askep ca paru

27
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker paru-paru (bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi kematian di dunia, umumnya prognosisnya dengan buruk. Kanker paru-paru biasanya tidak dapat diobati, pengobatan mungkin hanya dengan jalan pembedahan, dimana sekitar 13% dari pasien dengan pembedahan mampu bertahan selama lima tahun. Metastasis penyakit biasanya timbul, dan hanya 16% pasien yang penyakitnya dapat dialokalisasi pada saat diagnosis (Boring 1994). Dikarenakan terjadinya metastasis, maka penatalaksanaan medis kanker paru-paru sering kali ditujukan untuk mengatasi gejala (paliatif) dibandingkan dengan penyembuhan (kuratif). Diperkirakan 85% dari kanker paru-paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu, pencegahan yang paling baik adalah jangan memulai merokok. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimasud dengan kanker paru-paru? 2. Apakah etiologi dari kanker paru-paru? 3. Bagaimana perjalaran penyakit kanker paru-paru? 4. Apa saja manifestasi klinis dari kanker paru-paru? 5. Bagaimana stadium kanker paru-paru? 6. Pemeriksaan diagnostik apa yang tepat untuk penderita kanker paru-paru?

Upload: panda1016

Post on 22-Oct-2015

91 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep CA Paru

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker paru-paru (bronchogenic carcinoma) merupakan penyebab tertinggi

kematian di dunia, umumnya prognosisnya dengan buruk. Kanker paru-paru biasanya

tidak dapat diobati, pengobatan mungkin hanya dengan jalan pembedahan, dimana

sekitar 13% dari pasien dengan pembedahan mampu bertahan selama lima tahun.

Metastasis penyakit biasanya timbul, dan hanya 16% pasien yang penyakitnya dapat

dialokalisasi pada saat diagnosis (Boring 1994). Dikarenakan terjadinya metastasis,

maka penatalaksanaan medis kanker paru-paru sering kali ditujukan untuk mengatasi

gejala (paliatif) dibandingkan dengan penyembuhan (kuratif). Diperkirakan 85% dari

kanker paru-paru terjadi akibat merokok. Oleh karena itu, pencegahan yang paling

baik adalah jangan memulai merokok.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimasud dengan kanker paru-paru?

2. Apakah etiologi dari kanker paru-paru?

3. Bagaimana perjalaran penyakit kanker paru-paru?

4. Apa saja manifestasi klinis dari kanker paru-paru?

5. Bagaimana stadium kanker paru-paru?

6. Pemeriksaan diagnostik apa yang tepat untuk penderita kanker paru-paru?

7. Bagaimana penatalaksaan medis dan keperawatan dalam menangani klien yang

menderita kanker paru-paru?

8. Asuhan keperawatan apa yang tepat untuk diberikan pada klien penderita kanker

paru-paru?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa memahami apa itu kanker paru-paru.

2. Mahasiswa memahami penyebab dari kanker paru-paru.

3. Mahasiswa memahami perjalaran dari penyakit kanker paru-paru.

4. Mahasiswa memahami tanda, gejala, dan stadium kanker paru-paru.

5. Mahasiswa memahami pemeriksaan, penatalaksanaan, serta asuhan keperawatan

yang diberikan saat menangani klien yang menderita kanker paru-paru.

Page 2: Askep CA Paru

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari

saluran napas.

Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price, Patofisiologi,

1995).

Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami

proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI

Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik

masih belum diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari

bahan karsinogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan

peranan predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status

immunologis. Bahan inhalasi karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.

1. Merokok

Kanker paru berisiko 10 kali lebih tinggi dialami perokok berat dibandingkan

dengan bukan perokok. Peningkatan faktor risiko ini berkaitan dengan riwayat

jumlah merokok dalam tahun (jumlah bungkus rokok yang digunakan setiap hari

dikali jumlah tahun merokok) serta faktor saat mulai merokok ( semakin muda

individu memulai merokok, semakin besar risiko terjadinya kanker paru). Faktor

lain juga dipertimbangkan termasuk didalamnya jenis rokok yang diisap

(kandungan tar, rokok filter, dan kretek).

