askep ns

38
BAB 1 PENDAHULUAN Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

Upload: znkucrit

Post on 27-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep NS

BAB 1

PENDAHULUAN

Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan

proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-

kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.

Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik

dan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap

tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada

anak perempuan.

Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada

pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi

masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana

keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah

sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.

Page 2: Askep NS

BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.1 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)

1. Pengertian.

NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan

hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).

2. Etiologi

Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.

Secara umum etiologi dibagi menjadi :

a. Nefrotic syndrome bawaan.

Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.

b. Nefrotic syndrome sekunder

Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK,

bahan kimia dan amiloidosis.

c. Nefrotic syndrome idiopatik

d. Sklerosis glomerulus.

3. Patofisiologi.

Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif

sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean

adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.

Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang

mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang

sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.

Page 3: Askep NS

Glomerulus

Permiabilitas

glomerulus

Porteinuria masif

Aliran

darah ke

ginjal

Edema

Etiologi :

- autoimun

- pembagian

Resiko tinggi infeksi

Hipoproteinemia

Hipoalbumin

Sintesa protein

hepas

Hiperlipidemia

Hipovolemia

Volume

plasma

Retensi natrium renal

Tekanan onkotik

plasma

- Gangguan volume

cairan lebih dari kebutuhan

Sistem imun

menurun

Malnutrisi

Gangguan nutrisi

Sekresi

ADH

Reabsorbsi

air dan

natrium

Pelepasan

renin

Vasokonstriksi

Efusi pleura

Sesak

Penatalaksanaan

HospitalisasiTirah baring

Diet

Kecemasan

anak dan

orang tua

Kurang

pengetahuan :

kondisi,

prognosa dan

program

Ketidapatuhan

Resti gangguan pemeliharaan

kesehatan

Intoleransi

aktivitas

Page 4: Askep NS

4. Gejala klinis.

- Edema, sembab pada kelopak mata

- Rentan terhadap infeksi sekunder

- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan

- Kadang-kadang sesak karena ascites

- Produksi urine berkurang

5. Pemeriksaan Laboratorium

- BJ urine meninggi

- Hipoalbuminemia

- Kadar urine normal

- Anemia defisiensi besi

- LED meninggi

- Kalsium dalam darah sering merendah

- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.

6. Penatalaksanaan

- Istirahat sampai edema sedikit

- Protein tinggi 3 – 4 gram/kg BB/hari

- Diuretikum

- Kortikosteroid

- Antibiotika

- Punksi ascites

- Digitalis bila ada gagal jantung.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome

1. Pengkajian

a. Identitas.

Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap

100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan

perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami

komplikasi nefrotic syndrome.

b. Riwayat Kesehatan.

1) Keluhan utama.

Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun

2) Riwayat penyakit dahulu.

Page 5: Askep NS

Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan

kimia.

3) Riwayat penyakit sekarang.

Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,

urine menurun.

c. Riwayat kesehatan keluarga.

Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani

dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua

tahun setelah kelahiran.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan

Tidak ada hubungan.

e. Riwayat kesehatan lingkungan.

Endemik malaria sering terjadi kasus NS.

f. Imunisasi.

Tidak ada hubungan.

g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8

Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.

Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri

meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang

bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki

lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan

ayah.

Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa

bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika

usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.

Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan

dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.

Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan

kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut

hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan

besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.

Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,

keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua,

teman.

2

Page 6: Askep NS

h. Riwayat nutrisi.

Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga.

Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)

X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan

> 80 % (gizi baik).

i. Pengkajian persistem.

a) Sistem pernapasan.

Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena

distensi abdomen

b) Sistem kardiovaskuler.

Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi

ringan bisa dijumpai.

c) Sistem persarafan.

Dalam batas normal.

d) Sistem perkemihan.

Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.

e) Sistem pencernaan.

Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah

perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.

f) Sistem muskuloskeletal.

Dalam batas normal.

g) Sistem integumen.

Edema periorbital, ascites.

h) Sistem endokrin

Dalam batas normal

i) Sistem reproduksi

Dalam batas normal.

j. Persepsi orang tua

Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.

3

Page 7: Askep NS

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.

a) Kelebihan volume cairan

berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan

permiabilitas glomerulus.

Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan

edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 –

700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.

Intervensi Rasional

1. Catat intake dan output secara

akurat

2. Kaji dan catat tekanan darah,

pembesaran abdomen, BJ urine

3. Timbang berat badan tiap hari

dalam skala yang sama

4. Berikan cairan secara hati-hati dan

diet rendah garam.

5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.

