bab 1,2,3
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
bencana, balk yang disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin puting beliung dan
kekeringan, maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengelolaan
sumber daya dan lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran
lingkungan, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror born)
serta konflik antar kelompok masyarakat.
Kejadian bencana umumnya berdampak merugikan. Rusaknya sarana dan
prasarana fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, sekolah, tempat
ibadah, sarana jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak
terjadinya bencana disamping masalah kesehatan seperti korban luka, penyakit
menular tertentu, menurunnya status gizi masyarakat, stress pasca trauma dan
masalah psikososial, bahkan korban jiwa. Bencana dapat pula mengakibatkan arus
pengungsian penduduk ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hal ini tentunya
dapat menimbulkan masalah kesehatan baru di wilayah yang menjadi tempat
penampungan pengungsi, mulai dari munculnya kasus penyakit dan masalah gizi
serta masalah kesehatan reproduksi hingga masalah penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih, sanitasi serta penurunan kualitas
kesehatan lingkungan.
Upaya penanggulangan krisis akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan
yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yang dilakukan melalui kegiatan
pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi bencana berupa
kegiatan tanggap darurat sementara pada saat setelah ter jadi bencana berupa
kegiatan.
1
Pemulihan/rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk itu, tenaga penanggulangan
krisis akibat bencana harus memiliki suatu pemahaman terhadap permasalahan
dan penyelesaian secara komprehensif, serta terkoordinasi secara lintas program
maupun lintas sektor.
Pelayanan kesehatan pada saat bencana merupakan faktor yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya kematian, kecacatan dan kejadian penyakit. Karena
bencana merupakan suatu kejadian yang tidak diinginkan dan biasanya terjadi
secara mendadak serta disertai jatuhnya korban, kejadian ini bila tidak ditangani
secara cepat dan tepat dapat menghambat, mengganggu serta menimbulkan
kerugian bagi kehidupan masyarakat.
Bencana diklasifikan menjadi dua kelompok yaitu bencana alam yang
merupakan kejadian-kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi,
gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangga dan lainnya serta bencana
ulah manusia yaitu kejadian-kejadian karena perbuatan manusia seperti tabrakan
pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan
listrik, ganguan komunikasi, gangguan transportasi dan lainnya.
Bencana kebakaran merupakan bencana yang sering sekali terjadi disekeliling
kita dan frekuensi terjadinya benncana tersebut sangatlah sering dikarenakan
banyaknya pemicu seperti konsleting listrik hingga anak-anak yang bermain
dengan api yang dapat memakan banyak korban jika tidak ditangani oleh
manejemen bencana yang baik yang digambarkan melalui simulasi penanganan
kebakaran yang akan dibahas dalam makalah ini.
2
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dasar tentang keperawatan manajemen
bencana mengenai simulasi penangan bencana kebakaran hingga dapat
melakukan asuhan keperawatan yang holistik, cepat, tepat dan sigap.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan manajamen penanganan bencana
kebakaran yang mengidentifikasikan Lokasi kejadian
b. Mahasiswa mampu menerapkan manajamen penanganan bencana
kebakaran yang mensimulasikan Langkah-Langkah Penanganan
Keadaan Darurat Kebakaran
c. Mahasiswa mampu menerapkan manajamen penanganan bencana
kebakaran yang mensimulasikan Pemulihan Keadaan Darurat
1.3 MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
2. Menambah literatur bagi progam studi keperawatan khususnya yang terkait
dengan menejemen waktu.
3. Bagi Rumah Sakit
4. Hasil penelitian ini mampu memberikan informasi bagi rumah sakit
khususnya bagi para perawat yang melaksanakan tugasnya mampu
menggunakan waktu seefektif dn seefisien mungkin.
5. Bagi Peneliti
6. Menambah wawasan tentang manajemen keperawatan khususny tentang cara
menggunakan waktu seefisien mungkin.
3
1.4 METODE PENULISAN
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan
metode kepustakaandengan menggunakan beberapa literatur sebagai sumber.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
a. Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
b. Bab II : Tentang landasan teori yang memuat konsep dasar tentang
manajemen bencana simulasi penanganan kebakaran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Api dan Kebakaran
2.1.1 Api
a. Definisi
Api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya
dan panas serta adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui
reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api terbentuk karena adanya interaksi
beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu dapat
menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang
ditimbulkan oleh api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa
mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Segitiga Api
Ditinjau dari jenis api, dapat dikategorikan menjadi jenis api jinak dan
liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia,
sedang jenis api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan
kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa dibaca dari teori
segitiga api yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah
satu dari ketiga unsur tersebut, api tidak akan muncul. Oksigen sendiri
harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara yang
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
5
b. Penyebab
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab
antara lain :
1) Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam
beraktifitas seperti : masak, las, dll.
2) Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem
peralatan/rangkaian listrik seperti : setrika, atau karena adanya
korsleting.
3) Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif
dengan ion positif seperti : peti.
4) Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda
seperti : gerinda, memaku, dll.
Tetrahidral Api
5) Kimia yaitu panas yang timbul akibat reaksi kimia seperti : karbit
dengan air
Bisa terjadi juga kecenderungan terjadi reaksi kimia akibat adanya
elemen ke empat. Inilah yang biasa dinamakan tetrahidral api seperti
gambar disamping.
2.1.2 Kebakaran
a. Definisi
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta
memancarkan panas dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis
6
reaksi oksidasi. Menurut Direktorat pengawasan keselamatan kerja Ditjen
pembinaan pengawasan ketenaga kerjaan, 2001:8) Kebakaran adalah api
yang tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki
adalah termasuk kebakaran. Sedangkan menurut Depertemen Tenaga
Kerja dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 bidang
penanggulangan kebakaran (1997) menyatakan bahwa, kebakaran adalah
suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu
bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan
bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uap/gas akan tetapi bahan bakar
yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala.
b. Penyebab
Pada umumnya penyebab kebakaran bersumber pada 3 (tiga) faktor
yaitu :
1) Faktor manusia
Manusia sebagai salah satu faktor penyebab kebakaran antara lain :
a) Pekerja
Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar
pencegahan kebakaran.
Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin
terbakar tanpa menghiraukan norma – norma pencegahan
kebakaran.
Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas
yang telah ditentukan.
Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.
Adanya unsur – unsur kesengajaan.
2) Pengelola
a. Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.
b. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.
7
c. Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama
kegiatan dalam bidang kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya
dan lain – lain.
d. Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau
penerapannya tidak tegas, terutama yang menyangkut bagian kritis
peralatan.
e. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang tidak diawasi secara
baik.
Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan:
1) Proses fisik/mekanis
Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan dalam proses
ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga api
akibat pengetesan benda – benda maupun adanya api terbuka, misalnya
pekerjaan perbaikan dengan menggunakan mesin las.
2) Proses kimia
Yaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan bahan – bahan
kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa
memperhatikan petunjuk – petunjuk yang ada.
3) Tegangan listrik
Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat mendorong
terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan
panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan membakar komponen
lain.
4) Faktor Alam
Salah satu faktor penyebab adanya kebakaran dan peledakan akibat faktor
alam adalah : Petir dan gunung meletus yang dapat menyebabkan
kebakaran hutan yang luas dan juga perumahan – perumahan yang dilalui
oleh lahar panas dan lain – lain.
8
Penyebab terjadinya kebakaran kebakaran di industry dapat terjadi
kerena beberapa hal :
1) Nyala api atau sumber api
Sumber api bebas, percikan api, maupun putung rokok yang dapat
menyebabkan kebakaran jika terjadi kontak dengan bahan – bahan yang
mudah terbakar.
2) Gangguan aliran listrik
ILO (1992) menyatakan bahwa gangguan listrik merupakan penyebab
utama kebakaran dalam industri.
3) Ledakan cairan atau uap yang bertemperatur dan bertekanan tinggi.
4) Ledakan atau kebocoran unsur kimia.
c. Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahayanya, dengan adanya klasifikasi tersebut akan lebih
mudah, cepat dan lebih tepat dalam pemilihan media pemadam yang
digunakan untuk memadamkan kebakaran. Dengan mengacu pada standar
(Depnaker, Traning Material K3 bidang penanggulangan
kebakaran :1997:14).
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2004:24)
terdapat dua versi standar klasifikasi jenis kebakaran yang sedikit agak
berbeda.
Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang
terbakar antara lain :
Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb.
Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji,
dsb.
Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya.
Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.
9
Tipe Kebakaran :
d. Aspek bahaya dan akibat dari kebakaran
Peristiwa kebakaran adalah kejadian yang sangat merugikan bagi
manusia secara individual, kelompok sosial, maupun negara. Secara
keseluruhan kerugian dapat berupa korban manusia, kerugian harta benda
ekonomi maupun dampak sosial. (Depertemen Tenaga Kerja, 1997).
