anatomi-text praktikum 2
DESCRIPTION
ANATOMITRANSCRIPT
TATA TERTIB
1. Sebelum melaksanakan praktikum,mahasiswa harus mempersiapkan diri, mempela-
jari teori maupun bahan-bahan praktikum yang berhubungan dengan topik atau judul
praktikum yang akan dilaksanakan.
2. Mahasiswa harus datang 10 menit lebih awal dari jam praktikum, supaya praktikum
dapat dimulai tepat pada waktunya.
3. Mahasiswa harus menjaga ketertiban dan ketenangan kelas pada waktu praktikum
dengan cara tidak terlalu banyak bicara maupun mondar-mandir dengan keperluan
yang tidak jelas. Ingat ! Dalam praktikum yang bekerja bukan mulut.
4. Selama praktikum, handphone hendaknya dimatikan, dilarang menerima dan mengi-
rim panggilan ataupun SMS.
5. Agar dapat mengikuti ujian akhir, mahasiswa dituntut untuk mengikuti praktikum
seratus persen, apabila tidak memenuhi, maka kekurangannya menjadi tanggung
jawab mahasiswa yang bersangkutan untuk menyelenggarakan praktikum tambahan.
6. Praktikum adalah kegiatan individual walaupun dalam kenyataannya bekerja secara
berkelompok. Oleh karena itu, semua kebutuhan bahan atau alat menjadi tanggung
jawab setiap individu mahasiswa.
7. Mahasiswa harus menjaga kebersihan laboratorium. Oleh karena itu setiap selesai
praktikum, mahasiswa wajib membersihkan dan menata kembali laboratorium.
8. Setiap selesai praktikum, mahasiswa diwajibkan meminta tanda tangan pengesahan
hasil praktikum pada hari itu kepada dosen yang bersangkutan.
9. Setiap melakukan praktikum, mahasiswa harus menyiapkan :
1) Mikroskop
2) Kaca benda dan kaca penutup
3) Gelas beaker 50 ml
4) Pipet tetes yang pendek
5) Silet yang tajam
6) Kuas kecil; jarum dan pinset
7) Lap kain linen halus
8) Pensil 4H atau sejenis
46
9) Perlengkapan menggambar lainnya.
10. Setiap praktikum, mahasiswa harus menyediakan bahan-bahan praktikum hari itu.
Apabila karena suatu hal mahasiswa tidak membawa bahan praktikum, kepada
mahasiswa yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut praktikum
11. Bahan praktikum atau spesimen yang tercantum dalam buku panduan praktikum
merupakan bahan atau spesimen minimal yang harus saudara kuasai. Oleh karena itu
bagi mahasiswa yang terlambat harus mengejar sendiri agar memenuhi tuntutan
minimal.
12. Mahasiswa wajib membersihkan mikroskop dan memeriksa bagian-bagiannya, baik
sebelum praktikum dimulai maupun sesudah selesai praktikum. Bila menghadapi
kejanggalan atau keraguan, hubungi teknisi atau dosen yang bersangkutan.
13. Untuk menggambar hasil pengamatan mahasiswa wajib mengikuti petunjuk cara
menggambar yang tercantum dalam buku panduan praktikum.
47
MIKROSKOP
1. Pengantar
Mata manusia memiliki kemampuan daya pisah yang terbatas, oleh karena itu
banyak masalah mengenai organisme yang akan diamati hanya dapat diperiksa
dengan menggunakan alat-alat Bantu. Salah satu alat Bantu yang sering dipergunakan
dalam pengamatan preparat benda-benda mikroskopis adalah mikroskop, yang
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan daya pisah pandangan seseorang,
sehingga memungkinkan untuk mengamati obyek yang sangat halus.
Ada berbagai macam mikroskop, namun yang sering digunakan dalam
kegiatan pengamatan preparat mikroskopis ialah mikroskop cahaya, baik yang
berlensa okuler tunggal maupun berlensa okuler ganda. Mikroskop ini hanya dapat
memberikan gambaran tentang panjang dan lebar benda yang diamati atau
berdimensi dua, meskipun sesungguhnya benda yang diamati adalah tiga dimensi.
Benda yang akan diamati harus berukuran kecil dan tipis, agar dapat tertembus
cahaya
2. Bagian-Bagian Mikroskop
Mikroskop cahaya (lihat gambar 01.), baik yang berlensa okuler tunggal mau-
pun ganda, baik yang elektrik maupun non elektrik pada umumnya mempunyai
bagian-bagian pokok sebagai berikut :
a. Bagian mekanis
Bagian ini bersifat sekunder, namun demikian amat penting, agar mikroskop
dapat digunakan dengan baik. Mikroskop berdiri tegak di atas dasar atau kaki yang
berbentuk tapal kuda, di atasnya terdapat pilar tempat berdirinya lengan. Bagian pilar
dan bagian lengan dihubungkan oleh engsel penggerak yang berfungsi untuk
mengatur kedudukan mikroskop sesuai dengan yang dikehendaki. Di bagian depan
atas pilar terdapat meja atau panggung yang brfungsi untuk meletakkan benda atau
obyek yang akan diamati. Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berfungsi
untuk meluluskan cahaya yang berasal dari cermin pantul (untuk mikroskop non
elektrik) dan lampu sebagai sumber cahaya (bagi mikroskop elektrik). Di bawah meja
terdapat subpanggung yang padanya melekat kondensor yang berfungsi untuk
48
memfokuskan cahaya menuju benda yang diamati. Di bawah kondensor terdapat
diafragma yang berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang diperlukan.
Cermin terletak dibawah subpanggung, memiliki dua permukaan, yaitu permukaan
datar dan permukaan cekung (Ingat kembali sifat cermin datar dalam hal meman-
tulkan cahaya). Pada lengan mikroskop melekat tabung dengan bagian optiknya.
Agar lensa dapat difokuskan, tabung harus dapat dinaikkan dan diturunkan dengan
memutar tombol besar dan tombol kecil yang terdapat pada lengan. Tombol besar
disebut makrometer, berfungsi menaik-turunkan tabung secara kasar atau cepat;
tombol kecil disebut Mikrometer, berfungsi menaik-turunkan tabung secara halus.
