bab i

18
DIET PEMERIKSAAN Oleh Aprilia Ananda : PO7131312 414 Dosen Pembimbing : Roziana, SST, M.Gizi KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Upload: justin-jenkins

Post on 25-Sep-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

henhy

TRANSCRIPT

DIET PEMERIKSAAN

OlehAprilia Ananda: PO7131312 414

Dosen Pembimbing :Roziana, SST, M.Gizi

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RIAUJURUSAN GIZI2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangStatus kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan.Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik.Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat.Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien.

1.2 TujuanAdapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain:1. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan pielografi intravenus2. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan kolesistografi3. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan toleransi glukosa4. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan keseimbangan lemak5. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan kolonoskopi6. Untuk mengetahui jenis dan prinsip diet pada saat pemeriksaan benzidin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diet Pemeriksaan Piolegrafi IntravenaPemeriksaan piolegrafi intravena dilakukan dengan menyuntikkan bahan kontras secara intravena dan dilakukan pengambilan gambar radiologis secara serial yang disesuaikan dengan saat zat kontras mengisi ginjal, berlanjut ke ureter, dan ke kandung kemih. Indikasi pemeriksaan PIV adalah untuk mendeteksi lokasi obstruksi misalnya pada batu ginjal, konfirmasi penyakit ginjal polikistik, atau adanya kelainan anatomis yang tidak terdeteksi oleh teknik pemeriksaan lain. Diet untuk pemeriksaam PIV yaitu :1. 2 hari sebelum pemeriksaan mulai diet makanan rendah serat (bubur kecap), tidak diperkenankan untuk makan buah,daging,sayur ataupun makanan yang lainnya. Tidak diperbolehkan juga untuk merokok.2. Makan terakhir Jam 19.00 malam sehari sebelum pemeriksaan, setelah itu puasa samapi pagi , sampai dilakukan pemeriksaan, tapi diperbolehkan untuk minum air putih Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Sebelum pasien disuntikkan urofin 60% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan.Jika pasien alergi terhadap kontras maka pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan.

