bab 2

36
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teori 1. Penanaman Modal Asing Langsung a. Konsep dan Defenisi PMA Langsung Penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri (Krugman, 2005:214). Sedangkan menurut (Todaro, 2004:165) penanaman modal asing atau investasi asing ialah : penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana investasinya lansung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka pabrik-pabrik, 16

Upload: sesha-amiliano

Post on 02-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori

1. Penanaman Modal Asing Langsung

a. Konsep dan Defenisi PMA Langsung

Penanaman modal asing adalah arus modal internasional dimana perusahaan

dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain.

Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumber daya, tetapi juga terjadi

pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri (Krugman, 2005:214).

Sedangkan menurut (Todaro, 2004:165) penanaman modal asing atau

investasi asing ialah : penanaman modal oleh pihak swasta asing yang dana

investasinya lansung digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis atau

mengadakan alat-alat atau fasilitas produksi, seperti membeli lahan, membuka

pabrik-pabrik, mendatangkan mesin-mesin, membeli bahan baku dan

sejenisnya.

Penanaman modal asing merupakan salah satu sumber pembiayaan

pembangunan nasional di samping ekspor, tabungan domestik dan bantuan luar

negeri. Keuntungan adanya modal asing yaitu berupa diolahnya sumber daya

alam kita, meningkatkan lapangan pekerjaan, meningkatnya penerimaan Negara

dari sumber pajak, serta adanya alih teknologi (Kuncoro, 2000:215).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

penanaman modal asing langsung adalah suatu usaha menanamkan modal yang

16

17

dilakukan oleh pihak asing di dalam suatu negara yang bertujuan untuk

mendapatkan laba dengan cara menciptakan atau memproduksi barang atau jasa.

Menurut (Mankiw, 2004:12) investasi terdiri dari barang-barang yang

dibeli untuk panggunaan masa depan untuk menghasilkan barang dan jasa.

Investasi dapat dibagi menjadi tiga sub kelompok yaitu:

1) Inventory Investment, termasuk didalamnya semua perubahan dalam persediaan bahan baku (raw materials), perlengkapan, dan produk akhir yang dihasilkan oleh perusahaan.

2) Fixed Investment, termasuk didalamnya semua produk yang dibeli oleh perusahaan yang tidak ditujukan untuk dijual kembali.

3) Residential investment, pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah.

Tujuan penyelenggaraan penanaman modal antara lain untuk (Undang

Undang No. 25 Tahun 2007) :

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional

2) Menciptakan lapangan kerja

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

4) Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional

6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan

menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari

luar negeri

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

18

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 juga menjelaskan bahwa pemerintah

menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing

maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan,

lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional

lainnya. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan

berdasarkan criteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan sumber daya alam,

perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi,

pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi

modal dalam negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang ditunjuk

pemerintah.

Jenis usaha yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan PMA di atur

dalam perpes No. 76, 77, 111 tahun 2007. Adapun klasifikasi daftar bidang usaha

dalam rangka penanamam modal asing terbagi atas:

1) Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanam modal, seperti

Perjudian/kasino, peninggalan sejarah dan purbakala, museum

pemerintah, pemukiman/linkungan adat, monumen, objek ziarah,

pemanfaatan koral alam serta bidang-bidang usaha lain sebagaimana

tercantum dalam lampiran 1 perpes No. 111 tahun 2007.

2) Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan (sebagaimana

tercantum dalam lampiran II perpes No. 111 tahun 2007):

a) Dicadangkan untuk UMKMK

b) Kemitraan

c) Kepemilikan modal

19

d) Lokasi tertentu

e) Perizinan khusus

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penanaman modal asing

merupakan jenis penanaman modal oleh pihak asing yang masuk ke suatu negara,

dimana modal langsung digunkan untuk kegiatan bisnis atau mengadakan alat-alat

atau fasilitas produksi.

b. Teori Investasi

      Menurut (Samuelson dan Nordhaus, 2000:183) faktor yang mempengaruhi

investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain:

1). Pengaruh Nilai Tukar

 Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti).

Pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa

saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi

permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga didapatkan kenyataan nilai

tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang

perdagangan tersebut.

