askeb 2

26
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

Upload: alx-johyunjae-similikitiw

Post on 06-Aug-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: askeb 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

Page 2: askeb 2

BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMANTAUAN BAYI SEBELUM LAHIR

1. Pemeriksaan Kesehatan Janin

Detik jantung janin dapat dinilai melalui 2 cara yaitu pemantauan elektronik janin

berkelanjutan (continous electronic fetal monitoring) dan Auskultasi berkala dengan

fetoskop atau doppler

a) Pemantauan elektronik janin berkelanjutan (Continuous Electronic Fetal

Monitoring)

Dikerjakan pada kehamilan resiko tinggi setiap 15 menit pada kala I persalinan

dan tiap 5 menit pada kala II persalinan. Pemantauan dapat dilakukan dengan 2

cara :

Pemantauan INTERNAL dengan meletakkan elektrode EKG pada kulit kepala

janin (selaput ketuban sudah pecah / dipecah).

Pemantauan EKSTERNAL (indirect) dimana DJJ dan kontraksi uterus

dipantau melalui transduser yang diletakkan pada dinding abdomen ibu.

b) Dugaan terjadinya gangguan kesehatan janin adalah indikasi untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan janin non stress test :

1. Ibu berbaring dan miring kiri.

2. DJJ dan kontraksi uterus dipantau terus menerus melalui transduser pada

dinding abdomen ibu.

3. Ibu diminta memencet tombol khusus saat merasakan adanya gerakan janin

4. Ditentukan adanya perubahan pada frekuensi DJJ akibat gerakan janin dan

kontraksi uterus:

NORMAL: Respon perubahan DJJ saat ada gerakan janin adalah > 15 dpm

diatas nilai dasar dan sekurang kurangnya berlangsung selama 15 detik

REAKTIF : Bila terdapat 2 akselerasi dalam periode 20 menit dan janin

dalam keadaan baik

c) Hasil NST non REAKTIF adalah indikasi untuk pemeriksaan PROFIL BIOFISIK.

CONTRACTION STRESS TEST

Page 3: askeb 2

CST mengukur respon frekuensi DJJ terhadap kontraksi uterus yang

dibangkittan secara artifisial (oksitosin infus). Sekurangnya diperlukan

adanya 3 his – kontraksi utrerus dalam 10 menitgar dapat meng

interpretasi test ini.

CST NEGATIF : Tidak ada deselerasi yang bersamaan dengan his ( hasil

ini meyakinkan)

CST POSITIF: terjadi deselerasi variabel berat atau deselerasi lanjut pada

>  50% his yang terjadi. Hal ini terkait dengan outcome perinatal buruk

pada 35 – 40% kasus

CST equivokal harus diulang dalam waktu 24 – 72 jam dan lebih dari 80%

hasil ulangan memperlihatkan hasil negatif  

d) Grafik gerak janin

1. Hasil penilaian dapat diandalkan

2. Gerak janin semakin lambat dengan:

Usia kehamilan

Olgohidramnion

Merokok

Terapi kortikosteroid

3. Grafik “ kicck chart” : semua gerakan janin yang dirasakan ibu selama 11

jam.

e) Profil biofisik

Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dan kardiotokografi dan menentukan 5

parameter :

1. Gerakan pernafasan janin ( gerakan dinding torak )

2. Aktivitas janin ( gerakan kasar tubuh atau ekstrimitas janin)

3. “Amniotic Fluid Index”

4. Tonus Janin (fleksi atau ekstensi sendi ekstrimitas janin)

5. Reaktivitas ( “non-stress test” ) : Masing masing parameter diberi skore 0

– 1 – 2 dan profil disebut normal bila jumlah skore 8 – 10.

