“ibm wayang beber bagi guru mgmp seni ...laporan ini sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanan...
TRANSCRIPT
i
LAPORAN KEMAJUAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM)
“IbM WAYANG BEBER BAGI GURU MGMP SENI &
BUDAYA SE-KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR“
Oleh :
Sutriyanto, S.Sn., MA. ( Ketua ) NIDN. 0031107404
Drs. Henry Cholis, M.Sn (Anggota I) NIDN. 0016115701
N.R. Ardi Candra DA., S.Sn., M.Sn. (Anggota II) NIDN. 0003117905
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2013
Dibiayai oleh: Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Nomor: 048/SP2H/KPM/DIT.LITABMAS/V/2013,
Tanggal 13 Mei 2013
ii
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ..........................................................................,...................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
RINGKASAN ............................................................................................................ iii
PRAKATA …………………………………..…………………………………… iv
DAFTAR ISI ............................................................................................ .................. v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
BAB II TARGET DAN LUARAN ........................................................................... 14
BAB III METODE PELAKSANAAN .......................................................................15
BAB IV KELAYAKAAN PERGURUAN TINGGI ................................................. 17
BAB V HASIL YANG DICAPAI ………………………………………………. ... 19
BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ………………..……………….20
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………………….. 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 25
Lampiran 1 .................................................................................................... 25
Lampiran 2 .................................................................................................... 28
iv
RINGKASAN
Kondisi yang sangat memprihatikan terhadap salah satu sumber ide terciptanya warisan budaya yang dianggap sebagai warisan budaya bangsa yang diakui dunia yaitu wayang beber. wayang beber merupakan asli kebudayaan Jawa Timur yang berkembang di Pacitan. Demikian warga masyarakatnya banyak yang tidak mengenal seni dan budaya wayang beber. Demikian kabupaten Pacitan memiliki potensi pengembangan wisata, baik wisata alam, wisata pendidikan bahkan wisata budaya, yang belum tentu dimiliki daerah lain. Rasa keprihatinan yang disertai dengan perasaan ketakutan akan hilangnya salah satu seni dan budaya adhiluhung yang langka ini, menggugah beberapa kalangan Perguruan Tinggi untuk turut andil berupaya menghidupkan kembali seni dan budaya ini. Sesuai dengan kapasistas yang digeluti oleh para tenaga pengajar dari Institut Seni Indonesia Surakarta, melalui kerja sama guru-guru MGMP kesenian se-kabupaten Pacitan yang didukung oleh pemerintah setempat, dan didanai oleh Direktur Jendral Perguruan Tinggi. Melakukan upaya pelestarian secara langsung terhadap guru-guru MGMP Kesenian. Kegiatan ini akan memberikan pelatihan pembuatan wayang beber yang sebelumnya akan diberikan pengantar mengenai sejarah awal mula dan perkembangannya, hingga kondisi keberadaannya pada saat ini. Kegiatan ini ditujukan terhadap guru MGMP kesenian. Melalui pembekalan skill terhadap guru MGMP kesenian yang senantiasa selalu berhubungan langsung dengan para siswa sebagai generasi penerus, diharapkan dari kegiatan ini dapat menular keilmuannya secara konfrehensif. Bahkan dapat menjadi tambahan materi berkesenian dalam mata pelajaran yang diajarkan di sekolah baik bagi siswa tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Tingkat Atas. Demikian secara tidak langsung para siswa akan mengenal budayanya sendiri, yang pada akhirnya diharapkan dapat mengapresiasi dalam berbagai bentuk. Metode akan diberikan secara langsung terhadap beberapa guru MGMP kesenian. Dimana para peserta terlibat langsung selama beberapa hari membuat wayang beber, diawali dengan pengenalan alat bahan yang digunakan, pembuatan sket untuk mengenal anatomi dari wayang beber, hingga pada proses menyungging dan proses finishing, serta teknik perawatannya. Pada akhri kegiatan semua hasil pelatihan akan dipamerkan di salah satu sekolah yang telah ditunjuk, dan dipublikasi kepada kalayak umum. Hal itu untuk menggugah para guru-guru lain dan siswa siswi yang melihatnya serta mendapat apresiasi dari semua kalangan. Dimungkinkan pula akan di slidekan pertunjukan wayang beber secara utuh, yang dimainkan oleh dalang setempat. Guna membantu proses keberlanjutan pembelajaran oleh guru MGMP terhadap siswa siswinya maka setiap tahapan dalam proses pembuatan wayang beber akan didokumentasikan, dalam bentuk DVD. Ditata sedemikian rupa diberi keterangan sejelas mungkin sehingga dapat dijadikan sebagai media ajar. Demikian DVD tersebut akan dibagikan kepada semua peserta pelatihan, guna membantu proses pembelajaran di sekolahnya masing-masing.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan
Ibteks bagi Masyarakat ini dengan judul, “IbM Wayang Beber Bagi Guru MGMP
Seni dan Budaya Se-Kab Pacitan.”. Sebagai wujud Tri Darma perguruan tinggi dosen
terhadap kompetensi yang dimiliki yang harus selalu ditingkatkan. Pembuatan
laporan ini sebagai wujud pertanggung jawaban pelaksanan kepada Dirjen Perguruan
Tinggi Dikti melalui lembaga LPPMPP Institut Seni Indonesia Surakarta.
Pada kesempatan ini tidak lupa kiranya penyusun menyampaikan terima kasih
kepada pihak–pihak yang telah memberikan dukungan kegiatan dan bantuan dalam
penyelesaian laporan ini, yaitu :
1. Prof Dr. Sri Rochana Widyastutieningrum, M. Hum Selaku Rektor Institut
Seni Indonesia Surakarta,
2. Dr. I Nyoman Murtana, M.Hum selaku Ketua Lembaga Penelitian Pengabdian
Kepada Masyarakat dan Pengembangan Pendidikan (LPPMPP) ISI Surakarta.
3. Dra. Sunarmi,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI
Surakarta,
4. Prima Yustana, S.Sn.,M.A. selaku Ketua Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa
dan Desain ISI Surakarta,
5. Semua pihak baik dari dalam maupun dari luar almamater yang telah
membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Penyusun sangat menyadari banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini,
untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa penyusun harapkan.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Surakarta, 30 September 2013 Penyusun
(Sutriyanto, S.Sn., M.A)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Nenek moyang mewariskan berbagai seni budaya yang bernilai adiluhung.
