asma bronkhial akper pemkab muna
TRANSCRIPT
16
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversibledimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respontrakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
2. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya cara penurunannya dekat juga menderita penyakit
alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena
penyakit asma bronchial jika terpapar dengan factor pendetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan
16
b. Faktor presipitasi
Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu inhalan, yang
masuk melalui saluran pernapasan, ingestan, yang masuk melalui
mulut, kontaktan, yang masuk melalui kontrak dengan kulit
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asama. Atmaosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja
Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
16
3. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu
dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
c. Asma gabungan
16
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
4. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama
melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan
erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
16
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat
sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal
yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi
sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal
ini bisa menyebabkan barrel chest.
5. Manifestasi Klinis
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
Pencetus :• Allergen• Olahraga• Cuaca• Emosi
Imunrespon
menjadiaktif
Pelepasan mediatorhumoral• Histamine• SRS-A• Serotonin• Kinin
• Bronkospasme• Edema mukosa• Sekresi
meningkat• inflamasi
Penghambatkortikosteroid
16
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah
sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang
merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.
6. Manajemen medik
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan napas dengan segera
b. Mengenal dan menghindari factor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan
penyakitnya, sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang
diberikan.
Pengobatan pada asma bronchial terbagi atas 2 yaitu :
a. Pengobatan non farmakologik
Memberikan penyuluhan
Menghindari factor pencetus
Pemberian cairan
16
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu
b. Pengobatan farmakologik
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas, seperti
simpatomimetik / anrenergi (orsiprenalin, fenoterol, terbutalin), sentin
(teofilin) seperti aminofilin, aminofilin, teofilin)
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegahan
serangan asma, terutama untuk asma alergik.
Ketolifen yang mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin.
7. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
f. Deformitas thoraks
g. Gagal napas.
16
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Aktivitas / Istrahat
Tanda : kelemahan, adanya penurunan kemampuan/peningkatan
kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. Tidur
dalam posisi duduk tinggi
Gejala : Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-
hari karena sulit bernapas.
Pernapsan
Tanda : Dispenea, bunyi napas mengi, adanya batuk berulang,
napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
susah dalam bernapas
Gejala : Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi
jantung, kemerahan atau berkeringat
Integritas ego
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah
16
Gejala : Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya,
klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup
Makanan dan cairan
Tanda : Penurunan berat badan, porsi makan tidak dihabiskan
Gejala : Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena
susah untuk bernapas, klien mengatakan nafsu makannya
menurun.
Interaksi sosial
Tanda : Keterbatasan mobilitas fisik, susah bicara atau terbata-
bata, adanya ketergantungan pada orang lain.
Gejala : Klien mengatakan susah untuk berbicara.
Seksualitas
Tanda : Penurunan libido
Gejala : Klien mengatakan nafsu untuk melakukan seks menurun
b. Klasifikasi Data
Data Subyektif
Klien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernapas.
Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya.
Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena susah untuk
bernapas
16
Klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup karena susah
bernapas
Klien mengatakan nafsu makannya menurun.
Klien mengatakan susah untuk berbicara.
Klien mengatakan nafsu untuk melakukan seks menurun
Data Obyektif
Kelemahan, adanya penurunan kemampuan
Dispenea, susah dalam bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk berulang
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi jantung
Kemerahan atau berkeringat
Ansietas
Gelisah
Penurunan berat badan
porsi makan tidak dihabiskan
Keterbatasan mobilitas fisik
16
Susah bicara atau terbata-bata
Penurunan libido
c. Analisa Data
Data Penyebab Masalah1 2 3
Ds :
Klien mengatakan
kesusahan dalam
bernapas.
Do :
Dispenea
Susah dalam
bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk
berulang
Napas memburuk
ketika pasien
berbaring
terlentang,
Peningkatan
frekuensi jantung
Faktor penyebab asma
(ekstrinsik dan
intrinsik)
↓
Respon imun yang
buruk terhadap
lingkungan
Merangsang produksi
antibody Ig E
↓
Merangsang
parasimpatis otonom
sistem napas : reflex
axon neuropeptida
↓
Degranulasi sel mast,
epitel, makrofag
↓
Merangsang pelepasan
mediator kimia terjadi
pengeluaran histamine,
bradikinin
Konstriksi otot polos
Gangguan pertukaran gas
16
bronkus
↓
Bronkospasme
↓
Udara terperangkap
dalam saccus alveolus
↓
Penurunan ventilasi
alveolus
↓
Difusi gas terganggu
↓
Gangguan pertukaran
gas Ds :
Klien mengatakan
ketidakmampuan
untuk makan
karena susah untuk
bernapas
Klien mengatakan
nafsu makannya
menurun.
