bab i

25
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang sedang membangun (developing country), dimana pada saat ini giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. 1 Pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif masyarakat, terutama sektor swasta dalam kaitannnya, dengan program pembangunan sarana dan prasarana umum. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir batin secara adil dan merata. Pembagunan nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu 1 Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-DAsar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta,PT Rineka Cipta, 1996) Hal 1 1

Upload: afniaplarizka

Post on 04-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hukum

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang sedang membangun (developing country), dimana pada saat ini giat melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.[footnoteRef:1] Pembangunan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi aktif masyarakat, terutama sektor swasta dalam kaitannnya, dengan program pembangunan sarana dan prasarana umum. Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan seharusnya dapat dinikmati seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir batin secara adil dan merata. Pembagunan nasional sangat banyak jenis dan macamnya, salah satu bentuk realisasi dari pembangunan yaitu Penyediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan. Sebagai contohnya adalah Pengadaan Alat-alat Kesehatan. [1: Djumialdji, Hukum Bangunan Dasar-DAsar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia, (Jakarta,PT Rineka Cipta, 1996) Hal 1]

Pembangunan Nasional khususnya dalam bidang kesehatan termasuk hal yang penting. Seperti yang diketahui, Kesehatan mempunyai peranan penting dalam pembangunan. Dimana jika kesehatan masyarakat suatu Negara terjamin, hal tersebut juga mendukung kinerja sumber daya manusia dalam suatu negara. Untuk mencapai hal tersebut, maka harus tersedia pulalah sarana dan prasarana kesehatan yang lengkap dan mutakhir. Namun, dalam pelaksanaannya pemerintah tidak dapat melaksanakannya sendiri. Oleh karena itu setiap pembangunan ataupun proyek pemerintah melibatkan pihak ketiga. Seperti penyedia barang dan jasa. Dalam pelaksanaan pembangunan ini antara pihak-pihak yang melaksanakannya perlu adanya suatu perjanjian, salah satu bentuk perjanjian itu adalah perjanjian pengadaan barang dan jasa.

Perjanjian pengadaan barang dan jasa merupakan perjanjian yang kompleks karena mengatur banyak aspek baik secara legal maupun teknis tentang proses pengadaan barang dan jasa yang membutuhkan kajian lebih lanjut guna ditemukannya format kontrak perjanjian pengadaan barang dan jasa yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan mampu memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak yang membuatnya. Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis dan/atau dengan pemerintah. Yang mana kerjasama tersebut dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis[footnoteRef:2]. Perjanjian tertulis tersebut adalah dasar bagi para pihak (pelaku bisnis dan/atau pemerintah untuk melakukan penuntutan jika ada salah satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan dalam kontrak atau perjanjian[footnoteRef:3]. [2: Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak, (Bandung, Mandar Maju, 2012) Hal 1.] [3: Annalisa , et.al .Perjanjian Jual Beli Berklausula Perlindungan Hukum Paten, (Malang ,Tunggal Mandiri Publishing,2009) hal 1.]

Pengadaan barang dan jasa pada hakikatnya merupakan upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang dinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu pihak pengguna dan penyediaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa, tunduk kepada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku.[footnoteRef:4] [4: Sutedi. Adrian. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Dan Berbagai Permasalannya. (Sinar Grafika Offset. Jakarta. 2008) Hal 3.]

