bab i

113
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Johar Baru 1.1.1.1 Keadaan Geografis Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa kota administrasi. Berdasarkan lembaran daerah no 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, yang dilengkapi dengan 22 Kecamatan dan 220 Kelurahan. Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan atas asas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk Kecamatan, 30.000 jiwa untuk Kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk Kelurahan pinggiran. Kecamatan Johar Baru termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 237.70 Ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 195,13 Ha; kantor dan gudang 26,87 Ha; taman 4,66 Ha; lahan tidur 3,52 Ha; dll 7,52 Ha. Secara administratif terdiri 4 kelurahan, 30 RW; 560 RT, 23.312 KK, 98 Posyandu dan 100.688 jiwa, dengan kepadatan penduduk 46.481/ km 2 , dengan batas wilayah : Utara : JL.Letjen Suprapto Kec. Kemayoran Timur : Sepanjang Rel Kereta Api Kec. Senen

Upload: aldy

Post on 05-Nov-2015

247 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

yu

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Johar Baru

1.1.1.1 Keadaan Geografis

Pada bulan Agustus 1966 di DKI Jakarta dibentuk beberapa kota administrasi. Berdasarkan lembaran daerah no 4/1966 ditetapkanlah lima wilayah kota administrasi di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, yang dilengkapi dengan 22 Kecamatan dan 220 Kelurahan. Pembentukan Kecamatan dan Kelurahan ini didasarkan atas asas teritorial dengan mengacu pada jumlah penduduk yaitu 200.000 jiwa untuk Kecamatan, 30.000 jiwa untuk Kelurahan perkotaan, dan 10.000 jiwa untuk Kelurahan pinggiran.

Kecamatan Johar Baru termasuk wilayah Kotamadya Jakarta Pusat memiliki luas wilayah 237.70 Ha. Menurut data statistik 2004, peruntukan luas tanah tersebut terdiri dari perumahan 195,13 Ha; kantor dan gudang 26,87 Ha; taman 4,66 Ha; lahan tidur 3,52 Ha; dll 7,52 Ha. Secara administratif terdiri 4 kelurahan,30 RW; 560 RT, 23.312 KK, 98 Posyandu dan 100.688 jiwa, dengan kepadatan penduduk 46.481/ km2, dengan batas wilayah :Utara

: JL.Letjen Suprapto Kec. Kemayoran

Timur

: Sepanjang Rel Kereta Api Kec. Senen

Selatan

: JL. Percetakan Negara Raya Kec. Cempaka Putih

Barat

: JL. Rawa Selatan Raya dan JL. Mardani Kec. Cempaka Putih

Kecamatan Johar Baru terdiri dari 4 Kelurahan, yaitu :

a) Kelurahan Johar Baru

b) Kelurahan Kampung Rawa

c) Kelurahan Tanah Tinggi

d) Kelurahan Galur

1.1.1.2 Keadaan Demografi

Secara demografis penduduk di wilayah kecamatan Johar Baru sangat padat. Menurut data Biro Pusat Statistik Jakarta Pusat pada bulan Desember 2014, Kecamatan Johar Baru mempunyai jumlah penduduk sebanyak 116.261 jiwa. Berikut rincian jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Johar Baru tahun 2014.

Tabel 1. Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruTahun 2014NoKelurahanJumlah Penduduk

1Kelurahan Johar Baru49.924 Jiwa

2Kelurahan Kampung Rawa26.642 Jiwa

3Kelurahan Tanah Tinggi44.112 Jiwa

4Kelurahan Galur17.908 Jiwa

Jumlah138.586 Jiwa

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 2014

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru menurut laporan Kecamatan Johar Baru tahun 2014 adalah sebagai berikut laki-laki 58.925 jiwa, perempuan 57.336 jiwa. Berikut rincian kepadatan penduduk pada tiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru pada tahun 2014.Tabel 2. Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Johar Baru Tahun 2014KelurahanLuas

(km2)Jumlah

PendudukKepadatan Penduduk

(per Ha)

Kelurahan Johar Baru119,1049.924 Jiwa557

Kelurahan Kampung Rawa 30,1126.642 Jiwa688

Kelurahan Tanah Tinggi63,2944.112 Jiwa711

Kelurahan Galur26,2017.908 Jiwa663

Jumlah237,7138.586 jiwa583

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 20141.1.1.2.1 Data Penduduk Menurut UmurTabel 3. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruTahun 2014No

Kelompok Umur (tahun)Laki-lakiPerempuanJumlah

1.0-44.8434.1769.019

2.5-94.4285.58910.017

3.10-145.6664.75610.422

4.15-195.0056.09311.098

5.20-245.5505.55911.109

6.25-295.0855.03010.105

7.30-344.7855.1519.936

8.35-394.5104.1358.645

9.40-444.8284.1989.026

10.45-494.3194.0318.550

11.50- 544.7524.4469.198

12.55-594.5553.5998.154

13.60-643.6682.7306.418

14.65-691.2942.5015.795

15.70-741.9271.8033.730

16.>756746901.364

Jumlah68.10964.477132.556

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 20141.1.1.2.2 Data Penduduk Menurut Agama dan Kepercayaan

Tabel 4. Jumlah Penduduk menurut Agama dan Kepercayaan di Wilayah Kecamatan Johar Baru Tahun 2014AgamaTanah tinggiKampung RawaGalurJohar Baru

Islam44.48823.93116.640111.971

Protestan3.3362.1161.0329.936

Katolik1.9875371545.428

Budha352463501

Hindu783419344

Jumlah49.92426.64217.90849.924

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 20141.1.1.3 Keadaan Lingkungan

1.1.1.3.1 Sosio Ekonomi

Wilayah Kecamatan Johar Baru yang terletak di Pusat Kota Jakarta terdapat wilayah Kawasan Berikat Nusantara (KBN), diwilayah tersebut banyak terdapat industri besar, sedang, dan kecil sebagai penompang dalam menambah Pendapatan Asli Daerah khususnya Kota Jakarta dan sebagai penambah pendapatan devisa Indonesia, karena kawasan tersebut adalah salah satu sentra produksi andalan dalam memacu perekonomian Indonesia.1.1.1.3.2 Sarana dan Prasarana

Wilayah Kecamatan Johar Baru memiliki sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana kebudayaan dan kesenian, sarana olah raga, sarana kesehatan masyarakat dan keluarga berencana.

Sarana dan prasaran kesehatan yang yang ada saat ini banyak diminati oleh masyarakat luas yang ada di wilayah Johar Baru dan sekitarnya, hal ini terkait dengan lokasi dan banyaknya penduduk yang bekerja di wilayah Johar Baru tetapi tidak berdomisili di daerah tersebut. Agar semua dapat memperoleh kesempatan mendapat pelayanan kesehatan yang merata dengan biaya terjangkau, maka pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat, dan dapat mempertinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat.

Pelayanan kesehatan diberikan kepada semua golongan, dan tidak membedakan umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, agama, ras dan lain-lain, akan tetapi lebih diprioritaskan bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah.1.1.1.3.3 Fasilitas Kesehatan

Wilayah kerja puskesmas Kecamatan Johar Baru sangat minim fasilitas kesehatan yang ada. Keadaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Johar Baru ini tidak sebanding dengan jumlah pendudukTabel 5. Fasilitas Kesehatan Kecamatan Johar Baru Tahun 2014NoUraianTanah tinggiKampung RawaGalurJohar BaruJumlah

1.Rumah sakit----0

2.Rumah Bersalin11114

3.Puskesmas11114

4.Balkesmas/ Bpn----0

5.Dr. Umum Praktek--123

6.Dr.Spesialis Praktek455620

7.Praktek 24 jam-1-12

8.Bidan Swasta111710

9.Apotik654924

10.Laboratorium --145

11.Posyandu1824151572

12.Toko Obat-2237

13.Drg. Praktek132410

Jumlah32433353161

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Johar Baru Tahun 20141.2 Gambaran Umum Puskesmas

Kesehatan merupakan hak azasi yang tercantum dalam UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 tahun 1992 sehingga kesehatan perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan serta dipelihara oleh setiap individu dan seluruh komponen bangsa agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat yang pada akhirnya dapat mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal.

Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan (Blum, 1974).

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan pelayanan kesehatan strata pertama dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan. Untuk mencapai hasil optimal dan meningkatkan mutu serta kinerja Puskesmas, Departemen Kesehatan sejak tahun 2002 telah melaksanakan revitalisasi Puskesmas yang meliputi pengembangan kebijakan Puskesmas, pengadaan tenaga, perbaikan fisik dan peralatan (Depkes 2006). Pembahasan tentang Puskesmas telah tertuang dalam SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat.1.2.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas ialah suatu unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.

Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goodsserta kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas. Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi kesepakatan nasional.

Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komphrensif. Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan yaitu terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma sehat. Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif.

2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah (fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).

3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat.

4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.

5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif menjadi investasi.

6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra pemerintah (partnership)

7. Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization) menjadi otonomi daerah (decentralization).

8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring dengan era desentralisasi.

1.2.2 Wilayah Kerja Puskesmas

Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota / bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. Sasaran penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 - 50.000 penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi. 1.2.3 Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas

Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi :

1. Promotif (peningkatan kesehatan)

2. Preventif (upaya pencegahan)

3. Kuratif (pengobatan)

4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

Pelayanan tersebut ditunjukkan kepada semua penduduk tidak membedakan jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.1.2.4 Fungsi Puskesmas

Untuk mencapai Indonesia sehat 2015, Puskesmas harus menjalankan fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :

1. Pusat penggerak pembanguan berwawasan kesehatan

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.

Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan. Pemberadayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi :

Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.

Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses. Proses ini dilaksanakan dengan cara :

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

4. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program Puskesmas.Gambar 1. Fungsi Puskesmas

Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai tatanan sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat tempat umum mempunyai indikator :

Tersedianya air bersih

Tersedianya jamban yang saniter

Tersedianya larangan merokok

Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP

2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :

Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat

Tumbuh dan kembangnya LSM

Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah :

Promosi kesehatan masyarakat

Kesehatan lingkungan

KIA ( Kesehatan Ibu dan Anak )

KB ( Keluarga Berencana )

Perbaikan gizi masyarakat

P2M ( Pemberantasan Penyakit Menular )

Pengobatan dasar

Sebagai satu unit organisasi yang melaksanakan berbagai usaha di bidang kesehatan, Puskesmas memiliki wewenang dan tanggung jawab di wilayah kerja tertentu, biasanya satu wilayah kerja Puskesmas didasarkan atas beberapa faktor yaitu:

1. Jumlah penduduk

2. Keadaan geografis

3. Keadaan sarana dan perhubungan dan dan

4. Keadaan infra struktur masyarakat lainnya.1.2.5 Peran Puskesmas

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran yang vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan managerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

1. Unit Pelaksana Teknis

Sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.

2. Pembangunan kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

3. Pertanggungjawaban penyelenggaraan

Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.

4. Wilayah kerja

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.1.2.6 Visi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan yang sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat 2015. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.Indikator kecamatan sehat adalah : 1. Lingkungan sehat.

2. perilaku penduduk yang sehat.

3. Cakupan kesehatan yang bermutu.

4. Derajat kesehatan penduduk yang tinggi di kecamatan.

1.2.7 Misi Puskesmas

Dalam rangka untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2015 ditetapkan misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yang bertujuan guna mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju kemandirian untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar dan berusaha untuk memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan Puskesmas mencakup pula aspek lingkungan dari sisi yang bersangkutan.Untuk mencapai misi Puskesmas di atas digunakan strategi sebagai berikut :

a) Meningkatkan profesionalisme petugas

b) Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan

c) Mengembangkan kemandirian Puskesmas sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota

d) Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan serta pemberdayaan masyarakat dan keluarga

1.2.8 Upaya Kesehatan Wajib Masyarakat

Upaya kesahatan wajib masyarakat adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain :

1. Promosi kesehatan masyarakat

2. Kesehatan masyarakat

3. KIA ( Kesehatan ibu dan anak )

4. KB ( Keluarga Berencana )

5. Perbaikan gizi masyarakat

6. P2M ( Pengendalian Penyakit Menular )

7. Pengobatan Dasar

Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD).Tabel 6. Upaya Kesehatan Wajib, Kegiatan dan Indikator dalam Puskesmas

Upaya Kesehatan WajibKegiatanIndikator

Promosi KesehatanPromosi hidup bersih dan sehatTatanan sehat

Perbaikan perilaku sehat

Kesehatan LingkunganPenyehatan pemukimanCakupan air bersih

Cakupan jamban keluarga

Cakupan SPAL

Cakupan rumah sehat

Kesehatan ibu dan anakANCCakupan K1, K4

Pertolongan persalinanCakupan linakes

MTBS Cakupan MTBS

ImunisasiCakupan imunisasi

Keluarga BerencanaPelayanan Keluarga BerencanaCakupan MKJP non MKJP

Pemberantasan penyakit menularDiareCakupan kasus diare

ISPACakupan kasus ISPA

DBDCakupan kasus DBD

Cakupan kelambunisasi

TuberkulosisCakupan penemuan kasus

Angka penyembuhan

GiziDistribusi vit A/ Fe / cap yodiumCakupan vit A /Fe / cap yodium

PSG% gizi kurang / buruk, SKDN

Promosi Kesehatan% kadar gizi

PengobatanMedik dasarCakupan pelayanan

UGDJumlah kasus yang ditangani

Laboratorium sederhanaJumlah pemeriksaan

( Sumber : Trihono.2005.Manajemen Kesehatan , Arrimes,ed.)Di samping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas, Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan tertentu oleh Pemerintah Pusat (contoh : Pekan Imunisasi Nasional). Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun perbekalan akan diberikan oleh Pemerintah Pusat bersama dengan Pemerintah Daerah.1.1.2.9 Upaya Kesehatan Pengembangan PuskesmasSedangkan upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada yakni :

1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Public Health Nursing/PHN)

3. Upaya Kesehatan Gigi dan mulut

4. Upaya Kesehatan Jiwa

5. Upaya Kesehatan Usia lanjut

6. Upaya Kesehatan RemajaUpaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya inovasi yakni upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas.

Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.

Penetapan upaya kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota. Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggungjawab dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional lainnya.

Kegiatan upaya kesehatan dasar dan upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas adalah :

A. Upaya Kesehatan Dasar

1. Upaya Promosi Kesehatan2. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak

3. Upaya Keluarga Berencana

4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Upaya Kesehatan Lingkungan

6. Upaya Pengendalian Penyakit Menular

7. Upaya PengobatanB. Upaya Kesehatan Pengembangan

1. Upaya Kesehatan Sekolah

2. Upaya Kesehatan Olah Raga

3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

5. Upaya Kesehatan Jiwa

6. Upaya Kesehatan Mata

7. Upaya Kesehatan Usia Lanjut

8. Upaya Pembinaan Pengobatan TradisionalSalah satu upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan di Kecamatan Johar Baru yaitu Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kegiatan yang dilakukan antara lain:

Pembinaan

Penyuluhan

Deteksi dini (skrining kesehatan) pada anak sekolah kelas satu SD sampai SMA

Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak kelas satu, dua dan tiga

Program lomba sekolah sehat pada TK, SD, SLTP dan SLTA

Dokter kecil atau Docil membantu saat pelaksanaan deteksi dini (skrining kesehatan) dengan melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan.

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu.

Azas penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaran puskesmas yang dimaksud adalah :

1. Azas pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau di wilayah kerjanya.

2. Azas pemberdayaan masyarakat

Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap program puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :

a. KIA : Posyandu, Polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

b. Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)

c. Perbaikan Gizi : Panti Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

d. Kesehatan Lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

e. UKS : Dokter Kecil, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Pokestren)

f. Kesehatan Usia Lanjut : Posyandu Usila, Panti Wreda

g. Kesehatan Kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Kesehatan Jiwa : Tim Pelaksana Kesehatan jiwa Masyarakat (TPKJM)

i. Pembinaan Pengobatan Tradisional : Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobatan Tradisional (Battra).3. Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap program puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu.

Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :

a. Keterpaduan Lintas Program

Upaya memadukan penyelengaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program antara lain:

i. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : Keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan dan pengobatan.

ii. UKS : Keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.

iii. Puskesmas keliling : Keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, Gizi, promosi kesehatan, dan Kesehatan gigi.

iv. Posyandu : Keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, Kesehatan jiwa dan promosi kesehatan.

b. Keterpaduan Lintas Sektor.

Upaya memadukan penyelenggaraan program puskesmas dengan program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatn dan dunia usaha. Contoh keterpaduan lintas Sektoral antara lain :

i. UKS : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan dan agama.

ii. Promosi Kesehatan : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama dan pertanian.

iii. KIA : Keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK dan PLKB.

iv. Perbaikan Gizi : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha dan organisasi kemsyarakatan.

v. Kesehatan Kerja : Keterpaduan sektor kesehatan dengan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja dan dunia usaha.

