bab 4 pea

6
Bab 4. Pulseless Electrical Activity (PEA) dan asistol Tujuan (slide 2) Tujuan dari bab ini adalah : Untuk menjabarkan algoritme untuk PEA dan asistol Mengidentifikasi penyebab PEA Pendahuluan (slide 3) PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi, dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. Bentuk irama PEA dapat berkisar antara irama sinus, berbagai bentuk takikardi atau bradikardi, hingga irama idioventrikuler pada pasien tanpa nadi. didapatkan aktifitas elektrik di jantung namun tidak berhasil membuat kontraksi jantung atau curah jantung. Hal tesebut menjelaskan mengapa pasien tersebut dalam kondisi tanpa nadi. Jika PEA tidak dimanajemen akan mengakibatkan asistol. Kunci manajemen PEA adalah mengkoreksi penyebab reversibel yang harus anda ketahui. Tanpa adanya penyebab reversibel, PEA seperti halnya asistol memiliki prognosis buruk. Algoritme asistol/PEA (slide 4) Gambar 4.1 pada halaman berikut menunjukkan algoritme pasien asistol/PEA. Dari atas dijelaskan, algoritme dimulai dengan bantuan hidup dasar dengan menilai respon, mengaktifasi team kode, meminta defibrilator, membuka jalan nafas, menilai nadi dan melakukan kompresi dada. Untuk menghindari keterlambatan mulai kompresi dada, 2 kali nafas bantuan awal dihilangkan dari algoritma. Pada saat defibrilator telah tersedia, tempelkan lead dan nilai irama segera. Jika monitor menunjukkan asistol, lakukan konfirmasi dengan mengganti monitor irama ke lead lainnya dan

Upload: novi-kurnasari

Post on 09-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fgfg

TRANSCRIPT

Page 1: bab 4 PEA

Bab 4. Pulseless Electrical Activity (PEA) dan asistol

Tujuan (slide 2)

Tujuan dari bab ini adalah :

Untuk menjabarkan algoritme untuk PEA dan asistol Mengidentifikasi penyebab PEA

Pendahuluan (slide 3)

PEA merupakan irama jantung yang bukan ventrikel fibrilasi (VF), bukan ventrikel takikardi, dan bukan asistol pada pasien tanpa nadi. Bentuk irama PEA dapat berkisar antara irama sinus, berbagai bentuk takikardi atau bradikardi, hingga irama idioventrikuler pada pasien tanpa nadi. didapatkan aktifitas elektrik di jantung namun tidak berhasil membuat kontraksi jantung atau curah jantung. Hal tesebut menjelaskan mengapa pasien tersebut dalam kondisi tanpa nadi. Jika PEA tidak dimanajemen akan mengakibatkan asistol.

Kunci manajemen PEA adalah mengkoreksi penyebab reversibel yang harus anda ketahui. Tanpa adanya penyebab reversibel, PEA seperti halnya asistol memiliki prognosis buruk.

Algoritme asistol/PEA (slide 4)

Gambar 4.1 pada halaman berikut menunjukkan algoritme pasien asistol/PEA. Dari atas dijelaskan, algoritme dimulai dengan bantuan hidup dasar dengan menilai respon, mengaktifasi team kode, meminta defibrilator, membuka jalan nafas, menilai nadi dan melakukan kompresi dada. Untuk menghindari keterlambatan mulai kompresi dada, 2 kali nafas bantuan awal dihilangkan dari algoritma.

Pada saat defibrilator telah tersedia, tempelkan lead dan nilai irama segera. Jika monitor menunjukkan asistol, lakukan konfirmasi dengan mengganti monitor irama ke lead lainnya dan hindari sentuhan ke tubuh pasien untuk mencegah terjadinya artifak akibat gerakan. Jika monitor menunjukkan irama yang bukan VT atau VF, dan nadi pasien masih tidak teraba, maka irama yang menyebabkan pasien kolaps adalah PEA. Lanjutkan kompresi dada selama 1 – 2 menit.

Akses intravena harus terpasang dan berikan infus NS. Adrenalin 1 mg IV harus diberikan setelah kompresi dada untuk memastikan obat dapat bersirkulasi. Adrenalin diulang tiap 3 – 5 menit. atropine dan natrium bikarbonat IV tidak lagi direkomendasikan untuk asistol atau PEA.

Amankan jalan nafas dan respirasi pasien dengan intubasi jika diperlukan, dan berikan dukungan ventilasi tekanan positif. Percobaan intubasi seharusnya tidak mengganggu kompresi dada.