Perokok pasif berisiko tinggi untuk mengalami kanker paru. Dengan kata lain,

individu yang secara tidak sengaja terpajan asap rokok ( di dalam mobil, gedung,

atau tempat lainnya) juga berisiko tinggi mengalami kanker paru.

2. Polusi Udara

Ada berbagai kardinogen telah diidentifikasi, termasuk di dalamnya adalah sulfur,

emisi kendaraan bermotor, dan polutan dari pengolahan dan pabrik. Bukti-bukti

menunjukkan bahwa insiden kanker paru lebih besar di daerah perkotaan sebagai

akibat penumpukkan polutan dan emisi kendaraan bermotor.

Page 3: Askep CA Paru

3. Polusi Lingkungan Kerja

Pada keadaan tertentu, karsinoma bronkogenik tampaknya merupakan suatu

penyakit akibat polusi lingkungan kerja. Dari berbagai bahaya industri, yang

paling berbahaya adalah asbes yang kini banyak sekali diproduksi dan digunakan

pada bangunan. Risiko kanker paru diantara para pekerja yang berhubungan atau

lingkungannya mengandung asbes ± 10 kali lebih besar dari pada masyarakat

umum. Peningkatan risiko juga dialami oleh mereka yang bekerja dengan

uranium, kromat, arsen (misalnya insektisida yang digunakan pertanian), besi, dan

oksida besi. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium

akan menjadi lebih besar lagi jika orang itu juga perokok.

4. Rendahnya Asupan Vitamin A

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perokok yang dietnya rendah

vitamin A dapat memperbesar risiko terjadinya kanker paru. Hipotesis ini

didapatkan dari beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa vitamin A dapat

menurunkan risiko peningkatan jumlah sel-sel kanker. Hal ini berkaitan dengan

fungsi vitamin A yang turut berperan dalam pengaturan di ferensiasi sel.

5. Faktor Herediter

Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari penderita kanker paru memiliki

risiko yang lebih besar mengalami penyakit yang sama. Walaupun demikian

masih belum diketahui dengan pasti apakah hal ini benar-benar herediter karena

faktor-faktor familial.

(Arif Muttaqin, 2008)

C. PATOFISIOLOGI

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus

menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen.

Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia

dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan

displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi

langsung pada kosta dan korpus vertebra.

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi

ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di

bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,

demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi.

Page 4: Askep CA Paru

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat

seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

D. PATHWAYS

Etiologi ( merokok, polusi udara, polusi lingkungan kerja, rendahnya asupan

vitamin A, faktor herediter)

Percabangan segmen/ sub bronkus

Cilia hilang dan deskuamasi

Pengendapan karsinogen

Hiperplasia, metaplasia, displasia

Sentral (salah satu cabang bronkhus besar)

Tumbuh sel squamosa & sel kecil

Ulserasi bronkhus

Supurasi bagian distal

obstruksi

perifer

Tumbuh endokarsinoma& Sel

besar

Invasi pd kosta

Invasi pd corpus vetebra

Menembus pleura

penanganan

pembedahan radiasi kemoterapi

Page 5: Askep CA Paru

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala Awal

Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi

bronkus.

2. Gejal Umum

a. Batuk

Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai

sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai

titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon

terhadap infeksi sekunder.

b. Hemoptisis

Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang

mengalami ulserasi.

c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

d. Pembengkakan jari-jari

Batuk, hemoptisi, dispnea, dingin, demam, wheezing, penurunan BB

Metastase: hati, limfe, dinding esofagus, perikardium, otak, tulang

Gangguan pertukaran gas

Pre operasiPost operasi

Cemas kurang pengetahuan

anastesi insisi drainase

Kesadaran menurun

puasa

Gangguan keseimb. Cairan & elektrolit

Luka operasi

Nyeri

Bersihan jalan napas tidak efektif

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Page 6: Askep CA Paru

e. Nyeri dada

Dapat timbul dalam berbagai bentuk tapi biasanya dialami sebagai perasaan

sakit atau tidak enak akibat penyebaran neoplastik ke mediastinum. Dapat pula

timbul nyeri pleuritik bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat

penyebaran neoplastik atau pneumonia.