Kontrak pengadaan barang dan jasa pemerintah bersifat multi aspek dan mempunyai karakter khusus bila dibandingkan dengan kontrak komersial atau kontrak privat pada umumnya. Pertama, hubungan hukum yang terbentuk antara pemerintah dan penyedia barang dan jasa disamping hubungan kontraktual sekalihus berdimensi hukum privat dan hukum public. Kedua, bebas dalam mengatur hubungan hukum dan hubungan kontraktual bersifat mengacu pada regulasi tersendiri tentang pengadaan barang dan jasa pemeritah.[footnoteRef:5] Ketiga, keabsahan dokumen kontrak ditentukan oleh persyaratan pelelangan dan isi kontrak serta terpenuhinya syarat pelelangan dan isi kontrak serta terpenuhinya syarat kewenangan bagi para pejabat dalam membuat dan menandatangani kontrak selaku wakil organisasi atau pemerintah. Keempat, prosedur pengadaan, prinsip dan norma dalam kontrak privat berlaku secara berdampingan dalam kontrak pengadaan pemerintah. Kelima, mekanisme pengelolaan keuangan Negara untuk pembayaran prestasi mengacu kepada aturan tentang pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN).[footnoteRef:6] Keenam, perlu perhatian terhadap kepentingan umum sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi.[footnoteRef:7] Guna mendorong laju pertumbuhan industri dalam negeri agar terpenuhi kewajiban dalam penyediaan fasilitas umum (Public utility) demi penyelenggaraan pembangunan nasional. Ketujuh, instrument hukum yang mengatur kontrak pengadaan barang/ jasa dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah selaku pihak yang terlibat kontrak. [footnoteRef:8] [5: Yohanes Sogar Simamora, Hukum Kontrak: Kontrak Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Indonesia. (Laksbang Justitia. Surabaya. 2013) Hal 3.] [6: Pasal 23 ayat (1) UUD 1945 .] [7: Thai, Public Procurement Re-examined. Journal of Public Procurement(1), (K.V.: t.pn, 2001). Hal 9-50.] [8: H. Purwosusilo, Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa. (Prenadamedia Group. Jakarta 2014) Hal 3.]

Setiap pengadaan barang dan jasa baik pemerintah ataupun swasta memiliki prosedur yang dilandasi pada norma dan etika. Salah satu perilaku yang melanggar norma dan etika pada pengadaan barang dan jasa adalah korupsi pengadaan barang dan jasa. Berbagai praktek korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengadan barang dan jasa serta modus pembocoran yang biasanya dilakukan adalah mark up (nilai proyek digelembungkan) serta spesifikasi barang diturunkan tanpa mengkoreksi nilai proyek. Ada juga yang sampai nekat melakukan tender yang fiktif. Begitu besar jumlah kebocoran akibat korupsi, kolusi dan nepotisme yang masih berlangsung hingga saat ini dalam hal pengadaan barang dan jasa. Hasil kajian pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang tertuang dalam Court Procurement Assesment Report (CPAR) tahun 2001 menyebutkan bahwa sebesar 10%-50% dana unutk pengadaan barang dan jasa mengalami kebocoran.[footnoteRef:9] Komisi pengawasan persaingan usaha (KPPU) juga mengungkapkan suatu fakta bahwa pada tahun 2002 sebanyak sebanyak 30% dari uang rakyat di korupsi yang jumlahnya tidak kurang dari Rp. 45 triliun.[footnoteRef:10] Bahkan berdasarkan hasil laporan Bank Dunia tahun 2009, berpotensi kebocoran pengadaan barang/jasa pemerintah adalah sebesar Rp. 69,4 triliun.[footnoteRef:11] [9: Sutedi Adrian, Op.Cit Hal 44.] [10: Muhammad Irfan AB, Menyehatkan sistem Pengadaan Barang/Jasa , Lihat: http://www.fajaronline.com . 20 april 2013 ] [11: Modus korupsi dalam pengadaan barang/jasa di sektor public sebagaimana diungkapkan oleh Center of International Crime Prevention (CIPC) dari UN Office for Drug Control of International Crime Prevention (UNODCCP), antara lain : pemalsuan (fraud), penyuapan (bribery), Penggelapan (embezzlement). Pemberian komisi (commission), pemerasan (exortion) yang dilakukan oleh pejabat public. Pilih kasih (favorition), Penyalahgunaan wewenang (abuse of power)., bisnis orang dalam (insider trading), nepotisme (nepotism), dan sumbangan illegal. (illegal contribution). Demikian pula korupsi pada level perencanaan pengadaan barang/jasa terjadi melalui modus mark-up dan mark-down (lihat: Kadar Udoyono, Op.Cit, Hal. 128)]

Besarnya jumlah kecurangan dalam proses pelaksanan pengadaan barang dan jasa ini. Dapat di minimalisir dengan pembuatan kontrak pengadaan jasa yang baik dan benar. Yang didalamnya berisikan klausula-klausla yang dapat mengatur kemungkinan adanya hal yang tidak diinginkan. Diatur pula didalam kontrak tersebut mengenai sanksi apabila terjadi hal-hal yag tidak diinginkan,serta apabila terdapat itikad tidak baik diantara para pihak. Itikad baik merupakan salah satu asas dalam hukum perjanjian. Ketentuan mengenai itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata bahwa perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik..[footnoteRef:12] [12: Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak. (RajaGrafindo Persada, Jakarta,2007) hal 50.]

