bab i

31
PRESENTASI KASUS HIPERTENSI EMERGENCY Oleh : dr. Djuwita Pembimbing : dr. Hj. Komariatun, Sp.PD KGH dr. M. Thamrin RSUD DEPATI HAMZAH

Upload: suppa-pippo-de-gauchow

Post on 14-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS HIPERTENSI EMERGENCY

Oleh :

dr. Djuwita

Pembimbing :

dr. Hj. Komariatun, Sp.PD KGH

dr. M. Thamrin

RSUD DEPATI HAMZAH

INTERNSHIP PERIODE 2014-2015

PANGKAL PINANG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan tugas Case Report yang membahas tentang “Penanganan Krisis Hipertensi”

sebagai salah satu tugas Internship di RSUD Depati Hamzah.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Tamrin dan dr. Hj.

Komariatun, Sp.PD KGH yang telah membimbing penulis selama bekerja sebagai dokter

Internship di RSUD Depati Hamzah, terutama saat penulisan case report ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan case report ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang ada.

Akhir kata, kiranya case report ini berguna bagi penulis pada khususnya, dan para

pembaca pada umumnya. Sekian dan terimakasih.

Pangkal Pinang, Februari 2015

Penulis.

FORMAT PORTOFOLIO

Topik: Krisis Hipertensi

Tanggal (kasus): Persenter: dr. Djuwita

Tangal presentasi: Pendamping: dr.Komariatun, Sp.PD KGH

: dr. M. Thamrin

Tempat presentasi: RSUD Depati Hamzah , Pangkal Pinang

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan

pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi: Seorang laki laki usia 80 tahun datang dengan keluhan sakit kepala belakang

dan leher berdenyut sejak 1 hari SMRS disertai dengan peningkatan tekan darah hingga

mencapai 220/140 mmHg.

□ Tujuan: Krisis Hipertensi

Bahan bahasan: □ Tinjauan

pustaka

□ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □Presentasi dan diskusi □ E‐mail □ Pos

Data pasien: Nama: Tn.U No registrasi:

Nama RS: RSUD Depati Hamzah ,

Pangkal Pinang

Telp: - Terdaftar sejak: -

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Krisis Hipertensi

2. Riwayat Pengobatan: pasien menderita hipertensi tetapi jarang minum obat hipertensi

3. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Pasien memiliki riwayat hipertensi

4. Riwayat keluarga/ masyarakat: pasien tidak tahu riwayat penyakit keluarga

5. Riwayat pekerjaan: Pensiunan

6. Lain‐lain : -

Daftar Pustaka:

1. McPhee, Steven J. Hypertensive Urgencies and Emergencies. CURRENT Medical Diagnosis and Treatment 2012. United States : McGraw-Hill Companies, 2011.

2. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The Seventh Report of Joint National Comittee (JNC 7). US Department of Health, 2004.

3. Pharmautical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Departemen Kesehatan RI, 2006.

4. Majid, Abdul. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library, 2004.

5. Pedoman Tatalaksana Stroke 2007, PERDOSSI.

6. World Health Organization (WHO). International Society of Hypertension Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-1992

Hasil pembelajaran:

1. Penatalaksanaan hipentensi emergency yang tepat

2. Edukasi tentang penyebab, faktor resiko, dan penatalaksanaan yang tepat

Subyektif

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala terasa berdenyut di leher bagian belakang sejak

1 hari SMRS. Keluhan ini dirasakan terus menerus selama 1 hari SMRS tidak hilang dengan

istirahat ataupun perubahan posisi, serta tidak memberat saat pasien menunduk ataupun sujud

saat shalat. Sebelum timbul keluhan, pasien memakan cumi yang sudah diasinkan dan juga buah

durian. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati dan mual sejak 6 jam SMRS, pasien

tidak mengkonsumsi makanan apa pun sejak kepalanya terasa sakit, pasien hanya minum air

putih dan teh manis. Muntah disangkal. Tidak ada pandangan kabur, lemah separuh badan,

ataupun kesemutan separuh badan. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien memiliki riwayat

hipertensi tapi pasien hanya mengkonsumsi obat bila berobat ke puskesmas dan mendapat obat

darah tinggi, bila obat habis pasien tidak kontrol lagi. Pasien memliki riwayat mag, dan sering

kambuh bila terlambat makan. Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis dan sakit jantung.