Pada umumnya tombol kecil atau Mikrometer digunakan pada perbesaran kuat atau
400x ke atas.
b. Bagian optik
Bagian ini terdiri dari cermin; lensa obyektif; lensa okuler; lensa kondensor;
dan diafragma. Alat-alat tersebut merupakan bagian utama atau primer dari sebuah
mikroskop. Masing-masing alat mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Keberhasilan
seseorang untuk mengamati spesimen mikroskopis sangat bergantung pada ke-
piawaian seseorang mengatur alat-alat tersebut.
1) Cermin
Pada setiap mikroskop selalu dilengkapi dengan cermin yang menyatu,
kecuali yang elektris, cermin merupakan perlengkapan tambahan. Pada umumnya
cermin mikroskop mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan datar dan permukaan
cekung. Fungsi dari cermin adalah memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke
spesimen atau benda yang diamati. Permukaan datar digunakan apabila sumber
cahaya cukup terang, dan apabila sumber cahaya kurang, misalnya dalam ruangan,
maka permukaan cekunglah yang dipergunakan sebab cermin cekung selain meman-
tulkan cahaya juga bersifat mengumpulkan cahaya.
2) Diafragma
Ada dua jenis diafragma yang dapat dijumpai pada berbagai tipe mikroskop
cahaya, yaitu yang terdiri dari lubang-lubang kecil dengan berbagai ukuran diameter-
nya, dan biasanya diafragma tersebut dibuat di atas lempeng/piringan yang letaknya
dibawah panggung. Cara menggunakannya sederhana, yaitu dengan memutar piring-
an sehingga lubang dengan diafragma yang dikehendaki bergeser tepat di bawah
lubang panggung. Adapula diafragma yang terdiri dari banyak lembaran logam tipis
49
bersusun saling tindih. Lembaran logam tersebut adalah daun-daun diafragma yang
secara bersama-sama mentuk lubang untuk meluluskan cahaya. Diafragma ini dikenal
dengan diafragma iris. Untuk mengatur diameter lubang yang diperlukan dilakukan
dengan menggeser tangkai ke salah satu arah. Baik diafragma berupa piringan
maupun diafragma iris, keduanya untuk mengatur intensitas cahaya yang diperlukan
pada pengamatan benda.
3) Lensa kondensor
Mikroskop yang baik selalu dilengkapi dengan lensa kondensor, suatu alat
yang terdiri dari dua lensa yang berfungsi ntuk memfokuskan cahaya ke benda yang
sedang diamati. Apabila kondisi ruangan kekurangan cahaya, dengan menggunakan
cermin cekung dan mengatur kondensor akan diperoleh pencahayaan yang lebih baik.
4) Lensa obyektif
Terletak pada suatu piringan yang dapat diputar-putar, disebut revolver,
berada di bawah tabung mikroskop. Jumlah lensa obyektif tergantung pada kualitas
mikroskop, namun pada umumnya setiap mikroskop memiliki paling sedikit tiga
lensa obyektif dengan kemampuan perbesaran 5X; 10X dan 40X atau 45X. Kalau
diperhatikan pada batang lensa obyektif, tertera angka ataupun tulisan yang perlu
dipahami, misalnya pada lensa obyektif dengan kekutana perbesaran 40X tertera
informasi sebagai berikut :
Angka-angka ataupun tulisan yang terdapat dapat dalam kotak di atas
menunjukkan pengertian sebagai berikut :
Plan : Plan Achromatis
40 : Angka yang menunjukkan kemampuan/kekuatan perbesaran
0.65 : NA=Numerical Aperture. Angka yang menunjukkan kemampuan lensa untuk
menghimpun cahaya.
160 : Angka yang enunjukkan panjang tabung dalam ukuran millimeter
0.17 : Angka yang menunjukkan tebal kaca penutup yang cocok untuk digunakan
pada perbesaran tersebut.
Plan 40/0.65
160/0.17
50
Dengan melihatkan angka atau tulisan yang tertera pada lensa obyektif seperti
contoh di atas, dapat dijelaskan bahwa lensa obyektif tersebut bertipe plan
achromatis, mempunyai kemampuan untuk membesarkan obyek sebesar 40X,
mempunyai kemampuan untuk menghimpun cahaya, lensa ini dirancang untuk
mikroskop dengan panjang tabung berukuran 160 mm dan kaca penutup yang
digunakan untuk menutup preparat adalah setebal 0,17 mm.
5) Lensa okuler
Terletak pada bagian atas tabung, berdekatan dengan mata apabila seseorang
sedang mengamati dengan mikroskop. Lensa okuler dengan mudah dapat dilepaskan
dari tabung, kecuali pada mikroskop tertentu, lensa okuler sulit dilepaskan karena di
sekrup dengan tabungnya. Lensa okuler dirancang mudah dilepas agar mudah
mengganti dengan lensa okuler lain sesuai dengan perbesaran yang dikehendaki. Pada
lensa okuler tertera angka-angka yang menunjukkan kemampuannya untuk
membesarkan bayangan benda. Pada umumnya angka-angka tersebut berkisar antara
6X; 10X; 12,5X dan 15X. Perbesaran total sebuah mikroskop dapat diperoleh dengan
mengalikan angka-angka pada lensa obyektif dan lensa okuler yang digunakan.
Keterangan gambar1. Lensa okuler2. Makroeter3. Mikrometer4. Tabung5. Revolver6. Lensa Obyektif7. Panggung8. Kondensor9. Subpanggung10. Diafragma11. Lengan12. Pilar13. Engsel14. Cermin15. Kaki
Gamb. 01. Mikroskop dengan bagian-bagiannya
51
3. Resolusi dan Daya Pisah
Peningkatan perbesaran mikroskop dapat dicapai hanya dengan menambah
kekuatan lensa obyektif maupun lensa okuler. Namun sesungguhnya lensa dibatasi
oleh sesuatu yang disebut resolusi. Bila lensa difokuskan pada suatu benda, maka dua
titik terpisah pada benda tersebut sesungguhnya membentuk dua bayangan, tetapi
tampak sebagi satu titik saja akaibat dari difraksi. Resolusi suatu lensa ialah
keampuan lensa untuk memisahkan bayangan sebagai satuan-satuan yang terpisah.
