bab 1 proposal

34
Judul : Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Sub Pokok Sel Pada Siswa Kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan. I. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Menurut Ibrahim (2003:35) belajar itu ada beberapa macam. Aneka macam belajar ini, dilatarbelakangi oleh adanya tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek belajar, seperti tekanan pada sifat, bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar, dan lain-lain. Sebagian proses belajar di sekolah mampu menghasilkan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, 1

Upload: -

Post on 02-Feb-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB 1 Proposal

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Proposal

Judul : Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Dengan Menerapkan

Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Sub Pokok Sel Pada Siswa Kelas

VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.

I. Latar Belakang

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada disekolah

maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Menurut Ibrahim (2003:35) belajar itu ada beberapa macam. Aneka macam

belajar ini, dilatarbelakangi oleh adanya tekanan yang berbeda terhadap aspek-aspek

belajar, seperti tekanan pada sifat, bentuk, keterampilan, proses, tempat belajar, dan

lain-lain.

Sebagian proses belajar di sekolah mampu menghasilkan perubahan tingkah

laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2011: 20).

Hasil observasi terhadap proses pembelajaran biologi kelas VII di SMP

Negeri 1 Darussalam menunjukkan proses pembelajaran yang belum melibatkan

siswa secara aktif dalam kegiatan belajar, sehingga respon siswa dalam proses

pembelajaran belum optimal. Kegiatan siswa di dalam proses pembelajaran lebih

banyak mendengar dan menulis apa yang disampaikan oleh guru bahkan bermain

sendiri. Kurangnya keterlibatan siswa tersebut tampak dari perilaku siswa

diantaranya; siswa tidak fokus pada materi pelajaran, siswa melamun saat pelajaran

1

Page 2: BAB 1 Proposal

2

berlangsung, beberapa siswa bicara sendiri dengan teman dan tidak memperhatikan

pelajaran dan siswa melakukan kegiatan yang mengganggu proses pembelajaran.

Permasalahan tersebut timbul dikarenakan siswa kurang tertarik dengan

pembelajaran yang berlangsung. Dan metode pembelajaran yang digunakan kurang

dapat membuat siswa menjadi aktif. Sehingga mengakibatkan mereka enggan untuk

memperhatikan, bertanya ataupun aktif dalam proses pembelajaran. Interaksi antara

guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna apabila dalam

proses pembelajaran itu menggunakan suatu metode pembelajaran yang dapat

melibatkan peran serta siswa secara aktif dalam kegiatan belajar.

Salah satu pembelajaran yang dapat melibatkan peran serta siswa adalah

pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Pengetahuan dicari dan dibentuk oleh siswa

mulai dari pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, hasil

diskusi dengan pasangan, dan juga sharing dalam kelas dengan kelompok lain.

Sehingga penggunaan pembelajaran TPS ini diharapkan dapat menumbuhkan dan

meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Alasan diterapkanya metode pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) ini adalah

karena dalam proses pembelajaran TPS mengharuskan siswa untuk aktif terlibat

dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Melalui penerapan pembelajaran TPS,

maka dapat menimbulkan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Keterlibatan yang dimaksud adalah keterlibatan secara fisik maupun mental, dimana

harus selalu berkaitan satu sama lain. Keterlibatan secara fisik maupun mental

tersebut akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal serta dapat mempertinggi

Page 3: BAB 1 Proposal

3

kualitas proses pembelajaran, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil

belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka akan dilakukan

penelitian dengan judul “Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Dengan

Menerapkan Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Sub Pokok Sel Pada

Siswa Kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah

penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan

ketuntasan belajar siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan?

3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketuntasan

belajar siswa dalam pembelajaran biologi melalui pembelajaran Think-Pair-Share

(TPS) pada siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.

4. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan strategi belajar mengajar

dalam pokok bahasan organisasi kehidupan sub pokok sel di kelas VII MTSs

Ashabul Yamin Bakongan.

