bab i

22
BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam yang sangat kaya. Mulai dari keanekaragaman hayati, potensi sumberdaya alam, serta potensi wisata. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di kondisi yang suhu dan iklim yang memadai, serta posisi tektonik yang cukup strategis. Potensi tektonik yang srategis di Indonesia ini menbuat pada beberapa bagian di wilayah Indonesia terdapat cebakan minyak dan gas bumi yang sangat penting sebagai energi pada dewasa ini. Energi minyak dan gas bumi mempunyai peran yang sangat strategis dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pada umumnya minyak bumi dewasa ini memiliki peran sekitar 80% dari total pasokan energi untuk konsumsi kebutuhan energi di Indonesia. Dengan demikian peran minyak dan gas bumi dalam peningkatan perolehan devisa negara masih sangat diperlukan. Nayoan dkk. (1974) dalam Barber (1985) menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara cekungan minyak bumi yang berkembang di berbagai tempat dengan elemen- elemen tektonik yang ada. Cekungan-cekungan besar di wilayah Asia Tenggara merepresentasikan kondisi setiap elemen tektonik yang ada, yaitu cekungan busur muka (forearc basin), cekungan busur belakang (back-arc basin), cekungan intra kraton (intracratonic basin), dan tepi kontinen (continent margin basin), dan zona tumbukan (collision zone basin). Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan dari berbagai sumber, telah diketahui ada sekitar 60 basin yang diprediksi mengandung cebakan migas yang cukup potensial. Diantaranya basin Sumatera Utara, Sibolga, Sumatera Tengah, Bengkulu, Jawa Barat Utara, Natuna Barat, Natuna Timur, Tarakan, Sawu, Asem-Asem, Banda, dll.

Upload: sukawan-zaky

Post on 30-Oct-2014

55 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Bab I

TRANSCRIPT

Page 1: Bab I

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam yang

sangat kaya. Mulai dari keanekaragaman hayati, potensi sumberdaya

alam, serta potensi wisata. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di

kondisi yang suhu dan iklim yang memadai, serta posisi tektonik yang

cukup strategis. Potensi tektonik yang srategis di Indonesia ini menbuat

pada beberapa bagian di wilayah Indonesia terdapat cebakan minyak dan

gas bumi yang sangat penting sebagai energi pada dewasa ini.

Energi minyak dan gas bumi mempunyai peran yang sangat strategis

dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pada

umumnya minyak bumi dewasa ini memiliki peran sekitar 80% dari total

pasokan energi untuk konsumsi kebutuhan energi di Indonesia. Dengan

demikian peran minyak dan gas bumi dalam peningkatan perolehan devisa

negara masih sangat diperlukan. Nayoan dkk. (1974) dalam Barber (1985)

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara cekungan

minyak bumi yang berkembang di berbagai tempat dengan elemen-

elemen tektonik yang ada. Cekungan-cekungan besar di wilayah Asia

Tenggara merepresentasikan kondisi setiap elemen tektonik yang ada,

yaitu cekungan busur muka (forearc basin), cekungan busur belakang

(back-arc basin), cekungan intra kraton (intracratonic basin), dan tepi

kontinen (continent margin basin), dan zona tumbukan (collision zone

basin). Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan dari berbagai

sumber, telah diketahui ada sekitar 60 basin yang diprediksi mengandung

cebakan migas yang cukup potensial. Diantaranya basin Sumatera Utara,

Sibolga, Sumatera Tengah, Bengkulu, Jawa Barat Utara, Natuna Barat,

Natuna Timur, Tarakan, Sawu, Asem-Asem, Banda, dll.

Page 2: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 1

Cekungan busur belakang di timur Sumatera dan utara Jawa

merupakan lapangan-lapangan minyak paling poduktif. Pematangan

minyak sangat didukung oleh adanya heat flow dari proses penurunan

cekungan dan pembebanan. Proses itu diperkuat oleh gaya-gaya kompresi

telah menjadikan berbagai batuan sedimen berumur Paleogen menjadi

perangkap struktur sebagai tempat akumulasi hidrokarbon (Barber, 1985).

Secara lebih rinci, perkembangan sistem cekungan dan perangkap minyak

bumi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh tatanan struktur geologi

lokal. Sebagai contoh, struktur pull apart basin menentukan

perkembangan sistem cekungan Sumatera Utara (Davies, 1984).