Sekian banyak warisan salah satunya yang dianggap paling tua dan hingga kini masih
populer adalah wayang kulit. Wayang telah dikenal masyarakat beberapa abad
lamanya. Berbagai unsur seni terkandung di dalamnya, baik itu unsur seni rupa, seni
pertunjukan, seni sastra, seni musik, maupun seni suara. Kedudukan wayang di pulau
Jawa menempati posisi tertinggi, predikat adiluhung yang disandang tampaknya
sesuai dengan keberadaannya dan eksistensinya. Banyak faktor menjadikan wayang
khususnya wayang kulit digemari oleh masyarakat, faktor-faktor itu adalah faktor
penghibur karena dianggap sangat menyenangkan, faktor rupa karena bentuknya yang
artistik, faktor historis karena usia dalam masa perkembangannya juga faktor
pendukung yang diberikan banyak kalangan elit baik itu Bupati, pejabat tinggi, kaum
bangsawan hingga raja dan didukung pula dari kalangan akademisi. Begitu
populernya wayang bahkan tidak saja hanya dikenal di wilayah kepulauan Indonesia
namun juga mancanegara. Bahkan Badan International UNESCO pada tanggal 7
November 2003 memberikan predikat pada wayang sebagai Masterpiece of The Oral
and Intangible Heritage of Humanity atau karya agung warisan budaya lisan
masyarakat dunia.1
Keberadaan wayang yang merupakan aset budaya bangsa merupakan
kekayaan yang tidak ternilai harganya. Salah satu aset yang sampai saat masih bisa
dibanggakan di kancah dunia Barat adalah kekayaan seni dan budaya salah satunya
adalah wayang. Indonesia memiliki berbagai macam jenis wayang yang dapat
digolongkan ke dalam beberapa jenis, baik itu berdasarkan bahan, cerita, daerah
perkembangan maupun berdasarkan aktor dan aktrisnya. Berdasarkan aktor dan
aktrisnya wayang dapat dibagi menjadi lima jenis wayang yaitu, 1. Wayang Purwa
1 Walter Angst,”Wayang Perlu Inovasi Multi Media” dalam Yogyakarta
Stadium General di MMTC, (Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, edisi: Jumat 6 Maret 2009), hal. 13 kolom 6.
2
dengan aktornya yaitu, boneka wayang kulit, 2. Wayang Golek dengan aktornya
yaitu, boneka wayang kayu yang berbentuk tiga dimensi, 3. Wayang Klithik dengan
tokoh aktornya yaitu, boneka wayang kayu yang berbentuk pipih, 4. Wayang Orang
dengan aktornya yaitu, manusia, dan 5. Wayang Beber dengan tokoh aktornya yang
digambar pada lembaran kain yang digulung.
Wayang Beber yang memiliki sejarah kelahiran pada zaman kerajaan
Jenggala, dan perkembangannya pada zaman kerajaan Majapahit pada sekitar abad
ke-12 2 . Eksistensi wayang beber pada saat ini dikenal dua daerah yang sering
disebut-sebut sebagai daerah yang mengawali sejarah penyebarannya di Jawa, yaitu
Wonosari (Daerah Istimewa Yogyakarta) dan Pacitan (Jawa Timur). Meskipun
berbeda provinsi keduanya masih dalam satu wilayah yang berdekatan yaitu berada di
pesisir selatan pulau Jawa.
Sebagai aset budaya daerah wayang beber ini dapat diandalkan sebagai asset
budaya daerah dan dapat diajarkan untuk menarik wisatawan. Visual wayang beber
memiliki perbedaan fisik dengan wayang-wayang lainnya. Sesuai dengan namanya
wayang beber berbentuk gulungan kertas atau kain yang berukuran lebar 1 m dan
panjang 4 m, yang teknik pementasannya dibeberkan atau dibentangkan. Gulungan
berukuran 4 m itu terdiri dari 4 adegan cerita (jagong), jadi satu adegan cerita gambar
wayang beber berukuran sekitar 1 meter. Setiap gambar diceritakan satu demi satu.
Cerita yang dibawakan dalam narasi, menceritakan siklus Panji yang muncul pada
masa Sunan Bonang yang menggantikan cerita epos Mahabarata dan Ramayana.3
Proses perwujudan wayang beber menggunakan pewarnaan dengan teknik gradasi
blok. Pada umumnya wayang beber dibuat di atas kanvas atau kain yang mudah
menyerap warna dan tahan lama.
Menyadari sangat potensialnya obyek wisata alam yang didukung budaya
setempat dan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, maka kabupaten Pacitan
melalui Dinas Kebudayaan Kepariwisataan Pemuda dan Olah raga berupaya keras
2 Benedict ROG. Anderson dalam Bagyo Suharyono, Wayang Beber Wonosari.
Wonogiri: Bina Citra Pustaka, 2005. 56-57. 3 Benedict ROG. Anderson dalam Bagyo Suharyono, 2005. 2-3.
3
mengeksploitasi dan mengeksplorasi potensi tersebut. Berbagai kalangan dilibatkan
sesuai dengan kompetensinya masing-masing dari kalangan kecil seperti para
pedagang yang ada di obyek wisata, hingga para wartawan dan pejabat daerah.
Pacitan memiliki selogan “Pacitan Geopark Dunia” yang dapat diartikan bahwa
kekayaan alam geologi Pacitan seperti pegunungan, perbukitan, goa, pantai, sungai,
telaga, dan ladang serta benda-benda peninggalan budaya akan dijadikan sebagai aset
geopark dunia (Global Geopark Network). Badan dunia UNESCO pada tanggal 7-9
Juni 2011 menilai kelayakan struktur geologi dan peninggalan purbakala di Pacitan.
Pacitan juga dikenal memiliki gua-gua yang indah, di antaranya Goa Gong, Tabuhan,
Kalak, dan Luweng Jaran (diduga sebagai kompleks gua terluas di Asia Tenggara).
Di daerah pegunungan seringkali ditemukan fosil purbakala.
