askep bph.docx

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertrofi prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu ada peningkatan yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30. Hipertrofi prostat benigna timb ul dalam jaringan kelenjar periurethral.Yang terlibat tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan.Jaringan kelenjar peruiretral meluas dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah. Jaringan hiperplastik bias terdiri dari dari satu di antara lima pola histology stroma, fibromuskular, muscular, fibroadenomatosa Istilah hipertrofi sendiri sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi adalah hiperplasi kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah. B. Rumusan Masalah 1. k C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)

Upload: f-zan-liverpudlian

Post on 17-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep BPH.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertrofi prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria

tua dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami

peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu ada

peningkatan yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30.

Hipertrofi prostat benigna timb ul dalam jaringan kelenjar periurethral.Yang terlibat

tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan.Jaringan kelenjar peruiretral meluas

dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah. Jaringan hiperplastik bias terdiri

dari dari satu di antara lima pola histology stroma, fibromuskular, muscular,

fibroadenomatosa

Istilah hipertrofi sendiri sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya  yang terjadi adalah

hiperplasi kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke

perifer dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah.

B. Rumusan Masalah

1. k

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)

2. Untuk mengetahui konsep dasar askep teoritis pada pasien dengan BPH (Benina Prostat

Hyperplasia) dengan meliputu pengkajian, diagnose keperawatan dan intervensi.

Page 2: askep BPH.docx

BAB II

BENIGNA PROSTAS HYPERPLASIA

A. Pengertian

Benigna BPH (prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi jinak.Kelenjar

prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan

menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.

BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.Hyperplasia prostatic adalah

pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan tersebut

dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan

menekan kelenjar normal yang tersisa.

B. Klasifikasi

Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong, 2002

Derajat Colok dubur Sisa volume urine

I

II

III

IV

Penonjolan prostate, batas atas mudah diraba

Penonjolan prostate jelas, batas atas dapat dicapai

Batas atas prostate tidak dapat diraba

Batas atas prostate tidak dapat diraba

< 50 ml

50 – 100 ml

> 100 ml

retansi urine total

C. Etiologi

Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar prostat, namun sampai

sekarang belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut. Ada beberapa teori

mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :

1. Teori Sel Stem (Isaacs 1984).

Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan

antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan

prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi

hiperplasia kelenjar periurethral.

Page 3: askep BPH.docx

2. Teori MC Neal (1978).

Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya

sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona

periurethral.

3. Teori Di Hidro Testosteron (DHT).

Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel leyding.Testosteron sebagian

besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan

adanya testis yang normal. Jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 %

dari seluruh produksi testosteron, sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

Sebagian besar testosteron dalam tubuh berada dalam keadaan terikat dengan protein

dalam bentuk Serum Binding Hormon (SBH).Sekitar 2 % testosteron berada dalam

keadaan bebas. Hormon yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses

terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat

dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT

– reseptor komplek yang akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA) yang dapat

menyebabkan terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel (MC Connel

1990). Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen dapat terjadi dengan

bertambahnya usia 50 tahun ke atas

D. Patofisiologi

Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-

lahan.Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis

yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor

mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi

lebih tebal dan penonjolan serat detrusor kedalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai

balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi,

mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk

tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabilabesar disebut diverkel.

Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan

menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk

Page 4: askep BPH.docx

kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan

disfungsi saluran kemih atas.

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumenuretra prostatika dan akan

menghambat aliran urine. Keadaan ini urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna

melawan tekanan ini.Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan anatomic

dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor.tuberkulasi, terbentuknya sakula dan

divertikel buli-buli.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien  sebagai keluhan pada saluran

kemih sebelah bawahyang dulu dikenal dengan gejala prostatismus

Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatic,

dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.Akibatnya

terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap.Infeksi

saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin tetap berada dalam

saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organism infektif.

E. Pathway

Page 5: askep BPH.docx

F. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai

Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :

1. Gejala Obstruktif yaitu :

a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan

mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu

Page 6: askep BPH.docx

beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan

dalam uretra prostatika.

b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena

ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika

sampai berakhirnya miksi.

c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.

d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan

waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.

e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :

a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.

b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam

hari (Nocturia) dan pada siang hari.

c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing

d. Sakit pinggang

e. Nyeri panggul

G. Pemeriksaan Diagnostik

1. IVP : menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat

obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostate, divertikuli kandung kemih

dan penebalan abnormal otot kandung kemih

2. Sistourretrografi: digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi kandung kemih

dan uretra karena ini menggunakan bahan kontras local.