4. Azas Rujukan

Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas. Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan kesehatan. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap program puskesmas harus ditopang oleh azas rujukan.

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.Ada dua macam rujukan yang dikenal yakni :

a. Rujukan Kesehatan Perorangan (Medis)

Apabila suatu puskesmas tidak mampu menangani suatu penyakit tertentu, maka puskesmas tersebut dapat merujuk ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik vertikal maupun horizontal). Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas :

i. Rujukan Kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan tindakan medis (contoh : operasi) dan lain-lain.

ii. Rujukan Bahan Pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

iii. Rujukan Ilmu Pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medis spesialis di puskesmas.

b. Rujukan Kesehatan Masyarakat (Kesehatan)

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Rujukan kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

i. Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan habis pakai dan bahan pakaian.

ii. Rujukan tenaga, antara lain tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, gangguan kesehatan karena bencana alam.

iii. Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan kesehatan masyarakat kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila puskesmas tidak mampu.Secara skematis pelaksanaan azas rujukan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Sistem Rujukan Puskesmas

(Sumber : Buku ARRIMES Manajemen Puskesmas)

1.3 Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Puskesmas Kecamatan Johar Baru merupakan Puskesmas pembina sesuai dengan SK Gubernur tahun 1992. Puskesmas ini berada di alamat Jl.Tanah tinggi XXI Johar Baru Jakarta Pusat. Puskesmas Kecamatan Johar Baru membawahi 7 Puskesmas yaitu 1 Puskesmas tingkat kecamatan, 6 Puskesmas tingkat kelurahan, 3 Puskesmas terletak di Kelurahan Johar Baru (Johar Baru I, Johar Baru II, Johar Baru III) dan Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi, Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa dan Puskesmas Kelurahan Galur. Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah membawahi enam Puskesmas kelurahan di empat kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Johar Baru, yaitu :

1) Puskesmas Kelurahan Johar Baru I

Puskesmas Kelurahan Johar Baru I beralamat di Jl. Mardani Raya 36 RT 2/5.

2) Puskesmas Kelurahan Johar Baru II

Puskesmas Kelurahan Johar Baru II beralamat di Jl.Percetakan Negara II.

3) Puskesmas Kelurahan Johar Baru III

Puskesmas Kelurahan Johar Baru III beralamat di Jl. Keramat Jaya Gg IX.4) Puskesmas Kelurahan Galur

Puskesmas Kelurahan Galur beralamat di Jl.Kampung Rawa tengah Gg IX.

5) Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi

Puskesmas Kelurahan Tanah Tinggi beralamat di Jl. Tanah Tinggi Gg. VII/12.

6) Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa

Puskesmas Kelurahan Kampung Rawa beralamat di Jl. Rawa Selatan 1 RT 2/1.

Gambar 3. Peta Letak Puskesmas se- Kecamatan Johar Baru

Sumber : Profil Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1.3.1 Sarana dan Prasarana Puskesmas

Sarana yang tersedia di Puskesmas Kecamatan Johar Baru antara lain:\

1.3.1.1 Bangunan Puskesmas Johar Baru

Puskesmas Kecamatan Johar Baru memiliki fasilitas gedung terdiri dari :1. Luas bangunan: 1.305 m22. Luas tanah: 1.782 m23. Daya listrik: 45.000 W

4. Air: tanah

5. Telepon: 7 unit

6. Fax: 1 unit

7. Komputer: 20 unit

8. Laptop: 4 unit

9. Printer: 13 unit

10. AC: 26 unit

11. Mobil Puskesmas keliling: 1

12. Mobil dinas: 213. Motor: 814. Swing fog: 4

15. Dental unit: 916. Rontgen unit: -17. Unit mata: -Puskesmas Kecamatan Johar Baru terdiri dari 5 lantai:

I. Lantai 1:

A. Unit Gawat Darurat (buka mulai pkl. 16.00- 07.00 WIB)

B. Ruang Jaga Dokter

C. Ruang Jaga Bidan dan Perawat

II. Lantai 2:

A. Apotek

B. Laboratorium

C. Ruang BersalinD. Ruang NifasIII. Lantai 3A. Ruang Rawat Inap AnakB. Ruang Rawat Inap Laki-LakiC. Ruang Rawat Inap WanitaIV. Lantai 4A. Loket (Loket Pendaftaran dan Loket Medical Record)

B. Balai Pengobatan Dewasa 1C. Balai Pengobatan Dewasa 2D. Balai Pengobatan Dewasa 3E. Balai Pengobatan Anak

F. Balai Pengobatan LansiaG. Poli ImunisasiH. Poli TindakanI. Poli Gigi

J. Poli KIA

K. Poli KB

L. Poli GiziV. Lantai 5:

A. Ruang Kepala Puskesmas

B. Ruang Pemulihan

C. Ruang Tata Usaha

D. Ruang Bina Kesehatan Masyarakat

E. Ruang Rapat

F. Aula1.3.1.2 Tenaga Kerja Medis dan Nonmedis

Medis :

Dokter spesialis

Dokter umum

Dokter gigi

Apoteker

Perawat

Perawat gigi

Bidan

Ahli Gizi

Non medis (SD,SLTP,SLTA,SPK,SMK,STM)

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja medis dan non medis di sarana pelayanan kesehatan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Johar Baru Desember 2013

PuskesmasJumlah Tenaga Kerja

Dokter SpesialisDokter UmumDokter GigiApotekerBidanPerawatPerawat GigiAhli giziTenaga NonmedisJumlah

Kec. Johar Baru11193520131467

Kel Johar Baru I01101210511

Kel.Johar Baru II0110221029

Kel.Johar Baru III0110110026

Kel.Kampung Rawa0111121039

Kel.Galur0110120127

PuskesmasJumlah Tenaga Kerja

Dokter SpesialisDokter UmumDokter GigiApotekerBidanPerawatPerawat GigiAhli giziTenaga NonmedisJumlah

Kel.Tanah Tinggi0110110026

Jumlah111921015433086

Sumber : Laporan Kecamatan Johar Baru Desember 20131.3.1.3 Alat Medis dan Non Medis

Medis:

Peralatan Laboratorium (pemeriksaan darah, urine dan sputum)

2 Unit Dental Unit

USG

Alat Apotek

7 buah Tempat tidur (untuk pemeriksaan fisik pasien)

Non medis:

Alat perlengkapan

Kartu diagnosis

Kartu pasien, Formulir Laporan

1.3.2 Visi, Misi, Kebijakan Mutu dan Motto Puskesmas Kecamatan Johar Baru

A. Visi Puskesmas Kecamatan Johar BaruTerwujudnya Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang memberikan Pelayanan prima, berorientasi pada kepuasan menuju masyarakat sehat dan mandiri.

B. Misi Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1. Memberikan Pelayanan kesehatan prima dan merata.

2. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, medis dan non medis Puskesmas.

3. Menggalang kemitraan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.

4. Mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

C. Kebijakan Mutu Puskesmas Kecamatan Johar BaruPuskesmas Kecamatan Johar Baru bertekad memberikan pelayanan prima, menuju masyarakat sehat yang mandiri secara berkesinambungan sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku, serta senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambugan untuk mencapai kepuasan pelanggan. Komitmen bersama Puskesmas Kecamatan Johar Baru adalah Prima Sehat Mandiri untuk semua.1.3.3 Struktur Organisasi

Gambar 4. Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Sumber: Puskesmas Kecamatan Johar Baru

1.1.2.1 Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas

Gambar 5. Alur Pelayanan Pasien di Puskesmas Kecamatan Johar Baru

Sumber: Puskesmas Kecamatan Johar Baru1.1.4 Program Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)

Ada beberapa kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung di puskesmas se-kecamatan Johar Baru, yaitu :1.1.4.1 Pemberantasan Penyakit TB Paru

TBC adalah satu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis dengan sumber penularan sputum yang mengandung kuman TBC.

Kemajuan di bidang farmakologi memungkinkan beberapa macam obat (untuk pengobatan TBC) dikombinasi dalam satu tablet dengan tidak menganggu bio availability dari obat-obatan tersebut artinya OAT kombipak telah disederhanakan menjadi OAT FDC yang akan membantu dalam pelaksanaan DOTS. Indikator kinerja dalam P2TB adalah sebagai berikut :1. Angka Penemuan Kasus (CDR/ Case Detection Rate)

= 85 %CDR (Case Detection Rate) adalah penemuan pasien baru TB BTA positif pada penduduk suatu wilayah

=

2. Angka Konversi

= 90 %CVR (Conversion Rate ) adalah Angka konversi adalah BTA positif menjadi BTA negatif setelah menjalani masa pengobatan intensif diantara penderita TB paru yang diobati.