2.2 Diet Pemeriksaan KolonoskopiColonoscopy adalah prosedur yang memungkinkan pemeriksa (biasanya seorang gastroenterologist) untuk mengevaluasi bagian dalam kolon (usus besar atau usus besar).Kolonoskop adalah tabung, empat kaki panjang yang fleksibel tentang ketebalan jari dengan kamera dan sumber cahaya di ujungnya.Ujung kolonoskop dimasukkan ke dalam anus dan kemudian maju perlahan-lahan, di bawah kontrol visual, kedalam rektum dan melalui usus biasanya sejauh sekum, yang merupakan bagian pertama dari usus besar.Colonoscopy dapat dilakukan untuk berbagai alasan. Paling sering hal itu dilakukan untuk menyelidiki penyebab darah dalam tinja, nyeri perut, diare, perubahan kebiasaan buang air besar, atau kelainan ditemukan pada kolon sinar-X atau tomografi aksial komputerisasi (CT) scan.Individu dengan riwayat polip atau kanker usus besar dan orang-orang tertentu dengan riwayat keluarga beberapa jenis non-kanker kolon atau masalah kolon yang mungkin berhubungan dengan kanker usus besar (seperti ulcerative colitis dan kolon polip) mungkin disarankan untuk memiliki periodik colonoscopies karena risiko mereka lebih besar untuk polip atau kanker usus besar.Seberapa sering seharusnya satu menjalani kolonoskopi tergantung pada tingkat risiko dan kelainan ditemukan di colonoscopies sebelumnya. Telah direkomendasikan bahwa bahkan orang sehat berisiko normal untuk kanker usus besar harus menjalani kolonoskopi pada usia 50 dan setiap 10 tahun sesudahnya, untuk tujuan menghilangkan polip kolon sebelum mereka menjadi kanker.Jika prosedur ini menjadi lengkap dan akurat, usus besar harus benar-benar dibersihkan, dan ada persiapan kolonoskopi beberapa. Pasien diberi petunjuk rinci tentang persiapan pembersihan.Secara umum, ini terdiri dari minum volume besar larutan pembersih khusus atau beberapa hari dari diet cairan bening dan obat pencahar atau enema sebelum pemeriksaan. Instruksi ini harus diikuti persis seperti yang ditentukan atau prosedur mungkin tidak memuaskan (visualisasi pada lapisan usus besar dapat dikaburkan oleh tinja sisa), dan mungkin harus diulang, atau tes alternatif kurang akurat dapat dilakukan di tempatnya .Kebanyakan obat harus dilanjutkan seperti biasa, tetapi beberapa mungkin mengganggu pemeriksaan.Cara terbaik adalah bahwa dokter diinformasikan tentang semua resep saat ini atau over-the-counter obat.Produk aspirin, pengencer darah seperti warfarin (Coumadin), obat arthritis, insulin, dan persiapan besi adalah contoh dari obat-obat yang mungkin memerlukan instruksi khusus. Colonoscopist juga akan ingin menjadi sadar alergi pasien dan setiap penyakit utama lainnya. Colonoscopist harus diberitahu jika, di masa lalu, pasien telah diperlukan antibiotik sebelum prosedur bedah atau gigi untuk mencegah infeksi.Instruksi juga dapat diberikan untuk menghindari makanan tertentu selama beberapa hari sebelum prosedur, seperti makanan berserabut, makanan dengan biji, atau merah Jello. Diet kolonoskopi digunakan untuk mengetahui kelainan pada kolon dengan menggunakan alat endoskopi. a. Tujuan diet : memberikan makanan secukupnya dengan meninggalkan sisa makanan seminimal mungkin dalam usus. b. Syarat diet : Energy dan protein sesuai dengan kebutuhan atau sedikit diatas kebutuhan basal. Rendah sisa agar kolon bersih. Banyak minum agar defekasi lancar. Diberikan 2 3 hari sebelum kolonoskopi. 1 2 hari sebelumnya makanan lunak rendah sisa tidak pakai sayur dan buah. Untuk hari selanjutnya diberi makanan biasa yang rendah sisa. Bila pasien susah BAB diberikan pencahar. Malam sebelumnya : Pukul 19.00 (bubur sumsum), Pukul 20.00 (susu komersial) kemudian laksan dan puasa boleh minum air. Hari pemeriksaan : pukul 05.00 06.00 klisma sampai dengan bersih.

2.3 Diet Pemeriksaan BenzidinDiet ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pendarahan pada saluran cerna bagian atas. Bahan makanan yang dapat menimbulkan reaksi dengan larutan benzidin tidak diperbolehkan (bahan makanan yang mengandung hemoglobin dan klorofil). Diet Benzidin biasanya hanya diberikan selama 2-3 hari saja. Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk saringan atau lunak. Bahan makanan yang boleh diberikan dan tidak boleh diberikan Bahan MakananBoleh DiberikanTidak Boleh Diberikan

Sumber karbohidratBeras dibubur atau dibubur saring ; kentang di pure ; makaroni, roti, biskuit, tepung-tepungan diolah menjadi bubur atau puding putih.Dalam bentuk nasi, digoreng ,ubi, singkong.

Sumber protein hewaniTelur, ikan berdaging putih, susu.Daging, ikan berdaging merah, ayam, telur.

Sumber protein nabatiTahu dan tempe ditim atau disetupKacang-kacangan kering

SayuranKembang kol, labu siam dan labu kuningSayuran hijau seperti bayam, kangkung, buncis, atau kacang panjang.

Buah-buahaPisang ambon, sari sirsak, pepayaBuah yang berwarna hijau, seperti advokad, buah yang dimakan dengan kulitnya seperti jambu biji dan apel.

