arah kebijakan bpkn periode 2020-2023
TRANSCRIPT
BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL
ARAH KEBIJAKAN BPKN
PERIODE 2020-2023
…Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial…
(alinea 4, Undang-Undang Dasar 1945)
Pasal 28F UUD 45
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan
pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan infomasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.
Upaya pembangunan perlindungan konsumen tidak dapat dilepaskan dari DINAMIKA NASIONAL & DINAMIKA INTERNASIONAL. Semua hal tersebut mempengaruhi dimensi hukum, kebijakan,
kelembagaan, transaksi logistik, dan pengelolaan perlindungan konsumen
KelembagaanProduk
Halal
Lalu lintas
barang &
jasa
Lingkungan Hidup &
Hak Azasi
Yuridiksi
PK
Fintech
Keamanan jaringan data,
kedaulatan data & informasi
Makanan &
Minuman
Kesehatan
Perumahan
Travel
Internet
E-Commerce
Hak Kekayaan
Intelektual
DEMOGRAFI GLOBAL
MEGATREN DUNIA
URBANISASI
PERGESERAN EKONOMI
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KEUANGAN INTERNASIONAL
MIDDLE INCOME CLASS
PERSAINGAN SDM
TEKNOLOGI
Pertumbuhan PDB masih mengandalkan KONSUMSI RUMAH
TANGGA sebagai kontributor terbesar pembentukan PDB. Sehingga
konsumen menjadi entitas strategis dalam perekonomian nasional.
40 – 60
MAMPU 3
20 – 40
PAHAM 4
0 – 20
SADAR 5
180 – 100
BERDAYA
260 – 80
KRITIS
Data IKK Tahun 2020
Sumut51,49
KepulauanRiau
47,86
Bengkulu49,27
DKI Jakarta51,86 Jabar
51,95 Jateng51,79
Kalbar51,79
Kalteng50,80
Kalut49,58
Kalsel49,77
Sulbar46,99
Sulsel51,05
Maluku Utara45,85 Papua
Barat45,91
INDEKS KEBERDAYAAN KONSUMEN INDONESIA
TAHUN 2020
30
.86
33
.7 40
.41
41
.7 49
.07
2016 2017 2018 2019 2020
MENURUT DATA YANG MASUK KE BPKN RI, SEKTOR DIBAWAH PERLU MENJADI PERHATIAN
PERUMAHAN TRAVELMAKANAN & MINUMAN
KESEHATAN PRODUK HALAL E-COMMERCE
JASA KEUANGAN/FINTECH
BERBAGAI KASUS PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA
BELUM MEMENUHI JALUR PEMULIHAN SECARA KHUSUS
DENGAN POPULASI MUSLIM TERBESAR DIDUNIA (CAPTIVE), INDONESIA HAMPIR MEMILIKI
SEMUA POTENSI MENJADI KEKUATAN EKONOMI SYARIAH UTAMA DUNIA
232,5 Juta Jiwa
(87,18% Muslim) Belum Menempati
Posisi 10 besar
Peringkat GIEI
(Didominasi Import)
USD 169,7 Miliar
(Didominasi Import)
Jumlah Penduduk
Tahun 2017
> USD 200 Miliar
Konsumsi Industri Halal Konsumsi Makanan Halal
Produksi MakananIndonesia
Mencapai Lebih 20% dari total Konsumsi
Produk Halal terhadap total PDB
Terhadap Total PDB 2017
Sesuai dengan PP No. 31 tahun 2019 tentang Jaminan Produk Halal,
BPKN difokuskan pada Perlindungan Produk Pangan Sumber Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019 – 2024, BAPPENAS
Indonesia telah memiliki sistem hukum dan perangkat kelembagaan perlindungan konsumen, namuntumpang tindihnya peraturan dan keterbatasan kewenangan serta alokasi sumber daya yang tidak
adil mengakibatkan berbagai keterbatasan bagi pembangunan perlindungan konsumen di Indonesia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK)
menjelaskan prinsip spesialisasi
peraturan terkait dan penyelesaian
sengketa konsumen.
Perlu memodernisasi UUPK untuk
mengatasi masalah yang muncul, seperti
perdagangan lintas negara dan transaksi
melalui sistem elektronik
Sudah adanya kerangka hukum yang
komprehensif, akan tetapi perlu
konsistensi dan kepastian hukum yang
lebih besar dalam melindungi pelaku
usaha dan konsumen.
