bab i

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeliharaan kesehatan dan kecantikan tentunya tidak akan terlepas dari produk – produk farmasi dan kesehatan, khususnya kosmetik yang sedang tren back to nature. Oleh karena itu penggunaan bahan baku natural untuk kosmetik akan menjadi pilihan utama dimasa depan, karena khasiat dan faktor keamanannya. Beruntung Indonesia dianugrahi beranekaragam sumber daya hayati darat dan laut yang terbesar di dunia serta ribuan etnis suku bangsa yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal di bidang pemanfaatan tanaman sebagai sumber obat dan kosmetik (Rismana, dkk, 2014). 1

Upload: ubutt-nurul-resepgehu

Post on 16-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BAB

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeliharaan kesehatan dan kecantikan tentunya tidak akan terlepas dari produk produk farmasi dan kesehatan, khususnya kosmetik yang sedang tren back to nature. Oleh karena itu penggunaan bahan baku natural untuk kosmetik akan menjadi pilihan utama dimasa depan, karena khasiat dan faktor keamanannya. Beruntung Indonesia dianugrahi beranekaragam sumber daya hayati darat dan laut yang terbesar di dunia serta ribuan etnis suku bangsa yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal di bidang pemanfaatan tanaman sebagai sumber obat dan kosmetik (Rismana, dkk, 2014).

Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit yang umum diderita manusia dan umumnya dapat diobati menggunakan sediaan antiacne dengan bahan aktif berupa senyawa antibiotika. Sebagai alternatif sediaan untuk mengatasi masalah antiacne dan efek negatif resistensi senyawa antibiotika maka telah dibuat suatu sediaan antiacne berbahan aktif nanopartikel kitosan-ekstrak garcinia mangostana.B. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara formulasi sediaan nanopartikel.2. Untuk mengetahui aktivitas antimikroba nanopartikel kitosan ekstrak kulit manggis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetik dan Jerawat

Sehat dalam arti luas adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial. Kulit sehat berarti kulit yang tidak menderita suatu penyakit, baik penyakit yang mengenai kulit secara langsung ataupun penyakit dalam tubuh yang secara tidak langsung mempengaruhi kesehatan kulitnya. Penampilan kulit sehat dapat dilihat dari struktur fisik kulit berupa warna, kelenturan, tebal dan tekstur kulit. Berbagai faktor yang mempengaruhi penampilan kulit sehat, misalnya umur, ras, iklim, sinar matahari serta kehamilan. Kosmetik telah menjadi bagian kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan secara luas baik untuk kecantikan maupun untuk kesehatan. Masyarakat di zaman Mesir Kuno sudah memanfaatkan merkuri pada abad ke 18. Seiring berjalannya waktu, pemakaian kosmetik bertambah yaitu untuk mempercantik diri, mengubah rupa, menutupi kekurangan dan menambah daya tarik dengan keharuman kulit. Sesuai dengan perkembangan zaman, bentuk kosmetik semakin praktis dan mudah digunakan. Bahan yang dipakai dalam kosmetik, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya, tetapi sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan sintetik untuk maksud meningkatkan kecantikan. Keinginan manusia untuk menjadi cantik ataupun tampan adalah faktor utama yang mendorong manusia menggunakan kosmetik (Polii, dkk).

