askep emboli paru
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Sesuai dengan perkembangan banyaknya penyakit Emboli
(Embolus) yang menyerang masyarakat maka dalam makalah ini
kami berusaha mencari berbagai faktor penyebab atau tanda gejala ,
diagnosa, patofisiologi, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan . Oleh karena itu di harapkan setelah adanya
makalah ini kita bisa mengatur atau mengetahui tentang penyakit
Emboli karena penyakit ini
Merupakan kasus utama penyebab kematian dan kesakitan pada
manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti
pengaturan makanan (diet), mengurangi kebiasaan merokok,
menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan, diabetes dan
hipertensi. Khususnya pencegahan yang dilakukan penderita Emboli
adalah bergerak aktif sesegera mungkin untuk mengurangi gumpalan
darah dan melakukan latihan kaki secara rutin.
1.2Rumusan masalah
a. Bagaimana definisi tentang penyakit Emboli...?
b. Apa saja klasifikasi penyakit Emboli...?
c. Apa penyebab penyakit Emboli..?
d. Apa tanda dan gejala / manifestasi klinisnya....?
e. Bagaimana patofisiologi Emboli.....?
f. Apakah bisa terjadi komplikasi..?
g. Bagaimana pemeriksaan penunjang...?
h. Bagaimana penatalaksanaanya...?
1
1.3Tujuan
a.untuk mengetahui definisi penyakit Emboli
b.untuk mengetahui klasifikasi penyakit Emboli
c.untuk mengetahui penyebabnya
d.untuk mengetahui tanda atau gejala penyakit Emboli
e.untuk mengetahui patofisiologi Emboli
f.untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang dapat di lakukan
g.untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaannya
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteriparu-
paru) oleh suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks
pecialis penyakit dalam dansyaraf)
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis
oleh trombus yang berasal dari suatu tempat. (brunner dan suddarth,
1996, 620)
Emboli Adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu
tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran
darah, dan berasal dari suatu tempat lain daripada susunan sirkulasi
darah.
Macam-macam emboli(embolus) yaitu:
1. Embolus Vena
Berasal dari vena, tungkai bawah kemudian dari vena dalam
pelvis
Embolus —> mengikuti pengaliran vena —> vena yang lebih
besar —> vena cava —> jantung kanan -–> tersangkut
dalam sirkulasi paru —> sumbatan /oklusi a. pulmonalis shg
tdp blokade sirkulasi pulmonal —> insufisiensi a. coronaria
dan infark miokard, anoksemia, anoksia umum —> kematian
mendadak
Adanya refleks vagal pulmo coronary —> menimbulkan
spasme pada pembuluh paru dan koroner -–> kematian
mendadak
Embolus paru-paru yang besar jarang menimbulkan infark
krn pasien sudah meninggal terlebih dahulu. Embolus paru-
paru sering disertai infark terutama pada lobus kanan bawah.
3
2. Embolus Arteri
Berasal dari trombus mural dalam jantung, trombus yang
melekat pada empang-empang jantung dan aorta
Embolus arteri sering mengenai otak, ginjal, limpa, dan anggota
tubuh bawah.
Embolus dalam a. mesenterica —> infark usus
Embolus dalam a. coronaria —> kematian mendadak
3. Embolus Lemak
Lemak ini masuk kedalam sirkulasi darah dan menyumbat arteri
atau kapiler shg menjadi suatu embolus –> menyebabkan
kematian
Embolus lemak paling sering terjadi karena trauma tulang atau
jaringan lemak yaitu patah tulang panjang terutama femur dan
tibia yang disertai kerusakan sum-sum tulang juga terjadi pada
masa nifas. Selain itu juga terjadi pada : akibat luka bakar pada
kulit ; pada radang yg mengenai tulang atau jaringan lemak ;
pada perlemakan hati akibat gizi buruk atau alkoholisme
4. Embolus cairan amnion
Keadaan ini jarang ditemukan, gejala-gejalanya adalah:
sesak nafas
Shock
Kematian mendadak yg tidak disangka-sangka pada wanita
yang sudah melahirkan atau dalam masa nifas. Embolus dalam
a. Pulmonalis mengandung carik-carik jaringan epitel kulit bayi,
verniks caseosa, lendir dan lanugo
4
5. Embolus Gas
Gelembung-gelembung gas masuk kedalam susuna sirkulasi
sehingga menyumbat dan dapat menimbulkan kematian
misalnya pada tindakan vaginal douche. Dapat juga disebabkan
oleh pembedahan thoraks akibat vena besar terpotong atau
sobek. Dapat juga disebabkan oleh transfusi darah atau infus
cairan intravena. Penulis harapkan, anda lebih profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan terutama pada suatu
keadaan yang dapat menimbulkan keadaan emboli pada
pasien.