Perulangan gaya kompresif dan ekstensional dari proses peregangan

berarah utara-selatan mempengaruhi pola pembentukan antiklinorium dan

cekungan Palembang yang berarah N300oE (Pulunggono, 1986). Demikian

pula pola sebaran cekungan Laut Jawa sebelah selatan sangat dipengaruhi

oleh pola struktur berarah timur-barat (Brandsen & Mattew, 1992),

sedang pola cekungan di Laut Jawa bagian barat-laut berarah berarah

timur-laut – baratdaya, sedang pola cekungan di timur-laut berarah barat-

laut – tenggara. Cekungan Kutai dan Tarakan merupakan cekungan intra

kraton (intracratonic basin) di Indonesia. Pembentukan cekungan terjadi

selama Neogen ketika terjadi proses penurunan cekungan dan

sedimentasi yang bersifat transgresif, dan dilanjutkan bersifat regresif di

Miosen Tengah (Barber, 1985). Pola-pola ini menjadiken pembentukan

delta berjalan efektif sebagai pembentuk perangkap minyak bumi maupun

batubara.

Zona tumbukan (collision zone), tempat endapan-endapan kontinen

bertumbukan dengan kompleks subduksi, merupakan tempat prospektif

minyak bumi. Cekungan Bula, Seram, Bituni dan Salawati di sekitar Kepala

burung Papua, cekungan lengan timur Sulawesi, serta Buton, merupakan

cekungan yang masuk dalam kategori ini. (Barber, 1985). Keberadaan

Page 3: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 2

endapan aspal di Buton berasosiasi dengan zona tumbukan antara mikro

kontinen Tukang Besi dengan lengan timur-laut Sulawesi, dengan Banggai

Sula sebagai kompleks ofiolit (Barber, 1985; Sartono, 1999). Kehadiran

minyak di Papua berasosiasi dengan lipatan dan patahan Lenguru, yang

merupakan tumbukan mikro kontinen Papua Barat dengan tepi benua

Australia (Barber, 1985). Sumber dan reservoar hidrokarbon terperangkap

struktur di bagian bawah foot-wall sesar normal serta di bagian bawah

hanging-wall sesar sungkup (Simanjuntak dkk, 1994.)

Jatayu- 1 merupakan salah satu dari target eksplorasi minyak bumi

di Indonesia. Terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta dan merupakan

sumur yang sedang diteliti karena memiliki rembesan minyak. Target

eksplorasi dari sumur ini adalah Formasi Parigi yang merupakan batuan

gamping.

Page 4: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Well-Logging

Well Logging merupakan pekerjaan penilaian formasi pada saat

pemboran (LWD), sebelum di casing (Open Hole) ataupun setelah dicasing

(Case Hole) dengan cara menurunkan serangkain alat pendeteksi sifat –

sifat fisik batuan melalui wireline ataupun batang bor (drill string) ke

kedalaman yang akan diinvestigasi. Diameter peralatan logging

convensional umumnya 3 5/8’’, dengan panjang tool logging 20 – 50 ft.

Peralatan ini di turunkan kedasar lubang bor dengan menggunakan

wireline cable yang dilengkapi 7 conduktor (2 konduktor untuk mengirim

arus dari permukaan ke logging tool di bawah permukaan, dan 5

konduktor mentransmisi data dari peralatan logging bawah permukaan ke

ruang kontrol) (lihat gambar 2.1). Tetapi untuk Logging While Drilling

(LWD) peralatan dirangkai pada rangkaian pemboran yang dilengkapi

dengan peralatan logging, memori, dan batrai dalam melakukan penilaian

formasi saat pemboran. Beberapa log yang dihasilkan dari pengukuran

formasi berdasarkan fungsinya, yaitu :

Gambar 2.1 Wireline Logging (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation”)

Page 5: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 4

2.1.1 Log Lithologi

Log lithologi terdiri dari Log Spontaneous Potensial (SP) dan Log

Gamma Ray (GR). Melalui Log SP dan GR dapat didefinisikan lithologi dari

formasi batuan (permeable atau impermeable), dan juga dapat

menghitung kandungan Clay di dalam batuan formasi disetiap ke dalaman.

