asli

80
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Pendidikan memungkinkan manusia untuk terus tumbuh dan berkembang dengan potensi yang dimilikinya hingga mampu untuk mengoptimalkan kemampuannya. Kesuksesan pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar dan mengajar yang dapat mengembangkan bakat, minat dan kepribadian setiap peserta didik. Segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk menyediakan atau menciptakan manusia- manusia terdidik bagi kepentingan bangsa dan negara. Pendidikan menyediakan banyak cabang ilmu pengetahuan yang akan dibutuhkan peserta didik untuk mendukung kemampuannya dalam kepentingan bangsa dan negara salah 1

Upload: fitri-handayani

Post on 25-Jul-2015

193 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia

untuk melakukan pembangunan di segala bidang. Pendidikan memungkinkan manusia

untuk terus tumbuh dan berkembang dengan potensi yang dimilikinya hingga mampu

untuk mengoptimalkan kemampuannya. Kesuksesan pendidikan berkaitan erat dengan

proses belajar dan mengajar yang dapat mengembangkan bakat, minat dan kepribadian

setiap peserta didik. Segala proses pendidikan selalu diarahkan untuk menyediakan atau

menciptakan manusia- manusia terdidik bagi kepentingan bangsa dan negara.

Pendidikan menyediakan banyak cabang ilmu pengetahuan yang akan

dibutuhkan peserta didik untuk mendukung kemampuannya dalam kepentingan bangsa

dan negara salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan cabang ilmu

pengetahuan yang terdapat dalam kurikulum sekolah dan diajarkan disetiap jenjang

sekolah, baik tingkat dasar, menengah, maupun di perguruan tinggi. Menurut Dreeben

(Hamzah, 2001:7) matematika diajarkan di sekolah dalam rangka memenuhi kebutuhan

jangka panjang (long-term functional needs) bagi siswa dan masyarakat. Sedangkan

menurut Sujono (Hamzah, 2001:8) matematika perlu diajarkan di sekolah karena

matematika menyiapkan siswa menjadi pemikir dan penemu, matematika menyiapkan

siswa menjadi warga negara yang hemat, cermat dan efisien dan matematika membantu

1

Page 2: Asli

2

siswa mengembangkan karakternya. Pendapat yang lain adalah pendapat Stanic

(Hamzah, 2001:8) menegaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah

adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, peningkatan sifat kreativitas dan

kritis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran

matematika di sekolah merupakan hal penting yang dibutuhkan suatu negara untuk

membentuk generasi pembangunan yang berkualitas.

Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subyek bukan obyek dan

belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Disamping itu siswa ikut berpartisipasi

ikut mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari. Sedangkan dalam

pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru adalah menciptakan

suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan, proses pembelajaran yang digunakan di SMP

Muhammadiyah 7 Panton Labu adalah pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher

oriented). Siswa masih belum aktif dalam kegiatan pembelajaran dan selama

pembelajaran guru lebih menekankan penyampaian tekstual serta kurang

mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar matematika. Metode pembelajaran

seperti ini umumnya dikenal sebagai metode ekspositori. Diskusi antar kelompok jarang

dilakukan pada metoda ini sehingga interaksi dan komunikasi antara siswa dengan siswa

lainnya maupun dengan guru masih belum terjalin selama proses pembelajaran.

Page 3: Asli

3

Pembelajaran matematika dengan metode ekspositori cenderung meminimalkan

keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam

pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru

mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton

dan kurang menarik. Hal ini masih dianggap kurang mendukung tujuan setiap proses

belajar mengajar yang menginginkan hasil yang optimal. Kegiatan ini akan tercapai

secara optimal jika siswa sebagai subjek terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya

dalam proses belajar mengajar.

Menyangkut hal tersebut, maka dibutuhkan satu metoda yang mampu

meningkatan aktivitas, pola berfikir kritis, dan kreatif serta hasil belajar matematika

khususnya pokok bahasan bangun ruang. Bangun ruang merupakan materi yang sangat

penting dikuasai karena materi ini banyak diaplikasikan dalam ilmu pengetahuan lain,

salah satunya sangat berguna bagi siswa yang ingin melajutkan pendidikan ke jurusan

yang berbasis matematika. Bangun ruang juga sangat dibutuhkan dalam

implementasinya terhadap pendidikan berbasis masyarakat sebagai proses aplikasi

mengingat banyak hal tidak terlepas dari bangun yang bervolum.

Permasalahan di atas menuntut guru mencari solusi guna membantu siswa agar

lebih mudah dalam memahami materi bangun ruang dengan menerapkan pembelajaran

kooperatif. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mencakup suatu kelompok

kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,

Page 4: Asli

4

menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan

bersama lainnya. Salah satu cooperative learning adalah STAD. Menurut Suherman dkk

(2003:260) inti dari STAD (Student TeamsAchievementDivisions) adalah guru

menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang

terdiri atas empat atau lima orang untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh

guru. Setelah selesai mereka menyerahkan pekerjaannya secara tunggal untuk setiap

kelompok kepada guru. Berdasarkan uraian sebelumya, peneliti, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Materi

Bangun Ruang Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas

VII SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian

iniadalah Bagaimanakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD yang

dapat meningkatkan kemampuan siswa pada materi Bangun Ruang dikelas VII di SMP

Muhammadiyah 7 Panton Labu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mendeskripsikan penerapan model pembelajaran tipe STAD yang dapat

Page 5: Asli

5

meningkatkan kemampuan siswa pada materi bangun ruang dikelasVII SMP

Muhammadiyah 7 Panton Labu.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti, Guru dan Sekolah

Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti khususnya yang

terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD. Dapat digunakan sebagai bahan referensi atau masukkan tentang model

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. informasi

bagi lembaga (sekolah) terkait dalam meningkatan mutu pendidikan di Provinsi

Aceh.

2. Bagi Siswa

Memudahkan siswa dalam memahami materi matematika khususnya bangun

ruang dengan semangat kerjasama antar siswa, motivasi dan daya tarik siswa

terhadap matematika.

Page 6: Asli

6

BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Belajar

Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan

proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman”.

Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan relatif

permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman”. Slavin (dalam Anni,

2005:2) menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh

pengalaman”.

Menurut Hitzman belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri

manusia disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku manusia

(Muhibbin, 2005:90). Kegiatan belajar merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Jadi perubahan yang ditimbulkan oleh

pengalaman baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi prilaku dalam kehidupan

sehari-hari dalam batas tertentu.

Menurut Hamalik (2003:50) terdapat unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar

diantaranya: 1) motivasi siswa, 2) bahan belajar, 3) alat bantu belajar, 4) suasana belajar, 5)

kondisi subjek yang belajar. Kelima unsusr inilah yang bersifat dinamis yang dapat berubah,

menguat atau melemah yang mempengaruhi kualitas belajar siswa. Proses belajar pada

6

Page 7: Asli

7

hakikatnya Merupakan perubahan dalam tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu yang

berulang-ulang berdasarkan keadaan seseorang. Pembelajaran adalah upaya menciptakan

iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang

beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan

siswa. (Suyitno, 2004:2)

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian belajar maka

dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang sama dan berulang-ulang

dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah

laku tersebut meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan

pemahaman. Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah

interaksi antara individu dengan lingkungannya.