Sedangkan daya pisah ialah kemampuan lensa untuk membentuk bayangan sebagai
satuan-satuan terpisah pada jarak tertentu. Daya pisah ditentukan oleh panjang
gelombang dan Numerical Aperture system lensa obyektif dan atau kondensor.
4. Langkah-Langkah Menggunakan Mikroskop
Mikroskop sebagai alat Bantu meningkatkan kemampuan daya pisah peng-
lihatan manusia, agar dapat digunakan secara optimal, diperlukan beberapa kete-
rampilan pengaturan bagian-bagian mikroskop sebagai berikut :
1) Mengatur pencahayaan
Menaikkan tabung dengan menggunakan makrometer, sehingga lensa obyek-
tif tidak membentur panggung apabila revolver diputar-putar. Putar revolver sehingga
lensa obyektif lemah (5X atau 10X) posisinya langsung berada pada satu poros
dengan lensa okuler. Apabila letaknya telah tepat akan berbunyi “klik” pada revolver.
Setelah itu diafragma dibuka selebar-lebarnya. Atur posisi cermin sedemikian rupa
sehingga yang terlihat dalam lensa okuler lingkaran terang atau lapangan pandang
yang sangat terang. Dengan demikian pengaturan cahaya telah selesai, mikroskop
siap digunakan.
2) Mengatur diafragma dan kondensor
Berlimpahnya cahaya yang menembus obyek atau spesimen pada preparat
mikroskopis, belum tentu menghasilkan bayangan yang jelas dan kontras, bahkan
menjadikan benda yang diamati menjadi kurang tajam. Bila demikian keadaannya,
maka perlu mengatur intensitas cahaya dengan cara mengatur besar-kecilnya bukaan
diafragma, disertai dengan mengatur tinggi rendahnya kedudukan kondensor
sehingga diperoleh bayangan yang tajam dan kontras.
3) Mengatur Fokus
Naikkan tabung mikroskop dengan makrometer, sehingga jarak antara lensa
obyektif lemah dengan permukaan panggung kira-kira tiga sentimeter, kemudian
52
letakkanlah preparat mikroskopis di panggung dengan spesimennya terletak ditengah-
tengah lubang panggung. Gunakan penjepit yang ada dipanggung untuk menjepit
preparat agar tidak mudah bergeser. Sambil mengamati mikroskop dari samping,
turunkanlah tabung secara hati-hati dengan makrometer, sehingga jarak antara lensa
obyektif dengan preparat kurang lebih satu millimeter. Selanjutnya dengan melihat
melalui lensa okuler, naikan tabung perlahan-lahan dan hati-hati sehingga spesimen
tampak jelas. Jika setelah tabung mikroskop dinaikkan lebih dari satu sentimeter
ternyata spesimen belum tampak, maka berarti letak spesimen mungkin tidak berada
tepat di bawah lensa obyektif. Kalau demikian halnya, aturlah atau geserlah kembali
preparat pada panggung supaya spesimennya terletak tepat di bawah lensa obyektif
atau tepat ditengah lubang panggung dan ulangi prosedur dari awal.
4) Mengatur perbesaran
Kadangkala diperlukan perbesaran yang lebih kuat lagi. Untuk keperluan
tersebut tidak perlu mengulang kegiatan dari awal, tetapi cukup dengan memutar
revolver untuk mengganti lensa obyektif yang lebih besar sesuai dengan yang
dikehendaki. Apabila bayangan hasil perbesaran kabur atau tidak tajam, dengan
Mikrometer, naikkan atau turunkan tabung sehingga diperoleh bayangan yang tajam,
demikian seterusnya apabila ikehendaki perbesaran yang lebih kuat lagi. Namun perlu
diperhatikan bahwa semakin kuat perbesaran lensa, semakin lemah lensa tersebut
menghimpun cahaya, akibatnya makin kuat perbesaran, cahaya makin lemah. Oleh
karena itu diperlukan pengaturan pencahayaan awal yang optimal.
5) Penggunaan minyak imersi
Bila dikehendaki perbesaran yang lebih kuat lagi, misalnya dengan lensa
obyektif 100X ke atas, agar supaya mendapatkan bayangan yang tajam diperlukan
minyak imersi yang diletakkan di antara ujung lensa obyektif dengan permukaan kaca
penutup, sehingga tidak ada udara yang memisahkan antara lensa obyektif dengan
spesimen. Cara meneteskan minyak imersi adalah sebagai berikut : Putarlah revolver
sehingga terdapat ruang yang cukup antara preparat dengan lensa obyektif. Teteskan
setetes minyak imersi dibagian tengah preparat, dimana terdapat spesimen yang akan
diamati. Hindarilah terjadinya gelembung udara pada minyak imersi tersebut.
Selanjutnya sambil melihat dari samping putarlah kembali revolver agar lensa
obyektif dengan perbesaran kuat yang dikehendaki bersentuhan dengan minyak
tersebut. Untuk memperoleh Fokus yng tepat, gunakan Mikrometer.
53
Perlu diperhatikan, apabila pengamatan dengan menggunakan minyak imersi
telah selesai, segera bersihkan sisa-sisa minyak tersebut dengan cairan xilol sesegera
mungkin. Terlambat atau lupa membersihkan, menyebabkan lensa obyektif menjadi
kotor dan sulit dibersihkan. Karena cairan xilol dapat melarutkan perekat yang
terdapat pada lensa obyektif, maka sebaiknya setelah dibersihkan segera dikeringkan
dengan kain lap yang bersih.
