bab i

Upload: anindhito-kurnia-pratama

Post on 11-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asdfszdfsdf

TRANSCRIPT

BAB IKARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Ny.DAlamat lengkap: Grobogan, RT 01/RW VI, Kutho, Kerjo, KaranganyarBentuk Keluarga: Extended FamilyTabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu RumahNoNamaStatusL/PUmurPendidikanPekerjaanPenderita TBCKet

1.Ny. Dibu penderita (KK)P55 th-pedagangYa Sembuh 1 th yg lalu

2.Sdr. Su suami penderitaL 27 thSMAwiraswastatidak-

4.Sdri. SpenderitaP25 thSMAwiraswastaYa Hamil 5 bulan/ trimester II

5.Sdr. StKakak penderitaL30 thSMAwiraswasta-Pernah periksa di Puskesmas dg keluhan yang sama hasil BTA (-)

6.Sdri. NIstri kakak penderitaP26 thSMApedagangTidak -

7.An. APutra kakak penderitaP5 thTK---

Sumber : Data sekunder, 10 november 2009Kesimpulan : Keluarga Ny.D adalah extended family yang terdiri atas 7 orang. Terdapat tiga orang yang sakit yaitu Ny. D, Sdri S, Sdr. St. Sdri S sedang hamil trimester II dan masih tinggal serumah bersama ibu (Ny. D) dan keluarga kakaknya Sdr. St.

BAB IISTATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang penderita berjenis kelamin perempuan hamil trimester II dengan TB paru BTA (+), berusia 25 tahun. Kasus ini dipilih dengan pertimbangan bahwa tuberkulosis paru pada kehamilan seperti tuberkulosis paru pada umumnya masih merupakan problem kesehatan masyarakat Indonesia maupun negara-negara yang sedang berkembang lainnya. Akibat dari penyakit ini sangat kompleks, tidak hanya dari segi biomedis melainkan juga mempengaruhi faktor psikologis penderita dan keluarga, serta faktor-faktor sosioekonomi, maka penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.B. IDENTITAS PENDERITANama:Ny. SUmur:25 tahunJenis kelamin:PerempuanPekerjaan:Wiraswasta Pendidikan:SMAAgama:IslamAlamat : Grobogan, RT 01/RW VI, Kutho, Kerjo, KaranganyarStatus Perkawinan:MenikahSuku :JawaTanggal periksa:17 Agustus 2009

C. ANAMNESIS 1. Keluhan Utama: batuk kambuh-kambuhan.2. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh batuk kambuh-kambuhan sejak 2 bulan yang lalu, dahak (+) warna kuning kehijauan, batuk berdarah (-), demam (+) naik turun sejak 1 bulan yang lalu, nafsu makan menurun dan berat badan turun 5 kg, sesak nafas (-), berkeringat di malam hari (-), nyeri dada (-), lemah-lesu (+), mual (+), muntah (-), BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien selama ini hanya membeli obat batuk dari warung didekat rumah saja. Karena tidak sembuh-sembuh pasien datang ke PKD (poliklinik kesehatan desa), setelah 2 minggu juga tidak mengalami perubahan, maka dianjurkan untuk ke puskesmas Kerjo untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

3. Riwayat Penyakit Dahulu: R. Hipertensi : disangkal R. DM: disangkal R. Batuk lama: (+) kambuh-kambuhan R. Asma : disangkal R. Alergi: disangkal R. Mondok: disangkal4. Riwayat Kebiasaan R. Merokok : disangkal R. Olahraga: disangkal R. Minum alkohol: disangkal R. Minum jamu: disangkal5. Riwayat Perawatan dan PengobatanSelama ini pasien belum pernah mondok di rumah sakit.

6. Riwayat Penyakit Keluarga R. Sakit jantung: disangkal R. Anggota keluarga mati muda: disangkal R. Tensi Tinggi: disangkal R. Sakit Gula: disangkal R. Asma: disangkal 7. Riwayat Sosial Ekonomi Penderita adalah seorang perempuan berusia 25 tahun, mempunyai seorang suami yang bekerja sebagai wiraswasta. Pemenuhan kebutuhan keluarga sehari-hari dari penghasilan suami & penderita (Rp. 1.500.000,00-2.000.000,00). Penderita tinggal bersama suami, dan ibu, dan keluarga kakaknya. Sehari-hari penderita masih bekerja.8. Riwayat GiziPenderita biasa makan tiga kali sehari dengan nasi lebih kurang 1 piring, lauk pauk , tahu, tempe, kadang-kadang makan daging ayam, makan sayur dan buah-buahan. Penderita minum air putih kurang lebih 3-4 gelas perhari. Kesan status gizi penderita : cukup.D. ANAMNESIS SISTEM1. Kulit : warna kulit sawo matang, pucat (-), kulit gatal (-), kulit kering dan mengelupas (-)2. Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)3. Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-), conjungtiva anemis (+/+)4. Hidung: tersumbat (-), mimisan (-)5. Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)6. Mulut: sariawan (-), mulut kering (-)7. Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)8. Pernafasan : sesak nafas (-),batuk (+), dahak (+) berwarna kuning kehijauan, batuk darah (-)9. Kardiovaskuler : nyeri dada (-), pingsan (-), keringat dingin (-), berdebar-debar (-), lemas (-) 10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun, BB menurun 5 kg, nyeri perut (-), BAB 1 hari sekali11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari, kencing malam hari (-), warna dan jumlah dalam batas normal12. Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kesemutan dan rasa seperti ditusuk tusuk pada kedua kaki (-)13. Psikiatri: emosi kurang stabil, mudah marah (-)14. Muskuloskeletal: kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)15. Ekstremitas: Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-) Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-) Bawah kanan: bengkak (-), sakit (-), luka (-) Bawah kiri: bengkak (-), sakit (-), luka (-). E. PEMERIKSAAN FISIK1.Keadaan umum : Keadaan umum sedang, compos mentis, gizi kesan kurang.2. Tanda vital Tekanan darah: 100/60 mmHg Nadi: 80 X/menit, isi dan tegangan cukup, irama reguler Frekuensi napas: 20 X/menit Suhu: 36,5oC (per axiller)3.Status Gizi : BB = 60 kgTB = 160 cmBMI = 23,43 kg/m2Kesan : cukup4. Kulit: keriput, warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petekie (-), venektasi (-), spider nevi (-), turgor baik (+)5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam, uban (-) dan tidak mudah dicabut (+)6. Mata : cekung (-/-),konjungtiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm /3mm), oedem palpebra (-/-).7.Hidung: nafas cuping hidung (-), fungsi penghidu (baik/baik), cairan (-/-), darah (-/-)8.Telinga: sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-)9.Tenggorokan: tonsil hipertrofi (-), faring hiperemis (-) 10.Leher:simetris, JVP tidak meningkat , KGB membesar (-), benjolan (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-).11.Thorax: normochest, simetris, pernapasan tipe thoraco-abdominal retraksi (-), spider nevi (-), pulsasi epigastrium (-), pulsasi intercostal (-), Thrill (-)

