bab i
DESCRIPTION
Bab ITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam yang
sangat kaya. Mulai dari keanekaragaman hayati, potensi sumberdaya
alam, serta potensi wisata. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak di
kondisi yang suhu dan iklim yang memadai, serta posisi tektonik yang
cukup strategis. Potensi tektonik yang srategis di Indonesia ini menbuat
pada beberapa bagian di wilayah Indonesia terdapat cebakan minyak dan
gas bumi yang sangat penting sebagai energi pada dewasa ini.
Energi minyak dan gas bumi mempunyai peran yang sangat strategis
dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Pada
umumnya minyak bumi dewasa ini memiliki peran sekitar 80% dari total
pasokan energi untuk konsumsi kebutuhan energi di Indonesia. Dengan
demikian peran minyak dan gas bumi dalam peningkatan perolehan devisa
negara masih sangat diperlukan. Nayoan dkk. (1974) dalam Barber (1985)
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat antara cekungan
minyak bumi yang berkembang di berbagai tempat dengan elemen-
elemen tektonik yang ada. Cekungan-cekungan besar di wilayah Asia
Tenggara merepresentasikan kondisi setiap elemen tektonik yang ada,
yaitu cekungan busur muka (forearc basin), cekungan busur belakang
(back-arc basin), cekungan intra kraton (intracratonic basin), dan tepi
kontinen (continent margin basin), dan zona tumbukan (collision zone
basin). Berdasarkan data terakhir yang dikumpulkan dari berbagai
sumber, telah diketahui ada sekitar 60 basin yang diprediksi mengandung
cebakan migas yang cukup potensial. Diantaranya basin Sumatera Utara,
Sibolga, Sumatera Tengah, Bengkulu, Jawa Barat Utara, Natuna Barat,
Natuna Timur, Tarakan, Sawu, Asem-Asem, Banda, dll.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 1
Cekungan busur belakang di timur Sumatera dan utara Jawa
merupakan lapangan-lapangan minyak paling poduktif. Pematangan
minyak sangat didukung oleh adanya heat flow dari proses penurunan
cekungan dan pembebanan. Proses itu diperkuat oleh gaya-gaya kompresi
telah menjadikan berbagai batuan sedimen berumur Paleogen menjadi
perangkap struktur sebagai tempat akumulasi hidrokarbon (Barber, 1985).
Secara lebih rinci, perkembangan sistem cekungan dan perangkap minyak
bumi yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh tatanan struktur geologi
lokal. Sebagai contoh, struktur pull apart basin menentukan
perkembangan sistem cekungan Sumatera Utara (Davies, 1984).
Perulangan gaya kompresif dan ekstensional dari proses peregangan
berarah utara-selatan mempengaruhi pola pembentukan antiklinorium dan
cekungan Palembang yang berarah N300oE (Pulunggono, 1986). Demikian
pula pola sebaran cekungan Laut Jawa sebelah selatan sangat dipengaruhi
oleh pola struktur berarah timur-barat (Brandsen & Mattew, 1992),
sedang pola cekungan di Laut Jawa bagian barat-laut berarah berarah
timur-laut – baratdaya, sedang pola cekungan di timur-laut berarah barat-
laut – tenggara. Cekungan Kutai dan Tarakan merupakan cekungan intra
kraton (intracratonic basin) di Indonesia. Pembentukan cekungan terjadi
selama Neogen ketika terjadi proses penurunan cekungan dan
sedimentasi yang bersifat transgresif, dan dilanjutkan bersifat regresif di
Miosen Tengah (Barber, 1985). Pola-pola ini menjadiken pembentukan
delta berjalan efektif sebagai pembentuk perangkap minyak bumi maupun
batubara.