Selain terkenal dengan wisata alam Goa dan Pantai, Kabupaten Pacitan
ternyata menyimpan kekuatan kekayaan seni budaya yang adiluhung warisan leluhur
yang dahulu pernah eksis, yaitu wayang Beber Pacitan. ”'Wayang beber merupakan
gambar, lukisan pada kain, dan dimainkan oleh seorang dalang yang tinggal
menceritakan saja isi atau urut-urutan ceritanya dari lukisan yang dibentangkan Sang
dalang menceritakan gambar pada kain mori ukuran 3,8 meter x 75 cm dibantu
dengan alat penunjuk gambar terbuat dari kayu kecil sepanjang satu meter. Lalu
dalang menunjuk gambar dan mulailah dia bercerita sesuai dengan lukisan yang
ditunjuknya”4. Wayang Beber di daerah Kabupaten Pacitan sudah ada sejak lama.
Menurut Slamet yang merupakan salah seorang Dalang mengatakan bahwa awal
mula perkembangan Wayang Beber tumbuh dan lahir berasal dari lingkungan
Keraton. Ini terlihat dari ornamennya yang halus. Warna dalam ornamen gambarnya
sebagian diimbuhi perada emas. Kesenian Wayang Beber umumnya menggelar kisah
asmara Raden Panji pada masa Kerajaan Kediri di Jawa Timur, pada abad ke-12.
Raden Panji Inukertapati, yang dalam versi lain bernama Panji Asmarabangun,
kemudian menjadi raja Kediri bernama Raja Kameswara (1116-1136).
4 Agus PW.. Suara Merdeka. Senin. 31 Oktober 2005
4
Menurut Bagyo Suharyono dalam penelitiannya yang berjudul Pasunggingan
Wayang Beber Mangkunegaran (2007), dikatakan:
“Wayang beber Pacitan berasal dari dusun Karangtalun, desa Gedompol, Kecamatan Donorojo. Wayang beber ini berjumlah 6 (enam) gulung yang terdiri dari 21 jagong. Wayang beber ini mengacu ceritera siklus Panji dengan episode ceritera Joko Kembang Kuning”.
Gambar 1 : Wayang Beber gaya Pacitan
Gambar 2: Pertunjukan Wayang Beber zaman dahulu.
Keberadaan Wayang Beber di Kabupaten Pacitan sekarang dipertanyakan, hal
ini disebabkan para pelaku terutama Dalang Wayang Beber hanya tinggal sedikit
bahkan langka. Sebagai artefak budaya, Wayang Beber asli Pacitan tentunya akan
5
semakin rusak lama kelamaan. Jelas hal ini mengancam keberlangsungan kesenian
adiluhung Wayang Beber Pacitan. Dalam wawancara yang Penulis lakukan (2011)
pada beberapa siswa SMA/SMK/MAN yang ada di Kabupaten Pacitan, menyebutkan
bahwa mereka tidak mengenal sama sekali yang namanya kesenian Wayang Beber
asli Pacitan. Artinya bahwa generasi muda di Kabupaten Pacitan dapat dikatakan
‘buta’ akan seni budayanya sendiri yang merupakan warisan leluhur mereka.
Kondisi seperti terulas di atas kiranya perlu diadakannya “pencerahan”
kembali akan nilai- nilai luhur seni budaya yang akan luntur tersebut. Perlu sebuah
upaya strategis yang kongkret guna mengembalikan citra seni dan budaya asli
Kabupaten Pacitan ini. Dalam hal ini akhirnya Penulis dibantu beberapa rekan dalam
satu tim IbM akan memberikan pengenalan kembali atas pengetahuam tentang
Wayang Beber asli Pacitan kepada masyarakat melalui guru-guru yang tergabung
dalam MGMP Seni Budaya se-Kabupaten Pacitan. Nantinya juga diharapkan setelah
kembali ke sekolahnya masing-masing dapat mengenalkan dan menularkan kepada
siswa- siswanya.
Akhirnya, Penulis mengharapkan out put dari kegiatan IbM ini nantinya akan
mampu tumbuh kerja sama yang baik dari ISI Surakarta khususnya Jurusan Kriya
Seni dengan Guru-Guru setingkat SMP/SMA/MA yang tergabung dalam MGMP
Seni Budaya se-Kabupaten Pacitan. Sebagai gambaran awal kegiatan ini memberikan
kegiatan Workshop yang bertemakan Wayang Beber Pacitan kepada Guru-Guru yang
tergabung dalam MGMP Seni Budaya se-Kabupaten Pacitan akan diberi workshop
melukis wayang beber di atas kain mori. Langkah ini akan mengenalkan Guru-Guru
MGMP Seni Budaya se-Kabupaten Pacitan untuk mengenal lebih dalam tentang :
sejarah, alur cerita, tokoh-tokoh dan cara melukis wayang beber.
PERMASALAHAN MITRA
Melalui observasi lapangan yang telah dilakukan telah didapatkan fakta bahwa
permasalahan yang berkaitan dengan eksistensi Wayang Beber di daerah Pacitan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
6
Permasalahan pertama adalah masyarakat Pacitan pada umumnya tidak
mengenal wayang beber sebagai warisan leluhurnya. Hal ini disebabkan pertunjukan
wayang beber sekarang jarang sekali dimainkan, lagi pula wayang beber yang
dulunya dipakai untuk sarana ritual atau dikeramatkan dan disimpan digulung
akibatnya banyak yang tidak tahu rupa wayang beber, dan rusak dimakan zaman.
wayang beber yang asli ini bisa dilihat di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini
dipegang oleh seseorang yang secara turun-temurun dipercaya memeliharanya dan
tidak akan dipegang oleh orang dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya
bahwa itu sebuah amanat leluhur yang harus dipelihara.
Permasalahan kedua adalah Pelukis wayang beber di Pacitan sudah tidak ada
lagi. Hanya ada dua tempat yang membuat wayang beber gaya Pacitan yaitu seniman
pelukis wayang beber gaya Pacitan yaitu Musyafiq dari Klaten Jawa Tengah yang
telah meninggal dunia tanggal 2 Juli 2012. dan di daerah Sragen Jawa Tengah, tidak
adanya pengerajin atau seniman pembuat wayang beber di Pacitan juga menyebabkan
apresiasi masyarakat Pacitan terhadap karya seni wayang beber sangat rendah.