2.2 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ismail (dalam Widyantini, 2008:4), istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu

model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi

atau metode tertentu, yaitu rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya,

tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar

model tersebut dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Menurut Muslimin (2000), semua model pembelajaran

ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.

Page 8: Asli

8

Menurut Muslimin (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model

pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa

dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada

empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam

kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan

adanya tujuan yang harus dicapai. Sementara menurut Anita dalam Cooperative

Learning (dalam Widyantini, 2008:4), model pembelajaran kooperatif merupakan suatu

model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di

dalamnya menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil

belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman

daritemannya serta mengembangkan keterampilan sosial. Menurut banyak keluhan-

keluhan guru tentang pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah

dilakukan, diantaranya:

a. pemborosan waktu;

b. siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam kelompok;

c. siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya tidak adil;

d. siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan

teman-temannya yang lebih mampu;

Page 9: Asli

9

e. terjadi situasi kelas yang gaduh.

Telah disebutkan di atas bahwa tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi

kelompok bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena

itu, guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga

dapat meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu

pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran kooperatif,

siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka

harusmengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai

berikut.

a) Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

dikerjakan dalam kelompoknya.

b) Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota

kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c) Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang

sama di antara anggota kelompoknya.

d) Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.

e) Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan

keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

Page 10: Asli

10

f) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan

secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota

kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing

individu.

Menurut Muslimin (2000), hasil penelitian yang menunjukkan manfaat

pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:

meningkatkan pencurahan waktu pada tugas;

a) rasa harga diri menjadi lebih tinggi;

b) memperbaiki kehadiran;

c) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;

d) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;

e) konflik antar pribadi berkurang;

f) sikap apatis berkurang;

g) motivasi lebih besar atau meningkat;

Page 11: Asli

11

h) hasil belajar lebih tinggi;

i) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Tabel 2.1 Sintaks/langkah dalam pembelajaran kooperatif

Langkah Indikator Tingkah Laku GuruLangkah 1 Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa.

Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Langkah 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menginformasikan pengelompokkan siswa.

Langkah 4 Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Langkah 5 evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Langkah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok.

Sumber: Widyantini, 2008:6

Menurut Arends (1997), model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk

mencapai 3 (tiga) tujuan yakni :

a. Pretasi Akademik

Page 12: Asli

12

Belajar kooperatif sangat mengunungkan baik bagi siswa yang memiliki

kemampuan tinggi maupun kemampuan rendah. siswa berkemamapuan lebih

tinggi dapat menjadi tutor bagi siswa yang berkemampuan rendah. Dalam

proses ini siswa berkemampuan lebih tinggi secara akademis mendapat

keuntungan, karena pengetahuannya dapat lebih mendalam.

b. Penerimaan akan keanekaragaman

Belajar kooperatif menyajikan peluang bagi siswa dari berbagai laar belakang

dan kondisi, untuk berkerja dan saling bergantung pada tugas–tugas rutin,

melalui penggunaan struktur penghargaan kooperati dapat belajar menghargai

satu sama lain.

c. Pengembangan ketrampilan sosial.

Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan pada siswa keterampilan–

keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli

antara lain Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) adalah tipe Jigsaw, tipe

NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization), dan tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions). Dalam penelitian ini, akan dibahas

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alasan dipilih pembahasan pembelajaran

Page 13: Asli

13

kooperatif tipe STAD karena pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk

memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut

telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang

lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin. Langkah-langkah

penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.

a) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar

yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam

menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan

metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus

dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

b) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan

diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

c) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 anggota,

dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-

beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari

budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

d) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah

diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu

antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan

Page 14: Asli

14

utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep

dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar

kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

e) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu

f) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

emberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

g) Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan kooperatif yang paling

sederhana sehingga mudah digunakan oleh guru-guru yang baru mulai menggunakan

pendekatan pembelajaran kooperatif.

Menurut Slavin (1995,1997) STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang

tetap seperti berikut ini:

1. Mengajar.Guru menyajikan materi pembelajaran. penyajian materi ini meliputi komponen, yakni pendahuluan, pengembangan dan praktek terbimbing pelajaran.

2. Kegiatan kelompok .Siswa berkerjasama dalam kelompok masing-masing untuk mengauasi materi pembelajaran.

3. Tes. siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual (misalnya tes essay atau kinerja)

4. Penghargaan tim.skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat laporan berkala kelas, ataa papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

Page 15: Asli

15

Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD, setelah guru mengajarkan

suatu materi pelajaran, siswa bekerja dalam kelompok dengan dilengkapi lembar kerja

siswa (LKS). Tugas yang ada di dalam LKS terdiri dari tugas-tugas yang dapat

membantu siswa dalam menuntaskan materi pelajaran. Anggota dalam satu kelompok

dapat saling membantu dalam memahami materi tersebut. Di akhir kegiatan

pembelajaran, wakil dari tiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan

kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok tersebut. Setiap minggu atau tiap dua

minggu siswa akan diberi tes, biasanya seaara individual. Nilai yang diperoleh dalam

tes, bagi kelompok yang memperoleh nilai tinggi diberi penghargaan.

Siswa tetap berada dalam kelompok yang sama selama beberapa kali pertemuan.

Aktivitas siswa antara lain mengikuti penjelasan guru secara aktif, bekerja sama dalam

menyelesaikan tugas dalam kelompok, memberikanpenjelasan kepada teman

sekelompoknya, mendorong kelompok untuk berpartisipasi secara aktif, berdiskusi, dan

sebagainya. Agar pembelajaran berlangsung secara efektif, siswa diberikan lembar

kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas anggota kelompok adalah mencapai

ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu teman sekelompoknya

untuk mencapai ketuntasan belajar. Belajar belum selesai jika salah satu teman

sekelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif,

penghargaan diberikan kepada kelompok. Berikut ini langkah–langkah yang umum

Page 16: Asli

16

dilakukan pada model pembelajaran koopretif tipe STAD di dalam kelas (lihat juga

Tabel 2.1).

1. Penyajian kelas

Materi atau bahan dalam pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada awalnya di

sampaikan pada penyajian kelas. Penyajian kelas ini biasanya menggunakan pengajaran

langsung atau diskusi yang dipimpin guru. Penyajiankelas dapat pula menggunakan

audio visual. Penyajian materi pelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

hanya difokuskan pada pokok-pokok tertentu yang di anggap paling penting.

Gambar 2.1 Guru memberikan penjelasan fungsi kelompok

2. Pembentukan kelompok

Page 17: Asli

17

Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa dengan memperhatikan

tingkat kemampuan siswa jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi utama dari kelompok

adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan

belajar, dan untuk lebih spesifik adalah mempersiapkan anggota kelompok menghadapi

kuis (tes). Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mempelajari

materi secara bersama. Belajar bersamaini meliputi mendiskusikan masalah,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang

tidak memahami materi atau membuat kesalahan.

