askep paru klpok i asnul
DESCRIPTION
Askep Paru Klpok I ASNULTRANSCRIPT
KEPERAWATAN MEDIKAL BEBAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN PNEUMOTORAK
DI IRNA NON BEDAH II PARU RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
DARI TANGGAL 2-7 JULI 2013
OLEH:
ASNUL HAMDI,S.KEP
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia sehingga kelompok I.2
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan
Pneumotorak di IRNA NON Bedah II Paru RSUP DR. M.DJAMIL PADANG”
Pada kesempatan ini kelompok mengucapkan terima kasih kepada pembimbing
akdemik dan pembimbing klinik yang dengan penuh perhatian dan kesabaran
mengarahkan dan membimbing kelompok dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak untuk perbaikan dimasa yang akan datang
Kelompok mengharapkan makalah ini dapat member manfaat bagi kelompok dan
pembaca.
Padang, Mei 2013
Kelompok I.2
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pneumotorak adalah keluarnya udara dari paru yang cedera kedalam ruang
pleura. Pneumotorak terjadi bila lubang dalam dinding dada cukup besar untuk
memungkinkan udara mengalir dengan bebas masuk dan keluar rongga toraks
bersama setiap upaya pernafasan. Karena dorongan udara melalui lubang dalam
dinding dada menghasilkan bunyi (Brunner &Suddarth, 2001).
Pneumotorak menyebabkan tekanan dalam rongga pleura negative selama
siklus respirasi berlangsung. Tekanan negative tersebut di sebabkan ole
pengembangan dada, jaringan paru mempunyai kecendrungan menjadi kolaps karena
sifat yang elastic, bila ada kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura, udara akan
berpindah dari alveoli ke rongga pleura sampai terjadi tekanan yang sama atau
sampai kebocoran tertutup sehingga akan kolaps, karena sifat paru yang elastic, hal
yang sama terjadi bila terdapat hubungan langsung (kebocoran) antara dinding dada
dengan rongga pleura (Arief, 2010).
Di Olmsted country, Minnesota Amerika Meiton et al melakukan penelitian
penelitian selama 25 tahun pada pasien yang terdiagnosis sebagai pneumotorak,
didapatkan 75 % karena trauma, 102 pasien karena iatrogenic dan sisa nya 141 pasien
karena pneumotorak spontan. Dari 141 pasien tersebut 77 pasien PSP dan 64 pasien
PSS. Pada pasien dengan pneumotorak spontan didapatkan angka incident sebagai
berikut: PSP terjadi pada 7,4 per 100.000 pertahun untuk pria dan 2,0 per 100.000
tahun untuk wanita (Barmawy, 2008).
Data di Indonesia mengenai gambaran epidemiologi belum banyak,
penelitian Chandra (2007) menyebutkan bahwa insiden terbanyak di Indonesia adalah
decade I, II, dan III (usia diatas 40 tahun) dengan jumlah penderita laki-laki
1
terbanyak. Sedangkan penelitian di bandung menyebutkan bahwa perbandingan laki-
laki dan wanita 5:1 dengan usia rata-rata 40 tahun keatas. Namun demikian
pneumotorak dapat berlanjut menjadi gagal nafas akibat kelemahan otot pernafasan
dan bisa berlanjut kepada kematian. Oleh karena itu penderita pneumotorak
memerlukan pengawasan dan perawatan yang baik untuk mempercepat penyembuhan
dan mencegah terjadinya komplikasi. Pengetahuan dan keterampilan perawat
khususnya asuhan keperawatan pada penderita pneumotorak sangat penting untuk
meningkatkan asuhan keperawatan yang professional (Destu, 2010)
Di RSUP Dr. M. Djamil Padang khususnya bangsal paru ada ditemukan
pasien dengan pneumotorak. Menurut angka kejadian penyakit paru dari tahun 2006-
2010 diruang paru RSUP DR. M.Djamil padang kejadian pneumotorak terdapat 178
orang. berdasarkan pengamatan mahasiswa praktek profesi keperawatan STIKes
Mercubaktijaya Padang dari tanggal 2-7 Juli 2013 diruang paru menemukan klien
yang terdiagnosa pneumotorak.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas
tentang pneumotoraks dirawat inap Irna Non bedah II bangsal paru RSUP Dr.
M.Djamil Padang.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumotorak di
Ruang Rawat Inap Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep teoritis pneumotorak
b. Dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan pneumotorak
c. Dapat merumuskan diagnose keperawatan pada pasien dengan pneumotorak
2
d. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
pneumotorak
e. Dapat melakukan implementasi pada pasien dengan pneumotorak
f. Dapat melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan pneu
3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Defenisi
a. Pneumotorak adalah adanyan udara dalam raongga pleura. Biasanya
pnemotorak hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat
dapat ditemukan pnemotorok bilateral. (Halim danusantoso, 2000)
b. Pneumutorak adalah adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya
pleura (Silvia. A Price, 2002)
c. Pneumotorak adalah keluarnya udara dari paru yang cedera kedalam rongga
pleural (Dieane C Baughman, 2000)
2. Klasifikasi Dan Etiologi
Berdasarkan penyebabnya pnemutorak dapat dibagi atas :
a. Pneumotorak Traumatik
Pneumutorak traumatik yaitu pneumotorak yang terjadi akibat penetrasi
kedalam rongga pleura karena luka tembus, luka tusuk, leka tembak atau
tusukan jarum.
Pneumaotorak traumatik dibagi 2 jenis yaitu :
1. Pneumotorak traumatik bukan latrogenik
Pneumotorak traumatik bukan latrogenik adalah pneumotorak yang
terjadi karena jejas kecelakaan misalnya : jejas dada terbuka/tertutup,
barotrauma.
2. Pneumatorak traumatik Iatrogenik
Pneumotorak yang terjadi akibat tindakan oleh tenaga medis.
Pneumotorak traumatik Iatrogenik aksidrntal
Pneumotorak yang terjadi pada tindakan medis karena
kesalahan/komplikasi tindakan tersebut,misalnya pada tindakan
4
biopsi pleural, biopsi transbronkial biopsi/aspirasi paru perkutaneus,
barotrauma.
Pneumatorak traumatik Iatrogenik artifisial (deciberate)
Peumotorak yang sengaja dikerjakan dengan cara mengisi udara
kedalam pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxuell Box
biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era antibiotik) atau
untuk menilai permukaan paru.
b. Pneumotorak Spontan
Pneumotorak spontan adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu pneumotorak yang terjadi secara tiba-tiba dan tak
terduga atau tanpa penyakit paru-paru yang mendasarinya, penumotorak
spontan ini dapat menjadi 2 yaitu :
i. Pneumotorak spontan primer
Pneumotorak spontan primer adalah suatu pneumotorak yang terjadi
adanya penyakit paru yang mendasari sebelumnya umumnya pada
individu sehat, dewasa muda, tidak berhubungan dengan aktivitas belum
diketahui penyebabnya.
ii. Pneumotorak spontan sekunder
Pneumotorak spontan sekunder adalah suatu pneumotorak yang terjadi
adanya riwayat penyakit paru yang mendasarinya (pneumotorak, asma
bronkial, TB paru, tumor paru dll). Pada klien pneumotorak spontan
sekunder bilateral, dengan resetasi torakoskopi dijumpai metastasis paru
yang primernya berasal dari sarkoma jaringan lunak du luar paru.
(Silvia A Price, 2002)
5
3. Anatomi dan Fisiologi
Saluran pernafasan ada 2 yaitu:
i. Saluran pernafasan atas
a. Hidung
Hidung merupakan rongga segitiga yang mempunyai batas:
Sebelah atas : tulang hidung
Sebelah bawah : os palatum
Sebelah depan : lubang hidung
Fungsi hidung:
1) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu
hidung
3) Dapat mengahangatkan udara pernafasan di mukosa
4) Membunuh kuman yang masuk bersama-sama udara
5) Sebagai alat penciuman yang terletak di puncak hidung
b. Faring (kerongkongan)
Merupakan persimpangan antara saluran pernafasan dan saluran
pencernaan yang di lapisi selaput lendir (mukosa) yang dibawahnya
terdapat otot faring yang berguna untuk menelan.