f. Demam

Demam kambuhan terjadi sebagai gejala dini dalam berespon terhadap infeksi

yang menetap pada area pneumonitis ke arah distal tumor.

g. Mengi

Mengi dapat tampak pada sekitar 20% pasien dengan kanker paru. Mengi

terjadi ketika bronkus tersumbat oleh sebagian tumor

3. Gejala invasi lokal

1. Nyeri dada

2. Dispnea karena efusi pleura

3. invasi ke pericardium: Terjadi tamponade atau aritmia

4. Suara serak

Karena penekanan pada nervus laringeal recurrent.

5. Sindrom Pancoast

Karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis.

Sindrom ini terdiri dari nyeri di lengan dan leher dan paresis lengan.

4. Gejala penyakit metastasis

Pada otak, tulang, hati, adrenal, limfadenopati servikal dan supraclavicula sering

menyertai metastasis.

5. Sindrom para neoplastik

Terdapat pada 10% kanker paru dengan gejala :

1. Sistemik : Penurunan berat badan, anoreksia, demam

2. Hematologi : Leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

3. Hipertropi osteoartropati

4. Neurologik: Demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer

5. Neuromiopatik

6. Endokrin: Sekresi berlebihan hormon paratiroid ( hiperkalsemia )

7. Dermatologik: Eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh

Page 7: Askep CA Paru

6. Asimtomatik dengan kelainan radiologis

Sering terdapat pada perokok dengan PPOK / COPD yang terdeteksi secara

radiologis. Kelainan berupa nodul soliter.

(Irman Somantri, 2008)

F. KARAKTERISTIK NEOPLASMA

Jinak (Benigna) Ganas (Maligna)

- Pertumbuhan lambat. - Pertumbuhan cepat.

- Biasanya berkapsul. - Jarang berkapsul.

- Ekspansif : tidak menginfiltrasi

jaringan penunjang.

- Menginfiltrasi jaringan penunjang.

- Tidak menyebar tetapi teralokasi. - Menyebar melalui jaringan limfe, darah,

atau akibat sekunder dari organ lain.

- Tidak cenderung kambuh jika

dilakukan operasi.

- Cenderung untuk kambuh.

- Menyebabkan kerusakan jaringan

minimal.

- Menyebabkan kerusakan hebat pada

jaringan.

- Tidak menyebabkan cachexia. - Menyebabkan cachexia dan anemia.

- Tidak menyebabkan kematian, kecuali

letaknya pada organ vital.

- Selalu menyebabkan kematian jika tidak

dilakukan pembedahan sebelum terjadi

metastasis.

(Irman Somantri, 2008)

G. STADIUM

Stadium kanker paru-paru dilakukan berdasarkan sistem TNM ( T= Tumor Primer,

N= Nodus Limfe, M= Metastasis), sesuai dengan klasifikasi dari UICC tahun 1987.

Terdapat beberapa peraturan pengklasifikasian saat menggunakan sistem tersebut,

yaitu:

1. Klasifikasinya hanya berlaku untuk karsinoma.

2. Harus ada bukti histologi untuk dapat mengklasifikasikan kasus ke dalam tipe

histologinya. Tiap keadaan yang belum dikonfirmasikan harus dilaporkan

terpisah.

3. Hasil yang berasal dari eksplorasi bedah sebelum pengobatan definitif dapat

dimasukkan untuk penderajatan klinis

Page 8: Askep CA Paru

Pembagian Stadium Klinik

T= Tumor Primer

Tis : Karsinoma in situ/pre invasif.

T0 : Tak ada tumor primer.

T1 : Diameter terbesar 3 cm atau kurang, dikelilingi oleh paru-paru atau pleura

visceralis dan tidak ada bukti adanya invasi proksimal dari bronkhus dalam lobus

pada brochoscopy.