2.2 Etiologi
Kebanyakan kasus emboli paru brunner dan suddarth (1996, 620)
disebabkan oleh :
1. Bekuan darah
2. Gelembung udara
3. lemak
4. gumpalan parasit
5. sel tumor
2.3 ManifestasiKlinis
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus
dan area dari arteri pulmonal yang tersumbat oleh thrombus.Gejala-gejala
mungkin saja tidak spesifik.Nyeri dada adalah gejala yang paling umum
dan bias anya mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik.Kadang
dapat subternal dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark
miokardium. Dyspnea adalah gejala yang paling umum kedua yang di ikuti
dengan takipnea, takikardi, gugup, batuk, diaforesis, hemoptisis, dan
sinkop. (brunner dan suddarth, 1996, 621)
Embolisme massif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat
menyebabkan dyspnea nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan
5
lemah, syok, sinkop dan kematian mendadak. (brunnerdansuddarth, 1996,
621)
Emboli kecil multiple dapat tersangkut pada arteri pulmonal
terminal, mengakibatkan infark kecil multiple pada paru-paru. Gambaran
klinis dapat menyerupai bronkopneumoni atau gagal jantung. (brunner dan
suddarth, 1996, 622)
2.4 Patofisiologi
Ketika thrombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal,
ruang rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat
ventilai, menerima aliran darah sedikit maupun tidak sama sekali. Selain
itu sejumlah subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan
pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi
ketidakseimbangan ventilasi perfusi, menyebabkan darah terpirau da
nmengakibatkan penurunan kadar O2 dan peningkatan CO2. (brunner
dan suddarth, 1996, 621)
Konsekuwensi himidinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru
akibat penurunan ukuran jarring-jaring vascular pulmonal.,menyebabkan
peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya mningkatkan kerja
ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila
kebutuhan ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal
ventrikel kanan yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik
dan terjadinya syok. (brunner dan suddarth, 1996, 621)
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic emboli paru menurut brunner dan
suddarth, (1996, 622) adalah :
1. Rontgen dada
rontgen dada pada emboli paru biasanya normal tetapi dapat
meunjukkan pneumokontriksi, infiltrat, atelektasis, elevasi
6
diagfragma pada posisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pulonal
dan efussi pleura.
2. EKG
EKG biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter
atau fibrilasi dan kemungkinan penyimpangan aksis kanan, atau
regangan vcentrikel kanan.
3. Pletismografi impedans
pletismografi impedans dilakukan untuk menentukan adanya
troimbosis pada vena profunda.
4. Gas darah arteri
gas darah arteri pada emboli paru dapat mennjukkan
hipoksemia dan hipokapnea.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi: Kadang – kadang ditemukan
leukositosis dan laju endap darah yang sedikit tinggi.
b. Kimia darah: Peningkatan kadar enzim SGOT, LDH
c. Analisis gas darah: Pao2 rendah (Hipoksemia), menurunnya Pa
Co2 atau dibawah 40 mmHg.
2. Elektrokardiografi
Kelainan yang ditemukan pada elektrokardiografi juga tidak spesifik
untuk emboli paru, tetapi
paling tidak dapat dipakai sebagai pertanda pertama dugaan adanya
emboli paru, terlebih kalau digabungkan dengan keluhan dan gambaran
klinis lainnya.
7
3. Rontgen Thorax
Pada pemeriksaan foto rontgen dada pasien emboli paru, biasanya
ditemui kelainan yang sering berhubungan dengan adanya kelainan
penyakit kronik paru atau jantung pada pasien emboli paru tanda radiologi
yang sering didapatkan adalah pembesaran arteri pulmonalis desendens,
peninggian diagfrakma bilateral, pembesaran jantung kanan, densitas
paru daerah terkena dan anda westermark.
2.7 Komplikasi
Komplikasi akibat emboli paru adalah :
1. Gagal napas,
2. Gagal jantung kanan akut, dan
3. hipotensi
2.8 Penatalaksanaan Medis
Menurut brunner dan suddarth (1996, 623) Tujuan pengobatan
adalah untuk menghancurkan (lisis) emboli yang ada dan mencegah
pembentukan yang baru. Pengobatan embolisme paru dapat mencakup
beragam modalitas :
terapi antikoagulan
terapi trombolitik
tindakan umum untuk meningkatkan status pernafasan dan
vascular
intervensi bedah
terapi koagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi
metoda primer secara tradisional untuk mengatasi trombosis vena
profunda akut dan embolisme paru.