Evaluasi harian keberhasilan terapi

dan dasar penentuan tindakan

Tekanan darah dan BJ urine dapat

menjadi indikator regimen terapi

Estimasi penurunan edema tubuh

Mencegah edema bertambah berat

Pembatasan protein bertujuan untuk

meringankan beban kerja hepar dan

mencegah bertamabah rusaknya

hemdinamik ginjal.

b) Perubahan nutrisi ruang dari

kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan

protein dan penurunan napsu makan.

Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan

baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan

dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.

Intervensi Rasional

1.

akurat

2.

diare.

3.

dengan diet yang cukup

Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Gangguan nuirisi dapat terjadi secara

perlahan. Diare sebagai reaksi edema

intestinal

Mencegah status nutrisi menjadi

lebih buruk

Page 8: Askep NS

c) Resiko tinggi infeksi

berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.

Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada,

tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam

melakukan perawatan.

Intervensi Rasional

1.

terkena infeksi melalui pembatasan

pengunjung.

2.

3.

tindakan.

4.

Meminimalkan masuknya organisme

Mencegah terjadinya infeksi

nosokomial

Mencegah terjadinya infeksi

nosokomial

Membatasi masuknya bakteri ke

dalam tubuh. Deteksi dini adanya

infeksi dapat mencegah sepsis.

d) Kecemasan anak berhubungan

dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).

Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif

pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal

mengatakan tidak takur.

Intervensi Rasional

1.

2.

3.

4.

Perasaan adalah nyata dan membantu

pasien untuk tebuka sehingga dapat

menghadapinya.

Memantapkan hubungan,

meningkatan ekspresi perasaan

Dukungan yang terus menerus

mengurangi ketakutan atau

kecemasan yang dihadapi.

Meminimalkan dampak hospitalisasi

2

Page 9: Askep NS

mainan atau foto keluarga. terpisah dari anggota keluarga.

3

Page 10: Askep NS

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Pengkajian diambil pada tanggal 16 April 2002 di Ruangan Anak RSUD Dr.

Soetomo Surabaya dengan diagnosa medik Nefrotic Syndrome. Anak masuk rumah

sakit tanggal 16 April 2002 dengan nomor register 10153559.

1. Identitas.

Nama : An. Lia

Umur : 5 tahun (23 Juli 1997).

Jenis kelamin : perempuan

Agama : Islam

Nama ayah : Tn. Yakiyah (34 tahun).

Pendidikan : SMP tidak lulus

Pekerjaan : petani

Nama ibu : Ny. Tumini (33 tahun).

Pendidikan : SD tidak lulus

Pekerjaan : petani

Alamat : Desa Karangpilang, Kec. Modo, Lamongan

Agama : Islam

Suku : Jawa

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama.

Mengeluh muka dan badan bengkak, perut tambah besar, kencing jarang dan

sedikit.

b. Riwayat penyakit dahulu.

Agustus 2001, klien mengalami bengkak pada muka, kaki dan perut tambah

besar. Oleh keluarga diperiksakan ke dokter di Lamongan dan dapat pil hijau

3 X ½ selama satu minggu. Setelah bengkak turun, pasien tidak kontrol lagi.

c. Riwayat penyakit sekarang.

Tanggal 16 April 2002 pagi, pasien tidak mau makan karena sakit perut,

tegang, muka tangan dan kaki mulai bengkak. Sesak, klien dibawa ke dokter

dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

d. Riwayat kehamilan dan persalinan.

Antenatal : saat hamil ibu pernah sakit jantung/paru-paru. Dan minum obat

dari dokter di rumah sakit, Kontrol kehamilan di bidan satu bulan sekali

secara teratur.

Page 11: Askep NS

Natal : klien lahir dibantu dukun (bidan tidak ada). Berat 3 kg, usia kehamilan

9 bulan, lahir spontan, langsung menangis.

Neonatal : warna kulit merah, pucat, kejang dan lumpuh tidak ada, menangis

kuat.

e. Imunisasi

BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali dan TT satu kali.

f. Riwayat tumbuh kembang

Berat badan 16 kg, panjang badan 102 cm, perkembangan fisik dan mental

meliputi dapat menghitung jari 1 – 10, menyebut warna merah, hijau, kuning

dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman

seusianya.

g. Status nutrisi

Status gii 16/18 X 100 % = 88,9 %.

Sejak sakit tahun 2001, klien tidak makan ikan laut dan telur. Dari dokter

dianjurkan juga tidak makan asinan dan makanan snack yang mengandung

banyak penyedap rasa. Tetapi anak tidak mau karena kesukaan seperti mie

remes, chiki dan snack lainnya. Klien akan mengamuk jika tidak diberikan.