Rongga faring berhubungan dengan rongga telinga tengah melalui
suatu saluran yang disebut tuba eustachius.
c. Laring (tenggorokan)
Merupakan saluran udara yang bertindak sebagai pembentukan suara,
terletak didepan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis
dan masuk dalam trakea dibawahnya pangkal tenggorokan ini di tutup
oleh epiglotis yang terdiri dari tulang-tulang yang berfungsi pada
waktu kita menelan makanan menutup laring.
6
d. Trakea
Berbentuk huruf C dihubungkan oleh jaringan ikat dan otot polos,
panjangnya kira-kira 11,2cm dan lebar 2-2,5, trakea dilapisi oleh
selaput lendir yang mempunyai epitel thorak berbulu getar yang selalu
basah karena ada kelenjer mukosa. Bila terjadi peradangan maka
produksi kelenjer ini meningkat yang akan menjadi sputum, selain itu
juga untuk menyaring debu-debu yang yang halus dari udara
pernafasan.
ii. Saluran pernafasan bawah
a. Bronkus
Merupakan lubang trakea setinggi vertebra thorakalis lima yaitu
setinggi bronkus kiri dan kanan. Bronkus di bentuk oleh cincin tulang
rawan dan lebih panjang sedangkan bronkus kanan lebih lebar dan
pendek
b. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang menjadi bronkiolus mengandung
kelenjer yang memproduksi lendir yang terbentuk untuk melapisi
bagian dalam jalan nafas
c. Alveolus
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
d. Paru-paru
Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut, terletak didalam
rongga dada yang terdiri dari paru-paru kiri dan paru-paru kanan.
4. Manifestasi Klinis
1. Dispnea (jika luas)
2. Nyeri pleuritik hebat
3. Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami pneumotorak
7
4. Takikardia
5. Sianosis (jika luas)
6. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
7. Perkusi hipersonor diatas pneumotorak
8. Perkusi meredup diatas paru-paru yang kollaps
9. Suara napas berkurang pada sisi yang terkena
10. Premitus vokal dan dada berkurang
(Silvia A Price, 2002)5. Patofisiologi
Pleura secara anatomis merupakan satu lapis mesoteral, ditunjung oleh
jaringan ikat, pembuluh-pembuluh dara kapiler dan pembuluh getah bening,
rongga pleura dibatasi oleh 2 lapisan tipis sel mesotelial, terdiri atas pleura
parietalis yang melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan kartilago,
diapragma dan menyusup kedalam pleura dan tidak sensitif terhadap nyeri.
Rongga pleura individu sehat terisi cairan (10-20ml) dan berfungsi sebagai
pelumas diantara kedua lapisan pleura.
a. Pneumotorak Spontan Primer
Pneumotorak spontan primer tejadi karena robeknya suatu kantong
udara dekat pleura viseralis. Penelitian secara patologis membuktikan
bahwa pasien pneumotorak spontan yang parunya dipesersi tampak
adanya satu atau dua ruang berisi udara dalam bentuk blab dab bulla.
Bulla merupakan suatu kantong yang dibatasi sebagian oleh pleura
fibrotik yang menebal sebagian oleh jaringan fibrosa paru sendiri dan
sebagian lagi oleh jaringan paru emfisematus. Blab terbentuk dari sautu
alveoli yang pecah melalui suatu jaringan intertisial kedalam lapisan
fibrosa tipis pleura viseralis yang kemudian berkumpul dalam bentuk
kista. Mekanisme pembentukan bulla/blab belum jelas, banyak pendapat
8
mengatakan terjadinya kerusakan bagian apeks paru akibat tekanan
pleura yang lebih negatif. Pada pnueumotorak spontan terjadi apa bila
dilihat secara patologis dan radiologis terdapat bulla di apeks paru.
Observasi klinik yang dilakukan pada pasien pneumotorak spontan
primer ternyata mendapatkan pneumotorak lebih banyak dijumpai pada
pasien pria berbadan kurus dan tinggi. Kelainan intrinsik jaringan
konektif mempunyai kecenderungan terbentuknya blab atau bulla yang
meningkat.
Bleb atau bulla yang pecah masihbelum jelas hubungan dengan
aktivitas yang berlebihan, karena pada orang-orang yang tanpa aktivitas
(istirahat) juga dapat terjadi pneumotorak. Pecahnya alveoli juga
dikatakan berhubungan dengan obstruksi check-valve pada salurana
napas dapat diakibatkan oleh beberapa sebab antara lain: infeksi atau
infeksi tidak nyata yang menimbulkan suatu penumpukan mukus dalam
bronkial/.
b. Pneumotorak Spontan Sekunder
Disebutkan bahwa terjadinya pneumotorak ini adalah akibat
pecahnya bleb viseralis atau bulla pneumotorak dan sering berhubungan
dengan penyakit paru yang mendasarinya. Patogenesis pneumotorak ini
umumnya terjadi akibat komplikasi asma, fibrsosis kistik, TB paru,
penyakit-penyakit paru infiltra lainnya (misalnya pneumotorak supuratif,
pneumonia carinci).
Pneumotorak spontan sekunder lebih serius keadaanya karena
adanya penyakit yang mendasarinya.
9
6. Komplikasi
Timbulnya infeksi sekunder pada fungsi toraks darurat maupun secara
akibat pemasangan WSD sangat ditakutkan. Infeksi dapat berupa empiema
ataupun abses paru (Halim Danusantoso, 2000).
Pneumotoraks tension (terjadi pada 3-5% pasien pneumotorak) dapat
mengakibatkan kegagalan respirasi akut, pro-pneumotorak, hidro
pneumotorak/ hemotorak, henti jantung dan kematian
7. Pemeriksaan Penunjang
i. Sinar X dada
Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural, dapat
menunjukkan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
ii. GDA
Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi gangguan
mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi. PCO2 kadang-
kadang meningkat, PO2 mungkin normal/ menurun, SaT O2 biasanya
menurun.
iii. Hb mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
i. Berikan oksigen konsentrasi tinggi untuk mengatasi hipoksi
ii. Ubah menjadi pneumotorak sederhana dengan memasukkan jarum
berdasarkan besar kedalam rongga pleura untuk menghilangkan
tekanan.
iii. Selang dada dimasukkan untuk membuang udara dan cairan yang
tersisa.
(Diane C Baughman, 2000)
10
b. Penatalaksanaan Non Medis
Penderita dianjurkan untuk istirahat total, dilarang untuk mengangkat
benda-benda berat, batuk, bersin terlalu keras, mengejan.
A. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Identitas Klien
Meliputi nama, No MR, umur, tanggal lahir, alamat, umur, tanggal masuk
rumah sakit, agama, status perkawinan, alamt, penanggung jawab, yang
mengirim, cara masuk rumah sakit, alasan masuk rumah sakit, alat bantu yang
dipakai, dll.
1) Riwayat Kesehatan
1. RKD
Biasanya klien mengalami sesak nafas sebelum masuk rumah
sakit, mempunyai riwayat penyakit pneumotorak, riwayat merokok dan
riwayat penyakit degeneratif
2. RKS
Biasanya klien mengeluh sesak nafas, Dispnea (jika luas), Nyeri
pleuritik hebat, Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami
pneumotorak, Takikardia, Sianosis (jika luas), Pergerakan dada
berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, Perkusi hipersonor
diatas pneumotorak, Perkusi meredup diatas paru-paru yang kollaps,
Suara napas berkurang pada sisi yang terkena, Fremitus vokal dan raba
berkurang.
