bab i
DESCRIPTION
nTRANSCRIPT
![Page 1: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/1.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seorang dokter mempunyai banyak cara bagaimana ia mendiagnosis,
menangani, dan mengobati penyakit pasien. Salah satu alat yang penting yang
harus dimiliki seorang dokter adalah kemampuan untuk melakukan wawancara
secara efektif. Wawancara yang dilakukan mampu untuk menggali data yang
perlukan untuk mengerti dan dalam proses untuk meningkatan pengertian dan
kepatuhan pasien terhadap dokter.1
Pemeriksaan psikiatri berbeda dengan pemeriksaan medik umum, dalam
hal perhatian khusus yang diarahkan pada manifestasi fungsi mental,
emosional, dan pelaku. Pemeriksaan dilakukan untuk menyusun laporan
tentang keadaan psikologik dan psikopatologi pasien (status psikiatri). Data
khusus psikiatri yang menghasilkan dari suatu pemeriksaan psikiatri adalah data
perihal fungsi kejiwaan yang diperoleh melalui observasi penampilan dan
perilaku pasien, pengamatan interaksi antara dokter dan pasien dan
lingkungannya, dan pemahaman humanistic sang dokter dengan pasiennya.
“Alat pemeriksaan psikiatri adalah kepribadiian dokter sendiri”.2
Wawancara psikiatri awal adalah suatu tindakan yang kreatif. Wawancara
ini mempelajari tentang gerakan-gerakan dan perubahan. Wawancara ini unik.
Keadaan-Keadaan, lingkungan, dan orang-orang yang terlibat tidak dapat
menduplikasi interaksi mereka sendiri sekalipun, mereka tidak biasa karena
setiap kalimat hubungan mereka berubah dengan halus. Dengan setiap kalimat
mereka mendapatkan fenomena baru. Kreativitas ini didasari oleh 2 perinsip
yang sangat mendasar: 1 pasien harus dapat terlibat dengan dalam, dan yang ke
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
1
![Page 2: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/2.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
2 data dasar yang menyeluruh dan valid harus dapat dikumpulkan dalam waktu
yang sangat terbatas.3
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
2
![Page 3: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/3.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Wawancara Psikiatri
Wawancara psikiatri adalah pemeriksaan yang diarahkan dari data yang di
ungkapkan dalam pembicaraan antara dokter dan pasien. Wawancara
merupakan wadah utama pemeriksaan psikiatri dan secara teknis sukar
dipisahkan, misalnya antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikis, dan
antara bidang bidang khusus pemeriksaan psikis. Sambil membicarakan
keluhan-keluhannya, pasien akan berbicara dengan nada emosional tertentu,
mengutarakan pikiran-pikiran tertentu, dan memperlihatkan perilaku motorik
pula. Dari satu pertanyaan dapat diperoleh respon pasien atau data pada
beberapa bidang sekaligus, juga dari isi pertanyaan itu dengan cara
menyatakanya.2
Agar wawancara dapat menghasilkan data yang dapat diandalkan
hendaknya senantiasa diusahakan untuk menciptakan dan memelihara
hubungan yang optimal antara dokter pasien. Wawancara selalu mengandung
tanggung jawab baik diagnostic maupun terapeutik. Berhadapan dengan pasien
dokter mempengaruhi pasiennya dengan sikap dan perkataanya, dari saat ke
saat membuat pasien lebih tenang atau malah lebih tegang, membuatnya lebih
terbuka atau tertutup, membuatnya lebih percaya atau lebih curiga. Selalu ada
pengaruh terapeutik atau kontratrapeutik dalam proses wawancara, tidak pernah
netral.2
Pada umumya wawancara akan efektif jika berlangsung dengan
alamiah(natural), dengan nada yang mirip “percakapan biasa” tidak kaku atau
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
3
![Page 4: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/4.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
seperti serangkaian gaya kuisoner yang “ditembakkan” kepada pasien.
Wawancara juga akan lebih efektif bila tidak memberi kesan bahwa dokter
“memburu” gejala, rajin berusaha menemukan dan mengumpulkan sifat-sifat
psikopatologik saja pada pasiennya, bahkan kadang-kadang dengan mencoba
“memprovokasi” gejala-gejala itu.2
2.2 Tujuan Wawancara Psikiatri
Yaitu adalah (a) membuat diagnosis, (b) memperkirakan keparahan pasien, (c)
memutuskan tindakan awal, (d) mengembangkan hubungan terapeutik dengan
pasien, (e) membangun pemahaman dinamik pasien, dan (f) melibatkan pasien
dalam psikoterapi.1
Tujuan utama dari wawancara psikiatri adalah(institute of psychiatry, 1973).2:
a. Untuk mendapatkan informasi
b. Untuk menilai emosi sikap pasien
c. Untuk berperan suportif dan mempermudah memahami pasien. Hal ini
merupakan dasar hubungan kerja selanjutnya dengan pasien.