Dua hari sebelum MRS minum air putih bisa sampai 1 liter/hari, tidak mau

minum susu dan makan, mual dan sakit perut.

3. Pengkajian per sistem.

a. Sistem pernapasan.

RR 40 X/menit (takipnea), ronki positif dan whezeeng negatif, terpasang

oksigen nasal 2 L/menit.

b. Sistem kardiovaskuler.

Nadi 148 x/menit, reguler, Tekanan darah 90/60 mmHg, berbaring, tangan

kanan, suara jantung S1S2 tunggal di midklafikula 5 sinestra.

c. Sistem persarafan

Kesadaran komposmentis, rewel, gelisah, reaksi pupil baik.

d. Sistem Perkemihan

Menurut ibunya sejak pagi klien jarang kencing walaupun minumnya tetap,

kalau kencing klien ngompol, blass kosong.

e. Sistem pencernaan.

Abdomen tegang, kembung, bising usus normal suara lemah. Klien tidak mau

makan karena sakit, nyeri abdomen, saat diraba dan diperkusi klien menangis

2

Page 12: Askep NS

dan menjerit. Vena abdomen menonjol, ascites, BAB positif, mencret sedikit-

sedikit, berlendir, minum air putih + 300 cc.

f. Sistem muskuloskeletal.

Kekuatan otot 5 – 5 pada ekstremitas atas dan 3 – 3 ekstremitas bawah.

g. Sistem integumen.

Edem ekstremitas atas dan bawah, akral hangat, suhu/aksila 392 0C, muka

sembab, nampak pucat.

h. Sistem reproduksi

Dalam batas normal.

i. Sistem endokrin

Tidak ada riwayat alergi.

4. Respon keluarga.

Kelaurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena biaya sudah banyak yang

dikeluarkan tetapi klien tidak sembuh. Terlebih saat ini biaya menipis dan

keluarga sudah mengurus JPS. Keluarga berharap klien cepat sembuh agar cepat

pulang.

5. Pemeriksaan penunjang.

Tanggal 16-4-2002

Laboratorium : WBC 8,2 K/uL ; Hb 13,1 g/dl ; Hct 38 % ; albumin 0,87

gr % (3,6-5 gr %), BUN 16 mg % (5-10 mg %) dan creatinin serum

0,51 mg % (0,75-1,25 mg %), kalium 3,0 meq/L, natrium 128 meq/L,

kalsium 6,29 meq/L, kolesterol 373 mg/dl.

Urine lengkap : pH 5,0 ; leukosit negatif ; nitrogen negatif, protein 75

mg/dl (positif) ; eritrosit 25/uL (positif)

Radiologi : foto thoraks : cor besar dan bentuk normal, pulmo tidak

tampak infiltrat, kedua sinus phrenicol costalis tajam, dengan

kesimpulan tidak tampak tanda lung edema.

6. Pengobatan/therapi.

Lasiks 3 X 18 mg

Diit TKTPRL

Transfusi plasma 200 cc, prelasiks 1 ampul

3

Page 13: Askep NS

Analisa data

Data Etiologi Masalah

Subyektif :

- me

nurut ibu klien ;pernah

mengalami sakit yang sama

bulan Agustus 2001

- sej

ak 16 April 2002 pagi

muka, tangan dan kaki

mulai bengkak.

Obyekif :

- ede

ma ekstremitas atas dan

bawah, muka sembab,

ascites,venaabdomen

menonjol, albumin 0,87

g/dl, protein urine 75 mg/dl

(positif) dan roncii pada

paru kiri dan kanan.

Kelainan-kelainan glomerulus

Albuminuria

Hipoalbuminemia

Tekanan onkotik koloid plasma

menurun

Volume plasma meningkat

Retensi natrium renal meningkat

Edema

Kelebihan volume cairan

Kelebihan volume

cairan tubuh

Subyektif :

- me

nurut ibu 2 haris SMRS

klien tidak mau makan,

mual dan mengeluh perut

sakit

Obyektif :

- stat

us gizi 88,9% (gizi kurang),

edema, ascites, albumin

0,87 g/dl, klien hanya mau

makan satusendok makan.