Catatan:

Page 4: askeb 2

Skore ≥ 6 , harus dilihat skore AFI ; bila hasilnya baik maka keadaan janin normal

Skore 2 , kehamilan harus segera diakhiri dengan seksio sesar

Skore 4 , harus segera diterminasi sesuai dengan syarat dan indikasi yang ada saat itu.

f) Amniotic fluid index- afi

Cairan amnion berperanan penting dalam perkembangan paru, perlindungan

terhadap trauma dan infeksi. Selaput ketuban yang utuh tidak menjamin tidak

terjadinya infeksi intra uterin oleh karena pada 10% pasien kehamilan aterm

dengan selaput ketuban utuh ditemukan adanya kolonisasi bakteri. AFI ditentukan

dalam PBF dan menggambarkan volume cairan amnion.

Perhitungan AFI adalah dengan membagi abdomen ibu dalam 4 kuadran, pada

masing masing kuadran diukur panjang vertikal kantung maksimal dengan USG

dalam sentimeter dan kemudian dijumlahkan pada 4 kuadran. Volume cairan

amnion normal :

Volume pada minggu ke 28 < 800 ml

> 28 minggu : jumlah cairan amnion ↓

Minggu ke 40 jumlah cairan amnion ± 500 ml

Volume cairan amnion abnormal :

OLIGOHIDRAMNION : AFI < 5

o Ketuban Pecah Dini

o 60% kasus berkaitan dengan PJT

(poli) HIDRAMNION : AFI > 20 ( 2 liter )

g) Reaktivitas dan DJJ normal

Frekuensi DJJ normal 110 – 160 dpm. Nilai dasar ( “base line” rate adalah

frekuensi DJJ selama 10 menit ) secara normal memiliki variasi periodik berupa

akselerasi (nilai diatas base line) dan deselerasi (nilai dibawah “base line”)

Pemeriksaan DJJ janin REAKTIF dan NORMAL : Terdapat 2 akeselerasi

sebesar sekurangnya 15 dpm yang berlangsung sekurangnya selama 15 detik

dalam observasi DJJ selama 20 menit

h) Pola detik jantung janin

Page 5: askeb 2

Penilaian DJJ tergantung pada pola nilai dasar dan perubahan periodik yang

berhubungan dengan kontraksi uterus.

HIPOKSEMIA : kadar oksigen darah < normal

HIPOKSIA : kadar oksigen jaringan menurun

ASIDEMIA : Kadar ion H+ darah meningkat

ASIDOSIS : Kadar ion H+ jaringan meningkat

i) Penilaian nilai dasar denyut jantung janin

Ini memerlukan penentuan NILAI yang diambil (denyut per menit) dan

VARIABILITAS.

Nilai normal dan tidak normal terlihat dibawah ini.

Nilai dasar variabilitas dapat dibagi menjadi interval jangka pendek dan

interval jangka panjang :

o Variabilitas jangka pendek atau “beat to beat variablity

Fluktuasi variabilitas jangka pendek normal adalah antara 5 –

25 dpm

Fluktuasi < 5 dpm cenderung dikatakan abnormal dan bila

disertai dengan deselerasi maka keadaan ini menunjukkan

adanya gawat janin berat.

o Variabilitas jangka panjang

Variabilitas jangka panjang normal adalah antara 3 – 10 dpm

Variabilitas ini merupakan penurunan fisiologis yang terjadi

pada janin tidur dan umumnya berlangsung tidak lebih dari 25

menit.

j) Perubahan denyut jantung janin periodik

Terjadi perubahan pada nilai dasar DJJ yang berhubungan dengan kontraksi

uterus. Respon terhadap kontraksi uterus dapat digolongkan sebagai berikut :

Tidak terjadi perubahan

Akselerasi : peningkatan frekuensi DJJ terkait dengan kontraksi utrerus

(respon normal)

k) Deselerasi

Page 6: askeb 2

Deselerasi selama persalinan di interpretasi sesuai dengan saat terjadinya

berkaitan dengan kontraksi uterus (respon abnormal) , terbagi menjadi Dini,

Lambat, Variabel, Campuran

1. Deselerasi dini

Saat terjadinya, puncak dan akhir kejadian sejalan dengan kontraksi uterus.

