auditing

127
Pemeriksaan Akuntansi I (AUDITING) Oleh: P. T. Parhusip, SE,MSi Unika St. Thomas Medan Fakultas Ekonomi

Upload: rajinda-bintang

Post on 09-Dec-2014

188 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

audit

TRANSCRIPT

Page 1: Auditing

Pemeriksaan Akuntansi I (AUDITING)

Oleh: P. T. Parhusip, SE,MSi

Unika St. Thomas Medan

Fakultas Ekonomi

Page 2: Auditing

Silabus: Auditing1. Pengertian Auditing2. Jasa-jasa Kantor Akuntan Publik (KAP)3. Teori, Standar & Konsep Auditing4. Etika Profesi5. Audit Laporan Keuangan & Laporan Audit6. Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit7. Materialitas, Risiko Audit & Strategi Audit Pendahuluan8. Bukti Audit9. Pengujian Pengendalian & Pengujian Substantif10. Kertas Kerja AuditBuku Ajaran: 1. Modern Auditing,Boynton dkk, 20022. Auditing, Abdul Halim, 20033. Auditing, Dan M. Guy dkk, 20024. Auditing, Siti & Ely, 20105. Auditing & Assurance Services, Messier/Glover & Prawwit, 2006

Page 3: Auditing

Pengertian Auditing

• Auditing adalah: suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan & kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan & menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Page 4: Auditing

Pengertian Auditing

• Dari defenisi tersebut, dapat diuraikan 7 elemen yang harus diperhatikan dalam melaksanakan audit, yaitu:

1. Proses yang sistematis2. Memperoleh & mengevaluasi bukti secara obyektif3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan & kejadian

ekonomi4. Menentukan tingkat kesesuaian5. Kriteria yang ditentukan6. Menyampaikan hasil-hasilnya7. Para pemakai yang berkepentingan

Page 5: Auditing

Pengertian Auditing

• Ada 3 elemen fundamental dalam auditing, yaitu:

1. Seorang auditor harus independen (independence)

2. Auditor bekerja mengumpulkan bukti (evidence)

3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report)

Page 6: Auditing

Tujuan Audit

• Ada 3 jenis audit berdasarkan tujuan dilaksanakannya audit :

• Audit laporan keuangan (financial statement audit)

• Audit kepatuhan (compliance audit)

• Audit operasional (operational audit)

Page 7: Auditing

Financial Statement Audit

• Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai criteria yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi Yang Berlaku Umum ( PABU ) / GAAP (generally Accepted Accounting Principles). Jadi ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran (fairness).

• Kriteria umum adalah PABU• Audit laporan keuangan dilakukan oleh eksternal auditor

yang biasanya atas permintaan klien.

Page 8: Auditing

Compliance Audit

• Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan regulasi yang telah ditentukan.

Page 9: Auditing

Operational Audit

• Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungan dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas maupun kehematan (ekonomis) operasional.

• Efisiensi perbandingan antara masukan (input) dengan keluaran (output)

• Efektivitas perbandingan antara output dengan target yang sudah ditetapkan

• Tolak ukur atau criteria dalam audit operasional adalah rencana, anggaran dan standar biaya atau kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 10: Auditing

Operational Audit

• Tujuan audit opersional adalah :• menilai prestasi• mengidentifikasikan kesempatan untuk

perbaikan• membuat rekomendasi untuk pengembangan

dan perbaikan tindakan lebih lanjut.• Audit opersional sering juga disebut

Management Audit atau Performance Audit (audit kenerja).

Page 11: Auditing

Klasifikasi berdasarkan pelaksanaan audit

1. Auditing eksternal→ suatu kontrol sosial memberikan jasa untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak luar perusahaan yang diaudit. Auditornya adalah pihak luar yang independen (diakui & berwenang)

2. Auditing internal → suatu kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektifitas organisasi. Informasi yang dihasilkan ditujuhkan untuk manajemen organisasi. Auditornya adalah karyawan organisasi (internal auditor).

3. Auditing Sektor Publik → suatu kontrol organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat seperti: Pemerintah Pusat (BPK), Pemerintah Daerah (BPKP) dan Direktorat Jendral Pajak (auditor pajak)

Page 12: Auditing

Tipe Auditor

• Auditing eksternal → Akuntan Publik yang mempunyai register (CPA= Certified Public Accountant)

• Auditing internal → internal auditor• Auditing Sektor Publik → auditor pemerintah

Page 13: Auditing

Jasa-jasa Kantor Akuntan Publik (KAP)

• Struktur Organisasi KAP: Partner (pemilik KAP) merupakan Top Legal

client Relationship yang bertugas mereview pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan penagihannya dan bertanggungjawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.

Manajer merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi pekerjaan langsung pelaksanaan audit, mereview lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan fee audit.

Page 14: Auditing

Struktur Organisasi KAP:

Akuntan Senior merupakan staf yang bertanggungjawab langsung terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit dan mereview pekerjaan para akuntan yunior yang dibawahinya.

Akuntan Yunior/ Asisten merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggungjawab atas pekerjaan lapangan.

• Gambar struktur KAP

Page 15: Auditing

Jasa-jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik (KAP)

1. Jasa Atestasi

2. Jasa Nonatestasi

Page 16: Auditing

Jasa Atestasi

• Atestasi adalah: suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen atau kompeten mengenai kesesuaian dalam segala hal yang signifikan, asersi suatu entitas dengan kriteria yang telah ditetapkan

• Jasa atestasi diberikan auditor secara tertulis

Page 17: Auditing

Jasa Atestasi

• Ada 4 jasa atestasi yaitu:

1. Audit

2. Pemeriksaan (examination)

3. Penelaahan (review)

4. Prosedur yang disepakati bersama (agree-upon procedures)

Page 18: Auditing

Jasa Atestasi

1. Audit • Contoh utama jasa ini adalah audit atas laporan

keuangan historis. Keyakinan yang diberikan pada audit adalah keyakinan positif (positive assurance).

2. Pemeriksaan (examination)• Auditor dalam melaksanakan penugasan jasa ini akan

memberikan pendapat atas asersi-asersi suatu pihak sesuai kriteria yang ditentukan.