2). Pengaruh Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan

untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau

bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output /

barang final.

20

3). Pengaruh Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada investasi hal ini disebabkan

karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek

investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata

masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-

harga relatif.  Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang tinggi sering

dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu

ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.

Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara

tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.

4). Pengaruh Infrastruktur

Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi

menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber

energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat

berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan

kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat

diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan

infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin

besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.

Sejalan dengan pernyataan samuelson diatas menurut (Mankiw 2002:455-

457) menyatakan bahwa Perusahaan memaksimalkan laba dengan menyewakan

modal sampai produk marginal turun menjadi sama dengan harga sewa riil.

Untuk melihat variabel apa yang mempengaruhi harga sewa ekuilibrium,  untuk

21

melihat variabel yang mempengaruhi harga sewa ekuilibrium, berdasarkan fungsi

produksi Cobb-Douglas :

Y = AKaL1-a ……………………………………………………………(1)

Dimana Y output, K modal, L tenaga kerja, dan A parameter yang

mengukur tingkat teknologi, dan  a parameter antara 0 dan 1 yang mengukur

bagian modal dari output. Harga sewa riil dari modal disesuaikan untuk 

menyeimbangkan permintaan atas modal dan penawaran tetap. Produk modal

marjinal untuk fungsi produksi Cobb-Douglas adalah :

MPK = aA(L/K)1-a ……………………………………………….……(2)

Biaya modal bergantung pada tingkat bunga riil, harga modal dan tingkat

penyusutan. Biaya modal riil  (real cost of capital) biaya membeli dan

menyewakan unit modal yang diukur dalam unit output perekonomian :

Biaya modal riil = (PK / P )(r + δ) …………………………………….(3)

Di mana r adalah tingkat bunga riil dan PK / P sama dengan harga modal

relatif. Untuk menderivasi persamaan ini, kita asumsikan tingkat kenaikan harga

barang secara umum sama dengan tingkat inflasi.

Perubahan persediaan modal, disebut investasi neto (net investment)

bergantung pada perbedaan antara MPK dan biaya modal. Jika MPK  melebihi

biaya modal, perusahaan akan untung bila mereka menambah persediaan modal.

Jika MPK kurang dari biaya modal, perusahaan akan membiarkan persediaan

modal mengecil, sehingga fungsi investasi dapat dilihat pada persamaan berikut

Mankiw (2004:458):

I = f{MPK-(Pk/P)(r+ð)}+ðK ………………………………….(4)

22

Dimana:

I = investasi

MPK = Produk marjinal modal

Pk/p = Harga relative dari barang modal

r = Biaya modal atau suku bunga

ðK = penyusutan

Dari persamaan 4, investasi ditentukan oleh :

1). Tingkat Bunga dan Produk Maginal Modal (MPK)

Model diatas dapat menunjukkan investasi tergantung pada tingkat suku

bunga. Apabila tingkat suku bunga di suatu Negara tinggi, maka investasi akan

turun dan begitu pula sebaliknya ketika suku bunga turun investasi akan naik.

Penurunan tingkat bunga rill akan mengurangi biaya modal. Kerena hal ini dapat

meningkatkan jumlah laba dari modal dan meningkatkan untuk mengakumulasi

lebih banyak modal. Demikian pula, kenaikan tingkat bunga akan meningkatkan

biaya modal dan menyebabkan perusahaan menurunkan investasi. Karena itu,

kurva investasi yang mengaitkan investasi dengan tingkat bunga miring ke bawah

atau berslope negative. Secara grafik dapat digambarkan:

Tingkat Bunga rill, r

Investasi Gambar 1. Fungsi Investasi Miring kebawah

23

Jika produk marjinal mulai di atas biaya modal, persediaan modal akan

naik dan produk marjinal akan turun. Jika produk modal marjinal mulai di bawah

biaya modal, persediaan modal akan turun dan produk marjinal akan naik. 

Akhirnya, ketika persediaan modal menyesuaikan, MPK mendekati biaya modal.