Derajat deselerasi sebanding dengan kekuatan kontraksi .

Efek terjadi akibat aktivasi nervus vagus

Merupakan keadaan normal dan disebabkan oleh kompresi kepala.

Tidak memerlukan intervensi.

2. Deselerasi lambat

Perhatikan gambar dibawah

Kejadian dimulai saat puncak kontraksi uterus dan berakhir sesaat setelah

kontraksi uterus berakhir

Terjadi akibat insufisiensi uteroplasenta (kurangnya pasokan darah

uteroplasenta) selama kontraksi.

Tindakan :

o Ibu berbaring miring.

o O2 sungkup.

o Hentikan oksitosin.

o Tokolitik.

o Bila berlangsung > 30 menit periksa pH darah dan pertimbangkan

SC

3. Deselerasi variabel

Keadaan abnormal dan dapat bersifat sedang atau berat.

Terjadi akibat kompresi talipusat/kepala

Bila berulang : lilitan talipusat ?

Intervensi :

o Amnioinfusion

o Merubah posisi ibu : Trendelenburg

2. Pemeriksaan darah janin

Kardiotokografi adalah alat skrining untuk melihat apakah janin sedang

menderita gawat janin akibat asidosis atau tidak.

Page 7: askeb 2

CTG sangat sensitif (alat terbaik untuk menentukan adanya positif yang sejati)

namun dengan spesifisitas yang amat buruk ( terlalu banyak mengandung positif yang

palsu). 90% kasus dengan abnormalitas hasil kardiotokografi namun janin lahir

dengan Nilai Apgar yang baik.

Pemeriksaan darah janin adalah tes diagnostik untuk menentukan adanya

asidosis janin. Pengambilan sediaan darah janin dilakukan dengan amnisokop dan

ditentukan pH darah dan kelebihan basa dalam darah janin. pH normal darah ibu

adalah 7.38, dan pH normal janin : 7.34 – 7.42.

Akibat hipoksia , akan terjadi kompensasi pada janin melalui glikolisis

anerobik sehingga : asam laktat meningkat dan pH darah menurun.

Indikasi pengambilan sedian darah janin:

Deselerasi variabel persisten

Takikardia janin persisten

Deselerasi dini yang berkepanjangan dan persisten

Cairan ketuban hijau

Variabilitas hilang

Kontraindikasi :

HIV – hepatitis – herpes genitalis.

Penyakit darah

Prematuritas

Tehnik :

Ibu dalam posisi litothomi, miring 150 lateral.

Insersi amnioskop dengan ukuran yang sesuai dengan dilatasi dipasang.

Kulit kepala dikeringkan dan di semprot dengan etilkloride agar hiperemia.

Insisi kecil pada kulit kepala

Darah diambil dengan tabung kapiler.

B. PEMANTAUAN BAYI SETELAH LAHIR

Page 8: askeb 2

Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi karena

proses tersebut merupakan  pengeluaran hasil kehamilan (bayi) maka penatalaksanaan

persalinan dikatakan berhasil apabila ibu dan bayi yang dilahirkan berada dalam

kondisi yang optimal. Asuhan segera untuk bayi baru lahir merupakan hal yang

esensial setelah pertolongan persalinan. 

Komponen Asuhan Bayi Baru Lahir meliputi:

Pencegahan infeksi

Penilaian segera setelah lahir

Pencegahan kehilangan panas

Asuhan tali pusat

Inisiasi Menyusu Dini

Manajemen laktasi 

Pencegahan infeksi mata

Pemberian vitamin K1

Pemberian imunisasi 

Pemeriksaan fisik BBL

a) Pemberian ASI

i. Inisiasi Menyusui Dini 

Setelah lahir, keringkan tubuh bayi, ikat tali pusatnya kemudian letakkan

(tengkurap) di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit ibu-bayi. Posisikan kepala

bayi diantara kedua payudara dan perhatikan upaya naluriah bayi untuk menyusu.

