askep nyeri

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Asuhan Keperawatan merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (A. Aziz Alimun.hidayat,2005). 1.2 Rumusan Masalah Ada beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu antara lain : a. apa saja konsep teoritis dari nyeri ? 1

Upload: wikeo-dwi-febri-riansyah

Post on 10-Sep-2015

70 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Perbaiki kesalahan yang ada dalam asuhan keperawatan nyeri... oke

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangNyeri merupakan Perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain, mencakup pola fikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan perubahan hidup seseorang. Asuhan Keperawatanmerupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan dan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (A. Aziz Alimun.hidayat,2005).1.2 Rumusan MasalahAda beberapa rumusan masalah dalam makalah ini yaitu antara lain :

a. apa saja konsep teoritis dari nyeri ?

b. bagaimana asuhan keperawatan tentang nyeri ?1.3 Tujuan PenulisanAda beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu ;a. untuk mengetahui apa saja konsep teoritis dari nyeri

b. untk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan tentang nyeri ?BAB IITINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Teoritis

1. Pengertian Nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri:

a. International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

b. Mc. Coffery (1979) mendefinisikan, nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.

c. Wolf Weifsel Feurst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

d. Arthur C. Curton (1983), nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

e. Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis dan emosional. 2. Teori nyeri.Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :a. Teori pemisahan (specificity theory).

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori pola (pattern theory).

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.

c. Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.

d. Teori transmisi dan inhibisi.

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif.

3. Intervensi.Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut:a. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.b. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman. c. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.d. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.e. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah.4. Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut A bermielin halus bergaris tengah 2-5 m, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut A berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan poster olateral dari talamus. Dari sini impuls di teruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.5. Patofisiologi

Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut : Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat.

Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus (Corwin, 2000 : 225). Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti (Corwin, 2000 : 225). Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan dengan nyeri (Corwin, 2000 : 225).6. WOC

7. Menifestasi KlinisAdapun manifestasi klinis dari nyeri yaitu :

a. gangguan tidur

b. posisi menghindari nyeri

c. gerakan menghindari nyeri

d. raut wajah kesakitan ( menangis, merintih )

e. perubahan nafsu makan

f. tekanan darah meningkat

g. nadi meningkat

h. pernafasan meningkat

i. depresi, frustasi

8. KomplikasiKomplikasi yang terjadi pada nyeri yaitu :

a. Edema Pulmonalb. Kejangc. Masalah Mobilisasid. Hipovolemike. Hipertermi9. Penatalaksanaan Medis

Perawat berperan dalam mengidentifikasi dan mengatasi penyebab nyeri serta memberikan intervensi yang tepat untuk mengurangi nyeri sehingga sangat penting bagi perawat untuk mengetahui intervensi yang tepat dalam mengurangi nyeri. Secara umum, penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu penatalaksanaan nyeri secara farmakologi dan non farmakologi.10. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan (Berman,et al.2009). Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman,et al.2009).Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi nyeri lainnya (Berman,et al.2009).11. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi

a. Stimulasi dan masase kutaneus.

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan relaksasi otot(Smeltzer dan Bare, 2002).b. Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit(Smeltzer dan Bare, 2002).c. Trancutaneus electric nerve stimulation

Trancutaneus electric nerve stimulation(TENS)menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri kronis(Smeltzer dan Bare, 2002).d. Distraksi

Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak(Smeltzer dan Bare, 2002).e. Teknik relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri(Smeltzer dan Bare, 2002).f. Imajinasi terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan(Smeltzer dan Bare, 2002).g. Hipnosis

Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu.

2.2 Asuhan Keperawatan1. Pengkajian

a. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klienb. Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif. Hal Hal Yang Perlu Dikaji Karakteristik Nyeri (PQRST) :a. P (Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri

b. Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat

c. R (region) : daerah perjalanan nyeri

d. S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri

e. T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyer

Hal-Hal Yang Perlu Dikaji :a. LokasiUntuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan area nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri.b. Intensitas nyeriPenggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya untuk menetukan intensitas nyeri pasien.c. Kualitas nyeriTerkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya. Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.

d. PolaPola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.

e. Faktor presipitasiTerkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh, aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.

f. Gejala yang menyertai

Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare. Gejala tersebut dapat disebabkan awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari. Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian klien akan membantu perawat memahami perspektif klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri adalah tidur, napsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan interpersonal, hubungan pernikahan, aktivitas dirumah, aktivitas diwaktu senggang serta status emosional.

g. Sumber koping

Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya atau pengaruh agama atau budaya.h. Respon afektif

Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat, dan durasi nyeri, interpretasi tentang nyeri, dan banyak factor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada klien.