Salah satu cara pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan hasil nilai siswa

adalah seperti berikut ini (lihat tabel 2.2).

Tabel 2.2 Contoh pembagian kelompok berdasarkan hasil nilai siswa

Kemampuan No. Nama Ranking Kelompok

Tinggi

1 Trogonraja 1 A2 Elang 2 B3 Kusuma 3 C4 Valentinus 4 D

Sedang

5 Fitrya 5 D6 Rohman 6 C7 Fakri 7 B8 Ridwan 8 A9 Anwaruddin 9 A10 Fauzia 10 B11 Fahmi 11 C12 Vinsen 12 D

Rendah

13 Febrian 13 D14 Andrew 14 C15 Restu 15 B16 Respati 16 A

Page 18: Asli

18

Sumber: Widyantini, 2008:8

Kelompok A terdiri dari Trogonraja, Ridwan, Anwarudin, dan Respati.Kelompok

B terdiri dari Elang, Fakri, Fauzia, dan Restu. Kelompok Cterdiri dari Kusuma, Rohman,

Fahmi, dan Andrew. Sementara itu,kelompok D terdiri dari Valentinus, Fitrya, Vinsen,

dan Febrian.Menurut Slavin (1995), guru memberikan penghargaan pada

kelompokberdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke

nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

3. Kuis

Setelah siswa belajar dalam kelompoknya masing-masing, siswa diberikan kuis

secara individual maupun kelompok. Saat menjawab kuis yang diberikan kepada

kelompok berupa pertanyaan yang berasal dari siswa kelompok lain atau dari guru.

Siswa dalam satu kelompok wajib mendiskusikan dan menjawabnya. Dan keaktifan

siswa dalam kelompok akan dilihat dan dinilai langsung oleh guru. Berbeda dengan kuis

yang diberikan untuk kelompok, kuis yang diberikan secara individual tidak dibenarkan

adanya diskusi dan saling membantu walau satu kelompok. Siswa sebagai individu

bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipelajarinya.

Page 19: Asli

19

Gambar 2.2 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran4. Skor peningkatan individual

Ide ini dimaksudkan untuk memberikan setiap siswa tujuan yang dapat diperoleh

jika ia bekerja keras dan melakukan lebih baik. Setiap siswa dapat memberikan

kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor, untuk itu siswa harus

bekerja secara baik Siswa rnemperoleh poin untuk kelompoknya didasarkan pada derajat

skor kuis mereka (persentase benar) melampaui skor dasar mereka.Perhitungan skor

perkembangan/peningkatan individual seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3Perhitungan Nilai Peningkatan

Skor tes akhirNilai

Peningkatan

Lebih dari 20 poin dibawah skor awal

20 hingga 1 poin dibawah skor awal

5

10

Page 20: Asli

20

Skor awal hingga 20 poin diatas skor

awal lebih dari 20 poin diatas skor awal

nilai sempurna

20

30

30

Sumber: (Maidiyah, 2004:12)

5. Penghargaan kelompok

Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya

melampui kriteria tertentu. Adapun tingkat penghargaan terhadap prestasi kelompok

adalah kelompok dengan rata-rata skor 15 disebut kelompok batik, kelompok dengan

rata-rata skor 20 disebut kelompok hebat, kelompok dengan rata-rata skor 25 disebut

kelompok super. Skor kelompok siswa dapat juga digunakan untuk menentukan hingga

20% nilai mereka (lihat Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Tingkat Penghargaan Kelompok

Nilai rata – rata kelompok Penghargaan

5-1415-2425-30

BaikHebatSuper

Sumber: (Maidiyah, 2004:12)

Menurut Slavin (1995), guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah

siswa bekerja dalam kelompok.Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok

dijelaskansebagai berikut.Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok, yaitu:

Page 21: Asli

21

a) menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal)dapat

berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangansebelumnya;

b) menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswabekerja dalam

kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-ratanilai kuis I dan kuis II

kepada setiap siswa, yang kita sebut dengannilai kuis terkini;

c) menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukanberdasarkan

selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masingsiswa dengan

menggunakan kriteria berikut ini (lihat Tabel 2.5).

Tabel 2.5 Tabel nilai peningkatan hasil belajar

Kriteria Nilai PeningkatanNilai kuis/tes terkini turunlebih dari 10 poin di bawah nilai awal

5

Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai 10 poindi bawah nilai awal

10

Nilai kuis/testerkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin di atas nilai awal

20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10poin di atas nilai awal

30

Sumber: Widyantini, 2008:9

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilaipeningkatan yang

diperoleh masing-masing kelompok denganmemberikan predikat cukup, baik, sangat

baik, dan sempurna.Kriteria untuk status kelompok (Muslimin dkk, 2000):

Page 22: Asli

22

a) Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15(rata-rata nilai

peningkatan kelompok < 15)

b) Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20(15 < rata-rata

nilai peningkatan kelompok < 20)

c) Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20dan 25 (20 <

rata-rata nilai peningkatan kelompok < 25)

d) Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atausama dengan 25

(rata-rata nilai peningkatan kelompok > 25). Contoh proses penentuan

penghargaan kelompok.

Tabel 2.6 Contoh proses penentuan penghargaan kelompok

Kelompok/ No.

Nama Siswa

Tes Awal

Nilai Kuis

Nilai Kuis II

Rata-rata nilai kuis

I & II

Nilai peningkatan

Nilai Penghargaan Kelompok

I1 Andi 96 97 96 96 20

26 Sempurna

2 Cahya 76 100 100 100 303 Faiz 88 95 96 95 204 Fatma 45 72 62 67 305 Anita 34 31 60 45 30

130Rata-rata= 130:5

=26Pengharagaan kelompok II adalah Sangat Baik

II1 Robin 100 98 98 98 10 18

Sangat Baik2 Jako 73 94 46 70 103 Mefanu 71 83 100 91 30

Page 23: Asli

23

4 Prasetyo - 96 86 91 -5 Budi 66 100 100 100 30

80Rata-rata

= 80:5=18

Pengharagaan kelompok II adalah Sangat BaikSumber: Widyantini, 2008:9

Keterangan:

Nilai dasar (awal) = nilai tes awal.

Nilai kuis/tes terkini = rata-rata nilai kuis I dan kuis II.

Nilai penghargaan kelompok = rata-rata nilai peningkatan di kelompok.

2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Matematika

Langkah-langkah pembelajaran matematika yang akan diterapkan pada model

pembelajaran tipe STAD dengan pendekatan interaktif dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Langkah 1:Penyajian kelas

Materi atau bahan dalam pembelajaran kooperatif Tipe STAD pada awalnya di

sampaikan pada penyajian kelas. Penyajian kelas ini biasanya menggunakan pengajaran

langsung atau diskusi yang dipimpin guru. Penyajian kelas dapat pula menggunakan

audio visual. Penyajian materi pelajaran dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD

hanya difokuskan pada pokok-pokok tertentu yang di anggap paling penting.

