antonius dedy kurniawan abstract mechanisms. problems …eprints.undip.ac.id/29438/1/jurnal.pdftidak...
TRANSCRIPT
ANALISISANALISISANALISISANALISIS EARNINGSEARNINGSEARNINGSEARNINGS MANAGEMENTMANAGEMENTMANAGEMENTMANAGEMENTDANDANDANDAN KINERJAKINERJAKINERJAKINERJA
JANGKAJANGKAJANGKAJANGKA PENDEKPENDEKPENDEKPENDEK PADAPADAPADAPADABADANBADANBADANBADAN USAHAUSAHAUSAHAUSAHAMILIKMILIKMILIKMILIK
NEGARANEGARANEGARANEGARAYANGYANGYANGYANGMELAKUKANMELAKUKANMELAKUKANMELAKUKAN INITIALINITIALINITIALINITIAL PUBLICPUBLICPUBLICPUBLIC
OFFERINGOFFERINGOFFERINGOFFERING
Antonius Dedy Kurniawan
Warsito Kawedar, S.E., M.Si., Akt
ABSTRACTABSTRACTABSTRACTABSTRACT
Today the state-owned companies (SOC) are encouraged to go public. Poor
performance of SOCs is the reason the government to privatize SOC. Privatization
is involvement of private capital in the capital structure of listed companies so the
financia l performance can be affected directly by the investor through market
mechanisms. Problems that may arise is whether the state company that go public
also perform earnings management ahead of the IPO.
The purpose of this research to prove whether the SOCs perform earnings
management ahead of the IPO and show whether there is a decrease in short-term
performance of SOCs. Statist ica l analysis methods used were one-sample test to
test the decline in stock performance and paired sample tests to test the decline in
financia l performance.
The results of this research indica te that almost SOCs perform earnings
management. In addition the short-term performance of SOCs did not decrease .
This indica tes that investors tend to notice the earnings information in assessing
the company.
Key words: state-owned company, earnings management, IPO, stock performance,
financial performance
PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, perekonomian juga
semakin berkembang. Persaingan antar perusahaan semakin ketat. Persaingan
tidak hanya dalam satu wilayah atau Negara saja namun juga sudah antar Negara.
Setiap perusahaan dituntut untuk seefektif dan seefisien mungkin. Masing-masing
perusahaan senantiasa mengusahakan suatu sistem yang dapat menjamin
kelangsungan hidup perusahaan di masa depan. Salah satu caranya adalah
perusahaan senantiasa mencari dana untuk mengembangkan perusahaan dan
menambah pangsa pasar. Di sisi la in banyak dana yang menganggur di masyarakat
yang tidak produktif. Oleh sebab itu muncul pasar moda l untuk mengakomodasi
pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang ingin menginvestasikan uang
mereka.
Pasar moda l adalah suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk di
dalamnya adalah bank-bank komersia l dan semua lembaga perantara dibidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga di dalamnya (Sunariyah,2000).
Dari pengertian di atas pasar modal merupakan tempat pertemuan supply dan
demand dana jangka panjang. Adanya pasar moda l memungkinkan mereka yang
membutuhkan dana memperoleh dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana.
Pihak yang memiliki dana bersedia menyerahkan dana mereka karena mereka juga
mengharapkan imbalan yang sesua i dengan resiko yang mereka tanggung.
Untuk memperoleh dana segar dalam jumlah besar, perusahaan dapat
menerbitkan ekuitas dan menjua lnya di pasar moda l (go public). Saham
perusahaan dengan demikian tidak hanya dimiliki oleh pihak intern tetapi juga oleh
masyarakat. Langkah perusahaan untuk menjua l sahamnya untuk pertama kalinya
kepada masyarakat disebut Initial Public Offering (IPO). Apabila di waktu yang
akan datang perusahaan ingin memperoleh tambahan dana lagi dengan cara
menjua l saham lagi kepada masyarakat maka perusahaan dapat melakukan
Seasoned Equity Offerings. Seasoned Equity Offerings adalah penawaran ekuitas
tambahan yang dilakukan perusahaan public di luar ekuitas yang ditawarkan
kepada masyarakat pada saat IPO. Namun diba lik manfaat pasar moda l tersebut
juga dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan pribadi.
Salah satunya adalah pratik manajemen laba.
Manajemen laba (Earning management) tidak hanya dilakukan perusahaan
yang mengalami kerugian namun juga perusahaan yang akan melakukan
penawaran saham. Menjelang penawaran saham perusahaan bisa melakukan
manipulasi laba yang bersifat mena ikkan laba pada saat penawaran saham. Hal ini
dilakukan agar perusahaan mendapatkan tanggapan positif dari calon investor.
Sehingga banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan. Hal ini
sesua i dengan penelitian Aminul Amin (2007). Dalam penelitian tersebut
ditemukan bahwa rata-rata perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Jakarta
dari tahun 1990 hingga 2000 terindikasi melakukan manajemen laba. Perusahaan-
perusahaan tersebut melakukan manajemen laba pada tiga periode menjelang IPO.
Manajemen laba sangat merugikan investor, walaupun tidak sela lu earning
management dika itkan dengan tindakan nega tif. Manajemen laba yang bersifat
mena ikkan laba pada saat penawaran saham membua t ekspektasi investor terlalu
tinggi. Padahal laba yang diakui bukanlah laba yang seharusnya. Walaupun pasar
modal telah membua t sejumlah peraturan untuk melindungi investor, praktik
manajemen laba masih saja ditemukan. Bagaimanapun juga manajemen laba
berkaitan erat dengan perolehan laba dan prestasi perusahaan sehingga banyak
perusahaan yang melakukannya. Oleh sebab itu telaah mengena i manajemen laba
terutama pada saat perusahaan akan go public menjadi penting.
Telaah mengena i manajemen laba pada saat perusahaan akan go public
menjadi penting karena dua halmenurut Teoh et. al. (1998) dalam Perwani (2009).
Pertama, membuktikan bahwa investor tidak dapat mendeteksi laba hasil rekayasa
pada saat IPO. Akibatnya investor mengalami kesalahan dalam mengalokasikan
dananya. Kedua, karena kesenjangan informasi antara perusahaan dengan investor
pada saat IPO dapat meningkatkan kemungkinan perusahaan untuk memanipulasi
laba.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan memainkan discretionary accrual.
Caranya dengan mengakui biaya sekarang sebagai biaya masa depan dan atau
mengakui pendapatan masa depan sebagai pendapatan sekarang. Hal tersebut
sesua i dengan penelitian Gumanti (2001) yang menemukan bahwa adanya
abnormal discretionary accrual pada dua tahun sebelum IPO. Namun manipulasi
ini tidak dapat dilakukan secara terus menerus karena perusahaan pada akhirnya
juga harus mengakui biaya yang mereka tunda pengakuannya. Manajemen laba
biasanya akan diikuti dengan penurunan kinerja (underperformance) setelah
periode penawaran karena adanya negative abnormal return (Maria dan Francisco,
2006).
