bab i

4
BAB I PENDAHULUAAN A. Latar belakang Tikus merupakan jenis mamalia yang tergolong ordo Rodentia. Tikus memiliki bentuk hidup yang kosmopolit sehingga tikus dapat ditemukan dimana saja seperti rumah penduduk, hutan dan lain-lain. Tikus yang merupakan binatang pengerat yang lebih suka pada tempat-tempat yang gelap, lingkungan yang kotor dan tempat yang banyak terdapat bahan makanan. Tikus liar lebih cepat menjadi dewasa dengan kisaran hidup rata – ratanya 4 – 5 tahun ( Smith dan Mangkoewidjaja, 1988). Tikus berperan sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit pada manusia dan hewan (Kadarsan, 1968). Handayani dan Bambang (1999), menyatakan bahwa meskipun kejadian penyakit yang disebabkan oleh parasit relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang disebabkan oleh bakteri dan virus, namun kasus ini tidak dapat diabaikan begitu saja karena infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan infeksi primer. Peranan tikus sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit. karena pada

Upload: gerzon

Post on 17-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

file

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAAN

A. Latar belakang Tikus merupakan jenis mamalia yang tergolong ordo Rodentia. Tikus memiliki bentuk hidup yang kosmopolit sehingga tikus dapat ditemukan dimana saja seperti rumah penduduk, hutan dan lain-lain. Tikus yang merupakan binatang pengerat yang lebih suka pada tempat-tempat yang gelap, lingkungan yang kotor dan tempat yang banyak terdapat bahan makanan. Tikus liar lebih cepat menjadi dewasa dengan kisaran hidup rata ratanya 4 5 tahun ( Smith dan Mangkoewidjaja, 1988). Tikus berperan sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit pada manusia dan hewan (Kadarsan, 1968). Handayani dan Bambang (1999), menyatakan bahwa meskipun kejadian penyakit yang disebabkan oleh parasit relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang disebabkan oleh bakteri dan virus, namun kasus ini tidak dapat diabaikan begitu saja karena infeksi yang disebabkan oleh parasit dapat menyebabkan infeksi primer. Peranan tikus sebagai vektor atau sumber penyebaran penyakit. karena pada tikus, hidup bemacam-macam parasit yang dapat digolongkan atas ektoparasit dan endoparasit. Endoparasit pada tikus umumnya berupa cacing yang hidup pada saluran pencernaan yaitu cacing dari golongan trematoda, nematoda, cestoda dan acanthocepala (Brown, 1979 dan Levine, 1990). Ektoparasit yang umum terdapat pada tikus adalah pinjal, kutu, tungau, dan caplak (Hati, 1979).Dalam pencegahan penyakit yang disebabkan oleh tikus maka perlu memperhatikan populasi tikus. Beberapa jenis - tikus yang ada di lingkungan pemukiman daerah tropis adalah Rattus - rattus tenezumi temminh (tikus atap), Rattus norvegicus (tikus got), dan Rattus ratus (tikus rumah). Adanya tikus di lingkungan rumah perlu diwaspadai karena dapat membawa ektoparasit (pinjal) yang berpotensi menularkan penyakit pes,murine thypus, dan tularaemia.Kampus Universitas Pattimura Ambon memiliki banyak gedung-gedung. Di antaranya Gedung Rektorat dan Perpustakaan, yang di dalamnya banyak terdapat ruangan kosong atau ruang tempat penyimpanan yang jarang di masuki manusia, ruangan kosong inilah yang dijadikan tikus sebagai rumah sekaligus tempat berkembangbiak. Selain itu, Universitas Pattimura juga memiliki banyak kantin yang biasa digunakan oleh mahasiswa, pegawai bahkan dosen sebagai tempat makan pagi ataupun siang. Kantin yang berada dalam Universitas Pattimura di bangun sederhana dengan tingkat kebersihan dan kesterilan yang belum diketahui. Dalam aktivitasnya sehari-hari ditempat tersebut menghasilkan sisa makanan/ sampah, dan jika tidak dibersihkan dalam waktu yang cepat maka akan terjadi lingkunagn yang kotor dan tempat inilah yang sangat disukai tikus untuk mempertahankan hidupnya. Tikus yang terinfeksi ektoparasit menjadi vektor dan membawa berbagai jenis penyakit yang dapat menular kepada manusia sehingga perlu dilihat gambaran darah dari tukis tersebut Sebagai hewan coba selayaknya kelengkapan data biologis dan fisiologis tikus itu sendiri sangat diperlukan, baik itu mengenai hematologinya maupun data lain yang turut mendukung. Salah satu data penting adalah data fisiologi darah, karena darah merupakan fungsi homeostatis tubuh. Benirschke et al. (1978) melaporkan bahwa setiap galur tikus memiliki data fisiologis darah berbeda, bahkan pada galur long evans dan galur Sprague dawley data fisiologisnya darahnya juga dipengaharui usia dan jenis kelamin. Data fisiologi darah sangat dibutuhkan karena darah merupakan parameter fisiologi yang sangat penting dalam hubungan tikus sebagai vektor pembawa penyakit. B. Perumusan MasalahDalam penelitian ini akan dikaji permasalahan sebagai berikut :1. Analisis Gambaran darah tikus yang terinfeksi ektoparasit di daerah universitas pattimura-kampus poka ambon ?C. Tujuan Penilitian.Penelitian ini bertujuan1. Untuk Mengetahui gambaran darah dari tikus yang terinfeksi ektoparasit di daerah universitas pattimura-kampus poka ambon

D. Manfaat PenilitianManfaat penelitian ini adalah data fisilogis darah yang didapat, menjadi dasar pendukung untuk melakukan penilitian lanjutan tentang analisis gambaran darah tikus lainnya.