Zona tumbukan (collision zone), tempat endapan-endapan kontinen
bertumbukan dengan kompleks subduksi, merupakan tempat prospektif
minyak bumi. Cekungan Bula, Seram, Bituni dan Salawati di sekitar Kepala
burung Papua, cekungan lengan timur Sulawesi, serta Buton, merupakan
cekungan yang masuk dalam kategori ini. (Barber, 1985). Keberadaan
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 2
endapan aspal di Buton berasosiasi dengan zona tumbukan antara mikro
kontinen Tukang Besi dengan lengan timur-laut Sulawesi, dengan Banggai
Sula sebagai kompleks ofiolit (Barber, 1985; Sartono, 1999). Kehadiran
minyak di Papua berasosiasi dengan lipatan dan patahan Lenguru, yang
merupakan tumbukan mikro kontinen Papua Barat dengan tepi benua
Australia (Barber, 1985). Sumber dan reservoar hidrokarbon terperangkap
struktur di bagian bawah foot-wall sesar normal serta di bagian bawah
hanging-wall sesar sungkup (Simanjuntak dkk, 1994.)
Jatayu- 1 merupakan salah satu dari target eksplorasi minyak bumi
di Indonesia. Terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta dan merupakan
sumur yang sedang diteliti karena memiliki rembesan minyak. Target
eksplorasi dari sumur ini adalah Formasi Parigi yang merupakan batuan
gamping.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Well-Logging
Well Logging merupakan pekerjaan penilaian formasi pada saat
pemboran (LWD), sebelum di casing (Open Hole) ataupun setelah dicasing
(Case Hole) dengan cara menurunkan serangkain alat pendeteksi sifat –
sifat fisik batuan melalui wireline ataupun batang bor (drill string) ke
kedalaman yang akan diinvestigasi. Diameter peralatan logging
convensional umumnya 3 5/8’’, dengan panjang tool logging 20 – 50 ft.
Peralatan ini di turunkan kedasar lubang bor dengan menggunakan
wireline cable yang dilengkapi 7 conduktor (2 konduktor untuk mengirim
arus dari permukaan ke logging tool di bawah permukaan, dan 5
konduktor mentransmisi data dari peralatan logging bawah permukaan ke
ruang kontrol) (lihat gambar 2.1). Tetapi untuk Logging While Drilling
(LWD) peralatan dirangkai pada rangkaian pemboran yang dilengkapi
dengan peralatan logging, memori, dan batrai dalam melakukan penilaian
formasi saat pemboran. Beberapa log yang dihasilkan dari pengukuran
formasi berdasarkan fungsinya, yaitu :
Gambar 2.1 Wireline Logging (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation”)
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 4
2.1.1 Log Lithologi
Log lithologi terdiri dari Log Spontaneous Potensial (SP) dan Log
Gamma Ray (GR). Melalui Log SP dan GR dapat didefinisikan lithologi dari
formasi batuan (permeable atau impermeable), dan juga dapat
menghitung kandungan Clay di dalam batuan formasi disetiap ke dalaman.
Log Spontaneous Potensial (SP)
Log Spontaneous Potensial (SP) adalah rekaman selisih potensial
antara sebuah electrode (”fish”) yang ditempatkan di permukaan tanah
dengan suatu electrode yang mobile di dalam lubang sumur (Doll, 1948).
Spontaneous Potensial Log memiliki satuan dalam millivolts (mv) yang
bisanya dapat dilihat pada chart log di track # 1.
Log Spontaneous Potensial (SP) bertujuan untuk mengidentifikasi
lapisan permeable, menentukan batas lapisan, mengitung harga
resistivitas air formasi, dan membantu dalam korelasi lapisan batuan antar
sumur.
Log Spontaneous Potensial ditimbulkan dari empat macam
potensial listri (lihat gambar 2.2), yaitu :
1. Esh (Electric Shale)
Suatu potensial elektrokimia yang timbul pada shale (impermeable
zone) antara bidang pertemuan horizontalnya dengan zona
permeable dan bidang pertemuan vertikalnya dengan lubang bor.
2. Ed
Suatu potensial elektrokimia yang timbul pada perbatasan antara
invanded zone (zona invasi) dan non invanded zone dalam lapisan
permeable.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 5
3. Emc (Electric Mud Cake)
Potensial elektrokimia yang timbul pada mud cake.
4. Esb (Electric Shale Bads)
Potensial elektrokinetik yang timbul pada lapisan shale tipis yang
berbatasan dengan lubang sumur.