Saat ini perusahaan-perusahaan milik negara juga banyak yang go public.
Kinerja BUMN yang buruk menjadi alasan pemerintah untuk melakukan
privatisasi perusahaan milik negara. Privatisasi berarti pelibatan modal swasta
dalam struktur modal perusahaan publik sehingga kinerja finansial dapat
dipengaruhi secara langsung oleh investor mela lui mekanisme pasar
(Mardiasmo,2002). Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam upaya melibatkan
modal swasta adalah dengan menjua l saham perusahaan mela lui pasar modal (go
public).
Motivasi penjua lan perusahaan negara adalah peningkatan efisiensi sektor
publik. Sela in itu, harapan kemungkinan adanya laba, insentif yang lebih tinggi,
efisiensi dan berorientasi pada konsumen adalah tujuan la in dari privatisasi
(Bast ian, 2002). Secara garis besar ada dua tujuan privatisasi menurut Bastian
(2002). Pertama, fokus pengenda lian biaya dapat dilakukan secara lebih tajam dan
sistematis. Kedua, privatisasi meningkatkan tanggung jawab lingkungan,
keselamatan pekerja, dan kualitas pelayanan yang diproduksi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 19 Tahun
1960 pasal 1 disebutkan yang dimaksud dengan perusahaan negara adalah semua
perusahaan dalam bentuk apapun yang moda lnya seluruhnya merupakan kekayaan
negara, kecuali jika ditentukan lain dan atau oleh Undang-undang. Dalam pasal 4
ayat 2 juga disebutkan tujuan perusahaan negara adalah untuk turut membangun
ekonomi nasional dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman serta
kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Dari uraian tersebut jelas disebutkan bahwa perusahaan negara dalam menjalankan
usahanya perusahaan harus mengutamakan kepentingan rakyat.
Masalah yang mungkin muncul adalah apakah perusahaan negara yang go
public juga melakukan tindakan oportunis dengan melakukan manajemen laba
menjelang IPO. Dari tabel 1.1 dapat diliha t bahwa rata-rata perubahan laba bersih
BUMN yang melakukan IPO cenderung naik menjelang IPO. Tetapi nila i laba
terus menurun pada kurun waktu setelah IPO. Dari rata-rata perusahaan di atas,
mereka mengalami kenaikan laba bersih pada satu tahun sebelum IPO sebesar Rp
233,662,00. Tetapi setelah itu nila i rata-rata pertambahan laba per tahun mereka
mula i menurun hingga mencapai minus Rp 4,006,225 pada perioda dua tahun
setelah IPO. Hal ini memunculkan dugaan bahwa BUMN juga cenderung untuk
mengelola labanya menjelang IPO. Tujuannya adalah untuk memperoleh respon
positif dari pasar.
Tabe lTabe lTabe lTabe l1.11.11.11.1
NilaiNilaiNilaiNilai PerubahanPerubahanPerubahanPerubahanLabaLabaLabaLaba perperperper TahunTahunTahunTahunBUMNBUMNBUMNBUMNyangyangyangyang melakukanmelakukanmelakukanmelakukan IPOIPOIPOIPO
(dalam(dalam(dalam(dalam ribuanribuanribuanribuan rupiah)rupiah)rupiah)rupiah)
No.No.No.No. NamaNamaNamaNama PerusahaanPerusahaanPerusahaanPerusahaan
LabaLabaLabaLaba
BersihBersihBersihBersih PerubahanPerubahanPerubahanPerubahanLabaLabaLabaLaba perperperper TahunTahunTahunTahun
Tahun-2Tahun-2Tahun-2Tahun-2 Tahun-1Tahun-1Tahun-1Tahun-1 TahunTahunTahunTahun0000 Tahun+1Tahun+1Tahun+1Tahun+1 Tahun+2Tahun+2Tahun+2Tahun+2
1 Bank Negara Indonesia 151,928 122,095 61,110 -19,896 -43,918,876
2 Bank Rakyat Indonesia 1,063,890 461,050 977,495 1,130,793 175,359
3 Bank Mandiri 2,745,757 840,460 999,849 669,635 -4,652,332
4 AdhiKarya 42,335 -4,840 32,990 7,434 17,661
5 Wijaya Karya 68,382 25,515 35,242 26,895 33,188
6 Indofarma 117,009 -6,718 12,251 -62,716 69,744
7 Kimia Farma 98,246 71,573 -37,556 -96,855 7,521
8 AnekaTambang 42,522 -9,898 36,893 229,839 -74,168
9 Tambang Timah 23,974 96,243 14,296 22,092 21,208
10 Perusahaan Gas Negara 312,603 803,111 -596,262 -45,114 387,765
11 Tambang Batubara Bukit Asam 160,444 111,778 -94,267 32,435 209,412
12 Telekomunikasi Indonesia 500,978 293,572 112,332 596,394 -351,176
Rata-rataRata-rataRata-rataRata-rata 444,006444,006444,006444,006 233,662233,662233,662233,662 129,531129,531129,531129,531 207,578207,578207,578207,578 -4,006,225-4,006,225-4,006,225-4,006,225
Manajemen laba biasanya juga akan diikuti dengan penurunan kinerja saham
setelah penawaran perdana. Hal ini disebabkan karena issuer tidak dapat
mempertahankan sinyal positif dalam jangka. Terbukti dari rata-rata laba bersih
BUMN yang melakukan IPO, mereka mengalami penurunan laba pada periode
setelah IPO. Hal ini sesua i dengan penelitian Maria dan Francisco (2006).
Penelitian tersebut mencoba untuk melihat apakah perusahaan yang melakukan
IPO melakukanmanajemen laba dan bagaimana kinerja sahamnya dalam tiga tahun
setelah IPO. Dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa perusahaan yang
semakin besar melakukan manajemen laba akan mengalami penyesua ian harga
saham yang semakin besar pula.
Beberapa penelitian sebelumnya telah menguji fenomena earnings
management yang menyertai kebijakan IPO dan menguji kinerja saham pasca IPO
seta kinerja keuangan pasca IPO, namun tidak menguji fenomena-fenomena
tersebut secara komprehensif (serempak). Padahal ketiga hal tersebut merupakan
fenomena yang sela lu menyertai pelaksanaan IPO. Berawal dari adanya asimetri
informasi yang mendorong sikap oportunist ik manajer untuk melakukan
manipulasi terhadap kinerjanya sebelum penawaran (yang tercermin dalam
prospectus perusahaan). Manipulasi yang dilakukan manajer dapat menjadi IPO-
trap (jebakan IPO) bagi investor. Manajemen melakukan manipulasi dengan
menggunakan discretionary accruals, yaitu kebijakan akuntansi yang memberikan
keleluasaan pada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara
fleksibel. Sehingga terjadi peningkatan laba (income increasing) menjelang
penawaran (IPO), memuncak pada saat penawaran dan menurun setelah penawaran
dan dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan kinerja perusahaan.
