bab 1 etika - spada.uns.ac.id
TRANSCRIPT
BAB 1
ETIKA
RIGHT
Materi ajar dari buku
Kode Etik Psikologi dan Aplikasinya di Indonesia
Oleh: Karel Karsten Himawan, Wiwit Puspitasari Dewi, Kartika Shanti Sitorus, Eunike Mutiara
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MARI BERPIKIR!
1. Apa standar tertinggi yang membedakan benar
dan salah? Mengapa?
2. Apakah etika berasal dari dalam diri seseorang
atau merupakan bagian dari pembelajaran
lingkungan?
3. Sampai batas apa etika diperlukan? Adakah
kondisi ketika etika tidak lagi diperlukan?
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
ETIKA
• Berasal dari kata Yunani: ἠθικός atau ἦθος, yang berarti
kebiasaan atau tata cara.
• Etika = moral philosophy
• Etika menentukan perilaku yang dianggap “benar” dan “salah”.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
ETIKA
• 2 realita menurut Plato: physis (fakta) dan nomos (nilai).
• Etika berada dalam dunia nomos.
IMPLIKASI: argumen dalam etika merupakan hal retoris yang
menekankan pada bagaimana mengajak orang menganut nilai
tersebut daripada membuktikan kebenaran nilai itu.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
RELATIVISME ETIKA
Etika bersifat subjektif dan relatif karena (Graham, 2010):
1. Pendapat moral sekelompok orang berbeda, bahkan berkonflik,
dengan orang lainnya,
2. Tidak ada bukti yang mendukung salah satu pandangan lebih baik
daripada lainnya,
3. Tidak ada pembuktian empiris karena tidak ada “fakta” moral yang
dapat diobservasi.
Relativisme etika: penilaiannya bergantung pada siapa yang
menilainya.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
CONTOH
Nilai-nilai kaum gay : mencintai sesama jenis
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
PENDATANG VS
PRIBUMI
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MENEMUKAN
KESEPAKATAN
Menyusun kesepakatan :
Diperlukan sesuatu yang objektif
Dapat dilihat dan dinilai secara empiris menurut
keberadaannya yang nyata
meng”Objektifkan” moral
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MENEMUKAN
KESEPAKATAN ETIKA
REALISME MORAL
Teori yang mengungkapkan bahwa nilai-nilai moral merupakan
karakteristik yang dimiliki manusia, namun wujud nyata dari nilai itu
merupakan karakteristik dari objek fisik (Graham, 2010).
Piaget (dalam Slavin, 2008): “moralitas paksaan” / “moralitas heteronom”
• Dihukum tanpa tahu sebabnya apa.
• Aturan merupakan kesepakatan mutlak, dan keadilan merupakan
sesuatu yang otomatis.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MENEMUKAN
KESEPAKATAN ETIKA
REALISME MORAL
3 sanggahan:
1. Ada karakteristik fisik yang tidak dapat ditelusuri nilai moralnya,
seperti: terang – gelap, manis – pahit, dll.
2. Karakteristik moral tidak pernah bisa diobservasi, hanya ‘kondisi
psikologis’ yang dapat diobservasi, karena tidak ada “fakta moral”.
3. Karakteristik fisik merupakan proses pasif, sedangkan esensi dari
etika ialah suatu aksi.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MENEMUKAN
KESEPAKATAN ETIKA
RASIONALISME MORAL
Berfokus untuk menemukan kebenaran logis dari moral.
2 metode operasi penjelasan logis:
• Kenyataan faktual : 15 + 15 = 30
• Relasi antar ide :
1. Anda berjanji akan membayar hutang.
2. Janji wajib ditepati.
3. Anda berkewajiban membayar hutang.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MENEMUKAN
KESEPAKATAN ETIKA
RASIONALISME MORAL - OBJEKTIVISME
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
Hard subjectivism
TIDAK ADA jawaban benar atas
SEGALA pernyataan moral.
Soft subjectivism
TIDAK ADA jawaban benar atas
BEBERAPA pernyataan moral.
Hard objectivism
Selalu ADA jawaban benar atas
SEGALA pernyataan moral.
Soft objectivism
Selalu ADA jawaban benar atas
BEBERAPA pernyataan moral.
MARI BERPIKIR!