Gambar 2.2 Sumber Potensial Log SP (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern Open-Hole Log Interpretation”)
Peralatan Spontaneous Potensial memberikan arus listrik ke dalam
formasi melalui lumpur pemboran. Lumpur pemboran yang berbahan
dasar minyak (OBM) memiliki konduktifitas yang buruk, sehingga SP tidak
dapat digunakan dalam sumu yang dibor dengan menggunakan OBM.
Prinsip kerjanya adalah menurunkan sebuah elektroda ke dalam
lubang bor dan elektroda lain yang berhubungan diletakkan dipermukaan.
Perbedaan tegangan secara terus – menerus dicatat seiring dengan
dinaikannya elektroda pada lubang bor.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 6
Harga SP dalam lubang bor sangat dipengaruhi oleh ketebalan
lapisan, konduktivitas formasi, invansi lumpur, diameter lubang bor,
kandungan shale dalam formasi, dan perbandinga antara Rmf (Mud
Filtrate Resistivity) dengan Rw (Water Resistivity). Hasilnya ini dapat
digunakan untuk mendeteksi lapisan – lapisan yang porous dan
permeable, menentukan batas – batas lapisan, mengestimasi harga
tahanan air formasi, dan digunakan dalam korelasi batuan dari beberapa
sumur.
Harga SP log untuk shale cenderung konstan (shale base line) dan
apabila terdapat lapisan permeable akan ditandai dengan adanya defleksi
Log SP dari Shale Base Line. Defleksi kurva Log SP yang tergambar pada
chart log di track #1 akan memberikan bentuk – bentuk sebagai berikut :
1. Lurus dan konstan (shale base line) pada lapisan shale.
2. Lapisan permeable yang berisi air asin, kurva log akan bergeser
negatif (ke kiri) dari Shale Base Line.
3. Lapisan permeable yang berisi air tawar, kurva log akan bergeser
positif (ke kanan) dari Shale Base Line.
4. Lapisan permeable yang berisi hidrokarbon, kurva log akan
bergeser negatif (ke kiri) dari Shale Base Line.
Pada Log SP juga dikenal istilah Static Spontaneous Potensial (SSP).
Static Spontaneous Pontantial (SSP) merupakan harga SP total atau harga
SP maximum dari pengukuran lapisan (non-shale, porous, dan permeable)
(lihat gambar 2.3). Harga SSP dapat diperoleh melalui pembacaan
langsung dari chart atau dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut.
SSP = - K log (Rmf / Rw)
Dimana :
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 7
SSP : Static Spontaneous Potensial, mv
K : Konstanta lithologi formasi, ( K = 0.133 Tf+61)
Tf : Temperature formasi, 0F
Rmf : Tahanan filtrate lumpur, ohm-m
Rw : Tahanan air formasi, ohm-m
Penentuan kandungan shale di dalam batuan formasi dapat di
deteksi dengan menggunakan Log Spontaneous Potential. Hal ini dapat
dilakukan melalui persamaan sebagai berikut :
clsh
cl
shSPSP
SPSPSPV
Atau
SSP
SPSPSPV cl
sh
Dimana :
SP : Harga log pada chart SP
SPcl : Harga log SP di depan clean formasi (formasi batupasir)
SPsh : Harga log SP di depan formasi shale
SSP : Static Spontaneous Potensial (maximum SP)
Gambar 2.3. Harga SP dan SSP Dibeberapa Lithologi Batuan (Asquith George and Gibson Charles, 1982, ”Well Log
Analysis For Geologist”)
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 8
Log Gamma Ray(Log GR)
Log Gamma Ray (GR) merupakan log yang menunjukkan besarnya
intensitas radioaktif yang ada pada formasi.
Unsur – unsur radioaktif banyak sekali terkandung dalam batuan
sedimen. Unsur – unsur tersebut meliputi Uranium (U238), Thorium (Th232),
dan Potasium (K40). Ketiga unsur ini memancarkan Gamma Ray terus
menerus yang merupakan ledakan – ledakan radiasi berenergi tinggi
(Short Bursts of High Energy Radiation), yang kemudian di terima oleh
sensor (Scintilation Detector).