5. Membersihkan Mikroskop
Banyak alat yang dapat digunakan untuk membersihkan mikroskop, misalnya
kertas lensa untkmembersihkan lensa-lensa yang ada pada mikroskop ataupun kain
lap dari linen yang halus, kain lap dari flannel untuk membersihkan bagian-bagian
lainnya, terutama bagian luar. Sebelum mikroskop digunakan untuk mengamati
preparat mikroskopis, bersihkanlah lebih dahulu lensa okuler, lensa obyektif, cermin,
dan kondensornya. Jangan memegang lensa atau bagian-bagian optic lain, Karena jari
dapat meninggalkan bekas sidik jari yang berminyak. Untuk membersihkan tetes-
tetes minyak, gliserin ataupun sisa-sisa balsam kanada, pergunakanlah lap halus yang
telah dibasahi dengan xilol dan setelah itu segera keringkan. Bila tidak perlu sekali,
jangan sekali-kali membuka lensa okuler, biarkan lensa tersebut berada ditempatnya,
karena dengan demikian lensa obyektifnya terhindar dari debu. Sambil melihat ke
bawah melalui tabung mikroskop, gerakkan preparat ke depan dan ke belakang, bila
terlihat kotoran yang bergerak, maka kotoran tersebut berada di atas preparat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa preparat tidak bersih, bila demikian halnya bersihkan
preparatnya dengan kain lap yang bersih secara hati-hati jangan sampai preparatnya
patah atau pecah. Kemudian putarlah lensa okuler di tempatnya, bila tampak kotoran
bergerak sesuai arah putaran lensa okuler, berarti kotoran tersebut terletak pada pada
lensa okuler, bias terdapat di dalam atau di luarnya. Bila demikian halnya, laporkan
kepada teknisi atau pemandu praktikum. Setelah selesai digunakan hendaknya
mikroskop dibersihkan, kedudukannya diatur seperti semula, kemudian masukkan
dalam kotaknya atau almari yang telah disediakan agar terbebas dari debu.
6. Pemeliharaan Mikroskop
Mikroskop, seperti halnya ala-alat laboratorium yang lain, perlu pemeliharaan
yang cermat. Mikroskop harus selalu diangkat dan dibawa dalam posisi tegak, dengan
54
satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan tangan yang lain menyangga
pada bagian dasar atau kainya. Apabila tabung perlu dicondongkan posisinya
disesuaikan dengan yang menggunakan, maka hal tersebut dapat dilakukan dengan
memutar engsel penggerak sebagai titik putar. Setelah selesai, maka mikroskop harus
ditegakkan kembali, usahakan agar lensa obyektif yang terlemah berada satu poros
dengan lensa okuler. Aturlah kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga ujung
lensa obyektif lemah berjarak satu sentimeter dari atas panggung. Begitu pula dengan
penjepit harus disusun rapi di atas panggung dan jangan lupa cermin diatur dengan
posisi tegak agar debu tidak tertumpuk dipermukaan cermin.
7. Mikrometri/Pengukuran Mikroskopis
Spesimen yang diamati dengan mikroskop dapat diketahui ukurannya dengan
menggunakan beberapa alat Bantu yang disebut Mikrometer. Mikrometer pada da-
sarnya bekerja sebagai penggaris pada umumnya, namun berukuran mikronmeter.
Ada beberapa jenis Mikrometer, yaitu Mikrometer panggung; Mikrometer okuler
yang bertipe linier dan kuadratik.
Mikrometer panggung terbuat dari kaca benda yang didalanya terukir skala
dengan ukuran tertentu. Biasanya terbagi menjadi sepuluh skala besar berukuran 0,1
mm. Masing-masing skala besar masih terbagi lagi menjadi 10 skala kecil dengan
ukuran masing-masing 0,01 mm. Mikrometer okuler tipe linier juga terbuat dari kaca
tipis seperti filter dengan diameter sama dengan diameter lensa okuler. Di dalamnya
terukir skala-skala kecil tanpa ukuran. Untuk mengetahui ukuran setiap skala pada
Mikrometer okuler dapat dilakukan dengan cara mengkalibrasi menggunakan
Mikrometer panggung. Sedangkan Mikrometer okuler tipe kuadratik mempunyai
bentuk yang sama dengan tipe linier, bedanya hanya terletak pada skala, yaitu berupa
kotak-kotak kecil tanpa ukuran. Untuk mengetahui ukuran setiap kotak dapat
dilakukan kalibrasi sebagaimana dilakukan pada Mikrometer okuler tipe linier. Untuk
maksud tersebut di atas, dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini :
a) Masukkan Mikrometer okuler ke dalam tabung lensa okuler dengan melepas lensa
okuler paling atas. Apabila kedudukan Mikrometer okuler telah tepat, maka skala
di dalamnya dapat dilihat dengan jelas seperti gambar di bawah ini
55
Gamb. 02. Skala Mikrometer okuler tanpa ukuran
b) Sebagai mana meletakkan preparat, letakkan Mikrometer panggung pada
panggung mikroskop. Dengan menggunakan lensa obyektif berpembasaran 10X,
fokuskanlah sehingga skala yang ada di dalam tampak dengan jelas seperti
gambar di bawah ini
Gamb. 03. Skala Mikrometer panggung Skala besar berukuran 0,1 mm, sedangkan skala kecil berukuran 0,01 mm
c) Setelah diperoleh gambar skala Mikrometer panggung yang tajam, putarlah lensa
okuler sedemikian rupa supaya kedua skala, dari Mikrometer okuler dan
Mikrometer panggung saling tumpang tindih dengan batas skala yang paling kiri
dari kedua Mikrometer saling berimpitan seperti gambar di bawah ini
Gamb. 04. Skala kedua Mikrometer saling berimpitan pada perbesaran Ok 10X dengan Obyektif 10X
d) Langkah selanjutnya mengkalibrasi skala Mikrometer okuler menggunakan skala
Mikrometer panggung dengan cara sebagai berikut : 100 skala Mikrometer okuler
sama dengan 10 skala besar Mikrometer panggung. Satu skala besar Mikrometer
panggung ukurannya 0,1 mm, dan satu skala kecil Mikrometer panggung
ukurannya 0,01 mm. Artinya, 100 skala Mikrometer okuler = 1000 µm. Jadi satu
skala Mikrometer okuler adalah 1000 µm : 100 = 10 µm.
e) Apabila telah diketahui 1 skala Mikrometer okuler = 10 µm, maka selesailah
pekerjaan mengkalibrasi. Lepaslah Mikrometer panggung, dan gantilah dengan
preparat/specimen yang akan diukur, dengan demikian pengukuran siap
56
dilaksanakan. Geserlah preparat agar specimen di dalamnya berada dibawah
bayangan skala Mikrometer okuler, kemudian hitunglah ukuran yang dikehendaki.
f) Apabila hendak mengukur dengan menggunakan perbesaran yang lebih kuat,
misalnya dengan lensa obyektif 40X, maka ulangi prosedur b dan c, sehingga
diperoleh bayangan seperti gambar di bawah ini.