Dalam 1 jam pertama, upaya ini dapat membuat temperatur tubuh bayi menjadi

stabil dan inisiasi menyusu dini berhasil dilaksanakan. Tutup kepala bayi dengan

topi dan selimuti tubuhnya.  

ii. Pemberian ASI selanjutnya

Rangsang isap pada puting susu menyebabkan hipofise anterior mengeluarkan

hormon Prolaktin untuk menghasilkan ASI. Semakin sering bayi menyusu,

semakin banyak prolaktin dan ASI dikeluarkan. Pada hari-hari pertama

pengisapan puting susu secara adekuat, akan dihasilkan secara bertahap 10 – 100

ml ASI. Produksi ASI akan optimal setelah hari 10-14 usia bayi. Bayi sehat

memerlukan 700-800 ml ASI per hari (kisaran 600-1000 mL) untuk tumbuh-

kembang bayi. 

Page 9: askeb 2

iii.Posisi menyusui 

Posisi bayi saat menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI dan

mencegah lecet puting susu (Enkin, et al, 2000). Pastikan ibu memeluk bayinya

dengan benar. Berikan bantuan dan dukungan jika ibu memerlukannya, terutama

baru pertama menyusui atau ibu sangat muda.

iv. Perawatan payudara

Pastikan puting susu selalu bersih dan kering

Ajarkan cara menyusukan yang benar untuk mencegah lecet dan retak 

Jelaskan cara mengkaji gejala dan tanda tersumbatnya saluran ASI atau

mastitis 

Mungkin ada masalah bila timbul gejala atau tanda berikut ini: 

o Bintik atau garis merah atau panas pada salah satu atau kedua

payudara

o Gumpalan atau pembengkakan yang terasa nyeri

o Demam (suhu lebih dari 38  C)

b) Pencegahan Infeksi Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah

1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Gunakan salep/tetes

mata Tetrasiklin 1% atau Garamycin dalam waktu satu jam setelah kelahiran. 

c) Pemberian vitamin K 

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg

intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusui

untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat

dialami oleh sebagian BBL.

d) Imunisasi BBL

Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk  mencegah infeksi Hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B

pertama diberikan 1 jam setelah pemberian Vitamin K1, pada saat bayi baru

Page 10: askeb 2

berumur 2 jam. Selanjutnya Hepatitis B dan DPT diberikan pada umur 2

bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Dianjurkan BCG dan OPV diberikan pada saat

bayi berumur 24 jam (pada saat bayi pulang dari klinik) atau pada usia 1 bulan

(KN). Selanjutnya OPV diberikan sebanyak 3 kali pada umur 2 bulan, 3 bulan

dan 4 bulan. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali pada jadwal

imunisasi berikutnya.

e) Jadwal Pemeriksaan Bayi Baru Lahir 

Pemeriksaan BBL dilakukan pada: 

Saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam) 

Saat kunjungan lanjut (pada usia 1-3 hari, usia 4-7 hari dan usia 8-28 hari)  

Berikan pengertian kepada ibu dan keluarga untuk tidak meninggalkan klinik sebelum umur

bayi 24 jam. Asuhan Bayi Baru lahir dilakukan selama ibu dan bayi berada di klinik 

6. Pemeriksaan Fisik BBL 

Untuk BBL, lakukan pemeriksaan sebagai berikut: 

1. Keadaan umum

2. Memeriksa pernapasan (frekuensi dan upaya bernapas normal/abnormal) 

3. Melihat gerakan dan tonus otot (baik dan simetris)

4. Melihat warna kulit

5. Meraba temperatur kulit (hangat/dingin/panas).

6. Melihat adanya hipersalivasi dan/atau muntah 

7. Melihat adanya kelainan bawaan

8. Kepala (normal & sime tris, bengkak atau memar)

9. Abdomen (normal & simetris, pucat, perdarahan tali pusat)

10. Pengeluaran mekonium dan air seni 

11. Menimbang bayi

12. Menilai cara menyusu

7. Konseling Keluarga untuk Perawatan Bayi Baru Lahir di Rumah

Beri informasi tentang:

• Tanda bahaya pada BBL 

Page 11: askeb 2

• Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahwa bayi cukup mendapat ASI bila:

Bayi terlihat bugar dan tidak rewel 

Penurunan berat badan < 10% berat badan lahir pada minggu pertama 

• Berat badan naik 160 gram per minggu atau 300 gram pada bulan pertama 

• Bayi buang air kecil minimal 6 kali sehari 

• Tinja berubah dari coklat gelap ke terang/kuning setelah hari ke-3 

Menjaga kehangatan bayi di rumah: 

• Jelaskan cara menjaga temperatur tubuh bayi (pakaian, selimut, kontak kulit)

• Menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap hangat, terutama pada cuaca dingin

• Tempatkan bayi dekat ibu agar mudah dijangkau dan disusukan 

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

• Tidak dapat menyusu

• Kejang

• Mengantuk atau tidak sadar

• Napas cepat ( >60 per menit)

• Merintih

• Retraksi dinding dada bagian bawah 

• Sianosis sentral

8. Penanganan Bayi selama Dalam Perjalanan ke Tempat Rujukan

• Menjaga bayi tetap hangat dengan melakukan kontak kulit ibu-bayi 

• Selimuti bayi dan kenakan topi pada kepala bayi 

• Lindungi bayi dari sinar matahari langsung 

• Meminta ibu tetap menyusukan (bila mungkin) bayi selama perjalanan tetapi jika bayi

tak dapat menyusu dan perjalanan lebih dari 3 jam, minta ibu memerah ASI dan berikan ke

bayi menggunakan cangkir kecil/sendok  

II. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia

Menurut WHO, sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia dan hampir

1 juta bayi tersebut meninggal per tahun. Di Indonesia, 57% meninggal pada masa BBL (usia

di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu BBL yang meninggal. Penyebab kematian

Page 12: askeb 2

BBL di Indonesia adalah BBLR (29%),  asfiksia (27%), dan sisanya disebabkan oleh trauma

lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital. Upaya pencegahan efektif

untuk menanggulangi masalah tersebut dilakukan melalui pelayanan antenatal terfokus,

persalinan bersih dan aman, dan asuhan neonatal oleh tenaga profesional/kompeten. 

1. Asfiksia Bayi Baru Lahir 

Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Masalah ini mungkin berkaitan dengan keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama

atau sesudah persalinan.

2. Penyebab Asfiksia.

Gangguan pada ibu yang dapat menyebabkan asfiksia BBL adalah:

• Preeklampsia dan eklampsia

• Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

• Partus lama atau partus macet

• Demam selama persalinan

• Kehamilan Post Matur (sesudah 42 minggu kehamilan)   

Kondisi tali pusat yang dapat menimbulkan asfiksia BBL:

• Lilitan tali pusat

• Tali pusat pendek

• Simpul sejati (true knot) tali pusat

• Prolapsus tali pusat

3. Persiapan Resusitasi Bayi Baru lahir 

Penolong harus selalu siap melakukan resusitasi BBL setiap kali menolong persalinan. Walau

asfiksia terjadi hanya beberapa menit tetapi bayi dapat menderita kerusakan otak atau

meninggal. 

a. Persiapan Keluarga

b. Persiapan tempat

c. Persiapan Peralatan untuk Tindakan Resusitasi

Kain mengeringkan dan menyelimuti bayi serta pengganjal bahu bayi 

Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet

Page 13: askeb 2

Tabung dan Sungkup/  Balon dan Sungkup.

Kotak Alat Resusitasi.

Sarung Tangan.

Jam atau pencatat waktu.

d. Persiapan diri

4. Keputusan untuk Resusitasi Bayi Baru Lahir 

Lakukan penilaian usia kehamilan dan air ketuban sebelum bayi lahir. Letakkan dan selimuti

bayi di atas perut ibu, lakukan penilaian cepat usaha bernapas dan tonus otot untuk

menentukan apakah bayi perlu diresusitasi. Nilai APGAR bukan acuan untuk tindakan

resusitasi karena keputusan harus dibuat dalam waktu 30 detik (penilaian awal). Nilai

APGAR dipakai untuk menilai kemajuan kondisi BBL pada  1 dan 5 menit bayi lahir.   