Elemen – elemen radioaktif banyak terkosentrasi dalam lapisan
shale yang impermeable, dan sedikit terkosentrasi pada batuan karbonat
(lime stone dan Dolomit) dan Batupasir (Sandstone) yang umunya
permeable.
Kegunaan dari Log Gamma Ray adalah menentukan lapisan
permeable dan impermeable, lithologi batuan, besarnya kandungan shale
pada formasi batuan, dan membantu dalam proses korelasi antara lapisan
batuan di suatu reservoir.
Prinsip kerja log Gamma Ray adalah dengan menggunakan single
detector (Geigler-Muler Counted) dilakukan pendeteksian besarnya sinar
Gamma Ray yang dipancarkan oleh batuan formasi, lalu hasilnya di plot
dalam API Unit.
Log GR diskalakan dalam satuan API (APIU), yang telah dilakukan
kalibrasi standar oleh API (Association Petroleum International). Shale
menurut standartnya terbaca berkisar 100 APIU, tetapi dapat juga
bervariasi antara 75 – 150 APIU, dan sedangkan untuk shale yang sangat
radioaktif maka harga Gamma Ray mencapai 200 – 300 APIU. Pada
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 9
Batubara, Garam, dan Gypsum harga Gamma Ray cukup rendah (lihat
gambar 2.5).
Penentuan besarnya kandungan shale dalam batuan formasi
(Vclay) dapat dilakukan dari persamaan berikut :
minmax
min
GRGR
GRGRGRI read
dan
3
shale
batuanGRIVsh
Jika ρ batuan = ρ shale, maka
minmax
min
GRGR
GRGRV read
sh
Dimana
I GR : Gamma Ray Index Vshale : Volume shale (besarnya shale pada batuan formasi), % GRmin : Nilai minimal dari Gamma Ray pada Chart (Clean Formation) GRmax : Nilai maximal dari Gamma Ray pada Chart (Shale Formation)
Prinsip kerja dari Log Gamma Ray, yaitu alat mula – mula
dimasukkan sampai dasar lubang bor, hal ini dilakukan untuk mengecek
supaya tidak terjadi hambatan atau sangkutan pada saat penarikan
peralatan. Selanjutnya peralatan Gamma Ray ditarik ke permukaan
dengan laju tertentu. Sinar Gamma Ray yang dipancarkan dari formasi
batuan langsung ditangkap oleh detonator. Pada detonator sinar radioaktif
tidak diukur secara langsung, tetapi melalui proses ionisasi (pelepasan
elektron – elektron dari atom yang sebelumnya netral, pelepasan elektron
akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh peralatan).
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 10
Gambar 2.4 Defleksi Gamma Ray di Beberapa Lithologi (Begilow Ed. L, 1995, ”Introduction to Wireline Log
Analysis”)
Gambar 2.5 Chart Gamma Ray dan Defleksi Gamma Ray di Beberapa Lithologi (Begilow Ed. L, 1995,
”Introduction to Wireline Log Analysis”) and
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 11
2.1.2 Log Resistivity
Resistivity (tahanan jenis) adalah hambatan yang diberikan oleh
suatu benda yang panjang satu satuan panjang dan penampang satu
satuan luas. Satuannya adalah ohm-m.
Log resistivity digunakan untuk mengukur hambatan suatu batuan
(resitivitas) dalam suatu lapisan pada saat diberikan arus listrik melalui
transmiter. Reseistivity pada batuan sangat dipengaruhi oleh sifat fisik
batuan tersebut dan jenis fluida yang menjenuhi batuan tersebut.
Tujuan dari log resistivity adalah untuk membedakan lapisan
reservoir dan non reservoir, membedakan water bearing zone dan
hidrokarbon bearing zone, menentukan harga resistivitas air formasi (Rw)
dan saturasi air (Sw) dalam batuan formasi, dapat dilihat melalui
persamaan Archie.