Jantung -Inspeksi: iktus kordis tampak di SIC IV, 1 cm lateral linea medioclavicularis sinistra-Palpasi: iktus kordis kuat angkat, teraba di SIC IV, 1 cm lateral linea medioclavicularis sinistra.-Perkusi:Batas jantung kanan atas :SIC II linea parasternal dextra.Batas jantung kanan bawah : SIC V, linea parasternalis dextraBatas jantung kiri atas : SIC II linea parasternal sinistra.Batas jantung kiri bawah : SIC IV, 1 cm lateral linea-medioclavicularis sinistra.Pinggang jantung : normalKesan : jantung dalam batas normal.-Auskultasi: HR : 80 kali/menit reguler Bunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-). Paru Depan dan belakangInspeksi Statis: simetris, pengembangan dada kanan < kiri. Dinamis: pengembangan dada kanan < kiri.Palpasi Statis: nyeri tekan (-/-). Dinamis: fremitus raba kanan < kiri.Perkusi: hipersonor / sonor.Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), RBH basal (-/-), RBK (-/-).12. Abdomen - Inspeksi :Dinding perut > dinding dada, venektasi (-), sikatrik (+), stria (-), caput medusae (-). -Auskultasi:peristaltik (+) normal. - Perkusi :tympani, pekak alih (-), undulasi (-).-Palpasi:Supel, nyeri tekan (-) Hepar dan Lien tidak teraba, teraba bagian janin, TFU umur 32 minggu.13. Genitourinaria : Ulkus (-), sekret (-), tanda-tanda radang (-)

14. Ektremitas:SuperiorDextraSuperiorSinistraInferiorDextraInferiorSinistra

Pitting Oedem----

Pucat----

Akral dingin----

Clubbing Finger----

15. Pemeriksaan NeurologikFungsi Luhur:dalam batas normalFungsi Vegetatif:dalam batas normalFungsi Sensorik: NNN NFungsi motorik:K N N T N NRF N N RP - - N N N N N N - -16. Pemeriksaan PsikiatrikPenampilan:sesuai umur, perawatan diri cukupKesadaran:kualitatif tidak berubah ; kuantitatif compos mentisAfek:normalPsikomotor:normoaktifProses pikir:bentuk:realistikisi:waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)arus:koherenInsight:baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Bakteriologis : Pemeriksaan sputum/BTA test dari 3 kali pemeriksaan didapatkan 2 kali pemeriksaan dengan BTA (+)2. Pemeriksaan laboratorium : hematologyLED meningkat (21-44 mm/jam) Hemoglobin : 10 g/dlHitung Leukosit : 9300/mm lHitung eritrosit : 3,9 juta/ mm lG.DIAGNOSIS HOLISTIK Seorang perempuan 25 tahun hamil trimester II dengan BTA (+). Penderita memerlukan dukungan anggota keluarga yang lain untuk menghadapi penyakitnya. Penyakit ini dirasakan tidak mengganggu aktivitas penderita dalam bekerja. Penderita mengurangi peran sertanya dalam kegiatan sosial di masyarakat agar tidak terlalu kelelahan. Pendapatan penderita termasuk golongan menengah.1. Diagnosis dari segi biologis :Tuberkulosis paru dalam kehamilan2. Diagnosis dari segi psikologis : Hubungan Ny. N dengan suami dan kedua anaknya cukup harmonis. Komunikasi diantara anggota keluarga lancar. Namun hubungan dengan istri kakak penderita agak kurang harmonis. Penderita memerlukan dukungan dari anggota keluarga lain untuk menghadapi penyakitnya.3. Diagnosis dari segi sosial :Hubungan dengan lingkungan berjalan baik. Penderita mengurangi peran sertanya dalam kegiatan sosial di masyarakat karena sedang hamil. H. PENATALAKSANAAN1. Non Medika mentosaa. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teratur2. Medikamentosa1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tabObat yang diberikan 2RHZ/4RH (2 bulan dengan rifampisin, INH, pirazinamid dosis tiap hari dilanjutkan dengan 4 bulan rifampisin dan INH tiap 3 kali seminggu)4. GG 50mg 3 dd 1 tab5. Parasetamol 500mg 3 dd1 tabpengobatan simtomatis6. Ferrous Sulfat 200mg 1 dd 1tabI. FOLLOW UPTanggal 24 agustus 2009 (kontrol 1)S:batuk masih ada, demam sudah tidak ada O:KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup, BB tetap, CA (+/+)Tanda vital: T : 100/60 mmHg R : 22 x/menit N : 80 x/menit S : 36,6 0CStatus Generalis : Jantung dalam batas normalBunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-),Paru : dalam batas normal bagian depan dan belakang, sonor/sonor, SDV (+/+),suara tambahan : (-/-)A: Tuberkulosis paru dalam kehamilanP: Non Medikamentosa a. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teratur Medikamentosa 1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tab4. GG 50mg 3 dd 1 tab5. Ferrous Sulfat 200mg 1 dd 1tab Tanggal 2 September 2009 (kontrol 2)S:batuk sudah berkurang, tidak ada keluhan lagiO:KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup, BB naik 2 Kg, CA (-/-)Tanda vital: T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit N : 72 x/menitStatus Generalis : Jantung dalam batas normalBunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-),Paru : dalam batas normal bagian depan dan belakang, sonor/sonor, SV (+/+),suara tambahan : (-/-)A: Tuberkulosis paru dalam kehamilanP: Non Medikamentosa a. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teraturMedikamentosa 1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tabTanggal 16 September 2009 (kontrol 3)S:batuk sudah berkurang, tidak ada keluhan lagiO:KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup, BB naik 1 Kg, CA (-/-)Tanda vital: T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit N : 72 x/menitStatus Generalis : Jantung dalam batas normalBunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-),Paru : dalam batas normal bagian depan dan belakang, sonor/sonor, SDV (+/+), suara tambahan : (-/-)A: Tuberkulosis paru dalam kehamilanP: Non Medikamentosa a. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teraturMedikamentosa 1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tabTanggal 30 september 2009 (kontrol 4)S:batuk masih ada, demam sudah tidak ada O:KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup, BB naik 2 kg, CA (+/+)Tanda vital: T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit N : 72 x/menitStatus Generalis : Jantung dalam batas normalBunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-),Paru : dalam batas normal bagian depan dan belakang, sonor/sonor, SDV (+/+),suara tambahan : (-/-)A: Tuberkulosis paru dalam kehamilanP: Non Medikamentosa a. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teratur Medikamentosa 1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tab Tanggal 12 Oktober 2009 (kontrol 5)S:batuk masih ada, demam sudah tidak ada O:KU baik, compos mentis, gizi kesan cukup, BB naik 1,5 kg, CA (+/+)Tanda vital: T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit N : 72 x/menitStatus Generalis : Jantung dalam batas normalBunyi jantung I-II murni, regular, bising (-), gallop (-),Paru : dalam batas normal bagian depan dan belakang, sonor/sonor, SDV (+/+),suara tambahan : (-/-)A: Tuberkulosis paru dalam kehamilanP: Non Medikamentosa a. Istirahat yang cukupb. Makanan bergizic. Mencegah penularan pada keluarga dan lingkungand. Menjaga kebersihan dan ventilasi rumahe. Pemeriksaan ANC teratur Medikamentosa 1. Rifampisin 450mg 1 dd 1tab2. INH 300mg 1 dd 1tab3. Pirazinamid 500mg 1 dd 1tabNote : pemeriksaan sputum ulang (BTA test), didapatkan hasil BTA (-). Sehingga telah terjadi konversi dari (+) menjadi (-), yang berarti pengobatan sudah adequat dan harus dilanjutkan sampai tuntas.J. FLOW SHEETNama: Ny. SDiagnosis: TB paru pada kehamilanTabel 2. Flowsheet penderitaNoTglTensi(mmHg)Nadi(x/1)TB(cm)BB(kg)IMTTerapiPlanning

