bab i
DESCRIPTION
pengecoran logamTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam kegiatan praktik proses manufaktur khususnya bidang proses pengecoran logam ini mahasiswa dituntut untuk dapat langsung berinteraksi dengan proses pengecoran di bengkel. Hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan mahasiswa khususnya bidang pengecoran logam, mulai dari bahan- bahan yang dibutuhkan, alat yang digunakan hingga hal yang terpenting yaitu proses pengecoran itu sendiri. Dengan kegiatan ini mahasiswa dapat menerapkan semua materi kuliah proses manufacture langsung ke proses yang sebenarnya sehingga dapat memahami setiap bagiandan urutan urutan pengecoran.
1.2 Tujuan Praktek
Dalam penulisan Laporan ini ada beberapa tujuan yang saya ingin capai
diantaranya adalah:
1. Apakah bahan yang digunakan dalam proses pengecoran.
2. Bagaimanakah urutan langkah kerja dari proses tersebut.
3. Apasajakah hal yang perlu diperhatikan di dalam proses
pengecoran.
4. Apa sajakah kendala yang mungkin dihadapi.
Dari permasalahan tersebut dapat kita lihat pada pembahasan selanjutnya
1.3 Metode pengumpuan data
Dalam pengumpulan data, saya menggunakan metode pengmpulan:
1. Metode Literatur
Metode literatur adalah metode pengumpulan data dengan jalan
mencari informasi dari buku-buku dan internet.
2. Metode Sekunder
Data sekunder yaitu mengumpulkan data-data yang sudah tersedia
dari dari media-media pendidikan yang ada.
1
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi Pengecoran
Definisi pengecoran, Review Proses Pengecoran Pengecoran (CASTING)
adalah salah satu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam
tungku peleburan kemudian di tuangkan kedalam rongga cetakan yang serupa
dengan bentuk asli dari produk cor yang akan dibuat.
Ada 4 faktor yang berpengaruh atau merupakan ciri dari proses pengecoran,
yaitu :
1. Adanya aliran logam cair kedalam rongga cetak
2. Terjadi perpindahan panas selama pembekuan dan pendinginan dari logam
dalam cetakan
3. Pengaruh material cetakan
4. Pembekuan logam dari kondisi cair
Klasifikasi pengecoran berdasarkan umur dari cetakan, ada pengecoran
dengan sekali pakai (expendable Mold) dan ada pengecoran dengan cetakan
permanent (permanent Mold). Cetakan pasir termasuk dalam expendable
mold. Karena hanya bisa digunakan satu kali pengecoran saja, setelah itu
cetakan tersebut dirusak saat pengambilan benda coran. Dalam pembuatan
cetakan, jenis-jenis pasir yang digunakan adalah pasir silika, pasir zircon atau
pasir hijau. Sedangkan perekat antar butir-butir pasir dapat digunakan,
bentonit, resin, furan atau air gelas.
Secara umum proses pengecoran dapat dibagi menjadi:
1. Pengecoran dengan cetakan pasir (sand casting).
2. Pengecoran dengan cetakan permanen (permanent mold casting).
3. Pengecoran sentrifugal (centrifugal casting).
4. Pengecoran cetak tekan (die casting).
2
3
5. Pengecoran dengan cetakan plaster (plaster mold casting).
6. Pengecoran dengan pola hilang (investment casting).
Setiap jenis pengecoran yang tersebut di atas akan menghasilkan produk
dengan sifat-sifat yang berbeda, baik kualitas, kuantitas, ukuran (volume dan
bentuk). Dalam segi perencanaan, pemilihan serta penentuan proses
pengecoran harus pula dipertimbangkan adanya faktor ekonomis dan praktis.
Dalam praktek pengecoran yang kami lakukan adalah model pengecoran
menggunakan cetakan pasir.
Proses Pengecoran Dengan
Cetakan Pasir.
Proses pengecoran dengan cetakan
pasir merupakan proses yang tertua dalam
proses pembuatan dari bahan logam.
Proses ini memberikan fleksibilitas dan
kemampuan/keandalan yang tinggi.
Proses pengecoran yang menggunakan
pasir sebagai bahan cetakan ini tidak lain
adalah menuangkan logam cair ke dalam
rongga cetak. Material yang biasa dibuat dengan cara ini adalah besi tuang,
aluminium campuran, brass, bronze dan lain-lain.
Keuntungan yang didapat dari proses ini adalah:
1. Dapat dibuat dalam berbagai ukuran, mulai dari 0,8 kg hingga 300 ton.
2. Dapat dibuat dalam berbagai variasi bentuk.
3. Dapat dilakukan secara otomatis.
Kerugiannya adalah:
1. Diperlukan toleransi ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan cara
pengecoran yang lain.
