bab 2
TRANSCRIPT
-
5/26/2018 bab 2
1/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 1
BAB I I
GAMBARAN UMUM WILAYAH KOTA AMBON
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
a. Luas, letak geografis dan batas wilayah adminsitrasiBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1979, luas Kota Ambon adalah 377 Km2 atau 2/5
dari luas wilayah Pulau Ambon. Berdasarkan hasil Survey Tata Guna Tanah tahun 1980 luas daratan Kota
Ambon adalah 359,45 km2, sehingga luas Kota Ambon ini meliputi daratan seluas 359,45 Km2dan laut
seluas 17,55 Km2 dengan panjang garis pantai 98 Km.
Wilayah administrasi Kota Ambon ini berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Kota Ambon Nomor 2 Tahun
2006 dimekarkan menjadi 5 kecamatan dari sebelumnya 3 kecamatan, yang membawahi 20 kelurahan dan
30 desa/ negeri (Gambar II.1). Jumlah desa/ negeri dan kelurahan serta luas setiap kecamatan adalah
seperti pada Tabel II.1.
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
Gambar II.1. Wilayah Administrasi Kota Ambon dengan 5 Kecamatan
-
5/26/2018 bab 2
2/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 2
Secara geografis Kota Ambon terletak antara 3 - 4oLintang Selatan dan 128 o 129 o Bujur Timur dan
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Petuanan Desa Hitu, Hila dan Kaitetu dari KeLeihutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Selatan : Laut Banda Sebelah Timur : Petuanan Desa Suli dari Kecamatan
Salahutu Kabupaten Maluku Tengah.
Sebelah Barat : Petuanan Desa Hatu dari Kecamatan LeihituBarat Kabupaten Maluku Tengah
Tabel II.1. Keadaan Wilayah Administrasi Kota Ambon Per Kecamatan
No. Kecamatan Ibukota
Jumlah Desa/Kelurahan LuasWilayah
Daratan (Km2)Desa/Negeri
Kelurahan
1 Nusaniwe Amahusu 5 8 88,35
2 Sirimau Karang Panjang 4 10 86,82
3 T.A.Baguala Passo 6 1 40,11
4 Leitimur Selatan Leahari 8 - 50,50
5 Teluk Ambon Wayame 7 1 93,67
Kot a Ambon 30 20 359,45
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
b. TopografiKondisi topografi wilayah Kota Ambon, sebagian besar dari wilayah daratan dapat diklasifikasikan berbukit
sampai berlereng terjal yaitu sebesar kurang lebih 73 persen, dengan kemiringan di atas 20%.
Sedangkan17% wilayah daratan lainnya dapat diklasifikasikan datar atau landai dengan kemiringan kurang
dari 20%.
Keadaan topografi Kota Ambon secara umum dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Topografi relatif datar dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 0-10% terdapat di kawasansepanjang pantai dengan radius antara 0-300 meter dari garis pantai.
2) Topografi landai sampai miring dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 10-20% terdapatpada kawasan yang lebih jauh dari garis pantai (100 meter kearah daratan).
3) Topografi bergelombang dan berbukit terjal dengan ketinggian 0-100 meter dan kemiringan 20-30% terdapat pada kawasan perbukitan.
4) Topografi terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter dan kemiringan lebih dari 30% terdapatpada kawasan pegunungan.
-
5/26/2018 bab 2
3/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 3
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
Gambar II.2. Peta Topografi Kota Ambon
Dengan mempertimbangkan karakteristik wilayah dataran yang tersebar pada 5 kecamatan, maka dibuat
pengelompokan wilayah tersebut ke dalam 7 lokasi sebagaimana Tabel 2.2.
Tabel II.2. Pengelompokkan Wilayah Dataran di Kota Ambon Berdasarkan
Karakteristik Wilayah
No Kelompok LokasiKetinggian
(M dpl)Kemi-ringan
Luas(Km 2)
Presentase(%)
1 Pusat Kota dan Sekitarnya 0 50 3,360 13,50 5,44
2 Rumah Tiga dan sekitarnya 0 50 3,180 4,50 5,57
3 Passo dan sekitarnya 0 50 30 14,75 4,74
4 Laha dan sekitarnya 0 50 3,390 4,25 6,18
5 Hutumuri dan sekitarnya 0 50 6,160 4,25 9,70
6 Kilang dan sekitarnya 0 - 5050- 250
5,660
6,5603,503,25
9,9110,30
7 Latuhalat dan sekitarnya 0 50 5,400 4,00 8,57
Sumber: BAPPEKOT Kota Ambon, 2011
c. KlimatologiIklim di Kota Ambon adalah iklim tropis dan iklim musim, karena letak Pulau Ambon dikelilingi oleh laut.
Sehubungan dengan itu iklim Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh lautan dan berlangsung bersamaan
dengan iklim musim, yaitu musim Barat atau Utara dan musim Timur atau Tenggara. Pergantian musim
selalu diselingi oleh musim Pancaroba yang merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Musim Barat
umumnya berlangsung dari bulan Desember sampai dengan bulan Maret, dimana bulan April merupakan
masa transisi ke musim Timur. Sedangkan musim Timur berlangsung dari bulan oktober, dimana bulan
Nopember merupakan masa transisi ke musim Barat.
-
5/26/2018 bab 2
4/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 4
Kota Ambon termasuk Tipe Iklim B berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidth dan Ferguson (1951)
yang dicirikan oleh rataan bulan kering (curah hujan < 60 mm) adalah 1,67 bulan dan bulan basah (curah
hujan > 100 mm) adalah 9,58 bulan dengan nilai Q sebesar 17,4%.
Sumber: Stasiun Meteorologi Ambon tahun 2005-2009, dari BPS Kota Ambon, 2010
Gambar II.3. Curah Hujan di Kota Ambon Tahun 2005 - 2009
Berdasarkan data curah hujan tahun 2005-2009 bersumber dari Stasiun Meteorologi Ambon melalui BPS
(Gambar II.3.), curah hujan tertinggi tahunan masih terjadi pada tahun 2008 yaitu sebesar 5.710 mm
dengan 276 hari hujan. Mengacu pada rata-rata curah hujan bulanan tahun 2005-2009, maka bulan basah(musim hujan) dengan curah hujan di atas 200 mm terjadi pada bulan April hingga Juli seiring dengan
berlangsung Musim Timur dengan curah hujan tertinggi di bulan Juni (609,79 mm), sedangkan bulan kering
(musim panas) dengan curah hujan di bawah 200 mm terjadi dari bulan Agustus hingga Maret seiring
dengan berlangsungnya Musim Barat dengan curah hujan terendah di bulan November (81,96 mm).
Dari data tahun 2005-2009, maka curah hujan di tahun 2008 lebih tinggi dibanding tahun-tahun yang lain,
merupakan efek pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia dan telah dirasakan dampaknya di Kota
Ambon. Selain itu pada tahun 2009, curah hujan tertinggi bulanan terjadi di bulan Februari sebesar 980 mm,
padahal rata-rata curah hujan bulan Februari selama tahun 2005-2009 adalah 237,19 mm.
d. Penggunaan LahanPenggunaan lahan Kota Ambon berdasarkan interpretasi Citra Satelit tahun 2009 menunjukkan 53,87
persen lahan merupakan ruang terbuka hijau, dimana 30,14 persen masih merupakan kawasan hutan dan
18, 49 persen adalah kawasan perkebunan. Sementara kawasan terbangun sebesar 42,44 persen, dimana
kawasan yang telah dimanfaatkan bagi pemukiman adalah sebesar 41,07 persen.
e. Potensi Pengembangan WilayahPengembangan wilayah Kota Ambon dilaksanakan secara terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Ambon. Rencana Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfataan ruang. Penataan ruang Kota Ambon bertujuan untuk :
1) mewujudkan ruang wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang aman, nyaman, produktif
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
CurahHujan(Mm)
Bulan
2005
2006
2007
2008
2009
-
5/26/2018 bab 2
5/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 5
dan berkelanjutan; 2) mewujudkan Kota Ambon sebagai kota jasa di Kawasan Timur Indonesia; dan 3)
mewujudkan Kota Ambon sebagai water front city dan eco-city untuk mendukung pembangunan
berkelanjutan.
Pendekatan pembangunan secara terintegrasi adalah pendekatan pembangunan kewilayahan yang
dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan Satuan Wilayah Pembangunan, pemerataan pembangunan
serta mempertahankan keterkaitan antar sub pusat pelayanan kota dengan wilayah disekitarnya.
1) Satuan Wilayah Pembangunan I
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP I meliputi wilayah Kecamatan Sirimau dengan
pusat kegiatan pelayanan kota adalah Pusat Kota Ambon. Pusat Kota Ambon sebagai sentra primer,
direncanakan akan melayani seluruh wilayah Kota Ambon terutama SWP I. Pusat Kota Ambon dan SWP
I akan dikembangkan sebagai pusat penyelenggaraan pemerintahan provinsi maupun kota, perdagangan,
jasa keuangan, perhubungan darat dan laut, industri perikanan dan aneka industri, pariwisata, kesehatan
dan pendidikan terutama untuk mendukung fungsi Kota Ambon sebagai Pusat Kegiatan Nasional dan
pelabuhan internasional.
2) Satuan Wilayah Pembangunan II
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP II meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon
Baguala dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Passo. Desa Passo sebagai sentra
sekunder I, direncanakan melayani wilayah Kota Ambon bagian Timur terutama SWP II. Desa Passo
bersama SWP II akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, perdagangan,
perhubungan darat dan laut, aneka industri, kesehatan, pendidikan kejuruan, pariwisata dan pemukiman,teruatama dalam mengurangi tekanan penduduk terhadap Pusat Kota Ambon.
3) Satuan Wilayah Pembangunan III
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP III meliputi wilayah Kecamatan Teluk Ambon
dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Wayame. Desa Wayame sebagai sentra sekunder II,
direncanakan melayani SWP III.
Desa Wayame dan SWP III akan dikembangkan sebagai pusat pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, pemukiman, pemerintahan kecamatan, aneka industri, pertanian tanaman pangan dan
holtikultura serta perikanan.
4) Satuan Wilayah Pembangunan IV
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP IV meliputi wilayah Kecamatan Leitimur Selatan
dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Leahari-Rutong dan Desa Kilang-Naku. Desa
Leahari-Rutong sebagai sentra sekunder III, direncanakan akan melayani SWP IV, sementara Desa
Kilang-Naku sebagai sentra tersier II, direncanakan akan membantu pelayanan wilayah sekitar. Desa
Leahari-Rutong dan SWP IV akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian
holtikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, pendidikan kejuruan, pemukiman dan pariwisata.
5) Satuan Wilayah Pembangunan V
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, SWP V meliputi wilayah Kecamatan Nusaniwe
dengan pusat kegiatan pelayanan kota adalah Desa Latuhalat dan Desa Amahusu. Desa Latuhalat
sebagai sentra sekunder IV, direncanakan akan melayani SWP V, sementara Desa Amahusu sebagai
-
5/26/2018 bab 2
6/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 6
sentra tersier III, direncanakan akan membantu pelayanan wilayah sekitar. Desa Latuhalat dan SWP V
akan dikembangkan sebagai pusat pemerintahan kecamatan, industri rumah tangga, perikanan,
perkebunan, peternakan, pariwisata dan pemukiman.
6) Kawasan Khusus Pengamanan Bandara
Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon, kawasan khusus pengamanan bandara meliputi wilayahDesa Tawiri dan Desa Laha dengan pusat kegiatan pelayanan kota berada pada kedua desa tersebut.
