askep bph.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertrofi prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria
tua dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami
peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu itu ada
peningkatan yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30.
Hipertrofi prostat benigna timb ul dalam jaringan kelenjar periurethral.Yang terlibat
tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan.Jaringan kelenjar peruiretral meluas
dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah. Jaringan hiperplastik bias terdiri
dari dari satu di antara lima pola histology stroma, fibromuskular, muscular,
fibroadenomatosa
Istilah hipertrofi sendiri sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi adalah
hiperplasi kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah.
B. Rumusan Masalah
1. k
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
2. Untuk mengetahui konsep dasar askep teoritis pada pasien dengan BPH (Benina Prostat
Hyperplasia) dengan meliputu pengkajian, diagnose keperawatan dan intervensi.
![Page 2: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
BENIGNA PROSTAS HYPERPLASIA
A. Pengertian
Benigna BPH (prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi jinak.Kelenjar
prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.
BPH adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan.Hyperplasia prostatic adalah
pertumbuhan nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan tersebut
dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa.
B. Klasifikasi
Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong, 2002
Derajat Colok dubur Sisa volume urine
I
II
III
IV
Penonjolan prostate, batas atas mudah diraba
Penonjolan prostate jelas, batas atas dapat dicapai
Batas atas prostate tidak dapat diraba
Batas atas prostate tidak dapat diraba
< 50 ml
50 – 100 ml
> 100 ml
retansi urine total
C. Etiologi
Banyak teori yang menjelaskan terjadinya pembesaran kelenjar prostat, namun sampai
sekarang belum ada kesepakatan mengenai hal tersebut. Ada beberapa teori
mengemukakan mengapa kelenjar periurethral dapat mengalami hiperplasia, yaitu :
1. Teori Sel Stem (Isaacs 1984).
Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan
antara pertumbuhan sel dan sel mati, keadaan ini disebut steady state. Pada jaringan
prostat terdapat sel stem yang dapat berproliferasi lebih cepat, sehingga terjadi
hiperplasia kelenjar periurethral.
![Page 3: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/3.jpg)
2. Teori MC Neal (1978).
Menurut MC. Neal, pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya
sebelah proksimal dari spincter eksterna pada kedua sisi veromontatum di zona
periurethral.
3. Teori Di Hidro Testosteron (DHT).
Testosteron adalah hormon pria yang dihasilkan oleh sel leyding.Testosteron sebagian
besar dihasilkan oleh kedua testis, sehingga timbulnya pembesaran prostat memerlukan
adanya testis yang normal. Jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90 %
dari seluruh produksi testosteron, sedang yang 10 % dihasilkan oleh kelenjar adrenal.
Sebagian besar testosteron dalam tubuh berada dalam keadaan terikat dengan protein
dalam bentuk Serum Binding Hormon (SBH).Sekitar 2 % testosteron berada dalam
keadaan bebas. Hormon yang bebas inilah yang memegang peranan dalam proses
terjadinya pembesaran kelenjar prostat. Testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat
dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT
– reseptor komplek yang akan mempengaruhi Asam Ribo Nukleat (RNA) yang dapat
menyebabkan terjadinya sintetis protein sehingga dapat terjadi proliferasi sel (MC Connel
1990). Perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen dapat terjadi dengan
bertambahnya usia 50 tahun ke atas
D. Patofisiologi
Menurut Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-
lahan.Pada tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian detrusor
mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi
lebih tebal dan penonjolan serat detrusor kedalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai
balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi,
mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk
tonjolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sakula dan apabilabesar disebut diverkel.
Fase penebalan detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan
menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
![Page 4: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/4.jpg)
kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada hidronefrosis dan
disfungsi saluran kemih atas.
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumenuretra prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna
melawan tekanan ini.Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan perubahan anatomic
dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor.tuberkulasi, terbentuknya sakula dan
divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran
kemih sebelah bawahyang dulu dikenal dengan gejala prostatismus
Lobus yang mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatic,
dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.Akibatnya
terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis) secara bertahap.Infeksi
saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana sebagian urin tetap berada dalam
saluran kemih dan berfungsi sebagai media untuk organism infektif.
E. Pathway
![Page 5: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/5.jpg)
F. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu
![Page 6: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/6.jpg)
beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan
dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika
sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan
waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam
hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing
d. Sakit pinggang
e. Nyeri panggul
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. IVP : menunjukkan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat
obstruksi kandung kemih dan adanya pembesaran prostate, divertikuli kandung kemih
dan penebalan abnormal otot kandung kemih
2. Sistourretrografi: digunakan sebagai ganti IVP untuk memvisualisasi kandung kemih
dan uretra karena ini menggunakan bahan kontras local.