Gamb. 05. Skala Mikrometer okuler berimpitan dengan skala Mikrometer panggung pada perbesaran Okuler 10X dengan Obyektif 40X
g) Selanjutnya menghitung ukuran skala pada Mikrometer okuler seperti halnya
mengukur skala pada Mikrometer okuler pada prosedur nomer d. (Selamat
mencoba)
8. Petunjuk Menggambar
Hasil pengamatan dengan mikroskop biasanya dituangkan dalam bentuk
gambar yang dapat dilakukan dengan alat fotografi atau dapat dibuat dengan tangan.
Menggambar bertujuan untuk merekam dan menjelaskan secara cermat dari suatu
benda berdasarkan pengamatan yang teliti. Gambar harus dapat menyampaikan ide
yang jelas dari suatu struktur yang nyata. Ciri-ciri gambar yang baik adalah jelas,
mempunyai keterangan yang lengkap, rapi, cermat. Gambar diatur di bagian tengah
halaman buku atau kertas, disertai judul, keterangan pembesaran hendaknya terlihat
dengan jelas di dekat gambar. Letakkan nama penggambar dan tanggal pada sudut
kanan atas dari halaman. Bekerjalah dengan rapid an bersih, gunakanlah pensil 4H
atau 5H. Gambar hendaknya dibuat dengan garis tunggal, artinya sekali menarik
garis, selesaikanlah garis tersebut sehingga membentuk satu gambar yang dikehen-
57
daki, jangan menggunakan garis berulang seperti pada menggambar sketsa, dan
bayangan tidak diperlukan. Buatlah gambar yang cukup besar tetapi proporsional,
sehingga memudahkan untuk memberi keterangam. Biasanya satu halaman hanya
untuk satu atau dua gambar saja. Garis penunjuk harus menghubungkan semua
struktur dalam gambar dengan keterangan gambar. Garis penunjuk harus lurus dan
tidak saling berpotongan, jika mungkin, letakkan semua keterangan pada sisi yang
sama, yaitu pada sisi kanan dan aturlah supaya setiap keterangan mempunyai jarak
yang sam terhadap gambar.
Gambar ilmiah bukanlah bagian dari seni yang beraliran ekspresionis. Gam-
bar ilmiah adalah pengungkapan perasaan secara sederhana yang menyampaikan
rincian-rincian utama kepada pemirsa lain. Pilihlah spesimen yang mewakili dan
yang utama. Dalam menggambar, kecermatan pengamatan lebih penting daripada
teknik menggambar. Perlu juga diperhatikan, proporsi ukuran dari masing-masing
bagian hendaknya diperhatikan.
9. Membuat Preparat Sementara
Preparat sementara ialah preparat yang tidak diawetkan dengan menggunakan
proses apapun. Kaca penutup diletakkan begitu saja di atas kaca benda yang akan
diamati tanpa menggunakan perekat apapun. Benda atau spesimen yang akan diamati
biasanya direndam dalam medium air atau untuk maksud-maksud tertentu gliserin
dapat digunakan sebagai medium. Kaca penutup dalam hal ini hanya sebagai
pelindung lensa obyektif agar terhindar dari cairan medium dan berguna untuk
mengurangi laju penguapan medium, sehingga preparat dapat lebih lama dipelajari.
Tujuan pembuatan preparat sementara ialah untuk mempelajari sesuatu dalam
keadaan segar. Sesudah selesai pengamatan, specimen dibuang, sedangkan kaca
benda dan kaca pentup dapat dicuci, disimpan dan digunakan kembali untuk
keperluan yang sama. Untuk maksud-maksud tertentu, preparat sementara dapat juga
diwarnai menggunakan bahan-bahan pewarna tertentu, misalnya mengamati jaringan
pada batang, akar dan daun dapat digunakan ploroglusinol dan HCl; untuk meng-
amati butir-butir amilum dapat diwarnai dengan menggunakan yodium; mengamati
fase-fase dalam mitosis dapat diwarnai dengan asetokarmin, dsb. Prosedur pembuatan
preparat sementara adalah sebagai berikut :
a. Siapkan kaca benda yang bersih, kemudian teteskan setetes air di atasnya.
58
b. Buatlah irisan setipis mungkin, dengan menggunakan silet yang tajam. Irisan
dapat dibuat melalui penampang melintang, membujur, tangensial ataupun para-
dermal.
c. Letakkan irisan tersebut di atas tetesan air yang terdapat pada kaca benda dengan
menggunakan jarum atau kuas kecil.
d. Tutuplah tetesan air yang mengandung irisan dengan kaca penutup dengan cara
meletakkan kaca penutup secara miring disisi tetesan air, sedangkan sisi yang lain
disangga dengan jarum, kemudian turunkan perlahan-lahan sehingga kaca penutup
menutupi tetesan air tanpa menimbulkan gelembung udara.
e. Apabila ternyata air yang diteteskan berlebihan, maka kelebihan air dapat diisap
dengan kertas isap, dan bila ternyata tetesan air ternyata kurang, hal ini ditandai
adanya pulau-pulau yang terjadi di bawah kaca penutup, maka harus ditambah air
dengan cara meneteskan air menggunakan pipet pada salah satu sisi kaca penutup,
sementara sisi yang berlawanan diisap dengan kertas pengisap. Lakukan hal ini
sampai air merata ke seluruh permukaan bawah kaca penutup.
f. Apabila telah selesai pengamatan, bukalah kaca penutup dengan mencongkel
menggunakan jarum secara lembut salah satu sisi kaca penutup, dan apabila
sudah terangkat, ambillah dan bersihkan kemudian dikeringkan dan selanjutnya
disimpan untuk digunakan praktikum mendatang.