Obyektif

Pada pemeriksaan fisik menunjukkan kesadaran compos mentis, Keadaan Umum Pasien tampak

sakit sedang. Tekanan darah pasien 220/140 mmHg dengan frekuensi nadi dan suhu tubuh masih

dalam batas normal serta tidak terdapat gangguan motorik.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang berupa, EKG, pemeriksaan darah perifer lengkap

dan gula darah sewaktu yang hasilnya masih dalam batas normal.

“Assessment”

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosis hipertensi urgensi

“Plan”

Pengobatan: Pada pasien ini diberikan infus Dextrose 5% + drip catapres 2 amp dimulai dengan

10 tetesan permenit. Tetesan dititrasi setiap 30 menit tergantung dari tekanan darah pasien.

Target tekanan darah pasien dalam 2 jam adalah 160/90 mmHg. Obat oral berupa : paracetamol

3x1, amlodipin 1x10 mg dan valsartan 1x80 mg. sucralfat syr 3x1, dan omeprazole 2x1 tab.

Pendidikan: Dilakukan pengaturan diet kepada pasien berupa diet rendah garam dan rendah

lemak. Serta memberitahu pasien untuk makan tepat waktu.

Konsultasi: Dijelaskan secara rasional tentang penatalaksanaan yang dilakukan.

Rujukan: Pada pasien ini dilakukan konsul kepada dokter spesialis penyakit dalam.

BAB I

IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien

Nama : Tn.U

Jenis kelamin : Laki laki

Umur : 80 th

Alamat : semabung

Agama : Islam

MRS : 23 Desember 2014

Tanggal Keluar : 27 Desember 2014

Anamnesa

Keluhan Utama : Sakit kepala berdenyut

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan sakit kepala terasa berdenyut di kepala bagian belakang hingga tengkuk belakang sejak 1 hari SMRS. Keluhan ini dirasakan terus menerus selama 1 hari SMRS tidak hilang dengan istirahat ataupun perubahan posisi, serta tidak memberat saat pasien menunduk ataupun sujud saat shalat. Sebelum timbul keluhan, pasien memakan cumi yang sudah diasinkan dan juga buah durian. Selain itu, pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati dan mual sejak 6 jam SMRS, pasien tidak mengkonsumsi makanan apa pun sejak kepalanya terasa sakit, pasien hanya minum air putih dan teh manis. Muntah disangkal. Tidak ada pandangan kabur, lemah separuh badan, ataupun kesemutan separuh badan. BAK dan BAB tidak ada keluhan.

Riwayat Pengobatan

Pasien tidak pernah berobat ke manapun terkait dengan keluhannya saat ini

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat hipertensi tapi pasien hanya mengkonsumsi obat bila berobat ke puskesmas dan mendapat obat darah tinggi., bila obat habis pasien tidak kontrol lagi. Pasien memliki riwayat mag, dan sering kambuh bila terlambat makan. Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis dan sakit jantung.

Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien tidak mengetahui riwayat penyakit keluarganya

Riwayat Psikososial (Pendidikan dan Sosial Ekonomi)

Pendidikan : Sekolah Dasar

Pekerjaan : Pensiunan

Perkawinan : sudah menikah

Pemeriksaan Fisik

Vital sign

Nadi : 92 x/menit, teratur, kuat

Suhu : 37,1oC

Pernafasan : 20x/menit

Tekanan Darah : 220/140 mmHg    

Status gizi : cukup

Keadaan umum

KU : Tampak Sakit Sedang                   

Kesadaran : Compos mentis

Pemeriksaan generalis

Kepala : mata cowong (-), edema palpebral (-), pupil isokor 3/3, RCL +/+

Leher : JPV 5±2 cmHg

Thorax : Bentuk dada simetris, gerak pernapasan simetris

Cor : S1S2 Normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesiculer/vesiculer, RH (-/-), Wh (-/-)

