitong, Bangka Belitung 24 Oktober 1973, memiliki
nama lengkap Andrea Hirata Seman Said Harun. Anak keempat dari pasangan
N.A Masturah (Ibu) dan Seman Said Harun (Ayah) ini menghabiskan masa
kecilnya di Belitung.65
Si ‘Ikal’ – begitu panggilan masa kecilnya – mengawali sekolah SD
dan SMP Muhammadiyah di Belitung, kemudian menamatkan SMA di
Tanjong Pandan. Setamat SMA, ia merantau ke pulau Jawa, di sana ia
mendapatkan pekerjaan sebagai tukang sortir pos surat. Dari hasil pekerjaan
tersebut, ia melanjutkan studinya di Fakultas Ekonomi - Universitas
Indonesia, Depok. Seusai meraih gelar sarjana ekonomi, ia berhasil
mendapatkan beasiswa dari Uni Eropa untuk mengambil gelar master di
Universite de Paris Sorbone, Perancis serta sheffield Hallam University,
Inggris.
65
Indah, “Biografi Andrea Hirata : Menulis Tempat Curahan Hati,” artikel diakses pada 24
Januari 2008 dari http://www.naskahoke.com/e-mbig.
Meskipun studi mayornya ekonomi, ia amat menggemari sains, fisika,
biologi, astronomi dan sastra ini memiliki hoby naik komidi putar. Setelah
selesai S2, dia pulang ke tanah air, Bangka Belitung. Saat ini, ia tinggal di
Bandung dan bekerja di PT. Telkom sebagai instruktur PT. Telkom pusat,
Bandung.66 Namun karena kesibukannya, ia mengambil cuti dua tahun yang
lalu.
“Laskar Pelangi” awalnya tidak untuk diterbitkan, ia menulisnya
karena terinspirasi oleh kegigihan dan semangat juang Bu Muslimah di bidang
pendidikan lantas ia hadiahkan kepada guru tercintanya tersebut. Namun,
naskah itu di ‘curi’ oleh teman kantor dan kemudian diterbitkan. Tak disangka
ternyata karyanya laku dipasaran dan menjadi best seller.
Menurut Dhipie Kuron, di negeri ini, tidak mudah menulis novel-novel
yang kesemuanya best seller, apalagi merupakan karya-karya pertama, ditulis
seseorang yang tak berasal dari lingkungan sastra, dan lebih gawat lagi, novel-
novel itu sama sekali tidak sejalan dengan trend pasar. Tetapi hal itu telah
dilakukan oleh Andrea Hirata. Melalui Laskar Pelangi, Andrea Hirata
langsung menempatkan dirinya sebagai salah satu penulis Indonesia yang
amat menjanjikan. Laskar Pelangi telah beredar di luar negeri, bahkan mampu
mencapai best seller di Malaysia.67
Tanggal 14 Desember 2007 Andrea pulang ke Belitung untuk bicara di
depan guru anggota PGRI Belitung Timur dan seluruh siswa SMP dan SMA
66
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember
2007, h. B4. 67 Andrea Hirata, Edensor (Jogjakarta : Bentang Pustaka, 2007), cet.ke- 5, h. 291.
di Belitung Barat. Dalam kesempatan itu, ia me-launching program sosial
pendidikan yang ia sebut Laskar Pelangi in Action.68
Ia memakai dana dari royalti yang ia terima. Laskar Pelangi telah laku
200 ribu eksemplar, Sang Pemimpi 120 ribu, dan Edensor 25 ribu. Kini,
Laskar Pelangi tengah dipersiapkan dalam bentuk film oleh Mizan Cinema
dan Miles Films, yang disutradarai oleh Riri Reza dan Mira Lesmana,
rencananya bulan Oktober film tersebut akan ditayangkan.69
B. Karya-karya Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah penulis Indonesia yang berasal dari pulau
Belitong, propinsi Bangka Belitung. Novel-novel yang ditulisnya merupakan
pengalaman pribadi yang menginspirasinya dalam menulis. Novel pertamanya
adalah “Laskar Pelangi” yang merupakan buku pertama dari tetralogi
novelnya, antara lain : Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan
Maryamah Karpov (yang saat ini sedang ditulis).
Novel kedua dari Tetralogi “Laskar Pelangi” adalah Sang Pemimpi.
Berkisah tentang Ikal (Andrea) dan Arai, yang berani bermimpi untuk
mewujudakn cita-citanya bersekolah ke Sorbone, Perancis. Namun, bukan
hanya bermimpi semata, mereka bekerja keras sebagai kuli paling kasar di
pelabuhan Belitung kemudian hasilnya mereka tabung. Walaupun nakal, Ikal
dan Arai adalah penghuni garda depan di sekolah dan memiliki top rank di
68
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember
2007, h. B4.
69
Neni “Andrea : Bangga,” Republika, 30 Desember 2007, h. B4.
kelas. Meskipun banyak yang bilang mimpi mereka lebih mirip dari punuk
merindukan bulan, tetapi mereka tak patah arang karena Arai mempunyai
keyakinan yang membuat mereka tetap semangat yakni “ bermimpilah, karena
Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”.
Novel ketiga dari tetralogi “Laskar Pelangi” adalah Edensor. Masih
berkisah tentang petualangan Ikal dan Arai di negeri orang. Mereka
berpetualang mengelilingi daratan Eropa dan Afrika dengan menjadi
pengalamen jalanan memakai kostum ikan duyun rancangan temannya di
Amsterdam, Famke. Disini juga diceritakan tentang keberanian bermimpi,
kekuatan cinta, pencarian diri sendiri dan petualangan yang gagah berani, ke
Belanda, Rusia, Siberia, hingga ke daratan Afrika.
Dalam Maryamah Karpov – novel keempat dari tetralogi “Laskar
Pelangi” – Andrea berkisah tentang perempuan dari satu sudut yang amat
jarang diekspos penulis Indonesia dewasa ini.
C. Sinopsis Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata
Diawali saat SD Muhammadiyah, sekolah kampung di Belitong yang
paling miskin, dengan fasilitas yang sangat terbatas membuka pendaftaran
untuk murid baru kelas satu. Hingga detik-detik terakhir hanya ada 9 orang
yang mendaftar di SD tersebut, padahal sekolah tersebut memerlukan satu
orang murid lagi jika tidak ingin sekolah tersebut ditutup. Namun, ketika
kepala sekolah akan memulai dengan pengumuman pembubaran sekolah,
datang satu orang murid lagi dan ia menjadi penyelamat SD Muhammadiyah
di Belitong.
Sepuluh orang anak tersebut yaitu : Ikal, Lintang, Mahar, Sahara,
Samson, A Kiong, Syahdan, Trapani dan Kucai. Mereka menyebut diri
mereka sebagai “Laskar Pelangi”. Nama itu diberikan oleh guru yang selalu
kagumi dan cintai yaitu Bu Muslimah atau Bu Mus. Mereka adalah siswa-
siswa yang mempunyai kemauan belajar yang cukup tinggi.
Di bimbing oleh guru yang mereka cintai Ibu Muslimah atau Bu Mus
dan Pak Harfan Effendi sang kepala sekolah SD Muhammadiyah, anggota
Laskar Pelangi dididiknya agar anak-anak penerus bangsa tersebut
berkembang. Pak Harfan dan Bu Mus adalah seorang guru yang memiliki
dedikasi yang tinggi dalam pendidikan, bekerja tanpa pamrih dan tanpa digaji.
Dengan hanya memberi 15 kilogram beras, mereka bukan hanya mengajarkan
pelajaran sekolah semata, tetapi juga mendidik anak-anak itu dengan pelajaran
Kemuhammadiyahan tentang akhlak, keimanan, dan sopan santun dan lain
sebagainya.