3. RKK
Biasanya ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
klien,
11
2) Pemeriksaan fisik
1. TVV
TD= biasanya meningkat
N= biasanya meningkat
S=biasanya meningkat
P= biasanya meningkat
2. BB= biasanya menurun
TB= biasanya tetap
LILA= biasanya berkurang
3. Kepala
a) Rambut = biasanya berwarna hitam, lurus, tidak ada ketombe, biasanya
bersih, pada kepala tidak ada udema (benjolan)
b) Mata = mata simetris kiri dan kanan, visus normal, pupil isokor, sklera
tidak ikterik, konjungtiva anemis, kelopak mata tidak membengkak,
palpebra tidak udema
c) Hidung = bentuk normal, peradangan mukosa dan polip tidak ada,
penciuman normal
d) Telinga = pendengaran baik, simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen
dan cairan, alat bantu pendengaran tidak ada
4. Leher
Trakea tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan limfe
JVP 5-2 CmH2O
5. Thorak
I = biasanya asimetris kiri dan kanan, bagian yang terkena akan terlihat
lebih cembung
P = fremitus bagian yang terkena akan kurang dari bagian yang tidak
terkena
12
P = bagian yang terkena akan hipersonor
A = ada bunyi tambahan, ronki +/+
6. Jantung
I = biasanya ictus cordis tidak terlihat
P = ictus teraba di RIC V
P = batas jantung jelas, daerah aorta linea sternalis daerah RIC II, daerah
pulmonalis pada linea sternalis sinistra dextra RIC II, daerah trikuspidalis
pada linea sternalis dextra RIC III daerah mitral RIC V sinistra
A = irama jantung teratur
7. Abdoment
I = biasanya tidak membuncit
P = hepar dan lien tidak teraba
P = tympani
A = Bising usus Normal
8. Ekstremitas
Kekuatan otot : baik, clabbing finger -/-, CRT < 2 detik, sianosis tidak ada
I = kekuatan otot baik
P = tidak ada udema
9. Integument
I = warna kulit sao matang
P = elastisitas kulit berkurang
10. Neurologis
Status mental: kesadaran biasanya CMC
Saraf kranial: tidaka ada gangguan pada syaraf kranial pasien
Reflek fisiologis: positif (+)
Reflek patologis: negatif (-)
13
11. Mamae
Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
12. Urogenital: bersih, tidak ada pengeluaran
13. Anus: tidak ada luka lecet pada anus klien
3) Aktivitas sehari-hari
1. Aktivitas/ istirahat
Disnea dengan aktivitas/ istirahat
2. Sirkulasi
Takikardia, nadi apikal berpindah oleh adanya penyimpangan
mediastinal dengan tegangan pneumotorak, TD hipotensi/ hipertensi
3. Makanan dan cairan
Adanya pemasangan infus melalui intra vena, anoreksia
4. Nyeri/ kenyamanan
Nyeri dada unilateral, timbul tiba-tiba gejala batuk, tegangan
pneumotorak spontan
5. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk, peningkatan frekuensi pernafasan, peningkatan
kerja nafas, bunyi nafas menurun
6. Keamanan
Adanya trauma dada
7. Eliminasi
Frekuensi BAK menurun, warna urine kekuningan, bau amoniak, tidak
ada keluhan saat BAK
Frekuensi BAB menurun, konsistensi nya agak keras, warrna kuning,
tidak ada keluhan saat BAB
8. Aktivitas perawatan diri
Penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehari-hari, kebersihan buruk, bau badan
14
9. Istirahat tidur
Keletihan, malaise, ketidakmampuan untuk tidur, pola tidur dalam posisi
duduk tinggi, dispnea saat istirahat, atau respon terhadap aktivitas atau
latihan
10. Data psikososial
Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, kelalaian
hubungan dengan anggota keluarga yang lain
11. Data spiritual
Bagaimana klien melakukan ibadah, apakah ada hambatan atau tidak
12. Pemeriksaan penunjang
GDA= Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi
gangguan mekanik pernafasan dan kemampuan mengkompensasi. PCO2
kadang-kadang meningkat, PO2 mungkin normal/ menurun, SaT O2
biasanya menurun.
Sinar X dada = menyatakan akumulasi udara pada area pleural
HB= mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah
13. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul
a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme, peningkatan
produksi sekret
b) Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara)
c) Resiko tinggi trauma penghentian nafas b.d proses cedera
d) Resiko infeksi b.d luka insisi pemasangan WSD
e) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak
adekuat
(Judith M. Wilkinson, 2006)
15
BAB III
LAPORAN KASUS
Tanggal pengkajian : 2-7-2013
Ruangan : Irna paru RSUP Dr. M.Djamil Padang
Diagnosa medis : Pneumotorak
A. Identitas Klien
Nama : Tn M
No MR : 85.54.56
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : buruh
Agama : islam
Status perkawinan : kawin
Alamat : Alahan panjang solok selatan
Penanggung jawab : Ny.M (istri)
Alamat : Alahan panjang solok selatan
Tanggal masuk RS : 1/7/2013
Yang mengirim : RSUD Solok
Cara masuk : melalui IGD
Alasan masuk RS : sesak nafas
Riwayat alergi
Obat : tidak ada
Makanan : tidak ada
Dll : tidak ada
Alat bantu yg dipakai : tidak ada
16
B. Riwayat Kesehatan
1. RKD
Klien memiliki riwayat penyakit asma bronchial dari kecil dan positif TB
paru sejak tahun 2008 dan diberi OAT oleh dokter, tapi klien berhenti minum
obat karena tidak ada perbaikan. Klien sudah dirawat dirumah sakit untuk
yang ketiga kalinya, sebelumnya klien pernah dirawat pada tahun 2008 dan
tahun 2012 dengan keluhan sesak nafas, klien pulang dengan kondisi yang
sudah membaik dan dengan izin dokter klien pulang kerumah.
2. RKS
Pasien merupakan rujukan dari RSUD Solok dengan spontan
pneumotorak, pada saat masuk klien mengeluh sesak nafas sejak 15 hari yang
lalu, sesak tidak menciut, tidak dipengaruhi cuaca, emosi dan makanan, sesak
meningkat saat aktivitas, oleh karena sesak pasien dirawat di RSUD solok,
klien batuk- batuk sejak ± 4 bulan yang lalu, batuk berdahak warna putih,
oleh karena batuknya pasien berobat ke Sp PD, diperiksa dahak (hasil +)
diberi OAT kategori I, pasien berhenti minum obat sejak 1 bulan yang lalu
karena tidak ada perbaikan, klien lalu dirawat selama 1 bulan 10 hari di
RSUD Solok dengan tindakan klien dipasang WSD, karena keluarga merasa
tidak ada perubahan dengan keadaaan Tn.M keluarga meminta untuk dirujuk
ke RSUP DR. M. DJAMIL PADANG.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 juli 2013 klien
mengatakan masih batuk, kadang susah untuk mengeluarkan dahaknya, klien
mengatakan dada nya terasa berat saat bernafas, klien mengatakan dahaknya
terasa menumpuk pada jalan nafasnya, klien mengatakan nafasnya sesak,
klien mengatakan sesaknya bertambah jika beraktivitas, klien mengatakan
badannya terasa lemah dan lelah, klien mengatakan makan hanya 4-5 sendok
saja, klien mengatakan badannya sekarang sangat kurus sebelum sakit BB
17
nya 52kg, saat sekarang ini BB klien 42 kg, klien terlihat masih batuk dan
berdahak, warna sputum klien kuning kehijauan, sputum klien kental, klien
terlihat susah menarik nafas, ronki +/+, klien terlihat sulit mengeluarkan
dahaknya, klien terpasang O2 2 liter/ menit, nafas klien terlihat sesak,
pernafasan klien 30 x/I, pernafasan klien cepat dan dangkal, pernafasan
cuping hidung, klien terlihat susah menarik nafas, retraksi dinding dada (+),
klien tampak kurus, klien hanya menghabiskan 4-5 sendok makan saja, diet
klien ML TKTP, mukosa bibir kering, nafsu makan klien terlihat menurun,
klien terpasang WSD di linea axillaris anterior kanan RIC VII, Buble (+),
Undulasi (+).
3. RKK
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= klien
= tinggal serumah
= anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan
klien (asma bronchial)
18
Klien mengatakan ada anggota keluarga nya yang menderita penyakit asma
yaitu ayah dan adiknya. Sedangkan untuk riwayat penyakit hipertensi dan
DM tidak ada dalam keluarganya.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-tanda vital
o TD: 110/ 70 mmHg
o N: 92x/i
o S: 36,7 ºC
o P: 30 x/i
2. TB = 160 cm
BB = 42 kg
3. Kepala
o Rambut = kurang bersih, ada ketombe, kepala tidak ada benjolan, rambut
warna hitam
o Mata = simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
pupil isokor, palpebra tidak udema
o Hidung = peradangan mukosa dan polip tidak ada, penciuman normal,
pernafasan cuping hidung (+)
o Telinga = pendengaran baik, simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen
dan cairan, alat bantu pendengaran tidak ada.
