askep kematian

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju akhir. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital, akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat uiversal. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan. Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 1

Upload: ricky-ihsan-nanda

Post on 24-Jul-2015

1.211 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep kematian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan, yang merupakan proses menuju

akhir. Kematian adalah penghentian permanen semua fungsi tubuh yang vital,

akhir dari kehidupan manusia. Lahir, menjelang ajal dan kematian bersifat

uiversal. Meskipun unik bagi setiap individu, kejadian-kejadian tersebut

bersifat normal dan merupakan proses hidup yang diperlukan.

Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan

dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal 1 ayat 2,3,4 UU No.13

tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun.

B. Tujuan

1. Menggambarkan bagaimana orang menangani proses menjelang kematian

dan sesudah kematian.

2. Menggambarkan tanda-tanda menjelang kematian

3. Menggambarkan persiapan spiritual untuk kematian yang dilakukan

berbagai agama.

1

Page 2: askep kematian

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Lanjut Usia

1. Definisi Lanjut Usia

Menurut Anna Keliat (1999) lanjut usia merupakan tahap akhir

perkembangan dalam daur kehidupan manusia. Sedang menurut pasal

1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan bahwa lanjut usia

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

2. Proses Menua dan Teori-teori menua

Menua adalah proses menghilangnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Prof.Dr.R. Boedhi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono,1994).

Ada 2 jenis teori penuaan yaitu, teori biologi, teori psikososial. Teori

biologis meliputi teori genetik dan mutasi, teori imunologis, teori stres,

teori radikal bebas, teori rantai silang, teori menua akibat metabolisme.

Teori social meliputi pelepasan, teori aktivitas, teori interaksi sosial,

teori kepribadian berlanjut, teori perkembangan.

2

Page 3: askep kematian

a. Teori Biologis

Teori Genetik dan Mutasi. Teori genetik menyatakanbahwa

menua itu telah terprogram secara genetik untuk spesie tertentu.

Teori ini menunjukkan bahwa menua terjadi karena perubahan

molekul dalam sel tubuh sebagai hasil dari mutasi spontan yang

tidak dapat dan yang terakumulasi seiring dengan usia. Sebagai

contoh mutasi sel kelamin sehingga terjadi penurunan kemampuan

fungsional sel (Suhana,1994; Constantinides,1994).

Teori Imunologis. Teori imunologis menua merupakan suatu

alternative yang diajukan oleh Walford 1965. Teori ini menyatakan

bahwa respon imun yang tidak terdiferensiasi meningkat seiring

dengan usia. Mutasi yang berulang dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya

sendiri. Jika mutasi merusak membran sel akan menyebabkan

sistem imun tidak mengenal dirinya sendiri sehingga merusaknya.

Hal inilah yang mendasari peningkatan penyakit auto-imun pada

lanjut usia (Goldstein,1989).

Teori Stres. Teori stres menyatakan bahwa menua terjadi akibat

hilangnya sel-sel yang biasanya digunakan oleh tubuh. Regenerasi

jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

3

Page 4: askep kematian

internal, kelebihan usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel

tubuh lemah.

Teori Radikal Bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas

dan di dalam tubuh karena adanya proses metabolisme. Radikal

bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena

mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat

reaktif mengikat atom atau molekul lain yang menimbulkan

berbagai kerusakan atau perubahan dalam oksidasi bahan organik,

misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas menyebabkan sel

tidak dapat beregenerasi (Halliwel,1994). Radikal bebas dianggap

sebagai penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Teori ini

menyatakan bahwa penuaan disebabkan oleh akumulasi kerusakan

ireversibel.

Teori Rantai Silang. Teori ini menjelaskan bahwa menua

disebabkan oleh lemak, protein, kerbohidrat, dan asam nukleat

(molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan radiasi, yang

mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada

membran plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang

kaku, kurang elastis, dan hilangnya fungsi pada proses menua.