Desa Tawiri dan Desa Laha merupakan sentra tersier I, direncanakan akan melayani wilayah-wilayah
sekitar. Kawasan Khusus Pengamanan Bandara bersama Desa Tawiri-Laha akan dikembangkan sebagai
kawasan pengamanan keselamatan penerbangan dan pelayanan bandara tersier, disamping sebagai pusat
pertanian tanaman pangan, perikanan, industri jasa maritim serta pertambangan bahan galian golongan C.
f. DemografiKota Ambon dalam kedudukannya sebagai Ibu Kota Provinsi sekaligus berfungsi sebagai pusat aktivitassosial, ekonomi, pemerintahan serta pendidikan tinggi di Provinsi Maluku, membawa pengaruh pada
pertumbuhan penduduk, terkait dengan migrasi dari daerah-daerah sekitar. Kondisi ini terlihat pada
perkembangan jumlah penduduk yang cenderung meningkat dalam kurun waktu 4 tahun terakhir (2006
2009), kecuali tahun 2010, seperti Gambar II.4.
Gambar II.4. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2006 - 2010
Pada tahun 2010, berdasarkan data basekependudukan pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Ambon, penduduk Kota Ambon berjumlah 348.143 jiwa (Tabel II.3). Jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk tahun 2009, maka jumlah penduduk tahun 2010 mengalami pertumbuhan minus 0,7%.
Penurunan jumlah penduduk di tahun 2010, didasarkan pada pemutahiran data penduduk tahunan yang
diverifikasi di tingkat RT/RW. Berdasarkan hasil pemutahiran data penduduk tahun 2010, ditemukan data
ganda, sehingga dilakukan penghapusan data ganda tersebut, sehingga menyebabkan jumlah penduduk
tahun 2010 mengalami penurunan.
Penduduk Kota Ambon telah terdistribusi pada ke 5 kecamatan yang ada namun dengan proporsi yang
belum seimbang. Jumlah penduduk terbesar tahun 2010 adalah Kecamatan Sirimau dengan jumlah
Keterangan:Data 2006 2007, Sumber: BPS Kota Ambon
Data 2008 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk 263,146 271,972 302,095 350,604 348,143
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
-
5/26/2018 bab 2
7/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 7
penduduk 142.968 jiwa atau sebesar 41,07 persen jumlah penduduk Kota Ambon. dengan kepadatan 1.647
jiwa/ km2.
Tabel II.3. Distribusi Penduduk Kota Ambon Berdasarkan Kecamatan Tahun 2006 - 2010
No Kecamatan Penduduk (Jiwa)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Nusaniwe 82.550 82.760 95.366 102.078 97.669
2 Sirimau 100.903 105.010 108.724 145.984 142.968
3 Teluk Ambon Baguala 44.503 47.149 48.487 49.706 55.006
4 Teluk Ambon 26.315 27.990 38.858 43.195 42.803
5 Leitimur Selatan 8.875 9.063 10.660 9.641 9.697
Kota Ambon 263.146 271.972 302.095 350.604 348.143
Pertumbuhan (%) 0,07 3,35 11,08 16,06 -0,70
Kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil dengan kepadatan rendah tahun 2010 adalah
Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 9.697 jiwa (2,78%) dengan kepadatan 192 jiwa/km2
Tabel.II.4. Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan Tahun 2006 - 2010
NoKecamatan
LuasWilayahDaratan(Km 2)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/ Km2)
2006 2007 2008 2009 2010
1Nusaniwe
88,35 934 936 1.079 1.155 1.1052 Sirimau 86,82 1.162 1.209 1.252 1.681 1.6473 T.Ambon .Baguala 40,11 1.110 1.175 1.209 1.239 1.3714 Teluk Ambon 50,50 281 298 415 461 457
5 Leitimur Selatan 93,67 176 179 211 191 192
Kota Ambon 359,45 732 756 840 975 969
Komposisi Penduduk Kota Ambon tahun 2010 menurut jenis kelamin sesuai Data Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon berjumlah 348.143 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak
175.778 jiwa, dan perempuan sebanyak 172.365 jiwa. Distribusi penduduk menurut jenis kelamin di
setiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel II.5.
Keterangan:Data 2004 2007, Sumber: BPS Kota Ambon
Data 2008 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
Keterangan:
Data 2004 2007, Sumber: BPS Kota Ambon
Data 2008 2010, Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon
-
5/26/2018 bab 2
8/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 8
Tabel II.5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Kecamatan Tahun 2010
NoKecamatan
Laki-Laki(Jiwa)
Perempuan(Jiwa)
Jumlah Penduduk(Jiwa)
1 Nusaniwe 48.626 49.043 97.6692 Sirimau 72.095 70.873 142.968
3 Teluk .Ambon .Baguala 28.131 26.875 55.0064 Teluk Ambon 22.091 20.712 42.8035 Leitimur Selatan 4.835 4.862 9.697
Kota Ambon 175.778 172.365 348.143
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Ambon. 2010
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.2.1. Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomiLaju pertumbuhan ekonomi, merupakan salah satu indikator makro yang dapat menggambarkan kinerja
perekonomian dalam suatu wilayah. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi
Kota Ambon mengalami fluktuasi, dimana tahun 2006 pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 6,43%
dan melambat 0,12 point di tahun 2007, dimana pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 6,31%.
Pertumbuhan ekonomi terendah dihadapi Kota Ambon pada periode tahun 2009 yang hanya mencapai
5,58%, sementara pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi di tahun 2010 yaitu 6,64% (Gambar II.5.)
dimana pada tahun tersebut aktifitas pembangunan sangat tinggi terutama pembangunan sarana dan
prasarana menyongsong pelaksanaan Sail Banda.
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.5. Pertumbuhan Ekonomi Kota Ambon Tahun 2006-2010
20062007
20082009
2010
6.436.31
5.91
5.58
6.64
Pertumbuhan ekonomi
-
5/26/2018 bab 2
9/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 9
b. Perkembangan PDRBDalam kurun waktu lima tahun terakhir, kinerja ekonomi Kota Ambon yang diukur dengan besaran PDRB
Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) maupun Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (ADHK) terus
mengalami peningkatan. Kondisi ini menunjukan bahwa geliat aktivitas perekonomian di Kota Ambon
menunjukan pertumbuhan yang berkembang maju.
Pada tahun 2006, PDRB Kota Ambon atas dasar Harga Konstan (Gambar II.6) mencapai Rp.1,421 trilyun,
terus meningkat setiap tahunnya dan mencapai Rp.1,802 trilyun di tahun 2010. Sementara atas dasar
Harga Berlaku pada tahun 2006, PDRB Kota Ambon sebesar Rp.2,089 trilyun dan terus meningkat setiap
tahunnya menjadi Rp.3,441 trilyun di tahun 2010.
Kontribusi terhadap PDRB menurut lapangan usaha dalam lima tahun terakhir didominasi oleh sektor Jasa-
Jasa, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor
Pertanian sebagai salah satu sektor primer (Tabel II.6.). Kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar
Harga Konstan di tahun 2006 adalah sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.382,759 milyard (26,92%)
diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.341,674 mlyard (24,03%) serta
sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang Rp.272,445 milyard (19,16%). Pada tahun 2010,
kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah sektor Jasa-Jasa yang menyumbang
Rp.473,202 milyard (26,25%) diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang
Rp.437,888 mlyard (24,29%) serta sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang menyumbang Rp.364,280
milyard (20,21%). Sementara kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006,
adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.570,397 milyard (27,30%) diikuti
oleh sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.497,985 mlyard (23,84%) serta sektor Pertanian Rp.420,505
milyard (20,13%). Pada tahun 2010, kontribusi terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang menyumbang Rp.990,898 milyard (28,79%) diikuti oleh
sektor Jasa-Jasa yang menyumbang Rp.846,641 mlyard (24,60%) serta sektor Pertanian Rp.644,643
milyard (18,73%).
Sumber BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II,7.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon Tahun 2006-2010
b.1. Proyeksi PDRB Kota Ambon
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Ambon Tahun 2006-2010
2006 2007 2008 2009 2010
PDRB ADHK 1,421,980,470,000 1,511,618,980,000 1,600,882,700,000 1,690,271,080,000 1,802,667,730,000PDRB ADHB 2,089,100,340,000 2,333,813,380,000 2,668,234,550,000 3,003,452,440,000 3,441,675,710,000
-
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
3,500,000,000,000
4,000,000,000,000
-
5/26/2018 bab 2
10/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 10
PDRB menurut lapangan usaha atau menurut sektor produksi merupakan jumlah dari nilai tambah bruto
yang dihasilkan oleh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu.
Dengan demikian data PDRB dapat pula menggambarkan kemampuan suatu wilayah atau daerah
mengelola sumber daya alam serta faktor produksi lainnya. PDRB disajikan dengan dua cara. Pertama,
PDRB atas dasar harga berlaku, sedang yang kedua yaitu PDRB atas dasar harga konstan yang berguna
untuk melihat trend atau membandingkan besaran-besaran PDRB antar tahun. Tabel II.6.menunjukkan
proyeksi perkembangan PDRB Kota Ambon untuk tahun 2011 2016.
Tabel II.6. PDRB Kota Ambon menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 2010
LAPANGAN USAHA
TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
ATAS DASAR HARGA KONSTAN
Pertanian 256.534.830.000 267.586.900.000 278.303.650.000 291.815.660.000 316.605.500.000
Pertambangan dan Penggalian 1.637.210.000 1.720.710.000 1.808.830.000 1.902.650.000 2.165.980.000
Industri Pengolahan 28.914.760.000 31.534.440.000 34.211.960.000 36.794.960.000 38.399.220.000
Listri k, Gas dan Air Bersih 10.566.290.000 11.304.140.000 11.465.110.000 9.529.760.000 10.259.440.000
Bangunan 9.539.840.000 10.265.970.000 11.066.730.000 12.031580.000 18.858.300.000
Perdagangan, Hotel dan Restoran 341.674.090.000 365.183.830.000 389.237.920.000 413.458.640.000 437.888.120.000
Pengangkutan dan Komunikasi 272.445.590.000 296.001.660.000 315.057.640.000 330.404.760.000 364.280.630.000
Keuangan, Persewaan Bangunan dan
Jasa Perusahaan
117.888.390.000 123.973.060.000 130.713.030.000 138.044.950.000 141.008.170.000
Jasa-Jasa 382.759.470.000 404.048.270.000 429.017.830.000 456.288.120.000 473.202.370.000
PDRB 1.421.980.470.000 1.511.618.980.000 1.600.882.700.000 1.690.271.080.000 1.802.667.730.000
ATAS DASAR HARGA BERLAKU
Pertanian 420.505.930.000 459.578.960.000 528.902.090.000 590.471.610.000 644.643.300.000
Pertambangan dan Penggalian 3.089.740.000 3.342.910.000 3.732.070.000 4.103.650.000 4.993.880.000
Industri Pengolahan 41.353.890.000 46.254.710.000 54.232.420.000 61.079.630.000 70.289.770.000
Listri k, Gas dan Air Bersih 21.498.630.000 24.008.710.000 25.638.250.000 21.602.970.000 24.272.340.000
Bangunan 13.375.810.000 16.029.800.000 18.856.090.000 22.122.030.000 39.153.600.000
Perdagangan, Hotel dan Restoran 570.397.420.000 646.345.530.000 748.192.060.000 854.845.540.000 990.898.700.000
Pengangkutan dan Komunikasi 362.257.000.000 410.591.470.000 463.185.820.000 511.337.110.000 592.421.670.000
Keuangan, Persewaan Bangunan dan
Jasa Perusahaan
158.636.900.000 173.034.020.000 193.240.290.000 212.247.720.000 228.361.310.000
Jasa-Jasa 497.985.020.000 554.627.270.000 632.255.460.000 725.642.180.000 846.641.140.000
PDRB 2.089.100.340.000 2.333.813.380.000 2.668.234.550.000 3.003.452.440.000 3.441.675.710.000
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
-
5/26/2018 bab 2
11/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 11
c. InflasiInflasi memberikan indikasi adanya kenaikan harga-harga secara umum dan terus menerus selama periode
tertentu, meskipun kenaikan harga-harga tersebut tidak secara bersamaan. Laju inflasi Kota Ambon dalam
kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sangat berfluktuatif, dimana inflasi terendah terjadi pada tahun 2006
dimana inflasi rata-rata adalah 4,80%, sedangkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 9,34%
(Gambar II.7.).