Hipoalbuminemia

Sisntesa pritein hepar meningkat

Hiperlipidemia

Malnutrisi

Perubahan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

Subyektif :

- ibu

Penyakti autoimun Resiko tinggi

infeksi

4

Page 14: Askep NS

mengatakan klien pernah

menderita sakit yang sama

pada bulan agustus 2001

Obyektif :

- nad

i 148 X/menit, suhu 392 0C,

WBC 8,2 X 109/L, akral

hangat, dilakukan venflow,

status gizi kurang dan

edema

Kelainan glomerulus

Imunitas menurun

Infeksi meningkat

Subyektif :

- ibu

mengatakan bengkak sejak

pagi

Obyektif :

- kek

uatan otot 5-5 ekstremitas

atas, 3-3 ekstremitas bawah

dan klien tirah baring

Hipoalbuminemia

Edema

Tekanan, robekan, friksi, maserasi

Kerusakan integritas kulit

Resiko tinggi

kerusakan

integritas kulit

Subyektif :

- me

ngatakan perut bertambah

besar, tidak mau makan

karean perut sakit, tegang.

Obyektif :

- ke

mbung, tegang,

meteorismus, bising usus

normal lemah, ascites,vvena

abdomen menonjol,

Albuminuria

Hipoalbuminemia

Akumulasi cairan dalam rongga

abdomen

ascites

Nyero (akut)

Syubyektif :

- ibu

mengatakan pasien rewel,

tidak mau dibaringkan

Obyektif :

- me

nangis saat didekati

perawat, jika dibaringkan

klien berontak.

Hospitalisasi

Tindakan invasif Pisah dengan orang

tua

Kecemasan anak

5

Page 15: Askep NS

Rewel, berontak

Perencanaan dan Rasional

1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia.

Tujuan kelebihan volume cairan dapat teratsi setelah 3 hari perawatan dengan

kriteria edema, ascites, ronki tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan

tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan setiap

haridengan alat yang sama

2. Catat pemasukan dan

pengeluaran carian

3. Monitor nadi dan tekanan

darah

4. Observasi adanya perubahan

edema

5. Observasi tingkat kesadaran,

bunyi paru dan jantung

6. Kolaboratif : diuretik

Mengawasi status cairan yang baik. Peningkatan

berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada

retensi cairan

Perlu waktu menentukan fungsi ginjal.

Kebutuhan penggantian cairan dan penurunan

resiko kelebihan cairan.

Takikardi dan hipertermi dapat terjadi karena

kegagalan ginjal untuk mengeluarkana urine.

Edem dapat bertambah terutama pada jaringan

yang tergantung. Edema periorbita

menunjukkan adanya perpindahan cairan.

Dapat menunjukkan adanya perpindahan

cairan, akumulasi toksin, ketidak seimbangan

elektrolit.

Melebarkan lumen tubular, mengurangi

hiperkalemia dan meningkatkan volume urine

adekuat.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen

Tujuan nyeri (akut) teratasi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria secara verbal

dan non verbal nyeri berkurang atau hilang, skala 0 – 3, nadi dan tekanana darah

dalam batas normal, ascites menurun atau hilang.

Intervensi Rasional

1. Observasi lingkar abdomen

setiap hari

2. Observasi nyeri (perubahan/

penambahan), kualitas, lama

3. Kaji bising usus

Penambahan lingkar abdomen dapaat

memberikan gambaran penambahan akumulasi

cairan.

Perubahan dalam intensitas tidak umum tetapi

dapat menunjukkan adanya komplikasi

Penurunan bising usus dapat memperberat

6

Page 16: Askep NS

4. Observasi nadi dan tensi

5. Kolaboratif : diuretik

keluhan nyeri dan indikasi adanya ileus

Nyeri yang hebat dapat meningkatkan nadi

dan tensi

Meningkatkan pengeluaran urine yang

adekuat.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi

sekunder dari katabolisme protein

Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan klien setelah mendapat perawatan 3 hari

dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batass normal,

status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan dihabiskan.

Intervensi Rasional

1. Berikan diet rendah garam dan

batasi pemberiana protein 1-2 gr/kg

BB/hari

2. Kaji adanya anoreksia, muntah,

diare

3. Catat intake dan output

makanan secara adekuat.

4. Observasi lingkar perut, bising

usus

Mencegah retensi natrium berlebihan dan

rusaknya hepar dan hemodinamik ginjal

Sebagai reaksi adanya edema intstinal.

Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

Memantau fungi peristaltik usus.

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun

Tujuan setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi infeksi dengan

kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi

phlebitis.

Intervensi Rasional

1. Cuci tangan sebelum dan

sesudah perawatan

2. Lakukan tindakan invasif

dengan teknik aseptik

3. Batasi pengunjung dan

tempatkan klien pada ruang non

infeksi

4. Observasi tanda vital : nadi dan

suhu tidap 3 jam

5. Observasi tempat pemasangan

Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial

Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial

Meminimalkan kemungkinan terjadi infeksi

antar pasien dan dari luar

Nadi dan suhu yang meningkat indikator

adanya infeksi

Venflon merupaka port de entri kuman patogen

7

Page 17: Askep NS

venflon.