5. Asuhan Dasar BBL:  

Keringkan, bersihkan dan jaga kehangatan tubuh bayi 

Bebaskan dan bersihkan jalan napas 

Berikan rangsangan taktil: 

IMD dan kontak kulit ibu-bayi 

6. Prosedur Resusitasi Bayi Baru Lahir 

Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa BBL perlu resusitasi, tindakan  harus

segera dilakukan. Penundaan pertolongan membahayakan bayi. Letakkan bayi di tempat yang

kering (perut bawah ibu), kemudian lakukan pemotongan tali pusat.

a. Langkah Awal

Langkah awal dilakukan dalam waktu 30 detik.  Pada umumnya, 5 langkah (hangat, posisi,

isap, usap, posisi ulang) dapat merangsang bayi bernapas spontan/teratur. 

Lakukan penilaian bayi.

Bila bayi bernapas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi.

Page 14: askeb 2

Bila  bayi  megap-megap atau tidak bernapas: mulai lakukan ventilasi bayi.

b. Ventilasi 

1. Pasang sungkup:

2. Ventilasi 2 kali.

3. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

Jika bayi bernapas spontan/menangis, hentikan ventilasi secara bertahap. 

Jika  bayi megap-megap atau tidak  bernapas, lanjutkan ventilasi.

4. Ventilasi lanjutan dan penilaian hasil tindakan  

5. Merujuk bayi bila sesudah 2 menit resusitasi bayi belum bernapas spontan.

6. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi. 

7. Asuhan Pascaresusitasi 

1) Resusitasi Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau

sesudah ventilasi.

a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi.                                                                                          

b. Pemantauan dan perawatan tali pusat

c. Bila napas bayi dan warna kulit normal, berikan bayi kepada ibunya

d. Pencegahan hipotermi

e. Pemberian vitamin K1

f. Pencegahan infeksi

g. Pemeriksaan fisik

h. Pencatatan dan pelaporan

2) Resusitasi Belum Berhasil: bayi harus dirujuk, lakukan hal-hal berikut:

Konseling tentang rujukan atau kemungkinan bayinya gagal diselamatkan

Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya

Suami atau keluarga mendampingi selama rujukan.

Informasikan kasus rujukan ke fasilitas rujukan 

Bawa peralatan dan obat yang diperlukan selama rujukan.

Page 15: askeb 2

Sementara itu, juga lakukan:

a. Langkah-langkah resusitasi (bila masih diperlukan).

b. Memantau tanda bahaya dan merawat tali pusat.

c. Ibu menyusukan bayinya, kecuali ada gangguan napas dan masalah lain

d. Memberikan vitamin K1.

e. Menjaga kondisi bayi tetap stabil dan  mencegah terjadinya infeksi.

f. Membuat surat rujukan.

g. Membuat catatan dan persiapan laporan kasus.

3) Resusitasi Tidak Berhasil: sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak

bernapas dan detak jantung 0. 

a. Hentikan resusitasi. 

b. Sampaikan dengan hati-hati pada ibu/keluarga bahwa bayi tidak tertolong 

c. Berikan dukungan moral sesuai budaya setempat. 

8. Asuhan Lanjutan Pascalahir (Usia 2-24 Jam Setelah Lahir) 

Asuhan lanjutan dilakukan melalui kunjungan rumah (kunjungan BBL/neonatus). Tujuan dari

asuhan pasca lahir adalah untuk mengetahui kondisi lebih lanjut dalam 24 jam pertama

kesehatan bayi setelah lahir atau setelah tindakan resusitasi. Ajari ibu dan atau keluarga untuk

menilai keadaan bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana memperoleh

pertolongan segera bila bayi mengalami masalah. Rujuk segera bila ditemukan satu/beberapa

tanda-tanda bahaya.