T2 : Diameter terbesar >3 cm, atau tumor primer pada ukuran apa pun dengan

tambahan adanya atelektasis atau pneumonitis obstruktif dan membesar ke arah

hilus. Pada bronchoscopy, ujung proksimal tumor yang tampak, paling sedikit 2

cm distal dari karina. Setiap atelektasis atau pneuomonia obstruktif yang

menyertai, harus melibatkan kurang dari sebelah paru-paru dan tidak ada efusi

pleura.

T3 : Tumor membesar, dengan ukuran berapa pun, langsung membesar dan

menyebar ke struktur di sekitarnya seperti dinding dada, diafragma atau

mediastinum; tumor yang pada bronchoscopy berjarak 2 cm distal dari karina;

atau tumor yang disertai atelektasis dan pneumonitis obstruktif dari satu paru-paru

atau adanya efusi pleura.

Tx : tiap tumor yang tidak bisa diketahui atau dibuktikan dengan radiografi atau

brochoscopy, tapi didapatkan adanya sel ganas dari sekresi bronkopulmoner.

N= Nodus Limfe

N0 : Tak ada tanda-tanda terlibatnya/ pembesaran kelenjar limfe regional.

N1 : Terdapat tanda terkenanya peribronkhial/ hilus homolateral termasuk

penjalaran/ pembesaran langsung tumor primer.

N2 : Terkenanya kelenjar getah bening mediastinum.

Nx : Syarat untuk membuktikan terkenanya kelenjar regional tak terpenuhi.

M= Metastasis

M0 : Tak ada bukti adanya metastasis jauh.

M1 : Terdapat bukti adanya metastasis jauh.

Mx : Syarat minimal untuk menentukan adanya metastasis jauh tak bisa dipenuhi

Page 9: Askep CA Paru

Derajat (Stadium) Klinis Berdasarkan Klasifikasi TNM

Stadium Occult

Tx M0 : Suatu karsinoma occult di mana sekret bronkopulmoner mengandung

sel-sel ganas, tetapi tidak ada bukti/data adanya tumor primer

pembesaran/metastasis ke kelenjar regional atau metastasis jauh.

Stadium I : Tis N0 M0, Karsinoma in situ; T1 N0 M0; T1 N1 M0; T2 N0 M0.

Stadium II : T1 N1 M0; T2 N1 M0.

Stadium III-a : T3 N0 m0; t3 N1 M0; T1-3 N2 M0.

Stadium III-b : Banyak T N3 m0; T3 Banyak N M0; banyak T dan N M1.

Stadium-IV : Banyak T Banyak N M1.

(Irman Somantri, 2008)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Radiologi

a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya

kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat

menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi

tulang rusuk atau vertebra.

b. Bronkhografi: Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

2. Laboratorium

a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe): Dilakukan untuk mengkaji

adanya/ tahap karsinoma.

b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA: Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas

untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit: Dapat dilakukan untuk mengevaluasi

kompetensi imun (umum pada kanker paru).

3. Histopatologi.

a. Bronkoskopi.

Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi

(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

b. Biopsi Trans Torakal (TTB).

Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran <

2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

Page 10: Askep CA Paru

c. Torakoskopi.

Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara

torakoskopi.

d. Mediastinosopi.

Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.

Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam

prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.

4. Pencitraan.

a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

b. MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

(Arif Muttaqin, 2008)

I. KOMPLIKASI

Komplikasi kanker paru-paru adalah gejala sekunder atau gangguan lain yang

disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan

komplikasi dari penyakit ini tidak jelas. Komplikasi mungkin karena penyakit itu

sendiri atau efek samping dari salah satu perawatan.

Kanker paru-paru dapat menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:

1. Sesak napas

Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker

berkembang dan menutup saluran udara yang utama.

2. Batuk darah

Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluraan napas, yang dapat

membuat batuk darah (hemoptisis).

3. Nyeri

Kanker paru-paru yang hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian dari tubuh

dapat menyebabkan rasa sakit.

4. Cairan di dada (efusi pleura)

Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-

paru di rongga dada (pleura).

5. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)

Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan

dengan paru-paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang

Page 11: Askep CA Paru

meluas dapat menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, atau tanda-tanda dan

gejala lain bergantung pada organ yang terkena.

6. Kematian

Sayangnya, tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini

sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan.

Komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis, dalam paru-

paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan penyumbatan

salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru,

atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan berkembang.

J. PENATALAKSANAAN MEDIS

Manajemen Tanpa Pembedahan

1. Terapi Oksigen

Jika terjadi hipoksemia, perawat dapat memberikan oksigen via masker atau nasal

kanul sesuai dengan permintaan. Bahkan jika klien tidak terlalu jelas

hipoksemianya, dokter dapat memberikan oksigen sesuai yang dibutuhkan untuk

memperbaiki dispnea dan kecemasan.

2. Terapi Obat

Jika klien mengalami bronkospasme, dokter dapat meberikan obat golongan

bronkolidator ( seperti pada klien asma) dan kortikosteroid untuk mengurangi

bronkospasme, inflamasi, dan edema.

3. Kemoterapi

Pilihan pengobatan pada klien dengan kanker paru, terutama pada small-cell lung

cancer karena metastasis. Kemoterapi dapat juga digunakan bersamaan dengan

terapi bedah. Obat-obatan kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani

kanker, termasuk kombinasi dari obat-obatan berikut:

a. Cyclophosphamide, Deoxrubicin, Methotrexate, dan Procarbazine.

b. Etoposide, dan Cisplatin.

c. Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.

4. Imunoterapi

Page 12: Askep CA Paru

Banyak klien kanker paru mengalami gangguan imun. Obat imunoterapi (Cytokin)

biasa diberikan.

5. Terapi Radiasi

Terapi radiasi dilakukan dengan indikasi sebagai berikut:

a. Klien tumor paru yang operable tetapi risiko jika dilakukan pembedahan.

b. Kilen adenokarsinoma atau sel skuamosa inoperable yang mengalami

pembesaran kelenjar getah bening pada hilus ipsilateral dan mediastinal.

c. Klien kanker bronkus dengan oat cell.

d. Klien kambuhan sesudah lobektomi atau pneumonektomi.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah sebgai berikut:

1) Esofagitis, hilang 1 minggu sampai dengan 10 hari sesudah pengobatan.

2) Pneumonitis, pada rontgent terlihat bayangan eksudat di daerah

penyinaran.

6. Torakosentesis dan Pleurodesis

a. Efusi pleura dapat menjadi masalah bagi klien kanker paru.

b. Efusi timbul akibat adanya tumor pada pleura viseralis dan parietalis serta

obstruksi kelenjar limfe mediastinal.

c. Tujuan akhir dari terapi ini adalah mengeluarkan dan mencegah akumulasi

cairan.

Pembedahan (Surgical Management)

1. Dilakukan pada tumor stadium I, stadium II jenis karsinoma, adenokarsinoma, dan

karsinoma sel besar undifferentiated.

2. Dilakukan khusus pada stadium III secara individual yang mencakup tiga kriteria

berikut:

a. Karakteristik biologis tumor.

1) Hasil baik pada tumor dari sel skuamosa dan epidermoid.

2) Hasil cukup baik pada adenokarsinoma dan karsinoma sel besar

undifferentiated.

3) Hasil buruk pada oat cell.

b. Letak tumor dan pembagian stadium klinik.

Untuk menentukan reseksi terbaik.

c. Keadaan fungsional penderita.

(Irman Somantri Edisi 2, 2009)

K. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Page 13: Askep CA Paru

1. Memberikan posisi semi fowler

2. Mengajarkan teknik relaksasi saat nyeri timbul

3. Memberikan penjelasan tentang bahaya merokok dan menyarankan serta

memastikan agar berhenti merokok

L. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN CA PARU

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Keluhan utama klien dengan karsinoma bronkhogenik biasanya

bervariasi seperti keluhan batuk, batuk produktif, batuk darah, dan sesak

napas. Riwayat penyakit saat ini biasanya hampir sama dengan jenis penyakit

paru lain dan tidak mempunyai awitan (onset) yang khas. Sering kali

karsinoma ini menyerupai pneumonitis yang tidak dapat ditanggulangi. Batuk

merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien atau dianggap

sebagai akibat merokok atau bronkhitis. Bila karsinoma bronkhus

berkembang pada klien dengan bronkhitis kronis, batuk akan timbul lebih

sering dan volume sputum bertambah.

