bab-i
DESCRIPTION
bab iTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan Ortodonti mempunyai riwayat yang panjang, anjuran tertulis
yang pertama mengenai perawatan aktif dibuat oleh Aurelius Cornelius
Celsus (25 SM-50M) yang pada ketujuh buku Medicinenya, memperkenalkan
penggunaan tekanan jari untuk memperbaikisusunan gigi yang tak teratur.
Pada beberapa tahun terakhir ini, jumlah perawatan ortodonti yang dilakukan
sudah meningkat dengan tajam, dan sudah dilakukan beberapa cara untuk
mendefinisikan kebutuhan akan perawatan ortodonti.
Perawatan ortodonsi mencakup memperbaiki anomali dari oklusi dan
posisi gigi gigi sejauh dibutuhkan dan sebisa mungkin. Sampai saat ini
rencana perawatan yang cermat berperan penting seperti halnya perawatan itu
sendiri, karena bila tidak dilakukan perencanaan dengan akurat, perawatan
tidak akan berhasil.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terutarna orang tua dan pasien anak
terhadap kesehatan gigi dan. mulut dewasa ini menyebabkan jumlah anak
dengan gigi berjejal yang menjalani perawatan juga bertambah. Ada beberapa
cara perawatan gigi berjejal di antaranya dengan melakukan seri ekstrasi.
Ekstraksi seri adalah suatu metode perawatan ortodonti dalam periode gigi
bercampur untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi permanen, dengan
jalan melakukan pencabutan gigi-gigi yang dipilih pada interval waktu yang
tertentu, serta menurut cara-cara yang telah direncanakan dengan observasi
dan diagnosa yang tepat dan teliti. Pencabutan gigi tidak dapat dilakukan
tanpa memperhatikan faktor indikasi, kontra lndikasi, keuntungan dan
kerugian. Dengan melakukan perawatan seri ekstraksi diharapkan maloklusi
gigi berjejal dapat dikoreksi sehingga mencapai hasil yang baik, di samping
dapat menekan biaya perawatan.
1
Berikut ini merupakan kasus dalam scenario :
Seorang bapak dating ke RSGM UJ ingin memeriksakan gigi anak laki-
lakinya yang berumur 9 tahun. Bapak mengeluhkan gigi depan anaknya tidak
rata.
Hasil pemeriksaan Intra Oral :
- Memiliki gejala DDM dengan keempat insisif permanen RA dan RB
berdesakan.
- Gigi 12 dan 22 palatoversi.
- Gigi 32 dan 42 linguoversi.
- Gigi 53, 54, 55, 63, 64, 65, 74, 75, 83, 84, dan 85 daalam kondisi baik.
Hasil pemeriksaan RO :
- Benih gigi 13, 14, 15, 23, 24, 25, 33, 34, 35, 43, 44 dan 45 lengkap dengan
pola erupsi normal.
Hasil analisa model :
- Klasifikasi Maloklusi kelas I Angle.
- Relasi molar permanen neutroklusi.
- Diskrepansi / kekurangan tempat RA = 11 dan RB 10.
Diagnosis : Kelas I Angle dengan berdesakan anterior.
Berdasarkan kasus di atas, maka perlu pemahaman tentang prosedur ekstraksi
seri dan juga dasar-dasar ilmu yang menyertai.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Disharmoni Dento Maxilar ?
2. Bagaimana prosedur ekstraksi seri pada skenario ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang Disharmoni Dentomaxilar.