Terapi tromboilitik meliputi urokinase, streptokinase mungkin juga
digunakan dalam mengatasi embolisme paru, terutama pada paien yang
sangat terganggu. Terapi trombolitik menghancurkan trombus atau emboli
lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik sirkulasi paru lbih besar,
8
karena mengurang hipertensi paru dan memperbaiki perfusi, oksigenasi,
dan curah jantung.
Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki status pernafasan
dan vaskular pasien. Terapi oksigen diberikan untuk memperbaiki hipoksia
dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru dan dan
mengurangi hipertensi paru.
Intervensi bedah yang dilakukan adalah embolektomi paru tapi
embolektomi dapat diindikasikandalam kondisi berikut :
jika pasien mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas
jika tekanan arteri pulmonal sangat tinggi
jika anngiogram menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah
paru.
Embolektomi pulmonari membutuhkan torakotomi dengan teknik bypass
jantung paru.
2.9 Pencegahan
Pencegahan emboli paru adalah :
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru,
dilakukan berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah
di dalam vena. Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan
(terutama orang tua), disarankan untuk:
1. menggunakan stoking elastis
2. melakukan latihan kaki
3. bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera
mungkin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
pembentukan gumpalan.
Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah,
mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan, sehingga
menurunkan resiko emboli paru.
Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan
gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan adalah heparin. Dosis
9
kecil disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasidanselama 7
harisetelahoperasi.
Heparin bias menyebabkan perdarahan dan memperlambat
penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki
resiko tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:
1. penderita gagal jantung atau syok
2. penyakit paru menahun
3. kegemukan
4. sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.
Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak
karena bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar.
Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita
emboli paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan
menjalani pembedahan.Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga
membantu mencegah pembentukan gumpalan. Seperti halnya heparin,
dekstran juga bisa menyebabkan perdarahan.
Pada pembedahan tertentu yang dapat menyebabkan terbentuknya
gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang panggul atau
pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan warfarin per-
oral. Terapi ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau bulan setelah
pembedahan.
10
2.10 pathways emboli
11
sistem pernafasan
Terus mendapat ventilasi
ruang rugi alveolar membesar
alveolar membesar
aliran darah sedikit
Materi emboli (embolus)
Beredar di pembuluh darah
Sampai di sirkulasi pulmonal
Tersangkut di cabang-cabang arteri pulmonal
Emboli paru
Sistem kardiovaskuler
meningkatkan kerja ventrikel kanan
gagal ventrikel kanan
penurunan tekanan darah sistemik
Sistem neurologi
Oksigen menurun
Hipoksia jaringan otak
sakit kepala daerah frontal
Sistem perkemihan
Oksigen menurun
MK
Perubahan eliminasi urine
Hilangnya kapasitas vaskuler
Frekuensi urine menurun
Sistem hemodinamik
Obstruksi trombolik
12
Substansi melepaskan bekuan
pembuluh darah bronkhiolus berkonstriksi
Ketidak seimbangan ventilasi perfusi
darah terpirau
penurunan kadar O2
dan peningkatan CO2
MK:1.GANGGUAN PERTUKARAN GAS2.KETIDAK EFEKTIFAN POLA NAFAS3.
terjadinya syok
MK:1.RESIKO SYOK2.PENURUNAN
CURAH JANTUNG
perfusi jaringan
Penurunan kesadaran
MK
Resiko cedera
Gangguan perfusi jaringan serebral
MK
Penurunan curah jantung
bradikardi
hipotensi
Aliran darah meningkat
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN EMBOLI
IDENTITAS
Nama Klien : Ank. H Nama Orang Tua : Tn. Y.E
Tgl Lahir : 9 Juli 1995 Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Wanita Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : TK pendidikan : SLTA
Pekerjaan : - Pekerjaan : Karyawan Pabrik
Alamat : Gubeng Jaya Sby
I. RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan Utama
Klien sering mengeluh nyeri dada tiba – tiba dan sesak napas, Batuk dan gugup
1.2Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua setelah sebelumnya mengalami batuk semenjak hari rabu siang dan klien mengkonsumsi obat batuk yang di belinya apotek tapi tiga hari tidak kunjung sembuh dan mendadak klien mengeluh nyeri pada dada, batuk, lemah dan
gugup setelah melakukan aktifitas.