=

3. Angka Kesembuhan

= 90 %CR (Cure Rate) adalah Angka kesembuhan adalah BTA positif menjadi BTA negatif setelah pengobatan selesai

=

4. Error Rate

= < 5%Error Rate adalah angka kesalahan laboratorium yang menunjukkan persentase kesalahan diagnosis yang dilakukan oleh laboratorium pemeriksaan pertama, setelah diuji silang oleh BLK atau laboratorium rujukan lain dimana kualitas diagnosis secara mikroskopis di laboratorium pemeriksaan pertama =

5. Insidence rate

= 65 %Insidence rateadalah jumlah seluruh kasus baru yang muncul pada sebuah kasus dalam rentang waktu tertentu.Jumlah penyakit baru= ------------------------------------ 100%Jumlah populasi berisikoPencapaian pengobatan program P2TB Tahun 2014 adalah sbb :

1. Angka Penemuan Kasus (CDR/ Case Detection Rate)

= 87 %

2. Angka Konversi

= 93 %

3. Angka Kesembuhan

= 63 %

4. Error Rate

= < 5 %Hasil penemuan penderita TB BTA (+) di wilayah Kecamatan Johar Baru 87% (target 85%).Tabel 4.32 ANGKA PENEMUAN PENDERITA (CDR) TBC

PER PUSKESMAS KELURAHAN DI KECAMATAN JOHAR BARU TAHUN 2014

Puskesmas KelurahanPerkiraan BTA Pos (+)Penemuan Penderita BTA Pos (+)CDR (%)

PKL Johar Baru I8336

PKL Johar Baru II2840

PKL Johar Baru III5240

PKL Kp. Rawa22100

PKL Tanah Tinggi22100

PKL Galur11100

Jumlah201890

Tabel 4.33 ANGKA KONVERSI PENDERITA TBC

DI KECAMATAN JOHAR BARU TAHUN 2014

PuskesmasPenemuan BTA Pos (+)Penemuan PenderitaAngka Konversi (%)

PKC Johar Baru454293

PKL Johar Baru I33100

PKL Johar Baru II8788

PKL Johar Baru III2150

PKL Kp. Rawa33100

PKL Tanah Tinggi22100

PKL Galur44100

Jumlah676293

Dari 67 penderita yang menyelesaikan fase awal pengobatan yang mengalami konversi 62 penderita (93% - target 90%), angka konversi terendah di PKL Johar Baru III (50%).

Tabel 4.34 JUMLAH PENDERITA TBC DIOBATI BERDASARKAN KATEGORI PENGOBATAN DI KECAMATAN JOHAR BARU TAHUN 2014

Puskesmas Jmulah Penderita Diobati

BTA (+)BTA (-)AnakJumlah

PKC Johar Baru4512663

PKL Johar Baru I3217

PKL Johar Baru II84113

PKL Johar Baru III2114

PKL Kp. Rawa3105

PKL Tanah Tinggi2002

Galur4308

Jumlah67239102

Case Notification Rate (CNR) di wilayah Kecamatan Johar Baru adalah 83%.

Tabel 4.35 ANGKA KESEMBUHAN (CR) PENDERITA TBC DI WILAYAH KECAMATAN JOHAR BARU TAHUN 2014

Puskesmas Penemuan BTA Pos (+)Penemuan Penderita Sembuh Cure Rate (%)

PKC Johar Baru392666

PKL Johar Baru I11100

PKL Johar Baru II2375

PKL Johar Baru III5480

PKL Kp. Rawa2150

PKL Tanah Tinggi22100

PKL Galur11100

Jumlah 523873

Insidence rate

Jumlah penyakit baru 189 orang--------------------------------- k = ----------------------- x 100% = 0,0018Jumlah populasi berisiko 100.000 orangPenyebab masih rendahnya angka kesembuhan penderita TB di puskesmas kecamtan Johar Baru dikarenakan :

1. Masih ada penderita TB yang tidak rutin meminum obat karena berbagai alasan

2. Ada beberapa penderita TB mangkir yang tidak melakukan pengobatan.

3. Kurangnya tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah jika pasien tidak datang untuk mengambil obat.

4. Kurangnya tingkat pendidikan pasien/keluarga bagaimana pola hidup sebagai penderita TB 1.1.4.2 Pemberantasan Penyakit kusta.

Penyakit kusta merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang terutama menyerang saraf tepi, dan seluruh organ tubuh kecuali ssp.Kegiatan progam pemberantasan penyakit kusta meliputi penemuan kasus dini, diagnose dan klasifikasi, pengobaran,pembinaan pengobatan, pencegahan cacat dan perawatan dini, pencatatan dan pelaporan, penyuluhan kesehatan dan penggerakan peran serta dan managamen holistik.

Jumlah penderita kusta di wilayah kecamatan Johar Baru tahun 2014 sebanyak 5 orang terdiri dari tiga perempuan dan satu laki laki, dan seluruhnya adalah kasus baru. Keseluruh menderita MB (multi Basiler).1.1.4.3 Pemberantasan Penyakit Diare

Penyakit diare masih merupakan penyaki potensial KLB, bila ada bencana banjir atau air PAM mati dalam waktu relative lama.

Kunjungan penderita di unit-unit pelayanan kesehatanpun masih tetap tinggi maka perlu pemantauan harian. Pelaporan mingguan (w2) dalam rangka antisipasi terjadinya KLB. Tujuan progam P2 Diare adalah menurukan angka kematian akibat diare, tatalaksana diare standar dan meningkatkan penggunaan oralit di tingkat rumah tangga.

Indikator kinerja P2 diare adalah angka kesakitan,5%. Tahun 2014 berdasarkan laporan STP & LB 1 Puskesmas jumlah kasus Diare di Kecamatan Johar Baru 4.370 kasusIR( insiden rate) : jumlah penyakit baru x k : 4.370 orang x 100% = 3,2 % Jumlah populasi berisiko 132.556 orang1.1.4.4 Pemberantasan ISPA/Pneumonia

ISPA atau infeksi Saluran Pernapasan Akut ini merupakan kasus terbanyak kunjungan pasien ke puskesmas. Tujuan progam pemberantasan penyaki ISPA adalah penemuan pneumonia pada balita tatalaksana pneumonia dan menurunkan angka kematian peneumonia balita. Indikator kinerja P2 ISPA adalah angka kesakitan pneumonia balita 85%2. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%3. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%4. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%5. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%6. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%BAB II

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH DAN PENYEBAB MASALAH2.1 PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

Masalah adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan (expected) dengan apa yang aktual terjadi (observed). Perlu ditentukan masalah yang menjadi prioritas karena keterbatasan sumber daya, dana, dan waktu menyebabkan tidak semua permasalahan dapat dipecahkan sekaligus. Setelah pada tahap awal merumuskan masalah, maka dilanjutkan dengan menetapkan prioritas masalah yang harus dipecahkan. Prioritas masalah didapatkan dari data atau fakta yang ada secara kualitatif, kuantitatif, subjektif, objektif serta adanya pengetahuan yang cukup.

Dalam penetapan prioritas masalah, digunakan teknik skoring dan pembobotan. Untuk dapat menetapkan kriteria, pembobotan dan skoring perlu dibentuk sebuah kelompok diskusi. Agar pembahasan dapat dilakukan secara menyeluruh dan mencapai sasaran, maka setiap anggota kelompok diharapkan mempunyai informasi dan data yang tersedia. Beberapa langkah yang dilakukan dalam penetapan prioritas masalah meliputi:

1. Menetapkan kriteria

2. Memberikan bobot masalah

3. Menentukan skoring tiap masalah

Berdasarkan hasil analisis program P2ML Puskesmas Kecamatan Johar Baru yang diangkat, maka didapatkan Enam permasalahan. Adapun masalah tersebut meliputi: 7. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target > 85%8. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%9. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%10. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%11. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%12. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

2.1.1 Non-Scoring Technique

Bila tidak tersedia data, maka cara penetapan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah teknik non skoring.