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.7. Laju Inflasi Kota Ambon Tahun 2006 2010
Sumbangan terbesar terhadap inflasi Kota Ambon menurut komoditas dalam 2 (dua) tahun terakhir
digambarkan pada tabel II.7. Sumbangan terbesar inflasi tahun 2009 menurut kelompok komuditas
adalah bahan makanan sebesar 19,01 persen, diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau sebesar 6,35 persen serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar
4,31 persen, sedangkan kelompok komoditas yang mengalami deflasi adalah kelompok pendidikan,
rekreasi dan olah raga. Sementara di tahun 2010, penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok
transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang mencapai 17,70 persen, diikuti oleh kelompok bahan
makanan sebesar 11,82 persen.
Kenaikan harga pada kelompok komoditas transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sangat
dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket pesawat dan diproyeksikan akan memberi dampak bagi tingginya
harga tiket ditahun-tahun akan datang.
Tabel.II.7. Inflasi Tahunan Tahun 2009 & 2010
N KELOMPOK KOMODITAS 2009 20101. Bahan Makanan 19,01 11,822. Makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau 6,35 6,143. Perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,98 3,904. Sandang 3,17 3,445. Kesehatan 2,11 2,466. Pendidikan, rekreasi & olah raga -0,76 2,567. Transport, komunikasi & jasa keuangan 4,31 17,70
Umu 6,48 8,78
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)
0.00
10.00
2006 20072008
20092010
2006 2007 2008 2009 2010
Inflasi 4.80 5.85 9.34 6.48 8.78
-
5/26/2018 bab 2
12/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 12
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Pada fokus kesejahteraan sosial menguraikan tentang pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) dilihat
dari aspek pendidikan, kesehatan, tingkat kemiskinan, dan agama.
a. Pendidikan1) Angka rata-rata lama sekolah
Angka rata-rata lama sekolah merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk mengukur indeks
pembangunan manusia selain menggambarkan kualitas SDM. Rata-rata lama sekolah digunakan
untuk mengindentifikasi jenjang kelulusan penduduk di suatu daerah. Rata-rata lama sekolah
penduduk usia sekolah di Kota Ambon telah mencapai 11,18 tahun di tahun 2010, angka ini terus
berkembang dari tahun 2006 yang baru mencapai 10,90 tahun. Dengan capaian di tahun 2010
tersebut, Kota Ambon dalam waktu dekat akan mampu menuntaskan wajib belajar pendidikan
dasar dua belas tahun.
Tabel. II.8. Angka Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Ambon
INDIKATOR SATUAN TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Rata-Rata Lama Sekol ah Tahun 10,90 11,09 11,09 11,12 11,18
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)
2) Ketersediaan Sekolah serta Rasio guru/muridKetersediaan Sekolah di Kota Ambon dari tingkat Taman Kanak-Kanak, SD/MI, SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK beserta rasio guru dan murit seperti terlihat pada Tabel-tabel berikut ini:
Tabel II.9. J umlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, serta
Rasio Murid/ Sekolah Tingkat Sekolah TK
Tahun 2006 - 2010
S
S
e
m
e
n
t
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2011
Jenjang TK
Kondisi Per Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
umlah Sekolah 68 68 70 68 77
umlah Gedung Sekolah (unit) 54 58 60 60 68
umlah Murid (orang) 2.941 3.182 3.043 2.932 3.215
umlah Guru PNS (orang) 246 145 120 116 136
Rasio Murid/ Guru 12:1 22 : 1 25 : 1 25 : 1 24 : 1
Rasio Murid/ Sekolah 43 : 1 46 : 1 43 : 1 43 : 1 47 : 1
-
5/26/2018 bab 2
13/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 13
Tabel II.10. J umlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, dan Rasio
Murid/ Sekolah Tingkat SD/ MI
Tahun 2006 2010
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2011
Tabel II.11. J umlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, dan Rasio
Murid/ Sekolah Tingkat SMP/ MTs
Tahun 2006 2010
S
u
m
b
e
S
u
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambo n, 2011
Tabel II.12. J umlah Sekolah, Gedung, Murid, Guru, Rasio Murid/ Guru, dan Rasio
Murid/ Sekolah Tingkat SMA/ SMK/ MA
Tahun 2006 2010
Sumber
:DiS
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon, 2011
Jenjang SD/ MIKondisi Per Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
J umlah Sekolah 198 201 203 201 203
J umlah Gedung Sekolah
(unit)
127 127 135 137 139
J umlah Murid (orang) 36.843 38.579 39.524 39.535 40.238
J umlah Guru PNS (orang) 2.648 2.113 2.670 2.755 2.618
Rasio Murid/Guru 14 : 1 18 : 1 15 : 1 14 : 1 15 : 1
Rasio Murid/Sekolah 186 : 1 191 : 1 194 : 1 196 : 1 199 : 1
Jenjang SMP/ MTs
Kondisi Per Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
umlah Sekolah 50 51 52 54 54
umlah Gedung Sekolah
(unit)
48 48 49 49 50
umlah Murid (orang) 16.137 16.647 17.886 18.028 18.114
umlah Guru PNS (orang) 1.536 1.162 1.280 1.328 1.414
Rasio Murid/Guru 11 : 1 14 : 1 14 : 1 12 : 1 13 : 1
Rasio Murid/Sekolah 322 : 1 326 : 1 343 : 1 333 : 1 335 : 1
Jenjang SMA/ SMK/ MAKondisi Per Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
J umlah Sekolah 43 44 44 44 47
J umlah Gedung Sekolah (unit) 38 41 41 41 43
J umlah Murid (orang) 16.664 17.628 17.750 18.505 20.042
J umlah Guru PNS (orang) 1.557 1.302 1.385 1.413 1.475
Rasio Murid/Guru 12 : 1 14 : 1 13 : 1 13 : 1 14 : 1
Rasio Murid/Sekolah 387 : 1 400 : 1 403 : 1 420 : 1 426 : 1
-
5/26/2018 bab 2
14/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 14
3) Angka kelulusanDisamping APK dan APM, pembangunan bidang pendidikan dari aspek mutu, juga diukur dengan
indikator Tingkat Kelulusan UAN pada berbagai jenjang pendidikan. Tingkat kelulusan pada tahun
2006, untuk jenjang pendidikan SD/MI sebesar 100 persen, sementara pada jenjang SMP/MTs sebesar
96,30 persen dan jenjang SMA/MA/SMK sebesar 96,89 persen. Tingkat kelulusan pada tiap jenjang
pendidikan menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun ke tahun dan pada tahun 2010, tingkat
kelulusan SD/MI tetap mencapai 100 persen, sementara untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tingkat
kelulusan mencapai 99,86 persen dan jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mencapai 99,92 persen
(Tabel II.16.). Makin meningkatnya tingkat kelulusan pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan
bahwa mutu pendidikan di Kota Ambon makin meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel. II.13. Tingkat Kelulusan Siswa pada berbagai Jenjang Pendidikan di Kota Ambon
JENJANG PENDIDIKANTINGKAT KELULUSAN SISWA (persen)
2006 2007 2008 2009 2010SD/MI 100 100 100 99,94 100
SMP/MTs 96,30 96,32 98,92 96,20 99,86
SMA/MA/SMK 96,89 95,95 93,96 94,76 99,92
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon Tahun 2011
b. KesehatanKinerja pembangunan bidang kesehatan di Kota Ambon sampai dengan tahun 2010, yang diukur melalui
perkembangan indikator-indikator derajat kesehatan masyarakat sesuai tabel II.13. dapat digambarkan
sebagai berikut :
Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI), pada tahun 2006 tercatat 182/100.000 Kelahiran Hidupatau 9 orang, terus menurun sampai dengan tahun 2010 sebesar 49/100.000 Kelahiran Hidup
atau sebanyak 3 orang. Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Tahun 2010 menunjukkan Kota
Ambon sudah berada dalam kondisi on trackbagi pencapaian tujuan MDGs yang menargetkan
AKI 102/100.000 Kelahiran Hidup di tahun 2015.
Angka Kematian Bayi (AKB), pada tahun 2006 tercatat 12,36/1.000 Kelahiran Hidup atausebanyak 61 bayi, menurun menjadi 6/1.000 Kelahiran Hidup di tahun 2008 dan terus menurun
menjadi 6,00/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 25 bayi di tahun 2010. Kondisi AKB Kota
Ambon tahun 2010, juga telah menunjukkan bahwa Kota Ambon telah berada dalam kondisi on
trackbagi pencapai tujuan MDGs yang menargetkan AKB sebesar 23/1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Balita, pada tahun 2006 adalah 2,6/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 13balita, meningkat menjadi 10,00/1.000 Kelahiran Hidup atau sebanyak 54 balita di tahun 2008
dan kemudian menurun menjadi 7,7/1.000 Kelahiran Hidup atau 47 balita di tahun 2009. Angka
Kematian Balita di Kota Ambon juga menunjukkan masih berada dibawah target pencapaian
MDGs yaitu sebesar 32/1.000 Kelahiran Hidup.
Angka Harapan Hidup, tercatat pada tahun 2006 adalah 72,40 tahun, terus meningkat menjadi73,01 tahun di tahun 2010.
-
5/26/2018 bab 2
15/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 15
Tabel II.14. Derajat Kesehatan Masyarakat Kota Ambon Tahun 2006 2010
NO INDIKATOR DERAJAT
KESEHATAN
KONDISI per TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
1. Angka Kematian IbuMelahirkan / KLH
182/100.000 89/100.000 109/100.000 88/100.000 49/100.000
2. Angka Kematian Bayidibawah 1 Tahun / KLH
12,36/1.000 8,9/1.000 6,9/1.000 6,14/1.000 6,00/1.000
3. Angka Kematian Balita /KLH
2,6/1.000 4,6/1.000 10/1.000 7,9/1.000 7,7/1.000
4. Angka Harapan Hidup(Tahun)
72,40 72,66 72,70 72,82 73,01
Sumber:Dinas Kesehatan Kota Ambon
c. Tingkat KemiskinanSejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk menanggulangi kemiskinan, Pemerintah Kota Ambon
telah menetapkan penanggulangan kemiskinan sebagai salah satu prioritas daerah. Prosentase penduduk
miskin di Kota Ambon bedasarkan hasil sensus Kantor Badan Pusat Statistik Kota Ambon, pada tahun 2006
tercatat 7,43% (18.000 jiwa), menurun menjadi menjadi 6,51% (16.300 jiwa) di tahun 2007. Namun di tahun
2008 sampai dengan tahun 2010, migrasi penduduk dari luar Kota Ambon serta perubahan perekonomian
global yang juga berpengaruh terhadap perekonomian nasional dan daerah telah memberi dampak bagi
meningkatnya penduduk miskin di Kota Ambon, dimana pada tahun 2008 tercatat presentase penduduk
miskin meningkat menjadi 7,53% (21.180 jiwa) dan pada tahun 2010, jumlah penduduk miskin adalah
sebesar 7,69% (25.500 jiwa) (Gambar II.8.)