8

Page 18: Askep NS

5. Kecemasan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi

Tujuan setelah mendapat perawatan 3 hari kecemasan anak berkurang atau hilang

dengan kriteria secara verbal mengatakana tidak takur, tidak menangis saat

didekati, kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan mau diajak komunikasi.

Intervensi Rasional

1. Perkenalkan diri kepada klen

dan keluarga

2. Libatkan keluarga dalam

perawatan klien

3. Anjurkan agar orang terdekat

klien menjaganya.

4. Jelaskan kepada anak setiap

tindakan yang akan dilakukan

5. Observasi adanya perubahan

perilaku pada respon hospitalisasi

Membina hubungan saling percaya dengan

klien dan keluarga.

Menciptakan hubungan kerjasama

Memberikan rasa nyaman kepada klien

Agar anak kooperatif pada setiap tindakan

keperawatan

Merupakan pedoman dalam menentukan perlu

tidaknya perbaikan intervensi.

6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.

Tujuan setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu kerusakan integritas kulit

tidak terjadi dengan kriteria edema berkurang atau hilang, kulit merah, tidak

terjadi lecet dan dekubitus.

Intervensi Rasional

1. Pertahankan sprei dalam

keadaan kering, bersih dan rapih.

2. Observasi lokasi yang

mengalami penekanan dalam jangka

waktu yang lama

3. anjurkan kepada ibu untuk

setiap kali ngompol kain pengalas

diganti

4. Observasi edema

Kelembaban yang berlebihan menimbulkan

rusaknya integritas kulit

Deteksi dini adanya kerusakan integritas kulit

Urine bersifat asama dapat mengiritasi kulit

jika kontak dalam jangka waktu yang lama

Deteksi kemungkinan bertambah paarahnya

integritas kulit.

Page 19: Askep NS

Implementasi dan Evaluasi

Tanggal 17 April 2002

1. Diagnosa keperawatan 1.

Jam Implementasi Evaluasi

07.15

07.30

8.10

08.30

11.15

11.45

14.00

Mengukur berat badan : 16 kg

Mengobservasi edem : tungkai kanan dan kiri

edema, ascites dan edema pada kelopak mata

Produksi urine 24 jam 150 cc, kuning pekat

Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv

Ngompol 25 cc

Tanda vital : N 100X/mnt, T 110/60 mmHg, RR

36 X/mnt

Ibu mengatakan kalau bengkaknya belum

berkurang

Minum 50 cc

Ngompol 50 cc

Tanda vital : N 115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR

35 X/mnt

Minum 25 cc

Bunyi napas ronki

Minum 50 cc

Balans cairan + 25 cc

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan bengkak belum

menurun

O : edema periorbital, tungkai kanan

dan kiri serta ascites, tanda vital N

115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR 35

X/mnt, ada balans cairan, ronki pada

kedua paru.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi no 1 – 6 masih

diteruskan.

2. Diagnosa keperawatan 2.

Jam Implementasi Evaluasi

11.50

13.10

13.30

Mengobservasi bising usus : meningkat, asvites,

linkgarp erut 57 cm

Klien menangis terus kesakitan pada perut, P :

saatmakan, dipegang, Q : nyeri sekali saat

dipegang, R : seluruh daerah pereut, S : skala 8-9,

T : terus menerus

Tanda vital : N 100X/mnt, T 100/60 mmHg, RR

36 X/mnt

Kolaboratif : sementara puasa, pasang NGT

untuk dekompresi, pasang lingkar abdomen

Foto thoraks : kesimpulan ileus paralitik

Hasil lab : kalium 3,7 (3,8 – 5,5).

Pukuil 14.00

S : ibu menanyakan mengapa perut

bertambah sakit

O : bising usus 40 x/mnt, distensi,

meteorismus, vena abdomen

menonjol, tanda vital N 120 X/mnt,

T 110/70 mmHg, RR 40 X/mnt,

klien masih menangis terus

A : masalah belum teratasi

P : intervensi no 1 – 4 masih

diteruskan, mrmasang NGT, lingkar

perut dan pasien dipuasakan.

Page 20: Askep NS

3. Diagnosa keperawatan 3.

Jam Implementasi Evaluasi

08.30

11.00

12.10

13.10

Klien muntah, mengatakan tidak mau makan,

perut terasa sakit, ascites dan meteorismus.