MANA PERNYATAAN OBJEKTIVISME YANG PALING
TEPAT MENGGAMBARKAN POSISI ETIKA
SEHARUSNYA?
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TEORI ETIKA
Hasan (2009) mengklasifikasikan beberapa teori etika:
• Etika deskriptif – “what do people think is right?”, cth: relativisme
etika
• Etika normatif – “how should people act?”, cth: virtual theory,
utilitarianisme
• Metaetika – “what does ‘right’ even mean?”, cth: relativisme personal
dan budaya, egoisme, altruisme
• Etika terapan – masalah khusus yang kontroversial, cth: aborsi, hak-
hak hewan eksperimen, homoseksualitas, korban kekerasan, dsb.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TEORI ETIKA
RELATIVISME PERSONAL
“Benar atau salahnya perbuatan sepenuhnya merupakan penilaian
subjektif seseorang. Standar satu-satunya tentang penilaian moral ialah:
perasaan pelaku terhadap peristiwa itu.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
• Kesulitan menemukan standar kode etik yang objektif
• Penilaian moral menjadi tidak konsisten, sangat bergantung pada
perasaan
• Meremehkan kapasitas berpikir rasional manusia.
TEORI ETIKA
RELATIVISME BUDAYA
“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan
sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang
dapat diterima oleh budaya itu.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
Muncullah istilah:
ETIKET
MARI BERPIKIR!
ETIKA / ETIKET?
Seorang psikolog membocorkan kepada orangtua
klien tentang keinginan klien untuk bunuh diri.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MARI BERPIKIR!
ETIKA / ETIKET?
Seorang psikolog mempromosikan diri dengan membuat iklan:
“GARANSI PULIH SEMPURNA HANYA DALAM SATU
SESI.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TEORI ETIKA
RELATIVISME BUDAYA
“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan
sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang
dapat diterima oleh budaya itu.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
ETIKA ETIKET
Bersifat pasti, mutlak, absolut Bersifat situasional, relatif
Berlaku sekalipun tidak ada orang
lain (tidak ada saksi mata)
Hanya berlaku jika ada orang lain
(ada saksi mata)
Perilaku dipertahankan karena hati nurani.
Perilaku dipertahankan agar dapat tetap diterima lingkungan.
TEORI ETIKA
RELATIVISME BUDAYA
“Benar atau salahnya perbuatan ditentukan oleh kesepakatan
sekelompok orang di tempat yang sama. Perilaku yang benar ialah yang
dapat diterima oleh budaya itu.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
Lama-kelamaan, apa yang dianggap BENAR dan SALAH bukan didasari
pada pemahaman bagaimana benar / salahnya hal itu (etika), melainkan
pada apakah hal itu dapat / tidak dapat diterima (etiket).
TEORI ETIKA
EGOISME
“Benar atau salahnya perbuatan merupakan jawaban atas pertanyaan:
apa yang ingin dicapai dalam hidup?.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
• 2 jawaban umum: UANG dan POPULARITAS.
• 2 jenis nilai: instrumental dan intrinsik.
• 2 jenis keinginan: hasrat (desire) dan minat (interest).
EGOISME - jawaban atas pertanyaan:
apa nilai intrinsik yang menjadi minat untuk dicapai dalam hidup?
MARI BERPIKIR!
APA BEDA:
EGOISME – SUBJEKTIVISME – EGOSENTRIS?
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TEORI ETIKA
EGOISME
“Benar atau salahnya perbuatan merupakan jawaban atas pertanyaan:
apa yang ingin dicapai dalam hidup?.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
• Etika bersifat abstrak dan subjektif, sulit memformulasikan yang
benar dan salah.
• Sekalipun telah berkembang menjadi ‘hedonisme’, namun masih
gagal memformulasikan nilai benar dan salah suatu hal.
TEORI ETIKA
NATURALISME DAN TEORI NILAI (VIRTUE THEORY)
“Benar atau salahnya perbuatan bukan merupakan sesuatu yang
independen dari manusia, relatif terhadap NATUR manusia serta NILAI-
NILAI yang dianggap baik.”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
• 2 jenis “baik”: sebagai ‘atribut’ dan ‘predikat’.
• “Hari ini hari yang baik!” --- ekspresi & preferensi
• “Aspirin adalah obat penahan sakit yang baik!” --- fakta
• Persoalan etika bukan tentang “apakah X orang yang baik?”, tetapi
“Bagaimana menjalani hidup yang baik bagi manusia?”