Riwayat penyakit sebelumnya, walaupun tidak terlalu spesifik biasanya

akan didapatkan adanya keluhan batuk jangka panjang dan penurunan berat

badan secara signifikan. Terdapat juga bukti bahwa anggota keluarga dari

klien dengan kanker berisiko lebih besar mengalami penyakit ini, walaupun

masih belum dapat dipastikan apakah hal ini benar-benar karena faktor

herediter atau karena faktor-faktor familial.

b. Pengkajian Psiko-sosio-spiritual

Adanya kesimpulan penegakan diagnosis medis karsinoma bronkhogenik

akan memberikan dampak yang luar biasa terhadap keadaan status psikologis

klien. Mekanisme koping biasanya maladaptif yang diikuti perubahan

mekanisme peran dalam keluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan,

serta prognosis yang tidak jelas merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan

dan ketidakefektifan koping individu dan keluarga.

c. Pemeriksaan Fisik Fokus

Page 14: Askep CA Paru

Inspeksi

Secara umum biasanya klien tampak kurus, terlihat batuk, dengan/tanpa

peningkatan produksi sekret. Pergerakan dada bisa asimetris apabila terjadi

komplikasi efusi pleura dengan hemoragi. Nyeri dada dapat timbul dalam

berbagai bentuk tetapi biasanya dialami sebagai rasa sakit atau tidak nyaman

akibat penyebaran neuplastik ke mediastinum. Selain itu, dapat pula timbul

nyeri pleuritis bila terjadi serangan sekunder pada pleura akibat penyebaran

neoplasik atau pneumonia. Gejala-gejala umum seperti anoreksia, lelah, dan

berkurangnya berat badan merupakan gejala lanjutan.

Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan tidak taktil fremitus biasanya menurun.

Perkusi

Pada perkusi, didapatkan suara normal sampai hipersonor.

Auskultasi

Didapatkan bunyi stridor lokal, wheezing unilateral didapatkan apabila

karsinoma melibatkan penyempitan bronkhus dan ini dapat menimbulkan

suara serak akibat serangan saraf rekuren, terjadi disfagia akibat keterlibatan

esofagus, dan paralisis hemidiafragma akibat keterlibatan saraf frenikus

(Alsagaff, 1996).

(Arif Muttaqin, 2008).

4. Diagnosa

a. Cemas yang berhubunangan dengan ketakutan atau ancaman akan kematian,

tindakan diagnostik, dan penyakit kronis

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke

alveoli atau ke bagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler

(atelektasis, edema paru, efusi, dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).

c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan

jumlah/perbahan mukus/vikositas sekret, keterbatasan gerakan dada, nyeri,

kelemahan, dan kelelahan.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake yang tidak adaekuat, peningkatan metabolisme, dan proses

keganasan.

e. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker pleura dan dinding dada.

Page 15: Askep CA Paru

(Arif Muttaqin, 2008)

5. Intervensi Keperawatan

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan dengan gangguan aliran udara

ke alveoli atau ke bagian utama paru dan perubahan membran alveoli kapiler

(atelektasis, edema paru, efusi, dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).

Tujuan : Dalam 1x24 jam pertukaran gas kembali efektif.

Kriteria : TTV dalam batas normal, menunjukkan ventilasi yang

adekuat, oksigen adekuat, dan perbaikan distres pernapasan.

Rencana intervensi:

1) Catat frekuensi dsn ke dalaman pernapasan, penggunaan otot bantu dan

napas bibir. Auskultasi paru untuk penurunan napas dan adanya bunyi

tambahan krekels.

2) Observasi perkusi daerah aktal dan sianosis (daun telinga, bibir, lidah, dan

membran lidah). Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan napas.

3) Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.

4) Kaji tingkat kesadaran.

5) Kaji toleransi aktivitas.

6) Kolaborasi:

Awasi seri GDA

Beri oksigen dengan metode yang tepat.

Rasional:

1) Takipnea dan dispnea menyertai obstruksi paru.