Amandemen
Modernisasi
Perkuat
Kepastian Hukum
dan Harmonisasi
Pasal 28F UUD 1945
UUPK No. 8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen
Strategi Perlindungan
Konsumen Nasional
Undang-Undang Sektoral
dan Peraturan Terkait
3. Dukungan & Perlindungan Terhadap Kepentingan Ekonomi Konsumen
5. Fasilitas Distribusi Barang & JasaKonsumen
2. Keamanan Produk
4. Standar Keamanan dan KualitasBarang & Jasa
6. Penyelesaian Sengketa & GantiRugi
1. Kebijakan nasional untuk perlindungan konsumen
9. Perdagangan Sistem Elektronik (e-commerce)
11.Wilayah Perhatian PerlindunganKonsumen
8. Promosi Konsumsi Berkelanjutan
10.Layanan Jasa Keuangan
7. Program Pendidikan & Informasi
PRINSIP – PRINSIP TATA KELOLA PERLINDUNGAN KONSUMEN
Dalam rangka mewujudkan tata laksana pengelolaan perlindungan konsumen yang berdaya dan berhasil guna
mencapai tujuan & sasaran pembangunan nasional, dibutuhkan kerangka kelembagaan yang memiliki kapasitas dan
kewenangan, menjalankan peran dan fungsi untuk mengelola dan menjaga integritas perlindungan konsumen atas 11
aspek pengelolaan perlindungan konsumen (UNGCP) dengan demikian perlindungan konsumen akan mampu
melindungi hak dan kepentingan konsumen, untuk mempromosikan konsumsi kehidupan yang
rasional dan untuk berkontribusi pada pengembangan ekonomi negara yang lebih sehat.
Dari 9 sektor prioritas yang termuat dalam Perpres No. 50 Tahun 2017 tentang
Strategi Nasional Perlindungan Konsumen (Stranas PK),
SEBAGIAN BESAR RENTAN TERHADAP PELANGGARAN PERLINDUNGAN KONSUMEN
01 02 03
04 05 06
07 08 09
Sektor Perumahan Sektor Listrik & Gas Sektor Obat & Pangan
Sektor e-Commerce Sektor Jasa Keuangan Sektor Telekomunikasi
Sektor Transportasi
Sektor
Barang Elektronik,
Telematika dan
Kendaraan Bermotor
Sektor Layanan
Kesehatan
9 WILAYAH PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM STRANAS PK
PERIODE 2015-2019
01 02 03 04
Sektor PrioritasSTRANAS-PK 2015-2019
UNGCP, TPB NASIONAL (UNSDGs) DAN RPJMN
2020-2024
Subjek dengan Manfaat PK terbesaryang memerlukan pemulihan
KONTRIBUSI C TERHADAP PDB NASIONAL
UsulanSTRANAS-PK
2020-2024
Isu perlindungan konsumen yang menjadi fokus perhatian suatu negara disebut
Wilayah Perhatian Perlindungan Konsumen (WPPK)
STRANAS-PK
2015-2019
UNGCPUNSDGsRPJMN
PDBNASIONAL
WPPK2020 - 2024
Setelah menseksamai dinamika PK Nasional dan Global, serta tantangan yang dihadapi Indonesia kedepan,
BPKN mencermati bahwa pendekatan sektoral dan kewilayahan semata tidak lagi memadai untuk menjadi dasar
pengelolaan perlindungan konsumen nasional.
Perlindungan Konsumen tidak dapat dikelola secara sendiri-sendiri (sektoral atau kewilayahan), dan perlu menjadi bagian
integral pemajuan sosial, ekonomi bangsa dan dengan memperhatikan daya dukung ekologi, (ecosystem Approach). Dengan
demikian pengelolaan perlindungan konsumen mampu mendukung proses pembangunan yang berkelanjutan.