LemakMentega, margarinMinyak goreng, lemak daging

2.4 Diet Pemeriksaan Toleransi GlukosaUntuk mengukur kadar glukosa dipakai terutama dua macam teknik. Cara-cara kimia memanfaatkan sifat mereduksi molekul glukosa yang tidak spesifik. Pada cara-cara enzimatik, glukosa oksidase bereaksi dengan substrat spesifiknya, yakni glukosa, dengan membebaskan hidrogen peroksida yang banyaknya diukur secara tak langsung. Nilai-nilai yang ditemukan dalam cara reduksi adalah 5-15 mg/dl lebih tinggi dari yang didapat dengan cara-cara enzimatik, karena disamping glukosa terdapat zat-zat mereduksi lain dalam darah. Sistem-sistem indikator yang dipakai pada berbagai metode enzimatik yang otomatik berpengaruh kepada hasil penetapan, jadi juga kepada nilai rujukan.Metode-metode pemeriksaan glukosa darah :a. Metode FolinPrinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat darah bebas protein dipanaskan dengan larutan CuSO4 alkali. Endapan CuO yang dibentuk glukosa akan larut dengan penambahan larutan fosfat molibdat. Larutan ini dibandingkan secara kolorimetri dengan larutan standart glukosa.

b. Metode Samogyi-NelsonPrinsip dari pemeriksaan ini adalah filtrat mereduksi Cu dalam larutan alkali panas dan Cu direduksi kembali oleh arseno molibdat membentuk warna ungu kompleks. c. Ortho tholuidinPrinsipnya adalah dimana glukosa akan bereaaksi dengan orthotholuidin dalam asam acetat panas membentuk senyawa berwarna hijau. Warna yang terbentuk diukur serapannya pada panjang gelombang 625 nm. d. Glukosa oksidase/peroksidaseGlukosa oksidase adalah suatu enzim bakteri yang merangsang oksidasi dengan menghasilkan H2O2. Dengan adanya enzim peroksidase oksigen dari peroksid ini dialihkan ke acceptor tertentu menghasilkan suatu ikatan berwarna.Diet untuk pemeriksaan toleransi glukosa ini digunakan untuk memeriksa toleransi terhadap glukosa. Diberikan 3 hari berturut turut diet DM. Hari ke 4 (hari pemeriksaan) pasien hanya diberikan cairan terdiri 50 100 gr Glukosa dan gelas sari jeruk.Kadar glukosa darah diukur sebelum diberikan beban glukosa, , 1, 2 dan 3 jam setelah diberikan beban glukosa.

2.5 Diet Pemeriksaan KolesistografiMeskipun sudah digantikan dengan USG sebagai pemeriksaan pilihan,kolesistografi masih digunakan jika alat USG tidak tersedia/ bila hasil USG meragukan. Kolesistografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya..Median kontras yang mengandung iodum yang diekskresikan oleh hati dan dipekatkan dalam kandung empedu diberikan kepada pasien. Kandung empedu yang normal akan terisi oleh bahan radiopaque ini. Jika terdapat batu empedu , bayangannya akan tampak pada foto rontgen.Preparat yang diberikan sebagai bahan kontras mencakup asam iopanoal (telepaque). Iodipamide meglomine (cholografin) dan sodium ipodate (oragrafin). Semua preparat ini diberikan dalam dorsonal, 10 hingga 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan sinar X sesudah diberikan preparat kontras, pasien tidak boleh mengkonsumsi apapun untuk mencegah kontraksi dan untuk pengosongan kandung empedu. Kepada pasien harus ditanyakan apakah ia mempunyai riwayat alergi terhadap yodium/ makanan laut .jika tidak ada riwayat alergi , pasien mendapat preparat kontras oral pada malam harinya sebelum pemeriksaan radiografi dilakukan Foto rontgen mula-mula dibuat pada abdomen kuadran kanan atas. Apabila kandung empedu tampak terisi dan dapat mengosongkan batu, kita dapat menyimpulkan bahwa tidak terjadi penyakit kandung empedu. Apabilaterjadi penyakit kandung empedu, maka kandung empedu tersebut mungkin tidak terlihat karena adanya obstuksi oleh batu empedu. Pengulangan pembuatan kolesistogram oral dengan pemberian preparat kontras yang kedua mungkin diperlukan jika kandung empedu pada pemeriksaan pertama tidak tampak. Kolesistigrafi pada pasien yang jelas tampak ikterik tidak akan memberikan hasil yang bermanfaat karena hati tidak dapat mengekskresikan bahan kontras radiopaque ke dalam kandung empedu pada pasien iterik. Pemeriksaan kolesistografi oral kemungkinan besar akan diteruskan sebagai bagian dari evaluasi terhadap pasien yang telah mendapatkan terapi pelarutan batu empedu atau hipotripsi.Diet ini diberikan untuk pemeriksaan kelainan pada kantung empedu. Hari 1 sore diberikan makanan lunak tanpa lemak pukul 22.00 berupa klisma / laksid (pencahar). Jam 07.00 diberikan klisma lagi, kemudian difoto. Setelah itu diberikan diet tinggi lemak (>40 %), kemudian difoto lagi.