• Contoh jasa ini adalah pemeriksaan proyeksi bisnis atau laporan prospektif, dan pemeriksaan kesesuaian pengendalian internal perusahaan dengan kriteria yang ditetapkan pemerintah.

Page 19: Auditing

Jasa Atestasi

3. Penelaahan (review)• Jasa ini atau pengkajian ulang dilakukan dengan

wawancara dengan manajemen dan analisis komparatif informasi keuangan suatu perusahaan.lingkup kerjanya lebih sempit daripada audit pemeriksaan.

4. Prosedur yang disepakati bersama• Lingkup kerja jasa ini lebih sempit daripada audit maupun

pemeriksaan. • Contoh : auditor dan klien sepakat bahwa prosedur tertentu

akan dilakukan atas elemen tertentu laporan keuangan misalnya akun atau rekening kas dan surat berharga. Kesimpulan yang dibuat atas hal tersebut harus berbentuk ringkasan temuan, keyakinan negatif atau keduanya.

Page 20: Auditing

Jasa Atestasi

• Jasa Assurance (Assurance Sevices)• Jasa Assurance (Assurance Sevices)

merupakan jasa profesional dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang independen, dengan tujuan adalah untuk meningkatkan kualitas informasi bagi pengambil keputusan.

• Kualitas yang dimaksud adalah keandalan (reability) & relevansi (relevance) dalam informasi yang dihasilkan

Page 21: Auditing

Jasa Atestasi

• Contoh Jasa Assurance (Assurance Sevices) adalah:

KAP memberikan assurance tentang kualitas informasi dalam laporan keuangan (audit laporan keuangan)

MUI memberikan assurance tentang kehalalan produk makanan

Lembaga konsumen memberikan assurance tentang kualitas produk

Lembaga-lembaga membuat peringkat obligasi

Page 22: Auditing

Jasa Nonatestasi

1. Jasa akuntansi• Jasa akuntansi dapat diberikan melalui aktivitas pencatatan, penjurnalan,

posting, jurnal penyesuaian dan penyusunan laporan keuangan klien (jasa kompilasi) serta perancangan system akuntansi klien. Jadi auditor bertindak sebagai akuntan perusahaan. Dalam memberikan jasa akunatnsi, akuntan tidak menyatakan pendapat.

2. Jasa perpajakan• Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, dan perencanaan

pajak. Selain itu juga sebagai penasehat dalam masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang menrima jasa sedang mengalami permasalahan dengan Kantor Pajak.

3. Jasa konsultasi manajemen• Jasa konsultasi manajemen (Management Advisory Services (MAS))

merupakan fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan klien.

Page 23: Auditing

Teori, Konsep, & Standar Auditing

• TeoriSuatu teori dibentuk untuk menerangkan fenomena yang dapat diobservasi di dalam dunia nyata.Teori mempunyai keterbatasan-keterbatasan

• Teori dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya menjadi 2 yaitu:

1. Teori normatif merupakan teori yang seharusnya dilaksanakan

2. Teori deskriptif merupakan teori yang sesungguhnya dilaksanakan

• Teori auditing merupakan tuntunan untuk melaksanakan audit yang bersifat normatif

Page 24: Auditing

Teori, Konsep, & Standar Auditing

• Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan observasi dan dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan didalam suatu subyek dan perbedaan-perbedaannya dengan subyek lain

• Konsep dasar sangat diperlukan karena merupakan dasar untuk pembuatan standar, yakni pengarah dan pengukur kualitas dari mana prosedur-prosedur audit diturunkan

Page 25: Auditing

STANDAR AUDITING YANG BERLAKU UMUM (STANDAR AUDITING YANG DITETAPKAN IKATAN

AKUNTAN INDONESIA (IAI))

• Standar Auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggungjawab profesionalnya seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bahan bukti.

• Pedoman utama adalah 10 standar auditing ( 10 generally auditing standards-GAAS).

Page 26: Auditing

Pedoman utama adalah 10 standar auditing ( 10 generally auditing standards-GAAS)

• Standar Umum:1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau

lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanakan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Page 27: Auditing

Pedoman utama adalah 10 standar auditing ( 10 generally auditing standards-GAAS)

• Standar Pekerjaan Lapangan4. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

5. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang harus dilaksanakan.

6. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Page 28: Auditing

Pedoman utama adalah 10 standar auditing ( 10 generally auditing standards-GAAS)

• Standar Pelaporan7. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.8. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya prinsip

akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan priode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam priode sebelumnya.

9. Pengungkapan informative dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

10.Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau sesuatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang dipikulnya.

Page 29: Auditing

ETIKA PROFESI• Apakah etika itu? • Etika secara umum dapat didefenisikan sebagai perangkat prinsip

moral atau nilai.• Sebagai contoh: mencakup hukum dan peraturan, etika bisnis untuk

kelompok professional seperti akuntan publik, pengacara, dokter dsb.

• Setiap profesi tanpa terkecuali sangat memperhatikan kualitas jasa yang dihasilkan. Profesi akuntan public juga memperhatikan kualitas audit sebagai hal penting untuk memastikan bahwa profesi auditor dapat memenuhi kewajibannya. Salah satu factor yang berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ketaatan auditor terhadap kode etik, yang tereflesikan oleh sikap independensi, obyektivitas, dan integritas.

• Etika professional meliputi standar sikap para anggota profesi yang dirancang agar praktis dan realistis, tetapi sedapat mungkin idealistis.

Page 30: Auditing

PRINSIP ETIKA

• Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia yang dibuat oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) terdapat 8 prinsip etika sebagai berikut:

1. Tanggung jawab profesi2. Kepentingan publik3. Integritas4. Obyektivitas5. Kompetensi dan kehatian-hatian professional6. Kerahasiaan7. Perilaku professional8. Standar teknis

Page 31: Auditing

PRINSIP ETIKA

• 1→ “dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai professional, setiap anggota senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya”.

• 2→ “setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertidak dalam kerangka pelayanan kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme”.

• 3→ “untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin”.

• 4→ “setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya”.

Page 32: Auditing

PRINSIP ETIKA

• 5→ “setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehatian-hatian, kompetensi, dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi lerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling muktahir”.

• 6→ “setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa professional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan kecuali bila ada hak atau kewajiban professional atau hukum yang mengungkapkannya”.