3. Sistouretroskopi : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostate dan perubahan
dinding kandung kemih
H. Penatalaksanaan
Menurut R. Sjamsuhidayat dan wim de jong. 2002
1. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah, diberi pengobatan
konservatif.
![Page 7: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopik melalui uretra (trans urethral resection / tur)
3. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan prostate sudah
cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sbaiknya dengan pembedahan terbuka, melalui
trans vesikal retropublik/perianal
4. Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien dari retensi urine
total dengan pemasangan katete
![Page 8: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
PROSTATISIS
A. Definisi
Prostatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria.
Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan radang prostat.
Prostatitis bukanlah suatu kondisi tunggal tetapi sekelompok gangguandengan gejala
terkait.
B. Etiologi
Penyebab dari prostatitis antara lain :
1. Idiopatik
2. Agent infeksius (bakteri,fungi, mikoplasma)
3. Striktur uretra
4. Hyperplasia prestatik
C. Tanda Dan Gejala
Gejala Prostatitis bakteri Akut biasanya terjadi begitu saja, antara lain :
1. Mengigil
2. Demam
3. Gangguan kencing
4. Nyeri sendi
5. Nyeri Tulang Belakang
6. Sakit Pada Otot
7. Merasa sakit ketika ejakulasi
8. Nyeri pada penis, testikel, dan daerah sekitar skrotum dan rectum
9. Perasaan sering ingin buang air kecil dan kerap diiringi rasa sakit pada kandung
kemih.
10. Gejala pada Prostatitis bakterial kronis dan nonbakterial adalah :
11. Sperma bercampur Darah (Hematospermia)
![Page 9: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/9.jpg)
12. Perasaan tidak Nyaman di daerah Genital dan Perineum
13. Demam
14. Nyeri Tulang Belakang
15. Rasa Sakit pada Perut Bawah
16. Nyeri Ketika Ejakulasi
17. Sering Terkena Penyakit Infeksi pada Saluran Urine
D. Patofisiologi
Prostatitis adalah peradangan pada prostat. Dapat bersifat akut maupun kronis dan
sebabnya dapat berupa bakterial ataupun non bakterial, prostatitis bakterial biasanya
disebabkan oleh karena bakteri escherichia coli dan kadang – kadang enterokok. Infeksi
dapat terjadi karena organisme naik keatas melalui uretra. Refkuks kemih dari kandung
kemih yang terinfeksi atau penyebaran langsung melalui aliran limfe atau darah.
Prostatitis bakterial akut menyebabkan demam, menggigil, nyeri pada pinggang
bawah,nyeri perineum,disuria,dan spasme uretra. Pada periksaan rektal, prostat teraba
nyeri, membengkak, hangat dan keras. Resiko bakteremia merupakan kontra indikasi
pemijatan prostat, sewaktu melakukan pemeriksaan, karena biasanya disertai dengan
sistisis, pembiakan spesimen kemih sering kali dapat mengidentifikasi organismenya.
Pengobatan prostatitis bakterial adalah dengan pemberian agen – agen antibakteri
spesifik untuk organisme penyebab. Terapi penyokong berupa tirah baring, hidrasi,
analgesik, dan antipiretik. Prostatektomi transuretral dapat dilakukan jika terapi dengan
obat – obatan tidak berhasil
Prostatitis bakterial kronik adalah sebab utama dari infeksi saluran kemih yang
sering kambuh pada pria. Gejala – gejalanya adalah disuria, kebelet sering berkemih dan
nokturia. Nyeri dapat terjadi dipunggung bawah daerah perineum.penis, skrotum, dan
suprapubik. Pemeriksaan rektal untuk meraba prostat mungkin tidak menghasilkan apa –
apa. Seringkali orang yang bersangkutan tidak menunjukkan gejala sampai terjadi
bakteriuria yang bermakna. Acapkali terjadi sistisis simtomatik yang rekuren. Jika diobati
dengan antibody, gejala – gejala ini meredakan biakan kemih menjadi negatif. Tetapi
organismenya akan menetap didalam prostate dan sewaktu waktu akan menginfeksi
saluran kemih kembali
![Page 10: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/10.jpg)
Prostatitis non bakterial menimbulkan gejala – gejala yang sama dengan
prostatitis kronik tetapi ada infeksi saluran kemih dan tidak ditemukan organisme
penyebabnya. Kadang – kadang orang yang bersangkutan akan menemukan benang –
benang mukus didalam kemihnya. Tidak ada pengobatan dan tindakan spesifik untuk
keadaan ini.
