aspek semantik

3
Aspek Semantik Semantik adalah bagian dari linguistik yang membicarakan makna kata, untuk menganalisis makna kata-kata digunakan dalam puisi diperlukan pengertian makna kata. Menurut Saussure (1968:404), kata adalah kombinasi dari signifiant (yang mengartikan, bentuk fonetis dari kata) dan signifie (yang diartikan, makna/konsep), sedangkan makna adalah konsep yang timbul dalam pikiran manusia bila mendengar atau membaca suatu bentuk kata. Bentuk kata tersebut mengacu kepada sesuatu di luar bahasa (referen). Hubungan bentuk, konsep, dan acuan digambarkan oleh Pgden dan Richards yang dikutip John Lyons (1968:404) sebagai berikut<!--[if !vml]--><!--[endif]--> <!--[if !vml]--><!-- [endif]--> Makna (konsep)<!--[if !vml]--><!--[endif]--> Kata Bentuk referen/acuan Garis putus-putus di antara bentuk kata dan referen menunjukkan bahwa hubungan di antara keduanya tidak langsung. Bentuk kata dihubungkan kepada referennya melalui makna konseptual yang mempunyai hubungan independen terhadap bentuk kata dan terhadap referen. Menganalisis puisi sebenarnya bertujuan untuk menemukan makna puisi. Dengan kata lain, menganalisis sajak adalah usaha untuk menangkap dan memberi makna kepada teks sastra, sebab karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Selain itu karya sastra merupakan sistem tanda yang memiliki makna dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995:120). Kegiatan yang akan dilakukan dalam analisis aspek semantik ini adalah penelaahan terhadap makna, baik makna denotatif maupun konotatif. Makna denotatif adalah makna yang berbentuk antara tanda dan objek yang diacunya, seperti benda, tindakan peristiwa, perasaan, dan sebagainya. Makna konotatif adalah makna kata yang timbul karena reaksi tertentu pada pelaku komunikasi akibat lingkungan, zaman, atau perorangan. Jadi, konotasi adalah aosiasi yang timbul dalam pikiran seseorang terhadap subjek pembicaraan. Makna ini adalah makna tersirat. 1

Upload: ahmadsalim-hambiah

Post on 15-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Semantik

TRANSCRIPT

Aspek Semantik Semantik adalah bagian dari linguistik yang membicarakan makna kata, untuk menganalisis makna kata-kata digunakan dalam puisi diperlukan pengertian makna kata. Menurut Saussure (1968:404), kata adalah kombinasi dari signifiant (yang mengartikan, bentuk fonetis dari kata) dan signifie (yang diartikan, makna/konsep), sedangkan makna adalah konsep yang timbul dalam pikiran manusia bila mendengar atau membaca suatu bentuk kata. Bentuk kata tersebut mengacu kepada sesuatu di luar bahasa (referen). Hubungan bentuk, konsep, dan acuan digambarkan oleh Pgden dan Richards yang dikutip John Lyons (1968:404) sebagai berikut Makna (konsep) Kata Bentuk referen/acuan Garis putus-putus di antara bentuk kata dan referen menunjukkan bahwa hubungan di antara keduanya tidak langsung. Bentuk kata dihubungkan kepada referennya melalui makna konseptual yang mempunyai hubungan independen terhadap bentuk kata dan terhadap referen. Menganalisis puisi sebenarnya bertujuan untuk menemukan makna puisi. Dengan kata lain, menganalisis sajak adalah usaha untuk menangkap dan memberi makna kepada teks sastra, sebab karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Selain itu karya sastra merupakan sistem tanda yang memiliki makna dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Pradopo, 1995:120). Kegiatan yang akan dilakukan dalam analisis aspek semantik ini adalah penelaahan terhadap makna, baik makna denotatif maupun konotatif. Makna denotatif adalah makna yang berbentuk antara tanda dan objek yang diacunya, seperti benda, tindakan peristiwa, perasaan, dan sebagainya. Makna konotatif adalah makna kata yang timbul karena reaksi tertentu pada pelaku komunikasi akibat lingkungan, zaman, atau perorangan. Jadi, konotasi adalah aosiasi yang timbul dalam pikiran seseorang terhadap subjek pembicaraan. Makna ini adalah makna tersirat.Selain penelaahan terhadap makna denotatif dan konotatif, juga akan dilakukan analisis isotopi yang dihasilkan dari komponen makna. Isotopi berasal dari bahasa Yunani isos yang artinya sama dan topos yang artinya tempat. Konsep ini dikemukakan oleh Greimas. Konsep isotopi merupakan syarat struktural yang diperlukan dalam cara kerja wacana; isotopi adalah suatu bagian dalam pemahaman yang memungkinkan pesan apa pun untuk dipahami sebagai suatu perlambangan yang utuh. Jadi, dalam isotopi makna mencapai keutuhannya, tempat terciptanya tingkatan makna yang homogen. Singkatnya, keutuhan makna wacanalah yang tergantung padanya (Greimas, 1983:78). Menurut Greimas (1983:78-81), isotopi terbatas pada tataran isi, jadi termasuk kategori semantis, karena yang dianalisis adalah makna leksikal. Pada hakikatnya bahasa bersifat polisemis, sehingga komponen makna yang sama bisa terdapat pada berbagai kosakata. Itulah sebabnya terdapat redudansi dalam suatu teks. Melalui analisis isotopi dapat ditemukan keseragaman makna yang ada di setiap bagian teks dan hal tersebt dapat menuntuk pembaca ke arah pemahaman yang senada dan dapat memecahkan ambiguitas, apabila ada. Analisis isotopi dilakukan untuk mendapatkan motif. Setiap isoopi mendukung suatu motif. Tema ditemukan dari motif yang paling dominan atau dari kaitan antarmotif. Hal penting lain yang menandai aspek semantik dalam puisi adalah bahasa kiasan. Menurut Pradopo (1995:61), bahasa kiasan menimbulkan kejelasan gambaran angan, menjadikan puisi lebih hidup dan menarik perhatian. Jenis gambaran angan, menjadikan puisi lebih hidup dan menarik perhatian. Jenis-jenis bahasa kiasan seperti:simile,personifikasi, repetisi, metafora, metonimi, sinekdoki, dan ironi. Selain bahasa kiasan, dalam puisi juda terdapat citraan (imagery) atau gambaran-gambaran angan dalam sajak. Citraan adalah gambar-gambar dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang menyerupai (gambaran) yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek. Oleh karena itu, dalam puisi, citraan dapat menimbulkan suasana yang khusus atau untuk membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan. Terhadap beberapa jenis citraan seperti citra penglihatan (visual imagery), citra pendengaran (auditory imagery) dan sebagainya (Pradopo, 1995:79).

2