4. Leher
o Trakea = tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan limfe
o JVP = 5-2 Cm H2O
5. Thorak
19
I = retraksi dinding dada, dada Asimetris kiri dan kanan, kanan lebih
cembung dari kiri, pergerakan kanan tertinggal dari kiri, terpasang WSD
di linea axillaris anterior kanan RIC VII, Buble (+), Undulasi (+).
P = fremitus kanan < dari kiri
P = kanan hipersonor, kiri sonor
A = kanan Suara nafas melemah, kiri ekspirasi memanjang, whezzing -/-,
ronki +/+
6. Jantung
I = ictus cordis tidak terlihat
P = ictus cordis teraba 2 jari dibawah papilla mamae RIC V
P = batas jantung daerah aorta linea sternalis dextra RIC II, daerah
pulmonalis pada linea sternalis sinistra dextra RIC II, daerah
trikuspidalis pada linea sternalis dextra RIC III, daerah mitral RIC V
sinistra
A = Reguler, tidak ditemukan bunyi bising
7. Abdomen
I = tidak membuncit
P = hepar dan lien tidak teraba
P=tympani
A = BU 15 x/i
8. Ekstremitas
Ekstremitas atas: Clabbing finger tidak ada, CRT < 2 detik, sianosis tidak ada
Ekstremitas bawah: kekuatan otot baik, tidak ada artrofi otot, tidak ada
udema
9. Integument
I = warna kulit sao matang, turgor kulit baik
P = teraba hangat, elastisitas berkurang
20
10. Neurologis
Status mental : kesadaran klien CMC
Saraf cranial : tidak ada gangguan pada syaraf cranial pasien
Reflek fisiologis : positif
Reflek patologis : negative
11. Mamae : simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan
12. Urogenital : tidak di periksa
13. Anus : tidak diperiksa
D. Aktivitas Sehari-hari
1. Nutrisi
Sehat : makan 3x sehari, dengan nasi, lauk kadang pakai sayur, tidak
ada kesulitan, makan biasa
Sakit : klien mengalami penurunan nafsu makan, klien hanya
menghabiskan 1/3 makanannya saja, diit klien ML TKTP
2. Minum
Sehat : ± 7-8 gelas sehari, air putih + kopi
Sakit : ± 5-6 gelas sehari, klien terpasang infuse
3. Eliminasi
Miksi
Sehat : BAK ± 6-7 x sehari, warna kuning, bau khas, tidak ada
keluhan
Sakit : BAK ± 6 x sehari, warna orange bening, bau khas, tidak ada
keluhan
Defekasi
Sehat : ± 1 x sehari, konsistensi lembek, tidak ada keluhan
Sakit : ± 1x/ 2 hari, konsistensi tidak keras, tidak ada keluhan
4. Aktivitas perawatan diri
21
Sehat : Klien mandi 2x sehari dengan dilakukan sendiri, klien
mencuci rambut setiap hari, aktivitas perawatan dilakukan
sendiri tanpa dibantu
Sakit : Klien mandi 1 x sehari dibantu oleh keluarga ditempat tidur,
aktivitas perawatan diri klien dibantu oleh keluarga
5. Istirahat dan tidur
Sehat : ± 7-8 jam pada malam hari, tidak ada keluhan
Sakit : ± 5-6 jam pada malam hari, klien sering terbangun karena
gangguan pasa pernafasannya
E. Data social ekonomi
Klien merupakan seorang pemotong rumput, mempunyai riwayat merokok ± 1
bungkus/ hari selama 35 tahun
F. Data psikososial
Klien selama dirawat dirumah sakit selalu ditemani oleh anak-anak dan istrinya
G. Data spiritual
Klien tidak ada melakukan ibadah shalat selama dirawat di rumah sakit
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium tanggal 2/7/2013
Hb = 11gr/dl
Leukosit = 8000/ mm3
Trombosit = 367.000/ mm3
2. Foto thorak
Didapatkan udara pada gambar paru sebelah kanan
3. Hasil spesiment cairan pleura tanggal (2-7-2013) klien ditemukan bakteri/
kuman Klebsiella Spp
I. Pengobatan (tanggal 2-7-2013)
O2 2 liter/ menit
22
IUFD Martos 12 jam/ kolf
Combivent 4x1
Pulmicort 2x1
Metil prednisolon 2x 8 mg
Ceftriaxone inj 2x1 gr
Azitromisin 1x 500 mg
Aminophilin tab 3x150 mg
23
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1.
2.
DS:
klien mengatakan masih batuk,
kadang susah untuk
mengeluarkan dahaknya
klien mengatakan dada nya
terasa berat saat bernafas
klien mengatakan dahaknya
terasa menumpuk pada jalan
nafasnya
DO:
o klien terlihat masih batuk dan
berdahak
o Warna sputum klien kuning
kehijauan
o Sputum klien kental
o klien terlihat susah menarik
nafas
o ronki +/+
o klien terlihat sulit mengeluarkan
dahaknya
DS:
klien mengatakan nafasnya sesak
klien mengatakan sesaknya
bertambah jika beraktivitas
klien mengatakan dadanya terasa
berat saat bernafas
DO:
o klien terpasang O2 2liter/ menit
o nafas klien terlihat sesak
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Pola nafas tidak
efektif
Peningkatan
produksi secret
Penurunan ekspansi
paru (akumulasi
udara dalam rongga
paru)
24
3.
o pernafasan klien 30 x/I
o pernafasan klien cepat dan
dangkal
o pernafasan cuping hidung
o klien terlihat susah menarik
nafas
o retraksi dinding dada (+)
o I = retraksi dinding dada, dada
Asimetris kiri dan kanan, kanan
lebih cembung dari kiri,
pergerakan kanan tertinggal dari
kiri, terpasang WSD di linea
axillaris anterior kanan RIC VII,
Buble (+), Undulasi (+).
o P = fremitus kanan < dari kiri
o P = kanan hipersonor, kiri sonor
o A = kanan Suara nafas melemah,
kiri ekspirasi memanjang,
whezzing -/-
DS:
klien mengatakan badannya
terasa lemah dan lelah
klien mengatakan makan hanya
4-5 sendok saja
klien mengatakan badannya
sekarang sangat kurus sebelum
sakit BB nya 52kg, saat
sekarang ini BB klien 42 kg
DO:
o klien tampak kurus, BB ideal
klien sesuai IMT seharusnya 54
kg, BB klien kurang 12 kg lagi
Pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake tidak adekuat
25
supaya ideal
o klien hanya menghabiskan 1/3
makanannya
o Mukosa bibir kering
o Nafsu makan klien terlihat
menurun.
o Hb 11 gr/dl
o Konjungtiva anemis
o Diit klien ML TKTP
26
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
TGL
MUNCULTTD
TGL
TERATASITTD
1.
2.
3.