59
PRAKTIKUM AKAR
STRUKTUR ANATOMI
AKAR MONOKOTIL DAN DIKOTIL
PENGANTAR
Struktur anatomi akar lebih sederhana dibandingkan struktur anatomi batang,
walaupun struktur akar mempunyai banyak variasi. Pada pengamatan melintang struktur
primer akar dapat dibedakan menjadi tiga sistem jaringan, yaitu sistem jaringan penutup
terdiri dari epidermis dan derivatnya; sistem jaringan dasar atau korteks; sistem jaringan
pengangkut berupa stele atau silinder pusat. Pada bagian ujung akar terdapat sistem
pelindung meristem apikal akar yaitu tudung akar atau kaliptra.
A. Sistem jaringan penutup.
Epidermis adalah jaringan primer pada akar yang berfungsi sebagai pelindung atau
berfungsi sebagai kulit paling luar. Pada umumnya terdiri satu lapis, tetapi pada beberapa
akar terdapat lebih dari satu lapis. Rambut akar merupakan modifikasi epidermis akar,
terdapat beberapa milimeter dibelakang daerah meristem apikal akar, berfungsi sebagai
penyerap air dan hara dari tanah. Rambut akar berasal dari sel-sel khusus yang berbeda
ukuran dan metabolisme dengan sel-sel epidermis disekitarnya, yang dikenal dengan
nama trikoblas
Pada beberapa tumbuhan epifit, misalnya anggrek, mempunyai epidermis ganda
yang disebut velamen, tersusun oleh beberapa lapis sel yang berbentuk segi enam,
berdinding tebal berfungsi sebaga jaringan penyerap air. Velamen merupakan jaringan
mati. Pada beberapa buku ada yang menyebutkan velamen berfungsi sebagai pelindung
mencegah lepasnya air dari korteks akar udara, karena sel-sel velamen yang dewasa tidak
dapat ditembus oleh air.
B. Sistem jaringan dasar
Korteks merupakan daerah yang terdapat di antara epidermis dan perisikel. Pada
umumnya tersusun oleh jaringan parenkim yang sel-selnya berdinding tipis, berbentuk
isodiametris, dengan ruang antar sel yang besar. Pada akar tumbuhan air atau pada akar
yang tumbuhnya di tanah-tanah yang lembab, pada umumnya korteks tersusun oleh
60
jaringan penyimpan udara yang dikenal dengan aerenkim. Jaringan ini sebenarnya
berasal dari jaringan parenkim yang terbentuk secara lisigen, sizogen atau gabungan
keduanya yaitu sizolisigen.
Pada korteks juga dapat dijumpai adanya idioblas maupun kristal-kristal. Di
samping itu juga dijumpai adanya jaringan penguat berupa kolenkim ataupun sklerenkim.
Lapisan terluar korteks dapat mengalami diferensiasi menjadi hipodermis yang
berdinding suberin atau disebut pula dengan eksodermis. Sedangkan lapisan terdalam
korteks, yang berbatasan langsung dengan perisikel, biasanya satu lapis tersusun oleh sel-
sel yang mempunyai penebalan dinding berupa pita yang disebut dengan endodermis.
Penebalan dindingnya dikenal dengan pita kaspari, apabila diamati penampang
melintangnya, pita kaspari ini membentuk huruf U yang berderet-deret.
C. Sistem jaringan pengangkut
Jaringan pengangkut pada akar membentuk suatu sumbu utama yang disebut
silinder pusat atau stele. Stele disebelah luar dibatasi oleh perisikel atau perikambium.
Perisikel dapat berubah sifat menjadi meristematis lagi dan membentuk akar cabang,
kambium vaskuler dan kambium gabus.
Jaringan pengangkut terdiri dari beberapa sistem jaringan atau jaringan kompleks,
yaitu silem dan floem. Silem terdiri dari trakea, trakeid, serabut, parenkim silem.
Demikian pula halnya floem, terdiri dari sel tapisan, buluh tapisan, sel pengiring, serabut
floem dan parenkim floem.
Letak silem terhadap floem pada akar adalah berselang seling secara radial,
sehingga tipe berkas pengangkut pada akar disebut dengan tipe radial. Setiap berkas
silem pada akar akan membentuk tonjolan kearah luar serupa bubungan. Oleh karena itu
berdasarkan banyaknya bubungan pada setiap penampang melintang akar, dikenal ada
beberapa variasi yaitu, diarkh dengan dua bubungan, triarkh dengan tiga bubungan,
tetrakh dengan empat bubungan, pentarkh dengan lima bubungan dan poliarkh denagn
bubungan lebih dari lima.
Prokambium pada akar akan mengalami diferensiasi menjadi silem primer, floem
primer dan kambium vaskuler (terutama pada akar dikotil). Silem dan floem yang
pertama kali dibentuk disebut protosilem dan protofloem, sedangkan selanjutnya akan
membentuk metasilem dan metafloem. Letak protosilem berada disebelah luar sedangkan
metasilem terletak disebelah dalam protosilem. Oleh karena itu berdasarkan posisi
protosilemnya, susunannya disebut eksarkh.
61
T U J U A N
1. Mengamati dan mempelajari struktur umum akar.
2. Mengamati dan menggambar sistem jaringan pada akar monokotil.
3. Mengamati dan menggambar sistem jaringan pada akar dikotil muda dan dewasa.
4. Mengamati dan menggambar tipe berkas pengangkut pada akar.
5. Mengamati dan mengambar stele pada akar.
PROSEDUR
1. Buatlah irisan melintang setipis mungkin dari masing-masing bahan (akar) yang telah
ditetapkan, kemudian amatilah di bawah mikroskop dengan medium air.