Log Spontaneous Potensial (SP)

Log Spontaneous Potensial (SP) adalah rekaman selisih potensial

antara sebuah electrode (”fish”) yang ditempatkan di permukaan tanah

dengan suatu electrode yang mobile di dalam lubang sumur (Doll, 1948).

Spontaneous Potensial Log memiliki satuan dalam millivolts (mv) yang

bisanya dapat dilihat pada chart log di track # 1.

Log Spontaneous Potensial (SP) bertujuan untuk mengidentifikasi

lapisan permeable, menentukan batas lapisan, mengitung harga

resistivitas air formasi, dan membantu dalam korelasi lapisan batuan antar

sumur.

Log Spontaneous Potensial ditimbulkan dari empat macam

potensial listri (lihat gambar 2.2), yaitu :

1. Esh (Electric Shale)

Suatu potensial elektrokimia yang timbul pada shale (impermeable

zone) antara bidang pertemuan horizontalnya dengan zona

permeable dan bidang pertemuan vertikalnya dengan lubang bor.

2. Ed

Suatu potensial elektrokimia yang timbul pada perbatasan antara

invanded zone (zona invasi) dan non invanded zone dalam lapisan

permeable.

Page 6: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 5

3. Emc (Electric Mud Cake)

Potensial elektrokimia yang timbul pada mud cake.

4. Esb (Electric Shale Bads)

Potensial elektrokinetik yang timbul pada lapisan shale tipis yang

berbatasan dengan lubang sumur.

Gambar 2.2 Sumber Potensial Log SP (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation”)

Peralatan Spontaneous Potensial memberikan arus listrik ke dalam

formasi melalui lumpur pemboran. Lumpur pemboran yang berbahan

dasar minyak (OBM) memiliki konduktifitas yang buruk, sehingga SP tidak

dapat digunakan dalam sumu yang dibor dengan menggunakan OBM.

Prinsip kerjanya adalah menurunkan sebuah elektroda ke dalam

lubang bor dan elektroda lain yang berhubungan diletakkan dipermukaan.

Perbedaan tegangan secara terus – menerus dicatat seiring dengan

dinaikannya elektroda pada lubang bor.

Page 7: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 6

Harga SP dalam lubang bor sangat dipengaruhi oleh ketebalan

lapisan, konduktivitas formasi, invansi lumpur, diameter lubang bor,

kandungan shale dalam formasi, dan perbandinga antara Rmf (Mud

Filtrate Resistivity) dengan Rw (Water Resistivity). Hasilnya ini dapat

digunakan untuk mendeteksi lapisan – lapisan yang porous dan

permeable, menentukan batas – batas lapisan, mengestimasi harga

tahanan air formasi, dan digunakan dalam korelasi batuan dari beberapa

sumur.

Harga SP log untuk shale cenderung konstan (shale base line) dan

apabila terdapat lapisan permeable akan ditandai dengan adanya defleksi

Log SP dari Shale Base Line. Defleksi kurva Log SP yang tergambar pada

chart log di track #1 akan memberikan bentuk – bentuk sebagai berikut :

1. Lurus dan konstan (shale base line) pada lapisan shale.

2. Lapisan permeable yang berisi air asin, kurva log akan bergeser

negatif (ke kiri) dari Shale Base Line.

3. Lapisan permeable yang berisi air tawar, kurva log akan bergeser

positif (ke kanan) dari Shale Base Line.

4. Lapisan permeable yang berisi hidrokarbon, kurva log akan

bergeser negatif (ke kiri) dari Shale Base Line.

Pada Log SP juga dikenal istilah Static Spontaneous Potensial (SSP).

Static Spontaneous Pontantial (SSP) merupakan harga SP total atau harga

SP maximum dari pengukuran lapisan (non-shale, porous, dan permeable)

(lihat gambar 2.3). Harga SSP dapat diperoleh melalui pembacaan

langsung dari chart atau dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut.