4

Page 5: askep kematian

Teori Menua Akibat Metabolisme. Telah dibuktikan dalam

percobaan hewan, bahwa pengurangan asupan kalori ternyata bisa

menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur, sedangkan

perubahan asupan kalori yang menyebabkan kegemukan dapat

memperpendek umur (Bahri dan Alem, 1989; Boedhi

Darmojo,1999).

b. Teori Psikososial

Teori Penarikan Diri / Pelepasan. Teori ini merupakan teori

social tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali

diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961). Teori ini

menyatakan bahwa mayarakat dan individu selalu berusaha untuk

mempertahankan diri mereka dalam keseimbangan dan berusaha

untuk menghindari gangguan. Oleh karena itu lansia

mempersiapkan pelepasan terakhir yaitu kematian dengan

pelepasan mutual dan pelepasan yang dapat diterima masyarakat.

Pelepasan ini meliputi pelepasan peran sosial dan aktivitas sosial.

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses

penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan

terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kematian.

5

Page 6: askep kematian

Teori Aktivitas. Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore

(1965) dan Lemon et al. (1972) yang menyatakan bahwa penuaan

yang sukses bergantung dari bagaimana seseorang lansia

merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas dan

memepertahankan aktivitas tersebut. Teori ini menyatakan bahwa

lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut

serta dalam kegiatan sosial.

Teori Interaksi Sosial. Teori ini menjelaskan mengapa lansia

bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang

dihargai masyarakat. Simmons (1945), mengemukakan bahwa

kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan

kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar

kemampuannya bersosialisasi. Mauss (1954), Homans (1961), dan

Blau (1964) mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi

berdasarkan atas hukum pertukaran barang dan jasa.

Teori Kepribadian Berlanjut. Teori ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seorang lanjut usia sangat dipengaruhi

oleh tipe personalitas yang dimilikinya. Teori ini mengemukakan

adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lanjut usia.

Pengalaman seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya

6

Page 7: askep kematian

kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat dilihat dari gaya

hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah

walaupun ia telah lanjut usia.

Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana

proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana

jawaban lansia terhadap bagaimana jawaban lansia terhadap

berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun

negatif. Akan tetapi teori ini tidak menggariskan bagaimana cara

menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh

lansia tersebut.

3. Karakteristik Lanjut Usia

Menurut Bustan (2007) ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu

diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia

yaitu:

a. Jenis Kelamin

Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.

b. Status Perkawinan

7

Page 8: askep kematian

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan

mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun

psikologi.

c. Living Arrangement

Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami,

tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.

d. Kondisi Kesehatan

Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas

sehari-hari secara mandiri. Sedangkan pada kondisi sakit

menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada

orang lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.

e. Keadaan ekonomi

Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk

kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi

pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia

tadat terpenuhi.

4. Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, mental

dan psikososial.

8

Page 9: askep kematian

a. Perubahan Fisik

1) Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat

lelah dan stamina menurun.

2) Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-

otot mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.

3) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses

keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.

4) Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut

dalam hidung dan telinga mulai menebal.

5) Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya

respon terhadap sinar, hilangnya daya akomodasi. Pada

pendengaran pengumpulan cerumen dapat terjadi karena

meningkatnya keratin

6) Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga

rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas.

b. Perubahan Sosial

1) Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan

single parent.

2) Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan

akan meninggal.

9

Page 10: askep kematian

3) Terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam

bersosialisasi.

4) Emosi mudah berubah, sering marah-marah dan mudah

tersinggung

c. Perubahan Psikologi

Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,

frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi

kematian, perubahan depresi dan kecemasan.

B. Konsep Kematian

1. Definisi Kematian/mati

Seseorang yang dianggap sudah mati ialah ia tidak lagi mempunyai

denyut nadi, tidak bernafas selama beberapa menit dan ketiadaan

segala refleks, serta ketiadaan kegiatan otak.

2. Sebab – sebab Kematian

a. Penyakit

1) Keganasan, misalnya :

a) Karsinoma ( C )

b) Karsinoma Hati

c) Karsinoma Paru

d) Karsinoma Mammae

10

Page 11: askep kematian

2) Penyakit Kronis, misalnya :

a) CVD ( Cerebro Vasculair Diseases )

b) CRF ( Chronic Renal Failure atau Gangguan Ginjal )

c) DM ( Gangguan Endokrin )

d) MCI ( Myocard Infarc atau Gangguan Kardiovaskuler )

e) COPDM ( Chronic Obstruction Pulmo Diesases )

b. Kecelakaan, misalnya : Epidurat Haematoma

3. Cirri – ciri pada Lanjut Usia Menjelang Kematian

a. Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur.

biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung

kaki.

b. Gerakan peristaltic usus menurun.

c. Tubuh klien lanjut usia tampak mengembang.

d. badan dingin dan lembab terutama pada kaki, tangan, dan ujung

hidungnya.

e. kulit nampak pucat, berwarna kebiru-biruan/kelabu.

f. denyut nadi mulai tidak teratur.

g. nafas dengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh

adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat

dikeluarkan oleh klien lanjut usia.

h. tekanna darahnya menurun.

