bab i

48
BAB I KONSEP DASAR MEDIK A. PENGERTIAN Kista adalah kantung tertutup normal atau abnormal berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat. ( Ramali, 2003 ) Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. ( Winkjosastro, 2005 ) Kistoma ovarii adalah kista yang dapat timbul karena akibat pertumbuhan abdomen dan epitelium ovarium. (Brunner dan Suddarth, 2002) Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi. ( Lowdermilk, dkk, 2005 ) Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau korpus luteum

Upload: julay

Post on 05-Dec-2015

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan dengan ca serviks

TRANSCRIPT

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. PENGERTIAN

Kista adalah kantung tertutup normal atau abnormal berlapis jaringan

epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat. ( Ramali, 2003 )

Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang

besar, kistik atau padat, jinak atau ganas. ( Winkjosastro, 2005 )

Kistoma ovarii adalah kista yang dapat timbul karena akibat pertumbuhan

abdomen dan epitelium ovarium. (Brunner dan Suddarth, 2002)

Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari

pengaruh hormonal dengan siklus menstruasi. ( Lowdermilk, dkk, 2005 )

Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel

de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat

pertumbuhan dari epithelium ovarium. ( Smelzer and Bare, 2002 )

Kistoma ovarii yaitu suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah

cairan yang tumbuh dalam indung telur (ovarium).( Yatim, 2005 )

Jadi, Kistoma ovarii menurut penulis adalah suatu tumor, baik yang kecil

maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas didalamnya terdapat

kantong abnormal yang berisi cairan, setengah cairan atau setengah padat

akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium yang tumbuh dalam ovarium.

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. FAKTOR PRESIPITASI DAN PREDISPOSISI

a. Faktor Presipitasi

Kista ovarium disebabkan oleh gangguan ( pembentukan) hormon

pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.

b. Faktor Predisposisi

1) Gaya hidup tidak sehat, diantaranya :

a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat

b) Zat tambahan pada makanan

c) Kurang olahraga

d) Merokok dan konsumsi alcohol

e) Terpapar dengan polusi atau agen infeksius

f) Sering stress

2) Faktor Genetik

3) Riwayat kista ovarium terdahulu

4) Siklus haid tidak teratur

5) Menstruasi di usia dini ( 11 tahun atau lebih muda )

6) Sulit hamil

7) Penderita hipertiroid

8) Penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi

( tamoxifen ).

( Winkjosastro, 2005 )

2. PATOFISIOLOGI

a. Anatomi dan Fisiologi Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar kelamin. Ada dua buah ovarium yang

masing-masing terdapat pada setiap sisi berada di dalam kavum

abdomen dibelakang ligamentum latum dekat ujung fimbria tuba

falopii. Ovarium atau indung telur merupakan struktur berwarna putih

kelabu dengan permukaan yang tidak teratur dan berukuran sekitar 3

cm kali 1,5 cm. Kedua ovarium melekat pada uterus lewat ligamentum

ovari yang berjalan dari permukaan posterior uterus di dekat kornu

uteri.

Struktur ovarium yaitu terdiri atas medula dan korteks. Medula

merupakan bagian internal yang mengandung pembuluh limfe dan

darah yang disangga oleh jaringan eksternal yang mengandung folikel

ovarium atau sel-sel telur yang terbenam dalam stroma. Ovarium tidak

dibungkus oleh peritoneum sejati. Sebaliknya ovarium mengandung

bentuk peritonium yang sudah mengalami modifikasi, yaitu epitelium

germinalis. Sedangkan korteks berada disebelah luar yang diliputi oleh

epitelium germanatium berbentuk kubik dan didalamnya terdiri dari

stroma serta folikel-folikel primodial. Fungsi ovarium adalah produksi,

penyimpanan serta pematangan folikel-folikel ovarium dan pelepasan

ovum dan produksi hormon estrogen dan progesteron.

(Syarifuddin.2009 )

Gambar 1.1 genetalia interna Gambar 1.2 ovarium

Gambar 1.3 Kista Ovarium

Sumber : http://www.google.co.id/search?q=genetalia+wanita&oe=utf-

8&rls=org.mozilla:en-US:official

b. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone

dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa

mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara

normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam

jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan

folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium.

Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan

sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu

terbentuk kista di dalam ovarium.

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil

yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel

dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit

mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada

saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-

tengah.

Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan

mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila

terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian

secara gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista

fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan

luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut

dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi

gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih.

Kista folikel dan luteal, kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari

folikel graaf yang tidak pecah atau folikel yang sudah pecah dan segera

menutup kembali.

Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di

bawah lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan

diameter 1- 1,5 cm dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada

kalanya penimbunan cairan cukup banyak, sampai mencapai diameter

4-5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit pada daerah

pelvis.

( Winkjosastro, 2005 )

3. MANIFESTASI KLINIS

a. Siklus menstruasi tidak teratur

b. Nyeri saat menstruasi, bahkan terasa sampai ke pinggang belakang

c. Kram perut bawah atau nyeri panggul yang timbul tenggelam dan tiba-

tiba menusuk

d. Nyeri pada waktu bersenggama

e. Terkadang disertai nyeri saat buang air kecil/BAK atau buang air

besar/BAB

f. Mual, muntah, perut terasa penuh

g. Perut membesar

( Yatim, 2005 )

Klasifikasi

Menurut Yatim , 2005 kista ovariumyang ditemukan adalah kista

fungsional yang dibagi menjadi 4:

a. Kista Folikuler

Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada

didalamnya. Tebentuk kantung berisi cairan atau lender didalam

ovarium.

b. Kista Corpus Luteum

Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista

fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi

perdarahan dan lama-lamabisa pecah dan timbul perdarahan yang

kadang-kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan

biasanya timbul rasa sakit yang berat dirongga panggul.

c. Kista Teka Lutein

Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan

terjadinya kehamilan diluar kandungan ( ektopik pregnansi ). Kista ini

akan hilangsendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu kehamilan di

luar kandungan dikeluarkan.

d. Polikistik Kista

Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih. Bisa timbul

dikedua ovarium kiri dan kanan, berhubungan dengan gangguan

hormon dan gangguan menstruasi.

Komplikasi

Menurut Manuaba 2010, komplikasi pada pasien kistoma ovarii adalah

sebagai berikut :

a. Torsi

Komplikasi yang paling sering terjadi pada tumor dengan ukuran

sedang. Adanya putaran menyebebkan gangguan peredaran darah

yang disebabkan oleh torsi, ini terutama mengenai susunan vena

saja. Torsi yang berlebihan menyebabkan kista terlepas sama

sekali. Peristiwa torsi kadang-kadang disertai rasa nyeri yang hebat

dan terus-menerus, terkadang rasa nyeri ini hanya sebentar.

b. Ruptur dari kista

Hal ini disertai gejala sakit, enek dan muntah. Bila ada pembuluh

darah yang pecah dapat disertai gejala syok.

c. Supurasi dari kista

Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi/ berdiri sindiri secara

secara hematogen/ limfogen.

Gejala peradangan seperti sakit, nyeri tekan, perut tegang, demam

dan terositis.

d. Perubahan keganasan

Dari suatu tumor kistik ovarium benigna dapat terjadi keganasan

e. Partus lama/macet

Akibat dari tumor/kistoma ovarii yang cukup besar dapat

menyebabkan kelainan –kelainan letak janin dalam rahim yang

menghalangi masuknya kepala janin kedalam panggul.

f. Infertilitas

Bagi pasien wanita pre manopause dengan tindakan histerektomi

4. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut Yatim, 2005 penatalaksanaan medis pada pasien kistoma ovarii

adalah :

a. Pengobatan

Pengobatan gejala hormon androgen ini yang tinggi dengan

b. Apabila kistanya kecil ( misalnya sebesar permen ) dan pada

pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,

biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara

ini, alat dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan

sayatan kecilpada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis

rambut kemaluan.

c. Apabila kistanya agak besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan

dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.

Dengan cara laparatomi,kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami

keganasan(kanker) atau tidak

d. Apabila kista sudah dalam proses keganasan maka dilakukan operasi :

1) Histerektomi Total (Total Hysterectomy)

Histerektomi total adalah mengangkat rahim dengan organ di

sekitarnya.

2) Histerektomi Radikal (Radial Hysterectomy)

Operasi untuk mengangkat rahim, bagian dari vagina serta area

putih dari ligament dan jaringan disekitar organ-organ ini.

3) Bilateral Salpingo-Oophorectomy

Operasi untuk mengangkat kedua indung telur (ovarium) beserta

saluran telur (tuba falopii).

4) Omentectmy

Omentektomi adalah mengangkat lipatan selaput pembungkus

perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat dalam perut.