Hasil lab : kalium 3,7 (3,8-5,5) ; natirum 128

(136-144), kalsium 6,66 (8,1-10,4)

Memasang infus D5 ½ saline 1150 cc/24 jam

BAB mencret 3 kali, sedikit-sedikit arnaa

kehijauan

Klien dipuasakan, pasang NGT : keluar cairan

warna hijau kecoklatan 25 cc, bising usus

meningkat, lingkar perut 57 cm.

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan sakit perut dan

tidak mau makan

O : bising usus meningkat, puasa, infus

D5 ½ S 1150 cc/24 jam, NGT ada

keluar cairan hijau kecoklatan 25 cc.

A : masalah belum teratasi

P : intervensi no 2 –4 masih diteruskan.

4. Diagnosa keperawatan 4.

Jam Implementasi Evaluasi

08.00

08.30

12.00

Memperkenalkan diri kepada

pasien ,emnanyakan kondisinya hari ini, klien

masih menangis, ibu mengatakan semalam

menangis terus, rewel dan tidak mau tidur.

Saat disuntik klien berontak, mengatakan tidak

mau, menanyakan kepada ibu siapa lagi yang

terdekat dengan klien (menurut ibu bude-nya).

Melibatkan ibu untuk memasang termometer :

pasien tenang

Menjelaskan kepada ibu agar selalu ada yang

menunggu klien agar ia tidak bertambah takut

Pukuil 14.00

S : pasein mengatakan tidak mau pada

saat akandisuntik

O : sering menangis, rewel dan

berontak

A : masalah kecemasan anank belum

teratasi

P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan.

Tanggal 18 April 2002

1. Diagnosa keperawatan 1.

Jam Implementasi Evaluasi

08.25

11.15

BAK 24 jam 250 cc

Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv

Tanda vital : N 120X/mnt, T 100/60 mmHg, RR

32 X/mnt.

Mengobservasi : ronki pada kedua paru, oksigen

nasal 2 L/menit, edem palpebra, kedua tungkai,

ada ascitees, bising usus 37 x/menit,

meteorismus, lingkar perut 55 cm dan vena

abdomen menonjol.

Pukuil 14.00

S : ---

O : BB 15,5 kg, edema palpebra,

tungkai kanan dan kiri serta ascites,

lingkar perut 55 cm, hasil BOF

kesimpulan meteorismus

A : masalah kelebiahn volume cairan

belum teratasi

P : intervensi no 1 – 6 masih

2

Page 21: Askep NS

11.45

13.30

Foto BOF ulang

Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 115/75

mmHg, RR 35 X/mnt

Jumlah urine 100 cc, input 250 cc, balans : :

kelebihan 150 cc

diteruskan.

2. Diagnosa keperawatan 2.

Jam Implementasi Evaluasi

08.00 Ibu mengatakan anak sudah tidak terlalu sakit

pada pe perutnya, saat dipegang perutnya anak

lebih tenang dari hari kemarin, skala 7-8

Lingkar perut 55 cm, masih ascites, meteorismus,

bising usus 37 x/menit, cairan keluar dari NGT

warna kehijauan (25 cc/24 jam), flastus ada.

Pukuil 14.00

S : anak kadang masih mengeluh sakit

jika perut agak ditekan

O : skala 7 – 8, bising usus 37 x/mnt,

meteorismus, tanda vital N 110

X/mnt, T 115/75 mmHg

A : masalah belum teratasi

P : intervensi diteruskan,

3. Diagnosa keperawatan 3.

Jam Implementasi Evaluasi

10.15

12.30

Infus D5 ½ saline 1500 cc/24 jam, dicoba minum

sedikit-sedikit, NGT ditutup, tidak mual.

Menjelaskan kepada ibu bahwa anak boleh

dicoba minum sedikit-sedikit, bila muntah

dihentikan

Ibu mengatakan tadi pagi klienmencret dua kali

warna hijau kecoklatan, ada flastus.

Mengobservasi bising usus 37 x/menit, lingkar

perut 55 cm.

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan sudah memberi

minum 5 sendok

O : bising usus dan flastus ada, mencret

dua kali, masih minum sedikit –

sedikit, infus D5 ½ S 1500 cc/24

jam,.

A : masalah nutrisi kurang belum

teratasi

P : intervensi diteruskan.

4. Diagnosa keperawatan 4.

Jam Implementasi Evaluasi

09.45

11.00

11.30

Anak rewel, minta jalan-jalan, menjelaskan

kepada ibu agar anak digendong sebentar,

mungkin anak rewel karena bosan harus

berbaring terus

Saat didekati perawaat anak tidak lagi

berontak.