2. Mengetahui dan memahami prosedur ekstraksi seri pada skenario.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Disharmoni Dento Maxilar ( DDM )
Disharmoni dentomaksiler merupakan disproporsi besar gigi
dengan lengkung geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor
herediter atau keturunan, misalnya seorang anak mewarisi ukuran gigi
ibunya yang cenderung berukuran kecil dan anak tersebut mewarisi
ukuran lengkung geligi ayahnya yang berukuran relatif besar. Sehingga
terjadi diastema menyeluruh dikarenakan disproporsi ukuran gigi dan
lengkung geligi. Selain itu ada beberapa faktor lain yang juga
mendukung timbulnya kelainan ini, yaitu faktor lokal seperti gaya hidup,
misalnya anak tersebut kurang mengkonsumsi makanan keras sehingga
pertumbuhan rahang kurang maksimal, dan ukuran rahang menjadi lebih
kecil dari ukuran yang seharusnya. Hal ini menyebabkan DDM tipe
transitoir. Pada DDM tidak harus terjadi pada kedua rahang ataupun pada
kedua sisi, DDM bisa terjadi hanya pada salah satu sisi ataupun pada
salah satu rahang. Namun pada umumnya DDM lebih sering terlihat pada
rahang atas, karena lengkung rahang untuk tempat erupsi gigi permanen
pada rahang atas hanya terbatas pada tuberositas maksila saja, sedangkan
pada rahang bawah sampai pada ramus ascenden. DDM dibagi menjadi
tiga tipe :
1. Tipe berdesakan, merupakan keadaan yang sering dijumpai
yaitu ukuran gigi-gigi yang berukuran besar pada lengkung
geligi yang normal, atau ukuran gigi normal pada lengkung
geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi
berdesakan.
2. Diastema menyeluruh, tidak adanya harmoni antara besar
gigi dan lengkung gigi yaitu ukuran gigi kecil dengan
4
lengkung geligi normal ataupunukuran gigi normal dengan
lengkung geligi yang besar.
3. Tipe transitoir, ketidakharmonisan erupsi gigi dengan
pertumbuhan tulang, yang menyebabkan gigi berdesakan.
DDM tipe transitoir ini bisa terkoreksi seiring
bertambahnya usia karena pertumbuhan tulang rahang dan
ukuran gigi tetap, sehingga baketerlambatan pertumbuhan,
maka tidak dianjurkan melakukan pencabutan karena dapat
menyebabkan diastema. Untuk mendiagnosa DDM tipe
transitoir bisa dilakukan perbandingan antara gambaran
normal gigi geligi saat itu dengan gamaran dari gigi pasien.
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi
dapat merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM. Dimana
apabila ekstraksinya dilakukan secara tepat maka tidak akan terjadi
maloklusi pada rongga mulut. Namun jika diagnosa dilakukan terlambat
(umur 11-12 tahun) maka perawatan DDM tidak hanya cukup dengan
ekstraksi seri saja, terapinya perlu dilanjutkan dengan penggunaan alat
orthodonsi untuk menaroik gigi canius ke distal dan dan meletakkan
insisivus lateral dalam lengkung gigi yang baik dan benar. (Buku Ajar
Orthodonsi 2. 2003. 54-55)
2.2 Definisi Ekstraksi Seri
Ekstraksi seri merupakan suatu metode untuk melakukan
perawatan orthodonti dalam periode geligi campuran (mixed dentition)
untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi - gigi tetap (permanent
dentition) dengan jalan melakukan pencabutan gigi - gigi yang dipilih pada
interval waktu yang tertentu serta menurut cara - cara yang telah
dilaksanakan dengan observasi dan diagnosa yang tepat dan teliti sehingga
merupakan suatu prosedur yang memerlukan kesabaran dan penelitian
yang lama tanpa memakai alat orthodonti. Jadi, merupakan suatu cara
5
untuk mendapatkan koereksi sendiri (self correction). (Buku Ajar
Orthodonsi 2. 2003. 67)
2.2.1 Tujuan Ekstraksi Seri
Menuntun dan mengontrol erupsi gigi-gigi permanen dalam
lengkung rahang dan untuk mencegah agar tidak terjadi maloklusi
pada gigi permanen. Hal ini dilakukan dengan jalan mencabut baik
gigi-gigi sulung maupun gigi permanen secara berurutan dalam
interval waktu tertentu
2.2.2 Indikasi dan kontraindikasi Ekstraksi Seri
Indikasi :
Adanya Disharmony Dento-Maksiler.
Pada fase geligi pergantian.
Perawatan hanya dapat dilakukan bila diyakini bahwa basis
apikal terlalu kecil untuk memuat semua geligi dalam
lengkung yang rata.
Protrusi bimaksilar.
Pada maloklusi kelas I.
Pada maloklusi kelas II divisi 1.
Tanggal gigi sulung satu atau lebih yang mengakibatkan
lengkung gigi menjadi pendek.