2.3 Teknik Wawancara
Wawancara ideal adalah wawancara dimana pewawancara mulai dengan
pertanyaan terbuka yang luas, dilanjutkan dengan pertanyaan yang lebih
spesifik, dan tertutup dengan pertanyaan yang langsung terperinci.1
Teknik wawancara umum :1
a. Dapatkan rapport seawal mungkin dalam wawancara
b. Tentuksn keluhan utama pasien
c. Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan diagnose banding pasien
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
4
![Page 5: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/5.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
d. Singkirkan atau masukan berbagai kemungkinan diagnose dengan
menggunakan pertanyaan yang terpusat dan terperinci
e. Ikuti jawaban yang samar-samar atau tidak jelas dengan cukup gigih untuk
menentukan dengan akurat jawaban pertanyaan
f. Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas untuk mengamati bagaimana
kuatnya pikiran berkaitan
g. Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan tertutup
h. Jangan takut menanyakan tentang topik yang anda atau pasien rasakan sulit
atau memalukan
i. Tanyakan tentang pikiran bunuh diri
j. Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan pertanyaan pada akhir
wawancara
k. Simpulkan wawancara
Teknik wawancara spesifik :1
a. Teknik Refleksi
Dokter mengulangi dengan cara yang suportif sesuatu yang telah dikatakan
pasien. Tujuan dari refleksi adalah: untuk meyakinkan dokter bahwa ia telah
mengerti secara tepat apa yang dicoba dikatakan pasien, dan untuk
membiarkan pasien mengetahui bahwa dokter memperhatikan apa yang
dikatakannya.
b. Teknik Konfrontasi
Adalah alat untuk membantu pasien menghadapiapa yang perlu dihadapi
dengan cara langsung tapi dengan cara terhormat.
c. Teknik Interprestasi
Paling sering digunakan jika dokter menyatakan sesuai mengenai perilaku
atau pikirkan pasien yang mungkin tidak disadari oleh pasien. Teknik
mengharuskan dokter mendengarkan secara cermat terhadap tema dan pola
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
5
![Page 6: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/6.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
dasar dari cerita pasien. Interpertasi biasanya membantu menjelaskan
hubungan timbal-balik yang mungkin belum terlihat oleh pasien. Teknik ini
sulit dan biasanya digunakan hanya setelah dokter mendapat relasi dengan
pasiennya dan mempunyai gagasan yang cukup baik mengenai apa
hubungan timbal balik itu.
d. Teknik Transisi
Memungkinkan dokter menyampaikan gagasan bahwa telah cukup
didapatkan informasi mengenai satu subjek. Hal ini mendorong pasien untuk
melanjutkan kepada subjek lain
e. Penyajian Terakhir
Dokter dapat mengambil waktu dan secara singkat meringkaskan apa yang
telah dikatakan oleh pasien dan dokter menjelaskan rencana pengobatan
kepada pasien dalam bahasa yang mudah dimengerti dan membiarkan pasien
merespon dan menanyakan pertanyaan.
f. Dorongan Positif
g. Nasehat
Memulai Wawancara
Pasien sering merasa cemas pada saat pertama kali berhadapan dengan dokter,
merasa lemah dan terintimidasi. Seorang dokter dapat menempatkan pasien
pada perasaan tenang, menunjukan rasa hormat adalah jalan yang baik untuk
melakukan pertukaran informasi yang produktif. Pertukaran tersebut penting
untuk menyusun diagnosis yang tepat dan menegakkan tujuan pengobatan.1
Dokter pada awalnya harus memastikan bahwa ia mengetahui nama pasiennya
dan pasien mengetahui nama dokternya. Dokter harus memperkenalkan dirinya
sendiri kepada setiap orang yang datang bersama pasien. Jika pasien
menyatakan keinginan yang empatik untuk kehadiran orang lain selama
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
6
![Page 7: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/7.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
wawancara pertama, permintaan tersebut harus dihormati. Karena kehadiran
orang lain mungkin menghilangkan kecemasan pasien mengenai wawancara.