Keluarga berkunjung, ada yang membawakan

boneka : anak mulai bermaian dengan

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan anak minta jalan-jalan

dan kalau tidak dituruti akan mengamuk

O : saat akan diperiksa anak menangis dan

tidak mau, mulai bermain dengan

bonekanya, saat didekati perawat anak

tidak berontak

A : masalah kecemasan anak mulai teratasi

3

Page 22: Askep NS

bonekanya.

Saat akan dilakukan pengukuran suhu dan

tekanan darah klien mengatakan tidak mau

dan menangis

sebagian

P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan.

Tingkatkan kunjungan dan komunikasi

pada klien

Tanggal 19 April 2002

1. Diagnosa keperawatan 1.

Jam Implementasi Evaluasi

08.30

09.00

10.15

12.15

13.30

BAK 24 jam 500 cc

Tanda vital : N 110X/mnt, T 100/60 mmHg, RR

24 X/mnt.

Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada

palpebra, kedua tungkai, kedua lengan dan ada

ascitees, lingkar perut 53 cm dan BB 15,5 kg.

Memberikan injeksi lasix 18 mg/iv

Melaksanakan advis dokter infus aminofusin 200

cc/hari, D5 ½ saline 1200 cc/24jam.

Mengukur tanda vital : N 105 X/mnt, T 110/70

mmHg, RR 25 X/mnt, ibu mengatakan anak

mulai membaik dan ingn cepat pulang,

menjelaskan kepada ibu bahwa perawatan klien

dengan kasus seperti ini memerlukan kesabaran,

sehingga perawatan dapat diberikan secara tuntas.

Balans cairan kelebihan 75 cc

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan anak mulai tampak

membaik

O : edema palpebra, lengan dan ascites,

lingkar perut 53 cm, BB 15,5 kg,

tidak ada ronki, tanda vital N 105

x/mnt, T 100/70 mmHG, RR 25

X/menit

A : masalah kelebihan volume cairan

teratasi sebagian

P : intervensi diteruskan.

2. Diagnosa keperawatan 2.

Jam Implementasi Evaluasi

09.00 Ibu mengungkapkan keluhan sakit perut anaknya

sudah berkurang

Mengobservasi : Lingkar perut 53 cm, masih

ascites, bising usus 35 x/menit, meteorismus, saat

dipalpasi anak tidak menunjukan wajah

kesakitan, skala 1 – 3.

Pukuil 14.00

S : ibu mengungkapkan keluhan sakit

perut pada anaknya sudah berkurang

O : bising usus 35 x/mnt, meteorismus,

dan masih ascites

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan,

3. Diagnosa keperawatan 3.

Jam Implementasi Evaluasi

08.45

09.10

Iibu mengatakan pagi ini anak BAB mencret 1

kali dan tidak muntah, tidak mual.

Mengobservasi bising usus 35 x/menit, lingkar

perut 53 cm, masih ascites, infus aminofusin 200

cc/hari dan D5 ½ saline 1200 cc/hari

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan pagi ini BAB 1 x

mencret, itdak muntah

O : bising usus dan flastus ada, BB

15,5 kg, lingkar perut 53 cm, infus

4

Page 23: Askep NS

12.30 Tidak ada muntah jalan lancar.

A : masalah nutrisi kurang belum

teratasi

P : intervensi diteruskan.

4. Diagnosa keperawatan 4.

Jam Implementasi Evaluasi

09.00 Anak tampak tenang, jiak ditanaya dapat

mengatakan yan dan tidak, saat akan

diberikan injeksi dan dikatakan kalau

suntikan lewat slang, klien tidak mengatakan

takut dan tidak berontak. Klien bermain

dengan boneka.

Pukuil 14.00

S : ---

O : anak menjawab saat ditanaya, mulai

kooperatif dengan tindakan keperawatan,

tampak bermain dengan bonekanya

A : masalah kecemasan anak teratasi

P : intervensi dihentikan

Tanggal 20 April 2002 (Sabtu)

Catatan dari status

S : tidak ada nyeri peut, muntah dan BAB juga tidak ada, BAK dan flastus

positif.

O : kompos mentis, edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun,

lengan, tidak ada ronki dan whezeeng, BB 16 kg, masih ascites, bising

usus postif dan normal, distensi menurun, masih meteorismus, tidak ada

nyeri tekan.

Terapi : infus D 5 % 50 cc/hari, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 18 mg iv,

diet TKTPRG 1200 cc + 32 gram protein, diet sonde tiap 2 jam 20 cc,

susu tiap 1 jam 10 cc.

Tanggal 21 April 2002 (Minggu)

Catatan dari status

S : BAB positif, tidak ada nyeri peut, muntah, tidak rewel dan flastus positif.

O : edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun, lengan, tidak ada

ronki dan whezeeng, BB 15 kg, masih ascites, bising usus postif dan

normal, N 109 x/mwnit, T 105/70 mmHg, RR 27 X/menit, abdomen

supel.

5

Page 24: Askep NS

Terapi : infus habis lepas, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 16 mg iv, kalk 3

X 1 (po), prednison 3-2-2 (po), diet sonde 1250 kkal + 30 gram protein

tiap 2 jam 20 cc, susu tiap 1 jam 20 cc.

Tanggal 22 April 2002

1. Diagnosa keperawatan 1.

Jam Implementasi Evaluasi

08.45

09.15

11.50

12.30

BAK 24 jam 550 cc, BB 15 kg.

Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada

palpebra, lingkar perut 50 cm dan supel.

Menjelaskan kepada ibu minum per oral susu # X

200 cc, air putih maksimal 1 L/hari.

Memberikan injeksi Lasix 16 mg iv

Mengukur tanda vital : N 100 X/mnt, T 115/70

mmHg, RR 22 X/mnt

Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 110/75

mmHg, RR 22 X/mnt

Bak 250 CC

Balans cairan

Cm = 250 CC

Ck = 300 cc selisih 50 cc

Pukuil 14.00

S : ---

O : edema periorbita, asicites menurun,

supel, lingkar perut 50 cm, balans

cairan (-) 50 cc, hasil lab : urine

ginjal mikroskopis albumin (=) 4,

urin e profil : protein 150 mg/dl (+

+), pH 8,0 dan Sg 1,010

A : masalah kelebihan volume cairan

teratasi sebagian

P : intervensi 1 – 6 diteruskan.

2. Diagnosa keperawatan 3.

Jam Implementasi Evaluasi

08.40

12.30

Perut supel, flastus positif, bising usus 27

x/menit, BAB 1 kali agak lembek,

Klien makan bubur kasar/nasi lunak habis 1 porsi

Terapi : diet nasi lunak 1300 kkal, 32 gram

protein, bubur kasar 3 x/hari, susu 3 X 200 cc

Klien makan nasi, lauk dan sayur habis 1

porsi, ibu mengatakan sejak kecil tidak

begitu suka dengan susu sehingga saat ini

sulit minum susu. Ibu juga mengatakan

klien makan sudah habis 1 porsi, tidak

ada muntah dan menceret.

Pukuil 14.00

S : ibu mengatakan kien tidak muntah,

mencret dan setiap kali makan

selalu habis

O : bising usus 20 x/mnt, flastus positif,

ascites menurun, perut supel, hasil

lab. Total protein 5,4 g% (6,20-8) ;

albumin 3,2 gr% (3,6-5) dan

globulin 2,2 gr% (2,6-3)

A : masalah nutrisi teratasi sebagian

P : intervensi 1 – 4 diteruskan

6

Page 25: Askep NS

DAFTAR PUSTAKA

Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.

Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa,

EGC, Jakarta

Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta

Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta

Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI,

Jakarta.

-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA,

Surabaya.

Page 26: Askep NS

BAB 2

TINJAUAN TEORI

1.3 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)

1. Pengertian.

2. Etiologi

b. Nefrotic syndrome bawaan.

c. Nefrotic syndrome sekunder

d. Nefrotic syndrome idiopatik

e. Sklerosis glomerulus.

Page 27: Askep NS

3. Patofisiologi.

1.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome

Glomerulus

Permiabilitas glomerulus

Porteinuria masif

Aliran

darah ke

ginjal

Edema

Etiologi :- autoimun- pembagian

secara umum

Resiko tinggi infeksi

HipoproteinemiaHipoalbumin

Sintesa protein

hepas

Hiperlipidemia

Hipovolemia

Volume

plasma

Retensi natrium renal

Tekanan onkotik

plasma

- Gangguan volume

cairan lebih dari kebutuhan

Sistem imun menurun

Malnutrisi

Gangguan nutrisi

Sekresi

ADH

Reabsorbsi

air dan

natrium

Pelepasan

renin

Vasokonstriksi

Efusi pleura

Sesak

Penatalaksanaan

HospitalisasiTirah baring

Diet

Kecemasan

anak dan

orang tua

Kurang

pengetahuan :

kondisi,

prognosa dan

program

Ketidapatuhan

Resti gangguan pemeliharaan

kesehatan

Intoleransi

aktivitas

2

Page 28: Askep NS

1. Pengkajian

2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein

sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.

b. Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan

malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu

makan.

c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang

menurun.

d. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang

asing (dampak hospitalisasi).

3