Kontraindikasi :
Maloklusi klas I angle dengan kekurangan tempat yang kecil (sedikit berdesakan).
Ada mutilasi.
Deep overbite atau open bite.
Maloklusi kelas II divisi 2 dan kelas III.
6
2.2.3 Kelebihan dan kekurangan Ekstraksi Seri
Kelebihan :
Dapat meratakan gigi berjejal.
Dapat digunakan sebagai preventif sehingga perawatan
untuk memperbaiki maloklusi tidak memerlukan waktu
yang lama.
Mengurangi resiko karies oleh karena gigi yang berjejal.
Memungkinkan pergerakan secara fisiologis dari gigi
insisivus setelah ada ruangan dengan jalan pencabutan
decidui. (http://repository.usu.ac.id.pdf)
Kekurangan :
Mungkin dapat merintangi pertumbuhan:
Terjadinya pergerakan ke distal gigi kaninus dan
insisivus karena kurangnya tekanan kea rah mesial dari
premolar.
Mengurangi prognatisme alveolar.
Merintangi pertumbuhan ke depan rahang atas.
Bertambahnya overbite.
Miringnya gigi insisivus ke bawah kea rah lingual.
Terbentuknya banyak jaringan parut yang akan merintangi
atau menghambat erupsi gigi permanen.
Masuknya atau menonjolnya lidah ke ruangan pencabutan.
Hal ini akan mengganggu erupsi dan susunan yang baik
gigi-gigi tetap yang telah bererupsi.
Sering terjadi setelah pencabutan suatu gigi, ruangannya
tidak dapat tertutup seluruhnya. Penutupan ruangan yang
disebabkan oleh gigi-gigi belakang migrasi ke mesial dan
ketidakharmonisan intergiditasi atau hubungan antar tonjol
gigi-geligi, dapat menyebabkan traumatik oklusi.
7
Bila ruangan yang terjadi akibat suatu pencabutan tetap
terbuka maka pada saat mulut dibuka akan terlihat. Hal ini
akan mengganggu penampilan wajah yang berhubungan
dengan faktor estetik. (Amirudin. 2002)
2.2.4 Kemungkinan tindakan dalam Ekstraksi Seri
Pelaksanaan ekstraksi seri yang mungkin dilakukan sebagai berikut :
- Kaninus sulung > m1 > P1
- Kaninus sulung > P1
Pencabutan kaninus sulung :
Untuk memberi tempat bagi insisif permanen agar dapat
terletak baik dalam lengkung.
Perlu dipikirkan untuk tempat C permanen > setelah + 1 th,
I permanen terletak baik, perlu dilakukan foto lokal, bila
semua benih ada dan letaknya baik > tentukan rencana
perawatan selanjutnya.
8
Gambar. Pencabutan P1
Pencabutan m1 & P1 :
Di RA tidak dilakukan pencabutan m1, karena biasanya P1
lebih dulu dari caninus > biarkan erupsi sendiri dengan
meresopsi m1.
Di RB > kaninus sering erupsi lebih dahulu dari P1.
Pencabutan P1 :
Dilakukan bila kaninus permanen sudah waktunya erupsi,
sebab kalau terlalu cepat dicabut > kemungkinan besar M1
dan m2 akan bergeser ke mesial sehingga tempat untuk
kaninus permanen menjadi berkurang.
2.2.5 3 Kemungkinan Tindakan dalam Ekstraksi Seri :
Kalau gigi P1 akan erupsi lebih dulu dari gigi C (RA) >
dibiarkan gigi m1 tanggal sendiri dan gigi P1 tumbuh.
Atau gigi C dan gigi P1 akan erupsi bersama-sama > perlu
pencabutan gigi m1 agar gigi P1 erupsi lebih dulu dari gigi
C >> kalau gigi P1 sudah erupsi > dicabut untuk memberi
tempat bagi gigi C.
9
Kalau gigi C erupsi lebih dulu dari gigi P1, maka
seharusnya gigi m1 dan benih gigi P1 diambil bersama-
sama untuk memberi tempat bagi gigi C.