Langkah 2: Pembentukan kelompok

Page 24: Asli

24

Kelompok dibentuk terdiri dari empat atau lima siswa dengan memperhatikan

tingkat kemampuan siswa jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi utama dari kelompok

adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan

belajar, dan untuk lebih spesifik adalah mempersiapkan anggota kelompok menghadapi

kuis (tes). Setelah guru menyajikan materi pelajaran, setiap kelompok mempelajari

materi secara bersama. Belajar bersama ini meliputi mendiskusikan masalah,

membandingkan jawaban, dan mengoreksi miskonsepsi jika ada anggota kelompok yang

tidak memahami materi atau membuat kesalahan.

Langkah 3: Kuis

Setelah siswa belajar dalam kelompoknya masing-masing, siswa diberikan kuis

secara individual. Saat mengerjakan kuis, siswa dalam satu kelompok tidak boleh saling

membantu. Siswa sebagai individu bertanggung jawab terhadap apa yang telah

dipelajarinya.

Langkah 4: Skor peningkatan individual

Ide ini dimaksudkan untuk memberikan setiap siswa tujuan yang dapat diperoleh

jika ia bekerja keras dan melakukan lebih baik. Setiap siswa dapat memberikan

kontribusi poin maksimum pada kelompoknya dalam sistem skor, untuk itu siswa harus

bekerja secara baik

Langkah 5: Penghargaan kelompok

Page 25: Asli

25

Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya

melampui kriteria tertentu. Adapun tingkat penghargaan terhadap prestasi kelompok

adalah kelompok dengan rata-rata skor 15 disebut kelompok batik, kelompok dengan

rata-rata skor 20 disebut kelompok hebat, kelompok dengan rata-rata skor 25 disebut

kelompok super. Skor kelompok siswa dapat juga digunakan untuk menentukan hingga

20 % nilai mereka.

2.4 Materi Bangun Ruang

2.4.1 Prisma

Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua bidang sejajar serta beberapa

bidang yang saling berpotongan menurut garis-garis sejajar. Dua bidang yang sejajar

dinamakan bidang alas dan bidang atas. Bidang-bidang lainnya disebut sebagai bidang

tegak. sedangkan jarak antara kedua bidang disebut tinggi prisma.

Prisma diberi nama berdasarkan bentuk segi-n pada bidang alas atau bidang atas.

prisma ada dua jenis yaitu prisma tegak dan prisma miring, Pada bahasan ini khusus

dibahas prisma tegak saja. prisma tegak adalah prisma yang rusuk-rusuk tegaknya tegak

lurus terhadap bidang alas.

Page 26: Asli

26

Gambar 2.3 Prisma tegak segi empat ABCD, EFGH

a. A,B,C,D,E F,G,H adalah titik-titik sudut prisma

b. Segi empat ABCD adalah bidang alas prisma

c. Segi empat EFGH adalah bidang atas prisma

d. ABEF,DCHG, BCHE, dan ADGF adalah sisi - sisi tegak prisma

e. AB, BC, CD,DA adalah rusuk-rusuk prisma pada bidang alas

f. FE, EH,HG,GF adalah rusuk-rusuk prisma pada bidang datar

g. AF, BE,CH,dan DG adalah rusuk tegak prisrna

h. DBEG disebut bidang diagonal

2.4.2 Limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah segi-n (yang disebut

bidang alas) dan beberapa buah bidang berbentuk segitiga (yang disebut bidang tegak)

yang bertemu pada satu titik persekutuan (yang disebut titik puncak). Limas diberi nama

berdasar segi-n pada bidang alasnya.

Page 27: Asli

27

Gambar2.4 Limas segi empat T,ABCD

a. A,B,C,D adalah titik sudut limas dan T adalah titik puncak

b. AB,BC,CD, DA adalah rusuk bidang sisi alas limas

c. TA,TB,TC,TD adalah rusuk sisi bidang tegak limas

d. TAB,TBC,TCD,TAD adalah bidang sisi tegak limas

e. TP disebut tinggi limas

f. BDT disebut bidang diagonal limas.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan melihat

hasil belajar siswa berdasarkan nilai evaluasi yang dilakukan pada bidang studi

matematika. Pelaksanaan penelitian difokuskan dalam pokok bahasan Bangun Ruang Sisi

Datar, yakni pada kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012, model

Page 28: Asli

28

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang dipilih dalam pelakanaan penelitian

ini adalah model STAD.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu Kabupaten

Aceh Utara, termasuk SMP tempat peneliti mengajar guna memudahkan pemantauan

perubahan kemampuan siswa. Peneliti merupakan penduduk daerah sekitar sekolah dan

mengenal siswa yang umumnya juga bermukim di daerah yang sama. Hal ini semakin

memudahkan peniliti untuk melakukan perbandingan keaktifan siswa sebelum menerima

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan setelah

menerima pembelajarannya. Sekolah ini masih termasuk sekolah pedalaman karena

jarak jangkau dari pusat kota yang cukup jauh. Kondisi ini menyulitkan siswa untuk

mendapatkan fasilitas pendukung seperti bahan bacaan praktis matematika seperti dari

initernet. Guru yang dilibatkan secara langsung dalam penelitian ini adalah guru kelas

VII dan Kepala Sekolah.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-1 SMP Muhammadiyah 7 Panton

Labu Kabupaten Aceh Utara yang berjumlah 28 siswa dan terdiri dari 12 siswa laki–laki dan 16

orang siswa perempuan. Penentuan subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti melalui

pertimbangan dari guru bahwa kelas tersebut belum pernah digunakan sebagai subjek penelitian.

27

Page 29: Asli

29

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa hasil evaluasi dari tes awal

hingga tes akhir, keaktifan siswa, respon dari siswa maupun guru yang berada di

lingkungan sekolah khususnya di lingkungan kelas VII-1 dari setiap pertemuan selama

proses belajar mengajar dan data lainnya yang mendukung. Untuk mendapatkan data

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa:

1. Tes

Tes yang digunakan berupa kuis individu yang fungsinya untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa setelah mempelajari materi himpunan dengan menggunakan

model pembelajran kooperatif tipe STAD. Tes ini akan menghasilkan lembar

penghargaan untuk tiap siswa.

2. Observasi

Dalam penelitian ini terdapat dua pedoman observasi, yaitu observasi keaktifan

siswa dan observasi pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Observasi

keaktifan siswa difokuskan pada pengamatan keaktifan siswa selama proses

pembelajaran pada materi bangun ruang. Sedangkan observasi pelaksanaan

pembelajaran STAD difokuskan pada aktivitas guru maupun siswa selama proses

pembelajaran. Dan pengamatan yang belum terdapat pada pedoman observasi dituliskan

pada lembar catatan lapangan.

Page 30: Asli

30

3. Angket

Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang fungsinya untuk mengetahui respon

siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

tahap–tahap berikut ini:

1. Reduksi data, merupakan proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan dan

menyederhanakan data yang diperoleh mulai awal kegiatan pengumpulan data

hingga penyusunan laporan hasil penelitian.