2. Dapat mempercepat keausan pahat potong bila dilakukan proses pemesinan
karena kulit produk yang dihasilkan mungkin mengandung pasir.
4. Adanya ongkos tambahan untuk pembuatan pola.
3
4
2.2. Bahan yang digunakan di dalam proses pengecoran
2.2.1. Pasir Cetak.
Pasir cetak merupakan suatu campuran antara pasir, bahan
pengikat, dan air dalam perbandingan tertentu. Jenis pasir cetak yang
sering digunakan ada 2 macam,yaitu:
a. Pasir alam, yang didapat dari alam. Syarat untuk pasir cetak alam
adalah bahan bahan yang dibutuhkan harus mengandung seperti silika,
lempung, air yang semuanya terdapat di alam.
b. Pasir tiruan atau pasir dengan campuran bahan lain yang dibuat
manusia, seperti pasir silika, zircon (ZrSiO4), pasir hijau, atau olivine
(2(MgFe)O.SiO2). Untuk pasir tiruan ini, khususnya pasir silika perlu
ditambah 8‐15% tanah liat guna menaikkan daya ikat (sifat kohesif)
agar mudah dibentuk.
Syarat dan sifat Pasir Cetak yang baik.
Pasir cetak memerlukan sifa-sifat yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Tahan panas, agar tidak hancur karena panasnya logam yang dituang.
b. Mempunyai sifat mampu bentuk (gaya kohesif yang besar) sehingga
mudah dalam pembuatan, kuat, tidak rusak karena dipindah‐pindah dan
dapat menahan logam cair pada waktu dituang kedalamnya.
c. Permeabilitas yang cocok, memungkinkan gas‐gas yang terjadi
selama pengecoran dapat keluar dengan mudah melalui rongga‐rongga
di antara butir-butir pasir.
d. Distribusi besar butir yang cocok. Disesuaikan dengan ukuran coran
dan kehalusan permukaan coran.
e. Komposisi yang cocok, karena mengalami peristiwa kimia dan fisika
akibat temperatur logam cair yang tinggi.
f. Mampu dipakai lagi, agar ekonomis.
g. Harganya murah.
4
5
2.2.2. Pola
Pola merupakan bentuk tiruan dari benda kerja yang sebenarnya
dan digunakan untuk membuat rongga cetakan. Bahan pola yang sering
digunakan adalah kayu dan logam. Pola logam dipergunakan agar dapat
menjaga ketelitian ukuran benda coran, terutama dalam produksi massal
sehingga umur pola bisa lebih tahan lama dan produktivitasnya lebih
tinggi. Pola kayu lebih murah, cepat pembuatannya dan mudah
diolahnya dibanding dengan pola logam. Karena itu pola kayu
umumnya dipakai untuk cetakan pasir.
2.2.3. Cetakan
Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
atas dan bagian bawah sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola
akan dapat dicabut dengan mudah dari cetakan.
2.2.4. Inti
Inti adalah suatu bentuk dari pasir yang dipasang pada rongga
cetakan untuk mencegah pengisian logam cair pada bagian yang
seharusnya berbentuk lubang atau rongga dalam suatu coran.
Inti dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu inti basah dan inti kering.
Sedapat mungkin inti dibuat dengan cara basah karena ongkos
pembuatannya murah. Inti dengan cara basah banyak digunakan pada
lubang dalam benda cetak. Disamping itu kerugian pada inti basah
antara lain:
a. Biasanya lemah, tidak bisa menggantung (tidak kuat menahan
beratnya sendiri).
b. Pasir mudah gugur.
c. Kedudukan kurang teliti.
Inti pasir kering merupakan inti pasir yang umumnya digunakan selain
inti basah. Inti kering ini dibuat secara terpisah dan dipasang setelah
pola dikeluarkan, sebelum cetakan ditutup. Pengeringan dilakukan
dalam kamar pemanas (oven) pada temperatur 120-230°C.
5
6
Sifat-sifat yang harus dimiliki inti kering adalah:
a. Cukup kuat dan keras setelah dipanaskan, gunanya untuk mencegah
agar inti tidak sampai rusak oleh gaya-gaya sewaktu logam cair
dituangkan, akibat proses pembekuan, serta perlakuan lain.
b. Cukup porus, agar dapat menghisap atau dilalui gas-gas yang berada
dalam cetakan.
c. Harus dapat hancur pada waktu logam cair memadat/membeku untuk
mencegah jangan sampai terjadi keretakan pada benda kerja dan juga
memudahkan keluarnya coran dari dalam cetakan.
d. Harus mempunyai permukaan yang licin.
e. Tahan panas, untuk dapat menahan temperatur pemuaian.