3. Sistouretroskopi : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostate dan perubahan

dinding kandung kemih

H. Penatalaksanaan

Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong. 2002

1. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah, diberi pengobatan

konservatif.

Page 7: askep BPH.docx

2. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan

reseksi endoskopik melalui uretra (trans urethral resection / tur)

3. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah

cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sbaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui

trans vesikal retropublik/perianal

4. Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine

total dengan pemasangan katete

Page 8: askep BPH.docx

BAB III

PROSTATISIS

A. Definisi

Prostatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria.

Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan radang prostat.

Prostatitis bukanlah suatu kondisi tunggal tetapi sekelompok gangguandengan gejala

terkait.

B. Etiologi

Penyebab dari prostatitis antara lain :

1. Idiopatik

2. Agent infeksius (bakteri,fungi, mikoplasma)

3. Striktur uretra

4. Hyperplasia prestatik

C. Tanda Dan Gejala

Gejala Prostatitis bakteri Akut biasanya terjadi begitu saja, antara lain :

1. Mengigil

2. Demam

3. Gangguan kencing

4. Nyeri sendi

5. Nyeri Tulang Belakang

6. Sakit Pada Otot

7. Merasa sakit ketika ejakulasi

8. Nyeri pada penis, testikel, dan daerah sekitar skrotum dan rectum

9. Perasaan sering ingin buang air kecil dan kerap diiringi rasa sakit pada kandung

kemih.

10. Gejala pada Prostatitis bakterial kronis dan nonbakterial adalah :

11. Sperma bercampur Darah (Hematospermia)

Page 9: askep BPH.docx

12. Perasaan tidak Nyaman di daerah Genital dan Perineum

13. Demam

14. Nyeri Tulang Belakang

15. Rasa Sakit pada Perut Bawah

16. Nyeri Ketika Ejakulasi

17. Sering Terkena Penyakit Infeksi pada Saluran Urine

D. Patofisiologi

Prostatitis adalah peradangan pada prostat. Dapat bersifat akut maupun kronis dan

sebabnya dapat berupa bakterial ataupun non bakterial, prostatitis bakterial biasanya

disebabkan oleh karena bakteri escherichia coli dan kadang – kadang enterokok. Infeksi

dapat terjadi karena organisme naik keatas melalui uretra. Refkuks kemih dari kandung

kemih yang terinfeksi atau penyebaran langsung melalui aliran limfe atau darah.

Prostatitis bakterial akut menyebabkan demam, menggigil, nyeri pada pinggang

bawah,nyeri perineum,disuria,dan spasme uretra. Pada periksaan rektal, prostat teraba

nyeri, membengkak, hangat dan keras. Resiko bakteremia merupakan kontra indikasi

pemijatan prostat, sewaktu melakukan pemeriksaan, karena biasanya disertai dengan

sistisis, pembiakan spesimen kemih sering kali dapat mengidentifikasi organismenya.

Pengobatan prostatitis bakterial adalah dengan pemberian agen – agen antibakteri

spesifik untuk organisme penyebab. Terapi penyokong berupa tirah baring, hidrasi,

analgesik, dan antipiretik. Prostatektomi transuretral dapat dilakukan jika terapi dengan

obat – obatan tidak berhasil

Prostatitis bakterial kronik adalah sebab utama dari infeksi saluran kemih yang

sering kambuh pada pria. Gejala – gejalanya adalah disuria, kebelet sering berkemih dan

nokturia. Nyeri dapat terjadi dipunggung bawah daerah perineum.penis, skrotum, dan

suprapubik. Pemeriksaan rektal untuk meraba prostat mungkin tidak menghasilkan apa –

apa. Seringkali orang yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala sampai terjadi

bakteriuria yang bermakna. Acapkali terjadi sistisis simtomatik yang rekuren. Jika diobati

dengan antibody, gejala – gejala ini meredakan biakan kemih menjadi negatif. Tetapi

organismenya akan menetap didalam prostate dan sewaktu waktu akan menginfeksi

saluran kemih kembali

Page 10: askep BPH.docx

Prostatitis non bakterial menimbulkan gejala – gejala yang sama dengan

prostatitis kronik tetapi ada infeksi saluran kemih dan tidak ditemukan organisme

penyebabnya. Kadang – kadang orang yang bersangkutan akan menemukan benang –

benang mukus didalam kemihnya. Tidak ada pengobatan dan tindakan spesifik untuk

keadaan ini.