Gambar 1.4 Total histerectomy dan Radical histerectomy

Sumber : http://www.google.com/kanker ovarium.

Pemeriksaan penunjang

a. Rontgen

foto thoraks dapat memperlihatkan metastasis atau hidrotoraks. Foto

polos abdomen dapat memperlihatkan suatu teratoma kistik benigna

dan adanya asites.

b. Laparoskopi

berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium

atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

c. Laboratorium

dengan CA 125 yang meninggi menunjukkan bahwa massa tumor

cenderung maligna.

d. Ultrasonografi

dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak batas tumor, apakah

tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah

tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan

dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

( Yatim, 2005 )

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Doengoes,2000 adalah

sebagai berikut :

1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan punya anak,

perubahan feminitas, efek hubungan seksual.

2. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma

mekanis, perubahan manipulasi bedah adanya edema jaringan lokal,

hematoma, gangguan sensor/motor, paralisis saraf.eliminasi urinarius

(retensi) berhubungan dengan trauma mekanis.

3. Resiko tinggi terhadap konstipasi /diare berhubungan dengan faktor bedah

abdominal dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal

nyeri/ketidaknyamanan abdomen atau perineal, perubahan masukan diit.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan perjalanan penyakit.

5. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur tubuh/fungsinya, memendeknya kanal vaginal, perubahan kadar

hormone, perubahan libido, kemungkinan perubahanpola respon seksual,

contoh tak ada irama konstraksi uterus selama orgasme,

ketidaknyamanan/nyeri vaginal.

6. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dan

kesejahteraan fisiologis.

7. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intervensi pembedahan

dan adanya cateter urine.

8. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik

yang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang

insisi/perineal, tanda-tanda komplikasi, pembatasan aktivitas, kehilangan

menstruasi, terapi hormon, dan perawatan tindak lanjut.

9. Ansietas berhubungan dengan diagnosis tumor/kanker, takut akan rasa

nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.

10. Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya.

D. FOKUS INTERVENSI

Menurut Deonges 2000, rencana tindakan keperawatan pada pasien post

operasi laparotomi pada kanker ovarium, sebagai berikut:

1. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan memiliki

anak, perubahan feminitas, efek hubungan seksual.

Tujuan : Menyatakan masalah dan menunjukkan yang sehat untuk

menghadapinya.

Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi

terdapat perubahan pada citra tubuh.

Tabel 1.

Rencana Keperawatan Gangguan Harga diri dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Berikan waktu untuk mendengar

masalah dan ketakutan pasien

dan orang terdekat. Diskusikan

persepsi diri pasien sehubungan

dengan antisipasi perubahan dan

a. Memberikan minat dan

perhatian: memberikan

kesempatan untuk memperbaiki

kesalahan konsep, contoh:

wanita takut kehilangan

pola hidup khusus. kewanitaan dan seksualitasnya,

peningkatan berat badan dan

perubahan tubuh karena

menopause.

b. Kaji stress emosi pasien.

Indentifikasi kehilangan pada

pasien/orang terdekat. Dorong

pasien untuk mengekspresikan

dengan tepat.

b. Perawat perlu menyadari apakah

arti tindakan ini terhadap pasien

untuk menghindari tindakan

kurang hati-hati atau terlalu me-

nyendiri. Wanita merasa takut

atas bebas. Ia merasa tak mampu

memenuhi peran reproduksi dan

mengalami kehilangan.

c. Memberikan informasi akurat.

Kuatkan informasi yang

diberikan sebelumnya.

c. Memberikan kesempatan pada

pasien untuk bertanya dan

mengasimilasi informasi.

d. Ketahui kekuatan individu dan

identifikasi perilaku koping

positif sebelumnya.

d. Membantu dalam membuat

kekuatan yang telah ada bagi

pasien untuk digunakan dalam

situasi saat ini.

e. Berikan lingkungan terbuka pada

pasien untuk mendisku-sikan

masalah seksualitas.

e. Meningkatkan saling berbagi

keyakinan/nilai tentang subyek

sensitive dan mengidentifikasi

kesalahan konsep/mitos yang

dapat mempengaruhi penilaian

situasi.

f. Perhatian perilaku menarik diri,

menganggap penolakan, atau

terlalu mempermasalah-kan

perubahan actual yang ada.

f. Mengidentifikasi tahap

kehilangan atau kebutuhan.