Penelitian terdahulu mengena i earning management lebih terfokus mengena i
penyebab dan dampak earning management terhadap harga saham perusahaan.
Seperti penelitian Maria dan Francisco (2006) yang lebih berfokus pada kinerja
saham setelah IPO dan kemungkinan penyebabnya. Penelitian mengena i
manajemen laba pada BUMN belum banyak dikemukakan. Penelitian mengena i
BUMN juga penting karena biasanya BUMN menguasai sektor-sektor penting
dalam perekonomian. Ditambah lagi himbauan Menteri BUMN agar semua
BUMN dapat go publik. Perubahan kinerja finansial setelah IPO juga penting
untuk diperhatikan karena kinerja finansial adalah acuan untuk menilai suatu
perusahaan.
TELAAHTELAAHTELAAHTELAAH TEORITEORITEORITEORI
Konsep Agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2005:269)
mengasumsikan proses kontrak antara dua orang atau lebih, dimana salah satu
pihak disebut sebagai agen (pihak yang menjalankan kepentingan) dan pihak la in
disebut sebagai principal (pihak yang memiliki kepentingan). Dalam suatu
perusahaan, pihak yang disebut agen adalah para manajer sedangkan pihak yang
disebut principal adalah pemilik perusahaan (pemegang saham).
Hubungan antara principal dengan agent biasanya dalam situasi asimetri
informasi. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan adanya pihak yang mempunyai
informasi yang lebih (agen) dibandingkan dengan pihak la in (prinsipal). Dengan
asumsi masing-masing pihak berusaha memaksima lkan kepentingan pribad inya,
maka dengan adanya asimetri informasi mendorong agen untuk menyembunyikan
informasi yang tidak dimiliki oleh principal. Dalam penyusunan laporan keuangan,
agen juga memiliki asimetri informasi sehingga agen bisa lebih fleksibel
mempengaruhi laporan keuangan guna memaksima lkan kepentingannya.
Pada saat perusahaan melakukan IPO, asimetri informasi terjadi antara
agen dan principal. Manajemen perusahaan memiliki informasi yang lebih banyak
mengena i perusahaan sebelum IPO dibandingkan dengan investor yang hendak
menanamkan moda lnya di perusahaan. Dalam keadaan asimetri informasi tersebut,
manajemen berusaha untuk memaksima lkan keuntungan pribadinya. Manajemen
cenderung melakukan manajemen laba agar mendapat respon positif dari pasar
pada saat penawaran.
Gumanti (2001) menemukan bahwa perusahaan tidak terbukti secara kuat
melakukan earnings management pada periode satu tahun sebelum IPO, namun
terjadi pada periode dua tahun sebelum IPO. Setyawati (2002) membuktikan
bahwa terjadi earnings management pada satu periode sebelum dan sesudah IPO.
Penelitian Ihalauw dan Afni (2002) menemukan bukti bahwa pada periode satu
tahun sebelum IPO terjadi earnings management. Tiono (2004) dengan
menggunakan pendekatan total accruals menemukan bukti terjadinya earnings
management pada periode dua tahun dan satu tahun sebelum IPO.
Hasil-hasil penelitian terdahulu sebagian besar memperoleh kesimpulan
bahwa perusahaan yang melakukan kebijakan IPO terindikasi melakukan
kebijakan earnings management sebagai upaya untuk memberikan informasi
kinerja yang “lebih baik” agar pasar merespon kebijakan IPO secara positif.
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : BUMN yang melakukan IPO terindikasi melakukan manajemen laba pada
saat IPO.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO cenderung
mengalami penurunan kinerja keuangan setelah IPO. Penurunan kinerja keuangan
secara teori terjadi karena sikap oportunis manajemen yang memanfaatkan asimetri
informasi pada saat IPO dengan melakukan income increasing. Tujuannya adalah
agar pada saat penawaran, perusahaan memperoleh respon positif dari pasar.
Namun dalam jangka panjang manipulasi tersebut tidak dapat diteruskan sehingga
mengakibatkan penurunan kinerja keuangan.
Dalam jangka panjang manajemen laba tidak dapat diteruskan karena
perusahaan yang melakukan manajemen laba menjelang IPO cenderung
mena ikkan labanya dengan cara menggeser pendapatan masa depan menjadi
pendapatan sekarang. Akibatnya, laba perusahaan pada tahun berikutnya akan
cenderung turun karena pendapatan pada tahun tersebut telah diakui tahun
sebelumnya. Bahkan penurunan kinerja laba akan tetap terjadi mesk ipun terdapat
pertumbuhan penjua lan dan pengeluaran modal yang tinggi setelah IPO (Ritter,
1991) seperti yang dikutip dalam Yuarny, 2005. Hal tersebut juga sesua i dengan
penelitian Aminul Amin (2007) yang menemukan bahwa adanya tren penurunan
kinerja perusahaan yang melakukan manajemen laba hingga tahun ke tiga setelah
IPO.
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H2 : BUMN yang melakukan manajemen laba mengalami penurunan kinerja
keuangan pada satu tahun setelah IPO
Dalam teori agensi disebutkan antara agen dan principal senantiasa
berusaha mencapai kepentingan masing-masing. Pada saat IPO, terjadi asimetri
informasi antara manajemen dengan investor. Manajemen berusaha memperoleh
keuntungan dari asimetri informasi tersebut dengan melakukan manajemen laba.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba bertujuan untuk menarik investor
sehingga perusahaan dapat menjua l sahamnya dengan harga tinggi. Dalam jangka
pendek harga tersebut dapat dipertahankan, namun harga tersebut dalam jangka
panjang cenderung akan menurun karena investor akan segera mengoreksi
tindakan mereka setelah mengetahui bahwa penila ian mereka terlalu tinggi. Seperti
dalam penelitian Teoh (1998) yang melaporkan adanya penurunan kinerja saham
pada tiga tahun setelah IPO pada perusahaan yang melakukan manajemen laba.
Mario dan Francisco (2006) juga menemukan bukti yang sama pada perusahaan
yang melkukan IPO di Spanyol. Pratiwi dan Kusuma (2001) menemukan bahwa
kinerja saham IPO jangka pendek (tiga bulan) adalah positif dan kinerja jangka
panjang (dua puluh empat bulan) adalah nega tif. Amin (2007) juga menemukan
bahwa kinerja saham dalam tiga bulan setelah IPO adalah positif dan kinerja
jangka panjang (satu dan dua tahun setelah IPO) adalah nega tif. Bukti ini
menunjukkan bahwa dalam jangka panjang telah terjadi penurunan kinerja
(underperformance).