Dengan menggunakan teknik ini, masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh sebab itu juga disebut Nominal Group Technique (NGT). NGT terdiri dari dua, yaitu:A. Metode Delbecq

Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini dilakukan melalui diskusi dan kesepakatan sekelompok orang, namun yang tidak sama keahliannya. Sehingga untuk menentukan prioritas masalah, diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk memberikan pengertian dan pemahaman peserta diskusi, tanpa mempengaruhi peserta diskusi. Hasil diskusi ini adalah prioritas masalah yang disepakati bersama.B. Metode Delphi

Yaitu masalah masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai keahlian yang sama melalui pertemuan khusus. Para peserta diskusi diminta untuk mengemukakan pendapat mengenai beberapa masalah pokok. Masalah yang terbanyak dikemukakan pada pertemuan tersebut, menjadi prioritas masalah.2.1.2 Scoring TechniqueBerbagai teknik penentuan prioritas masalah dengan menggunakan teknik skoring antara lain:

A. Metode Bryant

Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu :

1. PrevalenceBesarnya masalah yang dihadapi

2. SeriousnessPengaruh buruk yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam masyarakat dan dilihat dari besarnya angka kesakitan dan angka kematian akibat masalah kesehatan tersebut.

3. ManageabilityKemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan sumber daya4. Community concernSikap dan perasaan masyarakat terhadap masalah Kesehatan tersebut

Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan sesuai baris untuk tiap masalah. Kemudian dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah sesuai kolom untuk masing-masing masalah dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan yaitu hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk menentukan prioritas masalah yang akan diambil.B. Metode Matematik PAHODalam metode ini parameter diletakkan pada kolom dan masalah-masalah yang ingin dicari prioritasnya diletakkan pada baris, dan digunakan kriteria untuk penilaian masalah yang akan dijadikan sebagai prioritas masalah. Kriteria yang dipakai ialah :

1. MagnitudeBerapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalens.

2. SeverityBesarnya kerugian yang timbul yang ditunjukkan dengan case fatality rate masing- masing penyakit.3. VulnerabilitySejauh mana ketersediaan teknologi atau obat yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.4. Community and political concernMenunjukkan sejauh mana masalah tersebut menjadi concern atau kegusaran masyarakat dan para politisi5. AffordabilityMenunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia C. METODE MCUAPada metode MCUA, yang menjadi kriteria penilaian untuk menentukan prioritas masalah adalah :

1. Emergency

Emergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. 2. Greetest member

Kriteria ini digunakan untuk menilai seberapa banyak penduduk yang terkena masalah kesehatan tersebut. Untuk masalah kesehatan yang berupa penyakit, maka parameter yang digunakan adalah prevalence rate. Sedangkan untuk masalah lain, maka greatest member ditentukan dengan cara melihat selisih antara pencapaian suatu kegiatan pada sebuah program kesehatan dengan target yang telah ditetapkan.3. Expanding Scope

Menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain diluar sektor kesehatan. Parameter penilaian yang digunakan adalah seberapa luas wilayah yang menjadi masalah, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta berapa banyak sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut.4. Feasibility

Kriteria lain yang harus dinilai dari suatu masalah adalah seberapa mungkin masalah tersebut diselesaikan. Parameter yang digunakan adalah ketersediaan sumber daya manusia berbanding dengan jumlah kegiatan, fasilitas terkait dengan kegiatan bersangkutan yang menjadi masalah, serta ada tidaknya anggaran untuk kegiatan tersebut.5.Policy

Berhubungan dengan orientasi masalah yang ingin diselesaikan adalah masalah kesehatan masyarakat, maka sangat penting untuk menilai apakah masyarakat memiliki kepedulian terhadap masalah tersebut serta apakah kebijakan pemerintah mendukung terselesaikannya masalah tersebut.

Metode ini memakai lima kriteria yang tersebut diatas untuk penilaian masalah dan masing-masing kriteria harus diberikan bobot penilaian untuk dikalikan dengan penilaian masalah yang ada sehingga hasil yang didapat lebih obyektif. Pada metode ini harus ada kesepakatan mengenai kriteria dan bobot yang akan digunakan.

Dalam menetapkan bobot, dapat dibandingkan antara kriteria yang satu dengan yang lainnya untuk mengetahui kriteria mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi. Setelah dikaji dan dibahas, didapatkan kriteria mana yang mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi. Nilai bobot berkisar satu sampai lima, dimana nilai yang tertinggi adalah kriteria yang mempunyai bobot lima.Bobot 5 : paling penting

Bobot 4 : sangat penting sekali

Bobot 3 : sangat penting

Bobot 2 : pentingBobot 1 : cukup penting

A. EMERGENCYEmergency menunjukkan seberapa fatal suatu permasalahan sehingga menimbulkan kematian atau kesakitan. Parameter yang digunakan dalam kriteria ini adalah CFR (Case Fatality Rate), jika masalah yang dinilai berupa penyakit. Adapun jika yang dinilai adalah masalah kesehatan lain, maka digunakan parameter kuantitatif berupa angka kematian maupun angka kesakitan yang dapat ditimbulkan oleh permasalahan tersebut. Nilai proxy CFR ditentukan berdasarkan hasil diskusi, argumentasi, serta justifikasi.

Nilai CFR dan Angka kematian:

1. CFR TB

: 0%2. IR ISPA

: 0,44 %3. IR Diare

: 3,2 %4. CFR Kusta: 0%Tabel 2.1Skala Score EmergencyRange (%)Score

2 6,71

6,8 11,52

11,6 16,33

16,4 21,14

21,2 25,95

26,0 30,76

30,8 35,57

35,6 40,38

40,4 45,19

45,2 49,910

Tabel 2.2

Penentuan Score Emergency Terhadap Masalah Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) yang Terdapat di Wilayah Kerja Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014

No.Daftar MasalahProxyRUMUS

(Target-Cakupan)

+ProxyScore

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%CFR TB Paru (85-36) + 0= + 0= 4910

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%CFR TB Paru(85-40) + 0= 45+ 0= 459

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

CFR TB Paru(85-40) + 0= 45+ 0= 459

4. Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 88 ) + 0 = 2 + 0 = 21

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 50 ) + 0 = 40 + 0 = 408

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

CFR TB Paru( 90 73 ) + 0 = 17+ 0 = 174

Pada emergency, daftar masalah program P2ML didapatkan skor terbesar yaitu 10 pada angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014B. Greetest MemberGreetest member menunjukkan berapa banyak penduduk yang terkena masalah atau penyakit yang ditunjukkan dengan angka prevalensi. Semakin besar selisih antara target dan cakupan maka akan semakin besar score yang didapatkan. Tahap-tahap melakukan perhitungan Score Greetest Member :

1. Mengidentifikasi besarnya target dari tiap indikator program kesehatan lingkungan.

2. Mengidentifikasi seberapa besar angka cakupan (hasil) yang tercapai dari tiap-tiap program kesehatan lingkungan.

3. Hitung selisih dari target dan cakupan.

4. Sesuaikan hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut dengan Score Greetest Member yang telah ditetapkan.

Untuk menentukan score pada Greetest Member digunakan range. Range didapatkan dari selisih antara target dan cakupan dari tiap masalah. Diberikan score dari 1 - 9 dengan jarak tiap range sebesar 0,99 agar mendapatkan nilai Greetes Member yang bervariasi.Tabel 2.3 Range pada Score Greetest MemberRange (%)Score

2 6,71

6,8 11,52

11,6 16,33

16,4 21,14

21,2 25,95

26,0 30,76

30,8 35,57

35,6 40,38

40,4 45,19

45,2 49,910

Tabel 2.4 Daftar Masalah Program P2MLNoProgram dan KegiatanCakupan(a)Target(b)Selisih(b-a)Score

1Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%36 %85%49%10

2Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%40%85%45%9

3Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

40%85%45%9

4Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

88%90%2%1

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

50 %90%40%8

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

73%90%17%4

Pada Greetest Member daftar masalah program P2ML didapatkan Score terbesar adalah 10 , yaitu Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014

Expanding Scope

Expanding Scope menunjukkan seberapa luas pengaruh suatu permasalahan terhadap sektor lain di luar kesehatan, berapa banyak jumlah penduduk di wilayah tersebut, serta ada tidaknya sektor di luar sektor kesehatan yang berkepentingan dengan masalah tersebut. Untuk Jumlah penduduk diurut berdasarkan kelurahan yang memiliki penduduk terkecil sampai yang terbanyak. Tabel 2.5 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Jumlah Penduduk Periode Januari 2014 Desember 2014