SSP = - K log (Rmf / Rw)

Dimana :

Page 8: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 7

SSP : Static Spontaneous Potensial, mv

K : Konstanta lithologi formasi, ( K = 0.133 Tf+61)

Tf : Temperature formasi, 0F

Rmf : Tahanan filtrate lumpur, ohm-m

Rw : Tahanan air formasi, ohm-m

Penentuan kandungan shale di dalam batuan formasi dapat di

deteksi dengan menggunakan Log Spontaneous Potential. Hal ini dapat

dilakukan melalui persamaan sebagai berikut :

clsh

cl

shSPSP

SPSPSPV

Atau

SSP

SPSPSPV cl

sh

Dimana :

SP : Harga log pada chart SP

SPcl : Harga log SP di depan clean formasi (formasi batupasir)

SPsh : Harga log SP di depan formasi shale

SSP : Static Spontaneous Potensial (maximum SP)

Gambar 2.3. Harga SP dan SSP Dibeberapa Lithologi Batuan (Asquith George and Gibson Charles, 1982, ”Well Log

Analysis For Geologist”)

Page 9: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 8

Log Gamma Ray(Log GR)

Log Gamma Ray (GR) merupakan log yang menunjukkan besarnya

intensitas radioaktif yang ada pada formasi.

Unsur – unsur radioaktif banyak sekali terkandung dalam batuan

sedimen. Unsur – unsur tersebut meliputi Uranium (U238), Thorium (Th232),

dan Potasium (K40). Ketiga unsur ini memancarkan Gamma Ray terus

menerus yang merupakan ledakan – ledakan radiasi berenergi tinggi

(Short Bursts of High Energy Radiation), yang kemudian di terima oleh

sensor (Scintilation Detector).

Elemen – elemen radioaktif banyak terkosentrasi dalam lapisan

shale yang impermeable, dan sedikit terkosentrasi pada batuan karbonat

(lime stone dan Dolomit) dan Batupasir (Sandstone) yang umunya

permeable.

Kegunaan dari Log Gamma Ray adalah menentukan lapisan

permeable dan impermeable, lithologi batuan, besarnya kandungan shale

pada formasi batuan, dan membantu dalam proses korelasi antara lapisan

batuan di suatu reservoir.

Prinsip kerja log Gamma Ray adalah dengan menggunakan single

detector (Geigler-Muler Counted) dilakukan pendeteksian besarnya sinar

Gamma Ray yang dipancarkan oleh batuan formasi, lalu hasilnya di plot

dalam API Unit.

Log GR diskalakan dalam satuan API (APIU), yang telah dilakukan

kalibrasi standar oleh API (Association Petroleum International). Shale

menurut standartnya terbaca berkisar 100 APIU, tetapi dapat juga

bervariasi antara 75 – 150 APIU, dan sedangkan untuk shale yang sangat

radioaktif maka harga Gamma Ray mencapai 200 – 300 APIU. Pada

Page 10: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 9

Batubara, Garam, dan Gypsum harga Gamma Ray cukup rendah (lihat

gambar 2.5).

Penentuan besarnya kandungan shale dalam batuan formasi

(Vclay) dapat dilakukan dari persamaan berikut :

minmax

min

GRGR

GRGRGRI read

dan

3

shale

batuanGRIVsh

Jika ρ batuan = ρ shale, maka

minmax

min

GRGR

GRGRV read

sh

Dimana

I GR : Gamma Ray Index Vshale : Volume shale (besarnya shale pada batuan formasi), % GRmin : Nilai minimal dari Gamma Ray pada Chart (Clean Formation) GRmax : Nilai maximal dari Gamma Ray pada Chart (Shale Formation)

Prinsip kerja dari Log Gamma Ray, yaitu alat mula – mula

dimasukkan sampai dasar lubang bor, hal ini dilakukan untuk mengecek

supaya tidak terjadi hambatan atau sangkutan pada saat penarikan

peralatan. Selanjutnya peralatan Gamma Ray ditarik ke permukaan

dengan laju tertentu. Sinar Gamma Ray yang dipancarkan dari formasi

batuan langsung ditangkap oleh detonator. Pada detonator sinar radioaktif

tidak diukur secara langsung, tetapi melalui proses ionisasi (pelepasan

elektron – elektron dari atom yang sebelumnya netral, pelepasan elektron

akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh peralatan).

Page 11: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 10

Gambar 2.4 Defleksi Gamma Ray di Beberapa Lithologi (Begilow Ed. L, 1995, ”Introduction to Wireline Log

Analysis”)

Gambar 2.5 Chart Gamma Ray dan Defleksi Gamma Ray di Beberapa Lithologi (Begilow Ed. L, 1995,

”Introduction to Wireline Log Analysis”) and

Page 12: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 11

2.1.2 Log Resistivity

Resistivity (tahanan jenis) adalah hambatan yang diberikan oleh

suatu benda yang panjang satu satuan panjang dan penampang satu

satuan luas. Satuannya adalah ohm-m.