2. Pertama kali amatilah dengan perbesaran lemah (ok 5X, ob 10X) untuk mempelajari
tata letak jaringan secara umum.
3. Gambarlah topografi jaringan akar, sehingga dapat menggambarkan tata letak
jaringan penyusun akar secara umum. Tata letak jaringa cukup digambar seperempat
lingkaran atau satu sektor
4. Secara bertahap tingkatkan perbesarannya (ok 10 X, ob 10X) untuk mempelajari ciri-
ciri dari setiap jaringan.
5. Dengan perbesaran kuat (ok 10X, ob 40/45X) amatilah satu sektor kemudian
gambarlah. Gambar hendaknya dapat membedakan struktur sel atau jaringan yang
satu dengan struktur sel atau jaringan yang lain sebagai penyusun akar. Berilah
keterangan pada gambar saudara.
ALAT DAN BAHAN
a. Alat dan bahan yang diperlukan
1) Silet yang masih baru
2) Kaca preparat dan kaca penutup
3) Silet baru
4) Beaker glass 50 ml
5) Pipet Tetes
6) Mikroskop
b. Spesimen yang harus dipelajari
1) Akar Jagung atau Zea mays. Perhatikan jaringan epidermis, eksodermis,
endodermis dengan penebalan-penebalan kasparinya, sel-sel peresap yang
62
terdapat diantara sel-sel endodermis, perisikel atau perikmbium, berkas
pengangkut tipe radial, eksarkh dan poliarkh.
2) Akar anggrek epifit misalnya Arachnis. Perhatikan adanya velamen dengan sel-
sel segi enam, berdinding tebal, eksodemis, klorenkim, endodermis dengan sel-
sel peresapnya, Kristal oksalat pada parenkim dan berkas pengangkut radialnya.
3) Akar Bunga matahari atau Helianthus annus. Untuk akar muda perhatikan
struktur primernya, epidermis, parenkim korteks, endodermis, perisikel,
kambium vaskuler, berkas pengangkutnya tipe radial, eksarkh, tetrakh atau
pentarkh. Untuk akar tua perhatikan strukur sekundernya, silem sekunder, floem
sekunder, kambium dan tipe berkas pengangkutnya.
4) Akar jarak atau Ricinus communis. Perhatikan epidermis telah rusak, sehingga
jaringan terluarnya terdiri beberapa lapis periderm, susunan berkas pengangkut
sekundernya yang terdiri silem sekunder dan floem sekunder, letak silem
sekunder terhadap floem sekunder, konsentris kolateral. Perhatikan pula daerah
pusat penampang, terisi oleh silem primer yang masih menampakkan ciri khas
struktur akar.
PERTANYAN
1. Jelaskan jaringan apa saja yang menyusun struktur primer maupun struktur sekunder
akar ?
2. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang epidermis, eksodermis, hipodermis dan
endodermis ?
3. Jelaskan apa yang saudara ketahui tentang velamen dalam hal struktur, fungsi dan
terdapatnya ?
4. Mungkinkah pada akar monokotil jaringan penyusunnya terdiri dari jaringan
sekunder semuanya ? Berilah alasan terhadap jawaban saudara!
5. Berdasarkan banyaknya bubungan yang dibentuk oleh silem primer, bedakan antara
akar monokotil dengan akar dikotil!
6. Apakah perbedaan antara poliarkh, eksarkh, dan endarkh?
7. Mengapa pada akar dikotil yang mengalami pertumbhan sekunder tak terbatas tidak
dijumpai adanya epidermis dan korteks? Jelaskan dengan berbagai alasannya.
8. Dapatkah stele pada akar disebut dengan protostele ? Jelaskan jawaban saudara serta
alasannya!
63
PRAKTKUM DAUN
STRUKTUR ANATOMI DAUNANGIOSPERMAE DAN GYMNOSPERMAE
PENGANTAR
Daun sebagai organ fotosintetik mempunyai bentuk yang sesuai untuk
menangkap cahaya sebanyak-banyaknya, yaitu pipih, lebar dan berwarna hijau. Struktur
anatomi daun pada dasarnya tersusun oleh tiga sistem jaringan, yaitu :
A. Sistem jaringan penutup
Epidermis merupakan jaringan penutup paling luar daun, pada umumnya tersusun
oleh satu lapis sel namun pada beberapa tumbuhan dijumpai adanya lapisan epidermis
ganda, misalnya Ficus, Nerium, bahkan pada daun Peperomia dijumpai lapisan
epidermis yang lebih tebal dibandingkan mesofilnya.
Pada umumnya epidermis daun dibedakan menjadi epidermis bawah atau abaxial
dan epidermis atas atau adaxial. Selain sel-sel epidermis juga dijumpai adanya derivat
dari sel-sel epidermis itu sendiri, misalnya trikoma, stoma. Stomata daun aerial pada
umumnya terdapat pada epidermis bawah, sedangkan daun yang mengapung di
permukaan air terdapat pada epidermis atas. Oleh karena itu atas dasar letak stomata,
daun dapat dibedakan menjadi tipe epistomatik, hipostomatik, dan amfistomatik bila
terdapat pada kedua belah permukaan daun. Demikian pula bila ditinjau dari letak
stomata pada epidermis, dapat dibedakan menjadi stomata yang paneropor bila terletak
sejajar dengan sel epidermis di sekitarnya, dan kriptopor bila stoma tersembunyi dalam
suatu ruang subepidermis.
B. M e s o f i l
Merupakan daerah yang terdapat diantara epidermis bawah dan epidermis atas.
Tersusun oleh jaringan parenkim yang tidak teratur dan longgar. Pada daun monokotil,
parenkim bersifat homogen dan mempunyai rauang antar sel yang cukup besar,
sedangkan pada daun dikotil, parenkim berdiferensiasi menjadi parenkim palisade atau
jaringan tiang dan parenkim sponsa. Berdasarkan letak parenkim palisadenya, daun dapat
dibedakan menjadi tipe bifasial atau dorsiventral apabila terdapat pada satu permukaan
saja dan equifasial atau isolateral bila terdapat pada kedua permukaan daun. Pada daun
64
bentuk jarum, misalnya Pinus parenkim palisade mengelilingi berkas pengangkut, oleh
karena itu disebut tipe konsentris.