1.3Riwayat Keperawatan Sebelumnya
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara umum perawat menanyakan tentang :
a. Riwayat merokok : merokok sigaret merupakan penyebab penting kanker paru-paru, emfisema dan bronchitis kronik. Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok. Anamnesis harus mencakup hal-hal :
13
1. Usia mulainya merokok secara rutin.2. Rata-rata jumlah rokok yang dihisap perhari3. Usia melepas kebiasaan merokok.
b. Pengobatan saat ini dan masa laluc. Alergid. Tempat tinggal
1.4Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan social pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga, yaitu :
1) Penyakit infeksi tertentu :khususnya tuberkulosa, ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya; jadi dengan menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi dapat diketahui sumber penularannya.
2) Kelainan alergis, seperti asthma bronchial, menunjukkan suatu predisposisi keturunan tertentu; selain itu serangan asthma mungkin dicetuskan oleh konflik keluarga atau kenalan dekat.
3) Pasien bronchitis kronik mungkin bermukim di daerah yang polusi udaranya tinggi.Tapi polusi udara tidak menimbulkan bronchitis kronik, hanya memperburuk penyakit tersebut.
1.5Riwayat Kesehatan Lingkungan
Lingkungan pasien dekat dengan pabrik dan pemukiman padat penduduk yang sangat kumuh.
1.6PEMERIKSAAN FISIK
Tanda- tanda Vital
TD : 50 mmHg perpalpasi,
N : 60 x/menit,
S : 37°C,
RR : 30x/ menit,
HR : 150 x/menit
P : saat istirahat
Q : Nyeri Sedang
14
R : di area dada sebelah kanan
S : 7
T : Malam hari
1.7PEMERIKSAAN PERSISTEM
A. Sistem Pernapasan / Respirasi
Inspeksi: kesulitan bernapas, peningkatan frekuensi / takipnea penggunaan asesori pernapasan
B. Sistem Cardiovaskuler
Auskultasi: takikardia, Penurunan tekanan darah (hipotensi)
C. Sistem Persyarafan / neurologi
Inspeksi : kehilangan kesadaran sementara, sakit kepala daerah frontal, perubahan mental (bingung, somnolen), disorientasi
D. Sistem perkemihan
Inspeksi: Frekuensi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam
E. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Auskultasi: Bising usus samar
F. Sistem integumen
Inspeksi: berkeringat, kemerahan,kulit pucat
G. POLA KONSEP DIRI
1. CitraTubuh :
Adalah bagaimana sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
2. Ideal Diri :
15
Bagaimana klien mempersepsi ia harus berperilaku sesuai dengan standar perilaku.Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
16
3. HargaDiri :
Bagaimana penilaian klien terhadap hasil pencaian yang dicapai dengan menganalisis sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ideal diri. Jika individu selau sukses maka cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami kegagalan cenderung harga dirinya rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran Diri :
bagaimana pola, perilaku nilai yang diharapkan klien berdasarkan fungsinya di dalam masyarakat.
H. POLA PERSEPSI TATA LAKSANA HIDUP SEHAT
1. Bagaimana kebiasaan klien dalam tata cara hidup sehat (pola
makan termasuk Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan
aktivitas fisik setiap hari, , menggunakan air bersih, Mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun, Menggunakan jamban
sehat).
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan yang terdekat
dalam mengatasi permasalahan kesehatan ( PKM, Tenaga
kesehatan, dukun, alternatif, ramuan obat –obatan herbal,
membeli obat –obat bebas di toko obat/ apotek ).
3. Kebiasaan sehari-hari : mandi, keramas, sikat gigi, memotong
kuku, ganti pakaian dll yang berhubungan dengan pola hidup
sehat.
I. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN/ SPIRITUAL
Konsep klien tentang kepercayaan/ keyakinan terhadap Tuhan YME, sumber kekuatan/ harapan saat sakit. Bagaimana cara yang klien lakukan dalam melaksanakan pendekatan terhadap Tuhan YME saat sakit. Bagaimana cara klien melaksanakan kegiatan keagamaannya/ kepercayaannya saat sakit di Rumah Sakit.
Bagaimana budaya untuk mencari pengobatan saat sakit yang berhubungan dengan nilai kepercayaan dan keagamaan yang dianut. Bagaimana kepercayaan/ keyakinan klien terhadap situasi
17
sakit dan penyebab sakitnya, serta cara penanganannya/ penanggulangannya.
