bab i

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta perencanaan awal desain pondasi adalah menggunakan sistem Bore Pile. Akan tetapi setelah melakukan perundingan antara Konsultan Perencana, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas tentang dampak lingkungan dan lumpur yang akan keluar akibat sistem Bore Pile tersebut, pihak Kontraktor memutuskan untuk merubah sistem pondasi dari sistem Bore Pile ke sistem Jack in Pile. 1

Upload: edho-idho

Post on 08-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada proyek Pembangunan Gedung Laboratorium Fakultas

Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

perencanaan awal desain pondasi adalah menggunakan sistem Bore

Pile. Akan tetapi setelah melakukan perundingan antara Konsultan

Perencana, Kontraktor, dan Konsultan Pengawas tentang dampak

lingkungan dan lumpur yang akan keluar akibat sistem Bore Pile

tersebut, pihak Kontraktor memutuskan untuk merubah sistem pondasi

dari sistem Bore Pile ke sistem Jack in Pile.

Pemancangan dengan sistem Bore pile dikhawatirkan akan

mengotori jalan dan dapat mengganggu aktivitas warga sekitar proyek,

hal ini ditolak oleh pihak Kelurahan dikarenakan adanya pencanangan

program Adipura dari Kelurahan Cempaka Putih Timur. Dengan

pertimbangan dampak lingkungan yang akan terjadi apabila

menggunakan sistem Bore Pile dan adanya program pencanangan dari

1

Page 2: BAB I

pihak Kelurahan tersebut, serta setelah dilakukan perhitungan dari segi

penghematan biaya dan penghematan waktu penggunaan sistem Jack

in Pile dapat menghemat dan mempercepat pekerjaan pemancangan.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut menjadi dasar bagi pihak

Kontraktor, Perencana, dan Pengawas untuk melakukan perundingan

tentang dampak dan akibat yang akan ditimbulkan dengan pihak

Owner, maka dibuatlah keputusan untuk melakukan perubahan sistem

pondasi dari Sistem Bore Pile ke Sistem Jack In Pile.

Permasalahan muncul setelah dilakukan survey lapangan untuk

alat pancang Jack in yang akan digunakan pada saat pemancangan,

alat tersebut tidak dapat menjangkau titik pancang yang berada di

belakang gedung karena berbatasan langsung dengan tembok warga.

Jarak titik pancang pun berubah, jarak minimum alat pancang tersebut

adalah 80 cm dan untuk pemancangan diagonal hanya dapat

menjangkau 1 m dikarenakan dimensi alat yang cukup besar yaitu

lebar 2.4 m dan panjang 6 m.

Solusi untuk menggeser bangunan gedung tersebut ke depan

tidak dapat dilakukan karena adanya peraturan Dinas P2B yang

mengharuskan GSB ( Garis Sepadan Bangunan ) berada 6 meter dari

badan jalan. Dikarenakan peraturan tersebut, denah dari bangunan

tidak dapat berubah ataupun dimajukan ke depan karena akan

2

Page 3: BAB I

mengurangi batas dari peraturan yang telah di tetapkan. Penempatan

kolom pun juga tidak dapat dirubah karena akan mengganggu segi

arsitektur dari bangunan tersebut. Hal ini berdampak terhadap jarak

eksentrisitas kolom pada kelompok dari tiang pancang yang harus

direncanakan kembali oleh pihak Kontraktor.

Dengan adanya GSB yang mengharuskan bangunan berada 6

meter dari bahu jalan dan dikarenakan alat pancang Jack In yang tidak

dapat menjangkau titik pancang pada ujung belakang bangunan

gedung, Kontraktor mengajukan solusi yaitu :

1. Perubahan titik pancang

2. Adanya Tie Beam diagonal yang berukuran 1 x 1 meter

3. Penambahan titik pancang untuk perkuatan struktur.

4. Perbesaran dimensi Tie Beam

Solusi dari Kontraktor ini berdampak pada volume dan biaya

yang akan dikeluarkan oleh pihak owner menjadi bertambah. Oleh

karena itu perlu dilakukan studi kasus untuk mengetahui apakah solusi

dari Kontraktor tersebut perlu dilakukan atau terdapat alternative lain

untuk mengatasi hal tersebut.