Abdomen : perut tampak datar

Supel, nyeri tekan -, nyeri lepas –

BU + 4x/m

Ekstremitas : akral hangat, edema (-), CRT<2”

Pemeriksaan Laboratorium

DL => 23 desember 2014

Darah Rutin

Leukosit 5 (5-10)

Eritrosit 3.66 (4.80-5.50)

HB 11,4 (13-16)

Hematokrit 32,3 (40.0-46.0)

Trombositosis 229 (150-400)

Kadar Gula Darah

GDS 110 (< 180)

Pemeriksaan EKG

Diagnosis Kerja : Hipertensi Urgensi + dyspepsia

Terapi :

1. IVFD: Dextrose 5% + 2 amp Catapres 10 tpm

2. Sucralfat syr 3x1 C

3. Donperidon syr 3x1 C

4. Omeprazole tab 2x1 tab

5. Monitoring : Vital sign dan KU per jam

6. Edukasi : Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang penyakit, tindakan yang

akan dikukan.

7. Konsul dokter spesialis penyakit dalam

Prognosis :dubia at bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Krisis hipertensi merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg) dengan kemungkinan akan timbulnya atau telah terjadi kelinan organ target.1,2,3 Pada umumnya krisis hipertensi terjadi pada pasien hipertensi yang tidak atau lalai memakan obat antihipertensi.2

Klasifikasi

Krisis hipertensi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Hipertensi Urgensi (Mendesak)3

Kenaikan TD mendadak yang tidak disertai kerusakan organ target. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.

2. Hipertensi Emergensi (Darurat)3

Kenaikan TD mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) yang disertai kerusakan organ target yang progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit sampai 1 jam untuk menurunkan resiko morbiditas dan mortalitas. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak.

Faktor Resiko

Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat

Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal

Kehamilan

Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi (luka bakar, trauma kepala, penyakit vascular)

Faktor Presipitasi

Keadaan-keadaan klinis yang sering mempresipitasi timbulnya krisis hipertensi, antara lain:

Kenaikan TD tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis esensial (tersering)

Hipertensi renovaskular

Glomerulonefritis akut

Sindroma withdrawal anti-hipertensi

Renin-secretin tumors

Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal. Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.

Otak mempunyai suatu mekanisme autoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan tekanan darah. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

Manifestasi Klinis

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, nyeri tengkuk, gangguan kesadaran dan lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal.

ParameterHipertensi Urgensi

Hipertensi EmergensiBiasa Mendesak

TD (mmHg) > 180/110 > 180/110 > 220/140

Gejala

Sakit kepala, kecemasan; sering kali

tanpa gejala

Sakit kepala hebat, sesak napas

Sesak napas, nyeri dada, nokturia,

dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun

Pemeriksaan

Tidak ada kerusakan

organ target, tidak ada penyakit

kardiovaskular

Kerusakan organ target; muncul klinis

penyakit kardiovaskuler,

stabil

Ensefalopati, edema paru, insufisiensi

ginjal, iskemia jantung

Diagnosa

Diagnosa krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah dapat mendiagnosa suatu krisis hipertensi.

1. Anamnesis3

Riwayat hipertensi : lama dan beratnya

Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya

Gejala sistem saraf (sakit kepala, hoyong, perubahan mental, ansietas)

Gjala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang)

Gejala sistem kardiovaskular (adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru, nyeri dada).

Riwayat penyakit : glomerulonefritiis, pyelonefritis

Riwayat kehamilan : tanda eklampsi

2. Pemeriksaan Fisik3

Pengukuran TD dan mencari kerusakan organ sasaran (otak, retina, jantung, ginjal, aorta). Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi ataupun payah jantung, kongestif dan edema paru.