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.8. Penduduk Miskin Kota Ambon Tahun 2006-2010
d. Kesempatan kerjaPengangguran terbuka di Kota Ambon dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir sangat berfluktuasi,
kondisi ini disebabkan karena lapangan kerja yang tersedia belum sepenuhnya mampu menyerap angkatan
kerja. Disamping itu, perubahan iklim yang tidak menentu membuat sebagian besar kelompok masyarakat
yang bekerja sebagai petani dan nelayan kehilangan pekerjaannya. Angkatan Kerja di Kota Ambon Tahun
2006 2007 2008 2009 2010
Penduduk Miskin (%) 7.43 6.51 7.53 7.42 7.69
5.5
6
6.5
7
7.5
8
-
5/26/2018 bab 2
16/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 16
2006 adalah sebanyak 100.766 orang dengan pengangguran terbuka 25.899 orang (25,70%). Pada tahun
2010, tercatat angkatan kerja sebanyak 145.552 orang dengan angka pengangguran terbuka 22.738 orang
(15,62%) (Gambar II.9.).
Pengangguran terbuka di Kota Ambon berdasarkan jenis kelamin seperti terlihat pada gambar II.10.
menunjukkan bahwa pengangguran terbuka di tahun 2006 lebih didominasi oleh penduduk laki-laki yaitusebesar 51,72%, demikan juga di tahun 2007, angka pengangguran terbuka laki-laki lebih tinggi dari
perempuan yaitu sebesar 51,80%. Tetapi memasuki tahun 2009 dan 2010 pengangguran terbuka lebih di
dominasi oleh kelompok berjenis kelamin perempuan, yaitu 51,98% di tahun 2009 dan 54,95% di tahun
2010 .
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.9. Jumlah Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Kota Ambon
Tahun 2006-2010
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
Gambar II.10. Komposisi Pengangguran Terbuka Laki-Laki dan Perempuan
di Kota Ambon Tahun 2006-2010
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
2006 2007 2008 2009 2010
Angkatan Kerja 100,766 96,846 104,067 105,513 145,552
Pengangguran Terbuka 25,899 17,805 17,403 18,534 22,738
0
10
20
30
40
50
60
2006 2007 2008 2009 2010
Laki-Laki 51.72 51.80 51.14 48.02 45.05
Perempuan 48.28 48.20 48.86 51.98 54.95
-
5/26/2018 bab 2
17/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 17
2.3. Aspek Layanan Umum
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
2.3.1.1. Pendidikan
a. Angka PartisipasiPembangunan pendidikan secara umum bertumpu pada tiga pilar yaitu peningkatan akses, mutu serta
akuntabilitas. Indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan pendidikan di daerah
terutama dalam perluasan akses dapat tergambar melalui Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). APK merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur proporsi anak
sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang
pendidikan tersebut, sedangkan APM merupakan indikator yang dipakai untuk mengukur proporsi
anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu sesuai dengan kelompok umurnya. Tabel 2.15,.
menggambarkan kondisi APM dan APK Kota Ambon beberapa tahun terakhir, dimana :
APM SD pada tahun 2006 adalah sebesar 94,01 meningkat menjadi 100,72 di tahun 2010; APM SMP pada tahun 2006 adalah sebesar 82,57 meningkat menjadi 94,15 di tahun 2010; APM SMA pada tahun 2006 adalah sebesar 87,29 menurun menjadi 77,92 di tahun 2010.
Sedangkan APK dapat digambarkan sebagai berikut :
APK SD pada tahun 2006 adalah sebesar 97,95 meningkat menjadi 123,84 di tahun 2010; APK SMP pada tahun 2006 adalah sebesar 96,95 meningkat menjadi 113,95 di tahun 2010; APK SMA pada tahun 2006 adalah sebesar 95,65 meningkat menjadi 116,30 di tahun 2010;
Tabel II.15. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kota Ambon Tahun
2006 2010
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon 2011
Fluktuasi APK dan APM di Kota Ambon, sangat dipengaruhi oleh usia anak sekolah yang bersekolah,
dimana untuk jenjang pendidikan SD usia anak sekolah adalah 7-12 tahun, SMP usia 13-15 tahun dan
SMA usia 16-18 tahun, namun ternyata banyak anak usia dibawah 7 tahun yang telah memasuki jenjang
pendidikan SD dan usia diatas 12 tahun yang belum menyelesaikan sekolah pada jenjang pendidikan
SD dan seterusnya pada jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Disamping APK dan APM, pembangunan bidang pendidikan dari aspek mutu, juga diukur dengan
indikator Tingkat Kelulusan UAN pada berbagai jenjang pendidikan. Tingkat kelulusan pada tahun 2006,
untuk jenjang pendidikan SD/MI sebesar 100%, sementara pada jenjang SMP/MTs sebesar 96,30% dan
jenjang SMA/MA/SMK sebesar 96,89%. Tingkat kelulusan pada tiap jenjang pendidikan menunjukkan
No Jenjang
Pendidikan
APM (%) APK (%)
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
1 SD/ MI 94,01 94,08 114,73 107,84 100,72 97,95 101,60 144,61 124,15 123,84
2 SMP/ MTs 82,57 87,54 90,11 98,83 94,15 96,95 100,70 110,03 127,26 113,95
3 SMA/ SMK/ MA 87,29 87,35 87,52 87,83 77,92 95,65 97,47 103,03 115,25 116,30
-
5/26/2018 bab 2
18/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 18
perkembangan yang positif dari tahun ke tahun dan pada tahun 2010, tingkat kelulusan SD/MI tetap
mencapai 100%, sementara untuk jenjang pendidikan SMP/MTs tingkat kelulusan mencapai 99,86%
dan jenjang pendidikan SMA/MA/SMK mencapai 99,92% (Tabel II.16.). Makin meningkatnya tingkat
kelulusan pada setiap jenjang pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Kota Ambon makin
meningkat dari tahun ke tahun.
Tabel II.16. Tingkat Kelulusan UAN di Kota Ambon Tahun 2006 - 2010
Jenjang Pendidikan
Tingkat Kelulusan (%)
2006 2007 2008 2009 2010
SD/MI 100 100 100 99,94 100
SMP/MTs 96,30 96,32 98,92 96,20 99,86
SMA/MA/SMK 96,89 95,95 93,96 94,76 99,92
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Ambon 2011
2.3.1.2. Urusan Kesehatan
Pembangunan kesehatan di Kota Ambon, lebih diarahkan bagi upaya meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat, dengan demikian ketersedian sarana dan prasarana serta jangkauan
pelayanan kesehatan menjadi bagian penting untuk mencapai pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga kesehatan di Kota Ambon sampai dengan
tahun 2010 (Tabel II.17), telah mampu melayani masyarakat sampai pada desa-desa yang jauh dari pusat
kota.
Tabel .II.17.. Sarana, Prasarana serta Tenaga Kesehatan di Kota Ambon Tahun 2006 2010
No. IndikatorTahun
2006 2007 2008 2009 2010
1. Rumah Sakit 11 11 11 11 11
2. Puskemas 21 22 22 22 22
3. Puskesmas Pembantu 32 34 34 34 34
4. Pos Kesehatan Desa 0 10 36 50 505. Balai Pengobatan 6 3 8 3 5
6. Dokter 40 34 36 37 34
7. Paramedis 175 217 211 212 218
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Ambon 2011
Rasio Pos Pelayanan Terpadu (posyandu) per Satuan Balita. Rasio Rumah sakit dan Rasio Dokter per satuan
Penduduk, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Rasio perkembangan Pos Yandu di kota Ambon dari tahun 2006 hingga 2010 kelihatannya tetap stabil.Dimana rata-rata jumlah pos yandu tidak mengalami peningkatan yaitu rata rata 7 dalam 1000 pendudik.
Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami sedikitpenurunan. Pada tahun 2006 rasio rumah sakit tercatat 4.18 dalam 100.000 penduduk, sedangkan pada
tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 2.59 dalam 100.000 penduduk.
-
5/26/2018 bab 2
19/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 19
Rasio dokter per satuan pendukuk juga mengalami penurunan. Pada tahun 2006 ratio dokter tercatat26.24 dalam 100.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2010 menurun menjadi 16.50 dalam 100.000
penduduk.
Tabel II.18. Rasio Pos yandu, Rasio RS dan Rasio Dokter per Satuan balita
No Indikator SatuanKondisi Per Tahun
2006 2007 2008 2009 201001 Rasio Posyandu Per 1000 pendudu 7.7 7.8 7.6 7.5 7.102 Rasio Rumah Sakit Per 100.000 penduduk 4.18 4.18 3.68 3.49 2.5603 Rasio Dokter Per 100.000 penduduk 26.24 27.74 20.22 21.97 16.50
Sumber :Dinas Kesehatan Kota Ambon, 2011
2.3.1.3. Urusan Pekerjaan Umum
Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat. Kelancaran lalu lintas darat akan
sanagt mempengaruhi perkembangan perekonomian daerah. Dengan semakin panjang jalan dalam kondisibaik akan mempermudah dan mempercepat arus mobilitas barang dan jasa.
Jalan sebagai jaringan transportasi yang dominan digunakan oleh penduduk untuk melakukan aktifitas
berperan penting dalam pembangunan kota. Oleh karena itu pembangunan jalan harus kompetibel dengan
potensi sumberdaya dimana penentuan jaringan jalan dan prioritas pengembangan akan menjadi penentu
efektivitas pengembangan prasarana jalan dari segi dampak terhadap pembangunan ekonomi dan social
budaya.
Prasarana jalan di kota Ambon saat ini sudah tertata dengan baik sehingga sangat memperlancar arusmobilitas kendaraan di wilayah perkotaan. Sampai dengan tahun 2010 tercatat panjang jaringan jalan dalam
kondisi baik di Kota Ambon sebesar 221.939 km2. Sedangkan total panjang jalan di Kota Ambon
sampai dengan tahun 2010 adalah sepanjang 296.693 Km, dimana 42.936 Km adalah jalan Nasional,
38.687 Km jalan Provinsi dan sisanya 215.070 Km adalah jalan Kota. Proporsi panjang jaringan jalan
dalam kondisi baik di kota Ambon adalah sebesar 0,75. Adapun Panjang jalan berdasarkan status di Kota
Ambon dapat dilihat pada Tabel II.18.berikut.
Tabel. II.19. Panjang Jalan di Kota Ambon Tahun 2010
NO STATUS JALAN
KONDISI PERKERASAN TOTAL
(Km)BAIK SEDANG
RUSAK
RINGAN
RUSAK
BERAT
1 Nasional 41.242 1.306 0.378 - 42.936
2 Provinsi 32.697 5.996 0.980 38.687
3 Kota 148.000 27.760 25.810 3.50 215.070
TOTAL (Km) 221.939 35.062 27.168 3.50 296.693
Sumber : Dinas PU Kota Ambon Tahun 2011
Berdasarkan jenis perkerasan, ruas jalan di Kota Ambon yang telah di Hotmix sepanjang 242.091 Km,
lapisan penetrasi (lapen) sepanjang 41.977 Km, rabat beton sepanjang 2.350 Km, kerikil sepanjang 7.856
Km serta jalan tanah sepanjang 2.405 Km.
-
5/26/2018 bab 2
20/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 20
Tabel. II.20. Panjang Jalan Berdasarkan Jenis Perkerasan
NO JENIS PERKERASANPANJANG (Km)/STATUS JALAN
NASIONAL PROVINSI KOTA
1 Hotmix 42.936 38.687 160.468
2 Lapen - - 41.977
3 Rabat Beton - - 2.350
4 Kerikil - - 7.856
5 Tanah - - 2.405
Sumber : Dinas PU Kota Ambon Tahun 2011
2.3.1.4. Urusan Perumahan
Menurut WHO salh satu kriteria rumah sehat adalah rumah yang memiliki luas lantai minimal 10M2
perkapita. Keadaan perumahan penduduk kota Ambon umumnya memiliki luas lantai lebih besar dari
standar WHO, Hal ini menunjukkan bahwa kondisi rumah di kota Ambon sudah memenuhi syarat layak
huni.