Pada awal kisah ini diceritakan semua sifat yang terlihat dari anggota
Laskar Pelangi. Misalnya, Sahara yang sifatnya keras kepala, A Kiong yang
selalu ‘setia’ pada Mahar, Samson yang ingin dianggap sebagai pria jantan,
Trapani yang sangat bergantung pada ibunya, atau Harun yang memiliki
keterbelakangan mental. Kecuali Mahar dan Lintang yang memerlukan bab
sendiri.
Lintang, dia merupakan siswa dengan semangat belajar yang membara.
Lintang adalah anak genius didikan alam. Walaupun dia harus menempuh
jarak 80 kilometer untuk dapat pergi dan pulang sekolah, dan tak jarang
diperjalanan dia dapat dicegat buaya atau menghadapi jalanan yang kurang
bersahabat terlebih setelah hujan, karena dia harus melewati hutan, tetapi itu
tak membuat gentar anak dari kuli copra ini.
Sedangkan Mahar, dia merupakan siswa yang kreatif, imajinatif, tak
logis dan sering diremehkan oleh sahabat-sahabatnya sekaligus menjadi
seniman dadakan yang mengangkat derajat sekolah mereka dalam karnaval 17
Agustus. Dia pernah percaya pada hal-hal yang berbau mistik dan mendatangi
Tuk Bayan Tula seorang paranormal senior di pulau Lanun.
Lalu, ceritapun berlanjut ketika ikal mulai merasakan jatuh cinta pada
seorang gadis Tionghoa anak pemilik toko kelontong bernama A Ling. Hal
pertama yang ia lihat dari gadis itu adalah keindahan jari-jemarinya dan
kukunya yang memukau hatinya. Namun sayang mereka harus berpisah.
Saat beranjak dewasa, “Laskar Pelangi” pun bertambah satu orang lagi,
ia seorang anak petinggi daerah Belitung bernama Flo. Ia ingin masuk SD
kampung demi bertemu Mahar, setelah “Laskar Pelangi” menyelamatkannya.
SD dan SMP Muhammadiyah mulai terangkat derajatnya saat
perayaan karnaval Agustusan yang diketuai oleh Mahar. SMP
Muhammadiyah lebih dikenal lagi ketika diadakan lomba Cerdas Cermat
dengan mengalahkan sekolah Negeri milik PN Timah, dan semua jawaban
dari pertanyaan disapu bersih oleh Lintang.
Namun, kesedihan mulai terasa saat menjelang empat bulan sebelum
menyelesaikan sekolah SMP. Lintang, siswa genius, Robbert Einstain,
Newton, Adam Smith dan Andre Amperenya sekolah Muhammadiyah harus
terhenti langkah, lagi-lagi soal biaya. Ayahnya wafat, dan dia harus menjadi
tulang punggung keluarga menggantikan ayahnya.
Lalu di bagian akhir diceritakan bagaimana nasib-nasib Bu Muslimah
serta Laskar Pelangi setelah 12 tahun kemudian. Bu Muslimah dan guru-guru
muda Muhammadiyah mendapat kesempatan dari DepDikBud mengikuti
Kursus Pendidikan Guru (KPG) lalu diangkat menjadi PNS. Lainnya hal
dengan anggota LP yang memiliki nasib yang berbeda. Sahara Misalnya, yang
akhirnya menikah dengan musuh bebuyutannya A Kiong, yang telah menjadi
muallaf. Syahdan yang mendapat beasiswa dari Jepang bidang Komputer,
Kucai yang menjadi anggota DPRD Belitong, Lintang yang terpaksa menjadi
kuli copra, Mahar yang menjadi penulis artikel di kelurahan, Flo yang sudah
berjilbab, Samson yang menjadi tukang panggul barang, Trapani yang betah
dengan ibunya – setelah keluar dari RSJ -, dan terakhir Ikal, meskipun ia
menjadi tukang sortir surat namun ia mampu menyelesaikan pendidikan strata
satunya di UI dari hasil tersebut, dan berhasil mewujudkan mimpi sekaligus
membayar hutangnya pada sekolah, guru dan sahabatnya Lintang meraih
beasiswa Uni Eropa di Sorbone - Perancis.
BAB IV
ANALISIS WACANA PESAN MORAL
DALAM NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
A. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Di Lihat dari Analisis
Teks.
Sebagai suatu kajian dan informasi, dalam bab ini penulis akan
memaparkan dan mewacanakan hasil temuan data yang terdapat dalam novel
“Laskar Pelangi”, kemudian penulis akan mendeskripsikan dan menjabarkan
kalimat-kalimat yang mengandung pesan moral.
Sesuai dengan teori yang dibahas, dalam menganalisis teks, penulis
memfokuskan pada strategi wacana model Teun Van Dijk untuk
menggambarkan struktur pragmatik atau struktur kebahasaan dalam novel
“Laskar Pelangi” (LP). Menurut Van Dijk, analisis wacana dari segi teks
sosial di bagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: struktur makro (tematik),
superstruktur (skematik), dan struktur mikro (semantik, sintaksis, stilistik, dan
retoris). Berikut adalah hasil temuan data sesuai dengan teori di atas.
1. Struktur Makro (Tematik)
Elemen tematik atau tema menunjukan pada gambaran umum dari
suatu teks, dapat juga disebut gagasan inti, ringkasan utama dari teks. Kata
tema juga sering disebut topik. Topik menggambarkan apa yang ingin
diungkapkan oleh pengarang atau komunikator. Dalam novel LP
ditemukan beberapa tema besar yang mengandung pesan moral, antara lain
:
a. Integritas dan Keikhlasan
Hal ini ditunjukan dari Pak Harfan dan Bu Muslimah. Mereka berdua
merupakan sosok guru yang memiliki integritas dan dedikasi yang
tinggi. Mereka bukan hanya mengajarkan murid-muridnya untuk pintar
dalam pelajaran sekolah melainkan juga mendidik mereka dengan
akhlak dan budi pekerti yang baik, yang akan mereka amalkan
dikemudian hari. Dua sosok guru tersebut di mata muridnya anggota
LP sangat dicintai. Keikhlasan mereka dalam mengajar dan mendidik
anggota LP yang memiliki karakter berbeda membuat guru-guru
tersebut menjadi panutan dan teladan bagi muridnya LP. Kedua guru
tersebut ikhlas memberikan seluruh ilmu yang mereka punya dengan
segala keterbatasan tanpa digaji. Hal ini terlihat dari kutipan :
“Pa Harfan memberi kami pelajaran pertama tentang keteguhan
pendirian, ketekunan, keinginan kuat mencapai cita-cita. Beliau
bisa meyakinkan kami bahwa hidup bisa demikian bahagia dalam
keterbatasan jika dimaknai dengan keikhlasan berkorban untuk
sesama.” (h. 24)
“Kami diajarkan menggali nilai luhur di dalam diri sendiri agar
berperilaku baik karena kesadaran pribadi.” (h. 30)
Bukan hanya kedua guru itu yang memiliki integritas yang tinggi,
tetapi hal ini juga tertular pada murid-muridnya. Mereka sangat
menjaga martabat sekolah mereka walaupun miskin. Ini terlihat ketika
Mahar dan teman-teman bandnya diminta untuk mengisi acara partai
politik yang diupah dengan jam tangan plastik. Berikut kutipannya :
“Kita tidak akan pernah menjadi bagian dari segerombolan
penipu! Sekolah kita adalah sekolah Islam, bermartabat. Kita
tidak akan menjual kehormatan kita demi sebuah jam tangan
plastik murahan.” (h. 152)
Kutipan-kutipan di atas menunjukan konsistensi dan keteguhan baik
yang dilakukan guru maupun murid.