Faktor penyebab asma
bronchial
↓
Bronkospasme
↓
Udara terperangkap
dalam saccus alveolus
↓
Penurunan ventilasi
alveolus
↓
Difusi gas terganggu
↓
Penurunan suplay O2
dalam darah
Gangguan pemenuhan keb. nutrisi
16
Do :
Penurunan berat
badan
porsi makan tidak
dihabiskan
Kelemahan
Adanya penurunan
kemampuan
Susah dalam
bernapas
↓
Kompensasi tubuh
untuk mendapatkan
suplay O2 yang cukup
kejaringan yaitu
dengan peningkatan
usaha bernapas
↓
Kontraksi otot
pernapasan
↓
Energy banyak
digunakan untuk
bernapas
↓
Ketidakmampuan
untuk mengunyah
makanan
↓
Nafsu makan menurun
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Gangguan pemenuhan
nutrisi
16
Ds :
Klien mengatakan
tidak dapat
beristrahat dengan
cukup karena susah
bernapas
Klien mengatakan
kekhawatiran
terhadap
kondisinya.
Do :
Ansietas
Gelisah
Stimulasi sesak
↓
Merangsang susunan
saraf pusat ototnom
mengaktivasi
noreefineprin
↓
Merangsang saraf
simpatis untuk
mengaktivasi RAS
↓
Mengaktifkan kerjsa
organ tubuh
↓
REM menurun
↓
Klien terjaga
↓
Gangguan pemenuhan
kebutuhan istrahat dan
tidur.
Gangguan pemenuruhan kebutuhan istrahat dan tidur
16
d. Prioritas masalah
1) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay
oksigen
2) Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia
3) Gangguan pemenuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan
stimulasi sesak
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplay oksigen
ditandai dengan :
Ds : Klien mengatakan kesusahan dalam bernapas.
Do : Dispenea
Susah dalam bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk berulang
Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang,
Peningkatan frekuensi jantung
16
b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksi ditandai
dengan :
Ds : Klien mengatakan ketidakmampuan untuk makan karena
susah untuk bernapas
Klien mengatakan nafsu makannya menurun. Do : Penurunan berat badan
porsi makan tidak dihabiskan
Kelemahan
Adanya penurunan kemampuan
Susah dalam bernapasc. Gangguan pemenuhan istrahat dan tidur berhubungan dengan stimulasi
sesak ditandai dengan :
Ds : Klien mengatakan tidak dapat beristrahat dengan cukup
karena susah bernapas
Klien mengatakan kekhawatiran terhadap kondisinya.Do : Ansietas
Gelisah
16
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa KeperawatanRencana Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kerusakan pertukaran gas
berhubungan dengan
gangguan suplay oksigen
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan
kesusahan dalam
bernapas.
Do :
Dispenea
Susah dalam bernapas
Bunyi napas mengi
Adanya batuk berulang
Napas memburuk
Tupan :
Dalam waktu 5 hari
kerusakan pertukaran gas
teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan intervensi
selama 3 X 24 jam, klien
akan memperlihatkan
perbaikan dalam pertukaran
gas dengan kriteria :
- Klien tidak mengeluh
sesak
- Frekuensi nafas normal
1. Pertahankan
posisi tidur semi fowler
dengan miring kearah
yang terkena
2. Bimbing dan latih teknik
nafas dalam secara
teratur, monitor dan catat
TTV
3. Monitor fungsi
pernapasan : cepat,
dangkal, dyspneu dan
perkembangan dada
1. Meningkatkan inspirasi
maksimal, mengurangi
penekanan pada sisi
yang normal, serta
ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi yang
tidak sakit.
2. Diharapkan sesak
napas klien berkurang
dan perubahan kondisi
klien dapat terobservasi
3. Perubahan dan
peningkatan frekuensi
pernapasan dapat
terobservasi
4. Diharapkan sesak
16
ketika pasien berbaring
terlentang,
Peningkatan frekuensi
jantung
16 – 20 x/menit
- Pergerakan otot
pernpasan normal
- Pergerakkan dada
simetris
- Tidak terdapat retraksi
interkostalis
4. Berikan O2 BC sesuai
program yaitu 3
liter/menit
berkurang dan
kebutuhan O2
terpenuhi
2 Gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan ;
Ds :
Klien mengatakan
ketidakmampuan untuk
makan karena susah
untuk bernapas
Klien mengatakan
Tupan :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selam 5 hari,
kebutuhan nutrisi klien
teratasi
Tupen :
Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari,
kebutuhan klien akan nutrisi
beransur-ansur terpenuhi
dengan kriteria :
1. Kaji kebiasaan diet,
masukan makanan saat
ini. Catat derajat
kerusakan makanan
2. Sering lakukan
perawatan oral, buang
sekret, berikan wadah
khusus untuk sekali
pakai
3. Berikanan makanan
1. Pasien distress
pernapasan akut sering
anoreksia karena
dispneu
2. Rasa tak enak, bau
menurunkan nafsu
makan dan dapat
menyebabkan
mual/muntah dengan
peningkatan kesulitan
napas
3. Makanan dan dalam
16
nafsu makannya
menurun.