Bersihan jalan nafas
tidak efektif b.d
Peningkatan produksi
secret
Pola nafas tidak efektif
b.d Penurunan
ekspansi paru
(akumulasi udara
dalam rongga paru)
Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d Intake tidak
adekuat
2/7/2013
2/7/2013
2/7/2013
27
INTERVENSI KEPERAWATAN
N
ODX KEP NOC NIC AKTIVITAS KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d bronkospasme,
peningkatan
produksi sekret
Dalam waktu 6x 24
jam diharapkan klien
dapat:
Status pernafasan,
pertukaran gas,
pertukaran CO2 atau
O2, alveolar untuk
mempertahankan
konsentrasi gas
darah arteri
Status pernafasan
ventilasi. Pergerakan
udara masuk dan
keluar paru
Pengelolaan jalan nafas fasilitas untuk
kepatenan jalan nafas
Penghisapan jalan nafas:
memindahkan sekresi jalan nafas
dengan memasukkan sebuah kateter
penghisap kedalam jalan nafas oral
atau trakeal
Pengkajian
o Auskultasi bagian dada anterior
dan posterior untuk mengetahui
adanya penurunan atau tidak
adanya ventilasi dan adanya
bunyi tambahan
o Tentukan kebutuhan
penghisapan oral/ trakeal
Pendidikan untuk pasien/
keluarga
o Instruksikan kepada psien/
keluarga dalam rencana
perawatan dirumah
o Instruksikan kepada klien/
28
Menunjukkan
pembersihan jalan
nafas yang efektif
keluarga tentang batuk efektif
dan teknik relaksasi nafas
dalam
o Ajarkan keluarga untuk
melakukan clapping back
Aktivitas kolaboratif
o Berikan tindakan nebulizer
sesuai indikasi
o Rundingkan dengan ahli terapi
pernafasan sesuai kebutuhan
2. Pola nafas tidak
efektif b.d
penurunan
ekspansi paru
(akumulasi udara)
Diharapkan dalam
waktu 6x 24 jam klien
dapat menunjukkan:
Status respirasi,
ventilasi: pergerakan
udara kedalam dan
keluar paru-paru
Pengelolaan jalan nafas fasilitas untuk
kepatenan jalan nafas
Pemantauan pernafasan:
pengumpulan dan analisa data pasien
untuk memastikan kepatenan jalan
nafas dan keadekuatan pertukaran gas
Pengkajian
o Kaji kebutuhan insersi jalan
nafas
o Observasi dan dokumetasikan
ekspansi dada bilateral pada
pasien dengan ventilator
o Pantau kecepatan, irama,
29
Status tanda-tanda
vital, nadi, suhu,
respirasi dan TD
dalam rentang yang
diharapkan dari
individu
Kedalaman inspirasi
dan kemudahan
bernafas
Ekspansi dada
simetris
Tidak ada
penggunaan otot
bantu pernafasan
Bunyi nafas
tambahan tidak ada
kedalaman dan usaha respirasi
o Perhatikan pergerakan dada,
penggunaan oto bantu
pernafasan
o Pantau respirasi yang berbunyi
o Auskultasi bunyi nafas
Pendidikan untuk pasien/
keluarga
o Ajarkan kepada pasien/
keluarga tentang relaksasi
untuk meningkatkan pola
pernafasan
o Ajarkan cara batuk secara
efektif
Aktivitas kolaboratif
o Berikan O2 sesuai kebutuhan
30
3. Pemenuhan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d Intake
tidak adekuat
Diharapkan dalam
waktu 6x 24 jam klien
dapat menunjukkan:
Status gizi: tingkat
zat gizi yang tersedia
untuk memenuhi
kebutuhan metabolic
Status gizi: asupan
makanan dan cairan:
jumlah makanan dan
cairan yang
dikonsumsi tubuh
selama waktu 24 jam
Status gizi: nilai
gizi: keadekuatan zat
gizi yang
Pengelolaan gangguan makan:
pencegahan dan penanganan
pembatasan diet yang berat dan
aktivitas berlebih atau makan dalam
jumlah banyak dalam satu waktu dan
mencahar makanan dan cairan
Pengelolaan nutrisi bantuan atau
pemberian asupan diet makanan dan
cairan seimbang
Bantuan menaikkan BB: fasilitas
untuk pencapaian kenaikan BB
Pengkajian
o Tentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan
o Tentukan kemampuan pasien
untuk memnuhi kebutuhan
nutrisi
o Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
o Timbang pasien pada interval
yang tepat
Pendidikan untuk pasien/ keluarga
o Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinya
31
dikonsumsi tubuh
32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
HARI KE I
NOHARI/
TGL/JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. Selasa/ 2-7-
2013
09.00 WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
SELASA/
2-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan masih
batuk, kadang susah
untuk mengeluarkan
dahaknya
klien mengatakan dada
nya terasa berat saat
bernafas
klien mengatakan
dahaknya terasa
menumpuk pada jalan
nafasnya
O:
o klien terlihat masih batuk
dan berdahak
o Warna sputum klien
kuning kehijauan
o Sputum klien kental
o klien terlihat susah
menarik nafas
o ronki +/+
33
o klien terlihat sulit
mengeluarkan dahaknya
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back, vibrasi
dan postural drainase
2. SELASA/ 2-
7-2013
09.00 WIB
2 monitor frekuensi,
ritme, dan
kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
monitor pernafasan
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi
SELASA/
2-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah jika
beraktivitas
klien mengatakan
dadanya terasa berat saat
bernafas
O:
o klien terpasang O2 2liter/
menit
o nafas klien terlihat sesak
o pernafasan klien 30 x/I
34
melakukan
auskultasi suara
pernafasan
memposisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping hidung
o klien terlihat susah
menarik nafas
o retraksi dinding dada (+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory monitoring
oxygen therapy
3. SELASA/ 2-
7-2013
09.00 WIB
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Memonitor turgor
kulit
Memonitor
kekeringan, rambut
SELASA/
2-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya terasa lemah
dan lelah
klien mengatakan hanya
menghabiskan 1/3 porsi
makanannya
klien mengatakan
badannya sekarang
sangat kurus sebelum
sakit BB nya 52kg, saat
sekarang ini BB klien 42
kg
35
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual dan
muntah
Memonitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
O:
klien tampak kurus, BB
ideal klien menurut IMT
nya 54 kg, BB klien
masih kurang 12 kg lagi
klien hanya
menghabiskan 1/3
makanannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir kering
nafsu makan klien
terlihat menurun
konjungtiva anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement nutrisi
HARI KE II
36
NOHARI/
TGL/JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. Rabu/
3-7-2013
09.00 WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
RABU/ 3-
7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
masih batuk, kadang
susah untuk
mengeluarkan
dahaknya
klien mengatakan dada
nya terasa berat saat
bernafas
klien mengatakan
dahaknya terasa
menumpuk pada jalan
nafasnya
O:
o klien terlihat masih
batuk dan berdahak
o Warna sputum klien
kuning kehijauan
o Sputum klien kental
o klien terlihat susah
menarik nafas
o ronki +/+
o klien terlihat sulit
mengeluarkan
37
dahaknya
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back,
vibrasi dan postural
drainase
2. Rabu/
3-7-2013
09.00 WIB
2 monitor frekuensi,
ritme, dan kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
monitor pernafasan
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi
melakukan auskultasi
RABU/ 3-
7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya masih sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah
jika beraktivitas
klien mengatakan
dadanya masih terasa
berat saat bernafas
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien terlihat
sesak
o pernafasan klien 28 x/I
38
suara pernafasan
memposisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping
hidung masih terlihat
o klien terlihat masih
susah menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory
monitoring
oxygen therapy
3. RABU/
3-7-2013
09.00 WIB
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan perubahan
pigmentasi
Memonitor turgor
kulit
RABU/ 3-
7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya masih
terasa lemah dan
lelah
klien mengatakan
hanya mengahabiskan
1/3 porsi makananya
klien mengatakan
badannya sekarang
39
Memonitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual dan
muntah
Memonitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
sangat kurus sebelum
sakit BB nya 52kg,
saat sekarang ini BB
klien 42 kg
O:
klien tampak kurus,
BB klien sesuai IMT
yaitu 54 kg, BB klien
masih kurang 12 kg
lagi
klien hanya
menghabiskan 1/3
porsi makanannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir kering
nafsu makan klien
terlihat menurun
konjungtiva masih
anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement
nutrisi
HARI KE III
40
NOHARI/
TGL/JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. Kamis/ 4-7-
2013
09.00 WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
KAMIS/
4-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
batuk nya sudah
berkurang, kadang
masih ada terasa sisa
dahaknya sedikit
klien mengatakan dada
nya terasa berat saat
bernafas
klien mengatakan
dahaknya masih terasa
menumpuk pada jalan
nafasnya
O:
o klien terlihat masih
batuk dan berdahak
o Warna sputum klien
kuning kehijauan