Page 4: BAB 1 Proposal

4

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang penulis lakukan ini diharapkan dapat memberikan

beberapa manfaat, yaitu :

a. Bagi Lembaga Pendidikan (Instansi): Sebagai bahan masukan atau saran untuk

mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan

kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa ataupun mutu lulusan.

b. Bagi Guru: Sebagai bahan masukan atau saran bagi guru dalam memilih alternatif

pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan atau partisipasi siswa dalam

proses pembelajaran.

c. Bagi Siswa: Memberi masukan kepada siswa agar lebih berpartisipasi dan

berperan serta secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar mendapatkan hasil

belajar yang lebih baik dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

d. Bagi Peneliti Lain: Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud

melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan lain dalam upaya

meningkatkan partisipasi atau peran serta siswa dalam proses pembelajaran.

6. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap istilah dari variabel yang

digunakan pada penelitian ini, maka peneliti mencantumkan istilah-istilah sebagai

berikut:

Page 5: BAB 1 Proposal

5

a. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar adalah pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran

atau tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggung

jawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut.

b. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di

kelas. Model pembelajaran dalam penelitian ini adalah model pembelajaran TPS

yang diterapkan pada siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.

c. Model Think-Pair-Share (TPS)

Think-Pair-Share, merupakan suatu pembelajaran kooperatif yang memberikan

kepada siswa waktu untuk berfikir dan merespon. Hal ini menjadi faktor kuat

dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan serta

menumbuhkan sikap saling membantu satu sama lain. Ada tiga langkah dalam

model ini, antra lain : berfikir (think), berpasangan (pair), dan berbagi (share).

Model TPS dalam penelitian ini adalah model TPS yang diterapkan pada siswa

kelas VII MTSs Ashabul Yamin Bakongan.

Page 6: BAB 1 Proposal

6

7. Landasan Teori

7.1 Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti

bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung

pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketikan ia berada di sekolah maupun di

lingkungan rumah atau keluarganya sendiri (Syah, 2006:89).

Menurut Sardiman (2011:20), belajar merupakan perubahan tingkah laku atas

penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan

guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan

rencana yang telah diprogramkan. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil

keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika peserta didik belum dapat

membentuk kompetisi dasar, apakah kegiatan pembelajaran dihentikan, diubah

metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu (Mulyasa, 2005).

Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1996:297).

Menurut Hamalik (1995), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

Page 7: BAB 1 Proposal

7

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat

dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya

tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi,

slide, film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan

kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan

metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.

7.2 Ketuntasan Belajar

Salah satu orientasi penilaian kelas adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan

belajar merupakan pencapaian hasil belajar yang ditetapkan dengan ukuran atau

tingkat pencapaian kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan

sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut, (Depdiknas, Buku 3,2004:16).

Menurut H. Erman (2003: 11) seorang siswa (individual) disebut telah tuntas dalam

belajar, bila siswa telah mencapai daya serap 65 % dan ketuntasan belajar klasikal

adalah 80 %, yang artinya ketuntasan belajar suatu kelas belum mencapai 80 % perlu

diadakan diagnostik dan remidial sebelum materi dilanjutkan. Daya serap merupakan

persentase skor tingkat penguasaan untuk setiap siswa dalam suatu tes.

Sesuai dengan ketentuan dalam KBK (Sunoto, 2002: 93), siswa tuntas

belajar, bila telah 75 % menguasai kompetensi atau sekurang-kurangnya harus

mencapai skor minimal 75. Dalam pola ini ditentukan bahwa seorang siswa yang

mempelajari unit satuan pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan

pembelajaran berikutnya jika siswa yang bersangkutan telah menguasai sekurang-

Page 8: BAB 1 Proposal

8

kurangnya 75% dari kompetensi dasar yang telah ditetapkan, (Departemen

Pendidikan Nasional, 2004:14).

Ketuntasan belajar seseorang (Joko P, 1995: 3) dipengaruhi oleh faktor-

faktor: Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan suatu bahan ajar, usaha yang

dilakukan seseorang untuk menguasai bahan ajar, bakat seseorang yang sifatnya

individual, kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajaran oleh guru, dan

kemampuan siswa untuk mendapatkan manfaat yang optimal dalam proses

pembelajaran.