2. Perubahan eliminasi urinarius (retensi) berhubungan dengan trauma

mekanis, perubahan manipulasi bedah adanya edema jaringan lokal,

hematoma, gangguan sensor/motor, paralisis saraf.eliminasi urinarius

(retensi) berhubungan dengan trauma mekanis.

Tujuan :Memungkinkan tidak adanya perubahan/retensi eliminasi

Urinarius

Kriteria hasil :Mengosongkan kandung kemih secara teratur dan tuntas.

Tabel 2.

Rencana Keperawatan Perubahan Eliminasi urinarius dan rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Perhatian pola berkemih dan

awasi keluaran urin

a. Dapat mengindikasikan resensi

urin bila berkemih dengan sering

dalam jumlah sedikit/kurang

(<100 ml)

b. Palpasi kandung kemih, selidiki

keluhan, ketidaknya-manan

penuh, ketidakmam-puan

berkemih.

b. Persepsi kandung kemih penuh,

distensi kandung kemih di atas

simpisis pubis menunjukkan

retensi urin.

c. Berikan tindakan berkemih rutin,

contoh privasi, posisi normal,

aliran air pada baskom,

penyiraman air hangat pada

perineum.

c. Meningkatkan relaksasi otot

pada perineal dan dapat

mempermudah upaya berkemih.

d. Berikan perawatan kebersi-han

perineal dan perawatan kateter

(bila ada)

d. Meningkatkan kebersihan menu-

runkan resiko ISK asenden.

e. Kaji karakteristik urin, perhatian

warna, kejernihan, bau.

e. Retensi drainase vaginal, dan

kemungkinan adanya kateter

inter-miten/tak menetap

meningkatkan resiko infeksi,

khusus bila pasien mempunyai

jahitan parineal.

3. Resiko tinggi terhadap konstipasi /diare berhubungan dengan faktor bedah

abdominal dengan manipulasi usus, melemahkan otot abdominal.

Tujuan :Mempertahankan pola eliminasi biasa

Kriteria hasil :Menunjukkan bunyi usus/aktivasi peristaltic aktif.

Tabel 3.

Rencana Keperawatan Resiko Tinggi konstipasi dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Auskultasi bising usus perha-

tikan distensi abdomen adanya

mual/muntah

a. Indicator adanya/perbaikan

ileus, mempengaruhi pilihan

intervensi

b. Bantu pasien untuk duduk pada

tepi tempat tidur dan berjalan.

b. Ambulansi dini membantu

merangsang fungsi intestinal,

dan mengembalikan peristaltic.

c. Dorong pemasukan cairan

adekuat.

c. Meningkatkan pelunakan faces

dapat membantu merangsang

peristaltic.

d. Berikan rendah duduk d. Meningkatkan relaksasi otot

me-minimalkan

ketidaknyamanan.

e. Batasi pemasukan oral sesuai e. Mencegah mual/muntah sampai

indikasi peristaltic kembali (2-3 hari)

f. Perhatikan selang NGT bila ada f. Mungkin dipasang pada

pembeda-han untuk dikompresi

lambung.

g. Berikan cairan jernih/banyak

dan dikembangkan makanan

halus sesuai toleransi

g. Bila peristaltik mulai

pemasukan makanan dan

minuman mening-katkan

kembali eliminasi usus normal

h. Gunakan selang rektal, lakukan

kompres hangat pada perut, bila

tepat

h. Meningkatkan pasase flatus

i. Berikan obat, contoh pelunak

feces, minyak mineral, laksatif

sesuai indikasi

i. Meningkatkan pembentukan

atau pasase pelunak feces.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan perjalanan penyakit

Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien akan terpenuhi

Kriteria hasil :a. Pasien mengatakan nafsu makan bertambah

b. Pasien mampu menghabiskan 1 porsi makan

c. Konjungtiva merah muda, mukosa bibir lembab, turgor

kulit baik

d.Pasien dan keluarga mengerti tentang diit TKTP

f.Hb : 12 -14 g/dl, .Alb : 3,5 – 5,5 g/dl,Hmt :37-47 %

Tabel 4.

Rencana Keperawatan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh dan

Rasionalnya.

