bab i

13
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal Kronik, (Depkes RI, 2002). WHO memperkirakan setiap 1 juta Jiwa terdapat 23 – 30 orang yang mengalami Gagal Ginjal kronik per tahun. Kasus Gagal Ginjal di Dunia meningkat per tahun lebih 50%. Di Negara yang sangat maju tingkat gizinya seperti Amerika

Upload: bayu-rahmanto

Post on 08-Aug-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB  I

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang

diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Upaya tersebut sampai saat ini masih menjadi kendala yang

disebabkan masih tingginya masalah kesehatan, terutama yang berkaitan

dengan penyakit yang dapat menghambat kemampuan seseorang untuk

hidup sehat. Penyakit – penyakit tersebut diantaranya adalah Gagal Ginjal

Kronik, (Depkes RI, 2002).

WHO memperkirakan setiap 1 juta Jiwa terdapat 23 – 30 orang yang

mengalami Gagal Ginjal kronik per tahun. Kasus Gagal Ginjal di Dunia

meningkat per tahun lebih 50%. Di Negara yang sangat maju tingkat

gizinya seperti Amerika Serikat, Setiap tahunnya sekitar 20 juta orang

dewasa menderita penyakit Gagal Ginjal Kronik, ( Santoso, 2007).

Giatno (2007, dalam Depkes RI 2007), pada peringatan Hari Ginjal

Sedunia mengatakan hingga saat ini di Tanah Air terdapat sekitar 70 ribu

orang penderita Gagal Ginjal Kronik yang memerlukan penanganan terapi

cuci darah. Sayangnya hanya 7.000 penderita Gagal Ginjal Kronik atau

10% yang dapat melakukan cuci darah yang dibiayai program Gakin,

Askes dan jamsostek. Sisanya sekitar 63 ribu harus pasrah menunggu nasib.

Page 2: BAB  I

2

Gagal ginjal kronik saat ini merupakan masalah kesehatan yang penting

mengingat selain insiden dan prevalensinya yang semakin meningkat, juga

pengobatan pengganti ginjal yang harus dijalani oleh penderita gagal ginjal

merupakan pengobatan yang sangat mahal yang harus di tanggung oleh penderita

dan keluarganya, (Bahri, 2005). Bila ginjal tidak berfungsi, maka sisa

metabolisme yang tidak dikeluarkan tubuh akan menjadi racun bagi tubuh

sendiri. Racun ini akan menimbulkan keluhan mual, muntah, sakit kepala hebat

sampai penurunan kesadaran. Cairan yang tidak bisa keluar dari tubuh akan

menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di seluruh rongga tubuh sehingga

terjadi sembab dan sesak napas. Penyebab itulah yang menimbulkan masalah

bagi penderitanya. Karena ia membutuhkan ginjal buatan untuk menyaring

bahan-bahan berbahaya sisa metabolisme ke luar tubuh. Bila tidak dengan segera

diatasi si penderita yang mengalami gagal ginjal pada akhirnya akan menemui

kematian, (Mambo, 2006).

Jumlah pasien penderita penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia

diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 pasien baru setiap

tahunnya. Sedangkan jumlah mesin cuci darah yang ada di Indonesia sekitar

1.000 unit. Jumlah ini hanya bisa melayani 4.000 orang setiap tahun. Ini berarti

jumlah pasien yang dapat dilayani kurang dari 10 persen, (Wijaya, 2009).

Penderita GGK di Provinsi Bengkulu setiap tahunnya mengalami

peningkatan ini dapat dilihat berdasarkan data yang di dapat dari rekam medik

RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu yang dapat dilihat pada tabel 1.1.

Page 3: BAB  I

3

Tabel 1.1 prevelensi pasien GGK di RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu

NO TAHUN UMURJENIS

KELAMIN JUMLAH5-14 15-24 25-44 45-64 >65 Lk Pr

1 2007 1 25 69 44 20 97 62 159

2 2008 1 31 71 43 30 81 95 176

3 2009Jan-okt

4 3 30 62 28 84 43 127

Total 462

Sumber : Medical record RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat jumlah penderita GGK cukup tinggi

dan jika di lihat dari segi umur maupun jumlah setiap tahunnya mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Penyebab terjadinya gagal ginjal adalah disebabkan

oleh beberapa penyakit serius yang diderita oleh tubuh yang mana berlahan –

lahan berdampak pada kerusakan organ ginjal, dan apabila penyakit GGK tidak

segera mendapatkan prawatan yang intensif dapat menyebabkan kematian,

(Gaspersz dan foenay, 2003)

Hampir semua kasus Gagal Ginjal Kronik di bawa ke ruang

Haemodialisa (cuci darah) untuk mendapatkan tindakan pengobatan. Bagi

penderita GGK diadakan haemodilisa akan mencegah kematian. Namun

demikian haemodialisa tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit

penyakit ginjal dan tidak mampumengimbangi hilangnya aktifitas metabolik atau

endokrin yang dilaksanakan ginjal namun hanya sebatas upaya untuk

Page 4: BAB  I

4

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia,

(Brunner and Suddart, 2001).

Hemodialisa merupakan suatu tindakan terapi dengan dialisa sebagai

pengganti fungsi ginjal untuk menurunkan kadar racun di dalam darah. Pada

proses ini zat-zat racun (toksik), air dan elektrolit yang tidak bisa dikeluarkan

lagi oleh ginjal yang sakit, di bersihkan dari darah melalui proses haemodialisis.