7.3 Pembelajaran Kooperatif

Menurut Anita Lie (2005), sistem pengajaran cooperative learning bisa

didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk

di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson dan Johnson, 1993), yaitu

saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian

bekerja sama dan proses kelompok. Model pembelajaran cooperative learning tidak

sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran

cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang

dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan

benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Menurut Etin Solihatin (2007), pada dasarnya Cooperatif Learning

mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja

atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat

dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperatif

Page 9: BAB 1 Proposal

9

Learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana

kebersamaan diantara sesama anggota.

Tahapan-tahapan pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim Muslimin (2000)

dalam Anwar (2007) yaitu:

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.

2. Menyampaikan informasi.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.

5. Evaluasi atau memberikan umpan balik.

6. Memberikan penghargaan.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja

sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dimana

pembelajaran kooperatif tersebut memiliki elemen-elemen, yaitu 1) saling

ketergantungan positif, 2) interaksi tatap muka, 3) akuntabilitas individual, dan 4)

keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau ketrampilan sosial yang

secara sengaja diajarkan (Nurhadi, 2004).

Menurut Silberman (2000), mendeskripsikan pembelajaran kooperatif

merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespon yang lain dalam

mencapai suatu tujuan suatu reciprocity yang merupakan sumber motivasi yang

setiap pengajar dapat menjalankan stimulasi untuk belajar.

Page 10: BAB 1 Proposal

10

7.4 Model Pembelajaran Think – Pair – Share (TPS)

Strategi think-pair-share (TPS) atau berfikir berpasangan berbagi adalah

merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola

interaksi siswa (Trianto, 2009:81).

Strategi think-pair-share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif

dan waktu tunggu. Pertama kali di kembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di

Universitas Maryland sesuai yang di kutip Arend (1997), menyatakan bahwa think-

pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola

diskusi kelas.

Dalam pembelajaran biologi melalui model pembelajaran tipe Think-Pair-

Share diharapkan siswa aktif maka dapat berakibat ingatan siswa mengenai apa yang

dipelajarinya akan lebih lama.

Franky Lyman dalam buku Nurhadi (2004), mengemukakan bahwa metode

Think–Pair–Share mampu mengubah asumsi bahwa metode diskusi perlu

diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think–

Pair–Share memberi waktu kepada para siswa untuk berpikir dan merespons serta

saling membantu satu sama lain. Menurut Lyman terdapat langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Langkah 1 – Berpikir (Thinking) : Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang

berkaitan dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir

sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut.

Page 11: BAB 1 Proposal

11

2. Langkah 2 – Berpasangan (Pairing) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan yang telah dipikirkan. Interaksi selama periode

ini dapat menghasilkan jawaban ide bersama jika isu khusus telah diidentifikasi.

3. Langkah 3 – Berbagi (Sharing) : Pada langkah akhir ini guru meminta pasangan-

pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara

keseluruhan mengenai yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan efektif jika

guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain, sehingga

seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan

untuk melapor.

7.5 Organisasi Kehidupan

7.5.1 Sel

Sel adalah unit terkecil dari kehidupan. Sel tersusun atas membran sel,

sitoplasma, dan organel-organel. Bentuk dan ukuran sel beraneka ragam. Bentuk sel

ada yang bulat, bulat panjang, memanjang, berbentuk segi lima, segi enam, bersegi

banyak, pipih, atau berbulu.

Bagian-bagian sel antara lain:

1. Membran Sel

Membran sel sering juga disebut membrane plasma. Membran sel berfungsi

sebagai pembatas dan pelindung isi sel serta sebagai pengatur lalu lintas zat yang

keluar masuk sel.

2. Sitoplasma

Page 12: BAB 1 Proposal

12

Sitoplasma adalah cairan yang mengisi sel. Sitoplasma mengandung berbagai

macam zat. Zat-zat tersebut berbentuk koloid. Koloid adalah campuran yang ukuran

diameter zat terlarutnya bekisar antara 0,001-0,1 mikron, misalnya putih telur.