NoWilayah KerjaJumlah PendudukNilai

1Johar Baru I

9.111 Jiwa1

2Johar Baru III9251 Jiwa2

3Johar Baru II9.603 Jiwa3

4Kecamatan Johar Baru10.038 Jiwa4

5Kelurahan Galur16.977 Jiwa5

6Kelurahan Kampung Rawa21.203 Jiwa6

7Kelurahan Tanah Tinggi

40.078 Jiwa7

8Se- Kecamatan Johar Baru166.261 Jiwa8

Tabel 2.6 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Luas Wilayah Periode Januari 2014 Desember 2014No.Wilayah KerjaLuas Wilayah (Ha)Nilai

1.Galur26,21

2.Kampong Rawa30,12

3.Johar Baru I52,43

4Johar Baru III54,8

4

5Tanah Tinggi62,295

6Johar Baru II63,36

7Kecamatan Johar Baru67,27

8Se-Kecamatan Johar Baru356,298

Tabel 2.7 Penentuan Nilai Expanding Scope Berdasarkan Keterpaduan Lintas Sektoral Periode Januari 2013 Juli 2013NilaiLintas Sektor

1Tidak ada keterpaduan lintas sektor

2Ada keterpaduan lintas setor

Untuk keterpaduan lintas sektoral, dalam hal ini puskesmas kecamatan menjalankan keterpaduan lintas sektoral.Tabel 2.8 Penentuan Nilai Expanding Scope Program Kesehatan Lingkungan di Wilayah Puskesmas Se-Kecamatan Tanah Tinggi Periode Januari 2014 Desember 2014No.Daftar MasalahJumlah PendudukLuas WilayahLintas SektorJumlah

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%1315

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%36110

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

2417

4Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

36110

5Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

2417

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

88117

Expanding scope tertinggi terdapat pada Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 yaitu dengan nilai 17A. FEASIBILITY

Feasibility merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai seberapa mungkin suatu masalah dapat diselesaikan. Pada dasarnya, kriteria ini adalah kriteria kualitatif, oleh karena itu perlu dibuat parameter kuantitatif sehingga penilaian terhadap kriteria ini menjadi obyektif.

Adapun parameter yang digunakan untuk menilai apakah suatu masalah dapat diselesaikan meliputi:

1. Rasio tenaga kesehatan Puskesmas terhadap jumlah penduduk. Semakin banyak jumlah tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, maka kemungkinan suatu permasalahan terselesaikan akan semakin besar. Oleh karena itu, dilakukan penghitungan rasio tenaga kesehatan di setiap Puskesmas kelurahan terhadap jumlah penduduk yang menjadi sasaran program kesehatan di masing masing wilayah Puskesmas. Tabel 2.9 Range pada Scoring Rasio Tenaga Kesehatan

Range Score

1:16 1: 411

1: 42 1: 672

1: 68 1: 933

1 : 94 1: 1194

1: 120 1: 1455

Tabel 2.10 Scoring Rasio Tenaga Kesehatan dengan Jumlah Penduduk Sasaran Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar BaruPeriode Januari Desember 2014No.PuskesmasJumlah Tenaga KesehatanJumlah PendudukRasioScore

1.Kecamatan Johar Baru671.0571 : 161

2.

3.Kelurahan Johar Baru IKelurahan Johar Baru II119489

6241 : 441 : 692

3

4.Kelurahan Johar Baru III63221 : 542

5.Kelurahan Kampung Rawa97651: 853

6.Kelurahan Tanah Tinggi79831: 1405

7.Kelurahan Galur65871: 984

2. Ketersediaan fasilitas (material), fasilitas juga merupakan hal yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu kegiatan dan menyelesaikan suatu masalah dan cakupan kegiatan tersebut. Namun, fasillitas yang dibutuhkan oleh setiap kegiatan berbeda-beda. Oleh karena itu, dibuatkan kategori untuk fasilitas yang dibutuhkan oleh kegiatan-kegiatan tersebut.

Kategori fasilitas digolongkan menjadi dua yaitu ketersediaan alat/obat dan ketersediaan tempat. Penilaian berdasarkan ada dalam jumlah mencukupi, ada namun kurang mencukupi dan tidak ada sama sekali. Digolongkan cukup bila dari kegiatan pelaksanaan program tidak ada masalah yaitu selalu tersedia dan diberi nilai dua. Digolongkan kurang bila tersedia namun jumlah kurang, atau terlambat datang, atau ada namun tidak layak pakai dan diberi nilai satu. Dan tidak ada bila tidak tersedia dan diberi nilai nol.

Tabel 2.10 Scoring Ketersediaan Fasilitas Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014KategoriKetersediaanScore

TempatTidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

Alat/ ObatTidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

3. Ketersediaan dana, Scoring ketersediaan dana terhadap setiap kegiatan Puskesmas penilaian dibagi tiga yaitu tidak ada, cukup dan kurang. Penilaian berdasarkan wawancara dengan pemegang program dan kepala Puskesmas terkait.

Tabel 2.11 Scoring Ketersediaan Dana Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014DanaScore

Tidak ada0

Ada tetapi kurang1

Ada dan cukup2

Tabel 2.12

Penentuan Score Feasibility Program P2ML Terhadap Kegiatan di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014NODAFTAR MASALAHSDMFASILITASDANAJUMLAH

Alat/ObatTempat

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%411

17

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%51118

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

31116

4.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

51118

5.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

31116

6Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

3611139

Feasibility tertinggi pada program P2ML periode Januari Desember adalah Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 dengan jumlah 39.5.POLICY

Untuk dapat diselesaikan, aspek lain yang harus dipertimbangkan dari suatu masalah kesehatan adalah apakah pemerintah memiliki concern terhadap masalah tersebut. Parameter yang digunakan untuk menilai seberapa concern pemerintah adalah kebijakan pemerintah yang concern terhadap permasalahan tersebut, serta apakah masalah tersebut terpublikasi di berbagai media.Parameter tersebut diberikan nilai berdasarkan parameter yang paling mungkin sampai ke masyarakat. Publikasi suatu isu kesehatan di media cetak memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan penyuluhan. Maka skor untuk penyuluhan diberikan 5, sedangkan untuk iklan di media cetak diberikan nilai 10. Begitupun dengan media elektronik yang memiliki jangkauan yang lebih luas dibandingkan dengan media cetak. Maka untuk adanya publikasi masalah kesehatan tersebut di media elektronik diberikan nilai 15.Tabel 2.13Scoring Kebijakan Pemerintah Terhadap Program P2ML di Wilayah Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014ParameterScore

Tidak ada kebijakan0

Ada kebijakan5

Tabel 2.14Penentuan Nilai Policy Terhadap Kegiatan Puskesmas di Kecamatan Johar Baru Periode Januari - Desember 2014ParameterScore

Penyuluhan5

Media Cetak (Poster, Majalah, Koran)10

Media Elektronik (TV, radio, internet)15

Tabel 2.15

Penentuan Score Policy Program P2ML pada Puskesmas di Wilayah Kecamatan Johar Baru Periode Januari Desember 2014NoMasalahKebijakan PemerintahPenyuluhanMedia

CetakMedia ElektronikJumlah

1.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%5510020

2.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%5510020

3.Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

5510020

4.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

5510020

5.Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

5510020

6.Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%

5510020

Skor policy terbesar adalah sama untuk semua area masalah yaitu skornya 20.Setelah diklasifikasikan berdasarkan lima kriteria di atas, keseluruhan hasil penghitungan dari kriteria-kriteria tersebut dimasukan kedalam tabel penentuan masalah program P2ML menurut metode MCUA untuk dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria. Kemudian hasil perkaliannya dijumlahkan.Tabel 2.16

Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruPeriode Januari - Desember 2014NoKriteriaBobotMS1MS2MS3

NBNNBNNBN

1Emergency51050945945

2

Greetest member

41040936936

3

Expanding Scope

35151030721

4

Feasibility2714816612

5Policy1202020202020

Jumlah139147134

MS 1 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru I periode Januari Desember 2014 sebesar 36% kurang dari target 85%

MS 2 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%

MS 3 Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target > 85%

Tabel 2.17Penentuan Masalah Program P2ML Menurut Metode MCUA

MS 1-MS 3 di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruPeriode Januari - Desember 2014NoKriteriaBobotMS4MS5MS6

NBNNBNNBN

1Emergency515840420

2

Greetest member

414832416

3

Expanding Scope

310307211751

4

Feasibility28166123978

5Policy1202020202020

Jumlah75125185

MS 4 Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 88% kurang dari target < 90%

MS 5 Angka konversi TB di Puskesmas Kelurahan Johar Baru III periode Januari Desember 2014 sebesar 50% kurang dari target < 90%

MS 6 Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%2.2 MENENTUKAN KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH

Setelah dilakukan penetapan prioritas terhadap masalah yang ada, selanjutnya ditentukan kemungkinan penyebab masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang ada terlebih dahulu. Pada tahap sebelumnya telah dicoba mencari apa yang menjadi akar permasalahan dari setiap masalah yang merupakan prioritas. Pada tahap ini digunakan diagram sebab-akibat yang disebut juga dengan diagram tulang ikan (fishbone) atau diagram ishikawa. Dengan memanfaatkan pengetahuan dan dibantu dengan data yang tersedia, dapat disusun berbagai penyebab masalah secara teoritis.

