asas pokok pendidikan

12
ASAS POKOK PENDIDIKAN Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Hartoto, 2008, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana layaknya pendidikan itu diselenggarakan. Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas–asas tersebut bersumber dari kecenderungan umum pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 117). 1. ASAS TUT WURI HANDAYANI Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber dari asas Pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Makna Tut wuri Handayani adalah: a. Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih dan tanpa pamrih. b. Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, dan menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin pribadi (Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Upload: galang-surya

Post on 10-Jul-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asas Pokok Pendidikan

    ASAS POKOK PENDIDIKAN

Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan

berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan (Hartoto, 2008, dalam

Jurnal Ilmu Pendidikan). Jadi, asas pendidikan itu lebih memfokuskan perhatian kepada cara

penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh pemikiran-pemikiran tentang bagaimana

layaknya pendidikan itu diselenggarakan.

Khusus untuk pendidikan di Indonesia, terdapat sejumlah asas pendidikan yang

memberi arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Asas–asas tersebut bersumber

dari kecenderungan umum pendidikan di dunia dan bersumber dari pemikiran dan pengalaman

sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:

117).

1.      ASAS TUT WURI HANDAYANI

Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber dari

asas Pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu seorang

perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.

Makna Tut wuri Handayani adalah:

a.       Tut wuri: Mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian berdasarkan cinta kasih

dan tanpa pamrih.

b.      Handayani: Mempengaruhi dalam arti merangsang, memupuk, membimbing, dan

menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing-masing melalui disiplin

pribadi (Arga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Asas Tut wuri Handayani yang dikumandangkan oleh Ki Hajar tersebut mendapat

tanggapan positif dari Drs. RMP Sosrokartono (filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua

semboyan untuk melengkapinya, yakni Ing Ngarso Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, yaitu:

a.       Ing Ngarso Sung Tulada (jika di depan menjadi contoh)

b.      Ing Madya Mangun Karsa (jika di tengah-tengah membangkitkan kehendak, hasrat atau

motivasi)

c.       Tut wuri Handayani (jika di belakang mengikuti dengan awas)

Asas Tut Wuri Handayani ini bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur dirinya

sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Menurut asas ini, dalam

Page 2: Asas Pokok Pendidikan

penyelenggaraan pendidikan, seorang guru merupakan pemimpin yang berdiri di belakang

dengan bersemboyan “tut wuri handayani”, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi

kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus-menerus dicampuri,

diperintah atau dipaksa. Guru hanya wajib menyingkirkan segala sesuatu yang merintangi

jalannya anak serta hanya bertindak aktif dan mencampuri tingkah laku atau perbuatan anak

apabila anak didik tidak dapat menghindarkan diri dari berbagai rintangan. Dapat dikatakan

bahwa asas Tut Wuri Handayani ini merupakan cikal bakal dari pendekatan atau cara belajar

siswa aktif (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123)..

2.      ASAS BELAJAR SEPANJANG HAYAT

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang tidak pernah sempurna, dia selalu

berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Dewasa ini,

akibat kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat, terjadi perubahan yang amat pesat dalam

berbagai aspek kehidupan. Akibatnya, apa yang dipelajari oleh seseorang pada beberapa tahun

yang lalu dapat menjadi tidak berarti atau tidak bermanfaat lagi. Hal ini disebabkan karena apa

yang telah dipelajarinya sudah tidak relevan lagi dengan berbagai masalah kehidupan yang

dihadapinya. Jadi, implikasi dari kemajuan ilmu dan teknologi yang amat pesat tersebut ialah

seseorang dituntut untuk mau dan mampu belajar sepanjang hayat (Tim Pembina MK

Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).

Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap

pendidikan seumur hidup. Ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang sudah tidak

asing lagi ditelinga, beliau bersabda yang artinya: ”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai meninggal

dunia”. Jadi, Islam telah lama mengenal konsep belajar sepanjang ayat ini jauh sebelum orang-

orang Barat mengangkatnya (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Pendidikan seumur hidup adalah pendidikan yang harus:

a.       Meliputi seluruh hidup setiap individu

b.      Mengarahkan kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan dan penyempurnaan secara

sistematis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat meningkatkan kondisi hidupnya

c.       Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap individu

d.      Meningkatkan kemampuan dan motivasi untuk belajar mandiri

e.       Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi, termasik yang

formal, non formal dan informal (La Sulo, 1990: 25-26).

Page 3: Asas Pokok Pendidikan

Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar-mengajar di sekolah seharusnya

mengemban sekurang-kurangnya dua misi, yaitu:

1.      Memberikan pembelajaran kepada peserta didik dengan efesien dan efektif

2.      Meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai dasar dari belajar sepanjang

hayat

Kurikulum yang dapat dirancang dan diimplementasikan yaitu kurikulum yang

memperhatikan dua dimensi, yaitu sebagai berikut:

1.      Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah, meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar

tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan

2.      Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di

sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.

Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan kedua dimensi itu akan

mengakrabkan peserta didik dengan berbagai sumber belajar yang ada di sekitarnya.

Kemampuan dan kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu akan memberi peluang

terwujudnya belajar sepanjang hayat. Masyarakat yang mempunyai warga yang belajar

sepanjang hayat akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society). Dengan

kata lain, akan terwujudlah gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin di dalam

sistem pendidikan nasional Indonesia (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).