i. Observasi respon perilaku dan fisiologisRespon non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigiti bibir bagian bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri. Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi (misalnya erangan, menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (misalnya menendang-nendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur), dll.1) Sedangkan respon fisiologis untuk nyeri bervariasi, bergantung pada sumber dan durasi nyeri.2) Pada awal awitan nyeri akut, respon fisiologis dapat meliputi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan, diaphoresis, srta dilatasi pupil akibat terstimulasinya system saraf simpatis.3) Akan tetapi, jika nyeri berlangsung lama, dan saraf simpatis telah beradaptasi, respon fisiologis tersebut mungkin akan berkurang atau bahkan tidak ada. Karenanya, penting bagi perawat untuk mengkaji lebih dari satu respon fisiolodis sebab bisa jadi respon tersebut merupakan indicator yang buruk untuk nyeri.2, Diagnosa Keperawatan

Menurut nanda ( 2009-2011 ), diagnosis keperawatan untuk klien yang mengalami nyeri:

a. Nyeri akut

b. Nyeri kronisDiagnosaa. Nyeri akut b.d injuri fisik, pengurangan suplai darah, proses melahirkanb. nyeri kronik b.d proses keganasanc. Cemas b.d nyeri yang dirasakand. Koping individu tidak efektif b.d nyeri kronike. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri muskuloskeletalf. Resiko injuri b.d kekurangan persepsi terhadap nyerig. Perubahan pola tidur b.d low back pain

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan yang dibuat untuk klien nyeri diharapkan berorientasi untuk memenuhi hal-hal berikut:

a. Klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri.b. Klien melaporkan adanya peningkatan rasa nyaman. c. Klien mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki.d. Klien mampu menjelaskan faktor-faktor penyebab nyeri.e. Klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri saat dirumah.1) Proses Terjadinya Nyeri

Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem Serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut A bermielin halus bergaris tengah 2-5 m, dengan kecepatan hantaran 6-30 m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2 m, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut A berperan dalam menghantarkan "Nyeri cepat" dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan "nyeri Lambat" dan menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat nyeri terletak di talamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke nukleus posteromidal ventral dan poster olateral dari talamus. Dari sini impuls di teruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.

2) Klasifikasi Nyeria. Nyeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu, dibagi menjadi nyeri akut dan nyeri kronisa) Nyeri Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh nyeri trauma

b) Nyeri Kronis adalah nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan Tempat terjadinya nyeria) Nyeri Somatik adalah Nyeri yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk

b) Nyeri Visceral adalah nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma di hati atau paru-paru.

c) Nyeri Reperred : nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri, contoh nyeri angina. c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeria) Nyeri Nosiseptis adalah Nyeri yang kerusakan jaringannya jelas

b) Nyeri neuropatik adalah nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. Contohnya Nyeri yang diakitbatkan oleh kelainan pada susunan saraf.4. ImplementasiNama : Tn. K

Masalah : gangguan rasa nyaman nyeri pada perut bagian bawah sebelah kananTabel 1TanggalJamNoActionRespon

26 Juli 201014.001Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan cara 3S (senyum, sapa, sentuh)1. keluarga pasien dan pasien ramah serta kooperatif

14.302Melakukan tindakan TTV dengan hasil :

TD : 120/80 mmHg

N : 75 x/menit

S : 36,5oC

RR : 24 x/menit2. pasien bersedia untuk diperika dan kooperatif

14.403Melakukan monitoring terhadap nutrisi yang dibutuhkan oleh pasien3. pasien memperhatikan dan mau bekerja sama dengan perawat

14.454Membantu pasien dalam kebersihan badan, mulut, rambut dan kuku4. keluarga pasien bersedia menceritakan makanan yang dikonsumsi oleh pasien baik di rumah maupun di rumah sakit

15.005Membantu pasien makan dalam jumlah sedikit tapi sering5. pasien bersedia dan memperhatikan perawat

15.156Memberitahu pasien untuk istirahat yang cukup6. pasien kooperatif dan memenuhi permintaan perawat

15.307Memberikan dan menyiapkan terapi obat sesuai advis dokter / tim medis

Ranitidin 11 gr(Inj.) 1 ampul

Acran 11 gr(Inj.) 1 ampul

Infus Rl 7 tetes/menit

Cefotaxime 31 gr tablet oral

Caprob 21 ampul/IV drip

Tomit 21 ampul/IV drip7. pasien merasa tenang dan kooperatif

Tabel 2.TanggalJamNoActionRespon

27 Juli 201007.001Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan cara 3S1. pasien dan keluarga kooperatif

08.002Melakukan observasi TTV :