Ketika persediaan modal mencapai tingkat kondisi mapan, kita dapat menulis :

MPK = (PK / P )(r + δ) ………………………………………………. (5)

Jadi, dalam jangka panjang, MPK sama dengan biaya modal riil. Kecepatan

penyesuaian menuju kondisi mapan bergantung berapa cepat perusahaan

menyesuaikan persediaan modal mereka, yang lalu bergantung pada seberapa

besar biaya untuk membangun, mengirimkan dan memasang modal baru.

2). Harga Relatif dari Barang Modal

Investasi bergantung pada harga relatif dari barang modal (pk/p) artinya

apabila harga pada suatu barang dan jasa di suatu negara tidak stabil dikarenakan

pendapatan suatu Negara meningkat, dan peningkatan itu berujung kepada daya

beli masyarakat maka permintaan akan suatu barang dan jasa juga akan meningkat

tentunya ini akan mempengaruhi harga yang akan mengalami kenaikan secara

menyeluruh, maka hal ini akan menyebabkan terjadinya inflasi artinya harga

relatif dan barang modal ini bisa mengalami tingkat inflasi.

2. Aplikasi Teori Investasi ke dalam Keputusan Investor Asing Berinvestasi

di Indonesia

a. Suku Bunga

Produk marjinal modal (MPK) adalah output tambahan yang diproduksi

dengan satu unit modal tambahan. Produk marjinal modal turun ketika jumlah

24

modal naik, semakin banyak modal yang dimiliki perusahaan, semakin kecil unit

modal tambahan atas output. Perusahaan memaksimalkan laba dengan

menyewakan modal sampai produk marginal turun menjadi sama dengan harga

sewa riil.

Penawaran Modal

harga sewa riil R/P

MPK

KGambar 2. Ekulibrium Pasar Sewa untuk Modal

Gambar di atas menunjukan bahwa harga sewa riil dari modal disesuikan

untuk menyeimbangkan permintaan atas modal (ditentukan oleh produk marjinal

modal) dan penawaran tetap. Kurva permintaan miring kebawah karena produk

marjinal modal rendah ketika tingkat modal tinggi. Jumlah modal dalam

perekonomian tetap, sehingga kurva penawaran vertical.

Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu investasi akan

dilaksanakan atau tidak, tergantung pada perbandingan antara besarnya

keuntungan yang diharapkan (yang dinyatakan dalam per-satuan waktu) di satu

pihak. Dalam teori Keynes, tingkat keuntungan yang diharapkan ini disebut

dengan istilah Marginal Efficiency of Capital (MEC). Jadi secara singkat, bila

keuntungan yang diharapkan adalah lebih besar dari tingkat bunga maka investasi

dilaksanakan dan sebaliknya. Bila MEC sama dengan tingkat bunga investasi

25

boleh dilaksanakan boleh tidak bagi mereka yang memiliki dana (Nopirin,

2000:134-135).

Dari uraian di atas diketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang

diinginkan oleh para investor ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat bunga yang

berlaku dan MEC atau fungsi investasi. Fungsi MEC atau fungsi investasi ini

menunjukkan hubungan antara tingkat bunga yang berlaku dengan tingkat

pengeluaran investasi yang diinginkan oleh para investor.

Marginal efisiensi capital (MEC) dapat didefenisikan sebagai tingkat

diskonto yang menyamakan present value dari penghasilan dengan harga barang

modal. Menurut pendekatan ini, suatu proyek investasi akan dilakasanakan

apabila MEC lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku dipasar. Dari MEC

dapat diperoleh efisiensi marjinal investasi (MEI) yang memperlihatkan hubungan

antara investasi dengan tingkat bunga pasar. Berdasarkan konsep MEI ini, dengan

stok kapital tertentu, investasi bersih (net investment) berhubungan negatif dengan

tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga semakin rendah investasi dan

sebaliknya.