Log resistivity digunakan untuk mengukur hambatan suatu batuan

(resitivitas) dalam suatu lapisan pada saat diberikan arus listrik melalui

transmiter. Reseistivity pada batuan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik

batuan tersebut dan jenis fluida yang menjenuhi batuan tersebut.

Tujuan dari log resistivity adalah untuk membedakan lapisan

reservoir dan non reservoir, membedakan water bearing zone dan

hidrokarbon bearing zone, menentukan harga resistivitas air formasi (Rw)

dan saturasi air (Sw) dalam batuan formasi, dapat dilihat melalui

persamaan Archie.

Rt

RwFSw

n

dan

mF

1

Dimana :

Sw : Saturasi Air n : Saturation exponent (biasanya berharga 2) F : Formasi resistivity factor, (lihat gambar 3.51) m : Cementation exponent (0.62 – 0.215, tergantung jenis

batuannya) Rw : Resistivitas air, ohm-m

Rt : Resistivitas fluida dlm batuan, ohm-m

Page 13: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 12

Prinsip Kerja dari log resistivitas adalah dengan melepaskan arus

DC ke dalam formasi melalui satu atau beberapa elektroda. Arus akan

melewati formasi dan sampai permukaan, perbedaan tegangan dan arus

diukur dengan menggunakan elektroda tambahan di permukaan,

kemudian dilakukan perhitungan harga resistivitas.

Log resistivity dapat dilihat pada chart logging di track #2. Defleksi

dari beberapa log resistivity dari chart log dapat mengindikasihan

perbedaaan harga tahanan fluida di dalam batuan yang permeable (lihat

gambar 3.54). Contoh untuk Induction log, dapat dilihat 3 buah chart log

resistivity yaitu ILd, ILm, dan ILs atau SFL. Tiga grafik ini akan berimpitan

pada lapisan formasi yang impermeable dan akan terpisah pada lapisan

formasi yang permeable. Pembacaan dari tiga peralatan tersebut akan

sangat dipengaruhi oleh filtrat lumpur pemboran dan fluida yang

mensaturasi batuan.

2.1.3 Log Porositas

Log porositas bertujuan untuk mengukur porositas batuan formasi

melalui pelepasan energi atau sinar radioaktif ke batuan formasi, lalu

dilihat kemampuan batuan tersebut dalam menghambat energi atau sinar

yang dipancarkan. Log porositas terdiri dari Log Density, Neutron, dan

Sonic.

Log Density

Log density merupakan log yang menunjukkan besarnya densitas

(bulk density) dari batuan yang diukur. Melalui densitas batuan dapat

digunakan dalam menentukan besaran porositas pada batuan tersebut.

Log density bertujuan untuk menghitung densitas, porositas,

batuan formasi , dan juga menentukan kandungan fluida (jika dicross plot

kan dengan log neutron).

Page 14: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 13

Prinsip kerja log density adalah dengan menempelkan pad yang

dilengkapi oleh sumber dan 2 detektor kedinding lubang bor, lalu dari

sumber dipancarkan sinar Gamma yang kuat ke dalam formasi. Sinar

Gamma tersebut akan bertabrakan dengan elektron – elektron, dan

dipentulkan kembali. Besarnya sinar yang kembali di rekam oleh detektor

dalam bentuk log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan dengan

elektron – elekktron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam

batuan.

Terdapat 2 penyebab terjadinya penurunan densitas total (ρb) dari

pengukuran log density, yaitu kenaikan porositas batuan dan terdapatnya

gas di dalam pori – pori batuan.

Peralatan yang biasanya dipergunakan dalam log density meliputi :

FDL (Formation Density Compensated tool), dilengkapi dengan 1

sumber pemancar energi dan 1 detektor. FDL sangat dipengaruhi

oleh bore hole effect.

LDT (Litho-Density Tool), dilengkapi dengan 1 sumber pemancar

energi dan 2 detektor (lihat gambar 3.49). LDT tidak dipengaruhi

oleh bore hole effect.

Log Neutron

Log neutron mengukur porositas batuan formasi dengan cara

menembakkan fast neutron (~ 5 mev) ke dalam formasi melalui sumber

dengan segala arah. Neutron diperlambat oleh benturan pada inti atom/

nuclei sampai mencapai thermal energy level sebesar ~ 0.025 ev. Pada

kondisi tersebut, partikel – partikel neutron diserap (absorbed) oleh inti

atom.