Intervensi Rasional

a. Kaji nutrisi secara seksama a. Mengidentifikasi kekurangan/

kebutuhan untuk membantu memilih

intervensi

b. Auskultasi bising usus b. Kembalinya fungsi usus

menunjukkan kesiapan untuk

memulai makan lagi

c. Berikan penyuluhan tentang

diit TKTP

c. Bertambahnya pengetahuan

dapat meningkatkan motivasi

pasien untuk makan

d. Beri makan dan minum dalam

porsi sedikit tapi sering.

d. Mengurangi mual dan

meningkatkan pemasukan

e. Berikan lingkungan yang

nyaman saat makan

e. Dapat mendukung keinginan

untuk makan.

f. Kelola pemberian diit TKTP f. Memberi kebutuhan kalori

protein yang meningkat

5. Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan

struktur tubuh/fungsinya, memendeknya kanal vaginal, perubahan kadar

hormone, perubahan libido, kemungkinan perubahanpola respon seksual,

contoh tak ada irama konstraksi uterus selama orgasme,

ketidaknyamanan/nyeri vaginal

Tujuan :Menyatakan pemahaman perubahan anatomi/fungsi seksual.

Kriteria hasil :

a. Mendiskusikan masalah tentang gambaran diri, peran seksual

pasangan dengan orang dekat

b. Mengidentifikasikan kepuasan seksual yang diterima dan

beberapa alternative cara mengekspresikan seksual.

Tabel 5.

Rencana Keperawatan Resiko Tinggi Disfungsi Seksual dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Mendengarkan pertanyaan

pasien/orang terdekat

a. Masalah seksual sering

tersembunyi sebagai pertanyaan

humor dan atau ungkapan yang

gamblang.

b. Kaji informasi pasien/orang

terdekat tentang anatomi atau

fungsi seksual dan pengaruh

prosedur pembedahan.

b. Menunjukkan kesimpulan

informasi/konsep yang mempe-

ngaruhi pengambilan keputusan.

Harapan negatif sehubungan

dengan hasil yang buruk.

Perubahan kadar hormon

mempengaruhi libido dan/atau

menurunkan kelunakan vaginal

dapat koitus mungkin terasa

ketidaknyamanan/nyeri.

c. Identifikasi faktor budaya/ nilai

dan adanya tahap berduka.

c. Dapat mempengaruhi kembalinya

kepuasan seksual.

d. Dorong pasien untuk berbagi

pikiran/masalah dengan teman.

d. Komunikasi terbuka dapat

mengidentifikasi area

penyesuaian/masalah dan

meningkatkan diskusi resolusi.

6. Berduka berhubungan dengan kehilangan yang diantisipasi dan

kesejahteraan fisiologis.

Tujuan : Pasien dan keluarga dapat menerima kondisi yang terjadi

Kriteria Hasil :

a. Melanjutkan aktivitas kehidupan normal melihat kearah atau

merencanakan masa depan.

b. Mengungkapkan pemahaman tentang proses menjelang ajal dan

perasaan didukung di dalam melalui berduka

Tabel 6

Intervensi dan Rasional Berduka berhubungan dengan kehilangan yang

diantisipasi dan kesejahteraan fisiologis

Intervensi Rasional

a. Perkirakan syok awal dan

ketidakyakinan setelah

diagnosis kanker dan/ atau

prosedur yang menimbulkan

trauma

a. Sedikit pasien yang benar-benar

siap untuk realita perubahan yang

dapat terjadi

b. Kaji pasien atau orang terdekat

terhadap berduka

b. Pengetahuan tentang proses

berdukan memperkuat normalitas

perasaan/reaksi terhadap apa yang

dialami dan dapat membantu

pasien menghadapi lebih efektif

dengan mereka.

c. Dorong pengungkapan

pikiran/ masalah dan

penerimaan ekspresi

kesedihan, marah, penolakan.

c.Pasien merasa terdukung

mengekspresi perasaan dengan

memahami bahwa konflik emosi

yang dalam dan sering adalah normal

dan dialami orang lain dalam situasi

sulit ini

d. Kunjungi dengan sering dan

berikan kontak fisik dengan

tepat/ sesuai kebutuhan

d. Membantu mengurangi perasaan

isolasi dan diabaikan

e. Kuatkan penyuluhan tentang

proses penyakit dan

pengobatan

e.Pasien/orang terdekat mendapat

keuntungan dari informasi faktual

f. Identifikasi aspek positif dari

situasi

f.Kemungkinan remisi dan progresi

lambat dari penyakit dan/ atau terapi

baru dapat menurukan harapan pada

masa depan.

g.Bantu pasien / orang terdekat

mengidentifikasi kekuatan pada

diri sendiri dan sistem pendukung

g.Memungkinkan pasien

mempertahankan kontrol terhadap

kehidupan

h.Perhatikan bukti konflik, h.Faktor-faktor in mempengaruhi

ekspresi marah dan pernyataan

kecewa, rasa bersalah, putus asa

bagaimana setiap individu

menghadapi kemungkinan

kematian dan mempengaruhi

bagaimana mereka berespon dan

berinteraksi.

7. Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan intervensi pembedahan

dan adanya cateter urine.

Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi

Kriteria hasil : Tidak muncul tanda- tanda infeksi ( K, D, R, T dan F )

AL 4,8-10,8 x 103/ UL

Tabel 7.

Rencana Keperawatan Resiko Infeksi dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Kaji tanda-tanda infeksi a. Deteksi dini untuk

menentukan tindakan

selanjutnya

b. Ciptakan lingkungan yang

bersih

b. Lingkungan yang bersih

memini-malkan terjadinya

infeksi

c. Anjurkan pada pasien untuk

menjaga luka tetap bersih dan

kering

c. Daerah yang lembab tempat

berkembang biaknya kuman

d. Lakukan tindakan perawatan

luka dengan prinsip steril

d. Mencegah terjadinya infeksi

seminimal mungkin.

e. Batasi pengunjung yang masuk e. Mencegah terjadinya INOS

f. Anjurkan pasien mengkon-

sumsi diit TKTP

f. Keseimbangan kalori dan

protein mempercepat

kesembuhan pasien

g. Kaji tanda vital, khusus suhu

tubuh dan nadi, AL

g. Dapat sebagai indikasi tanda

awal infeksi.

h. Kelola pemberian antiobiotic

sesuai program terapi

h. Mencegah terjadinya

infeksi.

8. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan program

terapeutikyang berhubungan dengan ketidakcukupan pengetahuan tentang

insisi/perineal, tanda-tanda komplikasi, pembatasan aktivitas, kehilangan

menstruasi, terapi hormon, dan perawatan tindak lanjut.

Tujuan : Pasien mampu dan dapat menyerap informasi

tentang keadaan dirinya.

Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi.

Tabel 8

Rencana Keperawatan Resiko terhadap ketidakefektifan

penatalaksanaan program terapeutik dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Diskusikan perikiraan untuk

penyembuhan berdasarkan jenis

dan luasnya pembeda-han.

Jelaskan bahwa histerek-tomi

abdominal umumnya

memberikan penyembuhan

yang lebih cepat dan menye-

babkan lebih sedikit ketidak-

nyamanan post operasi namun

mempunyai beberapa kerugian

seperti di bawah ini:

1) Resiko infeksi post operatif

yang lebih besar

2) Penurunan kemampuan

untuk menghadapi kesulitan

pembedahan atau komplikasi

yang tidak terkirakan

3) Jelaskan bahwa histerektomi

abdomen memungkinkan

visualisasi selama pembeda-han

dan mempunyai kontra-diksi

yang lebih sedikit, namun

mempunyai periode

penyembuhan yang lebih lama.

4) Penggunaan anastesi dan

nyeri yang meningkat.

a. Pemahaman perkiraan untuk

penyembuhan dapat membantu

pasien dan keluarga

merencanakan strategi untuk

mematuhi regimen

postoperative.

a. Jelaskan perawatan luka yang

tidak mengalami komplikasi

ajarkan pasien untuk:

b. Perawatan luka yang benar

mem-bantu mengurangi

microorganisme pada insisi dan

1) Mencuci dengan sabun dan

air (mandi bila mampu)

2)Mengeringkan dengan handuk,

menyibak lipatan kulit untuk

memastikan pengeringan yang

sempurna. Konsul dengan dokter

untuk perawatan luka yang

terkomplikasi

mencegah infeksi

b. Jelaskan perlunya untuk me-

ningkatkan aktivitas sesuai

dengan toleransi.

c. Aktivitas fisik, khususnya

ambulasi dini dan sering, dapat

membantu mencegah atau

meminimalkan kram abdomen,

keluhan umum selama

penyembuhan histerektomi

abdomen.

c. Jelaskan pembatasan aktivitas

ajarkan klien untuk melakukan

hal-hal berikut:

1)Terjadi keletihan dan

kelemahan selama periode

pemulihan

2)Delegasikan tugas kepada

orang lain (menyapu dan

mengangkat) selama satu bulan.