Do :
Penurunan berat badan
porsi makan tidak
dihabiskan
Kelemahan
Adanya penurunan
kemampuan
Susah dalam bernapas
- Nafsu makan klien
meningkat
- Porsi makan dihabiskan
- Berat badan meningkat.
dalam bentuk cair, dan
dengan porsi sedikit tapi
sering
4. Kolaborasi dengan tim
gizi dalam menentukan
diit yang akan diberikan
pada klien sesuai
indikasi.
bentuk cair memudah
klien dalam mencerna
makanan yang
diberikan serta porsi
sedikit tapi sering
membantu
meningkatkan
kebutuhan nutrisi klien
4. Membantu mengatasai
kebutuhan klien akan
nutrisi
16
3 Gangguan pemenuhan
istirahat tidur b.d
teraktivasinya RAS
ditandai dengan :
Ds :
Klien mengatakan tidak
dapat beristrahat
dengan cukup karena
susah untuk bernapas
Do :
Gelisah
Insomnia
Tupan:
Setelah dilakukan perawatan
selama 5 hari kebutuhan
Istirahat tidur klien
terpenuhi
Tupen:
Setelah dilakukan intervensi
selama 2 x 24 jam klien
dapat istirahat tidur dengan
kriteria evaluasi :
- Klien mengatakan
tidurnya nyenyak tanpa
sering terbangun
- Klien dapat tidur malam
selama 8 jam
- Tidak tampak banyangan
hitam dikelopak mata
1. Identifikasi penyebab
klien tidak bisa tidur
2. Anjurkan klien untuk
berelaksasi dengan
minum segelas susu
hangat sebelum tidur
3. Anjurkan klien untuk
tidur dengan posisi yang
nyaman
4. Anjurkan klien untuk
melakukan
kebiasaannya sebelum
tidur
5. Ciptakan lingkungan
yang nyaman
1. Dapat
mengidentifikasi
penyeban klien tidak
bisa tidur dan untuk
menentukan intervensi
selanjutnya
2. susu mengandung
triptopan yang
mempunyai efek
sedative
3. dapat
meningkatkan ekspansi
paru yang maksimal
4. meningkatkan
relaksasi dan kesiapan
tidur
5. lingkungan tenang
membantu klien untuk
16
dapat beristrahat cukup
16
NoHari /
tanggalDiagnosa
KeperawatanJam Impelementasi
1 2 3 4 5
1 Senin
1 – 6 - 09
Kerusakan
pertukaran gas
berhubungan
dengan gangguan
suplay oksigen
1. Mempertahankan posisi tidur
semi fowler dengan miring
kearah yang terken
Hasil :
klien nyaman dengan posisi
semi fowler
2. Membimbing dan latih teknik
nafas dalam secara teratur,
monitor dan catat TTV
Hasil :
Klien kooperatif dan mau
dilatih teknik napas dalam dan
klien merasa lega
3. memantau fungsi pernapasan :
cepat, dangkal, dyspneu dan
perkembangan dada
4. Memberikan O2 BC sesuai
program yaitu 3 liter/menit
2 Senin Gangguan 1. Memantau kebiasaan diet,
1. dfd2. dfdf3. dfdf4. Pelaksanaan
16
1 – 6 - 09 pemenuhan
kebutuhan nutrisi
masukan makanan saat ini.
Catat derajat kerusakan
makanan
Hasil :
Nafsu makan klien menurun,
porsi makan tidak dihabiskan.
2. Sering lakukan perawatan
oral, buang sekret, berikan
wadah khusus untuk sekali
pakai
Hasil :
Klien mau untuk mengikuti
instruksi perawat
3. Memberikanan makanan
dalam bentuk cair, dan dengan
porsi sedikit tapi sering
4. Penatalaksanaan pemberian
diit yang akan diberikan pada
klien sesuai indikasi. 3 Senin
1 – 6 - 09
Gangguan
pemenuhan
istirahat tidur b.d
stimulasi sesak.
1. Mengidentifikasi penyebab
klien tidak bisa tidur
Hasil :
Klien tidak dapat beristrahat
karena sesak napas
2. Menganjurkan klien untuk
berelaksasi dengan minum
segelas susu hangat sebelum
tidur
Hasil :
16
Klien merasa nyaman setelah
relaksasi
3. Menganjurkan klien untuk tidur
dengan posisi yang nyaman
Hasil :
Klien kooperatif dan mengikuti
anjuran perawat
4. Menganjurkan klien untuk
melakukan kebiasaannya
sebelum tidur
Hasil :
Klien mau untuk mengikuti
instruksi perawat
5. Menciptakan lingkungan yang
nyaman
Hasil :
Keluarga klien mau membantu
perawat dalam menciptakan
lingkungan yang nyaman.