Page 33: Auditing

PRINSIP ETIKA

• 7→ “setiap anggota berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi”.

• 8→ “setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar professional yang relevan”.

Page 34: Auditing

STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI

• Standar Umum Anggota KAP harus memenuhi standar berikut ini beserta interprestasi yang

ditetapkan IAI yaitu:• kompetensi professional• kecermatan dan keseksamaan professional• perencanaan dan supervise• data relevan yang memadai• Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing wajib mematuhi standar

yang dikelurakan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI.• Prinsip Akuntansi Anggota KAP tidak diperkenankan:• menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau

data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum atau

• menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilaksanakan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI.

Page 35: Auditing

TANGGUNGJAWAB KEPADA KLIEN

• Informasi klien yang rahasia Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien

yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Bertujuan untuk:• membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai

dengan aturan etika kepatuhan standard an prinsip-prinsip akuntansi

• mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku

• melarang review praktik professional seorang amggota sesuai dengan kewenangan IAI atau

• menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka atas penegakan displin anggota.

Page 36: Auditing

Fee Professional

1. Besaran Fee. Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain: risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut. Anggota KAP tidak diperkenankan menawarkan fee untuk mendapatkan klien yang dapat merusak citra profesi

2. Fee Kontijen. Merupakan fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa professional tanpa adanya fee yang dibebankan, kecuali adanya temuan atau hasil tertentu dimana jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut.

Page 37: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDIT

• Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang paling sering dilakukan auditor independent. Hal ini disebabkan audit laporan keuangan dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan

• Laporan keuangan berguna bagi pembuatan keputusan adalah laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang berkualitas bila memenuhi criteria relevansi dan reabilitas.

Page 38: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAN LAPORAN AUDIT

• Criteria relevansi dipenuhi bila laporan keuangan mempunyai nilai prediktif dan atau nilai feedback, dan disajikan tepat pada waktunya. Criteria dapat dipercaya dipenuhi bila laporan keuangan dapat diuji, netral dan jujur.

Page 39: Auditing

Bagian-bagian dari Laporan Audit

1. Judul laporanMisalnya: “laporan auditor independen”2. Alamat yang dituju laporan audit3. Paragraf pendahuluanDitujuhkan untuk 3 hal:Pertama:paragraf ini merupakan pernyataan sederhana bahwa KAP

telah melaksanakan suatu auditKedua:paragraf ini mencantumkan laporan keuangan yang diaudit

termasuk tanggal Neraca, dan untuk periode akuntansi laporan laba rugi dan laporan arus kas

Ketiga: paragraf pendahuluan yang menyatakan bahwa laporan keuangan tersebut merupakan tanggungjawab manajemen dan tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan itu berdasarkan suatu audit.

Page 40: Auditing

Bagian-bagian dari Laporan Audit

4. Paragraf lingkup auditParagraf lingkup audit adalah pernyataan aktual mengenai apa yang dilakukan aditor didalam audit

5. Paragraf pendapat Paragraf terakhir dalam laporan audit standar memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit

6. Tandatangan dan nama akuntan publik7. Tanggal laporan auditContoh: Laporan Audit

Page 41: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

• Ada 4 alasan yang dapat menjawab pertanyaan mengapa audit atas laporan keuangan diperlukan

1. Perbedaan kepentingan

2. Konsekuensi

3. Kompleksitas

4. keterbatasan akses (remoteness)

Page 42: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

1. Perbedaan kepentingan• Manajemen mempunyai kepentingan untuk

mempertahankan jabatannya.Untuk itu manajemen akan berusaha agar laporan keuangan memperlihatkan kinerja yang baik misalnya dengan metode perlakuan akuntansi sehingga laba menjadi meningkat.

• Pihak pemakai laporan keuangan kepentingannya yaitu agar pembagian dividen semakin meningkat.

Page 43: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

2. KonsekuensiLaporan keuangan merupakan informasi yang sangat penting bagi pemakai seprti investor, kreditor dan pemakai keputusan ekonominya lainnya yang sangat mengandalkan laporan keuangan yang dipublikasikan.

3. Kompleksitas Permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks akibat perkembangan dunia bisnis. Dampaknya adalah semakin tingginya risiko kesalahan interprestasi dan penyajian laporan keuangan.hal ini menyulitkan para pemakai laporan keuangan dalam mengevaluasi kualitas laporan keuangan.

Page 44: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

4. Keterbatasan aksesPemakai laporan keuangan pada umumnya mempunyai keterbatasan akses terhadap data akuntansi. Ada jarak antara pemakai dengan aktivitas perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Jika para pemakai ingin mengakses data secara lamgsung, maka mereka akan menghadapi kendala waktu, biaya, ketelitian, dan tenaga. Oleh karena itu, mereka mempercayakan pemeriksaan kepada pihak ketiga yaitu auditor independen.

Page 45: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

• Di Indonesia pada umumnya, permintaan akan jasa audit dari klien lebih banyak karena terpaksa. Kebutuhan akan audit belum disadari benar. Audit dilakukan karena keadaan memaksa antara lain:

Ketentuan Bank dalam pemberian kredit Ketentuan Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal)

bagi perusahaan yang go public Ketentuan tender, penawaran, pendaftaran rekanan Keadaan terpaksa karena terjadinya kecurangan Ketentuan organisasi yang diatur dalam anggaran dasar

Page 46: Auditing

AUDIT LAPORAN KEUANGAN

• Manfaat ekonomis audit

1. Meningkatkan kredibilitas perusahaan

2. Meningkatkan efesiensi dan kejujuran

3. Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan

4. Mendorong efesiensi pasar modal

Page 47: Auditing

Pemisahan Tanggungjawab Manajemen dan Auditor

Manajemen Auditor Independen

Tanggungjawab utama

Hasil akhir

Kriteria dasar tanggungjawab

Membuat laporan keuangan

Laporan keuangan

Standar Akuntansi Keuangan

Mengaudit laporan keuangan

Laporan auditor independen

Standar auditing

Page 48: Auditing

Jenis Pendapat Auditor

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelasan

c. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)

d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)e. Pernyataan tidak memberikan pendapat

(disclaimer of opinion atau no opinion)

Page 49: Auditing

Jenis Pendapat Auditor

• Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)Dapat diberikan auditor apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan

Page 50: Auditing

Jenis Pendapat Auditor• Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa

penjelasanPendapat ini diberikan apabila audit telah dilaksanakan atau diselesaikan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan terdapat kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan.Kondisi atau keadaan tertentu yang memerlukan bahasa penjelasan antara lain:

a. Pendapat auditor didasarkan atas laporan auditor independen lainb. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian yang materialc. Auditor meragukan kemampuan satuan usaha dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnyad. Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam

penggunaan prinsip dan metode akuntansi

Page 51: Auditing

Jenis Pendapat Auditor

• Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)Pendapat ini diberikan apabila:

a. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan

b. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan

Page 52: Auditing

Jenis Pendapat Auditor

• Pendapat tidak wajar (adverse opinion)Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion) Pernyataan auditor untuk tidak memberikan pendapat layak diberikan apabila:

1. Ada pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun kondisi tertentu

2. Auditor tidak independen terhadap klien

Page 53: Auditing

Pendapat Tidak Penuh (Piecemeal Opinion)

• Pendapat tidak penuh adalah pendapat atas unsur tetentu atas laporan keuangan.

• Pendapat ini tidak boleh dinyatakan jika auditor menyatakan tidak memberikan pendapat atau auditor menyatakan pendapat tidak wajar atas laporan keuangan secara keseluruhan

Page 54: Auditing

Expectation Gap

• Kebutuhan pemakai jasa profesi auditor independen terhadap jenis dan mutu jasa yang dihasilkannya semakin berkembang. Masyarakat dan pemakai mengharapkan auditor untuk:

a. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknik, integritas, independen dan obyektif

b. Mencari dan mendeteksi salah saji material baik akibat kekeliruan maupun ketidakberesan

c. Mencegah laporan keuangan yang menyesatkan terutama akibat kecurangan dan pelanggaran hukum

d. Mengungkapkan kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk meneruskan usahanya di masa datang

Page 55: Auditing

Expectation Gap

• Ada perbedaan antara apa yang diharapkan masyarakat dan pemakai laporan keuangan dengan apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor disebut dengan expectation gap.

Page 56: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Penerimaan Penugasan• Setiap KAP berusaha untuk mendapatkan klien

sebanyak mungkin untuk mempertahankan eksistensinya. Untuk itu suatu KAP selalu bersaing dengan KAP lainnya. Oleh karena itu, KAP harus mempertimbangkan secara matang setiap permintaan audit atau penugasan audit dari klien. Auditor perlu memperhatikan dengan cermat setiap penugasan audit terutama atas klien baru.

Page 57: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Klien suatu KAP dapat dibedahkan atas:

1. Klien lama

2. Klien baru yang sama sekali belum pernah diaudit

3. Klien baru yang berpindah dari KAP lain

Page 58: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Untuk klien lama & klien baru yang sama sekali belum pernah diaudit tidak timbul masalah, untuk klien baru yang berpindah dari KAP lain masalah tersebut muncul, karena menyangkut etika profesional. Untuk itu perlu diketahui alasan mengapa klien berpindah KAP.

Page 59: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Ada beberapa penyebab klien berganti KAP, antara lain:

1. Merger dua perusahaan yang KAP nya berbeda

2. Ketidakpuasan terhadap KAP yang lama

3. Merger antar KAP

Page 60: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Ada 4 langkah yang harus dilakukan dalam mempertimbangkan setiap permintaan audit, yaitu:

1. Mengevaluasi integritas manajemen2. Mengidentifikasi kondisi khusus & risiko

yang tidak biasa3. Menilai kemampuan auditor untuk

memenuhi standar umum auditing4. Menyiapkan surat penugasan audit

Page 61: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Perencanaan Audit• Perencanaan Audit harus mendapat perhatian

serius dari auditor karena standar pelaksanaan pekerjaan lapangan mengharuskan perencanaan yang sebaik-baiknya dalam setiap penugasan audit.

• Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang.

• Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi secara menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit.

Page 62: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Luas & kelengkapan perencanaan audit sangat tergantung pada:

1. Ukuran & kompleksitas perusahaan klien

2. Pengalaman auditor dengan klien

3. Pengetahuan & kemampuan auditor beserta seluruh stafnya

Page 63: Auditing

Penerimaan Penugasan & Perencanaan Audit

• Ada 6 langkah yang harus dilakukan dalam perencanaan audit, yaitu:

1. Menghimpun pemahaman bisnis klien & industri klien2. Melakukan prosedur analitis3. Melakukan penilaian awal terhadap materialitas4. Menilai risiko audit5. Mengembangkan strategi audit pendahuluan untuk

asersi-asersi yang signifikan6. Menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern

(SPI)

Page 64: Auditing

Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan

• Materialitas dan risiko audit merupakan konsep penting dalam audit laporan keuangan karena keduanya mempengaruhi penerapan standar auditing,khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

• Laporan audit bentuk baku mencantumkan frasa “menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”. Frasa tersebut menyatakan pengakuan auditor bahwa audit yang dilakukan tidak ditujuhkan untuk mencarei kesalahan kecil yang tidak material.

Page 65: Auditing

Materialitas

• Defenisi materialitas adalah: “besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya yang mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan aras informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut”.

Page 66: Auditing

Materialitas

• Jadi, materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan para pemakai informasi. Standar auditing menyatakan “risiko audit dan materialitas dalam pelaksanaan audit” mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam:

a. Perencanaan auditb. Pengevaluasian akhir apakah laporan

keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum

Page 67: Auditing

Materialitas• Auditor perlu mempertimbangkan materialitas pada saat akan

mengeluarkan pendapat. Material tidaknya suatu kondisi atau masalah akan membedahkan pendapat yang akan diberikan

• Contoh: adanya pembatasan lingkup audit oleh klien. Apabila pembatasan tersebut tidak material maka auditor dapat memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, tetapi apabila pembatasan tersebut sangat material dan mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan maka auditor harus menolak untuk memberikan pendapat.

• Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya secara individual atau keseluruhan cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam suatu hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Page 68: Auditing

Materialitas

• Berkaitan dengan materialitas, auditor harus mempertimbangkan yaitu:

1. Ukuran dan karekteristik satuan usaha2. Kondisi yang berkaitan dengan

perusahaan.3. Informasi yang diperlukan pihak yang

mengandalkan laporan keuangan• Contoh: berkaitan dengan masalah

materialitas

Page 69: Auditing

Risiko Audit

• Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapat atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

• Risiko audit yang mau diterima auditor mempunyai hubungan terbalik dengan tingkat keinginannya mengekspresikan pendapat yang tepat. Sebagai contoh: keinginan kepastian ketepatan pendapat adalah 90% maka risiko auditnya adalah 100% - 90%= 10%. Tingkat risiko audit dapat juga dinyatakan dalam bentuk kualitatif seperti rendah, sedang dan tinggi. Tingkat risiko audit yang dianggap standar adalah 5%.

Page 70: Auditing

Tipe-tipe Risiko Audit• Risiko tipe I

adanya risiko bahwa suatu saldo akun mengandung kesalahan yang jika digabungkan dengan kesalahan-kesalahan pada saldo akun yang lain, dapat mengakibatkan laporan keuangan salah saji secara material. Hal ini diakibatkan oleh adanya kesalahan yang dilakukan oleh pegawai klien dalam memproses suatu transaksi akuntansi.Contoh: risiko tipe I

• Risiko tipe IIadanya risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan seperti risiko tipe Icontoh: Auditor memilih sampel yang kecil dari piutang dagang untuk konfirmasi, ternyata dari sampel tersebut mengandung akun yang salah. Auditor percaya bahwa piutang dagang tersebut telah disajikan secara wajar walaupun sebenarnya tidak.

Page 71: Auditing

Komponen Risiko Audit

• Terdiri atas tiga, yaitu:

1. Risiko bawaan (inherent risk)

2. Risiko pengendalian (control risk)

3. Risiko deteksi (detection risk)

Page 72: Auditing

Komponen Risiko Audit

• Risiko bawaan adalah: kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.

• Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai contoh: asersi keberadaan dan keterjadian kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap. Hal ini disebabkan uang tunai atau kas merupakan suatu aset yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih terlihat jelas keberadaannya.

Page 73: Auditing

Komponen Risiko Audit• Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material

yang dapat terjadi dalam suatu asersi, tidak dapat dideteksi ataupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian intern perusahaan.

• Ada 2 macam risiko pengendalian yaitu:1. Actual level of control risk yang ditentukan berdasar bukti

mengenai pemahaman struktur pengendalian intern klien yang diperoleh selama tahap pengujian audit

2. Assessed level of control risk yang ditentukan dengan melakukan modifikasi prosedur untuk menghimpun pemahaman struktur pengendalian intern terkait dengan asersi, dan prosedur untuk melaksanakan test of control

Page 74: Auditing

Komponen Risiko Audit• Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi

salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penetapan auditor terhadap risiko audit, risiko bawaan dan risiko pengendalian.

• Semakin besar risiko audit, semakin besar pula risiko deteksi. Sebaliknya semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian, semakin kecil risiko deteksi.

• Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh auditor. Hal ini disebabkan risiko ini merupakan fungsi dari efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini dapat ditekan atau diturunkan auditor dengan cara melakukan perencanaan yang memadai, dan supervisi atau pengawasan yang tepat, penerapan prosedur audit yang efektif serta penerapan standar pengendalian mutu.

Page 75: Auditing

Strategi Audit Pendahuluan

• Tujuan auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk menurunkan risiko audit pada tingkat serendah mungkin untuk mendukung pendapat auditor mengenai apakah laporan keuangan yang disajikan secara wajar dalam segala aspek yang material sesuai dengan PABU.

• Adanya keterkaitan antara bukti materialitas dan komponen audit, maka auditor dapat memilih 2 alternatif strategi audit, yaitu:

1. Primarily substantive approach2. Lower assessed level of control risk approach

Page 76: Auditing

Strategi Audit Pendahuluan• Primarily substantive approach

Pada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantif daripada pengujian pegendalian. Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit yang pertama kali daripada audit atas klien lama.

• Lower assessed level of control risk approachPada strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian pegendalian daripada pengujian substantif. Hal ini bukan berarti auditor sama sekali tidak melakukan pengujian substantif. Auditor tetap melakukan pengujian substantif meskipun tidak se-ekstensif pada primarily substantive approach. Auditor lebih banyak melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern klien. Strategi ini lebih banyak dipakai dalam audit atas klien lama daripada audit yang pertama kali atas klien baru.

Page 77: Auditing

Bukti Audit (Audit Evidence)• Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas

kewajaran laporan keuangan klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus memperoleh dan megevaluasi bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan demikian, pekerjaan audit adalah pekerjaan mengumpulkan atau memperoleh dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada perolehan atau pengumpulan dan pengevaluasian bukti tersebut.

• Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Contoh: seorang auditor sedang melakukan audit pada perusahaan PT.X. Direktur keuangan PT.X mengadalan negoisasi dengan PT.Y untuk membeli satu pabrik milik PT.Y. Hasil negoisasi adalah PT.X akan membeli pabrik PT.Y dengan harga Rp. 9 milyar. Jumlah tersebut merupkan jumlah yang akan dibayar pada PT.Y. Tetatapi Direktur keuangan PT.X meminta agar kontrak perjanjian pengalihan kepemilikan pabrik yang akan menjadi arsip PT.X menyatakan nilai transaksi sebesar Rp. 10 milyar. Kemudian Direktur keuangan PT.X membayarkan 9 milyar, dan yang Rp. 1 milyar masuk kekantongnya.

Page 78: Auditing

Bukti Audit• Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam

audit. Hal ini dinyatakan secara jelas dalam standar pekerjaan lapangan ketiga, yang menyatakan bahwa: “bukti audit yang cukup harus………untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”

• Dari hal tersebut diatas diperoleh hal penting yang berkaitan dengan audit, yaitu:

1. Kecukupan bukti audit2. Kompetensi bukti audit3. Dasar yang memadai atau rasional4. Sifat bukti5. Prosedur yang dapat dilakukan untuk menghimpun bukti

Page 79: Auditing

Jenis Bukti Audit

• Dari sumber bukti maka bukti dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti meliputi:

1. Struktur pengendalian intern2. Bukti fisik3. Catatan akuntansi4. Konfirmasi5. Bukti dokumenter6. Bukti surat pernyataan tertulis7. Perhitungan kembali sebagai bukti matematis8. Bukti lisan9. Bukti analitis dan perbandingan

Page 80: Auditing

Jenis Bukti Audit1. Struktur pengendalian intern (SPI)• SPI dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan dapat

dipercayainya data akuntansi. Kuat dan lemahnya SPI merupakan indikator utama yang menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan. Oleh karenanya, SPI merupakan bukti yang kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.