2.6 Diet Pemeriksaan Keseimbangan LemakDiet ini diberikan untuk mengetahui terjadi steatorea atau tidak dalam feses. Lama pelaksanaan diet 5 hari. Diberikan diet tinggi lemak misalnya 100 gram selama 5 hari. Pemeriksaan feses dilakukan pada hari ke 3, 4 dan 5.Diagnosis steatorea ditegakkan bila terdapat lebih dari 5 gram lemak dalam feses / hari atau 15 gr/ 3 hari.a. Bahan makanan yang boleh diberikanSumber Karbohidrat: beras dibuat nasi, bubur atau bubur saring; kentang dipure; produk olahan tepung-tepungan, seperti makaroni, roti putih, biskuit, mi, dan bihun.Sumber protein hewani: daging, ikan, telur, keju, susu full cream, dan yoghurt.Sumber protein nabati: tempe, tahu, kacang-kacangan.Sumber lemak: margarin, mentega, minyak, krim dalam jumlah banyak.Sayuran: bebas (dimasak)Buah-buahan: semua jenis buah-buahan

b. Bahan makanan yang tidak boleh diberikanSumber proein hewani: susu rendah lemak, susu skim, sarden

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanUntuk pemeriksaan pielografi intravenus diberikan diet makanan rendah serat. Digunakan untuk memeriksa kelainan kelainan ginjal. Diet ini dilaksanakan sehari sebelum pemeriksaan. Diet ini berbentuk cair atau lunak yang mudah cerna, minuman juga dibatasi. Pada pemeriksaan penderita harus puasa. Diet pemeriksaan keseimbangan lemak untuk mengetahui terjadi steatorea atau tidak dalam feses. Diet pemeriksaan toleransi glukosa digunakan untuk memeriksa toleransi terhadap glukosa. Diberikan 3 hari berturut turut diet DM. Hari ke 4 (hari pemeriksaan) pasien hanya diberikan cairan terdiri 50 100 gr Glukosa dan gelas sari jeruk. Kadar glukosa darah diukur sebelum diberikan beban glukosa, , 1, 2 dan 3 jam setelah diberikan beban glukosa. Diet pemeriksaan kolesistografi diberikan untuk pemeriksaan kelainan pada kantung empedu.

3.2 Saran Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik saran penulis harapkan demi perbaikan tulisan dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsir, Sumita. 2002. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia

Bagian Gizi R.S Dr.Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 1978. Penuntun Diit. Jakarta: Gramedia.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC

Kapantow, Nova. 2008. Bahan Ajar Ilmu Gizi Klinik. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi: ManadoLintong, Poppy M. 2005. Ginjal Dan Saluran Kencing Bagian Bawah. Bagian Patologi