Untuk menghindari operasi pada anak-anak, dilakukan cara lain:
Mencabut m1, setelah 6 bulan m2 dicabut, supaya P1 erupsi
agak ke distal diatas benih P2, bila P1 telah erupsi > harus
dicabut >> perlu pemakaian space maintainer supaya M1
tidak bergerak ke mesial
10
BAB III
MAPPING
Pemeriksaan
Intra Oral Rontgen
Diagnosa
Maloklusi Kelas 1 Angle & DDM
Rencana perawatan dan Ekstraksi seri
Indikasi dan kontraindikasi Prosedur Komplikasi
11
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Disharmoni Dento Maxilar
Disharmony dento maksiler (DDM) adalah suatu keadaan disproporsi
antara besar gigi dan rahang dalam hal ini lengkung gigi. Menurut Anggraini
(1957) etiologi disharmoni dentomaksiler adalah faktor herediter. Karena
tidak adanya harmoni antara besar gig dan lengkung gigi maka keadaan klinis
yang dapat dilihat adalah adanya lengkung gigi dengan diastema yang
menyeluruh pada lengkung geligi bila gigi-gigi kecil dan lengkung geligi
normal, meskipun hal ini jarang dijumpai. Keadaan yang sering dijumpai
gigi-gigi yang besar pada lengkung gigi-gigi yang normal atau gigi yang
normal pada lengkung geligi yang kecil sehingga menyebabkan letak gigi
berdesakan.
Gejala klinis DDM :
Fase gigi sulung : tidak ada monkey gaps, yaitu diastema fisiologis gigi
sulung antara gigi I2 dan C.
Fase geligi campuran :
- Palatoversi dari I2 rahang atas, ini dikarenakan pada saat I1 rahang
atas akan tumbuh dia meresopsi akar dari i1 dan i2 sulung, sehingga I1
dapat tumbuh sempurna. Saat I2 akan tumbuh gigi tersebut tidak
dapat meresopsi akar dari gigi c sulung sehingga I2 tumbuh secara
palatoversi.
- Gigi C eksostem, ini di karenakan pada saat I2 akan tumbuh, gigi
tersebut meresopsi akar c sulung, kemudian m1 sulung di gantikan
oleh P1, jadi saat gigi C akan tumbuh, gigi tersebut kekurangan
tempat. Karena letak benih dari gigi C berada di labial maka gigi
tersebut menjadi labioversi, atau keluar dari lengkung gigi yang
berada (eksostem).
12
4.1.1 DDM ini Dibagi Menjadi 2 Kelompok Besar :
a. Crowded (Berdesakan)
Ditandai dengan exostem gigi caninus permanen . Pada
DDM crowded terjadi ketidakseimbangan antara
volume rahang dan gigi, karena faktor herediter.
Misalnya volume rahang kecil tetapi ukuran gigi
normal atau dapat juga volume rahang normal tetapi
ukuran gigi besar. Ada patokan range mesial distal
secara umum untuk menentukan ukuran suatu gigi
apakah gigi tersebut masuk kedalam kategori berukuran
besar atau kecil.
Urutan erupsi gigi RA : 6-1-2-4-5-3-7-8
Urutan erupsi gigi RB : 6-1-2-3-4-5-7-8
Gigi yang mengalami erupsi pertama kali adalah gigi I1
RA dan gigi tersebut berukuran cukup besar sehingga
membutuhkan tempat yang luas. Karena volume gigi I1
yang sangat besar, gigi ini tidak cukup hanya
meresorbsi gigi I1 sulung, tetapi jugan meresorbsi I2
sulung yang pada akhirnya menyebabkan I2 sulung
tanggal prematur. Selanjutnya gigi I2 permanen erupsi
namun gigi ini tidak memiliki tempat yang cukup,
sehingga I2 permanen meresorbsi gigi C sulung
sehingga C sulung tanggal prematur. Yang nantinya
berakibat C permanen tidak mendapatkan tempat
sehingga terjadi exostem.
Jika ada kondisi dimana terdapat gigi I2 di palatal,
maka gigi tsb akan erupsi ke arah incisal dengan cara
bergerak ke labial sehingga sesuai dengan lengkung
gigi.
I2 permanen atas palatoversi : karena gigi tersebut
gagal meresorbsi gigi C sulung sehingga sehingga C
13
sulung tidak tanggal prematur dan gigi tsb juga tidak
punya tempat hingga akhirnya gigi itu tumbuh di
tempat benih itu tertanam.