Dalam mengatur setiap proses pengadaan barang dan jasa pemerintah termasuk mengatur setiap individu yang terlibat didalamnya. Pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 80 Tahun 2003. Peraturan tersebut mengatur tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah, tujuan dari dikeluarkannya peraturan tersebut adalah untuk mengurangi segala bentuk penyimpangan yang terjadi dan meningkatkan efisiensi pengadaan barang dan jasa pemerintah. Walaupun telah dikeluarkan Keppres untuk mengatur pengadaan barang dan jasa pemerintah, tetap saja jumlah korupsi dalam pengadaan barang dan jasa tidak dapat dikurangi jumlahnya. Berkaitan dengan itu , pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 sebagai revisi dari Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dan kemudian disempurnakan kembali dengan dikeluarkannya Perpres Nomor 70 Tahun 2012 untuk menyempurnakan mekanisme pengadaan barang dan jasa agar hasil yang didapatkan lebih efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/ tidak diskriminatif, akuntabel, dan bermanfaat sebagai perbaikan sistem Pengadaan Barang dan Jasa.

Pelaku bisnis sering kali menyesal ketika suatu kontrak yang dibuatnya bermasalah. Padahal persoalan hukum tersebut timbul karena ketidak hati-hatian pelaku bisnis ketika menyusun dan menyetujui kontrak tersebut. Umumnya kesadaran ketika kontrak bermasalah. Padahal pemahaman isi kontrak saat kontrak tersebut dirancang merupakan suatu keharusan, bukan setelah kontrak yang disepakati tersebut bermasalah. Selain itu, berbicara tentang kontrak tidak terlepas dari ilmu hukum kontrak. Namun demikian, banyak orang beranggapan bahwa kontrak untuk bisnis adalah persoalan bisnis semata dan tidak ada hubungannya dengan ilmu hukum. Akibatnya, perancangan kontraknya sering kali cukup dilakukan dengan copy dan paste saja, sedangkan penyempurnaannya di dasarkan atas mitos-mitos yang muncul dari rangkaian rumor tentang kontrak itu sendiri dalam praktik bisnis sehari hari. Dengan kalimat lain. Banyak pelaku bisnis menganggap bahwa pembicaraan hukum ketika berbisnis, dianggap merupakan langkah yang hanya memperlambat aktivitas gerak bisnis itu sendiri, mengingat semua akan cenderung menadi serba hati-hati[footnoteRef:13]. [13: Annalisa Yahanan. Op.Cit, hal 2]

Terkait dengan sering kali terjadinya kontrak-kontrak bermasalah, maka penting untuk seluruh aktivitas bisnis adalah perbuatan hukum khususnya hukum kontrak, Yang mana pengadaan barang dan jasa pemerintah juga merupakan salah satu bentuk aktivitas bisnis antara pemerintah dengan pihak swasta sehingga dengan demikian adalah merupakan yang sangat penting diketahui, khususnya pengguna dan penyedia barang / jasa pemerintah terhadap aspek-aspek hukum yang terkait dengan pengadaan barang/ jasa, sehingga dengan mengetahui peraturan peraturan yang terkait, maka akan meminimalkan terjadinya kerugian[footnoteRef:14]. Berbagai macam kasus yang terjadi sudah membuktikan bahwa persengketaan yang terjadi berawal dari penyusunan kontrak yang tidak baik, tidak teliti. Yang akhirnya berujung dipengadilan guna memperoleh penyelesaian. Terlebih lagi kontrak mengenai pengadaan alat kesehatan antara pihak pemerintah dan pihak swasta yang akhir-akhir ini yang sedang marak diperbincangkan di media masa, karena tidak sesuai kenyataan dengan klausula-klausula dalam kontrak. [14: ibid, hal 3]