117/08/09100/60801606023,431. Obat yang diberikan 2RHZ/4RH (2 bulan dengan rifampisin, INH, pirazinamid dosis tiap hari dilanjutkan dengan 4 bulan rifampisin dan INH tiap 3 kali seminggu)2. obat-obatan simtomatis (GG, parasetamol) dan suplemen vitamin pada masa kehamilan (Fe sulfat) jika terdapat keluhan lain.1.program DOTS-pengawasan menelan obat2. pemeriksaan ANC teratur

224/08/09120/80721606023,43

302/09/09120/80721606224,21

416/09/09120/80721606324,6

530/10/09120/80721606525,39

612/10/09120/807216066,525,97

Planing : 1. Pengawasan Menelan ObatSalah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.a. Persyaratan PMO Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. Bersedia membantu pasien dengan sukarela. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasienb. Siapa yang bisa menjadi PMOSebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.c. Tugas seorang PMO Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dariunit pelayanan kesehatan.d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur TB bukan penyakit keturunan atau kutukanCara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke UPK2. Pemeriksaan ANC teratur : dapat dikonsultasikan pada dokter spesialis kandungan dan kebidanan jika penyakit semakin bertambah berat.

BAB IIIIDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK1. Fungsi BiologisKeluarga terdiri atas penderita (Sdri. S, 25 th), Sdr. Su, 27 th suami penderita, Ny.D 55 th ibu penderita, sebagai kepala keluarga. Sdr. St 30 th kakak penderita, dan Sdri. N 26 th istri kakak penderita, An. A 5 th adalah putri kakak penderita,2. Fungsi PsikologisHubungan keluarga di antara mereka terjalin dengan baik. Komunikasi antar keluarga berjalan dengan lancar. Hubungan antar keluarga akrab, saling menyayangi dan saling mendukung. Namun hubungan dengan istri kakak penderita kurang harmonis, sehingga sering terjadi percekcokan.3. Fungsi SosialKeluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Penderita sering berkumpul dengan tetangga dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti arisan RT, sebelum menikah juga aktif dalam karang taruna. Sejak kecil penderita suka bergaul. Namun sekarang Sdri. S mulai mengurangi kegiatan sosial karena cemas akan menularkan penyakit pada orang lain disekitar rumah.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan KebutuhanUntuk biaya hidup sehari-hari penderita diperoleh dari suami dan penderita yang mempunyai penghasilan sebesar Rp 2.000.000,00. Penghasilan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk kebutuhan air dengan menggunakan air sumur. Untuk memasak memakai kompor minyak dan kompor gas-program subsitusi kompor gas dari pemerintah. Makan sehari-hari lauk pauk seadanya dengan frekuensi makan 3 kali sehari. Kalau ada keluarga yang sakit berobat ke tempat uskesmas dengan biaya sendiri. Biaya pengobatan penderita selama ini dari suami.5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan BeradaptasiDalam kehidupan bermasyarakat, penderita dan anggota keluarga penderita yang lain aktif dalam kegiatan organisasi, contohnya paguyuban, pengajian, kegiatan kerja bakti dan arisan di kampungnya. Jika penderita mempunyai masalah, penderita bercerita pada keluarganya, komunikasi penderita dengan keluarga lancar.

B. FUNGSI FISIOLOGISUntuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :1. AdaptasiDalam menghadapi masalah, penderita selalu mendapat dukungan dari keluarga. 2. PartnershipPenderita dan keluarga dapat terjalin komunikasi yang baik, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.3. GrowthKeluarga penderita sangat mendukung kegiatan yang dilakukan penderita. Keluarga penderita mendukung tetapi tetap memperhatikan kesehatan dan kemampuan penderita. 4. Affection Hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga penderita terjalin dengan baik. Jarang ada percekcokan antara anggota keluarga yang berarti. 5. ResolvePenderita sangat puas dengan kebersamaan bersama masing-masing anggota keluarga, terutama bersama suami penderita. Suami penderita adalah kepala rumah tangga yang selalu menemani penderita di rumah.Skoring :Hampir selalu : 2 poinKadang kadang : 1 poinHampir tak pernah: 0 poinKriteria nilai APGAR :0. 8 - 10: baik0. 5 - 7: sedang0. < 4 : burukTabel 3. APGAR score APGAR scoreskoring