2.2.5. Logam cair
Bahan pengecoran yang lain adalah logam cair. Logam cair
diperoleh dari proses peleburan logam padat dengan panas tertentu
sehingga menghasilkan logam panas cair yang digunakan untuk
membuat produk pengecoran yang baru.
6
7
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTEK
3.1. Produk Pengecoran
Dalam praktik pengecoran ini kami membuat produk Palu Aluminium
Pemilihan produk tersebut dikarenakan beberapa hal diantaranya:
1. Banyak dibutuhkan didunia perindustrian khususnya dalam pengerjaan
mesin, alat perkakas, dll
2. Mempunyai nilai jual yang relative tinggi dan murah.
3. Bentuk dan model benda yang simple dan serba fungsi.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang akan digunakan yaitu:
a. Tungku
b. Penuang Logam Cair
c. Kayu Ulin
d. Blower
e. Korek Api
f. Cetakan Pasir
g. Ampelas
Bahan yang digunakan adalah Aluminium bekas.
7
8
3.3. Langkah Kerja Pengecoran
3.3.1. Pembuatan Gambar Teknik
8
9
3.3.2. Pembuatan Pola
Dalam pembuatan palu ini, penulis melakukan percobaan-
percobaan terkait dengan hal-hal yang dirasa perlu untuk menunjang
proses pembuatan. Salah satunya adalah pembuatan pola ini yang harus
jeli dalam memilih bahan.
Untuk pembuatan pola kali ini kami memilih untuk memakai bahan
yang berbahan dasar kayu. Karena selain murah, kayu juga mudah
dibentuk. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembuatan pola
yaitu :
1. Siapkan gambar dan ukuran yang memang sudah ditentukan melalui
perancangan menggunakan Autocad
2. Pilihlah kayu yang baik secara bentuk dan mudah untuk dikerjakan.
Untuk kali ini kamu memilih kayu ulin sebagai bahan dasar
3. Pola berbentul profil “ I “
4. Bagian pola dibagi menjadi dua bagian (pola ganda)
5. Setelah pola selesai dibuat maka lakukan proses pengampelasan guna
meratakan bagian-bagian yang tidak rata
6. Proses pengampelasan yang telah usai maka mulailah pendempulan
untuk menutup bagian-bagian yang masih belum sempurna
7. Setelah proses pendempulan usai maka usai pula proses pembuatan
pola tersebut
Dan inilah gambar pola yang sudah jadi :
9
10
3.3.3. Proses Pencetakan
1. Karena proses peleburan logam untuk menghasilkan logam cair
membutuhkan waktu yang cukup lama, proses pemanasan dan
peleburan logam dimulai terlebih dahulu.
2. Siapkan cetakan kayu bagian bawah dan isi dengan pasir, padatkan
seperlunya.
3. Masukkan atau pasang pola palu.
4. Pola yang terpasang kemudian ditaburi dengan abu, atau kapur agar
memudahkan dalam proses pengangkatan cetakan kedua.
5. Pasang saluran masuk logam cair
6. Pasang cetakan kedua, berikan pasir dan padatkan.
7. Ambil saluran masuk logam cair yang sudah terpasang.
8. Dengan hati-hati angkat cetakan kedua dan letakan dengan
perlahan agar tidak hancur.
9. Angkat pola paluyang terpasang dalam cetakan pertama.
10.Pasang kembali cetakan kedua dan proses pengecoran logam siap
dilakukan.
11.Jika logam yang sudah cair sudah memenuhi persyaratan
penuangan, segera masukan logam cair kedalam cetakan melalui
lubang saluran masuk yang ada.
10
11
12.Tuang hingga logam cair memenuhi saluran masuk, pertanda
rongga di dalam sudah penuh terisi.
13.Tunggu beberapa saat
14.Angkat cetakan kedua dan cetakan pertama dengan menggunakan
alat bantu dikarenakan pasir dan cetakan masih panas.
15.Proses pengecoran selesai.
3.4. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecoran
Didalam proses pengecoran logam menggunakan cetakan pasir ada beberapa
hal penting yang harus diperhatikan yang dapat mempengaruhi hasil proses
pengecoran, diantaranya:
1. Pasir cetak yang digunakan harus baik, kadar air yang terkandung
didalamnya tidak terlalu banyak atau juga tidak terlalu kering. Syarat dan
sifat pasir yang baik seperti disebut diatas akan mempengaruhi proses
dan hasil pengecoran.