2) Area yang tidak terventilasi dapat diidentifikasidengan tak adanya bunyi

napas.

Menunjukkan hipoksemia sistemis.

3) Jalan napas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi

secara negatif memengaruhi pertukaran gas.

Meningkatakkan ekspansi dada maksimal sehingga membuat mudah

bernapas meningkatkan kenyamanan klien.

4) Hipoksemia sistemik dapat ditunjukkan pertama kali oleh gelisah dan

rangsang disertai penurunan kesadaran.

5) Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas

tanpa dispnea berat, takikardia, dan disritmia.

Page 16: Askep CA Paru

6) Hipoksemia ada pada berbagai derajat tergantung pada jumlah obstruksi

jalan napas.

Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas.

b. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker pleura dan dinding dada.

Tujuan : dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang atau teradaptasi.

Kriteria : TTV dalam batas normal, secara subjektif klien menyatakan

nyeri berkurang, klien tampak rileks, klien dapat tidur, dan berpartisipasi

dalam aktivitas.

Rencana Intervensi :

1) Kaji keadaan nyeri klien secara PQRST.

2) Lakukan managemen nyeri sesuai skala nyeri:

- Atur posisi fisiologis.

- Ajarkan teknik relaksasi seperti napas dalam pada saat nyeri timbul.

- Ajarkan metode distraksi.

- Beri menajemen sentuhan berupa pemijatan ringan pada area sekitar

nyeri.

- Beri kompres hangat pada area nyeri.

3) Kolaborasi dengan pemberian analgesik secara periodik.

Rasional :

1) Membantu dalam menentukan status nyeri klien dan menjadi data dasar

untuk intervensi dan monitoring keberhasilan intervensi.

2) Meningkatkan rasa nyaman dengan mengurangi sensasi pada area yang

sakit.

3) Hipoksemia lokal dapat menyebabkan rasa nyeri dan peningkatan suplai

oksigen pada area nyeri dapat membantu menurunkan rasa nyeri.

4) Pengalihan rasa nyeri dengan cara distraksi dapat meningkatkan respons

pengeluaran endorfin untuk memutus reseptor rasa nyeri.

5) Meningkatkan respons alirab darah pada area nyeri dan merupakan salah

satu metode pengalihan perhatian.

6) Meningkatkan respons aliran darah pada area nyeri.

7) Mempertahankan kadar obat dan menghindari puncak periode nyeri.

(Arif Muttaqin, 2008)

BAB 3

PENUTUP

Page 17: Askep CA Paru

Kesimpulan

Karsinoma Bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari

saluran napas. Penyebab dari kanker paru diantaranaya merokok, polusi udara, polusi

lingkungan kerja, rendahnya sudpan vitamin A, dan faktor Herediter. Secara umum

tanda dan gejala orang yang menderita kanker paru-paru, meliputi: perubahan pola

napas, batuk persisten, spuntum mengandung darah, sputum purulen, nyeri dada,

dispnea, demam berhubungan dengan satu atu dua tanda lain, wheezing, penurunan

berat badan , clubbing finger. Salah satu cara untuk meminimalisir agar tidak

menderita kanker paru yaitu dengan tidak merokok atau sebisa mungkin tidak

menghirup asap rokok. Karena di dalam rokok itu sendiri terdapat zat yang

membahayakan tubuh kita. Apalagi kalau sampai terhirup dan masuk ke dalam paru-

paru tentu saja paru-paru akan mengalami penurunan fungsi. Pada orang yang

menderita kanker paru dapat dilakukan 2 penanganan yakni, penatalaksanaan non

bedah seperti terapi oksigen, terapi obat, kemoterapi, imunoterapi. Namun jika kanker

sudah menginjak ke stadium yang membahayakan penatalaksanaan yang harus

dilakukan adalah pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: Askep CA Paru

Asih, Niluh Gede Yasmin, dan Christantie Effendy. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. Jakartab: EGC.

Jeremy P.T. Ward, Jane Ward, Richard M. Leach, dan Charles M. Wiener. 2009. At a Glance Sistem Respirasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga Medical Series.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.