Peristiwa kebakaran yang terjadi dapat menimbulkan beberapa bahaya,
antara lain:
1) Bahaya radiasi panas
Pada saat terjadi kebakaran, panas yang ditimbulkannya merambat
dengan cara radiasi, sehingga benda – benda sekelilingnya menjadi
panas, akibatnya benda tersebut akan menyala jika titik nyalanya
terlampaui. Untuk menghindari hal tersebut, upaya pendinginan harus
dilakukan saat proses pemadaman.
2) Bahaya ledakan
10
Bahaya ledakan dapat terjadi saat kebakaran, diantara bahan yang
terbakar dan mudah meledak, misalnya terdapat tabung gas
bertekanan. Pada saat pemadaman, harus diupayakan agar selalu
waspada akan bahaya ledakan yang mungkin terjadi.
3) Bahaya asap
Suatu peritiwa kebakaran akan selalu menimbulkan asap yang
ketebalannya tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan temperatur
kebakaran tersebut.
Adapun bahaya akibat asap antara lain :
a) Pada suatu ruangan tertutup, ketebalan asap akan mengganggu
pandangan yang berakibat kehilangan arah saat penyelamatan diri
dan tertutupnya tanda arah keluar sehingga orang tersebut
terjebak dalam kebakaran.
b) Keberadaan asap akan mengurangi konsentrasi, oksigen diudara,
sehingga akan mengganggu pernapasan.
4) Bahaya gas
Adanya gas berbahaya dan beracun sebagai produk pembakaran,
bahan kimia, atau bahan lainnya harus diwaspadai. Gas tersebut dapat
menyebabkan iritasi, sesak napas, bahkan menimbulkan racun yang
mematikan sebagaimana dinyatakan oleh Colling (1990) bahwa “Gas
beracun yang biasanya dihasilkan oleh proses kebakaran yaitu HCN,
NO₂, NH₃, HCl, dan lain – lain. Gas beracun tersebut dapat meracuni
paru – paru dan menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dan
mata. Sedangkan gas lain yang beracun, seperti CO₂ dan H₂S dapat
mengurangi kadar oksigen diudara. Pada keadaan normal, kadar
oksigen diudara sekitar 21 %, kadar oksigen diudara akan berkurang
pada saat terjadi kebakaran karena oksigen diudara kurang dari 16 %,
orang akan lemas dan tidak dapat mengenali bahaya yang ada
11
disekitarnya. Sedangkan pada kadar 12 % orang tidak akan bertahan
hidup (Dalam Skripsi Muhammad Asep Ramdan, 2000).
2.2 Managemen Bencana Dalam Penanganan Kebakaran
2.2.1 Pencegahan Kebakaran
Pencegahan kebakaran adalah usaha – usaha untuk memutuskan
rangkaian unsur penyebab timbulnya api yang tidak dikehendaki yang
dilakukan secara terencana sejak pra kondisi dan terus menerus (Departemen
Tenaga Kerja, Training Meterial K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran :
1997 : 4).
a. Sudahkah kompor dimatikan? Kompor minyak tanah dan gas harus di
rawat dengan baik, sehinnga api bisa menyala dengan baik. Untuk kompor
minyak tanah, pastikan sumbu kompor masih panjang. Untuk kompor gas
pastikan tidak ada kebocoran di selang atau sistem yang lain. Kalau perlu
dipasang gas detector.
b. Lampu penerangan dengan bahan bakar minyak sebaiknya dimatikan
sebelum tidur.
c. Apabila menggunakan nyamuk bakar, pastikan ditaruh di tempat yang
aman. Jauh dari benda-benda yang mudah terbakar.
d. Pastikan bahwa instalasi listrik di rumah anda aman. Ketahuilah berapa
besar daya yang bisa dipakai di rumah, dengan melihat circuit breaker di
meteran rumah. Apabila tertulis 10A, secara sederhana berarti daya yang
bisa dipakai adalah sebesar 10 x 220 = 2200 Watt. Dan perhatikan pula
pembagian beban dan jebes kabel yang dipakai.
e. Pembebanan yang berlebihan pada satu stop kontak akan menyebabkan
kabel panas dan akan bisa memicu kebakaran. Ini biasanya dilakukan
dengan penumpukan beberapa stop kontak atau T pada satu titik sumber
listrik.