Rt
RwFSw
n
dan
mF
1
Dimana :
Sw : Saturasi Air n : Saturation exponent (biasanya berharga 2) F : Formasi resistivity factor, (lihat gambar 3.51) m : Cementation exponent (0.62 – 0.215, tergantung jenis
batuannya) Rw : Resistivitas air, ohm-m
Rt : Resistivitas fluida dlm batuan, ohm-m
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 12
Prinsip Kerja dari log resistivitas adalah dengan melepaskan arus
DC ke dalam formasi melalui satu atau beberapa elektroda. Arus akan
melewati formasi dan sampai permukaan, perbedaan tegangan dan arus
diukur dengan menggunakan elektroda tambahan di permukaan,
kemudian dilakukan perhitungan harga resistivitas.
Log resistivity dapat dilihat pada chart logging di track #2. Defleksi
dari beberapa log resistivity dari chart log dapat mengindikasihan
perbedaaan harga tahanan fluida di dalam batuan yang permeable (lihat
gambar 3.54). Contoh untuk Induction log, dapat dilihat 3 buah chart log
resistivity yaitu ILd, ILm, dan ILs atau SFL. Tiga grafik ini akan berimpitan
pada lapisan formasi yang impermeable dan akan terpisah pada lapisan
formasi yang permeable. Pembacaan dari tiga peralatan tersebut akan
sangat dipengaruhi oleh filtrat lumpur pemboran dan fluida yang
mensaturasi batuan.
2.1.3 Log Porositas
Log porositas bertujuan untuk mengukur porositas batuan formasi
melalui pelepasan energi atau sinar radioaktif ke batuan formasi, lalu
dilihat kemampuan batuan tersebut dalam menghambat energi atau sinar
yang dipancarkan. Log porositas terdiri dari Log Density, Neutron, dan
Sonic.
Log Density
Log density merupakan log yang menunjukkan besarnya densitas
(bulk density) dari batuan yang diukur. Melalui densitas batuan dapat
digunakan dalam menentukan besaran porositas pada batuan tersebut.
Log density bertujuan untuk menghitung densitas, porositas,
batuan formasi , dan juga menentukan kandungan fluida (jika dicross plot
kan dengan log neutron).
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 13
Prinsip kerja log density adalah dengan menempelkan pad yang
dilengkapi oleh sumber dan 2 detektor kedinding lubang bor, lalu dari
sumber dipancarkan sinar Gamma yang kuat ke dalam formasi. Sinar
Gamma tersebut akan bertabrakan dengan elektron – elektron, dan
dipentulkan kembali. Besarnya sinar yang kembali di rekam oleh detektor
dalam bentuk log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan dengan
elektron – elekktron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam
batuan.
Terdapat 2 penyebab terjadinya penurunan densitas total (ρb) dari
pengukuran log density, yaitu kenaikan porositas batuan dan terdapatnya
gas di dalam pori – pori batuan.
Peralatan yang biasanya dipergunakan dalam log density meliputi :
FDL (Formation Density Compensated tool), dilengkapi dengan 1
sumber pemancar energi dan 1 detektor. FDL sangat dipengaruhi
oleh bore hole effect.
LDT (Litho-Density Tool), dilengkapi dengan 1 sumber pemancar
energi dan 2 detektor (lihat gambar 3.49). LDT tidak dipengaruhi
oleh bore hole effect.
Log Neutron
Log neutron mengukur porositas batuan formasi dengan cara
menembakkan fast neutron (~ 5 mev) ke dalam formasi melalui sumber
dengan segala arah. Neutron diperlambat oleh benturan pada inti atom/
nuclei sampai mencapai thermal energy level sebesar ~ 0.025 ev. Pada
kondisi tersebut, partikel – partikel neutron diserap (absorbed) oleh inti
atom.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 14
Log neutron bertujuan untuk menghitung nilai porositas pada
batuan formasi, mengevaluasi lithologi (X-plot dengan log densitas), dan
dapat mendeteksi gas bearing reservoir pada formasi bersih.