11

Page 12: askep kematian

i. terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

4. Tanda – tanda Kematian

a. Pupil (bola matanya) tetap membesar atau melebar dan tidak

berubah-ubah.

b. Hilangnya semua refleks dan ketiadaan kegiatan otak yang tampak

jelas dalam hasil pemeiksaan EEG yang menunjukkan mendatar

dalam waktu 24 jam.

5. Tahap – tahap Menuju Kematian

Tahap –tahap untuk itu tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi

dapat saling tindih kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui

satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke tahap itu. Lamanya

setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa

bulan, Aapbila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa

timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap jika

perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.

a. Tahap pertama (tahap penolakan)

Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu

ditandai dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini

klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa

12

Page 13: askep kematian

semua orang kecuali dia. klien lanjut usia biasanya terpengaruh

oleh penolaknnya sehingga ia tidak memperhatikan fakta-fakta

yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. ia

malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin

akan minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional

dan non professional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan

bahwa maut sudah ada di ambang pintu.

b. Tahap kedua (tahap marah)

Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak

terkendalikan. klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ?

seringkali klin lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam

segala hal. ia mudah marah terhadap perawat dan petugas –petugas

kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan. pada

tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada

kutukan . kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri

klin lanjut usia . akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju

kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini perawat kesehatan

harus hati-hati dalam memberikan penilaian dalam mengenali

kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi uyang

terhadap kematian yang perlu diungkapkan.

13

Page 14: askep kematian

c. Tahap ketiga (tahap tawar-menawar)

Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar,

Aku, tetapi,… Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia

dapat menimbulkan kesana sudah dapat menerima apa yang

sedang terjadi dengan sendirinya . akan tetapi, pada tahap tawar-

menawar inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan

urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan

menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan

jaminan hidup bagi orang –orang tercinta yang ditinggalkan.

selam tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan

hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-

urusan yang belum selesai dan harus dibereskan sebelum mati.

misalnya klien lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir

untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang

kerabat, melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan

sebagainya. perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena

tawar menawae membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap

berikutnya.

d. Tahap keempat (tahap sedih)

Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : “ya, benar

aku”, ini biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien

14

Page 15: askep kematian

lanjut usia sedang dalam suasana berkabung karena di masa

lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan sekarang

ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan itu harus

harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah

dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk

tidak banyak bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat

untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang

sedang melalui masa sedihnya sebelum mati.

e. Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima)

tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat

ini klien Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang

belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi oleh karena

ia sudah menyatakan segala sesuatunya. tawar-menawar sudah

lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan. seseorang

mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi

bukanlah tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain,

pasrah kepada maut tidak berarti menerima maut.

6. Pengaruh Kematian

a. Pengaruh Kematian terhadap Keluarga Klien Lanjut Usia

1) Bersikap kritis terhadap perawatan

15

Page 16: askep kematian

2) Keluarga dapat menerima keadaan keluarganya

3) Terputusnya komunikasi dengan orang menjelang maut

4) Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang

bersangkutan tidak dapat mengatasi rasa

5) Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi

6) keluarga menolak diaknosa, penolakan tersebut dapat

memperbesar beban emosi keluarga.

7) Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan

b. Pengaruh Kematian terhadap Tetangga/teman

1) Simpati dan dukungan moril

2) Meremehkan / mencela kemampuan tim kesehatan

7. Hak hak Asasi Pasien Yang Menjelang Ajal ( Meninggal )

a. Berhak diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai mati.

b. Berhak untuk merasa punya harapan, meskipun fokusnya dapat

saja berubah-ubah.

c. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus

harapan itu, walupun dapt berubah-ubah.

d. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian

yang sudah dekat dengan cara sendiri.