12
f. Pastikan stop kontak dan steker (kontak tusuk) dalam keadaan baik.
Sehingga waktu steker dimasukkan dalam stop kontak, terjadi sambungan
yang stabil (tidak bergerak-gerak, orang Jawa bilang oglak-aglik). Karena
ini akan menimbulkan percikan api yang dapat memicu kebakaran.
g. Pergunakan pemutus arus listrik (sekering) yang sesuai, jangan
dibesarkan.
h. Apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau terbuka, harus segera
diperbaiki. Karena bisa menyebabkan hubungan pendek.
i. Jangan sekali-kali mencantol listrik, karena anda tidak memiliki sistem
pengaman yang sesuai. Dan PLN biasanya sudah memperhitungkan
distribusi beban listrik, apabila ada beban berlebihan akan mengganggu
jaringan listrik yang ada.
2.2.2 Penanggulangan Kebakaran
Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya untuk mencegah
dan memberantas kebakaran (Departemen Tenaga Kerja, Training Material
K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran : 1997 : 4).
a. Pasang detektor asap di langit-langit rumah, di luar kamar tidur dan
disetiap lantai untuk rumah betingkat. Alat ini perlu di test setiap bulan
untuk memastikan selalu dalam kondisi baik.
b. Sediakan alat pemadam kebakaran di rumah anda. Apabila anda bisa
membelinya, siapkanlah selimut pemadam (fire blanket) untuk di dapur
dan kamar tidur. Juga pemadam kebakaran, untuk rumah pakailah
pemadam kebakaran jenis bubuk (powder).
c. Apabila anda tidak mau membeli peralatan di atas, persiapkanlah
pemadam kebakaran dari ledeng rumah. Siapkan selang yang cukup
panjang, dan quick connection. Pasang beberapa qucik connection di keran
rumah anda, terutama apabila rumah anda cukup luas. Sehingga ada
beberapa titik untuk bisa memasang selang anda dengan cepat.
13
d. Juga sebagai pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung beras
yang terbuat dari serat manila hennep). Basahi karung goni sebelum
dipakai untuk memadamkan api.
Panggil pemadam kebakaran apabila masih sempat. Pasang nomor
penting dekat telepon, atau program telepon untuk nomor-nomor penting.
Ingat bahwa mereka tidak akan datang dalam waktu singkat, kemungkinan api
telah berkobar lebih besar.
2.2.3 Rencana Tindakan Darurat Kebakaran
Rencana tindakan darurat kebakaran adalah menetapkan metode
tindakan keselamatan yang sistematis dan perintah evakuasi bila terjadi
kebakaran. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta, Penanggulangan Bahaya
Kebakaran pada bangunan : 2002 :16).
Rencana tindak darurat kebakaran antara lain :
a. Pembentukan tim pemadam kebakaran.
b. Pembentukan tim evakuasi.
c. Pembentukan tim P3K.
d. Penentuan satuan pengamanan.
e. Penentuan tempat berhimpun.
f. Penyelamatan orang yang perlu dibantu (orang tua, orang sakit, orang
cacat dan anak – anak).
g. Rencana tindak darurat ini berlaku pada saat kondisi darurat kebakaran.
2.2.4 Pemadaman Kebakaran
Menurut Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (2000:10),
mengatakan bahwa memadamkan kebakaran adalah suatu teknik
menghentikan reaksi pembakaran atau nyala api.
a. Teknik Pemadaman Kebakaran
14
Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala api
(Departemen Tenaga Kerja, Training Material K3 Bidang Penanggulangan
Kebakaran : 1997 : 17), beberapa cara memadamkan api yaitu :
1) Pendinginan (cooling)
2) Penyalimutan (smothering)
3) Memutuskan reaksi api
4) Melemahkan (dilution)
Sedangkan menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya
Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran (1997:17),
mengemukakan teori pemadaman api dengan beberapa cara sebagai
berikut :
1) Salah satu cara yang umum untuk memadamkan kebakaran adalah
dengan cara pendinginan/menurunkan temperatur bahan bakar sampai
tidak dapat menimbulkan uap atau gas untuk pembakaran. Salah satu
bahan yang efektif terbaik menyerap panas adalah Air. Pendinginan
permukaan biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan yang
mudah terbakar dan memiliki flash point dibawah suhu air yang
dipakai untuk pemadaman. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan
untuk memadamkan kebakaran dari bahan cairan mudah terbakar
dengan flash point di bawah 100⁰F atau 37⁰C.