Pembuatan wayang beber sendiri sangat sulit, sehingga di Kabupaten Pacitan hanya
ada satu set yang dapat dipentaskan pada saat-saat tertentu dan hanya dipegang
orang-orang tertentu.
Permasalahan ketiga adalah Dalang dan pertujukan wayang beber Pacitan
hanya ada satu orang yaitu Rudhi Prasetyo yang juga sebagai guru di salah satu SMP
negeri di Pacitan, dimana Rudhi sendiri bukan keturuan asli dari dalang sebelumnya.
Terbatasnya jumlah dalang dan minimnya aktifitas berkesenian khususnya wayang
beber sehingga dikhawatirkan akan punah , demikian mengakibatkan masyarakat
Pacitan sangat jarang sekali melihat pagelaran Wayang Beber asli dari daerah Pacitan
sendiri.
Tidak adanya ikon, atau produk-produk seni berupa wayang beber yang
menghiasi kota Pacitan secara umum yang dapat dianggap sebagai simbul budaya
setempat. Membuat daerah Pacitan jauh dari kesan bahwa Pacitan merupakan satu
dianatara dua daerah perkembangan seni dan budaya wayang beber.
7
Memperhatikan fenomena yang ada seperti tergambarkan pada permasalahan
di atas maka Bapak Budiono selaku Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Seni & Budaya se-Kabupaten Pacitan sangat merasa prihatin. Beliau
mengatakan jika aset budaya asli daerah Pacitan yang juga merupakan bagian dari
budaya luhur bangsa Indonesia ini dibiarkan begitu saja tanpa ada regenerasi,
dokumentasi dan apresiasi yang baik khususnya dari masyarakat Pacitan sendiri
bukan mustahil nantinya aset budaya ini akan hilang tak berbekas. Oleh karena itu
MGMP Seni & Budaya se Kabupaten Pacitan merasa perlu untuk mengadakan
sebuah kegiatan workshop mengenai melukis wayang beber Pacitan. Pada akhirnya
MGMP Seni & Budaya se-Kabupaten Pacitan bekerja sama dengan Fakultas Seni
Rupa dan Desain, Intitut Seni Indonesia Surakarta sebagai lembaga formal yang
dianggap mampu sebagai Pembimbing (Tutor) baik untuk aspek estetik dan teknisnya
dalam pelaksanaan workshop lukis wayang beber Pacitan nanti.
8
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Target luaran yang dihasilkan dalam pengabdian masyarakat ini, dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Non Fisik :
Berupa pengenalan bagi yang baru mengetahui sekaligus peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan dalam melukis Wayang Beber bagi guru yang
sudah pernah mengetahui, baik itu guru SLTP maupn tingkat SLTA atau
sederajatnya yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Seni & Budaya se-Kabupaten Pacitan. Dari mereka diharapkan
dapat menularkan kemampuannya terhadap siswa-siswanya sehingga muncul
rasa memiliki sebagai suatu kekayaan lokal yang mendunia.
2. Fisik :
a. Berupa 5 buah karya Wayang Beber dengan ukuran 50 cm x 80 cm
yang dihasilkan dari workshop, menggunakan bahan kain mori yang
sebelumnya telah diberi cat dasar warna putih dengan kondisi sudah terpasang
pada spanram dan diberi vigura. Demikian bila karya telah dianggap selesai
dapat langsung dipamerkan dilokasi kegiatan workshop, sehingga dapat
dikenal oleh para pelajar bila mereka belum pernah mengetahui dan dapat
menggugah dan menyadarkan para pelajar bagi mereka yang pernah mengenal
wayang beber sebelumnya, sehingga tumbuh perasaan lebih memiliki.
b. Berupa DVD berisi rekaman proses melukis Wayang Beber yang
akan dibagikan kepada seluruh peserta workshop sebagai bahan tutorial
digital yang bisa dipelajari sendiri atau dapat digunakan sebagai media ajar
bagi siswa – siswi didiknya. Sehingga memudahkan seorang guru dalam
menyampaikan materi. Selain itu dilengkapi pula dengan modul yang dibuat
secara hardcopy yang dapat dibaca secara langsung.
9
c. Sket wayang beber yang digunakan untuk membuat desain pada
kain mori, yang terdiri dari beberapa adegan baik dengan ukuran 1 : 1 maupun
dalam bentuk buku.
10
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Guna memecahkan masalah yang telah diurai di atas, maka penulis
menawarkan solusi yang diharapkan dapat menjembatani dan mengatasi pelestarian
seni budaya dalam hal ini lukisan Wayang Beber Pacitan, yaitu:
Mengumpulkan sejumlah 48 Guru SMP/SMA/SMK/MA yang tergabung
dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Seni Budaya se-Kabupaten
Pacitan untuk diberi ketrampilan (workshop) melukis Wayang Beber sesuai dengan
tema, teknik melukis, dan ukuran yang mendekati Wayang Beber aslinya. Langkah
Workshop ini dirasa sangat efektif karena akan melibatkan banyak Guru Seni Budaya
dan akan menghasilkan 8 karya lukis Wayang Beber dengan ukuran 60cm x 100cm.
Hal ini dilakukan untuk tujuan sosialisasi dan apresiasi seni lukis Wayang Beber di
pacitan agar dapat diapresiasi oleh mayarakat luas terutama siswa , guru, orang tua
murid dan masyarakat pada umumnya. Setelah mendapatkan Guru MGMP seni
budaya tersebut dapat menularkan ketrampilannya dalam melukis wayang beber
kepada siswa-siswanya, tentu saja ini berdampak bagi sosialisasi dan regenerasi
dalam melukis Wayang Beber
48 guru MGMP seni budaya tersebut dalam workshop dibagi menjadi 8
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 6 guru. Enam guru tersebut akan bekerja secara
kooperatif untuk menyelesaikan satu lukisan Wayang Beber dengan satu jagong
(adegan). Hal ini merupakan pembelajaran kooperatif sesuai dengan sifat dasar
manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, sangat tergantung
dengan orang lain, mempunyai rasa tanggung jawab bersama, pembagian tugas dan
rasa senasib.