Pengkombonasian antara log density-neutron dapat menghasilkan
informasi keberadaan gas di dalam formasi. Gas dapat terdeteksi
keberadaannya apabila pembacaan porositas melalui log density (Φd) naik
tetapi pembacaan porositas melalui neutron (Φn) turun akibar
berkurangnya hydrogen yang mengisi formasi. Sehingga akan terbentuk
crossover pada chart logging antara log density dan log neutron (lihat
gambar 3.57).
Gambar 2.6 Chart Kombinasi Litho-density dengan Neutron Porosity (Dewan T. John, 1983, ”Essentials of Modern
Open-Hole Log Interpretation”)
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 15
Log Sonic
Log Sonic merupakan sebuah log yang mengukur kecepatan suara /
sonic yang yeng merambat di dalam formasi. Pengukuran pada log sonic
diawali dengan memancarkan suatu ”pressure pulse” yang memiliki
frekuensi 25 kHz ke dalam formasi batuan.
Pulsa tersebut akan menghasilkan 6 gelombang yaitu gelombang
compressional & gelombang freflaksi (masuk ke dalam formasi), dua
gelombang merambat masuk ke dalam lumpur dan sepanjang sode, dan
gelombang pseudo releigh & gelombang Stonely (merambat di sepanjang
dinding lubang bor).
Transmitter memancarkan gelombang compressional & gelombang
freflaksi ke dalam formasi (lihat gambar 3.58), lalu gelombang yang
kembali dari formasi ditangkap dengan menggunakan receiver. Beda
waktu tersebut akan menghasilkan transit time yang diukur dalam satuan
(μsec/ft), transit time merupakan kebalikan dari velocity (feet/sec).
Penggunaan log sonic bertujuan untuk mengkalibrasi data sismic,
menghitung porositas pada lapisan yang diketahui lithologinya, dan
mengevaluasi porositas skunder jika dikombinasikan dengan log density
dan neutron yang hanya membaca porositas primer.
2.1.4 Log Lainnya
Log Caliper
Log caliper merupakan log yang berfungsi untuk mengukur
diameter lubang bor melalui pad dengan spiral yang menempel pada
lubang bor.
Diameter lubang bor akan mengalami penyempitan (lebih kecil dari
diameter bit) akibat terbentuknya mud cake pada dinding lubang bor. Mud
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 16
cake hanya dapat terbentuk apabila terjadi proses masuknya mud filtrate
ke formasi yang permeable. Tetapi jika diameter lubang bor lebih besar
dari pada diameter bit maka dapat disimpulkan bahwa dinding lubang bor
telah runtuh. Hal ini bisanya terjadi pada lapisan shale atau clay yang
impermeable, sehingga melalui log caliper dapat dilihat zona – zona yang
memiliki mud cake (formasi yang permeable) dan zona – zona yang
runtuh (formasi impermeable).
Log caliper juga digunakan untuk mengetahui informasi tentang
besarnya volume semen yang dibutuhkan untuk mengisi annulus pada
proses penyemenan.
Log Dipmeter
Dipmeter log digunakan untuk mengukur arah dan besarnya
kemiringan lapisan yang dilaui lubang bor, mengidentifikasi struktur,
interpretasi statigrafi, melokalisir patahan dan ketidak selarasan, dan
mengidentifikasi rekahan. Data-data kemiringan lapisan (dip) digunakan
antara lain untuk memecahkan masalah penyimpangan lubang bor serta
berguna untuk tujuan geologi, yaitu untuk perpetaan bawah permukaan
dan untuk perencanaan arah penyebaran sumur-sumur pengembangan
dari arah pemboran yang berhasil.
Prinsip kerja alat ini adalah 3 (tiga) buah alat microlog yang masing
masing berjarak 120o pada bidang yang tegak lurus lubang bor akan
mencatat secara serentak 3 buah kurva yang terpisah terhadap
kedalaman. Orientasi arah dari elektroda karena penyimpangan sumur
akan dicatat sekaligus.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 17
Temperature Log
Temperature Log adalah alat untuk mengukur temperatur di dalam
lubang sumur yang hasilnya merupakan plot antara temperatur versus
kedalaman. Temperature log terdiri dari alat pengukur listrik. Pengukuran
listrik menggunakan variasi tahanan jenis dari konduktor dengan
temperatur. Salah satu kegunaan dari log ini adalah untuk mengetahui fill-
up semen, zona lost circulation, letak jebakan gas dan letak kebocoran
casing.