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H3a : BUMN yang melakukan manajemen laba mengalami peningkatan kinerja
saham pada tiga bulan setelah IPO
H3b : BUMN yang melakukan manajemen laba mengalami penurunan kinerja
saham pada satu tahun setelah IPO
METODEMETODEMETODEMETODE PENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN
1.1.1.1. DesainDesainDesainDesain PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Objek penelitian ini adalah seluruh BUMN yang sudah go public. Pengujiannya
menggunakan rentang waktu sebelum dan sesudah IPO. Fenomena yang diuji
meliputi manajemen laba, penurunan kinerja keuangan dan penurunan kinerja
saham.
Manajemen laba dapat diliha t dengan adanya nila i discret iona ry accrual positif
dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Fried lan (1994). Kinerja
perusahaan yang melakukanmanajemen laba diind ikasikan mengalami penurunan
setelah pelaksaan IPO. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk melihat
apakah fenimena-fenimena tersebut juga terjadi pada BUMN yang melakukan IPO.
2.2.2.2. PopulasiPopulasiPopulasiPopulasi DanDanDanDanSampelSampelSampelSampel PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Populasi adalah wilayah genera lisasi yang terdiri dari objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakterist ik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipela jari dan kemud ian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1996). Populasi
dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara yang melakukan IPO yang
telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga tahun 2009 sejumlah 13
perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dari karakterist ik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Karena keseluruhan data yang digunakan merupakan data
sekunder, maka teknik pengumpulan data menggunakan teknik purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan berdasarkan ciri-ciri atau kriter ia tertentu.
Metode purposive sampling terkadang sangat penting digunakan dalam mencari
informasi sasaran spesifik, karena tipe-tipe khusus dari objek penelitian dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan (Sekaran, 2006;136). Dalam penelitian
digunakan teknik sampling ini karena tidak semua sampel mempunyai data
lengkap, sehingga sulit untuk dilakukan pengukuran.
Kriteria pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut:
1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang melakukan IPO dan tercatat
pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan tahun tidak digunakan
karena jumlah BUMN yang telah go publik tidak terlalu banyak yaitu
hanya 13 perusahaan.
2) Terdapat laporan keuangan pada dua tahun sebelum IPO, saat IPO dan
pada satu tahun setelah IPO.
3) Terdapat data harga saham pada saat IPO hingga satu tahun setelah IPO.
4) Terdapat kelengkapan data tambahan yang diper lukan. Antara la in
penjua lan, laba bersih dan aliran kas.
3.3.3.3. VariabelVariabelVariabelVariabel PenelitianPenelitianPenelitianPenelitianDanDanDanDanDefinisiDefinisiDefinisiDefinisiOperasiOperasiOperasiOperasi
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah manajemen laba dan kinerja
perusahaan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan discretionary accrual
yang diukur menggunakan model yang dikembangkan oleh Fried lan (1994).
Secara umum penelitian tentang manajemen laba menggunakan pengukuran
berbasis akrual dalam mendeteksi ada tidaknya manipulasi. Salah satu kelebihan
dalam pendekatan total akrual adalah pendekatan tersebut berpotensi untuk dapat
mengungkapkan cara-cara untuk menurunkan atau mena ikkan laba, karena cara-
cara tersebut kurang mendapat perhatian untuk diketahui pihak luar. Menurut Pery
dan William (1994) dalam Gumanti (2000), total akrual terdiri dari komponen
discretionary accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah
komponen akrual yang berada dalam kebijakan manajemen. Artinya, manajer
memberikan intervensinya dalam proses pelaporan keuangan. Sedangkan non
discretionary accrual adalah komponen akrual diluar kebijakan manajemen.
Kinerja perusahaan dalam penelitian ini terdiri dari kinerja saham dan
kinerja keuangan. Kinerja saham perusahaan dinila i dari kumulatif return saham
perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan diproksikan dengan
menggunakan rasio-rasio keuangan yang diukur dari laporan keuangan perusahaan.
Definisi Operasiona l
Berikut ini akan dijelaskan mengena i definisi operasiona l variabel yang
digunakan dalam penelitian ini:
1) Discretionary Accruals
Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2000), umumnya poin
awal dalam pengukuran discretionary accruals adalah total accruals, dimana total
accruals tersebut terdiri dari komponen non discret iona ry accruals dan
discretionary accruals. Selanjutnya model yang dikembangkan Fried lan (1996)
digunakan untuk mengukur discret iona ry accruals. Model pengukuran atas
discret iona ry accruals pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
DACpt = (TACpt/SALEpt) – (TACpd/SALEpd)
Dimana:
DACpt : Discret ionary perusahaan pada periode test
TACpt : Total accruals perusahaan pada periode test
SALEpt : Penjua lan pada periode test
TACpd : Total accruals perusahaan pada periode dasar
SALEpd : Penjua lan pada periode dasar
Sedangkan TAC diperoleh dari:
TAC = NI – CFO
dimana
TAC = total accrual
NI = laba bersih operasi
CFO = aliran kas dari aktivitas operasi
Variabel Kinerja Perusahaan
Variabel kinerja perusahaan adalah hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
setelah melakukan IPO. Kinerja perusahaan dalam penelitian ini diproksikan
sebagai kinerja keuangan dan kinerja saham. Kinerja keuangan merefleksikan
kinerja fundamental perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan data
fundamental perusahaan. Sedangkan kinerja saham akan mereflekesikan kinerja
pasar perusahaan dan akan diukur dengan menggunakan nila i pasar saham
perusahaan yang beredar di pasar moda l.
a. Kinerja Keuangan
Menurut Weston dan Copeland (1991:225) mengelompokkan ada empat
jenis rasio keuangan yang utama yaitu liquidity ratio, leverage ratio , profitability
ratio dan turnover ratio yaitu:
a) Liquid ity ratio digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penelitian ini
likuiditas diukur menggunakan cash ratio (CR), yaitu: jumlah kas
dibagi hutang lancar.
b) Leverage ratio digunakan untuk mengukur modal perusahaan dengan
modal yang berasal dari kreditor. Dalam penelitian ini Leverage diukur
menggunakan debt to equity ratio (DER), yaitu: total hutang dibagi
total moda l.
c) Profitability merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan
manajemen. Rasio ini akan memberikan jawaban tentang efektivitas
manajemen perusahaan. Dalam penelitian ini profitabilitas diukur
menggunakan return on equity (ROE), yaitu net income dibagi dengan
equity.
d) Activity ratio digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan semua sumberdaya yang dimiliki. Dalam penelitian ini
turnover diukur menggunakan total assets turnover (TAT), yaitu
penjua lan dibagi dengan total aktiva.