3

Page 4: BAB I

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Dengan adanya kolom eksentris diagonal apakah diperlukan

penambahan tie beam 1 x 1 meter?

2. Bagaimanakah bentuk dari struktur pile cap yang sesuai untuk

pile cap yang mempunyai eksentrisitas kolom?

3. Apakah terjadi perbesaran luasan pada pile cap?

4. Apakah terjadi penebalan dimensi Pile cap?

5. Apakah diperlukan adanya perbesaran dimensi dari tie beam?

6. Apakah akan terdapat penambahan jumlah titik pancang?

7. Berapakah jarak efektif untuk kolom eksentris yang diperlukan?

8. Apakah ada solusi yang lain untuk perkuatan struktur selain

yang tawarkan oleh Kontraktor?

1.3 BATASAN MASALAH

Pada studi kasus ini diberikan batasan-batasan masalah

sebagai berikut :

1. Spesifikasi tiang pancang yang di gunakan berukuran 25 x

25 dengan mutu beton K-450 D13.

2. Pemancangan dilakukan sampai lapisan tanah keras (End

Bearing) sesuai hasil sondir Laboratorium Teknik Sipil.

3. Studi kasus hanya untuk pemancangan sistem jack in.

4

Page 5: BAB I

4. Data-data tanah sudah disajikan dalam bentuk laporan hasil

penyelidikan tanah.

5. Sampel dibuat hanya untuk pile cap 4 (kolom eksentris

diagonal) dan pile cap 6 (kolom eksentris lurus) pada proyek

Pembangunan Gedung Laboratorium FKK UMJ.

6. Studi kasus dilakukan hanya untuk mengetahui dampak yang

akan terjadi pada dimensi pile cap akibat adanya kolom

eksentris.

7. Menggunakan penjangkaran untuk pembesian 40D dari

diameter tulangan besi.

8. Studi kasus dibuat karena permasalahan jarak eksentrisitas

kolom yang muncul.

9. Peraturan menggunakan SNI 03-2847-2002.

10.Jarak antar tiang pancang dalam satu kelompok adalah 3D.

11.Mutu beton untuk pile cap K-350.

12.Diameter tulangan untuk pile cap D16.

13.Data pembebanan kolom beserta struktur di atasnya sesuai

dengan perencanaan awal.

14.Hasil perhitungan digunakan untuk perbandingan dengan

solusi yang diajukan oleh Kontraktor.

5

Page 6: BAB I

1.5 MANFAAT DAN TUJUAN

Manfaat dan tujuan yang hendak dicapai dari studi kasus pada

Pembangunan Gedung Laboratorium FKK UMJ ini yaitu :

1. Agar mendapatkan desain struktur pile cap yang sesuai untuk

permasalahan kolom eksentris.

2. Untuk mengetahui dampak serta pengaruh yang terjadi akibat

adanya eksentrisitas kolom yang tidak normal terhadap suatu

kelompok tiang pancang (pile group).

3. Studi kasus dilakukan untuk mengetahui apakah solusi dari

kontraktor memang perlu dilakukan.

4. Untuk mengetahui jarak efektif dari kolom eksentris.

5. Untuk mengetahui apakah ada alternative lain yang dapat

digunakan selain dari solusi yang ditawarkan oleh kontraktor.

6

Page 7: BAB I

1.6 HIPOTESIS

Berdasarkan studi kasus yang akan dilakukan, hipotesis yang

akan diambil adalah:

1. Semakin jauh kolom eksentris pada suatu kelompok tiang

pancang semakin besar pula dimensi pile cap.

2. Dengan adanya eksentrisitas kolom yang tidak normal

tersebut maka akan menambah volume besi yang terpasang.

3. Terdapat perubahan luasan Pile cap karena jarak eksentris

yang terjadi.

4. Terdapat perubahan tebal dimensi Pile cap karena jarak

eksentris yang terjadi.

5. Semakin jauh jarak eksentrisatas kolom pada suatu

kelompok tiang pancang maka akan terjadi penambahan

jumlah titik pancang.

6. Terdapat penambahan tie beam 1 x 1 meter.

7. Terdapat perbesaran dimensi tie beam.

8. Terdapat solusi lain untuk perkuatan struktur selain solusi

dari Kontraktor.

7