Sdri. SNy.DSdr. SuSdr. StSdri. N

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah22222

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya12111

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru22221

ASaya puas dengan cara keluargasaya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll12221

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama21221

Total score89996

a. Untuk Sdri. S rekomendasi nilai APGAR dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Point = 8, Fungsi keluarga dalam keadaan baik. Sejak sakit yang diketahui 2 bulan yang lalu Sdri. S menjadi jarang bersosialisasi dimasyarakat karena takut menularkan penyakitnya, Sdri. S lebih banyak mengisi waktu luangnya dirumah sehingga dapat berkumpul dan selalu berkomunikasi dengan masing-masing anggota keluarga dalam satu rumah. b. Untuk Ny.D rekomendasi nilai APGAR dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Point = 9, Fungsi keluarga dalam keadaan baik.c. Untuk Sdr. Su rekomendasi nilai APGAR dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Point = 9, Fungsi keluarga dalam keadaan baik.d. Untuk Sdr. St rekomendasi nilai APGAR dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Point = 9, Fungsi keluarga dalam keadaan baik.e. Untuk Sdri. N rekomendasi nilai APGAR dapat dijelaskan sebagai berikut : Total Point = 6, Fungsi keluarga dalam keadaan sedang

Rekomendasi nilai APGAR keluarga Sdri. S = (8+9+9+9+6) : 4 = 8,22Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Sdri S adalah 41, sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Sdri S adalah 8. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Sdri S adalah dalam keadaan baik. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik. Mereka bisa membahas bersama setiap masalah yang mereka hadapi untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Mereka juga dapat dengan leluasa saling mengekspresikan kasih sayang dan perhatian. Hubungan antar individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.Kesimpulan :Fungsi fisiologis keluarga Sdri S dalam keadaan baik.

18

C. FUNGSI PATOLOGIS Fungsi patologis dari keluarga Sdri S dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M sebagai berikut :Tabel 4. SCREEM keluarga penderitaSUMBER PATOLOGIKET

SosialSikap saling membantu, saling menyayangi dan saling mendukung antara masing-masing anggota keluarga. Komunikasi antara anggota keluarga dengan tetangga dan lingkungan sekitar terjalin dengan baik. Penderita sekarang kurang aktif dalam kegiatan organisasi seperti paguyupan, kerja bakti, pengajian, dan arisan, penderita lebih sering mengisi waktu kosongnya untuk menonton TV dan memasak. Keluarga penderita cukup aktif dalam kegiatan kampung seperti paguyupan, kerja bakti, pengajian, arisan. Jika ada tetangga yang punya hajat, Sdri S mulai jaraang pernah membantu, karena sering beralasan kecapekan setelah bekerja dan banyak istirahat dalam masa kehamilanya.+

KulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. -

ReligiusPemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya dalam beribadah. -

EkonomiEkonomi keluarga ini termasuk menengah, penghasilan keluarga dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari bahkan masih ada sedikit sisa untuk menabung.-

EdukasiTingkat pendidikan Sdri S, Sdr. Su, Sdr. St, dan Sdri. N cukup di mana berpendidikan sampai SMU. Sedangkan ibu penderita tingkat pendidikannya rendah karena tidak bersekolah. Pengetahuan keluarga tentang penyakit penderita masih kurang. Hal ini ditandai dengan perasaan cemas akan menularkan penyakitnya pada tetangga sekitar rumah sehingga pasien merassa minder dan malu untuk keluar rumah mengikuti kegiatan yang diadakan bersama.+

MedicalDalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih baik. Pelayanan kesehatan yang biasa dikunjungi keluarga ini biasanya ke PKD, maupun puskesmas.-

Resume SCREEM : Sosial (+),artinya keluarga Sdri. S masih menghadapi permasalahan dalam hal sosial hal ini dilihat dari kekurangakaktifan penderita penderita dalam kegiatan organisasi seperti paguyupan, kerja bakti, pengajian, dan arisan, penderita lebih sering mengisi waktu kosongnya untuk menonton TV dan memasak. Jika ada tetangga yang punya hajat, Sdri. S jarang membantu, karena sering beralasan kecapekan setelah bekerja dan menjaga kehamilannya.Edukasi (+), artinya keluarga Sdri. S masih menghadapi permasalahan dalam hal edukasi hal ini dilihat dari dengan perasaan cemas akan menularkan penyakitnya pada tetangga sekitar rumah sehingga pasien merassa minder dan malu untuk keluar rumah mengikuti kegiatan yang diadakan bersama.Kesimpulan :Dalam keluarga Ny. N fungsi patologis yang positif adalah fungsi Sosial dan edukasi.D. Genogram Keluarga Genogram Nama Kepala Keluarga: Ny.DAlamat lengkap: Grobogan, RT 01/RW VI, Kutho, Kerjo, KaranganyarBentuk Keluarga: Extended Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Sdri S

Bp. J, 60 thNy. G, 52 thAlh. Bp. W, TBNy. D55th, TB

Sdri. N26 thSdr. St,30 th

Sdr. T,25 thTBTB

Sdri S, 25 th

Sdri M 28 thSdr. Su, 27 th+

An. A Sumber : Data primer, 10 november Desember 2009Resume Genogram Keluarga Sdri SPenderita dengan nama Sdri S, 25 th, merupakan anak kedua dari 3 dari 3 bersaudara. Ayah penderita sudah meninggal dunia, sementara ibu penderita masih hidup dan tinggal serumah dengan penderita. Suami penderita, Sdr. Su, 27 th. Selain Sdri S, yang tinggal bersama Ny D adalah keluarga kakak pertama penderita yaitu Sdr St 30 th, sdri n 26 th, dan An.A 5 th.