TD : 130/90 mmHg

S : 37oC

N : 82 x/menit

RR : 24 x/menit2. pasien bersedia diperika dan kooperatif

08.153Melakukan dan merapikan tempat tidur pasien3. pasien merasa nyaman dan rileks

08.304Menyajikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering4. pasien bersedia dan bekerja sama dengan baik serta keluarga

09.005Menyiapkan dan memberi obat sesuai tetapi tim medis yaitu

Acran 11 gram (inj) 1 ampul

Ranitidin 11 gram (inj) 1 ampul5. pasien kooperatif dan merasa nyaman

09.306Memberitahu pasien untuk istirahat yang cukup6. pasien kooperatif

Catatan PerkembanganNama : Tn. K

NoTanggalDx keperawatanPerkembangan

126-07-2010Gangguan rasa nyaman nyeriS : pasien mengatakan nyeri pada perut

O : K/U lemah

Kesadaran komposmentis

TTV :

TD : 120/90 mmHg

N : 79 x/menit

RR : 24 x/menit

S : 36,5oC

Terpasang infus Rl dan transfusi porsi makan : 2 sendok sesering mungkin

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Mengkaji skala nyeri

Observasi TTV

Laksankan program pengobatan

Acran 31 gr

Ranitidin 21 gram (1 inj)

227-07-2010Gangguan rasa nyaman nyeriS : pasien mengatakan nyeri berkurang

O : K/U lemah

Kesadaran komposmentis

TTV :

TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 36oC

RR : 22 x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Mengkaji skala nyeri

Observasi TTV

Laksankan program pengobatan

Ranitidin 31 gram (1 inj)

Acran 31 gr

terpasang infus Rl saja porsi makan 2 sendok tapi sering

328-07-2010Gangguan rasa nyaman nyeriS : pasien mengatakan nyeri berkurang, nafsu makan bertambah sedikit

O : K/U lemah

Kesadaran komposmentis

TTV :

TD : 130/90 mmHg

S : 37oC

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Mengkaji skala nyeri

Observasi TTV

Laksankan pengobatan

Acran 31 gram (injk)

Ranitidin 21 gram (injk)

Deksal 21 gram (injk)

429-07-2010Gangguan rasa nyaman nyeriS : pasien mengatakan nyeri berkurang, nafsu makan bertambah sedikit

O : K/U membaik

Kesadaran komposmentis

TTV :

TD : 120/90 mmHg

N : 78 x/menit

S : 37oC

RR : 24 x/menit

Terpasang infus RL porsi makan sudah banyak

A : masalah teratasi sebagian

P : intervensi dilanjutkan

Mengkaji status nyeri

Observasi TTV

Laksankan pengobatan

Acran 31 gram (injk)

Ranitidin 21 gram (injk)

5. EvaluasiEvaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan dalam respon rangsangan nyeri, diantaranya: klien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, mampu mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki, mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan batas waktu dan kondisi pasien maka diharapakan :

a. pasien menunjukan wajah rileksb.pasien dapat tidur atau beristirahatc. pasien mengatakan skala nyerinya berkurang.NoTanggal / JamDiagnosis KeperawatanEvaluasi

129 Juli 2010

Gangguan rasa nyaman nyeriS : Pasien mengatakan nyerinya sudah berkurang

O : Keadaan umum : lemah

Kesadaran composmentis

GCS : 4, 5, 6

Tanda-Tanda Vital

TD : 130/90 mmHg

S : 37oC

N : 80 x/menit

RR : 24 x/menit

A : masalah teratasi

P : intervensi dihentikan pasien pulang

BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

B.SaranBagi mahasiswa diharapakn dengan adanya makalah asuhan keperawtan ini dapat membantu dalam membuat makalah asuhan keperawtan tentang nyeri, dan memperbanyak pengetahuan dari berbagai refrensi lainnya. Bagi perawat diharapkan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tidak hanya sebagai pemberi asuhan keperawatan namun juga berperan aktif dalam mencegah akan terjadinya suatu penyakit. Bagi dunia keperawatan diharapakan kita sebagai tenaga kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan semaksimal mungkin, dan meningkatkan kualitas perawat yang lebih bermutu.

DAFTAR PUSTAKAAziz, Alimul Hidayat , S.Kep., 2006 : 218

Aziz, Alimul Hidayat, 2008 : 1

Sudoyo WA, Setyo Hadi B, Alwi I, dkk.Ilmu Penyakit dalam Edisi Ke-5,Jakarta Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 2009

Djojobiroto Dr. Respirologi Jakarta DE, 2007 : 64 68)

Price, Sylvia Anderson dan Loraine MW,Patofisiologi Vol. I Edisi 6,Jakarta : EGC, 2005

Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009.Buku Ajar Praktik keperawatan Klinis Kozier Erb.Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.8thEd. Jakarta: EGC.

23