b. Tanggung Jawab dan Kepemimpinan
Rasa tanggung jawab dan kepemimpinan ini diperlihatkan Bu Mus
dengn mendididk murid-muridnya dengan sepenuh jiwa dan raga. Bu
Mus juga mengajarkan anak didiknya agar memiliki rasa tanggung
jawab yang besar dalam hidup. Hal ini diperlihatkan ketika
mengadakan pemilihan ketua kelas. Saat itu, Kucai ingin mundur dari
jabatan sebagai ketua kelas, namun nasihat Bu Mus mengurungkan
niatnya dan Kucai pun menjadi lebih bertanggung jawab pada kelas
dipimpinnya. Nasihat yang disampaikan Bu Mus ini merupakan pesan
moral yang amat penting bagi pembaca. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut :
“Barang siapa yang kami tunjuk sebagai amir dan telah kami
tetapkan gajinya, maka apapun yang ia terima selain gajinya itu
adalah penipuan. Dan Al Qur’an mengingatkan bahwa
kepemimpinan seseorang akan dipertanggungjawabkan nanti di
akhirat” (h. 71)
Namun, disela-sela pembicaraannya Bu Mus juga menyampaikan
kepada para siswanya agar jangan takut menerima amanah itu dan
harus selalu istiqamah. Berikut kutipannya :
“Memegang amanah sebagai pemimpin memang berat, tapi
jangan khawatir banyak orang yang akan mendoakan . Tidakkah
Ananda sering mendengar di berbagai upacara petugas sering
mengucap doa : ‘Ya Allah lindungilah para pemimpin kami?
Jarang sekali kita mendengar doa :‘ Ya Allah lindungilah anak
buah kami….” (h. 73)
c. Perjuangan dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu
Sebenarnya seluruh anggota LP memiliki pengalaman sendiri-sendiri
dalam meraih cita-citanya. Namun, dalam novel LP tokoh Lintang
menjadi sorotan tersendiri demi memuaskan dahaga ilmunya. Lintang
adalah siswa sekaligus anggota LP yang memiliki kecerdasan yang
luar biasa, tidak sombong dan rendah hati. Lintang adalah anak miskin,
namun dalam keterbatasannya ia memiliki otak yang encer. Tidak ada
kata ‘bolos’ dalam hidupnya meskipun harus menempuh perjalanan
sejauh 40 kilometer menuju sekolahnya, bahkan dihadang seekor
buaya sekalipun. Hal ini menjadi bagian penting bagi pembaca, dan
mempunyai pelajaran yang amat berarti. Berikut kutipannya :
“Aku tak bisa melintas. Seekor buaya sebesar pohon kelapa tak
mau beranjak, menghalang ditengah jalan. Tapi lebih dari
setengah perjalanan sudah, aku tak mau pulang gara-gara buaya
bodoh ini, tak ada kata bolos dalam kamusku..” (h. 87-88)
“Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa
demi menempuh pendidikan, namun tak sehari pun ia pernah
bolos.” (h. 93)
Hal seperti itu juga ditunjukan oleh Ikal - setelah 12 tahun kemudian -
yang harus belajar keras demi mendapatkan beasiswa Uni Eropa.
“ ketika ada pengumuman beasiswa dari negara asing aku banyak
membaca, aku membaca sambil makan, sambil minum, menyortir
surat, tiduran, mendengarkan golek, di angkot, di dalam jamban,
mencuci, sambil dimarahi pelanggan, sambil menimba air, dan
membuat resume bacaan dalam kertas kecil. Itulah yang
diajarkan Lintang padaku…” (h. 458)
Yang paling mengesankan adalah ketika nilai rapor Mahar dan Flo
anjlok, mereka yang sama-sama percaya pada hal-hal yang berbau
mistik meminta bantuan kepada dukun senior yang terkenal sakti
bernama Tuk Bayan Tula agar nilai mereka bisa bagus lagi dan lulus
pada ujian akhir tanpa harus belajar dan membaca buku. Namun,
jawaban dari dukun tersebut amat mengejutkan, berikut kutipannya :
“Inilah pesan Tuk Bayan Tula untuk kalian berdua :’ kalau ingin
lulus, buka buku belajar !!!!” (h. 424)
Ini menarik, karena pesan tersebut datang dari seorang dukun atau
paranormal yang terkenal kehebatannya. Hal ini juga menunjukan
kepada kita bahwa dalam mencapai apapun harus ada usaha terlebih
dahulu.
d. Pendidikan Agama, Keimanan dan Etika
Sebagaimana telah di ceritakan di atas, selain mendapat pelajaran
sekolah anggota LP juga dididik untuk memiliki akhlak mulia,
memiliki tatakrama dan sopan santun yang tinggi, serta diajari tentang
keimanan. Hal ini terlihat ketika ada seorang murid bernama Mahar
telah melenceng akal sehatnya dengan mempercayai paranormal dan
perdukunan. Namun, dengan penuh kesabaran dan mencoba bersikap
tegas Bu Mus menasihati Mahar, teman-temannya juga ikut
mengingatkan. Berikut kutipannya :
“Klenik, ilmu gaib, takhayul, paranormal, semuanya dekat
dengan pemberhalaan. Syirik adalah larangan tertinggi dalam
Islam” (h. 350)
“Camkan ini anak muda, tidak ada hikmah apapun dari
kemusyikan yang akan kau dapat dari praktik klenik itu adalah
kesesatan yang semakin lama, semakin dalam, karena syirik itu
berlapis-lapis” (h.351)
“Jangan kau campuradukan imajinasi dan dusta, kawan. Tak
taukah engkau, kebohongan adalah pantangan kita…..” (h. 186)
Novel memang memberikan bacaan yang menarik, dalam novel LP
etika guru dan murid sehari-hari digambarkan sangat indah, mereka
sangat menjaga etika sesuai dengan ajaran agama, dan hal ini menjadi
contoh bagi para pembaca.
“Ibunda guru tak mungkin tertawa lepas, karena agama
melarangnya” (h. 107)
“Azan magrib menggema dipantulkan tiang-tiang rumah
panggung orang Melayu. Kami diajari untuk tak bicara jika azan
berkumandang” (h. 162)
“Melawan guru sama hukumannya dengan melawan orang tua,
durhaka” (h. 351)
e. Kedisiplinan
Sikap disiplin memang sangat penting dalam segala aspek kehidupan.
Anggota LP diajarkan untuk memiliki rasa disiplin yang tinggi,
terutama dalam menjalankan ibadah, hal ini selalu disampaikan oleh
Bu Muslimah tanpa bosan. Berikut kutipannya :
“Shalatlah tepat waktu, biar dapat pahala lebih banyak,”
demikian Bu Mus selalu menasehati kami.
f. Kekuatan Persahabatan
Tidak diragukan lagi jika berbicara tentang persahabatan. Persahabatan
kesepeluh anggota LP ini ditengah keterbatasan mereka yang memiliki
nasib yang sama, karakter yang berbeda-beda, namun kekuatan
persahabatan mereka yang dilandasi kesabaran menjadi harga paling
penting bagi perjalanan hidup mereka. Ikal misalnya, yang tertantang
meraih pendidikan yang tinggi demi melunasi hutangnya pada Lintang
si anak cerdas kebanggaan sekolah yang tak mampu ia bantu ketika si
genius itu terpaksa meninggalkan sekolah dan cita-citanya.