F. Manifestasi Klinis
Infeksi prostat menyebabkan nyeri diselangkangan, daerah antara penis dan anus
serta punggung bagian bawah. Infeksi juga menyebabkan demam dan menggigil.
Penderita sering berkemih dan mengalami desakan untuk berkemih, air kemihnya
mengandung darah. Infeksi bakteri bisa menyebar ke skrotum (kantong zakar)
menyebabkan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan, dan jika disentuh akan
terasa sangat nyeri. Karena nyeri, penderita juga mengalami impotensi
Gejala – gejala prostatitis dapat mencakup rasa tidak nyaman pada perineal, rasa
terbakar, ingin berkemih terus menerus, dan nyeri atau saat ejakulai. Postatodenia (nyeri
pada prostat) dimanifestasikan oleh nyeri saat berkemih diperineal tanpa adanya
inflamasi atau pertumbuhan bakterial dalam prostat. Dapat dibedakan menjadi prostatitis
bakterial akut dan prostatitis bakterial kronis.
Prostatitis bakterial akut adalah dapat menyebabkan demam mendadak dan
menggigil serta nyeri perineal, rektal dan pinggang. Gejala – gejala seperti disuria, sering
berkemih, dorongan untuk berkemih dan noturia dapat terjadi. Meskipun demikian,
beberapa pasien tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.
Sedangkan prostatitis bakterial kronis adalah penyebab utama relaps infeksi
saluran kemih pada pria. Gejala – gejala biasanya ringan terdiri dari sering berkemih
disuria dan kadang rabas uretral. Demam tinggi dan menggigil adalah tidak lazim.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pasien Prostat umumnya dilakukan pemeriksaan:
1. Pada pemeriksan colok dubur, prostat teraba membengkak dan nyeri jika disentuh.
2. Kadang dilakukan pemeriksaan terhadap air kemih atau cairan prostat.
![Page 11: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/11.jpg)
3. Urinalisa memperlihatkan bakteriuria, sel darah putih, dan endapan sel darah merah
dengan keterlibatan ginjal.
4. Kultur ( biakan ) urine mengidentifikasi organisme penyebab
5. Tes bakteri bersalut- antibodi terhadap bakteri bersalut antibodi diindikasikan pada
pielonefriti
6. Sinar x ginjal, ureter dan kandung kemih mengidentifikasi anomali struktur nyata.
7. Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur.
H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah. Retensi kronik dapat
menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid.
Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue. Hematuriaf.
Sistitis dan Pielonefritis
I. Pengobatan
Prostatisis akibat bakteri yang telah akut diobati dengan antibiotik. Jika Anda memiliki
gejala parah, Anda mungkin akan dirawat di rumah sakit untuk menerima suntikan obat.
Setelah kondisi penderita membaik, penderita tetap diberikan antibiotik oral. Lama
pengobatan biasanya dua hingga empat minggu. Untuk memulihkan kondisi dan
menuntaskan penyakit. Penderita harus menggunakan semua obat sesuai petunjuk yang
ditetapkan bahkan jika sudah merasa lebih baik sekalipun.
![Page 12: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Seorang pasien pria berusia 45 tahun, mengeluhkan adanya demam, merasa dingin, kontipasi dan
sering berkemih, pancaran urin kecil, dan adanya nyeri punggung.
pemeriksaan fisik
- TTV : T 37,2 0C ; HR 80 x/mnt, TD : 120/80 mmHg, RR 20 x/mnt, BB 82 kg
- wajah tidak ditemukan kelainan
- leher tidak terdapat massa
- kelenjar lymph : limfadenopati
- system respirasi : pernafasan baik, CTA bilateral
- kardio : murmur/gallop (-)
- GI : bising usus (+), massa/organomedali/hernia (-)
- system perkemihan : setiap 45 menit sekali merasa ingin berkemih, tidak pernah merasa
tuntas
- saat berkemih, pancaran urin kecil
- ekstremitas : sianosis/edema (-)
- psikologis : terdapat penurunan mood/afek
A. Pengkajian
1. identitas
Nama : Tn A
Umur : 45 tahun
2. Riwayat penyakit
a. keluhan utama
sering berkemih
![Page 13: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/13.jpg)
b. Riwayat penyakit sekarang
saat dilakukan pengkajian pasien megatakan sering berkemih. berkemih dirasakan
setiap 45 menit sekali, saat berkemih pasien tidak pernah merasa tuntas.