3. Pemeriksaan Penunjang

Darah : rutin, BUN, creatirine, elektrolit, GDS, profil lipid (HDL,LDL,trigliserid)

Urine : Urinelisa dan kultur urine

EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi

X-Ray : apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana)

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan krisis hipertensi sebaiknya dilakukan di rumah sakit. Perawatan kasus krisis hipertensi harus dilakukan di RS dengan fasiltas pemantauan memadai yaitu HCU/ICU.

1. Autoregulasi Otak dan Penurunan Tekanan Darah

Autoregulasi adalah penyesuaian fisiologis organ tubuh terhadap kebutuhan dan pasokan darah dengan mengadakan perubahan pada resistensi terhadap aliran darah dengan berbagai tingkatan perubahan kontriksi / dilatasi pembuluh darah. Autoregulasi otak ini kemungkinan disebabkan oleh mekanisme miogenic yang disebabkan oleh stretch receptors pada otot polos arteriol otak.4

Pada individu normotensi, aliran darah otak masih tetap pada fluktuasi Mean Arterial Pressure (MAP) 60–70 mmHg. Dari penelitian didapatkan bahwa atas terendah dari autoregulasi otak adalah kira-kira 25% dibawah resting MAP. Penurunan tekanan darah yang terlalu cepat dapat menyebabkan gangguan pembuluh darah koroner, cerebral dan iskemi renal.

Bila MAP turun dibawah batas autoregulasi, maka otak akan mengeluarkan oksigen lebih banyak dari darah untuk kompensasi dari aliran darah yang berkurang. Bila mekanisme ini gagal, maka dapat terjadi iskemi otak dengan manifestasi klinik seperti mual, menguap, pingsan dan sinkope. Oleh karena itu dalam tatalaksana krisis hipertensi, pengurangan MAP dicapai dalam beberapa menit/jam dengan langkah sebagai berikut:

a. 5-120 menit pertama MAP diturunkan 20-25%

b. 2-6 jam kemudian TD diturunkan sampai 160/100 mmHg

c. 6-24 jam berikut diturunkan sampai <140/90 mmHg bila tidak ada gejala iskemia

Durasi waktu penurunan tekanan darah dapat juga dibedakan tergantung dari kerusakan target organ yang terjadi. Pada penderita aorta diseksi akut ataupun oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30 menit. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk pasien dengan infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6 – 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 – 180/100 mmHg.

2. Terapi Medikamentosa Krisis Hipertensi

Obat yang ideal untuk krisis hipertensi adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, efek penurunan TD sesuai dengan dosis pemberian sehingga dapat dimonitor dan mempunyai efek samping minimal.

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi.

Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi

ParameterHipertensi Urgensi

Hipertensi EmergensiBiasa Mendesak

Terapi

Awasi 1-3 jam; memulai/teruskan

obat oral, naikkan  dosis

Awasi 3-6 jam; obat oral

berjangka kerja pendek

Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar,

terapi obat IV

RencanaPeriksa ulang dalam 3 hari

Periksa ulang dalam 24 jam

Rawat ruangan/ICU

a. Pemakaian Obat Hipertensi Oral

Umumnya digunakan pada kasus hipertensi urgensi, namun dapat juga digunakan pada kasus hipertensi emergensi di pelayanan primer sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.

Obat Dosis Efek / Lama Kerja

Perhatian khusus

CaptoprilPO12,5 - 25 mg

(ulangiper 30 min); SL, 25 mg.