16

Page 17: askep kematian

e. Berhak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan

mengenai perawatannya.

f. Berhak untuk mengharapakan akan terus mendapat perhatian

medis dan perawatan walaupun tujuan penyembuhan harus diubah

menjadi tujuan memberikan rasa nyaman.

g. Berhak unutu tidak mati dalam kesepian.

h. Berhak untu bebas dalam rasa nyeri.

i. Berhat untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan-

pertanyaan.

j. Berhak untuk tidak tertipu.

k. Berhak untu mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya

dalam menerima kematian.

l. Berhak untuk mati dengan benar dan terhormat.

m. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi

untuk keputusan –keputusan yang mungkin saja bertentrangan

dengan orang lain.

n. Membicarakan dan memperluas pengalaman-pengalaman

keagamaan dan kerohaniaan.

o. Behak untuk mengharapakan bahwa kesucian tubuh manusia akan

dihormati sesudah mati.

17

Page 18: askep kematian

C. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Berisi tentang penyakit yang diderita klien pada saat sekarang.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Berisi tentang keadaan klien apakah klien pernah masuk rumah

sakit dengan penyakit yang sama.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit yang sama

dengan klien.

2. Head To Toe

Perubahan fisik saat kematian mendekat

a. Pasien kurang responsif terhadap sentuhan

b. Fungsi tubuh melambat

c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja

d. Rahang cenderung jatuh

e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal

f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah

g. Kulit pucat

h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.

18

Page 19: askep kematian

D. Diagnosa Keperawatan Pada Pasien Menjelang Ajal

1. Ansietas (ketakutan individu, keluarga) yang berhubungan

diperkirakan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang

tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada

pada gaya hidup.

2. Berduka yang behubungan dengan penyakit terminal dan kematian

yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan menarik

diri dari orang lain.

3. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan

kehidupan keluarga, takut akan hasil (kematian) dengan lingkungnnya

penuh dengan stres (tempat perawatan).

4. Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan

dari system pendukung keagamaan, kurang pripasi atau

ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian.

E. Rencana Keperawatan (Intervensi) Pada Pasien Menjelang Ajal

1. Akomodasi dukacita

2. Menerima realitas kehilangan

3. Mencapai kembali rasa harga diri

4. Memperbaharui aktivitas atau hubungan normal

5. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis, perkembangan & spiritual

6. Mencapai kembali dan mempertahankan kenyamanan

19

Page 20: askep kematian

7. Mempertahankan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari

8. Mempertahankan harapan

9. Mencapai kenyamanan spiritual

10. Meraih kelegaan akibat kesepian dan isolasi

20

Page 21: askep kematian

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuhan terhadap orang yang menjelang ajal telah memasuki dimensi

baru, apa yang sebelumnya dianggap tabu telah muncul sampai tingkat

sensitivitas yang meningkat dan kesadaran akan persamaan publik dan

profesional. Ada juga perubahan sosial dalam mengenali kebutuhan unit

lansia. Tidak hanya itu, dua perubahan vital ini telah memengaruhi peran

dan tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan yang kompeten

kepada lansia yang menjelang ajal.

B. Saran

Sebaiknya klien banyak berdoa kepada Allah SWT karena hidup dan mati

kita telah ditentukan oleh Allah. Dan dengan berdoa dapat memberikan

ketenangan dan kedamaian, tidak ada lagi ketakutan untuk menjelang ajal.

Daftar Pustaka

21

Page 22: askep kematian

Kemp & Pillitteri (1984) ,Fundamentals of Nursing, Boston :Little

Brown&co

Kubler-Ross,E.,(1969) ,On Death and Dying, ,London: Tavistock

Publication

Kircher & Callanan (2003),Near Death Experiences and DeathAwareness

in the Terminally Ill,Connecticut :www.iands org

Kozier & Erb (1991),Fundamentals of Nursing,vol.II, 4th ed.,California :

Addison-Wisley Publishing Co.

Legislature of the State Of Arizona,Medical treatment;Terminal

Illness,HB 2001-432R-1 Ver,ALIS onlineNorthern Territory of Australia

(1997),Right of the Terminally Ill Act

Pattison,Mansell (1977), The Experience of Dying, Englewood

Cliffs:Prentice- Hall Inc.

www.growthhouse.org, Grief,anger and loss : Improving care of the

Dying

22