Semprotan air dapat mendinginkan kebakaran jika :
a) Kecepatan pemindahan panas sebanding dengan luas permukaan
cairan yang terpapar oleh api.
b) Kecepatan pemindahan panas tergantung pada perbedaan suhu
antara air dengan udara sekitarnya atau benda terbakar.
c) Kecepatan pemindahan panas yang juga tergantung pada
kandungan uap dalam udara, khususnya dalam penjalaran api.
15
d) Kapasitas penyebaran panas dari air tergantung pada jarak yang
ditempuh oleh air dan kecepatannya dalam daerah pembakaran.
2) Pendinginan dengan menggunakan oksigen (smothering)
Dengan membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api
akan dapat padam. Pemadaman kebakaran dengan cara ini dapat lebih
cepat apabila uap yang terbentuk dapat terkumpul di dalam daerah
yang terbakar, dan proses penyerapan panas oleh uap akan berakhir
apabila uap tersebut mulai mengembun, dimana dalam proses
pengembunan ini akan dilepasnya sejumlah panas.
3) Pengembalian atau pemindahan bahan bakar
Pemindahan bahan bakar unutk memadamkan api lebih efektif akan
tetapi tidak selalu dapat dilakukan untuk prakteknya mungkin sulit,
sebagai contoh pemindahan bahan bakar yaitu dengan memompa
minyak ketempat lain dan memindahkan bahan – bahan yang mudah
terbakar. Cara lain adalah dengan menyiramkan bahan bakar yang
terbakar tersebut dengan air atau dengan membuat busa yang dapat
menghentikan/memisahkan minyak dengan daerah pembakaran.
4) Pemutusan rantai reaksi api
Cara ini menggunakan bahan kimia yang bernama Halon, bereaksi
untuk memisahkan jenis kimia aktif pada reaksi nyala api (prosesnya
diketahui chain breaking).
b. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya usaha
pemadaman :
1) Pengaruh angin
Kekuatan angin dan arah hembusannya dapat dipakai sebagai
pedoman dalam menentukan arah menjalarnya api. Dan usaha
pemadaman tidak dibenarkan melawan arah angin. Hal ini dapat
berbahaya, pertama karena akan terhalang oleh asap, dan yang kedua
16
dapat menjadi korban jilitan api. Oleh karena itu pemadaman harus
dilakukan searah dengan angin, atau dari samping sebelah kanan
kirinya.
2) Warna asap
Benda – benda yang terbakar kadang – kadang tidak dapat dikenali
karena terhalang oleh asap tebal yang ditimbulkan. Namun dengan
melihat warna asapnya, dapat diperkirakan jenis benda yang terbakar.
Misalnya :
Warna asap hitam dan tebal, maka kemungkinan bendanya Aspal,
karet, plastik, minyak, atau benda – benda lain yang mengandung
minyak.
Bila warna asap coklat kekuning – kuningan, kemungkinan benda
yang terbakar adalah Film, bahan film, dan benda – benda lain
yang mengandung asam sulfat.
Sedangkan bila warna asapnya putih kebiru – biruan, biasanya
berasal dari benda – benda yang mengandung phosphor.
Di samping warna asap, bau dari asap juga dapat dipakai sebagai
pedoman untuk mengenal benda yang terbakar. Setelah itu baru
dapat ditentukan sistem dan alat – alat pemadamnya yang tepat
serta tindakan – tindakan lain yang mungkin diperlukan.
3) Lokasi kebakaran
Usaha pemadaman harus memperhatikan lokasinya, apakah
kebakaran yang terjadi terletak di rumah yang saling berdekatan atau
dipusat pertokoan. Untuk tidak meluasnya kebakaran harus
diusahakan untuk memadamkan sumber apinya terlebih dahulu agar
tidak menjalar, dan diusahan agar kerugian harta benda dapat ditekan
sekecil mungkin.
4) Bahaya lain yang mungkin terjadi
17
Setiap usaha pemadaman kebakaran harus tetap memperhatikan
faktor – faktor keselamatan. Baik keselamatan petugas pemadam
maupun keselamatan korban. Terutama anak – anak, wanita, atau
lansia. Bila terdapat korban yang terkurung bahaya api harus segera
ditolong misalnya dengan cara merusak dinding ruangan, merusak
langit – langit, dan sebagainya. Oleh karena itu peralatan berupa
kampak, linggis, perlu disiapkan sebelumnya. Dan harus
memperhitungkan juga bahaya – bahaya lain yang dapat
menimbulkan jatuh korban.
c. Media Alat Pemadam, Karakteristik dan Sifat Pemadamannya
Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran
kelas A. Alat ini biasanya dilengkapi dengan penera untuk mengetahui
tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan alat aman untuk
digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah
berkurang.
Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat
pemadaman jenis bubuk kering antara lain :
Menyerap panas dan mendinginkan obyek yang terbakar.
Menahan radiasi panas.
Bukan penghantar arus listrik.
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar
karena adanya reaksi kimia bahan tersebut saat terjadi
kebakaran (reaksi panas api).
Menghambat terjadinya oksidasi pada obyek yang terbakar.
Tidak berbahaya.
18
Efek samping yang muncul adalah debu dan kotor.Dapat
berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat
elektronik.
Sekali pakai pada tiap kejadian.
Gas Cair Hallon Free/AF 11/Halotron 1
Alat pemadam gas cair ini bisa digunakan untuk semua jenis
klasifikasi kebakaran. Sifat alat pemadam ini antara lain :
Bukan penghantar listrik
Tidak merusak peralatan
Non Toxic (tidakberacun)
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Memadamkan api dengan cara mengikat O2 disekitar area
kebakaran
Penggunaan yang multi purpose (semua klas kebakaran)
Bisa digunakan berulang-ulang
Lebih tepat digunakan di dalam ruang
Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api
kelas B dan C. Sifat-sifatnya antara lain :
Bersih tidak meninggalkan bekas.
Non Toxide ( tidak beracun ).
Bukan penghantar listrik.
19
Tidak merusak peralatan ( elektronik / mesin )
Cara pemadaman dengan mendinginkan dan menyelimuti
obyek yang terbakar.
Tepatuntuk area generator dan instalasi listrik.
Tekanan kerja sangat besar.
Racun Api Busa
Racun api berupa busa hanya digunakan untuk jenis kebakaran kelas A
dan B. Cara kerjanya menyelimuti dan membasahi obyek yang
terbakar. Jika obyek yang terbakar benda cair, racun api busa ini
bekerja menutup permukaan zat cair. Sifat lainnya yaitu penghantar
arus listrik sehingga tidak dapat digunakan pada ruang yang berisi
peralatan komponen listrik.
Fire Sprinkler System
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung
Hg. Mekanisme kerja sprinkler yaitu secara otomatis akan
mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas. Prinsip dasar
alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan
yang terbakar.
2.2.5 Manajemen Keselamatan
a. Prinsip-prinsip Keselamatan
1. Kaji resiko
a. Kenali adanya bahaya
b. Alatdan material berbahaya (simbol)
2. Rencanakanaktivitas
a. Termasuk program keselamatan dan perencanaan tindakan
emergency
b. Untuk situasi mendadak → resiko menurun
c. Waspada terhadap potensial kejadian baik baru atau pernah
20
3. “Training For The Job”
Belajar cara yang amanuntuk bekerja dan menggunakan alat-alat :
a. Adopsi kebiasaan bekerja yang aman
b. Mengenal kondisi yang tidak aman untuk mengatasi injury dan
kesakitan
c. Latihan untuk kemungkinan kejadian emergency :
1) Menghindari panic dan tindakan tidak berguna
2) Respon untuk situasi emergency yang akan menjadi efektif
3) Gunakan peralatan pelindung diri (pelindung kepala, pelindung
kaki, kacamata, breathing apparatus, sarung tangan dan lain-
lain)
4) Membuat komitmen diri terhadap keselamatan
b. Penyelamatan Diri
1) Buat rencana penyelamatan diri bersama dengan keluarga, dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap kamar. Ini bisa
melalui pintu ataupun jendela, jadi perhatikan apakah teralis rumah
akan mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri di
rumah bersama dengan keluarga.
2) Persiapkan lampu senter di dekat tempat tidur.
3) Saat kebakaran, sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik
dan tidak dapat bernafas dengan leluasa. Merangkaklah atau merunduk
di bawah, tutup mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi.
4) Keluarlah dari pintu atau jendela yang terdekat menuju ke tempat yang
aman. Pastikan bahwa pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi
darurat, demikian pula jika harus melalui jendela.
5) Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh anda dengan selimut
tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir
apabila tidak ada jalan lain kecuali menerobos kobaran api.