15-30 min/6-8 jam ;

SL 10-20 min/2-6 jam

Hipotensi, gagal ginjal, stenosis arteri renalis

Clonidine75-150 ug (ulangi per

jam)30-60 min/8-16

jam

Hipotensi, mengantuk (sedasi),mulut kering, rebound phenomene

Propanolol

10 - 40 mg PO (ulangi setiap 30 min)

15-30 min/3-6 jamBronkokonstriksi, blok

jantung, hipotensi ortostatik

Nifedipine5 - 10  mg PO (ulangi

setiap 15 menit)5 -15 min/4-6 jam

Takikardi, hipotensi, gangguan koroner

Nifedipine memiliki efek yang cepat dan terkadang dapat menyebabkan hipotensi dan refleks takikardi. Pada penggunaan nifedipin sering terjadi miokard infark dan stroke yang disebabkan karena iskemia (penurunan TD lebih dari 20-25% MAP), maka dari itu, penggunaan nifedipine sublingual tidak dianjurkan lagi.

b. Pemakaian Obat Hipertensi Parenteral

Obat DosisEfek /Lama

KerjaPerhatian Khusus

Sodium nitroprusside

0,25-10 mcg / kg / menit

sebagai infus IV

langsung/2-3 menit setelah

infus

Mual, muntah, penggunaan jangka panjang dapat

menyebabkan keracunan tiosianat,

methemoglobinemia, asidosis, keracunan sianida.

Nitrogliserin500-100 mg sebagai infus

IV

2-5 min /5-10 min

Sakit kepala, takikardia, muntah,methemoglobinemia

Nicardipine5-15 mg /

jam sebagai infus IV

1-5 min/15-30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan

tekanan intrakranial; hipotensi

Klonidin

150 ug, 6 amp per 250 cc Glukosa

5% mikrodrip

30-60 min/ 24 jam

Ensepalopati dengan gangguan koroner

Diltiazem

5-15 ug/kg/menit sebagi infus

IV

1-5 min/ 15- 30 min

Takikardi, mual, muntah, sakit kepala, peningkatan

tekanan intrakranial; hipotensi

Sodium Nitroprusside adalah obat terpilih untuk kasus krisis hipertensi yang serius karena reaksi kerja cepat dan mudah dikendalikan, namun pemantauan berkala tetap harus dilaksanakan. Obat diberikan secara infus intravena dengan titrasi yang perlahan ditingkatkan sesuai dengan target TD yang ingin dicapai. Memiliki mekanisme

vasodilatasi arteriol dan venula sehingga TD menurun. Dapat digunakan dengan kombinasi Beta-Bloker terutama untuk kasus diseksi aorta.

Nitroglycerin, intravena, memiliki efek antihipertensi lebih rendah dibanding nitroprusside dan harus diberikan pada pasien yang memiliki riwayat sindrom iskemia akut.

Nicardipine, adalah obat golongan calcium channel blocker yang paling potent dan memiliki waktu kerja yang paling lama. Memiliki efek vasodilator arterial primer, sehingga dapat menimbulkan refleks takikardi, maka dari itu tidak digunakan tanpa kombinasi beta-bloker pada pasien dengan kelainan arteri koroner. DIberikan 10-30 mcg/kgBB bolus. Bila TD tetap stabil diteruskan dengan 0,5-6 mcg/kgBB/menit sampai target TD tercapai.

Clonidin (catapres) IV (150 mcg/ampul)Clonidin 900 mcg dimasukkan dalam cairan infus glucosa 5% 500cc dan dengan mikrodrip 12 tetes/ menit, setiap 15 menit dapat dinaikkan 4 tetes sampai TD yg diharapkan tercapai.Bila TD target tercapai pasien diobservasi selama 4 jam kemudian diganti dg tabletclonidin oral sesuai kebutuhan. Clonidin tidak boleh dihentikan mendadak, tetapi diturunkan perlahan-lahan oleh karena bahaya rebound phenomen, dimana TD naik secara cepat bila obat dihentikan.

Diltiazem (Herbesser) IV (10 mg dan 50 mg/ampul) Diltiazem 10 mg IV diberikan dalam 1-3 menitkemudian diteruskan dg infus 50 mg/jam selama 20 menit.Bila TD telah turun >20% dari awal, dosis diberikan 30 mg/jam sampai target tercapai.Diteruskan dengandosis maintenance 5-10 mg/jam dg observasi 4 jam kemudian diganti dg tablet oral.