3.      KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

Asas Tut Wuri Handayani dan asas belajar sepanjang hayat secara langsung sangat erat

kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas Tut Wuri Handayani didasarkan pada

asumsi bahwa dalam kegiatan belajar-mengajar peserta didik mampu untuk mandiri dalam

belajar. Kemandirian dalam belajar itu dapat dikembangkan dengan menghindari campur tangan

guru, namun guru selalu siap untuk membantu apabila diperlukan. Selanjutnya, asas belajar

sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada pendapat bahwa peserta didik

mau dan mampu mandiri dalam belajar. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang belajar

sepanjang hayatnya apabila selalu tergantung dari bantuan guru atau pun orang lain.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran utama

sebagai fasilitator, informator dan motivator. Sebagai fasilitator, guru diharapkan dapat

menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar dengan sedemikian rupa, sehingga

memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-sumber tersebut. Sebagai informator,

Page 4: Asas Pokok Pendidikan

guru harus menyadari bahwa dirinya hanya merupakan bagian kecil dari sumber-sumber

informasi yang ada. Oleh karena itu, guru perlu memberikan dan bahkan merangsang peserta

didik untuk mencari informasi selain dari dirinya sendiri. Sedangkan sebagai motivator, guru

mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk dapat memanfaatkan sumber belajar

secara maksimal (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).

Terdapat beberapa strategi belajar-mengajar yang dapat mengembangkan kemandirian

dalam belajar, yaitu:

a.       Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

b.      Belajar dari modul, paket belajar, dan sebagainya

c.       Belajar dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB) yang memadai. PSB memberi

peluang tersedianya berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan di perpustakaan. Dengan

dukungan PSB itu asas kemandirian dalam belajar akan lebih dimantapkan dan dikembangkan.

PENERAPAN AZAS PENDIDIKAN (DI SEKOLAH DAN DI LUAR SEKOLAH)

DEWASA INI

1.      KEADAAN YANG DITEMUI

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan

yang ditemui, yakni :

a.     Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang

diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah

sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. 

b.    Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar

dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.

c.     Peserta didik yang memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh kesempatan untuk

memilih pendidikan dan keterampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh

menjadi manusia yang mandiri.

d.   Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan

keterampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang

memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh

diatas normal (Qym, 2009, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang

ditemui sekarang:

Page 5: Asas Pokok Pendidikan

a.     Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti

dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam

lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal dan berbagai jenjang pendidikan dari TK

sampai perguruan tinggi.

b.   Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada

semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara proporsional.

Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air.

c.     Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar

mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas

melalui pendidikan.

d.   Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang

belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan keterampilan, dan

sarana pendidikan jasmani.

e.     Pengadaan buku ajar diperuntukkan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang

bertujuan untuk:

1.      Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara

berbudaya melalui berbagai cara belajar

2.      Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya

f.      Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan

keterampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran

berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur.

g.      Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam

kegiatan olahraga guna meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga.

h.      Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan

kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia

peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, keterampilan serta ketahanan mental. 

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah telah mengupayakan

usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan cara pengadaan

sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang (Qym, 2009,

dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).

Page 6: Asas Pokok Pendidikan

2.      PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan pembelajaran terdapat

beberapa masalah yang perlu mendapat perhatian, yakni:

a.      Masalah pendekatan komunikasi oleh guru

Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan

komunikasi satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah.

Dalam komunikasi demikian, pendidik menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi

dari peserta didik. Bahkan, tidak jarang peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang

guru. Akibatnya, arus komunikasi cenderung satu arah dan rendahnya umpan balik dari peserta

didik. Komunikasi yang demikian memberikan implikasi yang negatif terhadap out put

pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih

bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik (Tim Pembina MK Pengantar

Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).

b.      Masalah peranan pendidik

Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang cenderung digunakan pendidik,

pendidik sering menempatkan dirinya sebagai  orang yang paling dominan. Tidak jarang seorang

pendidik, apakah itu orang tua, guru, atau dosen menempatkan dirinya sebagai orang yang paling

dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Padahal dalam era

komunikasi canggih ini, sumber informasi datangnya membanjir dari segala arah, tidak hanya

dari sekolah atau sejenisnya, tetapi juga bisa dari media massa seperti televisi, radio, koran, dan

bahkan dari internet. Oleh karena itu, tidak tertutup kemungkinan bahwa orang tua, guru, atau

pun dosen ketinggalan informasi dibandingkan dengan peserta didik. Sehingga dengan demikian,

seorang pendidik harus mendorong peserta didik untuk mencari informasi sendiri yang dikatakan

sebagai upaya belajar mandiri (Tim Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan

Ajar Pengantar Pendidikan).

c.       Masalah tujuan belajar

Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh

karena kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia

semakin “sempit”, sehingga intensitas interaksi antar manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh

perbedaan suku, agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar perlu diperluas dengan

learning to life together dan learnign to be, sehingga dengan demikian apa yang dipelajari hari

Page 7: Asas Pokok Pendidikan

ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri

dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan (Tim

Pembina MK Pengantar Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan).

3.      PENGEMBANGAN PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN

Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan asas-asas

pendidikan, maka perlu diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan

dengan tujuan untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.

a.      Mengembangkan komunikasi dua arah

Seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah untuk meningkatkan umpan

balik dari siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap

permasalahan yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terdorong

untuk belajar mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja (Rangga, 2011, dalam Jurnal

Ilmu Pendidikan).

b.      Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.

Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan

atau didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan

pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik. Sedangkan sebagai

organisator, pendidik membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang

telah ada (Rangga, 2011, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).ss.

c.       Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life

together, dan learning to be.

Berbagai upaya pengembangan dalam penerapan asas-asas pendidikan yang dilakukan

oleh pemerintah, antara lain:

1.      Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan

2.      Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

3.      Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi

serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa

4.      Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

serta perkembangan budaya bangsa (Qym, 2009)

Page 8: Asas Pokok Pendidikan