Penyimpangan dalam kontrak pengadaan barang dan jasa Pemerintah, seringkali terjadi karena adanya perbuatan dari pejabat pengadaan serta pejabat terkait lainnya yang melakukan penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya. Daribeberapa proses dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah, masing-masing tahap berpotensi terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengadaan barang dan jasa. Pihak-pihak yang dimaksud adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Panitia Pengadaan di satu pihak. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran(PA)/ Kuasa Pengguna Anggaran /Dewan Gurbernur Bank Indonesia (BI)/Pemimpin Badan Hukum Milik Negara (BHMN)/Badan Usaha Milik Daerah(BUMD)/Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai pemilik pekerjaan yangbertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa.[footnoteRef:15] Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/ PimpinanBHMN/ Direksi BUMN/ Direksi BUMD, untuk memeriksa dan menerima hasilpekerjaan pengadaan barang dan jasa.[footnoteRef:16] Dalam praktek, pihak-pihak tersebut seringkali dianggap sebagai pihakyang bertanggungjawab apabila terjadi penyimpangan terhadap proses pengadaanbarang dan jasa. [15: Indonesia (A), Peraturan Presiden TentangPengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, Perpres No. 54 Tahun 2010, Ps. 1 angka 7] [16: Ibid., Ps.1 angka 10]

Mengingat besarnya nilai pengadaan barang dan jasa dan kontribusinya pada perekonomian negara, serta banyaknya pihak yang terlibat dalam proses pengadaan barang, maka perwujudan sistem pengadaan barang dan jasa yang baik akan berdampak luas pada prilaku, baik ditingkat birokrasi maupun pada usaha serta masyarakat pada umumnya.

Sistem pengadaan barang dan jasa yang baik adalah sistem pengadaan barang dan jasa yang mampu menerapkan prinsip-prinsip tata cara pemerintahan yang baik (good governance), mendorong efisiensi dan evektivitas belanja publik, serta penataan perilaku tiga pilar (pemeintah,swasta, dan masyarakat) dan penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik.[footnoteRef:17] [17: Sutedi. Adrian, Op.Cit Hal 5-6]

Oleh karena itu berkaitan dengan tinjauan hukum dalam pengadaan barang/jasa penulis akan memaparkan keadaan dimana harus diketahui aturan yang dapat memastikan bahwa pengadaan barang/ jasa sesuai dengan yang dibutuhkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penyerahan sampai dengan pelaporan dan pertanggung jawaban kegiatan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kesehatan tersebut. Yang penulis angkat dengan judul Analisis Hukum Terhadap Kontrak Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun yang menjadi penulisan masalah dalam skripsi ini adalah mengenai hal-hal berikut :

1. Apakah pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentun Hukum ?

2. Apakah konsekuensi apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi ?

3. Apakah solusi yang dilakukan apabila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai ?

C. Tujuan Penulisan

Prof.Surjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul Pengantar Penelitian Hukum menyebutkan bahwa langkah-langkah selanjutnya setelah merumuskan masalah adalah merumuskan tujuan penelitian.Tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut.[footnoteRef:18] [18: Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (UI Press. Jakarta.2006) Hal18.]

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas-tugas dalam mencapai gelar Sarjana Hukum bagi mahasiswa-mahasiswi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan. Sembari untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan seta membuka pola fikir menyangkut hal:

1. Pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai sudah bersesuaian dengan Ketentun Hukum.

2. Konsekuensi apabila pelaksanaan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai tidak terpenuhi.

3. Solusi yang dilakukan apabila terdapat permasalahan dalam pelaksanaan kontrak pengadaan alat alat kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

D. Manfaat penulisan

Salah satu faktor pemilihan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah agar dapat bermanfaat karena nilai dari sebuah penulisan skripsi ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari penulisan skipsi tersebut. Berikut manfaat yang diharapkan dari rencana penulisan skripsi ini antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Adapun yang menjadi manfaat teoritis dari rencana penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmupengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya.

2. Guna memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang pengadaan barang dan jasa, terlebih pengadaan alat-alat kesehatan pada instansi Dinas Kesehatan.

3. Hasil penulisan ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan-penulisansejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yaitu manfaat dari penulisan hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari rencana penulisan ini sebagai berikut :

1. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

2. Hasil penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada semuapihak yang membutuhkan pengetahuan terkait dengan permasalahan yang diteliti dan dapat dipakai sebagai sarana yang efektif dan memadai dalam upaya mempelajari dan memahami ilmu hukum, khususnya Hukum Perdata dalam hal Pengadaan Alat-Alat Kesehatan .

E. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan materi skripsi ini. Bertujuan agar tulisan ini dapat dipertanggungjawabkan nilai ilmiahnya, maka diusahakan memperoleh dan mengumpulkan data dengan mempergunakan metode sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris. Penelitian normatif yaitu dengan memiliki bahan-bahan kepustakaan. Penelitian empiris yaitu melakukan penelitian pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai.

2. Sifat penelitian

Sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan juga melakukan wawancara kepada pihak yang berkontrak, dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai guna mendapatkan informasi secara fakta dan akurat.

3. Sumber Data

Dalam penyusunan skripsi ini, data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka.

a. Data sekunder

Data sekunder adalah merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder mencakup:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, mulai dari KUHPerdata, Keppres No 80tahun 2003, Perpres No 54 tahun 2010, Perpres No 35 tahun 2011 dan Perpres No 70 tahun 2012.

2) Bahan hukum sekunder, yaitu yang memberikan penjelesan mengenai hukum primer dengan menganalisa serta memahami bahan hukum primer.

3) Bahan hukum tertier, yaitu yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus ensiklopedia.

b. Data primer

Metode pengumpulan data primer yaitu data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Sumber data yang berupa keterangan-keterangan yang berasal dari pihak-pihak atau instansi-instansi yang terkait dengan objek yang diteliti secara langsung yaitu melalui wawancara dengan responden.

4. Alat pengumpulan data

Alat pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui media tertulis. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu studi pustaka dengan cara identifikasi isi. Wawancara dilakukan dengan pihak instansi yang dijadikan tempat penelitian.

5. Analisa data

Data yang digunakan oleh penulis adalah analisis kualitatif dengan mengalisa keseluruhan data baik primer dan data sekunder yang disusun secara sistematis, dikatagorisasikan, dihubungkan dan selanjutnya dianalisis untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dan dideskripsikan dalam bentuk skripsi.

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul Analisis Hukum Terhadap Pengadaan Alat-Alat Kesehatan Pada Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai. Hal ini telah disetujui oleh Ketua Jurusan Fakultas Hukum Perdata Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan. Berdasarkan penelusuran kepustakaan oleh pihak Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atau Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka judul skripsi, tesis yang telah ada di Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi dan Informasi FH USU adalah :

Nama: Kiki Fitri M. Manurung

Nim: 060200149

Judul: Analisis hukum terhadap kontrak pengadaan barang dan jasa oleh dinas Kelautan dan perikanan sumatera utara

Nama: Irwin Zaily

Nim: 920200093

Judul: Tinjauan yuridis mengenai perjanjian pemborongan pengadan bahan makanan antara rumah sakit jiwa pusat (RSPJ) dengan U.D Cahaya

Nama : Zulfikar Siregar

Nim : 970200136

Judul : Perjanjian pengadaan barang pada proyek kanwil dekes RI Prov Sumatra utara dengan CV murni.

Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkajibuku-buku, peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai dengan kajian permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi, penulisan hukum ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu

I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan hukum.

II. TINJAUAN UMUM TENTANG KONTRAK

Adapun yang mendasari penulisan ini adalah mengenai penjelasan tentang pengertian dan asas dalam kontrak, syarat sahnya suatu kontrak , jenis- jenis kontrak, tahap pembuatan kontrak dan struktur dalam sebuah kontrak.

III. KONTRAK PENGADAAN BARANG DAN JASA

Babketigainimenguraikansecaradetailmengenaipengertian.pengadaan barang dan jasa, syarat-syarat menjadi peserta pengadaan barang dan jasa dilihat dari KUHPerdata, prakualifikasi dan pasca kualifikasi pengadaan barang dan jasa, pengadaan barang dan jasa dilihat dari Perpres No 70 tahun 2012, hak dan kewajiban para pihak dalam pengadaan barang dan jasa.

IV. ANALISIS HUKUM TERHADAP KONTRAK PENGADAAN ALAT-ALAT KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA TANJUNGBALAI

Bab ini merupakan suatu hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dan penulis membahas mengenai bagaimana kegiatan pengadaan sarana dan prasarana puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dengan CV. Shafira, Jaminan dalam perjanjian pengadaan alat-alat kesehatan, analisis hukum yang memungkinkan bermasalah dan penyelesaiannya, penyelesaian sengketa terhadap kontrak yang bermasalah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penulisan dan kaitnya dengan masalah yang diidentifikasikan.

10