o Sputum klien masih
kental
o klien terlihat susah
menarik nafas
o ronki +/+
o klien terlihat sulit
41
mengeluarkan
dahaknya
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back,
vibrasi dan postural
drainase
2. KAMIS/ 4-
7-2013
09.00 WIB
2 monitor frekuensi,
ritme, dan
kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
monitor pernafasan
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
KAMIS/
4-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya masih sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah
jika beraktivitas
klien mengatakan
dadanya masih terasa
berat saat bernafas
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien terlihat
sesak
42
hiperventilasi
melakukan
auskultasi suara
pernafasan
memposisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
o pernafasan klien 26 x/I
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping
hidung masih terlihat
o klien terlihat masih
susah menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory
monitoring
oxygen therapy
3. KAMIS/ 4-
7-2013
09.00 WIB
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
KAMIS/
4-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya masih
terasa lemah dan
lelah
klien mengatakan
hanya menghabiskan
1/3 porsi makanannya
klien mengatakan
43
Memonitor turgor
kulit
Memonitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual dan
muntah
Memonitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
badannya sekarang
sangat kurus sebelum
sakit BB nya 52kg,
saat sekarang ini BB
klien 42 kg
O:
klien tampak kurus,
BB klien sesuai IMT
adalah 54 kg, BB ideal
klien masih kurang 12
kg lagi
klien hanya
menghabiskan 1/3
porsi makanannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir kering
nafsu makan klien
terlihat menurun
konjungtiva masih
anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement
nutrisi
HARI KE IV
44
NOHARI/
TGL/JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. JUMAT/
5-7-2013
09.00
WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
JUMAT/
5-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
batuk nya sudah
berkurang, kadang
masih ada terasa sisa
dahaknya sedikit
klien mengatakan dada
nya sudah terasa
ringan saat bernafas
klien mengatakan
dahaknya masih ada
terasa pada jalan
nafasnya
O:
o klien terlihat masih
batuk dan berdahak
o Warna sputum klien
masih kuning
kehijauan
o Sputum klien masih
kental
o klien terlihat sudah
mudah menarik nafas
o ronki +/+ masih ada
45
terdengar
o klien terlihat sudah
bisa mengeluarkan
dahaknya
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back,
vibrasi dan postural
drainase
2. JUMAT
5-7-2013
09.00
WIB
2 monitor frekuensi,
ritme, dan
kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
JUMAT-
5-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya kadang masih
agak sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah
jika beraktivitas
klien mengatakan
dadanya sudah tidak
berat saat bernafas
46
monitor pernafasan
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi
melakukan
auskultasi suara
pernafasan
memposisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien terlihat
sesak
o pernafasan klien 24 x/I
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping
hidung masih terlihat
o klien terlihat masih
susah menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory
monitoring
oxygen therapy
3. JUMAT/
5-7-2013
09.00
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
JUMAT/
5-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya masih
47
WIB jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Memonitor turgor
kulit
Memonitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual dan
muntah
Memonitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
terasa lemah dan lelah
klien mengatakan
sudah bisa
mengahabiskan
setengah porsi
makanannya
klien mengatakan
badannya sekarang
masih kurus sebelum
sakit BB nya 52kg,
saat sekarang ini BB
klien 42 kg
O:
klien tampak kurus,
BB ideal klien
seharusnya 54 kg, jadi
masih kurang 12 kg
lagi
klien sudah bisa
menghabiskan
setengah porsi
makannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir klien
sudah agak lembab
nafsu makan klien
terlihat sudah mulai
48
meningkat
konjungtiva sudah
tidak anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement
nutrisi
HARI KE V
NO
HARI/
TGL/
JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. Sabtu/
6-7-2013
09.00
WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
SABTU/
6-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya kadang
masih agak sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah
jika beraktivitas
klien mengatakan
dadanya sudah tidak
berat saat bernafas
49
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien terlihat
sesak
o pernafasan klien 24 x/I
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping
hidung masih terlihat
o klien terlihat masih
susah menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back,
vibrasi dan postural
drainase
2. SABTU/ 2 monitor frekuensi, SABTU/ S:
50
6-7-2013
09.00
WIB
ritme, dan
kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
monitor pernafasan
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi
melakukan
auskultasi suara
pernafasan
memposisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
6-7-2013/
13.30
klien mengatakan
nafasnya tidak terlalu
sesak
klien mengatakan
susah tidur karena
kadang nafasnya
masih sesak
klien mengatakan
dadanya sudah tidak
berat lagi saat bernafas
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien tidak
terlalu sesak lagi
o pernafasan klien 24x/I
o pernafasan klien tidak
cepat dan dangkal lagi
o pernafasan cuping
hidung masih ada
o klien sudah mudah
menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
51
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory
monitoring
oxygen therapy
3. Sabtu/
6-7-2013
09.00
WIB
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Memonitor turgor
kulit
Memonitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual
dan muntah
Memonitor kadar
albumin, total
SABTTU/
6-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya masih
terasa lemah dan
lelah
klien mengatakan
sudah bisa
mengahabiskan
setengah porsi
makanannya
klien mengatakan
badannya sekarang
masih kurus sebelum
sakit BB nya 52kg,
saat sekarang ini BB
klien 42 kg
O:
klien tampak kurus,
BB klien menurut
52
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
IMT 54 kg, BB len
masih kurang 12 kg
lagi
klien sudah bisa
menghabiskan
setengah porsi
makannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir klien
sudah agak lembab
nafsu makan klien
terlihat sudah mulai
meningkat
konjungtiva sudah
tidak anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement
nutrisi
53
HARI KE VI
NOHARI/
TGL/JAM
DX
KEPIMPLEMENTASI
HARI/
TGL/JAMEVALUASI TTD
1. Minggu/
7-7-2013
09.00
WIB
1 Memantau pola
pernafasan klien dan
kedalaman bernafas
klien
Meninggikan kepala
tempat tidur
(mengatur posisi
semi fowler)
Mengajarkan klien
cara batuk efektif
Mengauskultasi
bunyi nafas klien
Melakukan clapping
back (perkusi)
Melakukan
pemberian nebulizer
sesuai dengan order.
MINGGU/
7-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
batuk nya sudah
berkurang, kadang
masih ada terasa sisa
dahaknya sedikit
klien mengatakan dada
nya sudah terasa
ringan saat bernafas
klien mengatakan
dahaknya masih ada
terasa pada jalan
nafasnya
O:
o klien terlihat masih
batuk dan berdahak
o Warna sputum klien
masih kuning
kehijauan
o Sputum klien masih
kental
o klien terlihat sudah
mudah menarik nafas
54
o ronki +/+ masih ada
terdengar
o klien terlihat sudah
bisa mengeluarkan
dahaknya
A:
Masalah Belum Teratasi
P:
Iintervensi dilanjutkan ke
manajent
pemberian nebulasi
pengaturan posisi
clapping back,
vibrasi dan postural
drainase
2. Minggu/
7-7-2013
09.00
WIB
2 monitor frekuensi,
ritme, dan
kedalaman
pernafasan
mencatat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
bantu tambahan, dan
retraksi otot
intracostal
monitor pernafasan
MINGGU/
7-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
nafasnya kadang
masih agak sesak
klien mengatakan
sesaknya bertambah
jika beraktivitas
klien mengatakan
dadanya sudah tidak
berat saat bernafas
55
hidung
monitor pola nafas,
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi
melakukan
auskultasi suara
pernafasan
memposisikan
pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
memberikan O2
sesuai kebutuhan
O:
o klien terpasang O2
2liter/ menit
o nafas klien terlihat
sesak
o pernafasan klien 24 x/I
o pernafasan klien cepat
dan dangkal
o pernafasan cuping
hidung kadang masih
terlihat
o klien terlihat sudah
mudah menarik nafas
o retraksi dinding dada
(+)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan ke
manajement:
respiratory