Langkah-langkah yang dilakukan Penulis dalam pengabdian masyarakat ini
terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : tahap Pra produksi, tahap Produksi, tahap Pasca
produksi. Pada tahap Pra produksi dilakukan sebuah persiapan yang dilakukan
Penulis bersama para anggota yang terlibat PKM ini telah melakukan observasi
melihat kondisi dan situasi lapangan yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap
11
keberadaan Wayang Beber, wawancara dengan siswa SMA sederajat, Guru-Guru
SMA/SMK/MA di wilayah Kabupaten Pacitan.
Pada tahap Produksi nantinya akan diadakan pelatihan atau Workshop
melukis Wayang Beber. Pihak Penulis bersama anggotanya (mewakili ISI Surakarta)
menjadi Pembimbing atau Pelatih melukis Wayang Beber bagi Guru MGMP seni
budaya se-Kabupaten Pacitan. Pada tahap produksi akan dibagi menjadi 8 kelompok
yang tiap kelompok terdiri dari 6 guru. Tahapan produksi meliputi: membuat sket
atau pola Wayang Beber, Ngemal (ngeblat:jw) pada kain, mewarna block, mewarna
sunggingan, out line, pelapisan atau finishing. Dalam tahap produksi ini, proses demi
proses akan direkam (video) yang bertujuan untuk media pembelajaran melukis
Wayang Beber, hasil rekaman akan dibuat seperti dalam bentuk DVD akan dibuat
semacam tutorial melukis Wayang Beber kemudian akan dibagikan ke sekolah-
sekolah yang berminat untuk mengembangkan dan melestarikan kesenian wayang
beber.
Pada tahap Pasca produksi hasil lukisan Wayang para guru MGMP se
Kabupaten Pacitan akan dipamerkan dan akan dipajang pada ruang-ruang sekolah,
atau ruang mobilitas para siswa, harapanya agar dapat dinikmati oleh siswa – siswi
sebagai wakil generasi penerus.
12
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Institut Seni Indonesia Surakarta merupakan lembaga pendidikan tinggi di
bidang seni yang meliputi Fakultas Seni Rupa dan Desain dan Fakultas Seni
Pertunjukan. Para Dosen dikedua fakultas tersebut merupakan lulusan terbaik dari
berbagai perguruan di Indonesia, seperti: UGM Yogyakarta, ISI Surakarta, ISI
Yogyakarta, UNS Surakarta, ITB Bandung dan beberapa Perguruan Tinggi lain baik
di dalam maupun di luar negeri.
Guna menunjang kegiatan pengabdian kepada masyarakat kali ini akan
melibatkan beberapa Dosen yang memang telah memiliki kompetensi di bidangnya
masing-masing, yaitu :
Sutriyanto,S.Sn.,M.A. (Ketua). Lulusan ISI Yogyakarta untuk gelar
kesarjanaannya dan UGM Yogyakarta untuk gelar pasca sarjananya. Pada saat ini
bekerja sebagai Dosen pada unit kerja Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan Kriya,
ISI Surakarta. Selain aktif mengajar pada Jurusan Kriya minat utama Kriya Kulit,
juga aktif berkarya dan melakukan penelitian di bidang seni pewayangan baik
wayang purwa atau beber serta beberapa kali mengadakan seminar tentang wayang.
Drs. Henry Cholis, M.Sn. (Anggota I). Lulusan S-1 UNS Surakarta
mengambil bidamg Seni Rupa, sedangkan untuk Pascasarjananya berasal dari ITB
Bandung. Pada saat ini bekerja sebagai Dosen pada unit kerja Fakultas Seni Rupa dan
Desain, Jurusan Seni Murni, ISI Surakarta. Selain aktif mengajar pada Jurusan Seni
Murni, juga aktif melakukan beberapa penelitian dan berkarya dengan media kanvas
dan kaca di bidang seni rupa dan pewayangan. Salah satu prestasi yang pernah
dicapai yaitu sebagai dosen teladan pada tahun 2011.
NR. Ardi Candra DA., S.Sn., M.Sn. (Anggota II). Lulusan ISI Yogyakarta
untuk gelar kesarjanaannya dan ISI Surakarta untuk gelar pasca sarjananya. Pada saat
ini bekerja sebagai Dosen pada unit kerja Fakultas Seni Rupa dan Desain, Jurusan
Televisi dan Film, ISI Surakarta. Selain aktif mengajar, berkarya, juga beberapa kali
13
memiliki kesempatan melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di bidang
audio visual, serta melakukan penelitian yang berkaitan dengan bidang pertelevisian.
14
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
Dari kegiatan yang telah dilakukan didapatkan beberapa hasil yang dapat
divisualisasi berupa:
1. Rasa kepedulian guru MGMP Seni Budaya terhadap wayang beber sangat besar,
hal itu dapat dilihat dari antusias dan sikap selama mengikuti workshop hingga
menjelang berakhirnya kegiatan, tetapi mereka merasa bahwa wawasan tentang
wayang beber baik dari sejarah lahirnya, sejarah perkembangannya, bagaimana
fungsi pementasan zaman dahulu dan zaman sekarang, hingga teknik pembuatan
sangat minim, sehingga tidak memungkin untuk diajarkan kepada siswa didiknya.
2. Karya wayang beber sejumlah 5 buah karya. Karya yang dihasilkan diambil dari
beberapa adegan atau jagong, yang dipilih berdasarkan gambar sederhana atau
jumlah tokoh yang sedikit, sehingga gambar tidak begitu rumit.
3. DVD tutorial pembuatan wayang beber yang akan diberikan kepada semua
peserta workshop. Sejak awal penyediaan bahan hingga proses pembuatan sket,
pengecatan warna tokoh, hingga finishing telah dilakukan recording dengan
kamera.
4. Modul pembuatan wayang yang dibuat hardcopy sehingga dapat langsung dibaca
setiap saat bagi siapa saja yang menghendaki.
5. Data kuisener yang telah mendapat jawaban dari peserta workshop yang
membahas tentang proses pembuatan wayang beber, ruang lingkup, manfaat dan
harapan masa depannya.
6. Terjalinnya hubungan silaturahmi yang baik antar individu merupakan jembatan
terjalinnya hubungan antar instansi, merupakan langkah awal untuk dapat
merencanakan kegiatan lain.