A. Berkas pengangkut
Daun tumbuhan Angiospermae pada umumnya mempunyai tulang-tulang daun
baik tersusun secara sejajar, menjari, menyirip ataupun melengkung. Tulang-tulang daun
tersebut sebenarnya merupakan suatu sistem pengangkut yang terdiri dari silem dan
floem sebagaimana halnya dengan batang dan akar. Yang membedakan berkas
pengangkut daun dengan berkas pengangkut batang dan akar ialah tidak adanya kambium
dan posisi silem terdapat pada permukaan adaksial daun. Pada penampang melintang
melalui ibu tulang daun akan tampak berkas pengangkut berdiameter besar, kemudian
berderet deret baik sebelah kiri maupun sebelah kanan terdapat berkas pengangkut yang
diameternya semakin kecil.
T U J U A N
1. Mengamati dan mempelajari topografi jaringan daun pada umumnya.
2. Mengamati dan menggambar jaringan penyusun struktur anatomi daun monokotil
3. Mengamati dan menggambar jaringan penyusun struktur anatomi daun dikotil
4. Mengamati dan menggambar jaringan penyusun struktur anatomi daun Pinus.
PROSEDUR
1. Buatlah irisan melintang melalui ibu tulang daun setipis mungkin, kemudian amatilah
di bawah mikroskop dalam medium air.
2. Diawali dengan perbesaran lemah (ok 5X, ob 10X) pelajarilah topografi jaringan-
jaringan penyusunan struktur anatomi daun.
3. Gambarlah topografi jaringan dengan perbesaran lemah, untuk menggambarkan
susunan jaringan secara keseluruhan.
4. Secara bertahap tingkatkan perbesaran mikroskop dan pelajarilah ciri-ciri dari
masing-masing jaringan penyusun struktur anatomi daun.
5. Dengan perbesaran kuat (ok 10X, 0b 40/45X) gambarlah penampang melintang daun
mulai dari epidermis atas sampai dengan epidermis bawah.
6. Gambar hendaknya bisa membedakan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang
lain sebagai penyusun struktur daun
7. Berilah keterangan selengkapnya pada gambar yang saudara buat.
65
BAHAN DAN ALAT
a. Alat dan bahan yang diperlukan
1) Kaca preparat dan perlengkapannya
2) Pipet tetes
3) Beaker glass 50 ml
4) Silet yang baru
5) Air sebagai medium
6) Wortel atau gabus (empulur) batang singkong
b. Spesimen yang harus dipelajari
1) Daun Lili atau Lilium sp. Perhatikan epidermis atas dan bawah, letak stomata
pada epidermis bawah, mesofil homogen, terdiri dari jaringan parenkim dengan
ruang antar sel yang besar.
2) Daun Jagung atau Zea mays. Perhatikan sel-sel epidermis atas dengan sel-sel
kipas, mesofil yang terdiri jaringan bunga karang, epidermis bawah dengan
stomata dan berkas pengangkut kolateral tertutup yang dikelilingi jaringan
fibrovaskuler.
3) Daun karetan atau Ficus elastica. Perhatikan epidermis atas yang bersifat ganda
dengan sistolit dan litokisnya, jaringan tiang, jaringan bunga karang, epidermis
bawah dengan stomata yang Kriptopor.
4) Daun jeruk atau citrus sp. Perhatikan jaringan tiang dengan kristal oksalat yang
isodiametris, kelenjar minyak aeteris, epidermis bawah dengan stomata dan
jaringan bunga karang abaksial.
5) Daun Pinus merkusii. Perhatikan bentuk umum penampang melintangnya,
epidermis dengan dinding yang tebal, stomata Kriptopor, parenkim dengan
dinding yang melipat, saluran hars, endodermis, perikambium beserta berkas
pengangkut tipe kolateral terbuka, jaringan transfusi, gambarlah seluruh
penampang dengan perbesaran lemah.
PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan daun monokotil dan daun dikotil berdasarkan struktur
mesofilnya!
2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan daun equifasial dan daun isolateral .
66
3. Jelaskan pengertian istilah-istilah berikut ini : Kriptopor, amfistomatik, daun tipe
konsentris!
4. Sebutkan semua jaringan penyusun struktur anatomi daun Pinus!
Buku Sumber
A. Buku Sumber Utama
1. Budiono, J.D. 1997. Struktur dan Perkembangan daun Jussiaea repens (non Forst) L. Akibat Kondisi Tergenang. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas gadjah Mada, Yogyakarta.
2. Eams, A.J., L.H. MacDaniel. 1981. An Introduction to Plant Anatomy. Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD. Bombay.
3. Esau, K. 1965. Plant Anatomy. John Wiley & Sons, New York, Toronto.
4. Fahn, A. 1985. Plant Anatomy. Pergamon Press. New York, Toronto, Sidney.
B. Buku Sumber Tambahan
1. Muller, W.H. 1979. Botany : A Functional Approach. Collier MacMillan International Edition, London.
2. Raven,P.H., R.A. Evert, dan S.E. Eichorn. 1986. Biology Of Plants. Worth Publisher, INC. New York.
3. Riemer, D.N. 1984. Introduction to Freshwater Vegetation. AVI Publishing Company, INC., Wesport, Connecticut.
4. Salisbury, B.F., and C.W. Ross.1982. Plant Physiology. Wadsworth Publishing Company, California.
5. Santosa. 1990. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
6. Sasmitamihardja, D. dan A.H. Siregar. 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Matematika dan IPA, ITB. Bandung.
7. Street, H.E. and H. Opik. 1984. The Physiology Of Flowering Plant, Their Growth and Development. Edward Arnold (Australia) Pty., LTD. Melbourne.
67