Pandangan klasik menetapakan penerapan tingkat suku bunga sebagai

pertimbangan untuk mengadakan investasi. Kalau tingkat suku bunga lebih besar

dari hasil pendapatan investasi (tingkat pengembalian modal), maka investasi

tidak menguntungkan untuk dilakukan, Keynes mengatakan, masalah investasi

baik ditinjau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan

investasi itu sendiri, didasarkan pada konsep marginal efficiency of capital

(MEC). Investasi akan dilakukan oleh investor bila MEC yang diharapkan masih

26

lebih besar atau tinggi dari tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan

Keynes untuk terlaksananya investasi adalah faktor efisiensi marjinal (MEC) dari

investasi itu sendiri. Efisiensi marjinal dari modal atau investasi sangat tergantung

pada perkiraan-perkiraan dan pertimbangan investor terhadap perkembangan

situasi perkonomian pada masa yang akan datang.

Hubungan antara MEC, investasi dan tingkat bunga dapat dilihat dari MEC yang

menurun, dimana garis ini memperlihatkan jumlah investasi yang terlaksana pada

tingkat bunga yang berlaku, secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3: Hubungan Tingkat Bunga dengan Investasi

Berdasarkan Gambar 3 di atas menggambarkan pada tingkat bunga i1 tingkat

investasi yang terjadi I1 begitu juga posisi MEC1. pada tingkat bunga i2 posisi

investasi adalah I2. sedangkan MEC akan menurun pada posisi MEC2.

Interes

i1

Investasi

MEC2

MEC1

i2

I1 I2

MEC

27

Penurunan garis MEC disebabkan oleh:

1. Semakin banyaknya jumlah investasi yang terlakasana, makin rendahlah

marginal efficiency of capital perusahaan investasi pada sektor-sektor ekonomi

akan menyebabkan penurunan MEC sektor-sektor ekonomi tersebut.

2. Semakin banyak investasi yang terlaksana, maka biaya dari barang modal akan

menjadi lebih tinggi dibebankan pada produksi. Sehingga pengusaha akan

berusaha merebut pasar dengan menurunkan harga, ini menyebabkan terjadinya

penurunan MEC setiap sektor ekonomi

Investasi merupakan fungsi dari suku bunga. Semakin tinggi tingkat bunga

maka keinginan investor untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya,

seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan

yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar

untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana

(cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih

terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin

kecil.

Suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberikan

keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Para investor hanya akan

menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang

ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto

(belum dikurangi dengan suku bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari

suku bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan

28

modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang

tersebut (deposito), dan menggunakannya untuk investasi.

b. Kurs atau Nilai Tukar

Menurut (Case dan Fair, 2004:398), Tingkat kurs atau nilai tukar adalah

harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan mata uang negara lain.

Pasar valuta asing (foreign exchange market) adalah sebuah pasar atau tempat

pertemuan dimana individu, perusahaan, dan kalangan perbankan mengadakan

jual beli mata uang dari berbagai negara atau valuta-valuta asing.

Nilai tukar rupiah adalah perbandingan nilai tukar mata uang Indonesia

(Rp) terhadap mata uang Amerika (US$). Maksudnya adalah harga yang

dibayarkan dalam rupiah untuk menukarkan dalam US dolar. Semakin banyak

nilai dalam rupiah yang dikeluarkan untuk ditukarkan dengan satu US dolar, maka

berarti nilai kurs rupiah melemah. Begitu sebaliknya apabila sedikit nilai rupiah

yang dikeluarkan untuk satu US dolar maka berarti nilai kurs rupiah menguat.

Berdasarkan teori investasi pada persamaan empat (4) harga relatif

memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi dimana nilai tukar yang

merupakan harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2004:123). Sebagai

contoh: dimana harga satu buah sepatu di amerika adalah US$10, dan pada saat

itu kurs antara dollar Amerika Serikat dan Rupiah Indonesia adalah Rp 1.000 per

dollar, maka harga satu buah sepatu jika dihitung dengan rupiah adalah Rp.

10.000. dan jika pada bulan berikutnya nilai tukar Rp terhadap mata uang

Amerika (US$) adalah Rp.1.500/US$ maka harga satu buah sepatu dalam rupiah

adalah sebesar Rp. 15.000.