Kualitas Rumah juga ditinjau dari segi jenis atap , lantai dan dinding terluar yang digunakan. Secara umum
kondisi rumah di kota Ambon dihat dari jenis atap dan dinding semuanya terbuat dari bahan yang
permanen, sedangkan dari jenis lantainya terbuat dari keramik dan semen,. Dengan demikin kualitas rumah
di kota Ambon dinyatakan sebagai rumah sehat dengan tingkat kenyamanan yang cukup tinggi.
Kondisi sarana dan prasarana permukiman hingga akhir tahun 2010 sudah cukup memadai. Pada tahun
2010 rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang berasal dari air kemasan/ledeng/pompa.
Sedangkan air minum yang diproduksi oleh Perusahaan Daerah Air minum selama tahun 2010 sebanyak
6.491.253 M3 dan 15.351 pelanggan yang berakses air minum. Rendahnya cakupan pelayanan air minum
disebabkan oleh terbatasnya sumber air baku di wilayah perkotaan, tarif/retribusi air yang belum
berorientasi pada cost recovery serta masih rendahnya partisipasi masyarakat dan swasta dalampembangunan sarana dan prasarana air minum dibangun.
2..3.1.5. Urusan Penataan Ruang
Dalam rangka pembangunan dan pengembangan kota Ambon , khususnya urusan penyelengaaran
pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan pada masa yang akan datang sesuai dengan potensi
daerah diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan wilayah. Oleh karena itu tata ruang
wilayah Kota Ambon harus serasi, selaras dan terpadu penyusunannya dalan satu kesatuan system
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku dan Tata Ruang WilayahKota/kabupaten di sekitarnya.
Penataan ruang wilayah kota Ambon sebagai satu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang harus dapat dilaksanakan sesuai kaidah-
kaidah penataan ruang.
-
5/26/2018 bab 2
21/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 21
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfataan ruang. Penataan ruang Kota Ambon bertujuan untuk : 1) mewujudkan ruang
wilayah kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan; 2)
mewujudkan Kota Ambon sebagai kota jasa di Kawasan Timur Indonesia; dan 3) mewujudkan Kota Ambon
sebagaiwater front citydaneco-cityuntuk mendukung pembangunan berkelanjutan.
Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang kota Ambon terbagi
atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) termasuk salah satu
bagian dari kawasan lindung yang harus dijaga dan dipertahankan untuk melestarikan dan
mempertahankan kualitas lingkungan hidup.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan adalah bagian dari ruang terbuka (open acces) yang diisi oleh
sekelompok vegetasi guna mendukung manfaat ekologi, sosialbudaya dan arsitektural yang bermanfaat
secara ekonomi bagi masyarakat.
Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Ambon direncanakan sebesar 30 % dari luas kawasan yang bersifat
urban/perkotaan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini meliputi skala pelayanan kota, SWP dan lingkungan. RTH
dengan skala pelayanan kota direncanakan tersebar di wilayah pusat-pusat pelayanan kegiatan kota. RTH
dengan wilayah pelayanan SWP direncanakan akan berada disetiap SWP kota Ambon, dan untuk skala
lingkungan berada di wilayah permukiman penduduk.
Ruang terbuka hijau privat diarahkan sekitar 10 % meliputi ruang terbuka hijau pekarangan rumah, ruang
terbuka hijau perkantoran, ruang terbuka hijau pertokoan dan ruang terbuka hijau tempat usaha. Dalam
rencana pembangunan ruang terbuka hiaju privat direncanakan untuk membuat RTH privat pada setiap
bangunan rumah, perkantoran, pertokoan dan tempat usaha baru; merehabilitasi RTH privat yang sudah
mengalami penurunan fungsi; mendorong pembangunan dan penyediaan RTH privat pada bangunan
rumah, perkantoran, pertokoan dan usaha dagang yang belum memiliki RTH privat. Lokasi RTH di kota
Ambon meliputi taman kota,, jalur hijau, hutan kota dan tempat pemakaman umum.
2.3.1.6 . Urus an Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan wilayah kota Ambon selama lima tahun terakhir (tahun 2006-2011) yang
dilakukan berdasarkan Penataan Wilayah terlihat bahwa ketaatan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) terjadi peningkatan, sedangkan untuk penataan luas wilayah industri, luas wilayah kebanjiran, dan
luas wilayah perkotaan tidak mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada Tabel II.21.
Tabel. II.21. Indikator Perencanaan Pembangunan berdasarkan RTRW.
No INDIKATOR SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010Perencanaan Pembangunan
1 Ketersediaan Dokumen Perencanaan Paket 1 1 1 1 1
Penataan Wilayah2 Ketaatan terhadap Rencana TataRuang Wilayah (RTRW)
% 60 60 65 65 70
3 Luas Wilayah Industri * Ha 35,775 35,775 35,775 35,775 35,7754 Luas Wilayah Kebanjiran ** Ha 30,35 30,35 30,35 30,35 30,355 Luas Wilayah Kekeringan - - - - - -6 Luas Wilayah Perkotaan *** Ha 4,547 4,547 4,547 4,547 4,547
Keterangan :
* : Kawasan Industri Batu Gong
-
5/26/2018 bab 2
22/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 22
** : Kebanjiran di Kota Ambon Bersifat Insidentil, ketika curah hujan tinggi (di atas normal) umumnya
terjadi di bantaran sungai-sungai utama/sungai besar
*** : Wilayah perkotaan adalah wilayah fungsional non pertanian, dengan kegiatan utama jasa dan
perdagangan dengan kepadatan penduduk tinggi
2.3.1.7 Perhubungan
Transportasi sebagai urat nadi pertumbuhan ekonomi dan interaksi antar pelaku menjadi sangat dalam
menciptakan suasana yang kondusif. Adanya pembangunan transportasi akan meningkatkan mobilitas
penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi wilayah.
Transportasi juga akan membuka peluang perdagangan kegiatan antar wilayah dan mengurangi
kesenjangan pembangunan wilayah sehingga mendorong terjadinya perimbangan pembangunan.
Cakupan pelayanan transportasi darat adalah jaringan jalan dengan sarana transportasi terminal yang
tersedia. Jumlah penumpang angkutan umum 23. 475.000 orang, dengan jumlah uji kir angkutan umum
2.870 unit. Sedangkan rasio izin trayek 0,004. Jumlah angkutan umum di Kota Ambon dapat dilihat pada
tabel II.22.
Tabe lI.22. Jumlah Angkutan Umum dan Penumpang Angkutan Umum di Kota Ambon
INDIKATOR
TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
JUMLAH ANGKUTAN UMUM 1.103 1.154 1.266 1.502 1.669
Sumber Data : Dinas Perhubungan dalam Kota Ambon Dalam Angka 2011
2.3.1.8. Urusan Lingkungan Hidup
Tingkat pelayanan persampahan di kota Ambon secara umum sudah sangat baik. Pengelolaan
persampahan di Kota Ambon terfokus pada radius 215 km2 yang tersebar di 38 desa/kelurahan pada 4
kecamatan dengan jumlah penduduk yang terlayani sebanyak 274.631 jiwa.
Tabel II.23. Jumlah Penduduk Kota Ambon Tahun 2006 2010
Tahun Jumlah PendudukTotal (Jiwa)
Jumlah PendudukTerlayani (Jiwa)
Jumlah Penduduk TidakTerlayani (Jiwa)
2006 263.146 182.398 80.7482007 271.972 190.275 81.697
2008 281.293 199.342. 81.951
2009 284.809 219.427 65.382
2010 331.254 274.631 56.623Sumber : Dinas Kebersihan Kota Ambon Tahun 2011
Secara administratif luas wilayah Kota Ambon adalah 377 Km2 dengan luas daratan 359.45 Km dengan
jumlah penduduk sebanyak 331.254 Jiwa dari luas wilayah administratif tersebut ternyata operasional
penanganan sampah yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Ambon baru menjangkau
-
5/26/2018 bab 2
23/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 23
kawasan Pemukiman seluas 215 Km2atau 92,26 persen dari luas daratan Kota Ambon dengan penduduk
terlayani sebanyak 274.631 Jiwa atau 82,91 % dari jumlah penduduk Kota Ambon.
Kondisi penyebaran daerah pelayanan Persampahan di Kota Ambon relatif menyebar dari 4 kecamatan yang
ada di Kota Ambon sudah terlayani pada 38 Desa / Kelurahan yang sudah mendapat akses pelayanan
persampahan di kota Ambon, Daerah pelayanan kebersihan di kota Ambon pada dasarnya belum menyebar
di seluruh Kota Ambon, yang belum terlayani yaitu Kecamatan Leitimur Selatan dan sebagian kecil pada
Kecamatan Teluk Ambon dan Kecamatan Nusaniwe.
Dengan menggunakan asumsi produksi sampah per orang per hari sesuai standar nasional yaitu 2,5
liter/hari, maka sampah di Kota Ambon telah mencapai 870 m3per hari dan baru terangkut sebanyak 420 m3
per hari. Armada persampahan yang dimiliki Pemerintah Kota Ambon saat ini adalah berupa dump truk 15
unit; arm roll; truck 9 unit; pick up 9 unit; motor sampah 3 unit ; container 18 buah dan semua dalam kondisi
baik. Disamping itu, juga tersedia 132 buah TPS dan 1 unit IPST seluas 5 Ha. Sampai dengan tahun 2010,
terdap pengendalian kerusakan lingkunganat empat sekolah di kota Ambon yang merupakan sekolah peduli
dan berbudaya lingkungan,. Peraturan Perundang-undangan di bidang konservasi sumberdaya alam dan
pengendalian kerusakan lingkungan yang telah direalisasikan sampai dengan tahun 2009 adalah sebanyak
2 (dua) buah.
2.3.1.9. Urusan Pertanahan
Jumlah tanah yang terdaftar kantor Pertanahan Kota Ambon sejak 2006 hingga 2010 dan telah memiliki
Sertifikat terbagi dalam beberapa katagori yaitu tanah Hak Milik. Tanah Hak Guna Bzngunan dan dan tanah
Hak Pakai. Mengenai jumlah jumlah dan luasnya seperti terlihat pada Tabel II.24.
Tabel II.24. Rekapitulasi Tanah Terdaftar Terhitung mulai 2006
sampai dengan 2010.
Unit Kerja Jumlah Tanah TerdaftarHM Luas
(m2)HGU Luas
(m2)H Luas
(m2)Kantor Pertanahan Kota
Ambon8.2888 4.472.276 864 793 139 206 379 999
Sumber : Kantor Pertanahan Kota Ambon, 2011
Keterangan :
HM : Hak MilikHGU : Hak Guna Bangunan
HP : Hak Pakai
2.3.1.10. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Persentase rata-rata partisipasi perempuan di lembaga pemerintah dan lembaga swasta di kota Ambon
dari tahun 2006 hingga 2010 cukup meningkat. Pada tahun 2006 rata-rata tingkat partisipasi adalah
55,05%, sedangkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 79.65%. Rasio kekerasan dalam rumah tangga
pada tahun 2006 adalah 4 kasus. Sedangkanm pada tahun 2010 meningkat menjadi 6 kasus
Pemberdayaan perempuan dalam masyarakat dan desa, terlihat stabil yaitu 50 kelompok binaan LPM,
sedangkan rata-rata jumlah kelompok binaan PKK cukup meningkat, yaitu tahun 2006 terdapat 50
kelompok, sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 92 kelompok. Jumlah LSM yang kaitf selama lima
yahun terakhir ini juga tetaptidak berubah yaitu 50 LSM yang terdapat di kota Ambon.