Penyebab masalah dapat timbul dari bagian input maupun proses. Input, yaitu sumber daya atau masukan oleh suatu sistem. Sumber daya antara lain man (sumber daya manusia), money (dana), material (sarana), method (cara). Sedangkan proses merupakan kegiatan sistem. Melalui proses, input akan diubah menjadi output, yang terdiri dari:a. Planning (perencanaan)

Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya.

b. Organizing (pengorganisasian)

Rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki organisasi dan memanfaatkannya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi.

c. Actuating (pelaksanaan)

Proses bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki dan dukungan sumber daya yang tersedia.

d. Controlling (monitoring)

Proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (evaluating) jika terjadi penyimpangan.

Berikut ini adalah prioritas masalah yang akan ditetapkan penyebab masalahnya dengan menggunakan diagram fishbone:

1. Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%2. Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%2.3 MENCARI PENYEBAB MASALAH YANG PALING DOMINANPada tahap ini adalah menentukan penyebab masalah yang paling dominan. Dari dua prioritas masalah yang mungkin dengan menggunakan metode Ishikawa atau lebih dikenal dengan fishbone (diagram tulang ikan), yang telah dikonfirmasi dengan data menjadi akar penyebab masalah (yang terdapat pada lingkaran). Dari akar penyebab masalah tersebut, dapat dicari akar penyebab masalah yang paling dominan. Penyebab masalah yang paling dominan adalah penyebab masalah yang apabila diselesaikan dapat menyelesaikan sebagian besar permasalahan yang ada. Penentuan akar penyebab masalah yang paling dominan adalah dengan cara diskusi, argumentasi, justifikasi dan pemahaman program yang cukup. Di bawah ini adalah penyebab masalah yang dominan dalam program di wilayah kerja Puskesmas Penjaringan:2.3.1 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (Diagram Tulang Ikan) pada Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 sebesar 73% kurang dari target < 90%Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

a. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada input adalah :

1. Man

Jumlah petugas kesehatan yang kurang

2. Money

Pendistribusian dana yang tidak tepat sasaran3. MaterialTidak tersedianya dana untuk pemeliharaan alat dan bahan

4. MethodJadwal pembinaan kepada kader yang belum teratur dan terkoordinasi tentang penyuluhan TBb. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada proses adalah : 1. Planning

Kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan yang terkait

2. Organizing

Tidak semua puskesmas memiliki petugas untuk menjalankan program TB

3. Actuating

Tidak tersedianya informasi yang jelas tentang TB

4. ControllingKurangnya kepedulian tenaga kesehatan dan keluarga untuk menjadi PMO c. Akar penyebab masalah yang ditemukan pada lingkungan adalah:

1. Environment :

Jumlah penduduk melebihi kapasitas seharusnyaDari sembilan akar penyebab masalah di atas maka ditetapkan tiga akar penyebab masalah yang paling dominan, berdasarkan data, informasi, observasi langsung juga pemahaman yang cukup. Tiga akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut adalah :

1. Jumlah petugas kesehatan yang kurang (man )2. Pendistribusian dana yang tidak tepat sasaran (Money)3. Kurangnya kepedulian tenaga kesehatan dan keluarga untuk menjadi PMO (Controlling)2.3.2 Kemungkinan Penyebab Masalah dengan Menggunakan Fishbone (diagram tulang ikan) Pada Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 sebesar 40% kurang dari target 85%Akar penyebab masalah pada Input adalah :

1. Keterbatasan sumber daya manusia yang mengerti tentang TB (Man).2. Pembagian dana tidak sesuai dan tidak transparan (Money).

3. Tidak adanya dana dan kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan alat dan bahan (Material).4. Kurang terfokusnya petugas terhadap program penyuluhan yang diadakan (Method).Akar penyebab masalah pada process adalah :

1. Perencanaan program pengobatan lebih diutamakan daripada program pencegahan (Planning)2. Adanya ketetapan yang menentukan bahwa tiap puskesmas hanya memiliki 1 petugas untuk program TB (Organizing)3. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi bagi warga (Actuating)4. Tidak adanya format yang tepat untuk menjadi acuan bagi penyusunan laporan evaluasi program TB (Controlling)Akar penyebab masalah pada lingkungan (Environment) adalah :1. Koordinasi lintas program dan sektoral yang kurang (Environment)Dari sembilan penyebab yang paling mungkin diperoleh tiga penyebab yang paling dominan berdasarkan hasil diskusi dan justifikasi sebagai berikut :1. Koordinasi lintas program dan sektoral yang kurang (Environment)2. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi bagi warga (Actuating)3. Pembagian dana tidak sesuai dan tidak transparan (Money).

BAB IIIMENETAPKAN ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

3.1Menetapkan Alternatif Pemecahan MasalahSetelah menentukan penyebab masalah yang paling dominan, untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan akar penyebab masalah yang paling dominan tersebut maka ditentukan beberapa alternatif pemecahan masalah. Penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assesment), yaitu dengan memberikan skoring 1 3 pada bobot berdasarkan hasil diskusi, argumentasi dan justifikasi kelompok.

Parameter diletakkan pada baris, sedangkan alternatif diletakkan pada kolom. Selanjutnya kepada setiap masalah diberikan nilai dari kolom kiri ke kanan sehingga hasil yang didapatkan merupakan perkalian antara bobot kriteria dengan skor dari setiap alternatif masalah dan dijumlahkan tiap baris menurut setiap kriteria berdasarkan masing masing alternatif masalah tersebut.Kriteria dalam penetapan alternatif masalah yang terbaik adalah :1. Mudah dilaksanakan.

Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut paling mudah dilaksanakan dan diberi nilai terkecil jika masalah yang paling sulit dilaksanakan.

2. Murah biayanya.

Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah paling murahbiayanya dan diberinilai terkecil jika biaya yang paling mahal untuk pelaksanaan.

3. Waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama.

Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah tersebut waktu penerapan sampai masalah terpecahkan tidak lama untuk dilaksanakan dan diberi nilai terkecil jika waktu penerapan sampai masalah terpecahkan lama.

4. Dapat memecahkan masalah dengan sempurna

Diberi nilai terbesar jika alternatif masalah dapat memecahkan masalah dengan sempurna dan diberi nilai terkecil jika masalah tidak dapat memecahkan masalah dengan sempurna.3.1.1 Alternatif Pemecahan Masalah Pada Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014 Dari tiga akar penyebab masalah yang paling dominan, ditetapkan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut :1. Jumlah petugas kesehatan yang kurang (Man)Alternatif pemecahan masalah : Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas.

2. Pendistribusian dana yang tidak tepat sasaran (Money)Alternatif pemecahan masalah : Pengkajian ulang pendistribusian dana oleh pemerintah

3. Kurangnya kepedulian tenaga kesehatan dan keluarga untuk menjadi PMO (Controlling)Alternatif pemecahan masalah : Meningkatkan kepedulian untuk menjadi PMO dengan cara memberikan edukasi yang jelas tentang bahaya TB jika tidak diobati.Tabel 3.1 Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014NoParameterBobotAL 1AL 2AL -3

NBNNBNNBN

1Dapat memecahkan masalah dengan sempurna 42828312

2Mudah dilaksanakan 3261339

3Waktu penerapannya sampai masalah terpecahkan tidak lama2121236

4Murah biayanya1111133

Jumlah171430

Keterangan :AL-1 : Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas.

AL-2 : Pengkajian ulang pendistribusian dana oleh pemerintah.