2. Tingkat kepadatan pasir cetak di cetakan bawah maupun cetakan atas
mencukupi. Mencukupi disini berarti tidak terlalu padat dan tidak terlalu
gembur. Tingkat kepadatan yang terlalu padat akan mengakibatkan
pengambilan pola sulit. Sedangkan kepadatan yang rendah akan
mengakibatkan pasir hancur ketika pengangkatan cetakan atas.
3. Pengangkatan pola dalam hal ini pola perpak Jupiter harus sangat hati-
hati karena dari bentuk pola yang kecil,dan ketebalan yang rendah
menjadi sulit untuk diangkat dan dapat menghancurkan bentuk rongga
yang diinginkan.
4. Logam cair yang diperlukan untuk proses pengecoran harus benar-benar
matang dengan warna yang kemerah merahan dan tidak mengandung
sampah atau ampas karena sangat mempengaruhi hasil pengecoran.
5. Antara cetakan bawah dan atas usahakan rapat untuk mencegah
kebocoran logam dari sela-sela keduanya saat penuangan dilakukan.
11
12
3.5. Kendala Yang Sering Dihadapi Dalam Pengecoran Dengan Pasir Cetak
Pengecoran Palu menggunakan pasir cetak lebih mempunyai banyak
kendala
Dari pada menggunakan cetakan logam. Kendala-kendala tersebut
diantaranya:
1. Diperlukan pasir cetak yang benar-benar bagus untuk membuat bentuk
pola.
2. Memerlukan pengalaman yang tinggi khususnya dalam hal memahami
tingkat kepadatan maupun proses lainnya
3. Pola atau Palu yang relatif kecil membuat pengangkatan dari cetakan
bawah sulit dilakukan. Sering kali pengangkatan yang gagal menjadikan
proses harus diulang dari awal sehingga membuang banyak waktu dan
tenaga.
4. Diperlukan tingkat ketelitian dan kesabaran yang tinggi
5. Peluang sering terjadinya kegagalan relatif tinggi.
3.6. Manfaat yang dirasakan
Didalam melaksanakan praktek pengecoran logam banyak manfaat yang
dirasakan oleh mahasiswa adalah:
1. Praktek pengecoran ini dapat memperluas pengetahuan mahasiswa
khususnya dalam bidang pengecoran logam.
2. Praktek pengecoran langsung dilapangan dapat memberikan wawasan
langsung bagi mahasiswa, berbagai kesulitan yang dihadapi, masalah-
masalah dalam proses pengecoran dan urutan proses. Dari berbagai hal
tersebut dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswa dan
dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di Kampus ke dalam dunia
industri.
12
13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek pengecoran di Bengkel Politeknik Negeri
maka penyusun dapat mengambil beberapa kesimpulan. Pengecoran logam
khususnya menggunakan cetakan pasir sangat membutuhkan ketelitian dan
pengalaman. Pasir cetak yang digunakan harus baik karena berpengaruh
kepada hasil pengecoran. Begitu juga dengan logam cair yang dituang
harusnya sudah mencukupi tingkat kematangannya. Dalam hal kepadatan
pasir cetak sering kali kami salah dikarenakan kurangnya pengalaman dan
pemahaman kami. Kepadatan pasir yang sering salah tersebut menjadikan
pengangkatan pola perpak menjadi susah dilakukan. Bentuk pola yang relatif
kecil menjadikan bentuk rongga yang dihasilkan sering mengalami kerusakan
sehinnga harus dilakukan proses ulang.
4.2. Saran
Semoga didalam praktek-praktek baik pengecoran ataupun praktek yang
lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kampus, dari pihak Politeknik Negeri
Banjarmasin memberikan sedikit bantuan dan kemudahan. Hal tersebut
dikarenakan seringnya teman teman mahasiswa yang kesulitan mencari dalam
hal membuat pola cetakan di tempat lain, lebih baik dosen lebih
mengkoordinir dalam pelaksaan praktek agar dapat dilaksanakan proses
pengecorannya.
13
14
DAFTAR PUSTAKA
Dadang Sumawe, dkk. 2010. Laporan Proses Pembuatan Perpak Motor
Jupiter. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta
Regi Adija Rachmaddian. 2012. Rancang Bangun Sepeda Anak Dengan Proses
Pengecoran Logam. Politeknik Negeri Banjarmasin.
14