monitoring
oxygen therapy
3. Minggu/
7-7-2013
09.00
3 memonitor adanya
penurunan BB
Memonitor tipe dan
MINGGU/
7-7-2013/
13.30
S:
klien mengatakan
badannya masih
56
WIB jumlah aktivitas
yang bisa dilakukan
Memonitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Memonitor turgor
kulit
Memonitor
kekeringan, rambut
kusam dan mudah
patah
Memonitor mual dan
muntah
Memonitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan Ht
Memonitor makanan
kesukaan
Memonitor
konjungtiva
terasa lemah dan
lelah
klien mengatakan
sudah bisa
mengahabiskan
setengah porsi
makanannya
klien mengatakan
badannya sekarang
masih kurus sebelum
sakit BB nya 52kg,
saat sekarang ini BB
klien 42 kg
O:
klien tampak kurus,
BB klien sesua IMT
seharusnya 54 kg, dan
masih kurang 12 kg
lagi
klien sudah bisa
menghabiskan
setengah porsi
makannya
diet klien ML TKTP
mukosa bibir klien
sudah agak lembab
nafsu makan klien
57
terlihat sudah mulai
meningkat
konjungtiva sudah
tidak anemis
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
dengan manajement
nutrisi
58
BAB IVPEMBAHASAN
A. Pengakajian
Tn. M dibawa ke RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 1-7-2013, Pasien
merupakan rujukan dari RSUD solok dengan spontan pneumotorak, pada saat masuk
klien mengeluh sesak nafas sejak 15 hari yang lalu, sesak tidak menciut, tidak
dipengaruhi cuaca, emosi dan makanan, sesak meningkat saat aktivitas, oleh karena
sesak pasien dirawat di RSUD solok, riwayat sesak sejak 5 tahun yang lalu, klien
batuk- batuk sejak ± 4 bulan yang lalu, batuk berdahak warna putih, oleh karena
batuknya pasien berobat ke Sp PD, diperiksa dahak (hasil +) diberi OAT kategori I,
pasien berhenti minum obat sejak 1 bulan yang lalu karena tidak ada perbaikan, klien
lalu dirawat selama 1 bulan 10 hari di RSUD solok dengan tindakan klien dipasang
WSD, karena keluarga merasa tidak ada perubahan dengan keadaaan Tn.M keluarga
meminta untuk dirujuk ke RSUP DR. M. DJAMIL PADANG.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 2 juli 2013 klien mengatakan
masih batuk, kadang susah untuk mengeluarkan dahaknya, klien mengatakan dada
nya terasa berat saat bernafas, klien mengatakan dahaknya terasa menumpuk pada
jalan nafasnya, klien mengatakan nafasnya sesak, klien mengatakan sesaknya
bertambah jika beraktivitas, klien mengatakan badannya terasa lemah dan lelah, klien
mengatakan hanya menghabiskan 1/3 porsi makanannya, klien mengatakan badannya
sekarang sangat kurus sebelum sakit BB nya 52kg, saat sekarang ini BB klien 42 kg,
klien terlihat masih batuk dan berdahak, warna sputum klien kuning kehijauan,
sputum klien kental, klien terlihat susah menarik nafas, ronki +/+, klien terlihat sulit
mengeluarkan dahaknya, klien terpasang O2 2liter/ menit, nafas klien terlihat sesak,
pernafasan klien 30 x/I, pernafasan klien cepat dan dangkal, pernafasan cuping
hidung, klien terlihat susah menarik nafas, retraksi dinding dada (+), klien tampak
59
kurus, klien hanya menghabiskan 1/3 porsi makananya, diet klien ML TKTP, mukosa
bibir kering, nafsu makan klien terlihat menurun, klien terpasang WSD, Buble (+),
Undulasi (+). Klien tinggal diarea pemukiman yang ramai dan sempit, rumah klien
hanya terbatas jendelanya, aktivitas klien diluar rumah adalah sebagai seorang buruh
pemotong rumput. Klien memiliki riwayat asma bronchial dari kecil dan TB paru
positif sejak tahun 2008.
Penyebab pneumotorak yang dialami oleh Tn. M Hal sama dengan teori yang
dikemukakan oleh Sylvia A.P (2002) bahwa factor resiko terjadinya pneumotorak
biasanya terjadi adanya riwayat paru yang mendasarinya seperti asma bronchial, TB
paru, tumor paru, dll. Dan adanya riwayat pekerjaan yang basanya berhubungan
dengan debu, asap-asap yang dapat mengganggu fungsi paru serta demografi pada
daerah yang tidah sehat juga akan memicu timbulnya masalah kesehatan pada paru.
Hal ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh Sylvia A price
bahwa tanda-tanda pneumotorak adalah Dispnea, nyeri pleuritik hebat, Pergerakan
dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena, Perkusi hipersonor diatas
pneumotorak, Perkusi meredup diatas paru-paru yang kollaps, Suara napas berkurang
pada sisi yang terkena, Premitus vokal dan dada berkurang (Sylvia A price, 2002).
Menurut Markum (2007), ronki merupakan suara yang berisik dan terputus
akibat aliran udara yang melewati cairan dan biasanya terdapat bronkiale, hal ini
hampir sama dengan teori dimana didapatkan suara ronki di interkostal 2-3 (didaerah
bronchial) pada dada bagian kanan yag berisi udara pada kasus, dimana menurut
somantri apabila ada udara di rongga pleura maka akan ditemukan penurunan suara
nafas. Jadi dengan adanya penurunan suara nafas bunyi nafas akan ditemukan pada
dada kanan. Ditemukan ronki karena kuman klebsiella spp menginfeksi mukosa
bronkus sehingga terbentuk mucus. Namun dengan siring perjalanan penyakit kuman
klebsiella berkumpul dalam pleura yang akhirnya akan mengahambat proses
pengembangan paru. Anoreksia ditemukan pada Tn. M, dimana Tn. M hanya
60
menghabiskan 1/3 porsi makanannya, klien mengalami anoreksia salah satunya
disebabkan karena adanya sesak nafas yang menyebabkan klien tidak mampu
memenuhi kebutuhan nya secara adekuat.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teoritis kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada pasien dengan
masalah pneumotorak adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme, peningkatan produksi sekret
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara)
3. Resiko tinggi trauma penghentian nafas b.d proses cedera
4. Resiko infeksi b.d luka insisi pemasangan WSD
5. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
Dari hasil pengkajian data subjektif maupun objektif yang diperoleh dari hasil
pengkajian kasus ditemukan masalah keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme, peningkatan produksi secret
Secara teoritis pneumotorak merupakan keadaan terkumpulnya udara dalam
rongga pleura, sehingga Ditemukan ronki karena kuman klebsiella spp
menginfeksi mukosa bronkus sehingga terbentuk mucus, dan membuat jalan
nafas akan mengalami ketidak efektifan. Dari kasus didapatkan klien mengatakan
batuk dan susah mengeluarkan sekretnya, dadanya terasa berat saat bernafas,
dahaknya terasa terkumpul pada jalan nafas, pada palpasi juga ditemukan
hipersonor pada dada bagian kanan, dada bagian kanan juga terlihat cembung.
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara)
Secara teoritis pada pneumotorak dengan adanya udara pada rongga pleura akan
membuat penurunan ekspansi paru dan membuat pola nafas tidak efektif. Dari
kasus didapatkan data pernafasan klien 30x/I, retraksi dinding dada, pernafasan
cuping hidung, pada inspeksi dada sebelah kanan < dibandingkan dengan yang
61
kiri, pada palpasi juga ditemukan hipersonor pada dada bagian kanan, dada
bagian kanan juga terlihat cembung.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat
Anoreksia yang terjadi pada pasien pneumotorak disebabkan oleh karena adanya
sesak nafas yang akan mengakibatkan kesulitan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya, Anoreksia ditemukan pada Tn. M, dimana Tn. M hanya makan
1/3 porsi makanannya, klien mengalami anoreksia salah satunya disebabkan
karena adanya sesak nafas yang menyebabkan Tn. M tidak mampu makan, jika
pun bisa makan klien hanya mengahbiskan makanan dalam porsi yang sedikit
karena pengaruh sesak pada nafas klien.
C. Intervensi
Untuk mengatasi masalah klien perlu di tegakkan diagnose dengan tujuan yang
akan dicapai serta kriteria hasil.
Untuk diagnosa pertama intervensi yang dilakukan pada Tn.M adalah Pantau pola
pernafasan klien dan kedalaman bernafas klien, Tinggikan kepala tempat tidur
(mengatur posisi semi fowler), ajarkan klien cara batuk efektif, auskultasi bunyi nafas
klien, lakukan clapping back (perkusi), Melakukan pemberian nebulizer sesuai
dengan order.
Untuk diagnosa kedua intervensi yang dilakukan pada TN.M adalah monitor
frekuensi, ritme, dan kedalaman pernafasan, catat pergerakan dada, kesimetrisan,
penggunaan otot bantu tambahan, dan retraksi otot intracostal, monitor pernafasan
hidung, monitor pola nafas, bradipnea, takipnea, hiperventilasi, lakukan auskultasi
suara pernafasan, posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi, berikan O2 sesuai
kebutuhan .
Untuk diagnosa ketiga intervensi yang dilakukan pada Tn.M adalah monitor
adanya penurunan BB, monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan,
62
monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi, monitor turgor kulit, monitor
kekeringan, rambut kusam dan mudah patah, monitor mual dan muntah, monitor
kadar albumin, total protein, Hb dan Ht, monitor makanan kesukaan, monitor
konjungtiva klien.