Kinerja Saham
Kinerja saham ini diukur menggunakan kumulatif return atau jumlah
harga penutupan saham harian. Dalam penelitian ini, return saham yang dimaksud
adalah capital gain atau capital loss yang didefinisikan sebagi selisih dari harga
investasi sekarang dengan harga periode yang la lu. Dari definisi tersebut return
saham dapat dicari dengan rumus sebagai berikut seperti yang terdapat dalam
Jogiyanto (1998):
Return saham =1
1
−
−−t
tt
PPP
Dimana:
Pt = return saham sekarang
Pt-1 = return saham periode sebelumnya
Untuk menghitung kumulatif return digunakan rumus sebagai berikut:
Kumulatif return = R1+R2+R3+…Rn
Dimana:
R = return saham harian
Rn = return saham harian pada hari terakhir pengamatan
HASILHASILHASILHASILPENELITIANPENELITIANPENELITIANPENELITIAN DANDANDANDANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASANPEMBAHASAN
PengujianPengujianPengujianPengujian HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis 1111
Adanya manajemen laba ditunjukkan dengan adanya nila i Discretionary
acrual (DA) yang positif. Jika nila i DA lebih besar dari 0, hal ini menunjukkan
adanya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dengan cara melaporkan
laba yang lebih tinggi (income maximizing ). Berikut ini merupakan hasil
penghitungan DA dari BUMN pada satu tahun sebelum IPO.
Tabel4.3
Hasil Perhitungan Discret ionary Accrual
Pada 1 tahun sebelum IPO menunjukkan bahwa perusahaan yang
NAMA
PERUSAHAANNILAI DA
TINS 0.1996
TLKM 0.1039
ADHI 0.0911
BBRI 0.2037
BMRI 0.2296
INAF 0.0038
JSMR 0.1145
KAEF -0.1297
PGAS 0.3853
WIKA 0.0784
PTBA -0.0468
melakukan manajemen laba dengan cara income maximizing memiliki jumlah yang
lebih banyak (9 perusahaan) dibanding dengan perushaan yang tidak melakukan
manajemen laba (2 perusahaan). Perusahaan yang memiliki DA nega tif pada satu
tahun sebelum IPO adalah KAEF ( Kimia Farma) dan PTBA (Tambang Batubara
Bukit Asam). Dengan kata la in, hipotesis pertama terbukti bahwa BUMN yang
melakukan IPO terindikasi melakukan manajemen laba pada satu tahun sebelum
IPO.
PengujianPengujianPengujianPengujian HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis 2222
Hipotesis 2 dalam penelitian ini menggunakan model uji beda Paired
Samples Test untuk menguji ada tidaknya penurunan kinerja keuangan pada 1 tahun
sesudah IPO. Dari pengujian hipotesis 1 di atas diketahui bahwa ada sembilan
BUMN yang terindikasi melakukan manajemen laba, oleh sebab itu dalam
pengujian hipotesis berikutnya hanya akan menguji sembilan BUMN yang
terindikasi melakukan manajemen laba.
Tabel4.4
Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah IPO
PairedPairedPairedPaired SamplesSamplesSamplesSamples TestTestTestTest
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
CASHR - sblm
- CASHR - ssdh
-
.0600
1
.10300 .03433 -.13918 .01916 -1.748 8 .119
Pair
2
LEV - sblm -
LEV - ssdh
.0571
5.07777 .02592 -.00263 .11693 2.205 8 .059
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011
a. Hasil pengujian perbedaan rasio kas sebelum IPO dengan sesudah IPO
menunjukkan nila i t sabesar -1,748 dengan signigikansi sebesar 0,119.
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 maupun 0,10 menunjukkan
tidak adanya perbedaan rasio kas pada sebelum dan sesudah IPO
b. Hasil pengujian perbedaan rasio leverage sebelum IPO dengan sesudah
IPO menunjukkan nila i t sabesar 2,205 dengan signigikansi sebesar 0,059.
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 namun lebih kecil dari 0,10
menunjukkan adanya perbedaan rasio leverage pada sebelum dan sesudah
IPO pada taraf 10%. Diperoleh bahwa leverage sesudah IPO lebih besar
dibanding sebelum IPO.
c. Hasil pengujian perbedaan rasio profitabilitas sebelum IPO dengan sesudah
IPO menunjukkan nila i t sabesar 2,001 dengan signigikansi sebesar 0,080.
Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 namun lebih kecil dari 0,10
menunjukkan adanya perbedaan rasio profitabilitas pada sebelum dan
sesudah IPO pada taraf 10%. Diperoleh bahwa profitabilitas sesudah IPO
lebih besar dibanding sebelum IPO.
d. Hasil pengujian perbedaan rasio perputaran asset sebelum IPO dengan
sesudah IPO menunjukkan nila i t sabesar 0,401 dengan signigikansi
sebesar 0,699. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan
tidak adanya perbedaan rasio aktivitas TAT pada sebelum dan sesudah IPO.
Dari temuan di atas diketahui kinerja BUMN yang melakukan manajemen
laba cenderung tidak mengalami perubahan karena nila i uji dari keempat rasio
tidak signifikan. Dari 4 rasio keuangan hanya cash ratio yang memiliki nila i
nega tif, sedangkan yang la in memiliki nila i positif mesk ipun tidak signifikan.
Pair
3
ROA - sblm -
ROA - ssdh
.0372
4.05582 .01861 -.00567 .08015 2.001 8 .080
Pair
4
TAT - sblm -
TAT - ssdh
.0342
7.25664 .08555 -.16300 .23154 .401 8 .699
Dengan kata la in hipotesis kedua dalampenelitian ini ditolak.
PengujianPengujianPengujianPengujian HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis 3333
Hipotesis 3 dalam penelitian ini menggunakan model uji beda untuk
menguji ada tidaknya penurunan kinerja saham harga saham pada 3 bulan dan 1
tahun sesudah IPO khusus untuk perusahaan yang melakukan manajemen laba
yaitu sebanyak 9 perusahaan. Namun sebelumnya akan terlebih dahulu diuji
normalitas datanya.
A.A.A.A. UjiUjiUjiUji NormalitasNormalitasNormalitasNormalitas
Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi data. Pengujian
dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil pengujian dengan SPSS
diperoleh seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5
UjiUjiUjiUji normalitasnormalitasnormalitasnormalitas
Data uji tersebut menunjukkan bahwa distribusi data variabel penelitian
Kumulatif
Return 3 bln
Kumulatif
Return 1 thn
N 9 9
Normal Parameters a Mean .1629876 .3388599
Std. Deviation .37376255 .90750530
Most Extreme
Differences
Absolute .225 .192
Positive .225 .180
Negative -.136 -.192
Kolmogorov-Smirnov Z .676 .576
Asymp. Sig. (2-tailed ) .751 .895
a. Test distribution is Normal.
menunjukkan data yang berdistribusi normal. Hasil uji kolmogorov-Smirnov
menunjukkan nila i 0,751 dan 0,895 yang berarti menunjukkan terdistribusi secara
normal karena lebih besar dari 0,05.