Sejak tahun 1960 haemodialisa mulai ditetapkan sebagai terapi pengganti ginjal

pada pasien yang mengalami kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut

maupun kronik, (Setiawan, 2008).

Hemodialisa harus dilakukan secara teratur tanpa boleh dilewatkan satu

haripun. Biasanya hemodialisa dilakukan 2 – 3 kali dalam satu minggu yang

membutuhkann waktu 3 – 6 jam setiap kali melakukan hemodialisa. Hemodialisa

tidak bisa dihentikan kecuali jika menjalani pencangkokan ginjal, kegiatan

hemodialisa akan berlangsung terus menerus selama hidupnya (Lubis, 2006).

Apabila hemodialisa tidak dilakukan atau dilewatkan hanya 1 kali maka pasien

akan mengalami penurunan kesehatan dan akan jatuh kembali ke GGK yang

hebat sehingga dapat mengakibatkan kematian, (Rubin, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

pelayanan kesehatan adalah faktor predisposisi (predisposing factor) yang

terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan, pendidikan, sosial ekonomi,

jarak tempuh, pekerjaan, sikap, keyakinan dan sebagainya. Faktor pendukung

(enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya/tidaknya

fasilitas dan sebagainya. Serta faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud

Page 5: BAB  I

5

dalam sikap dan prilaku petugas kesehatan, motivasi klien, dorongan dari

keluarga dan sebagainya.

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keteraturan pasien dalam

menjalani terapi hemodialisa adalah faktor sosial yaitu pendapatan keluarga.

Semakin baik tingkat pendapatan keluarga cenderung akan teratur untuk

melakukan haemodialisa, hal ini dikarenakan biaya yang harus dikeluarkan oleh

klien cukup besar meliputi obat, pemeriksaan laboratorium, transportsi,

hemodialisis dan transplantasi. Mereka yang tinggal didaerah yang belum ada

fasilitas haemodialisis tentu akan lebih sulit dan memerlukan biaya yang lebih

besar untuk mencapai lokasi. Selain itu motivasi dan dukungan keluarga juga

berperan dalam ketaatan seseorang menjalani terapi haemodialisa, (Indonesian

Nurse, 2008 )

Di RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu tercatat sebanyak 44 orang penderita

gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa tahun 2009. Berdasarkan

survey awal yang dilakukan peneliti di ruang hemodialisa RSUD. Dr. M. Yunus

Bengkulu dari 10 orang pasien yang melakukan hemodialisa 5 diantaranya

mengatakan tidak teratur menjalani terapi hemodialisa 2 diantaranya mengatakan

terlalu mahalnya biayanya dan tidak sanggup bila harus melakukanya secara rutin,

2 diantanya mengatakan jarak rumah nya terlalu jauh dari tempat terapi, dan 1

orang lagi mengatakan kurang termotivasi karena dirinya sudah tua dan takut

menyusahkan anak – anak nya.

Page 6: BAB  I

6

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik dan berkeinginan untuk

melakukan peneliti dengan judul ” Faktor – faktor yang berhubungan dengan

keteraturan pasien gagal ginjal kronik menjalani program haemodialisa di ruang

Hemodialisa RSUD. Dr. M. Yunus Bengkulu”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka didapat masalah

penelitian masih terdapatnya pasien gagal ginjal kronik yang tidak teratur

melakukan cuci darah. Sedangkan rumusan masalah penelitian adalah Faktor -

Faktor Apakah yang Berhubungan Dengan Keteraturan Pasien Gagal Ginjal

Kronik Menjalani Program Haemodialisa di Ruang Haemodialisa RSUD. Dr. M.

Yunus Bengkulu.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya factor-faktor yang berhubungan dengan keteraturan pasien

gagal ginjal kronik menjalani progam haemodialisa.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran keteraturan pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M.

Yunus Bengkulu.

Page 7: BAB  I

7

b. Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani program hemodialisa RSUD. Dr M. Yunus Bengkulu.

c. Diketahuinya gambaran jarak tempuh pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M.

Yunus Bengkulu.

d. Diketahunya gambaran motivasi pasien Gagal ginjal kronik untuk

menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M.

Yunus Bengkulu.

e. Diketahuinya hubungan pendapatan keluarga dengan keteraturan pasien

GGK menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr

M. Yunus Bengkulu.

f. Diketahuinya hubungan jarak tempuh dengan keteraturan pasien GGK

menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M.

Yunus Bengkulu.

g. Diketahuinya hubungan motivasi pasien GGK dengan keteraturan

menjalani program haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M.

Yunus Bengkulu

B. Manfaat Penelitian

1. Untuk RSUD Dr. M. yunus Bengkulu

Page 8: BAB  I

8

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-

faktor yang berhubungan dengan keteraturan pasien GGK menjalani program

haemodialisa di ruang haemodialisa RSUD. Dr M. Yunus Bengkulu.

1. Untuk Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat

bermanfaat dalam mengembangkan kurikulum keperawatan medikal bedah

dan sebagai sumber pustaka yang berhubungan dengan gagal ginjal kronik

dan Haemodialisa.

2. Untuk Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar untuk

penelitian serupa yang akan dikembangkan lebih lanjut.