2. Penyajian data, dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang diperoleh dari

hasil reduksi. Seluruh informasi yang diperoleh disusun secara naratif yang

memungkinkan penelitian untuk membuat kesimpulan dan mengambil tindakan.

3. Penarikan kesimpulan, merupakan pengungkapan akhir dari setiap tindakan yang

diberikan. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data dan memberikan

penjelasan. selanjutnya. dilakukan kegiatan verifikasi data.

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data yaitu

kegiatan pemilihan data, penyelenggaraan data serta transformasi data kasar dari hasil

catatan lapangan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi dalam bentuk tes naratif

Page 31: Asli

31

yang disusun, diatur dan diringkas sehinggamudah untuk dipahami. Hal ini dilakukan

secara bertahap kemudian dilakukan penyimpulan dengan cara diskusi bersama mitra

seprofesi. Untuk menjamin pemantapan dan kebenaran data yang dikumpulkan dan

dicatat dalam penelitian digunakan triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan

sumber data yag telah ada (Sugiyono, 2005:83)

1. Analisis Hasil Belajar Siswa

Hasil tes siswa dianalisis untuk menentukan peningkatan ketuntasan siswa, nilai

individu , skor kelompok dan penghargaan kelompok.

a. Peningkatan ketuntasan mengikuti ketentuan sekolah bawa siswa dinyatakan

lulus dalam setiap tes jika nilai yang diperoleh ≥ 65 dengan niali maksimum

100. Maka dalam penelitian ini juga menggunakan ketentuan yang ditetapkan

sekolah. Untuk menentukan persen (persen) ketuntasan siswa

dengan ,menggunakan persen (%) ketuntasan yaitu sebagai berikut:

Persentase (% ) ketuntasan= Jumlah siswa tuntasJumlah siswa

x 100 %

b. Peningkatan prestasi siswa juga dilihat dari hasil belajar jangka pendeknya

yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai rat-rata pada setiap siklus. Dari data

diperoleh skor untuk setiap tes, rata-rata nilai siswa dengan menggunakan

perhitungan sebagai berikut:

Page 32: Asli

32

x=∑i=1

i=28

x1

n

, dengan x = nilai siswa; n= jumlah siswa

c. Peningkatan nilai individu siswa diperolej dengan membandingkan skor dasar

siswa (rata-rata nilai siswa sebelumnya) dengan nialai sekarag. Aturan

pemberian skor peningkatan individu mengikuti aturan dalam Widyantini

(2008: 9) seperti pada halaman 21.

d. Perolehan penghargaan kelompok dengan melihat jumlah rata-rata skor

tiap kelompok. Aturan perolehan penghargaan kelompok mengikuti aturan seperti

pada halaman 22 (Widyantini, 2008:9).

2. Analisis Data Observasi

Untuk memperoleh analisis data observasi yang baik, ada dua hal pokok yang

harus ditinjau yaitu data observasi keaktifan siswa dan data observasi kemampuan guru.

2a. Analisis Data Kemampuan Guru

Selain data keaktifan siswa, data kemampuan guru juga dibutuhkan untuk

menunjang keberhasilan model pemebelajaran kooperatif tipe STAD. Data kemampuan

guru berpedoman pada lembar observasi kemampuan guru. Peniliaian dilihat dari hasil

skor pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar

observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar peran guru untuk

mengarahkan, membimbing dan pemahaman konsep yang akan dibawakan di dalam

kelas. Kemampuan guru dalam hal ini dilihat dari keaktifan kelas yang dibimbingnya

Page 33: Asli

33

selama dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap tindakan persentase

diperoleh dari rata-rata persentase kemampuan pada tiap pertemuan. Hasil data observasi

ini dianalisis dengan pedoman kriteria sebagai berikut (Tabel 3.1):

Tabel 3.1 Kriteria kemampuan guru

Persentase Kriteria

75% - 100% Sangat Tinggi

50% - 74, 99% Tinggi

25% - 49,99 % Sedang

0% - 24,99% Rendah

Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat

empat kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa (Sugiyono,

2001:81) berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut:

Persentase=Skor keseluruhan yang diperolehkelompokJumlah kelompok x skor maksimum

x100 %

2b. Analisis data Observasi Keaktifan Siswa

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui keaktifan siswa yang

berpedoman pada lembar observasi keaktifan siswa. Peniliaian dilihat dari hasil skor

pada lembar observasi yang digunakan. Persentase diperoleh dari skor pada lembar

observasi dikualifikasikan untuk menentukan seberapa besar keaktifan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran. Untuk setiap siklus persentase diperoleh dari rata-rata

Page 34: Asli

34

persentase keaktifan siswa pada tiap pertemuan. Hasil data observasi ini dianalisis

dengan pedoman kriteria sebagai berikut (Tabel 3.2):

Tabel 3.2 Kriteria keaktifan siswa

Persentase Kriteria

75% - 100% Sangat Tinggi

50% - 74, 99% Tinggi

25% - 49,99 % Sedang

0% - 24,99% Rendah

Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam lembar observasi terdapat

empat kriteria keaktifan. Cara menghitung persentase keaktifan siswa (Sugiyono,

2001:81) berdasarkan lembar observasi untuk tiap pertemuan adalah sebagai berikut:

Persentase=Skor keseluruhan yang diperolehkelompokJumlah kelompok x skor maksimum

x100 %

3. Analisis Angket Respon Siswa

Angket respon siswa terdiri dari 18 pertanyaan dengan rincian 16 butir

pertanyaan positif (+) dan dua butir pertanyaan negatif (-). Penskoran angket

untuk butir (+) adalah 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk

jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah. Untuk butir (-)

adalah skor 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jwaban sering, 3 untuk jawaban

kadang-kadang dan 4 untuk jawaban tidak pernah. Data hasil angket dibuat

kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut:

Page 35: Asli

35

Persentase= Jumlah skor hasil pengumpulan dataJumlahskor bila setiapbutir mendapat skor tinggi

x 100 %

Tabel 3.3 Kriteria respon siswa

Persentase Kriteria75% - 100% Sangat Tinggi

50% - 74, 99% Tinggi25% - 49,99 % Sedang0% - 24,99% Rendah

Peneliti menggunakan kriteria tersebut karena dalam angket respon terdapat

empat pilihan jawaban sehingga terdapat empart kriteria respon. Cara menghitung

persentase angket respon menurut Sugiyono (2001:81) sebagai berikut:

Persentase= Jumlah skor hasil pengumpulan dataJumlahskor bila setiapbutir mendapat skor tinggi

x 100 %

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang telah

dilakukan pada materi bangun ruang dikelas VII-I SMP Muhammdiyah 7 PantonLabu

diperoleh hasil penelitian mengenai hasil belajar siswa, Aktivitas siswa selama

pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran, serta respon. Analisis

data hasil penelitian yang telah diperoleh dilakukan dengan mengolah semua data atau

Page 36: Asli

36

informasi yang diperoleh dari hasil observasi, angket dan data tes ujian, selajutnya

dideskripsikan dan dikelompokkan berdasarkan permasalahan masing–masing. Adapun

hasil penelitian yang telah diperoleh seperti uraian berikut.