Gejala DDM jarang nampak di RB karena urutan erupsi
RB tumbuh secara berurutan. Jadi kebanyakan pada RB
DDM tidak menunjukkan gejala klinis. Gejala klinis
DDM :
1. Ke 4 insisiv tumbuh di lengkung gigi yang benar dan
C exostem.
2. I2 permanen palatoversi dengan C normal pada
lengkungnya atau C exostem, sedangkan I2
permanen normal.
Penyebab erupsi tidak sesuai dengan urutan adalah
karena multifaktor, diantaranya karena adanya
dorongan dari gigi-gigi yang akan erupsi dan akarnya
sudah terbentuk.
Persistensi gigi sulung : gigi permanen yang senama
dengan gigi sulung sudah erupsi tetapi gigi sulung tsb
tidak teresorbsi oleh gigi permanen tsb. Karena gigi
permanen tsb bergerak ke incisal dan labial.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi gerak gigi:
- Tidak punya daya erupsi.
- Impacted.
Klasifikasi maloklusi menurut Angle, menyatakan
relasi RA dan RB dengan menggunakan patokan M1
permenen RA dan RB.
14
1. Angle Klas 1 (Neutroklusi): Cusp mesio bukal M1
RA berkontak dengan bukal groove M1 RB.
2. Angle Klas 2 (Distoklusi): Cusp mesio bukal M1 RA
saat oklusi berada diantara P2 dan M1 RB.
3. Angle Klas 3 (Mesioklusi): Cusp mesio bukal M1
RA berada diantara M1 dan M2 RB.
b. Multiple Diastema
Merupakan space antara dua gigi (dimana terlihat
gingiva) yang bersebelahan. Jika ada diantara gigi I1
permanen disebut diatema sentral. Diastema terjadi
karena :
1. Volume rahang normal tapi gigi kecil.
2. Volume gigi normal tapi volume rahang kecil.
Untuk mendeteksi DDM Diastema dapat dilihat dari
jumlah gigi yang hilang, gigi tanggal prematur, ukuran
gigi, dan ukuran rahang. Tidak semua diastema
multiple dikarenakan oleh DDM. Jadi harus dilihat dari
berbagai macam faktor.
c. dan ada juga yang menambahkan DDM Transitoir
Terjadi karena keterlambatan pertumbuhan skeletal,
namun gigi sudah mulai nampak tumbuh. Hal ini dapat
diketahui dengan hasil rontgen. Jika gigi sudah tumbuh tapi
rahang belum berkembang, dapat dilakukan foto rontgen
metacarpal yang bertujuan untuk melihat epifisisnya apakah
sudah menutup atau belum.
15
4.1.2 Tanda- Tanda DDM Di Regio Anterior:
Tidak adanya diastema fisiologis pada fase geligi sulung
dapat menimbulkan suatu dugaan bahwa akan timbul kondisi
gigi berdesakan saat gigi permanen erupsi. Hal ini didasari pada
kondisi gigi- gigi sulung yang tersusun rapat, sehingga insisive
central permanen yang akan erupsi, selain akan meresorpsi
insisive central juga akan meresorpsi insisive lateral sulung
secara besamaan. Pada akhirnya, insisive lateral sulung tanggal
prematur, sehingga menyediakan tempat yang cukup untuk
insisive central permanen erupsi pada lengkung gigi yang benar/
posisi yang normal.
Namun, dilain pihak hal ini merugikan insisive lateral
dan atau caninus permanen yang akan erupsi. Pada saat insisive
lateral permanen akan erupsi, timbul dua kemungkinan yang
dapat terjadi. Kemungkinan pertama, insisive lateral permanen
akan tumbuh normal jika akar caninus sulung teresorpsi,
sehingga caninus sulung akan tanggal prematur. Hal ini nantinya
dapat menyebabkan caninus permanen tumbuh di luar lengkung
gigi yang benar karena tidak memiliki tempat yang cukup. Pada
kondisi DDM yang parah, dapat pula terjadi kondisi dimana
insisive lateral permanen berkontak dengan molar pertama
sulung.