Page 15: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 14

Log neutron bertujuan untuk menghitung nilai porositas pada

batuan formasi, mengevaluasi lithologi (X-plot dengan log densitas), dan

dapat mendeteksi gas bearing reservoir pada formasi bersih.

Pengkombonasian antara log density-neutron dapat menghasilkan

informasi keberadaan gas di dalam formasi. Gas dapat terdeteksi

keberadaannya apabila pembacaan porositas melalui log density (Φd) naik

tetapi pembacaan porositas melalui neutron (Φn) turun akibar

berkurangnya hydrogen yang mengisi formasi. Sehingga akan terbentuk

crossover pada chart logging antara log density dan log neutron (lihat

gambar 3.57).

Gambar 2.6 Chart Kombinasi Litho-density dengan Neutron Porosity (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern

Open-Hole Log Interpretation”)

Page 16: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 15

Log Sonic

Log Sonic merupakan sebuah log yang mengukur kecepatan suara /

sonic yang yeng merambat di dalam formasi. Pengukuran pada log sonic

diawali dengan memancarkan suatu ”pressure pulse” yang memiliki

frekuensi 25 kHz ke dalam formasi batuan.

Pulsa tersebut akan menghasilkan 6 gelombang yaitu gelombang

compressional & gelombang freflaksi (masuk ke dalam formasi), dua

gelombang merambat masuk ke dalam lumpur dan sepanjang sode, dan

gelombang pseudo releigh & gelombang Stonely (merambat di sepanjang

dinding lubang bor).

Transmitter memancarkan gelombang compressional & gelombang

freflaksi ke dalam formasi (lihat gambar 3.58), lalu gelombang yang

kembali dari formasi ditangkap dengan menggunakan receiver. Beda

waktu tersebut akan menghasilkan transit time yang diukur dalam satuan

(μsec/ft), transit time merupakan kebalikan dari velocity (feet/sec).

Penggunaan log sonic bertujuan untuk mengkalibrasi data sismic,

menghitung porositas pada lapisan yang diketahui lithologinya, dan

mengevaluasi porositas skunder jika dikombinasikan dengan log density

dan neutron yang hanya membaca porositas primer.

2.1.4 Log Lainnya

Log Caliper

Log caliper merupakan log yang berfungsi untuk mengukur

diameter lubang bor melalui pad dengan spiral yang menempel pada

lubang bor.

Diameter lubang bor akan mengalami penyempitan (lebih kecil dari

diameter bit) akibat terbentuknya mud cake pada dinding lubang bor. Mud

Page 17: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 16

cake hanya dapat terbentuk apabila terjadi proses masuknya mud filtrate

ke formasi yang permeable. Tetapi jika diameter lubang bor lebih besar

dari pada diameter bit maka dapat disimpulkan bahwa dinding lubang bor

telah runtuh. Hal ini bisanya terjadi pada lapisan shale atau clay yang

impermeable, sehingga melalui log caliper dapat dilihat zona – zona yang

memiliki mud cake (formasi yang permeable) dan zona – zona yang

runtuh (formasi impermeable).

Log caliper juga digunakan untuk mengetahui informasi tentang

besarnya volume semen yang dibutuhkan untuk mengisi annulus pada

proses penyemenan.

Log Dipmeter

Dipmeter log digunakan untuk mengukur arah dan besarnya

kemiringan lapisan yang dilaui lubang bor, mengidentifikasi struktur,

interpretasi statigrafi, melokalisir patahan dan ketidak selarasan, dan

mengidentifikasi rekahan. Data-data kemiringan lapisan (dip) digunakan

antara lain untuk memecahkan masalah penyimpangan lubang bor serta

berguna untuk tujuan geologi, yaitu untuk perpetaan bawah permukaan

dan untuk perencanaan arah penyebaran sumur-sumur pengembangan

dari arah pemboran yang berhasil.

Prinsip kerja alat ini adalah 3 (tiga) buah alat microlog yang masing

masing berjarak 120o pada bidang yang tegak lurus lubang bor akan

mencatat secara serentak 3 buah kurva yang terpisah terhadap

kedalaman. Orientasi arah dari elektroda karena penyimpangan sumur

akan dicatat sekaligus.