4.1.1 Hasil Belajar Siswa

Sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi

bangun ruang kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu, peneliti memberikan

pretes kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan sebelum dilaksanakan

kegiatan pembelajaran. Hasil prestes yang diberikan kepada siswa akan dijadikan

sebagai tolak ukur peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi bangun ruang. Data ini akan digunakan

sebagai data pembanding yang akan digunakan pada pemberian penghargaan terhadap

siswa sekaligus sebagai data pembanding tingkat keaktifan siswa. Berdasarkan pretes

yang telah diberikan kepada siswa, diperoleh data awal kemampuan siswa yang

ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kemampuan siswa sebelum pembelajaran kooperatif tipe STAD

No. NISN Nama SiswaNilai Prestes

Siswa

Keterangan

( KKM > 65 )

1 9981122936 Subjek 1 23 Tidak Tuntas

2 9981122913 Subjek2 36 Tidak Tuntas

36

Page 37: Asli

37

3 9981122957 Subjek3 34 Tidak Tuntas

4 9991708669 Subjek4 32 Tidak Tuntas

5 9981122918 Subjek5 43 Tidak Tuntas

6 9981122939 Subjek6 44 Tidak Tuntas

7 9981122900 Subjek7 41 Tidak Tuntas

8 9981122937 Subjek8 43 Tidak Tuntas

9 9991708652 Subjek9 42 Tidak Tuntas

10 9986251656 Subjek10 35 Tidak Tuntas

11 9991708664 Subjek11 35 Tidak Tuntas

12 9935435681 Subjek12 24 Tidak Tuntas

13 9981122947 Subjek13 34 Tidak Tuntas

14 9981122954 Subjek14 56 Tidak Tuntas

15 9981122953 Subjek15 26 Tidak Tuntas

16 9981122920 Subjek16 25 Tidak Tuntas

17 9971300662 Subjek17 28 Tidak Tuntas

18 9981122955 Subjek18 26 Tidak Tuntas

19 9981122907 Subjek19 28 Tidak Tuntas

20 9991708680 Subjek20 38 Tidak Tuntas

21 9981122948 Subjek21 48 Tidak Tuntas

22 9981122934 Subjek22 59 Tidak Tuntas

23 9981122902 Subjek23 48 Tidak Tuntas

24 9991708684 Subjek24 46 Tidak Tuntas

25 9956452136 Subjek25 45 Tidak Tuntas

Page 38: Asli

38

26 9991708656 Subjek26 43 Tidak Tuntas

27 9991708682 Subjek27 30 Tidak Tuntas

28 9981122919 Subjek28 38 Tidak Tuntas

29 9991708953 Subjek29 40 Tidak Tuntas

Jumlahrata–rata

37,59

Sumber: hasil tes

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, diketahui bahwa kemampuan siswa kelas SMP

Muhammadiyah 7 Panton labu sebelum model pembelajaran kooperatif tipe STAD

diterapkan bangun ruang di bawah nilai keteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65

yang ditetapkan sekolah tersebut. Sehingga dalam hal ini, tidak ada siswa yang

mencapai ketuntasan berdasarkan KKM yang ditetapkan sekolah.

Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi

bangun ruang di kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu. Penelitian memberikan

postes untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi bangun ruang untuk masing-

masing pertemuan. Postes diberikan kepada siswa mengenai pokok bahasan kubus dan

balok yang telah diajarkan. Berdasarkan postes yang diberikan kepada siswa, diperolah

data hasil belajar siswa pada materi bangun ruang seperti tabel berikut ini.

Tabel 4.2 Kemampuan siswa setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD

No. NISN Nama Siswa Nilai Prestes Siswa

Keterangan

Page 39: Asli

39

( KKM > 65 )

1 9981122936 Subjek 1 75Tuntas

2 9981122913 Subjek 2 67Tuntas

3 9981122957 Subjek 3 78,5Tuntas

4 9991708669 Subjek 4 50,8Tidak Tuntas

5 9981122918 Subjek 5 68Tuntas

6 9981122939 Subjek 6 72Tuntas

7 9981122900 Subjek 7 45Tidak Tuntas

8 9981122937 Subjek 8 63Tidak Tuntas

9 9991708652 Subjek 9 76Tuntas

10 9986251656 Subjek 10 68Tuntas

11 9991708664 Subjek 11 85Tuntas

12 9935435681 Subjek 12 48Tidak Tuntas

13 9981122947 Subjek 13 67Tuntas

14 9981122954 Subjek 14 68Tuntas

15 9981122953 Subjek 15 47Tuntas

16 9981122920 Subjek 16 49Tidak Tuntas

17 9971300662 Subjek 17 45Tidak Tuntas

18 9981122955 Subjek 18 67Tuntas

19 9981122907 Subjek 19 76Tuntas

20 9991708680 Subjek 20 67Tuntas

21 9981122948 Subjek 2150

Tidak Tuntas

22 9981122934 Subjek 2278

Tuntas

Page 40: Asli

40

23 9981122902 Subjek 2347

Tidak Tuntas

24 9991708684 Subjek 2467

Tuntas

25 9956452136 Subjek 2578

Tuntas

26 9991708656 Subjek 2678

Tuntas

27 9991708682 Subjek 2778

Tuntas

28 9981122919 Subjek 2868

Tuntas

29 9991708953 Subjek 2967

Tuntas

Jumlahrata – rata

65,29

Sumber: hasil tes

Dari data hasil belajar siswa pada materi bangun ruang seperti pada Tabel 4.2 di

atas, terlihat bahwa banyaknya siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar berjumlah

8 orang atau sebesar 27,59% sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan secara

individual berdasarkan nilai KKM yang ditetapkan oleh SMP Muhammadiyah 7 Panton

Labu sebanyak 21 orang siswa atau sebesar 72,41 %.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa materi bangun

ruang di kelas VII-I SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu yang diajarkan dengan model

pembelajaran Kooperatif tipe STADmemiliki peningkatan hasil belajar mencapai 72 %.

Untuk menentukan kriteria peningkatan hasil belajar setelah diterapkan madel

pembelajaran kooperatif tipe STAD peneul mengacu pada kriteria yang dietapkan oleh

Riduwan (2003 : 228 ), yakni :

Page 41: Asli

41

0,80 – 0,100 : Sangat tinggi

0,60 – 0,799 : tinggi

0,40 – 0,599 :Cukup

0,20 – 0,399 : rendah

0,00 – 0,199 : Sangat rendah

Apabila ditinjau berdasarkan peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan

sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada matei bangun ruang

pada siswa kelas VII SMP Muhammdiyah 7 Panton Labu berdasarkan nilai pretes dan

postes siswa, maka dapat dilihat peningkatan hasil belajar siswa seperti pada Tabel 4.3.