15
BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Melihat begitu antusiasnya para pesarta dalam mengikuti kegiatan ini
memberikan semangat sendiri kepada penulis beserta tim untuk dapat menindak
lanjuti kegiatan ini pada tahap lebih komplek. Beberapa usulan dan saran dari peserta
menjadi bahan pertimbangan atas kegiatan yang akan dilakukan pada masa
mendatang. Selain itu kepala sekolah SMK N I juga mengatakan, bahwa di Pacitan
terdapat 600 guru mengajar di Sekolah Dasar, 65 guru yang mengajar di SLTP dan 37
Guru yang mengajar di tingkat SLTA se-Kab Pactian yang tergabung dalam guru
MGMP Seni Budaya, baru 17 orang yang mendapatkan pelatihan lukis wayang beber,
demikian kegiatan serupa masih sangat diharapkan untuk dapat dilaksanakan kembali
dan atau ditingkatkan dalam bentuk-bentuk lain, seperti seminar, pembuatan wayang
beber dengan menggunakan material lain, pameran-pameran, pementasan-
pementasan dan lain sebagainya. Bahkan kepala sekolah SMK N I Pacitan
menghendaki adanya Memorandum of Understanding antara ISI Surakarta dengan
MGMP Seni Budaya untuk Wilayah Pacitan, sehingga berbagai aktivitas yang
dilakukan akan lebih terealisir dan lebih fokus. Dibantu menggunakan teknologi
kekinian diharapkan mampu menjawab segala keterbatasan di era globalisasi,
sebagaimana dikemukakan oleh warto. Globalisasi sesungguhnya menjadi tantangan
dan sekaligus peluang dalam melestarikan budaya lokal. Antara yang global dan lokal
tidak selalu berada dalam tegangan atau konflik, tetapi juga dalam wujud saling
melengkapi dan membutuhkan.5
Pada kegiatan di masa mendatang direncanakan adanya pengabdian
masyarakat yang melibatkan dosen dari ranah seni pertunjukan, sehingga dapat
memberi bekal tambahan bagi satu-satunya dalang yang ada sekarang yaitu Rudhi,
agar dapat mengemas pertunjukan wayang beber menjadi lebih menarik, ekonomis,
5 Warto, Wayang Beber Pacitan: Fungsi, Makna, dan Usaha Revitalisasi, (Surakarta:
Paramita Vol. 22 No. 1 - Januari 2012), 57
16
praktis tetapi tetap menarik dan mendidik. Selain itu harapan yang lebih besar adalah
bagaimana dapat menumbuhkan rasa keinginan dari generasi muda untuk dapat
menjadi dalang.
Demikian dapat dikatakan workshop wayang beber ini dapat dikatakan
berhasil tetapi masih menyimpan banyak pekerjaan yang harus dilanjutkan sebagai
upaya menumbuh kembangkan kembali seni dan budaya yang sudah hampir mati.
Melalui kesenian wayang beber akan banyak muncul program-program sebagai
media tridarma perguruan tinggi bagi setiap tenaga pengajar di lingkungan perguruan
tinggi.
Diharapkan dari rasa cintanya masyarakat Pacitan terhadap kesenian wayang
beber ini akan mendorong pemda setempat untuk dapat membangun berbagai ikon
wayang beber di setiap sudut kota Pacitan hingga pedesaan, sebagai simbol
keberadaan wayang beber dan menjadi master peace souvenir yang dijual di setiap
obyek wisata di wilayah Kabupaten Pacitan.
17
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kuisener yang telah diisi oleh peserta
pelatihan dan hasil dari pengamatan langsung dilapangan baik terhadap peserta
kegiatan dan opini yang diberikan. Pelatihan wayang beber bagi guru MGMP Seni
Budaya Se-Kab Pacitan ini lebih tepat dikatakan sebagai pengenalan terhadap guru
MGMP setempat dan bukan lagi sebagai pengayaan karena sebagian besar dari
peserta merasa sangat asing terhadap wayang beber ini, baik ditinjau dari ranah seni
rupa, seni pertunjukan, historis maupun intesitas berkesenian masyarakat di Pacitan.
Dari kegiatan ini diharapkan akan menumbuhkan rasa memiliki baik bagi
guru peserta pelatihan maupun guru-guru pada umumnya, yang nantinya akan
ditularkan kepada siswa-siswinya atau masyarakat umum di luar lingkup pendidikan
formal seperti masyarakat umum, seniman maupun para pengerajin yang berada di
Pacitan. Kegiatan ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi munculnya aneka karya
seni yang banyak dijual di obyek-obyek wisata di Pacitan, sehingga Pacitan banyak
dikenal oleh wisatawan sebagai kota yang memiliki seni budaya lokal yaitu wayang
bebeer.
Terciptanya ikon-ikon yang bernuasa wayang beber di Kota Pacitan, baik dari
souvenir yang dijual setiap obyek wisata di Pacitan hingga monumen-monumen ,
sangat diperlukan dukungan dari pemda setempat. Karena diperlukan perijinan serta
dana yang tidak sedikit dan konsep yang matang. Pelatihan ini lebih bersifat
mendasar yang dapat diartikan menumbuhkan perasaan memiliki dari dalam diri para
masyarakat di Pacitan, dengan harapan dari yang kecil ini dapat memunculkan
berbagai ide-ide besar yang dapat menghidupkan kembali kesenian wayang beber
selain juga lebih menghidupkan masyarakat terutama dari sektor pariwisata yang ada
di Pacitan pada umumnya melalui kesenian wayang beber.
18
Saran
Beberapa benda yang terkait kesenian wayang beber termasuk peninggalan
mbah Mardi yang selama ini hanya disimpan dirumah pribadi dari salah satu keluarga
mbah Mardi, sebaiknya disimpan di museum yang berada di Pacitan seperti museum
Keling Pacitan serta diwajibkannya setiap sekolahan untuk mengujungi museum
setiap minimal satu kali dalam satu tahun, atau bahkan dapat dijadikan sebagai salah
satu persyaratan untuk mendapatkan ijin studi tour keluar daerah Pacitan. Demikian
setiap guru dan siswa akan mengetahui wayang beber sebagai kakayaan lokal genius
yang harus mendapatkan apresiasi dari seluruh kalangan.