2. Bukti fisik• Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasisaldo aktiva berwujud

terutama kas, persediaan dan aktiva tetap. Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling obyektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.

Page 81: Auditing

Jenis Bukti Audit

3. Catatan akuntansi• Contoh: jurnal dan buku besar, merupakan sumber

data untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan obyek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan.

4. Konfirmasi• Konfirmasi merupakan proses perolehan dan penilaian

suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Ada 2 jenis konfirmasi yaitu: konfirmasi positif dan negatif.

Page 82: Auditing

Jenis Bukti Audit

5. Bukti dokumenter• Bukti ini merupakan bukti yang paling penting

dalam audit. Bukti dokumenter dapat dikelompokkan sbb:

1. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor secara langsung.

2. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien

3. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan klien.

Page 83: Auditing

Jenis Bukti Audit

6. Bukti surat pernyataan tertulis• Surat pernyataan tertulis merupakan

pernyataan yang ditandatangani seseorang individu yang bertanggungjawab dan berpengetahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti surat pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen organisasi klien maupun dari sumber eksternal, misalnya: konsultan hukum klien. Bukti ini dapat menghasilkan bukti yang reliable untuk semua asersi.

Page 84: Auditing

Jenis Bukti Audit

7. Perhitungan kembali sebagai bukti matematis• Bukti matematis diperoleh auditor melalui

perhitungan kembali oleh auditor dengan cara membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien. Perhitungan tersebut misalnya: footing untuk meneliti penjumlahan vertikal, cross footing untuk meneliti penjumlahan horizontal dan perhitungan depresiasi.

Page 85: Auditing

Jenis Bukti Audit8. Bukti lisan• Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan

dengan manusia sehingga auditor mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan lisan. Jawaban atas pertanyaan merupakan bukti lisan dan dicatat dalam kertas kerja audit.

9. Bukti analitis dan perbandingan• Bukti ini mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data

klien dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam laporan keuangan dan kewajaran hubungan antar pos-pos dalam laporan keuangan. Bukti ini berkaitan erat dengan asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau pengalokasian.

Page 86: Auditing

Evaluasi Bukti Audit

• Evaluasi bukti audit diperlukan untuk menyiapkan laporan audit yang tepat.Evaluasi bukti audit dilakukan selama dan pada akhir audit atau pada akhir pekerjaan lapangan. Evaluasi bukti ini harus lebih teliti lagi bila menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar. Misalnya:

1. Pengawasan intern yang lemah2. Kondisi keuangan klien yang lemah3. Manajemen yang tidak dapat dipercaya4. Penggantian kantor akuntan publik5. Perubahan peraturan perpajakan6. Usaha yang bersifat spekulatif7. Transaksi yang kompleks

Page 87: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan: “pemahaman yang memadai…………., dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.

• Standar pekerjaan lapangan yang ketiga menyatakan: “bukti audit……………untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”.

• Untuk mencapai hal tsb, auditor dapat memperolehnya melalui penerapan prosedur auditing. Prosedur audit tersebut antara lain:

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern

2. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian pegendalian3. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian substantif

Page 88: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern (SPI)

• Ada 5 prosedur yang dapat digunakan untuk memperoleh pemahaman SPI:

1. Menelaah pengalaman sebelumnya dengan klien2. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen,

pengawas, dan staf personel3. Menginspeksi dokumen dan catatan4. Mengamati kegiatan dan operasi entitas5. Mempelajari buku manual prosedur dan kebijakan

pengendalian klien

Page 89: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

2. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian pengendalian

• Pengujian pegendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan dan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur SPI. Pengujian ini dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.

Page 90: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Tipe pengujian pengendalian ada 2 yaitu:1. Concurent test of control yaitu pengujian

pengendalian yang dilaksanakan auditor sering dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman SPI klien

2. Additional or planned test of control yaitu pengujian pengendalian tambahan yang dilaksanakan selama pekerjaan lapangan oleh auditor.

Page 91: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Ada 4 prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien

2. Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya

3. Melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan

4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor

Page 92: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Ada 8 prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka

2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka

3. Menginspeksi dokumen dan catatan4. Melakukan perhitungan kembali atau reforming5. Konfirmasi6. Analisis7. Tracing atau pengusutan8. Vouching atau penelusuran

Page 93: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Ada 3 tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:

1. Pengujian rinci atau detail saldo

2. Pengujian rinci atau detail tansaksi

3. Prosedur analitis

Page 94: Auditing

Pemahaman terhadap pengendalian intern

• Defenisi Struktur Pengendalian Intern (SPI) adalah: suatu proses yang dijalankan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai berkenaan pencapaian tujuan.

• Tujuan yang dicapai yaitu:1. Keandalan pelaporan keuangan2. Kepatuhan terhadap hukum & peraturan yang

berlaku3. Efektivitas & efesiensi operasi

Page 95: Auditing

Pentingnya Pegendalian Intern

• Pengendalian intern bagi manajemen & auditor penting karena:

1. Lingkup & ukuran entitas bisnis semakin kompleks

2. Pemeriksaan & penelaahan bawaan dalam sistem yang baik akan memberikan perlindungan terhadap kelemahan manusia & mengurangi kemungkinan kekeliruan & ketidakberesan yang terjadi

3. Pengendalian intern yang baik akan mengurangi beban pelaksanaan audit ataupun fee audit

Page 96: Auditing

Kandungan Struktur Pengendalian Intern

• Struktur Pengendalian Intern entitas mempunyai kandungan yang terdiri dari kebijakan & prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa tujuan tertentu suatu entitas akan tercapai.