Kemungkinan kedua yaitu, insisive lateral pemanen tidak
akan meresorpsi akar caninus sulung, sehingga insisive lateral
ini akan tumbuh di palatal, sesuai dengan letak benih
permanennya berasal. Hal ini menguntungkan bagi caninus
permanen yang mana dapat tumbuh normal pada lengkung
rahang yang benar.
16
4.2 Prosedur Ekstraksi Seri Pada Skenario
4.3
Ekstraksi Seri Rahang Atas :
Insisiv berdesakan
Caninus sulung dicabut
Insisiv yang berdesakan terkoreksi secara spontan
Molar pertama sulung dicabut untuk mempercepat erupsi premolar
pertama
Premolar pertama dicabut bila kaninus permanen akan erupsi
Premolar kedua dan Caninus erupsi, diastema perlu dikoreksi
dengan piranti ortodonti untuk mendapatkan hasil akhir yang baik
Ekstraksi Seri Rahang Bawah :
17
3 3
5 5
4 4
V IV III 2 1 1 2 III IV V
V IV III 2 1 1 2 III IV V
3 3
4 4
5 5
Ekstraksi gigi caninus sulung untuk memberi tempat pada insisif
permanen supaya dapat terletak baik dalam lengkung rahang, gigi
caninus permanen akan erupsi lebih dulu dari gigi
premolar,seharusnya gigi molar sulung dan benih gigi permanen
diambil bersama sama untuk memberi tempat pada caninus permanen
tetapi pengambilan benih gigi tersebut dilakukan dengan bedah, pada
anak usia 9 tahun ada cara lain untuk menghindari pembedahan yaitu
dengan cara mencabut gigi molar sulung dan sesudah kira kira 6 bulan
molar sulung kedua dicabut supaya nantinya gigi premolar 1 dalam
erupsinya agak ke distal diatas benih gigi premolar 2 dan apabila
premolar1 tersebut sudah erupsi, maka gigi p1 dicabut untuk
menempatkan posisi gigi premolar2 yang terahir tumbuh pada
lengkung rahang bawah.
18
BAB V
KESIMPULAN
Disharmoni Dento Maksila merupakan salah satu etiologi dari maloklusi
dimana terjadi ketidak seimbangan antara volume gigi dengan ukuran lengkung
rahang. Pada umumnya terdapat 2 jenis DDM yaitu DDM dengan gejala gigi
berdesakan dan DDM dengan adanya multiple diastema, namun ada juga yang
menambahkan bahwasanya ada DDM transitoir.
DDM berdesakan dapat disebabkan oleh karena ukuran gigi yang normal
namun lengkung rahangnya kecil atau ukuran rahang yang normal dengan ukuran
gigi yang besar (makrodonsia), kemudian DDM multiple diastema disebabkan
karena adanya ukuran gigi yang normal dengan lengkung rahang besar atau
ukuran rahang normal dengan ukuran gigi yang kecil (mikrodonsia) sedangkan
untuk DDM transitoir ini disebabkan oleh karena adanya asynkronisme dari gigi -
gigi dan pertumbuhan tulang (umur gigi tidak sesuai dengan umur tulang).
Perawatan pada kasus DDM adalah sangat sederhana bahkan bisa
dikatakan apabila diagnosa dilakukan sejak dini oleh seorang dokter gigi dapat
merencanakan serial ekstraksi pada penderita DDM, dimana serial ekstraksi
merupakan metode untuk melakukan perawatan orthodonti dalam periode geligi
campuran (mixed dentition) untuk mencegah terjadinya maloklusi pada gigi - gigi
tetap (permanent dentition) dengan jalan melakukan pencabutan gigi - gigi yang
dipilih pada interval waktu yang tertentu.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin. 2002. Hal-Hal Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Melakukan
Ekstraksi Seri Pada Gigi Berjejal Anterior. Sumatera Utara: USU e-
Repository.
Foster T.D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi III. Jakarta: EGC
Herniyati, drg, dkk. 2003. Buku Ajar Ortodonsia 2. Percetakan Fakultas
Kedokteran Gigi Jember, Jember.
Rahardjo, Pambudi. 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya : Airlangga University
Press
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/8454/1/930600003.pdf)
20