“Aku benar-benar bertekad mendapat beasiswa karena itu
adalah tiket untuk meninggalkan hidupku yang terpuruk. Bahkan
lebih dari itu aku merasa berhutang pada Lintang, A Ling, Pa
Harfan, Bu Mus, Laskar Pelangi dan sekolah Muhammadiyah” (h.
460)
Atau Sahara yang selalu sabar mendengarkan cerita dari Harun yang
memiliki keterbelakangan mental. Mereka memiliki ikatan emosi yang
unik seperti persahabatan kura-kura dan tupai.
“Harun dengan semangat bercerita tentang kucingnya yang
berbelang tiga, baru melahirkan tiga ekor yang semua berbelang
tiga dan lahir pada tanggal tiga. Setiap hari, berulang kali,
puluhan kali, sepanjang tahun dari SD sampai SMP. Namun,
Sahara dengan setia mendengar” (h. 77)
g. Tolong - Menolong
Meskipun kehidupan anggota LP keadaannya sangat terbatas, namun
mereka tidak rendah diri, karena mereka mempunyai guru yang
sungguh-sungguh membimbing mereka ke arah yang benar. Mereka
selalu diajarkan agar dapat menolong dan membantu serta memberikan
manfaat kepada orang lain sesuai kemampuan mereka. Bahkan, nasihat
guru-guru tersebut menjadi prinsip bagi anggota LP hingga dewasa.
Berikut kutipannya :
“Lalu beliau menyampaikan sebuah prinsip yang diam-diam
menyelinap jauh di dalam dadaku serta memberi arah bagiku
hingga dewasa, yaitu bahwa hiduplah untuk memberi sebanyak-
banyaknya, bukan untuk menerima sebanyak-banyaknya.” (h. 24)
2. Superstruktur (Skematik)
Skematik adalah teks atau wacana yang umumnya mempunyai
skema/alur dari awal sampai akhir. Secara keseluruhan, bangunan alur
cerita dalam novel LP telah sempurna, dalam arti dari satu peristiwa ke
peristiwa lain membentuk satu kesatuan arti. Para pembaca akan
disodorkan dan disajikan pada suatu nilai pemahaman tentang arti
pentingnya keikhlasan, keberanian bercita-cita di tengah keterbatasan dan
optimisme tinggi dalam meraih ilmu yang di sertai dengan usaha yang
keras. Superstruktur atau skematik biasanya menggunakan struktur tiga
babak yakni : babak awal, konflik, dan resolusi.
a. Babak Awal
Sang penulis Andrea Hirata membangunnya lewat pendeskripsian SD
Muhammadiyah yang merupakan sekolah miskin di daerah Belitong,
Bangka Belitung. Ia menggambarkan ke-ironisan yang terjadi
didaerahnya, daerah yang kaya akan timah namun masyarakat
setempat hanya menjadi buruh tambang saja, dan banyak anak-anak
mereka yang tidak sekolah, bahkan menganggapnya tidak penting.
Pada awal babak ini, pembaca langsung disodorkan pada keadaan yang
menyedihkan, mulai dari bangunan sekolah yang seperti gudang dan
hampir ambruk, anak-anak muridnya yang semuanya miskin, guru-
guru yang bekerja tanpa digaji, orang tua yang pesimis dan tidak yakin
bahwa pendidikan akan merubah hidup mereka, sampai sekolah yang
akan dibubarkan jika jumlah murid kurang dari sepuluh orang pada
hari pertama masuk sekolah. Andrea juga mendeskripsikan tentang
guru-gurunya yang benar-benar mendedikasikan dan mengabdikan diri
untuk mengajar di sekolah tersebut, tentang keikhlasan mengajar tanpa
pamrih dan selalu membesarkan hati murid-muridnya anggota LP
dengan petuah-petuah yang bijak. Persahabatan pun di mulai sejak SD
sampai SMP, terlebih sejak kesepuluh orang tersebut mendapat
julukan “Laskar Pelangi” dari guru mereka, dengan begitu mereka
semakin kompak dengan berbagai karakter yang ada. Disini juga
diceritakan tentang Lintang, dia adalah anak yang paling menonjol
yang memiliki kegeniusann yang luar biasa, Mahar yang seperti
memiliki indra keenam, Ikal yang jatuh cinta pada seorang gadis
Tionghoa di toko kelontong, serta kesahajaan dan kekonyolan lain
yang ditunjukan oleh anggota LP lainnya.
b. Babak Konflik
Babak dimana muncul berbagai konflik. Pada babak ini pengarang
juga berhasil menampilkan suatu yang menggugah pembaca. Konflik
ini dimulai dari Mahar seorang anak yang mempunyai ide-ide brilian,
meskipun kadang ide-idenya itu abstrak dan tak masuk akal. Hasil
kegemilangan idenya adalah ketika diadakan festival atau karnaval
seni, ide seniman kampung ini mampu mengharumkan nama sekolah
Muhammadiyah dan mampu bersaing dengan sekolah PN Timah yang
setiap tahunnya memenangi perlombaan tersebut. Di tengah
kegemilangan idenya itu, Mahar juga tersandung masalah lain,
masalah yang menyebabkan Bu Mus bersusah payah meyakinkanya
akan kebenaran agama Allah. Mahar sangat mengagumi orang-orang
sakti mandraguna, seperti dukun dan paranormal, bahkan dia percaya
pada kehebatan yang dimiliki dukun-dukun tersebut, dia sampai berani
ke Pulau yang sangat ditakuti masyarakat guna menemukan dukun
paling sakti di pulau itu bernama Tuk Bayan Tula. Lain lagi dengan
Lintang si Newton-nya Muhammadiyah, dia juga pernah
mengharumkan nama sekolah mereka dalam lomba adu kecerdasan
atau cerdas cermat, lagi-lagi dengan mengalahkan sekolah PN Timah,
suasana memanas ketika dia harus beradu argumen dengan guru dari
PN Timah lulusan S2 karena guru tersebut tidak terima dengan
jawaban dari Lintang tentang cincin Newton, tapi adu argumen itu
dimenangkan oleh Lintang, dan sekolah Muhammadiyah
memenangkan lomba tersebut dengan terkagum-kagum oleh
kegeniusan Lintang. Namun, ternyata kebanggaan pada Lintang harus
dibayar mahal oleh para LP dan guru Muhammadiyah, empat bulan
menjelang EBTANAS Lintang terpaksa meninggalkan bangku sekolah
yang dicintainya, cita-cita dan harapan harus dikuburnya dalam-dalam
karena ia harus menggantikan ayahnya yang telah wafat menjadi
tulang punggung keluarga, kepergiannya ditangisi oleh orang-orang
yang mencintainya, terutama Laskar Pelangi dan sekolah
Muahmmadiyah. Atau kisah Trapani yang selama enam tahun dirawat
di rumah sakit jiwa bersama ibunya karena mengalami sindrom
ketergantungan mother complex yang sangat ektrem. Inilah puncak
konflik dalam novel ini.
c. Babak Resolusi
Penyelesaian akhir cerita dalam novel ini digambarkan setelah 12
tahun kemudian. Setelah anggota LP lulus, tidak ada lagi murid yang
sekolah di perguruan tersebut, sekolah ditutup. Lintang sang genius
hanya menjadi kuli kopra, Sahara dan A Kiong yang akhirnya menikah
setelah A Kiong menjadi muallaf. Samson yang hanya menjadi kuli
panggul di toko kelontong milik Sahara dan A Kiong, Kucai yang telah
menjadi master, Syahdan yang mendapat beasiswa ke Jepang bidang
teknologi, Trapani yang masih betah dengan Ibunya setelah keluar dari
rumah sakit jiwa, Mahar yang menjadi penulis buku tentang
kebudayaan, Flo - anggota baru LP - yang telah berjilbab, dan Ikal si
sang pemimpi yang hanya menjadi tukang sortir surat, mampu
menyelesaikan S1 di UI dengan baik, namun yang lebih hebat lagi ia
berhasil mewujudkan mimpinya kuliah S2 di luar negeri dengan
mendapatkan beasiswa Uni Eropa. Cerita ini diangkat dari kisah nyata
pengarang (Andrea Hirata). Maka dari itu, kisah yang disajikan sangat
menyatu dengan pembaca, pembaca seolah-olah dihadapkan pada
kehidupannya sendiri, dan cerita ini sangat menjadi pelajaran untuk
para pembaca.