• Hidup yang baik: sesuai ‘virtue’
• Aristoteles - 4 ‘virtue’: kebijaksanaan, keberanian, kesederhanaan, keadilan.
TEORI ETIKA
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
• Sulit memunculkan satu cara hidup yang dianggap paling baik.
• Sulit menemukan batasan dari masing-masing virtue yang dianggap
‘paling baik’, seperti: PENGECUT -------------------------- BERANI
NATURALISME DAN TEORI NILAI (VIRTUE THEORY)
“Benar atau salahnya perbuatan bukan merupakan sesuatu yang
independen dari manusia, relatif terhadap NATUR manusia serta NILAI-
NILAI yang dianggap baik.”
TEORI ETIKA
UTILITARIANISME
“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari dampak perilaku tersebut
terhadap orang lain, yang diukur dari pertimbangan akan kesenangan
dan rasa sakit yang dihasilkan dari tindakan itu”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
• Minat dan tujuan masyarakat lebih tinggi daripada kepentingan sendiri
maupun golongan.
• Kebahagiaan satu orang tidak lebih penting daripada orang lain.
• Keberpusatan pada kesenangan dan kepentingan diri justru membuat
seseorang tidak senang.
• Kesenangan sejati: senang melihat orang lain senang.
MARI BERPIKIR!
APA BEDA:
UTILITARIANISME – RELATIVISME BUDAYA?
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TEORI ETIKA
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
• Waktu terbatas untuk mempertimbangkan pleasure-pain dari tindakan.
• Waktu senggang salah, karena tidak bermanfaat.
• Kekerasan, penyiksaan, perbudakan bisa benar jika bermanfaat.
• Tindakan yang tidak menyenangkan / menyakitkan tidak dilakukan.
UTILITARIANISME
“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari dampak perilaku tersebut
terhadap orang lain, yang diukur dari pertimbangan akan kesenangan
dan rasa sakit yang dihasilkan dari tindakan itu”
TEORI ETIKA
UTILITARIANISME
Untuk mengatasi kelemahan:
• 2 jenis utilitarianisme: tindakan dan aturan.
• U. Tindakan: nilai moral pada konsekuensi dari tindakan.
• U. Aturan: nilai moral pada aturan, baik ada / tidak tindakan.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KETERBATASAN:
Kecenderungan terkait pada aturan yang sebetulnya tidak memiliki nilai
utilitas, bahkan merugikan orang lain.
TEORI ETIKA
KANTIAN MODEL
“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari jawaban untuk mewujudkan
‘the worthiest life’, bukan ‘the happiest life’. ”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
• The worthiest life tidak bergantung pada melakukan hal baik, karena tidak
semua hal baik berdampak baik pada orang lain.
• Atribut ‘ceria’, ‘bersahabat’, dll. hanya atribut deskriptif yang sulit dikontrol.
• Akhir dari manusia: dirinya sendiri. ‘Keberhargaan’ merupakan nilai yang
diberikan manusia pada objek itu.
• Fokus: niat (will) dan motivasi yang mendasari perilaku.
• Kant: hanya keinginan bebas (free will) yang memiliki nilai intrinsik dan
hanya tindakan bebas (free action) yang disebut tindakan rasional.
TEORI ETIKA
KANTIAN MODEL
“Benar atau salahnya perbuatan dilihat dari jawaban untuk mewujudkan
‘the worthiest life’, bukan ‘the happiest life’. ”
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
KELEMAHAN:
Silakan diskusikan bersama!
MODEL PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIKA
McDonald (2001)
• Identifikasi masalah,
• Menguraikan alternatif yang mungkin,
• Menggunakan sumber daya etika untuk mengidentifikasi berbagai faktor
pada masing-masing alternatif,
• Mengusulkan resolusi yang memungkinkan,
• Membuat pilihan.
Winter (2009): 13 tahap pertimbangan pengambilan keputusan etika.
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
MARI BERPIKIR!
COBA KALIAN RUMUSKAN MODEL
PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIKA
YANG PALING SEDERHANA DAN
KOMPREHENSIF!
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)
TERIMA KASIH
Oleh: Himawan, Dewi, Sitorus, & Mutiara (2016)