Pengertian kosmetik dan bentuk-bentuk kosmetik menurut beberapa ahli kosmetologi dan peraturan antara lain : (i) menurut Jellinex, kosmetologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hukum-hukum kimia, fisika, biologi dan mikrobiologi tentang pembuatan, penyimpanan dan penggunaan bahan kosmetika, (ii)Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I. No.220/Men Kes/Per/IX/76, kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan, dimasukkan dan dipergunakan pada badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat. Zat tersebut tidak boleh mengganggu faal kulit atau kesehatan tubuh secara keseluruhan, (iii)Lubowe mengemukakan istilah Cosmedics disusul oleh Faust dengan istilah Medicated Cosmetics untuk bentuk gabungan dari kosmetika dan obat. Cosmedics adalah kosmetika yang ke dalamnya ditambahkan bahan-bahan aktif tertentu seperti zat-zat anti bakteri atau jasad renik lainnya, anti jerawat, anti gatal, anti produk keringat, anti ketombe dan lain-lain dengan tujuan profilaksis, desinfektan, terapi dan lain-lain, (iv)kosmetika hipoalergik adalah kosmetika yang di dalamnya tidak mengandung zat-zat yang dapat menyebabkan reaksi iritasi dan reaksi sensitasi. Kosmetika jenis ini bila dapat terwujud akan merupakan kosmetika yang lebih aman untuk kesehatan kulit, (v) kosmetika tradisional adalah kosmetika yang terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari alam dan diolah secara tradisional. Di samping itu, terdapat kosmetika semi-tradisional, yaitu kosmetika tradisional yang pengolahannya dilakukan secara modern dengan mencampurkan zat-zat kimia sintetik ke sediaannya. Secara umum dari definisi tersebut diatas jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan satu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit (Rismana dkk, 2014).

Jerawat (acne vulgaris) merupakan penyakit kulit yang banyak dialami oleh remaja dan umumnya diakibatkan oleh adanya papula folikuler noninflamasi, nodul, pustule dan radang papula. Faktor faktor penyebab terjadinya jerawat diantaranya adalah karena meningkatnya produksi sebum, penyumbatan saluran pilosebasea, kolonisasi bakteri di saluran pilosebasea serta proses inflamasi (Chomnawang dalam rismana dkk, 2013). Secara alami dalam kulit normal terkandung beberapa bakteri penyebab jerawat seperti Propionibacterium acnes, Propionibacterium granulosum, Staphylococcus epidermidis serta Malassezia furfur, dan jika kondisi memungkinkan bakteri tersebut dapat berproliferasi secara cepat dan memicu tumbuhnya jerawat (Chomnawang dalam rismana dkk, 2014). Senyawa kimia jenis antibiotik seperti clindamycin dan tetracyclin telah lama digunakan untuk mengatasi jerawat, tetapi terkadang ada efek samping berupa iritasi kulit dan gangguan kesehatan lainnya sehingga penggunaanya dibatasi. Di sisi lain dengan semakin meningkatnya penggunaan bahan alam dalam industri obat dan farmasi, maka penggunaan tanaman obat juga secara intensif diteliti guna mencari bahan alternatif yang mempunyai aktivitas antibakteri, khususnya terhadap Propionibacterium acnes (Rismana dkk, 2014).

Akhir-akhir ini para ahli mulai berpaling untuk mencari obat jerawat dari bahan alam. Untuk optimasi pengobatan terhadap jerawat, seyogyanya bentuk sediaan yang dipilih harus dapat menjadi obat yang dapat dijadikan sebagai bahan pembantu tidak boleh menimbulkan kecenderungan untuk munculnya jerawat-jerawat baru (Djajadisastra, 2009). Terdapat beberapa penelitian yang telah menggunakan bahan alam yang dapat digunakan sebagai obat anti jerawat. Salah satunya adalah ekstrak Daun Nerium oleander (Djajadisastra, 2009), getah buah pepaya (Anggraini dkk), sari buah belimbing wuluh (Hasyim, 2011) dan ekstrak kulit manggis (rismana dkk, 2014).

B. Manggis

Manggis (Garcinia mangostana) adalah tanaman tropis yang banyak ditemukan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di Thailand, kulit manggis telah digunakan sebagai obat untuk penyakit infeksi kulit, obat luka dan diare. Senyawa utama dari manggis adalah derivat xanthon dan telah telah diketahui mempunyai aktivitas antifungal (Gopalakrishnan dalam rismana dkk, 2014), antimikroba (Suksamrarn dalam Rismana dkk, 2014), antioksidan (Moongkandi dalam Pasaribu, 2012) dan sitotoksik. Bagian tanaman yang secara tradisional sering dipakai dalam pengobatan tradisional (diare, disentri, eksim dan penyakit kulit lainnya) adalah kulit buah. Kulit manggis yang dahulu hanya dibuang saja ternyata menyimpan sebuah harapan untuk dikembangkan sebagai kandidat obat (Nugroho). Kulit buah manggis juga mengandung senyawa -mangostin dan -mangostin. Aktivitas biologi -mangostin antara lain sebagai antagonis kompetitif dari reseptor-H1 histamin, antibakteri terhadap Helicobacter pylori, antiinflammasi, antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, antioksidan dan antiacne (Rismana dkk, 2014).