F. Manifestasi Klinis

Infeksi prostat menyebabkan nyeri diselangkangan, daerah antara penis dan anus

serta punggung bagian bawah. Infeksi juga menyebabkan demam dan menggigil.

Penderita sering berkemih dan mengalami desakan untuk berkemih, air kemihnya

mengandung darah. Infeksi bakteri bisa menyebar ke skrotum (kantong zakar)

menyebabkan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan, dan jika disentuh akan

terasa sangat nyeri. Karena nyeri, penderita juga mengalami impotensi

Gejala – gejala prostatitis dapat mencakup rasa tidak nyaman pada perineal, rasa

terbakar, ingin berkemih terus menerus, dan nyeri atau saat ejakulai. Postatodenia (nyeri

pada prostat) dimanifestasikan oleh nyeri saat berkemih diperineal tanpa adanya

inflamasi atau pertumbuhan bakterial dalam prostat. Dapat dibedakan menjadi prostatitis

bakterial akut dan prostatitis bakterial kronis.

Prostatitis bakterial akut adalah dapat menyebabkan demam mendadak dan

menggigil serta nyeri perineal, rektal dan pinggang. Gejala – gejala seperti disuria, sering

berkemih, dorongan untuk berkemih dan noturia dapat terjadi. Meskipun demikian,

beberapa pasien tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.

Sedangkan prostatitis bakterial kronis adalah penyebab utama relaps infeksi

saluran kemih pada pria. Gejala – gejala biasanya ringan terdiri dari sering berkemih

disuria dan kadang rabas uretral. Demam tinggi dan menggigil adalah tidak lazim.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Pada pasien Prostat umumnya dilakukan pemeriksaan:

1. Pada pemeriksan colok dubur, prostat teraba membengkak dan nyeri jika disentuh.

2. Kadang dilakukan pemeriksaan terhadap air kemih atau cairan prostat.

Page 11: askep BPH.docx

3. Urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah

dengan keterlibatan ginjal.

4. Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab

5. Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada

pielonefriti

6. Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.

7. Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.

H. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat

menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal. Proses

kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid.

Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf.

Sistitis dan Pielonefritis

I. Pengobatan

Prostatisis akibat bakteri yang telah akut diobati dengan antibiotik. Jika Anda memiliki

gejala parah, Anda mungkin akan dirawat di rumah sakit untuk menerima suntikan obat.

Setelah kondisi penderita membaik, penderita tetap diberikan antibiotik oral. Lama

pengobatan biasanya dua hingga empat minggu. Untuk memulihkan kondisi dan

menuntaskan penyakit. Penderita harus menggunakan semua obat sesuai petunjuk yang

ditetapkan bahkan jika sudah merasa lebih baik sekalipun.

Page 12: askep BPH.docx

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang pasien pria berusia 45 tahun, mengeluhkan adanya demam, merasa dingin, kontipasi dan

sering berkemih, pancaran urin kecil, dan adanya nyeri punggung.

pemeriksaan fisik

- TTV : T 37,2 0C ; HR 80 x/mnt, TD : 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, BB 82 kg

- wajah tidak ditemukan kelainan

- leher tidak terdapat massa

- kelenjar lymph : limfadenopati

- system respirasi : pernafasan baik, CTA bilateral

- kardio : murmur/gallop (-)

- GI : bising usus (+), massa/organomedali/hernia (-)

- system perkemihan : setiap 45 menit sekali merasa ingin berkemih, tidak pernah merasa

tuntas

- saat berkemih, pancaran urin kecil

- ekstremitas : sianosis/edema (-)

- psikologis : terdapat penurunan mood/afek

A. Pengkajian

1. identitas

Nama : Tn A

Umur : 45 tahun

2. Riwayat penyakit

a. keluhan utama

sering berkemih

Page 13: askep BPH.docx

b. Riwayat penyakit sekarang

saat dilakukan pengkajian pasien megatakan sering berkemih. berkemih dirasakan

setiap 45 menit sekali, saat berkemih pasien tidak pernah merasa tuntas.

c. Riwayat penyakit dahulu

d. Riwayat penyakit sekarang

Analisa data

Data Etiologi Masalah

DO :