Kebijakan NasionalPerlindungan Konsumen
Keamanan Produk
Standar Keamanan dan Kualitas Barang & Jasa
Dukungan & Perlindungan Terhadap Kepentingan Ekonomi Konsumen
Fasilitas DistribusiBarang & Jasa Konsumen
Program Pendidikan & Informasi
Promosi KonsumsiBerkelanjutan
Wilayah PerhatianPerlindungan Konsumen
Perdagangan SistemElektronik (e-commerce)
Layanan Jasa Keuangan
Penyelesaian Sengketa& Ganti Rugi
11 PEDOMAN PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM UN GUIDLINE FOR CONSUMER PROTECTION
AIR
ENERGI
LAYANAN PUBLIK
PANGAN
FARMASI
PARIWISATA
WILAYAH PERHATIAN PERLINDUNGAN KONSUMEN 2020 – 2024
Strategi Nasional Perlindungan Konsumen 2020-2024 perlu dirumuskan dengan mencermati
11 Wilayah Perhatian Perlindungan Konsumen (WPPK) sebagai berikut
AKSES DAN TRANSAKSI DATA/INFORMASI
AKSES DAN TRANSAKSI ENERGI (LISTRIK, GAS, BBM)
AKSES DAN TRANSAKSI AIR/UDARA BERSIH
AKSES DAN TRANSAKSI PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN SANITASI
AKSES DAN TRANSAKSI HALAL
AKSES DAN TRANSAKSI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN LINGKUNGAN HIDUP
AKSES DAN TRANSAKSI KONEKTIVITAS (TELEKOMUNIKASI DAN LOGISTIK)
AKSES DAN TRANSAKSI FINANSIAL TERMASUK FINTECH
AKSES DAN TRANSAKSI PERUMAHAN RAKYAT
AKSES DAN TRANSAKSI E-COMMERCE
AKSES DAN TRANSAKSI PANGAN
Memperkuat ketahanan
ekonomi untuk pertumbuhan
yang berkualitas
Prioritas Nasional 1
Mengembangkan wilayah
untuk mengurangi
kesenjangan
Prioritas Nasional 2
Meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan
berdaya saing
Prioritas Nasional 3
Revolusi mental dan
pembangunan kebudayaan
Prioritas Nasional 4
Memperkuat infrastruktur untuk
mendukung pengembangan
ekonomi dan pelayanan dasar
Prioritas Nasional 5
Membangun lingkungan hidup,
meningkatkan ketahanan bencana
dan perubahan iklim
Prioritas Nasional 6
Memperkuat stabilitas
polhukhankam dan
transformasi pelayanan publik
Prioritas Nasional 7
7 AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN IV TAHUN 2020 - 2024
Tujuan RPJMN IV tahun
2020-2024 telah sejalan
dengan Sustainable
Development Goals (SDGs).
Target-target dari 17 tujuan
(goals) dalam SDGs beserta
indikatornya telah
ditampung dalam 7 agenda
pembangunan
Ket : Dukungan BPKN oleh Bappenas
PN : Prioritas Nasional
Memperkuat ketahanan
ekonomi untuk pertumbuhan
yang berkualitas
Prioritas Nasional 1
Perlindungan konsumen terwujud melalui pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan
Mengembangkan wilayah
untuk mengurangi
kesenjangan
Prioritas Nasional 2
Perlindungan konsumen harus mampu mendorong
pemerataan ekonomi bagi seluruh masyarakat
Meningkatkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan
berdaya saing
Prioritas Nasional 3
Peningkatan daya saing SDM yang berilmu
pengetahuan dan berteknologi
3 dari 7 agenda pembangunan RPJMN sangat erat kaitannya
dengan perlindungan konsumen 5 tahun kedepan
POSISI PK TERHADAP 7 AGENDA PEMBANGUNAN
RPJMN IV TAHUN 2020 - 2024
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
KE
LE
MB
AG
AA
NP
EM
UL
IHA
N
PA
SA
R B
ER
DA
YA
GU
NA
GAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Tersebarnya kewenangan penyelenggaraan dan pemulihan perlindungan
konsumen ke berbagai lembaga (K/L, Pemda, BPSK, Yudikatif).
1. Merevisi UUPK dengan memperjelas peran, fungsi dan kewenangan
penyelenggaraan dan pemulihan PK.
2. Mendefinisikan kembali pengertian Konsumen yang tidak terbatas hanya
“Konsumen akhir” namun dikaitkan dengan transaksi bagi perwujudan PDB
disemua sektor.