3. Inti Sel (Nukleus)

Inti sel (nucleus) biasanya berbentuk oval atau bulat dan berada di tengah-

tengah sel. Inti sel berfungsi sebagai pengatur seluruh kegiatan sel. Inti sel diselimuti

oleh dua lapis membrane nukleus, yaitu membran luar dan membran dalam.

4. Retikulum Endoplasma (RE)

RE berfungsi menyusun dan menyalurkan zat-zat ked ala sel. Membran RE

merupakan kelanjutan dari membrane luar inti sel yang membentuk saluran berliku

menuju ke sitoplasma dan akhirnya bermuara pada membrane sel.

5. Ribosom

Ribosom berbentuk butiran-butiran. Ribosom ada yang menempel pada

membrane RE, ada pula yang bebas di sitoplasma. Ribosom berfungsi untuk sintesis

protein.

6. Kompleks Golgi

Kompleks golgi merupakan kumpulan ruang, gelembung kecil, dan kantong

kecil yang bertumpuk-tumpuk. Kompleks golgi berfungsi sebagai alat pengeluaran

(sekresi) protein dan lender, karena itu kompleks golgi disebut sebagai organel

sekresi.

7. Mitokondria

Page 13: BAB 1 Proposal

13

Mitokondria adalah membrane luar dan membrane dalam. Mitokondria

berfungsi sebagai penghasil energi. Di dalam mitokondria berlangsung proses

respirasi untuk menghasilkan energi.

8. Plastida

Plastida merupakan badan bermembran rangkap yang mengandung pigmen

tertentu. Plastida ynag mengandung pigmen hijau (klorofil) disebut kloroplas,

sedangkan plastid yang berisi amilum disebut amiloplas.

9. Lisosom

Lisosom merupakan kantong kecil bermembran tunggal yang berisi enzim

pencernaan. Lisosom berfungsi mencerna bagian sel yang rusak atau asing yang

masuk ke dalam sel.

10. Vakuola

Vakuola adalah ruangan yang terdapat di dalam sel. Padas el tumbuhan yang

sudah tua, vakuola biasanya berukuran besar dan berisi cadangan makanan dan

pigmen warna. Vakuola makanan berfungsi mencerna makanan.

8. Metode Penelitian

8.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di MTSs Ashabul Yamin Bakongan Aceh

Selatan. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014-

2015 .

Page 14: BAB 1 Proposal

14

8.2 Rancangan penelitian

Prosedur kerja dalam penelitian ini merupakan siklus kegiatan yang

direncanakan dalam dua siklus. Dalam penelitian tindakan, peneliti terlibat langsung

dalam proses penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Adapun prosedur

penelitian tindakan meliputi beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi. Arikunto (2009:16) menggambarkan keempat tahap

tersebut sebagai berikut:

Gamabar 1. Rancangan Penelitian Tidakan Kelas (Arikunto , 2009)

Dari Gambar dapat dijelaskan masing-masing tahap, yaitu:

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Refleksi

?

Page 15: BAB 1 Proposal

15

Kegiatan yang akan dilakukan ialah meliputi apa penyebabnya masalah yang

ada pada siswa kelas VII-1 , kemudian menganalisis penyebab munculnya masalah

dan menetapkan pengembangan tindakan yang akan dilakukan terhadap subyek.

Beberapa hal tersebut digunakan untuk kepentingan studi awal yang diperoleh dari

observasi dan wawancara terhadap responden (guru dan siswa). Apabila pada siklus I

belum terjadi perubahan yang diharapkan, maka pada siklus selanjutnya dicari

kembali permasalahan yang ada pada siklus I. Kemudian pada siklus selanjutnya

dikembangkan tindakan yang berbeda untuk menyempurnakan tindakan yang telah

dilakukan pada siklus I, sehingga perubahan yang diinginkan dapat tercapai sesuai

dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Peneliti merancang dan

menyusun rencana pembelajaran dengan bimbingan dari dosen pembimbing. Secara

rinci perencanaan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun RPP

2. Menyusun LKS

3. Menyusun tes hasil belajar siswa

4. Membuat lembar observasi

5. Mempersiapkan materi belajar

6. Mempersiapkan sumber dan media yang dibutuhkan pada saat penelitian.

Page 16: BAB 1 Proposal

16

b. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pelaksanaan Tindakan dilaksanakan untuk memperbaiki permasalahan yang

ada pada subjek penelitian. Penelitian direncanakan dilaksanakan dalam 2 siklus dan

pada setiap siklus meliputi dua kali pertemuan. Apabila pembelajaran dalam satu

siklus belum berhasil yakni 70% siswa belum mampu mencapai nilai ≥70, maka

pembelajaran pada siklus tersebut akan diulang. Apabila 70% siswa sudah mencapai

nilai ≥70, maka pembelajaran pada siklus selanjutnya sudah dapat dilakukan.

c. Pengamatan (Observing)

Observing adalah kegiatan pengamatan dan pengambilan data untuk memantau

sejauh mana efek tindakan yang dilakukan terhadap siswa dapat berjalan secara

efektif dan mencapai tujuan yang dikehendaki serta menunjang pembelajaran yang

berlangsung kondusif. Instrument yang dipakai adalah soal tes, kuis, dan lembar

observasi atau petunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam

analisis dan untuk keperluan refleksi.

d. Refleksi (Reflecting)

Refleksi adalah suatu kegiatan yang mengulas secara kritis terhadap

perubahan yang terjadi pada siswa, suasana pembelajaran yang berlangsung di kelas,

dan guru. Dalam kegiatan ini perlu adanya analisis dan refleksi terhadap data-data

yang telah dikumpulkan untuk didiskusikan bersama dengan guru bidang studi untuk

mengetahui sejauh mana action yang dilakukan telah menghasilkan suatu yang

berarti dengan adanya pemanfaatan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

pada materi organisasi kehidupan. Kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam

Page 17: BAB 1 Proposal

17

pembelajaran segera dicari solusinya dan langkah-langkah untuk perbaikan pada

pembelajaran siklus selanjutnya.

8.4 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII MTSs Ashabul Yamin

Bakongan. Dan sampel yang digunakan adalah hanya kelas VII (1) dan VII(2) MTSs

Ashabul Yamin Bakongan.

8.5 Metode Pengumpulan Data

Menurut Mulyasa (2003:99), “Seorang peserta didik dipandang tuntas belajar

jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan

pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan

keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau

mencapai 85% sekurang-kurangnya 65% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas

tersebut.

8.5.1 Metode Pengolahan Data

Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.

Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data yang tujuannya untuk

melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat atau menarik

kesimpulan atas populasi yang diamati (Arikunto, 2009:143). Analisis statistik

digunakan untuk memperoleh jawaban tentang efektivitas pembelajaran biologi

dengan kooperatif model Think-Pair-Share (TPS) pada materi organisasi kehidupan.

Page 18: BAB 1 Proposal

18

8.5.2 Instrumen Penelitian

Adapun instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian

ini sebagai berikut :

1. Lembar pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif

model Think-Pair-Share (TPS)

Lembar pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran digunakan untuk

mengetahui aktivitas fisik yang dilakukan oleh guru dan siswa selama KBM.

Aktivitas guru meliputi penyajian kelas, penyampaian tujuan pembelajaran,

memotivasi siswa, menyampaikan informasi, mengajukan pertanyaan, membimbing

siswa menyusun kesimpulan, dan evaluasi. Sedangkan kegiatan siswa meliputi :

mendengar penjelasan guru, menjawab pertanyaan motivasi dari guru, mendengarkan

informasi dari guru, menyusun kesimpulan, dan mengerjakan soal evaluasi.

2. Tes Hasil Belajar

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan

untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensia, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002:127).

Bentuk tes yang digunakan adalah bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan

jawaban. Bentuk soal pilihan ganda digunakan karena bentuk soal tersebut dapat

mencakup seluruh materi pelajaran. Bentuk soal pilihan ganda berisi tentang pokok

permasalahan dan sejumlah alternatif yang berupa kemungkinan jawaban terhadap

permasalahan, pokok soal dapat berupa suatu pertanyaan atau pernyataan yang tidak

Page 19: BAB 1 Proposal

19

lengkap. Alternatif jawaban terdiri dari satu jawaban benar dan beberapa jawaban

salah yang disebut sebagai pengecoh.