Page 18: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 17

Temperature Log

Temperature Log adalah alat untuk mengukur temperatur di dalam

lubang sumur yang hasilnya merupakan plot antara temperatur versus

kedalaman. Temperature log terdiri dari alat pengukur listrik. Pengukuran

listrik menggunakan variasi tahanan jenis dari konduktor dengan

temperatur. Salah satu kegunaan dari log ini adalah untuk mengetahui fill-

up semen, zona lost circulation, letak jebakan gas dan letak kebocoran

casing.

2.2 Stratigrafi Daerah Eksplorasi

Tujuan dari eksplorasi ini adalah formasi Parigi yang menurut kolom

stratigrafi terletak di bawah Formasi Cibulakan. Formasi Parigi, merupakan

ciri khas endapan paparan pada Cekungan Belakang Busur Gunungapi.

Kea rah Cekungan Bogor satuan ini tidak berkembang.

Pada daerah epikontinen penyebarannya sangat luas, dan mudah

diikuti dalam penampang seismic. Ketebalannya berkisar 27 m sampai 450

m.

Ciri umum batuan ini adalah batugamping, setempat membentuk

terumbu. Umumnya gamping kaya akan fosil, berwarna abu-abu muda

sampai putih kekuningan, jarang yang berwarna coklat muda. Beberapa

tempat sangat dolomitan, sedangkan di tempat lain dapat berubah

menjadi pasiran sampai napalan. Bagian bawah di daerah Parigi, berciri

“boundstone”, kaya akan koral, ganggang, foraminifera. Bagian atas

gamping agak pasiran, berwarna putih abu-abu, mengandung kuarsa,

bioklastik, fragmen saling bersentuhan membentuk “packstone”

(Bhanuindra, 1974 dalam Martodjodjo, 2006). Pada pemboran umumnya

Page 19: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 18

ditemukan ciri sama seperti di singkapan. Di sini umumnya porositasnya

baik.

Dengan Formasi Cibulakan yang berada di bawahnya, agak lebih

sulit dikenal. Pada beberapa tempat terdapat hubungan menjari.

Page 20: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 19

BAB III

PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN

Pelaksanaan Kuliah Lapangan diselenggarakan pada hari Jumat,

tanggal 14 April 2012. Lokasi kegiatan Kuliah Lapangan di Sumur Jatayu-1

milik Pan Orient Energy, dengan bantuan Halliburton sebagai Oil Service

nya, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.

Page 21: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 20

BAB IV

HASIL KEGIATAN PENGAMATAN LAPANGAN

4.1 Hasil Pengamatan

Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah mengetahui alat-alat

yang digunakan dalam logging, berupa sumur dan alat-alatnya. Lalu

selanjutnya peserta dibawa menuju Mud-Logging Unit.

Pada Mud-Logging Unit ini kita bisa melakukan monitoring

parameter drilling dan analisa formasi dari cutting yang kita dapatkan.

Target dari drilling ini adalah 8000 feet, sementara pada saat kuliah

lapangan, drilling sudah mencapai kedalaman 3056.52 feet. Cutting yang

didapatkan dianalisis secara manual maupun elektronik. Secara manual,

cutting dipisah yang kering, basah, dan biochamp nya lalu diperlakukan

secara berbeda. Untuk cutting yang basah langsung dimasukkan ke dalam

karung dan dideskripsi setelah kering, sementara cutting yang kering

harus dicuci, dibersihkan, dimasukkan ke dalam oven lalu dideskripsi, dan

biochamp sample dipisahkan menurut ada tidaknya kandungan bakteri.

Sedangkan secara elektronik dideskripsi berdasarkan kecepatan dari

pengambilan cutting.

Melalui drilling ini, tidak hanya cutting yang diamati, tetapi juga cas

composisitonnya. Dari kandungan gas nya kita bisa mengetahui tahap apa

saja kah yang sudah kita masuki dalam pemboran tersebut. Semuanya

akan teramati melalui layar computer yang sudah dihubungkan dengan

bor.

Page 22: Bab I

Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 21

Gambar 3.1 Bor Sumur untuk kegiatan eksplorasi minyak

Pada unit ini, juga terdapat Mikroskop dan alat-alat laboratorium

yang dipergunakan dalam analisis cutting.