2. Kesimpangsiuran mengenai mandat BPSK dan posisinya dibandingkan
dengan pengadilan umum (di tingkat Kabupaten/Kota).
3. Memperjelas kompetensi BPSK terkait penanganan perkara sesuai dengan UU
serta memperbaiki hukum acara BPSK tentang prosedur penyelesaian sengketa
melalui BPSK dan Pengadilan Negeri.
3. Kompetensi personil SDM BPSK yang belum memadai. 4. Meningkatkan kemampuan (kualitas) dan kompetensi SDM BPSK melalui pelatihan
Hukum Acara dan HPK.
4. Anggaran BPKN masih berada di Kemendag sehingga ada ketergantungan
dan keterbatasan dana bagi BPKN dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
5. Mengupayakan agar BPKN mempunyai Bagian Anggaran (BA) tersendiri.
5. Masih rendahnya pemanfaatan Saran dan/atau Rekomendasi BPKN di K/L
terkait kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan Perlindungan Konsumen.
6. Meningkatkan kualitas Saran dan Rekomendasi BPKN.
7. Meningkatkan komunikasi dan monitoring BPKN dengan K/L terkait setelah
Rekomendasi disampaikan.
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
AK
SE
S P
EM
UL
IHA
N
BA
GI P
AS
AR
GAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Sudah ada portal web pengaduan konsumen di Kemendag, namun
belum terintergrasi dengan K/L, BPKN dan BPSK.1. Mengupayakan agar portal Pengaduan BPKN terintegrasi dengan portal web
Pengaduan konsumen di Kemendag dan K/L lainnya.
2. Belum adanya sistem Online Dispute Resolution (ODR) untuk
memfasilitasi akses konsumen ke penyelesaian sengketa dan
mekanisme ganti rugi.
2. Membangun Sistem Penyelesaian Sengketa Nasional (National Dispute
Resolution) yang melingkupi penyelesaian sengketa secara konvensional
maupun Online Dispute Resolution (ODR).
3. Terbatasnya dana operasional BPSK yang dianggarkan oleh Pemerintah
Provinsi mengakibatkan BPSK tidak bisa beroperasi secara optimal.
4. Mengupayakan agar operasional BPSK dibiayai APBN melalui Kemendag atau
BPKN.
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
PE
RA
N
MA
SY
AR
AK
AT
GAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Tingkat Pemberdayaan konsumen masih rendah, dalam
memperjuangkan dan memperoleh hak-haknya.1. Meningkatkan peran, dan kontribusi dari K/L dalam pemberdayaan konsumen,
sehingga kesadaran konsumen terkait hak-haknya meningkat
2. Masih kurangnya LPKSM di Indonesia serta belum optimalnya fungsi
LPKSM sebagai wakil/kuasa konsumen dalam beracara di Lembaga
Penyelesaian Sengketa.
2. Meningkatkan jumlah dan fungsi LPKSM dalam memperjuangkan pemulihan
hak konsumen di lembaaga penyelesaian sengketa.
3. Rendahnya kesadaran konsumen dalam menjaga konsumsi
berkelanjutan (sustainable consumption)
3. Menginisiasi gerakan edukasi literasi dan kolaborasi program bersama konsumsi
berkelanjutan sehingga konsumsi berkelanjutan membudaya.
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
RE
GU
LA
SI D
AN
KE
BIJ
AK
AN
GAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Ada perbedaan terhadap kewenangan BPSK dan kewenangan
perlindungan konsumen di Provinsi yang terdapat pada UU No. 23 Tahun
2014 dan UUPK.
1. Amandemen dan harmonisasi UU 23/2014 dengan UUPK dan UU Metrologi
legal, terkait pengelolaan BPSK dan Metrologi Legal.
2. Belum ada pengaturan tentang perlindungan data pribadi. 2. Merumuskan dan menerbitkan UU Data Pribadi.
4. Belum adanya pengaturan mengenai tanggung jawab mutlak (strict
liability) di dalam UUPK.
5. Merumuskan dan menerbitkan prinsip tanggung jawab mutlak (Strict Liability)
dalam RUUPK
5. Belum ada regulasi dan kebijakan untuk melindungi konsumen yang
rentan, seperti anak-anak, orang usia lanjut dan kaum berkebutuhan
khusus, terhadap transaksi ekonomi digital.