Beberapa jenis obat hipertensi parenteral lainnya :

Labetalol yang merupakan kombinasi β- dan α-bloker adalah obat penghambat adrenergik paling poten untuk menurunkan TD dalam waktu cepat. Literatur menyatakan penggunaan obat ini pada hipertensi pada kehamilan dapat membantu kontrol TD ibu hamil. Diberikan 20-80 mg IV bolus setiap 10 menit atau dalam cairan infus dengan dosis 2 mg menit.

Fenoldopam, termasuk golongan agonis reseptor perifer dopamine-1 (DA1) yang menurunkan tekanan arteri sesuai dengan dosis tanpa adanya resiko rebound, withdrawal atau penurunan fungsi ginjal.

Clevidipine, golongan calcium channel blocker tipe-L yang memiliki waktu paruh 1 menit. Bekerja menurunkan resistensi perifer arteriol.

Enalaprilat, bentuk aktif dari enalapril, golongan ACE-inhibitor. Onset kerja 15 menit namun efek puncak tercapai dalam waktu 6 jam.

Diuretik golongan loop diuretic dapat digunakan pada pasien dengan gagal jantung atau pasien dengan retensi cairan tubuh (edema paru). Onset kerja antihipertensi bersifat lambat. Dimulai dengan dosis minimal, furosemid 20 mg. Digunakan sebagai terapi tambahan bukan sebagai pilihan utama pada kasus darurat.

Diazoxide memiliki efek vasodilatasi tanpa mengurangi aliran darah ginjal. Diberikan dalam dosis kecil secara bolus intravena atau drip infus. Hanya digunakan dalam waktu singkat dan paling baik bila dikombinasikan dengan loop diuretic.

Hydralazine dapat diberikan secara intravena atau intramuskular. Efek obat ini tidak dapat diperkirakan berdasarkan dosis pemberian. Sehingga dapat menyebabkan munculnya refleks takikardi. Hydralazine tidak diberikan pada pasien dengan gangguan koroner atau diseksi aorta, kecuali bila dikombinasikan dengan golongan beta-blocker.

Bila tekanan darah sudah dapat dikendalikan, kombinasi obat anti-hipertensi oral dapat ditambahkan dengan obat parenteral yang perlahan dikurangi dalam 2-3 hari.

3. Pemilihan Obat Untuk Hipertensi Emergensi Sesuai Kerusakan Organ Target7

Ensefalopati Hipertensi

Pada hipertensi emergensi dengan keterlibatan sistem saraf pusat, labetalol atau nicardipin adalah pilihan yang baik karena bersifat non-sedatif, meningkatkan aliran darah serebral dan tidak meningkatkan tekanan intrakranial.

Iskemia Otak

Pemberian obat hipertensi pada kasus iskemia otak hanya boleh dilakukan bila TD lebih dari 220/120 mm Hg, dan penurunan TD diawasi ketat dengan penurunan awal hanya 10-15% MAP. Bila pasien juga mendapat terapi trombolitik, maka tekanan darah dipertahankan <185/110 mm Hg.

Perdarahan Intrakranial

Pada strok hemoragik, tujuan utama adalah meminimalisir perdarahan degan target MAP <130 mm Hg.Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.

Gagal Jantung Kiri Akut

Udem paru akut akan membaik bila tensi telah terkontrol.Obat pilihan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan mempercepat perbaikan.

Feokromositoma

Tumor jenis ini mengeluarkan katekolamin dalam jumlah berlebihan sehingga berakibat kenaikan tekanan darah. Penggunaan obat golongan beta-blocker dapat memperburuk keadaan karena menyebabkan vasokontriksi perifer. Obatpilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

Deseksi Aorta Anerisma Akut

Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan : Sodium Nitroprusid.