Perlu adanya kegiatan dengan materi wayang beber baik itu kegiatan serupa
tetapi ditujukan terhadap peserta lain maupun kegiatan lain dengan materi serupa,
yang merambah semua kalangan terutama yang berkompeten dalam bidang
pengembangan seni dan budaya yang dilakukan secara intensif dan merata di seluruh
kawasan Pacitan.
Pemda setempat bekerjasama dengan Disbudpar dan instansi terkait selalu
mementaskan pertunjukan wayang beber pada setiap even berkesenian yang
diselenggarakan di Pacitan, yang telah dikemas dengan sebaik mungkin guna
menghibur masyarakat Pacitan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Angst, Walter. 2009. Wayang Perlu Inovasi Multi Media dalam Yogyakarta Stadium
General di
MMTC. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat, edisis Jumat 6 Maret.
Agus PW. 2005. Wayang Beber.Suara Merdeka. Senin. 31 Oktober.
Bagyo S. 2007. “Pasunggingan Wayang Beber Mangkunegaran”. Penelitian.
Benedict ROG. 2005. Anderson dalam Bagyo Suharyono, Wayang Beber Wonosari.
Wonogiri: Bina Citra Pustaka.
Gustami, SP. 2000. Studi Komparasi Gaya Seni Yogya – Solo. Yogyakarta: Yayasan
Untuk Indonesia.
20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
Modul Pembuatan Wayang Beber Pacitan
Pendahuluan
Berdasarkan sumber referensi valid dari beberapa pakar ilmu arkeologi dan sejarah menyatakan Wayang Beber Pacitan merupakan sumber terciptanya beberapa wayang yang ada saat ini. Sebagaimana diutarakan oleh James Brandon, salah satu bentuk pertunjukan Jawa yang tergolong sudah sangat lama adalah wayang beber. Bahkan dikatakan bahwa wayang beber memiliki usia lebih tua dari wayang kulit. Pembahasan wayang beber hanya diuraikan dari aspek pertunjukan yang berkembang pada sekitar abad ke-17. Bahwasannya wayang beber asli dikaitkan dengan ritus-ritus animistik dari penyembahan nenek moyang, tetapi hadirnya wayang kulit tampak menjadi lebih canggih dan sangat berkembang dari sebuah bentuk seni dan menggantikan wayang beber sebagai pertunjukan istana, wayang kulit juga menggantikan banyak fungsi keagamaan yang semula dilakukan oleh wayang beber. Pada tahun 1630 raja Mataram di Jawa Tengah melarang penggunaan wayang beber untuk pertunjukan dan upacara ruwatan yang animistik tetapi dianjurkan justru hanya menggunakan wayang kulit sebagai media pertunjukan. 6 Sejak saat itu kondisi pertunjukan wayang beber teracam eksistensinya. Salah satu alasan dilarangnya pementasan wayang beber di keraton karena adanya unsur kemusrikan dalam pementasannya. Visual wayang beber dijelaskan oleh lombard sebagai sebuah karya seni yang hadir sebelum masa barat, yang agaknya lebih bagus daripada lukisan Bali tradisional dengan satu gaya khasnya yang berbeda.7
Dikatakan pula selain di Pacitan wayang beber juga ditemukan di daerah Gunung Kidul tepatnya di desa Gelaran, kelurahan Bejiharjo, kecamatan Karangmojo. Wayang tersebut diberi nama Kyai Remeng. Wayang beber Kyai Remeng memiliki 8 gulung dengan cerita Joko Tarub, cerita syeh Bakir, cerita peperangan antara antara Resi Puyang Aking melawan Kyai Remeng (nama samaran raden Panji).8
Berikut teknik pembuatan wayang beber dan ruang lingkup alat bahan yang digunakan.
6 James R. Brandon, Jejak-jejak Seni Pertunjukan Di Asia Tenggara. Terj. R.M. Soedarsono, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional Universitas Pendidikan Indonesia, 2003: 66.
7 Danys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya I (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 185. 8 Timbul Haryono, Haryono, Timbul. Seni Dalam Dimensi Bentuk, Ruang Dan Waktu. Jakarta:
Wedatama Widya Satra, 2009: 7.
21
Bahan yang digunakan :
1. Kain mori warna putih (primisima, phoenix, prima, dll) 2. Cat tembok warna putih (paragon, mexcylite, dll) 3. Cat pigmen / sendi warna primer (merah, biru, kuning) dan warna hitam 4. Lem kayu (binder)
Alat yang digunakan :
1. Kuas cat air ukuran 1, 3, 6 dan kuas besar (kuas tembok). 2. Valet (gelas plastik kecil) 3. Pensil dan penghapus 4. Drawing pen 5. Kertas gambar 6. Spanram sesuai ukuran
Alat penunjang :
1. Hardboard 2. Kain perca 3. Tongkat pengaduk 4. Kertas karbon 5. Meja kaca 6. Lampu penerang
Proses pembuatan
Sebelum proses pembuatan dimulai terlebih dahulu harus menyediakan cairan penguat yang terbuat dari lem kayu yang sudah dicairkan dengan air secukupnya atau sebagai penggantinya menggunakan cairan yang disebut binder. Binder tersebut digunakan sebagai pengencer dalam mencampur warna selain juga lebih memperkuat warna dan warna akan lebih mengkilat setelah kering.
1. Buatlah sket atau gambar pada kertas yang telah disediakan ukuran sesuaikan dengan yang diinginkan.
2. Pasang kain pada spanram yang telah disediakan. 3. Dasari kain mori dengan menggunakan cat putih yang diberi lem kayu
atau binder (penguat) agar pori-pori lebih rapat sehingga lebih mudah diberi warna dan tahan lama.
22
4. Salinlah sket yang telah dibuat pada kain mori. a. Gunakan kertas karbon kemudian gambar ulang sesuai kontur
yang ada b. lepas kain dari spanram letakan sket wayang di bawah kain,
gambar ulang desain wayang pada kain lakukan diatas meja kaca yang dibawahnya diberi penerangan lampu.
5. Letakan kain pada spanram yang telah diberi hardboard atau triplek. 6. Lakukan proses pewarnaan dengan mandahulukan warna terang yang
disusul (disungging/digradasi) warna yang lebih gelap. Komposisika warna satu dengan yang lain sesuai yang dikehendaki. Gunakan selalu pengencer cat dengan binder agar warna lebih mengkilat dan tahan lama.