Skematik juga berurusan dengan judul. Pemberian judul ini bukan
semata-mata judul biasa, judul novel ini dibuat memang berdasarkan kisah
nyata, pemberian guru pada kesepuluh muridnya. Judul yang dijadikan
cover novel ini dibuat semenarik mungkin dengan pemilihan huruf dan
grafis tertentu. Gambarnya memang bukan gambar pelangi sebagaimana
judul dibuat, tetapi segerombolan anak-anak di senja hari, dan satu anak
duduk seperti melamun. Hal ini akan membuat orang menarik dan
penasaran untuk membaca lebih juah.
3. Struktur Mikro
a. Semantik
Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna atau
arti dalam bahasa. Mansoer Petada mengartikan semantik adalah studi
tentang makna70. Elemen yang terdapat dalam semantik adalah :
1) Latar
Merupakan bagian teks yang dapat mempengaruhi arti yang ingin
disampaikan, latar merupakan cerminan dari ideologis
70 Mansoer Petada, Semantik Leksikal (Jakarta : Rineka Cipta, 2001), cet.ke-1, h. 7
komunikator. Dalam novel LP ini lokasi yang diceritakan berada di
pulau Belitong, Bangka Belitung, komunitas melayu yang paling
miskin saat itu. Latar belakang dinovelkannya LP menurut penulis
diawali dari keinginan pengarang untuk mempersembahkan
memoar masa kecilnya yang penuh arti dan penuh pengalamannya
itu kepada gurunya yang bernama Harfan dan Muslimah serta
teman-teman anggota LP. Semenjak buku atau novelnya di’lempar’
ke pasaran dan mendapat sambutan yang luar biasa hingga menjadi
best seller, pengarang juga berharap hasil tulisannya ini akan
menjadi pelajaran yang berharga bagi semua pihak, yaitu
mengobarkan semangat anak-anak yang selalu dirundung kesulitan
dalam menempuh pendidikan.
2) Detail
Merupakan kontrol informasi yang disampaikan
komunikator/pengarang. pengarang akan menampilkan secara
berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya, dan
menampilkan jumlah yang sedikit informasi yang merugikan
dirinya. Dalam novel LP, Andrea – dalam hal ini komunikator –
banyak menampilkan informasi yang menguntungkan
kedudukannya, diantaranya pernyataan bahwa tokoh Ikal (Andrea)
yang walaupun menderita penyakit insomnia (kurang tidur) namun
tetap belajar keras.
“Di rumah Aku belajar sampai jauh malam dan penyakit
insomnia ternyata malah mendukungku. Aku adalah penderita
insomnia paling produktif karena saat-saat tak bisa tidur,
kugunakan untuk membaca” (h. 459)
Menurut penulis, pernyataan dari pengarang ini sangat mendukung
akan kemampuan dan kegeniusan dari pengarang, sehingga
informasi ini memiliki makna yang kuat, meskipun ia mempunyai
penyakit insomnia, namun ia dapat memanfaatkan semaksimal
mungkin kebiasannya itu dengan terus belajar, membaca buku, hal
ini tentu akan mempunyai dampak positif kepada pembaca.
3) Maksud
Merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang
dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau implisit.
Elemen maksud dalam novel LP ternyata banyak disampaikan
secara eksplisit atau terbuka. Salah satu teks yang terdapat dalam
cerita itu adalah mengenai penjelasan tentang pemahaman bahasa
arab.
“Lalu persis di bawah matahari tadi, tertera huruf-huruf
gundul yang nanti setelah kelas dua, aku akan tahu bahwa
tulisan itu berbunyi ‘amar ma’ruf nahi munkar’ artinya
menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang
munkar. Kata-kata itu melekat dalam kalbu kami sampai
dewasa” (h. 19)
Di sini sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks
tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu, para pembaca
akan cepat mengerti atau paham akan maksud dari teks di atas dan
tidak perlu mencari kesimpulan dari teks tersebut.
b. Sintaksis
Adalah pembicaraan mengenai unit bahasa kalimat71
. Dalam
hal ini adalah bagaimana sebuah kata atau kalimat di susun sehingga
menjadi satu kesatuan arti. Elemen dari sintaksis adalah :
1) Koherensi
Merupakan pertalian antar kata atau kalimat, biasanya dapat
diamati dengan memakai kata penghubung (konjungsi) : dan,
tetapi, lalu, karena, daripada, dan sebagainya. Hal ini terlihat pada
kutipan :
“Ya Allah, cita-citaku adalah menjadi seorang penulis atau
pemain bulu tangkis, tetapi jika gagal jadikan aku apa saja,
asal jangan jadikan aku pegawai pos, dan jangan beri aku
pekerjaan sejak subuh.” (h. 278)
Penempatan kata ‘tetapi’ dan kata ‘dan’ pada keterangan di atas
mempunyai fungsi sebagai kata penghubung antar kalimat satu
dengan lainnya. Fungsi dari kata penghubung ‘tetapi’ menjelaskan
kepada kita bahwa tokoh Ikal mempunyai harapan dari doa dan
cita-cita yang dinginkannya. Sedangkan kata ‘dan’ dalam kalimat
di atas, justru mempertegas keinginannya yang tak ingin mendapat
71 Jos Daniel Parera, Sintaksis (Jakarta : Gramedia, 1993), cet.ke-2, h. 1.
pekerjaan yang dimulai di padi hari, seperti tukang pos. Namun, di
akhir cerita ini, impian tersebut tidak terwujud.
2) Bentuk Kalimat
Adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis,
menjelaskan tentang proposisi di atur dalam satu rangkaian
kalimat. Maksudnya, proposisi mana yang akan ditempatkan di
awal atau di akhir kalimat. Kutipan berikut dapat menjelaskan dan
membedakan mana objek, subjek, predikat, dan keterangan.
“Ketika aku menyusul Lintang ke dalam kelas, ia
menyalamiku dengan erat seperti pegangan calon mertua
menerima pinangannya” (h. 12)
Dari keterangan di atas, dapat dijabarkan sebagai berikut :
Ketika aku Menyusul Lintang Ke dalam kelas
Ket. S P O Keterangan
Waktu tempat
Ia Menyalami Ku Dengan erat seperti pegangan……
S P O Keterangan
Dari keterangan di atas, dapat kita lihat bahwa pengarang
meskipun bukan lulusan sastra, namun dia mencoba untuk
mengikuti aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dia juga
mencoba untuk menempatkan proposisi mana yang lebih tepat
digunakan di awal ataupun diakhir.
3) Kata Ganti
Merupakan alat yang dipakai oleh komunikator atau pengarang
untuk menunjukan di mana posisi seseorang dalam wacana,
misalnya dengan mengungkapkan sikapnya dan perilakunya sehari-
hari. Kata ganti yang digunakan dalam novel LP adalah kata “aku”,
berikut kutipannya :
“Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku
panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon fillicium tua
yang rindang meneduhiku” (h.1)
Kata ganti “aku” di atas, menunjukan bukan hanya sifat pengarang
sebagai pemilik karakter, tetapi juga tokoh-tokoh dalam novel LP
merupakan orang-orang melayu yang biasa dengan penggunaan
kata “aku”. Disini juga terlihat Andrea ingin menyampaikan kata
dengan lebih sopan tapi bukan berarti formal, karena pemakaian
kata “aku” sudah menjadi darah daging orang melayu.
c. Stilistik
Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan
pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia (style).
Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung unsur kejujuran,
sopan santun, dan menarik. Gaya bahasa yang cukup menarik dalam
novel ini adalah kata “guru”. Di novel ini, untuk menyebut guru
pengarangan menulisnya seperti kutipan berikut :
“Sabarlah ananda, pertanyaanmu mengenai tafsir surah Ar-Rum
akan dijelaskan nanti di kelas dua…..”
”Tidak Ibunda guru, pagi ini ketika berangkat sekolah aku
hampir diterkam buaya, maka aku tidak punya waktu menunggu,
jelaskan disini, sekarang juga!” (h. 110-111)
Dengan gaya bahasa yang disampaikan seperti di atas
menggunakan kata ‘Ananda’ dan ‘Ibunda’, terlihat bahwa pengarang
ingin menunjukan bahwa antara guru dan murid memiliki ikatan emosi
dan ikatan batin yang kuat, karena dengan begitu suasana akan
bertambah akrab, dan bukan hanya dirasakan sebagai guru dan murid
biasa saja namun dianggap sebagai orang tua yang memiliki tanggung
jawab kepada anak-anaknya. Dengan gaya bahasa seperti ini murid-
murid akan merasa nyaman dan merasa terlindungi, dan pengarang
berhasil menyampaikannya karena selain bahasanya sopan juga hal
seperti inilah yang disukai oleh pembaca.
d. Retoris
Retoris adalah gaya yang diungkapkan untuk menyatakan
dengan sebuah intonasi atau penekanan. Elemennya terbagi menjadi :
1) Grafis
Merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan oleh
seseorang yang di amati dari teks. Novel LP merupakan novel yang
sangat sedikit sekali dialognya. Namun, masalah penekanan pada
teks dapat kita amati dari dialog di bawah ini ketika Ikal
diwawancara untuk mendapatkan beasiswa, berikut kutipannya :
“Hm..sebuah topik yang memang patut dipelajari lebih jauh,
siapa yang membimbing Anda?” Kata profesor itu.
“Bu Mus, Pak Harfan, Lintang, sekolah Muhammadiyah, A
Ling, dan Herriot!” Jawabku dalam hati.
“Saya telah lama menunggu ada proposal riset sebagus ini,
ternyata datang dari tukang pos! Kemana saja kau pergi
selama ini?” Tanyanya retoris.
“Edensor!” Bisik Hatiku. (h. 462)
Penekanan disini disampaikan secara implisit, artinya dengan
pengarang mencoba menekankan dialog seperti di atas, ada
kemungkinan para pembaca akan merasa takjub akan niat yang
dipendam oleh Andrea/Ikal yaitu bertekad mendapatkan beasiswa
tersebut untuk orang-orang yang dicintainya seperti Bu Mus, Pak
Harfan, Lintang, sekolah Muhammadiyah, A Ling dan Herriot
yang menjadi inspirasi utamanya. Juga keindahan Edensor – desa
yang berada di antah berantah di Inggris – yang selalu menjadi
impiannya dan selalu berada dalam angannya.
2) Metafora
Metafora digunakan sebagai ornament atau bumbu dari suatu
berita, biasanya digunakan seperti kata-kata kiasan dan ungkapan,
semuanya digunakan untuk memperjelas pesan utama agar setiap
orang yang membaca akan mudah mengingat dan memahami isi
pesan tersebut. Dalam novel ini, banyak sekali kalimat yang
menggunakan metafora dan pengarang (Andrea) berhasil
menyuguhkan dengan cara yang berbeda. Namun, dari sekian
banyak ungkapan dan metafora, berikut beberapa contoh :
“Jika tak rajin shalat, maka pandai-pandailah berenang” (h.
22)
Ungkapan di atas menunjukan pada kita bahwa kita harus waspada
pada apa yang akan terjadi di hari esok. Ungkapan di atas
berkenaan dengan kisah yang diceritakan oleh Pa Harfan tentang
umat Nabi Nuh.
“Hiduplah untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan untuk
menerima sebanyak-banyaknya” (h. 24)
Artinya adalah kita sebagai manusia harus banyak memberi
manfaat pada orang lain bukan hanya bisa minta apa yang kita
inginkan, karena dengan banyak memberi manfaat itu lebih baik
dari pada hanya mendapat belas kasihan orang lain selagi masi
bisa berusaha.
“Dalamnya laut dapat kukira, dalamnya dusta, siapa
sangka…” (h. 185).
Kebohongan atau dusta adalah pangkal dosa, bohong itu sifatnya
abstrak dan hanya orang yang berbohong yang tahu dan menyadari.
Maka dari itu, jika diibaratkan dengan laut, laut mungkin bisa
diprediksikan kedalamanny, namun bohong adalah tak bisa di
perkirakan karena hanya orang yang berbohong yang merasakan.
“Hidup dengan usaha adalah mata yang ditutup untuk
memilih buah-buahan dalam keranjang. Buah apapun yang
didapat, kita tetap mendapatkan buah…” (h. 476)
Artinya adalah sebesar atau sekecil apapun usaha yang kita
lakukan, usaha itu akan membuahkan hasil bagi diri kita, entah
hasil itu sesuai dengan yang kita harapkan atau tidak.
Elemen retoris dalam novel LP ini menggunakan pemakaian kata
yang tidak bertele-tele, sederhana, mudah diingat, dan langsung
pada pusat isi pesan. Ungkapan-ungkapan seperti ini memang
kerap kita dijumpai agar pembaca tidak merasa bosan tetapi justru
pembaca akan mempunyai kesan tersendiri.
Sesuai dengan data-data yang ditemukan pada analisis teks di atas,
maka secara keseluruhan pesan moral dalam novel “Laskar Pelangi” karya
Andrea Hirata ini lebih banyak menyoroti tentang kehidupan sosial, hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan
lingkungannya. Pesan yang ingin disampaikan dari hubungan manusia dengan
Tuhan ini tercermin dari sikap, sifat, perilaku, pergaulan, dan etika yang baik
yang dimiliki oleh para tokoh dalam novel LP. Mereka berusaha untuk tetap
rendah hati, bekerja keras dan istiqomah dalam menjalankan hidup dengan
benar sesuai ajaran agama meskipun serba kekurangan.
Pesan moral yang ingin disampaikan oleh komunikator dari hubungan
manusia dengan manusia lainnya dan dengan lingkungannya, ini terlihat dari
hubungan antara guru dengan murid yang sangat akrab, saling menghormati
dan menyayangi dan tidak saling membeda-bedakan, murid dianggap sebagai
anak sendiri, dan guru dianggap sebagai orang tua sendiri, sehingga akan
tercipta suasana yang harmonis. Begitu juga dengan persahabatan antara
anggota LP yang sangat kuat. Keadaan susah maupun senang, suka dan duka
dilalui bersama, persahabatan seperti ini pun menjadi indah kala salah seorang
di antara mereka (Ikal) berikrar/berjanji untuk terus memperjuangkan cita-
citanya demi seorang sahabat bernama Lintang yang harus rela meninggalkan
bangku sekolah. Perjuangan mereka dalam mencari ilmu pun memang patut
diacungi jempol, meskipun keadaan yang serba kekurangan, namun semangat
dalam menggapai cita-cita amatlah besar, dan mereka dapat meraih cita-
citanya masing-masing. Hal ini menjadi pelajaran yang amat berharga bagi
kita, karena pengarang/komunikator mengajak kita agar tidak menyerah dalam
kondisi apapun untuk mendapatkan pendidikan dan meraih cita-cita.
B. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Dilihat dari Analisis
Kognisi Sosial
Dalam analisis wacana yang menggunakan model Van Dijk, analisis
tidak hanya difokuskan pada teks semata, tetapi juga melihat dari pandangan
pengarang/Andrea, baik dari segi kognisi sosial maupun konteks sosial.
Pada analisis kognisi sosial di sini difokuskan pada bagaimana sebuah
teks diproduksi, dipahami dan ditafsirkan. Dalam penulisan novel LP
pengarang merupakan sosok utama yang berperan dalam terbentuknya cerita.
Kita dapat mengamati dan menafsirkan ide pengarang dalam memahami cerita
serta tokoh dalam novel tersebut.
Dalam novel LP, pengarang berusaha menggambarkan kenyataan
tentang dunia pendidikan di Indonesia. Berkisah tentang perjuangan dua orang
guru yang memiliki dedikasi yang tinggi dalam dunia pendidikan, tokoh-tokoh
yang diceritakan dalam novel ini pun merupakan manusia-manusia yang
memiliki kesederhanaan, jujur, tulur, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, serta
tawakal di tengah keterbatasan yang mereka alami. Hal seperti ini dituturkan
dan dituangkan oleh pengarang secara indah, haru dan cerdas.
Bukan hanya itu, menurut penulis, dalam novel ini pengarang juga
berusaha menunjukan pada kita bahwa pendidikan merupakan hal yang
penting. Disini digambarkan, bahwa sebagai pendidik kita harus memberikan
hati kita kepada anak-anak dengan sepenuh jiwa raga, bukan sekadar memberi
komando atau instruksi, tetapi para pendidik mampu mendidik dan memberi
tauladan yang baik, sehingga hal ini akan mengasah potensi anak dan
menghasilkan prestasi yang cemerlang di masa yang akan datang.
Menurut penulis, pengarang memberi judul novelnya dengan kalimat
yang bernuansa semangat yaitu “Laskar Pelangi”. Laskar berarti kegigihan
dan kobaran semangat, sementara pelangi berarti tujuh macam warna indah
yang menghiasi langit. Dengan pemilihan judul ini, pembaca akan langsung
dihadapkan pada sebuah pandangan tentang manusia-manusia atau tokoh-
tokoh yang memiliki keuletan, karakter yang berbeda, kegigihan, dan kobaran
semangat yang tinggi dalam menggapai cita-cita.
Meskipun pengarang menulis novelnya hanya dalam waktu tiga
minggu72
, ternyata novel tersebut mendapat sambutan yang luar biasa.
72
Neni Ridarineni “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,” Republika, 30 Desember
2007, h. B4.
Menurut penulis, novel ini ditulis lain dari pada yang lain, karena pengarang
memang benar-benar menuangkan isi hatinya kedalam tulisan.
Dialog dalam novel ini sangat sedikit sekali, si pengarang malah
senang menceritakan kejadian demi kejadian, pengalaman demi pengalaman
dengan cara menguraikan peristiwa tersebut seperti essay. Namun demikian,
ini tak mengubah isi bahasa dan makna yang terkandung dalam novel ini.
Dengan dibungkus oleh ungkapan, kiasan, gaya bahasa serta gaya
humor yang diramu dengan baik, novel ini berhasil mencuri hati pembaca.
Cara penyampaian informasinya pun dibuat sangat kreatif.
Secara keseluruhan, pengarang berhasil menyuguhkan bacaan yang
membuat hati pembacanya tidak bosan, ditambah dengan gaya penulisan dan
gaya penyampaian yang sederhana, lugas, tegas dan mudah dipahami seakan-
akan menyatu dengan pembaca. Pengarang juga mampu memberikan
pelajaran yang berharga, yakni pesan-pesan moral yang terkandung dalam
novel LP. Maka dari itu, novel LP ini ‘pas’ untuk semua kalangan, baik anak-
anak, remaja, dewasa, pengusaha, dan tenaga kependidikan.
C. Wacana Pesan Moral Novel “Laskar Pelangi” Dilihat dari Konteks
Sosial.
Dimensi terakhir dari analisis wacana yang diungkapkan oleh Van Dijk
adalah konteks sosial. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa
konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks,
sehingga menjadi salah satu alasan bagi pengarang dalam menulis novelnya.
Menurut penulis, alasan dibuatnya novel LP adalah karena pengarang
ingin menuangkan kisahnya dan berbagi pengalaman kepada pembaca tentang
realita dan pendidikan di Indonesia. Pada zaman yang sedang mengalami
dekadensi moral dan hanya menginginkan hal-hal yang serba instan ini,
pengarang berusaha masuk dan memberikan suguhan bacaan yang jauh lebih
bermanfaat, jauh dari kehidupan hedonis dan matrelialis. Dalam novel ini kita
akan dihadapkan pada sebuah kenyataan hidup yang memprihatinkan, namun
banyak sekali muatan moral dan hikmah yang dapat diambil.
Sebagai persembahan ucapan terima kasih kepada guru, si pengarang
menggunakan media tulisan berbentuk novel untuk menyampaikan
kekagumannya pada kobaran semangat dan kegigihan Bu Muslimah di bidang
pendidikan. Bukan hanya itu, pengarang juga mengisahkan tentang
pengalaman masa kecilnya bersama kesepuluh anggota LP. Maka lahirlah LP
yang tak lain diberi judul sama dengan julukan mereka sendiri yang diberikan
guru mereka itu.
Sebagaimana diketahui, bahwa tujuan awal dalam menulis novel ini
oleh pengarang Andrea bukan untuk diterbitkan, melainkan untuk
dipersembahkan kepada gurunya atas desakan teman-temannya dari LP.
Namun akhirnya terbit tanpa sepengatahun pengarang, dan menjadi best seller.
Kisah yang diceritakan pun dalam novel LP ini adalah benar-benar merupakan
kisah nyata.
Penulis menilai, kurangnya perhatian dan kepedulian masyarakat dan
pemerintah dalam pendidikan membuat pengarang merasa ‘gerah’. Daerah
Belitung mungkin merupakan salah satu dari sekian banyak daerah miskin di
Indonesia. Dengan memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas, pengarang
berusaha membuka realita kehidupan yang banyak dialami masyarakat
Indonesia secara umum. Dia juga berusaha bercengkarama kepada para
pembaca dengan akrab melalui tulisannya. Maka dari itu, novel ini bisa jadi
mewakili gambaran realita sistem pendidikan Indonesia hingga saat ini, yaitu
mahalnya biaya pendidikan, gedung-gedung yang sudah tidak layak pakai,
hingga kurangnya penghargaan terhadap guru dan lain sebagainya.
Pada awal cerita terdapat satu kesinambungan yang akan mengikat
pembaca untuk meneruskan bacaannya sampai akhir cerita. Ciri terpenting
dalam novel LP adalah novel ini mampu memunculkan ketakjuban, rasa
syukur, kesederhanaan, bahkan membuat kesedihan dan keprihatinan yang
berdampak positif bagi para pembacanya. Cerita-cerita yang dikisahkan oleh
pengarang menampilkan sudut pandang yang berbeda dari novel lainnya.
Pesan-pesan yang disampaikan pun dapat memberi pencerahan, inspirasi, dan
memberi pandangan berbeda tentang kehidupan persahabatan, percintaan,
kepasrahan dan kesederhanaan.