Toksemia Gravidarum 

Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmololSBP 110-120 sesegera

mungkin

AMI, iskemiaNitrogliserin, nitroprusside,

nicardipineSekunder untuk bantuan

iskemia

Edema paruNitroprusside, nitrogliserin,

labetalol10% -15% dalam 1-2 jam

Gangguan GinjalFenoldopam, nitroprusside,

labetalol20% -25% dalam 2-3 jam

Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam

Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid hemorrhage

Nitroprusside, nimodipine, nicardipine

20% -25% dalam 2-3 jam

Stroke Iskemik nicardipine0% -20% dalam 6-12

jam

I. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA STROKE AKUT (PERDOSSI, 2007)5

Batas penurunan tekanan darah sampai 20-25 % MAP pada 1 jam pertama

Pedoman Pada Stroke Iskemik Akut5

Jika tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik > 120 mmHg

Berikan labetolol iv selama 1-2 menit. Dosis labetolol dapat diulang atau digandakan setiap 10 – 20 menit sampai penurunan tekanan darah yang memuaskan dapat dicapai atau sampai dosis kumulatif 300 mg yang diberikan melalui teknik bolus mini. Setelah dosis awal, labetolol dapat diberikan setiap 6–8jam bila diperlukan.

Jika tekanan darah sistolik < 220 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik < 120 mmHg

Terapi darurat harus ditunda kecuali adanya bukti perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta, ensefalopati hipertensi dan sebagainya. Jika peninggian tekanan darah tersebut menetap pada dua kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan 200 – 300 mg labetolol 2-3 kali sehari sesuai kebutuhan. Pengobatan alternatif yang memuaskan selain labetolol adalah nifedipine oral 10 mg setiap 6 jam atau 6,25 – 25 mg kaptopril setiap 8 jam. Jika monoterapi oral tidak berhasil, atau jika obat tidak dapat diberikan per oral, maka diberikan labetolol iv seperti cara di atas atau obat pilihan lainnya (urgensi).

 

Pedoman Pada Stroke Hemoragik Akut5

Hilangkan faktor-faktor yang beresiko meningkatkan tekanan darah, seperti retensi urine, nyeri, febris, peningkatan tekanan intrakranial, emosional stress dan sebagainya.Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh respon fisiologis dari hipoksia.

Bila tekanan darah sistolik > 220 mmHg atau tekanan diastolik > 140 mmHg atau tekanan darah arterial rata-rata > 145 mmHg, berikan nikardipin, diltiazem atau nimodipin (dosis pada tabel).7

Bila tekanan sistolik 180 – 220 mmHg atau tekanan diastolik 105-140 mmHg, atau tekanan darah arterial rata-rata 130 mmHg, berikan labetolol 10-20 mg iv selama 1-2 menit. Ulangi atau gandakan setiao 10 menit sampai maksimum 300 mg atau berikan dosis awal bolus diikuti oleh labetolol drip 2-8 mg/menit atau;Nicardipin, diltiazem, nimodipin.

Bila tekanan sistolik <180 mmHg dan tekanan diastolik < 105 mmHg, tangguhkan pemberian obat anti hipertensi.

Bila terdapat fasilitas pemantauan tekanan intrakranial, tekanan perfusi otak harus dipertahankan > 70 mmHg.

Bila tekanan darah arterial sistolik turun < 90 mmHg harus diberikan obat menaikkan tekanan darah (vasopresor).

DAFTAR PUSTAKA

1. McPhee, Steven J. Hypertensive Urgencies and Emergencies. CURRENT Medical Diagnosis and Treatment 2012. United States : McGraw-Hill Companies, 2011.

2. Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. The Seventh Report of Joint National Comittee (JNC 7). US Department of Health, 2004.

3. Pharmautical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Departemen Kesehatan RI, 2006.

4. Majid, Abdul. Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. USU Digital Library, 2004.

5. Pedoman Tatalaksana Stroke 2007, PERDOSSI.

6. World Health Organization (WHO). International Society of Hypertension Statement on Management of Hypertension. J Hypertens 2003;21:1983-92