29

Jadi dapat disimpulkan bahwa kestabilan nilai kurs rupiah sangat

berpengaruh dalam mendorong kegiatan penanaman modal khususnya modal

asing. Apabila nilai tukar rupiah meningkat maka akan meningkatkan investasi

asing karena meningkatnya nilai mata uang suatu negara akan menyebabkan

tingkat pengembalian modal akan meningkat pula. Begitu pula sebaliknya apabila

nilai tukar mata uang suatu negara melemah maka investasi asing akan berkurang.

c. Inflasi

Menurut Cash dan Fair (2004:6) inflasi adalah kenaikan harga secara

keseluruhan. Keseluruhan tingkat harga dalam suatu perekonomian bergerak

untuk menyeimbangkan jumlah uang beredar dan permintaan uang.

Inflasi berkaitan erat dengan penanaman modal asing dimana tingkat inflasi

yang tinggi akan mengurangi minat investor untuk menanamkan modalnya karena

tingkat inflasi yang tinggi mempengaruhi tingkat produksi dalam negeri,

melemahkan produksi barang. Tingkat inflasi yang tinggi menurunkan produksi

karena harga menjadi tinggi dan permintaan akan barang menurun sehingga

produksi menurun dan pada ahirnya akan mengurangi keuntungan para investor.

Akan tetapi inflasi juga berhungan dengan tingkat bunga. Dimana hubungan

antara tingkat bunga dan inflasi dapat diketahui melalui pengertian tingkat bunga

nominal dan riil. Jika A memiliki uang sebesar Rp.100 dan tingkat bunga yang

berlaku adalah sebesar 8%, sedangkan tingkat inflasi sebesar 10%, maka berarti

tahun depan A akan mengalami penurunan daya beli sebesar 2%. Hubungan

seperti ini dikenal sebagai Fisher Effect (one in one relation) yang menunjukkan

1% perubahan inflasi akan menyebabkan 1% perubahan tingkat bunga.

30

Jika tidak ada inflasi, tingkat bunga nominal akan sama dengan tingkat bunga

riil. Akan tetapi dengan adanya inflasi tingkat bunga riil akan lebih kecil daripada

tingkat bunga nominal. Pemberi pinjaman dan peminjam lebih memperhatikan

tingkat bunga riil dibandingkan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga riil

diketahui hanya setelah kenyataan yang terjadi, yaitu hanya setelah inflasi betul-

betul terjadi. Tingkat bunga nominal selalu positif, tetapi tingkat bunga riil bisa

saja menjadi negatif. Dukungan serupa untuk efek Fisher datang dari hasil

penelitian variasi diberbagai negara pada satu waktu. Tingkat inflasi suatu negara

dan tingkat bunga nominalnya saling berkaitan. Negara-negara dengan inflasi

yang tinggi cenderung memiliki tingkat bunga nominal yang tinggi, dan negara-

negara dengan inflasi yang rendah cenderung memiliki tingkat bunga nominal

yang rendah pula (Mankiw, 2004: 87).

Tingkat inflasi yang tinggi menunjukkan ketidakstabilan ekonomi internal,

hal ini menyiratkan bahwa pemerintah negara tidak mampu untuk

menyeimbangkan perekonomian dan kegagalan dari Bank Sentral dalam

melakukan kebijakan moneter yang tepat. Dengan inflasi yang tinggi, perusahaan

menghadapi ketidakpastian dalam hal harga produk dan input. Oleh karena itu,

dalam keadaan tersebut perusahaan multinasional akan menghindari atau

mengurangi investasi di negara-negara yang memiliki inflasi yang tinggi. Ketika

inflasi di suatu negara meningkat, maka akan membuat harga barang dan jasa

menjadi lebih mahal, sehingga biaya input (bahan baku dan upah tenaga kerja)

dari produksi menjadi meningkat. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan pelaku

usaha harus meningkatkan harga output sehingga daya saing menjadi lebih

31

rendah. Selain itu, inflasi juga dapat mengakibatkan daya beli dari masyarakat

menjadi rendah, permintaan terhadap barang dan jasa akan menurun, akibatnya

kegiatan perdagangan lesu dan investor sulit untuk mendapatkan keuntungan. Hal

ini dapat mengurangi daya tarik dari investor untuk menanamkan modalnya di

negara tersebut.