Kulit buah manggis banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku produk pangan. Secara turun-temurun, kulit buah manggis dimanfaatkan untuk mengobati atau mencegah diare, disentri, dan sariawan. Kulit buah manggis bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung antosianin, tanin, senyawa fenol/polifenol, epikatekin, dan xanthone . Xanthone merupakan senyawa organik dan mempunyai banyak turunan di alam dan memiliki aktivitas antioksidan. Kulit buah manggis mengandung 14 jenis turunan xanthone. Alfa-mangostin merupakan turunan xanthone yang banyak terdapat pada kulit dan buah manggis. Alfa-mangostin memiliki kemampuan menekan pembentukan senyawa karsinogen pada kolon. Dengan demikian, xanthone yang terdapat pada kulit buah manggis bersifat antioksidan, antidiabetik, antikanker, antiimflammatory, hepatoprotective, immuno-modulation, aromatase inhibitor, antibakteri, juga bersifat fungsional lainnya. Antosianin bermanfaat sebagai pewarna alami maupun antioksidan. Antosianin memiliki kemampuan sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit neuronal, kardiovaskuler, kanker, dan diabetes. Kulit buah manggis mengandung vitamin B1, B2, B6, dan C, serta senyawa pektin, tanin, dan resin. Senyawa-senyawa tersebut sering dimanfaatkan sebagai bahan penyamak kulit dan zat pewarna hitam untuk makanan dan industri tekstil. Sementara kulit buah manggis yang mengandung getah kuning dimanfaatkan sebagai bahan baku cat dan insektisida. Tanin terdiri atas berbagai asam fenolat yang mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, dan menghambat enzim seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase. Tanin dengan protein membentuk senyawa kompleks dan menyebabkan pengendapan protein. Fungsi tanin bagi kesehatan antara lain adalah sebagai antioksidan dan relaksasi, yang secara klinis memiliki kemampuan sebagai antidiare, hemostatik, dan antihemorod (Setyabudi, 2012).

C. Kitosan

Kitosan merupakan polisakarida alam [(14) glukosamin ( 2 amino 2 deoksi d - glukosa ) N asetil d - glukosamin ( 2 asetamido 2 deoksi - dglukosa )] yang mulai banyak diaplikasikan dalam industri farmasi, pangan dan kesehatan. Kitosan mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan yaitu bersifat anti mikroba, wound healing, tidak beracun, murah, biokompatibel, dapat dibiodegradasi, serta larut air. Dalam bentuk mikro/nanopartikel kitosan mempunyai banyak keunggulan yakni tidak toksik, stabil selama penggunaan, luas permukaan yang tinggi, serta dapat dijadikan matriks untuk berbagai jenis obat dan ekstrak tanaman. Oleh karena itu kitosan berpotensi untuk digunakan sebagai bahan eksipien atau pembawa sekaligus bahan aktif dalam suatu sediaan topikal antiacne (Rismana dkk, 2014).

Nanopartikel merupakan bahan dengan ukuran partikel pada skala nanometer. Beberapa bahan nanopartikel dengan ukuran partikel di atas 100 nm telah berhasil disintesis untuk produk yang berasal dari bahan alam antara lain untuk kurkumin, paclitaxel dan praziquantel dengan ukuran partikel masing masing adalah 450 nm, 147,7 nm, dan > 200 nm, sehingga nanopartikel dapat juga didefinisikan sebagai sistem koloid submikronik (