9. Pencatatan dan Pelaporan

10.Pencegahan Infeksi

Pencegahan Infeksi Menurut Jenis Alat Resusitasi: 

Meja resusitasi (dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan)

Tabung resusitasi (dekontaminasi, cuci-bilas dan DTT kimiawi-bilas). Lakukan 3

langkah tersebut secara rutin, terutama bila digunakan pada kasus dengan infeksi).

Uraikan bagian demi bagian sebelum melakukan pencegahan infeksi.

Sungkup silikon dan katup karet (klorin 0,1% 20 menit dan bilas dengan air DTT)

Alat pengisap yang dipakai ulang (dekontaminasi, cuci-bilas dan DTT)

Page 16: askeb 2

Kain dan selimut (dekontaminasi, cuci-bilas, keringkan di udara terbuka dalam

ruangan/area yang bersih dan kering).

Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir :

- Membersihkan jalan nafas.

- Memotong dan merawat tali pusat

- Mempertahankan suhu tubuh bayi

- Identifikasi

- Pencegahan infeksi

Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata dan identifikasi rutin

segera dilakukan, kecuali bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberikan instruksi

khusus.

1. Membersihkan Jalan Nafas :

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung

menangis penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :

a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus

dan kepala tidak menekuk.

c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan dengan tangan yang dibungkus

kasa steril.

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 2 kali atau gosok kaki bayi dengan

kain.

2. Memotong dan Merawat Tali Pusat :

Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu menentukan dan

tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan, apabila bayi baru

lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan

tindakan resusitasi pada bayi , tali pusat diptong 5 cm dari dinding perut bayi dengan

gunting steril dan ikat dengan pengikat steril.

Page 17: askeb 2

3. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan

membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat. Bayi baru lahir

harus dibungkus hangat, suhu tubuh bayi merupakan tolok ukur kebutuhan akan

tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil bayi harus dicatat.

4. Memberi Vitamin K

Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan

cukup tinggi, berkisar 0,25 – 0,5 % untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut,

semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg /

hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan

dosis 0,5 mg – 1 mg / hari.

C.

5. Memberi Obat Tetes/ Salep Mata

Di daerah dimana prevalensi gonerea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep

mata sesduah 5 jam bayi baru lahir, pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau

tetrasikin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena kiamidia (penyakit

menular seksual).

6. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu

persalinan, maka sebuah lat pengenal yang fektif harus diberikan kepada setiap bayi

baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

7. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktifitas bayi normal

atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan

perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

a. Dua jam pertama sesudah lahir

Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir,

meliputi :

1). Kemampuan menghisap kuat dan lemah

2). Bayi tampak aktif lunglai

Page 18: askeb 2

3). Bayi kemerahan atau biru

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya :

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya

masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut seperti:

1). Bayi kecil untuk masa kehamilan atau bayi kurang bulan

2). Gangguan pernafasan

3). Hipotermi

4). Infeksi

5). Cacat bawaan atau trauma lahir.

D. Amniotomi

Amniotomi yaitu tindakan untuk membuka selaput ketuban dengan jalan membuat

robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan

dan adanya tekanan di dalam rongga Amnion.

Amniotomi dilakukan pada umumnya saaat pembukaan lengkap atau hampir lengkap

dengan tujuan penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya.

Indikasi amniotomi

1. Persalianan kala II

2. Akselerasi / mempercepat persalinan

3. Persalinan pervaginaan dengan menggunakan alat / instrumen (forcep/vakup)

Amniotomi harus hati-hati pada :

1. Poli hidramion

2. Presentase muka

3. Tali pusat terkemuka

4. Vasa previa

5. Letak lintang

Langkah-langkah amniotomi

a. Persiapan alat

Siapkan alat/pelindung penolong

½ kocher

1 wadah DTT, berisi : handscon, kassa steril

Betadine

Page 19: askeb 2

j