DS : setiap 45 menit

sekali merasa ingin

berkemih, tidak pernah

merasa tuntas,

Penuaan

Perubahan keseimbangan testosteronen

dan estrogen

Produksi testosterone menurun

Prostatisis

terjadi kompresi utera

Peningkatan otot dekstrusor

Terbentuknya sakula / trabekula

Menurunnya kemampuan fungsi V U

Residu urin berlebih

Retensi urine

Retensi urine

DO : Adanya nyeri Penuaan

Perubahan keseimbangan testosteronen

dan estrogen

Produksi testosterone menurun

nyeri

Page 14: askep BPH.docx

Prostatisis

terjadi kompresi utera

penekanan serabut serabut saraf

nyeri

DO : psikologi terdapat

penurunan mood/afek

disfungsi seksual

B. Diagnosa Keperawatan

1. Retensi urin berhubungan dengan tekanan uretra tinggi

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

3. Disfungsi seksual berhubungan dengan

C. NCP

Dx Tujuan Intervensi Rasional

1 Tujuan jangka panjang :

menunjukan kontinensia urin

Tujuan jangka pendek :

Setelah dilakukan perawatan

selama 3 x 24 jam menunjukkan

1. Pengosongan kandung kemih

dengan prosedur bersih

kateterisasi intermiten mandiri

2. Melaporkan penurunan

spasme kandung kemih

1. Dorong pasien untuk berkemih

tiap 2-4 jam dan bila-bila

dirasakan

2. Observasi aliran urine,

perhatikan ukuran dan

kekuatan.

3. Awasi dan catat waktu dan

jumlah tiap

berkemih.Perhatikan

1. Minimalkan retensi urine distensi

berlebihan pada kandung kemih.

.

2. Berguna untuk mengevaluasi

obstruksi dan pilihan intervensi.

3. Retensi urine meningkatkian

tekanan dalam saluran

perkemihan atas yang dapat

Page 15: askep BPH.docx

3. Mempunyai keseimbangan

asupan dan haluaran 24 jam

4. Mengosongkan kandung

kemih secara tuntas

penurunan haluaran urine dan

perubahan berat jenis

4. Perkusi/palpasi area

suprapubik

5. Berikan rendam duduk sesuai

indikasi.

mempengaruhi fungsi ginjal.

4. Distensi kandung kemih dapat

dirasakan di area suprapubik.

5. Meningkatkan relaksasi otot

penurunan edema, dan dapat

meningkatkan upaya berkemih.

Tujuan jangka panjang: Nyeri

hilang / terkontrol.

Tujuan jangka pendek :

1. Klien melaporkan nyeri

hilang / terkontrol,

2. klien menunjukkan

ketrampilan relaksasi dan

aktivitas terapeutik sesuai

indikasi untuk situasi

individu

3. Klien tampak rileks, tidur /

istirahat dengan tepat.

1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi,

intensitas (skala 0-10)

lamanya.

2. Pertahankan tirah baring bila

diindikasikan.

3. Berikan tindakan kenyaman,

contoh pijatan punggung;

membantu pesien melakukan

posisi yang nyaman;

mendorong penggunaan

relaksasi/latihan napas dalam;

aktivitas terapeutik

4. Berikan obat sesuai indikasi:

Narkotik, contoh eperidin

(Demerol)

1. Memberikan informasi untuk

membantu dalam menentukan

pilihan/keefektifan intervensi. 

2. Tirah baring mungkin diperlukan

pada awal selama fase retensi

akut.

3. Meningkatkan relaksasi,

memfokuskan kembali perhatian,

dan dapat meningkaatkan

kemampuan koping.

4. Diberikan untuk menghilangkan

nyeri berat, memberikan

relaksasi mental dan fisik.

3 Tujuan Jangka Panjang :

Tidak ada masalah disfungsi

seksual

Tujuan jangka pendek

1. Motivasi pasien untuk

mengungkapkan perasaannya

2. Libatkan kelurga/istri dalam

perawatan pmecahan masalah

fungsi seksual

3. Beri penjelasan penting

5.

Page 16: askep BPH.docx

Setelah dilakukan perawatn

selama 1-3 hari pasien mampu

1. Mempertahankan fungsi

seksualnya

2. Pasien menyadari keadaannya

dan akan mulai lagi intaraksi

seksual dan aktivitas secara

optimal

tentang:

- Impoten terjadi pada

prosedur radikal

- Adanya kemungkinan

fungsi seksual kembali

normal

4. Adanya kemunduran

ejakulasif.

5. Anjurkan pasien untuk

menghindari hubungan seksual

selama 1 bulan (3-4 minggu)

setelah operasi