bab 5

4
Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Grogol 2 dan Grogol 3 pada periode 19 Juni hingga 23 Juni 2014 Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil uji Mann Whitney pada responden. Hasil uji Mann Whitney mendapat hasil mean rank pada laki-laki adalah 66,89 dan pada perempuan adalah 53,67 dan nilai p yang didapatkan adalah 0,037, sehingga hipotesis nol ditolak. Kesimpulan yang kita dapatkan adalah terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan kadar asam urat. Hasil penelitian ini ditemukan juga sama dengan penelitian Hairong dkk mengenai prevalensi hiperurisemia pada populasi di Quingdao, China dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan nilai p pada penelitian tersebut adalah kurang dari 0,001. Prevalensi hiperurisemia pada laki-laki juga lebih tinggi yaitu sebanyak 32,1% berbanding pada wanita sebanyak 21,8%. Pada laki-laki, kadar asam urat dalam darah pada saat pubertas sudah dapat mencapai 5,2mg/dl dan akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan, karena pada laki-laki tidak terdapat hormon estrogen yang bersifat uricosuric agent yaitu suatu bahan kimia yang berfungsi membantu ekskresi asam urat melalui ginjal. Mekanisme uricosuric agent dalam meningkatkan ekskresi asam urat adalah dengan menghambat urate traporter-1 yang mempunyai fungsi mengreabsorbsi asam urat ke dalam sirkulasi darah melalui sel tubular proximal pada ginjal. Dengan berkurangnya reabsorbsi asam urat pada tubular proximal, secara langsung meningkatkan lagi ekskresi asam urat melalui urin. Maka dengan itu, peningkatan kadar asam urat pada wanita lebih sering terjadi pada wanita post menopause, karena kadar estrogen yang telah berkurang pada kelompok itu, sehingga menyebabkan penurunan ekskresi asam urat melalui urin. Pada penelitian Hairong dkk juga mendapatkan prevalensi hiperurisemia pada wanita paling tinggi pada usia 55 hingga 64 tahun dengan confidence interval (26.3-35.9).

Upload: joshua-pattinson-legi

Post on 23-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bab 5

TRANSCRIPT

Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kadar Asam Urat pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Grogol 2 dan Grogol 3 pada periode 19 Juni hingga 23 Juni 2014Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil uji Mann Whitney pada responden. Hasil uji Mann Whitney mendapat hasil mean rank pada laki-laki adalah 66,89 dan pada perempuan adalah 53,67 dan nilai p yang didapatkan adalah 0,037, sehingga hipotesis nol ditolak. Kesimpulan yang kita dapatkan adalah terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan kadar asam urat. Hasil penelitian ini ditemukan juga sama dengan penelitian Hairong dkk mengenai prevalensi hiperurisemia pada populasi di Quingdao, China dimana ditemukan perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan nilai p pada penelitian tersebut adalah kurang dari 0,001. Prevalensi hiperurisemia pada laki-laki juga lebih tinggi yaitu sebanyak 32,1% berbanding pada wanita sebanyak 21,8%. Pada laki-laki, kadar asam urat dalam darah pada saat pubertas sudah dapat mencapai 5,2mg/dl dan akan terus meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan, karena pada laki-laki tidak terdapat hormon estrogen yang bersifat uricosuric agent yaitu suatu bahan kimia yang berfungsi membantu ekskresi asam urat melalui ginjal. Mekanisme uricosuric agent dalam meningkatkan ekskresi asam urat adalah dengan menghambat urate traporter-1 yang mempunyai fungsi mengreabsorbsi asam urat ke dalam sirkulasi darah melalui sel tubular proximal pada ginjal. Dengan berkurangnya reabsorbsi asam urat pada tubular proximal, secara langsung meningkatkan lagi ekskresi asam urat melalui urin. Maka dengan itu, peningkatan kadar asam urat pada wanita lebih sering terjadi pada wanita post menopause, karena kadar estrogen yang telah berkurang pada kelompok itu, sehingga menyebabkan penurunan ekskresi asam urat melalui urin. Pada penelitian Hairong dkk juga mendapatkan prevalensi hiperurisemia pada wanita paling tinggi pada usia 55 hingga 64 tahun dengan confidence interval (26.3-35.9).DafpusHairong N, Qing Q, Yanhu D, Weiguo G, Bin T, Rongli Q, Jaakko T, The Prevalence of Hyperuricemia in a Population of the Coastal City of Qingdao, China, The Journal of Rheumatology 2006; 33: 7

Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Penyakit Asam Urat dengan Kadar Asam Urat pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Grogol 2 dan Grogol 3 pada periode 19 Juni hingga 23 Juni 2014Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil Mann Whitney pada responden. Hasil uji Mann Whitney mendapatkan hasil mean rank pada kelompok yang mempunyai riwayat keluarga dengan asam urat adalah 60,7 dan pada kelompok tanpa riwayat keluarga dengan asam urat adalah 59,14 dan pada nilai p yang didapatkan adalah 0,835, sehingga hipotesis nol diterima. Kesimpulan yang kita dapatkan adalah tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna antara riwayat keluarga dengan penyakit asam urat dengan kadar asam urat.

Hubungan antara Intensitas Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Grogol 2 dan Grogol 3 pada periode 19 Juni hingga 23 Juni 2014Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil Kruskal Wallis pada responden. Hasil uji Kruskal Wallis mendapatkan hasil mean rank pada kelompok dengan aktivitas berat 68,99, pada aktivitas sedang 56,07, dan pada aktivitas ringan 50 dan pada nilai p yang didapatkan adalah 0,051 sehingga hipotesis nol diterima. Walaubagaimanapun, terdapat teori dan penelitian yang mengatakan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat, disertai dengan nilai p yang hampir bermakna secara signifikan sehingga hipotesis nol dapat ditolak. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan rata-rata yang bermakna antara aktivitas fisik yang berat, sedang dan ringan dengan kadar asam urat.

Hubungan antara Konsumsi Purin per Hari dengan Kadar Asam Urat pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Grogol 1, Grogol 2 dan Grogol 3 pada periode 19 Juni hingga 23 Juni 2014Pada tabel 4.5 menunjukkan hasil Kruskal Wallis pada responden. Hasil uji Kruskal Wallis mendapatkan hasil mean rank pada kelompok yang mengkonsumsi purin yang tinggi adalah 59,73 , konsumsi purin normal 65,85 dan pada konsumsi purin rendah adalah 50,21 dan nilai p yang didapatkan adalah 0.116, sehingga hipotesis nol diterima. Kesimpulan yang kita dapatkan adalah tidak ada perbedaan rata-rata yang bermakna antara konsumsi purin yang tinggi, normal dan rendah dengan kadar asam urat. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian dengan desain kasus kontrol terhadap populasi pesakit di RSUP Dr.Kariadi Semarang, dimana didapatkan suatu hubungan signifikan yang antara asupan purin dengan kelompok kasus penderita hiperurisemia dengan nilai p=0,000 dan odd ratio ialah 3,267 dengan CI 95% (1,379 11,379) yang bermaksud pada individu yang mengkonsumsi purin dalam kadar yang tinggi beresiko 3 kali lebih tinggi berbanding dengan individu yang mengkonsumsi purin dalam normal dan rendah. Perbedaan dari hasil penelitian ini dapat terjadi, karena terjadi bias recall pada responden untuk mengingati makanan yang dikonsumsi berbanding dengan penelitian dengan desain kasus kontrol, yang diamati terus pola makan pada kelompok kontrol atau normourisemia dengan kelompok kasus yang dengan hiperurisemia. Purin dalam bahan makanan berbeda-beda dari segi jumlah kandungan dan bioavailabilitasnya. Selain itu, perubahan purin menjadi asam urat juga tergantung pada selularitas relatif, aktivitas transkripsi dan metabolik seluler makanan tersebut. Aktivitas transkripsi adalah kemampuan sel untuk mengartikan kode genetik dari suatu jenis asam nukleat ke dalam bentuk lain, dalam hal ini adalah kemampuan sel untuk mengubah purin dalam makanan menjadi asam urat.