Bagi para investor, inflasi merupakan suatu resiko yang setiap saat

menggerogoti kinerja investasinya yang akhirnya akan menggulung seluruh

investasinya, terutama investasi yang dibiayai oleh hutang luar negeri. Jadi dapat

disimpulkan terdapat pengaruh yang negative antara tingkat inflasi dengan

investasi. Apabila tingkat inflasi meningkat maka investasi akan turun dan

sebaliknya.

d. Pendapatan Nasional

Indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan

total setiap orang dalam perekonomian. Perubahan pembangunan ekonomi dilihat

dari kenaikan PDB riil (Mankiw, 2004:43).

Produk Domestik Bruto (PDB) memang tidak berkaitan lansung dengan

penanaman modal asing karena PDB merupakan jumlah produk berupa barang

dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu

negara (domestik) selama satu tahun. Akan tetapi PDB mencerminkan kondisi

perekonomian suatu Negara, dimana jika jumlah PDB tahun sekarang lebih tinggi

dari tahun lalu maka perekonomian suatu Negara melangami pertumbuhan dan

dengan kondisi demikian akan menarik minat para investor untuk berinvestasi di

32

Negara tersebut, karena PDB yang tinggi menunjukkan permintaan akan barang

dan jasa tinggi. Jika permintaan barang dan jasa tinggi maka nantinya akan

meningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi investor.

Jadi dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PDB sangat berpengaruh

signifikan terhadap investasi. Apabila PDB meningkat maka secara otomatis akan

terjadi peningkatan pada investai dan begitu sebaliknya, apabila terjadi penurunan

terhadap PDB maka investasi akan mengalami penurunan pula.

33

3. Temuan Penelitian Sejenis

Hasil penelitian sejenis ini merupakan bagian yang menguraikan tentang beberapa pendapat/hasil penelitian terdahulu yang

berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dibawah ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang dilakukan dilapangan yang

menghasilkan beberapa kesimpulan terkait adalah:

No Nama Judul Variabel Bebas Variabel Terikat Data Teknik Analisis Hasil1 Sarwedi Investasi asing

langsung di Indonesia dan factor yang mempengaruhinya

GDP, Pertumbuhan ekonomi, upah pekerja, stabilitas politik dan nilai total ekspor

Investasi asing langsung di Indonesia

1978-2001

OLS dengan mengaplikasikan model ECM dan Uji Kausalitas Granger

(GDP,Growth, Wage, dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik (SP) mempunyai hubungan negatif.

2 Yati Kurniati,Andry Prasmuko, danYanfitri

Determinan FDI (1)faktor determinan masuknya aliran modal FDI di Asia (2) faktor determinanmasuknya aliran FDI di Indonesia (3) menguji

FDI asia, Indonesia, dampak investasi yang masuk ke China tehadapFDI yang masuk ke Indonesia

1990-2006

model Dunningdan model gravitasi dengan estimasi dilakukan secara panel dan OLS

Perbedaan tingkat suku bunga tidak signifikan di dalam mempengaruhi investasi yang masuk ke dalam suatu Negara, Perbedaan upah antara Indonesia dan China ini menunjukkan hubungan yang tidak signifikan,

34

dampak investasi yang masuk ke China tehadapFDI yang masuk ke Indonesia,

pengaruh positif dari setiap peningkatan FDI ke China terhadap masuknya investasi ke Indonesia

 3 Febi Ani  Faktor yang mempengaruhi investasi amerika serikat ke Indonesia

 Suku Bunga, Kurs dan Inflasi

Investasi Amerika Serikat

 1988-2010

 Regresi Linear Berganda

Inflasi di Indonesia berpengaruh signifikan dan positif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia sedangkan Kurs dan suku bunga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap investasi Amerika Serikat di Indonesia

Beda penelitian yang diteliti ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian ini meneliti tentang suku bunga ( suku bunga yang

di gunakan adalah suku bunga riil amerika serikat), inflasi di indonesia, pendapatan nasional dan PMA langsung di Indonesia.

35

B.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual ini dimaksudkan sebagai konsep untuk menjelaskan,

mengungkapkan dan menentukan persepsi keterkaitan antara variabel yang diteliti

berdasarkan teori yang telah dikemungkakan dan rumusan masalah. Keterpautan

maupun hubungan antara variabel yang diteliti diuraikan dengan berdasarkan pada

kajian teori.