• Tujuan/sasaran entitas dapat berupa sasaran finansial & non finansial

Page 97: Auditing

Tujuan Pokok Struktur Pengendalian Intern

a. Menjaga kekayaan & catatan organisasi b. Mengecek ketelitian & keandalan data

akuntansic. Mendorong efesiensid. Mendorong dipatuhinya kebijakan

manajemen• Tujuan pokok tsb dapat dicapai dengan

pengendalian akuntansi & pengendalian administratif yang baik

Page 98: Auditing

Tujuan Pokok Struktur Pengendalian Intern

• Pengendalian akuntansi meliputi rencana organisasi serta prosedur-prosedur juga catatan-catatan yang berhubungan dengan pengamanan harta kekayaan perusahaan & dapat dipercayainya catatan-catatan

• Pengendalian administratif yaitu pengendalian yang ditujuhkan untuk mendorong efesiensi operasional & menjaga diikutinyakebijakan perusahaan. Pengendalian administratif dapat berupa rencana organisasi serta prosedur-prosedur juga catatan-catatanyang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang membawa kepada tindakan pimpinan perusahaan untuk menyetujui atau memberi wewenang terhadap transaksi-transaksi.

Page 99: Auditing

Keterbatasan Pengendalian Intern suatu entitas

• Pengendalian intern hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai kepada manajemen & dewan direksi berkenaan dengan pencapaian tujuan entitas.

• Artinya: sebaik apapun dirancang & dioperasikan pengendalian intern akan ada keterbatasan yang melekat (inherent limitations) yaitu:

1. Kesalahan dalam pertimbangan2. Kemacetan3. Kolusi4. Penolakan manajemen5. Biaya versus manfaat

Page 100: Auditing

Identifikasi Sasaran Pengendalian

• Sasaran pengendalian dapat diidentifikasikan atas 5 sasaran yaitu:

1. Validitas (validity)2. Kelengkapan (completeness)3. Keabsahan pencatatan (recording

propriety)4. Penjagaan/pengamanan (safeguarding)5. Purna tanggungjawab (subsequent

accountability)

Page 101: Auditing

Penghimpunan Pemahaman Struktur Pengendalian Intern

• Penghimpunan pemahaman struktur pengendalian intern meliputi rancangan kebijakan & prosedur yang berkaitan dengan elemen SPI, dan apakah kebijakan & prosedur tersebut telah dilaksanakan dalam operasional atau praktiknya.

• Pemahaman struktur pengendalian intern klien, digunakan auditor untuk:

1. Mengidentifikasi bentuk-bentuk salah saji yang potensial

2. Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji material

3. Merancang pengujian substantif

Page 102: Auditing

Penghimpunan Pemahaman Struktur Pengendalian Intern

• Tingkat pemahaman elemen struktur pengendalian intern tergantung pada judgement auditor yang dipengaruhi :

1. Pengetahuan terhadap klien dari audit yang dilakukan pada tahun sebelumnya

2. Risiko bawaan & materialitas yang telah ditentukan

3. Pemahaman terhadap industri klien4. Kompleksitas & tingkat kemajuan teknologi

operasi & sistem akuntansi klien.

Page 103: Auditing

Penghimpunan Pemahaman Struktur Pengendalian Intern

• Sesuai dengan elemen yang dimilikinya, maka pemahaman struktur pengendalian intern yang harus diperoleh meliputi:

1. Pemahaman lingkungan pengendalian (control environment)

2. Pemahaman atas penaksiran risiko(risk assesment)3. Pemahaman atas aktivitas pengendalian (control

activities)4. Pemahaman atas informasi & komunikasi(information

& communication)5. Pemahaman atas pemantuan/monitoring (monitoring)

(laporan COSO = Committee of Sponsoring Organizations)

Page 104: Auditing

Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif

• Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan: “pemahaman yang memadai…………., dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.

• Standar pekerjaan lapangan yang ketiga menyatakan: “bukti audit……………untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit”.

• Untuk mencapai hal tsb, auditor dapat memperolehnya melalui penerapan prosedur auditing. Prosedur audit tersebut antara lain:

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern

2. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian pegendalian3. Prosedur audit untuk melaksanakan pengujian substantif

Page 105: Auditing

Metodologi Untuk Memenuhi Standar Pekerjaan lapangan Kedua & Ketiga

• Ada 2 alternatif strategi audit pendahuluan yang dapat dipilih auditor yaitu:

• Primarily substantive approach

• Lower assessed level of control risk approach

Page 106: Auditing

Primarily substantive approach

• Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap efektivitas SPI kurang dapat diandalkan. Auditor menganggap bahwa salah saji tidak akan dapat dicegah atau dideteksi oleh SPI klien.auditor kemudian melakukan pengujian apakah salah saji yang tidak terdeteksi oleh SPI klien tersebut, dapat dicegah & dideteksi oleh prosedur audit. Oleh karena itu, auditor akan lebih mengutamakan &memperluas pengujian substantif.

Page 107: Auditing

Primarily substantive approach• Metodologi pemeriksaan yang digunakan auditor dalam pendekatan

pengutamaan pengujian substantif atau primarily substantive approach, meliputi 8 tahap sbb:

1. Menghimpun & mendokumentasikan pemahaman SPI2. Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengendalian yang

dilakukan dalam menghimpun SPI3. Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih

terhadap tingkat risiko pengendalian yang telah dilakukan4. Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh

bukti tambahan mengenai efektivitas operasi5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengendalian berdasar

bukti tambahan6. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian

yang telah ditetapkan tsb, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor

8. Merancang pengujian substantif

Page 108: Auditing

Lower assessed level of control risk approach

• Pendekatan lower assessed level of control risk ini menggunakan asumsi bahwa auditor menganggap efektivitas SPI dapat diandalkan.

• SPI klien yang sangat efektif tersebut akan mengurangi kemungkinan terjadinya salah saji. Oleh karena itu, harus menguji SPI klien benar-benar efektif dalam mendeteksi salah saji. Auditor lebih banyak melakukan pengujian pegendalian

Page 109: Auditing

Lower assessed level of control risk approach

• Metodologi pemeriksaan yang digunakan auditor dalam pendekatanrisiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah, meliputi 6 tahap berikut:

1. Menghimpun & mendokumentasikan pemahaman SPI2. Merencanakan & melaksanakan pengujian pengendalian 3. Menetapkan tingkat risiko pengendalian4. Melakukan dokumentasiatas penetapan risiko pengendalian5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko

pengendalian yang telah ditetapkan tsb, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor

6. Merancang pengujian substantif

Page 110: Auditing

Pengujian Pengendalian• Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan

terhadap rancangan & pelaksanakan suatu kebijakan atau prosedur SPI.