Page 2: bab 4 PEA

Pemimpin team mencari penyebab reversibel PEA (5H dan 5T). 5 H adalah hipovolemia, hipoksia, asidosis, hiper dan hipokalemia, dan hipotermia. 5T adalah : tablets, tamponade, tension pneumothorax, sindrome koroner akut, dan emboli pulmonal.

Setelah CPR selama 1 – 2 menit, nilai kembali irama. Jika masih asistol atau PEA, ulangi tindakan di atas. Jika terdapat perubahan pada irama, cek nadi dan segera berikan respon. Catatan bahwa defibrilasi TIDAK diindikasikan pada manajemen PEA atau asistol.

Keputusan penghentian resusitasi tergantung pada protokol rumah sakit lokal.

Gambar 4.1 algoritme asistol/PEA (slide 4)

Algoritma ACLS untuk Asistol/PEA

Survei ABCD PrimerCek responMinta defibrilatorA : Airway : buka jalan nafas

Henti jantung pada dewasa

Page 3: bab 4 PEA

Terapi obatSaat IV/IO/akses vena sentral terpasang,Adrenalin 1 mg bolus setiap 3 – 5 menit

Pertimbangkan intubasi

Manajemen Penyebab Reversibel5H dan 5T

Terapi spesifik (slide 5)

Kunci terapi spesifik pada kasus ini adalah riwayat penyakit, anamnesis kejadian yang mengarah ke henti jantung, pemeriksaan fisik, EKG dan kadang hasil laboratorium.

Survei ABCD PrimerCek responMinta defibrilatorA : Airway : buka jalan nafas

Page 4: bab 4 PEA

Sebagai contoh, apakah pasien yang pucat mengalami perdarahan dari saluran cerna atau akibat robekan pada aorta atau luka intra abdominal yang mengakibatkan hipovolemia dan henti jantung? Resusitasi cairan diperlukan pada keadaan tersebut. Apakah pasien tersebut mengalami distres respiratorik berat dan hipoksia yang memerlukan ventilasi penyelamatan atau intubasi? Apakah pasien KAD atau gagal ginjal asidotik memerlukan natrium bikarbonat? Jika didapatkan hipokalemia atau hiperkalemia, lakukan koreksi agresif. Hipotermia kadang terlihat pada pasien tenggelam. Resusitasi dan penghangatan kembali harus dilanjutkan hingga suhu basal tubuh lebih dari 35 derajat celsius sebelum resusitasi dihentikan.

Di Singapura, overdosis obat tersering yang mengakibatkan PEA adalah antidepresan trisiklik dan zat golongan organofosfat. Selain CPR, berikan antidot yang sesuai jika tersedia.

Tamponade jantung dapat dijumpai pada pasien dengan luka tusuk pada dada kiri dan juga pasien dengan efusi perikardial yang maligna. Perikardiosentesis dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Tension pneumothorax adalah dapat dijumpai pada pasien trauma dan nontrauma. Pada pasien trauma, cedera dada luar, fraktur costa, dan flail chest adalah kelainan penyerta pada tension pneumothorax. Pada pasien non trauma, skenario klasiknya adalah desaturasi, hipotensi, dan kesulitan bagging pada pasien PPOK atau asma yang terintubasi. Ingat : setelah intubasi pasien, adanya desaturasi yang tidak dapat dijelaskan dan hipotensi, harus dicari kemungkinan terjadi pneumothorax. Needle thoracotomy pada sela iga kedua dapat membantu meringankan tension pneumothorax. Jika kecurigaan klinik tension pneumothorax sangat kuat dan needle decompression tidak dapat memberikan perbaikan, pasang chest tube segera karena mungkin jarum tersebut tidak dapat mencapai pneumothorax.

Jika PEA disebabkan oleh emboli pulmonal akut, selain CPR peran trombolitik masih tidak jelas dan penelitian lebih lanjut mungkin dapat mengubah manajemen terapi. Jika sirkulasi spontan kembali setelah PEA yang diakibatkan sindrom koroner akut, terapi revaskularisasi harus segera dikerjakan dengan modalitas PCI (percutaneous coronary intervention)

Hal yang harus diingat (slide 6)

Pada panduan ILCOR 2010, obat – obatan berikut ini tidak lagi direkomendasikan sebagai terapi PEA/Asistol

Atropin Natrium bikarbonat (untuk resusitasi yang panjang)

Ringkasan (slide 7)

Page 5: bab 4 PEA

Sebagai ringkasan, kunci manajemen PEA dan asistol adalah mencari dan mengkoreksi penyebab reversibel. Kompresi dada yang berkualitas sangat penting, keterlambatan dan interupsi pada kompresi dada oleh karena intervensi lainnya harus diminimalkan.