Tabel ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi bangun ruang.

Tabel 4.3Peningkatan prestasi siswa

No. NISN Nama SiswaNilai Pretes Siswa

Nilai Post tes

Siswa

Koefisien Peningkatan Hasil

Belajar Siswa

1 9981122936 Subjek 1 23 75 0,522 9981122913 Subjek 2 36 67 0,313 9981122957 Subjek 3 34 78,5 0,454 9991708669 Subjek 4 32 50,8 0,195 9981122918 Subjek 5 43 68 0,256 9981122939 Subjek 6 44 72 0,287 9981122900 Subjek 7 41 45 0,048 9981122937 Subjek 8 43 63 0,20

Page 42: Asli

42

9 9991708652 Subjek 9 42 76 0,3410 9986251656 Subjek 10 35 68 0,3311 9991708664 Subjek 11 35 85 0,5012 9935435681 Subjek 12 24 48 0,2413 9981122947 Subjek 13 34 67 0,3314 9981122954 Subjek 14 56 68 0,1215 9981122953 Subjek 15 26 47 0,2116 9981122920 Subjek 16 25 49 0,2417 9971300662 Subjek 17 28 45 0,1718 9981122955 Subjek 18 26 67 0,4119 9981122907 Subjek 19 28 76 0,4820 9991708680 Subjek 20 38 67 0,2921 9981122948 Subjek 21 48 50 0,0222 9981122934 Subjek 22 59 78 0,1923 9981122902 Subjek 23 48 47 0,0124 9991708684 Subjek 24 46 67 0,2125 9956452136 Subjek 25 45 78 0,3326 9991708656 Subjek 26 43 78 0,3527 9991708682 Subjek 27 30 78 0,4828 9981122919 Subjek 28 38 68 0,3029 9991708953 Subjek 29 40 67 0,27

Jumlah rata – rata 37,59 65,29 0,2829

Sumber: hasil tes

Dari tabel diatas, berdasarkan koefisien peningkatan hasil belajar siswa yang

diperoleh dari selisih nilai postes dengan nilai pretes siswa (nilai postes–nilai pretes)

yang dibagi 100 (nilai tertinggi dalam penilaian) menunjukan bahwa secara umum

terdapat hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada materi bagun ruang di kelas VII-I SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu.

Dari jumlah rata-rata koefisien peningkatan hasil belajar siswa sebesar 0,2829 dan

Page 43: Asli

43

mengacu pada kriteria peningkatan yang telah ditetapkan, disimpulkan bahwa

peningkatan hasil belajar siswa dikategorikan masih rendah.

4.1.2 Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

materi Bangun ruang. Aktivitas siswa yang diamati selama pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada mater bangun ruang di kelas VII-I SMP Muhammdiyah 7 Panton Labu

dilakukan terhadap 1 kelompok siswa. Setiap anggota kelompok siswa yang diamati

selama pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari siswa yang berkemampuan

pandai, sedang dan rendah. Dari hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa selama

berlangsungnya pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilakuakan sebanyak dua kali

pertemuan, diperoleh hasil penelitian seperti pada tabel yang disajikan pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Presentase aktivitas siswa berdasarkan pengamatan

No Katagori pengamatanWaktu

Ideal

Toleransi

( 5 % )

Presentase aktivitas siswa

Rerata (%)RPP

I

RPP

II

1. Mendengarkan/ memperhatikan penjelasan

15% 7%< P < 18% 23.03 20,45 21,74

Page 44: Asli

44

guru/teman.

2. Membaca/memahami masalah di LKS

10% 5%< P < 15% 18,42 15.65 17.04

3. Menyelesaikan masalah atau menemukan solusi pemecahan masalah

25% 22%< P < 32% 13,82 10,62 12,22

4. Membandingkan temuan diskusi kelompok dengan hasil diskusi kelompok lainna.

25% 25%< P < 35% 9,87 11,35 10,61

5. Bertanya/menyampaikan pendapat atau ide kepada guru atau teman sekelompok

15% 5%< P < 15% 17,11 10,58 13,85

6. Menarik simpulan Suatu konsep yang ditemukan atau suatu prosedur yang dikerjakan siswa.

10% 5%< P < 15% 14,47 24,74 19,61

7. Prilaku yang tidak relevan dengan KBM seperti, Melamun, berjalan- jalan diluar kelompok belajarnya. membaca buku lain/ mengerjakan tugas mata pelajaran lain,bermain–main denganteman atau mengganggu teman lain).

2% 2%< P < 15% 3,29 6,61 4.95

Berdasarkan hasil penelitian mengenai aktivitas siswa seperti disajikan pada

tabel 4.4 diatas, serta mengacu pada waktu ideal persentase toleransi yang ditetapkan,

diketahui persentase rata–rata aktivitas siswa untuk katagori pengamatan yang terdapat

pada nomor 1,2,3,4,5 dan 6 berada di dalam batas interval persentase toleransi yang

Page 45: Asli

45

ditetapkan. sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran pada

materi bangun ruang telah efektif.

4.1.3 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Kooperaif Tipe STAD

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan juga diperoleh data tingkat

kemmpuan guru dalam mengelola pembelajaran kooperaif tipe STAD pada maeri

bangun ruang di kelas VII SMP Muhammadiyah 7 Panton Labu. Adapun data tingkat

kemapuan guru diperoleh berdasarkan pengamatan Guru sekolah SMP Muhammadiyah

7 Panton Labu yang bertindak sebagai Observasi. Data tingkat kemampuan guru yang

telah diperoleh disajikan seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Tingkat kemampuan guru (TKG) mengelola pembelajaran

Aspek yang diamati RPPRata- rata

Kegiatan pendahuluan I II

Kemampuan guru memotivasi siswa/ mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

3 3 3

Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau membahas PR

4 3 3,5

Kemampuan menginformasikan langkah – langkah pembelajaran

3 5 4

Kemampuan menggunakan alat/media seperti alat peraga lainnya untuk menarik perhatian siswa

3 4 3,5

Kegiatan inti

Page 46: Asli

46

Kemampuan guru menjelaskan atau mengajukan masalah real/nyata

4 4 4

Kemampuan mengarahkan siswa untuk menemukan jawabn dan cara memecahkan masalah.

3 5 4

Kemampuan mengamati cara siswa menyelesaikan soal/ masalah

3 5 4

Kemampuan mendorong siswa untuk membandingkan jawaban dengan teman.

4 4 4

Kemampuan mendorong siswa untuk mau bertanya, mengeluarkan pendapat atau menjawab pertanyaan.

3 4 3,5

Kegiatan Penutup

Kemampuan menegaskan hal – hal penting/inisari berkaitan dengan pembelajaran.