-
5/26/2018 bab 2
24/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 24
Tabel II.25. Indikator Pemberdayaan Perempuan
No. INDIKATOR Sat. TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak
1 Presentase Partisipasi Perempuan diLembaga Pemerintah dan Lembaga Swasta
% 55,05 76,79 74,18 73,33 79,65
2 Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga(KDRT)
Kasus 4 4 5 7 6
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa3 Kelompok Binaan LPM Kel 50 50 50 50 504 Rata-rata Jumlah Kelompok Binaan PK Kel 50 63 74 87 925 Jumlah LSM yang Aktif LSM 50 50 50 50 50
Sumber : BPMPKB Kota Ambon Tahun 2011
2.3.1.11 Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Rata-rata keluarga di kota Ambon telah berpartisipasi melaksnakan program pemerintah. Yaitu program
keluarga berencana. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh dari kantor BKKBN kota Ambon sejak tahun
2006 hingga 2010, terlihat bahwa rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga hanya 2 -3 orang. Sedangkan
rasio Alseptor KB dari tahun 2006 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan. Persentase jumlah
keluarga pra sejahtera mengalami penurunan, persentase jumlah keluarga sejahtera tahap I mengalami
penurunan, . persentase jumlah keluarga sejahtera tahap II mengalami kenaikan, persentase jumlahkeluarga sejahtera tahap III mengalami kenaikan, persentase jumlah keluarga sejahtera tahap III plus juga
mengalami kenaikan. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang tinggal di rumah yang tidak layak huni juga
mengalami kenaikan. Hal ini jelas terlihat pada Tabel II.26.
Tabel II.26. Indikator Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera.
INDIKATOR Sat. TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Keluarga Berencana dan Keluarga SejahteraRata-rata Jumlah Anak per Keluarga Anak 2 3 3 3 3Rasio Akseptor KB Akseptor 694 684 657 708 747Presentase Jumlah Keluarga Prasejahtera % 15,56 13,11 9,09 9,55 8,81Presentase Jumlah Keluarga SejahteraTahap I
% 26,34 24,02 22,60 21,81 21,31
Presentase Jumlah Keluarga SejahteraTahap II
% 31,27 31,95 35,03 35,14 35,93
Presentase Jumlah Keluarga SejahteraTahap III
% 18,13 19,05 22,15 22,33 22,56
Presentase Jumlah Keluarga SejahteraTahap III plus
% 10,86 11,87 11,13 11,15 11,41
Keluarga yang Tinggal di Rumah tidakLayak Huni
KK 4.754 5.017 5.294 5.585 6.382
Sumber : BPMPKB Kota Ambon Tahun 2011
2.3.1.12. Urusan Sosial
-
5/26/2018 bab 2
25/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 25
Jumlah penduduk yang masuk dalam katagri keluarga fakir miskin selama empat tahun terakhir ini
kelihatannya mengalami penurunan, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar mengalami peningkatan. Hal
ini jelas terlihat pada Tabel II.27.
Tabel II.27. Indikator Urusan Sosial
Sumber : Dinas Sosial Kota Ambon, 2011
2.3.1.13. Urusan Ketenagakerjaan
Indikator tingkat partisipasi angkatamn kerja selama lima tahun terakhir di kota Ambon, mengalami
peningkatan. Hal ini terlihat bahwa tahun 2006 tingkat partisipasi adalah 163.471 orang, dan tahun 2001
meningkat menjadi 199.472 orang. Kesempatan kerja juga mengalami peningkatan yaitu tahun 2006
terdapat 1.623 orang, sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 2.974 orang.
Persentase tingkat pengangguran selama lima tahun terakhir (2006 2011) mengalami penurunan. Tahun
2006 tingkat partisipasi pengangguran adalah 12.17%, sedangkan tahun 2011 menurun menjadi 7.23%.
Persentase penyerapan tenaga kerja mengalmi sedikit peningkatan, yaitu tahun 2006 adalah 0.99%,
sedangkan tahun 2011 meningkat menjadi 1.49% (Tabel II.28)
Tabel II.28. Indikator Urusan Ketenagakerjaan
No. INDIKATOR Sat. TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Ketenagakerjaan1 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK)Orang 163.471 171.203 176.894 184.790 192.016
2 Kesempatan Kerja Orang 1.623 2.198 2.417 2.638 2.7933 Presentase Tingkat
Pengganguran Terbuka% 12,17 10,75 10,06 9,48 8,13
4 Presentase Penyerapan
Tenaga Kerja
% 0,99 1,28 1,37 1,43 1,45
Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon, 2011
2.3.1.14. Urusan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
Indikator Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kota Ambon dari tahun 2006 hingga 2010 cukup
meningkat, tahun 2006, jumlah koperasi di kota Ambon adalah 525 unit yang terdiri dari 388 unit koperasi
aktif, adan 137 koperasi tidak aktif. Pada tahun 2010, jumlah koperasi meningkat menjadi 705 untit yang
terdiri dari 578 koperasi aktif dan 127 koperasi tidak aktif. Jumlah UKM non BPR/LKM juga
meningkat,Usaha kecil dan usaha menengah juga meningkat. Hal ini jelas dapat dilihat pada Tabel II.29.
No. INDIKATOR Sat TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Sosial1 Keluarga Fakir Miskin org - 1.180/10.123 990/9.133 990/8.143 100/8.0432 Keluarga yang Tinggal di
Rumah tidak Layak Huniorg - - - - -
3 Lanjut Usia Terlantar org - 200/1.431 - 282/1.149 152/9974 Jumlah Anak Terlantar org - - - - 50/940
-
5/26/2018 bab 2
26/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 26
Tabel II.29. Status koperasi di Kota Ambon
No. INDIKATOR Sat.TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
1 Jumlah Koperasi Unit 525 590 636 664 7052 Koperasi Aktif Unit 388 459 505 531 5783 Koperasi Tidak Aktif Unit 137 131 131 133 1274 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM UKM 1.114 1.157 1.175 1.256 1.1225 Usaha Kecil UK 1.114 1.157 1.173 1.190 1.0566 Usaha Menengah UM - - - 66 887 Jumlah BPR/LKM LKM 201 508 397 307 307
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Ambon, 2011
2.3.1.15. Urusan Penanaman Modal
Pembangunan daerah merupakan peran multi pihak, bukan saja Pemerintah malainkan juga peran swasta
dan masyarakat. Investasi swasta dan masyarakat saat ini menjadi penting, mengingat keterbatasan dana
yang dimiliki Pemerintah maupun didorong oleh perubahan paradigma pembangunan dewasa ini dimana
modal sosial (social capital), baik swasta maupun masyarakat menjadi elemen penting dalam
menggerakan pembangunan. Investasi di Kota Ambon tahun 2010, meliputi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).
1) Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Target Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Ambon tahun 2010 (Tabel II.34) adalah 10 proyek
senilai Rp.412.037.700.000,- yang akan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 974 orang.
Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 2010 adalah 10 proyek juga dengan nilai investasi
mencapai Rp.532.170.020.000,-, yang menyerap 572 tenaga kerja. Nilai realisasi investasi PMDN
tahun 2010 ini mengalami penurunan 0,41% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar
Rp.Rp.534.378.890.000. Bidang usaha yang menyerap investasi besar adalah Jasa Lainnya
sebesar Rp.443.370.000.000,- (83,3%). Sedangkan dari sisi penyerapan tenaga kerja, usaha
Perikanan menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 317 tenaga kerja (56,6%).
2) Penanaman Modal Asing (PMA)
Target Penanaman Modal Asing di Kota Ambon tahun 2010 (Tabel II.35) adalah 14 proyek senilai
US$ 436.062.040,- yang akan menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 10.846 orang dan
tenaga kerja asing sebanyak 122 orang. Realisasi Penanaman Modal Asing tahun 2010 adalah 14
proyek dengan nilai investasi adalah US$ 41.252.220 atau 10,57% dari target, sedangkan
penyerapan tenaga kerja Indonesia adalah 1.705 orang atau 15,7% dari target dan tenaga kerjaasing adalah 19 orang atau 15,6% dari target.
Bidang usaha untuk penanaman modal asing ini adalah Perikanan, Pariwisata, dan Jasa Lainnya. Nilai
realisasi investasi PMAtahun 2010 ini sama dengan nilai investasi tahun 2009
-
5/26/2018 bab 2
27/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 27
Tabel .II.30. Rencana dan Realisasi Proyek PMDN di Kota Ambon Menurut BidangUsaha (uta Rupiah) Tahun 2010
No. Bidang Usaha
Rencana Realisasi
Proyek Investasi
(Juta Rp.)
Tenaga Kerja Proyek Investasi
(Juta Rp.)
Tenaga Kerja
Indonesia Asing Indonesia Asing
1 Listrik, Gas, dan
Air
1 133.287,67 92 - 1 33.322,00 15 -
2 Industri Kimia 1 400,00 40 - 1 500,00 60 -
3 Industri Lainnya 1 20.944,65 40 - 1 30.066,90 60 -
4 Pengangkutan 1 4.798,27 68 - 1 3.526,72 50 -
5 Perhubungan
Darat
1 50.000,00 104 - 1 5.000,00 10 -
6 Jasa Lainnya 2 202.400,00 280 - 2 443.370,00 60 -
7 Perikanan 3 20,711,00 350 - 3 16.384,40 305 12
Jumlah 2010 10 412.037,70 974 0 10 532.170,02 560 12
Jumlah 2008/2009 10 434.636,59 1.090 26 10 534.378,89 604 12
Sumber: BPMD Provinsi Maluku pada BPS Kota Ambon Tahun 2010
Tabel II. 31. Rencana dan Realisasi Proyek PMA di Kota Ambon Menurut Bidang
Usaha (US$ 000) Tahun 2010
No. Bidang
Usaha
Rencana Realisasi
PoyekInvestasi
(US$ 000)
Tenaga KerjaPoyek
Investasi
(US$ 000)
Tenaga Kerja
Indonesia Asing Indonesia Asing
1 Perikanan 5 21.378,00 2.663 86 5 14.042,00 160 8
2 Pariwisata 1 3.000,00 8 1 1 600,00 10 -
3 Jasa
Lainnya
8 411.684,04 8.175 35 8 26.610,33 1.535 11
Tahun 2010 14 436.062,04 10.846 122 14 41.252,22 1.705 19
Jumlah
2008/200914 433.362,04 10.459 122 11 41.252,33 1.705 19
Sumber:BPMD Provinsi Maluku pada BPS Kota Ambon Tahun 2010.
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
2.3.2.1. Pertanian
a. Produktivitas palawija, sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan perkebunan
Pertanian di kota Ambon masih mengandalkan pertanian palawija, sayuran dan buah-buahan Tanaman
palawija yang dikembangkan meliputi jagung, ubi kayu, kacang tanah, keladi dan ubi jalar. Produksi tertinggi
-
5/26/2018 bab 2
28/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 28
palawija terjadi pada tahun 2009 sebesar 7,33 ton/Ha , sedangkan produksi terendah pada tahun 2006
sebesar 5,75 ton/Ha. Adanya peningkatan produksi palawija setiap tahun, menunjukkan adanya perbaikan
teknologi pertanian untuk meningkatkan produktivitasnya.