B.B.B.B. UjiUjiUjiUji HipotesisHipotesisHipotesisHipotesis
Karena berdistribusi normal. Maka pengujian dilakukan dengan menggunakan
uji One Sample t test. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis ketiga yaitu
apakah BUMN yang melakukan IPO mengalami penurunan kinerja saham
pada tiga bulan dan satu tahun setelah IPO. Hasil pengujiannya adalah sebagai
berikut :
Tabel4.6
Uji Perubahan Return Saham
Sumber : Data Sekunder Diolah, 2011
1) Hasil pengujian perubahan return saham 3 bulan sesudah IPO dengan
harga saham perdana menunjukkan nila i t sabesar 1,308 dengan
signifikansi sebesar 0,227. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan tidak adanya kenaikan return saham yang signifikan pada
One-SampleOne-SampleOne-SampleOne-Sample TestTestTestTest
Test Value = 0
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kumulatif Return 3
bln1.308 8 .227 .16298759 -.1243117 .4502869
Kumulatif Return 1
thn1.120 8 .295 .33885992 -.3587104 1.0364302
3 bulan sesudah IPO dengan harga saham perdana. Dengan kata la in
hipotesis 3a diterima karena ada kecenderungan kenaikan kinerja saham
pada tiga bulan setelah IPO walaupun tidak signifikan,
2) Hasil pengujian perubahan return saham 1 tahun sesudah IPO dengan
harga saham perdana menunjukkan nila i t sabesar 1,120 dengan
signigikansi sebesar 0,295. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan tidak adanya perubahan harga saham yang signifikan
pada 1 tahun sesudah IPO dengan harga saham perdana. Dengan
demikian hipotesis 3b ditolak karena tidak terdapat penurunan kinerja
saham pada satu tahun setelah IPO.
PembahasanPembahasanPembahasanPembahasan
Hasil pengujian keberadaan manajemen laba pada laporan keuangan
terakhir sebelum IPO (periode T-1) menunjukkan bahwa perusahaan cenderung
melakukan manajemen laba dengan cara mena ikkan laba. Hal tersebut dapat
diliha t dari hasil penghitungan DA pada satu tahun sebelum IPO dimana ada 9 dari
11 BUMN yang memiliki nila i DA positif. Hasil tersebut memberikan informasi
bahwa manajemen sebelum IPO banyak yang berorientasi pada upaya melaporkan
laba yang tinggi untuk menarik calon investor.
Temuan di atas sesuai dengan temuan Teoh (1998), yang juga menemukan
bahwa mayoritas perusahaan diAmerika yang melakukan IPO terindikasi memiliki
nila i DA positif yang cenderung melaporkan laba yang lebih tinggi. Maria dan
Francisco (2006) juga menemukan bahwa perusahaan yang melakukan IPO di
Spanyol dari tahun 1987 hingga tahun 2002 terindikasi melakukan manajemen laba
disek itar tahun IPO. Gumanti (2002) juga menemukan adanya manajemen laba
pada dua tahun sebelum IPO yang dilakukan oleh perusahaan yang melakukan IPO
di Indonesia tahun 1995-1997.
Hasil pengujian kinerja keuangan BUMN yang melakukan manajemen laba
pada satu tahun setelah IPO menunjukkan tidak adanya perubahan yang signifikan.
Temuan ini sesuai dengan temuan Amin (2007) yang menemukan tidak adanya
perubahan yang signifikan kinerja keuangan perusahaan yang melakukan
manajemen laba pada satu tahun setelah IPO. Hal ini dimungkinkan karena
perusahaan baru melakukan manajemen laba pada satu tahun sebelum IPO
sehingga dalam jangka pendek (satu tahun setelah IPO) BUMN yang melakukan
IPO masih dapat mempertahankan kinerja keuangannya.
Hasil pengujian terhadap kinerja saham pada tiga bulan setelah IPO
diperoleh bahwa kinerja perusahaan cenderung meningkat walaupun tidak
signifikan. Hasil ini sesua i dengan penelitian Pratiwi dan Kusuma (2001) yang
menemukan bahwa kinerja saham jangka pendek (tiga bulan) cenderung positif.
Penelitian Amin (2007) juga menemukan adanya kecenderungan kinerja saham
yang cenderung positif dalam jangka pendek mesk ipun tidak signifikan. Hal ini
mungkin disebabkan investor belum mengetahui manajemen laba yang dilakukan
perusahaan sehingga harga saham BUMN yang melakukan manajemen laba
cenderung stabil pada tiga bulan pertama.
Hasil pengujian terhadap kinerja saham BUMN yang melakukan
manajemen laba pada satu tahun setelah IPO menunjukkan hasil yang hampir sama
dengan kinerja saham pada tiga bulan pertama. Kinerja saham pada satu tahun
setelah IPO cenderung meningkat namun tidak signifikan. Hal ini agak berbeda
dengan penelitian Maria dan Francisco (2006) dan Amin (2007) yang menemukan
adanya tren nega tif pada kinerja saham satu tahun setelah IPO mesk ipun tidak
signifikan. Temuan di atas menunjukkan bahwa insvestor cenderung menilai
BUMN hanya dari laporan laba yang dilaporkan perusahaan. Sebagai bukti dapat
diliha t dalam gambar 4.2 yang menunjukkan bahwa kinerja saham BUMN yang
melakukan manajemen laba cenderung lebih tinggi dibandingkan kinerja saham
BUMN yang tidak melakukanmanajemen laba
KESIMPULAN,KESIMPULAN,KESIMPULAN,KESIMPULAN, KETERBATASANKETERBATASANKETERBATASANKETERBATASANDANDANDANDANSARANSARANSARANSARAN
KesimpulanKesimpulanKesimpulanKesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada 11 BUMN yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia , maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Diperoleh adanya manajemen laba pada 1 tahun sebelum IPO. Pada 1 tahun
sebelum IPO rata-rata perusahaan mena ikkan laba. Hal ini dikarenakan pada
saat IPO terdapat asimetri informasi antara manajemen dengan investor.
Manajemen cenderung memanfaatkan asimetri informasi tersebut dengan cara
melakukan manajemen laba untuk mencapai keuntungan pribadi. Dengan
melakukan manajemen laba, perusahaan akan memperoleh respon positif dari
pasar pada saat penawaran.
2. Kinerja BUMN yang melakukan manajemen laba cenderung tidak mengalami
perubahan karena nila i uji dari keempat rasio tidak signifikan. Dari 4 rasio
keuangan hanya cash ratio yang memiliki nila i nega tif, sedangkan yang la in
memiliki nila i positif mesk ipun tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena
dalam jangka pendek perusahaan masih dapat mempertahankan manipulasi
laba yang dilakukannya. Dalam jangka pendek perusahaan dapat
mempertahankan kinerja yang dilakukan lebih tinggi tersebut, namun dalam
jangka panjang penurunan kinerja tetap akan terjadi (Teoh et al, 1998).