AL-3 : Meningkatkan kepedulian untuk menjadi PMO dengan cara memberikan edukasi yang jelas tentang bahaya TB jika tidak diobati.Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepedulian untuk menjadi PMO dengan cara memberikan edukasi yang jelas tentang bahaya TB jika tidak diobati.

2. Menambah jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas3. Pengkajian ulang pendistribusian dana oleh pemerintah.3.1.2. Alternatif Pemecahan Masalah Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014 Dari tiga akar penyebab masalah yang paling dominan ditetapkan alternatif masalah sebagai berikut :

1. Koordinasi lintas program dan sektoral yang kurang (Environment)Alternatif pemecahan masalah : Memperbaiki koordinasi lintas program sektoral agar berjalan sesuai tujuan program4. Tidak ada pelatihan khusus bagi petugas untuk penyampaian materi edukasi bagi warga (Actuating)Alternatif pemecahan masalah : Mengadakan pelatihan untuk petugas tentang penyampaian edukasi bagi warga.5. Pembagian dana tidak sesuai dan tidak transparan (Money).Alternatif pemecahan masalah : Melakukan transparansi mengenai dana yang akan dibutuhkan.Tabel 3.2 MCUA Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014NoParameterBobotAL 1AL 2AL -3

NBNNBNNBN

1Dapat memecahkan masalah dengan sempurna 4312312312

2Mudah dilaksanakan 3133913

3Waktu penerapannya sampai masalah terpecahkan tidak lama224 2824

4Murah biayanya1222222

Jumlah213121

Keterangan :

AL 1 : Memperbaiki koordinasi lintas program sektoral agar berjalan sesuai tujuan programAL 2: Mengadakan pelatihan untuk petugas tentang penyampaian edukasi bagi warga.AL 3 : Melakukan transparansi mengenai dana yang akan dibutuhkan.Dari hasil penetapan alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode MCUA, berdasarkan peringkat didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Mengadakan pelatihan untuk petugas tentang penyampaian edukasi bagi warga.2. Memperbaiki koordinasi lintas program sektoral agar berjalan sesuai tujuan program3. Melakukan transparansi mengenai dana yang akan dibutuhkan.BAB IVRENCANA USULAN DAN RENCANA PELAKSANAANKEGIATAN PEMECAHAN MASALAH

4.1 MENYUSUN RENCANA PEMECAHAN MASALAH

Setelah ditemukannya alternatif pemecahan masalah maka sampailah pada tahap penyusunan rencana pemecahan masalah. Dalam tahap ini, diharapkan dapat mengambil keputusan-keputusan untuk memecahkan akar masalah yang dianggap paling dominan. Perencanaan adalah upaya menyusun berbagai keputusan yang bersifat pokok yang dipandang paling penting dan akan dilakukan menurut urutannya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan rencana memecahkan masalah.

4.1.1 TB Paru di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar BaruAgar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan menurunkan TB Paru di Wilayah Puskesmas Kecamatan Johar Baru

, yang didapatkan dalam BAB III, maka dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut :Tabel 4.1 Rencana Pemecahan Masalah Untuk Angka kesembuhan TB di Puskesmas se-Kecamatan Johar Baru periode Januari - Desember 2014NoKEPUTUSANRENCANA KEGIATANTARGETVOLUME KEGIATANBIAYAKETERANGAN

1.Meningkatkan kepedulian untuk menjadi PMO dengan cara memberikan edukasi yang jelas tentang bahaya TB jika tidak diobati.Melakukan rapat pembentukan tim untuk edukasi terhadap PMO1. Mengumpulkan anggota untuk melakukan rapat tentang edukasi terhadap PMO

2. Penyetujuan proposal permohonan dana tambahan3. Mendapatkan dana dari pemerintah4. Mengumpulkan tim penyuluhan PMO dan minimal 20 peserta untuk melaksanakan penyuluhan PMO2x/tahunBiaya operasional

Rp. 200.000,-1. Dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Minggu III

2. Dilaksanakan pada bulan Juli 2015 Minggu I

Membuat proposal permohonan dana untuk kegiatan penyuluhan PMO 1. 2x/tahunBiaya operasional

Rp. 200.000,-1. Dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Minggu IV

2. Dilaksanakan pada bulan Juli 2015 Minggu II

Melakukan penyuluhan tentang pentingnya PMO untuk suksesnya angka kesembuhan TB2. 2x/tahunBiaya operasional

Rp. 200.000,-1. Dilaksanakan pada bulan Maret 2015 minggu IV

2. Dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 minggu I

Evaluasi hasil kegiatan

Evaluasi hasil kegiatan3. 1x/tahunBiaya operasional

Rp. 100.000,-4. Dilaksanakan pada bulan Desember 2015 mingguIV

NoKEPUTUSANRENCANA KEGIATANTARGETVOLUME KEGIATANBIAYAKETERANGAN

2.

Menambah jumlah tenaga kesehatan di PuskesmasMelakukan rapat untuk pendataan tenaga kesehatan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan1. Tercapainya penambahan tenaga kesehatan yang baru5. Tenaga kesehatan yang baru mempunyai kompetensi sesuai yang dibutuhkan

1x/tahun

Biaya operasional

Rp. 200.000Dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 Minggu I

Membuat proposal pemohonan tenaga kesehatan yang berkompetensi ke Sudin 1x/tahun

1x/tahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 Minggu II

3.Pengkajian ulang pendistribusian dana oleh pemerintah.Menyusun jadwal rapat penyusunan proposal pengkajian anggaran dana untuk program TB1. Penyetujuan proposal permohonan dana tambahan2. Mendapatkan dana dari pemerintah

1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 Minggu III

Membuat dan membagikan undangan kepada pihak puskesmas dan dinas kesehatan kota1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 Minggu IV

Melaksanakan rapat penyusunan proposal untuk pengkajian anggaran dana untuk program TB1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Maret 2015 Minggu I

Pembuatan proposal untuk pengkajian anggaran dana untuk program TB 1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan April 2015 Minggu II

Pengajuan proposal pengkajian anggaran dana untuk program TB1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan April 2015 Minggu IV

TOTALRp. 1.500.000

4.1.2 TB Paru di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar Baru II

Agar dapat melaksanakan alternatif pemecahan masalah dari kegiatan menurunkan CDR TB Paru di Wilayah Puskesmas Kelurahan Johar Baru II, yang didapatkan dalam BAB III, maka dibuat rencana usulan kegiatan sebagai berikut :

Tabel 4.2. Rencana Pemecahan Masalah Untuk Angka penemuan kasus baru (CDR) TB Paru di Puskesmas Kelurahan Johar Baru II periode Januari Desember 2014NoKEPUTUSANRENCANA KEGIATANTARGETVOLUME KEGIATANBIAYAKETERANGAN

1.Memperbaiki koordinasi lintas program sektoral agar berjalan sesuai tujuan programMengadakan rapat dan pertemuan antar lintas sektoral membahas masalah TB.1. Koordinasi yang jelas dan kuat antar lintas sektoral

2. Peningkatan angka penemuan kasus baru TB2x/tahunBiayaoperasional

Rp. 200.0001. Dilaksanakan pada bulan Januari 2015 Minggu IV

2. Dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 Minggu I

Menemukan pemecahan masalah lintas program tentang TB

2x/tahunBiayaoperasional

Rp. 200.0001. Dilaksanakan pada bulan Februari 2015 Minggu I

2. Dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 MingguII

Evaluasi hasil kegiatan1x/tahunBiayaoperasional

Rp. 200.000Dilaksanakan pada bulan Desember minggu IV

2. Mengadakan pelatihan untuk petugas tentang penyampaian edukasi bagi warga.Melakukan pendataan tenaga kesehatan sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan1. Tenaga kesehatan yang baru mempunyai kompetensi sesuai yang dibutuhkan2. Masyarakat mengerti dengan materi yang di berikan petugas kesehatan1x/tahunBiayaoperasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan April 2015 Minggu I

Melakukan pelatihan dengan narasumber yang berkompeten1x/tahun

Biaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan April 2015 Minggu II

3.Melakukan transparansi mengenai dana yang akan dibutuhkan.Membuat laporan keuangan secara jelas dan bertanggung jawab1. Jelasnya laporan keuangan yang dipergunakan

2. Tidak terdapatnya penyimpangan dana

1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Febuari 2015 Minggu IV

Mensosialisasikan dana yang masuk dan keluar dari setiap program.1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan pada bulan Maret 2015 Minggu I

Diadakan pengauditan tentang keuangan tiap akhir tahun1X/TahunBiaya operasional

Rp. 100.000Dilaksanakan