6. Merumuskan dan menerbitkan regulasi dan kebijakan yang melindungi konsumen
yang rentan (anak-anak, orang usia lanjut dan kaum berkebutuhan khusus).
6. Belum memadainya tata kelola mengenai sertifikasi halal. 7. Meningkatkan efektifitas aturan tata kelola dan management resiko mutu pangan
halal
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
PR
OD
UK
SI
BA
RA
NG
DA
N J
AS
AGAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Tingkat kepatuhan pelaku usaha UMKM terkait keamanan produk di
Indonesia masih rendah.1. Meningkatkan edukasi dan sosialisasi penerapan keamanan produk kepada
UMKM oleh K/L terkait.
2. Meningkatkan pengawasan pemerintah daerah terhadap industri UMKM sebelum
dan setelah peredaran produk.
GAP antara tujuan yang ingin dicapai dengan realita kondisi masa kini
KE
PA
ST
IAN
HU
KU
M
BA
GI P
AS
AR
GAP ALTERNATIF STRATEGI
1. Belum ada panduan atau kesepakatan hukum antara Indonesia dengan
Negara mitra yang akan digunakan dalam penanganan sengketa lintas
batas.
1. Melakukan upaya kerja sama dengan negara mitra (Bilateral/Multilateral) untuk
merumuskan panduan atau kesepakatan hukum dalam penanganan sengketa
lintas batas.
2. Indonesia belum menjadi anggota International Consumer Protection and
Enforcement Network (ICPEN), yakni organisasi yang terdiri dari lembaga
penegakan hukum perlindungan konsumen di seluruh dunia.
2. Mengusulkan agar Indonesia menjadi anggota ICPEN.
2020 2021 2022 2023
Penguatan
Kelembagaan
MILESTONE
ARAH KEBIJAKAN BPKN 2020 - 2023
Sinkronisasi dan
Harmonisasi Regulasi
Peningkatan Akses
Pemulihan Hak Konsumen
Sosialisasi dan Edukasi Perlindungan Konsumen Secara Masif dan Intensif
Peningkatan Peran Masyarakat
KONTRIBUSI BPKN DALAM SASARAN STRATEGIS & TUJUAN KEMENTERIAN PERDAGANGANDAN AGENDA PEMBANGUNAN
Menguatkan Kelembagaan
Perlindungan Konsumen
Edukasi dan Sosialisasi
Perlindungan Konsumen
Secara Masif dan Intensif
Sinkronisasi Regulasi dan Kebijakan
Perlindungan Konsumen yang tersebar
disejumlah Sektor dan Daerah
Meningkatkan
Akses Pemulihan
Hak Konsumen
02 03 04
7 AGENDA PEMBANGUNAN
01
MEWUJUDKAN KONSUMEN BERDAYA DAN
PELAKU USAHA YANG BERTANGGUNGJAWAB
02
MENINGKATKAN PASAR
PRODUK DALAM NEGERI
TUJUAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN
TUJUAN BPKN
01
SASARAN : MENINGKATNYA EFEKTIVITAS PERLINDUNGAN KONSUMEN
ARAH KEBIJAKAN BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL PERIODE 2020-2023
Penguatan
Kelembagaan
Edukasi dan Sosialisasi Perlindungan
Konsumen Secara Masif dan Intensif
Sinkronisasi Regulasi dan Kebijakan
Perlindungan Konsumen yang tersebar
disejumlah Sektor dan Daerah
Akses Pemulihan
Konsumen
INDIKATOR 1 : Persentase rekomendasi perlindungan konsumen yang dilaksanakan Kementerian dan Lembaga
INDIKATOR 4 : Jumlah kerjasama di bidang perlindungan konsumen baik dalam maupun luar negeri
INDIKATOR 3 : Jumlah pengaduan konsumen yang diselesaikan
INDIKATOR 2 : Jumlah edukasi dan sosialisasi perlindungan konsumen kepada pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha
KOMISI 2 KOMISI 3 KOMISI 4
Sasaran: Meningkatnya kualitas
kajian dan analisis terhadap
regulasi dan isu aktual yang