E. Informasi Pola Interaksi KeluargaDiagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny. N

Ny. DSdr St

Sdri. N

Sdr. Su

An. ASdri S

Keterangan : : hubungan kurang : hubungan baik : hubungan berlebih

Sdri S : penderitaSdr. Su : suami penderitaNy. D : ibu penderitaSdr St : kakak penderitaSdri. N : istri kakak penderitaAn. A : anak kakak penderitaF. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika Sdri S sedang hamil dan didiagnosa menderita TB paru da Sdri S n bagaimana perasaan Sdri S?Sdri S merasa sedih dan merasa khawatir akan kondisi kehamilan dan penyakitnya . 2. Ketika Sdri S diketahui menderita TB Paru, apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?Sdr. Su dan keluarga yang tinggal dalam satu rumah menjadi sedih dan prihatin. Mereka berusaha mendukung Sdri. S dalam mencari pelayanan kesehatan yang terbaik bagi Sdri. S3. Ketika Sdr. Su dan anak-anaknya memberikan dukungan terhadap Sdri S, bagaimana perasaannya?merasa sangat senang dan menjadi lebih optimis dalam menghadapi penyakitnya. Dengan dukungan penuh dari keluarga, Sdri S mencari pengobatan yang terbaik dan menjalani pengobatan dengan patuh dan kooperatif.4. Jika Sdri.S perlu dirawat oleh dokter,izin siapa yang dibutuhkan ?Sdr. Su5. Tentang penyakit dan pengobatan, siapa yang paling sering dimintai pertimbangan?Sdr. St (anak pertama)6. Siapa anggota keluarga yang paling dekat dengan Sdri.S?Ny. D7. Berikutnya siapa ?Sdr. St8. Siapa yang secara emosional jauh dengan Sdri S?Sdri. N9. Siapa yang selalu tidak setuju dengan penderita?Tidak adaG. Daftar Masalah1. Masalah medis :a. Tb parub. Hamil trimester IIc. Anemia pada kehamilan2. Masalah Non Medis :a. Kurangnya ketaatan penderita dalam meminum obat anti tuberculosab. Kecemasan penderita tentang penyakit dan kehamilannyac. Kurangnya pengetahuan penderita tetang penyakit TB pada kehamiland. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah3. Diagram Permasalahan Pasien(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Diagram 3. Prioritas Permasalahan Pasien

2. Kecemasan penderita tentang penyakit dan kehamilannya3.Kurangnya pengetahuan penderita tetang penyakit TB pada kehamilan

Sdri. S

1.Kurangnya ketaatan penderita dalam meminum obat anti tuberculosa

4. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah

Tabel 5. Matriks Prioritas MasalahNo.Daftar MasalahITRJumlahIxTxR

PSSBMnMoMa

1.Kurangnya ketaatan penderita dalam meminum obat anti tuberculosa44334335184

2.Kecemasan penderita tentang penyakit dan kehamilannya43433221728

3.Kurangnya pengetahuan penderita tetang penyakit TB pada kehamilan545353313500

4.Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah44433222304

Keterangan :I: Importancy (pentingnya masalah)P: Prevalence (besarnya masalah)S: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)T: Technology (tehnologi yang tersedia)R: Resources (sumber daya yang tersedia)Mn: Man (tenaga yang tersedia)Mo: Money (sarana yang tersedia)Ma: Material (pentingnya masalah)Kriteria penilaian :1 : tidak penting2 : agak penting3 : cukup penting4 : penting5 : sangat pentingBerdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Sdri S adalah sebagai berikut :1. Kurangnya pengetahuan penderita tetang penyakit TB pada kehamilan 2. Kurangnya ketaatan penderita dalam meminum obat anti tuberculosa3. Kurangnya menjaga kebersihan lingkungan dan ventilasi rumah 4. Kecemasan penderita tentang penyakit dan kehamilannyaPrioritas masalah yang diambil adalah Kurangnya pengetahuan penderita tetang penyakit TB pada kehamilanH. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan1. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluargaa. Faktor Perilaku KeluargaPerilaku di dalam keluarga sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat sosial pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Standar hidup sehat yang dimiliki keluarga penderita cukup baik. Walupun tingkat pendidikan penderita dan suaminya cukup, namun terkadang penderita bersikap tidak peduli terhadap penyakitnya (Entjang, 2000). Dalam kaitannya dengan penyakit penderita, anggota keluarga yang lain peduli dengan penyakit penderita. Mereka mengusahakan pengobatan secara medis yang terbaik untuk penderita. Mereka juga mengingatkan penderita untuk taat minum obat dan kontrol secara teratur. Dalam hal kebersihan lingkungan, rumah keluarga ini tampak kurang bersih. Hal ini tampak pada keadaan rumah yang terlihat lembab dan gelap karena ventilasi rumah yang masih kurang.b. Faktor Non Perilaku KeluargaFaktor non perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial (Entjang, 2000).Rumah keluarga ini termasuk kategori rumah yang kurang sehat, dengan keadaan rumah yang kurang bersih, ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Sebagian anggota keluarga ada yang belum juga menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan rumah, sehingga tampak rumah yang kotor. Lingkungan sosial keluarga ini termasuk baik untuk perkembangan mental anggota keluarga, namun untuk bersosialisasi dengan tetangga penderita tidak aktif, dibuktikan dengan ketidakikutsertaan penderita dalam kegiatan organisasi seperti paguyupan, kerja bakti, pengajian, dan arisan, penderita lebih sering mengisi waktu kosongnya untuk menonton TV dan memasak. Jika ada tetangga yang punya hajat, penderita tidak pernah membantu, karena sering beralasan kecapekan setelah bekerja dan menjaga kehamilannya. Jika terdapat anggota keluarga yang sakit, maka keluarga ini berobat ke dokter swasta atau ke Rumah Sakit terdekat dengan menggunakan biaya sendiri.2. Identifikasi Lingkungan RumahGambaran LingkunganKeluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 20 x 15 m2 yang merupakan daerah pedesaan, rumah menghadap kesebelah utara, memiliki halaman rumah, dengan pagar pembatas. Dinding rumah terbuat dari tembok, sebagian belum diplester. Semua lantai dirumah masih dari semen. Rumah ini terdiri dari ruang tamu+tv, 3 kamar tidur , 1 kamar gudang, 1 ruang untuk pakaian dan setrika, 1 dapur +ruang makan, dan 1 kamar mandi + WC di luar rumah. Rumah ini mempunyai 3 pintu keluar di depan, samping dan belakang. Cahaya masuk melalui 2 buah jendela yang terdapat di ruang tamu, 1 jendela di samping kamar I. Sampah keluarga ini dibuang di tempat sampah yang terletak di depan rumah penderita. Sampah secara rutin dibakar/dipendam dalam tanah. Saluran pembuangan limbah sudah tersalur ke got. Keluarga ini sudah mempunyai fasilitas MCK keluarga, namun belum mendapat fasilitas air dari PDAM, hanya dari sumur saja.Denah Rumah : Gambar 1. Denah Rumah Sdri. S