J. POLA MEKANISME KOPING
Mengkaji bagaimana individu dalam mengahapi persepsi diri yang tidak menyenangkan terhadap diri klien sendiri atau dalam menghadapi masalah / penyakit yang sedang di alaminya.
K. HUBUNGAN PERAN
Bagaimana peran klien dalam masyarakat saat sebelum sakit dan bagaimana setelah sakit , apakah perannya terganggu ataukah ada yang menggantikan perannya saat klien sakit.
L. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Apa kebiasaan yang dilakukan klien sebelum tidur, berapa lama klien tidur pada siang hari dan malam hari, kebiasaan klien tidur siang pukul berapa dan tidur malam berapa lama.
M. POLA PSIKOSOSIAL
Meliputi reaksi psikologi atau Verbal & Non verbal klien:
Mengamati ekspresi muka, apakah menunjukkan kemarahan, kesedihan, kesakitan, apa gelisah, melamun, takut, bingung, pendiam, agresif, banyak bicara, bicara lambat atau menangis, ada perasaan bersalah dan hanya berespon bila ditanya.
Bagaimana respon psikologis yang digunakan : tmenurunkan ketegagangan , Menarik diri, kecemasan, HDR.
Bagaimana Interaksi klien dengan orang lain. Siapa hubungan klien yang palin dekat / paling
Bagaimana dukungan keluarga, kelompok dan masyarakat pada klien saat sakit.
Bagaimana interaksi klien dengan perawat, klien di dekatnya dan dokter.
1.8 Data Penunjang
Hb: 14,1 g/dl, LED: 33 mm/jam, leukosit: 12.200/μl, Ht: 42 vol ٪,
18
trombosit 204000/μl , Eritrosit : 4,54 juta/μl,
1.9 Diagnosa
1. pola nafas in efektif ; dyspnea berhubungan dengan penurunan
kemampuan paru nyeri dada berhubungan dengan infark paru-paru
2. gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
3. Resiko gagal jantung kanan berhubungan dengan peningkatan
kerja ventrikel kanan
4. intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suplai oksigen
dalam jaringan
ANALISA DATA :
NS. DIAGNOSIS :
(NANDA-I)
Nyeri akut
DEFINITION:
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam karusakan sedemikian rupa ( International Association For The Study of Pain ) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan .
DEFINING CHARACTERISTICS
• Perubahan selera makan
• Perubahan tekanan darah
• Perubahan frekuensi pernapasan
• Laporan isyarat
• Diaforesis
• Perilaku distraksi (mis.,berjalan mondar
19
mandir ,mencari orang lain dan/atau aktivitas
lain ,aktivitas yang berulang)
• Mengekspresikan perilaku
(mis.,gelisah,merengek,menangis,waspada,iritabilit
as,mendesah)
• Masker wajah (mis., mata kurang
bercahaya ,tampak kacau,geraka mata berpencar
atau tetap pada satu fokus, meringis)
• Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri
• Fokus menyempit (mis., gangguan persepsi
nyeri ,hambatan proses berpikir,penurunan
interaksi dengan orang dan lingkungan)
• Indikasi nyeri yang dapat diamati
• Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
• Sikap tubuh melindungi
• Dilatasi pupil
• Fokus pada diri sendiri
• Gangguan tidur
• Melaporkan nyeri secara verbal
RELATED
FACTORS:
• Agens cedera (mis.,bilogis ,zat kimia, fisik,
psikologis )
20
AS
SE
SS
ME
NT
Subjectiv data entry
Pasien mengatakan nyeri dada
Objective data entry
Tanda- tanda Vital
TD : 50 mmHg perpalpasi,
N : 60 x/menit,
S : 37°C,
RR : 30x/ menit,
HR : 150 x/menit
DIA
GN
OS
IS ClientDiagnosticStatement:
Ns. Diagnosis (Specify):Nyeri akut
• Related to: nyeri akut berhubungan dengan
emboli paru.
21
Inisial Pasien :____________Nama Mhs:___________________
Tanggal:_________________
Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam karusakan sedemikian rupa ( International Association For The Study of Pain ) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi dan berlangsung ˂6 bulan .