3)Berjalan dengan sikap sedang,

secara bertahap tingkatkan jarak

da langkah.

4)Memulai mengemudi 2

minggu setelah pembedahan, jika

mobil dilengkapi dengan

transmisi otomatis.

d. Istirahat yang cukup

memungkin-kan tubuh untuk

memperbaiki trauma jaringan

akibat bedah. Berjalan

meningkatkan kekuatan dan

daya tahan otot, mempercepat

pemulihan. Duduk dalam waktu

lama dapat menyebabkan

kongesti pelvic dan

pembentukan trombosit.

5)Hindari duduk dalam waktu

lama.

d. Jelaskan bahwa pengangkatan

uterus total mencegah kehamilan

dan mengakibatkan berhentinya

menstruasi. Namun selama

bagian ovarium tetap ada, pasien

dapat mengalami gejala pre-

menstruasi setiap bulan, seperti

gembung dan kram abdomen.

e. Penjelasan apa yang

diperkirakan dari pembedahan

dapat mengura-ngi kecemasan

yang berhubungan dengan

ketidaktahuan dan me-

mungkinkan koping.

e. Diskusikan perawatan lanjutan

jelaskan bahwa pemulangan

biasanya dilakukkan pada hari ke

lima sampai hari ke tujuh, dan

pemeriksaan control dijadwalkan

4 sampai 6 minggu setelah

pulang. Tekankan pentingnya

menepati perjanjian yang telah

ditetapkan.

f. Perawatan lanjutan yang

diperlukan untuk mengevaluasi

hasil pembedahan dan terapi

estrogen, jika diindikasi dan

untuk mendeteksi semua

komplikasi.

9. Ansietas berhubungan dengan diagnosis tumor/kanker, takut akan rasa

nyeri, kehilangan feminitas dan perubahan bentuk tubuh.

Tujuan : Pasien menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan

dan berkurangnya rasa takut.

Kriteria hasil :

a. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada

tingkat dapat diatasi.

b. mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan

partisipasi aktif dalam aturan pengobatan.

Tabel 9.

Rencana Keperawatan Ansietas dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a.Tinjau ulang pengalaman

pasien/orang terdekat

sebelumnya dengan kanker.

a. Membantu dalam identifikasi rasa

takut dan kesalahan konsep

berdasarkan pada pengalaman

dengan kanker.

b. Dorong pasien untuk

mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

b.Memberikan kesempatan untuk

memeriksa rasa takut realistis

serta kesalahan konsep tentang

diagnosis.

c. Berikan lingkungan terbuka

dimana pasien merasa aman

untuk mendiskusikan perasaa

atau menolak untuk berbicara.

c. Membantu pasien untuk merasa

diterima pada adanya kondisi

tanpa perasaan dihakimi dan

meningkatkan rasa terhormat dan

kontrol.

d. Pertahankan kontak sering

dengan pasien. Bicara dengan

menyentuh pasien bila tepat.

d. Memberikan keyakinan bahwa

pasien tidak sendiri atau ditola;

berikan respek dan penerimaan

individu, mengembangkan

kepercayaan

e. Sadari efek-efek isolasi pada

pasien bila diperlukan untuk

e. Penyimpangan sensori dapat

terjadi nilai stimulasi yang cukup

imunosupresi atau implan

radiasi. Batasi penggunaan

pakaian/masker isolasi bila

mungkin.

tidak tersedia dan dapat

memperberat perasaan

ansietas/takut

f. Bantu pasien/orang terdekat

dalam mengenali dan

mengidentifikasi rasa takut

untuk memulai mengembangkan

strategi koping untuk

menghadapi rasa takut ini.

f. Keterampilan koping sering rusak

setelah diagnosis dan selama fase

pengobatan yang berbeda.

Dukungan dan konseling sering

perlu untuk memungkinkan

individu mengenal dan

menghadapi rasa takut dan untuk

meyakini bahwa strategi

kontrol/koping tersedia.

g. Berikan informasi akurat,

konsisten mengenai prognosis.