disampaikan kepadakementerian dan Lembaga
Indikator: Jumlah rekomendasi kepadakementerian dan Lembaga
Kegiatan :
1. ………………………………………
2. ………………………………………
3. ………………………………………
4. ………………………………………
KOMISI 1
Sasaran: Peningkatan edukasi dan
sosialisasi kepada Pemerintah,
masyarakat, dan pelaku usaha
Indikator:
1. indeks persepsi/kepuasan publik terhadap
informasi perlindungan Konsumen
2. Indeks pemahaman atas hak dan
kewajiban konsumen dalam pemanfaatan
barang/jasa
Kegiatan :
1. ………………………………………
2. ………………………………………
3. ………………………………………
4. ………………………………………
Sasaran: Peningkatan penyelesaian
Pengaduan Konsumen dalam
dan luar negeri
Indikator: Jumlah penanganan pengaduan
konsumen
Kegiatan :
1. ………………………………………
2. ………………………………………
3. ………………………………………
4. ………………………………………
Sasaran: Bertambahnya bentuk
kerjasama dalam rangka
peningkatan perlindungan
konsumen dalam dan luar negeri
Indikator: Jumlah kerjasama di bidang
perlindungan konsumen
Kegiatan :
1. ………………………………………
2. ………………………………………
3. ………………………………………
4. ………………………………………
PERLINDUNGAN TRANSAKSI KEDEPAN MENJAGA 3 PILAR TRANSAKSI YANG DILAKUKAN MASYARAKAT PEMERINTAH
DAN DUNIA USAHA SEBAGAI SATU KESATUAN DALAM SETIAP TRANSAKSI MENJADI MODAL UTAMA PERTUMBUHAN
EKONOMI SUATU NEGARA BANGSA
DINAMIKA TRANSAKSI SEKTOR
& WILAYAH1. DAYA BELI
2. KESEJAHTERAAN
3. DAYA SAING
MASYRAKAT/
KONSUMEN (C)
CONFIDENCE TO TRANSACT
PERCAYA DIRI BERTRANSAKSI
DINAMIKA TRANSAKSI SEKTOR
& WILAYAH1. PENDAPATAN PEMERINTAH
2. PEMERATAAN
3. DAYA SAING
PEMERINTAH (G)DINAMIKA TRANSAKSI SEKTOR &
WILAYAH1. PERTUMBUHAN USAHA/INDUSTRI
2. KEPASTIAN USAHA
3. DAYA SAING USAHA
4. PENINGKATAN KUALITAS BARANG/JASA
MASYARAKAT/
PELAKU USAHA (B)
“Program Perlindungan Konsumen
membangun Pasar penuh percaya diri
bertransaksi barang/jasa Di, Dari, Ke Indonesia
untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi”
A. Harus Ada Kepercayaan Antara Pemerintah, Pelaku Usaha & Konsumen
B. Terjadi Jual Beli Barang/Jasa
C. Roda Ekonomi Berputar
D. Penghasilan Negara Berupa Pajak (PPN/Pajak Kekayaan)
Melindungi Hak dan Kepentingan Konsumen;
Mempromosikan KehidupanKonsumsi Yang Rasional; dan Berkontribusi Pada
Pengembangan EkonomiNegara yang Sehat
Memberikan konseling dan pemulihan hak konsumen
Melakukan pengujian dan inspeksi dan penyelidikan tentang
standar, kualitas dan keamananproduk dan layanan
Meneliti dan mengusulkan kebijakan dan undang-undang perlindungan konsumen
Mengumpulkan dan memberikaninformasi tentang rasionalisasi dan keamanan kehidupan konsumsi
Memberikan pendidikan / pelatihan dan mempromosikan perlindungan konsumen
Melakukan penelitian dan studikomprehensif untuk meningkatkan
kehidupan nasional
Meneliti dan mempertimbangkan hukum & peraturan perlindungan konsumenyang diminta oleh Kementerian/Lembaga dan Pemda
Melakukan pengawasan dan menangani masalahterkait konsumen lainnya
SNI
Ket: konsep peran organisasi kedepan
TWITTER INSTAGRAMFACEBOOK
TERIMA KASIHBADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL
GRAHA BPKN RI, Jl. Jambu No.32 RT.5/RW.2, Gondangdia Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat 10350
email : [email protected]
www.bpkn.go.id, @bpkn_ri