• Pengujian pengendalian ini dilaksanakan auditor untuk menilai efektivitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi & mencegah salah saji material dalam suatu asersi laporan keuangan.

• Oleh karena itu, pengujian pengendalian memfokuskan pada 3 hal yaitu:

1. Bagaimanakah pengendalian-pengendalian diterapkan?2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?

Page 111: Auditing

Pengujian Pengendalian

• Tipe pengujian pengendalian ada 2 yaitu:1.Concurent test of control yaitu pengujian

pengendalian yang dilaksanakan auditor sering dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman SPI klien

2.Additional or planned test of control yaitu pengujian pengendalian tambahan yang dilaksanakan selama pekerjaan lapangan oleh auditor.

Page 112: Auditing

Pengujian Pengendalian

• Ada 4 prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:

1.Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien

2.Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya

3.Melakukan inspeksi terhadap dokumen, catatan dan laporan

4.Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor

Page 113: Auditing

Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian

• Dapat dilaksanakan pada 2 saat, yaitu:

1. Selama pekerjaan interim

2. Pada saat mendekati akhir tahun• Auditor semestinya lebih mengutamakan

pelaksanaan pengujian pengendalian mendekati akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan priode tahun pembukuan yang diaudit. Tetapi hal tersebut tidak selalu praktis dilaksanakan.

Page 114: Auditing

Perancangan Pengujian Substantif

• Meliputi penentuan:

a. Sifat pengujian

b. Waktu pengujian &

c. Luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi

Page 115: Auditing

Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif

• Ada 8 prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka

2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas mereka

3. Menginspeksi dokumen dan catatan4. Melakukan perhitungan kembali atau reforming5. Konfirmasi6. Analisis7. Tracing atau pengusutan8. Vouching atau penelusuran

Page 116: Auditing

Pengujian Substantif

• Ada 3 tipe pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:

1.Pengujian rinci atau detail saldo

2.Pengujian rinci atau detail tansaksi

3.Prosedur analitis

Page 117: Auditing

Pengujian rinci atau detail saldo

• Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian rinci atau detail saldo akun berorientasi pada tujuan spesifik audit.

• Metodologi perancangan pengujian rinci atau detail saldo meliputi 4 tahapan, yaitu:

1. Menilai materialitas & risiko bawaan suatu akun2. Menetapkan risiko pengendalian3. Merancang pengujian Merancang pengujian transaksi

& prosedur analitis4. Merancang pengujian rinci atau detail saldo untuk

memenuhi tujuan spesifik audit secara memuaskan

Page 118: Auditing

Pengujian rinci atau detail transaksi

• Pengujian rinci atau detail transaksi untuk menentukan:

1. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien2. Kebenaran pencatatan & peringkasan

transaksi transaksi tersebut dalam jurnal3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi

tersebut ke dalam buku besar & buku pembantu

• Pengujian rinci atau detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing & vouching.

Page 119: Auditing

Prosedur Analitis• Prosedur analitis meliputi perbandingan jumlah yang tercatat

dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor.• Prosedur analitis meliputi juga perhitungan rasio oleh auditor.• Ada 4 kegunaan prosedur analitis:1. Untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis & industri klien2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga

kelangsungan usahanya3. Untuk mendeteksi ada tidaknya kesalahan dalam laporan

keuangan klien4. Untuk dapat menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan

atas pengujian audit detail.

Page 120: Auditing

Penentuan saat Pelaksanaan Pengujian Substantif

• Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mempengaruhi penentuan waktu pelaksanaan pengujian substantif.

• Jika risiko deteksi rendah maka pengujian substantif lebih baik dilaksanakan pada atau dekat dengan tanggal neraca.

Page 121: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Kertas kerja adalah: catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya berkenaan dengan pelaksanaan audit.

• Kertas kerja merupakan media penghubung antara catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, pembuatan penyimpanan kertas kerja merupakan pekerjaan yang penting dalam audit.

Page 122: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Ada beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan pembuatan & penyimpanan kertas kerja, yaitu:

1. Memberi dukungan yang prinsipal atas laporan audit2. Sebagai alat kordinasi, menggorganisasi, dan

mengawasi pelaksanaan seluruh tahapan audit3. Bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan

standar auditing4. Sebagai pedoman dalam melaksanakan audit

berikutnya

Page 123: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Ada 4 teknik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja yaitu:

1. Pembuatan heading yang berisi nama klien dan judul untuk mengidentifikasi isi kertas kerja, serta tanggal neraca atau periode audit

2. Nomor indeks yang dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi dan referensi silang antar kertas kerja

3. Tick Marks yang berupa simbol-simbol yang digunakan auditor untuk membuat referensi penjelasan naratif dimanapun kertas kerja

4. Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah dan tanggal pembuatan serta penelaahan.

Page 124: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Ada beberapa prinsip umum yang berkaitan dengan pembuatan & penyimpanan kertas kerja, antara lain:

1. Pembuatan kertas kerja harus mempunyai maksud & tujuan yang jelas

2. Hindarkan pekerjaan salin-menyalin yang tidak diperlukan

3. Bukti keterangan lisan yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan

4. Jangan meninggalkan suatu pertanyaan tanpa ada jawaban yang jelas

5. Tuliskan segala masalah relevan yang ditemukan pada saat melaksanakan audit

Page 125: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Tipe kertas kerjaada 6 tipe kertas kerja audit yang biasanya dikenal yaitu:

1. Program audit2. Working trial balance3. Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal

pengklasifikasian kembali4. Daftar pendukung5. Daftar utama6. Memorandum audit dan dokumentasi informasi

pendukung

Page 126: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Susunan kertas kerja1. Draft laporan audit2. Laporan keuangan auditan3. Ringkasan informasi bagi penelaah4. Program audit5. Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien6. Ringkasan jurnal penyesuaian7. Working trial balance8. Daftar utama9. Daftar pendukung

Page 127: Auditing

Kertas Kerja Audit

• Pemilikan & Penyimpanan Kertas Kerja