Hindari memperdebatkan

tentang persepsi pasien terhadap

situasi.

g. Dapat menurunkan ansietas dan

memungkinkan pasien membuat

keputusan/pilihan berdasarkan

realita.

h. Izinkan ekspresi marah, kecewa

tanpa konfrontasi. Berikan

informasi dimana perasaan

adalah normal dan diekspresikan

secara tepat.

h. Penerimaan perasaan

memungkinkan pasien mulai

menghadapi situasi.

i. Jelaskan pengobatan yang

dianjurkan, tujuan dan potensial

efek samping. Membantu pasien

menyiapkan pengobatan.

i. Tujuan pengobatan kanker adalah

menghancurkan sel-sel malignan

sambil meminimasi kerusakan

pada sel normal. Pengobatan dapat

meliputi pembedahan (kuratif,

preventif, paliatif) serta

kemoterapi, radiasi (internal,

eksternal) atau pengobatan lebih

baru/spesifik seperti hipertermia

seluruh tubuh atau bioterapi.

j. Jelaskan prosedur, berikan

kesempatan untuk bertanya dan

jawaban jujur. Tinggal dengan

pasien selama prosedur yang

menimbulkan ansietas dan

konsultasi.

j. Informasi akurat memungkinkan

pasien menghadapi situasi lebih

efektif dengan realitas, kerenanya

menurunkan ansietas dan rasa

takut karena ketidak tahuan.

k. Berikan pemberi perawatan

primer atau konsisten kapan pun

mungkin.

k. Menbantu menurunkan ansietas

dengan mengembangkan

hubungan terapeutik dan

memudahkan perawatan kontinu.

l. Tingkatkan rasa tenang dan

lingkungan tenang

l. Memudahkan istirahat, menghemat

energi, dan meningkatkan

kemampuan koping.

m. Identifikasi tahap/stadium

berduka pasien dan orang

terdekat yang sedang dialami.

m. Pilihan intervensi ditentukan oleh

tahap berduka, perilaku koping,

mis;menarikdiri, menyangkal.

n. Perhatikan koping tak efektif,

mis: interaksi sosial buruk, tidak

berdaya, fungsi menyerah setiap

hari, dan kepuasan sumber.

n. Menidentifikasi masalah individu

dan memberikan dukungan pada

pasien/orang terdekat dalam

menggunakan ketrampilan koping

efektif.

o. Waspada pada tanda

menyangkal/depresi, mis:

menarik diri, marah, tanda tidak

tepat. Tentukan adanya ide

bunuh diri dan kaji potensial

nyeri pada skala 0-10.

o. Pasien dapat menggunakan

mekanisme pertahanan dari

menyangkal dan mengekpresikan

harapan dimana diagnosis tidak

akurat. Perasaan bersalah, distes

spiritual, dapat menyebabkan

pasien dapat menarik diri.

p. Dorong dan kembangkan p. Mengurangi perasaan isolasi. Bila

interaksi pasien dengan sistem

pendukung.

sistem pendukung keluarga tidak

tersedia, sumber luar mungkin

diperlukan dengan segera.

q. Berikan informasi yang dapat

dipercaya dan konsiaten dan

dukungan untuk orang terdekat.

q.Memungkinkan untuk interaksi

interpersonal lebih baik dan

menurunkan ansietas dan rasa

takut.

r. Libatkan orang terdekat sesuai

indikasi bila kepetusan mayor

akan dibuat.

r. Menjamin sistem pendukung untuk

pasien dan memungkinkan orang

terdekat terlibat dengan tepat

10 .Nyeri berhubungan dengan pembedahan dan terapi tambahan lainnya

Tujuan : Pasien akan berpengalaman mengurangi nyeri

dengan adanya pernyataan bahwa nyeri berkurang

atau hilang.

Kriteria hasil :.

a. Skala nyeri pada derajat 0-1

b. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang

c. Wajah pasien tampak rileks

d. Pasien mampu melakukan teknik relaksasi nafas dalam

Tabel 10.

Rencana Keperawatan Nyeri dan Rasionalnya

Intervensi Rasional

a. Kaji nyeri secara komprehensif

(P, Q, R, S, T )

a. Sebagai dasar untuk menentukan

tindakan yang sesuai

b. Libatkan pasien dalam modalitas

pengurangan nyeri

b. Mempermudah dalam

melakukan penanganan nyeri

c. Ajarkan pasien teknik distraksi

dan relaksasi dengan menarik

nafas dalam

c. Dengan mengalihkan perhatian

dan nafas dalam pasien tidak

akan terfokus pada nyerinya

d. Kelola pemberian analgetik sesuai

dengan program terapi

Analgesic menekan pusat rasa

nyeri