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit sekarang
Analisa data
Data Etiologi Masalah
DO :
DS : setiap 45 menit
sekali merasa ingin
berkemih, tidak pernah
merasa tuntas,
Penuaan
Perubahan keseimbangan testosteronen
dan estrogen
Produksi testosterone menurun
Prostatisis
terjadi kompresi utera
Peningkatan otot dekstrusor
Terbentuknya sakula / trabekula
Menurunnya kemampuan fungsi V U
Residu urin berlebih
Retensi urine
Retensi urine
DO : Adanya nyeri Penuaan
Perubahan keseimbangan testosteronen
dan estrogen
Produksi testosterone menurun
nyeri
![Page 14: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/14.jpg)
Prostatisis
terjadi kompresi utera
penekanan serabut serabut saraf
nyeri
DO : psikologi terdapat
penurunan mood/afek
disfungsi seksual
B. Diagnosa Keperawatan
1. Retensi urin berhubungan dengan tekanan uretra tinggi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Disfungsi seksual berhubungan dengan
C. NCP
Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Tujuan jangka panjang :
menunjukan kontinensia urin
Tujuan jangka pendek :
Setelah dilakukan perawatan
selama 3 x 24 jam menunjukkan
1. Pengosongan kandung kemih
dengan prosedur bersih
kateterisasi intermiten mandiri
2. Melaporkan penurunan
spasme kandung kemih
1. Dorong pasien untuk berkemih
tiap 2-4 jam dan bila-bila
dirasakan
2. Observasi aliran urine,
perhatikan ukuran dan
kekuatan.
3. Awasi dan catat waktu dan
jumlah tiap
berkemih.Perhatikan
1. Minimalkan retensi urine distensi
berlebihan pada kandung kemih.
.
2. Berguna untuk mengevaluasi
obstruksi dan pilihan intervensi.
3. Retensi urine meningkatkian
tekanan dalam saluran
perkemihan atas yang dapat
![Page 15: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/15.jpg)
3. Mempunyai keseimbangan
asupan dan haluaran 24 jam
4. Mengosongkan kandung
kemih secara tuntas
penurunan haluaran urine dan
perubahan berat jenis
4. Perkusi/palpasi area
suprapubik
5. Berikan rendam duduk sesuai
indikasi.
mempengaruhi fungsi ginjal.
4. Distensi kandung kemih dapat
dirasakan di area suprapubik.
5. Meningkatkan relaksasi otot
penurunan edema, dan dapat
meningkatkan upaya berkemih.
Tujuan jangka panjang: Nyeri
hilang / terkontrol.
Tujuan jangka pendek :
1. Klien melaporkan nyeri
hilang / terkontrol,
2. klien menunjukkan
ketrampilan relaksasi dan
aktivitas terapeutik sesuai
indikasi untuk situasi
individu
3. Klien tampak rileks, tidur /
istirahat dengan tepat.
1. Kaji nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-10)
lamanya.
2. Pertahankan tirah baring bila
diindikasikan.
3. Berikan tindakan kenyaman,
contoh pijatan punggung;
membantu pesien melakukan
posisi yang nyaman;
mendorong penggunaan
relaksasi/latihan napas dalam;
aktivitas terapeutik
4. Berikan obat sesuai indikasi:
Narkotik, contoh eperidin
(Demerol)
1. Memberikan informasi untuk
membantu dalam menentukan
pilihan/keefektifan intervensi.
2. Tirah baring mungkin diperlukan
pada awal selama fase retensi
akut.
3. Meningkatkan relaksasi,
memfokuskan kembali perhatian,
dan dapat meningkaatkan
kemampuan koping.
4. Diberikan untuk menghilangkan
nyeri berat, memberikan
relaksasi mental dan fisik.
3 Tujuan Jangka Panjang :
Tidak ada masalah disfungsi
seksual
Tujuan jangka pendek
1. Motivasi pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
2. Libatkan kelurga/istri dalam
perawatan pmecahan masalah
fungsi seksual
3. Beri penjelasan penting
5.
![Page 16: askep BPH.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022070413/55cf91e3550346f57b917277/html5/thumbnails/16.jpg)
Setelah dilakukan perawatn
selama 1-3 hari pasien mampu
1. Mempertahankan fungsi
seksualnya
2. Pasien menyadari keadaannya
dan akan mulai lagi intaraksi
seksual dan aktivitas secara
optimal
tentang:
- Impoten terjadi pada
prosedur radikal
- Adanya kemungkinan
fungsi seksual kembali
normal
4. Adanya kemunduran
ejakulasif.
5. Anjurkan pasien untuk
menghindari hubungan seksual
selama 1 bulan (3-4 minggu)
setelah operasi