Tetapi dokter harus berusaha untuk berbicara dengan pasiennya secara
individual untuk memastikan bahwa pasien mempunyai kesempatan untuk
mengatakan sesuatu yang mungkin pertama kali pasien sampaikan.1
Membuka Pertanyaan
Jika telah memperkenalkan diri dan melakukan pemeriksaan awal lainya,
ucapkan awal yang berguna dan tepat adalah, “ Dapatkah Anda menceritakan
mengenai masalah yang membawa Anda datang hari ini?”1
2.4 Wawancara yang baik
Dalam wawancara yang baik dokter dan pasien menemukan secara
terperinci apa yang mengganggu pasien. Dokter harus melakukan wawancara
dalam cara yang sistematisyang mempermudah identifikasi masalah yang
relevan dalam konteks kerja sama yang empatik dan berkelanjutan dengan
pasien.1
Isi wawancara secara harfiah adalah apa yang dibicarakan antara dokter-
pasien, topic yang dibicarakan, subjek yang terjadi secara non verbal antara
dokter dan pasien. Apa yang terjadi pada wawancara, proses melibatkan
perasaan dan reaksi yang tidak dinyatakan atau tidak disadari. Banyak faktor
yang mempengaruhi baik isi dan proses wawancara, yaitu:1
a. Kepribadian pasien dan gaya karakternya sangat mempengaruhi reaksi dan
konteks emosional dimana wawancara dikembangkan
b. Berbagai situasi klinis termasuk apakah pasien ditemui dibangsal umum
rumah sakit atau dibangsal psikiatri
c. Faktor teknik, menggunakan penerjemah, dan kenyamanan ruang
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
7
![Page 8: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/8.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
d. Pemilihan waktu melakukan wawancara
e. Gaya, Orientasi, Pengalaman pewawancara
2.5 Melakukan Wawancara
Ada tujuh fase wawancara dan empat komponennya:1
Fase Rapport Status Mental Teknik Diagnosis
Pendahuluan Biarkan pasien
tenang, tentukan
batas-batas
Amati
penampilan,
fungsi
psikomotor,
bicara, pikiran,
afek, orientasi,
daya ingat
Pilih pertanyaan
yang produktif
Catat petunjuk
diagnosis dari
perilaku pasien
Penyaringan
masalah
Empati dengan
penderitaan,
menjadi
pendengar yang
menghibur
Gali mood, daya
ingat,
pertimbangan
Mulai dengan
pertanyaan
penyaring yang
luas
Klasifikasikan
keluhan utama,
nilai gejala,
keparahan,
perjalanan
stressor, daftarkan
diagnosis banding
Follow up kesan
pertama
Menjadi teman,
buat pergeseran
dalam topic
menjadi jelas
Nilai kecepatan
berpikir,
kemampuan
mengahlikan
situasi
Alih topik,
lanjutkan dari
pertanyaan
terbuka kepada
pertanyaan
tertutup
Jelaskan atau
singkirkan kesan
diagnostik
Konfirmasi
riwayat
Tunjukan
keahlian dan
minat
Nilai tanggung
jawab
Follow up,
ahlikan topic
Nilai perjalanan
penyakit, efek
pada kehidupan
social, keluarga,
dan riwayat medis
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
8
![Page 9: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/9.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
Perlengkapan data
dasar
Motivasi untuk
pengujian
Uji fungsi status
mental
Isilah celah-
celah, follow-up
petunjuk
Singkirkan
gangguan yang
tidak mungkin
Umpan balik Pastikan
penerimaan
diagnostis
Diskusikan
temuan status
mental, gali minat
dalam menolong
Jelaskan
gangguan dan
pilihan terapi
Tegakkan
diagnosis dan
prognosis
Kontak terapi Ambil peran
pemimpin
Buatlah
kesimpulan
tentang tilikan
Diskusi kontak
terapi
Perkiraan efek
terapi
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
9
![Page 10: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/10.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
BAB III
KESIMPULAN
Wawancara psikiatri adalah pemeriksaan yang diarahkan daridata yang di
ungkapkan dalam pembicaraan antar dokter dan pasien. Wawancara merupakan
wadah utama pemeriksaan psikiatri dan secara teknis sukar dipisahkan, misalnya
antara anamnesis dan pemeriksaan khusus psikis, dan antara bidang-bidang khusus
pemeriksaan psikis. Tujuan dari wawancara psikiatri adalah membuat diagnosis,
memperkirakan keparahan pasien, membangun pemahaman dinamik pasien, dan
melibatkan pasien dalam psikoterapi. Wawancara ideal adalah wawancara dimana
pewawancara mulai dengan pertanyaan terbuka dengan luas, dilanjutkan dengan
pertanyaan yang menjadi lebih spesifik, dan tertutup dengan pertanyaan langsung
yang terinci. Dalam wawancara yang baik dokter dan pasien menemukan secara
terperinci apa yang menggangu pasien. Dokter harus melakukan wawancara dalam
cara yang sistematis yang mempermudah identifikasi masalah yang relevan dalam
konteks kerja sama yang empatik dan berkelanjutan dengan pasien.
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
10
![Page 11: BAB I](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081908/5695d4bc1a28ab9b02a28d1e/html5/thumbnails/11.jpg)
RSU Dr. PIRNGADI MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis Psikiatri,
2. Elvira DS, Hadisukanto G.Buku Ajar Psikiatri,Badan penerbit fakultas
kedokteran Universitas Indonesia, 2013.
3. Kaplan HI, Saddock BJ.Buku Ajar Psikiatri Klinis,Jakarta,EGC,2010
Judul : WawancaraPsikiatriPembimbing : dr. H. Harun Parinduri, Sp.KJ (K)
11