7. Berilah kontur dengan drawing pen dengan ukuran agak besar (0,5) 8. Beri isian pada bagian tertentu yang seperti busana tokoh atau
dedaunan, agar gambar tampak lebih hidup dan menarik, menggunakan drawing pen (0,1) dan atau menggunakan cat yang berwarna terang (putih atau kuning).
Selamat berkarya
23
Lampiran 2
Identitas Responden
1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Jabatan : 6. Golongan : 7. Alamat :
A. Pengetahuan Tentang Wayang Beber Keterangan: T : Tahu / KT: Kurang Tahu / TT: Tidak Tahu
No. Pertanyaan Jawaban 1. Apakah anda mengetahui sejarah wayang beber T .8 KT. 8 TT.1 Keterangan: 2. Apakah anda mengetahui dua jenis wayang beber yang
terdapat di Jawa T.2 KT.9 TT.6
Keterangan: 3. Apakah anda mengetahui bahwa wayang beber Pacitan adalah
salah satu jenis wayang beber yang terdapat di Jawa T.14 KT.3 TT.6
Keterangan: 4. Apakah anda mengetahui ciri khas wayang beber Pacitan T.1 KT.12 TT.5
Keterangan: 5. Apakah anda mengetahui bahan yang digunakan untuk
membuat wayang beber Pacitan T.7 KT.8 TT.2
Keterangan: 6. Apakah anda mengetahui berbagai teknik yang digunakan
untuk membuat wayang beber Pacitan T.5 KT.9 TT.3
Keterangan: 7. Apakah anda mengetahui cara mempertunjukkan wayang
beber Pacitan T.11 KT.6 TT.0
Keterangan: 8. Apakah anda mengetahui tokoh-tokoh dalam cerita wayang
beber Pacitan
T.4 KT.11 TT.2 Keterangan:
9. Apakah anda mengetahui berbagai cerita dalam setiap adegan wayang beber Pacitan
T.0 KT.16 TT.1 Keterangan:
10. Apakah anda mengetahui jumlah adegan cerita wayang beber Pacitan
T.3 KT.9 TT.5 Keterangan:
11. Apakah anda mengetahui bahwa cerita yang diangkat dalam wayang beber Pacitan memiliki cerita yang penuh dengan nasihat moral
T.4 KT.12 TT.1
12. Apakah anda mengetahui fungsi wayang beber Pacitan T.3 KT.10 TT.4 Keterangan:
13. Apakah anda mengetahui tokoh dalang wayang beber Pacitan T.4 KT.9 TT.4 Keterangan:
24
14. Apakah anda mengetahui generasi dalang wayang beber Pacitan sudah terputus
T.4 KT.7 TT.6 Keterangan:
15. Apakah anda mengetahui penyebab terputusnya generasi dalang wayang beber Pacitan
T.2 KT.7 TT.8 Keterangan:
16. Apakah anda mengetahui keadaan wayang beber Pacitan pada saat ini
T.0 KT.12 TT.5 Keterangan:
17. Apakah anda mengetahui wayang beber Pacitan kurang populer di bandingkan dengan jenis wayang lainnya
T.7 KT.5 TT.5 Keterangan:
18. Apakah anda mengetahui berbagai penyebab wayang beber Pacitan kurang populer di masyarakat luas
T.4 KT.10 TT.3 Keterangan:
Identitas Responden
1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Jabatan : 6. Golongan : 7. Alamat :
A. Eksistensi Keterangan:
Y: Ya / RR: Ragu-ragu / T: Tidak No. Pertanyaan Jawaban 1. Menurut anda apakah wayang beber perlu dilestarikan Y.17 RR.0 T.0
Keterangan: 2. Apakah dengan memberikan pembelajaran lukis wayang
beber kepada siswa merupakan salah satu solusi untuk menjadikan wayang beber Pacitan kembali eksis
Y.14 RR.3 T.0 Keterangan:
3. Diperlukan kerja sama secara intensif dan berkelanjutan dari berbagai pihak bagi eksistensi wayang beber
Y.16 RR.1 T.0 Keterangan:
B. Relasi Keterangan:
Y: Ya / RR: Ragu-ragu / T: Tidak No. Pertanyaan Jawaban
25
1. Apakah dengan mengembangkan dan melestarikan wayang beber dapat membawa relasi yang lebih baik antara anda dengan siswa
Y.9 RR.8 T.0 Keterangan:
2. Apakah dengan mengembangkan dan melestarikan wayang beber dapat membawa relasi yang lebih baik antara anda dengan sesama guru
Y.10 RR.7 T.0 Keterangan:
3. Apakah dengan mengembangkan dan melestarikan wayang beber dapat membawa relasi yang lebih baik antara anda dengan pimpinan/ pejabat terkait
Y.8 RR.9 T.0 Keterangan:
4. Apakah dengan mengembangkan dan melestarikan wayang beber dapat membawa relasi yang lebih baik antara anda dengan masyarakat
Y.10 RR.7 T.0 Keterangan:
C. Usaha Revitalisasi Wayang Beber Pacitan Keterangan: Y: Ya / RR: Ragu-ragu / T: Tidak
No. Pertanyaan Jawaban 1. Menurut anda apakah perlu adanya berbagai terobosan untuk
menjadikan wayang beber kembali diminati masyarakat, seperti:
Y.12 RR.5 T.0 Keterangan:
2. Perlu adanya perkembangan visual wayang beber Pacitan Y.15 RR.2 T.0 Keterangan:
3. Perlu adanya perkembangan fungsi wayang beber Pacitan Y.15 RR.2 T.0 Keterangan:
4. Perlu adanya perkembangan bentuk wayang beber Pacitan Y.10 RR.6 T.1 Keterangan:
5. Perlu adanya perkembangan cara mempertunjukkan wayang beber Pacitan
Y.15 RR.2 T.0 Keterangan:
6. Apakah diperlukan adanya media promosi Y.16 RR.1 T.0 Keterangan:
Lampiran 3. Berita Acara Penyerahan Laporan Kemajuan dan Penggunaan Keuangan 70%.
26
27