Pengembangan kegiatan pertanian sayur-sayuran sangat beragam di kota Ambon, yang meliputi sayuran
daun : kubis, sawi, kangkung dan bayam; serta sayuran buah : kacang panjang, ketimun, terong, tomat,buncis , labu siam, cabe. Jenis tanaman sayuran daun dengan produksi tertinggi pada tahun 2010 adalah
sawi dengan jumlah produksi 3828,49 ton pada areal seluas 232,03 Ha. Sedangkan produksi terendah
adalah kubis dengan jumlah produksi sebesar 336 ton pada areal seluas 11,20 Ha. Produksi tertinggi untuk
sayuran buah pada tahun 2010 adalah buncis dengan jumlah produksi 666,18 ton pada areal seluas 46,75
Ha. Sedangkan produksi terendah adalah labu siam dengan jumlah produksi 14,40 ton pada areal seluas
1,20 Ha. Produktivitas sayuran (sayuran daun) tertinggi pada tahun 2010 sebesar 17,12 Ton/Ha,
sedangkan produktivitas terendah sebesar 13,92 % terjadi pada tahun 2006. Produktivitas sayuran (sayuran
buah) tertinggi sebesar 12,18 Ton/Ha terjadi pada tahun 2009, sedangkan produktivitas terendah padatahun 2006 sebesar 10,35 ton/Ha.
Kegiatan pertanian untuk jenis tanaman buah-buahan yang dikembangkan di kota Ambon meliputi buah
nenas, pisang, jambu biji, alpukat, gandaria, langsat dan salak. Sampai dengan tahun 2010 produktivitas
buah-buahan tertinggi adalah 9,8 Ton/Ha. Produksi buah-buahan mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan tahun sebelumnya dimana produktivitasnya hanya 6,08 Ton/ha.
Tabel II.32. Produktivitas Pertanian di Kota Ambon Tahun 2006 2010
No Indikator SatuanTahun
2006 2007 2008 2009 2010
1 Palawi ja Ton/Ha 5,75 5,81 7,14 7,33 7,23
2 Sayuran
Sayuran daun Ton/Ha 13,92 16,55 16,63 16,66 17,12
Sayuran buah Ton/Ha 10,75 10,91 10,91 12,18 11,06
3 Buah-buahan Ton/Ha 5,76 5,84 5,92 6,08 9,8
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
b. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRBSektor pertanian merupakan salah satu sektor primer dalam struktur PDRB dan juga merupakan salah satu
sektor yang sifatn.ya padat karya karena menyerap banyak tenaga kerja. Kontribusi sektor pertanian
terhadap PDRB Kota Ambon cukup signifikan, dimana pada tahun 2006 menyumbang 18,04 persen P DRB
dan tetap stabil sampai dengan tahun 2010 dimana menyumbang 17,56 persen PDRB.
Tabel. II.33. Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kota Ambon Tahun 2006-2010
SEKTOR SATUAN TAHUN2006 2007 2008 2009 2010
Pertanian Persen 18,04 17,70 17,38 17,28 17,56
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
c. Jumlah Konsumsi daging dan telur
-
5/26/2018 bab 2
29/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 29
Jumlah konsumsi daging di kota Ambon sampai dengan tahun 2010 adalah sebesar 188.284 ekor,
sedangkan jumlah konsumsi daging terendah pada tahun 2006 sebesar 67,758 ekor. Produktivitas telur
tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 5.344.785 Kg, sedangkan terendah pada tahun 2006 sebesar
2.095.632 Kg. kondisi ini menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir
terjadi peningkatan mutu ternak yang lebih baik sehingga dapat mengkontribusi produk yang cukup untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat kota.
Tabel. II.34. Produktivitas Daging dan Telur di Kota Ambon Tahun 2006-2010
No Indikator SatuanTahun
2006 2007 2008 2009 2010
1 Daging Ekor 67.758 90.945 85.519 112.992 188.284
2 Telur Kg 2.095.632 3.492.720 3.181.420 4.453.988 5.344.785
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.2. Kehutanan
Sektor kehutanan sebagai penggerak perekonomian nasional perlu dikembangkan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan adaya perubahan paradigma pembangunan kehutanan
kini yakni pemanfaatan hutan dari usaha yang monopolistic dengan mengutamakan pengelolaan hutan
skala besar menuju pengelolaan hutan yang partisipatif dan demokratis dengan mengakomodasikan
usaha skala kecil dan menengah. Oleh karena itu pemanfaatan hutan harus didistribusikan secara
berkeadilan melalui peningkatan peran serta masyarakat sehingga masyarakat semakin berperan dalam
pembangunan sector kehutanan.Kondisi hutan/lahan yang tidak dikelola secara tepat akan memberikan dampak negative terhadap
keberlanjutannya, sehingga perlu adanya pemulihan terhadap hutan/ lahan kritis tersebut . Persentase
hutan di kota Ambon sebesar 35,77 %, sedangkan persentase lahan kritis yang telah direhabilitasi di kota
Ambon berturut-turut dari tahun 2006-2010 sebesar 4,17 %; 1,06 %; 6,59 % dan 9,84 %.
2.3.2.3. Energi dan Sumberdaya Mineral
Konstribusi sektor energi dan sumber daya mineral terhadap PDRB Kota Ambon relatif sangat rendah, hal
ini disebabkan karena kondisi Kota Ambon yang tidak potensial bagi aktifitas penambangan danpenggalian. Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kota Ambon dapat dilihat
pada Tabel. II.35.
Tabel. II.35. Kontribusi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap PDRB Kota Ambon
Tahun 2006-2010
SEKTOR SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010Pertambangan dan Penggalian Persen 0,12 0,11 0,11 0,11 0,12
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.4. Pariwisata
Sejak lama Kota Ambon terkenal dengan julukan Ambon Manise memiliki panorama indah dengan obyek
wisata (alam dan budaya) yang tersebar pada 5 kecamatan baik di darat/pegunungan, pantai maupun
lautan, menjadi perhatian wisatawan baik lokal maupun asing. Objek wisata di Kota Ambon sampai dengan
-
5/26/2018 bab 2
30/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 30
tahun 2010 berjumlah 69 objek wisata, meliputi wisata alam laut 31 objek, wisata alam darat 13 objek,
wisata budaya Upacara Adat 1 objek, wisata budaya Sejarah 23 objek dan wisata budaya Olahraga 1 objek
(Tabel II.36).
Pada sisi lain jumlah kunjungan wisatawan asing di Kota Ambon tahun 2010 adalah 4.584 orang. Jika
dibandingkan jumlah wisatawan asing yang berkunjung di tahun 2009 sebanyak 1.841 orang, maka pada
tahun 2010 terjadi penambahan jumlah wisatawan asing sebesar 149% yang berkunjung ke Kota Ambon.
Sementara itu wisatawan domestik yang berkunjung ke Kota Ambon tahun 2010 adalah 18.620 orang. Jika
dibandingkan jumlah wisatawan domestik yang berkunjung di tahun 2009 sebanyak 8.720 orang, maka
pada tahun 2010 terjadi penambahan jumlah wisatawan domestik sebesar 114% yang berkunjung ke Kota
Ambon.
Tabel. II.36. Objek Wisata Kota Ambon Tahun 2010
Kecamatan
Jenis Objek Wisata Jumlah
Alam BudayaLaut Darat Upacara
Adat
Sejarah Olahraga
Nusaniwe 15 2 - 2 1 20
Sirimau - 3 1 9 - 13
Teluk Ambon 4 2 - 4 - 10
TA. Baguala 1 1 - 2 - 4
Leitimur Selatan 11 5 - 6 - 22
Jumlah 2010 31 13 1 23 1 69
Sumber:Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kota Ambon, 2011
Sementara itu, fasilitas untuk mendukung usaha pariwisata di Kota Ambon cukup tersedia. Kota Ambon
tahun 2010 terdapat 35 hotel, dimana 12 diantaranya (34%) adalah hotel berbintang, dan 31 penginapan.
Selain itu terdapat juga: (a) 55 biro/ agen perjalanan, (b) 73 sarana rekreasi dan hiburan meliputi 44
karaoke, 12 caf, 10 rumah billiard, dan 7 rumah game ketangkasan, (c) 172 rumah makan/ restoran, (d) 37
rumah kopi, (e) 77 salon, (f) 13 tempat penjualan souvenir, dan (g) 6 balai pertemuan.
2.3.2.5. Kelautan dan Perikanan
Perairan Kota Ambon yang sebagian besar adalah perairan pesisir dan laut memiliki sumberdayaperikanan yang potensial ditinjau dari besaran stok maupun peluang pemanfaatan dan pengembangannya.
Sektor perikanan mempunyai potensi yang strategis mengingat kondisi geografis Kota Ambon sebagai kota
di pulau kecil yang dikelilingi dengan teluk dan pesisir pantai. Aktivitas sektor ini memegang peranan
penting dalam perekonomian Kota Ambon. Sumbangan sektor perikanan pada PDRB Kota Ambon tahun
2009 (atas harga konstan tahun 2000) mencapai 88,15% dari konstribusi Sektor Pertanian dan merupakan
15,13% dari total PDRB Kota Ambon.
Potensi sumberdaya perikanan yang ada di Kota Ambon terdiri dari kelompok jenis ikan (fishes) dan
kelompok jenis non ikan (non fishes). Sumberdaya ikan terdiri dari ikan pelagis, ikan demersal dan ikankarang. Sumberdaya non ikan antara lain udang, rumput laut, kepiting bakau, porifera, teripang dan kerang-
kerangan (molusca). Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun
2006 - 2010, total potensi kelompok ikan adalah 79,460 ton/bulan atau 953.520 ton/tahun, dengan potensi
lestari adalah 39.730 ton/bulan atau 476.760 ton /tahun
-
5/26/2018 bab 2
31/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 31
Aktivitas perikanan di Kota Ambon didominasi oleh perikanan tangkap disamping perikanan budidaya yang
akhir-akhir ini mulai berkembang dengan sumberdaya ikan sebagai potensi perikanan unggulan.
Sumberdaya ikan ini meliputi ikan pelagis, ikan demersal dan ikan karang. Berdasarkan Laporan Tahunan
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2010, kelimpahan stock ikan pelagis di Kota Ambon
adalah 2.091,3 ton/bulan, dengan nilai potensi lestari mencapai 1.045,7 ton/bulan. Pemanfaatan ikan
pelagis ini tahun 2010 mencapai 361,50 ton/bulan. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan pelagis di
perairan Kota Ambon tahun 2010 adalah 684,2 ton/bulan dari potensi lestarinya. Gambaran kelimpahan
stock perikanan di Kota Ambon dapat dilihat pada Tabel II.37.
Tabel II.37. Kelimpahan Stock, Potensi Lestari (MSY) serta Pemanfaatannya Ikan Pelagis di Perairan
Kota Ambon Tahun 2006 2010
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011.
Kelimpahan stock ikan pelagis meliputi ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil. Kelimpahan stock ikan
pelagis besar (tuna dan cakalang) berada pada wilayah perairan Selatan Kota Ambon. Sementara itu
kelimpahan stock untuk ikan pelagis kecil tersebar di Teluk Ambon Dalam, Teluk Ambon Luar, Teluk
Baguala dan perairan Selatan Kota Ambon. Spesies ikan pelagis kecil yang telah dimanfaatkan adalah ikan
teri/puri(Stolephorusspp dan Encrasicholimespp), tembang/make(Sardinellaspp), selar/kawalinya(Selar
crumenophthalamusdan Selaroidesspp), layang/momar(Decapterusspp), tongkol/komu(Auxis thazaad),
kembung/lema (Rastreliger spp), peperek (Leioghnathus spp), lompa (Thryssa spp), dan ikan terbang
(Cypselurusspp).
Tabel II.37 menunjukkan kelimpahan stock ikan demersal di Kota Ambon adalah 240,2 ton/tahun, dengan
nilai potensi lestari mencapai 120,1 ton/bulan. Pemanfaatan ikan demersal mencapai 31,9 ton/bulan tahun
2006; 34,1 ton/bulan tahun 2007; 35,1 ton/bulan tahun 2008: 45,9 ton/bulan tahun 2009; dan 36,8
ton/bulan tahun 2010. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan demersal di perairan Kota Ambon
adalah 88,2 ton/bulan tahun 2006; 86 ton/bulan tahun 2007; 85 ton/bulan tahun 2008; 84,2 ton/bulan
tahun 2009; dan 83,3 ton/bulan tahun 2010. Potensi sumberdaya ikan demersal terbesar terdapat pada
perairan selatan Kota Ambon dengan kelimpahan stock mencapai 180,1 ton/bulan dan peluang
pemanfaatan adalah 79,5 ton/ bulan pada tahun 2010.