Bahkan penurunan kinerja laba akan tetap terjadi mesk ipun terdapat
pertumbuhan penjua lan dan pengeluaran modal yang tinggi setelah IPO (Ritter,
1991). Dengan kata la in, manajemen laba dapat dipertahankan dalam jangka
pendek, sehingga dalam periode satu tahun setelah IPO kinerja BUMN yang
melakukan manajemen laba tidak mengalami penurunan.
3. Hasil pengujian terhadap kinerja saham pada tiga bulan setelah IPO diperoleh
bahwa kinerja perusahaan cenderung meningkat walaupun tidak signifikan.
Hal ini disebabkan karena dalam jangka pendek perusahaan masih bisa
mempertahankan sinyal positif yang mereka ciptakan dengan melakukan
manajemen laba. Dalam jangka pendek investor cenderung masih overvalued
dalam menilai perusahaan sehingga dalam tiga bulan setelah IPO harga saham
perusahaan tidak mengalami penurunan.
4.4.4.4. Hasil pengujian terhadap kinerja saham BUMN yang melakukan manajemen
laba pada satu tahun setelah IPO menunjukkan hasil yang hampir sama dengan
kinerja saham pada tiga bulan pertama. Kinerja saham pada satu tahun setelah
IPO tidak mengalami penurunan. Hal ini juga disebabkan karena dalam jangka
pendek perusahaan masih bisa mempertahankan sinyal positif mereka. Sela in
itu, hal ini didukung dengan sifat investor yang cenderung menilai perusahaan
dari laba yang dilaporkan. Terbukti seperti yang terlihat dalam gambar 4.2,
harga saham BUMN yang melakukan manajemen laba cenderung lebih tinggi
dibandingkan harga saham BUMN yang tidak terindikasi melakukan
manajemen laba. Namun menjelang akhir tahun pertama setelah IPO terlihat
pada gambar 4.2 harga saham BUMN yang melakukan IPO lebih rendah dari
yang tidak melakukan IPO, hal ini membuktikan dalam jangka panjang
investor akan melakukan koreksi atas penila ian mereka setelah mengetahui
mereka telah melakukan overvalued.
KeterbatasanKeterbatasanKeterbatasanKeterbatasan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang kecil. Hal ini disebabkan
karena jumlah BUMN yang telah go public memang masih sedikit. Hingga tahun
2010 baru ada 13 BUMN yang telah go public. Hal tersebut membuat jumlah
sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini relatif kecil.
Periode penelitian dalam penelitian ini pendek yaitu hanya mengamati
manajemen laba pada satu tahun sebelum IPO. Sela in itu penghitungan
discretionary accrual dalam penelitian ini masih sederhana. Hal tersebut
dikarenakan sedikitnya data laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan
sebelum IPO.
SaranSaranSaranSaran
Saran yang dapat diber ikan sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah bahwa untuk penelitian mendatang hendaknya juga melihat
kinerja BUMN dalam jangka panjang setelah IPO. Berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya diketahui bahwa penurunan kinerja perusahaan yang
melakukan IPO baru terlihat pada beberapa tahun setelah IPO.
DAFTARDAFTARDAFTARDAFTARPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA
Amin, Aminul. 2007. Pedeteksian Earnings Management, Underpricing dan
Pengukuran Kinerja Perusahaan yang melakukan Kebijakan Initial
Public Offering (IPO) di Indonesia . Kumpulan Simposium Nasiona l
Akuntansi X
Anthony, Robert dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen.
Jakarta. Salemba Empat. Hal. 269
Bastian. 2002. Privatisasi di Indonesia. Jakarta. Erlangga. Hal 94-95
Fried lan, Jhon. 1996. Accounting Choices of Issuer of Initial Public Offering,
Contemporary Accounting Research 11, hal 1-31.
Gumanti, Tatang Ari. 2001. Earning Management Dalam PEnawaran Saham
PErdana di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia dan
Keuangan Vol. 4 No. 2, Mei 2001
Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 3.
Yogyakarta: BPFE
Ihalaw, John dan Ummi Arifa Aini, 2002. Manajemen Earning dalam Penawaran
Saham Perdana di Bursa Efek Jakarta Periode 1998-2000. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis . Vol VIII. No2 Hal 191-208
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Lorca, Maria dan Francisco Fuentes. 2006. Earnings Management and The Long-
Run Performance of Spanish Initial Public Offerings. University of
Alicante, Spain
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik Edisi II. Yogyakarta. Andi Jogyakarta.
Hal 23-24
Perry, Susan E., dan William Thomas H. 1994. Earnings Management Preceeding
Management Buyout Offer. Journal of Accounting and Economics Vol 18
Perwani, Mega. 2009. Earnings Management Pada Perusahaan yang Melakukan
Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia (periode tahun 2001
sampai 2006). Hal 10
Scoot, William R. 2000. Financial Accounting Theory. New Jersey : Upper Sadde
River.
Sartika, Yuarni. 2005. Analisis Earning Management dan Penurunan Kinerja pada
Perusahaan yangMelakukan Public Offering. Universitas Widyatama
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat
Setyawati, Lilis. 2002. Manajemen Laba dan IPO di Bursa Efek Jakarta.
Symposium Nasiona lAkuntansi 5. IAI, Jakarta
Sugiyono. 1996.Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi I. Bandung : Alfabeta.
Sunariyah. 2000. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN
Teoh, Siew. Welch dan T. J.Wong. 1998. Earnings Management and The Long Run
Performance of Initial Public Offerings.University of Michigan. USA
Tiono, Fransiska, 2004. Manajemen Laba dalam Initial Public Offering (IPO_ di
Bursa Efek Indonesia . Kumpulan Makalah SNAVII. Hal. 1072-1089
Weston, Fred dan Thomas Copeland. 1991. Manajemen Keuangan. Jakarta.