21
2.3 Skenario Simulasi Tanggap Darurat
KASUS
1. Lokasi kejadian
Keadaan darurat kebakaran terjadi di gedung J tepatnya di pintu masuk
area produksi (lihat lay out kejadian darurat kebakaran).
2. Penyebab
Kebakaran disebabkan kesalahan operator menyimpan drum yang
berisi produk yang masih panas diatas palet kayu, penyimpanan drum tersusun
secara vertikal (ditumpuk), sementara diarea penyimpanan banyak terdapat
material yang mudah terbakar, akhirnya terjadilah keadaan darurat kebakaran
berskala sedang sehingga menimbulkan situasi tidak menentu diantara
karyawan.
3. Langkah-Langkah Penanganan Keadaan Darurat Kebakaran
a. Ada kesalahan operator Grup 2 melakukan kesalahan menaruh drum berisi
produk yang masih membara/panas diatas palet kayu dan menumpuk drum
tersebut, beberapa saat kemudian Imat Ruhimat, melihat ada palet yang
terbakar, kemudian berteriak “Kebakaran.., kebakaran., kebakaran..,”
sambil minta bantuan karyawan yang lainnya (Fuji S, Tarsim, Sapudin,
Karno KW, Muhi M, Kuat BS), Imat Ruhimat berlari mengambil alat
pemadam kebakaran (APAR) terdekat untuk memadamkan api mula yang
berada titik lokasi kebakaran.
b. Karyawan yang lain, membantu mengambil APAR yang berada dilokasi
lain dan membantu memadamkan kebakaran.
c. Sapudin memecahkan box alarm dan menyalakan alarm (alarm berbunyi)
lalu berlari keluar melalui arah evakuasi untuk menghubungi team
komunikasi (security) karena diduga kebakaran berpotensi akan menjadi
besar, Security menghubungi team keadaan darurat lainnya seperti
22
koordinator, pengawas, team pemadam kebakaran, team evakuasi dan
team P3K.
d. Team tanggap darurat mengambi lalih penanganan keadaan darurat sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya dibantu karyawan lainnya, jika team
pemadam menganggap potensi kebakaran tidak mungkin bisa
ditanggulangi team, segera mengintruksikan team komunikasi untuk
menghubungi pemadam kebakaran Jababeka.
e. Team evakuasi (Lesmana, Minda M, Ujang W, Imat R, Fuji S, Akam,
Satim S, Eko S, Tatang S, Asep S, Ardi R, Enjen), mengarahkan dan
memastikan karyawan untuk keluar melalui jalur evakuasi yang benar dan
aman menuju muster point, membantu team P3K untuk memastikan para
korban yang pingsan dan cidera keluar mengikuti jalur evakuasi yang
benar dan aman menuju muster point).
f. Team P3K (Mirwan, Rudi T, Dito, Ivan E, Irwan S.) mencari korban yang
cidera atau pingsan, ditemukan karyawan logistik (SahiddanAris S.)
pingsan diduga akibat shock, maka Team P3K melakukan pertolongan
pertama, dengan cara membaringkan ditempat yang aman lakukan nafas
buatan jika perlu, jika keadaan tidak memungkinkan langsung baringkan
di tandu dan bawa melalui jalur evakuasi yang aman menuju muster
point. Ditemukan juga karyawan operator produksi (Fuji S danKarno
KW) terluka kakinya akibat tertimpa potongan kayu palet, maka
baringkan ditempat aman, namun jika tidak memungkinkan, bawa dengan
tandu atau jika masih bisa berjalan bimbinglah atau gendonglah melalui
jalur evakuasi yang benar dan aman untuk menuju muster point. Hal ini
team P3K bisa meminta bantuan team evakuasi atau karyawan lain yang
selamat.
g. Team pemadam memanfaatkan APAR dan APAB untuk berusaha
memadamkan api mengikuti arah angin dan menyingkirkan barang-barang
yang mudah terbakar disekitar sumber api.
23
h. Pengawas ERT, mendata korban yang terluka, dibantu security memeriksa
kamar mandi, toilet dan ruangan lainnya, menyiapkan daftar nama-nama
karyawan, memastikan karyawan yang dievakuasi berada di muster point
dengan aman dan nyaman. Menyiapkan laporan investigasi keadaan
darurat
i. Koordinatoor, mengkoordinir team tanggap darurat, mengumumkan
keadaan aman.