2.2 Stratigrafi Daerah Eksplorasi
Tujuan dari eksplorasi ini adalah formasi Parigi yang menurut kolom
stratigrafi terletak di bawah Formasi Cibulakan. Formasi Parigi, merupakan
ciri khas endapan paparan pada Cekungan Belakang Busur Gunungapi.
Kea rah Cekungan Bogor satuan ini tidak berkembang.
Pada daerah epikontinen penyebarannya sangat luas, dan mudah
diikuti dalam penampang seismic. Ketebalannya berkisar 27 m sampai 450
m.
Ciri umum batuan ini adalah batugamping, setempat membentuk
terumbu. Umumnya gamping kaya akan fosil, berwarna abu-abu muda
sampai putih kekuningan, jarang yang berwarna coklat muda. Beberapa
tempat sangat dolomitan, sedangkan di tempat lain dapat berubah
menjadi pasiran sampai napalan. Bagian bawah di daerah Parigi, berciri
“boundstone”, kaya akan koral, ganggang, foraminifera. Bagian atas
gamping agak pasiran, berwarna putih abu-abu, mengandung kuarsa,
bioklastik, fragmen saling bersentuhan membentuk “packstone”
(Bhanuindra, 1974 dalam Martodjodjo, 2006). Pada pemboran umumnya
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 18
ditemukan ciri sama seperti di singkapan. Di sini umumnya porositasnya
baik.
Dengan Formasi Cibulakan yang berada di bawahnya, agak lebih
sulit dikenal. Pada beberapa tempat terdapat hubungan menjari.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 19
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH LAPANGAN
Pelaksanaan Kuliah Lapangan diselenggarakan pada hari Jumat,
tanggal 14 April 2012. Lokasi kegiatan Kuliah Lapangan di Sumur Jatayu-1
milik Pan Orient Energy, dengan bantuan Halliburton sebagai Oil Service
nya, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 20
BAB IV
HASIL KEGIATAN PENGAMATAN LAPANGAN
4.1 Hasil Pengamatan
Kegiatan lapangan yang dilakukan adalah mengetahui alat-alat
yang digunakan dalam logging, berupa sumur dan alat-alatnya. Lalu
selanjutnya peserta dibawa menuju Mud-Logging Unit.
Pada Mud-Logging Unit ini kita bisa melakukan monitoring
parameter drilling dan analisa formasi dari cutting yang kita dapatkan.
Target dari drilling ini adalah 8000 feet, sementara pada saat kuliah
lapangan, drilling sudah mencapai kedalaman 3056.52 feet. Cutting yang
didapatkan dianalisis secara manual maupun elektronik. Secara manual,
cutting dipisah yang kering, basah, dan biochamp nya lalu diperlakukan
secara berbeda. Untuk cutting yang basah langsung dimasukkan ke dalam
karung dan dideskripsi setelah kering, sementara cutting yang kering
harus dicuci, dibersihkan, dimasukkan ke dalam oven lalu dideskripsi, dan
biochamp sample dipisahkan menurut ada tidaknya kandungan bakteri.
Sedangkan secara elektronik dideskripsi berdasarkan kecepatan dari
pengambilan cutting.
Melalui drilling ini, tidak hanya cutting yang diamati, tetapi juga cas
composisitonnya. Dari kandungan gas nya kita bisa mengetahui tahap apa
saja kah yang sudah kita masuki dalam pemboran tersebut. Semuanya
akan teramati melalui layar computer yang sudah dihubungkan dengan
bor.
Laporan Kuliah Lapangan: Geologi Minyak Bumi dan Gas 21
Gambar 3.1 Bor Sumur untuk kegiatan eksplorasi minyak
Pada unit ini, juga terdapat Mikroskop dan alat-alat laboratorium
yang dipergunakan dalam analisis cutting.