Dalam melakukan penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang

mempengaruhi penanaman modal asing langsung di Indonesia”, dipakai beberapa

variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variable terikat. Dimana variabel

terikat adalah penanaman modal asing langsung (Yt) yang dipengaruhi oleh

variabel bebas yaitu perbedaan suku bunga (Xt1), inflasi di Indonesia (Xt2), Kurs

Rp/US$ (Xt3) dan pendapatan nasional (Xt4).

Terdapatnya pengaruh yang negatif antara tingkat suku bunga (Xt1) dengan

penanaman modal asing langsung (Yt). Hal ini disebabkan karena seorang

investor akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang

diharapkan dari investasi lebih dari tingkat suku bunga yang harus dibayar untuk

dana investasi tersebut yang merupakan ongkos dalam penggunaan dana. Makin

rendah tingkat suku bunga, maka investor akan lebih cendrung untuk melakukan

investasi, sebab keuntungan yang akan diperoleh lebih tinggi. Makin tinggi

tingkat suku bunga, keinginan seorang investor untuk melakukan investasi akan

semakin kecil.

Inflasi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam investasi, baik

investasi dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk surat-surat beharga seperti

36

saham dan obligasi. Dalam keadaan inflasi, harga barang-barang naik relatif cepat

dan cukup tinggi. Sehingga akan mempengaruhi keuntungan yang akan di peroleh

oleh investor, karena kemampuan daya beli masyarakat akan turun. Jadi dapat di

simpulkan bahwa Inflasi di Indonesia (Xt2) berhubungan negatif dengan

penanaman modal asing langsung. Apabila inflasi tinggi maka minat para investor

untuk menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin menurun, dan

sebaliknya apabila inflasi semakin rendah maka minat para investor untuk

menanamkan modalnya di Indonesia akan semakin meningkat.

Kurs (Xt3) memiliki pengaruh yang positif terhadap PMA (Yt), apabila kurs

(Xt3) menguat (terapresiasi) terhadap dolar amerika, maka akan mendorong

peningkatan pada nilai investasi, dan sebaliknya jika nilai mata uang Indonesia

melemah (terdepresiasi) terhadap dalar Amerika maka akan menyebabkan nilai

investasi ke Indonesia turun.

Pendapatan nasional (Xt4) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA

(Yt), apabila pendaptan nasional (Xt4) meningkat, maka investasi juga akan

meningkat dan sebaliknya. Pendapatan nasional (Xt4) yang tinggi menunjukkan

bahwa pendapatan masyarakat tinggi dan selanjutnya pendapatan masyarakat

yang tinggi itu akan memperbesar permintaan atas barang-barang dan jasa. Maka

keuntungan yang dicapai oleh sektor usaha dapat mencapai targetnya, dengan

demikian pada akhirnya akan mendorong masuknya PMA (Yt) baru.

Untuk lebih jelasnya akan penelitian ini, maka uraian di atas dapat

diperlihatkan pada gambar berikut:

37

Gambar 4: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PMA lansung Di Indonesia.

C.Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang diuraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara Suku Bunga dengan PMA

lansung di Indonesia.

Ho : ß1= 0

Ha : ß1≠ 0

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara Inflasi dengan PMA lansung di

Indonesia.

Ho : ß2= 0

Suku Bunga rill U.S(Xt1)

Inflasi di indonesia (Xt2)

Kurs Rp/US$(Xt3)

PMA lansung(Yt)

Pendapatan Nasional (Xt4)

38

Ha : ß2≠ 0

3. Adanya pengaruh yang signifikan antara Kurs dengan PMA lansung di

Indonesia.

Ho : ß3= 0

Ha : ß3≠ 0

4. Adanya pengaruh yang signifikan antara Pendapatan Nasional dengan

PMA lansung di Indonesia.

Ho : ß3= 0

Ha : ß3≠ 0

5. Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan antara suku

bunga, inflasi, kurs, dan Pendapatan nasional terhadap PMA lansung di

Indonesia.

Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0

Ha : salah satu β ≠ 0