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa secara individu selama

pembelajaran berlangsung, digunakan rumus persentase menurut Depdiknas (dalam

Alawiah, 2006) adalah:

Ketuntasan individu =jumla h jawabansoal yangbenar

jumlahsoal seluru h nya×100 %

3. Respon siswa terhadap penerapan model Think-Pair-Share (TPS)

Angket digunakan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

respon siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)

yang diberikan di akhir setelah proses belajar mengajar berlangsung. Kategori respon

yang diberikan meliputi: pendapat siswa mengenai materi pelajaran, penggunaan

model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS), penampilan guru dalam mengajar

dikelas, suasana kelas pada saat belajar, perbedaan antara belajar melalui model

Think-Pair-Share (TPS) dengan belajar seperti biasa. Adapun skala yang diberikan

adalah: Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju, menurut

pendapat pribadi masing-masing siswa secara jujur dan objektif. Sementara data hasil

angket tentang respon siswa dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif

dengan persentase. Persentase dari setiap respon siswa:

Persen respon siswa

=

Jumlah respon siswa tiap a spek yang munculJumlah seluruh siswa

x 100 %

Page 20: BAB 1 Proposal

20

Respon siswa dikatakan efektif jika jawaban siswa terhadap pertanyaan

positif untuk setiap aspek yang direspon pada setiap komponen pembelajaran

diperoleh persentase ≥70%.

8.5.3 Analisis Data

Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan maka langkah selanjutnya dalam

penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang diperoleh selama

penelitian. Tujuan analisis data adalah untuk menjawab permasalahan penelitian

yang telah dirumuskan.

Arikunto, (2008 : 143) Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah suatu teknik pengolahan data

yang tujuannya untuk melukiskan dan menganalisis kelompok data tanpa membuat

atau menarik kesimpulan atas populasi yang diamati. Aqib (2008 : 41) adapun teknik

analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, dengan menggunakan uji

persentase yaitu :

P= fN

x 100 %

Keterangan:

P = Nilai rata-rata

f = frekuensi siswa yang tuntas belajar

N = jumlah aktivitas keseluruhan siswa

Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil apabila terjadi ketuntasan

hasil belajar siswa yaitu sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa yang ada di

kelas tuntas belajar yaitu memperoleh nilai ≥ 70. Adapun alat ukurnya adalah dengan

Page 21: BAB 1 Proposal

21

menganalisis persentase ketuntasan belajar siswa dari tes siklus yang telah mereka

kerja

DAFTAR PUSTAKA

Anita, Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi ,dkk . 2009 . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Aqib, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung :Yrama Widya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi. Jakarta:PusatKurikulum,Balitbang.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf,diakses1 November 2012).

__________. 2004. Matematika, Buku 3, Materi pelatihan terintegrasi. Jakarta:Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan pengendalian Program SLTP. (online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012).

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

H. Erman. 2003. Asesmen Proses Dan Hasil Dalam Pembelajaran Matematika.Bandung:Makalah.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012).

Ibrahim, R. dkk. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Joko,P. 1995. Upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui BelajarTuntas Dengan Sistem Pendekatan Keterampilan Proses. Purwokerto:Makalah.(online)(http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012)

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali.

Page 22: BAB 1 Proposal

22

Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Silberman, Mel. 2000. Active Learning: 101 Strategies To Teach Any Subject. Yogyakarta: Yappendes.

Sunoto. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dasar danMenengah. Jawa Tengah: Dinas Pendidikan dan kebudayaan. (online) (http://luluvikar.files.wordpress.com/2010/12/peningkatan-motivasi-ketuntasan-belajar.pdf, diakses 1 November 2012)

Syah, Muhibuddin. 2006. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syamsyuri, Istamar, dkk. 2007. IPA Biologi Jilid 1 untuk Kelas VII SMP. Erlangga.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.