Erlangga. Hal. 225
Widyaningdyah, Agnes Utari, 2001. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh
Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di
Indonesia . Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 3 No. 2, November 2001:
89-101
LAMPIRAN A
Hasil Perhitungan Discretionary Accrual
Nama BUM N DAT-2 T-1 T+1 T-2 T-1 T+1 T-2 T-1 T-2 T-1
TINS 23974 120347 59362 -52413 -70000 -31885 319554 433944 76387 190347 0.199602TLKM 500978 794550 484271 1408667 1569145 992848 3072184 4043436 -907689 -774595 0.103885ADHI 13,115 42,335 70485 -24881 -106577 -247560 1,556,115 1,289,470 37996 148912 0.091066BBRI 1092000 1182000 1,374,708 9691001 11394091 2555181 2859000 3642000 -8599001 -1E+07 0.203716BMRI 2745757 3585589 4586099 14041522 7699271 16591898 31496230 31878668 -1.1E+07 -4113682 0.229597INAF 117009 84865 122543 9415 -17072 -80706 392025 366392 107594 101937 0.003761JSM R 307543 462567 277982 261717 144800 489735 1797177 2270450 45826 317767 0.114459KAEF 98246 169819 99595 -60760 138844 58227 1059115 1517153 159006 30975 -0.12971PGAS 312603 1115714 509481 677026 314555 553962 2780269 3151812 -364423 801159 0.385265WIKA 68382 93897 129139 105096 -102189 627127 2601509 3049427 -36714 196086 0.078415PTBA 272,222 177,955 210390 265,814 272,907 213822 2,219,687 2,163,689 6408 -94952 -0.04677
PenjualanKas dari OperasiLab a Total Akrual
LAMPIRAN B
Harga Saham BUMN selama 3 bulan setelah IPO1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Period TIN S TLKM ADHI BBRI BM RI INAF JSM R KAEF PGAS WIKA PTBA0 2925 2100 185 975 850 230 2,050 210 1,550 560 6001 2650 2050 180 1,000 850 205 2,025 210 1,500 570 6002 2575 2100 170 1,050 825 180 2,025 210 1,500 630 5753 2525 2125 175 1,050 850 180 2,025 205 1,525 610 5754 2500 2125 180 1,050 850 225 2,000 205 1,550 610 5255 2550 2125 175 1,000 850 215 1,975 205 1,525 600 5506 2550 2175 175 975 850 215 1,970 210 1,525 610 5507 2600 2325 175 1,000 850 210 1,840 210 1,550 590 5258 2725 2325 170 1,025 825 215 1,850 200 1,550 590 5509 2850 2425 175 1,050 825 220 1,850 205 1,600 600 550
10 2975 2400 200 1,075 800 220 1,960 210 1,600 570 55011 2900 2375 270 1,050 800 225 1,940 210 1,675 580 55012 2900 2375 340 1,025 775 230 1,930 215 1,700 580 55013 2850 2350 370 1,050 775 230 1,930 225 1,700 580 55014 2775 2400 345 1,025 775 225 1,930 220 1,750 570 55015 2750 2450 325 1,025 775 225 1,930 225 1,750 560 55016 2625 2425 435 1,025 750 225 1,970 220 1,700 550 55017 2675 2525 395 1,050 750 225 2,030 220 1,725 520 55018 2625 2700 410 1,050 775 225 2,025 220 1,700 530 55019 2500 2700 410 1,075 775 225 1,975 220 1,725 540 55020 2600 2675 475 1,100 775 225 1,940 220 1,700 540 55021 2600 2650 445 1,100 775 225 1,950 215 1,675 550 55022 2600 2650 475 1,150 775 220 1,950 215 1,700 540 55023 2575 2675 470 1,275 775 220 1,940 210 1,700 550 55024 2625 2725 470 1,250 775 220 1,930 215 1,650 540 52525 2775 2700 440 1,250 775 220 1,910 225 1,675 550 55026 2725 2850 440 1,250 775 215 1,910 215 1,675 580 55027 2725 2875 430 1,250 850 205 1,910 215 1,600 580 55028 2750 2925 400 1,250 850 220 1,920 225 1,650 570 55029 2750 2900 395 1,275 850 215 1,930 225 1,600 570 55030 2700 3000 375 1,275 850 215 1,900 225 1,575 550 55031 2725 2975 370 1,275 850 210 1,930 220 1,550 570 55032 2750 3000 370 1,300 850 210 1,910 220 1,650 590 55033 2750 3150 300 1,400 850 215 1,930 220 1,650 580 55034 2750 3100 330 1,525 825 215 2,000 220 1,650 590 55035 2775 3100 350 1,500 800 215 1,950 220 1,625 560 55036 2700 3050 335 1,475 825 210 1,940 225 1,575 570 55037 2650 2975 315 1,550 875 210 1,910 245 1,600 570 52538 2650 3000 260 1,600 875 210 1,870 260 1,575 560 52539 2650 3125 280 1,650 850 220 1,820 265 1,600 560 52540 2650 3250 330 1,575 850 210 1,850 260 1,575 570 52541 2725 3225 360 1,575 850 220 1,810 275 1,575 570 52542 2675 3225 365 1,550 850 230 1,730 260 1,625 570 50043 2700 3250 345 1,575 850 225 1,640 270 1,625 570 47544 2750 3300 340 1,550 875 225 1,700 270 1,600 570 48045 2825 3425 370 1,525 850 225 1,760 275 1,600 560 47546 2900 3375 370 1,500 875 220 1,800 265 1,550 550 47547 2850 3375 360 1,400 875 220 1,740 270 1,550 550 47548 2825 3350 350 1,425 875 220 1,730 270 1,550 530 47549 2850 3325 340 1,375 850 220 1,730 250 1,550 500 48050 2875 3375 315 1,450 875 225 1,750 250 1,550 510 47551 2875 3425 320 1,475 875 225 1,740 240 1,550 500 48552 2825 3475 310 1,575 875 225 1,780 230 1,550 480 48053 2825 3525 310 1,650 850 210 1,760 250 1,550 440 48554 2800 3600 300 1,600 850 215 1,720 260 1,500 460 48555 2800 3625 300 1,600 875 215 1,700 250 1,500 495 49056 2825 3700 295 1,525 875 210 1,690 245 1,450 500 50557 2875 3750 290 1,625 875 210 1,690 245 1,450 490 52558 2850 3725 280 1,575 875 215 1,710 240 1,400 495 52559 2850 3625 280 1,575 850 215 1,710 240 1,400 505 52560 2850 3600 280 1,600 850 215 1,710 240 1,400 510 55061 2875 3725 280 1,600 850 215 1,740 240 1,400 490 55062 2950 3800 280 1,650 925 215 1,720 235 1,375 495 55063 2925 3800 295 1,600 925 215 1,710 225 1,350 500 55064 2950 3825 300 1,575 1,000 220 1,730 225 1,350 480 52565 2950 3700 300 1,525 975 220 1,710 235 1,325 470 52566 3000 3675 290 1,550 950 225 1,690 225 1,300 470 52567 3050 3750 295 1,600 950 220 1,670 215 1,300 475 52568 3100 3700 315 1,600 950 215 1,670 220 1,325 490 52569 3100 3750 315 1,650 925 215 1,670 220 1,350 480 52570 3125 3775 325 1,650 925 215 1,680 220 1,375 475 52571 3100 3800 330 1,575 900 215 1,640 225 1,450 470 52572 3075 3700 365 1,575 925 215 1,630 225 1,425 465 52573 3100 3625 345 1,625 925 215 1,620 225 1,400 465 52574 3075 3575 335 1,575 925 210 1,550 225 1,375 460 52575 3125 3325 335 1,550 925 210 1,540 235 1,375 460 525