4 5 4,5

Kemampuan megelola Waktu 5 5 5

Antusias Siswa 4 4 4

Antusias Guru 5 5 5

Rata – rata 3,77 4,08 3,93

Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kemamapuan guru seperti tabel 4.5 diatas,

diketahui bahwa rata–rata tingkat kemampuan guru pada pertemuan pertama dan kedua

di peroleh skor masing masing yaitu 3,77 dan 4,08 sedangkan rata–rata dari rata–rata

tingkat kemampuan guru (TKG) untuk RPP I dan RPP II adalah 3,39. Dengan mengacu

pada kreteria tingkat kemampuan Guru (TKG) yang ditetapkan, maka tingkat

kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi

Page 47: Asli

47

Bangun ruang di katakan Baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan

guru mengelolah pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi bangun ruang dikelas

VII-I SMP Muhammdiyah 7 Panton Labu adalah Cukup.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis nilai matematika semester I siswa kelas VII SMP

Muhammadiyah 7 Panton Labu menunjukkan keadaan sampel yang homogen. Artinya

data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Ini

menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok mempunyai

kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen dapat diberi perlakuan

yaitu dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan kelas kontrol menggunakan metode ekspositori, nilai kontrol dilakukan

menggunakan pretes untuk melihat kemampuan siswa dalam metode eksipositori

(berorientasi pada guru). Dalam pembelajaran ini waktu yang digunakan adalah 3 kali

pertemuan (6 jam pelajaran). Setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol didapatkan rata-rata hasil belajar matematika kelas ekperimen untuk tiap-tiap

aspek lebih baik dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika.

Pada awal penelitian siswa yang menjadi sampel pada kelas eksperimen merasa

kebingungan dan merasa mendapat beban dengan adanya suatu metode yang tidak biasa

mereka dapatkan, namun dengan bimbingan guru, siswa mulai dapat memahami dan

dapat menyesuaikan diri dengan metode ini. Pada saat pengelompokkan terkadang

Page 48: Asli

48

terjadi kegaduhan yang menyita waktu pembelajaran. Bersama dengan teman

sekelompoknya siswa menyelesaikan tugas dan mengerjakan LKS. Dengan adanya

kebebasan yang lebih untuk beraktivitas, proses pembelajaran terkadang mengalami

gangguan dengan adanya siswa yang saling mengganggu antar kelompok dan timbulnya

ketidakcocokan antar anggota dalam satu kelompok, akan tetapi hal ini dapat

dikendalikan oleh guru. STAD didesain untuk memotivasi siswa supaya memberi

semangat dan tolong menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan

guru.

Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran STAD

pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar lebih baik karena siswa lebih mudah

menentukan dan memahami konsep-konsep yang sulit dengan mendiskusikan bersama

temannya. Melalui diskusi akan terjalin komunikasi dan terjadi interaksi dengan siswa

lain dengan saling berbagi ide serta memberi kesempatan pada siswa untuk

mengungkapkan pendapatnya. Dengan belajar secara berkelompok siswa yang lebih

pandai dapat memberikan bantuan kepada siswa yang kurang pandai. Ini dapat

menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa yang akan berdampak positif pada hasil

belajar mereka.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran

dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan menerapkan metode baru siswa

tidak merasa jenuh sehingga termotivasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Page 49: Asli

49

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD siswa yang aktif hanya siswa tertentu saja dan belum menyeluruh sehingga

kesan pembelajaran searah masih terlihat. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif tipe

STAD siswa yang berkemampuan rendah masih merasa rendah diri.

Pada kelas pra perlakuan yang pembelajarannya menggunakan metode

ekspositori peranan lebih aktif dimainkan oleh guru yang lebih banyak memainkan

aktivitas dibandingkan dengan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

berkurang karena metode ini merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru.

Guru aktif memberikan penjelasan terperinci tentang materi, mengelola dan

mempersiapkan bahan ajar, kemudian menyampaikan kepada siswa. Sebaliknya siswa

berperan pasif tanpa banyak melakukan kegiatan. Seringkali siswa yang pandai merasa

dirinya mampu untuk menyelesaikan tugas sendiri, siswa yang kurang pandai hanya

menyalin pekerjaan siswa yang lebih pandai serta adanya rasa takut untuk mengeluarkan

pendapat. Hal ini membuat guru kesulitan untuk mengetahui siswa mana yang kurang

mampu menyerap materi pelajaran yang diberikan.

Berdasar hasil observasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran pada kelas eksperimen menunjukkan adanya peningkatan persentase dari

tindakan I sampai dengan tindakan akhir (III). Pada tindakan I dan II dari perhitungan

persentase menunjukkan pembelajaran sudah baik, sedangkan pada tindakan III

persentase menunjukkan bahwa pembelajaran menjadi sangat baik. Selain kemampuan

Page 50: Asli

50

guru, aktivitas siswa dalam pembelajaran pun meningkat. Hal ini terlihat dari

peningkatan persentase aktivitas siswa dari tindakan I sampai III. Pada tindakan I

menunjukkan aktivitas siswa cukup, tindakan II menunjukkan aktivitas siswa baik,

sedang tindakan III menunjukkan aktivitas siswa menjadi sangat baik.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen

memiliki peningkatan keaktifan siswa yang signifikan. Hal ini didukung oleh aktivitas

siswa dan kemampuan guru yang semakin meningkat pada setiap pembelajaran. Secara

umum adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

dimungkinkan karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan

keterampilan siswa dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan menerima orang lain untuk

menyelesaikan tugas secara bersama sehingga memotivasi siswa untuk belajar dan

akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Page 51: Asli

51

Berdasarkan hasil data, maka dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD sudah dapat mencapai taraf peningkatan kemampuan siswa

dalam pembelajaran matematika pada materi bangun di kelas VII SMP Muhammadiyah

7 Panton Labu. Selain itu penerapan model pembelajaran tipe STAD juga dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa dan juga meningkatkan kinerja guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran.

5.2 Saran - saran

Mengingat penerapan model pembelajaran koopretif tipe STAD dapat

meningkatkan kemampuan siswa, oleh karena itu siswa menyarankan:

1. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh kemungkinan masih dapat kesalahan

baik dari peneliti maupun dari pengamat (observasi). Oleh karena itu,

diharapkan kepada peneliti lain agar memilih observasi yang memiliki

pemahaman sesuai dengan bidang penelitian yang dilakukan.

2. Disarankan pada pihak lain untuk melakukan penelitian yang sama pada materi

lain sebagai bahan perbandingan dari hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri Semarang.

51

Page 52: Asli

52

Darmawan, 2009.Upaya Meningkatan Basil Belajar siswa tentang Bagun Datar Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Seminar FKIP

Unsyiah.

Hamalik, Oemar. 2003. Matematika Kreatif: Konsep dan Terapannya. Yogyakarta: Tiga Serangkai.

Hamzah. 2007. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Pembelajaran Konstruktivisme, (online), ( WWW.DEPDIKNAS.GO.ID, diakses 11 Juni 2012)

Maidiyah, Erni. 2004. Makalah Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis

Kompetensi. Darussalam, Banda Aceh: FKIP Unsyiah.

Muhibbun, Syah. 2005. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslimin, dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta: Departeman Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Wina, Sanjaya. 2007. Strategi pembelajaran Kooperatif: Berorientasi standar proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.