4. Pemulihan Keadaan Darurat
Team Tanggap Darurat, telah selesai melaksanakan kegiatan menangani
keadaan darurat sesuai dengan tugasnya masing-masing, Setelah koordinator
mengumumkan keadaan aman, tim berkumpul untuk mendengarkan arahan
dari koordinator tentang upaya pemulihan keadaan darurat, yaitu masing-
masing team melakukan upaya pemulihan dengan cara :
a. Tim Komunikasi, menyiapkan laporan proses komunikasi secara tertulis
(kronologis komunikasi) kepada koordinator melalui pengawas.
b. Tim Evakuasi, melakukan pemulihan dengan cara membantu tim P3K
memobilisasi korban yang terluka yang mungkin selanjutnya akan di bawa
ke rumahsakit dan lain sebagainya.
c. Team P3K, terus member pertolongan kepada korban bersama-sama
dengan petugas medis.
d. Tim pemadam/tumpahan, membersihkan lokasi kebakaran dan tumpahan-
tumpahan yang timbul akibat adanya keadaan emergency.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 SIMPULAN
24
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara
berlanjut yang menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan yang normal atau
kerusakan ekosistem sehingga diperlukan pertolongan dan bantuan.
Musibah masal adalah musibah yang mengakibatkan korban banyak karena
sebab yang sama dan perlu pertolongan medik segera dengan fasilitas tenaga lebih
dari yang tersedia sehari-hari.
Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan gawat atau akan menjadi
gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat ) bila
tidak mendapat pertolongan secepatnya.
Prinsip-prinsip keselamatan mencakup pengkajian resiko, perencanaan
aktivitas dan Latihan penggunaan alat.
Salah satu bencana yang sering terjadi adalah kebakaran. Kebakaran adalah
reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas dan sinar. Reaksi
kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi. Pada umumnya penyebab
kebakaran bersumber pada 3 (tiga) faktor yaitu : Faktor manusia, Pengelola,
Proses fisik/mekanis, Proses kimia, Tegangan listrik, Faktor Alam.
Ada beberapa klasifikasi kebakaran berdasarkan jenis bahan yang terbakar
antara lain :
Kelas A : Benda padat seperti kertas, kayu, plastik, karet, kain, dsb.
Kelas B : Benda cair seperti minyak tanah, bensin, solar, tinner, gas elpiji,
dsb.
Kelas C : Kebakaran listrik, travo, kabel/konsleting arus listriknya.
Kelas D : Kebakaran khusus seperti besi, aluminium, konstruksi baja.
Keselamatan bagi penolong tetap perlu diperhatikan, penolong dihadapi pada
situasi yang membahayakan yang butuh tindakan segera dan cepat; sempatkan
untuk kaji resiko bahaya; jangan lalai terhadap safety precaution; dan rencanakan
pertolongan dan prosedur tindakan pertama.
3.2 SARAN
25
Setelah memahami tentang Simulasi penanganan kebakaran diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan mengerti serta mengaplikasikan ilmu tersebut
dengan baik dan tepat sehingga dapat memberikan informasi yang tepat dan
maksimal serta profesional dalam manajemen bancana.
Penulis menyadari dalam makalah ini banyak kekurangan oleh sebab itu
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
serta mahasiswa dan mahasiswi STIKES RAJAWALI.
DAFTAR PUSTAKA
26
1. Nasri, Sjahrul M. 2000, ’Risiko tinggi di tempat kerja rumah sakit’, in
Kumpulan Makalah Seminar K3 RS Persahabatan Tahun 2000 & 2004. UI-
Press, Jakarta, pp. 119-133.
2. Wikipedia, 2006, ‘Kozlovichi Mental Asylum’. [online], Dari:
www.en.wikipiedia.org. [18 Februari 2013].
3. Ferdianto, Riky. 2008, ’RS Jiwa Grogol Terbakar, 160 Pasien Panik’.
[online], Dari: www.tempointeractive.com. [16 Februari 2009].
4. Suardi, Rudi. 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Panduan Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 dan Permenaker 05/1996.
Penerbit PPM, Jakarta.
5. Budiono, A.M. Sugeng., R.M.S Jusuf & Adriana Pusparini. 2008, Bunga
Rampai Hiperkes & KK. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
6. Angela, Theresia Audrey. 2006, ‘Studi Kasus: Evaluasi Sistem
Penanggulangan Kebakaran PT. Indogravure’, Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, vol.1, no.2, Oktober., pp 63-68.
27