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUTCOME INDICATOR
1.Menegement Nyeri(1400)
Def: pengurangan nyeri atau
suatu pengurangan nyeri untuk tingkat kenyamanan yang bisa diterima pasien
PENGKAJIAN Lakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
Kontrol lingkungan yang dapat
1: Paint control (1605)
Def: tindakan seseorang untuk mengontrol nyeri
Mengenal serangan nyeri (3)
Faktor yang berhubungan (2)
Menggunakan catatan untuk
memonitoring waktu akhir gejala
(3)
Menggunakan tindakan
pencegahan(4)
Tindakan meringankan dengan
menggunakan non analgesik(2)
Menganjurkan penggunaan
analgesik(4)
Melaporkan perubahan gejala
nyeri menjadi sehat (3)
22
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Anjurkan klien untuk beristirahat
Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Melaporkan gejala tidak terkontrol
pada kesehatan (4)
Menggunakan sumber yang
ada(3)
Mengenal gejala yang
berhubungan dengan nyeri (3)
Melaporkan kontrol nyeri(4)
Kontrol nyeri (4)
Memantau skala nyeri secara
umum (4)
Pemantauan efek samping dari
obat (3)
Mengambil tindakan untuk
mengurangi nyeri (4)
Mengambil tindakan untuk
menyediakan kenyamanan
Menyediakan informasi untuk
penggunaan managemen obat
Menyediakan informasi tentang
pilihan untuk managemen nyeri
Managemen nyeri tetap dengan
23
2. Pengelolaan obat penghilang rasa sakit(2210)
Def : Mengunakan obat untuk mengurangi atau menghapus rasa sakit/nyeri
Aktifitas
Menentukan lokasi nyeri, kerakteristik, kualitas, kekerasan sebelum mengobati pasien
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
Cek riwayat alegi Monitor vital sign
sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)
2. Kepuasan pasien : managemen nyeri
Def : Mengukur persepsi positif terhadap asuhan keperawatan untuk mengurangi nyeri
kepercayaan budaya
Pendekatan , pencegahan
digunakan untuk managemen
nyeri
Menyediakan kesehatan kerja
sebagai tim untuk managemen
nyeri
Menyediakan informasi tentang
meringankan nyeri
Menyediakan informasi tentang
pilihan untuk managemen nyeri
setelah pelaksanaan
Penyerahan managemen nyeri
profesional kesehatan yang
diinginkan
24
Pelaksanaan tindakan
No. diagnose masalah kolaboratif
Tgl/jam Tindakan Paraf
1 5-6-2012/
08.00
09.00
10.00
1. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
2. Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Menggunakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
4. Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu
5. Mengkontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
6. Mengajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
7. Memberikan analgetik untuk menguranggi nyeri
8. Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
9. Menganjurkan klien untuk beristirahat
10. Mengkolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2 5-6-2012/
08.30
09.00
1. Menentukan lokasi nyeri, kerakteristik, kualitas, kekerasan sebelum mengobati pasien
2. Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Mengecek riwayat alegi4. Memonitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik pertama kali
5. Memberikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
25
11.00
6. Mengevaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)
Evaluasi
Masalah kep/kolaboratif
Tgl/jam Catatan perkembangan Paraf
Nyeri akut 5-5-2012/
08.00
09.00
10.00
11.00
S : Klien masih mengatakan
nyeri pada dada, nyeri meningkat
jika dibuat bergerak , nyeri
seperti ditusuk-tusuk dan terasa
setiap saat.
O :
Ekspresi menyeringai
Pasien tidak berani
bergerak
Pasien sering mengelus-
elus daerah dada
Tanda- tanda VitalTD : > 120/80 mmHgNadi : > 80 x/menitSuhu : > 36,5 C
RR : > 24 x/menit
A : Pengobatan nyeri
P : rencana tindakan keperawatan 1,2,3 sampai 10 dilanjutkan
I :
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 kesimpulan
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteriparu-
paru) oleh suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks
pecialis penyakit dalam dansyaraf).
Penyebab dari Emboli paru adalah suatu benda asing yang
tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut
terbawa oleh aliran darah, dan berasal dari suatu tempat lain daripada
susunan sirkulasi darah.
4.2 Saran
Dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan klien dengan penyakit
autisme, hendaknya :
Klien diberi support agar dapat berkomunikasi dengan orang lain
dengan baik.
Memberi perawatan dan perhatian kepda klien dalam proses
perawatan.
Peningkatan dan penyedian sarana dan prasarana serta kerja
sama antara pihak rumah sakit dengan keluarga.
Diharapkan kepada keluarga kiranya dapat merawat klien apabila
dilakukan perawatan dirumah.
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddrath. 1996. buku ajarkeperawatan medikal-bedah.
Jakarta : Buku kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ;
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-emboli-paru/
28