Novel LP adalah salah satu solusi yang baik dalam memberikan
pengetahuan, wawasan, pelajaran hidup, dan pemahaman akan pentingnya
ilmu, pendidikan dan pengorbanan. Dengan demikian, masyarakat akan
memahami dan akan mengambil teladan dari perjalanan hidup LP, sehingga
masyarakat yang senasib dapat mengarungi kehidupannya tanpa pantang
menyerah dan selalu ingin menjadi orang yang lebih baik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menjelaskan dan menganalisa hasil temuan data yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dalam bab ini penulis mencoba memberikan
beberapa kesimpulan yaitu, sebagai berikut :
1. Dari keseluruhan isi cerita, penyajian wacana atau konstruksi wacana
dalam novel LP tersebut terbilang cukup baik, hal ini terbukti dari temuan
data yang ditemukan mulai dari struktur makro meliputi; tema-tema yang
diangkat, superstruktur meliputi; alur cerita yang bagus, menarik, dan
kronologis hingga elemen struktur mikro yang meliputi; pemilihan bahasa,
kata, bentuk kalimat dan metafora yang menghiasi novel LP ini disajikan
dengan baik. Pengarang juga berusaha menyentuh area peristiwa para
tokoh LP dengan kenyataan yang sebenarnya. Pesan yang ditonjolkan
dalam novel ini adalah pesan moral yang mengandung unsur kebaikan,
pelajaran hidup dan lebih menyoroti tentang kehidupan sosial. Pesan ini
pun disajikan dengan sederhana agar mudah dipahami.
2. Dalam menyajikan isi cerita, jika dilihat dari aspek kognisi sosial dan
konteks sosial pengarang berusaha membagi pengalaman dengan pembaca
melalui suguhan tentang realita dunia pendidikan kita. Dengan wawasan
pengetahuan yang dimilikinya, cara penyampaian informasi, gaya bahasa
dan gaya humor dalam novel ini ia ramu dengan baik dan kreatif. Novel
ini merupakan kisah nyata para tokoh-tokohnya, pengarang berusaha
bercengkrama dan mengajak pembaca untuk sharing tentang gambaran
dunia pendidikan di Indonesia. Pengarang juga berusaha menyentuh area
peristiwa para tokoh LP dengan kenyataan yang sebenarnya. Pesan yang
ditonjolkan dalam novel ini adalah pesan moral yang mengandung unsur
kebaikan, pelajaran hidup dan lebih menyoroti tentang kehidupan sosial.
Pesan ini pun disajikan dengan sederhana agar mudah dipahami.
B. Saran-saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan kepada pengarang
yakni :
1. Mengenai pemakaian bahasa ilmiah yang terlalu banyak. Novel ini
memang jenis novel yang cukup baik dan sangat inspiratif, namun
banyaknya kata-kata ilmiah ini menjadi batu sandungan dan membuat
pembaca bosan, sehingga para pembaca malas untuk membuka maksud
dari kata-kata itu meskipun telah disediakan di halaman terakhir. Alangkah
baiknya jika kata-kata ilmiah itu dipakai footnote, sehingga pembaca akan
langsung tahu maknanya.
2. Dialog dalam novel ini juga sangat jarang, pengarang lebih suka
menceritakan kisahnya dalam paragraf yang panjang. Terlepas dari
pengetahuan para pembaca yang akan bertambah, namun hal ini juga
membuat para pembaca jenuh. Saat ini memang sedikit sekali tema-tema
novel yang menyoroti dunia pendidikan dan dunia anak. Maka dari itu,
kehadiran pengarang novel LP memberi warna baru dalam dunia
pernovelan, dan hal ini menjadi tolok ukur bagi para novelis lainnya untuk
menyuguhkan bacaan yang berkualitas dan berbobot demi kemajuan
bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Ambary, Abdullah. Intisari Sastra Indonesia. Bandung : Djatnika, 1983.
Amin, Ahmad. Etika : Ilmu Akhlak. Jakarta : Bulan Bintang, cet.ke-8, 1995.
Aziz, Mohammad Ali. Ilmu Dakwah . Jakarta : Prenada Media, 2004
Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta, cet.ke-3, 2002.
Darajat, Zakiyah. Peranan Agama Islam Dalam Kesehatan Mental. Jakarta :
Haji Masagung, 1993
DepDikBud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka,
cet.ke-1, 1988.
Effendy, Onong Uchana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosda Karya, cet.ke-2, 1997.
Eriyanto, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Jogjakarta :
LKiS, cet.ke-5, 2006.
Hazmy, A. Dustur Dakwah Menurut Al Qur’an. Jakarta : Bulan Bintang, cet.ke-3, 1994.
Hirata, Andrea. Edensor. Jogjakarta : Bentang Pustaka, cet.ke- 5, 2007.
Indah, “Biografi Andrea Hirata : Menulis Tempat Curahan Hati,” artikel
diakses pada 24 Januari 2008 dari http://www.naskahoke.com/e-mbig.
Keraf Gorys. Komposisi. Nusa Indah, 1994.
- - - - - . Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
cet.ke-14, 2004.
Kooij J.G, dan S.C Dik. Ilmu Bahasa Umum (Terj). Jakarta : Perpustakaan
Nasional, 1994.
Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.
Mulyana. Kajian Wacana : Toeri, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip
Analisis Wacana. Jogjakarta : Tiara Wacana, 2005.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Raja Grafindo Persada, cet.ke-5,
2003.
Natawijaya, P.Suparman. Bimbingan Untuk Cakap Menulis. Jakarta :
Gunung Mulia, cet.ke-2, 1979.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada, cet.ke-1, 1995.
Parera, Jos Daniel. Sintaksis. Jakarta : Gramedia, cet.ke-2, 1993.
Persua, Ngurah. Peranan Kesusastraan Dalam Pendidika. Suara Guru : XII,
1980.
Petada, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta : Rineka Cipta, cet.ke-1, 2001.
Purwanto, Yadi. Etika Profesi . Bandung : PT.Repika Aditama, 2007
Rahmanto. Metode Pengajaran. Jogjakarta : Kanisius, cet.ke-1, 1992
Ridarineni, Neni. “Andrea : Bangga Sebagai Melayu Pedalaman,”
Republika, 30 Desember 2007, h. B4
Sadily Hasan, & John M.Echols. Kamus Bahasa Inggris. Jakarta : Gramedia,
cet.XXV, 2003.
Salim Yenny dan Peter Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer. Jakarta : Modern English Press, edisi ke-3, 2002.
Saraswati, Ekarini. Sosiologi Sastra : Sebuah Pemahaman Awal. Malang :
UMM Press dan Bayu Media, cet.ke-1, 2003.
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya, cet.ke-1, 1988.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung :
Remaja Rosdakarya, cet.ke-4, 2006.
Subardjo, Jakob. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen.
Bandung : Pustaka Latifah, 2004.
Sumadirja, As Haris. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung :
Simbiosa Rekatama Media, cet.ke-2, 2005.
Suprapto. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia.
Surabaya : Indah, 1993.
Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta : Andi Offset, 1989.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Wacana. Bandung : Angkasa, 1993.
Verhaar, J.W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Jogjakarta : Universitas Gajah
Mada Press, cet.ke-3, 2001.
Waryodo, Purwahadi. Moral dan Masalahnya. Jogjakarta : Kanisius, cet.ke-9,1 990.
Wijdaja, H.A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi
Aksara, 1997.
Yunus, Umar. Dari Peristiwa ke Imajinasi . Jakarta : PT.Gramedia, cet.ke-2,
1985.
Zainudin. Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia. Jakarta : Rineka
Cipta, cet.ke-1, 1992.