D. Implementasi Dan Evaluasi
Pada tahap implementasi semua intervensi yang direncanakan dapat
dilakukan. Implementasi dilakukan selama 6 hari, rencana asuhan keperawatan yang
dibuat dapat dilakukan. Pada saat pengkajian tidak ada kendala yang ditemukan
karena klien dan juga keluarga dapat berpartisipasi dalam intervensi keperawatan
yang diberikan didukung oleh kerjasama yang baik antara perawat ruangan dan tim
kesehatan lainnya. Semua intervensi yang telah disusun umumnya bisa dilakukan
langsung kepada klien.
Selanjutnya hasil dari implementasi ketika dilakukan intervensi keperawatan
selama 6 hari yang diberikan untuk setiap diagnosa perhari antara lain:
SELASA, 2-7-2013
Pada hari ini merupakan hari pertama pemberian intervensi keperawatan pada
Tn. M dengan diagnose keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnosa ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
63
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dank lien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari pertama ini masalah
keperawatan belum ada satupun yang teratasi. Untuk itu intervensi akan penulis
lanjutkan pada hari berikutnya.
RABU, 3-7-2013
Pada hari ini merupakan hari kedua pemberian intervensi keperawatan pada
Tn. M dengan diagnose keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnose ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dank lien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari kedua ini masalah keperawatan
belum ada yang teratasi. Untuk itu intervensi akan penulis lanjutkan pada hari
berikutnya.
KAMIS, 4-7-2013
Pada hari ini merupakan hari ketiga pemberian intervensi keperawatan pada
Tn. M dengan diagnosa keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
64
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnose ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan klien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari ketiga ini masalah keperawatan
belum ada yang teratasi. Untuk itu intervensi akan penulis lanjutkan pada hari
berikutnya.
JUMAT, 5-7-2013
Pada hari ini merupakan hari keempat pemberian intervensi keperawatan
pada Tn. M dengan diagnose keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnose ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan klien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari keempat ini masalah
keperawatan sudah ada yang teratasi sebagian untuk diagnose satu, dua dan ketiga.
Dimana untuk diagnose pertama bersihan jalan nafas klien sudah mulai agak paten
yang dibuktikan dengan ronki yang sudah mulai berkurang. Untuk diagnose kedua
pola nafas klien sudah mulai normal dimana dibuktikan dengan frkuensi pernafasan
24 x/I yang aman juga didukung dengan teratasinya sebagian masalah untuk diagnos
65
pertama, karena penumpukan secret yang sudah mulai berkurang, frekuansi nafas pun
tidak terlihat sesak lagi. Sedangkan untuk diagnose ketiga Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, juga sudah teratasi sebagian karena
sesak klien yang sudah mulai berkurang, klien pun sudah mulai bisa mengahbiskan
setengah dari porsi makanannya. Untuk itu intervensi akan penulis lanjutkan pada
hari berikutnya.
SABTU, 6-7-2013
Pada hari ini merupakan hari kelima pemberian intervensi keperawatan pada
Tn. M dengan diagnose keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnose ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan klien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari kelima ini masalah
keperawatan sudah teratasi sebagian untuk diagnose satu, dua dan ketiga. Dimana
untuk diagnose pertama bersihan jalan nafas klien sudah mulai agak paten yang
dibuktikan dengan ronki yang sudah mulai berkurang. Untuk diagnose kedua pola
nafas klien sudah mulai normal dimana dibuktikan dengan frkuensi pernafasan 24 x/I
yang aman juga didukung dengan teratasinya senagian masalah untuk diagnos
pertama, karena penumpukan secret yang sudah mulai berkurang, frekuansi nafas pun
tidak terlihat sesak lagi. Sedangkan untuk diagnose ketiga Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, juga sudah teratasi sebagian karena
66
sesak klien yang sudah mulai berkurang, klien pun sudah mulai bisa mengahbiskan
setengan dari porsi makanannya. Untuk itu intervensi akan penulis lanjutkan pada
hari berikutnya.
MINGGU, 7-7-2013
Pada hari ini merupakan hari keenam pemberian intervensi keperawatan pada
Tn. M dengan diagnose keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
bronkospasme, peningkatan produksi secret dengan pemberian intervensi
keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas tidak efektif dengan criteria hasil jalan
nafas paten, tidak ada penumpukan secret pada jalan nafas. Untuk diagnose kedua
Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara) dengan
pemberian intervensi keperawatan diharapkan pola nafas efektif dengan criteria hasil
frekuensi pernafasan dalam batas normal, irama nafas sesuai dengan yang diharapkan
tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. Pada diagnosa ketiga Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, diharapkan dengan pemberian
intervensi keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dan klien
dapat mempertahankan BB badan idealnya. Pada hari keenam ini masalah
keperawatan sudah ada yang teratasi sebagian untuk diagnose satu, dua dan ketiga.
Dimana untuk diagnose pertama bersihan jalan nafas klien sudah mulai agak paten
yang dibuktikan dengan ronki yang sudah mulai berkurang. Untuk diagnosa kedua
pola nafas klien sudah mulai normal dimana dibuktikan dengan frkuensi pernafasan
24 x/I yang aman juga didukung dengan teratasinya sebagian masalah untuk diagnos
pertama, karena penumpukan secret yang sudah mulai berkurang, frekuansi nafas pun
tidak terlihat sesak lagi. Sedangkan untuk diagnose ketiga Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak adekuat, juga sudah teratasi sebagian karena
sesak klien yang sudah mulai berkurang, klien pun sudah mulai bisa mengahbiskan
setengan dari porsi makanannya. Untuk itu intervensi akan penulis lanjutkan pada
hari berikutnya.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumotorak Adalah keluarnya udara dari paru yang cedera kedalam ruang
pleura. Pneumotorak terjadi bila lubang dalam dinding dada cukup besar untuk
memungkinkan udara mengalir dengan bebas masuk dan keluar rongga toraks bersama
setiap upaya pernafasan. Karena dorongan udara melalui lubang dalam dinding dada
menghasilkan bunyi (Brunner &Suddarth, 2001).
Pneumotorak menyebabkan tekanan dalam rongga pleura negative selama siklus
respirasi berlangsung. Tekanan negative tersebut di sebabkan oleh pengembangan dada,
jaringan paru mempunyai kecendrungan menjadi kolaps karena sifat yang elastic, bila ada
kebocoran antara alveoli dengan rongga pleura, udara akan berpindah dari alveoli ke
rongga pleura sampai terjadi tekanan yang sama atau sampai kebocoran tertutup sehingga
akan kolaps, karena sifat paru yang elastic, hal yang sama terjadi bila terdapat hubungan
langsung (kebocoran) antara dinding dada dengan rongga pleura (Arief, 2010).
B. Saran
1. Kepada Perawat
Setelah uraian diatas kita sebagai tenaga kesehatan agar dapat memberikan
asuhan keperawatan kepada Tn. M lebih intensif mengingat kondisi klien dengan
pneumotorak yang harus diawasi.
Lebih meningkatkan hubungan baik dengan klien maupun keluarga agar
asuhan keperawatan yang telah diberikan berjalan dengan lancar karena proses
terapi untuk pasien membutuhkan waktu yang lama
68
2. Kepada keluarga
Diharapkan kepada keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam memperlancar
proses keperawatan yang diberikan seperti selalu menjaga kondisi pasien agar tetap
stabil
3. Kepada pasien
Diharapkan kepada pasien dapat berpartisipasi aktif dalam memperlancar
proses keperawatan yang diberikan seperti selalu menjaga kondisi kesehatan agar
tetap stabil.
69
DAFTAR PUSTAKA
Hudak dan Gallo. 2000. Keperawatan kritis: pendekatan holistic vol. 2. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arief. 2008. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Price, S.A dan Wilson. L.M. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta: EGC
Potter & Perry. 2006. Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktek edisi 4 volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer & Barre. 2002. Buku ajar keperawatan medical bedah edisi 8 volume I. Jakarta:
EGC
Watson &Roger. 2001. Anatomi Fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC
Prihardjo, Robert. 2002. Pengkajian fisik. Jakarta. EGC
Guyton & Hall. 2000. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
70