Kamar IIKamar I

Barat

Tempat pakaian dan setrikaUtaraSelatan

Ruang tamu+Tv beranda

Kamar mandi + WCTimur

gudangKamar IIIKeterangan : sekat/korden

+Ruang makandapur

BAB IVTINJAUAN TEORI

A Tuberkulosis Paru Pada Kehamilan1. DefinisiTBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). TBC lebih sering menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang bagian tubuh lain seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, dan bagian tubuh lainnya (GERDUNAS TB, 2005).2. EtiologiPenyebab infeksi adalah kompleks M. tuberculosis. Kompleks ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M. bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur (Bahar, 2001).. 3. EpidemiologiDi Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk (Depkes, 2006).4. Patogenesisa.Tuberkulosis Primer:Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar linfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (RSPI-SS, 2007). Pada infeksi primer ini biasanya masih sulit ditemukan kuman dalam dahak (Sudijo, 1994).Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persisten atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (RSPI-SS, 2007).b.Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) :TB paru post primer adalah TB paru yang mehyerang orang yang telah mendapatkan infeksi primer dan dalam tubuh orang tersebut sudah ada reaksi hipersensitif yang khas. Infeksi ini berasal dari reinfeksi dari luar atau reaktivasi dari infeksi sebelumnya (Sudijo, 1994). TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer (RSPI-SS, 2007). TB pasca primer terjadi karena imunitas menurun, seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal (Bahar, 2001). Proses awal berupa satu atau lebih pnemonia lobuler yang disebut fokus dari Assman. Fokus ini dapat sembuh sendiri atau menjadi progresif (meluas), melunak, pengejuan, timbul kavitas yang menahun dan mengadakan penyebaran ke beberapa tempat. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Gejala penting TB paru post primer adalah : 1) Batuk lebih dari 4 minggu, gejala ini paling dini dan paling sering dijumpai, biasanya ringan dan makin lama makin berat. 2) Batuk darah atau bercak saja. 3) Nyeri dada yang berkaitan dengan proses pleuritis di apikal. 4) Sesak nafas yang berkaitan dengan retraksi, obstruksi, thrombosis, atau rusaknya parenkhim paru yang luas. 5) Wheezing yang berkaitan dengan penyempitan lumen endobronkhial. 6) Gejala umum yang tidak khas yaitu lemah badan, demam, anoreksia, berat badan turun. WHO merekomendasikan gejala penting TB paru berturut-turut adalah batuk lebih dari 4 minggu, batuk darah, nyeri dada, dan demam (Sudijo, 1994 )Gejala klinis pasien tuberkulosis paru dengan kehamilan tidak menunjukkan kelainan yang mencurigakan karena menyerupai perubahan-perubahan fisiologis yg terjadi selama kehamilan, misalnya peningkatan percepatan pernafasan, meningginya diafragma adanya bendungan vaskuler dll. Gejala yang paling umum yaitu batuk-batuk, penurunan BB, demam, lemah, lesu, nafsu makan menurun, nyeri dada, keringat malam, batuk darah. Pengaruh tidak langsung tuberkulosis pada kehamilan adalah efek teratogenik pada janin karena obat anti tuberkulosis yang diberikan pada ibu (Bahar, 2001).5. PenularanPenularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB (Mycobacterium tuberculosis) dalam percikan ludah (droplet) yang dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Petugas kesehatan juga dapat tertular pada waktu mereka melakukan otopsi, bronkoskopi atau pada waktu mereka melakukan intubasi. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Bakteri TB bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya (RSPI-SS, 2007).Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Sedangkan tingkat penularan sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut :-Jumlah basil TB yang dikeluarkan-Virulensi dari basil TB-Terpajannya basil TB dengan sinar ultra violet-Terjadinya aerosolisasi pada saat batuk, bersin, bicara atau pada saat bernyanyi.-Tindakan medis dengan risiko tinggi seperti pada waktu otopsi, intubasi atau pada waktu melakukan bronkoskopi (Chin, 2008)6. Faktor2 yang berhubungan erat dengan infeksi Tuberkulosisa. Adanya sumber penularan, yaitu penderita tuberculosis terbuka dimana dahak yang dikeluarkan mengandung kuman tuberculosis.b. Virulensi kuman tuberkulosisc. Jumlah kuman yang mempunyai kemampuan mengadakan infeksi dalam jumlah yang cukup banyak.d. Ukuran dan jumlah dari droplet serta banyaknya kuman tuberkulosis di dalam droplet.e. Daya tahan tubuh yang menurun sehingga memungkinkan kuman tuberkulosis berkembang biak. Keadaan ini sangat erat dengan: faktor genetik, faktor faal: jenis kelamin dan usia, status immunokompetensi, kehamilan, penyakit lain: infeki HIV, DM, pecandu alkohol dan narkotik, terapi immunosupresif.Faktor lingkungan : pemukiman kumuh, pekerjaan, keadaan udara, sanitasi yang jelek 7. DiagnosisTuberculosis paru cukup mudah dikenal mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala-gejala, kelainan klinis, kelainan radiologis sampai kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah selalu mudah menegakkan diagnosisnya. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti tuberculosis paru adalah dengan menemukan kuman Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan paru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan sediaan atau biakan sputum yang positif karena kelainan paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau pasien tidak bisa membatukkan sputumnya dengan baik. Kelainan baru jelas setelah penyakit belanjut sekali (Bahar, 2001).Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas karena fasilitas laboratorium yang sangat terbatas untuk pemeriksaan biakan. Sebenarnya dengan menemukan kuman BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis tuberkulosis paru, karena kekerapan Mycobacterium atypic di Indonesia sangat rendah. Sesungguhnya begitu hanya 30-70% saja dari seluruh kasus tuberkulosis paru yang dapat didiagnosis secara bakteriologis (Bahar, 2001).Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan berdasarkan kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan diagnosis dengan cara ini cukup banyak sehingga memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Oleh sebab itu, dalam diagnosis tuberkulosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status radiologis, dan status kemoterapi. WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien tuberkulosis paru :a.Pasien dengan sputum BTA positif :1.Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2x pemeriksaan.2.Satu sediaan sputumnya positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan gambaran TB aktif.3.Satu sediaan sputumnya positif disertai biakan yang positif.b.Pasien dengan sputum BTA negatif :1.Pasien yang pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2x pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif.2.Pasien yang pada pemeriksaann sputumnya secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakannya positif.Di samping TB paru terdapat juga TB ekstra paru, yakni pasien dengan kelainan histologis atau/dengan gambaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra parunya menunjukkan hasil bakteri M.tuberculosae (Bahar, 2001).Di luar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan lagi berdasarkan riwayat penyakitnya, yakni:a.Kasus baru, yakni pasien yang tidak pernah mendapat obat anti TB lebih dari 1 bulan.b.Kasus kambuh, yakni pasien yang pernah dinyatakan sembuh dari TB, tetapi kemudian timbul lagi TB aktifnya.c.Kasus gagal (smear positive failure), yakni: Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah mendapat obat anti TB lebih dari 5 bulan, atau Pasien yang menghientikan pengobatannya setelah mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan sputum BTA-nya masih positif.d.Kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTAnya tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.Hal lain yang agak jarang ditemukan adalah cryptic tuberculosis. Di sini pemeriksaan radiologis dan laboratorium/sputum menunjukkan hasil negatif dan kelainan klinisnya sangat minimal (biasanya demam saja dan dianggap sebagai fever of unknown origin. Diagnosis diberikan berdasarkan percobaan terapi dengan obat anti tuberkulosis seperti INH + ethambutol selama 2 minggu. Bila keluhan membaik terapi obat anti tuberkulosis diteruskan sebagaimana mestinya. Bila tidak ada perbaikan maka obat-obat di atas dihentikan (Bahar, 2001).8. Pengaruh Kehamilan Terhadap Tuberculosis ParuBeberapa penelitian sebelum era kemoterapi terhadap tuberculosis menunjukkan selama kehamilan, perjalanan penyakit tuberculosis paru relatif stabil, tapi perjalanan penyakit enjadi progresif sejak 6 minggu setelah melahirkan. Beberapa teori diajukan untuk menjelaskan antara lain karena faktor estrogen yang meningkat pada bulan pertama kehamilan, kemudian tiba-tiba menurun segera setelah melahirkan. Selain itu pada masa nifas juga dapat memperburuk tuberculosis antara lain karena trauma waktu melahirkan, kesibukan/kelelahan ibu siang-malam mengurus anak yang baru lahir dan faktor sosial ekonomi (Bahar, 2001).Mortalitas wanita hamil yang baru diketahui menderita tuberculosis paru sesudah hamil adalah 2x lipat dibandingkan wanita hamil yang telah diketahui menderita tuberculosis paru sebelum hamil. Pasien-pasien yang tidak mendapat kemoterapi adekuat yang resisten terhadap terapi atau yang terlambat mendapat terapi, sesudah melahirkan karena diafragma turun mendadak, komplikasi yang sering dijumpai adalah hemoptisis atau penyebaran kuman secara hematogen/tuberculosis milier (Bahar, 2001).9. Pengaruh tuberculosis Paru Terhadap KehamilanPengaruh tidak langsung tuberculosis terhadap kehamilan ialah efek teratogenik terhadapap janin karena obat anti tuberculosa yang diberikan kepada si ibu. Sampai saat ini belum terbukti adanya obat anti tuberculostatik yang mempunyai efek teratogenik pada janin manusia, walaupun rifampisin dosis tinggi memberikan efek teratogenik pada tikus dan mencit (Bahar, 2001).10. Pengobatan (Simon, Harvey E. 2002)1.Pencegahan terhadap infeksi TBC parua) Pencegahan terhadap sputum yang infeksius Menemukan penderita yang positif mengidap TBC paru Mengisolasi dan mengobati penderita Sosialisasi mengenai ventilasi yang baik kepada masyarakat Mengontrol laju pertumbuhan pendudukb) Pasteurisasi susu sapi karena banyak sapi yang terinfeksi TBC.2.Meningkatkan daya tahan tubuha)Memperbaiki standar hidup Makan makanan sesuai slogan Empat Sehat Lima Sempurna Mendesain rumah dengan ventilasi dan sanitasi yang baik Tidur teratur dan cukup Olahraga untuk menjaga kebugaran tubuhb)Imunisasi3. Mengobati penderita yang sakit dengan obat antituberkulosis serta melakukan pengawasan secara ketat agar penderita patuh terhadap pengobatan.Obat antituberkulosis yang dipakai adalah :a Isoniazid (INH)Dosis harian 5 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah10 mg/kg BB. Dapat melewati sawar uri, disarankan menghindari pemberian INH pada trimester I.b RifampisinDosis harian sama dengan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu yaitu 10 mg/kg BB.dapat melalui sawar uri.c PirazinamidDosis harian 25 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah 35 mg/kg BB.d StreptomisinDosis harian sama dengan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu yaitu 15 mg/kg BB. Untuk penderita dengan usia sampai dengan 60 tahun dosisnya 0,75 gr/hari, sedangkan penderita dengan usia 60 tahun keatas dosisnya 0,50 gr/hari. Dapat melalui sawar uri. Streptomisin dapat memberikan gangguan vestibuler dan koklear pada dosis tinggi, sehingga tidak diberikan pada ibu hamil pada terutama sebelum pertengahan kehamilan.e EthambutolDosis harian 15 mg/kg BB dan dosis untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu adalah 30 mg/kg BB.Obat-obatan antituberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah yang adekuat dan dosis tepat selama 6-8 bulan supaya semua kuman dapat dibunuh (Depkes, 2000).4. Penatalaksanaan tuberculosis paru dengan kehamilana. Masa kehamilanPada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB (Depkes, 2006).b. Masa persalinanPasien yang sudah cukup mendapat pengobatan selama kehamilan biasanya masuk kedalam persalinan dengan proses tuberculosis yang sudah tenang. Pada umumnya persalinan pada kala I dan II diusahakan seringan-ringannya, dan diusahakan persalinan spontan. Namun bila kala II melelahkan bagi ibu dapat dilakukan percepatan dengan forcep atau vakum, sedangkan secsio caesar hanya atas dasar indikasi obstretik bukan indikasi tuberculosis paru (Bahar, 2001).c. Masa nifasPenelitian dahulu tuberculosis paru sangat menonjol pada masa nifas, hal ini karena karena faktor hormonal, kelelahan, trauma saat melahirkan, dll. Namun saat ini tidak selalu berpengaruh asal persalinan berjalan lancar, tanpa perdarahan banyak dan infeksi(Bahar, 2001).d. Pencegahan pada bayiTuberculosis congenital sangat jarang ditemukan. Umumnya tuberculosis ditularkan ibunya setelah kelahiran. Oleh karena itu usaha pencegahan (suntikan BCG, dan bayi diisolasi dari ibunya 6 minggu, bila tidak memungkinkan dapat diberikan profilaksis INH 10 mg/Kg BB/hari) sangat penting terutama pada ibu dengan sputum BTA (+) (Bahar, 2001).e. Pada ibu menyusuiPada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya (Depkes, 2006).