Spesies ikan demersal yang terdapat di perairan Teluk Ambon Dalam antara lain ikan kakap (Lutjanus spp),
biji nangka (Parupeneus spp), kapas-kapas (Gerres spp), kerapu (Epinephelus spp), dan lentjam (Lethrinus
spp). Untuk wilayah perairan Teluk Ambon Luar, spesies ikan demersal yang potensial dalam hal
Wilayah
Ekologis
Perairan
Kelim-
pahan
Stock
(Ton/bulan)
Potensi
Lestari
(Ton/
bulan)
Pemanfaatan (Ton/ Bulan) Peluang Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Teluk
Ambon
Dalam
58,5 29,3 14,7 14,9 15 15,2 15,5 14,6 14,4 14,3 14,1 13,8
Teluk Am-
bon Luar392,0 196,0 156,7 157,0 157,7 158,0 159,0 39,3 39 38,3 38,0 37,0
Teluk
Baguala24,2 12,1 179,3 5,0 5,1 5,3 5,7 7,3 7,1 7,0 6,8 6,4
Selatan
Kota
Ambon
1.616,6 808,3 355,5 179,5 180 180,6 181,3 629 628,8 628,3 627,7 627,0
Total Kota
Ambon 2.091,3 1.045,7 355,5 356,4 357,8 359,1 361,50 690 689,3 687,9 686,6 684,2
-
5/26/2018 bab 2
32/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 32
pemanfaatan dan sasaran pengembangannya adalah ikan kakap merah (Etelis spp., Lutjanus spp), Silapa
(Pristipomoides spp), Kerapu (Epinephelus spp, Cephalopholis spp), Napoleon (Cheilinus undulatus), dan
biji nangka (Parupeneus spp, Mulloidichthys spp). Spesies ikan demersal yang potensial untuk perairan
Teluk Baguala adalah ikan Silapa (Pristipomoides spp), Kakap merah (Lutjanus spp), dan Kerapu
(Epinephelus spp danCephalopholis spp).
Spesies ikan demersal yang memiliki potensi pengembangan sangat besar di wilayah perairan selatan
Kota Ambon relatif sama dengan perairan Teluk Ambon Luar dan Teluk Baguala.
Tabel II.38. Kelimpahan Stock, Potensi Lestari (MSY) serta Pemanfaatannya Ikan Demersal
di Perairan Kota Ambon Tahun 2006-2010
Wilayah
Perairan
Kelo -
pahan
Stok
(Ton/
Bulan)
Potensi
Lestari
(Ton/
bulan)
Pemanfaatan (Ton/ Bulan) Peluang Pemanfaatan (Ton/ Bulan)
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Teluk Ambon
Dalam0 0 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 - - - - 0
Teluk A -bon
Luar47,4 23,7 10,0 10,9 11,2 11,5 11,7 13,7 12,8 12,5 12,2 12,0
Teluk Baguala 12,7 6,4 3,2 3,9 4,3 4,5 4,8 3,2 2,5 2,1 1,9 1,6
Selatan Kota
Ambon180,1 90,0 8,9 9,5 9,8 10,1 10,5 81,1 80,5 89,2 79,9 79,5
Total Kota
Ambon240,2 120,1 31,9 34,1 35,1 45,9 36,8 88,2 86 85 84,2 83,3
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011.
Jenis ikan karang yang ada di perairan Kota Ambon meliputi ikan karang konsumsi dan ikan karang hias.
Berdasarkan Tabel II.38, potensi sumberdaya ikan karang konsumsi di Kota Ambon adalah 22,7 ton/ha,
dengan nilai potensi lestari mencapai 11,35 ton/ha. Pemanfaatan ikan karang konsumsi ini tahun 2010
mencapai 2,49 ton/ha. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan karang konsumsi di perairan Kota
Ambon tahun 2010 adalah 8,86 ton/ha. Potensi sumberdaya ikan karang konsumsi terbesar terdapat pada
perairan selatan Kota Ambon dengan potensi mencapai 9,7 ton/ha dan peluang pemanfaatan adalah 3,86
ton/ha. Potensi sumberdaya ikan karang hias di Kota Ambon adalah 77.128 individu/ha, dengan nilai
potensi lestari mencapai 38.564 individu/ha. Pemanfaatan ikan karang hias ini tahun 2010 mencapai 7.717
individu/ha. Dengan demikian peluang pemanfaatan ikan karang hias di perairan Kota Ambon tahun 2010
adalah 30.847 individu/ha. Potensi sumberdaya ikan karang hias terbesar terdapat pada Teluk Ambon Luar
dengan potensi mencapai 32.376 individu/ha dan peluang pemanfaatan adalah 12.948 individu/ha tahun
2010.
Tabel II.39. Potensi Sumberdaya Ikan Karang Kategori Konsumsi (Ton/Ha) dan Ikan Hias
(Individu/Ha) di Perairan Kota Ambon Tahun 2006-2010
Wilayah
Perairan
Kate-gori
Ikan
Jum-
lah
Spe-
sies
Po-
tensi
Po-tensi
Lestari
Pemanfaatan Peluang Pemanfaatan
2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010
Teluk
Ambon
Luar
Ikan Kon-
sumsi 65 8,0 4,0 0,3 0,5 0,7 0,8 0,9 3,7 3,5 3,3 3,2 3,1
Ikan Hias 90 32.37 16.188 3,224 3,230 3,235 3,238 3.240 12,964 12,958 12,953 12,950 12.948
Teluk
Baguala
Ikan Kon-
sumsi26 5,0 2,5 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 2,3 2,2 2,1 2,0 1,9
Ikan Hias 44 23.24 11.620 2,310 2.318 2,320 2,324 2.325 1,310 9,302 9,300 9,296 9.295
Selatan
Kota
Ambon
Ikan Kon-
sumsi60 9,7 4,85 0,79 0,90 0,95 0,97 0,99 4,06 3,95 3,9 3,88 3,86
Ikan Hias 84 21.52 10.756 2,129 2,137 2,150 2,151 2.152 8,627 8,619 8,606 8,605 8.604
-
5/26/2018 bab 2
33/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 33
Total
Kota
Ambon
Ikan Kon-
sumsi- 22,7 11,35 1,29 1,7 2,05 2,27 2,49 10,06 9,65 9,3 9,08 8,86
Ikan Hias - 77.13 38.564 7,663 7,685 7,705 7,713 7.717 30,901 30,879 30,859 30,851 30.847
Sumber : Laporan Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon Tahun 2011.
Sementara itu, produksi ikan di Kota Ambon dalam tahun 2006-2009 adalah sebesar 10.872,43 ton tahun
2006; 19.919,51 ton tahun 2007; 22.343,60 ton tahun 2008; dan 24.576,20 ton tahun 2009. Produksi ikan
pada tahun 2009 tersebar pada 5 kecamatan meliputi: Kecamatan Nusaniwe sebesar 8.928,60 ton,
Kecamatan Sirimau sebesar 5.924,30 ton, Kecamatan Teluk Ambon sebesar 4.633,90 ton, Kecamatan
Teluk Ambon Baguala sebesar 1.303,40 ton, dan Kecamatan Leitimur Selatan sebesar 3.786 ton.
2.3.2.6. Perdagangan
a. Kontribusi sektor perdagangan (perdagangan, hotel dan restoran) terhadap PDRBSektor perdagangan yang terdiri dari sub sektor perdagangan, sub sektor perhotelan dan sub sektor
restoran, memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap PDRB Kota Ambon disamping sektor jasa.
Kondisi ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan
restoran, tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Ambon yang telah menciptakan iklim usaha yang
kondusif serta kemudahan dalam berusaha kepada masyarakat.
Tabel. II.40. Kontrbusi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap PDRB Kota Ambon
SEKTOR SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010Perdagangan, Hotel dan Restoran Persen 24,03 24,16 24,31 24,46 24,49
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.3.2.7. Perindust rian
a. Kontribusi sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRBSektor Industri pengolahan memberikan kontribusi yang cukup terhadap PDRB Kota Ambon disamping
sektor jasa. Kondisi ini menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Ambon juga dipengaruhi oleh
pertumbuhan sektor Perindustrian,. Meningkatnya pertumbuhan sektor perindustrian selama lima tahun
terakhir ini,i tidak terlepas dari upaya Pemerintah Kota Ambon yang telah menciptakan iklim usaha yang
kondusif serta kemudahan dalam berusaha kepada masyarakat.
Tabel II.41. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kota Ambon
SEKTOR SATUANTAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
Industri Pengolahan Persen 2,03 2,09 2,14 2,18 2,13
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi,
kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu daya saing merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan
-
5/26/2018 bab 2
34/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 34
pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah
Pada fokus kemampuan daerah ini menguraikan pengeluaran riil perkapita, struktur ekonomi, pertumbuhan
ekonomi, serta analisis share terhadap pertumbuhan ekonomi.
a. Struktur EkonomiPerekonomian Kota Ambon dalam lima tahun terakhir Atas Dasar Harga Konstan didominasi oleh sektor
Jasa-Jasa, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta sektor
Pertanian sebagai salah satu sektor primer khususnya pada tahun 2006, sedangkan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006, adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,
diikuti oleh sektor Jasa-Jasa, serta sektor Pertanian.
Secara khusus, pada tahun 2010, kontributor terbesar terhadap PDRB Atas Dasar Harga Konstan
didominasi oleh sektor Jasa-Jasa yang menyumbang sebesar 26,25% diikuti oleh sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yang menyumbang sebesar 24,49%, sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang
menyumbang sebesar 20,21%, serta sektor Pertanian yang menyumbang sebesar 17,56%.
b. Pengeluaran RiilDari hasil perhitungan diperoleh gambaran rata-rata pengeluaran riil/pengeluaran perkapita disesuaikan
penduduk Kota Ambon tahun 2010 adalah sebesar Rp 402.654 pertahun. Angka ini lebih tinggi dibanding
keadaan tahun 2009 yang Rp 332.648 pertahun. Dibanding dengan pencapaian pengeluaran riil yang ideal
sebesar Rp 737.720, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan penduduk Kota Ambon untuk memenuhi
penghidupan yang layak masih jauh dari terget seharusnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan
manusia di Kota Ambon harus difokuskan terutama pada peningkatan pembangunan ekonomi baik dari segi
laju pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan hasil-hasilnya.
0
5
10
15
20
25
30
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
-
5/26/2018 bab 2
35/35
PERDA RPJMD KOTA AMBON TAHUN 2011-2016 II- 35
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)
Gambar.II.11. Peranan Sektor-sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kota Ambon Tahun 2010 (persen)
c. PDRB perkapitaPDRB perkapita atas dasar harga berlaku Kota Ambon pada tahun 2010 adalah sebesar Rp 9.885.810,46
atau naik sebesar 15,40% dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar Rp 8.566.509,34.
Tabel. II.42. PDRB Perkapita Kota Ambon Tahun 2006-2010 (Rupiah)
Tahun PDRB PerkapitaADH ADH
2006 7.938.940,13 5.403.770,042007 8.581.079,60 5.557.994,872008 8.832.435,33 5.299.269,102009 8.566.509,34 4.821.026,232010 9.885.810,46 5.177.951,96
Sumber : BPS Kota Ambon Tahun 2011 (data diolah)