B. Perilaku dan Pengetahuan Kesehatan1. Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu :a Perilaku terhadap sakit atau penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit, dan rasa yang ada pada dirinya dan di luar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan sakit atau penyakitnya.Perilaku ini sesuai dengan tingkat pencegahan penyakit yakni :1). Health promotion behaviour, misalnya : makan makanan bergizi, olahraga, dan sebagainya2). Health prevention behaviour, misalnya : tidur dengan kelambu agar tak digigit nyamuk malaria, imunisasi, mengurangi makanan berlemak untuk mencegah dislipidemi3). Health seeking behaviour, misalnya : berobat ke puskesmas atasu dokter terdekat jika mengalami gangguan kesehatan4). Health rehabilitation behaviour, misalnya : melakukan diet untuk menurunkan berat badan, membatasi konsumsi garam, mengikuti anjuran pengobatan dokter (Notoatmojo, 2003).b Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistim pelayanan kesehatan baik modern maupun tradisional.c Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital kehidupan.d Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan.Perilaku itu dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2, yaitu faktor intern mencakup : pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan lain sebagainya yang berfungsi mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi, budaya, dan sebagainya (Notoatmojo, 2003).2. Pengetahuan KesehatanPengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (Notoatmojo, 2003).Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :a Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang diterima. b Memahami (comprehension), diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan secara benar. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus membatasi makanan berlemak.c Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnyad Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.e Sintesis (synthesisi), menunjuk kepada suatu kemmpuan meletakkkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baruf Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmojo, 2003).C. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Tuberculosis Paru Pada KehamilanKaitan antara penyakit tuberculosis/TB paru dan kehamilan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengobatan medikamentosa yang ditunjang dengan modifikasi perilaku akan memberikan hasil yang lebih optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu pengetahuan yang baik oleh penderita dan keluarganya mengenai pola hidup yang sehat dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan tingkat pengetahuan yang baik ini, diharapkan penderita dan keluarga akan memiliki pemahaman dan kesadaran yang tinggi untuk hidup bersih, sehat, teratur. Dalam hal ini diperlukan juga dukungan dari lingkungan sekitar. Dengan demikian, kualitas hidup penderita tuberculosis paru dengan kehamilan dapat lebih baik lagi dan tercapai juga harapan hidup yang lebih baik (Notoatmojo, 2003).

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN1. Segi BiologisSdri. S, 25 th dengan tuberculosis paru pada kehamilan.2. Segi PsikologisPasien memerlukan dukungan dari anggota keluarga lain untuk menghadapi penyakitnya. 3. Segi Sosial Hubungan dengan lingkungan berjalan baik. Penderita adalah anggota masyarakat biasa dan tidak aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya.4. Segi EkonomiKeluarga Sdri. S termasuk golongan ekonomi menengah dengan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pengobatannya.

B. SARANUntuk masalah medis dan non medis penderita TB dengan kehamilan dapat dilakukan langkah-langkah:a. Preventif1) Mencegah terjadinya penyulit dan komplikasi lain.2) Memberikan penyuluhan tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan rumah dan sekitar rumah pasien3) Pemeriksaan ANC teratur untuk mengetahui kesehatan janin dan deteksi dini jika terdapat kelainan pada janin.4) Pemberian vaksin BCG jika bayi telah lahir.b. Promotif1) Edukasi untuk keluarga yang bertujuan pada perubahan perilaku menuju pola hidup bersih, sehat dan teratur.2) Perlu diberikan pengetahuan yang benar tentang penyakit TB pada keluarga dan lingkungan sekitar rumahc. Kuratif1) Kontrol ke Rumah Sakit atau Puskesmas secara teratur.2) Keluarga harus berperan serta dalam pengobatan seperti mengingatkan Sdri.S agar minum obat secara teratur, dan menjaga kehamilannya (Keluarga sebagai PMO-Pengawas Menelan Obat).d Rehabilitatif1) Penderita dianjurkan untuk tetap aktif dalam kegiatan masyarakat untuk mengurangi stress dan mengembalikan kepercayaan diri penderita.2) Penderita dianjurkan mengikuti kegiatan latihan jasmani pada ibu hamil dalam sebuah kelompok, misalnya kelompok senam ibu hamil untuk memperlancar persalinannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahar Asril. 2001. Tuberkulosis Paru. In : H.M. Sjaifoellah Noer (ed). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal : 819-29.2. Bahar Asril. 2001. Tuberkulosis Dengan Masalah Khusus. In : H.M. Sjaifoellah Noer (ed). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal: 830-7.Entjang I., 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung: Citra Aditya Bakti. Hal: 22-25 3. Chin J. 2008. Manual Pemberantasan Penyakit Menular : Tuberculosis. http://www.pppl.depkes.go.id/catalogcdc/kamus_detail_klik.asp?abjad=T&id=2005111810220104830757&count=14&page=1. (15 Oktober 2009).4. Depkes, 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis. Edisi 2, cet 1. Jakarta : Depkes. Hal : 3-39.5. Depkes. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan republik Indonesia. Hal : 431-2. 6. GERDUNAS TB. 2005. Apa Itu TBC. www.tbcindonesia.or.id. (15 oktober 2009).7. Notoatmojo S., 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Hal: 121-1308. RSPI-SS. 2007. Tuberculosis. http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=57. (15 oktober 2009).9. Simon, Harvey E. 2002. Infection due to Mycobacteria in Infectious Diesease : the clinicians Guaide to Diagnosis, Treatment, and Prevention. http://0-www.cdc.gov.pugwash.lib.warwick.ac.uk/mmwr/PDF/rr/rr4504.PDF. (15 Oktober 2009).10. Sudijo. 1994. Penggunaan Gliseril Guaiakolat untuk Meningkatkan Cakupan BTA (+) pada Tersangka Tuberculosis Paru. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08PenggunaanGliseril99.pdf.html. (15 oktober 2009).